BAB IKANULASI INTRAVENA
1.1 DEFINISITerapi intravena adalah tindakan yang dilakukan
dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, obat intravena dan
nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena.11.2 TIPE- TIPE
CAIRAN1,3Cairan/larutan yang digunakan dalam terapi intravena
berdasarkan osmolalitasnya dibagi menjadi:1. Isotonik1,3Suatu
cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati
osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti
volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang
berlangsung lama. Cairan ini akan meningkatkan volume
ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik akan menambah CES 1
liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk mengganti 1
liter darah yang hilang.Contoh:NaCl 0,9%Ringer
LaktatKomponen-komponen darah (Alabumin 5 %, plasma)Dextrose 5 %
dalam air (D5W)2. Hipotonik1Suatu cairan/larutan yang memiliki
osmolalitas lebih kecil daripada osmolalitas plasma. Tujuan cairan
hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan menyediakan
air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini umumnya
menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air
masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan
ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau membengkak. Perpindahan
cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel. Cairan
ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK.
Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan:a.
Deplesi cairan intravaskulerb. Penurunan tekanan darahc. Edema
selulerd. Kerusakan selKarena larutan ini dapat menyebabkan
komplikasi serius, klien harus dipantau dengan
teliti.Contoh:dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %NaCl 0,45 %NaCl 0,2
%3. Hipertonik1Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih
tinggi daripada osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik
yang cepat dapat menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan
dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel ke intravaskuler, sehingga
menyebabkan sel-selnya mengkerut. Cairan ini dikontraindikasikan
untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung serta pasien dengan
dehidrasi.Contoh:D 5% dalam saline 0,9 %D 5 % dalam RLDextrose 10 %
dalam airDextrose 20 % dalam airAlbumin 25a. Pembagian
cairan/larutan berdasarkan tujuan penggunaannya:1. Nutrient
solutionBerisi karbohidrat ( dekstrose, glukosa, levulosa) dan air.
Air untuk menyuplai kebutuhan air, sedangkan karbohidrat untuk
kebutuhan kalori dan energi. Larutan ini diindikasikan untuk
pencegahan dehidrasi dan ketosis.Contoh:D5W, Dekstrose 5 % dalam
0,45 % sodium chloride2. Electrolyte solution1Berisi elekrolit,
kation dan anion. Larutan ini sering digunakan untuk larutan
hidrasi, mencegah dehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.Contoh:Normal Saline (NS)Larutan ringer (sodium, Cl,
potassium dan kalsium)Ringer Laktat /RL (sodium, Cl, Potassium,
Kalsium dan laktat)Alkalizing solutionUntuk menetralkan asidosis
metabolicContoh :Ringer Laktat /RL3. Acidifying solution1Untuk
menetralkan alkalosis metabolicContoh :Dekstrose 5 % dalam NaCl
0,45 %NaCl 0,9 %4. Blood volume expandersDigunakan untuk
meningkatkan volume darah karena kehilangan darah/plasma dalam
jumlah besar. (misal: hemoragi, luka baker berat).Contoh :Dekstran
PlasmaHuman Serum Albuminb. Pembagian cairan lain adalah
berdasarkan kelompoknya:31. KristaloidBersifat isotonik, maka
efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke
dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada
pasien yang memerlukan cairan segera.Contoh:Ringer-Laktat dan garam
fisiologis.2. KoloidUkuran molekulnya (biasanya protein) cukup
besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap
berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat
menarik cairan dari luar pembuluh darah.Contoh:albumin dan
steroid.1.3 INDIKASI KANULASI INTRAVENA31. Keadaan emergency (misal
pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke
dalam IV2. Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap
pemberian obat3. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar
secara terus-menerus melalui IV4. Klien yang mendapat terapi obat
yang tidak bisa diberikan melalui oral atau intramuskuler5. Klien
yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan
elektrolit6. Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan
terapi cairan7. Klien yang mendapatkan tranfusi darah8. Upaya
profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus
intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan
pemberian obat)9. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak
stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok
(mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba),
sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.1.4 KONTRAINDIKASI
KANULASI INTRAVENA1,3Infus dikontraindikasikan pada daerah:1.
Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau
trombosis2. Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat
saat disentuh3. Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di
bawah area flebitis4. Vena yang sklerotik atau bertrombus5. Lengan
dengan pirai arteriovena atau fistula6. Lengan yang mengalami
edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit7. Lengan pada
sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)8.
Lengan yang mengalami luka bakar1.5 KOMPLIKASI KANULASI
INTRAVENA1,31. Komplikasi locala. Flebitis1Inflamasi vena yang
disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini
dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di
sekitar daerah insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau
rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena, dan pembengkakan.
Insiden flebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur
intravena, komposisi cairan atau obat yang diinfuskan (terutama pH
dan tonisitasnya, ukuran dan tempat kanula dimasukkan, pemasangan
jalur IV yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme saat
penusukan).Intervensi :1) Menghentikan IV dan memasang pada daerah
lain2) Tinggikan ekstremitas3) Memberikan kompres hangat dan basah
di tempat yang terkenaPencegahan :1) Gunakan tehnik aseptik selama
pemasangan2) Menggunakan ukuran kateter dan jarum yang sesuai
dengan vena3) Mempertimbangkan komposisi cairan dan medikasi ketika
memilih area insersi4) Mengobservasi tempat insersi akan adanya
kemungkinan komplikasi apapun setiap jam5) Menempatkan kateter atau
jarum dengan baik6) Mengencerkan obat-obatan yang mengiritasi jika
mungkinb. Infiltrasi1,3Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki
ruang subkutan di sekeliling tempat pungsi vena. Infiltrasi
ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat peningkatan cairan
di jaringan), palor (disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di
sekitar area insersi, ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan
aliran secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika tempat
penusukan lebih besar daripada tempat yang sama di ekstremitas yang
berlawanan. Suatu cara yang lebih dipercaya untuk memastikan
infiltrasi adalah dengan memasang torniket di atas atau di daerah
proksimal dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniket
tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran vena. Jika infus
tetap menetes meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi
infiltrasi.Intervensi :1) Menghentikan infus (infus IV seharusnya
dimulai di tempat baru atau proksimal dari infiltrasi jika
ekstremitas yang sama digunakan)2) Meninggikan ekstremitas klien
untuk mengurangi ketidaknyamanan (meningkatkan drainase vena dan
membantu mengurangi edema)3) Pemberian kompres hangat (meningkatkan
sirkulasi dan mengurangi nyeriPencegahan:1) Mengobservasi daerah
pemasangan infus secara kontinyu2) Penggunaan kanula yang sesuai
dengan vena3) Minta klien untuk melaporkan jika ada nyeri dan
bengkak pada area pemasangan infusec. Iritasi vena1Kondisi ini
ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas
area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH
tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin,
vancomycin, eritromycin, dan nafcillin)Intervensi:Turunkan aliran
infusePencegahan:1) Encerkan obat sebelum diberikan2) Jika terapi
obat yang menyebabkan iritasi direncanakan dalam jangka waktu lama,
sarankan dokter untuk memasang central IV.d. Hematoma1,3Hematoma
terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area
insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang
berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan
yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum
atau kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis,
pembengkakan segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada
tempat penusukan.Intervensi:1) Melepaskan jarum atau kateter dan
memberikan tekanan dengan kasa steril2) Memberikan kantong es
selama 24 jam ke tempat penusukan dan kemudian memberikan kompres
hangat untuk meningkatkan absorpsi darah3) Mengkaji tempat
penusukan4) Memulai lagi uintuk memasang pada ekstremitas lain jika
diindikasikanPencegahan:1) Memasukkan jarum secara hati-hati2)
Lepaskan torniket segera setelah insersi berhasile.
