-
Ledak Edisi Oktober/III/2018
1(Bersambung ke halaman 5)
(Bersambung ke halaman 4)
Redaksi menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Kirim tulisan berupa kritik dan saran melalui email atau diserahkan
ke alamat redaksi dengan melampirkan identitas atau bisa juga
mengirimkan SMS dengan format : NAMA LENGKAP (spasi) ALAMAT (spasi)
SARAN/KRITIK. Kirim ke 085201046529
1
Alamat RedaksiGedung 1 Lt. 2 Fakultas Hukum UNSJl. Ir. Sutami 36
A Surakarta 57126
[email protected]
Salam Pers Mahasiswa
Ledak kali ini kembali hadir menyapa para pembaca setianya,
dengan menghadirkan b e r i t a - b e r i t a a k t u a l d a n
terpercaya. Pada edisi kali ini, Ledak menyajikan berita yang
membahas kurang matangnya persiapan kelas bilingual di Fakultas
Hukum UNS dan pengambilan mata kuliah hukum p e m b u k t i a n y a
n g m a s i h menimbulkan perdebatan.� Selain itu, dalam edisi kali
ini Ledak juga membahas mengenai permasalahan dibalik menurunnya
klaster UNS dan pro kontra pelaksanaan OSM 2018. Sebagai penutup,
terdapat opini yang mengangkat isu hangat yaitu mengenai pentingnya
rivalitas y a n g s e h a t a g a t t i d a k mengakibatkan
jatuhnya korban jiwa.
Selamat Membaca
eberadaan kelas pengantar Kbahasa Inggris di Fakultas Hukum
merupakan salah s a t u r i n t i s a n u n t u k t a h a p
Internasionalisasi Universitas menuju World Class University.
Program internasionalisasi yang diketuai oleh Dr. Emmy Latifah,
S.H.,M.H. ini
sudah memasuki tahun kedua. Program ini memberikan akses kepada
seluruh mahasiswa yang ingin merasakan proses belajar dengan bahasa
pengantar internasional yakni bahasa inggris.� N a m u n , d a l a
m keberjalanannya hingga paruh
Dalam pelaksanaannya di tahun 2017, OSM mengalami kemacetan
dalam pencairan hadiah untuk para pemenangnya. Sehingga rencana
diadakannya OSM 2018 menimbulkan berbagai reaksi dari mahasiswa.
BEM UNS 2018 telah mengupayakan pencairan reward dan mengadakan
beberapa perubahan terkait pelaksanaan OSM 2018 untuk
mengantisipasi permasalahan yang sama.
limpiade Sebelas Maret O(OSM) 2017 merupakan program kerja dari
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS berupa kejuaraan antar fakultas
yang berisi enam cabang olahraga. Dalam kejuaraan ini, tiap peserta
akan memperebutkan tropi juara umum se-UNS dan hadiah berupa
pemotongan Uang Kuliah Tunggal (UKT). OSM 2017 dilaksanakan pada
tanggal 7
Oktober 2017 sampai 6 November 2017. Namun, dalam pelaksanaannya
OSM 2017 mengalami banyak kendala dan permasalahan internal yang
mengakibatkan terlambatnya pemberian hadiah kepada para
pemenang.
“ Wa k t u p e r t e m u a n perwakilan UKM (Unit Kegiatan
Mahasiswa), aku sudah ngasih tahu, sebaiknya OSM 2017 hadiahnya
uang
KURANG MATANGNYA PERSIAPANKELAS PENGANTAR BAHASA INGGRIS
Kelas Pengantar Bahasa Inggris merupakan program yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar kegiatan belajar
mengajar. Program ini merupakan rintisan dalam rangka Universitas
Sebelas Maret (UNS) menuju World Class Universirty (WCU). Fakultas
Hukum (FH) UNS telah mengadakan program ini sejak tahun 2017,
tetapi dalam pelaksanaannya program ini masih memerlukan
perencanaan yang matang.
PRO KONTRA PELAKSANAAN OSM 2018
TYARA DEVY P/NOVUM
-
ada bulan Agustus 2018 lalu, PKementerian Riset, Teknologi, d a
n P e n d i d i k a n Ti n g g i (Kemenristekdikti) mengumumkan
secara resmi peringkat dan klasterisasi U n i v e r s i t a s s e -
I n d o n e s i a . Pemeringkatan tersebut berdasarkan data yang
siap guna, baik yang berasal dari Pangkalan Data Pendidikan Tinggi
(PD Dikti) dan data yang tidak tercakup dalam PD Dikti tetapi
merupakan hasil penilaian dari unit kerja Kementerian
Ristekdikti.
