i KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi Jurusan Psikologi oleh Tita Febri Prastiwi 1550407004 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012
i
KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi
Jurusan Psikologi
oleh
Tita Febri Prastiwi
1550407004
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul Kualitas
Hidup Penderita Kanker ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya
tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini di kutip atau di rujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 1 Maret 2012
Tita Febri Prastiwi NIM.1550407004
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Kualitas Hidup Penderita Kanker” ini telah
dipertahankan di hadapan sidang panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang pada tanggal 1 Maret 2012.
Panitia Ujian Skripsi
Ketua Sekretaris
Drs.Hardjono, M.Pd Dr.Edy Purwanto, M.Si NIP. 19510801 197903 1 007 NIP. 19630121 198703 1 001
Penguji Utama
Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.Si NIP. 1957012 5198503 1 001
Penguji / Pembimbing I Penguji / Pembimbing II
Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si Drs. Sugiyarta SL., M.Si. NIP. 19720204 200003 2 001 NIP. 19600816 198503 1 003
iv
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Motto
Terbang dalam keajaiban, raih garis akhir dengan kuat.. ini waktu percepatan.
Do with Passion... Finish Strong !!!
Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi-Mu sendiri ! Ayub 17:3
Peruntukan :
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus
Bapak dan mama
Penderita kanker dan sahabat-sahabat penulis
Orang-orang luar biasa dalam hidup penulis
v
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan, puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
Allahku yang hidup, yang telah melimpahkan berkat dan anugerah-Nya dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kualitas Hidup pada Pendetita
Kanker”.
Penyusunan skripsi ini ditujukan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar
Sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Penulis
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Drs. Hardjono, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
2. Dr.Edi Purwanto, M.Si, Ketua Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.Si., sebagai dosen penguji utama yang telah
menguji siding skripsi penulis dan membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si., sebagai pembimbing I yang telah membimbing
dan memberi petunjuk sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Drs. Sugiyarta SL, M. Si, sebagai pembimbing II yang telah membimbing dan
memberi petunjuk sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Segenap dosen Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang atas semua ilmu
dan pengalaman yang diberikan kepada saya. Pak Yanu yang senantiasa membantu
kelancaran penyusunan skripsi ini dan menjadi teman saat bimbingan.
vi
7. dr.Benny Issakh, Sp.BT , dr.Andrea SC, Sp.RM, dr.YM, Sp.PD yang telah
memberi informasi dalam penyusunan skripsi ini.
8. A.D. Andriyanti, S.Psi., Psi yang membantu dalam intepretasi tes grafis.
9. Bapak, Dwi Prasetyo dan Mama, Sumiarsih yang telah memberikan segalanya
untukku, terima kasih.
10. Orang-orang luar biasa penderita kanker, semoga lekas sembuh dan terima kasih
untuk arti hidup yang diajarkan untuk penulis, semoga hidup menjadi berkat untuk
orang lain. Kuat sampai akhir.
11. Teman-teman Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang Angkatan 2007 dan
keluarga “Pisang” Eva, Risa, Resty, Sinta, Yeni, Sofa, Dinta, Yudi, Fuad, Meyvi,
Roni, Tika, Wendi, Iqbal, Elsa dan semuanya yang selalu memberi semangat,
dukungan, bantuan dan keceriaan. Love you Guys..God Bless Us....
12. Teman-teman dan saudara Fosa, Benny, Om Daud, Dwi, Teddy, Shofia, Ibu.
Sumardi, trima kasih.
13. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa
dan dukungan yang berguna untuk skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kasih memberikan berkat dan anugerahNya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan secara material dan spiritual.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 1 Maret 2012
Penulis
vii
ABSTRAK Prastiwi, Tita Febri. 2012. Kualitas Hidup Penderita Kanker. Tahun Ajaran 2011-2012. Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas negeri Semarang. Pembimbing I Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si dan Pembimbing II Drs. Sugiyarta SL., M.Si. Kata kunci : kualitas hidup, kanker Penelitian ini dilatarbelakangi subyek setelah menderita kanker mengalami perubahan fisik dan psikis karena harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru dalam hidupnya. Kanker adalah penyakit pada sel jaringan tubuh yang menjadi ganas. Pengobatan yang berlangsung lama memiliki efek kesakitan tinggi, membawa dalam kondisi lemah bahkan depresi. Penderitaan tersebut mendorong penderita untuk menentukan sikap yang menggambarkan kualitas hidup. Kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai keadaan dirinya pada aspek-aspek kehidupan untuk mencapai kepuasan hidup. Keterbatasan yang dialami justru disikapi positif oleh subyek, antara lain: tidak mengeluh, tidak mengasihani diri sendiri, penampilan fisik yang sehat dan keefektifan kinerja dalam hidupnya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup penderita kanker.
Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain penelitian studi kasus dan kualitas hidup penderita kanker sebagai unit analisis. Responden berjumlah tiga orang, delapan orang informan pendukung dan empat orang ahli. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan pengintepretasian tes grafis yang meliputi House Tree Person, Tree Test, dan Draw A Person Test oleh psikolog. Keabsahan data diuji dengan ketekunan pengamatan di lapangan dan triangulasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyakit kanker memberikan perubahan signifikan secara fisik maupun psikis individu, antara lain: kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan akan masa depan dan kematian. Kualitas hidup penderita kanker dipengaruhi pemahaman individu terhadap penyakitnya sehingga seseorang tahu cara menjaga kesehatan, serta faktor ekonomi dimana hal ini menjadi kekhawatiran khusus terhadap biaya pengobatan. Aspek dominan pembentukan kualitas hidup penderita kanker adalah aspek psikologis, meliputi spiritualitas, dukungan sosial dan kesejahteraan. Faktanya, aspek psikologis sangat menentukan kualitas hidup, penderita mendapatkan kekuatan dan merasa lebih sehat tanpa obat, hal ini disebabkan karena sugesti dalam diri individu tersebut untuk tetap sehat. Kecerdasan spiritualitas menuntun penderita memiliki penerimaan diri terhadap penyakitnya. Penderita mengalami peningkatan spiritual dibanding sebelum menderita kanker. Penderita merasa lebih dekat dengan Tuhan dan tidak menyalahkan Tuhan, melainkan menganggap sebagai sebuah anugerah Tuhan. Rasa cinta dan nyaman dari dukungan sosial memberi motivasi untuk sembuh dan kuat menjalani hidup. Akhirnya memberikan kesejahteraan yang menentukan kualitas hidup penderita. Saran bagi pemerintah adalah memberikan perhatian dan bantuan khususnya bagi penderita kanker kurang mampu. Bagi keluarga, agar memberi dukungan sehingga dapat menjadi partner yang baik untuk mencapai kesembuhan dan pemulihan secara fisik maupun psikis penderita kanker.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................................... 18
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 19
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 19
1.5. Manfaat teoritis ............................................................................................. 19
1.6. Manfaat praktis ............................................................................................. 19
1.4.2.1 Bagi Penderita Kanker ........................................................................... 19
1.4.2.2 Bagi Masyarakat ................................................................................... 19
BAB 2 PERSPEKTIF TEORITIK DAN KAJIAN PUSTAKA ........................ 20
ix
2.1 Perspektif Teori............................................................................................. 20
2.1.1 Kualitas Hidup ............................................................................................ 20
2.1.1.1 Pengertian Kualitas Hidup ...................................................................... 20
2.1.1.2 Aspek-aspek Kualitas Hidup .................................................................. 22
2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ................................. 24
2.1.2 Kanker ........................................................................................................ 25
2.1.2.1 Definisi Kanker ...................................................................................... 25
2.1.2.2 Klasifikasi Kanker .................................................................................. 26
2.1.2.3 Kategori Kanker ..................................................................................... 28
2.1.2.4 Klasifikasi Stadium Kanker .................................................................... 28
2.1.2.5 Penyebab Kanker ................................................................................... 31
2.1.2.6 Teori Penyebab Kanker .......................................................................... 32
2.1.2.7 Gejala-gejala Kanker .............................................................................. 34
2.1.2.8 Pengobatan Kanker ................................................................................ 36
2.1.3 Kualitas Hidup Penderita Kanker ................................................................ 37
2.1.4 Kajian Pustaka ............................................................................................ 40
2.1.5 Dinamika Kualitas Hidup Penderita Kanker ................................................ 44
BAB 3 METODE PENELITIAN ...................................................................... 47
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................................. 47
3.2. Desain Penelitian .......................................................................................... 48
3.3. Unit Analisis ................................................................................................. 51
3.4. Sumber Data ................................................................................................. 53
3.4.1 Narasumber Utama Penelitian ..................................................................... 53
x
3.4.2 Narasumber Sekunder Penelitian................................................................. 55
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data ............................................... 56
3.5.1 Pengumpulan Data ...................................................................................... 56
3.5.2 Analisis Data .............................................................................................. 61
3.6 Keabsahan Data ............................................................................................ 62
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ...................................... 65
4.1 Setting Penelitian .......................................................................................... 65
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ........................................................................ 65
4.1.2 Karakteristik Lokasi Penelitian ................................................................... 65
4.1.2.1 Rumah dan Kos Subyek Pertama (Subyek JT) ........................................ 65
4.1.2.2 Rumah dan Tempat Kerja Subyek Kedua (Subyek RM) ......................... 67
4.1.2.3 Rumah Subyek Ketiga (Subyek BG) ...................................................... 68
4.2 Proses Penelitian ........................................................................................... 69
4.2.1 Melakukan Studi Pustaka ............................................................................ 70
4.2.2 Melakukan Observasi Awal ke Lokasi Penelitian ........................................ 70
4.2.3 Menyusun Pedoman Wawancara................................................................. 70
4.2.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 71
4.3 Koding .......................................................................................................... 71
4.4 Temuan Penelitian ........................................................................................ 72
4.4.1 Hasil Temuan pada Subyek Penelitian Pertama (Subyek JT) ....................... 72
4.4.1.1 Profil, Status kesehatan dan Latar Belakang JT....................................... 72
4.4.1.2 Hasil Wawancara pada Subyek Penelitian Pertama (Subyek JT) ............ 81
4.4.1.3 Kualitas Hidup Subyek JT pada Pandangan Informan Pertama ............... 103
xi
4.4.1.4 Kualitas Hidup Subyek JT pada Pandangan Informan Kedua .................. 113
4.4.1.5 Kualitas Hidup Subyek JT pada Pandangan Informan Ketiga ................. 116
4.4.1.6 Kualitas Hidup Subyek JT pada Pandangan Informan Ahli ..................... 119
4.4.1.7 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup pada Subyek JT .................. 121
4.4.2 Hasil Temuan pada Subyek Penelitian Kedua (Subyek RM) ....................... 122
4.4.2.1 Profil, Status kesehatan dan Latar Belakang RM .................................... 122
4.4.2.2 Hasil Wawancara pada Subyek Penelitian Kedua (Subyek RM) ............. 129
4.4.2.3 Kualitas Hidup Subyek RM pada Pandangan Informan Pertama ............. 149
4.4.2.4 Kualitas Hidup Subyek RM pada Pandangan Informan Kedua ............... 152
4.4.2.5 Kualitas Hidup Subyek RM pada Pandangan Informan Ahli ................... 156
4.4.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Subyek RM ........................ 158
4.4.3 Hasil Temuan pada Subyek Penelitian Ketiga (Subyek BG) ........................ 160
4.4.3.1 Profil, Status kesehatan dan Latar Belakang BG ..................................... 160
4.4.3.2 Hasil Wawancara Subyek Penelitian Ketiga (Subyek BG) ...................... 165
4.4.3.3 Kualitas Hidup Subyek BG pada Pandangan Informan Pertama.............. 180
4.4.3.4 Kualitas Hidup Subyek BG pada Pandangan Informan Kedua ................ 183
4.4.3.5 Kualitas Hidup Subyek BG pada Pandangan Informan Ahli ................... 185
4.4.3.6 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Subyek BG......................... 187
4.4.4 Hasil Observasi Subyek Penelitian .............................................................. 189
4.4.4.1 Hasil Observasi Subyek Penelitian Pertama (Subyek JT) ........................ 189
4.4.4.2 Hasil Observasi Subyek Penelitian Kedua (Subyek RM) ........................ 192
4.4.4.3 Hasil Observasi Subyek Penelitian Ketiga (Subyek BG) ......................... 187
4.4.5 Hasil Intepretasi Tes Grafis Subyek Penelitian ............................................ 196
xii
4.4.5.1 Hasil Intepretasi Tes Grafis Subyek Penelitian Pertama (Subyek JT)...... 197
4.4.5.2 Hasil Intepretasi Tes Grafis Subyek Penelitian Kedua (Subyek RM)....... 198
4.4.5.3 Hasil Intepretasi Tes Grafis Subyek Penelitian Ketiga (Subyek BG)....... 199
4.5 Pembahasan .................................................................................................. 200
4.5.1 Aspek-aspek Kualitas Hidup pada Subyek JT ............................................. 200
4.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Subyek JT ............................... 225
4.5.3 Dinamika Psikologis Subyek JT .................................................................. 228
4.5.4 Aspek-aspek Kualitas Hidup pada Subyek RM ........................................... 232
4.5.5 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Subyek RM ............................ 255
4.5.6 Dinamika Psikologis Subyek RM................................................................ 258
4.5.7 Aspek-aspek Kualitas Hidup Subyek BG .................................................... 261
4.5.8 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Subyek BG ............................. 281
4.5.9 Dinamika Psikologis Subyek BG ............................................................... 270
4.5.10 Dinamika Kualitas Hidup Penderita Kanker Secara Umum..................... 289
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 294
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 294
5.2 Saran ............................................................................................................. 297
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 282
LAMPIRAN ....................................................................................................... 286
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Neoplasma Jinak dan Ganas ................................................ 27
Tabel 2.2 Klasifikasi Stadium Kanker .................................................................. 30
Tabel 3.1 Unit Analisis Kualitas Hidup pada Penderita Kanker ............................ 51
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Dinamika Kualitas Hidup pada Penderita Kanker .............................. 43
Gambar 4.1.Dinamika Kualitas Hidup pada Subyek JT ........................................ 227
Gambar 4.2 Dinamika Kualitas Hidup pada Subyek RM ...................................... 257
Gambar 4.3 Dinamika Kualitas Hidup pada Subyek BG....................................... 283
Gambar 4.4 Dinamika Kualitas Hidup pada Penderita Kanker .............................. 288
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara .................................................................. 303
LAMPIRAN 2 Catatan Lapangan Hasil Observasi .............................................. 318
LAMPIRAN 3 Verbatim Interview ..................................................................... 324
LAMPIRAN 4 Hasil Intepretasi Tes Grafis ......................................................... 421
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan nasional Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar tahun 1945 adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang
berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketentraman (www.organisasi.org, diunduh 15
September 2011). Kebutuhan primer tidak bisa berdiri sendiri tanpa didukung oleh
pemenuhan kebutuhan sekundernya, misalnya adalah kesehatan. Tanggung jawab
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada ditangan seluruh pihak, baik
masyarakat Indonesia, pemerintah maupun swasta karena tujuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
Indonesia.
Kesehatan menjadi hal yang sangat penting mengingat inilah modal awal setiap
orang melakukan kegiatan dan berusaha memenuhi kebutuhannya. Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (www.id.wikipedia.org, diunduh 15 September
2011). Banyak usaha yang dilakukan seseorang untuk menjaga kesehatannya secara
maksimal, antara lain dengan melakukan olah raga, menjaga pola makan dan bahkan
mengonsumsi vitamin atau jamu-jamuan. Usaha ini dilakukan demi menjaga stamina
tubuhnya agar tetap prima.
2
World Health Organization (1997:1) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu
keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang lengkap, bukan hanya ketiadaan
penyakit atau kelemahan. Hal ini di dukung oleh Ferris (2010:87) yang menyatakan
bahwa kesehatan adalah keadaan mental dan fisik yang sejahtera, bukan hanya tidak
memiliki penyakit dan cacat. Sehat berarti dalam keadaan positif dari fisik, mental dan
kesejahteraan sosial, bukan sekedar tidak adanya cedera atau penyakit yang bervariasi
dari waktu ke waktu (Sarafino, 2008:2). Preedy and Watson (2010:2953) menyatakan
bahwa kesehatan merupakan kesejahteraan disegala dimensi, yaitu fisik, mental dan
sosial.
Dewasa ini muncul berbagai macam penyakit, penyebabnyapun beragam, ada
yang disebabkan oleh virus, bakteri, makanan, lingkungan ataupun faktor keturunan
dalam anggota keluarga. Penyakit dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu penyakit
menular, penyakit tidak menular dan penyakit kronis (www.id.wikipedia.org , diunduh
15 September 2011). Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen
biologis (seperti virus, bakteri atau parasit) bukan disebabkan oleh faktor fisik atau
kimia. Penyakit yang tergolong penyakit menular misalnya : antraks, cacingan, cacar
air, campak, demam berdarah, diare, hepatitis, influenza, malaria, penyakit kulit, HIV,
flu burung dan sebagainya. Penyakit tidak menular adalah penyakit yang disebabkan
oleh masalah fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Penyakit
tersebut misalnya batuk, sariawan, sakit perut dan lain-lain. Penyakit kronis adalah
penyakit yang berlangsung sangat lama. Beberapa penyakit kronis dapat menyebabkan
kematian pada penderitanya, antara lain : AIDS, serangan jantung dan kanker.
3
Kanker adalah sel-sel jaringan tubuh yang menjadi ganas yang ditandai oleh
pembelahan sel dengan cepat dan tidak terkendali membentuk sel sejenis dengan sel
asalnya, namun dalam bentuk primitif dan tidak sempurna (Ensiklopedi, 1990:121).
Kiple (2003:63), Cancer is a process whereby uncontrolled cell multiplication
produces a tumor that can invade adjacent tissues and metastasize, artinya suatu
proses pelipatgandaan sel yang tidak terkendali dan menghasilkan tumor yang
menyerang jaringan-jaringan yang ada didekatnya dan bermetastatis. 12% seluruh
kematian disebabkan oleh kanker yang merupakan pembunuh nomor dua setelah
penyakit kardiovaskular (http://www.depkes.go.id, diunduh 15 September 2011 ) dan
penyebab kematian kedua di negara maju (Preedy and Watson, 2010:2948)
WHO dan Bank Dunia memperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh
dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Jika tidak
dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal
karena kanker pada tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di
negara miskin dan berkembang.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2009:42) menyatakan di Indonesia
terdapat lima jenis kanker yang banyak diderita penduduk yakni kanker rahim, kanker
payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit dan kanker rektum. Kasus
penyakit kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar
24.204 kasus lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 27.125 kasus,
terdiri dari kanker serviks 9.113 kasus (37,65%), kanker payudara 12.281 kasus
(50,74%), kanker hati 2.026 (8,37%) dan kanker paru-paru 784 (3,42%).
4
Keberadaan penyakit yang mempengaruhi kondisi kesehatan fisik seseorang
adalah salah satu aspek yang menentukan kualitas hidup seseorang. Widiyanto
(2007:1-7) menyatakan kualitas hidup penduduk Indonesia tergolong rendah,
Indonesia menempati urutan 108 dari 177 negara, peringkat ini masih di bawah
peringkat Negara Singapura (urutan 25), Brunei Darusalam (urutan 34), Malaysia
(urutan 61), Thailand (urutan 74) dan Filipina (urutan 84). Salah satu aspek yang
menjadi penyebabnya adalah tingkat kesehatan. Pola penyakit yang diderita
masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan Akut), malaria, diare dan penyakit kulit. Pada waktu yang
bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan
pembuluh darah, diabetes melitus dan kanker.
Kanker dapat disembuhkan bila ada pengetahuan sejak dini terhadap penyakit
tersebut. Pada umumnya, kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat
terjadinya. Sebagai contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai
kanker usus besar, sedangkan kanker yang bermula pada otak dikenal sebagai kanker
otak. Kanker adalah penyakit yang 90-95% disebabkan faktor lingkungan dan 5-10%
karena faktor genetik (www.id.wikipedia.org. , diunduh 15 September 2011).
Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, M.PH, Dr.PH,
menjelaskan, proporsi angka kematian akibat Penyakit tidak menular dari 41,7% pada
tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab
kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%) disusul
hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru kronis. (www.depkes.go.id, diunduh 15
September 2011).
5
Kanker membuat penderita mengalami penurunan dalam kondisi fisik maupun
psikologis. Saba (1998:1) memaparkan salah satu komplikasi umum dalam kondisi
fisik dari keganasan kanker adalah anemia. Terkait kanker, anemia dapat terjadi karena
efek langsung dari sel kanker atau mungkin justru berkembang sebagai akibat dari
pengobatan kanker itu sendiri. Cella et.al. (2003:511) mengungkapkan : Anemia is a
multi-symptom syndrome involving both physical and emotional problems that can be
evaluated for their impact on quality of life. Pengobatan anemia dapat meningkatkan
kualitas hidup pada penderita kanker (Cella, 1998:1).
Preedy and Watson (2010:1754) mendefinisikan kualitas hidup sebagai
kepuasan dalam berbagai aspek kehidupan. World Health Organization (WHO,
1997:1), menyatakan Quality of life as individual’s perception of their position in life
in the context of the culture and value system in which they live and in relation to their
goals, espextation, standart and concerns. Artinya, kualitas hidup merupakan persepsi
dari individu dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka
hidup dan dalam kaitannya dengan nilai-nilai, standart dan kekhawatiran dalam hidup.
Yeh et. Al (Preedy and Watson, 2010:2472) menyatakan bahwa kualitas hidup
sebagai dampak dari penyakit dan aspek kepuasan yang diukur dengan skala : fungsi
fisik (didefinisikan sebagai status fungsional dalam kehidupan sehari-hari), disfungsi
psikologis (tingkat distress emosional), fungsi sosial (hubungan antar pribadi yang
berfungsi dalam kelompok), pengobatan (didefinisikan sebagai kecemasan atau
kekhawatiran tentang penyakit dan program perawatan), fungsi kognitif (kinerja
kognitif dalam pemecahan masalah).
6
Saxton and Daley (2010:4) National Cancer Institute (NCI) menggambarkan
“Cancer Survivor” meliputi : kondisi fisik, psikososial, sejak proses diagnosis hingga
akhir hidupnya berfokus pada kesehatan, kehidupan penderita kanker dan pada saat
sedang menjalani pengobatan. Pengukuran mengenai kualitas hidup bagi pasien
kanker sangat diperlukan untuk melihat sejauh mana pengobatan yang dilakukan
mempengaruhi kehidupan pasien.
Aspek-aspek dalam kualitas hidup termasuk komponen fisik, emosional dan
fungsional. Status fungsional mengacu pada kemampuan melakukan aktifitas yang
berhubungan dengan kebutuhan dan ambisi atau peran sosial yang diinginkan oleh
pasien, pada tahap yang paling dasar mengacu pada kemampuan melakukan aktifitas
sehari-hari. Hal ini juga terkait dengan cara seseorang menerima keadaan fisiknya.
Akechi et. al. (1998:238) mendeskripsikan penyesuaian mental penderita
kanker berkorelasi dengan kualitas hidupnya. Salah satu hal yang paling adaptif dari
penyesuaian mental adalah ‘semangat juang’ sedangkan salah satu yang maladaptif
adalah ‘ketidakberdayaan / putus asa’. Jumlah anggota dalam rumah tangga, status
kinerja, dukungan dari dokter dan kepuasan pada dukungan tersebut merupakan
semangat juang pada pasien kanker, sedangkan usia, pendidikan, status keluarga,
kinerja dalam pekerjaan dan kepuasan pada dukungan di prediksi sebagai
ketidakberdayaan atau putus asa. Fisch et al (2003:2754) menambahkan bahwa
kesejahteraan spiritual juga berpengaruh terhadap kualitas hidup seorang penderita
kanker.
Larasati (2009:1) menyatakan subyek dengan kualitas hidup positif terlihat dari
gambaran fisik subyek yang selalu menjaga kesehatannya, dalam aspek psikologis
7
subyek berusaha meredam emosi agar tidak mudah marah, hubungan sosial subyek
baik dengan banyaknya teman yang dimilikinya, lingkungan mendukung dan memberi
rasa aman kepada subyek. Subyek dapat mengenali diri sendiri, subyek mampu
beradaptasi dengan kondisi yang dialami saat ini, subyek mempunyai perasaan kasih
kepada orang lain dan mampu mengembangkan sikap empati dan merasakan
penderitaan orang lain.
Keluarga adalah lingkungan terdekat yang dimiliki setiap individu. Penelitian
yang dilakukan oleh Barakat et. al.(2010:1) mendeskripsikan bahwa fungsi keluarga,
termasuk didalamnya adalah kualitas hubungan orang tua dan anak yang menderita
kanker menjadi pusat kekuatan untuk melawan penyakit pada pasien yang sedang
menjalani pengobatan untuk kanker, dijelaskan bahwa peran dan hubungan ini lebih
penting daripada mengandalkan diagnosis atau pengobatan.
Rangkaian upaya pengobatan, perubahan fisik dan ketidakstabilan psikologis
seorang penderita penyakit kanker sangat mungkin menimbulkan depresi pada
penderita. Penderita kanker yang menjalani pengobatan akan mengalami kerontokan
rambut akibat kemoterapi, keluhan rantrointestinal (muntah, diare), kelelahan fisik,
infertile, dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Perubahan kondisi
fisik ini memungkinkan penderita menanggapi perubahan fisik dirinya secara negatif
selanjutnya ia akan merasa tidak puas dan pada akhirnya akan menurunkan kualitas
hidupnya. Perubahan juga dialami penderita dalam sisi psikologisnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Gotay and Muraoka (1998:660) terhadap
perempuan penderita kanker, 50% perempuan sering berpikir mengenai kemungkinan
kambuhnya penyakit, dan 73% melaporkan bahwa mereka lebih mudah mengalami
8
depresi setelah di diagnosis kanker. Depresi mendapatkan perhatian khusus dalam
beberapa penelitian yang terkait dengan kualitas hidup.
Ferris (2010:29-31) mendefinisikan kualitas hidup (Quality of Life) sebagai :
The QOL may be enhanced by removing the reasons for depression, suicide, and othernegative responses, and by experiencing pleasure and an exciting life, through love, affection, and emotional well-being, QOL would improve when intervention reduced the basis for loneliness. Artinya kualitas hidup dapat ditingkatkan dengan membuang alasan untuk
depresi, bunuh diri dan respon negatif lainnya dengan mengalami kebahagiaan, dan
kehidupan yang menarik melalui cinta, kasih sayang dan kesejahteraan emosional,
kualitas hidup akan meningkat saat intervensi mengurangi dasar untuk kesepian. Hasil
tersebut di dukung dengan hasil penelitian oleh Wijaya (2009:1) dimana kualitas hidup
pasien dengan depresi mengalami penurunan di banding dengan pasien tanpa gejala
depresi.
Penelitian yang dilakukan terhadap penderita penyakit tidak menular diketahui
terdapat hubungan antara stadium penyakit, kejadian depresi dan aktivitas sosial
dengan kualitas hidup pasien (Silitonga,2007). Stadium penyakit menjadi hal yang
sangat penting dalam mengetahui sejauh mana sel kanker telah menyebar dalam tubuh
seorang pasien.
Berdasarkan informasi dari tenaga medis, pada umumnya sebagian besar
penderita penyakit kanker baru akan menyadari kalau dirinya sakit bila sudah
mencapai stadium lanjut dan jarang penderita kanker stadium awal yang
memeriksakan keadaannya, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan minimnya
informasi yang diperoleh penderita tentang penyakit kanker dan bahaya yang
9
disebabkan oleh penyakit tersebut. Stadium pada penyakit kanker ini juga membantu
dalam penanganan pengobatan yang akan dikenakan kepada pasien.
Seseorang penderita kanker akan mengalami perubahan-perubahan cara hidup.
Ketidakpastian mengenai sisa usia dan resiko kematian yang ada membuat seseorang
merasa bahwa hidupnya terbatas. Sikap depresi sangat wajar dimiliki oleh penderita
kanker, namun ada pula yang tetap terlihat segar dan sehat karena mereka berusaha
menutupi penyakitnya dari orang-orang yang ada disekitarnya dan bersikap seperti
orang sehat lainnya, sambil mengusahakan program pengobatan untuk mencapai
kesembuhan, tetap melakukan kegiatan atau pekerjaan yang selama ini ditekuninya
dan masih memiliki hubungan positif dengan orang-orang disekitarnya. Orang-orang
seperti inilah yang biasanya memiliki kualitas hidup yang positif.
Kriteria kualitas hidup yang positif ditentukan bahwa seseorang memiliki
pandangan psikologis yang positif, memiliki kesejahteraan emosional, memiliki
kesehatan fisik dan mental yang baik, memiliki kemampuan fisik untuk melakukan
hal-hal yang ingin dilakukan, memiliki hubungan yang baik dengan teman dan
keluarga, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan rekreasi, tinggal dalam lingkungan
yang aman dengan fasilitas yang baik, memiliki cukup uang dan mandiri (Bowling,
2005:9).
Berdasarkan hasil observasi kasus yang ditemui peneliti terjadi pada seorang
gadis bernama JT, JT bungsu dari dua bersaudara, kakaknya laki-laki sudah berumah
tangga dan tinggal terpisah dengan JT dan orang tuanya. JT adalah salah satu penderita
kanker otak stadium dua. Kanker otak adalah sekumpulan massa sel-sel otak yang
tumbuh abnormal di luar kendali (www.cancerhelps.com, diunduh 17 September
10
2011). JT mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit kanker otak pada usia 18
tahun. Hal ini diketahui saat orang terdekat JT menyampaikan keluhan sakit kepala
yang dialami JT kepada paman JT yang seorang dokter.
Saat pertama mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit kanker, JT sangat
sedih, sempat berubah menjadi anak yang pendiam untuk beberapa waktu tapi hal itu
tidak berlangsung lama karena tidak ingin orang tuanya curiga dan mengetahui akan
penyakitnya. JT sempat menyembunyikan penyakitnya dari kedua orang tua JT
dengan alasan kesehatan ibu JT dan sikap ayah JT yang keras dan suka memukul JT.
JT menjalani program pengobatan dengan pamannya, seluruh biaya ditanggung oleh
pamannya. Saat ini orang tua JT telah mengetahui keadaan JT yang sebenarnya sejak
tujuh bulan yang lalu. Setelah pengobatan berjalan selama dua tahun, penyakit JT
tidak kunjung sembuh tetapi malah semakin memburuk, kanker JT sudah menyebar
jauh dan mengalami metastasis, sel kanker dalam tubuhnya sekarang juga menyerang
sistem motoriknya, JT mengalami penglihatan yang rabun. Hal itu berbanding terbalik
dengan sikap yang JT tunjukkan di depan orang lain.
Gambaran fisik yang terlihat dari JT adalah kondisi tubuh yang sehat, JT selalu
menjaga kesehatan dengan makan sayuran, mengkonsumsi vitamin dan menjaga
kestabilan gula darah dalam tubuhnya dengan cara melakukan program diet khusus.
Kondisi keterbatasan dan penyakitnya tersebut, JT sering merasakan pusing, tidak
enak badan, JT sering tiba-tiba pingsan, mimisan, kejang, badan kaku, mati rasa, dan
perutnya tampak lebih besar karena ginjal kanan JT sudah mengalami kerusakan. JT
tidak lagi menjalani pengobatan apapun sejak tujuh bulan yang lalu. Aspek psikologis
sangat mempengaruhi kesehatan JT, secara pribadi JT memberikan sugesti kepada
11
dirinya untuk tetap sehat tanpa obat. JT merasa mendapatkan kekuatan dan merasa
lebih sehat tanpa menggunakan obat-obatan seperti saran dokter yang menangani JT.
JT selalu berusaha bersikap tenang dan meredam emosi agar tidak mudah
marah. JT menunjukkan kekuatan ditengah kelemahan fisik yang dimilikinya, JT
jarang sekali mengeluh, tidak mengasihani dirinya sendiri maupun meminta belas
kasihan kepada orang lain disekitarnya. Hubungan sosial JT terlihat baik dengan
banyaknya teman yang dimiliki JT. Penulis sering bertukar pikiran dengan JT, JT
adalah seorang sahabat yang mampu menjadi pendengar yang baik, JT bersikap empati
dengan memberikan saran-saran yang memberi dukungan dan mempunyai perasaan
kasih sayang, semua orang terlihat sangat nyaman bersama JT, mereka terlihat sangat
menyayangi JT walaupun mereka tidak tahu keadaan JT yang adalah seorang
penderita kanker.
Peristiwa ini pernah terjadi saat penulis mengadakan acara makan bersama
dengan JT merayakan ulang tahun JT, JT terlihat pucat sekali namun JT selalu
menutupinya dengan tawa diwajahnya, JT selalu bersemangat, selalu tersenyum, dan
selalu menghibur orang lain yang ada disekitarnya, JT tidak mau jika orang lain
menunjukkan sikap yang mengasihani JT, JT ingin diperlakukan seperti orang
kebanyakan. Saat penulis menanyakan apakah JT merasa kurang sehat, JT
mengatakan, “enggak kok, aku gak papa, sakit atau sehat itu pilihan, dan aku memilih
untuk merasa sehat”. Sepulang dari acara tersebut JT pingsan dan kejang di jalan. Saat
penulis menawarkan akan mengantarkannya dengan mobil, JT tidak mau dengan
alasan tidak mau merepotkan banyak orang dan JT hanya menyatakan bahwa kejadian
tersebut sudah biasa terjadi pada dirinya.
12
Kualitas hidup JT dapat dilihat dari kesadaran JT terhadap keadaan dirinya
sendiri, JT tahu apa yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan dan mampu
mengatasi jika keadaaan fisiknya sedang menurun. JT masih tetap bertahan dan
menunjukkan rasa bahagia walaupun hanya sedikit orang yang tahu tentang
keadaannya. JT tetap menjalankan aktivitasnya sehari-hari seperti kegiatan kuliah
walaupun hal ini sudah dilarang oleh dokter, bahkan JT adalah seorang aktivis
mahasiswa di kampus JT sebagai ketua Badan Legislatif Mahasiswa (BLEM) dan
ketua Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) di salah satu Universitas Swasta di kota
Semarang.
Di sisi lain, JT menuturkan bahwa setiap malam sering tidak bisa tidur karena
kesakitan dan memikirkan masa depannya, JT berkata, “aku kepengen suatu saat nanti
menikah sama Mas.B.. aku pengen punya anak, aku pengen ngerasain tua, tapi bisa
gak ya?hehehe”. Hal ini merupakan salah satu ungkapan kecemasan atau kekhawatiran
terhadap penyakit dan program pengobatan yang sedang dijalaninya. Pada awal JT
mendapatkan vonis bahwa dirinya mengidap kanker, menurut informasi dari orang
terdekatnya, JT sempat stress dan seketika menjadi pendiam, namun seiring
berjalannya waktu, JT bisa menerima dan berserah kepada Tuhan, JT menyatakan
bahwa “beberapa hari lalu aku ngimpi mengenai akhir zaman, aku siap jika suatu saat
nanti Tuhan datang, sama siapnya saat aku berkali-kali menghadapi kematian karena
kanker otak ku ini”. Penerimaan diri JT terhadap penyakitnya sangat baik, hal ini
dipengaruhi oleh faktor spiritualitas JT. JT memiliki penyerahan diri yang baik kepada
Tuhan, JT tidak menyalahkan Tuhan melainkan menganggap penyakit kanker sebagai
suatu anugerah yang diterimanya dari Tuhan.
13
Subyek penelitian yang kedua adalah RM, 42 tahun, adalah seorang wanita
yang ditetapkan sebagai penderita kanker payudara stadium satu pada Desember 2010.
Kanker payudara atau yang lebih disebut dengan Carcinoma Mammae adalah jenis
kanker yang umum diderita oleh wanita, pria dapat mengalaminya namun
persentasenya sangat kecil jika dibandingkan dengan wanita
(http://id.wikipedia.org/wiki/kanker_payudara, diunduh pada 23 Oktober 2011). RM
tetap bekerja walaupun keadaannya sakit. RM menunjukkan bahwa penyakit tidak
menghentikan langkahnya untuk tetap beraktivitas.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2009:42), kanker payudara ini paling
banyak diderita dibanding kanker-kanker yang lain dalam kurun waktu lima tahun
terakhir yaitu sebanyak 12.281 orang pada tahun 2009 dan ini juga menempati
peringkat pertama di Kota Semarang yaitu sebanyak 4.977 orang. Gangguan pada
payudara tidak hanya sekedar memberikan gangguan kesakitan sebagaimana kesakitan
pada umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek estetika dan psikologis khusus pada
wanita (Buston, 2007:154).
Tingkat kematian yang masih tinggi pada kanker payudara disebabkan karena
keterlambatan diagnosis terhadap penyakit itu sendiri, hal ini yang menyebabkan
keterlambatan pada penanganan penyakit kanker payudara ini pula. Di Indonesia,
kanker payudara menempati urutan kedua (Buston, 2007:156). RM mengetahui sakit
payudaranya ketika sedang dengan sengaja melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dirumah. RM adalah seorang ibu rumah tangga dan mempunyai dua orang
anak, laki-laki dan perempuan. RM bekerja sebagai asisten dokter di salah satu rumah
sakit swasta di kota Semarang dan suaminya bekerja sebagai pegawai swasta.
14
Berdasarkan wawancara dengan RM, RM tinggal bersama keluarga besar dari
suami RM di rumah milik mertua RM yang sudah meninggal. Rumah tersebut terdapat
tiga keluarga, yaitu adik-adik suami RM yang masing-masing sudah berkeluarga. RM
memiliki rasa kepedulian dan empati yang tinggi terhadap keluarga dan saudara-
saudaranya, sebelum ditetapkan memiliki penyakit kanker, RM sering membantu
keuangan anggota keluarganya yang lain, namun setelah mengetahui dirinya mengidap
penyakit kanker payudara, RM harus menata kembali keuangannya karena kebutuhan
untuk menjalani program pengobatannya yang semakin meningkat, kini RM punya
keinginan untuk pindah rumah karena anggota-anggota keluarga yang lain selama ini
cenderung menggantungkan kehidupan sehari-harinya kepada RM walaupun mereka
masing-masing sudah bekerja.
RM menjaga kesehatannya dengan rutin melakukan olah raga ringan dirumah
untuk mempertahankan staminanya, sudah satu bulan ini RM tampil percaya diri
dengan menggunakan rambut aslinya atau tanpa rambut palsu yang baru sepanjang
lima sentimeter. Penampilan baru ini membuat RM terlihat semakin segar saat bekerja,
namun RM masih perlu menjalani kemoterapi untuk pengobatan kanker pada
payudaranya. RM mengatakan “walaupun karyawan rumah sakit, saya masih tetep
bayar biaya kemoterapi setengahnya yang biasanya dipotong otomatis saat terima gaji
bulanan, tapi saya masih bersyukur walaupun bukan orang kaya, tapi saya masih bisa
menolong saudara-saudara saya”.
Kualitas hidup yang positif pada RM selain dilihat dari keinginan kuat dalam
mengusahakan kesembuhan terhadap penyakitnya, RM berusaha tetap bersyukur
untuk semua hal yang terjadi dalam hidupnya dan menunjukkan kekuatan dibalik
15
keterbatasan yang RM miliki dengan menunjukkan kinerja dalam pekerjaan. RM
memiliki penerimaan diri yang baik, hal ini dipengaruhi oleh faktor spiritualitas RM,
RM menganggap bahwa segala sesuatu yang diberikan Tuhan pasti merupakan suatu
kebaikan, begitu pula dengan penyakit kanker yang dideritanya. Penerimaan diri ini
membuat RM tidak menutupi penyakitnya kepada orang lain, RM berusaha
membuktikan bahwa dirinya kuat, hal ini juga didukung dengan rasa empati RM untuk
memberikan motivasi dan semangat bagi para penderita kanker lain yang ditemuinya
di tempat RM bekerja. RM memiliki hubungan sosial yang positif dengan orang-orang
di lingkungan sekitar rumah, gereja maupun lingkungan pekerjaannya. RM memiliki
relasi yang luas dan dikenal sebagai seorang yang punya solidaritas tinggi, ramah dan
penuh perhatian kepada orang lain. RM suka menolong tetangga sekitar rumahnya
terutama saat berkaitan dengan hal-hal kesehatan.
Hal yang hampir serupa ditunjukkan oleh subyek ketiga “BG” yang diketahui
bahwa BG mengidap kanker darah atau Leukemia setelah ditemukan adanya kelainan
jumlah leukosit atau sel darah putih pada sel darah BG. Kanker darah yang diderita
BG sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Penyakit tersebut disebabkan oleh
lingkungan dan pola makan BG yang tidak sehat. BG adalah perokok pasif dan sering
mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet.
BG menjalani hari-harinya dengan apa adanya, tak pernah ditunjukkannya
kesedihan ataupun keluhan walaupun kondisinya sedemikian rupa. Saat penulis
menjenguknya di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang, BG menunjukkan sikap biasa
saja, saat penulis menanyakan keadaannya, dengan tenang dia mengatakan
“alhamdulilah baik..”. BG memaksimalkan semua upaya medis untuk mengusahakan
16
kesembuhan bagi dirinya, BG tidak menjalani proses kemoterapi karena kankernya
masih tergolong stadium awal. BG cukup mengonsumsi obat-obatan khusus penderita
leukemia. BG sempat menjalani pengobatan alternatif melalui jamu dan bahan alami
lainnya yang di percaya dapat menyembuhkan kanker.
Kualitas hidup BG yang positif dapat dilihat dari kemauannya untuk bangkit
dan tetap terus produktif dalam hidupnya. BG adalah seorang pekerja keras. Suatu hal
yang sangat membanggakan bagi dirinya dan orang-orang disekitar BG adalah kondisi
yang terbatas tidak pernah menghentikannya untuk tetap bekerja. Kelemahan tidak
membuat BG putus asa, meratapi masalah, dan mengaggap dirinya sendiri lemah. BG
membuktikan bahwa dirinya mampu dan memiliki kekuatan untuk menunjukkan
kinerjanya. Penyakit BG sempat mempengaruhi aktivitas BG saat masih bekerja di
luar kota, karena penyakitnya membuat tubuh BG tidak sekuat dahulu, BG
memutuskan untuk berhenti bekerja dan melanjutkan usahanya di rumah. BG memiliki
usaha di bidang rental dan fotokopi yang sudah dirintis sejak tahun 2000. Bekerja di
usaha yang dirintisnya sendiri membuat BG lebih nyaman karena tempat usahanya
berdampingan dengan rumah BG.
Ketiga subyek menunjukkan adanya kualitas hidup yang positif dalam
menjalani hidup mereka masing-masing. Keterbatasan fisik, ketakutan akan kematian,
kecemasan akan masa depan tidak membuat subyek lemah dan lantas mengalami
keterpurukan dalam waktu yang lama. Kekuatan ditunjukkan oleh ketiga subyek
melalui sikap yang selalu bersyukur, tidak mengeluh, tidak putus asa dan tidak
mengharapkan belas kasihan orang lain. Psikologis subyek sangat mempengaruhi
kualitas hidup ketiga subyek. Hubungan dengan Tuhan menjadi sumber kekuatan bagi
17
subyek untuk memiliki penerimaan diri yang baik terhadap penyakit kanker yang
dideritanya. Penyakit tidak membuat mereka menyalahkan Tuhan, tetapi sebaliknya,
subyek menganggap penyakitnya adalah sebuah anugerah dari Yang Maha Pencipta.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang kualitas hidup pada penderita kanker. Stadium satu dan dua dipilih sebanyak
tiga orang dengan alasan penderita memiliki problem psikologis yang berbeda pada
tingkat stadium tertentu. Narasumber yang akan digunakan dalam pengumpulan data
adalah informan utama yaitu subyek penderita kanker stadium satu dan dua, informan
pendukung yaitu orang terdekat subyek dan informan ahli yaitu dokter yang
menangani subyek penderita kanker dan psikolog yang melakukan intepretasi tes
grafis terhadap ketiga subyek.
