This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Obat nabati• Yg digunakan : rebusan/ekstrak →khasiat berbeda (asal
tanaman, waktu panen, cara pembuatannya →kurang memuaskan.
Isolasi zat aktif dalam tanaman
mis : morfin dari Papaver somniferum.
digoksin dari Digitalis lanata.
vinkristin & vinblastin dari Vinea rosea.
Obat kimia sintetis (awal abad XX)
1. aspirin
2. sulfanilamid (1935)
3. penisillin (1940)
setelah tahun 1945 ilmu kimia, fisika, & farmasi/kedokteran berkembang pesat→±500 obat baru/th →perubahan di bidang farmakoterapi.
Farmakologi : farmakon (obat) ; logos (ilmu)
Adl ilmu yg mempelajari interaksi antara obat dengan system biologik (MH/organisme).
• perkembangan jaman → cabang - cabang ilmu tersendiri yg slg mendukung
• FARMAKOGNOSIpengetahuan & pengenalan obat yg berasal dari tanaman (mineral & hewan) & zat aktifnya.
• BIOFARMASImeneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapetiknya
• FARMAKOKINETIKmempelajari proses biologic yg dialami oleh obat /nasib obat pd manusia sehat / pasien (MH / organisme mempengaruhi obat)nasib obat dalam tubuh : A D M E
• FARMAKODINAMIK mempelajari efek yang terjadi pd manusia / respon yg terjadi terhadap pemberian obat (obat mempengaruhi organisme)
• TOKSIKOLOGIpengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh (termasuk farmakodinamik karena efek terapetik berhubungan dg efek toksik)
• FARMAKOTERAPImempelajari penggunaan obat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit/gejalanya.
• Obat jadi :
sediaan / paduan bahan yg siap digunakan untuk mempengaruhi / menyelidiki sistem fisiologi / keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan & kontrasepsi.
(Permenkes no.917/menkes/per/X/tentang wajib daftar obat jadi).
• Obat Generik : obat dengan nama resmi yg ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau INN (International Non-Proprietary Name) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
• Obat Patent/Spesialite : obat jadi dengan nama dagang yg terdaftar atas nama si pembuat atau yg dikuasakannya & dijual dg bungkus asli dari pabrik yg memproduksinya.
• WHO → daftar obat dg nama resmi → official/generic name• Cont:
Nama kimia Nama generik Nama patent
Asam asetil salisilat
Asetaminofen
Asetosal
parasetamol
Aspilets (medifarma)
Aspirin (bayer)
Sanmol (sanbe)
Pamol (interbat)
Penggolongan obatI. Obat Bebas (OB)
- obat dijual bebas di pasaran- dapat dibeli tanpa resep dokter- pada kemasan & etiket OB ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam.- con: parasetamol tab/sir, contrexyn tab, adelisyn drop, dll.
II. Obat Bebas Terbatas (OBT)- obat yg sebenarnya termasuk dalam obat keras daftar “W” (“Waarschuwing” = peringatan).
- diperuntukkan bagi jenis penyakit yg pengobatannya dianggap telah dapat ditetapkan sendiri oleh rakyat & tidak begitu membahayakan (bila mengikuti aturan pakainya), dijual dipasaran/dibeli tanpa resep dokter, harus diserahkan dalam bungkusan aslinya (mencegah pemalsuan/penukaran), dg tanda peringatan.
- pada kemasan OBT tertera lingkaran biru bergaris tepi hitam.
- con : intunal F, CTM, Neozep F, dll.
III. Obat Keras & Psikotropika
Obat Keras (Daftar G = “Gevaarlijk”)- Obat yg hanya boleh dibeli di apotek dg resep
dokter- Dapat diulang tanpa resep baru jika prescriber
mencantumkan “iter” pada resep asli.- Pada kemasan obat keras tertera huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi hitam. - Con : antibiotika, hormon, obat suntik (semua).
Psikotropika (UU RI no.5 th. 1997)- Adalah zat/obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yg berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yg menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental & perilaku.
IV. Narkotika (UU RI no.22 th.1997)- Adalah zat/obat yg berasal dari tanaman/bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yg dapat menyebabkan penurunan/perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri & menimbulkan ketergantungan.
heroin.- Gol. II (87 zat/sediaan), a.l. : metadon, morfina, petidina.- Gol. III (14 zat/sediaan), a.l. : etilmorfin, kodein.
Proses yg dialami obat
sebelum mencapai tempat kerjanya (target site) :
→ → → →
Tablet & zat aktif
-Tablet pecah-Granul pecah-Zat aktif lepas-Zat aktif melarut
ADMEObat + reseptor Di target site efek
1. Fase biofarmasi2.Fase farmakokinetik
A B
3.Fase Farmakodinamik
A. Farmaceutical Availability (FA)• Kecepatan melarut (dissolution rate) & jumlah obat yg melarut
secara in vitro yg dibebaskan oleh obat dari tempat pemberiannya & tersedia untuk diabsorpsi.
• Untuk obat yg tahan asam lambung, urutan kecepatan melarut dari berbagai bentuk sediaan obat secara menurun, dg urutan sbb :
larutan, suspensi, serbuk, kapsul, tablet film coated, dragee, tablet enteric coated, tablet kerja panjang (retard, sustained released, zero order control/ZOC.
B. Bioavailabilitas (BA)• Persentase obat yg secara utuh diabsorpsi tubuh dari suatu
dosis tertentu yg diberikan & tersedia, untuk melakukan efek terapetiknya.
1. FARMAKOKINETIK
- MH mempengaruhi obat
- Proses yg dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi.
- Eliminasi : metabolisme & ekskresi.
1.a. ABSORBSI
• proses penyerapan obat dari tempat pemberian ke sirkulasi darah sistemik.