Pemer ingka tan k l a s t e r tersebut memiliki beberapa aspek
komponen yang menjadi dasar penilaian seperti Sumber Daya Manusia
(SDM), Kelembagaan, Kemahasiswaan, dan Penelitian. Pada tahun 2018
terdapat komponen penilaian yang baru yaitu inovasi. Terkait dengan
hasil keputusan Ristekdikti tersebut, Universitas Sebelas Maret
(UNS) sendiri mengalami penurunan secara signifikan.
Tahun 2017 UNS berada pada peringkat ke-11 klaster 1 dengan
komponen penilainnya meliputi SDM (3,3220 dengan peringkat ke-20),
Kelembagaan (3,4114 dengan peringkat ke-23), Kemahasiswaan (1,387
dengan peringkat ke-10), serta Penelitian dan Publikasi (2,4331
dengan peringkat ke-8).
Sedangkan pada tahun 2018 UNS berada pada peringkat ke-17
klaster 2 dengan komponen penilaiannya meliputi SDM (3,236 d e n g
a n p e r i n g k a t k e - 1 6 ) , Ke lembagaan (3 ,268 dengan
peringkat ke-33), Kemahasiswaan (0,813 dengan peringkat 45),
Penelitian dan PPM (2,033 dengan peringkat ke-15), dan Inovasi
(1,328
dengan peringkat ke-18). “Klaster atau peringkat suatu
institusi dalam hal ini UNS sebagai salah satu Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) adalah suatu proses. Proses untuk menjadi PTN yang
berkelas itu sudah baik, namun ada beberapa faktor yang menyebabkan
penilaian UNS menjadi rendah, seperti k e s a l a h a n a d m i n i
s t r a s i , keterlambatan dalam mengumpulkan data, dan bisa jadi
UNS sudah baik tapi PTN yang lain juga meningkat,” ujar Afif
Yuhendrasmiko, selaku mahasiswa Fakultas Teknik UNS.
Pendapat tersebut didukung oleh Dr. Sutanto, S.Si, DEA selaku S
t a f A h l i R e k t o r B i d a n g Pengembangan Akademik, “Saya
dengar Universitas lain selalu bertanya dimana harus input data.
UNS itu santai saja, tidak tahu bahwa data yang di-input dalam
rangka untuk me-ranking. Dikiranya data-data yang di-input hanya
sekadar untuk melaporkan kondisi di UNS hingga akhirnya kita tidak
pernah melihat apakah data kita sudah benar. Dan selama ini Dikti
juga ketika data tidak valid diam saja. Ketika itu dipakai untuk
penilaian mestinya ia mulai bertanya kenapa ada yang tidak beres
begini data dari UNS. Harusnya dia segera tanya ke kita.”
Kendala yang paling utama adalah banyaknya pintu dari pihak UNS
dan tidak siapnya penilaian dari pihak Dikti. “Data sudah di upload
semua di sikma.ristekdikti.go.id tapi t i d a k u p l o a d d i
laporankerma.ristekdikti .go.id , karena ketika dicoba aplikasinya
masih error, ketika di-input sudah tidak ada tambahan record
disitu,” ujar Sutanto. Dikarenakan adanya
kendala tersebut UNS langsung membuat sasaran dan perencanaan,
salah satunya dengan mengumpulkan data-data sebagai komponen
penilaian ke dalam satu pintu agar lebih fokus.
Alasan yang menjadi sebab utama penurunan klaster UNS itu
sendiri adalah kurangnya komunikasi antara Kemenristekdikti dengan
pihak UNS. Pengaruhnya adalah data yang telah di-input oleh pihak
UNS menjadi percuma karena belum tervalidasikan oleh pihak
Ristekdikti.
Terlepas dari banyak pihak yang menyayangkan penurunan peringkat
klaster UNS, sejatinya penurunan ini dapat memperkuat kinerja semua
elemen yang ada dalam membenahi sistem yang ada. “Ini semestinya
menjadi refleksi bagi seluruh stakeholder yang ada dalam institusi.
Mengapa refleksi? karena apabila dimaknai sebagai penurunan maka
ini menjadi evalusi dari semua pihak, persoalan apa yang terjadi,
dan bagian mana yang lemah ini menjadi evaluasi,” ujar Dr. Didik
Gunawan Suharto, S.Sos.,M.Si., selaku dosen Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik (FISIP) UNS.
E v a l u a s i i n i h a r u s dilaksanakan juga oleh salah
satu komponen yaitu mahasiswa. Sutanto menyatakan, “Target menang
internasional dan nasional, out of the box, dan berorganisasi tadi,
terus benahi organisasinya dengan benar terus buat perencanaan.”
Dengan adanya perencanaan dan partisipasi dari mahasiswa tidak
menutup kemungkinan bahwa klaster UNS akan semakin meningkat.
