Top Banner
52 Lampiran 1 : Tabel Tabel 2.1. Jumlah anak yatim piatu dan anak terlantar di Surabaya
26

Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

Oct 27, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

52

Lampiran 1 : Tabel

Tabel 2.1. Jumlah anak yatim piatu dan anak terlantar di Surabaya

Page 2: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

53

Lampiran 1 : Tabel (sambungan)

Tabel 2.2. Persebaran penduduk miskin di Surabaya

Page 3: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

54

Lampiran 1 : Tabel (sambungan)

Tabel 2.3. Lokasi pemukiman kumuh Surabaya

Page 4: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

55

Lampiran 2 : Sumber Acuan

Tiga Tahun Sanggar Alang@lang

Kejam, Film Anak Jalanan Disandera

PULUHAN anak usia sekolah dasar (SD) duduk di atas kursi plastik membentuk formasi lingkaran, di suatu malam cerah dengan lampu penerang yang terang. Di depan mereka terdapat puluhan lampu minyak yang terbuat dari bekas botol minuman berenergi. Mulut anak-anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau televisi.

Malam itu, 16 April 2002, mereka berkumpul merayakan ulang tahun ketiga Sanggar Alang@alang, sebuah komunitas belajar dan kreatif anak-anak

jalanan yang berada di Jalan Waringin, di belakang terminal angkutan Joyoboyo, Surabaya.

Dengan panggung sederhana, dengan dekorasi ala anjal dan alat-alat musik, mereka tampil bak artis profesional, lengkap dengan kerlap-kerlip tata cahaya dan tata suara sebagaimana layaknya pertunjukan musik. Istimewa, barangkali kata inilah yang paling tepat untuk menunjukkan perhelatan tiga tahun perjalanan sanggar yang didirikan oleh seniman, budayawan, sekaligus reporter senior TVRI Surabaya H Didit Hape.

Selain berpentas musik dan lawak, malam itu juga menjadi ajang peluncuran album musik perdana mereka yang bertitel The Best Street Music Soerabaia produksi Sanggar Alang@alang. Bahkan, mereka telah pula menghasilkan sebuah film yang berjudul Hermin Di Mana Kau...? yang hingga kini masih bermasalah, karena masih disandera pihak pemilik kamera. "Itu namanya kejam terhadap anak jalanan," ujar salah seorang budayawan di Surabaya.

Tak kurang wakil dari unsur Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, lembaga swadaya masyarakat (LSM) peduli anak, Persatuan Artis Film (Parfi) Jawa Timur (Jatim), dan LSM internasional peduli anak "Save The Children" yang berkantor pusat di Amerika Serikat, yang ikut membantu pendanaan pembuatan seribu keping album musik tersebut, turut hadir di acara yang juga menampilkan lukisan para anjal itu.

Diawali dengan medley lagu oleh grup musik Alang@alang yang telah beberapa kali merajai festival musik di Jatim, beberapa tembang mengalir, dari tembang Jawa-nya Didi Kempot hingga tembang berbahasa Inggris seperti Carol.

BUKANLAH tanpa kepedihan bila sanggar yang memiliki 105 anak asuh itu kini melangkah semakin mapan dan memperoleh tempat di hati para pemerhati anak. Sejak berdiri 16 April 1999 lalu, hingga kini mereka masih menempati rumah kontrakan yang

KOMPAS/GESIT ARIYANTO

Page 5: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

56

Lampiran 2 : Sumber Acuan (sambungan)

tidak terlalu besar, tempat berkumpulnya anak-anak jalanan yang selama ini mengamen atau bekerja di jalanan. "Mereka itu

butuh disapa dan diperhatikan," kata Didit yang mengakui bahwa mendidik dan menjadi "orangtua" mereka sangatlah tidak mudah.

Di balik nama Alang@lang tersimpan arti filosofis, sebuah tumbuhan atau komunitas yang bisa ditemukan di mana saja. Bila kering dan disulut, dengan cepat mudah terbakar. "Begitulah mereka. Bila dibohongi atau disakiti, akan sangat cepat tersebar," kata Wuri Pramesty, anak perempuan Didit memberi pengandaian.

Hal itu pula yang terjadi ketika para anjal mengetahui bahwa film yang mereka bintangi itu, masih disandera pihak Permata Video Record, bahkan untuk dipinjam pun, menurut Wuri dan Didit, tidak diperbolehkan. "Anak-anak itu maunya marah dan kurang terkontrol," tutur Wuri.