Cara absorpsi obat/ mekanisme transport :1. difusi pasif / sederhana/ non ionik
• ciri – ciri :1. arah transport searah dg perbedaan kadar / gradient
kadar• C1 > C2• C1 = C2 = transport berhenti • yg dapat menembus membran obat bebas• Zat lipofil lebih mudah larut daripada zat hidrofil.• C1 & C2 = kadar obat yg dapat menembus membrane
2. a). keadaan setimbang tercapai jika kadar obat yg dapat menembus membrane di ke-2 sisi membrane sama.
2. b). Kecepatan transport tergantung konsentrasi obat.
Lanj…
3. kecepatan penetrasi / difusi untuk elektrolit lemah dipengaruhi oleh pH lingkungan.
HA→H(+) + A(-) HA : elektrolit lemah
α < 1 α : derajat ionisasi
4. kecepatan penetrasi / difusi dipengaruhi : – luas permukaan tempat difusi ( Φ ) = A– tebal membran (h)– koefisien partisi dari senyawa (kp) =
kelarutan obat dalam lemak : kelarutan obat dalam air– perbedaan kadar (C1 – C2)– koefisien difusi (D)
• kecepatan penetrasi = D x kp x A x (C1 – C2)
h
2. Transport Aktif
a. melawan gradient kadarb. membutuhkan energic. membutuhkan protein carier di membran sel untuk
mengangkut zat hidrofil.d. Setelah melewati membran, obat dilepas kembalie. bersifat spesifik (jk ada senyawa serupa dg molekul
terjadi kompetisi)f. berjalan searah walaupun C1<C2, jalannya tetap dari C1 ke C2 krn
ada C (carier).g. Kecepatan transport tidak tergantung konsentrasi
- obat dalam darah diikat reversibel oleh protein plasma.
- hanya obat bebas yg aktif secara fisiologis.
- obat bersifat asam & lipofil, terikat kuat pd albumin.
- obat bersifat basa, terikat kuat pd globulin.
- setiap obat mempunyai perbandingan tetap antara jumlah molekul obat yg terikat protein plasma & yg bebas yg diukur in vitro melalui konsentrasi obat dalam darah, “persentase pengikatan (PP). Mis : warfarin (PP) = 99%.
- kompetisi ikatan obat – protein.
con : asetosal (PP=50-80%) diberikan bersamaan dg warfarin (antikoagulan), asetosal dapat mendesak warfarin dari ikatan proteinnya, hingga PP-nya menurun . Penurunan dari 99% ke 98% bermakna signifikan, yaitu kadar obat bebas (yg aktif) meningkat 2x lipat dari 1% menjadi 2% & mengakibatkan perdarahan yg tidak diinginkan.
• Lanj…- Obat terikat protein menjadi tidak aktif karena tidak mengalami metabolisme
& ekskresi. Obat tersebut disimpan sbg :
a). Efek depot
Jika kadar obat bebas menurun, ikatan obat-protein pecah & obat bebas terlepas kembali, shg kadar obat bebas stabil.
b). Kumulasi
- obat tertentu mempunyai afinitas sangat besar terhadap jaringan tertentu, shg ikatan obat protein akan ditimbun pada jaringan
tersebut.
- hal tsb bermanfaat untuk :
b.1. mengobati organ yg bersangkutan
mis : glikosida digitalis dikumulasi selektif dalam otot jantung.
b.2. menilai / mengevaluasi ES & efek toksik
mis : logam (ion Ca, ion Mg, ion Fe) & tetrasiklin, dikumulasi pd tulang & gigi (menjadi kuning), shg tetrasiklin tidak boleh
diberikan pd anak < 8 tahun, ibu hamil / laktasi.
• untuk mengetahui seberapa luas obat terdistribusi dalam cairan badan digunakan parameter :
• Volume Distribusi (VD) = jumlah obat dalam badan kadar obat dalam plasma
• tetapi sulit & mahal → VD semu (perhitungan dosis berdasarkan kadar obat dalam darah/plasma), dapat diprediksikan seberapa banyak /jauh obat terdistribusi dalam badan, yaitu :– VD ≤ 5 L (4% BB) → hanya terdistribusi dalam plasma– VD ± 15 L (10 – 20 L) → obat terdistribusi ke CES– VD ± 30 L / > → obat terdistribusi ke CIS– VD ± 40 L → obat terdistribusi keseluruh tubuh– VD ± 100 L / > → obat terdistribusi ke jaringan sekunder
(jaringan yg secara normal tdk berkembang tp krn >>> lemak/obesitas mjd berkembang).
• Redistribusi : perpindahan obat dari tempat kerja ke darah / jaringan lain.• Obat mengalami redistribusi, efeknya menurun.
1.c. METABOLISME / BIOTRANSFORMASI• adl proses perubahan struktur kimia obat yg terjadi dalam tubuh
dan dikatalisis oleh enzim.
• pada dasarnya obat merupakan senyawa asing tidak diinginkan tubuh ,tubuh berusaha merombak senyawa tsb menjadi metabolit yg lebih hidrofil agar mudah diekskresikan melalui ginjal.
• Obat →p.o. & rektal (sebagian) →diabsorpsi dari usus →sistem pembuluh porta (vena portae) →hati →biotransformasi →peredaran umum →jantung →seluruh tubuh →BA turun.
• obat →sublingual, intrapulmonal, transkutan, parenteral/injeksi, & rektal (sebagian) → peredaran umum →jantung →seluruh tubuh →penurunan BA tidak signifikan karena obat tidak mengalami biotransformasi di hepar.
Akibat Biotransformasi :
1. senyawa obat menjadi inaktif krn aktifitas metabolit << aktifitas senyawa induk (biotransformasi berperan dalam mengakhiri kerja obat).mis : parasetamol (analgetik-antipiretik),lama-lama dimetabolisme menjadi komponen-komponen→inaktif→tidak berefek.
2. senyawa obat / senyawa induk diubah menjadi senyawa lebih polar,metabolitnya mudah larut dalam air (cairan fisiologi) →mudah diekskresi melalui ginjal.
