BAB I
PENDAHULUAN
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara
berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan, eklampsia, sepsis
dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan
dan kematian ibu sebenarnya dapat dicegah. Hal ini dilakukan
melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang
dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.1Fokus asuhan
persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari
menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi menjadi
pencegahan komplikasi. Adanya pergeseran paradigma yang baru ini,
terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru
lahir. 1Partus lama bisa disebabkan oleh adanya his yang tidak
kuat, faktor janin dan faktor jalan lahir. Untuk mencegah partus
lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf
untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses
persalinan. 2Deteksi pada setiap kemajuan persalinan abnormal, dan
pencegahan partus lama, secara bermakna dapat menurunkan risiko
terjadinya partus lama, perdarahan pascapersalinan dengan segala
komplikasinya. Untuk menurunkan risiko terjadinya partus lama
diusahakan supaya berjalan senormal mungkin. 1Partograf sebagai
rekam grafik dan catatan medik kemajuan persalinan sudah lama
dikenal. Partograf sebagai rekaman atau catatan kemajuan
persalinan, dapat berfungsi sebagai pendeteksi kemajuan persalinan
abnormal, sehingga penolong persalinan dapat dengan segera
menentukan sikap terhadap kelainan persalinan
tersebut.2,3,4,5,6.
Oleh karena itu maka dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang
cukup untuk dapat mengisi partograf dalam setiap kehamilan. Maka
dari itu penulis ingin membahas tentang partograf.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah
Pada tahun 1954, Friedman melakukan penelitian pada sejumlah
besar ibu di Amerika Serikat dan menghasilkan pola pembukaan
serviks normal. Friedman membagi persalinan secara fungsional
menjadi dua, yaitu fase laten yang berlangsung selama 8-10 jam
sampai pembukaan 3 cm, yang dikuti dengan fase aktif yang ditandai
dengan akselerasi dari pembukaan 3-10 cm dan berakhir dengan fase
deselerasi. 3,5,9
Gambar 2.1. Kurva FreidmanTahun 1969 Hendriks mendemonstrasikan
bahwa pada fase aktif persalinan normal, kecepatan pembukaan pada
primigravida dan multipara hampir tidak berbeda, selain itu tidak
ditemukan fase deselerasi pada akhir kala I persalinan. Sedangkan
pada tahun 1972, Philpott meneliti secara ekstensif pasien
primigravida yang berada di Afrika Tengah dan Selatan, kemudian
menciptakan sebuah normogram pembukaan serviks untuk populasi
tersebut yang mampu mengidentifikasi penyimpangan dari keadaan
normal yang dapat dipertanggungjawabkann secara ilmiah untuk
melakukan suatu tindakan sebagai usaha pencegahan persalinan lama
dengan segala akibatnya. Sejak saat itu banyak penulis
mengembangkan normogram serupa di berbagai tempat. Akan tetapi
tidak satu pun menunjukkan perbedaan yang bermakna.3,5,9
Pada tahun 1988 World Health Organization (WHO) menerbitkan
sebuah buku petunjuk berjudul The Partograf: A managerial tool for
Prevention of prolonged labour, berisi tentang partograf model WHO
yang telah diuji cobakan pada beberapa negara dan dibuat secara
sederhana berdasarkan penelitian dari semua karya partograf yang
telah dipublikasikan, berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
fase aktif persalinan dimulai pada pembukaan > 3 cm
fase laten persalinan harus berlangsung < 8 jam
pada fase aktif, kecepatan pembukaan tidak boleh lebih lambat
dari 1 cm/jam
tidak melakukan pemeriksaan dalam yang terlalu sering (sebaiknya
setiap 4 jam)
menggunakan partograf yang sudah ada garis waspada dan garis
tindakannyaPartograf yang biasanya digunakan pada negara berkembang
tersebut, kemudian mengalami modifikasi pada tahun 1994 sebagai