Belum banyak dilakukan penelitian mengenai kualitas hidup pada penderita
kanker di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas
hidup dan faktor apa yang mempengaruhi subyek memiliki kualitas hidup yang positif.
Pada akhirnya diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
pada penderita kanker khususnya di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian dan fenomena di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana kualitas hidup penderita kanker?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui kualitas
hidup pada penderita kanker.
18
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
1. Memberi kontribusi pengetahuan serta pemahaman dalam disiplin ilmu psikologi
terutama mengenai kualitas hidup penderita kanker.
2. Memberikan sumbangan ilmiah sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya psikologi klinis, psikologi perkembangan dan psikologi
sosial dengan menerapkan hasil penelitian sebagai tambahan informasi mengenai
kualitas hidup penderita kanker.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi penderita kanker
1. Dapat diajukan sebagai masukan pengetahuan dan memberikan informasi bagi
penderita kanker
2. Penelitian ini hendaknya bisa memberikan pemahaman kualitas hidup yang positif
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita kanker.
1.4.2.2 Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan memberikan informasi
penting tentang penyakit kanker.
19
BAB 2
PERSPEKTIF TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
Penelitian ini membahas tentang kualitas hidup pada penderita kanker stadium
awal, oleh karena itu dalam Perspektif Teori dan Kajian Pustaka ini adalah teori
mengenai kualitas hidup dan teori penderita kanker, kajian pustaka kualitas hidup dan
dinamika psikologis kualitas hidup pada penderita kanker.
2.1. Perspektif Teori
2.1.1 Kualitas Hidup
2.1.1.1 Pengertian Kualitas Hidup
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian kualitas hidup menurut
World Health Organization (WHO) dan dikemukakan oleh beberapa tokoh,
diantaranya Preedy and Watson, Ferris, Andersson, Buchanan, dan Bowling. Berikut
penjelasannya.
Bowling (2005:7) kualitas umumnya didefinisikan sebagai nilai dari
‘kebaikan’. Kualitas hidup kemudian dijelaskan sebagai kebaikan dari kehidupan,
dalam kaitannya dengan kesehatan, kualitas hidup adalah kebaikan dari aspek-aspek
kehidupan yang dipengaruhi oleh kesehatan. Kualitas hidup didefinisikan dalam
makro yaitu masyarakat dan obyektif dan mikro yaitu individu dan subyektif.
Pengertian ini mencakup pendapatan, perumahan, pendidikan, hidup lainnya,
lingkungan sekitar, persepsi individu, pengalaman individu dan nilai.
Kualitas hidup menjadi ukuran standart kesehatan terutama untuk beberapa
orang dengan penyakit kronis, fungsional, psikologis dan penyakit yang tidak bisa
20
disembuhkan (Preedy and Watson, 2010:382). The World Health Organization
(1997:1) mendefinisikan secara umum Quality of Life as individual’s perception of
their position in life in the context of the culture and value systems in which they live
and in relation to their goals, expectations, standards and concerns. Artinya, kualitas
hidup sebagai persepsi individu dari posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks
budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dan kaitannya dengan tujuan, harapan,
standart dan kekhawatiran hidup.
Preedy and Watson (2010:1754) Kualitas hidup didefinisikan kepuasan dalam
berbagai aspek kehidupan. Preedy and Watson mendefinisikan kualitas hidup sebagai
multi dimensi yang menggabungkan konsep fisik, kognitif dan fungsi emosional dan
sosial. Aristoteles dalam Ferris (2010:17) menyatakan bahwa kualitas hidup adalah
produk bersih dari kebahagiaan. Kebahagiaan didefinisikan sebagai milik diri sendiri.
Ferris (2010:16) Kualitas hidup adalah produk interaksi antara kepribadian individu
yang terjadi terus menerus dalam episode peristiwa kehidupan. Peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan memiliki dimensi-dimensi tertentu, yaitu: kebebasan, pengetahuan,
ekonomi, kesehatan, keamanan, hubungan sosial, spiritualitas, lingkungan dan
rekreasi.
Andersson et all (Preedy and Watson,2010:1868) mengungkapkan kualitas
hidup adalah multi dimensi yang menggabungkan konsep fisik, kognitif, fungsi
emosional dan sosial. Buchanan (Preedy and Watson, 2010:2925) kualitas hidup
didefinisikan secara fungsional sebagai persepsi pasien sendiri terhadap kinerja
mereka secara fisik, pekerjaan, psikologis, keuangan dan daerah somatik.
21
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup
adalah persepsi individu mengenai keadaan dirinya pada aspek fisik, psikologis, sosial
dan lingkungan untuk mencapai kepuasan dalam hidupnya.
2.1.1.2 Aspek-aspek Kualitas Hidup
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai aspek-aspek kualitas hidup. Aspek
dilihat dari keseluruhan kualitas hidup dan kesehatan secara umum (WHO,1997:1) :
a. Kesehatan fisik, yaitu : tenaga dan kelelahan, kesedihan dan ketidaknyamanan,
tidur dan istirahat.
b. Psikologis, yaitu : penampilan dan gambaran jasmani, perasaan positif, perasaan
negative, harga diri, berpikir, belajar, mengingat, konsentrasi.
c. Kebebasan : mobilitas, aktivitas sehari-hari, pengobatan, kemampuan bekerja.
d. Kepercayaan / Spirituality / Religion
e. Hubungan sosial, yaitu : hubungan pribadi , dukungan sosial, dan aktivitas
seksual.
f. Lingkungan, yaitu : kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan, lingkungan
rumah, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial, peluang untuk
memperoleh keterampilan dan informasi baru, keikutsertaan dan peluang
berekreasi, aktivitas di lingkungan, dan transportasi.
Aspek kualitas hidup pada penderita kanker menurut Caplan (Preedy and
Watson, 2010:2049) meliputi :
1. Aspek fisik : gejala fisik, respon terhadap toksisitas pengobatan dan perawatan,
citra tubuh dan mobilitas.
22
2. Fungsi psikologis dan sosial : hubungan interpersonal, kebahagiaan, spiritualitas,
masalah keuangan.
3. Persepsi individu terhadap kualitas hidup : budaya, filsafat, konteks politik.
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan oleh WHO dan Caplan mengenai
aspek-aspek kualitas hidup dapat disimpulkan aspek-aspek pada penderita kanker
antara lain:
1. Apek fisik: gejala fisik, respon tubuh terhadap pengobatan, penerimaan diri, citra
tubuh.
2. Aspek psikologis: persepsi individu terhadap kualitas hidup, perasaan positif,
perasaan negatif, harga diri, kebahagiaan, spiritualitas, kesejahteraan sosial.
3. Aspek sosial: hubungan interpersonal, dukungan sosial, hubungan seksual,
aktivitas sosial.
4. Lingkungan: kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan.
2.1.1.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Sub bab ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup menurut Preedy and Watson(2010:2770) antara lain :
1. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki peran sosial yang berbeda. Hal ini
memungkinkan untuk mempengaruhi aspek kehidupannya yang selanjutnya juga
mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
23
2. Pendidikan.
Perbedaan tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman
seseorang tentang keadaan yang sedang di alami, pengetahuan terhadap penyakit
kanker yang sedang di derita dan pemahaman terhadap cara pengobatan penyakit
kanker. Pengobatan atau treatment ini mempengaruhi kualitas hidup pasien (Sarafino,
1990:459).
3. Perbedaan budaya
Budaya merupakan salah satu indikator dari aspek persepsi individu yang
mempengaruhi kualitas hidup (Preedy and Watson, 2010:2049).
4. Usia penyakit
Usia penyakit adalah lamanya seseorang mengalami penderitaan akibat suatu
penyakit. Status pengukuran kesehatan menyediakan metode standart penilaian
pengaruh penyakit pada kehidupan sehari-hari, aktivitas dan kesejahteraan pada
penderita kanker. Seseorang yang telah lama menderita suatu penyakit pasti akan
berpengaruh pada kondisi fisik, psikologis dan sosialnya dalam kehidupannya sehari-
hari.
2.1.2 Kanker
Kanker merupakan salah satu penyakit paling berbahaya di dunia. Penyebab
kanker sangat beragam, dapat melalui faktor internal individu maupun eksternal
individu. Individu dengan suatu penyakit akan mempengaruhi aspek-aspek dalam
hidupnya yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi kualitas hidup individu
tersebut. Karoly (1985:117) menyatakan penyakit mempengaruhi kualitas hidup
24
seseorang, kanker mendapat perhatian khusus dalam pengukuran kualitas hidup karena
kematian dini akan terjadi suatu saat nanti.
2.1.2.1. Definisi Kanker
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian kanker menurut World
Health Organization (WHO), Ensiklopedia dan dikemukakan oleh beberapa tokoh,
diantarany Preedy and Watson, Karoly, Corwin, Tambayong, Kiple. Berikut
penjelasannya.
Kanker dalam bahasa ilmiahnya disebut Carsinoma Sarkoma adalah istilah
yang mengacu kepada tonjolan-tonjolan seperti kepiting yang dibentuk oleh tumor
yang sedang tumbuh ke dalam jaringan disekitarnya, tumor menyebar secara lokal
sewaktu tonjolan ini mencederai dan mematikan sel-sel disekitarnya (Corwin,
1997:94). Kanker adalah sel-sel jaringan tubuh yang menjadi ganas yang ditandai oleh
pembelahan sel dengan cepat dan tidak terkendali membentuk sel sejenis dengan sel
asalnya, namun dalam bentuk primitif dan tidak sempurna (Ensiklopedi,1990:121).
Corwin (1997:86) menyatakan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan tanpa batas
serta tidak bertujuan disebut kanker atau neoplasia. Tambayong (1999:65) Neoplasia
didefinisikan sebagai perkembangan massa jaringan abnormal yang tidak responsif
terhadap mekanisme pertumbuhan normal, sedangkan neoplasma adalah pertumbuhan
baru, reproduksi sel abnormal.
Kiple (2003:63), Cancer is a process whereby uncontrolled cell mulpiplication
produces a tumor that can invade adjacent tissues and metastasize, yang artinya suatu
proses pelipatgandaan sel yang tidak terkendali dan menghasilkan tumor yang
menyerang jaringan-jaringan yang ada didekatnya dan bermetastatis.
25
Pada umumnya, kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat
terjadinya. Sebagai contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai
kanker usus besar, sedangkan kanker yang bermula pada otak dikenal sebagai kanker
otak. Tambayong (1999:65) kanker merupakan neoplasma maligna, yaitu sel-sel
neoplastik yang tumbuh dengan menginvasi jaringan sekitar dan mempunyai
kemampuan untuk bermetastasis pada jaringan reseptif.
2.1.2.2. Klasifikasi Kanker
Sub bab ini akan dibahas mengenai klasifikasi kanker yang dikemukakan oleh
Tambayong (1999:65-68). Tambayong menyatakan bahwa kanker biasanya
diklasifikasikan menurut asal selnya dan apakah sel itu benigna (dikarakteristikkan
oleh pembelahan sel abnormal tetapi tidak bermetastasis atau menginvasi jaringan
sekitar) atau maligna (pembelahan sel abnormal dengan kemampuan untuk
menyerang, metastasis, dan terjadi berulang).
Kanker benigna terdiri dari sel-sel yang serupa dengan struktur pada sel
asalnya. Sel-sel kanker benigma lebih kohesif daripada kanker maligna. Pertumbuhan
terjadi dari bagian tengah masa benigna, biasanya mengakibatkan batas tegas. Kanker
benigna di dalam ruang tertutup seperti tengkorak dapat menimbulkan gangguan serius
yang dapat menimbulkan kematian.
Kanker maligna mempunyai struktur selular tipikal dengan pembelahan dan
kromosom nuklear abnormal. Sel maligna kehilangan diferensiasinya atau menyerupai
sel aslinya. Sel tumor tidak kohesif dan akibatnya pertumbuhan tidak teratur, tidak ada
kapsul yang terbentuk danperbedaan separasi dari jaringan sekitar sulit terlihat. Sel
maligna menginvasi sel-sel didekatnya daripada mendorongnya. Tumor ini
26
mempunyai laju pertumbuhan dan mengembangkan pembuluh darah lebih banyak
daripada jaringan normal atau neoplasma benigna. Tanda dari neoplasma maligna
adalah kemampuannya untuk bermetastasis atau menyebar ke sisi yang jauh.
Perbedaan neoplasma jinak dan ganas menurut Tambayong (1999:67) adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Perbedaan Neoplasma Jinak dan Ganas
Jinak Ganas Serupa sel asal Tidak sama dengan sel asal Tepian Licin (bersimpai) Tepian tidak rata Menekan Menyusup Tumbuh perlahan Tumbuh cepat
Lanjutan Tabel 2.1 Perbedaan Neoplasma Jinak dan Ganas
Sedikit vaskuler Vaskuler / sangat vaskuler Jarang timbul ulang Sering residif setelah dibuang Jarang nekrosis dan ulserasi Umumnya nekrosis dan ulserasi
Jarang efek sistemik kecuali neoplasma endokrin
Umumnya efek sistemik
2.1.2.3. Kategori Kanker
Sub bab ini akan dibahas mengenai kategori kanker yang dikemukakan oleh
Corwin. Kanker diidentifikasi berdasarkan jaringan asal tempat mereka tumbuh. Akhiran
“oma” biasanya ditambahkan ke istilah jaringan untuk mengidentifikasi suatu kanker.
Corwin (1997:97) terdapat beberapa kategori umum kanker, antara lain :
1. Karsinoma
Karsinoma adalah kanker jaringan epitel, termasuk sel-sel kulit, testis,
ovarium, kelenjar penghasil mucus (lendir), sel penghasil melanin, payudara, serviks,
kolon (usus), rectum (anus), lambung, pankreas, dan esophagus (saluran pencernaan).
27
2. Limfoma
Kanker jaringan limfe yang mencakup kapiler limfe, lakteal, limpa, berbagai
kelenjar limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik
antara lain adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limpa) dan limfoma
malignum.
3. Sarkoma
Sarkoma adalah kanker jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot
dan tulang.
4. Glioma
Glioma adalah kanker sel-sel glia (penunjang) yang terdapat disusunan saraf
pusat.
5. Karsinoma In Situ
Ini adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang
masih terbatas didaerah tertentu sehingga masih dianggap lesi prainvasif.
2.1.2.4. Klasifikasi Stadium Kanker
Kanker dapat pula digolongkan berdasarkan stadium perkembangannya.
Stadium adalah usaha menjelaskan seberapa jauh penyakit ini telah berkembang pada
saat itu. Corwin (1997:94) menyatakan stadium adalah keputusan klinis yang
berkaitan dengan ukuran tumor, derajat invasi lokal yang telah terjadi dan derajat
penyebarannya ke tempat-tempat jauh pada seseorang. Manfaat pentahapan itu adalah
menunjukkan pengobatan, menilai “survival rate”, menentukan cara pengobatan dan
memudahkan pertukaran informasi antar pusat pengobatan.
28
Sub bab ini akan dibahas klasifikasi stadium kanker yang akan dikemukakan
oleh Tambayong (1999:68). Klasifikasi stadium kanker menurut Tambayong adalah:
Tabel 2.2 Klasifikasi Stadium Kanker
Klasifikasi TNM
Tahap 1 T1N0m0 Massa terbatas pada organ Lesi operabel, restectable Kemungkinan hidup 70-90%
Tahap 2 T2N1M0 Massa telah menyebar ke jaringan sekitar dan limfonodus regional Lesi operabel, resectable Kemungkinan hidup 45-55%
Tahap 3 T3N2M0 Massa luar, melekat pada dasarnya penyebaran ke limfodus dan tulang Lesi operabel, tidak restectable Kemungkinan hidup 15-25%
Tahap 4 T4N3M+ Tanda metastasis jauh Lesi inoperable Kemungkinan hidup 0-5%
Klasifikasi TNM : T (tumor atau lesi primer dan luasnya), N (limfodus
regional dan keadaannya), M (metastasis jauh). Istilah lain yang ditemui pada
klasifikasi stadium neoplasma : TIS 9tumor in situ, tumor setempat), penyebaran
keganasan ke limfodus regional disebut (N1: sedikit, N2: banyak), tidak ada metastasis
jauh (m0), ada metastasis jauh (M1 atau M2 atau M+).
2.1.2.5. Penyebab Kanker
Sub bab ini akan dibahas mengenai penyebab kanker. Penyebab kanker
menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990:122) banyak faktor yang menjadi
penyebab timbulnya kanker, faktor penyebab itu meliputi :
29
1. Rangsang Fisik
Rangsang fisik yang sering dihubungkan dengan kanker ialah rangsang yang
berasal dari sinar matahari dan radiasi.
2. Kimia (diet)
Rangsang kimia antara lain berupa zat pewarna, debu kayu, asbes, dan asap
rokok.
3. Biologi (virus)
Virus akhir-akhir ini juga sering memicu timbulnya kanker, misal virus
Hepatitis B pada sel hati.
4. Lingkungan
Pada ahli menyatakan 80% kanker disebabkan oleh faktor lingkungan.
2.1.2.6. Teori Penyebab Kanker
Sub bab ini akan dibahas mengenai teori penyebab kanker ganas yang akan
dikemukakan oleh Tambayong (1999:69-71).
Tambayong menjelaskan terdapat lima teori penyebab kanker ganas, yaitu:
1. Teori mutasi somatik
Kelainan dalam gen timbul akibat perubahan mutasi yang mungkin diinduksi
oleh zat karsinogenik dan adanya faktor herediter. Orang dengan kelainan kromosom
tertentu mudah terkena neoplasma tertentu.
2. Teori diferensiasi aberans atau epigenetic
Kelainan timbul akibat adanya gangguan pengaturan dari gen normal. Insidens
neoplasma maligna meningkat selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Kista
30
dermoid adalah salah satu neoplasma yang timbul akibat adanya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan embrional.
3. Teori virus
Virus disebut sebagai kemungkinan penyebab neoplasma ganas pada manusia.
Mereka disebut virus onkogenik. Dua virus onkogenik adalah virus DNA dan virus
RNA. Salah satu contoh virus penyebab keganasan adalah virus RNA tipe-B yang
menyebabkan kanker payudara.
4. Teori Seleksi Sel
Menurut teori ini, neoplasma berkembang tahap demi tahap melalui proses
mutasi. Proses ini dapat berhenti dan reversible (bila stimulusnya tidak ada lagi).
Imunodefisiensi meningkatkan resiko pertumbuhan neoplastik.
5. Karsinogen
Karsinogen adalah substansi yang dapat menginduksi pertumbuhan neoplastik.
Ada dua golongan karsinogen , yaitu: kimia dan fisis. Karsinogen kimiawi meliputi
hidrokarbon aromatik polisiklik, amine aromatic, agens penglekat, nitrosamine,
senyawa nitroso lain. Hidrokarbon aromatic polisiklik termasuk karsinogen yang
paling kuat. Hidrokarbon ini terdapat pada asap rokok dan asap mobil yang dapat
menyebabkan kanker bibir, lidah, rongga mulut, kepala, leher, larings, paru, kandung
kemih. Amine aromatic terdapat pada makanan tertentu, naftalen (kamper) dan
insektisida tertentu. Karsinogen fisis meliputi radisasi yang dapat menyebabkan
kanker payudara, tiroid dan leukemia, sedangkan sinar ultra violet menyebabkan
kanker kulit.
31
Faktor lain dalam karsinogenesis, antara lain :
1. Kebiasaan hidup dan budaya
Kanker lambung lebih banyak terjadi di Jepang daripada di Amerika Serikat,
sedangkan kanker usus, payudara, prostat terjadi lebih sedikit di Jepang daripada di
Amerika Serikat, namun setelah orang Jepang tinggal di Amerika, perbedaan ini
hilang.
2. Diet
Kebiasaan diet rendah serat dapat menyebabkan kanker kolon (kanker usus)
dan mengonsumsi makanan yang diawetkan dapat mencetuskan kanker lambung.
3. Kehidupan seks
Kanker serviks lebih sering terjadi pada wanita yang sudah mengadakan
hubungan seks sejak muda, apalagi jika berganti-ganti pasangan. Kanker payudara
lebih sering terjadi pada wanita yang tidak memiliki anak, yang lebih muda
mendapatkan menstruasi pertama atau menopous terlambat.
4. Kebiasaan
Kebiasaan minum alkohol dapat mencetuskan kanker esophagus. Kebiasaan
merokok dapat menimbulkan kanker paru
5. Hormon
Bila kadar hormon tertentu meningkat selama waktu lamadapat mencetuskan
kanker payudara, endometrium, vagina, prostat atau tiroid.
2.1.2.7. Gejala-gejala Kanker
Sub bab ini akan dibahas mengenai gejala kanker secara umum. Gejala kanker
yang timbul tergantung dari jenis atau organ tubuh yang terserang, Sibuea et al
32
(2005:222) memaparkan beberapa gejala yang muncul pada penyakit kanker antara
lain :
a. Kelelahan
Hal ini terjadi karena jumlah jaringan tumor ganas didalam tubuh sangat besar.
b. Penurunan berat badan yang cepat (kakeksia)
Pada beberapa jenis kanker, penurunan berat badan dapat dijelaskan. Misalnya
pada saluran cerna, turunnya berat badan dengan cepat dapat dimengerti, karena terjadi
gangguan dalam pemasukan makanan. Turunnya berat badan disertai balans nitrogen
negatif pada kebanyakan penderita kanker payudara (dan kanker jenis lain) akibat
hilangnya otot interkostal (tulang) yang mengalami atrofi (mengecil).
c. Demam
Kadang-kadang demam bisa menjadi gejala yang penting. Umumnya demam
ini bukan disebabkan oleh bakteri dan pemberian anti biotika tidak akan bermanfaat.
Demam timbul sebagai akibat dari sebagian massa tumor tidak mendapat darah yang
cukup, sehingga muncul nekrosis (jaringan yang mati) yang melepaskan hormon
prostaglandin perangsang demam kedalam aliran darah.
Penyebaran sel kanker dapat terjadi dengan berbagai cara, penyebaran sel
kanker yang jauh dari tempat asalnya disebut dengan proses metastasis. Metastasis sel
kanker dapat melalui jaringan kulit, sel ini dapat menembus saluran limfe dan
bersarang di dalam kelenjar getah bening ketiak, dapat juga menembus vena kecil
sehingga masuk dalam aliran darah yang akan membawanya ke tempat yang jauh.
Metastatis akan timbul dan menyebabkan dua macam gejala (Sibuea et al,
2005:221), yaitu:
33
1. Destruksi jaringan yang menyebabkan nyeri hebat dan terus menerus, dan pada
tulang sering terjadi patah atau sering disebut fraktur.
2. Anemia, jaringan asal diganti oleh jaringan kanker sehingga terjadi lambat laun
penurunan yang hebat dari hemoglobin.
2.1.2.8. Pengobatan Kanker
Sub bab ini akan dijelaskan mengenai pengobatan kanker. Pengobatan kanker
ditentukan oleh jenisnya, letak pada tubuh, tingkat penyebaran, dan kondisi penderita.
Metode yang digunakan untuk program pengobatan kanker, meliputi
(Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1990:122) :
a. Tindakan operasi
b. Penyinaran radio aktif
c. Obat anti kanker
Corwin (1997:104-105) terdapat empat metode pengobatan kanker, antara lain:
1. Pembedahan
Metode ini sejak tahun 200 SM digunakan untuk pengobatan kanker. Tumor
yang telah bermetastasis dapat diterapi dengan pembedahan untuk menghilangkan rasa
nyeri pasien akibat tumor yang menekan saraf disekitarnya.
2. Terapi radiasi
Terapi ini menggunakan radiasi pengion untuk menghancurkan sel tumor dan
biasanya digunakan sebagai tindakan tambahan pada pembedahan untuk memperkecil
ukuran tumor. Hal ini dilakukan untuk mengurangi efek radiasi yang juga mematikan
sel normal yang berada disekitar jaringan kanker.
34
3. Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obat kemoterapetip dari berbagai kelas untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Kemoterapi sering digunakan sebagai pelengkap
metode pembedahan. Terapi ini menyebabkan penekanan sum-sum tulang yang
sebaliknya menyebabkan kelelahan, anemia, kecenderungan pendarahan dan
peningkatan resiko infeksi.
4. Imunoterapi
Bentuk terapi kanker yang baru diciptakan dan memanfaatkan dua sifat system
imun, yaitu spesifisitas dan daya ingat. Imunoterapi dapat digunakan untuk
mengidentifikasi tumor dan memungkinkan pendeteksian semua tempat metastasis
yang tersembunyi.
2.1.3 Kualitas Hidup Penderita Kanker
Memiliki status penderita kanker adalah hal yang tidak pernah diinginkan oleh
setiap orang. Kanker merupakan penyakit yang dapat membawa seseorang pada
kematian dini. Penderitanya harus menghadapi penyakit yang memberi dampak tidak
hanya pada kesehatan fisik penderita tetapi juga pada keadaan jiwanya. Mereka yang
terkena kanker harus menghadapi kenyataan yang tidak pernah mereka inginkan di
tengah harapan hidup yang kecil.
Menderita penyakit kanker merupakan suatu keadaaan dimana seseorang harus
berjuang melawan penyakitnya dan bertahan atas keterbatasan yang dimilikinya.
Penderitaan ini dapat menimbulkan rasa putus asa bahkan depresi pada penderita
kanker. Hal ini adalah respon negatif dari diri seseorang dalam menghadapi kenyataan
yang dialaminya, tetapi saat seseorang dapat memahami dan menerima kondisi yang
35
dialaminya, walaupun dalam situasi terburuk sekalipun seseorang tetap mampu
menyikapi dengan baik dan dapat mengaktualisasikan dirinya.
Setiap manusia memiliki taraf kualitas hidup yang berbeda satu dengan yang
lain. Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai keadaan dirinya
pada aspek fisik, psikologis, sosial dan lingkungan untuk mencapai kepuasan dalam
hidupnya. Pemahaman akan kualitas hidup yang positif dan kualitas hidup yang
negatif akan membedakan setiap individu dalam pencapaian aktualisasi dirinya. Sikap
yang muncul pun berbeda tergantung kualitas hidup yang dimilikinya dan dapat
memberi pengaruh positif dan negatif atas penyakit dan kehidupannya.
Pemahaman akan kualitas hidup ini dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Proses
kehidupan membawa seseorang dalam keadaan yang senantiasa berubah. Tidak selalu
seseorang dalam menjalani hidup berada dalam posisi yang positif, ada kalanya pula
seseorang berada dalam keadaan yang tidak diingininya, dalam posisi yang negatif ini
dapat diketahui respon atau sikap seseorang dalam menyikapi dan menjalani hidupnya.
Sebagian orang menjadikan penderitaan sebagai alasan untuk mengasihani diri
sendiri, depresi, terpuruk dan menganggap dirinya tak berarti, namun ada juga yang
menganggap bahwa penderitaan adalah proses belajar yang harus dijalani dan
tantangan untuk berjuang lebih lagi dalam usaha mencapai aktualisasi diri. Orang-
orang semikian dianggap memiliki kualitas hidup yang positif sehingga dapat melihat
sisi lain dari suatu penderitaan yang sedang dialaminya.
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki pandangan psikologis yang positif,
memiliki kesejahteraan emosional, memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik,
36
memiliki kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan, memiliki
hubungan yang baik dengan teman dan keluarga, berpartisipasi dalam kegiatan sosial
dan rekreasi, tinggal dalam lingkungan yang aman dengan fasilitas yang baik,
memiliki cukup uang dan mandiri.
Larasati (2009:1) dalam penelitian mengenai Kualitas Hidup pada Wanita yang
Sudah Memasuki Masa Menopause menyatakan subyek yang kualitas hidupnya positif
terlihat dari gambaran fisik subyek yang selalu menjaga kesehatannya, dalam aspek
psikologis subyek berusaha meredam emosi agar tidak mudah marah, hubungan sosial
subyek baik dengan banyaknya teman yang dimilikinya.
Faktor lingkungan juga turut mendukung dalam memberi rasa aman dan
nyaman kepada subyek. Subyek dapat mengenali diri sendiri, subyek mampu
beradaptasi dengan kondisi yang dialami saat ini, subyek mempunyai perasaan kasih
kepada orang lain dan mampu mengambangkan sikap empati dan merasakan
penderitaan orang lain.
Penderita kanker yang memiliki kualitas hidup positif akan menerima dan
beradaptasi dengan keadaannya serta berusaha untuk bertahan dan terus berjuang
dalam mengusahakan kehidupan yang lebih baik. Mereka mungkin pernah merasa
terpuruk dalam kondisi penyakit yang dideritanya, tetapi pemahaman kualitas hidup
yang positif akan memacu mereka untuk tetap bisa mengaktualisasi dirinya. Sabar
dalam menjalani proses pengobatan sampai sembuh dan mungkin bagi mereka untuk
dapat sukses dalam hidupnya seperti orang-orang sehat lainnya atau bahkan lebih.
37
2.1.4 Kajian Pustaka
Terdapat berbagai penelitian yang berkaitan dengan kualitas hidup. Widiyanto
(2007:1-7) menyatakan kualitas hidup penduduk Indonesia tergolong rendah,
Indonesia menempati urutan 108 dari 177 negara, peringkat ini masih di bawah
peringkat Negara Singapura (urutan 25), Brunei Darusalam (urutan 34), Malaysia
(urutan 61), Thailand (urutan 74) dan Filipina (urutan 84).Salah satu aspek yang
menjadi penyebabnya adalah tingkat kesehatan.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cella et. al. (2003:43) terhadap
penderita kanker dimana dalam kasus ini, seorang penderita kanker biasanya
mengalami anemia. Anemia adalah suatu sindrom gejala fisik dan emosional yang
dapat dievaluasi dampaknya terhadap kualitas hidup. Dilanjutkan bahwa pengobatan
anemia dapat meningkatkan kualitas hidup pada penderita kanker (Cella, et.al.
,2003:511). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan sangat mempengaruhi
kualitas hidup seseorang.
Barakat et. al. (2010:1) dalam penelitiannya yang berjudul Quality of Life of
Adolescent with Cancer mendeskripsikan bahwa fungsi keluarga, termasuk
didalamnya adalah kualitas hubungan orang tua dan anak yang menderita kanker, hal
ini menjadi pusat kekuatan untuk melawan penyakitnya pada pasien yang sedang
menjalani pengobatan untuk kanker, dijelaskan bahwa peran dan hubungan ini lebih
penting daripada mengandalkan diagnosis atau pengobatan.
Penelitian Akechi et. al. (1998:238) yang berjudul Predictors of Patiens’
Mental Adjustment to Cancer: Patient Characteristics and Social Support menyatakan
bahwa penyesuaian mental penderita kanker berkorelasi dengan kualitas hidupnya.
38
Salah satu hal yang paling adaptif dari penyesuaian mental adalah ‘semangat juang’
sedangkan salah satu yang maladaptif adalah ‘ketidakberdayaan atau putus asa’.
Jumlah anggota dalam rumah tangga, status kinerja, dukungan dari dokter dan
kepuasan pada dukungan tersebut merupakan semangat juang pada pasien kanker,
sedangkan usia, pendidikan, status keluarga, kinerja dalam pekerjaan dan kepuasan
pada dukungan di prediksi sebagai ketidakberdayaan atau putus asa.
Penelitian yang berjudul Assessment of Quality of Life in Outpatients With
Advanced Cancer : The Accuracy of Clinician Estimations and the Relevance of
Spiritual Well-Being-A Hoosier Oncology group Study yang dilakukan oleh Fisch et al
(2003:2754) menyimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual juga berpengaruh terhadap
kualitas hidup seseorang.
Larasati (2009:1) dalam penelitian mengenai Kualitas Hidup pada Wanita yang
Sudah Memasuki Masa Menopause menyatakan subyek yang kualitas hidupnya positif
terlihat dari gambaran fisik subyek yang selalu menjaga kesehatannya, dalam aspek
psikologis subyek berusaha meredam emosi agar tidak mudah marah, hubungan sosial
subyek baik dengan banyaknya teman yang dimilikinya, lingkungan mendukung dan
memberi rasa aman kepada subyek. Subyek dapat mengenali diri sendiri, subyek
mampu beradaptasi dengan kondisi yang dialami saat ini, subyek mempunyai perasaan
kasih kepada orang lain dan mampu mengambangkan sikap empati dan merasakan
penderitaan orang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Gotay and Muraoka (1998:660) terhadap
penderita kanker, 50% perempuan sering berpikir mengenai kemungkinan kambuhnya
penyakit, dan 73% melaporkan bahwa mereka lebih mudah mengalami depresi setelah
39
di diagnosis kanker. Depresi mendapatkan perhatian khusus dalam beberapa penelitian
yang terkait dengan kualitas hidup. Hasil tersebut di dukung dengan hasil penelitian
yang berjudul Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani
Hemodialisis dan Mengalami Depresi yang dilakukan oleh Wijaya (2009:1), kualitas
hidup pasien dengan depresi mengalami penurunan dibanding dengan pasien tanpa
gejala depresi.
Penelitian yang dilakukan oleh Bowling (2005:9) mendeskripsikan kualitas
hidup yang positif ditentukan bahwa mereka memiliki pandangan psikologis yang
positif, memiliki kesejahteraan emosional, memiliki kesehatan fisik dan mental yang
baik, memiliki kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan,
memiliki hubungan yang baik dengan teman dan keluarga, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan rekreasi, tinggal dalam lingkungan yang aman dengan fasilitas
yang baik, memiliki cukup uang dan mandiri.
40
Gambar 2.1 Dinamika Kualitas Hidup Penderita Kanker
Penderita Kanker
Kondisi pasca menderita kanker:
• Penderitaan akibat penyakit kanker • Cemas karena penyakit tak kunjung
sembuh • Ketakutan akan kematian • Kekhawatiran akan masa depan
Aspek Kualitas Hidup penderita Kanker
Aspek Fisik
Aspek Psikologis
Aspek Sosial
Aspek Lingkungan
Kualitas Hidup Negatif
• Tidak menjaga kesehatan. • Kesehatan fisik dan mental yang buruk • Aktivitas harus di bantu orang lain • Memiliki pandangan psikologis yang negatif • Hubungan sosial subyek buruk • Tinggal di lingkungan yang tidakaman • Tidak berpartisipasi dalam kegiatan social • Tidak memiliki kesejahteraan emosional • Penerimaan diri negatif • Tidak mampu beradaptasi dengan kondisi yang
dialami saat ini • Tidak bersikap empati kepada orang lain.
• Tidak memiliki cukup uang dan mandiri.
Kualitas Hidup Positif
• Selalu menjaga kesehatannya • Kesehatan fisik dan mental yang baik • Mampu beraktivitas tanpa bantuan orang lain • Memiliki pandangan psikologis yang positif • hubungan sosial subyek baik • Tinggal di lingkungan memberi rasa aman • Berpartisipasi dalam kegiatan social • Memiliki kesejahteraan emosional • Memiliki penerimaan diri yang baik • Mampu beradaptasi dengan kondisi yang dialami
saat ini • Memiliki sikap empati kepada orang lain. • Memiliki cukup uang dan mandiri.
41
2.1.5 Dinamika Kualitas Hidup Penderita Kanker
Terdapat dinamika psikologis yang dapat digunakan untuk mempermudah
pelaksanaan hingga penganalisisan penelitian. Dinamika psikologis berkaitan dengan
bagaimana alur psikologis dan segala peristiwa psikologis yang dapat menentukan
kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup menjadi ukuran standart kesehatan terutama
untuk beberapa orang dengan penyakit kronis, fungsional, psikologis dan penyakit
yang tidak bisa disembuhkan (Preedy and Watson, 2010:382).
Bagan dinamika kualitas hidup pada penderita kanker menunjukkan kondisi
individu yang menderita kanker dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikapnya dan
kemudian menentukan kualitas hidupnya. Kanker adalah penyakit yang dapat
membawa seseorang pada kematian dini. Penderitanya harus menghadapi penyakit
yang memberi dampak tidak hanya pada kesehatan fisik penderita tetapi juga pada
keadaan jiwanya. Mereka yang terkena kanker harus menghadapi kenyataan yang
tidak pernah mereka inginkan di tengah harapan hidup yang kecil.
Menderita penyakit kanker merupakan suatu keadaaan dimana seseorang harus
berjuang melawan penyakitnya dan bertahan atas keterbatasan yang dimilikinya.
Penderitaan ini dapat menimbulkan rasa putus asa bahkan depresi pada penderita
kanker. Kanker adalah salah satu penyakit kronis, artinya penyakit yang berlangsung
lama. Pengobatan kanker tidak bisa dilakukan hanya sekali dan langsung sembuh, hal
ini harus dijalani secara bertahap dan seorang penderita kanker harus melewati proses
pengobatan yang berdampak sangat tidak nyaman bagi penderita.
Proses pengobatan kanker menimbulkan efek samping kerontokan
rambut,rantrointestinal (muntah, diare), kelelahan fisik, infertile, dan keterbatasan
42
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Semua hal ini dapat membuat seorang
penderita kanker merasa putus asa. Keputusasaan hanya akan memperburuk
keadaannya. Dukungan dari orang terdekat dari subyek sangat penting dan
berpengaruh dalam kesembuhan seorang penderita kanker.
Kondisi pasca menderita kanker juga turut menambah penderitaan
penderitanya. Rasa sakit yang dirasakan akibat penyakit kanker merupakan hal yang
harus dijalaninya setiap hari. Selain itu harapan hidup yang kecil membuat seorang
penderita kanker mengalami kecemasan akan masa depan dan ketakutan menghadapi
kematian yang seolah sudah didepan mata.
Keadaan semacam itu akan mempengaruhi kualitas hidup pada penderita
kanker. Dalam penelitian ini ada empat aspek kualitas hidup pada penderita kanker
yang dipaparkan oleh Caplan (Preedy and Watson, 2010:2049), yaitu aspek fisik,
aspek psikologis, aspek sosial, dan persepsi individu terhadap kualitas hidupnya.
Saat penderita memiliki kualitas hidup yang positif dalam hidupnya maka
sikap yang akan ditunjukkan oleh penderita kanker adalah sikap-sikap positif. Mereka
akan menerima dan beradaptasi dengan keadaannya serta berusaha untuk bertahan dan
terus berjuang dalam mengusahakan kehidupan yang lebih baik. Mereka mungkin
pernah merasa terpuruk dalam kondisi penyakit yang dideritanya, tetapi pemahaman
kualitas hidup yang positif akan memacu mereka untuk tetap bisa mengaktualisasi
dirinya. Memiliki hubungan sosial yang baik dengan orang lain dan sabar dalam
menjalani proses pengobatan sampai sembuh dan merupakan sesuatu hal yang
mungkin bagi mereka untuk dapat sukses dalam hidupnya seperti orang-orang sehat
lainnya atau bahkan lebih dari mereka.
43
Penderita kanker yang memiliki kualitas hidup negatif akan lebih cepat merasa
putus asa dan depresi dengan keadaan penyakit yang dialaminya, hal ini diperburuk
dengan kondisi lingkungan yang tidak memberikan dukungan baginya. Mereka akan
terpuruk dalam keadaan yang jauh dari harapan dan keinginannya. Kemungkinan dari
rasa keputusasaan ini, mereka kemudian menghentikan upaya pengobatan yang selama
ini dijalani dan memilih menyerah dalam kondisi tersebut. Hal yang didapati
kemudian adalah kondisi penyakit yang semakin memburuk dan dekat dengan
kematian. Mereka juga akan menarik diri dari lingkungan sosial dan memiliki sikap
yang buruk terhadap sesamanya.
44
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian
karena dapat mempengaruhi keefektifan dan keefisienan suatu penelitian. Metode
penelitian yang digunakan harus sesuai dengan obyek penelitian dan tujuan yang
hendak dicapai. Prosedur pelaksanaan suatu penelitian harus didasari dengan metode
penelitian ilmiah agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan sebenarnya.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data secara objektif dan prosedur
yang jelas berdasarkan bukti-bukti empiris. Agar penelitian mendapatkan hasil yang
optimal, metode yang digunakan harus tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Moleong (2007:6) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Lebih jauh lagi,
Moleong (2007:31) memaparkan tujuan penelitian kualitatif adalah memahami
fenomena sosial melalui gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman
mendalam.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang didasari dari fenomena
keadaan penderita kanker serta pemahaman kualitas hidup dalam kehidupannya.
45
Peneliti ingin melihat pengalaman subjektif seorang penderita kanker, bagaimana
mereka menjalani kehidupannya ditengah penderitaan fisik yang mereka alami dan
bagaimana proses sampai mereka memiliki kualitas hidup yang positif. Dengan
menggunakan metode kualitatif kita dapat melihat dengan jelas tanpa kehilangan inti
konsep kualitas hidup yang positif.
Berkaitan dengan hal itu, berdasarkan sifat masalah yang ingin diteliti maka
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,
karena peneliti ingin mengungkapkan hal-hal yang bersifat mendalam mengenai
bagaimana kualitas hidup pada penderita kanker dan faktor apa yang mempengaruhi
kualitas hidupnya.
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah suatu
pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasi suatu kasus dalam
konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak luar. Inti dari studi kasus
yaitu kecenderungan utama diantara semua raga, studi ini atau seperangkat keputusan-
keputusan (Salim, 2001:93).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan
naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang
fenomena dalam suatu latar belakang atau sebagaimana adanya (Moleong, 2007:35).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan teknik penelitian
studi kasus (case study). Pengertian studi kasus adalah suatu bentuk penelitian
(inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan
46
(particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif
dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas
(Basuki, 2006:91).
Stake (Basuki, 2006:92), menambahkan bahwa penekanan studi kasus adalah
memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari dan bukan untuk
mendapatkan generalisasi, kasusnya dapat bersifat kompleks maupun sederhana dan
waktu untuk mempelajari dapat pendek atau panjang, tergantung waktu untuk
berkonsentrasi. Basuki (2006:92-93) juga menjelaskan tiga macam tipe studi kasus,
yaitu: a) studi kasus intrinsik (intrinsic case study), b) studi kasus instrumental
(instrumental case study), c) studi kasus kolektif (collective case study).
Studi kasus mendalam (intrinsic case study) adalah penelitian studi kasus yang
dilakukan dengan maksud untuk yang pertama kali dan terakhir kali meneliti tentang
suatu kasus yang khusus. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk menempatkan kasus
tersebut mewakili dari kasus lain, tetapi lebih keada kekhususan dan keunikannya.
Intrinsic case study ini bermaksud untuk meneliti/ menggali hal-hal yang mendasar
yang berada di balik kasus tersebut.
Studi kasus instrumental adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan
meneliti kasus untuk memberikan pemahaman mendalam atau menjelaskan kembali
suatu proses generalisasi, dengan kata lain kasus diposisikan sebagai sarana
(instrument) untuk menunjukkan penjelasan yang mendalam dan pemahaman tentang
sesuatu yang lain dari yang biasa dijelaskan. Dalam penelitian instrument peneliti
bermaksud untuk menunjukkan adanya sesuatu yang khas yang dapat dipelajari dari
47
suatu kasus tersebut, yang berbeda dari penjelasan yang diperoleh dari objek-objek
lainnya.
