207 Lampiran Daftar Bank Go Public No Nama Bank 1. PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, TBK 2. PT. BANK BUKOPIN, Tbk 3. PT. BANK BUMI ARTA, Tbk 4. PT. BANK CAPITAL INDONESIA, Tbk 5. PT. BANK CENTRAL ASIA, Tbk 6. PT. BANK CIMB NIAGA, Tbk. 7. PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk 8. PT. BANK EKONOMI RAHARJA, Tbk 9. PT. BANK MAYBANK INDONESIA, Tbk 10. PT. BANK JTRUST INDONESIA, Tbk 11. PT. BANK MANDIRI (PERSERO), Tbk 12. PT. BANK MAYAPADA INTERNASIONAL, Tbk 13. PT. BANK MEGA, Tbk 14. PT. BANK MESTIKA DHARMA, Tbk 15. PT. BANK MITRANIAGA, Tbk 16. PT. BANK MNC INTERNASIONAL, Tbk 17. PT. BANK NATIONALNOBU, Tbk 18. PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO), Tbk 19. PT. BANK NUSANTARA PARAHYANGAN, Tbk 20. PT. BANK OCBC NISP, Tbk. 21. PT. BANK OF INDIA INDONESIA, Tbk 22. PT. BANK PAN INDONESIA, Tbk 23. PT. BANK PANIN DUBAI SYARIAH, Tbk 24. PT. BANK PERMATA, Tbk 25. PT. BANK QNB INDONESIA, Tbk 26. PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), Tbk
39
Embed
Lampiran Daftar Bank Go Public No Nama Bankmedia.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130519_l_6880.pdf · 208 no nama bank 27. pt. bank rakyat indonesia agroniaga, tbk 28. pt. bank
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
207
Lampiran
Daftar Bank Go Public
No Nama Bank
1. PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, TBK
2. PT. BANK BUKOPIN, Tbk
3. PT. BANK BUMI ARTA, Tbk
4. PT. BANK CAPITAL INDONESIA, Tbk
5. PT. BANK CENTRAL ASIA, Tbk
6. PT. BANK CIMB NIAGA, Tbk.
7. PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk
8. PT. BANK EKONOMI RAHARJA, Tbk
9. PT. BANK MAYBANK INDONESIA, Tbk
10. PT. BANK JTRUST INDONESIA, Tbk
11. PT. BANK MANDIRI (PERSERO), Tbk
12. PT. BANK MAYAPADA INTERNASIONAL, Tbk
13. PT. BANK MEGA, Tbk
14. PT. BANK MESTIKA DHARMA, Tbk
15. PT. BANK MITRANIAGA, Tbk
16. PT. BANK MNC INTERNASIONAL, Tbk
17. PT. BANK NATIONALNOBU, Tbk
18. PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO), Tbk
19. PT. BANK NUSANTARA PARAHYANGAN, Tbk
20. PT. BANK OCBC NISP, Tbk.
21. PT. BANK OF INDIA INDONESIA, Tbk
22. PT. BANK PAN INDONESIA, Tbk
23. PT. BANK PANIN DUBAI SYARIAH, Tbk
24. PT. BANK PERMATA, Tbk
25. PT. BANK QNB INDONESIA, Tbk
26. PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), Tbk
208
No Nama Bank
27. PT. BANK RAKYAT INDONESIA AGRONIAGA, Tbk
28. PT. BANK SINARMAS, Tbk
29. PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO), Tbk
30. PT. BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL, Tbk
31. PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk
32. PT. BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL, Tbk
33. PT. BANK WOORI SAUDARA 1906, Tbk
34. PT. BANK YUDHA BHAKTI, Tbk
35. PT. BPD BANTEN (dhi. Bank Pundi, Tbk.)
36. PT. BPD JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk
37. PT. BPD JAWA TIMUR, Tbk
Sumber : Kementerian Keuangan (2016)
209
HIPOTESIS 1a Dependent Variable: BOPO
Method: Panel Least Squares
Date: 10/22/17 Time: 09:34
Sample: 2011M01 2016M12
Periods included: 72
Cross-sections included: 34
Total panel (unbalanced) observations: 2373 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 67.31209 1.888838 35.63676 0.0000
GCG 7.561790 0.721985 10.47360 0.0000
TI -8.24E-06 7.60E-06 -1.084016 0.2785
SDM -3.27E-05 8.12E-06 -4.033978 0.0001 R-squared 0.077366 Mean dependent var 84.56790
Adjusted R-squared 0.076198 S.D. dependent var 21.69733
S.E. of regression 20.85431 Akaike info criterion 8.914683
Sum squared resid 1030283. Schwarz criterion 8.924412
Berikut ini, ada sejumlah pertanyaan yang menyangkut beberapa aspek di perbankan di Indonesia yang meliputi aspek sebagai berikut ;
I. KUALITAS GCG Bagaimana hasil penilaian kualitas GCG di lembaga independen ditinjau dari berbagai dimensi yang bersumber dari kompilasi data publikasi bank? : ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
II. BIAYA TEKNOLOGI INFORMASI a. Berapa besarnya biaya TI yang dikeluarkan oleh emiten bank, yang
diambil dai LBU ? ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
b. Berapa besarnya pos biaya investasi TI yang diambil dai LBU ? ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
III. BIAYA PENGEMBANGAN SDM
Berapa besarnya biaya pengembangan SDM yang diambil dai LBU ?
a. Berapa perolehan rasio ROA yang dihitung dari LBU? ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
TERIMA KASIH
221
LAMPIRAN
HASIL DEPTH INTERVIEW
222
PEDOMAN DEEP INTERVIEW
I. KUALITAS GCG
1. Bagaimana hasil penilaian kualitas GCG ditinjau dari berbagai dimensi yang
bersumber dari self assessment bank sendiri maupun lembaga otoritas
seperti OJK?
Adapun info yang kami peroleh dari Self Assessment GCG Semester II 2016
(www.bankmandiri.co.id) :
2. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian kualitas GCG seperti yang
diharapkan?
Pada prinsipnya tidak terdapat kesulitan ataupun hambatan yang berarti
dalam penerapan GCG, mengingat Dewan Komisaris dan Direksi Bank
Mandiri memiliki komitmen yang kuat untuk menegakkan system perbankan
yang sehat dan kuat melalui penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance.