3. senyawa obat diubah menjadi kurang toksik.toksisitas metabolit << toksisitas senyawa indukdisebut juga “detoksikasi/detoksifikasi” (FPE hepar) = bio-inaktivasi.
4. obat dimetabolisme ~ metabolitnya sama aktif ~ lebih aktif (bio-aktivasi)
~ lebih toksikcontoh:
• obat > aktif oleh biotransformasi• kortison & prednisone
• organ biotransformasi yg lain☺paru –paru☺ginjal☺dinding usus (asetosal, salisilamid, lidokain)☺dalam darah (succinylcholine)☺dalam jaringan (catecholamine)
Jalur reaksi biotransformasi
1. Reaksi fase I / perombakan- reaksi oksidasi dg enzim oksidatif cytokrom P450 di hati.- reaksi reduksi.- reaksi hidrolisa- metabolit menjadi lebih polar/hidrofil, in aktif, aktif, kurang aktif.
2. Reaksi fase II / penggabungan / konjugasi- konjugasi molekul obat / metabolit fase I dg molekul endogen.- reaksi asetilasi dg asam asetat- reaksi sulfatasi dg asam sulfat- reaksi glukuronidasi dg asam glukuronat- metilasi dg gugus metil asam amino / metionin- metabolit lebih polar / hidrofil, in aktif (kecuali pro drug).
Faktor yg mempengaruhi kecepatan biotransformasi
1. Konsentrasi obat• Kecepatan biotransformasi bertambah bila konsentrasi obat
meningkat.• Jika konsentrasi obat berada pd titik tertinggi maka semua
molekul enzim yg mengkatalisis biotransformasi ditempati terus-menerus oleh molekul obat sehingga kecepatan biotransformasi menjadi konstan.
2. Fungsi hati• Gangguan fungsi hati, biotransformasi dapat menjadi lebih
cepat / lebih lambat sehingga efek obat lebih lemah / lebih kuat dari yg diharapkan.
3. Usia
- Bayi baru lahir (neonati), semua enzim hati belum terbentuk sempurna → biotransformasi lebih lambat (terutama pembentukan glukuronida).
– adapula obat yg metabolismenya > cepat pada anak daripada orang dewasa, shg dosisnya dinaikkan seperlunya berdasarkan ukuran kadar plasma.
kemunduran pada banyak proses fisiologi (fungsi ginjal, filtrasi glomeruli, jumlah total air tubuh & albumin serum <<<, enzim hepatic <<<) shg menyebabkan terhambatnya biotransformasi shg berefek kumulasi & keracunan.
cont: digoxin, propranolol, fenilbutazon , kecuali fenitoin yg dimetabolisme lebih cepat shg efeknya singkat.
• Adalah pengeluaran obat dari dalam tubuh dalam bentuk aktif / metabolit.
• Organ terpenting : ginjal, gangguan fungsi ginjal mk dosis dikurangi atau interval / waktu minum obat diperpanjang.
• ada beberapa cara lain :1. kulit , bersama keringat
ex: paraldehid, bromida2. paru – paru, melalui pernapasan
ex : alkohol, paraldehid, anastetika (kloroform, halotan, siklopropan)
3. empedu-obat dikeluarkan aktif oleh hati & empedu (fenolftalein = pencahar)- siklus entero hepatic : obat tiba di usus & empedu →absorpsi→ eksistensi obat panjang → durasi lama →induksi enzim → metabolit polar → ekskresi.
Lanj…
3. empedu
-obat dikeluarkan aktif oleh hati & empedu (fenolftalein = pencahar)
- siklus entero hepatic : obat tiba di usus & empedu →absorpsi→ eksistensi obat panjang → durasi lama →induksi enzim → metabolit polar → ekskresi.
4. ASI : penting untuk bayi → keracunan
cont : alkohol, obat tidur, nikotin/rokok, alkaloid lain
(pH ASI < 6,7 lebih rendah pH darah 7,4).
obat-obat dalam jumlah besar diekskresi melalui ASI
cont : penisilin (sensitisasi), kloramfenikol, INH, ergotamine,antikoagulan, antitiroid, karena system enzim neonatus belum sempurna.
5. usus : diresorpsi usus keluar dg tinja
cont: sulfasuksidin, neomisin, sediaan Fe
• Lanj…
• mekanisme ekskresi pada ginjal :
1. filtrasi glomeruli (pasif)obat & metabolit larut dalam plasma melintasi dinding glomeruli secara pasif dengan ultrafiltrat.
2. transport aktif• tubuli mensekresi zat aktif tertentu (ion asam organis :
• Untuk menilai obat (baru) secara klinis, ditetapkan dosis & skema penakaran tepat, perlu keterangan farmakokinetik, khususnya : kadar obat di tempat kerja (target site) & dalam darah, perubahan kadar tersebut dalam waktu tertentu.
• Besarnya efek obat tergantung pd konsentrasinya di tempat kerja yg berhubungan erat dg konsentrasi plasma.
• Konsentrasi obat dalam plasma, nilainya lebih kurang sama dg konsentrasi dalam darah, dapat diukur dg alat modern dg keseksamaan 0,001 mg.
• Kurva konsentrasi – waktu, berguna pd pemberian obat yg dosis terapinya sempit/dosis terapi dekat dg dosis toksis (ex : digoksin), pd fungsi ginjal / hati terganggu shg eliminasi obat diperlambat, pd kasus keracunan (ex : barbital, salisilat).
1.f. Waktu Paruh = Plasma Half Life = t½ (eliminasi)
• Adalah waktu yg dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat dalam tubuh menjadi separuhnya selama eliminasi (metabolisme & ekskresi).
• Kecepatan eliminasi obat & plasma t½ tergantung pd kecepatan biotransformasi & ekskresi.