Studi kasus kolektif adalah penelitian studi kasus yang menggunakan jumlah
kasus yang banyak. Penelitian studi kasus ini merupakan pengembangan dari
penelitian studi kasus instrumental dengan kasus yang banyak. Asumsi dari
penggunaan kasus yang banyak adalah bahwa kasus-kasus yang digunakan di dalam
penelitian studi kasus kolektif mungkin secara individual tidak dapat menggambarkan
karakteristik umumnya. Kasus-kasus dalam penelitian studi kasus kolektif di pilih
karena dipandang bahwa dengan memahami mereka secara kolektif, dapat
meningkatkan pemahaman terhadap sesuatu, dan bahkan dapat memperbaiki suatu
teori dengan menunjukkan fakta dan bukti yang lebih banyak. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan tipe studi kasus intrinsik.
Peneliti ingin menghasilkan data yang tidak berupa angka, akan tetapi data
nyata yang berupa kata-kata dan perilaku yang telah diamati oleh peneliti.
Pertimbangan mengenai beraneka ragamnya pengalaman subjek dalam penelitian ini,
maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik studi kasus
untuk mengetahui kualitas hidup penderita kanker, sehingga akan lebih mendalam jika
disajikan dalam hasil penelitian yang berupa kata-kata apa adanya sesuai yang
diungkapkan dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yang dilakukan oleh
responden penelitian.
48
3.3 Unit Analisis
Unit analisis dari penelitian ini meliputi bentuk kualitas hidup pada penderita
kanker sebagai subyek penelitian yang dapat di gali dari beberapa informan
pendukung dan informan ahli.
Tabel 3.1 Unit Analisis Kualitas Hidup pada Penderita Kanker
Unit Analisis Sub Unit Analisis Sumber informasi Informan
utama (Penderita Kanker)
Informan pendukung
(keluarga/teman subjek)
Informan ahli (ahli
medis dan psikolog)
Gambaran umum subjek
Latar belakang subjek a. Identitas diri b. Riwayat Kanker c. Ekonomi d. Pendidikan e. Lingkungan/sosial
√ √ √
Kualitas hidup Pengetahuan mengenaiKualitas Hidup
√ √ √
Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
Faktor yang mempengaruhi a. Jenis kelamin b. Pendidikan c. Perbedaan budaya d. Usia penyakit
√ √ √
Lanjutan Tabel 3.1 Unit Analisis Kualitas Hidup pada Penderita Kanker
Aspek-aspek kualitas hidup
Aspek fisik a. Gejala fisik b. respon terhadap
toksisitas pengobatan dan perawatan
c. Penerimaan diri d. citra tubuh
√ √ √
Aspek psikologis √ √ √
49
a. Perasaan Positif b. Perasaan Negatif c. Harga Diri d. Kebahagiaan e. Spiritualitas f. Kesejahteraan g. Persepsi individu
terhadap kualitas hidup
Aspek Sosial a. Hubungan
interpersonal b. Dukungan sosial c. Hubungan seksual d. Aktivitas sosial
√ √ √
Lingkungan a. Kebebasan b. Keselamatan fisik
dan keamanan
√ √ √
3.4 Sumber Data
3.4.1. Narasumber Utama Penelitian
Sarantakos, bahwa prosedur pengambilan subyek penelitian kualitatif
umumnya menampilkan karakteristik (Poerwandari, 2001:57-58) sebagai berikut :
1. Diarahkan kasus-kasus tipikal sesuai dengan kekhususan masalah penelitian.
2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah, baik dalam hal
jumlah maupun karakteristik subyek sesuai pemahaman konsep.
3. Tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah / peristiwa acak),
melainkan pada kecocokan konteks.
Narasumber yang dipilih dalam penelitian ini adalah penderita kanker yang
berjumlah tiga orang dengan karakteristik subyek penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Penderita kanker yang memiliki kriteria kualitas hidup yang positif.
2. Penderita kanker dengan status penyakit stadium satu dan dua.
50
3. Penderita yang di diagnosis minimal satu tahun menderita penyakit kanker
4. Penderita kanker yang bersedia dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Kesediaan individu sebagai subjek penelitian sangat diperlukan untuk
memperlancar proses penelitian. Individu juga dapat berkomunikasi dengan baik,
agar maksud yang disampaikan peneliti terhadap subjek dapat dimengerti maupun
sebaliknya.
Peneliti menemukan narasumber utama penelitian, melalui observasi dan
wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Peneliti memilih narasumber
utama yaitu penderita kanker yang mempunyai kualitas hidup yang positif.
Berdasarkan hal tersebut, maka subyek penelitian ini adalah :
1. JT (20 tahun), telah menderita kanker otak selama lebih dari dua tahun. Subyek
merupakan seorang anak bungsu dari dua bersaudara. JT dan keluarganya
bertempat tinggal di daerah Karangawen, Demak. Selama kuliah, JT kos di daerah
Tlogosari, Semarang. JT mengetahui bahwa dirinya mengidap kanker otak sejak
usia 18 tahun. Sekarang status penyakit JT kanker otak stadium dua. Subyek
menyembunyikan status penyakitnya dari keluarga (ayah dan ibunya), walaupun
demikian subyek masih terlihat sehat dan dapat beraktivitas sehari-hari dengan
baik. Subyek adalah seorang mahasiswa semester tujuh di salah satu universitas
swasta di Kota Semarang, ditengah kondisi penyakitnya subyek masih mampu
berprestasi dan mengikuti kegiatan organisasi kampus, diantaranya subyek terlibat
sebagai Ketua Badan Legislatif Mahasiswa (BLEM) dan ketua Kelompok Studi
Pasar Modal (KSPM).
51
2. RM (42 tahun) adalah seorang wanita yang ditetapkan sebagai penderita kanker
payudara stadium satu pada Desember 2010. RM seorang ibu rumah tangga dan
mempunyai dua orang anak, laki-laki dan perempuan. RM bekerja sebagai asisten
dokter di salah satu rumah sakit swasta di kota Semarang dan suaminya tidak
memiliki pekerjaan tetap. RM memiliki kualitas hidup yang positif dengan
menjaga kesehatan dan melakukan pengobatan medis. RM mempunyai hubungan
sosial yang positif dan kepedulian yang tinggi terhadap orang lain.
3. BG (29 tahun) diketahui mengidap kanker darah atau leukemia setelah ditemukan
adanya kelainan jumlah leukosit atau sel darah putih pada sel darah BG. Kanker
darah yang diderita BG sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Penyakit tersebut
disebabkan oleh lingkungan dan pola makan BG yang tidak sehat. BG adalah
perokok pasif dan sering mengonsumsi makanan yang mengandung bahan
pengawet. Kualitas hidup BG yang positif dapat dilihat dari kemauannya untuk
bangkit dan tetap terus produktif dalam hidupnya. BG adalah seorang pekerja
keras. Suatu hal yang sangat membanggakan bagi dirinya dan orang-orang
disekitar BG adalah kondisi yang terbatas tidak pernah menghentikannya untuk
tetap bekerja.
3.4.2. Narasumber Sekunder Penelitian
Narasumber sekunder penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki
hubungan dekat dengan narasumber, serta mengetahui secara jelas keseharian aktivitas
narasumber utama dan narasumber yang ahli dalam menangani kesehatan fisiknya.
Penelitian ini, narasumber sekunder akan membantu dalam pemeriksaan kembali atas
kebenaran informasi yang diberikan oleh narasumber utama.
52
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data
3.5.1 Pengumpulan Data
Pada penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen kunci interaksi.
Kedudukan peneliti dalam penelitian merupakan perencana, pelaksana pengumpulan
data, analis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya
(Moleong, 2007:54).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber,
dan berbagai cara. Dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting
alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, dirumah
dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan dan lain-lain.
Menurut sumber datanya, maka pengumpulan data dapat merupakan sumber primer,
dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah subyek penderita
kanker, sedangkan sumber data sekunder adalah informan lain yang mendukung
(keluarga, teman dan tenaga ahli).
Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara,
dokumentasi dan tes grafis. Perlengkapan yang disediakan sebagai alat pendukung
dalam penelitian ini adalah alat tulis, kertas, dan tape recorder.
53
1. Wawancara (interview)
Teknik pengambilan data dalam penelitian mengenai kualitas hidup pada
penderita kanker ini menggunakan wawancara sebagai metode pengambilan data
utama. Rahayu dan Ardiani (2004:63), wawancara adalah percakapan langsung dan
tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh
kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai
(interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud dari diadakannya
wawancara ialah untuk menggali struktur kognitif dan makna dari perilaku subjek
yang diteliti.
Struktur wawancara yang dipilih oleh peneliti adalah model wawancara bebas
terpimpin (semi-structured interviews), yaitu wawancara yang dilakukan sesuai
dengan interview guide atau pedoman wawancara yang telah disiapkan oleh peneliti.
Akan tetapi, bentuk–bentuk pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada informan
tidak harus mengikat dan permanen. Pertanyaan–pertanyaan bebas dapat diajukan oleh
pewawancara sesuai dengan selera situasi yang ada. Artinya, variasi-variasi pertanyaan
sangat memungkinkan dilakukan oleh peneliti jika ingin memperdalam informasi yang
diperoleh (melakukan probing), dengan catatan wawancara tetap terkendali dan tidak
keluar dari tujuan pokok yang ingin digali oleh peneliti.
Disinilah fungsi interview guide menjadi penting dalam pelaksanaan
wawancara bebas terpimpin. Dimana garis–garis besar pertanyaan yang telah
ditetapkan menjadi pengontrol relevan tidak isi interview. Kebebasan dalam
mengajukan pertanyaan di luar interview guide akan memberikan kesempatan untuk
mengontrol kekakuan dan kebekuan proses wawancara, sehingga dalam wawancara
54
bebas terpimpin akan mewujudkan wawancara yang terkontrol dengan suasana yang
lebih rileks dan lebih nyaman untuk interviewee ataupun interviewer.
Metode pengambilan data melalui teknik wawancara memerlukan persiapan
dan keahlian dari pewawancara. Selain memerlukan kemahiran dan keluwesan dalam
berkomunikasi, wawancara akan memberikan hasil yang maksimal jika dilakukan
dengan persiapan-persiapan yang dapat memperlancar proses wawancara. Rahayu dan
Ardiani (2004:87-103) ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh peneliti
sebelum melaksanakan wawancara diantaranya ialah:
1. Menjalin hubungan baik (rapport) dengan orang yang akan diwawancarai
2. Melatih kemahiran dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan kecakapan
memancing jawaban yang adequate
3. Menentukan subjek (interviewee)
4. Mengatur waktu dan tempat wawancara dengan interviewee
5. Membuat interview guideatau pedoman wawancara
6. Try out preliminer terhadap pedoman wawancara yang telah disusun
7. Checking terhadap kemampuan dan ketelitian jawaban
2. Observasi
Selain melakukan wawancara, pengambilan data penelitian ini juga dilakukan
melalui observasi. Observasi ini digunakan untuk melengkapi instrumen utama
pengambilan data, karena menurut penjelasan Rahayu dan Ardiani (2004:1), observasi
adalah pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah,
sehingga akan diperoleh suatu pemahaman atau sebagai alat re-checking atau
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
55
Pada dasarnya, observasi yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk
mendeskripsikan mengenai setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut, serta untuk
mengetahui makna kejadian yang akan dilihat dari perspektif individu-individu yang
terlibat dalam kejadian yang sedang diamati. Deskripsi mengenai kejadian-kejadian ini
harus kuat, faktual sekaligus teliti tanpa tercemari oleh berbagai hal yang tidak relevan
dengan penelitian yang dilakukan.
Patton (Rahayu dan Ardiani, 2004:4) menyatakan beberapa hal yang
menjadikan observasi penting untuk dilakukan oleh peneliti :
1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik mengenai konteks dalam hal
yang diteliti atau terjadi.
2. Observasi akan memungkinkan peneliti bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan daripada pembuktian, dan dapat mempertahankan pilihan untuk
mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan yang
nyata ini, kecenderungan peneliti untuk dipengaruhi berbagai konseptualisasi
(yang ada sebelumnya) tentang fenomena yang diamati akan berkurang.
3. Observasi akan memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang (oleh informan
penelitian sendiri) kurang atau bahkan tidak disadari.
4. Observasi akan memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang
tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara karena
berbagai sebab yang melarbelakangi.
56
5. Berbeda dengan wawancara, observasi akan memungkinkan peneliti bergerak
lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-
pihak lain yang terkait.
Penelitian ini penulis yang sekaligus peneliti memilih wawancara dan
observasi sebagai instrumen yang digunakan untuk mengambil data di lapangan.
Harapannya, dengan mengkombinasikan dua instrumen penelitian ini, peneliti akan
mendapatkan data yang luas serta mendalam dari informan mengenai kualitas hidup
pada penderita kanker.
Hal-hal yang diobservasi oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Hubungan sosial subjek.
2. Kondisi fisik dan penampilan subjek.
3. Lingkungan sosial subjek.
3. Tes grafis
Eriany (1998:1) Tes menggambar atau tes grafis adalah salah satu teknik
proyeksi guna mengklasifikasi dan memahami kepribadian seseorang dalam bentuk
gambar. Alat tes ini bermanfaat untuk memahami dan menilai karakteristik
kepribadian individu. Tes grafis popular di kalangan klinisi karena kemampuannya
yang unik untuk menilai ekspresi non-verbal akan perasaan-perasaan dan sikap-sikap
individu. Evaluasi terhadap gaya yang diperlihatkan dalam gambar ditujukan untuk
menentukan kekuatan dan kemampuan seseorang serta menilai bagaimana seseorang
itu berinteraksi (secara psikologis) dengan aspek-aspek khusus dalam kehidupannya
57
4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mendukung dan menunjang teknik wawancara
dan observasi dalam mengumpulkan data. Peneliti merekam hasil wawancara dengan
subjek dan melakukan pencatatan terhadap setiap temuan di lapangan selama proses
penelitian. Pencatatan tidak dilakukan langsung pada saat di lapangan karena dapat
mempengaruhi perilaku alamiah subjek sehingga pencacatan dilakukan sesegera
mungkin setelah peneliti meninggalkan lapangan.
3.5.2 Analisis Data
Bogdan dan Biklen (Moleong, 2007:248) analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Proses analisis data
kualitatif berlangsung selama dan pasca pengumpulan data. Proses tersebut dimulai
dari tahap awal hingga tahap penarikan kesimpulan hasil studi. Namun demikian,
proses analisis tidak menjadi kaku oleh batasan kronologis tersebut. Komponen
analisis data yang mencakup reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan secara
interaktif saling berhubungan selama dan sesudah proses pengumpulan data.
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam teknik analisis data ialah dengan
membaca hasil catatan lapangan, mendengarkan rekaman wawancara, membaca
transkrip wawancara untuk memahami tentang kasus yang tengah dikaji. Pada tahap
ini, dilakukan penambahan beberapa catatan yang mungkin diperlukan. Catatan
tersebut dapat berupa kesimpulan sementara atau insight yang muncul begitu saja.
58
Tahap selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sisi lembar lain
dari catatan lapangan, atau transkripsi untuk menuliskan tema, kata kunci, atau kata-
kata teknik yang muncul. Setelah itu, dapat dilanjutkan dengan aktivitas analisis, yaitu
membuat daftar seluruh tema yang muncul dan mulai memikirkan seluruh hubungan
yang mungkin ada di antara tema-tema yang muncul. Tahap yang terakhir yaitu,
berdasarkan catatan yang telah dimiliki, dilakukan pembuatan master pola yang
ditemukan dan siap untuk dikemukakan sebagai hasil akhir studi.
3.6 Keabsahan Data
Uji kesahihan dan keandalan pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti ketekunan pengamatan, metode triangulasi, pemeriksaan teman
sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, kecukupan referensial, pengecekan
anggota, acuan rinci, dan auditing (Moleong, 2007:327). Menurut pendapat Moleong,
uji keabsahan data yang umumnya dipakai antara lain :
1. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi
Metode ini digunakan dengan cara mengekspose hasil sementara maupun hasil
akhir penelitian yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan beberapa teman
atau informan, subyek penelitian, dan dosen pembimbing yang membantu peneliti.
Diskusi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran hasil dari penelitian. Dengan
demikian, validitas dari penelitian ini dapat diandalkan.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat rentan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari,
59
kemudian pemusatan pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, ketekunan
pengamatan akan menghasilkan kedalaman pemahaman terhadap permasalahan.
3. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu (Moleong, 2007: 330). Denzin (Moleong, 2007: 330) membedakan
untuk macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber metode, penyidikan dan teori. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber,
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualifikasi (Patton,
Moleong 2007: 330), yang dicapai dengan jalan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan data hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (data kronologis subyek).
Moleong (2007:330-331), uji keabsahan data melalui triangulasi terdiri dari :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti orang biasa, orang berada, orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
60
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1. Seting Penelitian
4.1. 1 Orientasi kancah penelitian
Sebelum memulai penelitian, penulis perlu menetapkan terlebih dahulu kancah
penelitian untuk mempermudah proses pengumpulan data dan informasi yang
diperlukan di lapangan sebanyak mungkin dan sesuai dengan kebutuhan untuk
mencapai tujuan penelitian. Seperti yang sudah diungkapkan, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup penderita kanker.
4.1.2 Karakteristik lokasi penelitian
4.1.2.1 Rumah dan kos subyek pertama (Subyek JT)
Rumah JT pertama terletak di daerah Karangawen, Kabupaten Demak. JT
tinggal bersama ayah dan ibunya. JT merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Kakak laki-lakinya sudah menikah dan tinggal terpisah dengan orang tua JT, namun
walaupun demikian hubungan JT dengan kakaknya cukup dekat. Rumah JT terletak di
pinggir jalan utama yang menghubungkan antara daerah Demak dan Purwodadi,
rumahnya sangat sederhana dan tidak terlalu besar. Ada sebuah lorong untuk menuju
rumah JT, saat masuk pertama kali, ruang yang pertama kali ditemui adalah dapur.
Pintu utama rumah JT justru berada di belakang. Dapur JT tergolong sangat sederhana,
lantainya masih tanah. Ruang selanjutnya adalah ruang tamu dan kamar mandi. Ruang
61
inilah keluarga JT sering menerima tamu. Ruang tamu JT terkesan seadanya, hanya
ada sofa dan meja yang sudah terlihat jelek.
Rumah JT terdiri dari tiga kamar, yaitu kamar utama, selanjutnya kamar JT dan
yang terakhir adalah kamar kakak laki-laki JT. Suasana kamar JT juga sederhana
namun bersih. Banyak terdapat barang kesukaan JT, antara lain boneka dan buku. JT
memang suka membaca. JT suka membaca buku-buku motivasi dan biografi orang-
orang sukses, menurut JT mereka menjadi semangat bagi JT untuk mencapai
kesuksesan dalam segala hal.
Rumah JT menampakkan bahwa keluarga JT tergolong dalam keluarga yang
sangat sederhana, namun JT mengaku jika keluarganya tergolong ekonomi mampu.
Ayah JT memiliki pekerjaan sebagai wirausaha dalam bidang jual-beli kendaraan
berat, sedangkan ibu JT bekerja sebagai pegawai kantor pemerintahan. Hal ini bisa di
lihat dari gaya hidup JT. JT tergolong remaja yang sangat royal. JT sering mentraktir
teman-temannya makan bersama, terutama jika suasana hati JT sedang sangat baik
atau JT sedang merayakan sesuatu.
Satu tahun terakhir, JT tinggal di kos demi alasan menjaga kesehatan agar tidak
terlalu lelah. Kos JT terletak 500 meter dari kampus JT. JT kos di daerah Tlogosari,
Semarang. Kos JT menyediakan fasilitas yang sangat baik. JT tidur dalam satu kamar
sendirian. Di kamar JT terdapat dua termpat tidur yang nyaman, tempat tidur atas
berisi banyak boneka milik JT, dan di bawah JT memakainya untuk tidur. Terdapat
satu lemari dan satu meja berisi alat-alat make-up dan aksesoris kesukaan JT. Kamar
kos JT tergolong rapi dan nyaman untuk beristirahat.
62
4.1.2.2 Rumah dan tempat kerja subyek kedua (Subyek RM)
RM tinggal di sebuah rumah sederhana dan cukup besar di daerah Jl.Citarum,
Semarang. Daerah rumah RM adalah daerah rawan banjir karena letaknya yang
berdekatan dengan sungai citarum. Keadaan rumah RM lebih rendah dari pada jalan
depan rumah, jadi kemungkinan jika terjadi banjir, air akan masuk ke dalam rumah
RM. Atap rumah RM juga sangat rendah, perlu menundukkan kepada jika akan
memasuki rumah RM. Rumah RM adalah peninggalan dari mertua RM. RM tinggal
bersama kedua adik ipar RM dan keluarga mereka masing-masing. Rumah tersebut
terdiri dari tiga rumah berurutan. Rumah pertama tidak ditinggali RM dan keluarga
karena dikontrakkan kepada orang lain. Rumah kedua ditinggali RM dan keluarga
intinya, sedangkan rumah ketiga ditinggali kedua adik ipar RM dan keluarganya.
Antara rumah kedua dan rumah ketiga menyatu, sehingga RM dan keluarga besarnya
bisa berinteraksi dengan bebas.
Kondisi dalam rumah RM juga sangat sederhana. Ruang pertama yang ditemui
adalah ruang tamu yang berada disebelah kanan ruang keluarga. Dalam ruang tamu
terdapat beberapa kursi kayu dan meja juga terlihat beberapa barang perabot rumah
tangga yang sudah tidak berfungsi, barang-barang tersebut hanya tertumpuk di salah
satu sudut rumah. Wawancara dilakukan di ruang tamu belakang rumah kedua,
menurut penuturan RM, ruang tamu ini memang jarang digunakan sehingga jarang
dibersihkan. Ruang keluarga RM terdiri dari sebuah televisi, karpet dan banyak bantal
di atasnya. Ruang tersebut RM sering menghabiskan waktu bersama suami dan anak-
anaknya untuk sekedar mengobrol atau nonton televisi bersama. Keluarga RM
tergolong keluarga dengan ekonomi bawah. Hal ini terlihat dari gaya hidup RM yang
63
sangat sederhana. Penghasilan RM sebagai asisten dokter dirasa sangat terbatas untuk
membiayai keperluan keluarga, sekolah anak-anak RM dan biaya pengobatan
kemoterapi RM karena suami RM belum mempunyai penghasilan yang tetap.
RM sering mengungkapkan rasa kuatirnya mengenai keadaan ekonomi
keluarga RM. RM sering merasa takut dan sedih jika RM tidak bisa memenuhi
keinginan anak-anaknya karena tidak memiliki cukup uang. RM juga terbeban dengan
kedua keluarga adik iparnya yang menggantungkan ekonomi keluarga mereka kepada
RM padahal mereka sama-sama sudah memiliki penghasilan. RM menjadi tulang
punggung keluarga selama suami RM belum memiliki penghasilan tetap.
4.1.2.3 Rumah subyek ketiga (Subyek BG)
BG tinggal di sebuah ruko cukup besar di daerah Tlogosari, Semarang. Rumah
BG yang besar dibagi untuk bisnis wirausaha BG di bidang rental, warnet dan
fotocopy. Usaha BG sudah berlangsung cukup lama, yaitu sejak tahun 2000. Keadaan
ruko subyek tergolong sangat baik, semua ruang tertata dengan rapi dan fasilitas yang
disediakan sangat baik. Bagian depan rumah BG dipakai untuk rental dan fotokopi,
sedangkan warnet terletak di dalam, dekat dengan kamar BG.
Kamar BG cukup besar, ruang tersebut dipakai BG sebagai ruang istirahat
sekaligus tempat kerjanya. Terdapat banyak sekali perabotan, seperti, tempat tidur,
meja, lemari, dan satu meja besar dan beberapa kursi. Meja besar itu dipakai BG untuk
tempat kerja dan tempat BG menerima tamu. BG melakukan semua aktivitas usahanya
di ruang tersebut, sebagai pemilik usaha rental yang sudah cukup lama, BG telah
memiliki sepuluh orang karyawan yang terbagi di dua tempat sehingga BG tidak perlu
terjun langsung untuk mengurus usahanya.
64
BN tinggal bersama kedua orang tua dan satu adik perempuannya. BG sangat
dekat dengan adiknya. Keluarga BG tergolong keluarga kaya. Orang tua BG
berprofesi sebagai pengusaha di bidang jasa transportasi. Jiwa entrepreneur yang
dimiliki BG dirasa adalah keturunan dari kedua orang tuanya. BG sangat bersemangat
ketika bercerita tentang usaha yang dirintisnya sejak usia sangat muda. Saat ini,
diusianya ke 29 tahun, BG termasuk sukses dibidangnya. BG membuka lapangan kerja
baru untuk beberapa orang di tengah sulitnya mencari pekerjaan. BG memiliki
kepedulian yang tinggi pada orang lain. Hampir separuh dari karyawannya adalah
teman-teman BG sendiri. Keadaan BG sebagai penderita kanker darah tidak
menghalangi BG untuk tetap produktif dalam hidupnya.
4.2. Proses Penelitian
Sebelum melakukan penelitian mengenai “kualitas hidup pada penderita
kanker”, peneliti melakukan beberapa hal sebagai studi pendahuluan. Maksud dan
tujuan dalam melakukan studi pendahuluan ini adalah agar peneliti lebih peka dan
paham akan situasi di lapangan nantinya, sehingga dapat mengatasi setiap hambatan
yang mungkin terjadi. Beberapa tahapan dalam pra penelitian ini antara lain :
4.2.1. Melakukan studi pustaka
Peneliti telah melakukan beberapa poin pada tahap ini, antara lain adalah
menyusun Bab 1, 2, dan 3. Dalam hal ini peneliti juga melakukan kajian terhadap
sumber-sumber bacaan lain untuk menambah pengetahuan tentang kualitas hidup dan
penyakit kanker.
65
4.2.2. Melakukan observasi awal subyek penelitian
Tahap ini peneliti melakukan tinjauan langsung ke lokasi terhadap subyek
penelitian agar peneliti mengetahui dan paham betul akan keadaan dan situasi yang
akan dihadapi di lapangan nantinya. Peneliti melakukan observasi menyeluruh pada
keadaan yang dianggap mendukung dalam menggali data untuk mencapai tujuan
penelitian ini.
4.2.3. Menyusun pedoman wawancara (Subyek penelitian, Informan Pendukung
dan Informan Ahli)
Tahap ini peneliti telah mempersiapkan pedoman wawancara yang diperlukan
saat melakukan wawancara nantinya. Pedoman wawancara yang dipersiapkan peneliti
bertujuan sebagai “guide” agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti nantinya
tetap pada konteks dan tidak melenceng dari tema penelitian. Wawancara yang
diberikan tidak hanya mengungkapkan kualitas hidup penderita kanker tetapi juga
mengungkapkan latar belakang kehidupan dan perjalanan penyakit kankernya.
Pedoman wawancara untuk informan juga disediakan oleh peneliti.
4.2.4. Pelaksanaan penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan
metode wawancara. Peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap subyek
penelitian, agar diperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan guna menunjang
skripsi ini. Peneliti menjalin hubungan yang baik terhadap subyek penelitian sebelum
mengadakan wawancara. Hal ini dilakukan pada tahap awal pra-penelitian saat peneliti
melakukan observasi di lapangan. Peneliti juga telah menanyakan latar belakang
66
subyek penelitian. Wawancara dilakukan di tempat tinggal atau tempat kerja subjek.
Proses wawancara dan observasi dilakukan sejak November 2011.
4.3. Koding
Koding yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
JT/S1 : Subyek penelitian pertama
TF/IP1-S1 : Informan satu subyek penelitian pertama
NB/IP2-S1 : Informan dua subyek penelitian pertama
IS/IP3-S1 : Informan tiga subyek penelitian pertama
YM/IH-S1 : Informan ahli subyek penelitian pertama
RM/S2 : Subyek penelitian kedua
SM/IP-S2 : Informan satu subyek penelitian kedua
DD/IP2-S2 : Informan dua subyek penelitian kedua
BI/IH-S2 : Informan ahli subyek penelitian kedua
BG/S3 : Subyek penelitian ketiga
DW/IP1-S3 : Informan satu subyek penelitian ketiga
TD/IP2-S3 : Informan dua subyek penelitian ketiga
A/IP3-S3 : Informan tiga subyek penelitian ketiga
An/IH-S3 : Informan ahli subyek penelitian ketiga
Andriyanti : Informan ahli / psikolog
67
4.4. Temuan Penelitian
4.4.1 Hasil Temuan pada Subyek Penelitian Pertama (Subyek JT)
4.4.1.1 Profil, Status kesehatan dan Latar Belakang “JT”
Subyek penelitian pertama adalah JT. JT merupakan penderita kanker otak
stadium dua. JT lahir di Demak pada 30 Juli 1990. Saat ini JT sedang menempuh
pendidikan jenjang Perguruan Tinggi di salah satu universitas swasta di Kota
Semarang. JT bertempat tinggal di Karangawen sebelum sekitar satu tahun ini JT
menempati kos dengan alasan agar lebih dekat dengan kampus.
Di lihat secara fisik, JT memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi dan
agak sedikit gemuk. Tinggi badan JT kurang lebih 156 cm dengan rambut pendek
yang sengaja di beri warna coklat tua. Secara umum, JT terlihat sangat sehat walaupun
mata JT terlihat sayu. JT menunjukkan sikap yang hangat pada setiap pertemuan, hal
ini dapat di lihat dari wajahnya yang selalu tersenyum dan ceria. Penampilan JT dalam
kesehariannya tampak rapi, menarik lengkap dengan aksesoris kesukaannya
kebanyakan baju yang dikenakannya berwarna hitam, JT menuturkan jika memang
menyukai warna hitam karena menurutnya warna tersebut netral. JT sangat menyukai
pernak-pernik burung hantu, menurutnya pernak-pernik tersebut lucu. Di kamar JT,
terlihat ada banyak boneka dan perlengkapan make-up milik JT, JT suka sekali
menggunakan make-up dalam kegiatan sehari-harinya, selain karena alasan hobby, JT
mengaku menggunakan make-up untuk menyamarkan wajahnya yang terkadang
terlihat pucat.
68
1. Keadaan Keluarga
JT merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Subyek berusia 20 tahun dan
memiliki seorang kakak laki-laki. Kakak JT sudah menikah, memiliki satu anak dan
tinggal terpisah dengan keluarga JT. Kakak J adalah kakak yang sangat protective dan
perhatian. Ibu JT bekerja kantor pemerintah daerah Kabupaten Demak. JT cukup dekat
dengan ibunya. Saat di rumah JT menghabiskan waktu bersama dengan ibunya
terutama dalam kegiatan memasak, namun kegiatan ini sudah agak jarang dilakukan
semenjak JT memutuskan untuk tinggal di kos setahun terakhir ini karena JT
menyadari keadaan fisiknya yang cepat lelah. JT pulang ke rumahnya di daerah
Karangawen, Demak saat akhir pekan. JT mengaku lebih banyak di kos daripada di
rumah, jika di rumah, JT lebih sering berada di dalam kamar.
Ayah JT memiliki pekerjaan sebagai wirausaha yang bergerak di bidang jual
beli truk. JT menuturkan bahwa ayahnya adalah sosok ayah yang keras, kasar dan
otoriter. JT tidak dekat dengan ayahnya. JT bercerita bahwa ayahnya sering
memukulnya dan berkata kasar terhadap JT. Hal ini berlangsung sejak masa kecil JT
dan menjadikan trauma tersendiri pada diri JT. Data yang diperoleh melalui tes HTP
diketahui bahwa ayah JT menunjukkan sikap otoritas atau menguasai, galak, kurang
memberi kesempatan.
Hubungan JT dengan keluarga intinya tidak terlalu intim, hal ini ditunjukkan
dengan keterbukaan JT yang kurang terhadap keluarganya mengenai penyakit kanker
yang di derita JT sejak kurang lebih dua tahun yang lalu. JT merasa bahwa orang tua
dan kakaknya tidak peduli dan tidak mau tau terhadap keadaan JT. Tes grafis yang
dilakukan terhadap JT diketahui bahwa ada kelemahan dari peran ayah dan ibu sebagai
69
pelindung dan tampak adanya kebutuhan JT terhadap perhatian dan keinginan untuk
dicintai. Orang yang pertama mencurigai bahwa JT mempunyai masalah kesehatan
justru pacar JT dan paman JT yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam
di suatu Rumah Sakit di Kota Semarang.
JT mempunyai perhatian yang lebih besar pada keadaan di luar keluarganya. JT
memiliki hubungan sangat dekat dengan keluarga pamannya, tidak hanya dengan
pamannya, JT juga memiliki hubungan dekat dengan tantenya yang juga menderita
penyakit kanker payudara stadium tiga saat itu. JT sangat merasa kehilangan sosok
tante yang sangat menginspirasinya untuk menghadapi penyakit kanker dengan tetap
kuat dan sabar saat tantenya meninggal dunia satu tahun lalu akibat penyakitnya.
Tante JT adalah salah satu orang yang paling berperan dalam hidup JT semenjak JT
mengetahui bahwa dirinya adalah seorang penderita kanker.
Keluarga inti JT akhirnya mengetahui bahwa JT menderita kanker kurang lebih
tujuh bulan lalu saat subyek tiba-tiba pingsan dan kemudian harus di rawat di Rumah
Sakit. Orang tua JT sangat terpukul dengan kenyataan tersebut dan semenjak saat itu
orang tua JT menjadi lebih perhatian terhadap JT. JT bersyukur atas perubahan yang
terjadi dalam keluarganya semenjak orang tuanya mengetahui bahwa JT menderita
kanker stadium dua. Orang tua JT lebih sering meluangkan waktu bersama JT dan
kakak JT sering mengantarkan makanan ke kos JT. JT merasa sangat bahagia dengan
perhatian yang ditunjukkan keluarganya, namun JT meminta agar mereka tetap
memperlakukan JT secara wajar seperti saat sebelum mengetahui bahwa JT memiliki
penyakit kanker. JT tidak ingin diperlakukan seperti orang sakit, JT ingin agar orang
tuanya tetap memperlakukannya seperti orang sehat.
70
Pengetahuan tentang penyakit kanker pada keluarga JT sangat memadai.
Paman JT yang seorang dokter sangat berperan dalam perawatan kesehatan JT di
tambah penyakit kanker tidak asing dalam keluarga JT, tante JT menderita kanker
payudara, paman JT yang lain menderita kanker usus dan sudah meninggal beberpa
tahun lalu, saudara JT yang lain juga ada yang menderita tumor otak. Keluarga sangat
menyadari bahwa JT memerlukan dukungan oleh sebab itu mereka tetap menunjukkan
kasihnya kepada JT dan mendampingi JT dalam menjalani hidup.
Saat ini, JT mendapat dukungan yang besar dari seluruh keluarganya untuk
sembuh. JT merasa lebih dicintai dan berharga saat orang tuanya tahu bahwa dia sakit.
JT merasa lebih nyaman di rumah karena tidak perlu lagi berpura-pura bahwa
keadaannya baik-baik saja. Hubungan JT dengan keluarga juga semakin baik.
Perhatian keluarga berupa dukungan dan semangat kepada JT memberikan dampak
positif bagi keadaan psikologis JT. JT lebih merasa tenang, nyaman dan aman berada
di rumah. Perasaan positif ini sebagai terpenuhinya salah satu aspek kualitas hidup
pada diri JT.
2. Keadaan Ekonomi
Keluarga JT adalah keluarga dengan perekonomian mampu. Ibu JT bekerja
sebagai pegawai pemerintahan di Kabupaten Demak dan ayah JT yang memiliki
pekerjaan dibidang jual beli truk. Kakak JT sudah memiliki pekerjaan mapan untuk
menghidupi keluarganya sendiri. Keadaan ekonomi keluarga JT tentu saja mampu
membiayai kebutuhan keluarga dan pengobatan medis JT walaupun sewaktu orang
tuanya belum mengetahui bahwa JT menderita kanker, pengobatan JT sepenuhnya
ditanggung oleh paman JT. Keadaan ekonomi yang cukup membuat JT tidak terlalu
71
kuatir dengan biaya pengobatan. JT tidak memiliki tanggung jawab pribadi untuk
membiayai pengobatan yang pernah dijalaninya. Faktor ekonomi bagi JT tidak terlalu
mempengaruhi kualitas hidup JT.
3. Pergaulan
JT memiliki hubungan yang cukup baik dengan teman-temannya. Sepulang
kuliah, JT sering menghabiskan waktu bersama teman-teman dan pacarnya. Pacarnya
adalah orang terdekat subyek. JT menuturkan bahwa pacarnya adalah kakak, sahabat,
teman, adik dan calon suami terbaik yang JT miliki. Teman dari pacarnya menjadi
temannya pula. Peneliti sempat menemani JT menonton pertandingan futsal teman-
teman dan pacar JT, setelah itu peneliti dan JT makan malam bersama di warung
pinggir jalan dan JT terlihat sangat dekat dengan teman-temannya walaupun mereka
tidak mengetahui bahwa JT menderita kanker.
JT sengaja tidak memberitahukan kepada semua orang bahwa JT adalah
seorang penderita kanker. JT tidak ingin teman-teman atau orang lain menganggap JT
orang yang perlu dikasihani, JT ingin semua berjalan seperti biasanya, sama seperti
saat JT belum mengetahui bahwa dirinya sakit. JT terlihat sangat bahagia dengan
keberadaan teman-teman dan sahabat-sahabatnya. JT pernah mendapat perlakuan yang
tidak menyenangkan dari teman-teman yang disebutnya “Sahabat Palsu”, sahabat-
sahabat JT ini berubah sikap saat mereka tahu bahwa JT adalah seorang penderita
kanker. Sahabat JT yang dahulu sering mengajak JT bergaul, setelah mereka
mengetahui JT sakit, mereka meninggalkan JT begitu saja, mereka tidak pernah
mengajak JT jika ada acara-acara atau sekedar berkumpul bersama. JT sempat kecewa
namun seiring berjalannya waktu JT memaklumi sikap yang ditunjukkan sahabat-
72
sahabatnya sebagai sikap yang wajar. JT berpikir bahwa mungkin sahabat-sahabatnya
bingung harus bersikap seperti apa dan memperlakukan JT bagaimana. Semenjak saat
itu JT memperlakukan semua orang sama, tidak ada yang dianggapnya sangat dekat.
JT dapat merespon keadaan negatif yang dialaminya dengan bijaksana. JT
memilih untuk memaafkan orang-orang yang pernah menyakitinya. JT lebih fokus
kepada orang-orang yang mengasihinya, walaupun sedikit yang mengetahui JT sakit,
namun JT cukup puas dengan perhatian dan dukungan dari orang-orang terdekatnya.
Tidak semua teman-teman JT berlaku buruk kepada JT. Banyak juga teman-teman JT
yang walaupun tidak mengatahui keadaan JT yang sesungguhnya, namun mereka tetap
menunjukkan perhatian dan dukungannya kepada JT. Dukungan sosial adalah salah
satu aspek kualitas hidup yang ada pada JT.
4. Pendidikan & Pengetahuan Tentang Penyakit Kanker
JT sedang menempuh pendidikan pada tingkat perguruan tinggi di salah satu
Perguruan Tinggi Swasta di Kota Semarang. JT mengambil jurusan akuntansi dan
sekarang JT berstatus mahasiswa semester tujuh. JT merupakan salah satu mahasiswa
berprestasi, hal ini terbukti bahwa pada tahun 2012 JT akan mewakili universitasnya
dalam acara Studi Banding Pengembangan Ekonomi Pemerintah Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat bersama rektor dan beberapa dosen. JT juga termasuk
mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan kampus, beberapa waktu lalu JT ikut
dalam organisasi kampus dan JT menjabat sebagai ketua BLEM (Badan Legislatif
Mahasiswa) namun keadaan fisiknya yang cepat lelah membuat JT jarang dan sempat
vakum sebelum diadakan re-organisasi untuk organisasi tersebut.
73
Pengetahuan JT tentang penyakitnya diawali dengan rasa ingin tahu JT
terhadap gelaja-gejala yang JT alami. JT bercerita bahwa pada awalnya, JT sengaja
tidak diberitahu bahwa JT mengidap penyakit kanker otak. JT mengetahui dari hasil
pencarian keterkaitan antara gejala-gejala penyakit yang dialami JT di internet dan
hasil percakapan pacarnya dengan pamannya. JT memiliki cukup banyak pengetahuan
mengenai penyakit yang dideritanya, namun setelah JT mengetahui penyakitnya, JT
enggan mencari tahu lebih dalam lagi perkembangan penyakitnya. JT tidak ingin
bahwa informasi tersebut mematahkan semangatnya dan membuat hidupnya semakin
dibayangi ketakutan. JT hanya ingin tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak
boleh JT lakukan untuk menjaga kondisinya. Pengetahuan JT akan penyakitnya
mempengaruhi kualitas hidup JT, hal ini karena dengan pemahamannya akan penyakit
kanker, JT akan berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk kesehatannya sendiri.
5. Keadaan Psikologis
Menderita kanker merupakan suatu hal besar yang akan sulit diterima oleh
siapa saja karena selain akan merasakan kesakitan fisik JT juga akan menghadapi
kecemasan karena ada vonis dalam jangka waktu tertentu bagi para penderita kanker
akan menjadikan ketakutan tersendiri karena kematian dini sangat mungkin terjadi dan
hal ini menjadikan harapan hidup JT penderita kanker menjadi rendah. Tes grafis
menunjukkan bahwa dalam diri JT ada kecemasan, ketakutan dan rasa tidak aman.
JT mengalami merasa terpuruk disebabkan oleh rasa sakit yang subyek derita
setiap malam akibat penyakitnya. Setiap malam subyek pusing, sakit kepala, tidak bisa
tidur, kejang kaku dan sulit bernafas, hal ini seringkali membuat JT putus asa. Kondisi
psikologis JT diperburuk saat harus menerima bahwa sahabat-sahabat JT menjauhinya,
74
mereka tidak lagi melibatkan JT dalam kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan
bersama. Hal ini membuat JT sangat kecewa dan sedih untuk beberapa saat namun
pada akhirnya JT berusaha untuk menerima kenyataan tersebut sebagai hal yang wajar.
Data yang diperoleh dari hasil intepretasi tes grafis bahwa JT mampu bersikap wajar
dalam menghadapi sesuatu, dan mampu menerima kenyataan dengan apa adanya.
Keadaaan psikologis JT pada saat pertama mengetahui bahwa dirinya
menderita kanker, JT merasa sangat tidak normal karena hampir seluruh kebiasaan dan
keseharian JT menjadi berubah total. JT juga sempat merasa malu dan tidak percaya
diri dengan keadaannya. Kematian adalah hal yang sering membayangi JT dalam
menjalani hari-harinya. Hal ini disebabkan karena JT memiliki riwayat keluarga yang
juga menderita kanker, JT mengetahui persis hal apa yang akan terjadi pada penderita
kanker. JT sempat mengalami ketakutan jika nanti saat JT di panggil Tuhan, JT belum
bisa memberikan yang terbaik untuk orang tuanya. JT merasa harus melakukan yang
terbaik untuk keluarga, terutama orang tuanya, orang di sekitarnya dan dirinya sendiri.
JT memilih menikmati hidup dan memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal yang
dapat membahagiakan orang tua dan orang disekitarnya karena mereka adalah orang-
orang yang sangat berarti bagi JT. JT memiliki perasaan positif yang merupakan salah
satu aspek dari kualitas hidup.
