BAB I PENDAHULUAN I.I . Latar Belakang Latar belakang dari hasil laporan ini bahwa sebagai mahasiswa kita harus mengetahui perihal karakter, sifat, yang terkandung dalam bahan bangunan, seperti halnya beton sebagai struktur yang kuat juga sangat berperan dalam pembangunan pembuatan gedung dan sebagainya sehingga kebutuhan penelitian begitu begitu menunjang dalam pemanfaatan dalam bidang bangunan, seiring perkembangan jaman yang pesat, beton menjadi sasaran utama dalam aktifitas sebagai konstruksi bangunan serba guna sehingga semakin hari banyak peminatnya. I.II. Tujuan Tujuan dari pada pembuatan laporan ini, salah satunya sebagai pemenuhan tugas sebagai dasar kepahaman kita terhadap proses praktikum sebelumnya, selain itu laporan bisa menjadi wawasan bagi kita semua untuk bisa mempelajari serta memahami dari hasil praktikum ini yang hasil akhirnya bisa mengamalkan secara integritas atas dasar laporan ini Adapun Tujuan lain dari Uji Bahan adalah : 1) Mahasiswa dapat berkerja dengan terampil dalam Uji Bahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.I . Latar Belakang
Latar belakang dari hasil laporan ini bahwa sebagai mahasiswa kita harus mengetahui
perihal karakter, sifat, yang terkandung dalam bahan bangunan, seperti halnya beton
sebagai struktur yang kuat juga sangat berperan dalam pembangunan pembuatan gedung
dan sebagainya sehingga kebutuhan penelitian begitu begitu menunjang dalam
pemanfaatan dalam bidang bangunan, seiring perkembangan jaman yang pesat, beton
menjadi sasaran utama dalam aktifitas sebagai konstruksi bangunan serba guna sehingga
semakin hari banyak peminatnya.
I.II. Tujuan
Tujuan dari pada pembuatan laporan ini, salah satunya sebagai pemenuhan tugas
sebagai dasar kepahaman kita terhadap proses praktikum sebelumnya, selain itu laporan
bisa menjadi wawasan bagi kita semua untuk bisa mempelajari serta memahami dari
hasil praktikum ini yang hasil akhirnya bisa mengamalkan secara integritas atas dasar
laporan ini
Adapun Tujuan lain dari Uji Bahan adalah :
1) Mahasiswa dapat berkerja dengan terampil dalam Uji Bahan
2) Mahasiswa dapat mempraktekan hasil praktikum ini dimana pun tempat ia kerja kelak
3) Mahasiswa lebih mengenal bahan yang akan diujikan
4) Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat uji bahan
I.III. Waktu dan Tempat Praktek
Adapun waktu praktek yang telah di tentukan masuk Jam 08.00 – SELESAI. Dan
Tempat Praktek dilaksanakan di Laboratorium Teknik Spil
BAB II
DASAR TEORI
II.I. Pengertian Beton
Beton didefinisikan sebagai sebuah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan
agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil / batu pecah), semen, air, dan bahan
tambahan lain (admixtures) bila diperlukan dan telah mengeras. Bila campuran beton
belum mengeras (plastis), bahan tersebut disebut spesi beton. Agar beton dapat menahan
gaya tarik, maka di dalam beton diberi besi tulangan dan biasa disebut beton bertulang.
Definisi beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan, dengan atau tanpa pratekanan
dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material (beton dan besi tulangan)
bekerja bersama-sama dalam menahan beban yang diterima. Agregat sebagai salah satu
komposisi bahan beton (baik agregat halus atau agregat kasar) bisa didapat dari alam
(alami: kerikil, pasir sungai), atau dari industri (buatan: batu pecah, pasir giling).
Keduanya harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti kebersihan yang terjaga, gradasi
yang baik, dan kadar organik yang rendah sebelum digunakan sebagai campuran. Begitu
pula semen dan air. Harus disesuaikan dengan kebutuhan bahan beton yang akan dipakai.
Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh
bahan-ikat. Singkatnya dapat dikatakan pasta bahwa semen mengikat pasir dan bahan-
bahan agreget lain (kerikil,basalt, dll). Sifat-sifat beton pada suhu tinggi di pengaruhi
dalam batas tertentu oleh jenis agregat. Beton structural dapat digolongkan ke dalam tiga
jenis agregat, antara lain:
1. Karbonat. Meliputi batu kapur dan dolomite dan dimasukkan dalam satu golongan
kedua zat ini mengalami perubahan susunan kimia pada suhu antara 1300F sampai
1800F.