• Fungsi organ eliminasi penting, karena pd kerusakan hati / ginjal t½ dapat meningkat 20 kali.
• Cara pemberian obat menentukan nilai t½ .• Plasma Half Life = t½ (eliminasi) merupakan ukuran lamanya
efek obat, maka t½ bersama kurva konsentrasi-waktu sebagai dasar untuk menentukan regimen dosis obat & frekuensi pemberian obat yg rasional (berapa kali sehari sekian mg).
• mempelajari efek yg terjadi pada manusia/respon yg terjadi terhadap pemberian obat (obat mempengaruhi organisme).
• ex : parasetamol → analgetik/antipiretik• Efek obat timbul karena interaksi antara molekul obat
dg reseptor pd sel organisme.• Hasil interaksi : perubahan biokimia & fisiologi pd
jaringan, organ / sistem organisme.• Obat pd umumnya memodifikasi fungsi tubuh yg
sudah ada, mis : stimulasi / depresi.• Obat tidak membuat fungsi / efek baru.• Interaksi obat-reseptor →hipotesis : gembok & anak
kunci.
mekanisme kerja obat
1. secara fisis• ex : diuretic osmosis (manitol & sorbitol) & laksansia osmotik
(Mg & Na-sulfat).• Mekanisme kerja laksansia osmotik : diabsorpsi sangat
lambat oleh usus → proses osmosis → menarik air disekitarnya → volume isi usus >> besar → rangsangan mekanis pada dinding usus → peristaltik >> → feses keluar
2. secara kimiawi• ex : antasida lambung (Na-bikarbonat, Al & Mg-hidroksida)
mengikat kelebihan asam lambung melalui reaksi netralisasi kimiawi.
• zat-zat khelasi (chelator), mengikat ion-ion logam berat (Cu, Hg, Pb, Zn) pada molekulnya dg ikatan kimiawi khusus → membentuk kompleks shg tidak toksik &mudah diekskresi. mis : EDTA (Na-edetat) & penisilamin
Lanj…
3.mengganggu proses metabolisme• ex : probenesid (obat encok) menyaingi penisilin dan
RESEPTOR• Adalah molekul (protein) di permukaan / di dalam sitoplasma
sel yg mengenal & mengikat molekul spesifik, menghasilkan efek khusus pada sel.
• Hubungan dosis & respon
- Obat + Reseptor ↔OR→efek
- ikatan obat dg reseptor →ikatn ion, hidrogen, hidrofobik, van der Walls, kovalen, atau campuran →reversibel.
- semakin besar dosis obat →semakin besar efeknya pd tubuh.
- efek maksimal (bahkan stagnan) bila semua reseptor sudah diduduki oleh molekul obat.
AGONIS
• Suatu obat yg efeknya menyerupai senyawa endogen.• Obat yg bisa “pas” menduduki reseptor & mengaktifkan
reseptor tsb shg menghasilkan efek farmakologis.• Ex : salbutamol →agonis β2
petidin →agonis opioid
dopamin →agonis dopamin
ANTAGONIS
• Obat yg struktur kimianya mirip dg suatu hormon, yg mampu menduduki sebuah reseptor yg sama tapi tidak mampu mengaktifkan reseptor tsb shg tidak menimbulkan efek farmakologis & menghalangi ikatan reseptor dg agonisnya secara kompetitif shg kerja agonis terhambat.
• Con :• Beta-blockers (propranolol, metoprolol) →menghambat
1. Terapi Kausal : penyebab penyakit ditiadakan (pemusnahan kuman, virus, parasit). Ex : antibiotika, fungisida, dll.
2. Terapi Simptomatis : gejala penyakit diobati & diringankan, penyebab yg lebih mendalam tidak dipengaruhi (mis : kerusakan organ / saraf). Ex : analgetika, antihipertensi.
3. Terapi Substitusi : obat menggantikan zat lazim yg dibuaut oleh organ tubuh yg sakit. Ex : insulin (DM), karena produksi insulin oleh sel β pd pankreas berkurang.
• Efek terapeutis obat tergantung faktor :1. Cara & bentuk pemberian obat2. Sifat fisiko kimiawi (A,D,M,E)3. Kondisi fisiologi pasien (fungsi hati, ginjal, usus, peredaran
darah)4. Faktor individual (ras, kelamin, luas permukaan tubuh).
PLASEBO
• Pengobatan dg sugesti/kepercayaan terhadap tenaga kesehatan & obat yg diberikan.
• Obat plasebo tidak mempunyai kegiatan farmakologis, hanya untuk menyenangkan/menenangkan pasien yg menurut diagnosa dokter tidak ada kelainan organis atau untuk menguatkan moral pasien yg tidak dapat disembuhkan lagi.
• Zat in aktif dalam plasebo : laktosa + kinin + pewarna.• Efek nyata plasebo pd obat tidur, analgetik, obat asma, obat
kuat.
PERMASALAHAN OBAT(EFEK OBAT YG TAK DIINGINKAN =
ADVERSE DRUG REACTION)
Reaksi obat yg tidak diinginkan
• setiap efek yg tidak dikehendaki yg merugikan / membahayakan pasien (adverse reaction) dari suatu pengobatan.
Istilah penting yg perlu diketahui :
1.Efek Samping• efek suatu obat yg tidak diinginkan untuk tujuan
terapi dg dosis yg dianjurkan. obat yg ideal adalah yg bekerja cepat, selektif, untuk tempat tertentu & hanya berkhasiat terhadap penyakit tertentu tanpa aktivitas lain. pada suatu saat ES dapat sebagai efek utama.
• Con : a. Asetosal, ES : mengencerkan darah (merintangi
penggumpalan trombosit), bermanfaat untuk prevensi sekunder infark otak / jantung.
b. Promethazin (antihistamin), ES : efek sedatif, dikembangkan sbg psikofarmaka gol. Klorpromazin.