Tromboflebitis3Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah
peradangan dalam vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya
nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan
di sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi
ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan,
kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise, dan
leukositosis.Intervensi:1) Menghentikan IV2) Memberikan kompres
hangat3) Meninggikan ekstremitas4) Memulai jalur IV di ekstremitas
yang berlawananPencegahan:1) Menghindarkan trauma pada vena pada
saat IV dimasukkan2) Mengobservasi area insersi tiap jam3) Mengecek
tambahan pengobatan untuk kompabilitasf. Trombosis1Trombosis
ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran
infus berhenti. Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel
dinding vena, pelekatan platelet.Intervensi:1) Menghentikan IV2)
Memberikan kompres hangat3) Perhatikan terapi IV yang diberikan
(terutama yang berhubungan dengan infeksi, karena thrombus akan
memberikan lingkungan yang istimewa/baik untuk pertumbuhan
bakteri)Pencegahan:Menggunakan tehnik yang tepat untuk mengurangi
injuri pada venag. Occlusion3Occlusion ditandai dengan tidak adanya
penambahan aliran ketika botol dinaikkan, aliran balik darah di
selang infus, dan tidak nyaman pada area pemasangan/insersi.
Occlusion disebabkan oleh gangguan aliran IV, aliran balik darah
ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu
lama.Intervensi:Bilas dengan injeksi cairan, jangan dipaksa jika
tidak suksesPencegahan:1) Pemeliharaan aliran IV2) Minta pasien
untuk menekuk sikunya ketika berjalan (mengurangi risiko aliran
darah balik)3) Lakukan pembilasan segera setelah pemberian obath.
Spasme vena3Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit
pucat di sekitar vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka
maksimal. Spasme vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau
cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah
mengiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat.Intervensi:1)
Berikan kompres hangat di sekitar area insersi2) Turunkan kecepatan
aliranPencegahan:Apabila akan memasukkan darah (missal PRC), buat
hangat terlebih dahulu.i. Reaksi vasovagal3Kondisi ini digambarkan
dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin,
berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah..
Reaksi vasovagal bisa disebabkan oleh nyeri atau
kecemasan.Intervensi:1) Turunkan kepala tempat tidur2) Anjurkan
klien untuk nafas dalam3) Cek tanda-tanda vital (vital
sign)Pencegahan:1) Siapkan klien ketika akan mendapatkan terapi,
sehingga bisa mengurangi kecemasan yang dialami2) Gunakan anestesi
lokal untuk mengurangi nyeri (untuk klien yang tidak tahan terhadap
nyeri).j. Kerusakan syaraf, tendon dan ligament3Kondisi ini
ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi otot.
Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan
deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang
tidak tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon
dan ligament.Intervensi:Hentikan pemasangan infusePencegahan:1)
Hindarkan pengulangan insersi pada tempat yang sama2) Hindarkan
memberikan penekanan yang berlebihan ketika mencari lokasi vena2.
Komplikasi sistemik1,3a. Septikemia/bakteremia1Adanya susbtansi
pirogenik baik dalam larutan infus atau alat pemberian dapat
mencetuskan reaksi demam dan septikemia. Perawat dapat melihat
kenaikan suhu tubuh secara mendadak segera setelah infus dimulai,
sakit punggung, sakit kepala, peningkatan nadi dan frekuensi
pernafasan, mual dan muntah, diare, demam dan menggigil, malaise
umum, dan jika parah bisa terjadi kollaps vaskuler. Penyebab
septikemi adalah kontaminasi pada produk IV, kelalaian tehnik
aseptik. Septikemi terutama terjadi pada klien yang mengalami
penurunan imun.Intervensi:1) Monitor tanda vital2) Lakukan kultur
kateter IV, selang atau larutan yang dicurigai.3) Berikan medikasi