2. Silikat. Meliputi granit, kuarsit, batu pasir. “schist”, dan bahan lain yang mengandung
silikat, tidak mengalami perubahan kimia pada suhu yang biasa dijumpai dalam
kebakaran. Walaupun silikat mengalami perubahan volume yang tiba-tiba setelah inverse
kuarsa terjadi pada suhu sekitar 1060F, beton yang beragregat silikat tidak menunjukan
perubahan volume atau sifat fisika lain yang tiba-tiba.
3. Berbobot ringan. Bisa diproduksi dengan mengekspansi batu karang, batu tulis tanah
liat, dan karang yang diekspansi dipanasi sampai sekiyar 1900F sampai 2000F selama
pembuatan. Pada suhu ini, agregat tersebut menjadi cair. Akibatnya, agregat berbobot
ringan ini yang berada dekat permukaan beton yang mengalami uji kekealan standar
mulai melunak setelah terbakar selama sekitar empat jam. Dalam praktek, pengaruh
pelunakan ini umumnya kecil. Selain sifat sifat beton, aspek lain yang besar pengaruhnya
terhadap pembentukan panas hidratasi adalah faktor-air-semen.
· Faktor air semen (F.A.S) adalah perbandingan antara berat air dan berat semen:
Berat air (kg/m3) = F.A.S x berat semen (l/m3)
· Bila spesi beton di tambah extra air, maka sebenarnya hanya pori-porinya yang
bertambah banyak. Akibatnya beton lebih berpori-pori dan kekuatan serta masa pakainya
berkurang. Pedoman untuk komposisi spesi beton yang dapat dipegang yaitu,
semen:pasir:kerikil=1:2:3.Satuan perbandingan ini adalah volume.
a) Sifat Teknis Beton Non-Pasir, adalah kajian tentang pengertian, manfaat, dan sifat-
sifat beton non-pasir, serta penerapannya baik pada struktur atau pada non struktur
pekerjaan Teknik Sipil.
b) Bahan – bahan Penyusun Beton, adalah kajian tentang air sebagai bahan penyusun,
fungsi dan kriterianya, Semen Portland, dan agregat, meliputi jenis, fungsi dan perannya,
serta proses pembentukan beton.
c) Sifat Teknis Agregat, adalah kajian tentang agregat dan permasalahan nya, jenis dan
macam-macamnya, sifat-sifat teknis, cara pembuatan serta fungsi dan perannya dalam
pembentukan beton.
d) Pembuatan Agregat Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang
metodologi pembuatan, gradasi, pengkondisian dan pengujian sifat teknis agregat untuk
beton non-pasir.
e) Perancangan adukan Beton, adalah kajian dan pelaksanaan tentang Mix Design
adukan beton berdasarkan coba-coba, SNI, ACI, dan ROAD NOTE No.4, sehingga
kebutuhan bahan dapat dianalisis secara pasti.
f) Pengujian Beton Segar, adalah kajian dan pelaksanaan tentang proses pengadukan,
pengujian beton dalam keadaan plastis, meliputi sifat teknis, kelecakan (Consistency),
dan Slump Test.
g) Pembuatan Spesimen Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang
pembuatan benda uji baik berupa kubus atau silinder Beton Non-Pasir, berdasarkan
variasi adukan yang telah ditentukan, ketepatan dimensi, serta ketentuan kepadatannya.
h) Pengendalian Mutu Beton, adalah kajian dan pelaksanaan tentang pengendalian mutu
beton, meliputi pengawasan, perawatan / Curing, Caping, kodefikasi, Evaluasi dan
Rehabilitasi cacat yang terjadi.
i) Pengujian Spesimen Beton Non-Pasir, adalah kajian dan pelaksanaan tentang
pengujian sifat teknis Beton Non-Pasir, meliputi dimensi, Berat Jenis, Volume Rongga,
dan Kuat Tekan
II.II. Sifat – Sifat Beton
Adapun sifat – sifat beton adalah :
1. Sifat tahan lama,
2. Rayapan ( Perubahan bentuk dalam jangka panjang (dalam militon)),
3. Daya tahan terhadap pengausan,
4. Daya tahan terhadap kimia,
5. Penyusutan dan pemuaian,
6. Kedap air.
II.III. Bahan – bahan Penyusun Beton
1. Semen
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun
bahan bangunan lainnya. Kata semen sendiri berasal dari bahasa
Latin, caementum , yang artinya memotong menjadi bagian-bagian kecil tak
beraturan. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Campuran bubuk ini pertama kali ditemukan pada masa Kerajaan Romawi,
tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia yang dinamakan pozzuolan.