2. Efek Tambahan / Sekunder
• efek tidak langsung akibat efek utama obat. cont : penggunaan antibitika (A.B) spectrum luas / fungistatik mengganggu bakteri usus yg memproduksi vitamin, tjd defisiensi vitamin, diberi vit. B komplek.
3.Idiosinkrasi
• efek abnormal dari obat terhadap seseorang, disebabkan kelainan faktor genetik pada pasien yg bersangkutan. ex : pengobatan malaria dg primaquin / pentaquin (pada orang kulit hitam afrika) menyebabkan anemia hemolitik.
4. ALERGI
• Reaksi khusus antara antigen dari obat dg antibodi tubuh.• Umumnya timbul pada dosis sangat kecil & tidak dapat
asing), heparin, vaksin, anestesi lokal (prokain), obat dg struktur kimia sama dapat terjadi alergi silang, mis : derv. Penisilin & derv. Sefalosporin.
• Gejala alergi : urtikaria & rash (kulit),
hebat : -demam, serangan asma, shock anafilaktik.
-steven johnson syndrome (erythema bernanah ganas, demam, fotosensibilisasi, mortalitas tinggi).
-anemia aplastis (kloramfenikol).
5.Fotosensitisasi• sangat peka terhadap cahaya akibat penggunaan
obat secara local / p.o.• ex : tetrasiklin & derivatnya (p.o.)
6.Efek toksik• bila obat digunakan dalam dosis yg tinggi
menunjukkan gejala toksik. bila dosis dikurangi, efek toksik berkurang. (pembahasan toksikologi)
7.Efek teratogen• efek obat pada dosis terapetik untuk ibu dapat
mengakibatkan cacat pada janin. • Con : talidomid →focomelia
psikologik terhadap suatu obat dg ciri-ciri :• keinginan untuk selalu menggunakan obat• tak ada / sedikit kecenderungan untuk menaikkan dosis• menimbulkan beberapa ketergantungan psikis• sesuatu efek yg merugikan (individu)• bila dihentikan gangguan emosiex : merokok (nikotin)c). toleransi silang• timbul karena obat-obat mempunyai struktur kimia serupa /
derivatnya. ex : fenobarbital & butobarbital
9. Adiksi• pemberian obat yg menyebabkan toleransi,jika dihentikan
• menurut WHO ketergantungan rohaniah & jasmaniah terhadap suatu obat, ciri-ciri :• adanya dorongan untuk selalu menggunakan obat tsb• adanya kecenderungan kenaikan dosis• timbul ketergantungan rohaniah & diikuti ketergantungan
badaniah• menimbulkan kerugian terhadap masyarakat / individu sendiri• penghentian penggunaan obat tsb menimbulkan efek hebat
10. Tachifilaksis• peristiwa berkurangnya respon terhadap aksi obat pada
pengulangan dalam dosis yg sama. Respon mula-mula tidak dapat diperoleh meskipun dosisnya diperbesar.
• ex : efdrin (TM) untuk glaucoma
11. Kumulasi• fenomena pengumpulan obat dalam badan sebagai hasil
pengulangan penggunaan obat & diabsorpsi lebih cepat dibanding ekskresinya. adanya akumulasi obat , pada pengulangan dg dosis terapi dapat terjadi efek toksik.
• ketr : no. 4,8,9,10,11efek-efek yg tidak dikehendaki pada pengulangan / perpanjangan penggunaan obat
12. resistensi bakteri• suatu keadaan dimana kemoterapetik untuk penyakit infeksi
kuman tidak bekerja lagi terhadap kuman tertentu yg memiliki daya tahan kuat & resisten thd obat tsb.
13. kombinasi obat• penggunaan 2 obat / > sbg campuran / bersama-sama
pada waktu bersamaan dapat menimbulkan efek sbb :
13.1. Antagonisme• Efek obat I dikurangi/ditiadakan oleh obat II khasiat
farmakologinya berlawanan. Ex : adrenalin vs histamin.
• Adrenalin :- sbg bronkodilator pd asma
- untuk terapi shock (memperkuat kerja jantung & melawan hipotensi).
• Histamin :- kontraksi otot polos bronchi
- vasodilatasi semua pembuluh shg TD turun.
13.1.a. Antagonisme kompetitif reversibel
Persaingan reversibel antara 2 obat untuk menduduki reseptor yg sama. Ex : morfin, metadon vs nalokson, nalorfin pd reseptor opioid.
13.2.b. Antagonisme kompetitif ireversibel
Persaingan ireversibel antara beberapa logam berat (Cu, Hg, Pb, Zn) pada molekul obat yg sama.Ex : zat chelasi (penisilamin / dimetilsistein) berikatan dg logam berat pd keracunan logam berat.
13.3.Sinergisme• Kerja sama antara 2 obat yg menghasilkan efek sbb :
- obat diikat/diadsorpsi oleh makanan shg absorpsinya di usus <<< akibatnya efeknya <<<.
- ex :
1. makanan kaya serat vs levastatin (penghambat kolesterolsintetase).
2. sayuran kaya vit. K (bayam, brokoli) vs antikoagulansia, maka vit. K menurunkan efek antikoagulansia.
3. tetrasiklin vs susu/makanan banyak mengandung Ca terjadi ikatan khelat shg absorpsi tetrasiklin turun.
• Lanj…
B. Biotransformasi
• Makanan menghalangi biotransformasi obat shg kadar obat dalam plasma meningkat, mengakibatkan efek toksik.
• Ex.1: antidepresiva MAO inhibitors (fenelzin, moclobemida) vs makanan banyak mengandung amin / tiramin (keju, avokad, anggur, bir, produk ragi, hati ayam, coklat), menyebabkan senyawa amin dalam makanan tidak bisa diuraikan lagi oleh monoaminoksidase karena sudah dihambat oleh MAO inhibitors shg kadar amin dalam plasma meningkat & akibatnya terjadi hipertensi hebat.