jika diresepkanPencegahan:1) Gunakan tehnik steril pada saat
pemasangan2) Gantilah tempat insersi, dan cairan, sesuai ketentuan
yang berlakub. Reaksi alergi1Kondisi ini ditandai dengan gatal,
hidung dan mata berair, bronkospasme, wheezing, urtikaria, edema
pada area insersi, reaksi anafilaktik (kemerahan, cemas, dingin,
gatal, palpitasi, paresthesia, wheezing, kejang dan kardiak
arrest). Kondisi ini bisa disebabkan oleh allergen, misal karena
medikasi.Intervensi :1) Jika reaksi terjadi, segera hentikan
infuse2) Pelihara jalan nafas3) Berikan antihistamin steroid,
antiinflamatori dan antipiretik jika diresepkan4) Jika diresepkan
berikan epinefrin5) Jika diresepkan berikan kortisonPencegahan: 1)
Monitor pasien setiap 15 menit setelah mendapat terapi obat baru2)
Kaji riwayat alergi klienc. Overload sirkulasi3Membebani sistem
sirkulasi dengan cairan intravena yang berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan tekanan vena sentral, dipsnea berat,
dan sianosis. Tanda dan gejala tambahan termasuk batuk dan kelopak
mata yang membengkak. Penyebab yang mungkin termasuk adalah infus
larutan IV yang terlalu cepat atau penyakit hati, jantung dan
ginjal. Hal ini juga mungkin bisa terjadi pada pasien dengan
gangguan jantung yang disebut denga kelebihan beban
sirkulasi.Intervensi:1) Tinggikan kepala tempat tidur2) Pantau
tanda-tanda vital setiap 30 menit sampai 1 jam sekali3) Jika
diperlukan berikan oksigen4) Mengkaji bunyi nafas5) Jika diresepkan
berikan furosemidPencegahan:1) Sering memantau tanda-tanda vital2)
Menggunakan pompa IV untuk menginfus3) Melakukan pemantauan secara
cermat terhadap semua infused. Embolisme udara3Emboli udara paling
sering berkaitan dengan kanulasi vena-vena sentral. Manifestasi
klinis emboli udara adalah dipsnea dan sianosis, hipotensi, nadi
yang lemah dan cepat, hilangnya kesadaran, nyeri dada, bahu, dan
punggung bawah.Intervensi :1) Klem atau hentikan infuse2)
Membaringkan pasien miring ke kiri dalaam posisi Trendelenburg3)
Mengkaji tanda-tanda vital dan bunyi nafas4) Memberikan
oksigenPencegahan:1) Pastikan sepanjang selang IV telah bebas dari
udara, baru memulai menyambungkan infuse 2) pastikan semua konektor
tersambung dengan baik1.6 PROSEDUR PEMASANGAN KANULASI INTRAVENA
(INFUS)2,41. Alat dan bahana. Standar infuseb. Set infusec. Cairan
sesuai program medicd. Jarum infuse dengan ukuran yang sesuaie.
Pengalasf. Torniketg. Kapas alcoholh. Plesteri. Guntingj. Kasa
sterilk. Sarung tangan2. Prosedur kerja:a. Jelaskan prosedur yang
akan dilakukanb. Cuci tanganc. Hubungkan cairan dan infus set
dengan memasukkan ke bagian karet atau akses slang ke botol
infused. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan
hingga terisi sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi
slang dan udara slang keluare. Letakkan pangalas di bawah tempat (
vena ) yang akan dilakukan penginfusanf. Lakukan pembendungan
dengan torniker 10-12 cm di atas tempat penusukan dan anjurkan
pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular ( bila sadar )g.
Gunakan sarung tangan sterilh. Disinfeksi daerah yang akan ditusuk
dengan kapas alcoholi. Lakukan penusukan pada vena dengan
meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da posisi jarum ( abocath
) mengarah ke atasj. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (
abocath / surflo ) maka tarik keluar bagian dalam ( jarum ) sambil
meneruskan tusukan ke dalam venak. Setelah jarum infus bagian dalam
dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan
menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian
infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infus.l. Buka
pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
diberikanm. Lakukan fiksasi dengan kasa steriln. Tuliskan tanggal
dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarumo. Lepaskan
sarung tangan dan cuci tangan1.7 RUMUS TETESAN CAIRAN INFUS41.
MacroTetes/menit : (jumlah cairan x 20) / (Lama Infus x 60)Lama
Infus: (Jumlah Cairan x 20) / (jumlah tetesan dlm menit x 60)2.