Baru pada abad ke-18, John Smeaton insinyur asal Inggris menemukan
kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan
memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar
Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris. Sayangnya bukan Smeaton yang
akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini tapi Joseph Aspdin
(insinyur berkebangsaan Inggris) yang mengurus hak paten ramuan. Ia menyebut
bubuk campuran tersebut dengan nama Semen Portland. Mengapa? Sebab warna
hasil akhir olahannya mirip dengan tanah liat dari Pulau Portland, Inggris.
Jenis – jenis semen adalah :
1. Semen Portland Type I
Fungsi semen portland type I digunakan untuk keperluan konstruksi umum
yang tidak memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan
tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% –
0, 10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-
gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain.
2. Semen Portland Type II
Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton
massa yang memerlukan ketahanan sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang
mengandung sulfat antara 0, 10 – 0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya
bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton
massa untuk dam-dam dan landasan jembatan.
3. Semen Portland Type III
Fungsi semen portland type III digunakan untuk konstruksi bangunan yang
memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah
pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan
tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan
terhadap serangan sulfat.
4. Semen Portland Type IV
Fungsi Semen Portland type IV digunakan untuk keperluan konstruksi yang
memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu
semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat
ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur
beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan temperatur akibat
panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis.
5. Semen Portland Type V
Fungsi semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan
pada tanah/ air yang mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok
untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan,
terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.
2. Agregat
Agregat merupakan batuan yang terbentuk dari formasi kulit bumi yang padat
dan solid. Berdasarkan asal pembentukannya agregat diklasisifikasikan kedalam
batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Sedangkan berdasarkan proses
pengolahannya agregat digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu agregat alam
dan agregat buatan.
a. Agregat alam merupakan agregat yang bentuknya alami, terbentuk
berdasarkan aliran air sungai dan degradasi. Agregat yang terbentuk dari
aliran air sungai berbentuk bulat dan licin, sedangkan agregat yang
terbentuk dari proses degradasi berbentuk kubus ( bersudut) dan
permukaannya kasar. Contoh agregat alam yang sering dipergunakan
adalah kerikil dan pasir. Kerikil adalah agregat yang mempunyai diameter
lebih dari ¼ inchi (6,35 mm), sedangkan pasir berukuran kurang dari ¼
inchi, tetapi lolos saring No. 200 atau lebih besar dari 0,075 mm.
b. Agregat buatan merupakan agregat yang berasal dari hasil sambingan
pabrik-pabrik semen dan mesin pemecah batu. Agregat buatan sering
disebut filler (material yang berukuran lebih kecil dari 0,075 mm).
Berdasarkan besar partikel-partikelnya agregat dapat dibedakan atas
agregat kasar, agregat halus dan abu/filler. Menurut ASTM agregat kasar
berukuran > 4,75 mm, dan agregat halus berukuran < 4,75 mm. Sedangkan
menurut AASHTO agregat kasar berukuran > 2 mm dan agregat halus
berukuran antara 0,075 mm hingga < 2 mm.