(Azalia Deselta/Dinda Nisa).***
KILAS KAMPUS
2
PERMASALAHAN DIBALIK MENURUNNYAKLASTER UNS
Ledak Edisi Oktober/III/2018
B e r d a s a r k a n p e n i l a i a n Kementerian Riset,
Teknologi, dan P e n d i d i k a n T i n g g i (Kemenristekdikti)
pada tahun 2018, Universitas Sebelas Maret (UNS) mengalami
penurunan klaster. Hal tersebut disebabkan o leh ha l kec i l namun
dapat berakibat fatal terhadap eksistensi UNS.
AZALIA DESELTA/NOVUM
-
SURAT PEMBACA
3
7
62
Redaksi menerima tulisan berupa surat dari pembaca. Tulisan
diketik dengan spasi ganda maksimal 750 karakter. Tulisan bisa
dikirim melalui e-mail : [email protected], atau diserahkan
langsung ke alamat redaksi LPM NOVUM FH UNS, dengan melampirkan
fotokopi kartu identitas.Redaksi juga menerima tulisan berupa pesan
singkat (SMS) dari pembaca. Pesan harap singkat, padat, tidak SARA,
dan tidak bersifat provokatif. Pesan dikirim dengan format : nama
(spasi) alamat (spasi) fakultas/prodi (spasi) isi pesan. Kirim ke
5201046529.08
Ledak Edisi Oktober/III/2018
SURAT PEMBACA
Titus Yoan (2014)Terkait fasilitas yang ada baik di dalam ruang
kelas, maupun di luar kelas saya kira perlu diperhatikan dan
diperbaiki demi terselenggaranya kenyamanan mahasiswa. Untuk
mahasiswa ke depan sebaiknya meningkatkan minat baca agar kita di
ruang kelas tidak pasif dan lebih terbuka untuk mengemukakan
dalil-dalil intelektual agar mampu menciptakan suasana yang lebih
hidup dan menciptakan diskursus untuk melatih kita menajamkan
pikiran antar mahasiswa.
Irsyad Kamaluddin (2015)Teruntuk para dosen yang terhormat,
mohon untuk diperkaya lagi metode pembelajaran perkuliahan, supaya
mahasiswa tidak merasa jenuh serta lebih tertarik dengan materi yg
disampaikan. Juga ditingkatkan lagi kompetensi keilmuannya yang
disesuaikan dengan perkembangan ilmu hukum kontemporer. Karena
kualitas seorang mahasiswa sangat ditentukan oleh kualitas
dosen.
Kristin Hutabarat (2016)Peranan Asisten Dosen di dalam pemberian
materi perkuliahan terkadang kerap membuat proses perkuliahan
menjadi lebih sulit bagi beberapa mahasiswa, dan perkuliahan hanya
menjadi sekedar catatan kehadiran. Diharapkan kepada ibu dan bapak
dosen agar lebih selektif dan turut memantau Asisten Dosen
khususnya saat pemberian materi di kelas.
Daniel Hasianto (2017)Apa fungsi kalender akademik? Jika ujian
dilaksanakan sesuai tanggal yang ditentukan oleh dosen. Semoga
kedepannya bapak dan ibu dosen dapat mengikuti jadwal yang ada di
kalender akademik khususnya pada jadwal ujian akhir semester.
Gabrielle Delfiani (2018)Terkait fasilitas mungkin "memadai" dan
"tercukupi", banyak fasilitas dalam kondisi yang tidak layak dan
tidak bisa digunakan lagi. Bagaimana cara kami mahasiswa untuk
mencintai lingkungan tetapi tempat sampah di fakultas hukum
sangatlah minim dan sulit ditemukan? Sebaiknya pihak yang terkait
lebih peduli dan lebih jeli dengan keadaan yang ada dan juga
mengkaji ulang apa yang warga fakultas hukum butuhkan.
Pemimpin Umum: Okta Ahmad Faisal, Sekretaris Umum: Ikhwan
Tamtomi, Wakil Sekretaris Umum I: Riwayati, Wakil Sekretaris Umum
II: Lintang Astika N, Bendahara Umum: Ratih Yustitia, Wakil
Bendahara Umum: Christy Ayu S, Pimpinan Redaksi: M Thoriq
Ardiansyah, Kadiv Newsletter: Chiara Sabrina A, Kadiv Majalah:
Taufiqulhidayat khair, Kadiv Buletin: Vivi Savira, Kadiv OA: Alfian
Ghaffar, Tim OA: Cucut Fatma Mutia L, Jimmy Aldeo, M Satria Praja
P, Redaksi Pelaksana: Annisa Fianni S, Azalia Deselta, Bidari Aufa
S, Dinda Nisa' El Salwa, Fatma Fitrinuari F, Gustaf Ardiansyah,
Tyara Devi P, Vera Rahayu, Pimpinan Penelitian dan Pengembangan:
Jastrian Renskyrio, Kadiv PSDM: Pricellia Griselda P. G, Staf PSDM:
Aditya Kurniawan, Armeraliesty Kusuma M, Genies Wisnu P, Laras Iga
M, Kadiv Diskusi dan Penelitian: Amalia Rahma H, Staf Diskusi dan
Penelitian: Alfin Ramadhan, Neiska Arafta N, Ghirindra Chandra M,
Kadiv Jaringan Kerja: Fara Novanda Fatura, Staf Jaringan Kerja:
Akbar Rosyad S, Tiara Aninditia, Pimpinan Perusahaan: M. Fuadi
Sisma, Kadiv Produksi dan Distribusi: Yunita Savira B, Staf
Produksi dan Distribusi: Nindita Widi A, M Ghusni Ridho, Sonia
Damayanti S, Anisa Nur H, Kadiv Niaga dan Periklanan: Kurnia
Larasati, Staf Niaga dan Periklanan: Zolla Andre Pramono, Novena
Larasati, Andini Indriawati, Yuliana Silvy R. Z.
