LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II PERCOBAAN II KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN NAMA : MARDINA NIM : H41112251 HARI/TANGGAL : JUMAT/21 MARET 2014 KELOMPOK : II (DUA) B ASISTEN : WIWIT RETNO CITRA DEWI
LAPORAN PRAKTIKUMSTRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II
PERCOBAAN II
KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN
NAMA : MARDINA
NIM : H41112251
HARI/TANGGAL : JUMAT/21 MARET 2014
KELOMPOK : II (DUA) B
ASISTEN : WIWIT RETNO CITRA DEWI
LABORATORIUM BOTANI JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Proses pertumbuhan merupakan hal yang lazim bagi
setiap tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi
pertambahan volume yang signifikan. Seiring berjalannya
waktu pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses
tumbuh sendidri dapat dilihat pada selang waktu
tertentu. Dimana setiap pertumbuhan tanaman akan
menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam
bentuk kurva/diagram pertumbuhan (Latunra, 2014).
Besarnya pertumbuhan persatuan waktu disebut laju
tumbuh. Laju tumbuh suatu tumbuhan atau bagiannya
berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju
tumbuh digambarkan dalam suatu grafik, dengan laju
tumbuh pada ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik
itu merupakan suatu kurva berbentuk s atau kurva
sigmoid pertumbuhan ini berlaku bagi tumbuhan lengkap,
bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, 2014).
Kurva sigmoid berguna bagi para ahli dalam
melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut tentang
tumbuh dan perkembangan tumbuhan, karena ia menunjukkan
tahap-tahapan perkembangan. Dalam percobaan yang
menggunakan tumbuhan hidup, fase perkembangan tanaman
perlu diperhatikan untuk dapat menganalisa suatu
fenomena dengan tepat (Latunra, 2014).
Oleh karena itu, untuk lebih mengetahui tentang
laju pertumbuhan dan teori mengenai kurva sigmoid, maka
dilakukan percobaan ini.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilaksanakan percobaan ini, yaitu untuk
mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji
hingga daun mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang
merah Phaseolus vulgaris.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada Hari Jumat,
tanggal 21 Maret 2014 pukul 14.00-17.00 WITA, di
Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas
Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan selama
beberapa hari, yaitu pada hari ke-3, ke-5, ke-7, ke-10
dan ke-14 di atas Laboratorium Zoologi, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
ISI
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang
tidak dapat dibalikkan dalam ukuran pada sistem
biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan
ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot,
pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga
dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma dan
tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan
dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain.
Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel.
Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan
akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel
terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, dkk., 1975).
Dalam proses fotosintesis, karbondioksida dari
udara direduksi menjadi karbon organik. Zat-zat hara
mineral diambil dari akar, sebagian besar dalam bentuk
anorganik dan digabungkan ke dalam tanaman dan
hasilnya. Hanya sejumlah kecil air diserap yang
sebenarnya digabungkan ke dalam tanaman. Pertumbuhan
merupakan kenaikan dalam bahan tanaman, adalah proses
total yang mengubah bahan-bahan mentah ini secara kimia
dan menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan
Fisher, 1992).
Ketika buah dan biji masak, buah dan biji terlepas
dari tumbuhan tempat buah dan biji ini telah tumbuh dan
berkembang. Pada tumbuh-tumbuhan dengan buah-buahan
merekah, biji-bijianlah yang terpencar jauh dan luas
sewaktu buah-buahan ini tumpah atau merekah terbuka.
Jika buah-buahan ini tidak merekah, buah-buahan inilah
(bukan biji-bijinya) yang terpencar. Pada beberapa
kasus, struktur atau pola tingkah laku tumbuhan
tertentu kemungkinan penyebaran buah-buahan dan biji-
bijian. Buah dan biji ini dapat juga tersebar oleh
angin, air, hewan dan oleh manusia. Jika keadaan
memungkinkan, biji-biji ini akan berkecambah dan akan
menimbulkan tumbuh-tumbuhan baru (Tepfer, 1989).
Laju pertumbuhan relative (relative growth rate)
menunjukkan peningkatan berat kering dalam suatu
interval waktu dalam hubungannya dengan berat asal.
Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju
relative dihitung dari pengukuran yang di ambil pada
waktu t1 dan t2 (Susilo, 1991).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang
ideal. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase
logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial
sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju
pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian
meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran
berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh
laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan
Ross, 1995).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam
dan luar dan adalah penyesuaian diri antara genetik dan
lingkungan. Faktor lingkungan juga penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tidak hanya
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan, tetapi juga
banyak faktor seperti cahaya, temperatur, kelembaban
dan faktor nutrisi mempengaruhi akhir morfologi dari
tanaman. Cahaya meliputi pada lekukan dari batang
morfogenesis. Temperatur, kelembaban dan nutrisi
mempunyai efek yang lebih halus, tetapi juga
mempengaruhi perubahan morfologi (Ting, 1987).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan
proses yang penting dalam kehidupan dan pekembang
biakan suatu species.Pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup,
tergantung pada tersedianya merisitem, hasil asimilasi,
hormone dan substansi pertumbuhan lainnya, serta
lingkungan yang mendukung. Secara empiris, pertumbuhan
tanaman dapat dikatakan sebagai suatu fungsi dari
genotype X lingkungan (internal dan eksternal).
Pertumbuhan itu lebih mudah digambarkan dari pada di
defenisikan. Pertumbuhan berarti pembelahan sel dan
pembesaran sel. Kedua proses ini memerlukan sintesis
protein dan merupakan proses yang tidak dapat
berbalik. Proses differensiasi seringkali dianggap
pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman memerlukan proses
differensiasi (Marliah, dkk., 2010)
Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan,
sensitivitas terhadap lingkungan dan koordinasi respons
sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera
gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-
stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat wajar
bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme
respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan
reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya
perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan
tersebut (Campbell, dkk., 2002).
Agar pertumbuhan dapat terjadi, maka laju sintesis
molekul yang kompleks dari organisme itu seperti
protein, harus melebih laju perombakannya. Ini berarti
bahwa harus ada tambahan molekul organik (yaitu asam
amino, asam lemak, gliserol dan glukosa) yang diambil
oleh organisme itu dari lingkungannya. Beberapa dari
bahan ini merupakan bahan baku dalam reaksi anabolisme,
dan lainnya akan menyediakan energi untuk anabolisme
dan molekul-molekul merupakan bahan baku (Kimball,
1990).
Dalam proses fotosintesis, karbondioksida dari
udara direduksi menjadi karbon organik. Zat-zat hara
mineral diambil dari akar, sebagian besar dalam bentuk
anorganik dan digabungkan ke dalam tanaman dan
hasilnya. Hanya sejumlah kecil air diserap yang
sebenarnya digabungkan ke dalam tanaman. Pertumbuhan
merupakan kenaikan dalam bahan tanaman, adalah proses
total yang mengubah bahan-bahan mentah ini secara kimia
dan menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan
Fisher, 1992).
Selama tumbuhan masih mampu untuk bertahan hidup,
tumbuhan dapat tumbuh tidak terbatas karena tumbuhan
memiliki jaringan embrionik yang selalu tersedia yang
disebut meristem, pada daerah pertumbuhan. Sel-sel
meristematik membelah terus untuk menghasilkan sel-sel
baru. Beberapa produk pembelahan ini tetap berada pada
daerah meristematik untuk menghasilkan lebih banyak
lagi sel, sementara yang lain menjadi terspesialisasi
dan digabungkan ke dalam jaringan dan organ tumbuhan
yang sedang tumbuh. Sel-sel yang tetap berfungsi untuk
menghasilkan sel-sel baru di dalam meristem disebut
inisial (initial) atau permulaan. Sel-sel baru yang
digantikan dari meristem, terus membelah selama
beberapa saat, sampai sel-sel yang mereka hasilkan
mulai mengalami spesialisasi di dalam jaringan yang
sedang berkembang (Campbell, dkk., 2002).
Pola pertumbuhan tumbuhan bergantung pada letak
meristem. Meristem apikal, berada pada ujung akar dan
pada pucuk tunas, menghasilkan sel-sel bagi tumbuhan
untuk tumbuh memanjang. Pemanjangan ini, yang disebut
pertumbuhan primer (primary growth), memungkinkan akar
membuat jalinan di dalam tanah dan tunas untuk
meningkatkan pemaparannya terhadap cahaya matahari dan
karbon dioksida. Pada herba (bukan tumbuhan berkayu)
yang terjadi hanya pertumbuhan primer. Namun demikian,
pada tumbuhan berkayu terdapat juga pertumbuhan
sekunder (secondary growth), yaitu adanya aktivitas
penebalan secara progresif pada akar dan tunas yang
terbentuk sebelumnya oleh pertumbuhan primer.
Pertumbuhan sekunder adalah produk meristem lateral,
silinder-silinder yang terbentuk dari sel-sel yang
membelah ke samping di sepanjang akar dan tunas.