6. Perjalanan Penyakit
JT mengetahui bahwa dirinya menderita kanker sejak dua tahun yang lalu
namun gejala penyakit tersebut sebenarnya sudah lama JT rasakan. Sejak SMA JT
sudah sering merasakan pusing luar biasa, sering sakit kepala, pingsan, mimisan dan
kejang tiba-tiba, namun gejala ini diabaikan begitu saja oleh JT. Pacar JT adalah orang
75
yang pertama kali menyadari ada masalah pada kesehatan JT, sampai pada suatu saat
pacar JT menyampaikan kecurigaannya kepada paman JT yang adalah seorang dokter
ahli bedah. Kecurigaan tersebut terbukti setelah paman JT mengadakan beberapa tes
terhadap JT.
Penyakit kanker yang dialami JT disebabkan oleh kecelakaan yang dialaminya
saat SMP bersama kakak JT, JT menuturkan bahwa kecelakaan itu cukup parah
sehingga mengakibatkan adanya gumpalan darah di otak JT antara otak besar dan otak
kecil JT. JT sempat beberapa kali menjalani proses pengobatan dengan metode
kemoterapi untuk menyembuhkan penyakitnya, namun hal ini tidak berlangsung lama.
JT memilih jalan menghentikan semua proses pengobatan medis untuk penyembuhan
penyakit yang dideritanya semenjak tujuh bulan yang lalu dengan alasan bahwa JT
ingin menjalani hidupnya seperti orang yang sehat lainnya dan JT merasa sehat tanpa
obat. Hal ini menuai protes dari seluruh anggota keluarga dan orang terdekatnya
namun JT yakin bahwa tanpa obat dirinya akan lebih baik. JT hanya mengandalkan
program diet dan menjaga kesehatan dengan cara menjaga pola makannya sehari-hari.
JT menuturkan badannya lebih segar tanpa obat.
4.4.1.2 Hasil wawancara pada subyek penelitian pertama (Subyek JT)
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Subyek JT
Status : Belum menikah
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Mahasiswa
Agama : Kristen
76
Umur : 20 tahun
Kode informan : JT/S1
Alamat : Tlogosari, Semarang
Pekerjaan : Belum bekerja
Status penyakit : Kanker Otak Stadium dua
1. Aspek Fisik
a. Gejala fisik
JT dinyatakan menderita kanker otak stadium dua akhir pada sekitar dua
tahun yang lalu. Banyak gejala yang dirasakan JT terhadap penyakitnya, JT
mengalami penglihatan yang rabun, jalan sempoyongan, keringat dingin dan sering
pingsan tiba-tiba. Saat ini JT merasa keadaan kesehatannya sudah jauh lebih baik
dibandingkan saat pertama kali menjalani program pengobatan. Pengobatan JT sempat
menyebabkan penurunan berat badan yang cukup drastis sehingga membuat tubuhnya
sangat kurus, rambut rontok dan tidak bisa tumbuh panjang dan tidak bisa berjalan
tegak seperti orang sehat, namun saat ini JT mengungkapkan bahwa sudah tidak
merasakan hal semacam itu lagi. JT memilih untuk menghentikan pengobatan medis
dan beralih dengan menjaga kesehatannya secara alami, hal ini diyakini JT bisa
menghambat keganasan sel kanker yang ada dalam tubuhnya.
...Aku udah masuk ke stadium dua akhir, bahkan kemarin udah ditunjukkin hampir masuk stadium tiga awal.. cuman ya itu, campur tangan Tuhan, trus aku bisa turun ke stadium dua, lalu penyebarannya sih udah banyak sih ya, udah nyampe ke organ-organ tubuh lainnya, motorik misalnya, mata, penglihatan, yang kelihatan secara kasat mata yang kelihatan ya itu. matanya rabun, sampai sekarang pun penglihatannnya rabun, terus jalannya sempoyongan, keringat dingin, ya itu.. sering pingsan tiba-tiba (JT/S1,W13) ... Aku sempat jadi kurus banget, rambutku rontok gak bisa panjang, gak bisa tumbuh, terus jalannya sempoyongan yang jelas sih
77
aku gak bisa jalan tegak kayak orang-orang biasa, sekarang udah engga (JT/S1,W20)
JT mengungkapkan bahwa dirinya sehat dan masih mampu melakukan semua
aktivitasnya sendiri. JT merasa lebih beruntung dari penderita-penderita kanker yang
lain karena JT masih bisa berjalan, JT masih bisa makan sendiri, JT tidak bergantung
pada kursi roda untuk beraktivitas. Hal seperti ini membuat JT merasa tidak perlu
mengecilkan diri dengan keadaannya.
... aku wae jek merasa sehat kan, meskipun sakitku kayak piye aku masih bisa jalan, aku masih bisa maem sendiri, aku gak di kursi roda, aku gak botak, aku masih bisa disuntik penggemuk badan, kenapa aku harus mengecilkan diri dengan cara seperti ini.... sakit itu rasanya sugesti, kalo kita lagi sesakit apapun tapi kalo kita ngerasa baik-baik aja , kita akan berpuluh-puluh, berjuta-juta akan merasa sehat dibanding dengan orang yang sehat sekalipun, rasa sakit itu pasti akan kerasa tapi kita akan gak ada waktu buat ngerasain rasa sakit itu.. semuanya itu pilihan... (JT/S1,W28)
Tidak menjalani pengobatan tidak berarti JT tidak mengusahakan kesehatan,
JT tetap menjaga kesehatannya dengan berolah raga dan melakukan diet. JT menuruti
semua anjuran dokter untuk menghindari makanan yang merupakan zat karsinogen
untuk penyakit kanker dan mengonsumsi lebih banyak sayur dan makanan sehat. Hal
ini disebabkan karena gula darah JT yang tergolong tinggi.
...aku lakuin yang bisa tak lakuin aja, diet, emang aku gula nya tinggi, jadi harus diet, kebutuhan tubuhku emang harus diet, menghindari banyak makanan.. (JT/S1,W40).
b. Respon terhadap toksisitas pengobatan dan perawatan
JT sudah tidak lagi menjalani pengobatan kemoterapi dan sama sekali tidak
mengonsumsi obat-obatan. JT menuturkan bahwa kondisi fisiknya lebih baik tanpa
obat, JT merasa lebih sehat dan prima tanpa obat-obatan, JT menjaga kesehatan secara
alami dengan mengonsumsi makanan sehat dan menjauhi makanan yang merupakan
78
pantangan bagi kesehatannya, hal inilah yang membuat JT memutuskan untuk tidak
lagi menjalani pengobatan sejak tujuh bulan yang lalu. JT percaya bahwa dirinya akan
tetap walaupun tidak mengonsumsi obat-obatan.
... aku malah lebih baik tanpa obat ik daripada aku nganggo obat.. aku juga ngerasa lebih fit tanpa obat, saat aku memutuskan tanpa obat (JT/S1,W200) ... aku tersugesti untuk sehat tanpa obat...(JT/S1,W201)
Keputusan JT untuk menghentikan program pengobatan sempat menuai
pertentangan dari orang tua, orang terdekat terutama oleh paman JT yang juga dokter
pribadi JT. Mereka menganggap JT cepat menyerah terhadap keadaan dan tidak mau
melawan penyakitnya, tetapi JT menuturkan JT menghentikan pengobatan bukan
karena menyerah dengan penyakitnya, alasan JT yang sebenarnya adalah JT lebih
merasa sehat tanpa obat.
... jadi wuuuaahh do mencak-mencak kabeh kae.. bapak, ibu, omku, mas benny, piyeeee ngko... piyeee kok rak berobat..alalallalalalalala blehhh bleehhh bleeehhhh rasane pengen tak lepeh ngono kae nek mereka ngomyang ngono kae, aku ki emoh, “lha nopo to kowe menyerah?” enggak, aku tu cuman merasa sehat, jadi gak perlu obat, tapi akhirnya mereka malah menyadari dengan konsekuensiku sing tanpa obat ya aku harus tetep fit, dan kenyataannya juga aku bertahan sampe sekarang.. (JT/S1,W201)... Berhenti minum obat itu sejak empat bulanan.. tanpa konsumsi obat sama sekali, ehhh pas aku pergi mbek kamu terakhir itu, itu aku mulai udah gak minum obat dan puji Tuhan sih , aku sekarang udah jarang hampir gak pernah malah pingsan kayak kemarin, paling mehh.. meh pingsan.. (JT/S1,W202)
c. Citra tubuh
JT mengaku percaya diri dan menganggap dirinya menarik tetapi ingin lebih
menarik lagi, selain karena JT memang harus menjalani saran dokter berdiet untuk
menstabilkan gula darahnya, JT berdiet juga untuk menjaga penampilannya.
PASTI selalu percaya diri.. (JT/S1,W43)... Hahahaa.. Ya aku menarik sih, tapi lebih tepatnya pengen lebih menarik lagi, aku gak mau menyebut diriku jelek, pokoknya aku harus menarik (JT/S1,W39) aku lakuin yang bisa
79
tak lakuin aja, diet, Kedua, emang aku gula nya tinggi, jadi harus diet, kebutuhan tubuhku emang harus diet, menghindari banyak makanan (JT/S1,W40).
JT selalu berdandan jika beraktivitas di luar, terdapat banyak peralatan make-
up di meja kos, selain memang karena gemar berdandan, JT berdandan untuk
menutupi kekurangan wajahnya yang sering pucat agar tidak terlihat seperti orang
yang sedang sakit. JT merasa penampilannya sudah mewakili kepribadiannya karena
JT ingin menjadi diri sendiri. JT puas dengan citra dirinya.
... Kalo make up dari dulu sih ya, cm kalo model baju sih engga, kalo makeup itu buat nutupi kekurangan aku yang pucet, kan aku pucet banget tuh kalo gak pake make up.. keliatan banget nek aku sakit, tapi sebelum aku sakit juga aku makeup Cuma gak segila ini, kalo rambut mewakili suasana hati aja. (J/S1,W41) Wah kepribadianku ki akeh sih, aku tu ewek banget tapi gak tau kenapa pembawaan diriku tu gak bisa cewek, tapi sudah mewakili kepribadianku sih.. (JT/S1,W42
Puas,.. sangat puas..karena yang pasti aku bisa jadi diriku sendiri.. aku selalu pengen jadi diriku sendiri, aku pengen ngelakuin apa-apa ya harus dari kemauan diriku sendiri, walopun dulu pernah diet berkali-kali gagal tetep puas (JT/S1,W47)
d. Penerimaan Diri
JT mengaku sudah dapat menerima penyakit yang dideritanya. JT
mengatakan bahwa di awal JT mengetahui bahwa penyakitnya adalah kanker otak, JT
sedih dan kecewa karena orang-orang terdekatnya sempat menyembunyikannya dari
JT. JT juga mengalami ketakutan akan menghadapi kematian. JT sangat terpukul dan
menyalahkan Tuhan atas semua yang terjadi dalam hidupnya, JT sempat menutup diri
dan tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa. Hal ini juga dikuatkan dengan hasil tes
grafis bahwa ada kondisi depresif dan ketidakseimbangan emosional pada JT.
Yaa berita buruk pas itu sing mbikin aku bener-bener down banget, kok ndadak diumpet-umpetke kenopo gitu loh mbak, kan kecewa to, mereka udah tau lama kan, aku bingung, pas itu tu rasanya... perkiraanku kan penyakit
80
kanker otak kan mengerikan..trus aku bener-bener down pas itu, rasanya aku gak pengen ketemu sama siapa-siapa.. aku marah sama Tuhan, aku sing.. yahhh.. serasa rasanya kayak gak punya kesempatan buat hidup lagi.. kayaknya tu udah Stop.. kehidupanku udah stop sampai disini, aku kanker otak dan hidupku sebentar lagi aku mati.. kayak gitu kan pikiranku, (JT/S1,W16)
JT mengaku saat peneliti melakukan wawancara JT sudah dapat menerima
diri sepenuhnya dengan penyakit yang dideritanya, seperti yang didapatkan dari hasil
intepretasi tes grafis bahwa JT seseorang mampu menerima suatu hal secara wajar. JT
mengatakan bahwa penyakitnya bukan suatu musibah yang harus disesali melainkan
suatu anugerah Tuhan karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk
mendapatkan anugerah tersebut. JT merasa kanker adalah proses belajar dari Tuhan
dalam hidupnya untuk bisa turut merasakan berbagi dengan orang lain sesama
penderita kanker atau penyakit lain. JT merasa percaya diri dengan penyakitnya, JT
menganggap hal itu sebagai kelebihan yang dimilikinya.
Ohh.. selalu bisa menerima, kalo menurutku sih penyakit kanker itu bukan musibah sih menurutku, tapi anugerah Tuhan, gak semua orang kan bisa ngerasain sakit kanker, berarti Tuhan milih aku buat.. nyoh kowe tak kei rasane loro iki.. jadi aku juga bisa ngerasain sodara-sodaraku sing sakit kayak gitu jadi aku masih bisa berbagi untuk mereka sih.. (JT/S1,W29). Aku nyaman (JT/S1,W89). aku PD sakit kanker..itu kelebihan juga (JT/S1,W44)
2. Aspek psikologis
a. Perasaan Positif
JT sudah dapat menerima penyakit yang dideritanya. JT selalu menganggap
bahwa dirinya baik-baik saja dan sehat. Waktu yang menurut tenaga medis tinggal
sebentar, tidak membuat JT menyerah. JT selalu berpikir positif dengan keadaannya
dan memiliki semangat dalam hidupnya. JT selalu ingin menjadi seseorang yang
81
bermanfaat bagi orang lain disekitarnya dan tidak lagi memikirkan kematian yang
suatu saat akan menghampirinya.
Kondisiku tu.. kalo dikatakan baik,... kalo dikatakan buruk sih buruk, kalo dalam medis ya.. buruk, cuman dalam hatiku sendiri sih aku selalu baik-baik saja (JT/S1,W12) Banyak yang ngomong juga kan, vonisnya itu cuman udah sampe tiga tahun itu udah maksimal, trus kenapa, so what gitu loh kalo aku hidup tiga tahun? Waktu tiga tahun itu masih panjang.. (JT/S1,W21)... Gak ada waktu sih buat mikirin aku mati ini mati ini.. yang aku pikirin justru sesuatu apa yang bisa aku kerjain untuk jadi berkat buat orang lain dan diri aku sendiri. Rak ketang aku Cuma bisa lemparin senyum tok.. (JT/S1,W51)
...aku belajar dari, ketika aku belum tau aku sakit aja aku masih bisa semangat kan, kenapa pas setelah aku tau aku sakit kenapa semangatku jadi ilang... (JT/S1,W26) Semangatku berlipat kali ganda sebelum aku tau aku sakit malah.. lebih semangat ini daripada sebelum aku tau kalo aku sakit, (JT/S1,W30)
JT selalu menganggap bahwa dirinya baik-baik saja dan sehat. JT tidak ingin
merepotkan orang lain karena penyakit yang di deritanya. JT tidak suka dikasihani
orang lain, JT tidak mau orang lain khawatir dengan keadaan JT. JT ingin
diperlakukan dan diperhatikan sewajarnya.
... nah makanya aku selalu berpikir piye sih ben aku rak ngrepotke wong liyo, sebisa mungkin selama hidupku itu jangan sampe lah aku itu ngerepoti orang lain, dengan keadaanku sing sakit makane aku selalu benci dikasihani, aku selalu benci orang terlalu khawatir sama aku, aku pengen dianggep bahwa aku gak sakit apa-apa, aku gak mau dapet perhatian lebih. (JT/S1,W38)
JT merasa dirinya sangat berharga dan berarti buat orang lain. JT tetap
mengasihi orang-orang yang menyakitinya dan tetap menyebut mereka sahabat. JT
memandang kegagalan sebagai hal yang positif. Menurut JT, kegagalan adalah jalan
menuju kesuksesan. JT menganggap penyakitnya sebagai anugerah dari Tuhan yang
akan membentuknya menjadi pribadi yang kuat.
Oohhh sekarang artiku banyak sekali, kemana-mana selalu punya arti, (JT/S1,W50)Sahabat-sahabat itu itu dulu aku bilang mereka sahabat-sahabat
82
palsu, tapi sekarang aku bilang mereka tetep sahabat aku (JT/S1,W75)... aku tetap mengasihi mereka (JT/S1,W76) ...gagal itu kan sahabat kita buat sukses, kalo kita gak gagal kita gak sukses, berterimakasihlah dengan kegagalan. (JT/S1,W77).. yang pasti aku buat dijadikan alat Tuhan sing luar biasa, sesuatu yang tahan segalanya, Tuhan pengen aku bisa jadi seseorang sing bisa bangun lagi saat aku jatuh, (JT/S1,W110) Gak ada alasan satupun yang membuat aku merasa lemah, jadi buat apa , nek aku bisa yo pasti aku bisa. (JT/S1,W122)
... penyakit kanker itu bukan musibah sih menurutku, tapi anugerah Tuhan, gak semua orang kan bisa ngerasain sakit (JT/S1,W29)
b. Perasaan Negatif
JT pernah terpuruk dengan penyakit yang dideritanya. JT mengatakan bahwa
butuh waktu satu tahun untuk beradaptasi dan menata hatinya. Selama waktu satu
tahun tersebut JT merasa down, JT mengalami krisis percaya diri, keadaan emosi JT
menjadi labil, JT sering menangis dan marah. JT juga sering merasa ketakutan dan
malu karena tidak seperti orang lain. Tes grafis yang dilakukan terhadap JT
menangkap kecenderungan tersebut, yaitu adanya ketidakseimbangan emosi yang
dialami JT, kurang puas terhadap kondisi fisik, kegoncangan pribadi dan kondisi
psikologis yang labil.
... Pertamanya.. aku masih down yang melo-melo setiap hari, nangis-nangisin yang gak perlu. (JT/S1,W26)... setahun aku dengan perasaan-perasaan seperti itu, hmm.. mungkin setahun kurang lah aku ngerasain rasa-rasa krisis percaya diri, emosional tinggi, marah.... (JT/S1,W27) rasanya sih jelas merasa sangat tidak normal, tidak seperti manusia normal lainnya.. jadi aku rasanya tu malu banget, ngerasaku gak seperti mereka gitu loh, ngalami krisis percaya diri itu pasti, berubah semuanya. ( (JT/S1,W19) jelaslah aku merasa yaampun aku yang masih semuda ini kok diberi seperti ini sama Tuhan? (JT/S1,W49)
JT sempat merasa frustasi dengan rasa sakit yang dialaminya setiap malam,
JT pernah melakukan percobaan bunuh diri sebagai usaha melepaskan diri dari rasa
sakit tiap malam tetapi tidak berhasil. Kecenderungan emosional yang labil juga
83
diketahui dari hasil tes grafis JT. JT cenderung dikuasai emosi dan kurang bisa
mengontrol diri sehingga tercetus perilaku bunuh diri. Saat ini JT mengaku sudah
tidak ada yang ditakutinya. JT sudah berhasil membuang keinginannya untuk
melakukan hal negatif yang bisa merugikan dirinya dan orang lain.
Dalam waktu adaptasi itu, aku frustasi sih ngerasaain sakit, bayangin aja sakit tiap malem itu kan bikin.. uuhhh nopo to rak mati wae sisan, ndang cepet daripada kesiksa koyok ngene.. sudah mencoba, tapi gak berhasil, (J/S1,W68)... Pasti pernah lah, tapi dulu, sekarang aku gak pernah takut apa”.. ( JT/S1,W53)
jadi pas malem aku tu BT aku bunuh diri, jadi foto, pas aku lagi nyeset-nyeset tanganku pake silet itu aku lihat fotone mas benny, yaampun aku nduwe pacar guantenge koyok ngene, trus aku cepet-cepet ngambil itu, ait anget sama kain , aku bersihin terus aku iket, tru paginya aku ketemu dia makin semangat lagi, yaampun Gusti aku nduwe pacar koyok ngene kurang opo meneh jal.. mosok aku meh mati.. dy motivasi terbesarku.. (JT/S1,W69)
c. Harga Diri
JT mengartikan konsep harga diri sebagai sikap seseorang yang tetap bisa
menjaga martabatnya. Seseorang yang punya harga diri adalah orang yang tidak
menunjukkan kelemahan atau kekurangan dirinya di hadapan orang lain.
Kecenderungan JT menutup diri dan murung diketahui pula dari hasil intepretasi tes
grafis. Hal ini yang membuat JT benar-benar menyembunyikan perasaannya yang
sesungguhnya, JT tidak secara terang-terangan menunjukkan apa yang tengah JT
rasakan.
Harga diri,, menurutku bagaimana kita gak menjatuhkan martabat kita, jangan sampe orang lain tau kelemahan kita.. (JT/S1,W88)
JT merasa dirinya berarti bagi orang lain disekitarnya, yang terpenting bagi
JT adalah bahwa dirinya sangat berharga di mata Tuhan, JT tidak terlalu memikirkan
apakah dirinya berharga di mata orang lain, tetapi JT selalu berusaha untuk berbuat
baik kepada orang lain.
84
Aku Sangat berharga.. Ya aku merasa berharga dimata Tuhan, di mata orang lain aku ga terlalu memikirkan ya, meh berharga opo rak kui urusane wong liyo.., yang penting aku berharga dimata Tuhan. (JT/S1,W87) Oohhh sekarang artiku banyak sekali, kemana-mana selalu punya arti, (JT/S1,W50)
d. Kebahagiaan
Kebahagiaan menurut JT adalah pilihan, seseorang bisa memilih merasa
bahagia atau seseorang memilih merasa sedih dan JT memilih untuk selalu merasa
bahagia. JT mengungkapkan kebahagiaan adalah sikap selalu mensyukuri semua yang
diberikan Tuhan, dengan bersyukur seseorang bisa menjalani hidupnya dengan
nyaman dan merasakan kebahagiaan itu sendiri.
Bahagia kan pilihan.. jadi harus bahagia. Selalu bahagia (JT/S1,W192).... kebahagiaan itu.. bahagia itu selalu bersyukur... kalo semuanya berdasar selalu bersyukur tu kita pasti bahagia, kita ngerasa enteng kita ngejalaninnya enak,kita ngejalaninnya nggak ngrusa grusu.. (JT/S1,W193)...
Diketahui bahwa JT bahagia dengan semua yang dimilikinya sekarang. JT
bahagia dengan keluarga terutama orang tuanya, JT bahagia memiliki sahabat-sahabat
yang sudah dianggapnya sebagai saudara dan JT sangat bahagia memiliki kekasih
seperti mas.Benny.
Banyak lah ya, punya keluarga , sodara sedemikian rupa.. punya pacar sing unik, kuno antik, aku tu selalu ngerasa bahagia sama pacarku(JT/S1,W194)
e. Spiritualitas
Berdasarkan hasil temuan, JT menganggap bahwa dirinya dekat dengan
Tuhan dan Tuhan juga dekat dengan JT. Kedekatan JT dengan Tuhan sangat
mempengaruhi semua aspek kehidupannya. JT menganggap Tuhan adalah sahabat
terbaik dan JT sangat mengasihi Tuhannya, JT merasa selalu damai dan senang dekat
Tuhan. Keimanan JT kepada Tuhan menjadi kekuatan untuk menghadapi penyakitnya.
85
...sak ngertiku sahabatku Cuma Tuhan .. Dia sing selalu ada buat aku.. (JT/S1,W159).. aku deket sama Tuhan, Tuhan deket sama aku (JT/S1,W195)Berpengaruh segalanya lah pasti... (JT/S1,W196)... aku selalu cinta mbek Tuhan, selalu seneng ajaaa deket Dia.. ( (JT/S1,W127) ternyata kuncinya penyakit itu , obatnya Cuma satu, kuncinya cuman iman dan percaya sama Tuhan. (J/S1,W20)... aku selalu dikuatkan Tuhan oq, gak tau kenapa aku selalu punya power saat dalam keadaan lemah sekalipun aku selalu punya power aja, (JT/S1,W122)
JT mengaku ada perjalanan spiritual yang sangat dalam sebelum dan sesudah
JT menjadi penderita kanker. Perubahan kedewasaan dan pikiran sangat JT rasakan
terjadi dalam pribadinya. JT juga menuturkan bahwa yang JT alami adalah proses
untuk membuatnya menjadi pribadi yang luar biasa, menurut JT, Tuhan ingin
membentuk dirinya menjadi seseorang yang kuat, dengan mendekatkan diri pada
Tuhan JT merasa telah memberi yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Iya.. tapi lebih tepatnya sih proses ya, proses (JT/S1,W109) Pikiran dan kedewasaanku, jadi kalo dulu aku mikir.. halah Tuhan ki opo... apus-apusan, itu sebelum aku sakit, pas aku sakit, halah Tuhan ki ono tapi percuma cuman iso gawe aku loro tok, ya itu waktu adaptasi.. sekarang aku ngerasa.. ahh aku dikasih Tuhan ini, gak semua dikasih Tuhan kayak gini, itu kan aku udah berbeda jauh dari pemikiranku itu transisi, selama sebelum dan sesudah sakit jadi perubahannya ya luar biasa tentang cara pikirku dan menyikapi segala sesuatu. Aku juga sekarang jadi setia, sudut pandangku buat orang lain aku gak lagi egois mikirin diri sendiri aku lihat posisi orang lain (JT/S1,W79)
ketika Tuhan ngasih aku keadaan yang kayak gini, suatu saat aku menghadapi kesusahan aku akan mengatakan, aku bisa melewatinya buktinya sampe sekarang aku masih bisa bertahan loh.. Pasti aku bisa ngatasin.(JT/S1,W126)Yang pasti aku buat dijadikan alat Tuhan sing luar biasa, sesuatu yang tahan segalanya, bangun lagi saat aku jatuh, (JT/S1,W110)... dengan aku deket dengan Tuhan itu menurutku udah memberi yang terbaik buat diriku sendiri. (JT/S1,W110)
f. Kesejahteraan
JT selalu berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik. Keluarga JT
tergolong dalam keluarga dengan ekonomi menengah ke atas. JT selalu merasa
86
bersyukur dengan yang subyek miliki. JT merasa sehat dan nyaman dengan
keadaannya. JT masih mampu melakukan aktivitasnya sehari-hari sendiri tanpa
bantuan orang lain. JT mengendarai motor sendiri untuk berangkat ke kampus. Hal-hal
ini menunjukkan bahwa JT puas dengan dirinya.
Ya selalu to,.. (JT/S1,W102)...Menurutku kualitas hidup itu saat kita bisa bersyukur setiap hari.. itu kualitas.. (JT/S1,W33)... semuanya nyaman (JT/S1,W115)
Oh iyaaaa.. Pasti! Aku selalu bangga dengan diriku sendiri (JT/S1,W35)Puas,.. sangat puas..karena yang pasti aku bisa jadi diriku sendiri.. aku selalu pengen jadi diriku sendiri, aku pengen ngelakuin apa-apa ya harus dari kemauan diriku sendiri (JT/S1,W47)
g. Persepsi Individu terhadap Kualitas Hidup
Kualitas hidup adalah ucapan syukur kepada Tuhan setiap hari. Faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup seseorang adalah hubungannya dengan Tuhan. JT
mengungkapkan bahwa seseorang yang bisa menerima dan selalu merasa cukup atau
bahkan berlebih dengan apa yang dimilikinya dan bersemangat adalah kriteria yang
menunjukkan bahwa seseorang memiliki kualitas dalam hidupnya. JT bangga menilai
dirinya sebagai seseorang yang memiliki kualitas hidup.
...Menurutku kualitas hidup itu saat kita bisa bersyukur setiap hari.. itu kualitas (JT/S1,W33) .... Orang yang selalu bisa berterima kasih, orang yang selalu bisa merasa cukup, orang yang selalu merasa berlebih, dan orang yang selalu bisa merasa punya semangat. (JT/S1,W34)... Oh iyaaaa.. Pasti! Aku selalu bangga dengan diriku sendiri (JT/S1,W35).
JT beranggapan bahwa jika dalam keadaan sakit dan keterbatasan apapun
seseorang masih bisa bersyukur itu adalah hakikat dari kualitas hidup seseorang. JT
tidak merasa rendah diri atau minder dengan keadaannya, tetapi justru merasa bangga
dengan dirinya begitupun dengan penyakitnya. JT mengganggap bahwa kanker bukan
musibah melainkan anugerah Tuhan. JT merasa menjadi orang yang paling beruntung
87
di dunia. JT merasa puas dengan keadaan dan semua yang dimilikinya, keluarga
adalah hal terindah bagi JT. JT sangat mengasihi keluarganya bahkan melebihi JT
mengasihi dirinya sendiri dan sebaliknya, JT pun merasa sangat dikasihi oleh
keluarganya.
...kalo menurutku sih penyakit kanker itu bukan musibah sih menurutku, tapi anugerah Tuhan, gak semua orang kan bisa ngerasain sakit kanker (JT/S1,W29). Sekarang aku ngerasa jadi orang yang paling beruntung di dunia kok, aku ngerasa diriku orang paling hebat, aku ngerasa diriku orang paling luar biasa, (JT/S1,W36). Selalu bersyukur, harus terus bersyukur.. (JT/S1,W56) aku PD sakit kanker..itu kelebihan juga (JT/S1,W44)
Aku puas dengan yang ku miliki sekarang, cukup dan berlebih, aku belom puas tentang, orang lain puas gak sih dengan keberadaanku.. kalo pribadiku aku puas. Sangat puas.. (JT/S1,W83) Bapak sama Ibu yang luar biasa sama sekarang ada kurcaci kecil, keponakan ku sing lucu banget (JT/S1,W134). Aku sayang sekali, lebih dari diriku sendiri bahkan (JT/S1,W135) dan aku merasa disayang. (JT/S1,W136)
JT mempunyai harapan dan tujuan dalam hidupnya yaitu bisa di kenal dan
bermanfaat bagi orang lain di luar predikatnya sebagai penderita kanker otak. JT
menganggap hidupnya seperti pelangi yang penuh warna dan kadang seperti langit
yang terang dan mendung. Kekhawatiran JT adalah jika dirinya tidak bisa memberikan
yang terbaik untuk orang tuanya.
Yah aku bisa dikenal orang banyak sebagai aku diluar konteks kanker otak, jadi meskipun aku penyandang kanker otak tapi mereka bisa ngenal aku sama seperti orang lain bahkan aku bisa punya nilai yang lebih dari orang lain yang sehat (JT/S1,W111)
Seperti pelangi pokoknya, seperti pelangi tapi kadang yo mendung, ya seperti langitlah, yo seperti itu kadang ada mendung kadang pelangi, kadang ada bintang”, kadang ada bulan , kadang petengan tok (JT/S1,W198) Aku gak bisa kasih yang terbaik buat bapak-ibu..(JT/S1,W199)
88
3. Aspek Sosial
e. Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal JT dengan keluarga tidak terlalu baik. JT mengaku di
dalam keluarga dekat dengan ibunya namun tidak dengan ayahnya. Ayah JT sering
bersikap kasar dan keras terhadap JT. JT merasa orang tuanya tidak peduli dengan
keadaannya. Hal ini juga diketahui dari hasil intepretasi tes grafis, bahwa ada
kelemahan dari peran ibu dan sikap ayah sebagai pelindung.
Aku tu sebenernya nggak nyembunyiin sih, cuma mereka aja sing gak kepengen tau.. (JT/S1,W143)
Hubungan JT dengan sahabat dan teman-temannya cukup baik. JT memiliki
sangat banyak teman. Arti sahabat menurut JT adalah seseorang yang ada dalam suka
maupun duka. Saat wawancara pertama, JT mengajak peneliti untuk menonton futsal
di lapangan futsal dekat dengan kos JT. JT terlihat dapat berinteraksi dengan baik dan
akrab dengan sahabatnya yang juga merupakan teman mas.Benny. JT bersenda gurau
dan tertawa lepas dengan teman-temannya dan JT mengaku merasa sangat nyaman
bersama teman-temannya yang kebanyakan laki-laki, bagi JT teman-teman lelakinya
sangat perhatian dan menjaga JT dengan tulus. JT menuturkan bahwa dirinya sering
membantu jika ada yang membutuhkan bantuan.
Mas, dia orang yang paling mengerti aku,. (JT/S1,W92) Sahabat itu ya seseorang sing ada suka duka, suka duka dan tidak
meninggalkan saat aku sedih dan tidak datang saat aku seneng tok.. itu sahabat.. (JT/S1,W160) Ya kayak tadi, mungkin kalo ada acara tertentu.. tapi mereka sih selalu punya waktu kalo aku pengen gitu loh.. ya sayang banget lah (JT/S1,W162)... Ohhh iya tu sering, iya selalu bantu, sering bertukar makanan yang pasti.. anak kos (JT/S1,W168)
JT sempat merasa ditinggalkan oleh sahabat-sahabatnya yang JT sebut sebagai
“sahabat palsu”. JT menganggap bahwa “sahabat palsu”nya ini meninggalkan setelah
89
tahu bahwa JT sakit, namun saat wawancara dilakukan, JT mengaku memaklumi apa
yang dilakukan sahabat-sahabatnya sebagai tindakan yang wajar. Peristiwa tersebut
membuat JT menutup diri untuk berteman terlalu dekat dengan orang lain karena takut
dikecewakan kembali.
Iya, jadi kalo mau pergi kemana-mana dulu yang sering ngajak aku sekarang enggak (JT/S1,W119)... ya orang sehat sama orang sakit kan punya keterbatasan kan, kalo orang sakit kan dikit-dikit capek...semaput...kejang-kejang kan , jadi kan jadi males kan ngajak aku, sempet ngerasa aku terasingkan dari temen-temen aku, dadi males ngajak dolan aku, itu yang bikin aku depresi kan, aku sakit kayak gini kok malah jadi gak punya temen (JT/S1,W37)
Ya gak bisa disalahin ya.. Mungkin mereka bingung kali ya harus bagaimana menangani, mungkin baru pertama kali kan nemuin orang kayak aku. Sekarang sih aku gak mau bertemen terlalu deket, takut ngerasain kecewa lagi (JT/S1,W118)
f. Dukungan sosial
Diketahui bahwa keadaan JT sebagai penderita kanker sengaja tidak
dipublikasikan kepada semua orang yang mengenal JT. Alasan JT menyembunyikan
keadaan yang sebenarnya adalah JT tidak ingin dikasihani orang lain hanya karena JT
sedang sakit. Orang yang mengetahui bahwa JT sakit hanya paman JT, kekasih JT,
orang tua dan kakak dan beberapa saja dari sahabat-sahabat dekat JT.
Orang tua JT baru mengetahui jika JT menderita kanker otak stadium dua
kurang lebih tujuh bulan yang lalu. JT mengungkapkan sebenarnya bukan JT sengaja
menyembunyikan penyakit yang dialaminya terhadap orang tuanya, namun JT merasa
bahwa orang tuanya tidak peduli dengannya karena terlalu sibuk dengan pekerjaan.
Hal ini sesuai dengan hasil intepretasi tes grafis bahwa hubungan dengan orang
terdekat kurang seimbang. Peran ayah dan ibu sebagai pelindung Nampak sama
namun JT cenderung kurang tertarik atau kurang ambil bagian dalam membangun
90
relasi dalam keluarga. Hal ini dapat dipengaruhi oleh perasaan kurang hangat atau
kurang peduli pada keluarga.
Aku tu sebenernya nggak nyembunyiin sih, cuma mereka aja sing gak kepengen tau.. (JT/S1,W143)
Sikap ayah JT yang kasar semakin menjadi saat tahu bahwa JT menderita
kanker. Ayah JT menjadi semakin kasar dan memukul JT di tengah keadaan JT yang
sedang merasakan kesakitan, tetapi JT memaklumi sikap ayahnya sebagai wujud
kekhawatirannya. Ibu dan kakak JT merasa sangat terpukul dengan vonis penyakit JT
dan setelah tahu, mereka menjadi lebih memperhatikan JT.
Dulu kan bapak selalu kasar sama aku.. bapakku tu tau, dulu awal-awal tau pun bapak masih kayak gitu selalu kasar sama aku.. nek loro yo ojo di rasakke, nek loro yo ojo di rasakke.. setiap aku sakit malah aku dipukulin,( (JT/S1,W143)Ya dia marah dengan emosinya yang seperti itu yang meledak-ledak itu.. tapi aku ee.. menyimpulkannya bapak terlalu khawatir dengan aku yang sakit seperti ini.. tapi bapakku gatau harus berbuat apa bingung dengan emosi seperti itu, tidak bisa di salahkan.. (JT/S1,W146) Ibukku ya Cuma bisa nggrentem, nangis berdoa ibukku tu wanita luar biasa pokokknya.. (JT/S1,W147) Mas Guntur protective banget perhatian, kalo mas Guntur sih dari kecil selalu perhatian sama aku, selalu ngalah.. dan selalu ngasih apa yang dia punya buat aku... (JT/S1,W148)
JT mengungkapkan bahwa keluarga sebenarnya mendukungnya namun mereka
bingung harus memperlakukan JT bagaimana, namun JT tetap yakin bahwa
keluarganya selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk JT. JT memohon
kepada orang tuanya agar tidak diperlakukan istimewa atau diperlakukan seperti orang
sakit.
Gak.. Biasa aja.. maksudnya kalo bapak masih dengan sikapnya seperti itu.. Kalo Mas Guntur ya.. mereka tu apa yaa.. mereka tu malu gitu loh...maksude tu kayak orang yang pengen perhatian tapi gak mau nunjukkin itu. Isin ngono ki loh.. (JT/S1,W149) Yaa ngerasa.. dengan cara mereka yang unik-unik itu (JT/S1,W151) Setiap hari... walopun gak ketemu langsung, sms telpon, dan merasa pasti setiap hari mereka doain yang terbaik buat aku (JT/S1,W149)
91
... ya luar biasanya mereka tetap mendidik aku seperti orang sehat gitu lho.. gak ada perhatian khusus, lha itu yang aku mau (JT/S1,W90)
JT menuturkan bahwa motivasi terbesar yang dimilikinya adalah kekasihnya.
Hal ini tidak bisa dipungkiri karena orang terdekat dan yang pertama kali mencurigai
JT mengalami gangguan kesehatan adalah kekasihnya bukan orang tua JT. Diketahui
bahwa JT sengaja tidak memberitahukan keadaannya yang sebenarnya kepada semua
orang. Hanya ada beberapa sahabat JT yang mengetahui bahwa JT menderita kanker.
Sikap yang ditunjukkan oleh sahabat-sahabatnya pun beragam, ada yang
memperhatikan ada pula yang justru menjauh dari JT, ada pula yang awalnya memberi
dukungan tetapi lama kelamaan mereka undur dari JT.
Aku tu malah gak tau, justru yang tau awalnya tu malah mas benny (JT/S1,W15)... mas benny, dy motivasi terbesarku.. (JT/S1,W69)... Hanya beberapa orang, bahkan gerombolan temen-temen tadi gak ada yang tau.. (JT/S1,W90)
Ohhh tidak ada (JT/S1,W169) Iya.. hanya private.. (JT/S1,W171) Mas benny itu obat paling mujarab, salah satu obat mujarab...( (JT/S1,W200)
... Mereka tau, lha itu langsung beda sama aku.. (JT/S1,W94) Dulu sih awal-awal iya, tapi sekarang enggak.(JT/S1,W96) Justru orang-orang yang perhatian itu orang-orang tadi yang kita pergi tadi, itu perhatian banget sama aku (JT/S1,W97)Tapi kalo itu, itulah sahabatku, sahabat-sahabatku yang palsu itu malah justru gak pernah nanyaain kabarku gimana (JT/S1,W167)
JT mendapatkan dukungan dari beberapa teman dan saudara yang tau bahwa
JT sakit, namun JT justru merasa lebih diperhatikan oleh teman-teman yang tidak
mengetahui bahwa JT sakit. JT menganggap keberadaan keluarga, kekasih dan
sahabatnya sebagai penyemangat yang bisa membuat JT bertahan dan melawan
penyakitnya.
Ya kasih dukungan, semuanya nyaman (JT/S1,W115)aku punya bapak ibu, mas beny, sodara temen, nah dengan mereka itu semua yang membuat aku bisa bertahan. (JT/S1,W121) orang lain kan buat penyemangat kalo tanpa orang lain ya gak mungkin bisa (JT/S1,W131)
92
g. Hubungan subyek dengan lawan jenis
Keadaan JT sebagai penderita kanker otak memang mempengaruhi hubungan
JT dengan lawan jenis. Perubahan yang terjadi adalah JT tidak lagi bisa menemani
kekasihnya, mas.Benny, kemanapun dia pergi. Kekasihnya menyadari bahwa kondisi
JT tidak lagi seperti dahulu, namun JT menyatakan bahwa kekasihnya sangat mengerti
dengan keadaan JT.
Sangat.. sangat.. dia sangat pengertian.. gak ada yang lebih pengertian dari dia. (JT/S1,W179)
JT mengungkapkan melalui keadaannya hubungan mereka menjadi semakin
kuat dan mereka berencana akan melangsungkan pernikahan, menjadi seorang ibu
memang impian JT sejak dahulu, JT memutuskan untuk segera menikah dengan alasan
selagi ada waktu dari sisa usianya.
Semakin cinta sama dia, semakin hari semakin cinta, setiap detik semakin cinta, gak tau setiap ketemu dia itu ada rasa perbaharuan kasih baru untuk dialah, selalu ada yang baru buat dia.. siapa yang mau kehilangan cowok seperfect dia, Cuma wanita beruntung yang dapet cowok dahsyat itu.. ( (JT/S1,W179) Ya sebentar lagi, semoga waktunya cukup! (JT/S1,W7) Semoga Tuhan mengijinkan.. (JT/S1,W8)
h. Aktivitas sosial
JT tidak mengalami halangan dalam beraktivitas di lingkungan sosialnya. JT
terlibat dalam sejumlah kegiatan sosial yang sesuai dengan minat dan bidang studinya.
Pada dasarnya JT senang sekali bertemu dan terlibat dengan banyak orang. Hal yang
membuatnya gemar bersosialisasi adalah suasana kebersamaan yang ada bersama
teman-teman yang lain.
Rame ne, aku seneng ngomong, pada dasarnya aku seneng ngomong aku seneng rame, aku seneng bercanda (JT/S1,W180) aku jadi panitia natal di PRMK (JT/S1,W181)
93
JT sempat terlibat dalam organisasi kampus dan menjabat selama beberapa
waktu sebagai ketua BLEM (Badan Legislatis Mahasiswa) di kampusnya sebelum
akhirnya diadakan re-organisasi karena JT merasa sadar diri dengan kondisi
kesehatannya yang tak bisa seaktif dahulu.
Aku sudah tidak, kan sudah REOR.. Aku malah gak ikut REOR itu.. kebetulan pas sakit itu, sudah aku putuskan untuk keluar, aku udah gak ikut. itu aja sebenernya aku udah vakum berbulan-bulan. Ya itu karna aku kecapekan, gak mau memaksakan diri, tau kapasitas diriku sendiri,, (JT/S1,W182)
JT mengaku sangat tertarik dengan segala bentuk acara bakti sosial. JT bahagia
bila bisa berbagi dengan orang lain walaupun hanya senyuman yang bisa JT berikan.