Upaya hukum? Didit menyatakan bahwa hal itu jauh dari pikirannya. Selain karena tidak ada hitam di atas putih, juga karena masih diupayakan secara kekeluargaan. Menanggapi permintaan menggunakan nama Permata sebagai pemroduksinya, Didit berujar, "Biar kami ini miskin dan terbatas, saya tekankan pada semuanya termasuk anak-anak, bahwa kami punya harga diri," kata dia.

***

PENDEKATAN yang tepat terhadap anjal, membuahkan prestasi. Setidaknya telah tiga kali berturut-turut grup musik Alang@alang menjuarai festival musik anak jalanan se-Jatim. Dengan alat musik seperti gitar, ukulele, ketipung, ecrek-ecrek, dan harmonika, semua tembang dapat mereka nyanyikan dengan kreasi mereka.

Selain bernyanyi, mereka pun mau belajar, setidaknya bagi beberapa anak jalanan. Dengan tekun mereka mengikuti sekolah malam pengamen yang mereka sebut dengan SMP jalanan. "Kami beri materi seni, etika, estetika, hingga norma," tutur lelaki berambut gondrong itu. Tentu jangan menyamakan dengan SMP dalam standar Departemen Pendidikan.

"Bagaimanapun, mereka bekerja, yakni sebagai anak jalanan yang mencari uang di jalanan," kata Didit suatu ketika. Karena itu, belajar malam hari merupakan satu-satunya jalan yang dipilih untuk belajar.

Kini, dengan prestasi mereka, pentas bukan lagi sebuah kecanggungan atau hal baru. Tampil di hadapan para pejabat telah biasa mereka lakukan, termasuk gubernur. Bahkan, di hadapan Presiden Megawati Soekarnoputri saat berkunjung ke Surabaya. Puluhan hingga ratusan piala juga telah mereka peroleh dari berbagai lomba. Hadiah dalam bentuk uang itulah yang dikumpulkan sedikit demi sedikit untuk berbagai keperluan, termasuk mengontrak rumah hingga tahun 2005, yang kini mereka tempati itu.

DI usia ketiganya, Sanggar Alang@alang membuktikan bahwa anak jalanan bisa ditangani, dan produktif. Potensi tidak terletak pada status sosial, dia melekat pada siapa saja, termasuk para anjal. Semua tergantung dari upaya pendekatan. Bukan dengan tangan besi, bukan pula dengan operasi ketenteraman dan ketertiban (tramtib) yang sering digelar pemerintah. Seperti rumput alang-alang yang tidak bisa dipunahkan, begitu pula dengan mereka, menunggu sentuhan terampil dan tepat.

Page 6: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

57

Lampiran 2 : Sumber Acuan (sambungan) Anak Jalanan Kian Rentan Kekerasan Sumber : Suara Merdeka, Jumat, 28 Mei 2004, via Mas Odi SETIAP kali puluhan kendaraan berhenti di dekat lampu pengatur lalu lintas perempatan Jalan Pemuda, tepatnya di seberang Universitas AKI, anak-anak yang semula duduk menggerombol di trotoar tepi jalan segera berdiri.

Sesaat kemudian, bocah-bocah berusia 4-10 tahun itu menghampiri para pengendara dan menengadahkan tangan mereka. Beberapa pengemudi memberikan keping-keping recehan kepada mereka. Namun sering pula para pengendara itu menggelengkan kepala. Mereka yang "ditolak" pun melangkah mundur atau berbalik pergi.

"Jangan mengira mereka tidak ditarget setoran. Anak-anak itu sering diharuskan menyetorkan 'pendapatan' mereka kepada anak yang lebih besar" tutur Heru Sulistyo, seorang relawan Rumah Singgah Anak Bangsa, Yayasan Sosial Soegijapranata (YSS).

Anak-anak, kata dia, juga sering mendapatkan perlakuan kurang manusiawi, seperti dipukul oleh orang tua atau kakaknya. "Di kawasan Jalan Thamrin ada anak yang diharuskan setor Rp 60.000 per hari. Kalau tidak bisa memberikan uang sebanyak itu, dia dipukul kakaknya," tutur Heru.

Kenyataan persis dengan yang diungkapkan oleh Odi Shalahuddin dalam Bedah Buku Anak Jalanan Di Bawah Bayang-bayang Ancaman, Kamis (27/5), di Museum Ronggowarsito, anak jalanan menghadapi permasalahan kompleks, mulai dari perdagangan anak, eksploitasi seksual, hingga pelacuran.