-
Sambungan halaman 1...
FOKUSFOKUS
4
semester ganjil tahun 2018 ini masih perlu di evaluasi. Salah
satu yang perlu di evaluasi yakni adanya kelas pengantar bahasa
Inggris yang tidak diberitahukan kepada mahasiswa sebelum
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Kelas yang dimaksud adalah
Hukum Internasional dengan kode kelas I yang seharusnya diampu oleh
Rachma Indriyani, S.H., LL.M. selaku dosen FH UNS dan pada
pelaksanaannya digantikan oleh Prof. Anis H. Bajrekarevic, selaku
Ketua International Law & Global Policy Studies dari Vienna,
Austria.� Pergantian dosen pada kelas Hukum Internasional I dirasa
mendadak oleh beberapa mahasiswa. Hal tersebut dibenarkan oleh Obed
Robbani, mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2017, “Kemarin
sebenarnya agak kaget soalnya dari awal gak tahu bahwa yang ngajar
dosen dari luar gitu.” Obed juga menambahkan bahwa pelaksanaan
kelas tersebut dipadatkan menjadi 9 hari berturut-turut termasuk
pada hari Sabtu dan hari libur nasional tepatnya pada saat tahun
baru Islam.� Menanggapi hal ini, Emmy mengatakan bahwa telah
terjadi missunderstanding antara Emmy dengan Ketua Sub. Bagian
Akademik, Gunawan Suryatmadi, S.H. “Jadi saya sudah matur ke Pak
Gun. Mungkin karena lupa atau
apa, akhirnya belum diberitahukan,” ujar Emmy. Terkait hal
tersebut, Gunawan mengatakan bahwa Gunawan baru mendapatkan
informasi tersebut setelah pelaksanaan KRS. “Kalo saya, tahu dari
bu Emmy saat minggu-minggu pertama kuliah,” kata Gunawan.� P e n y
e b a b m u n c u l n y a missunderstanding tersebut menurut
pengakuan Emmy berdasarkan pada adanya dana dari rektorat sebesar
tiga ratus juta rupiah sebagai dana inbound atau outbound terkait
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. “Sebenarnya fakultas tidak
menganggarkan (untuk) visiting professor, karena kita fokus kepada
publikasi internasional untuk dosen. Dosen yang bisa publish jurnal
ke Indeks Scopus akan dibiayai untuk penerbitan karena Dikti pun
menyarankan dosen publish (jurnal) di Indeks Scopus,” jelasnya. �
Selain permasalahan diatas, ditemukan pula bahwa dalam kelas
pengantar bahasa inggris masih terdapat dosen yang menggunakan
bahasa Indonesia sebagai pengantar. “Aku dapat kelas itu (kelas
pengantar bahasa inggris) semester ini, beliau (dosen) menanyakan
mau pake bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, terus mahasiswanya
jawab bahasa Indonesia aja,” ucap Obed yang dibenarkan pula oleh
Lala (samaran),
selaku mahasiswa FH UNS angkatan 2017. � Meskipun telah
disepakati oleh mahasiswa dan dosen yang mengampu, tentunya hal
tersebut bertentangan dengan ketentuan fakultas yang mengadakan
kelas pengantar bahasa inggris sebagai salah satu program WCU.
Terkait dengan hal tersebut Emmy juga mengatakan, “Memang kelemahan
dari kita itu tidak semua bagian (konsentrasi hukum) itu ada yang
fluent bahasa Inggris, maka penerapannya mungkin campur (antara
bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris).”� Keberadaan kelas
pengantar bahasa Inggris ini merupakan salah satu kegiatan
Internasionalisasi FH UNS. Berkaitan dengan hal tersebut, Emmy
mengatakan, “Anda itu sekarang berada di era internasionalisasi,
era globalisasi. Ketika Anda lulus kuliah, Anda nanti bersaingnya
tidak hanya dengan teman satu komunitas dan satu fakultas, apalagi
Asean Economy Community. Semua mahasiswa dari negara manapun juga
akan compete untuk mendapatkan kesempatan kerja yang sama. Jadi
kalo Anda tidak mau (belajar) ya susah,” tutup Emmy. (Annisa Fianni
Sisma/Gustaf Ardiansyah).***
KURANG MATANGNYA PERSIAPAN...