Namun demikian Bank Mandiri sebagai BUMN, dimana perusahaan tetap
dimiliki oleh pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas, dan disisi lain
perusahaan tetap harus memperhatikan kepentingan stakeholder termasuk
pemegang saham minoritas.
223
II. BIAYA TEKNOLOGI INFORMASI
3. Bagaimana penetapan acuan besarnya biaya TI yang dikeluarkan oleh bank
khususnya terkait biaya investasi dan pengembangan TI?
Adapun yang bisa kami sampaikan adalah sebagai berikut :
Dalam penetapan biaya TI, tidak ada acuan spesifik terkait besarnya. Namun
bisa dikatakan bahwa :
a. Penetapan berdasarkan / sejalan sesuai dengan Corporate Plan.
b. Usulan bottom up sesuai project IT yang dikembangkan dan ditetapkan
Komite IT berdasarkan skala prioritas dan urgensi.
4. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapain target peningkatan
kapabilitas TI bank baik dari aspek teknologi maupun SDM yang terkait
seperti yang diharapkan?
Hambatan peningkatan kapabilitas IT meliputi :
a. Dari aspek teknologi IT perbankan terkini sangat cepat berubah (dinamis)
dengan beragam pilihan teknologi dan biaya mahal. Sebagai ilustrasi,
sulitnya menyusun analisa terkait Capex It yang mahal dengan benefits
dan cost efficiency yang akan dinikmati beberapa tahun ke depan.
b. Dari aspek SDM, perbankan masih perlu meningkatkan kompetensinya
khususnya untuk sector IT.
Dalam hal ini peningkatan spesifik knowledge dan technical
pegembangan pegawai existing serta akuisisi tenaga baru dengan
kapabilitas dan passion yang tinggi.
III. BIAYA PENGEMBANGAN SDM
5. Bagaimana penetapan acuan besarnya biaya pengembangan SDM yang
dikeluarkan oleh bank, kemudian bandingkan khususnya terkait ketentuan
biaya pengembangan SDM yang diwajibkan oleh OJK minimal sebesar 5%
dari total biaya SDM?
224
Sesuai PBI, maka total BTK Training minimal 5% dari BTK Non Training.
Misalnya BTK NonTraining Rp. 100 M maka BTK Training Rp. 5 M. Jadi batas
kewajiban biaya pengembangan SDM yang dikeluarkan oleh OJK menjadi
acuan.
6. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target pengembangan SDM?
Hambatan yang dihadapi untuk pencapaian target pengembangan SDM
adalah tidak terpenuhinya training karyawan karena berbagai macam alasan
(kesibukan kerja, tidak ada alternate, ijin dari pimpinan, dsb.)
IV. KEUNGGULAN BERSAING
7. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target nilai rasio CAR, BOPO,
dan fee based income?
CAR :
Belum terlaksananya optimalisasi capital yang dimiliki sehingga memberikan
dampak kontribusi yang lebih besar kepada retained earnings (khususnya
dengan adanya tambahan Rp. 25 T atas reavaluasi asset tahun lalu).
BOPO :
a. Program pemerintah yang mengeluarkan biaya infrastruktur yang
tinggibagi bank (sewa EDC bansos, implementasi teknologi prepaid-
nontunai di jalan tol)
b. Walaupun semangat efisiensi sudah diterapkan, namun beberapa pos
efisiensi biaya belum dapat direalisasikan, sebagai contoh : program
pemerintah seperti ATM Merah Putih yang diharapkan memberikan
efisiensi (dalam pengelolaan back end operasional dan sewa lokasi)
belum bisa dilaksankan bersamaan.
c. Dengan skala size bank yang besar dan ekspektasi nasabah yang tinggi
mengharuskan kualitas pelayanan terbaik yang membutuhkan biaya
operasional tinggi.
225
FBI :
a. Complimentary→waived dan special rate untuk nasabah tertentu.
b. Program Pemerintah→sensitif untuk dikenakan tarif/no-charge atau tariff
murah (top-up prepaid card, ATM MP, NPG).
c. Perang tarif→sebagai akibat dampakpersaingan tidak sehat ( MDR Rate
EDC, Teade BG etc).
V. KINERJA PERUSAHAAN
8. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja, khususnya
rasio ROA?
Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja, khususnya ROA :
a. Penetapan target volum yang tinggi berdampak pada CoF funding
yang mahal dan kredit murah.
b. Tekanan terhadap kualitas kredit.
c. Optimalisasi revenue serta penempatan yang berimbang pada asset
yang ber-yield rendah/ tinggi (masih adanya porsi recap bond yang
ber-yield rendah).
VI. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang kami lakukan mengungkapkan bahwa kualitas GCG,
Biaya Pengembangan/Investasi TI dan Biaya Pengembangan SDM
berpengaruh terhadap BOPO, CAR, dan fee based income (FBI). Kualitas GCG
memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan Biaya Pengembangan
SDM dan Biaya Pengembangan/Investasi TI dalam meningkatkan efisiensi
(menurunkan rasio BOPO), CAR dan Fee Based Income)
9. Bagaimana pendapat anda atas hasil penelitian tersebut diatas, apakah
secara praktek relevan dalam industri perbankan? Khususnya “Kualitas GCG
memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan Biaya Pengembangan
SDM dan biaya pengembangan/Investasi TI dalam meningkatkan efisiensi
( menurunkan rasio BOPO), CAR dan Fee Based Income)
226
Bagi Bank Mandiri, penerapan Good Corporate Governance yang baik bukan
sekedar memenuhi peraturan perundang-undangan, namun merupakan
elemen fundamental yang mengacu pada international best practices.
Management Bank Mandiri meyakini bahwa dengan menerapkan tata kelola
yang baik akan mampu meningkatkan nilai perusahaan (value creation).
Dalam implementasi pengelolaan pengembangan SDM, pengembangan
/investasi Teknologi Informasi, Bank Mandiri meyakini bahwa dalam
pelaksanaan dimaksud tidak terlepas dan mengedepankan prinsip kehati-
hatian dan praktik pengelolaan prinsip Good Corporate Governance. Dengan
Good Corporate Governance yang baik, maka pada akhirnya meningkatkan
efisiensi.