BAB III
PEMBAHASAN MATERI
III.I. Pengujian Kadar Air Agregat Kasar
III.I.I. Alat
- Timbangan
- Oven Pengering
- Cawan
- Talam
- Sendok Spesi
III.I.II. Bahan
- Batu Pecah ( Agregat Kasar )
III.I.III. Langkah Kerja
1. Timbang berat cawan (W1)
2. Masukkan benda uji ke dalam cawan dan timbang beratnya (W2)
3. Hitung berat benda uji (W3=W2-W1)
4. Keringkan benda uji berikut dengan cawan dalam oven dengan suhu
(110±5º)C sampai beratnya tetap
5. Timbang berat cawan dan benda uji (W4)
6. Hitung berat benda uji kering oven (W5=W4-W1)
III.I.IV. Perhitungan
Kadar air agregat = (W 3−W 5)
W 5 x 100%
W3 = berat benda uji semula (gram)
W5 = berat benda uji kering oven (gram)
III.II. Pengujian Kadar Air Agregat Halus
III.II.I. Alat
- Timbangan
- Oven Pengering
- Cawan
- Talam
- Sendok Spesi
III.II.II. Bahan
- Pasir ( Agregat Halus )
III.II.III. Langkah Kerja
1 Timbang berat cawan (W1)
2 Masukkan benda uji ke dalam cawan dan timbang beratnya (W2)
3 Hitung berat benda uji (W3=W2-W1)
4 Keringkan benda uji berikut dengan cawan dalam oven dengan suhu
(110±5º)C sampai beratnya tetap
5 Timbang berat cawan dan benda uji (W4)
6 Hitung berat benda uji kering oven (W5=W4-W1)
III.II.IV. Perhitungan
Kadar air agregat = (W 3−W 5)
W 5 x 100%
W3 = berat benda uji semula (gram)
W5 = berat benda uji kering oven (gram)
III.III. Pengujian Kadar Air Agregat Kasar
III.III.I. Alat
- Timbangan 0,01 GR- Piknometer / gelas ukur
- Kerucut terpancung untuk menentukan keadaan SSD
- Barang penumbuk
- Saringan No.4 (4,75mm)
- Thermometer
- Cawan
- Hot plate
- Desikator
- Alat pembagi contoh
III.III.II. Bahan
- Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4, yang diperoleh dari alat
pembagi contoh atau sistem perempat (Quatering) sebanyak ±1000 gram
- Benda uji terlebih dahulu dibuat dalam keadaan jenuh air kering
permukaan (SSD)
III.III.III. Langkah Kerja
1. Cuci benda uji untuk menghilangkandebu atau bahan – bahan lain yang
melekat pada permukaan agregat
2. Keringkan benda uji pada oven dengan suhu (110±5º)C sampai berat tetap
3. Dinginkan dalam desikator, kemudian timbang beratknya (BK)
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air
pada permukaan agregat hilang (agregat ini dinyatakan dalam keadaan
jenuh air keringpermukaan atau SSD)
6. Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh air kering permukaan (Bj)
7. Masukkan benda uji kedalam bejana gelas dan tambahkan air hingga
benda uji terendam dan permukaan air pada tanda batas ( pada bejana gelas
di beri tanda batas )
8. Timbang berat bejana yang berisi benda uji + air (B1)
9. Bersihkan bejana dari benda uji dan masukkan lagi permukaannya ada
pada tanda batas ( seperti pada No.7)
10. Timbang beratnya (B2)
11. Timbang berat bejana yang berisi air (B3)
III.III.IV. Perhitungan
Berat jenis bulk/ov = B 2
B 3+Bj−B1
Berat jenis SSD =Bj
B 3+Bj−B1
Berat jenis app = B 2
B 3+B 2−B 1
Penyerapan = Bj−B 2
B2 x 100%
Bj = Berat benda uji jenuh permukaan kering
B1 = Berat bejana + benda uji + air
B2 = Berat benda uji kering oven
B3 = bejana isi air
III.IV. Pengujian Kadar Air Agregat Halus
III.IV.I. Alat
- Timbangan 0,01 GR- Piknometer / gelas ukur
- Kerucut terpancung untuk menentukan keadaan SSD
- Barang penumbuk
- Saringan No.4 (4,75mm)
- Thermometer
- Cawan
- Hot plate
- Desikator
- Alat pembagi contoh
III.IV.II. Bahan
- Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4, yang diperoleh dari alat
pembagi contoh atau sistem perempat (Quatering) sebanyak ±1000 gram
- Benda uji terlebih dahulu dibuat dalam keadaan jenuh air kering
permukaan (SSD)
III.IV.III. Langkah Kerja
A. Penentuan SSD Agregat Halus
1. Masukkan benda uji kedalam Kerucut terpancung 3 lapisan, yang
masing – masing lapisan ditumbuk sebanyak 8 kali, ditambah 1 kali
penumbukan untuk bagian atas nya (seluruhnya 25 kali tumbukan)