Ledak Edisi Oktober/III/2018
MATA KULIAH HUKUM PEMBUKTIANYANG MASIH MENIMBULKAN
PERDEBATAN
elaksanaan kegiatan belajar Pmengajar pada awal tahun ajaran
2018/2019 FH UNS berjalan dengan semestinya. Namun, hal tersebut
tidak dirasakan oleh beberapa mahasiswa angkatan 2017 yang saat ini
tengah menempuh semester tiga. Pasalnya, hak mereka untuk
mendapatkan tambahan mata kuliah wajib semester lima agar Satuan
Kredit Semester (SKS) berjumlah lebih dari 20 tidak bisa terpenuhi.
Hal ini disebabkan oleh
penuhnya kuota kelas sehingga berujung pada “kehabisan”
kelas.
Mata kuliah wajib semester l ima yang bisa diambil oleh
mahasiswa semester tiga antara lain Hukum Ekonomi Islam, Hukum
Keluarga dan Kehartaan Islam, Ilmu Perundang-undangan, dan Hukum
Pembuktian. Di antara empat mata kuliah tersebut, mata kuliah Hukum
Pembuktian selalu menjadi ajang p e r d e b a t a n b e b e r a p a
t a h u n belakangan ini.
B e b e r a p a d o s e n y a n g bersangkutan menilai bahwa
Hukum Pembuktian masih terlalu dini untuk ditempuh oleh mahasiswa
semester tiga. Mereka terlebih dahulu harus lulus mata kuliah Hukum
Acara yang pada dasarnya baru bisa ditempuh di semester empat.
Hal ini pun disampaikan oleh Dr. Pujiyono, S.H., M.H selaku
Kepala Prodi (Kaprodi) S1. “Menurut saya, kemampuannya kan beda.
Mahasiswa yang belum ambil Acara
Penambahan mata kuliah selain mata kuliah wajib pada semester
ganjil adalah hal yang penting bagi mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret (FH UNS). Mereka berharap beban kuliah
semester atas kelak dapat dikurangi. Namun hal tersebut tidak
sesuai harapan, dikarenakan penambahan mata kuliah Hukum Pembuktian
pada semester tiga yang menuai pro kontra.
BIDARI AUFA/NOVUM
(Bersambung ke halaman 6)
-
KILAS KAMPUS
5
Sambungan halaman 1...
cash saja mau berapapun itu, karena pengurangan UKT itu ribet
banget. Aku udah jelasin, mereka bilang, 'oh yaudah mbak kita
tampung,' eh tapi malah tetep aja 2017 hadiahnya pengurangan UKT,”
hal ini disampaikan langsung oleh pemenang OSM 2017 dan FAM 2016,
Theresia Budi Listyawati.
Selain karena hadiah yang sulit untuk di-claim, kurangnya
komunikasi panitia kepada para pemenang juga menjadi faktor
penghambat. Pemenang dikumpulkan dalam satu grup komunikasi untuk
membahas persyaratan apa saja yang harus dikumpulkan oleh pemenang,
tetapi dalam prakteknya ternyata ada pemenang yang tidak diundang
ke dalam grup.
Hal tersebut mengakibatkan terhambatnya pengumpulan berkas
dikarenakan adanya peraturan bahwa hadiah akan diberikan apabila
semua pemenang sudah mengumpulkan berkas. “Jadi posisinya saya
nggak tahu. Baru 2018 awal saya tahu kalau ada grup juara. Nah
habis itu saya minta tolong temen saya yang juara dari FISIP untuk
masukin,” ujar Alif selaku pemenang OSM 2017.
Setelah beberapa bulan OSM 2017 terabaikan, BEM UNS mengambil
inisiatif untuk mengakomodasi para pemenang agar hak mereka
terpenuhi. Usaha yang dilakukan BEM UNS selain melakukan audiensi
antara pemenang dengan pihak universitas, BEM UNS juga
ikut membantu pemenang dalam mengumpulkan berkas-berkas yang
dibutuhkan.
Menurut Fitri selaku perwakilan BEM UNS, di dalam kitab OSM 2017
ada persyaratan bahwa setiap tim langsung mengumpulkan berkas ke
BEM Fakultas yang kemudian diteruskan ke BEM Universitas untuk
diberikan ke Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Mawa) UNS. Semenjak
bulan Mei, BEM membantu membuat draft proposal yang kemudian diisi
oleh pemenang.
Selain itu, BEM UNS juga sudah menyerahkan berkas pemenang ke
bagian Mawa UNS untuk diverifikasi. Namun, pihak Mawa mengembalikan
berkas tersebut karena ada syarat yang belum terpenuhi. Pihak BEM
UNS segera memperbaiki kesalahan tersebut sehingga sekarang
berkas-berkas sudah kembali ke Mawa dan sedang dalam proses
verifikasi. Akan tetapi, pihak Mawa tidak dapat memastikan kapan
hadiah tersebut dapat diterima oleh para pemenang.