10. Kualitas GCG, Biaya Pengembangan Investasi TI, Biaya pengembanagan
SDM, BOPO, CAR, dan FBI berpengaruh terhadap ROA, namun pengaruh CAR
tidak signifikan. Kualitas GCG dan BOPO memberikan pengaruh yang lebih
besar dibandingkan biaya-biaya Pengembangan SDM dan Biaya
Pengembangan/Investasi TI serta FBI dalam meningkatkan ROA
Bagaimana pendapat anda atas hasil penelitian tersebut diatas, apakah
secara praktek relevan dalam industri perbankan? (khususnya kualitas GCG
dan efisiensi (penurunan rasio BOPO) memberikan pengaruh yang lebih
besar dibandingkan Biaya-Biaya Pengembangan SDM, dan biaya
pengembangan Investasi TI serta Fee Based Income dalam meningkatkan
ROA).
Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG menjadi hal yang mutlak diperlukan bagi
kelangsungan usaha perusahaan, dengan penerapan GCG yang baik
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi serta meningkatkan kinerja
perusahaan.
11. Dalam hal industri perbankan dipilah atas dasar kepemilikan secara umum
yang kerap dipublikasi secara data agregasi oleh otoritas baik BI ataupun
OJK, yakini: Bank Milik Pemerintah, Bank Swasta Devisa, Bank Swasta Non
Devisa, Bank Asing Bank Campuran dan Bank Pembangunan Daerah,
bagaimana menurut anda gambaran dan karakteristiknya (gambaran umum
peer to peer) jika ditinjau dari aspek keunggulan bersaing dalam penelitian ini
(Low Cost: Rasio BOPO; Diferensiasi: Fee Based Income; dan CAR
Bisnis perbankan adalah bisnis kepercayaan.Dengan pedoman tersebut, Bank
Milik Pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah memiliki keunggulan. Dari
227
sisi bisnis pun, banyak keuntungan dari Project Pemerintah/ Pemda yang
dilimpahkan/ diutamakan.
Untuk Bank Asing (khususnya bank besar), mendapat keunggulan dari
transaksi forex, pendanaan off-shore dan perdagangan luar negeri serta
ekspektasi return yang lebih rendah.
12. Dalam hal industri perbankan dipilah atas dasar kegiatan dan modal intinya
dengan sebutan BUKU sesuai ketentuan OJK, yakni bank BUKU 1, bank BUKU
2, Bank BUKU 3 dan Bank BUKU 4, bagaimana menurut anda gambaran dan
karakteristiknya (gambaran umum peer to peer) jika ditinjau dari aspek
keunggulan bersaing dalam penelitian ini (Low Cost: Rasio BOPO;
Diferensiasi ; FBI; dan CAR)?
Persaingan bisnis perbankan sudah pada tahap dimana ukuran /size menjadi
factor yang sangat penting.
Mengingat hal tersebut, Bank Buku 4 memiliki factor advantages (keunggulan)
dari bank lainnya.
228
Narasi Penelitian Wawancara dengan Direktur BCA (Bp. Santoso Liem)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Good Corporate Governance (GCG)
merupakan roh dan mental perusahaan dan GCG di berbagai institusi, termasuk
BI, GCG merupakan salah satu aspek penilaian tingkat kesehatan suatu institusi
penilaian secara kualitatif.
Selanjutnya terkait dengan aspek teknologi informasi dalam penelitian ini dan
dalam hal ini di BRI sesuai hasil neraca, biaya IT dapat mencapai 1 T dan 20%
merupakan biaya SDM. Penelitian ini akan melihat apakah hal tersebut efektif
atau tidak dalam meningkatkan kinerja SDM.
Salah satu komponen dalam biaya SDM, terdapat presentase yang dikhusukan
untuk pengembangan SDM, dari hal tersebut perlu diteliti apakah di lapangan
pembagian presentase tersebut efektif untuk meningkatkan kualitas SDM.
Dari ketiga variabel yang akan diteliti tersebut, akan dilihat bagaimana
keunggulan bersaing dari suatu perusahaan terutama dilihat dari 2 aspek yakni
diferensiasi dan low cost. Untuk low cost, penelitian ini akan mengambil 1 faktor
yakni rasio BOPO. Sementara untuk aspek diferensiasi, mengingat kini digital
banking sedang berkembang, penelitian ini akan mengambil 1 faktor yakni fee
based, dan yang terakhir adalah CAR.
Pendapat Direktur BCA
Umum : GCG merupakan jiwa dari pengelolaan industri perbankan karena
dari GCG tersebut akan dilihat kemampuan bank untuk menjaga
ekosistemnya baik dari kemampuan kesiapan menanggung risiko, mengelola
bisnis, dan mengelola ekosistem didalamnya.
229
Hubungan dengan konsentrasi selain dari pada menjaga koridor GCG, bank
pada akhirnya selalu berharap memiliki corporate yang sehat dan
menguntungkan baik bagi stakeholder maupun shareholder. Perlu dilihat jika
kita bicara mengenai value/nilai dari suatu bank yang utama adalah bank
barus bisa memberikan value preposition kepada nasabahnya. Dengan
value tersebut baik dalam bentuk transaksi, kredit dan sebagainya,
sebetulnya hal tersebut akan mendorong ekonomi dari perusahaan itu
sendiri dan pada akhirnya otomatis mendorong ekonomi negara dan memiliki
impact kepada ekonomi nasional yang positif. (misi utamanya adalah
approach nilai tambah dari sisi sosial dan sisi ekonomi)
Disamping hal tersebut, bank juga mengharapkan adanya pengembangan
SDM, mengingat bank adalah industri jasa, maka aset utama dari bank
adalah HR/SDM diluar aset fisik lainnya. Untuk itu, pengembangan SDM
menjadi konsentrasi yang penting, namun sebelum lebih jauh perusahaan
harus memilah arah kedepan dan fokus dari pengembangan SDM itu sendiri,
baik secara core business maupun secara non core business. Secara non
core business, bank hanya perlu memiliki guidlines dan mekanisme prosedur
kontrol yang nanti dapat diserahkan kepada penyelenggara pihak ketiga
yang merupakan expert di bidang tersebut. Untuk core business, bank harus
memastikan pengorganisasian, kualitas, dan kompetensinya. Jadi akan
dilakukan setting organisasi dengan segala kemampuannya termasuk
melengkapi SDM dengan berbagai kemampuan agar diperoleh SDM yang
berkualitas. Sehingga di BCA career path menajdi jelas tiap step/
langkahnya. Bagi BCA, SDM adalah modal utama dari perbankan dan biaya
230
pengembangan SDM menjadi suatu hal yang penting namun selalu
mengacu kepada kinerja.