Meristem lateral ini menggantikan epidermis dengan
jaringan dermis sekunder, seperti kulit yang lebih
tebal dan keras dan meristem lateral juga menambahkan
lapisan jaringan pembuluh. Kayu adalah xylem sekunder
yang terakumulasi selama bertahun-tahun (Campbell,
dkk., 2002).
Dari paparan beberapa teori, apabila pertumbuhan
digambarkan dalam bentuk grafik maka akan terbentuk
kurva sigmoid (bentuk S) dan umumnya laju pertumbuhan
berjalan lambat pada awalnya, kemudian konstan dan
berangsur mengalami penurunan. Kurva menunjukkan ukuran
kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase
linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini
berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya,
tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus
dengan ukuran organisme. Semakin besar organisme,
semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan
ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan
dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua
(Srigandono, 1991).
Pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi secara
khas dicirikan oleh suatu fungsi pertumbuhan yang
disebut kurva sigmoid. Jangka waktunya mungkin
bervariasi kurang dari beberapa hari sampai bertahun-
tahun , tergantung pada organisme tetapi pola kumpulan
sigmoid tetap merupakan cirri semua organisme, organ,
jaringan, bahkan penyusun sel. Apabila massa tumbuhan,
volume, luas daun, tinggi atau penimbunan bahan kimia
digambarkan dalam kurva berbernuk S atau kurva sigmoid.
Misalnya pertumbuhan kecambah yang pertumbuhannya
lambat dinamakan fase eksponensial, fase ini relative
pendek dalam tajuk budidaya. Selanjutnya fase linear
yaitu massa yang berlangsung cukup lama dan pertumbuhan
konstan. Fase yang terahhir adalah fase senescence,
yaitu fase pematangan tumbuhan atau fase penuaan
(Gardner, dkk., 1999).
Fase pertumbuhan eksponensial juga menunjukkan sel
tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh
secara lambat dan senderung singkat, mengikuti nilai
logaritmik dari volume tumbuhan. Pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya
pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju
pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan
pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian
mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah.
Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang
menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan
mulai menua (Salisbury dan Ross, 1995).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu
penggaris, nampan dan alat tulis.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu
kacang merah Phaseolus vulgaris, air, tanah, polybag dan
kertas label.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja dari percobaan ini, yaitu:
1. Biji kacang merah Phaseolus vulgaris direndam selama 15
menit di dalam nampan yang berisi air
2. Dipilh biji yang baik sebanyak 20 biji
3. Setelah 15 menit direndam, kemudian dikupas 5 biji
dan dibuka kotiledonnya, diukur panjang embrionya
dengan penggaris kemudian dihitung nilai rata-
ratanya
4. Ditanam 15 biji dalam polybag, 5 biji tiap polybag,
kemudian disiram dengan air secukupnya dan
dipelihara selama 2 minggu
5. Dilakukan pengamatan sebagai berikut:
a. Diukur panjang daun pertamanya pada umur 3, 5, 7,
10 dan 14 hari
b. Diukur daun pada umur 3 dan 5 hari yang dilakukan
dengan menggali tanah, tiap pengukuran dilakukan
tanpa memotong kecambah
c. Ditentukan rata-rata panjang daun dari tiap-tiap
seri pengukuran
d. Dibuat grafik dengan panjang rata-rata daun dan
waktu pengukuran sebagai absisa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Panjang Embrio
a. Tabel Hasil Pengamatan Kacang Merah Phaseolus Vulgaris
Biji Panjang (Cm)12345
0,50,50,50,50,4
Rata-rata 0.48
b. Diagram Panjang Kotiledon Kacang Merah PhaseolusVulgaris
1 2 3 4 50
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Panjang (Cm)
Panjang (Cm)
IV.1.2 Panjang Daun
a. Tabel Pengamatan Panjang Daun Kacang Merah PhaseolusVulgaris
A
1 - - - - -2 - - - - -3 - - - - - 4 - - - -5 - - - - -
Rata-rata - - - - -1 - - - - -2 - - - - -
3 0.5 3.5 - - -Rata-rata 0.1 0.7 - - -
C
1 - - - - -2 - - - - -
3 - - - - -Rata-rata - - - - -
b. Grafik Panjang Daun Kacang Merah Phaseolus Vulgarispolybag A
1 2 3 4 50
0.10.20.30.40.50.60.70.80.91
Series1Series2Series3
c. Grafik Panjang Daun Kacang Merah Phaseolus Vulgarispolybag B
1 2 3 4 50
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Series1Series2Series3
d. Grafik Panjang Daun Kacang Merah Phaseolus Vulgarispolybag C
IV.2 Pembahasan
Percobaan ini menggunakan 20 biji kacang
merah Phaseolus vulgaris yang direndam dalam air. Setelah
direndam, 5 biji kacang merah lalu di ambil dan dikupas
bagian kulit luarnya. Sedangkan 15 biji laiinya ditanam
dalam polybag. Pembelahan ini dilakukan agar panjang
embrio dapat dilihat dan diukur. Adapun hasil yang
diperoleh yaitu panjang embrio biji pertama 0,5 cm,
biji kedua 0,5 cm, biji ketiga 0,5 cm, biji keempat 0,5
cm dan biji kelima 0,4 cm. Adapun panjang rata-rata
yang diperoleh, yaitu 0,48 cm.