"Meski Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak dengan mengeluarkan UU Perlindungan Anak No 23/2002, penanganan anak jalanan masih lemah," tegas Odi.

Salah satu gambaran lemahnya penanganan anak jalanan di Kota Semarang adalah kebiasaan memberikan uang dalam setiap aktivitas kegiatan pendampingan baik yang dilakukan Pemkot maupun LSM. "Penanganan seperti ini sangat tidak mendidik," tegasnya.

Jangan Diskriminatif

Sementara itu, budayawan Darmanto Jatman mengingatkan, anak jalanan jangan diperlakukan diskriminatif. Mereka seharusnya diperlakukan secara normal."Berbelas kasihan saja tidak cukup untuk mengatasi permasalahan anak jalanan."

Hal lain yang dirasa masih kurang adalah sedikitnya fasilitas bagi mereka. Perlu diketahui, untuk 1.783 anak jalanan di Kota Semarang, hanya tersedia tiga rumah singgah. Padahal, salah satu tempat yang diyakini dapat menjadi terapi bagi anak jalanan adalah rumah singgah. Namun meyakinkan anak-anak jalanan bahwa ada rumah yang bisa menerima kedatangan mereka bukanlah pekerjaan mudah.

Seperti diungkapkan Manajer Program Rumah Singgah Anak Bangsa, Sr Agatha Titi Prawati, dunia jalanan bukanlah tempat yang aman bagi anak-anak. "Namun sebagaimana anak-anak lain, anak jalanan juga menginginkan hidup normal. Mereka membutuhkan tempat untuk tinggal, rasa aman, nyaman, dan ingin diterima oleh masyarakat."

Odi yang mendokumentasikan pengalamannya mendampingi anak jalanan selama tujuh tahun ke dalam sebuah buku itu menganjurkan tindakan pencegahan agar anak tidak turun ke jalan.

"Untuk anak yang telanjur berada di jalan, dapat dilakukan program pengentasan yang mengakomodasi keinginan anak." (Ninik D-89)

Sumber : Suara Merdeka, Jumat, 28 Mei 2004, via Mas Odi Shalahuddin Posted at 06:12 am by Relawan Kasih Komentar

Page 7: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

58

Lampiran 2 : Sumber Acuan (sambungan)

Tuesday, June 15, 2004

Komunitas Anak Jalanan Memberi Penghiburan Surabaya, Kompas - Komunitas anak jalanan Surabaya mempersembahkan sebuah pergelaran seni pertunjukan bertajuk "Pesan dari Anak", Sabtu (2/11) malam, di Jendela Resto Gallery Surabaya, Jalan Sonokembang, Surabaya, Jawa Timur (Jatim).

Perhelatan seni pertunjukan yang dikemas dalam bentuk pertunjukan lagu, musik, dan teater itu diprakarsai Kelompok Mata Hati, Plan Indonesia Surabaya, Indonesian Message, dan Jendela Resto Gallery Surabaya.

Jika dari Kelompok Mata Hati menghadirkan suguhan lagu-lagu, di antaranya Imagine dari grup musik rock The Beatles, Komunitas Aping menghadirkan lagu Mother How Are You to Day.

Pergelaran seni dari komunitas anak jalanan tak sekadar menghadirkan serangkaian pertunjukan lagu, musik, dan teater, melainkan jauh menusuk kepada persoalan-persoalan anak jalanan itu sendiri melalui pesan-pesan moral, di antaranya stop pelacuran anak-anak, misalnya.

Aksi panggung anak-anak jalanan tatkala bermain musik dan teater di sebuah kafe itu memberikan sajian tersendiri bagi sebagian pengunjung resto. Mereka juga tak minder, melainkan tampak riang gembira.

Anak pinggiran tak pernah merasa gentar, membangun mimpi-mimpi di atas kaki sendiri. Itulah bait lagu ciptaan Komunitas Anak Pinggiran (Aping) Terminal Bratang, Surabaya, yang ikut mewarnai pergelaran seni pertunjukan di Jendela Resto Gallery.

Pergelaran ini tak saja dimeriahkan dengan sajian lagu dan musik dari Komunitas Halte dan Aping, tetapi juga digairahkan oleh pementasan teater Komunitas Alit. Teaterikal yang mereka pertontonkan tak berbeda jauh dengan realitas keseharian anak jalanan itu sendiri.