Kaitan : IT dengan SDM menjadi suatu ketergantungan dan keterkaitan.
Biasanya IT dilakukan untuk 2 tujuan utama yakni bagaimana bank bisa
mendapatkan keunggulan komparatif dan di sisi lain IT meningkatkan
efisiensi perusahaan. Untuk mendapatkan 2 aspek itu dibutuhkan SDM yang
handal karena pada dasarnya mereka yang mengelola IT tersebut. Namun
jika IT membantu sistem secara otomasi, maka beban pekerjaan yang non
core sedikit demi sedikit dapat berkurang dan pekerjaan core dapat tetap
dilakukan oleh SDM.
GCG : beberapa bank dengan buku masih di bawah mengganggap GCG
hanya sebatas pemenuhan ketentuan dari otoritas. BCA pendapat bahwa
mengingat BCA merupakan bank besar yang memberikan dampak sistemik,
maka BCA menyadari bahwa perusahaannya harus menjaga ekosistemnya
menurut fungsi dasar dari bank itu sendiri. Dengan adanya sifat sistemik
yang melekat pada BCA, BCA juga bertanggung jawab untuk menjaga
ekosistem/ lingkungan ekonomi negara. Oleh karena itu BCA terus berusaha
bagaimana menempatkan diri untuk menjaga kesehatan lingkungannya. Dan
untuk mencapai tujuan tersebut, harus dimulai dari diri sendiri yakni SDM
sesuai koridor yang ditetapkan oleh regulator dan diterapkan di anggota lini
perusahaan. BCA melihat ini sebagai hal yang sangat urgent.
Keunggulan bersaing : apakah tepat menggunakan 3 faktor?
1. BOPO : menunjukan indikasi bagaimana kemampuan biaya operasi
dengan revenue yang diperoleh bank, sehingga hal ini merupakan aspek
penting bagi BCA. Dan BOPO ini merupakan hal yang digunakan untuk
231
melihat tingkat competitiveness dari suatu bank karena mampu mendeliver
nilai tambah ke masyarakat. BOPO ini merupakan rasio yang tepat untuk
menunjukan bagaimana perusahaan mampu mendeliver dengan efisiensi
yang baik.
2. Fee based income : Di satu sisi menunjukkan bank mampu menghasilkan
revenue baik dari sisi process. Jika dibaratkan dengan mesin, FBI ini
merupakan aspek penilaian bagaimana mesin suatu bank dapat memberikan
output yang baik dengan proses yang juga baik dan memberikan value
preposition bagi nasabah.
3. CAR ; Kemampuan perusahaan untuk dapat menjaga kondisi keuangan
supaya siap mengambil kerugian yang mungkin dapat terjadi sewaktu-waktu.
jika perusahaan tidak dikelola dengan baik, artinya kemampuan memanage
capitalnya juga tidak baik/berantakan, otomatis akan mempengaruhi
CARnya.
Kinerja menggunakan ROA, apakah sudah cukup atau perlu ditambah?
ROA (dari sisi internal bagaimana mampu menghasilkan kinerja yang baik)
dan ROE (dari sisi pandang investor). Dari keduanya, dapat dilihat
bagaimana perusahaan mampu mengoptimalkan aset yang dimiliki. Jika
dibandingkan dengan FBI, perbedaaannya adalah FBI melihat dari sisi
bagaimana mesin bekerja secara efisien.
232
HASIL INTERVIEW
DENGAN BAPAK DADANG SETYABUDI, SEVP BNI
Berikut ini sejumlah pertanyaan yang menyangkut beberapa aspek yang sedang kami teliti pada industri perbankan di Indonesia yang meliputi sebagai berikut ;
I. KUALITAS GCG 1. Bagaimana hasil penilaian kualitas GCG ditinjau dari berbagai dimensi
yang bersumber dari self assessment bank sendiri maupun lembaga otoritas seperti OJK? :
1) Berdasarkan self assessment atas penilaian kualitas GCG dari tahun 2012 s.d Juni 2017 yang telah disampaikan kepada OJK, menunjukkan bahwa hasil penilaian kualitas GCG stabil berada pada peringkat Baik. Self Assessment yang dilakukan meliputi 11 (sebelas) faktor penilaian penerapan GCG yaitu :
a. pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Direksi; b. pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Dewan Komisaris; c. kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite; d. penanganan benturan kepentingan; e. penerapan fungsi kepatuhan; f. penerapan fungsi audit intern; g. penerapan fungsi audit ekstern; h. penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian
intern; i. penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan
penyediaan dana besar (large exposure); j. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank, laporan
pelaksanaan tata kelola dan pelaporan internal; dan k. rencana strategis Bank.
Peringkat Baik mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good Corporate Gonvernance yang secara umum baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang memadai atas prinsip Tata Kelola. Dalam hal terdapat kelemahan penerapan prinsip Tata Kelola, secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajemen Bank.
2) Penilaian kualitas GCG juga dilakukan pihak independen pada tahun
2016 yaitu :
a. Indonesian Institute for Corporate Directors melakukan penilaian implementasi GCG berdasarkan ASEAN CG Scorecard, memberikan penilaian dengan predikat Baik (skor 87,33) atas implementasi GCG di BNI
233
b. Melalui Corporate Governance Perception Index tahun 2016, The Indonesian Institute for Corporate Governance memberikan predikat Indonesia Most Trusted Company kepada BNI selama 6 enam) tahun berturut-turut.
2. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian kualitas GCG seperti
yang diharapkan? : a. Bank telah memiliki pedoman dan infrastruktur terkait penerapan
sistem pengendalian intern, namun masih perlu penyempurnaan terhadap kualitas penerapan sistem pengendalian intern.
b. Masih terdapat pengenaan denda dari pihak regulator terkait pelaporan.