Pada 20 biji lain yang ditanam di polybag, tumbuh
dengan ukuran panjang yang berbeda. Pada hari ke-3
untuk hanya polybag B pada biji ketiga yang tumbuh,
yaitu 0,5 cm sedangkan biji pada polybag yang lain
tidak tumbuh sama sekali. Rata-rata pertabahan panjang
pada hari ketiga di polybag B adalah 0,1 cm. Pada hari
ke 5 yang tumbuh juga hanya pada polybag B biji ketiga
yaitu 3,5 cm sedangkan biji yang lain pada setiap
polybag tidak ada yang tumbuh. Rata-rata pertambahan
panjang pada polybag biji ketiga yaitu o,7 cm. pada
hari ke 7, 10 an 1, tidak terjadi pertumbuhan panjang
sehinggatidak di dapatkan hasil pengamatan ini.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, ternyata panjang
embrio yang telah diukur berbeda-beda. Perbedaan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu keadaan dari biji
itu sendiri yang memiliki biji keras sehingga dapat
menghambat pertumbuhan embrionya. Dapat juga disebabkan
oleh faktor lingkungan dan suhu yang tinggi sehingga
menyebabkan pertumbuhan embrio yang kerdil sedangkan
pada suhu yang rendah pertumbuhan embrio lebih cepat.
Ketersediaan air juga merupakan salah satu faktor yang
dapat menghambat pertumbuhan embrio di mana bila
kekurangan air akan menghambat embrio untuk tumbuh
sedangkan bila memiliki cukup air, maka embrio dapat
lebih cepat tumbuh karena dapat membantu kulit biji
mengelupas sehingga embrio dapat dengan mudah keluar
dan memulai perkecambahan.
Sedangkan pada 20 biji di dalam polybag, beberapa
biji mengalami perkecambahan dengan pertumbuhan panjang
yang berbeda-beda. Perkecambahan pada biji disebabkan
karena perendaman biji di dalam air yang berfungsi
mematahkan dormansi pada biji. Biji mengalami imbibisi
pada waktu perendaman walaupun memiliki kulit biji yang
keras. Namun banyak biji yang tidak mengalami
perkecambahan yang mungkin disebabkan juga karena suhu
serta ketidak berhasilan memecahkan dormansi dengan
merendam air karena tebalnya kulit biji. Sedangkan
beberapa tanaman yang sudah berkecambah tidak tumbuh
lagi atau mati karena faktor eksternal yang menggangu
proses perkecambahan. Faktor eksternalnya bisa saja
berupa gangguan dari hewan herbivor serta lingkungan
sekitar yang tidak mendukung perkecambahan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa biji pada kacang
merah Phaseolus vulgaris akan mengalami perkecambahan
sebagai tanda mulainya laju tumbuh pada tanaman kacang
merah.
V.2. Saran
Sebaiknya penyimpanan kecambah ditempatkan pada
tempat yang terkena sinar matahari pagi.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Jane B. R. dan Lawrence G. M. 2--2. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan olehH.Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Goldsworthy, P.R dan N.M. Fisher. 1992. Fisiologi TanamanBudidaya Tropik. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Kaufman, P. B., J. Labavitch, A. A. Prouty, dan N.SGhosheh. 1975. Laboratory Experiment in PlantPhysiology. Macmillan Publishing Corporation.Inc. New York.
Kimball, J.W. 1992. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Marliah, A., Jumini, dan Jamilah. 2-1-. Pengaruh JarakTanam Antar Barisan Pada Sistem Tumpangsari BeberapaVarietas Jagung Manis Dengan Kacang Merah TerhadapPertumbuhan Dan Hasil. Agrista (1). 38-39. Diakses pada tanggal 23 Maret 2-14 WITA.Makassar.
Salisbury, F.B. dan Cleon W. R. 1995. Fisiologi TumbuhanJilid 2. ITB Press. Bandung.
Srigandono, B. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. GadjahMada University Press. Yogyakarta.
Susilo, W. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UniversitasIndonesia. Jakarta.