Pernak-pernik kehidupan mereka yang keras tercermin pula ketika mereka harus berhadapan dengan petugas ketertiban. Dan, tatkala suara prit-priit-priiit..., mereka pun terpaksa lari tunggang-langgang menyelamatkan diri.

Gandi Wicaksono, salah seorang anggota panitia penyelenggara pergelaran seni pertunjukan "Pesan dari Anak", mengatakan, permasalahan anak di Indonesia tidak sedikit ragamnya. Dari pengadaan akta kelahiran, ekploitasi seksual, kekerasan terhadap anak jalanan, dan masih banyak lagi persoalan lainnya.

"Menyuarakan permasalahan anak tidak sesederhana yang dibayangkan," ujarnya.

Selama ini sudah banyak upaya dilakukan terhadap persoalan anak, termasuk advokasi, dialog, audiensi dengan pihak terkait untuk menyuarakan permasalahan anak tersebut. "Pada intinya, walaupun bergerak lambat selalu ada upaya ke arah itu," ujarnya. Krisnawanto, salah seorang pembina anak jalanan dari Komunitas Aping, mengatakan, sejak berdiri tahun 1999 Komunitas Aping dalam persentuhannya dengan aktivitas bermusik telah mencapai pelbagai prestasi.

Foto : http://www.njl.dk/

Page 8: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

59

Lampiran 2 : Sumber Acuan (sambungan)

antara lain juara pertama Festival Musik Anak Jalanan Piala Gubernur Jatim, tahun 1999. "Sampai sekarang ini tidak kurang 18 piagam penghargaan musik," ujarnya.

Selain bergiat pada musik, Komunitas Aping juga memberikan pembekalan kepada anak jalanan melalui karya seni, termasuk membuat kartu Lebaran dan Natal. "Yang mengajari melukis Krisna dan Rendi," ujarnya. (TIF)

Sumber : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0211/04/jatim/komu56.htm Posted at 07:33 am by Relawan Kasih Komentar

UPAYA PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN Sumber : www.bpk.go.id/publikasi/mp87102002xxii55.pdf

Oleh Dr. Armai Arief, MA

Keberadaan anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota-kota besar di Indonesia. Kepekaan masyarakat kepada mereka nampaknya tidak begitu tajam. Padahal Anak merupakan karunia Ilahi dan amanah yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945, UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990 tentang pengesahan Convention on the right of the child ( Konvensi tentang Hak-hak Anak).Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi anak jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya (H.A Soedijar, 1988 : 16).

Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan.Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang.

Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada dijalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua, atau atas dasar pilihannya sendiri.

Himpunan mahasiswa Pemerhati Masyarakat Marjinal Kota ( HIMMATA) mengelompokan anak jalanan menjadi dua kelompok, yaitu anak semi jalanan dan anak jalanan murni. Anak semi jalanan diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan mencari penghidupan dijalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan keluarga. Sedangkan anak jalanan murni diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan menjalani kehidupannya di jalanan tanpa punya hubungan dengan keluarganya (Asmawati, 2001 : 28 ).

Sedangkan menurut tata Sudrajat ( 1999 : 5 ) anak jalanan dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu : Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan tinggal di jalanan ( anak yang hidup dijalanan / children the street ). Kedua, anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan ( Children on the

Page 9: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

60

Lampiran 2 : Sumber Acuan (sambungan)

street ) Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori anak yang rentan menjadi anak jalanan ( vulnerable to be street children ).

Sementara itu menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ( 1999 ; 22-24 ) anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :

1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya ( children of the street ). Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan keluarga sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan oleh factor social psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.

2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka adalah anak yang bekerja di jalanan ( children on the street). Mereka seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi hingg sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman senasibnya.

3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan Koran.

4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa ( orang tua ataupun saudaranya ) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang belanjaan ( kuli panggul ), pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung.

Fenomena merebaknya anak jalanan di DKI Jakarta merupakan suatu masalah yang kompleks. Secara garis besar terdapat dua kelompok anak jalanan, yaitu : 1). Kelompok anak jalanan yang bekerja dan hidup di jalan. Anak yang hidup di jalan melakukan semua aktivitas dijalan, tidur dan menggelandang secara berkelompok. 2). Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan ( masih pulang ke rumah orang tua). Pekerjaan anak jalanan beraneka ragam, dari menjadi tukang semir sepatu, penjual asongan, pengamen sampai menjadi pengemis. Banyak faktor yang kemudian diidentifikasikan sebagai penyebab tumbuhnya anak jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang gelandangan di kota bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota, tetapi justru karena tekanantekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota (Parsudi Suparlan, 1984 : 36 ).