II. BIAYA TEKNOLOGI INFORMASI 3. Bagaimana penetapan acuan besarnya biaya TI yang dikeluarkan oleh
bank, khususnya terkait biaya investasi dan pengembangan TI? Sebagai pertimbangan atau acuan untuk menetapkan besarnya biaya TI pada prinsipnya didasarkan pada rencana/kebutuhan dukungan TI yang disampaikan user/unit bisnis dan internal TI untuk mencapai tujuan/strategi BNI yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank (RBB), dengan mempertimba ngkan beberapa hal antara lain referensi atas best practise terkait biaya TI untuk industri atau perusahaan yang relevan, data historikal yang dimiliki dan hasil benchmark/informasi dari berbagai pihak baik dari pihak ketiga maupun peers.
4. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target peningkatan kapabilitas TI bank baik dari aspek teknologi maupun SDM yang terkait seperti yang diharapkan? :
Beberapa hambatan yang dihadapi antara lain adaptasi/implementasi
teknologi baru dikaitkan dengan regulasi yang ada saat inil, antisipasi
FinTech, turn over SDM yang cukup tinggi, kesempatan upgrade skill
dan knowledge atas perkembangan IT yang cepat terkait dengan
intensitas tingginya kebutuhan pengembangan solusi TI yang dipenuhi.
Hambatan-hambatan tersebut di atas dimitigasi dengan beberapa strategi misalnya penyediaan solusi IT yang bersifat agile, smart dan adaptif sesuai dengan kebutuhan bisnis, proses pengembangan TI dengan mengadopsi metoda pengembangan yang lebih agile dan flexible dalam rangka time to market, melakukan kolaborasi dan strategic partnership dengan Fin Tech, penyediaan resource pooling melalui pihak ketiga, perencanaan training yang lebih baik serta memberikan kesempatan kepada masing-masing pegawai untuk meningkatkan kapabilitas skill set serta program sertifikasi professional melalui BNI Learning Wallet secara mandiri.
234
III. BIAYA PENGEMBANGAN SDM
5. Bagaimana penetapan acuan besarnya biaya pengembangan SDM yang dikeluarkan oleh bank, kemudian bandingkan khususnya terkait ketentuan biaya pengembangan SDM yang diwajibkan oleh otoritas (OJK) minimal sebesar 5% dari total biaya SDM? Besarnya biaya pengembangan SDM (biaya pembelajaran) yang dialokasikan oleh BNI adalah 5% dari total biaya SDM. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh OJK
6. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target pengembangan
SDM?
Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target pengembangan SDM (pembelajaran) antara lain terbatasnya jumlah tenaga pengajar yang menyampaikan pembelajaran apabila pada saat yang bersamaan terdapat banyak kelas paralel yang sedang berjalan. Solusinya adalah menggunakan tenaga pengajar dari pihak eksternal.
IV. KEUNGGULAN BERSAING
Dalam penelitian ini, aspek keunggulan bersaing ditentukan dengan pendekatan terhadap teori keunggulan bersaing yang secara garis besar dipilah menjadi faktor low cost dan diferensiasi. Untuk faktor low cost digunakan variabel rasio efisiensi (rasio BOPO). Kemudian faktor diferensiasi digunakan variabel fee based income, yang saat ini merupakan trend industri perbankan untuk meningkatkan fee based income dalam komposisi pendapatannya, yang relatif berisiko rendah namun syarat teknologi.
Komponen ketiga dari variabel Keunggulan Bersaing dalam penelitian ini adalah modal bank yang diukur dari CAR. Aturan Basel Comitte on Bank Supervision(BCBS) khususnya Basel III menyebutkan bahwa penguatan modal dapat meningkatkan daya tahan bank terhadap krisis dan gejolak perekonomian serta risiko yang timbul akibat peningkatan eksposur penyediaan dana.
7. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target nilai rasio CAR,
BOPO, dan fee based income? :
CAR: Hambatan pencapaian BOPO yaitu penurunan kualitas aset (khususnya Kredit yang diberikan) sehinggarealisasi pendapatan bunga yang belum mencapai target mengakibatkan peningkatan pendapatan operasional belum sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan Fee Based Income, hingga saat ini telah mencapai target yang telah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank 2017.
235
V. KINERJA PERUSAHAAN
Variabel Kinerja Perusahaan diukur oleh rasio ROA. Dalam penghitungan aspek earning pada penilaian tingkat kesehatan bank umum, rasio ROA merupakan salah satu komponen yang diperhitungkan 8. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja,
khususnya rasio ROA? :
Hambatan pencapaian ROA adalah pertumbuhan asset produktif (dhi Kredit yang diberikan) tidak diimbangi oleh pertumbuhan pendapatan bunga yang relevan. Hal ini disebabkan kualitas Kredit tidak sesuai dengan yang diharapkan dan jumlah pemberian suku bunga kredit yang di bawah TAPK cukup signifikan.
VI. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang kami lakukan mengungkapkan bahwa Kualitas GCG,
Biaya Pengembangan/Investasi TI, dan Biaya Pengembangan SDM
berpengaruh terhadap BOPO, CAR, dan fee based income (FBI). Kualitas
GCG memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan Biaya
Pengembangan SDM dan Biaya Pengembangan/Investasi TI dalam
meningkatkan efisiensi (menurunkan rasio BOPO), CAR dan Fee Based
Income.
9. Bagaimana pendapat anda atas hasil penelitian tersebut di atas, apakah secara praktek relevan dalam industri perbankan? (khususnya “kualitas GCG memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan Biaya Pengembangan SDM dan Biaya Pengembangan/Investasi TI dalam meningkatkan efisiensi (menurunkan rasio BOPO), CAR dan Fee Based Income)
Kualitas GCG, Biaya Pengembangan/Investasi TI, Biaya Pengembangan
SDM, BOPO, CAR, dan Fee Based Income berpengaruh terhadap ROA,
namun pengaruh CAR tidak signifikan. Kualitas GCG dan BOPO
memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan Biaya-Biaya
BNI 2015 2016 Juni 2017
BOPO 2.6% 2.7% 2.7%
CAR 19.5% 19.4% 19.0%
GCG 2 2 2
236
Pengembangan SDM, dan Biaya Pengembangan/Investasi TI serta Fee
Based Income dalam meningkatkan ROA.