usaha memperoleh penanganan obstetri yang lebih optimal. Modifikasi
partograf terlihat dengan tidak tercantumnya fase laten pada grafik
pencatatan, melainkan langsung pada pencatatan fase aktif
persalinan yang dimulai pada pembukaan 4 cm. Pencatatan fast laten
dilakukan pada lembar data antenatal dan setiap pencatatan
diharapkan menggunakan tinta berwarna hitam. 3,5,7,8,9
Gambar 2.2. Partograf WHO
Gambar 2.3. Partograf Modifikasi WHO
2.2. Partograf WHO
2.2.1 Definisi
Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai
keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan. Partograf
digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan / masalah dari
persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan memerlukan
tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan
kode yang menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan
persalinan. Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap
parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu
(horisontal).2,6,7
Partograf dirancang untuk dipakai pada berbagai tingkat
pelayanan kebidanan dengan berbagai fungsi yang berbeda. Di
Puskesmas fungsi utamanya adalah memberikan peringatan awal bahwa
persalinan akan berlangsung lama, sehingga harus segera dirujuk ke
rumah sakit (fungsi garis waspada). Sedangkan di rumah sakit,
bergesernya grafik pembukaan ke sebelah kanan garis waspada
mengingatkan penolong untuk meningkatkan kewaspadaan, dan bila
melewati garis tindakan harus segera melakukan
tindakan.2,5,6,10
2.2.2 Syarat pengisian partograf
Partograf mulai diisi bila Mereka yang masuk dalam persalinan
:
1. fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi
min.2x/10,
lamanya 9cm, akan dilakukan seksio sesar elektif maupun darurat,
dengan ketentuan penatalaksanaan sebagai berikut:
fase laten : tidak dilakukan akselerasi, terapi suportif
(pemberian semangat), hidrasi adekuat yang terdiri dari glukosa dan
elektrolit, pengosongan kandung.
fase aktif :
1. Sebelah kiri garis waspada: akselerasi dan terapi suportif
dilakukan bila ada indikasi, sedangkan amniotomi boleh dilakukan
atau tidak.
2. Sebelah kanan garis waspada: akselerasi dan terapi suportif
dilakukan atas indikasi, sedangkan amniotomi haras dilakukan
3. Sebelah kanan garis bertindak: akselerasi dilakukan bila ada
indikasi, terapi suportif dan amniotomi harus dilakukan. 3,52.2.3.
Monitoring Pada Partograf
2.2.3.1. Pencatatan lembar depan
Partograf yang, dianjurkan oleh World Health Organization (WHO)
pada dasarnya merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara
pernbukaan serviks terhadap waktu, yang terdiri dari 3 komponen
A. Rekaman dan catatan kemajuan persalinan
1. Pembukaan serviks uteri
2. Penurunan kepala
3. His
B. Rekaman dan catatan tentang kondisi janin
1. Denyut jantung janin
2. Selaput ketuban dan air ketuban
3. Molase
C. Rekaman dan catatan tentang kondisi ibu
1. Tanda vital: Nadi, tekanan darah, suhu
2. Urin: volume, protein, dan aseton
3. Obat-obatan dan cairan infus
4. Pemberian oksitosinPartograf dapat digunakan untuk setiap
persalinan tanpa penyulit yang tidak memerlukan tindakan segera. Di
Puskesmas dapat dipakai untuk persalinan risiko rendah yang
diharapkan akan berakhir dergan persalinan spontan pervaginam,
sedangkan pasien risiko tinggi sebaiknya segera dirujuk ke rumah
sakit. Jadi partograf dirancang untuk memantau penyimpangan dari
keadaan normal yang timbul sewaktu persalinan berlangsung.
3,4,5,6,8,9,102.2.3.1.A. Rekaman dan catatan tentang kemajuan
persalinan
Merupakan bagian terpenting yang memperlihatkan hubungan antara
pembukaan serviks dengan waktu dan juga hubungan antara turunnya
kepala dengan waktu. 3,51. Pembukaan serviks
Penilaian pembukaan serviks didapatkan dari hasil pemeriksaan
dalam. Pencatatan dilakukan pada grafik di bagian tengah partograf
yang sepanjang sisi kirinya terdapat angka 0-10 pada setiap kotak.