Tujuan utamanya melakukan aktivitas sosial adalah agar JT bisa di kenal orang banyak
sebagai dirinya di luar konteks penderita kanker otak. JT ingin orang lain melihatnya
sebagai dirinya yang sehat. JT sangat senang bertemu dengan orang-orang yang
kurang beruntung dimana disana JT bisa berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
Yah aku bisa dikenal orang banyak sebagai aku diluar konteks kanker otak, jadi meskipun aku penyandang kanker otak tapi mereka bisa ngenal aku sama seperti orang lain bahkan aku bisa punya nilai yang lebih dari orang lain yang sehat (JT/S1,W111)
... Seneng, tapi aku justru lebih seneng ketemu sama orang-orang sing kurang beruntung gitu... soalnya disitu aku bisa bawa berkat sama orang-orang disitu, dimana mungkin disitu aku bisa jadi lilin, disitu aku bisa berbagi sama mereka aku lebih seneng berinteraksi sama orang-orang seperti itu.. (JT/S1,W172)
4. Aspek Lingkungan
a. Kebebasan
Kebebasan dalam hal menentukan prinsip-prinsip dalam hidup serta keputusan
yang harus diambil dari setiap hal yang dialami dalam hidup telah diungkapkan JT
dengan mengungkapkan bahwa dirinya memiliki prinsip untuk menjadi seorang yang
94
sehat. Keputusan JT untuk menghentikan program pengobatan adalah wujud
kebebasan yang dimilikinya untuk menentukan hidupnya walaupun harus menentang
banyak pihak, jika JT sudah memiliki psinsip tertentu, tidak akan ada yang bisa
mempengaruhinya. Kebebasan yang diperoleh JT diseimbangkan dengan sikap
tanggung jawabnya untuk selalu menjaga kesehatannya.
... jadi wuuuaahh do mencak-mencak kabeh kae.. bapak, ibu, omku, mas benny, piyeeee ngko... piyeee kok rak berobat..alalallalalalalala blehhh bleehhh bleeehhhh rasane pengen tak lepeh ngono kae nek mereka ngomyang ngono kae, aku ki emoh, “lha nopo to kowe menyerah?” enggak, aku tu cuman merasa sehat, jadi gak perlu obat, tapi akhirnya mereka malah menyadari dengan konsekuensiku sing tanpa obat ya aku harus tetep fit, dan kenyataannya juga aku bertahan sampe sekarang.. (JT/S1,W201) JT mendefinisikan kebebasan sebagai ungkapan ekspresi JT untuk menjadi
dirinya sendiri. JT merasa bebas dalam melakukan apa yang diinginkannya dan JT
nyaman menjadi dirinya sendiri. JT beranggapan dirinya mampu melakukan semua
kewajiban dan tanggung jawabnya dalam aktivitasnya sehari-hari.
.. aku selalu pengen jadi diriku sendiri, aku pengen ngelakuin apa-apa ya harus dari kemauan diriku sendiri (JT/S1,W47)
...Aku bilang aku yakin, aku pasti mampu... (JT/S1,W86)walaupun aku sakit aku masih tetap bisa melakukan banyak hal dan melewati banyak hal. (JT/S1,W91)
b. Keselamatan fisik dan keamanan
JT mengungkapkan bahwa lingkungannya adalah tempat paling nyaman. JT
menyebut rumah adalah tempat terindah di dunia, sedangkan tempatnya menuntut
ilmu adalah sumber kebahagiaan untuk dirinya karena disana JT bisa berbagi
kegembiraan dengan teman-temannya dan kos adalah rumah kedua baginya semenjak
satu tahun yang lalu. JT sangat menikmati saat bersama dengan orang-orang yang
dikasihinya.
95
Rumah itu surgaku di dunia, kalo kampus tempat dimana ku bisa berbagi tawa dengan temen-temen, kalo kos itu rumah kedua (JT/S1,W116)Nyaman.. karena itu tempat paling nyaman..( (JT/S1,W133)
4.4.1.3 Kualitas Hidup Subyek JT pada Pandangan Informan Pertama
IDENTITAS INFORMAN PENDUKUNG
Nama : Trifosa Puspitasari
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Umur : 19 tahun
Kode Informan : TF/IP1-S1
Alamat : Ds. Sidogemah RT 07/RW 02 Sayung
Pekerjaan : Mahasiswa (Teman Subyek JT)
Diketahui dari informan pendukung, JT dan informan sudah saling mengenal
sejak kurang lebih dua tahun yang lalu. Pada awal pertemuan informan sudah
mengetahui bahwa JT sakit kanker otak stadium dua. Informan mengenal JT dari
peneliti dan akhirnya mereka berteman sangat akrab. Informasi dari informan, hanya
beberapa orang saja yang tahu keadaan JT yang sebenarnya.
Sing jelas pertama aku kenal J kui bareng kowe, aduh nek rak salah pas meh Natal ngono, kui ketoke pas liburan aku SMA.. Yo mungkin dua tahunan.. dan itu dia sudah sakit.. ya awal-awal dia tau kalo dia sakit.. (TF/IP1-S1,W1)... hanya beberapa orang saja sing tahu bahwa dia sakit seperti itu.. (TF/IP1-S1,W2)
Pertemuan dengan informan, JT beberapa kali didapati tiba-tiba pingsan.
Keadaan tersebut berlangsung beberapa saat setelah JT dan informan pulang dari acara
perayaan ulang tahun JT beberapa waktu lalu di sebuah rumah makan. JT tiba-tiba
96
pingsan di jalan, kejang-kejang, badan JT kaku dan saat terbangun penglihatan JT
kabur.
Pernah.. dan itu sangat menyedihkan dan membingungkan.. ceritanya waktu itu dia pingsan di jalan. Sempat pingsan beberapa saat, kejang-kejang, badannya kaku, terus kebangun dan karena penglihatannya kabur, dia ambil helm aja gak kelihatan dan itu menakutkan buatku. (TF/IP1-S1,W28)
Informan mengetahui bahwa JT telah menghentikan upaya pengobatan yang
sempat dijalaninya, menurut informan hal itu dilakukan JT bukan karena efek
pengobatan yang pernah JT jalani, tetapi karena psikologis JT yang merasa lebih baik
tanpa melakukan pengobatan. Keputusan JT untuk berhenti berobat di rasa informan
adalah sebuah keputusan terbaik menurut JT untuk lebih menikmati hidupnya. JT
hanya mengandalkan keimanannya kepada Tuhan untuk kesembuhannya.
Menurutku, seperti yang dia katakan sudah gak takut mati jadi memang secara psikologis dia, bukan karena efek pengobatan. (TF/IP1-S1,W29)
... dia merasa kalo dengan keadaan seperti itu berobat tu ntar jadinya malah ketergantungan, intine nek berobat itu ntar kan harus di teruskan jadi sampe akhir itu di teruskan, sampe kurus, rambute rontok itu kan konsekuensinya, memutuskan untuk tidak berobat menjadi keputusan terbaik menurut dia untuk menikmati hidupnya. Tapi kalo sisi dia tidak menjaga, hmm.. orang medis bilang, kalo sakit gak berobat itu namanya dia ngeyel.. keras kepala.. mungkin keras kepalane kui yang mungkin membuat dia bertahan ya.. mungkin kalo dia gak keras kepala dan gak punya kepercayaan untuk sembuh atau untuk menjalani hidup tanpa pengobatan, mungkin dia malah gak bakal sembuh malahan.. (TF/IP1-S1,W5) tapi dia makan dengan iman oq.. di nikmati oq.. yo wis to.. (TF/IP1-S1,W6)dia sangat mengandalkan Tuhan sekali, kelihatanlah dengan sikapnya yang seperti itu, siapa lagi yang bisa kasih dia harapan kalo bukan Tuhan.. (TF/IP1-S1,W30).
JT menerima keadaan dirinya dan sepenuhnya mengerti bahwa dirinya sedang
sakit, namun hal ini tidak membuat kecil hati pada diri JT. JT sanggup mengendalikan
keadaannya. JT pandai menyembunyikan keadaan sakitnya dengan menunjukkan
sikap yang seolah tidak terjadi apa-apa. Menurut informan, dalam keseharian JT, JT
justru tidak nampak jika dirinya sedang sakit.
97
Mungkin sedih ada, tapi kalo di lihat dari keseharian dia melawan itu, dia berbesar hati kok menerima keadaannya yang seperti itu.. (TF/IP1-S1,W43). Kalo dia lagi sehat dia akan kelihatan seger.. tapi kalo lagi sakit atau kumat, dia akan kelihatan pucet banget tapi kalo dari keseharian dia, malah koyok wong sehat sih.. rak ketok loro.. (TF/IP1-S1,W20)
JT adalah orang yang percaya diri. Kepercayaan diri JT dapat diketahui dari
sikap JT yang selalu membuka pembicaraan dan keikutsertaan JT dalam kegiatan-
kegiatan kampus. JT terlibat dalam organisasi kampus, BLEM (Badan Legislatif
Mahasiswa).
dari cara bicara dia. Kalo aku lihat dari pertama kali ketemu, kalo orang tidak percaya diri itu gak mungkin dia akan mengawali percakapan. Yang kedua, dia itu ikut organisasi BLEM di kampus, kalo orang gak percaya diri kayaknya gak akan ikutan organisasi-organisasi semacam itu. (TF/IP1-S1,W19).
JT adalah orang yang pemberani, JT berani menanggung segala sesuatu sendiri
karena tidak ingin merepotkan orang-orang yang ada disekitarnya. Informan
menuturkan bahwa JT selalu memiliki pikiran positif. Pikiran positif JT ditunjukkan
dengan sikapnya yang selalu ceria dan selalu mensyukuri semua yang ada dalam
hidupnya. Informan mengungkapkan bahwa JT cukup bijaksana dalam menghadapi
penyakitnya sehingga apapun yang JT rasakan JT akan tetap mengucap syukur.
Menurutku itu JT orangnya pemberani, dia itu berani mengambil resiko dan konsekuensi dengan apa yang dia buat, maksudnya dalam artian.. dia tidak memberitahukan kepada orang-orang disekitarnya, lha berarti kan dia memutuskan untuk menghadapi semuanya itu sendiri, ya karena tidak mau menyusahkan orang lain gitu lho.. Jadi dia berusaha kan apapun yang terjadi harus dia hadapi sendiri. (TF/IP1-S1,W4)...
... Ya iyalah, kalo dia gak punya pikiran positif itu dia gak bisa senyum yo..(TF/IP1,W4)... dia selalu bersyukur.. dia menunjukkan dengan sikapnya yang periang.. ceria..(TF/IP1-S1,W36) dia selalu mengolah apa yang dia rasakan sehingga yang keluar itu ya ucapan syukur.. (TF/IP1-S1,W42)
JT memiliki semangat yang tinggi dalam menjalani hidupnya dan secara
emosional, JT dapat mengendalikan emosinya. JT tidak menuntut orang lain untuk
98
memperhatikan dan memperdulikannya. JT justru tidak menginginkan bahwa orang
lain terbebani dengan keberadaannya. JT tidak mengeluh dengan keadaannya, JT
berusaha menyimpan sendiri rasa sakitnya. Hal ini berarti bahwa JT mampu
mengendalikan emosi.
Iya.. dia orang yang bersemangat, dia itu ceria.. (TF/IP1-S1,W40) Kalo
emosi.. J itu bisa mengendalikan, dia tu bisa mengendalikan emosinya.. biasane orang yang lagi sakit itu, berharap di perhatikan, opo yo.. pokokke berharap orang lain mengerti dia, tapi dengan dia gak kasih tahu semua orang, artinya dia itu yang pertama bisa mengendalikan emosi dan dia itu bisa menutupi keluhannya, dia bisa menutupi kesakitannya, aku sering banget lho ndelok deen pucet, tapi dalam keadaanya yang pucet itu dia bisa tetap bersikap biasa dan semangat banget. (TF/IP1-S1,W7)
Sebagai manusia, JT juga pernah merasakan ketakutan dan kekhawatiran
dalam hidupnya khususnya setelah dinyatakan menderita penyakit kanker otak. JT
sempat melakukan bunuh diri untuk keluar dari penderitaan yang JT rasakan, namun
upayanya gagal. JT pernah mengungkapkan ketakutannya tetapi tidak pernah
menceritakan hal itu terlalu jauh kepada informan. JT lebih menunjukkan rasa
gembiranya jika sedang bersama dengan orang lain.
Pernah.. (TF/IP1-S1,W9) Pernah tapi dia kalo cerita itu Cuma separo-separo.. Memang kadang orang-orang seperti itu kan gak mau berbagi kan, menyimpan yang dia rasakan sendiri.. (TF/IP1-S1,W11) kayak JT yang juga pernah ngelakuin bunuh diri. (TF/IP1-S1,W3) dia selalu bersyukur.. dia menunjukkan dengan sikapnya yang periang.. ceria.. (TF/IP1-S1,W36)
JT adalah seseorang yang menganggap bahwa dirinya berharga bagi orang lain.
Sikap bersyukur JT membuktikan bahwa JT memiliki penghargaan yang cukup tinggi
untuk dirinya sendiri dan orang lain. Penghargaan terhadap dirinya membuat JT
merasa berharga pula untuk orang lain. JT selalu bisa bersikap bijak dengan cara
bersyukur atas setiap hal yang terjadi pada dirinya.
99
Ketika dia mensyukuri, dia merasa berharga buat orang lain, dia merasa di butuhkan orang lain, dan orang lain membutuuhkan dia. Minimal kalo dia merasa di butuhkan kan dia akan melakukan yang terbaik buat dirinya, orang lain, untuk kesembuhannya. Pasti orang di sekitarnya seneng.. tapi kalo lagi down, dia merasa dia bukan apa-apa.. tapi dia selalu mengolah apa yang dia rasakan sehingga yang keluar itu ya ucapan syukur (TF/IP1-S1,W42)
Informan menilai bahwa dalam perjuangannya melawan sel kanker, JT berhasil
melawan penyakit tersebut JT menghadapi semua cobaan ini dan JT sudah merasa
bahagia. JT lebih memilih untuk bahagia walaupun dalam keterbatasan keadaan
fisiknya. Kebahagiaan JT juga ditunjukkan dengan kepuasan hidup yang JT tunjukkan
melalui rasa syukurnya.
Menurutku, kalo untuk menghadapi itu dia berani, menurutku dia bahagia (TF/IP1-S1,W12) Dalam hal berhasil melawan penyakitnya.. Ya dia kan tau kalo dia sakit tapi dia bisa mengubah cara pandangnya bahwa sakit itu bukan sesuatu yang menakutkan dan dia melawan itu.. piye ya.. bahagia itu pilihan, orang itu sendiri yang memilih gitu lho dan dia memilih untuk bahagia. (TF/IP1-S1,W13)
Puas (F/IP1-S1,W17) Karena, ya.. dengan keadaanya yang sakit dia tidak ingin diperlakukan istimewa, ya berarti dia bener-bener mensyukuri ngono lho.. walaupun dia sakit tapi dia tidak mau diperlakukan seperti orang sakit, padahal biasanya orang sakit kan harapannya pengen diperhatikan dan dia bener-bener melawan keinginan itu.. (TF/IP1-S1,W18) JT memiliki spiritualitas yang tinggi terhadap Tuhan. Ada perubahan yang
terjadi pada diri JT sebelum dan sesudah menjadi penderita kanker. Informan
menganggap JT hanya mengandalkan Tuhan untuk memberikan kesembuhannya, hal
ini ditunjukkan dengan sikap JT yang menghentikan pengobatan dan memilih untuk
menikmati hidupnya. JT tidak lagi takut mati.
Iya lah. Tapi sepertinya dulu sebelum J sakit dia itu orang yang keras kepala. Kowe pernah ngerti J ngumpat rak? Ngonek-ngonek’ke dengan kata kasar, itu kan kebiasaan kan? Ya artinya secara gak langsung dia terbiasa menggunakan kata-kata itu dulu.. (TF/IP1-S1,W15) Kalo sekarang sudah sangat berkurang sekali, dalam hal mengontrol emosi.. pemikirannya juga otomatis berubah.. (TF/IP1-S1,W16).
100
dia sangat mengandalkan Tuhan sekali, kelihatanlah dengan sikapnya yang seperti itu, siapa lagi yang bisa kasih dia harapan kalo bukan Tuhan.. T(F/IP1-S1,W30). berusaha membuatnya untuk menikmati hidupnya dan berusaha membuat dia tersenyum dan tidak mengingat sakitnya (TF/IP1-S1,W27)
Dan itu artinya emang dia merasa.. hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.. (TF/IP1-S1,W10)
Keluarga JT tergolong dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah,
namun gaya hidup JT menunjukkan bahwa dirinya berasal dari keluarga menengah ke
atas. JT memiliki harapan dan tujuan dalam hidupnya. JT merasa sejahtera dengan
kehidupannya. JT sangat merindukan saat dimana dirinya bisa menjadi seorang ibu
sebelum dia menghadapi kematian. JT juga ingin melakukan banyak hal bagi orang
lain sehingga dirinya akan memberi dampak positif untuk orang lain.
Kalo aku lihat rumahnya, aku piker dia menengah kebawah. Tapi kalo aku lihat gaya hidupnya, dia menengah keatas. (TF/IP1-S1,W14)... Yang aku tahu, dia pengen menikah sebelum mati itu, dia pengen menjadi ibu.. Kalo Tujuan hidup dia.. mau melakukan banyak hal dan menjadi berkat buat banyak orang. (TF/IP1-S1,W41)
Informan berpendapat bahwa kualitas hidup adalah pencapaian seseorang
terhadap suatu hal. Hal tersebut adalah sesuatu yang ingin diwujudkan subyek dalam
hidupnya. Kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup adalah seseorang yang
mampu melawan masalahnya, mampu menghadapi masalahnya dan melakukan yang
terbaik untuk hidupnya. JT adalah seseorang yang memiliki kualitas hidup yang
positif, karena JT mempunyai komitmen dan keberanian untuk mengambil keputusan
tentang kesehatannya dan menghadapi masalahnya sendiri. Hal yang mempengaruhi
kualitas hidup JT adalah keimanannya kepada Tuhan.
Dia mampu melawan masalahnya, mampu menghadapi masalah-masalah apapun itu. Kalo dia sakit ya dia mampu melawan itu, dia bisa melakukan hal yang terbaik buat hidupnya, (TF/IP1-S1,W33) Dia mampu
101
melawan masalahnya, mampu menghadapi masalah-masalah apapun itu. Kalo dia sakit ya dia mampu melawan itu, dia bisa melakukan hal yang terbaik buat hidupnya,(TF/IP1-S1,W34) Ya.. alesannya.. dia mempunyai komitmen yang sangat berani untuk menghentikan obat, untuk menyembunyikan semuanya, dan dia melakukan itu dengan berhasil. Yang mempengaruhi, keimanannya sama Tuhan (TF/IP1-S1,W35)
Dalam aspek sosial, diketahui JT memiliki hubungan interpersonal yang sangat
baik. JT memiliki banyak sekali teman. Penyakit yang di derita JT cukup
mempengaruhi hubungan sosial JT dengan orang lain. Misalnya saat JT sedang merasa
tidak sehat, JT akan terlihat lemah selanjutnya JT akan sering pingsan. Hal ini
mungkin terjadi setiap saat dan di saat-saat yang tidak terduga karena kondisi JT yang
tidak stabil. JT sengaja menyembunyikan kondisi fisiknya kepada semua orang dan
hanya beberapa orang saja yang tahu keadaan JT yang sesungguhnya. JT beralasan
karena tidak ingin merepotkan orang lain.
Buanyak banget.. (TF/IP1-S1,W22) Iya.. Pastinya kalo lagi sakitnya kumat, itu pasti dia lemah kan , sering pingsan, tapi lebih ke keterbatasan fisik sih, jadi bagaimanapun diumpetke akan tetep kelihatan, (TF/IP1-S1,W31) hanya beberapa orang saja sing tahu bahwa dia sakit seperti itu.. (TF/IP1-S1,W2) dia tidak memberitahukan kepada orang-orang disekitarnya, lha berarti kan dia memutuskan untuk menghadapi semuanya itu sendiri, ya karena tidak mau menyusahkan orang lain gitu lho.. (TF/IP1-S1,W4) Hmm.. kalo ke orang lain sepertinya tidak, pertama karena sedikit yang tahu, otomatis, dia tidak pernah membahas hal itu (TF/IP1-S1,W32)
JT memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap orang lain. Hal ini
diwujudkan JT dengan cara memberi perhatian kepada informan saat informan sedang
sakit. Di tengah kondisi JT yang memprihatinkan, JT tidak menjadi egois, tetapi JT
tetap memperhatikan orang lain yang ada disekitarnya.
Pernah banget.. waktu itu kamu pas masih sering sms doa malem jam 10, waktu itu kamu bilang doa bareng buat fosa dan JT yang lagi sakit tapi terus JT bales aku gak sakit kok.. nah itu kemudian JT sms aku, Tanya, kamu sakit apa ndol? Kamu kenapa? Padahal dia ada dalam posisi sakit yang lebih memprihatinkah daripada aku.. (TF/IP1-S1,W23)
102
Sedikit orang yang mengetahui kondisi JT yang sebenarnya tidak membuat JT
kehilangan dukungan dari orang lain. JT mendapat dukungan dari orang tuanya,
teman-temannya, pacarnya. Informan menuturkan bahwa walaupun orang tua JT
bersikap biasa saja, pasti mereka tetap memberi dukungan kepada JT. Informan sendiri
sangat mendukung JT untuk menjalani hidupnya dan mencapai kesembuhan dengan
sering memberikan dukungan kepada JT melalui pesan singkat yang dikirimnya setiap
hari. Informan menuturkan saat bertemu JT, dirinya justru tidak membahas tentang
keadaan penyakitnya, tetapi justru membuat JT menikmati hidupnya dengan bercanda
dan bergembira bersama.
Mendukung.. walaupun orang tuanya bersikap biasa aja.. pasti tetap mendukung (TF/IP1-S1,W25)
Mendukung lah.. (TF/IP1,W26) Kalo selama ini sih karena agak jarang ketemu, sms ya, ya kasih kata-kata motivasi sih seringnya, tapi kalo pas ketemu malah gak pernah mbahas sakitnya.. jadi berusaha membuatnya untuk menikmati hidupnya dan berusaha membuat dia tersenyum dan tidak mengingat sakitnya (TF/IP1-S1,W27)
Penyakit yang di derita JT tidak mempengaruhi hubungan JT dengan lawan
jenis. Diketahui bahwa JT memiliki seorang pacar bernama Benny. Penyakit JT
memberikan dampak positif terhadap hubungan berpacaran mereka. Penyakit tersebut
di pakai sebagai sarana ujian kesetiaan dan ketulusan untuk mereka. Ada perubahan
dalam hubungan mereka sebelum dan sesudah JT menderita kanker. Pacar JT semakin
menunjukkan perhatiannya terhadap JT dengan cara menjaga JT.
Benny.. mungkin ya.. mereka memang di proses melalui kejadian J sakit itu, piye ya.. jadi bener-bener di proses terutama tentang kesetiaannya.. (TF/IP1-S1,W2)
Mempengaruhi.. Positif kalo menurutku.. dalam hal kesetiaan dan ketulusan. Soale ya menurutku, pas mereka pertama pacaran J belum sakit dan mereka biasa aja.. ya Benny menjaga sih menjaga, tapi yo kurang konkrit ngono lho.. Tapi nek setelah J sakit, Benny tu jadi bener-bener menjaga dan bener-bener membuktikan kepeduliannya. (TF/IP1-S1,W3)
103
JT adalah individu yang suka bersosialisasi. JT ikut terlibat dalam suatu
organisasi kampus yaitu BLEM (Badan Legislatif Mahasiswa). Menurut informan, JT
sangat senang dengan kegiatan yang berkaitan dengan aksi sosial yang diadakan
bersama antara JT dan informan. JT menunjukkan rasa empatinya kepada informan
dengan menunjukkan perhatiannya saat informan sedang sakit.
Ya.. (TF/IP1-S1,W21) dia itu ikut organisasi BLEM di kampus (TF/IP1-S1,W19) Ya sama sih, aksi sosial, dulu kita sempet adain acara bakti sosial itu to.. (TF/IP1-S1,W24)
Pernah banget.. waktu itu kamu pas masih sering sms doa malem jam 10, waktu itu kamu bilang doa bareng buat fosa dan JT yang lagi sakit tapi terus J bales aku gak sakit kok.. nah itu kemudian JT sms aku, Tanya, kamu sakit apa ndol? Kamu kenapa? Padahal dia ada dalam posisi sakit yang lebih memprihatinkah daripada aku (TF/IP1-S1,W23)
JT memiliki kebebasan dalam melakukan segala sesuatu yang diinginkan. JT di
percaya oleh orang tuanya untuk beraktivitas ataupun menjalin pertemanan dengan
siapapun. Keputusannya menghentikan pengobatan juga salah satu wujud kebebasan
JT untuk hidupnya.
Ya bebas melakukan sesuatu.. Ya.. karena sepertinya gak ada yang membatasi dia melakukan apa aja.. dia pacaran, dia keluar, orang tuanya itu percaya.. (TF/IP1-S1,W38) Iya.. itu salah satunya.. (TF/IP1-S1,W39)
4.4.1.4 Kualitas Hidup Subyek JT pada pandangan Informan Kedua
IDENTITAS INFORMAN PENDUKUNG
Nama : N.Benny (Pacar subyek JT)
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Agama : Kristen
Umur : 26 tahun
104
Kode Informan : NB/IP2-S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tlogosari, Semarang
Pengetahuan bahwa JT sakit kanker otak adalah dari paman JT. Informan
kedua menyatakan bahwa JT bukan sengaja menyembunyikan, tetapi hanya
menantikan waktu yang tepat untuk menyampaikan hal tersebut kepada keluarga. JT
sempat mengalami krisis percaya diri, JT menjadi pribadi yang tertutup, suka
menyendiri, namun seiring berjalannya waktu, dukungan dan penerimaan diri JT
terhadap kondisinya, JT mampu mengatasi hal tersebut. JT selalu berusaha untuk
menunjukkan sikap yang baik-baik saja tanpa masalah. JT selalu tersenyum dan
berpura-pura tidak merasa sakit. Hal tersebut yang membuat JT merasa kuat, dan JT
bahkan mampu bersyukur dengan keadaannya sekarang.
waktu itu aku tiba2 di sms sama omnya..mulanya omnya juga ga mau cerita tapi setelah tak paksa2 akhirnya dia mau cerita..perasaan pasti bingung banget, sedih, (NB/IP2-S1, W1) Sebenarnya bukan disembunyikan, Cuma mencari waktu yang tepat aja untuk ngasih tahu. (NB/IP2-S1, W2).itu sebabnya dia ga mau orang2 tahu dia sakit. Dia paling anti dikasihani. Dia menganggap dirinya itu ga sakit,itu lah yang bikin dia kuat. (NB/IP2-S1, W7)
Dia orang yang sangat pede..walaupun sempat beberapa kali mengalami krisis PD. sempat pengen menjauh dari orang2, pgn menyendiri, mengabiskan hidupnya sendiri. Tapi karena dukungan yang ga pernah abis dari tante dan omnya, dia mampu mengatasi semua itu (NB/IP2-S1, W3) Dulu se berpengaruh, dia langsung introvert(NB/IP2-S1, W6) Dia ga pernah mengeluh sedikitpun. Bahkan dia selalu tersenyum dan berpura-pura tidak ngrasain sakit. (NB/IP2-S1, W5) dukungan dari om dan tantenya itu, dia mampu bangkit dan menerima kenyataan bawa dia memang seorang penderita kanker otak bahkan dia mampu bersyukur atas penyakitnya itu. (NB/IP2-S1, W6)
Kondisi JT yang sakit, tidak menghalanginya untuk beraktivitas seperti
biasanya. Kondisi yang tidak stabil tidak mempengaruhi semangatnya untuk
105
melakukan kegiatan. JT mampu melakukan kegiatan sendiri. JT tidak suka jika ada
orang yang mengasihaninya. JT akan marah jika ada yang membantunya.
Dia tetap melakukan aktivitasnya secara normal, wlpn kondisi tubuhnya sudah jauh dari normal. Sering pingsan, rambut rontok, muka pucat, jalan sempoyongan ga menghambat dia untuk selalu melakukan aktivitas seperti teman-temannya. Semua dilakukan sendiri, dia malah marah kalau ada orang yang coba untuk membantunya. (NB/IP2-S1, W4)
Sebagai manusia biasa pasti JT pernah merasa putus asa dalam menjalani
hidup. JT sempat berusaha untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena
merasa tidak lagi memiliki masa depan. Hal ini berlangsung beberapa kali sampai
suatu saat JT bertemu dengan seseorang yang menyadarkan JT bahwa dirinya
berharga. Saat ini JT merasa berharga bagi orang lain. JT senang jika dapat berbagi
dengan orang lain.
Berulang-ulang kali dia mencoba bunuh diri,,dia ngrasa capek sakit
terus..ngrasa nyusahin orang-orang..ngrasa ga punya masa depan.. (NB/IP2-S1, W7) Dia merasa berarti bagi orang lain saat ada anak kecil yang menyadarkan dia. Dia merasa dibutuhkan orang lain dan sejak dia tau dirinya sakit, dia merasa hidupnya itu untuk melayani orang lain tidak untuk sekedar senang-senang untuk dirinya sendiri. (NB/IP2-S1, W9) Yang aku tau, dia merasa senang kalau bisa berbagi dengan orang lain (NB/IP2-S1, W10)
JT tidak nyaman tinggal di rumah, menurut informan sikap orang tua JT
cenderung membiarkan JT bahkan ayah JT sering berlaku kasar walaupun tahu bahwa
JT sedang sakit. JT mendapat dukungan dari orang disekitarnya. Orang tua, pacar dan
beberapa teman yang tahu keadaan JT memberi perhatian dan dukungan. Kondisi yang
sedang di derita JT cukup mempengaruhi hubungan pacaran mereka di awal. JT
merasa pesimis dengan hubungannya karena JT merasa tidak punya masa depan.
Rumah menjadi tempat yang ga nyaman buat dia,, (NB/IP2-S1, W15) Keluarga dulu biasa ja. Karena memang mereka tidak pernah tahu anaknya sakit. Tapi setalah empat bulan yang lalu di beri tahu, ya mereka mendukung
106
dan kasih perhatian. aku ga berbuat apa-apa,ya mungkin kalau ada waktu mencoba selalu ada buat dia..dan berdoa pastinya,,Cuma itu,,tapi aku ga pernah nemenin dia terapi karena memang tidak boleh ma dia. (NB/IP2-S1, W6) Pernah,,dia pernah minta putus karna merasa ga pantas buat aku,,merasa cewe ga punya masa depan yang hidupnya tinggal nunggu waktu..suka ngrepotin,,penyakitan,, (NB/IP2-S1, W13)
Informan menyatakan bahwa benar JT telah berhenti melakukan pengobatan,
namun informan tetap menghargai keputusan JT. JT hanya mengandalkan Tuhan.
Informan memiliki pendapat bahwa kualitas hidup adalah penghargaan terhadap diri
sendiri dan berusaha memaksimalkan potensi yang ada dalam diri untuk menjadi
pribadi yang lebih baik dan mengandalkan Tuhan didalamnya. JT termasuk seseorang
yang memiliki kualitas hidup.
Sangat dekat,,bahkan dia yang nyuruh aku datang ke gereja terus,,ngajak doa bareng tiap malam,,bakan dia yang bantu aku untuk lebih dekat dengan Tuhan dan orang lain. (N/IP2-S1, W11) Kualitas hidup itu sejauh mana kita mampu menghargai diri kita dan berupaya memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita untuk bisa menjadi lebih baik lagi dengan Tuhan sebagai pegangan hidup kita. (N/IP2-S1, W16) Iya dia termasuk orang yang berkualitas dalam hidupnya sekarang (N/IP2-S1, W17))
4.4.1.5 Kualitas Hidup Subyek JT pada pandangan Informan Ketiga
IDENTITAS INFORMAN PENDUKUNG
Nama : Ibu. Sri (Ibu Subyek JT)
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana
Agama : Kristen
Umur : 48 tahun
Kode Informan : IS/IP3-S1
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Alamat : Karangawen, Demak
107
Informan ketiga adalah ibu JT mengetahui bahwa JT sakit kanker otak stadium
dua sekitar tujuh bulan yang lalu. JT sendiri yang menyampaikan keadaannya kepada
ibunya. Ibu JT tahu setelah sekian lama JT menderita sakit. JT memang sengaja
menyembunyikan keadaan sakitnya untuk sementara. Informan menjelaskan bahwa
penyakit JT sudah pada stadium dua, kemungkinan penyebabnya adalah faktor
keturunan.
Ya.. kapan ya.. enam atau tujuh bulan lalu lah.. saya lupa persisnya
kapan.. Cuma saya taunya setelah udah lama dia sakit.. sebelumnya saya nggak tau.. wong ndak pernah cerita atau ngeluh gimana-gimana.. di rumah juga biasa-biasa.. soalnya kalo dirumah sukanya yowis di kamar gitu..( IS/IP3-S1, W1) Om nya sih cuma bilang, stadium dua.. mungkin ya karena keturunan tadi itu mbak.. ( IS/IP3-S1, W11) Ada.. dulu pak dhe nya J tumor otak tapi, juga ada tantenya kanker juga.. tapi sudah meninggal semua.. ( IS/IP3-S1, W5)
Informan ketiga sedih mengapa JT menyembunyikan penyakit yang
dideritanya, namun sekarang ibu JT sudah menerima. Informan menyatakan bahwa JT
sudah dapat menerima keadaannya, JT lebih berserah kepada Tuhan tentang
penyakitnya. JT pernah menyatakan kepada ibunya agar tidak terlalu kuatir terhadap
JT. Ibu JT sempat tidak menyetujui keputusan JT untuk menghentikan pengobatan,
namun semua akhirnya dikembalikan kepada keputusan JT.
Gak tau ya mbak..saya juga sedih.. kenapa kok sampe gak cerita.. ya gimanapun perasaan ibu.. kondisi anak kan ya pengen tau.. tapi ya sudah lah.. yang penting kan sekarang bukan yang kemarin. .. (IS/IP3-S1, W12) .. malah JT itu yang menguatkan saya.. bilang “wis aku gak papa buu.. ibu ojo sedih, ki lho aku sehat, jek iso ngopo-ngopo..” gitu.. trus ngomong biar semuanya berjalan kayak biasanya.. (IS/IP3-S1, W2) Sudah.. dia berserah kepada Tuhan aja.. itu sekarang kan JT gak mau berobat.. katanya sih lebih sehat kalo gak berobat.. tapi ya gimana ya.. udah tau sakitt.. tapi kok gak mau berobat kan ya haruse nggak gitu to mbak.. wong ya omnya dokter.. kan bisa di tangani semaksimal mungkin, tapi kok yo tetep nggak mau. Yaudah mau gimana lagi, wong JT itu orang ya ya keras.. nggak bisa dikerasin juga, gak bisa dipaksa-
108
paksa... katanya obatnya Tuhan.. yaudah lah.. berserah saja sama Tuhan. (IS/IP3-S1, W10) JT sempat menjadi sangat kurus dan pucat, tetapi informan tidak menyangka
jika JT menderita kanker. Di rumah JT cukup dekat dengan ibunya. JT tidak terlalu
dekat dengan ayahnya karena ayahnya memiliki sifat yang keras terhadap JT. Ayah JT
memang memiliki sifat keras dan sedikit ringan tangan. Keluarga, khususnya ibu JT
memberi dukungan sewajarnya kepada JT karena JT sendiri tidak ingin diperlakukan
istimewa.
Kalo fisik gak ada ya.. dari dulu ya badannya gemuk gitu.. Cuma mungkin agak pucet.. kalo tingkah laku kok masih seperti biasanya.. eh.. dulu itu dia pernah jadi kurusss banget.. tapi ya saya gak kepikiran kalo sampe kanker.. ( IS/IP3-S1, W7) Iya.. deketnya sama saya.. kalo sama bapaknya gak terlalu... yaa biasa aja... bapaknya agak keras sih orangnya.. .. ( IS/IP3-S1, W3) Dasarnya bapak memang keras mbak.. jadi yam au gimana lagi.. tapi bapak peduli dan sedih juga kok dengan kondisi J.. sekarang sudah agak nggak kasar lagi.. kalo dulu memang iya.. sedikit kasar.. yaa.. masalah keluarga lah mbak.. ( IS/IP3-S1, W13)Yaa.. dia itu gak mau kalo terlalu diperhatikan.. jadi ya paling ngingetin makan.. jangan capek-capek.. paling itu.. ya saya mendoakan selalu.. .. ( IS/IP3-S1, W6) Pada dasarnya tidak ada perubahan yang sangat pada JT setelah sakit. JT masih
tetap beraktifitas seperti biasanya, JT masih kuliah dan masih mampu mengendarai
motor. Informan menyatakan bahwa JT memiliki semangat yang tinggi, JT adalah
sosok yang kuat dan jarang mengeluh. Informan memiliki pendapat mengenai kualitas
hidup. Menurut informan, kualitas hidup adalah saat seseorang masih tetap semangat
walaupun berada pada keadaan yang sulit. Orang yang berkualitas walaupun sakit,
tetapi tidak pernah berhenti berusaha, tidak pernah putus asa, pokoknya selalu
berusaha, terus berusaha. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang adalah
hubungannya dengan Tuhan. JT termasuk orang yang memiliki kualitas hidup positif.
109
Kalo minder sih enggak ya kayaknya.. dia masih seperti biasanya gitu.. ( IS/IP3-S1, W4) Iya.. mau nya gitu oq mbak.. padahal kata om nya udah gak boleh kuliah.. kemana-mana ya naik motor kalo gak ya sama Mas.Nico ( IS/IP3-S1, W8) Kalo semangat iya.. jarang ngeluh.. orangnya kuat kok.. ( IS/IP3-S1, W9)
Ya menurut saya, orang yang berkualitas itu ya yang walaupun dia sakit, tapi tidak pernah berhenti berusaha, tidak pernah putus asa, pokoknya selalu berusaha, terus berusaha, artinya dalam keadaan sakit bukan yang terus gak mau apa-apa, nglentruk, walaupun sakit tapi tetap semangat.. itu yang berkualitas kali ya hahahaa.. ( IS/IP3-S1, W14) Kalo saya sih, bersyukurnya dalam segi ekonomi masih ada pemasukan, terus pokoknya jangan putus asa lah.. pasti ada jalan dari Tuhan. Kalo emang Tuhan menghendaki sembuh kan pasti sembuh, kalo menghendaki lain kan ya sudah jalannya seperti itu, gak bisa dihindari, yang penting.. berserah ajaa.. ( IS/IP3-S1, W15) Iya.. karena J punya semangat hidup yang tinggi ( IS/IP3-S1, W1)
4.4.1.6 Kualitas Hidup Subyek JT dalam Pandangan Informan Ahli
IDENTITAS INFORMAN AHLI
Nama : dr.YM
Status : dokter subyek JT
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 36 tahun
Kode Informan : YM/IH-S1
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Dokter
Kanker otak adalah tumor yang terletak di bagian otak. Penyebab penyakit ini
bermacam-macam, bisa disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan, benturan atau
trauma, pola hidup yang salah, makanan atau bisa juga karena radiasi. Dipaparkan
oleh informan ahli bahwa penyebab kanker otak JT adalah karena adanya benturan
yang dialami JT pasca kecelakaan. Benturan tersebut membentuk gumpalan disekitar
otak besar JT.
110
kanker otak itu tumor yang ada di otak. . (YM/IH-S1,W1) Penyebabnya Genetik bisa.. jadi kalo ada keturunan yang menderita kanker otak maka hati-hati untuk tetap menjaga kesehatannya. Bisa juga karena, trauma atau benturan, benturan di kepala atau cidera kepala ringan tetap waspada, perubahan jaringan yang terbentur bisa juga menjadi penyebab tumbuhnya jaringan abnormal di otak.. bisa juga karena pola hidup, makanan atau radiasi.. kalo J itu awalnya karena benturan waktu kecelakaan dulu sama kakaknya. Ada benturan di kepala, terus membentuk suatu gumpalan di dekat otak besarnya. (YM/IH-S1,W2) Gejala umum yang disebabkan penyakit ini adalah pasien akan mengalami
sakit kepala yang amat sangat, pusing, mual, penglihatan yang kabur dan gangguan
kesehatan. Pada awalnya, JT dicurigai menderita kanker karena JT sering mengalami
sakit kepala, sering pingsan dan mengalami kekaburan penglihatannya. Saat diketahui
menderita kanker otak, JT tergolong pada tahap stadium dua.
Gejala umumnya, sakit kepala yang amat sangat, pusing, mual, penglihatan kabur, gangguan keseimbangan tubuh, kejang, masiihh banyaakkk lagi.. Subyek J awalnya dicurigai karena sering sakit kepala dan sering pingsan di kampusnya kata Benny, waktu itu sudah stadium 2 (YM/IH-S1,W3)
Informan ahli memiliki suatu pendapat tentang kualitas hidup. Kualitas hidup
adalah kemampuan seseorang untuk berprestasi dan berusaha mencapai suatu
kehidupan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. JT tergolong memiliki kualitas
hidup yang positif karena dengan keadaannya sebagai penderita kanker, JT masih tetap
bisa beraktivitas, khususnya kuliah. Hal ini berarti bahwa JT berusaha meningkatkan
kemampuan dirinya.
Kualitas hidup itu saat seseorang bisa menunjukkan kemampuan atau kinerjanya.. dan bagaimana dia berusaha mencapai kehidupan yang terus semakin baik. (YM/IH-S1,W4) J itu ya bisa dikatakan berkualitas, karena dengan keadaannya yang seperti itu, dia masih berusaha untuk tetap kuliah. Itu kan artinya dia pengen berusaha meningkatkan kemampuan dirinya.( YM/IH-S1,W5)
111
4.4.1.7 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada subyek JT
Kualitas hidup JT sangat dipengaruhi oleh aspek psikologis.Indikatornya yaitu
spiritualitas, dukungan sosial dan kesejahteraan. Psikologis sangat berpengaruh kepada
kondisi kesehatan JT secara fisik. Keputusan JT untuk menghentikan pengobatan
sempat menuai banyak protes dari keluarga dan orang-orang disekitar JT. JT memilih
untuk mensugesti pikirannya sendiri untuk tetap sehat walaupun tanpa obat.
... aku malah lebih baik tanpa obat ik daripada aku nganggo obat.. aku juga ngerasa lebih fit tanpa obat, saat aku memutuskan tanpa obat (JT/S1,W200) ... aku tersugesti untuk sehat tanpa obat...(JT/S1,W201)
Dukungan dari orang-orang disekitar kehidupan JT memberi banyak arti bagi
JT dan membuat JT merasa berharga bagi orang lain. Rasa cinta, aman dan
kenyamanan yang diperoleh JT dari orang-orang disekitar JT memberikan peran yang
besar untuk JT tetap bisa menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Penerimaan diri
yang baik dari JT membuat JT merasakan kesejahteraan dalam hidupnya walaupun
keadaanya terbatas. Ada perjalanan spiritual yang dialami JT selama hidupnya, JT
merasakan perubahan karakter dalam dirinya yang semakin mengandalkan Tuhan
dalam segala hal yang terjadi dalam hidupnya. JT tidak lagi menyalahkan pihak lain
atas keadaannya, melainkan menganggap penyakit kanker yang dideritanya sebagai
suatu anugerah dari Tuhan dan JT bangga sebagai penderita kanker.
Setiap hari... walopun gak ketemu langsung, sms telpon, dan merasa pasti setiap hari mereka doain yang terbaik buat aku (JT/S1,W149)...
Ohh.. selalu bisa menerima, kalo menurutku sih penyakit kanker itu bukan musibah sih menurutku, tapi anugerah Tuhan, gak semua orang kan bisa ngerasain sakit kanker, berarti Tuhan milih aku buat.. nyoh kowe tak kei rasane loro iki.. jadi aku juga bisa ngerasain sodara-sodaraku sing sakit kayak gitu jadi aku masih bisa berbagi untuk mereka sih.. (JT/S1,W29). Aku nyaman (JT/S1,W89). aku PD sakit kanker..itu kelebihan juga (JT/S1,W44)
112
4.4.2 Hasil Temuan pada Subyek Penelitian Kedua (Subyek RM)
4.4.2.1 Profil, Status kesehatan dan Latar Belakang “RM”
1. Keadaan Keluarga
RM adalah wanita berusia 42 tahun dan subyek merupakan ibu dari dua orang
anak. Anak laki-lakinya bernama Deni berusia 17 tahun dan anak perempuannya
bernama Dian yang masih duduk di bangku SD. RM tinggal di rumah mertuanya yang
telah meninggal beberapa bulan lalu di Jalan.Citarum no.28.