10. Bagaimana pendapat anda atas hasil penelitian tersebut di atas, apakah secara praktek relevan dalam industri perbankan? (khususnya kualitas GCG dan efisiensi (penurunan rasio BOPO) memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan Biaya-Biaya Pengembangan SDM, dan Biaya Pengembangan/Investasi TI serta Fee Based Income dalam meningkatkan ROA)
BNI
2015 2016 Juni 2017
ROA 2.6% 2.7% 2.7%
GCG 2 2 2
11. Dalam hal industri perbankan dipilah atas dasar kepemilikan secara umum yang kerap dipublikasi secara data agregasi oleh otoritas baik BI ataupun OJK, yakni : Bank Milik Pemerintah, Bank Swasta Devisa, Bank Swasta Non Devisa, Bank Asing, Bank Campuran dan Bank Pembangunan Daerah, bagaimana menurut anda gambaran dan karakteristiknya (gambaran umum peer to peer) jika ditinjau dari aspek keunggulan bersaing dalam penelitian ini (Low Cost: Rasio BOPO; Diferensiasi: Fee Based Income; dan CAR)?
Apabila dibandingkan peers Bank
Juni 2017
FBI BOPO CAR
BNI 5,322 71.0% 19.0%
Mandiri 10,111 73.2% 21.6%
BCA 6,382 61.8% 22.1%
BRI 9,101 72.6% 21.7%
12. Dalam hal industri perbankan dipilah atas dasar kegiatan dan modal intinya dengan sebutan BUKU sesuai ketentuan OJK, yakni :Bank BUKU 1, Bank BUKU 2, Bank BUKU 3 dan Bank BUKU 4, bagaimana menurut anda gambaran dan karakteristiknya (gambaran umum peer to peer) jika ditinjau dari aspek keunggulan bersaing dalam penelitian ini (Low Cost: Rasio BOPO; Diferensiasi: Fee Based Income; dan CAR)?
237
BOPO Peers Agustus 2017
Rasio BOPO BNI posisi Ags’17 dibandingkan dengan peers 4 bank (BRI, BMRI, dan BBCA) berada pada posisi kedua setelah BBCA
CAR
2015 2016
BNI 19.5% 19.4%
Mandiri 18.6% 21.4%
BCA 18.7% 21.9%
BRI 20.6% 22.9%
CAR Peers Juni 2017
Rasio CAR BNI posisi Jun’17 dibandingkan dengan peers 4 bank (BRI, BMRI, dan BBCA) berada pada posisi terakhir.
TERIMA KASIH
Industri* BBRI* BMRI* BBCA* BBNI
BOPO 78.8% 72.7% 72.2% 57.3% 71.1%
Industri BBRI BMRI BBCA BBNI
CAR 23.2% 21.7% 21.6% 22.1% 19.1%
238
HASIL INTERVIEW DENGAN DIREKTUR BRI
BAPAK RANDI ANTO
Berikut ini sejumlah pertanyaan yang menyangkut beberapa aspek yang sedang kami teliti pada industri perbankan di Indonesia yang meliputi sebagai berikut ;
I. KUALITAS GCG 1. Bagaimana hasil penilaian kualitas GCG ditinjau dari berbagai dimensi
yang bersumber dari self assessment bank sendiri maupun lembaga otoritas seperti OJK? : Kualitas GCG yang dimiliki BRI sekarang sudah menunjukkan adanya perubahan yang jauh lebih baik. Komitmen yang tinggi dari para karyawan dan didukung dengan sistem pengawasan serta perbaikan operasional perbankan melalui sistem yang lebih canggih menjadikan BRI berhasil dalam usahanya meningkatkan kualitas GCG-nya secara kontinyu.
2. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian kualitas GCG seperti yang diharapkan? : Tantangan terbesar dalam usaha penerapan GCG yang baik adalah pada culture transformation di jajaran karyawan. Hal ini dikarenakan banyak dari para pegawai yang sudah merasa nyaman dengan budaya lama yang tidak mendukung GCG dan merasa terpaksa untuk keluar dari comfort zone tersebut untuk melaksanakan budaya baru yang pro-GCG.
II. BIAYA TEKNOLOGI INFORMASI 3. Bagaimana penetapan acuan besarnya biaya TI yang dikeluarkan oleh
bank,khususnya terkait biaya investasi dan pengembangan TI? Besarnya biaya TI diputuskan berdasarkan rencana bisnis tahunan bank dan kebutuhan akan kegiatan operasional yang menyangkut TI untuk periode 1 (satu) tahun, seperti maintenance system TI, enhancement projects, dan development produk-produk perbankan yang berbasis TI, seperti mobile banking, internet banking, dan uang elektronik.
239
4. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target peningkatan kapabilitas TI bank baik dari aspek teknologi maupun SDM yang terkait seperti yang diharapkan? :
Untuk mencapai target kinerja TI yang baik, beberapa hal masih menjadi tantangan bagi divisi TI, yakni sinergi dengan divisi lain khususnya divisi-divisi product owner dan unit kerja lain seperti kantor cabang dan BRI unit; lalu penyediaan infrastruktur TI yang handal dan mumpuni
III. BIAYA PENGEMBANGAN SDM
5. Bagaimana penetapan acuan besarnya biaya pengembangan SDM yang dikeluarkan oleh bank, kemudian bandingkan khususnya terkait ketentuan biaya pengembangan SDM yang diwajibkan olehotoritas (OJK) minimal sebesar 5% dari total biaya SDM?
BRI telah mengalokasikan > 5% dari total biaya SDM yang dipergunakan untuk pengembangan SDM BRI yang diwujudkan dalam bentuk pengiriman sejumlah staf untuk mengambil pendidikan pasca sarjana di luar negeri dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kursus dan seminar, baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, BRI juga saat ini telah mengembangkan berbagai aplikasi pembelajaran dan pengembangan skill & knowledge bagi karyawan BRI melalui aplikasi BRISmart.
6. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target pengembangan SDM?
Tantangan terbesar bagi BRI dalam pencapaian target pengembangan SDM-nya adalah terletak pada jumlah SDM yang dimiliki saat ini begitu besar, >120 ribu karyawan, dan tersebar di seluruh unit kerja BRI, baik di dalam maupun luar negeri.