• Ex.2. : antagonis Ca (amlodipin, nifedipin) vs grapefruit juice, minuman tsb menghambat enzim sitokrom P450 pd dinding usus shg BA antagonis Ca meningkat & menyebabkan hipotensi hebat, takikardi, dll.
• Lanj…
C. Ekskresi• Makanan kaya protein (daging, telur, ikan), roti, cake dapat
menurunkan pH urin (urin menjadi asam) shg mengurangi reabsorpsi tubular obat basa lemah (mis : morfin) yg mengakibatkan ekskresinya diperpanjang.
• Obat-obat yg meningkatkan kebutuhan terhadap vitamin tertentu :
15. Kontra Indikasi • Kondisi patologis dimana obat tidak boleh digunakan.
ex : gangguan fungsi hati (parasetamol, ketokonazol).
gangguan fungsi ginjal (gentamisin).
16. inkompatibilitas farmakologis• terjadi diluar tubuh / sebelum obat diberikan• dua obat / > dicampur dalam satu wadah / obat suntik dalam cairan infuse• ditandai perubahan fisika kimia (yg tak terlihat)
ex : * penisilin dinonaktifkan oleh aminoglikosid
* gentamicin diinaktivasi oleh karbenisilin
* amfoterisin B mengendap dalam larutan fisiolagis (NaCl)/ larutan ringer (RL).
- rasa obat pahit, amis, tidak enak →kapsul, emulsi, dragee.- obat dirusak asam lambung (terutama jika diberikan p.o)→tablet salut enterik, parenteral, suppositoria, tablet sublingual, tablet buccal.
2. Faktor penderita- bayi & anak →sirup, pulveres (p.o)- tidak sadar/pingsan, tidak kooperatif/gila →parenteral, rektal (suppositoria, enema).- tingkat ekonomi →harga tablet/kapsul berbeda dg sirup.
3. Faktor penyakit- gawat/emergency →parenteral, aerosol, nebulizer.- letak penyakit →mis : mata (TT, ZM), telinga (TT).- penyakit kronis & frekuensi pemakaian yg sering →mis: peny. Jantung (SR, oros, CR).
Fungsi BSO dari sisi biofarmasetika
1. Melindungi agar zat aktif tidak rusak oleh udara, kelembaban/cahaya →tablet salut.
2. Melindungi zat aktif tidak dirusak asam lambung jk digunakan per oral →tablet salut enterik, tab.sub lingual, tab.buccal.
3. Menutupi / menghilangkan rasa pahit, rasa & bau yg tidak enak dari obat →kapsul, tablet salut, sirup.
4. membuat serbuk yg tidak larut / tdk stabil dalam larutan dibuat serbuk yg tidak larut & terdispersi dalam air (suspensi).
5. mencampur cairan seperti minyak agar terdispersi dalam larutan air menjadi emulsi, melindungi rasa & bau tak enak dari minyak (emulsi minyak ikan).
6. Memudahkan penggunaan obat untuk pengobatan setempat shg diperoleh efek maksimal di tempat yg diobati →TM/ZM, TT, tetes hidung, salep/cream untuk kulit.
• Lanj…
7. Agar obat mudah masuk dalam lubang badan, yaitu :
- rektum →suppositoria, enema.
- vaginal →insert/suppositoria vaginal, douche
- mata →TM,ZM, dll.
8. Mengatur pelepasan obat yg teliti, tepat, aman shg diperoleh efek yg lama & teratur (tab/kaps SR, CR, Oros).
9. agar obat dapat segera masuk dalam peredaran darah / jaringan badan (injeksi i.v. ; i.m.)
10. memperoleh aksi obat yg optimal dalam saluran pernapasan (inhalasi / aerosol)
11. membuat sediaan obat yg berupa larutan, dimana obatnya larut dalam zat pembawa yg dinginkan.
15. PIL / PILLULAE• Sediaan padat berupa massa bulat, mengandung satu / >
bahan obat, untuk pemakaian oral, berat ≤ 60 mg (granul),≥ 300 mg (boli).
16. OVULA• sediaan padat yg digunakan melalui vagina , umumnya
berbentuk telur , dapat melarut, melunak / meleleh pada suhu tubuh. Ex : Vagistin ovula.
17. SUPPOSITORIA• Bentuk sediaan padat yg digunakan dg cara dimasukkan
melalui lubang / celah pd tubuh (rektum, vagina, saluran urin), umumnya berbentuk terpedo, dapat melarut, melunak / meleleh pd suhu tubuh, memberikan efek lokal / sistemik.
16. IMPLAN / PELLET• tablet dg d = 2 – 3 mm, bentuk kecil, silindris, steril, panjang 8
mm, berisi obat dg kemurnian tinggi (dg atau tanpa bahan eksipien), dibuat secara pengempaan atau pencetakan, pemakaian secara implantasi dalam jaringan tubuh (s.c / dg bantuan injektor khusus / sayatan bedah), untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama, digunakan untuk pemberian hormon (testosteron / estradiol).
• Ex : Implanon
BSO SEMI PADAT
1. salep / unguentasediaan setengah padat yg mudah dioleskan & digunakan sebagai obat luar, untuk pemakain topikal pd kulit / selaput lendir).
2. krim / cremores• sediaan setengah padat, berupa emulsi, mengandung 1 / >
bahan obat terlarut / terdispersi dalam bahan dasar yg sesuai , digunakan sebagai emolien / untuk pemakain luar pd kulit.
3. jelly / gel• salep yg lebih halus, umumnya cair, mengandung sedikit lilin /
tanpa lilin, digunakan pada membran mukosa, sebagai pelicin / dasar salep campuran sederhana minyak & lemak dg titik lebur rendah.
4. pasta
1. sediaan berupa massa lembek , untuk pemakaian luar, digunakan sebagai antiseptic / pelindung kulit, cara pakai : dioleskan lebih dulu pada kain kasa.