Setiap kotaknya menunjukkan pembukaan 1 cm dan sepanjang sisi
horisontal terdapat angka 0-24 yang setiap kotaknya menunjukkan
waktu 1 jam. 3,4,5,8.9Pembukaan diukur dalam satuan sentimeter (cm)
dan dicatat dengan tanda 'X'. Periksa dalam pertama dilakukan
sewaktu masuk kamar bersalin, yang juga mencakup pemeriksaan
panggul. Periksa dalam selanjutnya dilakukan setiap 4 jam, kecuali
bila pembukaan >7 cm atau ada indikasi lain seperti ibu ingin
mengejan atau ketuban pecah dengan kecurigaan adanya tali pusat
menumbung. 3,4,5,8,9Pada persalinan yang sudah lanjut pemeriksaan
dalam dilakukan lebih sering, terutama pada multipara dimana
pembukaan serviks lebih cepat dibandingkan dengan primipara. Pada
persalinan yang normal, tanda 'X' untuk pembukaan akan selalu
terdapat pada garis waspada atau sebelah kirinya. Dan kalau ibu
masuk kamar bersalin dalam fase aktif, maka pembukaan sewaktu masuk
langsung dicatat pada garis waspada, sedangkan ibu yang ketika
persalinan dalam fase laten dan beralih ke fase aktif, catatan
pembukaan langsung dipindah dari daerah fase laten ke garis
waspada, yang pada partograf WHO dihubungkan oleh garis
terputus-putus. Pada partograf modifikasi WHO, ibu yang masuk saat
fase laten dicatat pada kolom kedua grafik pencatatan waktu
pembukaan serviks partograf, sedangkan ibu yang masuk saat fase
aktif, pencatatan dilakukan sesuai dengan partograf
WHO.3,4,5,8,9Komponen grafik memusatkan perhatian pada pembukaan
menurut waktu yang terbagi menjadi fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten
Fase laten persalinan dimulai sejak awal persalinan sampai
pembukaan rnencapai 3 cm dengan penipisan bertahap dari serviks dan
biasanya berlangsung tidak lebih dari 8 jam. Kalau fase ini
berlangsung lebih lama dari 8 jam dengan his 2 kali dalam 10 menit,
persalinan akan cenderung mengalami kesulitan kalau ibu bersalin di
Puskesmas harus segera dirujuk ke rumah sakit, sedangkan bila ibu
bersalin di rumah sakit pemeriksaan dan tindakan yang diambil harus
dilakukan secermat mungkin. 3,4,5,8,9b. Fase aktif
Fase aktif berlangsung dari 3-10 cm (pembukaan lengkap) dengan
kecepatan 1 cm/jam bagi primi dan 2 cm/jam bagi multipara. Garis
waspada digambar dari 3 cm sampai 10 cm menggambarkan kecepatan
pembukaan. Pembukaan yang berpindah ke sebelah kanan garis waspada
menunjukkan adanya hambatan dalam persalinan, dan bila persalinan
berlangsung di Puskesmas harus segera melakukan rujukan ke rumah
sakit, sedangkan persalinan yang berlangsung di rumah sakit
memerlukan pengamatan yang cermat. 3,4,5,8,9Pada fase ini terdapat
2 garis yaitu:
1. Garis waspada (alert line)
Garis lurus dari pembukaan 3 cm sampai dengan 10 cm, sesuai
dengan kecepatan pembukaan pada fase ini. Apabila pembukaan serviks
bergeser ke kanan garis waspada berarti proses kemajuan persalinan
melambat, sehingga harus dipikirkan kemungkinan untuk melakukan
tindakan-tindakan yang diperlukan. 3,4,5,7,82. Garis bertindak
(action line)
Berupa garis lurus yang sejajar dengan garis waspada dan berada
4 jam di sebelah kanan garis waspada. Pada persalinan yang berjalan
lancar, pembukaan akan selalu berada di garis atau di sebelah kiri
garis bertindak, dan bila pembukaan melewati garis tindakan ibu
harus diperiksa dengan cermat mengenai penyebab terhambatnya
persalinan, serta merencanakan tindakan tepat untuk mengatasinya.