Kendati demikian, BEM UNS tetap akan melaksanakan OSM 2018. Hal
itu didasari pada keputusan Forum Besar (Forbes) BEM UNS pada bulan
Maret lalu. Mahasiswa UNS yang tidak setuju OSM diadakan kembali
pun langsung bereaksi dengan membuat tagar bertajuk #BOIKOTOSM di
sosial media dan membagikannya secara luas. Pihak BEM UNS tidak
mempermasalahkan tentang tagar yang dibuat oleh mahasiswa
karena
menurutnya OSM 2018 dilaksanakan atas dasar keinginan mahasiswa
yang disepakati bersama di Forbes.
Terlepas dari adanya tagar penolakan tersebut, masih banyak
mahasiswa UNS yang mendukung kegiatan tersebut agar tetap berjalan.
M e n a n g g a p i h a l t e r s e b u t F i t r i mengatakan
bahwa OSM 2018 akan dilaksanakan dengan banyak perubahan dan
pertimbangan. Upaya BEM UNS dalam mengantisipasi kejadian serupa
yakni berupa mengganti hadiah pemotongan UKT dengan hadiah uang
tunai.
Selain perubahan hadiah, BEM UNS juga menghapus dan menambahkan
beberapa Cabang Olahraga (Cabor). Cabor yang dihapuskan yaitu bulu
tangkis dan voli. Cabor bulu tangkis dan voli dihapus karena
kesepakatan antara UKM dan Panitia. Sedangkan cabang olahraga yang
ditambahkan yaitu E-sport dan tenis meja. E-sport yang dimaksud
adalah Game Mobile Legend.
Menurut Alif, ia tidak keberatan apabila OSM 2018 tetap
diadakan. Namun, ia berharap sebelum OSM 2018 dimulai, permasalahan
yang terjadi di OSM 2017 segera diselesaikan terutama mengenai
hadiah yang belum cair. Hal serupa juga diharapkan oleh para p e m
e n a n g y a n g l a i n . ( F a t m a Fitrianuari/Tyara
Devy).***
PRO KONTRA PELAKSANAAN OSM ...
Ledak Edisi Oktober/III/2018
5
MAU PASANG
IKLAN ? LPMNOVUMFHUNS
Menerima Iklan dan SponsorshipHubungi : 085641963323 (Zolla)
085642598118 (Kurnia)
DOKUMENTASI OSM 2017
-
foTRIK ! FOTOKRITIK !
6
FOKUSSambungan halaman 4...
MATA KULIAH HUKUM PEMBUKTIAN ...
Ledak Edisi Oktober/III/2018
Perdata dengan mahasiswa yang sudah ambil Acara Perdata tentu
pemahamannya akan berbeda,” jelasnya saat menghadiri Jumpa C i v i
t a s A k a d e m i k a , R a b u (19/9/2018).
Akan tetapi, hal tersebut berseberangan dengan buku pedoman
akademik S1-Ilmu Hukum (2014-2017, contohnya). Di situ tertulis
bahwa Hukum Pembuktian bisa diambil oleh mahasiswa semester tiga
karena mata kuliah prasyaratnya hanyalah Hukum Perdata, yang sudah
ditempuh pada saat semester dua.
Terbukti dengan Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) yang
mengizinkan mereka untuk masuk ke kelas Hukum Pembuktian. Yosafat
Gusni, mahasiswa FH UNS angkatan 2017 membenarkan hal tersebut.
“Ketika saya mengecek di SIAKAD, saya juga bisa mengambil mata
kuliah Hukum Pembukt ian . Di s i tu (SIAKAD) tidak ada syarat
bahwa saya harus mengambil mata kuliah tertentu terlebih dahulu
untuk mengambil mata kuliah Hukum Pembuktian,” ujarnya.
Dikarenakan hal tersebut, maka beberapa mahasiswa semester tiga
tetap bersikeras mengambil Hukum Pembuktian sebagai mata kuliah
tambahan agar hak mereka tetap terpenuhi. Sebab mata kuliah
semester a tas se la in Hukum Pembuktian sudah memenuhi batas kuota
kelas dan/atau tubrukan dengan
mata kuliah wajib yang lain. “Aku sebenarnya nggak
ngerencanain ambil Pembuktian, tapi karena kepepet dan kelas
(yang bisa dipilih) sudah penuh, kecuali Ekonomi Islam. Tapi, semua
jadwal Ekonomi Islam nabrak sama mata kuliah wajibku, makanya lebih
baik ambil Pembuktian yang bisa dimasukin,” ujar Divya Aviva
Marsyaf, mahasiswi FH UNS angkatan 2017.