IV. KEUNGGULAN BERSAING
Dalam penelitian ini, aspek keunggulan bersaing ditentukan dengan pendekatan terhadap teori keunggulan bersaing yang secara garis besar dipilah menjadi factor low cost dan diferensiasi. Untuk factor low cost digunakan variable rasio efisiensi (rasio BOPO). Kemudian factor diferensiasi digunakan variable fee based income, yang saat ini merupakan trend industry perbankan untuk meningkatkan fee based income dalam komposisi pendapatannya, yang relative berisiko rendah namun syarat teknologi.
240
Komponen ketiga dari variable Keunggulan Bersaing dalam penelitian ini adalah modal bank yang diukur dari CAR. Aturan Basel Comitte on Bank Supervision (BCBS) khususnya Basel III menyebutkan bahwa penguatan modal dapat meningkatkan daya tahan bank terhadap krisis dan gejolak perekonomian serta risiko yang timbul akibat peningkatan eksposur penyediaan dana.
7. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target nilai rasio CAR,
BOPO, dan fee based income? :
Tantangan terbesar berasal dari pencapaian target FBI, dimana kompetisi di sektor perbankan saat ini sangat ketat dalam mengejar perolehan FBI. Adapun latar belakangnya adalah dikarenakan perolehan NIM perbankan yang berasal dari pinjaman yang cenderung turun setiap tahunnya dan adanya perubahan perilaku nasabah dalam melakukan transaksi perbankannya. Critical point bagi industry perbankan saat ini adalah bank harus melakukan suatu inovasi bagi produk-produk perbankannya, ke arah yang lebih customer centric dan based on IT. Dimana hal tersebut cenderung bersifat high cost.
V. KINERJA PERUSAHAAN
Variabel Kinerja Perusahaan diukur oleh rasio ROA. Dalam penghitungan aspek earning pada penilaian tingkat kesehatan bank umum, rasio ROA merupakan salah satu komponen yang diperhitungkan 8. Apa hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja,
khususnya rasio ROA? :
Tingkat pendapatan perbankan yang semakin mengecil dikarenakan beberapa faktor, seperti NIM yang cenderung menurun serta trend nasabah yang semakin menginginkan kemudahan dalam bertransaksi perbankan namun dengan biaya yang murah.
VI. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang kami lakukan mengungkapkan bahwa Kualitas GCG,
Biaya Pengembangan/Investasi TI, dan Biaya Pengembangan SDM
berpengaruh terhadap BOPO, CAR, dan fee based income (FBI). Kualitas
GCG memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan Biaya
Pengembangan SDM dan Biaya Pengembangan/Investasi TI dalam
meningkatkan efisiensi (menurunkan rasio BOPO), CAR dan Fee Based
Income.
241
9. Bagaimana pendapat anda atas hasil penelitian tersebut di atas, apakah secara praktek relevan dalam industry perbankan? (khususnya “kualitas GCG memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan Biaya Pengembangan SDM dan Biaya Pengembangan/Investasi TI dalam meningkatkan efisiensi (menurunkan rasio BOPO), CAR dan Fee Based Income) Setuju dan memang relevan dalam industry perbankan. Industri perbankan merupakan industry yang high regulated dan berlandaskan pada trust/kepercayaan dari nasabahnya. Sehingga kualitas GCG suatu bank akan mempengaruhi imej perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja bank. Semakin baik kualitas GCG-nya, maka semakin baik pula kinerja bank nya.
Kualitas GCG, Biaya Pengembangan/Investasi TI, Biaya Pengembangan
SDM, BOPO, CAR, dan Fee Based Income berpengaruh terhadap ROA,
namun pengaruh CAR tidak signifikan. Kualitas GCG dan BOPO
memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan Biaya-Biaya
Pengembangan SDM, dan Biaya Pengembangan/Investasi TI serta Fee
Based Income dalam meningkatkan ROA.
10. Bagaimana pendapat anda atas hasil penelitian tersebut di atas, apakah secara praktek relevan dalam industry perbankan? (khususnya kualitas GCG dan efisiensi (penurunan rasio BOPO) memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan Biaya-Biaya Pengembangan SDM, dan Biaya Pengembangan/Investasi TI serta Fee Based Income dalam meningkatkan ROA) Kualitas GCG juga ditentukan dari seberapa baik kualitas SDM dan TI yang dimiliki oleh perusahaan. Besarnya FBI juga memiliki pengaruh yang tidak kecil dalam menentukan seberapa efisien suatu bank dalam memperoleh pendapatannya. Sehingga kami melihat bahwa semua komponen tersebut memiliki dampak yang sama signifikannya terhadap pertumbuhan ROA perusahaan.
11. Dalam hal industry perbankan dipilah atas dasar kepemilikan secara umum yang kerap dipublikasi secara data agregasi oleh otoritas baik BI ataupun OJK, yakni : Bank Milik Pemerintah, Bank Swasta Devisa, Bank Swasta Non Devisa, Bank Asing, Bank Campuran dan Bank Pembangunan Daerah, bagaimana menurut anda gambaran dan karakteristiknya (gambaran umum peer to peer) jika ditinjau dari aspek keunggulan bersaing dalam penelitian ini (Low Cost: Rasio BOPO; Diferensiasi: Fee Based Income; dan CAR)?
242
*) FBI
Fokus bisnis dari bank-bank BUMN, BUSN, dan Bank Asing saat ini adalah pada FBI. Sekarang, bank-bank tersebut sedang berusaha untuk menyeimbangkan komposisi pendapatan operasional mereka, dari yang semula sangat didominasi oleh pendapatan bunga ke fee based income. Untuk saat ini, bank BUMN dan BUSN memiliki rata-rata komposisi pendapatan FBI yang jauh lebih baik dibanding BPD
*) BOPO
BPD merupakan jenis bank dengan rata-rata tingkat BOPO yang cukup tinggi bila dibandingkan jenis bank yang lain.
*) CAR
Untuk pemenuhan CAR, bank BUMN dan Bank Swasta (baik Swasta Nasional maupun Asing) dirasa memiliki tingkat pemenuhan CAR yang terbilang lebih baik dibandingkan bank Campuran maupun BPD.