RM tinggal bersama keluarga besarnya yaitu selain dengan suami dan kedua
anaknya, RM juga tinggal bersama dua keluarga adik dari suaminya dan seorang
keponakan RM yang ditinggal begitu saja oleh orang tuanya yang tidak lain adalah
kakak suaminya karena ibunya meninggal dan ayahnya menikah kembali. Rumah
tersebut terbagi menjadi tiga bagian. Rumah depan di kontrakkan kepada orang lain,
rumah tengah ditinggali subyek dan keluarganya dan rumah belakang ditinggali oleh
adik-adik ipar RM. Keponakan RM bernama Nana. Nana sebaya dengan anak RM
yang masih duduk di bangku SD. RM menuturkan bahwa Dian dan Nana sudah seperti
anak kembar karena mereka sekolah di tempat yang sama dan satu kelas.
RM sangat bersyukur dengan keluarganya. RM bersyukur memiliki suami yang
baik dan menyayanginya serta anak-anak yang selalu memberi dukungan kepada RM
untuk menjalani hidup dan melawan penyakit kanker yang dideritanya. Suami RM
selalu mendukung setiap pilihan RM dalam memilih metode pengobatan yang akan
dijalaninya. RM juga senang karena suami dan anak-anaknya selalu menemaninya saat
sedang menjalani pengobatan. Perhatian suami RM yang sangat besar ditunjukkan saat
113
pertama RM menjalani kemoterapi, suami RM sengaja meninggalkan pekerjaannya
untuk menemaninya dan merawat RM sepanjang hari.
Kedua anak RM juga turut membantu meringankan tugas rumah tangga. Deni,
anak tertua RM mendapat bagian untuk mencuci baju RM dan keluarganya, sedangkan
Dian bertugas menyapu lantai sejak mengetahui RM sakit dan harus menjaga
kesehatannya. Dian tidak sungkan membersihkan bekas muntah RM saat setelah
menjalani kemoterapi. Hal ini sangat membanggakan bagi RM. RM memiliki
hubungan yang sangat baik dengan suami dan anak-anaknya, namun tidak demikian
halnya dengan hubungan RM dengan adik iparnya. RM sering merasa jengkel dengan
adik iparnya karena tidak mau membantu pekerjaan rumah, egois dan
menggantungkan kebutuhan sehari-harinya kepada RM. RM merasa tidak nyaman
dengan sikap adik iparnya tersebut sehingga RM punya keinginan untuk pindah
rumah.
Hampir seluruh keluarga besar RM tidak memberikan dukungan kepada RM
untuk menjalani pengobatan medis dengan alasan menghabiskan banyak biaya. Profesi
RM sebagai seorang perawat membuatnya lebih mantap untuk mengikuti jalan
pengobatan medis dan tidak mengindahkan saran dari keluarga besarnya walaupun
RM mengaku pernah mencoba pengobatan alternatif yang direkomendasikan kakak
RM tetapi hanya berlangsung beberapa saat. Rtidak terlalu memikirkan keluarga
besarnya yang tidak mendukung, bagi RM yang terpenting adalah dukungan dari
suami, anak-anak dan teman-teman RM. Dukungan dari keluarga dan orang yang
terdekat sangat penting dalam upaya penyembuhan RM. Rasa nyaman, tenang dan
114
kasih sayang akan mendatangkan kebahagiaan yang merupakan salah satu aspek
kualitas hidup.
2. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi RM dan keluarga dapat dikatakan kurang mampu. Suami
RM yang memiliki pekerjaan sebagai petugas survei bagi calon peminjam di
perusahaan asuransi membuat penghasilannya tidak menentu, kadang mendapatkan
penghasilan kadang pula tidak. Selama RM sakit, suami RM sering tidak bekerja
untuk merawat RM sehingga penghasilan keluargapun hanya mengandalkan gaji RM
sebagai asisten dokter yang menurut RM tidak terlalu besar.
Rangkaian pengobatan kanker membutuhkan biaya yang sangat besar dan hal
ini sangat mempengaruhi ekonomi keluarga. RM menuturkan bahwa semenjak sakit,
keuangan keluarga menjadi kacau balau. Penghasilan RM sendiri tidak lagi dapat
mencukupi kebutuhan keluarga di tambah ketergantungan dua keluarga lain yang
tinggal bersama RM. RM sedih ketika tidak bisa membayar uang sekolah kedua
anaknya sehingga harus menunggak beberapa bulan dan saat anak laki-laki RM
meminta sepeda motor untuk sekolahnya.
RM sempat meminjam uang di bank untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan
pengobatan penyakitnya, sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari RM juga sering
meminjam dari kakak RM, itupun RM harus mengembalikan pinjamannya pada waktu
yang telah ditentukan. RM sempat merasa putus asa saat memikirkan ekonomi
keluarganya tetapi suami RM selalu mengingatkan bahwa untuk menyerahkan
semuanya kepada Tuhan dan senantiasa menantikan pertolongan Tuhan untuk
memberkati dan mencukupi setiap kebutuhan keluarganya. Kualitas hidup RM sangat
115
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan. RM seringkali
menceritakan kekuatirannya jika tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga terutama
sekolah anak-anaknya. RM belum merasakan kesejahteraan seutuhnya karena
keterbatasan ekonomi ini.
3. Pergaulan
RM senang bersosialisasi dengan orang lain. RM memiliki banyak sekali
teman dan hubungan dengan teman-temannya tersebut tergolong baik dan cukup
akrab. RM mempunyai seorang sahabat di tempat bekerja, sahabat RM ini yang
senantiasa memberikan dukungan dan semangat untuk RM menjalani pengobatan
yang telah diinstruksikan oleh dokter. Seluruh teman-teman RM tahu bahwa RM
menderita kanker dan mereka sangat mendukung dengan pengobatan yang sedang RM
jalani. RM sangat nyaman dan menikmati waktunya saat bekerja dan mengobrol
dengan teman-teman kerjanya.
Penyakit yang di derita RM mempengaruhi banyak kegiatannya di lingkungan
tempat tinggal RM. RM yang dulunya sering ikut dalam kegiatan PKK bersama ibu-
ibu di sekitar rumahnya, setelah sakit, RM menjadi tidak aktif lagi dalam kegiatan
tersebut karena RM sudah merasa lelah saat tiba dirumah selepas RM bekerja. Hal
demikian juga terjadi dalam aktivitas bergereja RM. RM yang dulu sangat aktif
menjadi panitia acara atau terlibat dalam pelayanan di gereja sebagai tim paduan suara,
sekarang RM banyak absen dalam kegiatan-kegiatan semacamnya.
Lingkungan pergaulan RM memberikan dampak besar bagi kualitas hidup RM.
Dukungan dan motivasi dari keluarga dan teman-teman RMdapat menjadikan
semangat bagi RM untuk berjuang melanjutkan hidup khususnya dalam usahanya
116
melawan penyakit yang dideritanya. Rasa cinta dan keberartian RM dari lingkungan
sosial RM mendatangkan perasaan nyaman dan kebahagiaan bagi RM yang akan
menjadi salah satu aspek kualitas hidup RM.
4. Pendidikan dan Pengetahuan tentang Penyakit Kanker
Pendidikan terakhir RM adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan kemudian
RM melanjutkan untuk sekolah asisten dokter. Pekerjaan RM sebagai asisten dokter
sudah dijalani selama 20 tahun. Saat ini RM bekerja di salah satu rumah sakit swasta
di Kota Semarang. Profesi RM pasti memberikan informasi yang banyak mengenai
penyakitnya di tambah dengan RM pernah menjadi asisten dokter penyakit dalam dan
RM juga memiliki riwayat keluarga yang juga menderita kanker.
Pendidikan dan pengetahuan RM mengenai penyakit yang dideritanya
membuat RM paham akan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi penyakitnya.
RM menjalani pengobatan sesuai dengan instruksi dokter yang merawatnya, meskipun
demikian pendidikan RM yang hanya sebatas SMA membuat RM tidak memiliki
penghasilan yang cukup bagi keluarganya di samping pekerjaan suami RM yang tidak
menetap. Hal ini yang kemudian mempengaruhi kualitas hidup RM, RM belum
merasakan kesejahteraan seutuhnya. Keadaan ekonomi yang sering kurang dapa
mencukupi kebutuhan, sering membuat rasa kuatir dan cemas RM muncul.
5. Keadaan Psikologis
Mengetahui bahwa dirinya menderita kanker payudara stadium satu sangat
membuat RM terpukul. RM dinyatakan kanker pada tahun 2010 dan telah menjalani
beberapa rangkaian pengobatan kanker selama beberapa bulan. RM tidak pernah
menyembunyikan penyakitnya dari siapapun, semua orang terdekat RM tahu bahwa
117
RM menderita kanker. Kenyataan bahwa RM menderita kanker sangat mempengaruhi
kondisi psikologis RM, RM mengalami ketakutan akan masa depan, RM takut akan
datangnya kematian yang tidak terduga, nasib anak-anaknya jika RM meninggal kelak,
terutama biaya besar yang dibutuhkan untuk pengobatan. RM merasa cemas dengan
semua kebutuhan keluaganya di tengah keterbatasan ekonomi yang keluarganya alami.
Di awal pengobatan, keadaan RM setelah menjalani kemoterapi biasanya
sangat lemah, RM kehilangan seluruh rambutnya, RM botak dan harus menggunakan
rambut palsu untuk menutupi kekurangannya. Keadaan ini membuat RM malu dan
merasa kurang percaya diri jika di keluar rumah. RM menjadi jarang keluar rumah
semenjak menderita kanker. Semua kebiasaan RM jadi berubah, hal ini membuat RM
sangat sedih. Kebiasaan makan RM juga berubah, RM tidak lagi bisa makan nasi,
karena saat melihat nasi RM akan muntah. Lidah RM mati rasa untuk merasakan, ini
membuatnya merasa berbeda dari orang lain. RM sempat akan menyerah pada proses
kemoterapi yang kelima, RM merasa tidak tahan dengan rasa sakitnya, namun
dukungan keluarga senantiasa membuatnya semakin kuat dan bersemangat untuk
menjalani pengobatan selanjutnya. Peran dan dukungan dari keluarga khususnya
suami dan kedua anak RM, membuat RM merasa berharga. Kualitas hidup RM
tampak dari usaha RM membuang semua perasaan negatif dan mengubahnya sebagai
kekuatan untuk berjuang melawan penyakitnya.
6. Perjalanan Penyakit
RM menderita kanker sejak tahun awal Desember 2010. Gejala awal diketahui
ada penyakit tersebut adalah saat RM sedang mandi, RM mengaku terdapat dua
benjolan di dada sebelah kanannya, untuk beberapa waktu RM sempat
118
menganggapnya benjolan biasa karena tidak terasa sakit. Saat berkonsultasi dengan
dokter umum, dokter umum pun berkata itu wajar terjadi jika wanita akan menghadapi
saat menstruasi setelah itu akan hilang. RM tidak puas dengan jawaban yang
disampaikan dokter tersebut kemudian RM meminta surat konsultasi kepada dokter
ahli bedah. Setelah di lakukan pemeriksaan, ternyata kecurigaan itu terbukti, RM
dinyatakan kanker stadium satu.
RM sempat merasa dilema pengobatan apakah yang harus dipilihnya, keluarga
besar RM menyarankan untuk berobat alternatif dengan alasan biaya relatif
terjangkau, dilain pihak RM juga mendapat saran dari teman-teman dan dokter di
tempat pekerjaannya untuk menjalani kemoterapi. RM sempat satu minggu menjalani
pengobatan alternatif untuk menyembuhkan penyakitnya sesuai saran dari keluarga
besar RM. RM menghentikan pengobatan alternatif tersebut karena merasa tidak
mantap. Profesinya sebagai seorang perawat membuatnya lebih memilih jalur
pengobatan medis.
Pengobatan medis mengharuskannya menjalani beberapa rangkaian program
kemoterapi. Kemoterapi membuat seluruh rambut RM rontok dan tubuh RM menjadi
lemah dan tidak bisa beraktifitas untuk beberapa hari. RM sempat akan menyerah pada
proses kemoterapi yang kelima, RM merasa tidak tahan namun RM bisa melewati
proses ini karena dukungan dari keluarganya. Keadaan RM saat ini cenderung
membaik, pemeriksaan terakhir menyebutkan bahwa RM memiliki anti bodi yang
tinggi untuk melawan keganasan sel kanker tersebut.
119
4.4.2.2 Hasil Wawancara pada Subyek Penelitian Kedua (Subyek RM)
IDENTITAS INFORMAN UTAMA
Nama : Subyek RM
Status : Sudah menikah
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen
Umur : 42 tahun
Kode Informan : RM-S2
Alamat : Jl.Citarum no.28
Pekerjaan : Asisten dokter
Status Penyakit : Kanker Payudara Stadium Satu
1. Aspek Fisik
a. Gejala fisik
RM dinyatakan menderita kanker payudara stadium satu pada satu tahun yang
lalu. Tidak banyak gejala yang dirasakan RM terhadap penyakitnya, RM hanya
menemukan adanya dua benjolan sebesar telur puyuh di sekitar dada kanan atas RM.
RM tidak merasakan rasa sakit di benjolan tersebut. Awalnya RM tidak menghiraukan
benjolan yang ada di payudaranya, namun kelamaan, ada kekhawatiran pada diri RM,
oleh sebab itu beberapa waktu kemudian RM memutuskan untuk berkonsultasi dengan
dokter bedah.
... Awal Desember 2010 waktu aku mandi ada benjolan sak telur puyuh itu dua.. di periksa sama pak benny stadium satu.. di dada tu rasanya mati rasa(RM/S2,W3) tapi aku gak yakin ini biasa aja oq dok.. karena gak berasa sakit... Trus aku bilang dr.Lidia.. yawis dokter sing penting aku minta surat
120
konsultasi ke Pak Benny, kalo gak apa-apa ya sudah. Trus ketemu pak benny, pak benny bilang “lho mbak kok ini mencurigakan ini terlalu dalem”.. trus dokter bilang priksa ini.. ini.. (RM/S2,W1).
RM sempat menjalani pengobatan alternatif sesuai saran dari keluarga
besarnya, namun karena RM merasa tidak mantap dengan pengobatan alternatif maka
RM hanya menggunakannnya selama beberapa hari sebelum obat herbal tersebut habis
dan kemudian beralih pada pengobatan medis. RM rutin menjalani program
pengobatan dari dokter yang menanganinya. Pemeriksaan awal RM mengharuskan
RM untuk melakukan biopsy, yaitu pengambilan sel yang ada dalam tubuh RM yang
dicurigai adanya sel kanker agar diketahui apakah sel tersebut jinak atau ganas.
Ternyata hasil pemeriksaan RM menunjukkan bahwa sel tersebut ganas, maka pada
pemeriksaan awal ini, RM dianjurkan untuk dilakukan pembedahan pada jaringan
kanker yang ada di payudara dan di sekitar ketiak RM, kemudian RM menjalani
kemoterapi rutin dalam jangka waktu setiap tiga minggu sekali..
... terus keluargaku gak dukung, aku di suruh coba paket herbal.. saya sempat mencoba tiga hari.. terus aku ditanyain pak benny.. dalam batinku itu kan herbal belum tentu baik, kalo diminum baik ya ada.. tapi kalo enggak kan juga ada.. terus obat herbalnya tak tinggal aku njalani pengobatan sama pak benny.. aku kontrol tiap bulan sama pak benny.. (RM/S2,W5)... hasilnya pemeriksaan pertama itu langsung disuruh operasi, ya aku manut aja..aku tu ya ndak tau.. tau-tau benda itu ada di tubuhku.. awalnya kan Cuma di biopsi tok, hari berikutnya aku di operasi lagi, dibersihin semuane...di tetek dan di ketiak.. terus dokter menghendaki saya kemo, dalam bayangan saya itu kemo.. tiga minggu sekali dua juta (RM/S2,W1).
Usaha yang di lakukan RM mencapai hasil yang memuaskan, meskipun RM
harus tetap menjalani pengobatan hingga lima tahun kedepan tapi dari hasil
pemeriksaan setelah menjalani kemoterapi yang ke enam diketahui bahwa tubuh RM
memiliki anti bodi untuk melawan sel kanker yang ada ditubuhnya. Saat ini RM sudah
merasa sehat. RM tetap menjaga kesehatannya dengan banyak minum jus buah.
121
Tapi hasil tes yang dilakukan itu hasilnya positif semua, artinya tubuh ku itu bisa lawan sel kanker itu jadi aku punya anti bodi gitu lho mbak..(RM/S2,W1).... dan tante sekarang sudah merasa sehat.. (RM/S2,W20) yang penting itu kita minum jus setiap hari.. (RM/S2,W22).
b. Respon terhadap toksisitas pengobatan dan perawatan
RM telah menjalani kemoterapi sebanyak enam kali dan masih mengkonsumsi
obat-obatan dalam jangka waktu maksimal lima tahun ke depan. Kemoterapi membuat
rambut RM rontok dan RM harus memakai rambut palsu untuk beberapa waktu.
Kemoterapi juga membawa efek lain bagi RM, yaitu lemas, muntah, kelelahan,
kesemutan, dan mati rasa di beberapa bagian tubuh.
terus dokter menghendaki saya kemo, dalam bayangan saya itu kemo.. buat kemo itu kan aku harus persiapkan mental.. Setelah kemo rambutku gembel.. rontok semua.. saya botak (RM/S2,W1)... kemoterapi itu kan aku jadi capek, yaaa mempengaruhi juga sih,, misal aku duduk lama gini aku gak bisa.. (RM/S2,W12).... aku muntah (RM/S2,W15). ... Sekarang itu kesemutan di ujung-ujung jariku ini lho mbak.. terus kalo aku duduk gak bisa langsung berdiri.. lutut ku ini sakit banget... tapi ya sudah di nikmati saja..beberapa bagian tubuh ku ini mati rasa.. ujung jari... ketiak kanan ku.. (RM/S2,W4)
... Kalo kemo kan tiga minggu sekali.. ini tinggal pengobatan lainnya.. kata pak benny sih pengobatanku selama lima tahun (RM/S2,W5)
RM sempat mengalami masa krisis dan lemah dalam proses pengobatan, pada
kemoterapi yang kelima, RM merasa putus asa, namun hal ini bisa segera teratasi
karena RM kembali mendapatkan dukungan dari suami dan anak-anaknya. Hasil
pemeriksaan juga memberikan hasil yang positif, diketahui bahwa tubuh RM memiliki
anti bodi yang dapat melawan keganasan sel kanker dalam tubuhnya.
Kebetulan mungkin keadaanku lagi capek atau gimana, kemo yang kelima itu aku mau menyerah.. tapi kembali lagi.. suami dan anak-anak ku yang menguatkanku, ... hasil tes yang dilakukan itu hasilnya positif semua, artinya tubuh ku itu bisa lawan sel kanker itu jadi aku punya anti bodi gitu lho mbak.. (RM/S2,W1)
122
c. Citra tubuh
RM mengaku malu dengan keadaan fisiknya tanpa rambut. RM merasa
berbeda dengan orang lain. Hal ini membuat RM jadi jarang keluar rumah, saat
ditanya RM nampaknya merasa tidak percaya diri dengan penampilannya, namun RM
berusaha untuk menutupi kekurangannya dengan menggunakan kerudung yang
bermodel seperti topi saat belanja di depan rumah. Seiring berjalannya waktu RM
sudah mulai menerima dan terbiasa dengan penampilannya.
Ya mungkin aku di rasani orang sekitar rumah tapi kan aku nggak pernah keluar.. ya aku sebenernya aku malu, aku gak PD mbak,, pertama kali aku masuk kerja aku nangiss.. (RM/S2,W1)... rasa malu itu kan juga ada.. misalnya mau kumpul sama ibu-ibu PKK gitu kan aku jadi malu padahal mereka juga nggak papa.. (RM/S2,W12)Tapi kembali lagi mbak.. apa Tuhan punya rencana lain buat keluarga ku? Kalo Tuhan punya rencana aku terima keadaan ini... kalo belanja di depan kan pake kudung.. dulunya sih belum bisa menerima, saya merasa, malu sih iya, tapi sekarang yaudah bisa.. (RM/S2,W8)
Berdasarkan hasil observasi peneliti, RM terlihat percaya diri dengan
rambutnya yang sudah mulai tumbuh beberapa bulan ini. Saat ini RM bekerja tanpa
menggunakan rambut palsu, rambut RM yang berjenis ikal dan berwarna hitam terlihat
tebal walaupun masih pendek.
d. Penerimaan Diri
RM mengaku sudah dapat menerima penyakit yang di deritanya. RM
mengatakan bahwa di awal RM mengetahui bahwa penyakitnya adalah kanker
payudara RM merasa takut dan khawatir karena merasa kematian akan segera datang.
RM belum merasa tidak siap saat menerima vonis dirinya menderita kanker, di sisi
lain anaknya masih kecil dan membutuhkannya, namun RM mengembalikan
123
semuanya kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan berserah untuk setiap rencana Tuhan
untuk keluarganya.
RM tidak menyembunyikan penyakitnya terhadap siapapun, RM menuturkan
semua orang tau, tetangga-tetangga juga mengetahui walaupun RM tidak dengan
sengaja memberitahukan keadaannya yang sebenarnya kepada semua orang. Menurut
RM, mungkin orang lain tahu dari penampilannya saat rambutnya mulai rontok.
Tapi di vonis kanker ganas itu, hidupnya tinggal berapa lama lagi sih? Saya pun juga merasa begitu.. pikirku gini, anak-anak itu masih perlu aku.. dalam arti.. kenapa kok aku yang ngalami.. bukan orang lain..aku anggep hidup mati kan di tangan Tuhan kalo emang Tuhan kehendaki kita pulang ga usah sakit kan ya langsung pulang.. (RM/S2,W1)... Semua orang tau.. tetangga-tetangga juga tau, kalo enggak karena rambutku botak mereka paling gak tau.. kebetulan kan tetangga depan rumah kan juga pasiennya pak benny.. jadi kan lingkungan tau gejalanya sama, walaupun saya gak kasih tau.. kalo belanja di depan kan pake kudung.. dulunya sih belum bisa menerima, saya merasa, malu sih iya, tapi sekarang yaudah bisa.. (RM/S2,W8)...
Tapi kembali lagi mbak.. apa Tuhan punya rencana lain buat keluarga ku? Kalo Tuhan punya rencana aku terima keadaan ini aku amini.Cuma waktunya kapan aku ndak tau (RM/S2,W1)
RM tidak asing dengan penyakit kanker karena ada riwayat keluarga yang juga
menderita kanker. Ayah RM tercatat sebagai penderita kanker usus dan baru beberapa
bulan yang lalu meninggal dunia, sedangkan adik ipar RM menderita kanker stadium
akhir yang juga sudah meninggal. menganggap mungkin faktor genetik yang
menyebabkan dirinya memiliki penyakit kanker.
Kalo keluarga ada.. kebetulan bapak kan Ca Kolon.. kanker usus.. Cuma gak tau waktu itu aku sendiri masih karyawan baru kan, tahun ’95.. dulu kan gak serumah, jadi dibawa kesini di operasi dua kali terus ya Tuhan punya kehendak lain, lha apa mungkin dari genetik atau pola makan aku juga ndak tau.. (RM/S2,W2)... saudarane suami ku itu kan istrinya juga Ca Mamae, dia meninggal ... (RM/S2,W1)
124
2. Aspek psikologis
a. Perasaan Positif
RM mengaku sudah dapat menerima penyakit yang dideritanya. RM
menyerahkan semuanya ke tangan Tuhan yang di anggap RM sebagai penentu hidup
dan mati seseorang. RM mengaku semenjak di vonis menderita kanker, RM lebih
banyak berserah kepada kehendak dan rencana Tuhan, walaupun sebagai manusia RM
menyadari bahwa dirinya sering mengeluh namun RM selalu berusaha mencukupkan
diri dengan apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya dan keluarganya.
dulunya sih belum bisa menerima, saya merasa, malu sih iya, tapi sekarang yaudah bisa.. (RM/S2,W8)...aku anggep hidup mati kan di tangan Tuhan kalo emang Tuhan kehendaki kita pulang ga usah sakit kan ya langsung pulang.. (RM/S2,W1)... tak syukuri.. semua nya kan dari Tuhan.. aku pernah iri sama temenku.. enak ya kapan sih aku merasakan seperti itu.. tapi aku sih sekedar pengen cukup.. aku pinjem saudara ku aja harus dikembalikan, sepeda motor itu hampir ditarik karena aku gak bisa mbayar, aku mikir terus nanti kerja suamiku piye.. tapi aku ya berserah aja lah.. .. (RM/S2,W7)
RM selalu ingin menjadi seseorang yang bermanfaat bagi keluarga dan orang
laindisekitarnya. Keterbatasan kondisi fisik dan ekonomi RM masih tergerak hati
untuk berbagi dengan orang lain. RM merasa bersyukur bahwa dalam keadaan
ekonomi yang terbatas, RM masih tetap bisa berbagi dengan keluarga yang tinggal
dekat dengan RM. Tidak di pungkiri bahwa beberapa kali sempat merasa jengkel
dengan sikap keluarganya yang cenderung menggantungkan hidup pada keluarganya
tapi di lain sisi RM merasa senang karena bisa membantu mereka.
Tapi saya senengnya walaupun keadaan saya seperti ini, ekonomi saya seperti ini saya masih bisa berbagi.. adeknya suami saya itu gak pernah mau berbagi, dia itu pelitnya luar biasa.. jadi makan ikut saya, dalam hati itu kadang jengkel.. tapi saya mikir lagi.. mungkin aku di berkati biar aku bisa memberkati orang lain.... kadang aku jengkel tapi terus aku merenung, Tuhan ampuni aku kok aku jengkel sih.. ampuni aku Tuhan kok hatiku bersungut-
125
sungut.. aku jengkel tapi aku diem..yaa walaupun saya jengkel sama ipar saya tapi saya bersyukurlah Tuhan saya masih di beri kesehatan.. (RM/S2,W1)
Pekerjaan RM sebagai perawat sering mempertemukannya dengan pasien-
pasien yang juga memiliki penyakit seperti RM. RM sempat bertemu dengan beberapa
pasien kanker yang sedang menjalani proses kemoterapi, salah satunya adalah
dr.Rianto. RM mencoba memberi semangat untuk menghadapi proses kemoterapi dan
masa sulit setelah kemoterapi dan saran untuk pasien kanker yang lain untuk tetap bisa
terlihat bugar seperti dirinya.
Aku sakit itu aku malah pengennya berbagi rasa sama orang lain yang sesama menderita kanker, selama ini sih udah ada empat orang ya termasuk Pak Rianto juga itu.. karena saya dapet dukungan dari keluarga, temen-temen dan sahabat-sahabat saya.. yang terpenting itu semangat, kalo saya punya semangat buat hidup kita itu jadi punya motivasi buat hidup.. kalo kita udah nglokro.. ah koyok ngene ahh koyok ngene.. dalam hal itu aku tu pengen masuk kedalam mereka, jangan seperti itu, jangan nglokro.. kemarin kan sempat jadi asisten dr.Eko.. kebetulan ada pasien Ca juga.. kemo pertama dia udah rontok.. kulitnya pucet.. pucetnya itu kayak mayat gitu.. putiiihhhh bangett.. terus dokter itu bilang ke pasien itu.. ini lho kayak susternya , susternya sedang sakit juga tapi masih tetep semangat.. pasiennya kaget.. terus Tanya sama saya.. apa iya suster? Ah bohong kok keliatannya sehat gak kayak orang sakit... Terus tak jawab: iyaa bu.. ya mungkin ibu gak percaya kalo saya sakit.. tapi saya pengen bilang sama ibu mati hidup itu di tangan Tuhan, wong yang habis ini pulang mati aja ada apalagi kita yang sudah tau jelas-jelas sedang sakit.. hidup itu harus semangat kalo emang Tuhan sudah tentukan jalanNya buat sakit dulu ya gapapa.. turuti saran dokter saja.. Terus suster udah kemo ke berapa? Saya udah enam kali kemo.. pasiennya gak percaya.. oiya?? Iya.. saya udah 6 kali.. kuncinya emang setelah kemo itu tidak enak, tapi yang penting itu kita minum jus setiap hari.. kalo Hb rendah minum aja rebusan buah Bitt.. saya juga bilang gitu ke dr.Rianto.. minum yang banyak (RM/S2,W22)
b. Perasaan Negatif
RM mengaku pernah terpuruk dengan penyakit yang di deritanya. RM merasa
waktunya untuk hidup tinggal sebentar lagi sedangkan anak-anak RM masih
membutuhkan perhatian dari RM. RM juga merasa kuatir dengan keadaan ekonomi
126
keluarga karena RM menjadi tulang punggung keluarga yang membiayai seluruh
kebutuhan dan pengobatannya sendiri karena suaminya tidak memiliki penghasilan
tetap.
Tapi di vonis kanker ganas itu, hidupnya tinggal berapa lama lagi sih? Saya pun juga merasa begitu.. pikirku gini, anak-anak itu masih perlu aku.. Lha itu bayanganku kan seperti itu, iya kalo suamiku gak nikah lagi.. kalo nikah lagi apa dia pinter mbek anakku, uwwhh wiss bayanganku wis kayak gitu, perempuan kan kayak gitu (RM/S2,W1)Rasa kuatir ku ada, dengan gaji segini, makanku gimana... karena suamiku kan gak mesti dapet penghasilan.. (RM/S2,W7)
RM kadang masih merasa sedih dengan keadaannya, RM sering bertanya
dalam hati mengapa RM yang mengalami penderitaan itu bukan orang lain. RM
pernah merasa putus asa di tengah proses pengobatan yang sedang dijalaninya. Pada
proses kemoterapi yang kelima, RM merasa menyerah dengan kondisinya yang tak
kunjung sembuh, namun berkat dukungan dan perhatian dari suami dan anak-anaknya,
RM kembali bersemangat menjalani pengobatannya.
kenapa kok aku yang ngalami.. bukan orang lain.. kemo yang kelima itu aku mau menyerah.. tapi kembali lagi.. suami dan anak-anak ku yang menguatkanku, (RM/S2,W1)
c. Harga Diri
RM menganggap bahwa harga diri adalah suatu perasaan bahwa dirinya
berharga atau masih dibutuhkan untuk orang lain. RM merasakan bahwa anak-
anaknya dan orang lain masih membutuhkan dirinya, maka RM memiliki keinginan
untuk sembuh yang besar demi semua orang yang menyayanginya.
ternyata mereka masih membutuhkan saya.. itulah yang menjadi kebahagiaan buat saya.. motivasi dan semangat buat saya.. (RM/S2,W14)
127
d. Kebahagiaan
Konsep kebahagiaan dalam hidup, RM menganggap bahwa bahagia adalah
ketika ada kesatuan dalam keluarga. Keharmonisan dan kedekatan dengan suami dan
anak-anak membuatnya motivasi dan semangat untuk RM. RM menuturkan bahwa
RM dan keluarganya sering menghabiskan waktu bersama baik untuk nonton televisi
atau sekedar mengobrol dan bersenda gurau.
Kalo aku kebahagiaan itu dari keluarga.. dalam arti hubungan keluarga, kebahagiaan itu pada saat semua keluarga itu menyatu.. sering aku, suami dan anak-anak ku itu ngumpul, nggoda-nggodani sing kecil,, di uyel-uyel.. itulah yang jadi acuan aku untuk hidup. Anak-anak ku itu masih membutuhkan aku.. jadi kalo pas ngumpul ada satu yang gak ada itu pasti pada nyari.. itulah yang menjadi kebahagiaan buat saya.. motivasi dan semangat buat saya.. (RM/S2,W14)
RM menuturkan bahwa sangat bahagia dengan keadaan keluarganya sejak
dahulu hingga sekarang. Keadaan sakitnya semakin membuat RM yakin bahwa suami
dan anak-anaknya sangat peduli dan mendoakan kesembuhan RM. Dukungan dari
keluarga menjadi kebahagiaan tersendiri untuk RM.
Kalo itu udah saya dapatkan dari dulu to mbak.. lebih yakinnya lagi.. itu semenjak aku sakit.. aku bilang tolong mama di doa’ke.. walaupun saya gak tau kapan mereka doain saya tapi saya tau bahwa mereka pasti mendoakan saya, Kebahagiaan buat saya kalo keluarga dukung pas saya sakit begini.. perhatian.. semenjak saya sakit itu yang nyuci malah anak laki-laki ku.. walaupun kalo yang cowok itu kadang-kadang cuek (RM/S2,W15)
e. Spiritualitas
RM mengaku lebih mendekatkan diri kepada Tuhan setelah di vonis kanker.
Pada awalnya RM sempat merasa terpuruk, namun semua hal yang terjadi dalam
hidup RM serahkan ke tangan Tuhan. RM meyakini bahwa ada renccana yang
disediakan Tuhan untuk keluarganya pada saat-Nya nanti.
128
kenapa kok aku yang ngalami.. bukan orag lain.. Tapi kembali lagi mbak.. apa Tuhan punya rencana lain buat keluarga ku? Kalo Tuhan punya rencana aku terima keadaan ini aku amini.Cuma waktunya kapan aku ndak tau (RM/S2,W1)
RM merasa pertolongan Tuhan untuk dirinya dan keluarganya tidak pernah
berhenti dari hari-ke hari. Saat RM tidak bekerja karena efek pengobatan yang
dijalaninya, RM mengaku tidak ada penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya namun Tuhan senantiasa memberi pertolongan kepada RM dan
keluarganya dengan cara yang tidak bisa di mengerti RM.
RM mengatakan bahwa sekarang lebih dalam lagi menghayati kehidupan
religinya. RM mengaku sering merasa terharu bahkan menangis saat melakukan
kegiatan peribadahan. RM merasa Tuhan telah memberikan kesembuhan yang
sempurna untuk dirinya. RM menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Menurut
RM, mati dan hidup ada di tangan Tuhan. RM memahami bahwa keadaannya yang
sakit memang Tuhan menghendaki terjadi dalam hidup RM. RM meyakini ada
rencana yang ingin Tuhan dalam hidup RM dan dengan iman kepercayaan RM kepada
Tuhan akan menjadikan RM sebagai pribadi yang dewasa dan akan mengembalikan
keadaannya sehat seperti semula.
walaupun aku gak kerja, kebutuhanku dan keluargaku tu kok ya cukup.. kalo bukan Tuhan yang cukupkan ya siapa lagi (RM/S2,W1)
... terus sekarang tiap ikut perjamuan kudus rasa hatiku itu lain gitu lho..hatiku itu juga sakit gitu lho.. kenapa sih aku sakit seperti ini.. terus kalo aku inget Tuhan Yesus di salib kan aku jadi inget, sakit ku kan sudah di tebus sama Tuhan Yesus dengan bilur-bilurnya aku sudah sembuh.. tapi sekarang aku merasa kayak sakit ku itu bener-bener sudah sembuh di ambil sama Tuhan. Sesudah aku menjalani kemo, setiap aku perjamuan kudus, aku pasti nangis mbak, padahal dulu aku gak seperti itu.. aku jadi pengen’e gini mbak, kalo aku dikasih sakit jangan kita lihat ke belakang.. mati hidup itu di tangan Tuhan, kalo Tuhan mau ambil sekarang bisa.. kita kan punya iman, Tuhan menghendaki sakit dulu ya sudah sakit ulu.. itu kan menjadikan kita dewasa.. kan selama ini kan aku tidak tau kayak gitu, gitu lho.. dulu tu neng grejo yo wis
129
neng grejo.. selama ini saya jadi tau Tuhan menghendaki saya seperti ini tapi Tuhan akan mengembalikan keadaaan tapi ntah kapan saya nggak tau.. (RM/S2,W1)
f. Kesejahteraan
Diketahui bahwa bagi RM selalu berusaha mencapai kehidupan yang lebih
baik. RM merasa nyaman di lingkungannya namun keadaan keluarga RM yang
tergolong dalam keluarga dengan ekonomi bawah membuat RM belum merasakan
kesejahteraan seutuhnya. Kekhawatiran RM terhadap biaya sekolah anak-anak, biaya
pengobatan kemoterapi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari masih di rasa berat oleh
RM.
Selama aku kemo suamiku nggak kerja, Cuma mengandalkan gajiku.. padahal gaji ku itu berapa.. setelah potongan-potongan paling 700 ribu, buat mbayar SPP aja itu lho mbak sering nunggak.. sempet setahun itu nunggak mbak.. waktu itu aku mikir ke bank, akhirnya Cuma dapet lima juta mbak.. buat mbayar uang gedung anak ku yang besar masuk SMP.. itu yang SPP anak ku yang ke dua belum bisa kebayar lho mbak.. Tapi saya bersyukurnya guru-guu itu tau kalo anak-saya belum bisa bayar SPP itu guru-guru tau.. (RM/S2,W1)
g. Persepsi Individu terhadap Kualitas Hidup
RM menyoroti kualitas hidup dalam dua sudut pandang. Sudut pandang
pertama, menurut RM kualitas hidup adalah perannya sebagai makhluk sosial, yaitu
kemampuan seseorang untuk tetap memberi motivasi bagi orang lain agar bersemangat
dalam menjalani hidup di tengah keadaan dan keterbatasan yang di milikinya.
berkualitas itu mungkin dalam keadaan seperti ini aku masih bisa memotivasi orang lain yang sama kayak aku biar mereka tetep semangat.. (RM/S2,W16)
Sudut pandang yang kedua, RM menuturkan kualitas hidup dari sisi pekerjaan.
RM mndeskripsikan seseorang yang berkualitas dalam hidupnya adalah seseorang
130
yang tidak puas dengan satu pekerjaan saja. Beberapa kali RM sempat tidak puas
dengan suaminya yang sering berganti pekerjaan dan tidak memiliki penghasilan tetap,
namun RM kemudian menyadari bahwa kemampuan dan talenta masing-masing
pribadi tidak sama.
Kalo aku melihat itu.. royal kerja, katakanlah pekerja keras, kadang aku punya rasa kecemburuan, dalam arti.. temenku, suaminya itu sudah punya pekerjaan tapi dia gak puas dengan satu pekerjaan, dia cari pekerjaan sambilan lain lagi.. batinku kenapa sih kok suamiku gak bisa kayak gitu sih?tapi tak kembalikan lagi.. ohh mungkin talenta dan kemampuan seseorang itu kan beda.. kalo menurut aku sendiri kita kan gak boleh pasrah dengan keadaan yang seperti ini.. punya keiginan, punya mimpi tapi untuk melangkahnya kesana tu lho yang aku sendiri enggak ngerti.. aku nggak tau apakah hidupku itu berkualitas tapi dari keluarga ku sendiri selama aku sakit kan aku gak pernah minta uang buat pengobatan, aku sendiri juga tidak mau cerita, ya mungkin menurut saya, orang yang berkualitas ituu dia tidak puas dengan satu pekerjaan.. (RM/S2,W17)
RM menuturkan bahwa kondisi ekonomi keluarganya sangat mempengaruhi
kualitas hidupnya. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan suami RM yang tidak
memberikan penghasilan yang tetap. Sumber dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, biaya pengobatan dan biaya sekolah anak-anak seluruhnya menjadi tanggungan
RM. RM merasa khawatir apakah gaji yang di terimanya akan cukup untuk kebutuhan
keluarganya.
Untuk sekarang iya.. karena kan sumber untuk dana kan cuma aku tok mbak.. setelah suami kena PHK dan tante sakit ekonominya jadi morat marit mbak.. (RM/S2,W21) ... Rasa kuatir ku ada, dengan gaji segini, makanku gimana... karena suamiku kan gak mesti dapet penghasilan.. (RM/S2,W7)
3. Aspek Sosial
a. Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal RM dengan keluarga sangat baik. RM mengaku di
dalam keluarga sangat dekat dengan suami dan anak-anaknya. RM merasa bahwa
131
suami adalah orang yang paling mengertinya, di segala situasi dan keterbatasan
kondisinya suami RM selalu mengertinya.
Kalo aku kebahagiaan itu dari keluarga.. dalam arti hubungan keluarga, kebahagiaan itu pada saat semua keluarga itu menyatu.. sering aku, suami dan anak-anak ku itu ngumpul, nggoda-nggodani si kecil,, di uyel-uyel.. itulah yang jadi acuan aku untuk hidup. Anak-anak ku itu masih membutuhkan aku.. jadi kalo pas ngumpul ada satu yang gak ada itu pasti pada nyari.. itulah yang menjadi kebahagiaan buat saya.. motivasi dan semangat buat saya.. ternyata mereka masih membutuhkan saya.. (RM/S2,W14)
Hubungan RM dengan sahabat dan teman-temannya cukup baik. RM memiliki
banyak teman. Hasil observasi menunjukkan bahwa RM adalah orang yang ramah dan
suka tersenyum, setiap melayani pasien selalu memberikan perhatian dan dukungan
pada pasien tersebut. RM menceritakan punya beberapa sahabat di lingkungan
pekerjaan yang berprofesi sama.
Hubungan RM dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya juga tergolong
baik. RM mengaku bahwa tetangga-tetangga RM tahu bahwa RM adalah penderita
kanker. RM tetap mendapatkan perhatian dan diperlakukan dengan baik oleh orang-
orang sekitar tempat tinggalnya. Walaupun RM mengaku jarang keluar rumah karena
kadang sepulang bekerja sudah sangat capek tetapi RM mengaku tetap berhubungan
baik dengan lingkungan sekitarnya dan tetangga-tetangga RM pun beberapa kali
menunjukkan perhatian dengan mengunjungi RM di rumah.
terus aku kan punya sahabat kebetulan di ruang anggrek ya kami deket sering cerita-cerita, dia dukung aku juga.. (RM/S2,W1)
Enggak sih, ya tetangga depan rumah kalo ketemu,, udah sembuh ya? Yaa... sehat yaa... tante jarang keluar sih.. tapi mereka memberi dorongan semangat lah.. kadang mereka datang, jenguk ke rumah sakit.. kalo mencibir itu enggak.. bapak-bapak mendukung.. (RM/S2,W9)
132
b. Dukungan sosial
RM tidak menyembunyikan kondisi penyakitnya kepada orang lain. Semua
keluarga, teman kerja RM, teman gereja dan tetangga RM mengetahui bahwa RM
adalah penderita kanker payudara. Pada umumnya semua orang bersikap positif
terhadap RM. RM mendapat dukungan dari semua pihak yang mengetahui
keadaannya.
Keluarga inti memberi dukungan sangat besar terhadap RM dalam menghadapi
penyakitnya. Suami RM dengan setia merawat dan menemani RM menjalani
pengobatan. Anak tertua RM memberi dukungan dengan cara membantu pekerjaan
rumah yaitu mencuci pakaian. Anak bungsu RM sangat perhatian dan memberi
semangat dengan memijat RM saat sedang lelah, dan merawat RM melewati masa
setelah kemoterapi. Anak terkecil RM tidak sungkan membersihkan muntahan dari
mamanya karena efek kemoterapi. RM sangat berbahagia karena suami dan anak-
anaknya sangat mendukung RM dan tidak pernah lupa mendoakan RM.