MicroJumlah tetes/menit : (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x
60)Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60) / (jumlah tetesan dalam menit
x 60)
BAB IIOBAT-OBATAN DALAM ANESTESI
ANESTESI UMUM2.1 DEFINISI5 Anestesi Umum adalah tindakan
meniadakan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan dapat pulih kembali (reversibel).Komponen anestesi
yang ideal terdiri : hipnotik, analgesia, relaksasi otot.2.2 JENIS
ANESTESI UMUM5,6Anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya
terdiri dari 2 cara, yaitu: Anestetik Inhalasi Anestetik Intravena
2.3 ANESTESI INHALASI5,6Obat anastetik inhalasi yang pertama kali
dikenal dan digunakan untuk membantu pembedahan ialah N2O. Dalam
dunia modern, anastetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek
klinik ialah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan
sevofluran. Agen ini dapat diberikan dan diserap secara terkontrol
dan cepat, karena diserap serta dikeluarkan melalui paru-paru
(alveoli). Dalam praktek kelarutan zat inhalasi dalam darah adalah
faktor utama yang penting dalam menentukan kecepatan induksi dan
pemulihannya. Induksi dan pemulihan berlangsung cepat pada zat yang
tidak larut.5Konsentrasi alveolar minimal (KAM) atau MAC (Minimum
Alveolar Concentration) ialah kadar minimal zat tersebut dalam
alveolus pada tekanan 1 atmosfir yang diperlukan untuk mencegah
gerakan pada 50% pasien yang dilakukan insisi standar. Pada umumnya
immobilisasi tercapai pada 95% pasien, jika kadarnya dinaikkan di
atas 30% nilai KAM. Dalam keadaan seimbang tekanan parsial zat
anestetik dalam alveoli sama dengan tekanan zat dalam darah dan
otak tempat kerja obat. Keterbatasan lain bahwa konsep MAC hanya
membandingkan tingkat anestesi saja dan tidak dapat memperkirakan
efek fisiologis pada sistem organ penting seperti fungsi
kardiovaskular dan ginjal, terutama pada pasien berpenyakit
menahun.5Konsentrasi uap anestetik dalam alveoli selama induksi
ditentukan oleh:6 Konsentrasi inspirasi. Induksi makin cepat kalau
konsentrasi makin tinggi, asalkan tidak terjadi depresi nafas atau
kejang laring. Induksi makin cepat jika disertai oleh N2O (efek gas
kedua). Ventilasi alveolar. Ventilasi alveolar meningkat,
konsentrasi alveolar makin tinggi, dan sebaliknya. Koefisien gas /
darah. Makin tinggi angkanya, makin cepat larut dalam darah, makin
rendah konsntrasi dalam alveoli, dan sebaliknya. Curah jantung atau
aliran darah paru. Makin tinggi curah jantung, makin cepat uap
diambil darah. Hubungan ventilasi perfusi. Gangguan hubungan ini
memperlambat ambilan gas anestetik.Sebagian besar gas anestetik
dikeluarkan lagi oleh paru-paru. Sebagian lagi dimetabolisir oleh
hepar dengan sistem oksidasi sitokrom P450. Sisa metabolisme yang
larut dalam air dikeluarkan melalui ginjal.1.) N2O (gas gelak,
nitrous oxide, dinitrogen monoxida)5,7N2O dalam ruangan berbentuk
gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar dan beratnya
1,5 kali berat udara. Zat ini dikemas dalam bentuk cair, dalam
silinder warna biru 9000 liter atau 1800 liter dengan tekanan 750
psi atau 50 atm. Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2
minimal 25%. Gas ini bersifat anestesi lemah, tetapi analgesinya
kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri menjelang
persalinan. Jarang digunakan sendirian, tetapi dikombinasi dengan
salah satu cairan anestetik lain. Pada akhir anestesia setelah N2O
dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga
terjadi pegenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi.Untuk
menghindarinya, berikan O2 100% selama 5-10 menit.2.)
Halotan5,7Merupakan turunan etan, berbau enak dan tak merangsang
jalan nafas. Halotan harus disimpan dalam botol gelap (coklat tua)
supaya tidak dirusak oleh cahaya dan diawetkan oleh timol 0,01%.
Selain untuk induksi dapat juga untuk laringoskopi intubasi. Pada
nafas spontan rumatan anestesia sekitar 1-2 vol % dan pada nafas
kendali sekitar 0,5 1 vol % yang tentunya disesuaikan dengan respon
klinis pasien. Halotan menyebabakan vasodilatasi serebral,
meninggikan aliran darah otak yang sulit dikendalikan dengan teknik
anestesia hiperventilasi, sehingga tidak disukai untuk bedah
otak.Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya tonus
simpatis, hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer, depresi
vasomotor, depresi miokard dan inhibisi reflex baroreseptor.