3,4,5,8,9Dengan mencatat kecepatan pembukaan kita dapat menentukan
apakah suatu persalinan akan berlangsung lama atau segera
memerlukan tindakan. Persalinan yang lama atau tidak maju dapat
disebabkan oleh disproporsi kepala panggul, yang kemudian dapat
berlanjut menjadi ruptura uteri dan kematian janin. Dengan
partograf suatu persalinan lama atau tidak maju dapat dikenali
secara dini, sehingga komplikasi lain seperti perdarahan dan
infeksi dapat dicegah. 2,3,4,5,6,8,9
2. Penurunan kepala janin
Pada persalinan yang lancar, bertambahnya pembukaan akan
disertai dengan turunnya kepala janin yang membantu menentukan
kemajuan persalinan. Penurunan kepala janin diperiksa dengan
pemeriksaan luar perut ibu berdasarkan perlimaan di atas PAP (pintu
atas panggul), dan harus dilakukan sebelum pemeriksaan dalam.
Cara periksa ini ternyata lebih dapat dipercaya daripada periksa
dalam, karena seringkali sudah terdapat kaput suksedaneum sehingga
yang diraba pada pemeriksaan dalam adalah turunnya kulit kepala
janin. 3,4,5,7,8
Gambar 2.4. Penurunan kepala dari pintu atas panggul (PAP)
Turunnya kepala janin harus selalu diperiksa dengan pemeriksaan
perut ibu sesaat sebelum dilakukan pemeriksaan dalam, dimana lebar
jari tangan pemeriksa menjadi ukuran turun kepala janin ke PAP.
Kepala engaged bila kepala janin di atas PAP hanya dapat dirasakan
oleh 2 jari atau kurang.
Gambar 2.5. Penurunan kepala pada pemeriksaan luar
Pada sisi kiri grafik pembukaan serviks terdapat kata 'penurunan
kepala' dengan garis lurus dari 5 ke 0. Penurunan kepala ditandai
dengan tanda '0' pada graft pembukaan. 3,4,5,8,9
3. His
Pada persalinan normal his semakin lama akan semakin sering ,
semakin lama, dan semakin kuat. Pengamatan his dilakukan setiap jam
dalarn fase laten dan setiap setengah jam dalarn fase aktif, dengan
mengamati frekuensi (jumlah his/10 menit) dan lamanya (detik) dari
permulaan his terasa pada palpasi perut sampai hilang. His dicatat
pada partograf di bawah garis waktu sesuai dengan penulisan waktu
pada partograf, yaitu pada 5 kotak kosong melintang sepanjang
partograf yang sisi kirinya tertulis 'his/10 menit'. Satu kotak
menggambarkan satu his, dan bila ada 2 his dalam 10 menit, maka ada
2 kotak yang diarsir. Berikut cara dan contoh pencatatan his :
Keterangan :
40:
2.2.3.1.B. Rekaman dan catatan mengenai keadaan janin
1. Frekuensi bunyi jantung janin
Mengamati bunyi jantung janin merupakan pemeriksaan klinik yang
aman dan dapat dipercaya untuk mengetahui kesejahteraan janin.
Waktu terbaik untuk mendengarkan bunyi jantung janin adalah segera
setelah fase terkuat his lewat, dan didengarkan selama 1 menit.
Bunyi jantung janin dicatat pada bagian atas partograf setiap
setengah jam dan satu kotak menggambarkan setengah jam. Garis 120
dan 160 ditebalkan untuk mengingatkan tentang batas-batas normal
bunyi jantung janin. Bunyi jantung janin dikatakan abnormal
bila:
Bunyi >160 kali/menit (takikardi) dan