Hal senada juga diungkapkan oleh Saparinah Sadli ( 1984 : 126 ) bahwa ada berbagai factor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah gelandangan, antara lain : faktor kemiskinan (structural dan peribadi ), faktor keterbatasan kesempatan kerja (factor intern dan ekstern), faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.

Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya anak jalanan adalah faktor kondisi social ekonomi di samping karena adanya faktor broken home serta berbagai faktor lainnya.

Foto : http://www.suaramerdeka.com/

Foto : http://www.1rstwap.com/

Page 10: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

61

Lampiran 2 : Sumber Acuan (sambungan)

Hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin, 2000 : 11 ) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena : 1) Kekerasan dalam keluarga. 2). Dorongan keluarga. 3). Ingin bebas. 4). Ingin memiliki uang sendiri, dan 5). Pengaruh teman.

Persoalan yang kemudian muncul adalah anak-anak jalanan pada umumnya berada pada usia sekolah, usia produktif, mereka mempuanyai kesempatan yang sama seperti anak-anak yang lain, mereka adalah warga negara yang berhak mendapatkan pelayanan pendidikan, tetapi disisi lain mereka tidak bisa meninggalkan kebiasaan mencari penghidupan dijalanan.

Upaya pembinaan terhadap anak jalanan bukannya tidak pernah dilakukan. Pemda DKI Jakarta misalnya, sejak tahun 1998 telah mencanangkan program rumah singgah. Dimana bagi mereka disediakan rumah penampungan dan pendidikan (Draft Pembinaan Anak Jalanan : Pemda DKI, 1998). Akan tetapi, pendekatan yang cenderung represif dan tidak integrative, ditunjang dengan watak dasar anak jalanan yang tidak efektif. Sehingga mendorong anak jalanan tidak betah tinggal di rumah singgah. Selain pemerintah, beberapa LSM juga concern pada masalah ini. Kebanyakan bergerak di bidang pendidikan alternatif bagi anak jalanan. Kendati demikian, dibanding jumlah anak jalanan yang terus meningkat, daya serap LSM yang sangat terbatas sungguh tidak memadai. Belum lagi munculnya indikasi " komersialisasi " anak jalanan oleh beberapa LSM yang kurang bertanggungjawab dan hanya berorientasi pada profit semata.

Penanganan masalah anak jalanan sesungguhnya bukan saja menjadi tanggung jawab salah satu pihak saja, tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, LSM, akademisi dan masyrakat, secara keseluruhan. Persoalannya, selama ini aksi-aksi penanganan anak jalanan masih dilakukan secara sporadic, sektoral dan temporal serta kurang terencana dan terintegrasi secara baik. Akibatnya efektivitas penanganan menjadi tidak maksimal.

RUMAH SINGGAH SEBAGAI TEMPAT ALTERNATIF PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN

Salah satu bentuk penanganan anak jalanan adalah melalui pembentukan rumah singgah. Konferensi Nasional II Masalah pekerja anak di Indonesia pada bulan juli 1996 mendefinisikan rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anakanak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut.

Sedangkan menurut Departemen Sosial RI rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap system nilai dan norma di masyarakat.

Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedang secara khusus tujuan rumah singgah adalah :

Page 11: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

62

Lampiran 2 : Sumber Acuan (sambungan)

a. Membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

b. Mengupayakan anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan.

c. Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.

Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :

a. Sebagai tempat pertemuan ( meeting point) pekerja social dan anak jalanan. Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan.

b. Pusat diagnosa dan rujukan. Dalam hal ini rumah singgah berfungsi sebagi tempat melakukan diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan rujukan pelayanan social bagi anak jalanan.

c. Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti, dan lembaga lainnya.

d. Perlindungan. Rumah singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.

e. Pusat informasi tentang anak jalanan

f. Kuratif dan rehabilitatif, yaitu fungsi mengembalikan dan menanamkan fungsi social anak.

g. Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan social.

h. Resosialisasi. Lokasi rumah singgah yang berada ditengah-tengah masyarakat merupakan salah satu upaya mengenalkan kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada sisi lain mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan.

Bentuk upaya pemberdayaan anak jalanan selain melalui rumah singgah dapat juga dilakukan melalui program-program :

a. Center based program, yaitu membuat penampungan tempat tinggal yang bersifat tidak permanen.

b. Street based interventions, yaitu mengadakan pendekatan langsung di tempat anak jalanan berada atau langsung ke jalanan.

c. Community based strategi, yaitu dengan memperhatikan sumber gejala munculnya anak jalanan baik keluarga maupun lingkungannya.