2. Sediaan semi padat yg mengandung 1 / > bahan obat, untuk pemakaian topikal (kulit luar). Perbedaan dg salep : persentase bahan padat pd pasta > besar shg pasta > kaku dp salep.
ex : pasta Zink oksida.
5. oculenta = salep mata• salep steril untuk pengobatan mata , menggunakan dasar salep
yg cocok.
6. linimenta• sediaan yg dipakai dg dioles & digosok dg penekanan agar
bahan obat menembus kulit.
7. Sabun• Sediaan setengah padat yg diperoleh melalui reaksi
saponifikasi (reaksi penyabunan alkali dg asam lemak rantai panjang).
• Konsistensi sabun tergantung dari alkali yg digunakan : KOH (lunak), NaOH (keras).
BSO CAIR
1. Potio : bentuk sediaan cair yg diminum.2. Lotio : bentuk sediaan cair untuk pemakaian luar.
1. LARUTAN / SOLUTIONS• Sediaan cair yg mengandung bahan kimia terlarut.• Zat padat + cairan, dipanaskan 37°C menjadi larutan.• Pelarut : air suling, kecuali disebutkan lain.• Zat pelarut larutan :
- air suling
- spiritus, untuk melarutkan : champora, iodium, mentholum.
- glycerium : phenolum, borax.• Penyimpanan larutan : untuk larutan yg mudah
terurai/berreaksi karena cahaya harus disimpan dalam botol gelap/coklat.
• Wadah / kemasan : harus mudah dikosongkan, volume boleh > 1 liter.
• (Lanj..) Larutan dapat digunakan sbg :1. Obat dalam (larutan oral) : eliksir, sirup.2. Obat luar : larutan topikal, larutan irigasi.3. Dimasukkan dalam rongga tubuh : larutan otik, larutan nasal,
2. ELIKSIRlarutan yg mempunyai rasa & bau sedap, selain mengandung obat juga zat tambahan seperti : gula (sirup gula, sorbitol, gliserin, sakarin), zat warna, zat pewangi, zat pengawet; untuk obat dalam; pelarut utama : etanol (5 – 10%) untuk mempertinggi kelarutan obat.
3. SIRUPsediaan cair berupa larutan , mengandung sakarosa dg kadar tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66,0%.ex : sirup simpleks (sirup bukan obat)
4. SUSPENSI• sediaan yg mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
& tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.• Syarat suspensi :
- zat yg terdispersi halus tidak boleh cepat mengendap.
- suspensi tidak boleh terlalu kental, shg mudah dikocok, endapan cepat terdispersi kembali & mudah dituang.
- mengandung suspending agent sbg stabilisator.• Suspensi digunakan sbg :
- suspensi oral, con : amoxicilin dry sirup.
- suspensi tetes telinga (bagian luar).
- suspensi steril untuk injeksi, con : suspensi kortison asetat steril, ampisilin steril untuk suspensi.
5. EMULSI• sediaan yg mengandung bahan obat cair / larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi / surfaktan yg cocok.
6. OBAT TETES / GUTTAE• sediaan cair berupa larutan suspensi / emulsi, untuk obat
dalam / luar, digunakan dg cara meneteskan menggunakan penetes yg menghasilkan tetesan setara dg tetesan yg dihasilkan penetes baku yg disebutkan FI.
7. GUTTAE (tanpa penjelasan lanjut), untuk obat dalam, digunakan dg cara meneteskan obat ke dalam makanan / minuman.
8. GUTTAE ORIS / TTS MULUT• obat tetes untuk mulut dg cara mengencerkan lebih dulu dg air,
untuk dikumur-kumur, bukan untuk ditelan.
9. guttae auriculars / tetes telinga• obat tetes untuk telinga dipakai dg meneteskan obat ke dalam
telinga
10. guttae nasals / tetes hidung• dipakai dg cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung
11. guttae opthalmicae / tetes mata• sediaan steril berupa larutan / suspensi, digunakan untuk
mata dg cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar bola mata & kelopak mata.
12. INFUSA• sediaan cair yg dibuat dg cara menyari/mengekstraksi
simplisia nabati dg air pada T=90°C selama 15 menit.
13. KOLUTORIUM / obat cuci mulut• larutan pekat dalam air yg mengandung bahan deodorant,
antiseptic, analgetik local / astringen.
14. gargarisma = gargle = obat kumur• sediaan berupa larutan, dalam pekat yg harus diencerkan
sebelum digunakan,sebagai pengobatan / pencegahan infeksi tenggorokan,
• tujuan : obat yg terkandung di dalamnya dapat langsung terkena selaput lendir sepanjang tenggorokan & tidak dimaksudkan agar obat tersebut menjadi pelindung selaput tenggorokan.
15. Lotio / Losio• Preparat cair untuk penggunaan luar pd kulit, sebagai
pelindung / obat, dapat digunakan secara merata & cepat pd permukaan kulit yg luas, setelah dipakai di kulit cepat kering & meninggalkan lapisan tipis dari komponen obatnya pd permukaan kulit.
16. ENEMA• sediaan larutan yg dimasukkan dalam rectum dan usus besar
dan akan merangsang pengeluaran feses, volume enema
500 – 1500 ml.• Sediaan larutan yg dimasukkan ke dalam rektum untuk
memperoleh efek lokal / absorpsi sistemik dari obatnya.
17. VAGINAL DOUCHE• larutan dalam air yg disemprotkan ke dalam vagina (dg alat
khusus), sebagai antiseptic / pembersih.
18. INFUS I.V. / infundibilia• sediaan steril berupa larutan / emulsi, bebas pirogen, isotonis
terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam larutan / volume relatif banyak.
19. VAKSIN• sediaan mengandung antigen dapat berupa kuman mati,
kuman inaktif / kuman hidup yg dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak potensi antigennya, untuk kekebalan aktif & khas terhadap infeksi kuman / toksinnya.