Menanggapi hal di atas, mahasiswa yang sudah telanjur mengambil
Hukum Pembuktian diarahkan agar meminta surat rekomendasi dari
Kaprodi S1 dengan disertai tanda tangan Pembimbing Akademik. Sete
lahnya, sura t rekomendasi tersebut diserahkan kepada masing-masing
dosen pengampu Hukum Pembuktian.
Namun, Kaprodi S1 dan Sub. Bagian Akademik tidak tahu menahu
tentang itu. “Lho, surat apa yang dibutuhkan? Memang sudah
terambil, kok. Sehingga ya keputusannya bahwa kemudian yang
bersangkutan itu saya serahkan kepada dosen. Nah, kalau dosen ndak
mau mengambil (mahasiswa) atau memberi nilai ya, ndak usah. Si
lakan diproses bagaimana,” ujar Pujiyono.
Informasi yang tidak jelas ini membingungkan mahasiswa dan mau t
idak mau harus mengambi l keputusan. “Pada akhirnya, saya
memutuskan untuk menghapus mata
kuliah Hukum Pembuktian dari KRS saya,” kata Yosafat. Hal serupa
juga d ia lami o leh EK (samaran) , mahasiswi FH UNS angkatan 2017,
“Sudah kuhapus, akademik dan dosen juga menyarankan untuk dihapus.
Takut ndak bisa maksimal.”
Sayangnya, para dosen pengampu Hukum Pembuktian menolak untuk
diwawancarai terkait hal tersebut. Meski begitu, ada juga sebagian
kecil dosen yang bersedia diwawancarai walaupun meminta agar
namanya tidak disebut. “Ya kalau mereka (untuk) memenuhi 24 (SKS),
saya nggak bisa menolak,” ujar salah satu dosen.
S e b a g i a n m a h a s i s w a berharap permasalahan
pengambilan mata kuliah Hukum pembuktian untuk semester tiga ini
dapat menjadi bahan evaluasi pihak fakultas agar selanjutnya tidak
terulang kembali. “Tolong banget dijadikan evaluasi, jangan sampai
hal seperti ini terulang terus menerus entah sampai kapan,” harap
Divya. Hal serupa juga diharapkan oleh Aditya Gilang, mahasiswa FH
UNS angkatan 2015, “Terkait Hukum Pembuktian harus d iper je las ,
s ih . Mata kul iah prasyaratnya harus lulus Hukum Perdata saja
atau (disertai juga) Hukum Acara.” (Bidari Aufa S/Vera
Rahayu).***
Program green campus Universitas Sebelas Maret (UNS) masih
kurang di terapkan di kalangan mahasiswa, khususnya Fakultas Hukum
yang belum menekankan secara tegas mana area merokok dan area
larangan untuk merokok. Hal tersebut berdampak pada ketidaknyamanan
mahasiswa lain akibat terkena asap rokok. Adanya tempat khusus
merokok menjadi salah satu solusi, akan tetapi banyak mahasiswa
yang tidak mengetahui tempat tersebut dikarenakan kurangnya
sosialisasi dari pihak fakultas.
CUCUT FATMA/NOVUM
-
RISET
7
KOPI
Ledak Edisi Oktober/III/2018
epak bola merupakan Solahraga yang sangat d i g a n d r u n g i
o l e h m a s y a r a k a t d i I n d o n e s i a . Buktinya, ada
91 klub sepakbola yang terhampar di Nusantara, terbagi menjadi 3
kasta Liga yang dibawahi oleh induk organisasi sepakbola Indonesia
yai tu Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Itu baru yang
terdaftar, belum lagi klub-klub antar kampung (tarkam) yang selalu
bertanding di seluruh pelosok negeri ini tanpa mengikuti regulasi
dari PSSI.
Di Indonesia, setiap klub memiliki suporter dengan tingkat
fanatisme yang tinggi karena menganggap klub yang ia dukung
merupakan hal yang bisa ia banggakan. Terlebih jika klub tersebut
merupakan klub daerah tempat ia berasal, maka emosi ketika menonton
klub itu akan mencapai titik yang sulit untuk digambarkan melalui
kata-kata.
Atas dasar itu pula suporter menjadi hal yang vital dalam dunia
sepak bola. Bahkan kiper legenda I t a l i a , G i a n l u i g i B
u f f o n mengatakan, “Suporter adalah pemain ke 12 buat kami.” Hal
itu menandakan bahwa kehadiran suporter untuk mendukung klub k e b
a n g g a a n n y a s a n g a t mempengaruhi mental ataupun
permainan dari para pemain yang berlaga. Fanatisme yang tinggi akan
memunculkan gengsi antar suporter, terutama dengan klub rival,
gengsi itu akan berlipat ganda.