Page 12: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

63

Lampiran 2 : Sumber Acuan (sambungan)

Dalam kaitannya dengan model pembinaan anak jalanan di rumah Singgah, ada berbagai hal yang ingin di ketahui. Misalnya tahap-tahap pemberdayaan anak jalan. Apakah pembinaan tersebut dilakukan dengan cara model penjangkauan kunjungan pendahuluan dan persahabatan dengan mereka ?. Apakah dilakukan dengan cara identifikasi masalah (problem assessment) sebagi langkah dalam menginventarisir identitas anak jalanan. Ataukah dilakukan dengan cara memberikan pendidikan alternatif ( Pendidikan luar sekolah) sebagai kegiatan untuk mencegah munculnya masalah social anak jalanan, seperti pelatihan dan peningkatan keterampilan.

KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK DAN STABILITAS

Anak merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan nasional, karena itu pembinaan dan pengembangannya (pemberdayaan) dimulai sedini mungkin agar dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara.

Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas generasi bangsa (termasuk didalamnya anak jalanan) tidak dapat dilepaskan dari upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan khususnya anak yang diwarnai dengan upaya pendalaman di bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan, budaya yang mampu meningkatkan kreativitas keimanan, intelektualitas, disiplin, etos kerja dan keterampilan kerja.

Di sisi lain stabilitas nasional adalah gambaran tentang keaadan yang mantap, stabil dan seimbang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan ditanganinya dengan baik masalah anak jalanan akan memperkuat sendi-sendi kesejahteraan social serta stabilitas nasional kita di masa yang akan datang.

Posted at 06:24 am by Relawan Ada (3) komentar Kasih Komentar

Foto : http://homepage2.nifty.com/

Page 13: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

64

Lampiran 2 : Sumber Acuan (sambungan)

Pengusaha di Surabaya Mulai Peduli pada Anak Jalanan

Surabaya, Kompas - Ketidakmampuan Pemerintah Kota Surabaya mengatasi persoalan sosial anak jalanan (anjal) seorang diri, kini disadari dengan menggandeng swasta, yakni para pengusaha. Kerja sama itu ditandai pendeklarasian Forum Peduli Masalah Kesejahteraan Sosial, Kamis (8/5), di Surabaya.

Forum yang di dalamnya terdapat lembaga penelitian (Lemlit) Universitas Airlangga itu tergabung sekitar 50 pengusaha, seperti Bank Mandiri dan Kroto Kristal Grup. "Pengusaha punya dana, lembaga swadaya masyarakat (LSM) punya kompetensi dan waktu untuk menyalurkan," kata salah satu deklarator yang juga pengamat sosial, Bagong Suyanto, kemarin. Deklarasi itu difasilitasi Kantor Dinas Sosial Surabaya.

Bentuk kepedulian Bank Mandiri dalam wujud pemberian uang Rp 100.000 kepada 100 anjal dalam bentuk tabungan. Sebanyak 12 orangtua anjal juga diberi bantuan modal usaha, masing-masing Rp 250.000. Sementara itu, Hartono, pemilik perusahaan Kroto Kristal Grup, menyatakan kesediaannya memberi bantuan menjamin pembayaran uang SPP anjal di bawah binaan lima rumah singgah selama satu tahun.

"Saya senang bisa memberi kepada sesama, tidak hanya menerima. Saya imbau kepada teman-teman pengusaha untuk sadar bahwa mereka ini butuh penanganan, termasuk dari para pengusaha," kata Hartono yang sebelumnya memiliki 68 anak asuh ini.

Kesediaannya membantu membayar uang SPP tersebut disampaikan spontan dalam dialog dengan lima pengelola rumah singgah yang hadir kemarin, yakni Teratai, Bangun Pertiwi, Insani, Anak Ceria, dan Salvatore. Mereka tercatat memiliki ratusan anjal binaan.

Menurut Bagong, sudah waktunya Pemerintah Kota Surabaya mengubah penilaian bahwa anjal atau PKL merupakan para terdakwa yang harus ditertibkan dengan mengejar mereka, tetapi sebagai korban yang harus didampingi.

"Surabaya kini lebih terlihat dikendalikan kekuatan komersial daripada kepedulian terhadap wong cilik. Perlahan-lahan sebaiknya diubah, tetapi bukan berarti akan meninggalkan pembangunan," kata staf pengajar FISIP Unair yang mengambil spesifikasi kemiskinan dan masalah sosial anak itu.