20. IMUNOSERUM• sediaan cair / kering beku,mengandung immunoglobulin khas
dari pemurnian serum hewan yg telah dikebalkan, khasiat : menetralkan toksin kuman / bisa ular / mengikat kuman / virus / antigen lain yg sama dg yg digunakan pada pembuatannya.
21. WATER FOR INJECTION• air yg disuling 2x, untuk melarutkan sediaan injeksi yg berupa
serbuk.
22. INJEKSI• Sediaan steril yg disuntikkan dg cara merobek jaringan ke
dalam kulit / melalui selaput lendir.
Sediaan steril (mnrt F.I.), untuk parenteral dapat berupa :
1. Larutan / emulsi yg dapat langsung diinjeksikan.
Con : injeksi aminofilin.
2. Serbuk steril / cairan pekat yg tidak mengandung dapar, pengencer / bahan tambahan lain shg harus diencerkan dulu dg pelarut yg sesuai persyaratan injeksi.
Con : ampicillin Na-steril.
3. Sediaan spt.no.2. mengandung 1 / > dapar, pengencer & bahan tambahan lain shg dapat langsung digunakan.
con : siklofosfamid untuk injeksi.
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yg sesuai, tidak disuntikkan i.v. atau ke dalam saluran spinal.
ex : suspensi kortison asetat steril.
5. Sediaan serbuk steril yg harus disuspensikan lebih dulu dg bahan pembawa yg sesuai untuk injeksi.
con : ampicillin steril untuk suspensi.
23. INHALASI• sediaan obat / larutan / suspensi terdiri dari 1 / > bahan obat yg
diberikan melalui saluran nafas hidung (mulut), disedot dg memakai alat semprot mekanik, untuk memperoleh efek lokal / sistemik. Sediaan obat biasanya dalam bentuk butiran kabut yg sangat halus & seragam shg dapat mencapai bronkioli. Ex : ventolin nebules
24. AEROSOL• sediaan yg mengandung 1 / > zat berkhasiat dalam wadah
bertekanan, berisi propelan / campuran yg cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, dapat untuk obat luar / untuk obat dalam. jika untuk obat dalam / inhalasi aerosol dilengkapi dg pengatur dosis.ex : kenalog spray (untuk obat luar, anti-inflamasi topikal).
25. Bentuk sediaan lainnya : PLESTERbahan yg digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yg dapat melekat pd kulit & menempel pd pembalut. Tujuan : melindungi & menyangga / memberikan daya perekat & daya maserasi & memberikan pengobatan jika melekat pd kulit. ex : plester estraderm TTS 50. TTS = transdermal terapeutic system
RUTE / CARA PEMBERIAN OBAT
• Pemilihan rute / cara pemberian obat tergantung pada :
1. Tujuan terapi / efek yg diinginkan
a. efek lokal : topikal, intravaginal, rektal, intranasal, intraokuler, inhalasi / intrapulmonal.
2. b. obat tidak diabsorpsi oleh usus (mis : streptomisin) → parenteral (injeksi i.m.).
3. Kondisi pasien & penyakit
- pasien tidak sadar/tidak kooperatif →parenteral / rektal.
- pasien kondisi gawat →parenteral (i.v.).
- pasien sulit / tidak mampu menelan →hindari p.o.
- penyakit kronis yg memerlukan efek obat cepat →sublingual pd serangan angina.
Ctt : pemilihan BSO & rute / cara pemberian sebaiknya didiskusikan dg pasien/keluarganya shg dapat meningkatkan compliance / ketaatan pasien. Dg demikian tujuan terapi dapat dicapai.
Klasifikasi Rute / Cara Pemberian Obat Berdasarkan Tujuan Terapi / Efek Yg Diinginkan
I. EFEK SISTEMIKA. ORAL• Disebut juga cara interal (intran = usus, melibatkan usus).• Tempat pemberian : mulut• Tempat absorpsi : mukosa usus (duodenum)• Keuntungan pemberian oral :
• mudah dilakukan oleh pasien sendiri• relative aman & murah
– aman, jika toksis obat dapat :– dimuntahkan langsung– digunakan emetic / carbo adsorben– murah– pasien dapat melakukan sendiri– tanpa alat khusus
• Efektif / praktis
• Lanj..• Kerugian pemberian p.o. :
- absorpsi obat tidak teratur & tidak maksimal. mis : tetrasiklin & digoksin ±80%.
- setelah diabsorpsi, obat melalui hati & mengalami FPE shg BA rendah.
- tidak efektif untuk pasien : muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif / gila.
- obat dapat merangsang mukosa mulut (mis : aminofilin), dpt diberikan d.c.
- obat dapat diuraikan oleh asam lambung shg inaktif (mis : benzilpenisilin, insulin, oksitosin, hormon steroid).
• Perkecualian :
jika pemberian p.o. ditujukan untuk efek lokal di usus, maka obat tidak boleh diabsorpsi oleh pembuluh darah disepanjang saluran G.I. (con : obat cacing, antibiotika untuk pengobatan infeksi lambung – usus / digunakan sebelum pembedahan, yakni : streptomisin, kanamisin, neomisin, beberapa sulfonamid, & zat-zat kontras rontgen untuk foto lambung-usus).
sistemik) menghindari kerusakan obat / obat menjadi tidak aktif karena pengaruh lingkungan perut & usus.
– mudah diberikan untuk pasien muntah, sulit menelan, tidak sadar
– obat yg diabsorpsi melalui rectal beredar dalam darah tidak melalui hati sehingga tidak mengalami detoksikasi / biotransformasi yg mengakibatkan obat terhindar dari tidak aktif.
– kerugian :• tidak menyenangkan• absorpsi obatnya tidak teratur dan sukar ditentukan
H. Uretral• Tempat pemberian : uretra• Cara pemberian : dimasukkan ke dalam saluran