Kebalikan dari N2O, halotan analgesinya lemah, anestesinya kuat,
sehingga kombinasi keduanya ideal sepanjang tidak ada
kontraindikasi.Kombinasi dengan adrenalin sering menyababkan
disritmia, sehingga penggunaan adrenalin harus dibatasi. Adrenalin
dianjurkan dengan pengenceran 1:200.000 (5ug/ml) dan maksimal
penggunaannya 2 ug/kg. Pada bedah sesar, halotan dibatasi maksimal
1 vol%, karena relaksasi uterus akan menimbulkan perdarahan.
Halotan menghambat pelepasan insulin, meninggikan kadar gula
darah.Kira-kira 20% halotan dimetabolisir terutama di hepar secara
oksidatif menjadi komponen bromine, klorin, dan asam trikoloro
asetat. Secara reduktif menjadi komponen fluoride dan produk
non-volatil yang dikeluarkan lewat urin. Metabolisme reduktif ini
menyebabkan hepar kerja keras, sehingga merupakan indikasi kontra
pada penderita gangguan hepar, pernah dapat halotan dalam waktu
kurang tiga bulan atau pada pasien kegemukan. Pasca pemberian
halotan sering menyebabkan pasien menggigil.5,73.)
Efluran5Merupakan halogenasi eter dan cepat poluer setelah ada
kecurigaan gangguan fungsi hepar setelah pengunaan ulang oleh
halotan. Pada EEG menunjukkan tanda-tanda epileptik, apalagi
disertai hipokapnia. Kombinasi dengan adrenalin lebih aman 3 kali
dibanding halotan. Di metabolisme hanya 2-8% oleh hepar menjadi
produk non volatil yang dikeluarkan lewat urin. Sisanya dikeluarkan
lewat paru dalam bentuk asli. Induksi dan pulih anestesi lebih
cepat dibandingkan halotan. Efek depresi nafas lebih kuat, depresi
terhadap sirkulasi lebih kuat, dan lebih iritatif dibandingkan
halotan, tetapi jarang menimbulkan aritmia. Efek relaksasi terhadap
otot lurik lebih baik dibandingkan halotan.4.) Isofluran5Merupakan
halogenasi eter yang pada dosis anestetik atau sub anestetik dapat
menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi
meninggikan aliran darah otak dan tekanan intrakranial, namun hal
ini dapat dikurangi dengan teknik anestesia hiperventilasi,
sehingga banyak digunakan untuk bedah otak.Efek terhadap depresi
jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari untuk
anesthesia teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan
gangguan koroner. Isofluran dengan konsentrasi > 1% terhadap
uterus hamil menyebabkan relaksasi dan kurang responsive jika
diantisipasi dengan oksitosin, sehingga dapat menyebabkan
perdarahan pasca persalinan. Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi
sampai 1/3 dosis biasa jika menggunakan isofluran.5.)
Sevofluran5,7Merupakan halogenasi eter. Induksi dan pulih dari
anestesi lebih cepat dibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak
menyengat dan tidak merangsang jalan nafas, sehingga digemari untuk
induksi anestesia inhalasi di samping halotan. Efek terhadap
kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebbakan aritmia. Efek
terhadap sistem saraf pusat sama seperti isofluran dan belum ada
laporan toksik terhadap hepar. Setelah pemberian dihentikan
sevofluran cepat dikeluarkan oleh badan. Belum ada laporan yang
membahayakan terhadap tubuh manusia.Tabel. Farmakologi klinik
anestesi
inhalasi5N2OHalotanEnfluranIsofluranDesfluranSevofluran
Kardiovaskular
Tekanan darahTB
Laju nadiTBTB atauTB
Tahanan vascularTBTB
Curah jantungTBTBTB atau
Respirasi
Volum tidal
Laju napas
PaCO2 IstirahatTB
Challenge
Serebral
Aliran darah
Tekanan Intrakranial
Laju metabolism
Seizure
Blokade
Pelumpuh otot non depolarisasi
Ginjal
Aliran darah
Laju filtrasi glomerulus??
Output urin??
Hepar
Aliran darah
Metabolisme0.004 %15-20%2-5%0.2%20% dari TD awal (biasanya bila
TD sistol