Menurut data Dinas Sosial Surabaya, jumlah anak jalanan di Surabaya tahun 2001 sebanyak 2.926 orang. Jumlah anjal ini meningkat bila dibandingkan tahun 2000 yang berjumlah 1.297 orang.

Menurut Kepala Dinas Sosial Surabaya Sukamto Hadi, pada tahun 2003, sekitar 300 orang yang terdiri atas anjal dan pengangguran akan diberi pelatihan keterampilan usaha mandiri.

Salah satu anjal, Eko, mengungkapkan harapannya agar dirinya bisa keluar dari dunia jalanan dengan membuka bengkel elektronik. "Siapa yang mau menjadi pengamen terus. Dunia jalanan itu keras, belum lagi dikejar-kejar petugas polisi pamong praja," kata pelajar salah satu sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) tersebut.(gsa)

Page 14: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

65

Lampiran 2 : Sumber Acuan (sambungan)

83 Persen Anak Jalanan Jatim Berada di Kota Surabaya

BERDASARKAN data yang dihimpun Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur (Jatim), jumlah anak jalanan di Jatim terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari 6.000 anak jalanan yang tersebar di seluruh wilayah Jatim, 5.000 anak di antaranya atau sekitar 83 persen berada di Kota Surabaya.Tidak kunjung membaiknya perekonomian Indonesia pascakrisis multidimensi yang terjadi mulai tahun 1998 dikhawatirkan akan terus menambah jumlah anak telantar yang hidup di jalanan. "Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, jumlah anak jalanan yang hidup di jalan-jalan di Kota Surabaya malah mencapai sekitar 8.000 orang. Jumlah ini akan terus meningkat dan makin memprihatinkan seiring dengan krisis ekonomi yang belum kunjung teratasi," ujar Ketua LPA Jatim Sri Sanituti Hariyadi, pekan lalu, di Surabaya.Keberadaan anak jalanan yang telantar di Kota Pahlawan ini mudah sekali dijumpai, baik di persimpangan jalan protokol maupun di sejumlah pusat keramaian. Mereka bekerja sebagai pedagang asongan, penjaja koran/majalah, penyemir sepatu, pemulung, pengamen, dan peminta-minta di sejumlah tempat."Yang mengkhawatirkan, di tengah ketidakmampuan pemerintah memelihara anak jalanan tersebut, ada orang yang memanfaatkan dan mengeksploitasi mereka untuk mengeruk keuntungan," ungkap Wakil Ketua Komisi E DPRD Surabaya Luthfillah Masduqi, yang menjadi kontributor LPA Jatim.Fenomena eksploitasi anak telantar di Surabaya tersebut dapat dijumpai antara lain di sejumlah perempatan jalan protokol. (INU)

Anjal pun Berpameran di Starbucks

SURABAYA - esal dikejar-kejar terus petugas Dispol PP. Itulah cuplikan

ungkapan hati Tomas, 17, anak jalanan binaan Alit (Arek Lintang) Surabaya. Kekesalan hatinya itu tergambar melalui tangkapan lensa kameranya yang berjudul Berani Beresiko. Momen itu adalah salah satu dari 17 foto karya para anak jalanan (anjal) yang dipamerkan Konsorsium untuk Anak di Starbucks Coffee, Plaza Tunjungan IV, kemarin. Foto Tomas menunjukkan wajah dua anjal yang berpose ceria, dengan latar belakang bapak-bapak berseragam Dispol PP. Sangat pas dengan ungkapan hatinya, kesal namun berani mengambil risiko. Lain halnya dengan Agus, 9. Dia mengabadikan kehidupannya di pinggir jalan. Kehidupan yang sangat akrab dengan dirinya itu terbingkai indah. Seorang bayi yang ditidurkan di trotoar, sementara botol susunya kosong tergeletak di samping. Di sisi lain, sebuah baskom plastik berisi beberapa lembar uang dan recehan turut menemani si bayi. Melalui foto ini Agus mencoba mengetuk hati orang tentang keberadaan mereka yang "terpaksa" hidup di pinggir jalan. Keindahan bidikan para anjal ini diakui Fensilia, store manager Starbucks