Rivalitas merupakan suatu budaya yang berkembang dalam dunia
sepak bola. Biasanya terjadi jika ada lebih dari satu klub dalam
satu wilayah, contohnya di kota Milan, Italia ada AC Milan dan
Inter Milan. Rivalitas juga kerap muncul karena faktor prestasi
klub yang hampir seimbang, contohnya di Inggris ada Manchester
United dan Liverpool.
Di Indonesia sendiri,
r i v a l i t a s k l u b d a l a m persepakbolaan juga menjadi
hal yang kongkrit, misalnya di Jawa Timur ada Persebaya Surabaya
dan Arema Malang. Selain itu di daerah barat Jawa ada Persija
Jakarta dan Persib Bandung, juga ada PSM Makassar dengan Persipura
Jayapura yang menjadi derbi terbesar di Indonesia Timur.
Miris ketika melihat data yang disajikan redaksi goal.com dalam
kurun waktu 23 tahun terakhir, 56 nyawa menjadi korban atas
keganasan persepakbolaan Indonesia, dan setengahnya menjadi tumbal
atas nama rivalitas yang terjadi di antara suporter Indones i a .
Te rakh i r nama Haringga Sarila dari kelompok suporter Persija
(The Jak Mania) yang menjadi tumbal rivalitas ketika bertamu ke
Bandung pada tanggal 23 September lalu saat laga Persib Bandung
melawan Persija Jakarta.
K i t a t i d a k b i s a menyalahkan rivalitas yang terjadi
antar klub yang bertarung karena rivalitas merupakan budaya
olahraga ini. Rivalitaslah yang membuat olahraga ini tetap seru dan
memiliki sisi humanis yang membuat emosi kita terbawa dalam dunia
si “kulit bundar”. Yang menjadi perhatian penulis a d a l a h s u d
a h s e h a r u s n y a manejemen klub ataupun PSSI memberikan
edukasi kepada setiap suporter dalam mendukung klub
kesayangannya.
Contoh kecilnya yakni dengan perlahan meninggalkan budaya
negatif seperti chants rasis terhadap lawan dan hal lain yang
berbau provokasi. PSSI sebagai induk sepakbola nasional harus
berani mengambil langkah tegas dalam pemberlakuan peraturan yang
bisa menimbulkan konflik, karena dalam perjalanannya sanksi dari
komisi disiplin PSSI masih kurang menimbulkan efek jera.
Selain dari peraturan yang b e r s i f a t m e n d i d i k , p i
h a k k e a m a n a n d a l a m h a l i n i
Kepolisian juga harus melakukan i n o v a s i d a l a m s i s t
e m pengamanannya. Karena masalah ini sudah berulang kali terjadi
dan beberapa kali juga kita lengah untuk mengantisipasi hal
ini.
P e n u l i s m e m i l i k i pandangan bahwa meniru sistem
pengamanan dari luar negeri bisa menjadi solusi untuk mencegah
terjadinya konflik, contohnya ketika menjelang pertandingan
Millwall melawan West Ham yang memang terkenal memiliki salah satu
kelompok hooligan terliar di London. Kepolisian Metropolitan London
menugaskan petugasnya untuk melakukan pengawasan ke seluruh penjuru
kota agar mencegah terjadinya konflik sampai keadaan menjadi normal
kembali. � Kedewasaan suporter juga dituntut karena itu menjadi hal
y a n g p a l i n g u t a m a d e m i menghilangkan citra negatif
yang s u d a h t e r s e m a t d i b e n a k masyarakat. Meskipun
dari s e lu ruh s takeho lder t e l ah menjalankan tupoksinya
dengan baik, pasti masih ada celah yang tidak bisa dimasuki oleh
para stakeholder, contohnya dendam para teman-teman korban ataupun
rasa sakit hati yang tidak bisa dilupakan. � Ada perka taan yang
menyentuh hati ketika bapak dari Haringga Sarila diundang ke acara
Mata Najwa, ia berujar, “Cukup sampai Haringga Sarila anak saya
saja yang menjadi korban kekerasan ini. Tidak perlu ada lagi
Haringga lainnya.” Di sini kita bisa melihat keikhlasan orang tua
ko rban i t u s end i r i da l am menghadapi permasalahan pelik
ini. Maka sudah seharusnya kita sebagai pecinta sepakbola
-khususnya dalam negeri- berbenah dan tidak saling menyalahkan agar
tidak ada lagi tumbal atas nama rivalitas, karena sejatinya
rivalitas dalam sepakbola tidak pernah meminta tumbal.
RIVALITAS TIDAK PERNAH MEMINTA TUMBALOleh : Taufiqul Hidayat
-
novum.�[email protected] LPM NOVUM FH UNS LPMNOVUMFHUNS lpmnovum�uns
@mpm6732f
8 Ledak Edisi Oktober/III/2018
TIDAK ADA SATU KEMENANGAN PUNYANG SEBANDING DENGAN
NYAWA“ “
Bambang PamungkasPemain Persija Jakarta
Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8