Keadaan kontras ditunjukkan dari keluarga besar RM, keluarga besar RM tidak
memberikan dukungan terhadap RM karena RM tidak menjalani saran pengobatan
yang dianjurkan oleh keluarga besar RM. Menurut RM, keluarganya bersikap acuh
terhadap keadaannya kecuali ibu kandung RM.
tapi semenjak tante sakit gak kerja.. ya itu januari sampe juni itu gak kerja, aku sendiri kalo habis kemo gak bisa apa-apa.. dia yang mendampingi aku dia yang support aku.. (RM/S2,W6)... aku bersyukurnya ya anak-anak mau menerima keadaan (RM/S2,W7)
.. lebih yakinnya lagi.. itu semenjak aku sakit.. aku bilang tolong mama di doa’ke.. walaupun saya gak tau kapan mereka doain saya tapi saya tau bahwa mereka pasti mendoakan saya, saya sedang dipijetin kalo pas lagi capek, jadi mereka kan perhatian to mbak sama saya.. pas saya kemo itu pernah ada kejadian suami harus pergi ke Salatiga buat rapat gereja.. akhirnya anak ku sing kecil di pamit’ke dari sekolah. Si kecil itu nungguin aku
133
kemo lho mbak, aku muntah itu dia yang buang muntahanku.. tanganku di pijeti sambil bilang.. “Ma, semangat ya ma...” itu hatiku yaampun rasanya.. anak ku perhatian banget sama aku.. itu kan kebahagiaan tersendiri buat aku.. (RM/S2,W15)
Kebetulan mungkin keadaanku lagi capek atau gimana, kemo yang kelima itu aku mau menyerah.. tapi kembali lagi.. suami dan anak-anak ku yang menguatkanku, anak-anakku itu bilang.. mah Semangat! tinggal satu langkah lagi masa mamah meh menyerah? Anak ku yang kecil itu pinter.. nyemangati aku.. ngerawat aku..Kebetulan keluarga besarku nggak mendukung apa kemo mereka nyalahin aku karena gak alternatif aja.. kan lebih ringan.. tapi ibu ku dating kesini, ngerawat.. kalo abis kemo itu kan aku muntah.. tapi aku seneng punya suami sing sayang sama aku,, selama aku sakit itu suamiku nggak kerja lho mbak, ngerawat aku (RM/S2,W1)
RM juga mendapatkan dukungan dari teman kerja, dokter, tetangga sekitar
rumah bahkan guru-guru anaknya. RM menuturkan para tetangga beberapa kali
sempat mengunjunginya di rumah dan jika bertemu pasti menanyakan kabar RM.
Guru-guru anak RM yang mayoritas mengenal RM juga menunjukkan perhatiannya
terhadap RM. RM juga bersyukur dengan motivasi yang selalu diberikan oleh dokter
yang merawatnya.
terus aku kan punya sahabat kebetulan di ruang anggrek ya kami deket sering cerita-cerita, dia dukung aku juga.. Guru anak-anak kan mayoritas kenal.. anak-anak dapet support dari gurunya.. mesti nanyake saya , gimana mama sudah sembuh? Sudah bu tinggal pengobatan aja.. bilang sama mama nggak boleh capek-capek.. sampe sekarangpun masih ada yang peduli dengan aku.. (RM/S2,W7)
ya tetangga depan rumah kalo ketemu,, udah sembuh ya? Yaa... sehat yaa... tante jarang keluar sih.. tapi mereka memberi dorongan semangat lah.. kadang mereka datang, jenguk ke rumah sakit.. kalo mencibir itu enggak.. bapak-bapak mendukung.. (RM/S2,W9)... Ya.. setelah saya kemo kan saya jadi gak seaktif dulu mbak.. RT engga.. RW juga engga... mayoritas semua mendukung saya, selama saya gak aktif kok saya juga perhatiin kegiatan RT juga jadi nggak aktif, selama aku kemo 6 bulan ini ya nggak ada kegiatan itu.. .. (R/S2,W10) dokter bilang ya semoga gak sampe lima tahun ya mbak reta.. dengan dorongan kayak gitu aja udah bikin aku semangat.. aku bersyukur dengan semangat dari dokter.. (RM/S2,W5)
134
c. Hubungan seksual
Penyakit yang di derita RM tidak ada pengaruh penyakit kanker payudara
terhadap kehidupan seksual RM. RM menerangkan bahwa hal ini karena sumber atau
letak penyakit RM bukan di organ intim utama seorang wanita.
Enggak.. kan yang sakit bukan organ intim seksualnya nok.. (RM/S2,W23)
d. Aktivitas sosial
RM mengalami halangan dalam beraktivitas di lingkungan sosialnya. RM
mengaku tidak bisa aktif seperti sebelum sakit karena keadaan fisik RM yang tidak
memungkinkan untuk terlalu lelah, RM masih datang dalam aktivitas sosial namun
hanya sesekali. RM merasa sakit jika terlalu lama duduk. Di samping itu RM juga
terkadang masih merasa malu dengan keadaan dirinya.
Pada dasarnya, RM mengaku senang terlibat dalam aktivitas sosial karena
dalam organisasi RM dapat mendapatkan informasi baru dan pengalaman, namun
keadaan fisiknya yang membuat RM tidak bisa maksimal. RM menuturkan
ketidakhadirannya dalam kegiatan RT atau RW mempengaruhi para tetangganya
karena dahulu RM berperan sebagai bendahara RT.
yaaa mempengaruhi juga sih,, misal aku duduk lama gini aku gak bisa, ada pengaruhnya juga.. di sisi lain rasa kemanusiaanku.. rasa malu itu kan juga ada.. misalnya mau kumpul sama ibu-ibu PKK gitu kan aku jadi malu padahal mereka juga nggak papa.. terus yang ke dua, nanti jatahnya PKK aku masuk kerja atau habis kemo jadi gak bisa dateng.. aku sebenernya sih kepengen, aku suka tapi kan gak bisa ikut terus, pada dasarnya aku suka organisasi begitu karena kan kita bisa nambah pengalaman, yang awalnya gak tau jadi tau.. ( (RM/S2,W12)
Ya.. setelah saya kemo kan saya jadi gak seaktif dulu mbak.. RT engga.. RW juga engga... mayoritas semua mendukung saya, selama saya gak aktif kok saya juga perhatiin kegiatan RT juga jadi nggak aktif, selama aku kemo 6 bulan ini ya nggak ada kegiatan itu.. (RM/S2,W10)
135
4. Lingkungan
a. Kebebasan
Kebebasan dalam hal menentukan prinsip-prinsip dalam hidup serta keputusan
yang harus diambil dari setiap hal yang dialami dalam hidup telah diungkapkan RM
dengan mengungkapkan bahwa dirinya memiliki prinsip dan kebebasan untuk memilih
metode pengobatan apa yang akan dijalaninya walaupun hal ini akan menentang
seluruh keluarga besarnya. Keputusan RM untuk memilih program pengobatan medis
adalah wujud kebebasan yang dimilikinya untuk menentukan hidupnya. RM mendapat
dukungan sepenuhnya dari keluarga inti dan teman-teman sekerjanya. Kebebasan yang
diperoleh subyek diseimbangkan dengan sikap tanggung jawabnya untuk selalu
menjaga kesehatannya.
... terus keluargaku gak dukung, aku di suruh coba paket herbal.. saya sempat mencoba tiga hari.. terus aku kan punya sahabat kebetulan di ruang anggrek ya kami deket sering cerita-cerita, dia dukung aku juga.. katanya aku ditanyain pak benny.. “mbak Reta udah masuk operasi belum?” gitu.. terus obat herbalnya tak tinggal aku njalani pengobatan sama pak benny (RM/S2,W1)
b. Keselamatan fisik dan keamanan
RM mengungkapkan bahwa lingkungannya adalah tempat yang nyaman. RM
menyebut rumah adalah sumber kebahagiaan untuk dirinya karena disana RM bisa
berbagi kegembiraan dengan suami dan anak-anaknya. RM sangat menikmati saat
bersama dengan orang-orang yang dikasihinya.
Sejak tahun 1991.. aman sih.. ini rumah orang tua suami dulunya.. nyaman.. (RM/S2,W11)...
kebahagiaan itu pada saat semua keluarga itu menyatu.. sering aku, suami dan anak-anak ku itu ngumpul, nggoda-nggodani sing kecil,, di uyel-uyel.. itulah yang jadi acuan aku untuk hidup. Anak-anak ku itu masih membutuhkan aku.. jadi kalo pas ngumpul ada satu yang gak ada itu pasti
136
pada nyari.. itulah yang menjadi kebahagiaan buat saya.. motivasi dan semangat buat saya.. (RM/S2,W14)
4.4.2.3 Kualitas Hidup Subyek RM pada pandangan Informan Pertama
IDENTITAS INFORMAN PENDUKUNG
Nama : Sumiarsih (Teman Kerja RM)
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : D3
Agama : Kristen
Umur : 47 tahun
Kode Informan : SM/IP1-S2
Pekerjaan : Bidan
Alamat : Sayung, Semarang
Informan telah mengenal RM kurang lebih sepuluh tahun yang lalu. Informan
menyatakan bahwa RM awalnya mengetahui bahwa ada benjolan di payudaranya,
setelah proses konsultasi dengan dokter diketahui bahwa benjolan tersebut adalah
kanker. RM dinyatakan menderita kanker dan harus menjalani serangkaian proses
pengobatan. RM harus menjalani kemoterapi sebanyak enam kali dan pengobata
lanjutan lainnya. Informan menyebutkan efek yang ditimbulkan oleh pengobatan
kanker yang juga dialami oleh RM.
Wahhh wis suwi.. sepuluh tahunan yak’e.. wong isik tante daripada mama kok. Tante mungkin wis 20 tahunan ng Panti Wilasa.. mama kan gek ntes.. (SM/IP1-S2, W1)Yo dari cerita-cerita temen-temen, cerita tante dewe kok ada benjolan neng payudara.. terus konsultasi dokter benny, biopsy bar kui langsung kon operasi.. ternyata kanker terus pengobatan dilanjutkan. Kemoterapi buat mematikan sel-sel nya.. takutnya daripada terjadi penyebaran kan mending di antisipasi lebih dini. Kanker Nek awal kudu di kemo, tapi nek wis lanjut harus di radiasi. Kemoterapi kui dimasukkan obat kemo diinfus,
137
reaksine obat kemo biasane terasa panas, efek mual dan muntah yang luar biasa.. kemo itukan dimatikan sel-sel kankernya, biasanya juga mematikan sel-sel yang dilewati atau yang ada disekitarnya, jadi daya tahan tubuhnya rendah. Kalo ada yang masuk lagi sakit atau flu aja, pasien kankernya bisa ketularan, soale kekebalan tubuhnya sedang lemah. (SM/IP1-S2, W2) Menurut informan, RM memiliki banyak teman di tempat kerja, semuanya
mengenal RM dengan baik. RM dikenal sebagai sosok yang baik dan ramah. RM juga
memiliki semangat yang tinggi untuk mencapai kesembuhan. Semua teman RM tahu
keadaan RM yang menderita kanker. Teman-teman RM memberikan perhatia dan
dukungan untuk RM tetap kuat dan agar mau menjalani pengobatan. Informan
menjelaskan bahwa efek pengobatan kemoterapi membuat RM sangat membutuhkan
dukungan dari orang-orang disekitarnya.
Yo nek sak rumah sakit koncone kabeh, sak grejo koncone kabeh.. ngono to yo.. kalo udah lama kebanyakan kenal, gak kenal itu misalnya dia pegawai baru.. yo paling ngerti wonge tapi rak ngerti jenenge, tapi nek sak rumah sakit yo kenal. Orange ki yo baik, ramah, kuat, semangatnya tinggi buat sembuh. . (SM/IP1-S2, W3) Dukungane yo mensuport.. support supaya mau menjalani pengobatan, kemoterapi itu kan berat.. misal kalo sampe gak mau kemo, lha nanti anak-anak piye.. anak-anak kehilangan ibu, suami kehilangan istri, fungsi dalam keluarga kan timpang tapi nek menjalani pengobatan kan misal keberhasilan tinggi, berarti kan harapan hidupnya juga tinggiKebanyakan orang itu menganggap kanker gak ada obatnya, padahal kan pengobatan sudah maju, jadi metode sudah banyak dikembangkan. Nek mbiyen pengobatan kanker pasien harus pake penutup kepala sampai ke kaki semuanya tertutup, sekarang kan enggak, ya karena metode kedokteran sudah maju. Itu karena kanker kan pembunuh nomer sekian di Indonesia atau Dunia, jadi semakin dikembangkan. Padahal banyak pasien kanker yang bisa sembuh, contoh orang terkenalnya tu Shahnaz Haque itu kan kanker rahim dulu, menjalani kemoterapi juga.. akhirnya juga sembuh, jadi.. salah nek bilang kanker gabisa sembuh.. bisa..Makanya itu kenapa penderita kanker sangat butuh dukungan dari keluarga. Soalnya efek pengobatannya sangat menyakitkan. (SM/IP1-S2, W4)
RM harus menjalani kemoterapi sebanyak enam kali dan pengobatan lanjutan
yang diatur oleh dokter. RM mendapatkan keringanan dari obat kemoterapi yang
digunakannya. Rumah sakit tempatnya bekerja memberikan keringanan biaya separuh
138
karena harga obat kemoterapi yang mahal. Informan menjelaskan bahwa pekerjaan
suami RM tidak tetap. Hal ini mungkin membuat ekonomi keluarga RM sedikit sulit.
Biasane enam kali terus minum obat buat meningkatkan daya tahan tubuh to dek.. (SM/IP1-S2, W8)Ditanggung RS sebagian karena kemoterapi kan obatnya mahal. Orang tuane juga jarene kanker juga kan.. yang ditinggali itu rumahnya orang tuanya. Tante kui pernah cerita udah bikin rumah di daerah dokter cipto, tapi belum ditempati, jadi masih di rumah yang lama itu. (SM/IP1-S2, W5) Duh kerja apa ya.. Karyawan swasta lepas kayaknya.. jadi yo penghasilannya gak tetap. (SM/IP1-S2, W6)
Informan mendefinisikan kualitas hidup sebagai hidup yang berfungsi dengan
baik. Menurut informan seseorang yang memiliki kualitas hidup memiliki kriteria
diantaranya mampu bersosialisasi, memiliki fisik dan mental yang baik dan mampu
mengerjakan pekerjaan dengan baik. Contoh yang diungkapkan informan adalah jika
profesi seseorang adalah perawat, perawat tersebut masih mampu untuk bekerja.
Informan menganggap RM adalah seseorang yang memiliki kualitas hidup yang
positif. Hal ini dikarenakan, dengan kondisi RM sebagai penderita kanker, RM mampu
bekerja dan masih memiliki mobilitas yang tinggi.
Kualitas hidup kui yo.. hidup yang bisa berfungsi secara baik.. (SM/IP1-S2, W9) Bisa bersosialisasi baik, fisiknya baik, mentalnya baik, bisa mengerjakan pekerjaan baik, gak terganggu, kalo perawat yo bisa dinas.. (SM/IP1-S2, W10) Ya... kalo untuk penderita kanker, masih bisa seperti itu.. termasuknya baik...wong masih bisa kerja.. bisa kemana-mana.. yo termasuk baik (SM/IP1-S2, W11)
4.4.2.4 Kualitas Hidup Subyek RM pada pandangan Informan Kedua
IDENTITAS INFORMAN PENDUKUNG
Nama : Bp. Daud (Suami RM)
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
139
Agama : Kristen
Umur : 40 tahun
Kode Informan : DD/IP2-S2
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl.Citarum, Semarang
Informan menyatakan bahwa RM sudah menderita kanker selama kurang lebih
satu tahun yang lalu. Ada dua benjolan di payudara RM sebelah kanan. RM sempat
merasa khawatir dengan keadaannya, ada ketakutan yang dihadapi RM saat
mengetahui bahwa ada sel kanker dalam tubuhnya. Setelah RM berkonsultasi kepada
dokter, RM langsung menjalani operasi dan saat ini sudah enam kali menjalani
kemoterapi.
Sekitaran setahun lalu kayaknya ya.. duh lupa-lupa inget saya.. yaa.. tahun 2011 tengah atau akhir gitu kayaknya..Saat itu ya tante cerita kok ada dua benjolan dipayudaranya yang kanan, dua katanya.. lha terus ya udah konsultasi dokter, biopsy, terus dioperasi sekalian..(DD/IP2-S2,W1) Ya namanya orang dapet vonis kanker ya kaget ya.. sempat takut, khawatir juga, apa nanti terus payudaranya diangkat semua.. atau gimana.. (DD/IP2-S2,W2) Saat itu ya rasanya kaget semua, gak menyangka kok ada penyakit itu. Tapi ya sudah, yang penting segera ditangani saja dulu. (DD/IP2-S2,W1) tapi kata dokter kan masih stadium awal.. jadi tidak perlu diangkat, dibersihkan aja, terus kemo.. ini sudah jalan berapa kali ya.. kayaknya enam kali kemo.. Puji Tuhan (DD/IP2-S2,W2)
Dokter menyatakan bahwa kanker subyek pada stadium satu. Suami RM selalu
berusaha menemani RM saat sedang menjalani pengobatan. Ada kekhawatiran yang
dirasakan subyek terutama tentang datangnya kematian. RM merasa bahwa anak-
anaknya masih sangat membutuhkan perhatian darinya. Informan menyatakan bahwa
saat menjalani kemo kelima RM mengalami kondisi yang menurun, RM sempat
hampir putus asa, tapi dukungan dari anak-anak RM membuatnya kembali bangkit dan
140
bersemangat menjalani hidup.
Iya.. Biasanya sama saya.. ya saya usahakan buat selalu temenin dia.. kasian kalo sendirian, anak-anak kan sekolah, ya saya ngalahi beberapa waktu berhenti kerja, ya buat ngurusin tante dirumah.. (DD/IP2-S2,W5) Ya ngerasa khawatir dan takut itu pasti ya.. apalagi anak-anak masih kecil.. gimana nanti kalo ada apa-apa.. kalo nanti saya nikah lagi, terus anak-anak gak ada yang ngurusin.. (DD/IP2-S2,W4) Oh iya... waktu kemo kelima kondisinya kan drop.. rambutnya sudah botak itu.. tapi ya saya sama anak-anak berusaha kasih semangat akhirnya bangkit lagi terus mau lagi kemo yang keenam. Ya kalo abis kemo gitu kasian ya, badannya lemah sekali, muntah-muntah.. gak bisa kerja,hanya tiduran. Puji Tuhan sekarang sudah keliatan sehat. (DD/IP2-S2,W3) RM tidak menyembunyikan kondisinya dari orang-orang lain. RM sudah dapat
menerima kenyataan bahwa dirinya adalah penderita kanker. Informan
mengungkapkan bahwa kemungkinan penyakit RM berasal dari faktor genetik, orang
tua RM meninggal karena kanker usus. Suami dan anak-anak RM mendukung RM
sepenuhnya, tetapi keluarga besar RM tidak demikian, keluarga besar RM cenderung
acuh dengan keadaan RM. Suami dan anak-anak RM selain memberi semangat, juga
saling membantu tugas pekerjaan rumah untuk meringankan beban RM. Lingkungan
sekitar RM mendukung dan memberi perhatian kepada RM untuk tetap kuat
menghadapi penyakitnya.
Ya tahu, gak di tutup-tutupin kok, (DD/IP2-S2,W13) Kalo menerima ya sudah.. di syukuri saja semuanya (DD/IP2-S2,W8) Iya.. kebetulan bapak mertua itu kanker usus..baru meninggal beberapa bulan lalu, tap itu bapak ketauannya udah telat, jadi ya penanganannya agak terlambat. (DD/IP2-S2,W9) Kalo keluarga besar enggak terlalu mendukung.. karena dulu sempat berhenti dari pengobatan yang disarankan keluarga, jadi mereka agak-agak cuek sama kondisi tante sekarang.. paling ibuk yang pernah kesini, nengok dan bantu ngerawat tante.. kalo saya dan anak-anak berusaha sebaik mungkin untuk merawat tante. Ya anak-anak saya secara nggak langsung jadi mandiri semua, kadang makan masak sendiri, yang besar walaupun laki-laki tapi mau nyuci baju.. yang cewek bersih-bersih.. ya mereka ikut semangatin tante sih. (DD/IP2-S2,W7)
Ya tahu, gak di tutup-tutupin kok, kan ya kemarin tante sempat rontok semua rambutnya, jadi secara gak langsung pasti juga tahu.. (DD/IP2-
141
S2,W13) Ya mendukung, dateng ke rumah, kasih semangat.. biar tante kuat menghadapinya.. (DD/IP2-S2,W14)
RM menjadi pribadi yang lebih sensitif dari biasanya. RM peraya diri dengan
rambutnya yang sudah tumbuh kembali setelah sempat memakai rambut palsu karena
kemoterapi membuat seluruh rambutnya rontok. RM menjadi lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan dengan rajin beribadah dan mengikuti kegiatan rohani. Keadaan
fisiknya yang mudah lelah memang sedikit mempengaruhi aktivitas rohani RM di luar
rumah. Menurut informan, penyakit RM juga mempengaruhi aktivitas seksualnya
dengan pasangan. Hal ini dikarenakan pasangan merasa tidak tega kepada RM yang
sakit.
Lebih sensitif.. (DD/IP2-S2,W12) Sempat ngomong.. “Pah.. aku isin gak punya rambut gini, nek di delok kok aneh..ter’ke neng salon yok? Aku tak bikin rambut palsu”.. ya akhirnya saya anter ke salon, terus bikin rambut palsu.. sempet beberapa bulan pakai rambut palsu.. terus sekarang sudah tumbuh rambut aslinya, udah makin PD aja.. (DD/IP2-S2,W15) Ya semenjak sakit, tentunya tante lebih berserah kepada Tuhan.. ke gereja, tapi karena keadaan yang gampang capek jadi jarang ikut pelayanan lagi.. paduan suara masih ikut tapi kalo ya pas saya dirumah jadi biar bisa bareng.. (DD/IP2-S2,W20)
kayak gitu itu pasti kan, orang melakukan kayak gitu kan sama-sama senang.. kalo kayak gini kan bukan cuma yang kanker aja yang merasakan, tapi om juga merasakan perubahan, om yang liat sakitnya kan merasa kasian, apalagi ya itu penting tapi lebih penting kesembuhan tante lah.. hahaha (DD/IP2-S2,W16)
Informan mengungkapkan bahwa RM berarti segalanya untuknya dan anak-
anak mereka, oleh sebab itu keluarga mengusahakan kesembuhan RM semaksimal
mungkin. RM dan keluarga sudah tinggal sejak lama di rumah yang sekarang mereka
tinggali. Keluarga adalah sumber kebahagiaan bagi RM. Informan mengungkapkan
kualitas hidup adalah terpenuhinya semua kebutuhan dan adanya keseimbangan dalam
segala aspek kehidupan. Menurut informan, RM termasuk kriteria seseorang yang
memiliki kualitas hidup positif.
142
Wah ya segalanya buat saya ya.. buat saya, buat anak-anak.. pasti sangat berarti.. saya sama anak-anak sayang sama tante, kadang nggak tega kalo tante pas sakit gitu.. kami berusaha semaksimal mungkin lah untuk berobat (DD/IP2-S2,W18) Sudah sejak kecil, kan ini peninggalan dari orang tua. (DD/IP2-S2,W17) Ya.. bersama keluarga dan melihat anak-anak tumbuh besar itu membahagiakan buat kami.. (DD/IP2-S2,W19)
Ya saat semua kebutuhan hidup tercukupi dan seimbang, baik sandang, pangan, papan, papan, kasih sayang keluarga, sosial, kehidupan rohani juga Jadi kalo kaya tapi banyak musuhnya banyak, korupsi.. ya gak berkualitas. (DD/IP2-S2,W21) Ya... walaupun kami bukan orang kaya, tapi ya cukup.. Tuhan selalu mencukupkan.. Puji Tuhan. (DD/IP2-S2,W22)
4.4.2.5 Kualitas Hidup Subyek RM dalam Pandangan Informan Ahli
IDENTITAS INFORMAN AHLI
Nama : dr.Benny Issakh, Sp.BT
Status : dokter subyek RM
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 51 tahun
Kode Informan : BI/IH-S2
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Dokter
Informan menjelaskan tentang RM penelitian dan cara RM menyikapi penyakit
yang di derita dan menjalani program pengobatan yang sudah ditetapkan. RM, di mata
informan, memiliki semangat yang kuat untuk sembuh. Informan menyatakan bahwa
RM menjalani program kemoterapi dengan tertib dan baik. Sampai saat ini RM sudah
menjalani kemoterapi yang keenam. Informan mengatakan mungkin pengobatan akan
berlanjut hingga lima tahun ke depan. RM memiliki anti bodi yang mampu melawan
keganasan kanker di tubuhnya.
dia sangat semangat dan kuat menjalani rangkaian kemoterapi... ini sudah berlangsung lima atau enam kali gitu.. (BI/IH-S2,W4) Kalo keadaannya
143
sekarang sudah sangat baik, kemoterapi tinggal beberapa kali lagi, sehat.. tinggal melanjutkan pengobatan, tapi memang kemungkinan dalam jangka waktu lima tahun ke depan masih akan menjalani pengobatan, ya mudah-mudahan engga sampe lima tahun.) Tubuhnya punya imunitas yang baik yang bisa lawan keganasan sel kanker yang ada di tubuh R jadi ini ya sangat baik ya.. gak semua penderita punya imun seperti dia. (BI/IH-S2,W7
Informan ahli mendefinisikan kualitas hidup adalah kondisi seseorang yang
mandiri. Kemandirian berarti tidak bergantung pada orang lain untuk melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Informan memberikan penjelasan bahwa kemandirian ini
meliputi kesanggupan seseorang melakukan kegiatan sehari-hari, misalnya ke kamar
mandi. Menurut informan, RM adalah seorang yang memiliki kualitas hidup yang
positif dalam hidupnya. Di tengah kondisi fisiknya yang sakit, RM masih mampu
bekerja sebagai asisten perawat dan tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk
beraktivitas.
Hmm.. kualitas hidup, kalo dalam bidang kesehatan.. yaa.. orang yang hidupnya berkualitas itu orang yang dalam melakukan aktivitas tidak bergantung dengan bantuan orang lain..Artinya.. kalo ke kamar mandi aja dia harus di anter dan di tolong orang lain itu enggak berkualitas(BI/IH-S2,W3)
Ohhh iya.. pasti.. dia masih bisa bekerja, dia tidak perlu bantuan orang lain.. Subyek R masih kerja jadi asisten doker.. (BI/IH-S2,W4)
4.4.2.6 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup subyek RM
Kualitas hidup RM dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain spiritualitas,
dukungan sosial dan kesejahteraan. Penerimaan diri RM terhadap penyakitnya erat
kaitannya dengan hal hubungannya dengan Tuhan. Ada perjalanan spiritual yang
dilalui RM, yang membuat RM merasakan perubahan dalam dirinya. RM menjadi
lebih memaknai hal peribadahan yang dilakukannya. RM berserah mengenai penyakit
dan masa depannya kepada Tuhan. Hal ini membuat RM dapat bersyukur untuk setiap
hal terbaik yang Tuhan berikan kepada RM. Dukungan sosial terutama yang berasal
144
dari suami dan anak-anaknya memberi kebahagiaan tersendiri bagi RM, RM merasa
bahwa dirinya berharga untuk orang lain.
... terus sekarang tiap ikut perjamuan kudus rasa hatiku itu lain gitu lho..hatiku itu juga sakit gitu lho.. kenapa sih aku sakit seperti ini.. terus kalo aku inget Tuhan Yesus di salib kan aku jadi inget, sakit ku kan sudah di tebus sama Tuhan Yesus dengan bilur-bilurnya aku sudah sembuh.. tapi sekarang aku merasa kayak sakit ku itu bener-bener sudah sembuh di ambil sama Tuhan. Sesudah aku menjalani kemo, setiap aku perjamuan kudus, aku pasti nangis mbak, padahal dulu aku gak seperti itu.. aku jadi pengen’e gini mbak, kalo aku dikasih sakit jangan kita lihat ke belakang.. mati hidup itu di tangan Tuhan, kalo Tuhan mau ambil sekarang bisa.. kita kan punya iman, Tuhan menghendaki sakit dulu ya sudah sakit ulu.. itu kan menjadikan kita dewasa.. kan selama ini kan aku tidak tau kayak gitu, gitu lho.. dulu tu neng grejo yo wis neng grejo.. selama ini saya jadi tau Tuhan menghendaki saya seperti ini tapi Tuhan akan mengembalikan keadaaan tapi ntah kapan saya nggak tau.. (RM/S2,W1)
.. lebih yakinnya lagi.. itu semenjak aku sakit.. aku bilang tolong mama di doa’ke.. walaupun saya gak tau kapan mereka doain saya tapi saya tau bahwa mereka pasti mendoakan saya, saya sedang dipijetin kalo pas lagi capek, jadi mereka kan perhatian to mbak sama saya.. pas saya kemo itu pernah ada kejadian suami harus pergi ke Salatiga buat rapat gereja.. akhirnya anak ku sing kecil di pamit’ke dari sekolah. Si kecil itu nungguin aku kemo lho mbak, aku muntah itu dia yang buang muntahanku.. tanganku di pijeti sambil bilang.. “Ma, semangat ya ma...” itu hatiku yaampun rasanya.. anak ku perhatian banget sama aku.. itu kan kebahagiaan tersendiri buat aku.. (RM/S2,W15) Pengetahuan dan pemahaman subyek terhadap penyakit yang dideritanya.
Pekerjaan RM mendorongnya untuk memiliki pengetahuan yang cukup terhadap
penyakitnya dan memilik pengobatan medis untuk kesembuhan penyakitnya. Konsep
kesejahteraan pada RM lebih dalam lagi diketahui hubungannya dengan faktor
ekonomi. RM secara lugas menuturkan bahwa hal yang secara umum mempengaruhi
kualitas hidupnya adalah faktor ekonomi. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama
lain.
Iya.. ya itu posisi suamiku kan nggak kerja, sedangkan aku sendiri kan masih punya utang.. dengan gajiku 700rb itupun kalo posisi nglembur.. selama sakit kan tante gak pernah nglembur.. itu sudah buat makan, sekolah, pinjem
145
keluarga kan aku juga harus kembalikan. Aku sih bersyukurnya di rumah sakit kan dapet beras, tante sih prinsipnya yang penting anak-anak bisa makan.. aku bersyukurnya ya anak-anak mau menerima keadaannya. Guru anak-anak kan mayoritas kenal.. anak-anak dapet suport dari gurunya.. mesti nanyake saya , gimana mama sudah sembuh? Sudah bu tinggal pengobatan aja.. bilang sama mama nggak boleh capek-capek.. sampe sekarangpun masih ada yang peduli dengan aku.. sampe sekarang dengan gajiku yang di potong itu.. sekitar 500ribu, aku syukuri aku bisa makan.. kalo aku punya uang 10 ribu aja aku awet-awet aku belikan sayur buat anak-anak.
Sampai kemarin itu hatiku loro tenan mbak, anak ku yang pertama itu bilang mah mbok aku dibelikan motor.. rasanya aku sakit.. aku kerja sekian tahun ok aku gak bisa mbeli’ke.. pernah mbak besok tu anak-anak sekolah tapi aku sama sekali nggak punya uang, tapi adaaa aja berkat Tuhan.. Tuhan beri berkat lewat temen ku, 50 ribu. Rasa kuatir ku ada, dengan gaji segini, makanku gimana... karena suamiku kan gak mesti dapet penghasilan..
Kadang aku berpikir gini, temenku enak ya punya suami yang setiap bulan dapet penghasilan sedangkan aku aja, ya kadang dapet kadang enggak, tak syukuri.. semua nya kan dari Tuhan.. aku pernah iri sama temenku.. enak ya kapan sih aku merasakan seperti itu.. tapi aku sih sekedar pengen cukup.. aku pinjem saudara ku aja harus dikembalikan, sepeda motor itu hampir ditarik karena aku gak bisa mbayar, aku mikir terus nanti kerja suamiku piye.. tapi aku ya berserah aja lah. (RM/S2,W7)
4.4.3 Hasil temuan pada subyek penelitian ketiga (Subyek BG)
4.4.3.1 Profil, status kesehatan dan latar belakang “BG”
1. Keadaan Keluarga
BG adalah seorang pemuda berusia 29 tahun. BG adalah anak pertama dari dua
bersaudara, BG sangat dekat dengan keluarganya. Hubungan BG dengan keluarga
sangat baik walaupun jarang meluangkan waktu bersama orang tuanya di rumah
karena kesibukan. BG lebih banyak berinteraksi dengan adik perempuannya saat di
rumah. BG memiliki banyak teman yang sudah dianggapnya sebagai keluarga.
BG tinggal di lingkungan masyarakat mampu. Rumah BG tergolong baik dan
besar, rumah tersebut menyatu dengan tempat usaha BG. Kamar BG diatur sedemikian
rupa sehingga bisa digunakan untuk tempat kerja BG. Semua anggota keluarga dan
teman-teman BG tahu bahwa BG adalah seorang penderita kanker namun mereka
146
tidak pernah mengucilkan BG, tetapi justru mereka sangat perhatian kepada BG.
Teman-teman BG datang mengunjungi BG saat sakit di rumah maupun di rumah
sakit. BG mengaku nyaman tinggal di lingkungan tempat tinggalnya.
Hubungan interpersonal yang baik dengan keluarga membuat BG mendapat
dukungan sepenuhnya baik dalam hal materi maupun mental. Dukungan dari keluarga
adalah salah satu hal penting bagi penderita kanker, hal tersebut akan membuat BG
merasa tidak sendirian dalam menjalani kehidupan ini. Ada banyak orang yang selalu
mengasihi dan memberikan semangat bagi BG khususnya untuk melawan
penyakitnya. Semangat juang yang tinggi dan disertai dukungan dari keluarga akan
membawa BG kepada kualitas hidup yang positif.
2. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi BG dan keluarga dapat digolongkan sangat mampu. Orang
tua BG masing-masing memiliki pekerjaan yang sangat baik. Jiwa wirausaha yang
dimiliki orang tuanya juga dimiliki oleh BG. Sebagai pemuda BG tergolong sukses
merintis usahanya. Sejak tahun 2004 subyek mendirikan usaha rental dan warnet di
rumah BG yang terletak di daerah pertokoan.
BG termasuk pemuda yang mandiri karena saat ini BG sudah mampu
membiayai kehidupannya sendiri. Penyakit BG awalnya cukup mempengaruhi
ekonomi BG walaupun BG berasal dari keluarga sangat mampu. Hal ini dikarenakan,
BG harus membeli obat dengan harga yang sangat mahal. Satu obat seharga Rp
250.000,00 sedangkan BG harus mengonsumsi obat tersebut sebanyak empat butir
setiap hari. BG mengaku berat pada awalnya, namun orang tua BG juga memberikan
bantuan dana untuk pengobatan BG. Saat ini pemerintah memberikan bantuan kepada
147
pasien leukemia untuk mendapatkan obat dengan harga yang cukup terjangkau, BG
mendapatkan subsidi sebagian untuk pengobatan. Kekhawatiran yang lain muncul,
karena keberadaan obat tersebut juga sulit didapatkan. Faktor ekonomi dan sulitnya
mendapatkan obat-obatan yang diperlukan cukup mempengaruhi kesehatan BG. BG
akan merasa lemah atau bersalah jika lupa mengonsumsi obat-obatan tersebut.
Kesehatan adalah salah satu aspek kualitas hidup seseorang.
3. Pergaulan
BG senang bersosialisasi dengan banyak orang. BG memiliki hubungan baik
dengan teman kerja dan teman-temannya, kebanyakan teman BG adalah teman semasa
SMA dimana mereka tergabung dalam organisasi paskibraka sekolah dan BG berperan
sebagai senior dalam organisasi tersebut. Hubungan BG dengan mereka tergolong
dekat karena BG juga sering membantu teman-temannya yang membutuhkan bantuan
atau pekerjaan. Karyawan tempat usaha BG adalah teman-teman BG sendiri. BG tidak
menyembunyikan kondisi penyakitnya kepada siapapun.
Semua orang yang mengenal BG tahu bahwa BG menderita kanker, namun
mereka tidak lantas mengucilkan atau menjauhi BG, tetapi justru mereka
menunjukkan perhatian dan dukungannya kepada BG dan keluarga. Perhatian dan
dukungan dari teman ditunjukkan dengan cara mengunjungi BG di rumah atau di
rumah sakit dan mengadakan doa bersama untuk BG.
BG memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap orang lain. BG sering
membantu teman-temannya yang datang ke rumah BG untuk bertukar pikiran
mengenai usaha yang sedang mereka rintis. BG memang bersemangat untuk mencoba
berwirausaha di bidang yang lain. BG selalu berusaha untuk membantu teman-
148
temannya. Salah satu kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup adalah bahwa
seseorang tersebut memiliki perasaan empati terhadap orang lain. Empati tersebut
ditunjukkan BG kepada teman-temannya dengan cara membantu temannya untuk
mendapatkan pekerjaan.
4. Pendidikan dan pengetahuan tentang penyakit kanker
Pendidikan terakhir BG adalah Sarjana. Penyakit BG cukup mempengaruhi
aktivitas pekerjaannya, oleh karena itu, BG memutuskan untuk keluar dari pekerjaan
dan memilih untuk menjalankan usahanya sendiri di rumah. BG memiliki usaha rental,
warnet dan fotokopi di rumah. Setelah sakit, BG lebih nyaman untuk beraktivitas di
rumah yang berdampingan dengan tempat usahanya.
Pekerjaan BG yang lebih banyak dihabiskan di dunia maya dan internet
memudahkan BG untuk mendapatkan cukup banyak informasi mengenai penyakitnya.
BG tahu bahwa dirinya menderita kanker dan BG mencoba mempelajari apa yang
menyebabkan dan bagaimana cara menanganinya. BG melengkapi pengetahuannya
dengan berkonsultasi kepada dokter. Informasi yang didapatkan BG dari berbagai
sumber dipakai untuk memahami hal apa yang seharusnya dilakukan dan dihindari,
ini akan mendatangkan kebaikan terutama pada kesehatan BG. Keadaan tubuh yang
sehat pada akhirnya akan menciptakan kualitas hidup BG.
5. Keadaan psikologis
Mengetahui bahwa dirinya menderita kanker darah sempat membuat BG
terpukul. BG dinyatakan kanker pada akhir tahun 2011 dan telah menjalani beberapa
rangkaian pengobatan kanker selama beberapa bulan. BG tidak pernah
149
menyembunyikan penyakitnya dari siapapun, semua orang terdekat BG tahu bahwa
BG menderita kanker.
Kenyataan bahwa BG menderita kanker cukup mempengaruhi kondisi
psikologis BG. Pada awalnya BG mengalami kegelisahan dengan keadaan tubuhnya
yang sering tidak prima, namun BG menerima kondisinya dengan ikhlas, BG
menyerahkan semuanya kepada Tuhan karena BG menganggap bahwa hanya Tuhan
yang bisa menolongnya dan BG meyakini bahwa semua penyakit pasti ada obatnya.
BG berusaha untuk tetap bersemangat dan tidak mengeluh dengan keadaan.
BG tabah dan menjalani hidupnya dengan apa adanya. BG bersyukur atas apapun yang
terjadi padanya dan sabar dalam menjalani setiap proses pengobatan. BG tetap merasa
dirinya berharga di mata orang lain walaupun dalam keadaan sakit. Hubungan
spiritualitas BG kepada Tuhan membawanya dalam tahap penerimaan diri yang sangat
baik. Seseorang yang memiliki kualitas hidup positif adalah seseorang yang
memahami dan memiliki penerimaan diri yang baik.
6. Perjalanan penyakit
BG menderita kanker sejak November 2010. Gejala awal diketahui adanya
penyakit tersebut adalah berat badan BG turun drastis, lemas dan demam. Awalnya
BG tidak menghiraukan gejala tersebut. BG hanya mengira bahwa BG terlalu lelah.
Kemungkinan penyakit BG sudah berlangsung sejak lama tetapi tidak terlalu dirasakan
oleh BG.
Awal diagnosis kanker pada BG diketahui saat BG menjalani tes pemeriksaan
kesehatan sesaat sebelum BG berangkat beribadah ke tanah suci. BG menjalani tes
150
seluruh kesehatan, saat tiba melakukan tes darah, alat yang tersedia tidak dapat
membaca jumlah sel darah putih yang ada pada darah BG. Sel darah putih BG
melewati batas normalnya yaitu 758.000. Hasil ini kemudian di rujuk ke rumah sakit
untuk laboratorium selanjutnya. BG mencoba mencari sendiri seluruh informasi dari
internet, BG mencoba menghubungkan semua gejala yang dialami dengan hasil
pemeriksaan kesehatannya, seluruh informasi di internet menunjukkan ke arah
penyakit leukemia. BG berusaha mencari pendapat dari dokter dan beberapa waktu
kemudian BG dinyatakan menderita leukemia.
BG telah menderita kanker selama satu tahun lebih. BG memiliki penerimaan
diri yang baik. BG melakukan beberapa cara metode pengobatan tradisional namun
belum berhasil. Saat ini BG menjalani pengobatan dengan obat khusus leukemia
sebanyak empat tablet sehari yang harus diminum rutin tiap harinya. Keadaan BG saat
ini cenderung baik, saat dilakukan wawancara, jumlah leukosit BG sudah dalam angka
normal.
4.4.3.2 Hasil wawancara subyek penelitian ketiga (Subyek BG)
IDENTITAS INFORMAN UTAMA
Nama : Subyek BG
Status : Belum menikah
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sarjana
Agama : Islam
Umur : 29 tahun
Kode Informan : BG/S3
151
Alamat : Jl. Tlogosari no.36
Pekerjaan : Wirausaha
Status Penyakit : Kanker Darah Stadium satu
1. Aspek Fisik
a. Gejala fisik
BG dinyatakan menderita kanker darah stadium satu pada November 2010 lalu.
Beberapa gejala yang dialami BG antara lain adalah turunnya berat badan secara
drastis, panas tinggi, lemas, cepat lelah dan cepat ngantuk. BG mengaku awalnya tidak
mau untuk memeriksakan keadaannya ke dokter, BG kuatir jika mengetahui penyakit
yang sebenarnya BG akan memikirkan penyakitnya terlalu berat dan menjadi beban
untuk orang lain. Diketahui bahwa jumlah leukosit atau sel darah putih yang ada pada
darah BG jauh dari angka normal. BG mendapatkan keyakinan bahwa dirinya
menderita kanker darah setelah mencari informasi melalui internet.
Kalo saya merasa mulai drop itu sejak November, berat badan turun drastis, lemes, saya piker kan karena capek ya.. mungkin itu sudah berlangsung lama tapi enggak kerasa jadi ya biasa saja. Terus sampai suatu saat di paksa Dwi buat ke dokter, awalnya saya gak mau, takutnya nanti kalo ternyata sakit macem-macem malah kepikiran kan.. terus ditunggu aja nanti juga sembuh sendiri, terus dicoba pake obat tradisional ternyata juga gak mempan. Terus sambil saya menyiapkan mental saya menyiapkan asuransi dulu, Cuma terus kan nunggu sampai 30 hari, lha setelah 30 hari itu baru saya beranikan diri ke dokter. Kemarin kan sempat ada pemeriksaan di puskesmas, karena alatnya masih sederhana, hanya mencapai normalnya 170.000 leukositnya, nah alat nya gak mampu lagi mendeteksi leukosit saya, disitu tulisannya Cuma 170.000+ gitu.. maksudnya lebih dari angka itu, maka direkomendasikan periksa ke lab yang lebih besar.. ternyata hasilnya 450.050 leukosit saya. Ke dokter yang di Jl.Kelinci di USG hasilnya limpanya bengkak, ah paling diobatin sembuh.. terus dari semua informasi itu saya coba cari diinternet, lhoh kok semua artikel di internet menjurusnya ke leukemia.(BG/S3,W1)
152
BG menuturkan beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab BG menderita
kanker darah. BG menganalisis kemungkinan faktor lingkungan dan pola makan yang
tidak sehat sebagai faktor utama penyebab penyakitnya. BG dekat dengan lingkungan
perokok aktif dan BG sempat mengonsumsi satu jenis makanan berpengawet terlalu
sering.