Page 15: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

66

Lampiran 2 : Sumber Acuan (sambungan) Coffee Plaza Tunjungan. Fensilia menyatakan kekagumannya atas ide para anjal

mendokumentasikan kehidupannya sendiri itu. "Ini semua asli karya mereka, lho," katanya bangga dan kagum. Fensilia berharap pajangan foto-foto anjal itu dapat menggugah kesadaran warga Surabaya tentang kehidupan anak-anak pinggiran itu. Dan, mereka butuh pembinaan. Buktinya, begitu dibina mereka juga dapat menghasilkan karya foto yang berkualitas. Padahal, menurut Yuliati Umrah, Badan Pekerja Konsorsium, anak-anak jalanan itu tidak pernah belajar fotografi. Mereka hanya dipinjami kamera digital milik Christopher Steven Brown, dosen antropologi dari University of Washington, yang juga punya kepedulian terhadap anak-anak jalanan. Menurut Yuli, kemampuan anjal untuk belajar sangat besar. Dalam waktu tiga setengah bulan, mereka telah dapat menghasilkan karya foto yang berkualitas. "Kita mulai pinjami mereka kamera April lalu, dan terus digunakan hingga minggu lalu," ujarnya. "Mereka kita bebaskan untuk memotret apa saja mereka inginkan," tambah Yuli. Yuli menambahkan, para anjal juga diajari untuk melihat karya mereka melalui komputer dan mendiskusikan kekurangan dan kelebihan hasil jepretannya masing-masing. "Mereka sendiri yang menyeleksi foto-foto yang layak dipamerka ini. Kami tidak campur tangan," tambahnya. Tak hanya Yuli yang bangga. Si pemilik kamera Christopher Steven Brown juga mengungkapkan hal senada. "Bahkan saya senang sekali kalau mereka tiba-tiba mengambil kamera saya untuk memotret," kata Christ, panggilan Christopher Steven Brown. Menurutnya, ketertarikan anak-anak jalanan itu dengan fotografi bermula ketika mereka sering minta difoto. "Mungkin mereka senang bisa melihat wajahnya dan keluarganya di foto," papar Christ yang melakukan penelitian tentang anak-anak jalanan di Surabaya. "Saya tidak pernah mengajari mereka," ujar pria berambut gondrong ini. Tetapi, secara tidak langsung, Christ memang menjadi guru bagi anak-anak jalanan itu. "Mereka sering melihat saya ketika memotret. Kadang-kadang, melihatnya dengan sembunyi-sembunyi, lho," katanya sambil terbahak. (nik/dos)

Page 16: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

67

Page 17: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

52

Lam

piran 3 : Contoh-contoh gam

bar hasil perancangan (sambungan)

Page 18: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

53

- 1.50

- 1.10 - 1.40

Are a PK L & Pasa r M alam

+0. 60

Stage +1. 20

Plaza+0. 20

+0. 70

+0. 10

Parkir Mobil- 1.40

A A

B

B+0. 00

+0. 60+0. 00

+0. 00

+0. 25

+0. 60

+0. 20

+0. 00

+0. 60

9580 92602500

6000 48001200

4800 5370 10800 60102950

18080 6000 600029601000

38000 13540 17780 7230

157040

32000

17000

39000

12000

9000

12000

39000

10504060

3410

20250

8450

169570

7800 18000 6000 15010 8990 24000 188504290

258902960

215004090

7910153300

76260

7540

15600

7540

59120

166070

1:250

Parkir Mobil- 1.40

area gamelan+0. 80

Lam

piran 3 : Contoh-contoh gam

bar hasil perancangan (sambungan)

Page 19: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

54

Lam

piran 3 : Contoh-contoh gam

bar hasil perancangan (sambungan)

Page 20: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

55

Page 21: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

56

gedung pementasan 1:250

gedung pementasan 1:250

1:250 gedung pementasan

1:250 gedung pementasan

Page 22: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

57

Lam

piran 3 : Contoh-contoh gam

bar hasil perancangan (sambungan)

Page 23: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

58

Lam

piran 3 : Contoh-contoh gam

bar hasil perancangan (sambungan)

Page 24: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

59

Lam

piran 3 : Contoh-contoh gam

bar hasil perancangan (sambungan)

Page 25: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

60

Lam

piran 3 : Contoh-contoh gam

bar hasil perancangan (sambungan)

Page 26: Lampiran 1 : Tabel · anak itu bergerak mengikuti syair lagu-lagu ciptaan anak jalanan (anjal) yang mengalir dari kaset, bukan lagu anak populer yang sering terdengar di radio atau

61

Lam

piran 3 : Contoh-contoh gam

bar hasil perancangan (sambungan)