12. Dalam hal industry perbankan dipilah atas dasar kegiatan dan modal
intinya dengan sebutan BUKU sesuai ketentuan OJK, yakni :Bank BUKU 1, Bank BUKU 2, Bank BUKU 3 dan Bank BUKU 4, bagaimana menurut anda gambaran dan karakteristiknya (gambaran umum peer to peer) jika ditinjau dari aspek keunggulan bersaing dalam penelitian ini (Low Cost: Rasio BOPO; Diferensiasi: Fee Based Income; dan CAR)?
*) FBI
Untuk bank-bank BUKU 1, perolehan FBI sebagian besar berasal dari transaksi money changer dan biaya administrasi tabungan dan pinjaman karena dengan modal inti bank yang terbatas maka cakupan bisnis juga menjadi terbatas. Berbeda halnya dengan bank-bank BUKU 4, dimana dengan modal inti perusahaan yang jauh lebih besar, menjadikan bank BUKU 4 bisa dengan leluasa mengembangkan produk dan jasa perbankannya guna menghasilkan perolehan FBI yang lebih besar.
*) BOPO
Bank-bank BUKU 1 sebagian besar memiliki tingkat BOPO yang lebih tinggi dari bank-bank BUKU 2,3 dan 4. Hal ini disebabkan keterbatasan mereka dalam mengatur biaya operasional dan perolehan pendapatan operasional yang juga tidak cukup besar, sehingga menyebabkan rasio BOPO-nya menjadi cukup tinggi.
243
*) CAR
Para bank BUKU 4 saat ini mempunyai tingkat rasio kecukupan modal (CAR) yang jauh lebih baik dibandingkan bank BUKU 1, 2, dan 3.
TERIMA KASIH
244
RIWAYAT HIDUP
Apep Mokhamad Komarna Noormansyah, lahir di Bandung tanggal 26 Desember
1965. Yang bersangkutan menempuh pendidikan sampai dengan sekolah
menengah di Bandung yaitu SMAN 8 Bandung, melanjutkan S1 di IPB Jurusan
Agronomi, lulus tahun 1989 dan S2 di MM Unpad, lulus tahun 2000.
Berbagai peningkatan kapabilitas pernah ditempuh seperti sertifikasi pengawas
bank, interviewer, mediator di internal Bank Indonesia, dan berbagai kursus
lainnya seperti trade finance di baank komersial, counterpart program di LPPI-
ADB, Risk Based Bank Rating di Monetary Authority of Singapore, anti money
laundering dan cyber security di Hongkong dan London, serta audit security
kerjasama LAPI ITB-Bank Indonesia.
Jenjang karir diawali dengan berkarir sebagai Account Officer dari tahun 1989-
1992. Selanjutnya bekerja sebagai Staf Bank Indonesia pada tahun 1993, mulai
menjadi Staf Kredit, Ekonomi Statistik dan Pengawas Bank Yunior. Berbagai
satuan kerja dengan jabatan berbeda pernah disandang, mulai tahun 2001 sebagai
Manager di pengawasan sistem pembayaran Bank Indonesia Jakarta, menjadi
Peneliti Ekonomi Madya dan Pengawas Bank Madya tahun 2008-2012 di Bank
Indonesia Padang, selanjutnya menjadi Pengawas Bank Eksekutif pada tahun
2013 di Bank Indonesia Bandung. Penugasan sebagai pengawas bank di OJK
dialami dari tahun 2013-2016, sebagai Pengawas Bank Eksekutif di Kantor
Regional 1 dan DPB1. Saat ini yang bersangkutan sebagai Deputi Direktur
mengepalai Divisi Elektronifikasi Sistem Pembayaran Retail di Departemen
Gerbang Pembayaran Nasional (DGPN) Bank Indonesia Jakarta, bertugas sebagai
garda terdepan dalam mengupayakan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)
melalui elektronifikasi sistem pembayaran di berbagai sektor seperti e-toll,
Bansos Non Tunai, Transportasi Trans Jakarta, MRT, LRT dan Remitansi TKI.
243
RIWAYAT HIDUP
Apep Mokhamad Komarna Noormansyah, lahir di Bandung tanggal 26 Desember
1965. Yang bersangkutan menempuh pendidikan sampai dengan sekolah
menengah di Bandung yaitu SMAN 8 Bandung, melanjutkan S1 di IPB Jurusan
Agronomi, lulus tahun 1989 dan S2 di MM Unpad, lulus tahun 2000.
Berbagai peningkatan kapabilitas pernah ditempuh seperti sertifikasi pengawas
bank, interviewer, mediator di internal Bank Indonesia, dan berbagai kursus
lainnya seperti trade finance di baank komersial, counterpart program di LPPI-
ADB, Risk Based Bank Rating di Monetary Authority of Singapore, anti money
laundering dan cyber security di Hongkong dan London, serta audit security
kerjasama LAPI ITB-Bank Indonesia.
Jenjang karir diawali dengan berkarir sebagai Account Officer dari tahun 1989-
1992. Selanjutnya bekerja sebagai Staf Bank Indonesia pada tahun 1993, mulai
menjadi Staf Kredit, Ekonomi Statistik dan Pengawas Bank Yunior. Berbagai
satuan kerja dengan jabatan berbeda pernah disandang, mulai tahun 2001 sebagai
Manager di pengawasan sistem pembayaran Bank Indonesia Jakarta, menjadi
Peneliti Ekonomi Madya dan Pengawas Bank Madya tahun 2008-2012 di Bank
Indonesia Padang, selanjutnya menjadi Pengawas Bank Eksekutif pada tahun
2013 di Bank Indonesia Bandung. Penugasan sebagai pengawas bank di OJK
dialami dari tahun 2013-2016, sebagai Pengawas Bank Eksekutif di Kantor
Regional 1 dan DPB1. Saat ini yang bersangkutan sebagai Deputi Direktur
mengepalai Divisi Elektronifikasi Sistem Pembayaran Retail di Departemen
Gerbang Pembayaran Nasional (DGPN) Bank Indonesia Jakarta, bertugas sebagai
garda terdepan dalam mengupayakan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)
melalui elektronifikasi sistem pembayaran di berbagai sektor seperti e-toll,
Bansos Non Tunai, Transportasi Trans Jakarta, MRT, LRT dan Remitansi TKI.