Penyebab penyakit ini kan ada empat. Pertama, keturunan, kalo keturunan kayaknya gak ada, kedua radiasi, tapi masak ya komputer dan radiasi sengefek itu..orang lain kok enggak, terus nuklir, apa iya pengaruh gempa Jepang, karena waktunya berdekatan.. trus yang terakhir pola makan. Waktu itu di Temanggung. Saking mau ngirit, saya itu bisa hidup Cuma dengan 300.000 sudah dari bensin, kos, dan makan, sampe suatu saat saya menyadari saya itu terlalu sering makan mie instant, kata orang kan pengawetnya gak bagus juga, terus waktu di Temanggung kan udara dingin, masuk ke ruangan tertutup, disitu ngrokok semua, nah tanpa sadar, efeknya ditubuh saya. Jarang makan sayur dan jangan kebanyakan vetsin. (BG/S3,W3)
BG mengungkapkan bahwa dirinya masih mampu menjalani aktivitasnya
sendiri. BG masih bisa melakukan kegiatan diluar sendiri walaupun setelah sakit
fisiknya lebih cepat merasa lelah. Hal seperti ini membuat BG merasa tidak perlu
mengecilkan diri dengan keadaannya. BG menjalani pengobatan tanpa kemoterapi,
namun BG mengkonsumsi obat-obatan. BG mengusahakan untuk rutin minum obat
dan menjaga kesehatan dengan baik.
Kalo metode jaman dulu itu pake kemoterapi, tapi sekarang ada obat khusus tapi ya gak banyak berkembang ya informasinya., jadi ya susah.. jadi kalo punya jamkesmas bisa dapet gratis, tapi bisa juga beli di apotik tapi harganya mahal. Perbutir 250.000 padahal sehari 1.000.000. ada bantuan juga sekitar 500.000 per bulan, kabar terbaru februari jadi 24.000.000 pertahun. Padahal kalo jamkesmas sulit. (BG/S3,W1)
paling sekarang gejala yang paling kentara itu cepet ngantuk ya, tapi orang cepet ngantuk kan dikiranya ya capek.. butuh tidur.. gitu..Saya pergi keluar, naik motor atau mobil, begitu sampe rumah rasanya harus tidur.. karena Hb ku Cuma 6 atau 7 gitu kok.. (BG/S3,W2) Jadi berusaha buat rutin minum obat.(BG/S3,W7)
153
b. Respon terhadap toksisitas pengobatan dan perawatan
BG masih menjalankan program pengobatan dengan mengkonsumsi empat
butir obat setiap hari. BG tidak mengeluh jenuh atau putus asa dengan kewajibannya
minum obat. Hal yang menjadi kekhawatiran BG setelah menjalani pengobatan ini
adalah efek samping negatif yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Efek pertama yang
ditimbulkan akibat konsumsi obat secara terus menerus dalam jangka waktu panjang
adalah akan memperberat fungsi ginjal dan yang kedua obat tersebut akan
menimbulkan resistensi atau kecanduan. Saat seseorang sudah resisten terhadap suatu
obat, kebutuhan tubuh orang tersebut akan selalu meningkat dosisnya.
Nggak pernah sih kalo putus asa.. (BG/S3,W8) Kalo jenuh sih enggak ya, Cuma kalo lagi kecapekan tau-tau lupa minum obat itu kan yang kadang bikin takut sendiri..(BG/S3,W7) Ya ini kalo sampe suatu saat harus tergantung pada obat, ketergantungan obat itu kan efeknya kalo gak ke ginjal ya resistant. Dosisnya akan terus meningkat.. setelah leukosit saya turun, malah lebih susah saat mau menaikkan. Kalo efeknya obat sih enak, badan jadi seger dan kulit jadi ketok lebih cerah.. (BG/S3,W6).
c. Citra tubuh
BG mengaku percaya diri dengan dirinya. Penyakit yang diderita BG tidak
membuat BG kecewa atau menarik diri dari lingkungan sosialnya. BG tidak menerima
penolakan dari orang sekitar karena penyakit subyek tidak termasuk penyakit menular.
BG mengungkapkan bahwa dirinya puas dengan hidupnya.
Enggak sih.. karena kan penyakitnya enggak menular.. (BG/S3,W10) Puas.. (BG/S3,W31)
d. Penerimaan Diri
BG mengaku sudah dapat menerima keadaan dirinya sekarang sebagai
penderita kanker darah walaupun tidak dipungkiri oleh BG bahwa awal BG
154
mendapatkan kenyataan bahwa BG sakit kanker sempat syok. BG butuh waktu
beberapa saat untuk menata hati dan pikirannya untuk merancangkan apa yang harus
diperbuatnya. BG memutuskan untuk ikut asuransi jiwa agar nantinya jika terjadi hal
yang tidak sesuai keinginan, BG tidak ingin merepotkan orang lain.
Dulu sih sempet syok ya waktu awal-awal.. butuh waktu juga, sekitar sebulan gitu mikir harus gimana-gimana.. Akhirnya memutuskan untuk ngurus asuransi, buat masa depan juga kan.. kalo sekarang sih udah sih karena sakitnya kan belum terlalu parah.. (BG/S3,W9)
2. Aspek psikologis
a. Perasaan Positif
BG mengaku telah dapat menerima dan beradaptasi dengan penyakitnya. BG
tau kapan dirinya harus istirahat dan bagaimana cara menjaga kesehatannya. BG
menghindari hal-hal yang membuatnya berpikir terlalu berat yang pada akhirnya akan
menurunkan kondisi kesehatannya. BG meyakini bahwa obat paling manjur terletak
pada kekuatan dalam diri BG sendiri.
kalo sekarang sih udah sih karena sakitnya kan belum terlalu parah..(BG/S3,W9) berusaha buat rutin minum obat. (BG/S3,W7) kalo mental.. saya berusaha sih biar diri saya itu tetep bersyukur, tenang gak kepikiran terlalu dalam.. makanya terus saya keluar dari kerjaan. (BG/S3,W4) keinginan untuk sembuh dan kekhawatiran itu berjalan seiringan ya, tapi kalo saya mikirr, ah enggak.. gak papa.. ya sudah.. jadi saya menghindari hal-hal yang membuat saya berpikir terlalu berat. (BG/S3,W5)
Saya punya filosofi sendiri, penyakit itu datangnya bukan Cuma karena pola makan, kalo kita pola makannya salah kan ya sakit, tapi obat yang paling istimewa kan memang benar-benar dalam diri (BG/S3,W3)
BG beranggapan bahwa apapun yang dilakukannya akan kembali kepadanya.
Sama halnya dengan kebaikan, jika saat ini kondisi BG sedang tidak baik namun BG
tetap melakukan kebaikan untuk orang lain, BG meyakini bahwa akan ada kebaikan
yang diterimanya pula nanti. BG berusaha untuk selalu bersyukur dan ikhlas menjalani
155
hidupnya. BG memiliki keinginan bahwa hidupnya akan terus bisa memberikan yang
terbaik untuk Tuhan dan orang lain disekitarnya.
Yang pasti hidup itu apa yang kita tanam itu yang kita petik, jadi apapun akan kembali ke kita. Kalo tentang sakitnya mas ini, beberapa orang bilang bahwa sakitnya mas ini karena mas kaya. Ada juga yang bilang karena kutukan hmmm.. kesalahan masa lalu yang pernah mas buat. Yang ketiga mungkin untuk nebus kesalahan di masa lampau, jadi kalo dulu saya salah, terus saya sakit , itu bisa nebus kesalahan dimasa lalu. Saya gak tau karena apa tapi yang jelas saya menjalaninya berusaha buat selalu bersyukur, ikhlas.. setelah kesukaran itu pasti ada berkah.. mungkin saya akan dibawa sampai kesana. Orang itu kan akan lebih bersyukur kalo udah pernah ngerasa sakit. (BG/S3,W18)
Ya masih pengen bermanfaat buat orang lain, masih pengen nyenengin orang lain.. masih pengen memberikan yang terbaik buat Tuhan. (BG/S3,W34)
b. Perasaan Negatif
BG mengaku pernah terpuruk dengan keadaan yang tengah dialaminya. Butuh
waktu sekitar satu bulan untuk membuat hati BG siap dan kembali menata hari depan.
BG sering diliputi rasa takut jika suatu kali lupa minum obat karena kelelehan dan
lupa. Efek samping obat yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu lama juga
membawa kecemasan pada diri BG. BG khawatir jika obat-obatan tersebut akan
mengganggu fungsi ginjal dan meresisten dalam tubuhnya.
Dulu sih sempet syok ya waktu awal-awal.. butuh waktu juga, sekitar sebulan gitu mikir harus gimana-gimana.. (BG/S3,W9).. kalo lagi kecapekan tau-tau lupa minum obat itu kan yang kadang bikin takut sendiri (BG/S3,W7)
Kekhawatiran Ya ini kalo sampe suatu saat harus tergantung pada obat, ketergantungan obat itu kan efeknya kalo gak ke ginjal ya resistant. Dosisnya akan terus meningkat.. setelah leukosit saya turun, malah lebih susah saat mau menaikkan. Kalo efeknya obat sih enak, badan jadi seger dan kulit jadi ketok lebih cerah.. (BG/S3,W34)
Kondisi BG kadang membuat BG merasa tidak punya harapan. Faktor
kelelahan adalah salah satu penyebabnya. Beberapa waktu lalu BG sempat merasa
tidak punya harapan saat dirinya merasa sulit mendapatkan obat dan sulitnya birokrasi
156
untuk mengurus jamkesmas. BG merasa down saat sedang sendirian, maka BG sering
menghindari suasana sendiri.
kalo lagi capek kadang-kadang iya, kayak kemarin ngurus jamkesmas kok susahh dan ribet banget, sempat juga jadi putus asa.. Saya itu tipe orang yang harus sama orang banyak, nek sendirian itu mikirnya macem-macem.. hehehe.. tapi sekarang semua sudah berjalan normal sih, kalo lagi ngedrop gitu biasanya diingetin sama orang-orang disekitar kalo mesti kuat dan sabar.. (BG/S3,W35)
c. Harga Diri
BG mengartikan bahwa harga diri adalah wujud penghargaan terhadap diri
sendiri terhadap apa yang telah dilakukan. BG menambahkan bahwa penghargaan
tersebut bersifat positif, jadi penghargaan kepada orang lain juga akan mendatangkan
penghargaan untuk diri sendiri.
harga diri itu.. perhargaan terhadap diri sendiri dari apa yang telah kita
lakuin.. apa yang kita tanam itu yang kita petik nantinya. Gampangnya kalo kita ngasih 1000 orang akan menghargai kita, 100 orang juga akan menghargai kita. Intinya penghargaan yang kita terima akan lebih besar lah.. Selalu nyapa orang walaupun tidak kenal.. nanti kita juga akan dapet senyum jadi ya intinya kebaikan akan kembali dengan kebaikan.. (BG/S3,W20)
BG menuturkan bahwa ada kalanya BG merasa berharga buat orang lain, ada
kalanya juga tidak. Keterbatasan fisik BG yang tidak lagi sekuat dulu menyebabkan
rasa tidak berharga dalam dirinya. BG mengurangi aktivitas fisik yang cenderung berat
dan pada saat inilah BG merasa kinerjanya tidak maksimal. BG menutupi
keterbatasannya dengan kemampuannya dalam memimpin beberapa orang yang
bekerja padanya. Di saat inilah BG merasa masih dibutuhkan dan berharga bagi orang
lain.
157
Kadang merasa berharga, kadang tidak... kan sesuai dengan peristiwa apa yang sedang terjadi.. jadi karena sakit saya ini saya merasa gak bisa melakukan aktivitas yang sifatnya fisik. Artinya saat ada kegiatan fisik, bantuan saya jadi gak maksimal, jadi ngerasa gak berharganya disitu.. tapi kalo hal yang tentang pemikiran, ide, saya masih merasa dibutuhkan.. (BG/S3,W19)
d. Kebahagiaan
BG menganggap bahwa bahagia adalah rasa syukur dan keikhlasan seseorang.
BG menganggap bahwa bahagia adalah ketika seseorang mampu menerima keadaan
dan senantiasa bersyukur. Kondisi sakit tetap membuat BG merasa bahagia, BG
berserah kepada Tuhan atas segala penyakitnya.
Ya semua yang ada di diri kita harus di kaitkan dengan bersyukur dan ikhlas, jadi misal kalo kemarin kecopetan ya mikirnya ya sudah,, besok ada rejeki lagi. Jadi apapun yang ada di dunia ini walaupun sakit begini apapun keadaannya semuanya di pasrahin aja.. kebahagiaan orang yang sakit kan beda sama kebahagiaan orang yang nggak pernah sakit, jadi saya selalu berusaha tabah mensyukuri apapun yang terjadi aja. (BG/S3,W22) Sudah merasa bahagia..(BG/S3,W21)
e. Spiritualitas
BG menganggap bahwa semua hal yang dialami dan dirasakannya harus
dikembalikan kepada Tuhan. BG lebih memilih menyerahkan semuanya kepada
Tuhan, dengan begitu akan membuat BG merasa lebih tenang dan nyaman. Beberapa
waktu yang lalu, BG telah menunaikan ibadah haji. Hal ini membuat BG merasa
semakin dekat dengan Tuhan.
Ya iya.. harus, semua sudah di gariskan kok.. kalo ini sudah jadi prinsip saya ya.. kalo saya mikir berat malah jadi kepikiran, kuatir dan takut akhirnya kejadian yang saya takutkan, tapi kalo saya losss, pasrah sama Tuhan, semuanya jadi santai dan nyaman aja..Malah Tuhan kasih mujizat.. (BG/S3,W23)
Saya gak tau karena apa tapi yang jelas saya menjalaninya berusaha buat selalu bersyukur, ikhlas.. setelah kesukaran itu pasti ada berkah.. mungkin saya akan dibawa sampai kesana. Orang itu kan akan lebih bersyukur
158
kalo udah pernah ngerasa sakit. Apalagi kemarin kan alhamdulilah habis haji, jadi, yaa.. setelah tau sakit pasti merasa semakin dekat dengan Tuhan.(BG/S3,W18)
Kehidupan keimanan BG membuat BG memiliki harapan dalam hidupnya
bahwa subyek ingin menjadi seseorang yang lebih baik lagi, BG berharap bahwa
penyakitnya tidak membuatnya undur dari Tuhan, namun semakin taat beribadah dan
lebih bersyukur atas semua kejadian yang menimpanya. BG ingin menata hati dan
mental dengan cara mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Menjadi orang yang lebih baik, taat beribadah.. bisa lebih bersyukur.. (B/S3,W28)Membenahi psikis, mental dan kejiwaan untuk menjalani hari-hari depan.. dan untuk mengerti rahasia alam dan Tuhan (BG/S3,W33)
f. Kesejahteraan
BG selalu berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik. Keluarga BG
tergolong dalam keluarga dengan ekonomi atas. BG selalu merasa bersyukur dengan
pemberian Tuhan. BG merasa nyaman dengan keadaannya.
Kualitas hidup kalo menurut saya pribadi itu bagaimana kita mensyukuri apapun pemberian Tuhan.. orang sehat pun banyak yang tidak bisa bersyukur. Kalo spiritualitasnya, ya taat beribadah dan ada suatu kedewasaan dalam dirinya (BG/S3,W29)
BG masih mampu melakukan aktivitasnya sehari-hari sendiri tanpa bantuan
orang lain. BG mengendarai motor atau mobil sendiri un tuk melakukan kegiatan di
luar rumah. Meskipun berasal dari keluarga mampu, BG tidak puas dengan apa yang
disediakan orang tuanya. BG memiliki standart kualitas hidup bahwa seseorang yang
berkualitas mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. BG mencukupi kebutuhannya
dengan usahanya sendiri, sudah sejak tahun 2000 BG membuka usaha rental dan
warnet. BG belum puas dengan kesuksesan yang dicapai diusianya yang masih muda
159
ini. BG ingin membuka usaha-usaha di bidang yang lain. BG memiliki harapan besar
untuk bisa bermanfaat bagi orang disekitarnya.
Kalo aspek yang lain, ya standart kualitas itu.. ya.. minimal bisa melakukan aktivitasnya sendiri dan mencukupi kebutuhan pokoknya (B/S3,W29) Dulu sih ada tiga, sekarang dua,, karena keterbatasan fisik saya gak bisa ngontrol kesana kemari.. (BG/S3,W25)
Kalo orang lain melihat kan yo ada yang bilang sudah sukses ada yang bilang belum.. orang kan nggak tau didalemnya utang’e akeh, hahaha... kayak gitu kan sawang sinawang... saya masih mau usaha yang lain, di bidang yang berbeda.. (BG/S3,W26)
Ya masih pengen bermanfaat buat orang lain, masih pengen nyenengin orang lain.. masih pengen memberikan yang terbaik buat Tuhan. (BG/S3,W34)
g. Persepsi Individu terhadap Kualitas Hidup
Kualitas hidup menurut BG adalah sikap bersyukur kepada Tuhan atas apapun
yang diberikan-Nya. BG menghubungkan persepsinya terhadap kualitas hidup dengan
sisi spiritualitas, taat beribadah dan kedewasaan adalah indikator yang mempengaruhi
kualitas hidup seseorang.
Menurut BG seseorang yang mampu menunjukkan kinerjanya secara maksimal
bisa dikatakan orang tersebut memiliki kualitas hidup yang positif. BG tidak secara
terbuka menyatakan bahwa dirinya masuk dalam salah satu kriteria seseorang yang
memiliki kualitas hidup, tetapi BG mengaku puas dengan hidupnya.
... kualitas hidup itu dipengaruhi oleh beberapa aspek... misal gini, ada satu temen, yang setelah sakit itu dia juga tetep bekerja.. yaa.. bisa disebut dy berkualitas. Kualitas hidup kalo menurut saya pribadi itu bagaimana kita mensyukuri apapun pemberian Tuhan.. orang sehat pun banyak yang tidak bisa bersyukur. Kalo spiritualitasnya, ya taat beribadah dan ada suatu kedewasaan dalam dirinya. Kalo aspek yang lain, ya standart kualitas itu.. ya.. minimal bisa melakukan aktivitasnya sendiri dan mencukupi kebutuhan pokoknya..(BG/S3,W29)
Di syukuri saja.. hehehe... sudah tapi belum puas jadi pengen mengusahakan yang lebih lagi.. yang penting bersyukur aja... (BG/S3,W30).. Puas... ( (BG/S3,W31)
160
3. Aspek Sosial
a. Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal BG dengan keluarga cenderung baik. BG mengaku
dekat dengan keluarga, terutama adiknya. Hal ini dikarenakan kesibukan orang tua
sehingga BG jarang bertemu dengan orang tuanya. BG tidak pernah menyembunyikan
penyakitnya kepada orang lain. BG menuturkan bahwa lebih jika lebih banyak orang
yang tahu maka akan banyak pula yang turut mendoakan.
Iya tau semuanya.. (BG/S3,W13)... kalo banyak yang tau kan juga banyak yang mendoakan. (BG/S3,W14)
Hubungan BG dengan sahabat dan teman-temannya cukup baik. BG memiliki
sangat banyak teman. Beberapa teman BG adalah para karyawannya. BG mengaku
jarang keluar rumah, bukan karena BG tidak suka bergaul, tetapi teman BG lebih
sering datang ke rumah BG dari pada BG yang mendatangi mereka.
Jarang keluar sih, karena lebih banyak orang yang kesini dari pada kepentingan saya keluar gitu.. paling keluar kalo ada perlu sangat penting, tapi lebih banyak saya didatengin dari pada saya datang kesana. (BG/S3,W15)
BG adalah pribadi yang memiliki kepedulian pada orang lain, BG membantu
teman-temannya yang belum memiliki pekerjaan untuk bekerja di usahanya. BG ingin
dirinya bisa bermanfaat dan menyenangkan orang lain yang ada disekitarnya.
Ya masih pengen bermanfaat buat orang lain, masih pengen nyenengin orang lain.. (BG/S3,W34)
b. Dukungan sosial
Keadaan BG sebagai penderita kanker diketahui oleh semua orang yang
mengenalnya. Semua orang yang mengenal BG memberi dukungan. Keluarga BG
161
sudah dapat menerima keadaan BG apa adanya, dukungan paling besar dari keluarga
adalah dukungan mental dan dana untuk pengobatan BG.
Iya tau semuanya..(BG/S3,W13) Ya kalo orang tua , keluarga pastinya
mendukung.. yaa jadi lebih banyak mengeluarkan uang juga untuk saya, tapi sekarang saya nambahin asuransi, kalo dulu 3 sekarang jadi enam, ya biar nantinya saya nggak ngrepoti orang tua.(BG/S3,W17)
Teman-teman BG juga memberikan dukungan kepada BG. BG mendapatkan
perhatian yang luar biasa dari orang-orang disekitarnya. Teman BG mengerti bahwa
kemampuan BG tidak seperti dahulu lagi, mereka senantiasa membantu BG. Teman
BG juga menunjukkan perhatian dengan mengadakan doa bersama beberapa waktu
lalu. BG merasa bahagia dengan perhatian dan dukungan yang ditunjukkan oleh
teman-teman BG.
Ya mendukung, ya sekarang lebih membantu mengerjakan hal berat aja..dulu sempet diadain doa bersama, yang adain mereka buat saya, saya sih gak nyembunyiin karena kan kalo banyak yang tau kan juga banyak yang mendoakan.(BG/S3,W14)
c. Hubungan dengan lawan jenis
Keadaan BG sebagai penderita kanker darah cukup mempengaruhi hubungan
BG dengan lawan jenis. BG menceritakan bahwa pengaruh terbesar bukan pada
hubungan dengan kekasihnya tetapi dengan orang tua kekasihnya. Orang tua
kekasihnya sempat kuatir dan meragukan kelanjutan hubungan anaknya BG. Saat ini
subyek mengaku bahwa orang tua kekasihnya lambat laun dapat menerima keadaan
BG apa adanya, sedangkan adanya kemungkinan tentang akan menurunnya penyakit
BG pada keturunannya kelak, BG tidak mau membahas hal tersebut terlalu dalam. BG
menuturkan bahwa ingin segera melangsungkan pernikahan.
162
ya paling kan penularannya kalo nanti ada keturunan nanti kemungkinan ada, bisa tertular.. (BG/S3,W10) Ya yang nanti kan biar nanti, kalo sekarang saya jalani apa yang ada sekarang aja.. (BG/S3,W11) Ya kalo sama dia enggak, tapi kalo orang tuanya iya.. sempet ya syok juga, Tanya ke pacarku gimana keadaannya gitu.. tapi sekarang udah biasa, udah bisa menerima.. (BG/S3,W12) Tujuan hidupnya yaa ingin segera menikah.. (BG/S3,W27)
d. Aktivitas sosial
BG tidak mengalami halangan dalam beraktivitas di lingkungan sosialnya. BG
masih mampu melakukan kegiatannya walaupun fisiknya tidak sekuat dahulu. BG
mengaku jarang keluar rumah, sebagian besar aktivitas BG dihabiskan di kamar yang
juga merupakan tempat kerjanya. BG mengatakan bahwa kebanyakan teman datang
menemuinya dibandingkan dengan BG yang menemui temannya di luar rumah.
Kinerja BG dibuktikan dengan perannya sebagai pengelola usaha di bidang
percetakan. BG juga senang mengikuti kegiatan kerohanian.
Jarang keluar sih, karena lebih banyak orang yang kesini dari pada kepentingan saya keluar gitu.. paling keluar kalo ada perlu sangat penting, tapi lebih banyak saya didatengin dari pada saya datang kesana. (BG/S3,W15)
Dulu sih ada tiga, sekarang dua,, karena keterbatasan fisik saya gak bisa ngontrol kesana kemari.. yang di UNNES itu malah dadi pikiran tok.. jadi ditutup aja.. hehe(BG/S3,W25).. doa bersama, yang adain mereka buat saya, saya sih gak nyembunyiin karena kan kalo banyak yang tau kan juga banyak yang mendoakan. (BG/S3,W14)
4. Lingkungan
a. Kebebasan
Kebebasan dalam hal menentukan prinsip-prinsip dalam hidup serta keputusan
yang harus diambil dari setiap hal yang dialami diwujudkan dari kegigihan dan obsesi
BG untuk menjadi wirausaha. BG berani membuat keputusan-keputusan besar yang
bernilai tinggi pula. Hal ini merupakan suatu wujud kebebasan yang dimiliki oleh BG.
Kebebasan yang diperoleh BG diseimbangkan dengan sikap tanggung jawabnya untuk
163
selalu menjaga kesehatannya. BG merasa bebas dalam melakukan apa yang
diinginkannya dan BG nyaman menjadi dirinya sendiri. BG beranggapan dirinya
mampu melakukan semua kewajiban dan tanggung jawabnya dalam aktivitasnya
sehari-hari.
saya masih mau usaha yang lain, di bidang yang berbeda.. pernah coba bisnis property tapi belum berhasil...hehehe jatuhnya itu bisnis gak mulai yang kecil dulu tapi langsung yang besar.. sampai suatu saat gak bisa bayar cicilan jadi ya malah rugi.. jadi duit itu muterrrrr aja.. (BG/S3,W26)
b. Keselamatan fisik dan keamanan
BG mengungkapkan bahwa lingkungannya adalah tempat paling nyaman. BG
sangat menikmati saat bersama dengan orang-orang yang dikasihinya. BG tinggal
bersama kedua orang tua dan adik perempuannya. Dengan kondisi BG yang terbatas
dalam bentuk tenaga, BG membuat kamar tidurnya juga berfungsi sebagai tempat
kerjanya. Melalui hasil observasi, BG terlihat mengatur ruang kamarnya senyaman
mungkin agar semua aktivitasnya bisa dilakukan dalam satu ruangan.
4.4.3.3 Kualitas Hidup Subyek BG pada Pandangan Informan Pertama
IDENTITAS INFORMAN PENDUKUNG
Nama : Dwi (adik kandung subyek) dan Arum(Pacar Subyek)
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana
Agama : Islam
Umur : 22 tahun dan 20 tahun
Kode Informan : DW/IP1-S3 dan AR/IP3-S3
Alamat : Tlogosari dan Manyaran Semarang
Pekerjaan : Wirausaha dan Mahasiswa
164
Menurut informasi informan pendukung yaitu adik kandung BG, keadaan BG
saat ini sudah bisa dikatakan baik. Leukosit BG cenderung stabil karena BG rutin
minum obat. BG menderita Leukimia atau kanker darah sejak satu tahun yang lalu.
Stadium penyakitnya masih dini. Gejala awal yang ditunjukkan BG adalah badan
lemas, sering mengantuk, turunnya berat badan secara drastis dan perut yang
membesar. Pembesaran perut disebabkan karena limpa subyek membengkak. BG
mencari informasi tentang penyakitnya melalui dokter dan media internet. Menurut
dokter, penyakit BG disebabkan karena lingkungan yang penuh asap rokok dan
kebiasaan BG mengonsumsi makanan berpengawet.
Tahun lalu kayanya.. akhir tahun yang lalu.. (DW/IP1-S3,W3) Yo nek saiki wis lumayan apik, leukosite kan wis stabil cuman kadang capek (DW/IP1-S3,W1) Kalo pertamanya sih kok dia keliatanne lemess,, sering ngantuk, kalo ngantuk kan karena Hb nya turun.. berat badan turun 17 kilo, tapi kan nggak ngeh.. lhaa perutnya membesar, limpa nya membesar, tak pikir karena mas.B kui flu gak sembuh-sembuh.. tak piker paru-paru, diperiksa kemana-mana gak ketahuan, trus USG dikiranya tumor.. lha pas meh naik Haji, alat tes nya tu gak bisa membaca leukositnya melampaui jumlah normalnya, terus d cari hubungan semuanya di internet, kok ngarah ke leukemia, Lha.. terus ke dokter darah, tnyata bener Leukemia (DW/IP1-S3,W2) Engga. Kalo keluarga engga ada, kata dokter mungkin karena lingkungan. Lingkungan tempat kerja yang perokok, mas.BG gak ngrokok, tapi kalo di tempat kerja semua ngrokok walaupun didalem ruangan, juga karena dulu hampir setiap hari makan mie.. vetsinnya itu.. kata dokter sih itu.. (DW/IP1-S3,W7) Setauku sih enggak pernah ya... selalu berusaha minum, yaelah,.. obatnya kan juga mahal, carinya susah,, katakanlah.. sehari satu juta, mosok yo gak diminum.. (DW/IP1-S3,W26)
BG sempat merasa terpukul dengan kenyataan bahwa dirinya menderita
penyakit kanker. Perlu beberapa waktu untuk BG bisa menerima kenyataan yang
terjadi, namun saat ini menurut informan BG sudah bisa menerima dan nyaman
menjalani kesehariannya. BG tidak lagi takut menghadapi penyakitnya. BG terlihat
bahagia dan nyaman dengan dirinya.
165
Ya ngedrop, pasti lah ya.. jadi pas naik Haji itu sempat ngedrop disana, karena pas itu gak ada obat, (DW/IP1-S3,W4) Ya iya.. pertama kalinya ya gitu.. kenapaa.. kok bisa sakit gini.. tapi lama-lama ya enjoy aja dia.. dulunya takut-takut tapi sekarang enggak... (DW/IP1-S3,W5) Tau sih.. tau sih.. penyakit gitu kalo di umpetke kan jadi pikiran, kan malah gak bagus.. jadi mending kalo banyak yang tau kan bisa berbagi rasa.. (DW/IP2,W9) Support,, awal-awal dulu iya sering kesini, kalo sekarang kan sudah aktivitas seperti biasa.. gak capek-capek.. jadi yowis berjalan normal semua... (DW/IP1-S3,W10) kalo dilihat sih enjoy aja sih.. hahhaha (DW/IP1-S3,W12)
Penyakit BG cukup mempengaruhi aktivitas sehari-hari, keadaannya yang
mudah lelah membuatnya untuk mengurangi aktivitas. BG memutuskan untuk berhenti
bekerja dan memilih untuk mengurus usaha yang telah dirintisnya sendiri di rumah.
BG masih mampu melakukan kegiatannya di luar dengan mandiri, namun setelah itu
BG harus istirahat jika tidak kondisinya akan lemah.
Iyaa,, dulunya kan kerja sekarang udah engga, yawis ngurusi kerjaan sing di rumah wae.. (DW/IP1-S3,W6) Iya.. tapi berkurang.. gak terganggu, tapi memang mengurangi biar nggak terforsir.. (DW/IP1-S3,W8) Bisa.. jarak jauh pun bisaaa... kalo ada kerjaan masih dilakoni sendiri.. tap ya itu setelah pergi gitu.. harus langsung tidur.. istirahat.. biasane badanne panas (DW/IP1-S3,W11).
Hubungan BG dengan keluarga dan orang lain tergolong baik. BG punya
banyak teman. Semua orang tahu bahwa BG adalah penderita kanker. Keluarga dan
teman-teman BG memberi kan dukungan dan perhatian kepada BG untuk segera
sembuh. Sikap orang tua BG awalnya kaget dan sedih namun sekarang semuanya
sudah berjalan normal kembali. Teman-teman BG juga memberikan dukungan dengan
mengadakan doa bersama untuk kesembuhan BG. Penyakit BG tidak mempengaruhi
hubungannya dengan kekasihnya yang sudah terjalin selama lima tahun. BG
merencanakan untuk segera menikah.
Ya pertama-pertama kami yo kaget, sedih.. yaa gitu lah.. tapi tetep dukung mas, ben dia juga tetep semangat (DW/IP1-S3,W22) Iyaa baik oq.. sempet adain doa bareng juga (DW/IP1-S3,W23) Sudah lima tahun, hehe
166
(AR/IP3-S3,W14) Enggak sih, biasa ajaa..( AR/IP3-S3,W15) ya sempat ada sedikit masalah, tapi sekarang sudah baik semua kok.. hehehe.. (AR/IP3-S3,W16) Hahaha.. iya belum tau kapan ( AR/IP3-S3,W17)
Beberapa kali BG sempat mengungkapkan kekhawatirannya tentang hidup
kepada adiknya, namun BG kembali kuat, berusaha bersyukur dan senantiasa
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. BG rajin beribadah dan baru
beberapa bulan yang lalu, BG menunaikan ibadah haji. BG tinggal di rumah bersama
orang tua dan adiknya, rumah BG menyatu dengan tempat usaha BG. BG memiliki
jiwa wirausaha yang tinggi.
Ya.. taat banget.. dia berusaha buat mendekatkan diri pada Allah, dengan menunaikan ibadah haji jugaa.. (DW/IP1-S3,W18)Ya pernah, yo kadang jadi diem, kadang cerita, nanti nek gini.. gini.. gini piyee.. yo tapi mungkin ini cobaan buat dia buat semakin taat...( DW/IP1-S3,W19) Hemm.. dia sih menikmati aja sekarang, pernah cerita, yoo lebih bersyukur dan mendekatkan diri ke Allah aja.. (DW/IP1-S3,W24) Ya aku, mas, bapak ibu.. tapi ini kebetulan lagi keluar.. (DW/IP2-S3,W21) He’e oq.. pengene kabeh bidang dijajal.. hahaa (DW/IP1-S3,W20)
4.4.3.4 Kualitas Hidup Subyek BG pada Pandangan Informan Kedua
IDENTITAS INFORMAN PENDUKUNG
Nama : Teddy (Teman subyek BG)
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sarjana
Agama : Islam
Umur : 30 tahun
Kode Informan : TD/IP2-S3
Alamat : Rinjani, Semarang
Pekerjaan : Wirausaha
167
Informan mengetahui bahwa BG menderita leukemia saat BG di rawat di
rumah sakit. BG awalnya merasa kelelahan namun nekat tetap bekerja di luar kota.
Menurut informan penyakit BG disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat. BG
adalah seorang pekerja keras yang menghabiskan waktunya di depan komputer, hal ini
menjadikan BG hanya duduk dan lupa waktu.
Tau, sel darah putihnya memakan sel darah merah.. hal tersebut disebabkan sikap workaholic beliau, karena tuntutan pekerjaan, beliau bisa jarang makan, jarang berdiri, jarang minum bahkan bisa jadi jarang tidur. Kalo ada pekerjaan, beliau selalu memikirkan sebaik-baiknya sampe kerjaan itu selesai. Mungkin Cuma satu atau dua jam tidurnya dalam sehari. Yang dipikirannya cuma pekerjaan. Dia itu pekerja keras. (TD/IP2-S3,W1) Taunya ya saat dia masuk RS , ceritanya kecapekan kemudian memaksakan diri malem-malem ke Temanggung naik motor hujan deres, disana udah gliyengan, terus dibawa ke Semarang trus aku dapet berita ya itu kena leukemia (TD/IP2-S3,W2) Badannya sih makin kurus. (TD/IP2-S3,W3)
BG memiliki banyak teman. Teman BG kebanyakan adalah teman BG saat di
bangku SMA yang tergabung dalam organisasi paskibraka sekolah. Informan
menuturkan bahwa BG gemar menolong teman yang sedang mengalami kesusahan,
terutama dalam hal ekonomi. Teman BG memberikan dukungan dengan memberikan
perhatian dan mengunjungi BG saat sedang sakit di rumah atau di rumah sakit.
Informan sendiri memberi semangat kepada BG dan mengingatkan BG untuk istirahat.
Di rumah BG paling dekat dengan adik perempuannya, hal ini disebabkan karena
orang tua BG yang sibuk. Informan menuturkan pacar BG juga memiliki peran besar
dalam hidup BG.
Banyak sih tapi lebih ke temen-temen PASMA PRISMA.. Sikapnya baik sih, selalu nolong..sebisa mungkin dia gak mengecewakan temennya..dalam hal ekonomi tentunya, dia sering bantu temen-temennya(TD/IP2-S3,W4) Kunjungan aja udah cukup ya buat dia.. (TD/IP2-S3,W6) Ibuknya dulu PNS, bapaknya dosen.. Bapaknya orangnya sangat keras.. Sama adeknya kalo dirumah kan ortunya sibuk.. (TD/IP2-S3,W5) Perannya besar sekali, sebagai pendamping, penyemangat, pengingat dan asisten pribadi, hahahahahhaa
168
membantu pekerjaan mas B juga sih soalnya. Pacarnya pernah ngeluh karena sikap workaholicnya mas B (TD/IP2-S3,W3)
Semangat sembuh BG sangat besar. Betapapun sedihnya BG menghadapi
kenyataan sakitnya BG tidak pernah putus asa hingga ingin bunuh diri. Informan
memiliki pendapat mengenai kualitas hidup, yaitu kemampuan seseorang untuk
mencukupi semua kebutuhannya sendiri dan berperilaku berkualitas. Informan
menyebutkan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup adalah seseorang yang
berguna bagi orang lain. Menurut informan kedua, BG adalah seseorang dengan
kualitas hidup yang positif.
Enggak lah.. ga sampe kaya gitu. (TD/IP2-S3,W7) Iya.. dia PD.. (TD/IP2-S3,W8) Iya semangat sembuhnya besar. (TD/IP2-S3,W10) Hmm... kualitas hidup itu dimana kita bisa mencukupi semua kebutuhan dan berperilaku berkualitas. Jadi misalnya, kualitas diri, sejauh mana kita berguna buat orang lain , menjaga sikap dan berpenampilan tepat di tempat yang tepat, sehat jasmani, rohani (TD/IP2-S3,W12) Iya.. dia bisa mencukupi semua kebutuhannya dan hidupnya berguna buat orang lain.. (TD/IP2-S3,W13)
4.4.3.5 Kualitas Hidup Subyek BG dalam Pandangan Informan Ahli
IDENTITAS INFORMAN AHLI
Nama : dr.Andrea
Status : dokter subyek BG
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 40 tahun
Kode Informan : An/IH-S3
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Dokter
Informan ahli memaparkan bahwa leukemia adalah sebutan untuk penyakit
kanker yang terdapat pada sel darah. Terdapat pertumbuhan abnormal pada jumlah sel
169
darah putih dalam tubuh seseorang. BG terdiagnosis terkena leukemia dengan jumlah
leukosit lebih dari 700.000 sel. Menurut informan ahli, BG tergolong dalam leukemia
leukemik.
Leukemia itu penyakit klasifikasi kanker pada darah atau sum-sum tulang belakang. Ada pertumbuhan tidak normal dari sel-sel pembentuk darah umunya pada leukosit. Leukemia sendiri artinya darah putih, pada penderita jumlah sel leukosit nya melebihi normal.Kalo pada B itu leukemia leukemik, jumlah leukositnya lebih dari normal(An/IH-S3,W1)
Penyebab penyakit leukemia tidak diketahui secara pasti. Beberapa hal yang
kemungkinan menjadi penyebab adalah adanya radiasi, bahan kimia atau lingkungan.
Faktor keturunan juga bisa menyebabkan adanya penyakit tersebut. Gejala yang
ditunjukkan oleh penderita leukemia antara lain, demam, cepat lelah, ada
pembengkakan di perut , limpa bengkak dan berat badannya turun drastis.
Penyebabnya belum diketahui pasti.. bisa karena radiasi, bahan kimia atau bisa juga lingkungan. (An/IH-S3,W2) Biasanya pasien, demam, mudah capek, ada pembengkakan di perut , limpa nya bengkak, berat badannya turun drastis.. (An/IH-S3,W3) Bisa karena keturunan(An/IH-S3,W4)
Informan ahli berpendapat bahwa kualitas hidup adalah kemampuan seseorang
untuk hidup mandiri. Informan ahli menilai bahwa BG memiliki kualitas hidup yang
positif. BG masih mampu bekerja dengan keadaannya yang sakit. BG merupakan
orang yang penuh semangat, BG menjadi salah seorang koordinator dalam
perkumpulan orang-orang penderita leukemia. Menurut informan ahli, adalah orang
yang mandiri.
Hidup yang berkualitas itu.. ya hidup yang bisa mandiri.. tetap bisa beraktifitas.. gak bergantung dengan orang lain. (An/IH-S3,W5) B itu.. dia punya usaha sendiri di rumah, dia juga sempet cerita masih bekerja di suatu perusahaan, tapi memang pekerjaannya santai jadi bisa di atur.. kalo lagi ada kerjaan aja dia kerjanya B itu juga orang yang penuh semangat, dia mewakili perkumpulan orang-orang penderita leukemia yang sedang berusaha untuk mendapatkan obat.. dia koordinatornya.. ya menurut saya dia berkualitas,
170
karena.. masih bisa beraktifitas, dia masih bekerja, dan tentunya dia bisa mandiri juga. (An/IH-S3,W6)
4.4.3.6 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup subyek BG
Kualitas hidup BG dipengaruhi oleh penerimaan diri yang sangat baik terhadap
penyakit yang dideritanya. Hal ini erat kaitannya dengan spiritualitas BG. BG
menerima keadaan dirinya secara utuh dengan menganggap bahwa penyakitnya
merupakan takdir Tuhan. BG berusaha mensyukuri setiap karunia yang diberikan
Tuhan dan menjalani hidupnya dengan keikhlasan. Perubahan spiritual sangat
dirasakan BG antara sebelum dan sesudah BG menderita penyakit kanker. BGmerasa
menjadi seseorang yang lebih baik dan lebih rajin beribadah.
Ya iya.. harus, semua sudah di gariskan kok.. kalo ini sudah jadi prinsip saya ya.. kalo saya mikir berat malah jadi kepikiran, kuatir dan takut akhirnya kejadian yang saya takutkan, tapi kalo saya losss, pasrah sama Tuhan, semuanya jadi santai dan nyaman aja..Malah Tuhan kasih mujizat.. (BG/S3,W23)
Saya gak tau karena apa tapi yang jelas saya menjalaninya berusaha buat selalu bersyukur, ikhlas.. setelah kesukaran itu pasti ada berkah.. mungkin saya akan dibawa sampai kesana. Orang itu kan akan lebih bersyukur kalo udah pernah ngerasa sakit. Apalagi kemarin kan alhamdulilah habis haji, jadi, yaa.. setelah tau sakit pasti merasa semakin dekat dengan Tuhan.(BG/S3,W18)
Menjadi orang yang lebih baik, taat beribadah.. bisa lebih bersyukur.. (B/S3,W28)Membenahi psikis, mental dan kejiwaan untuk menjalani hari-hari depan.. dan untuk mengerti rahasia alam dan Tuhan (BG/S3,W33) Dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman BG juga penting bagi
kekuatan psikis BG dalam menjalani masa depannya. BG mendapatkan kekuatan dan
motivasi yang besar melalui doa dan semangat yang disampaikan orang-orang
disekitar BG secara langsung.
Iya tau semuanya..(BG/S3,W13) Ya kalo orang tua , keluarga pastinya mendukung...(BG/S3,W17)
Ya mendukung, ya sekarang lebih membantu mengerjakan hal berat aja..dulu sempet diadain doa bersama, yang adain mereka buat saya, saya sih
171
gak nyembunyiin karena kan kalo banyak yang tau kan juga banyak yang mendoakan.(BG/S3,W14) Pengetahuan dan pemahaman BG terhadap yang dideritanya memiliki
pengaruh terhadap penyakitnya. BG memiliki pengetahuan cukup banyak mengenai
penyakitnya, selain dari dokter, BG juga mencari informasi lewat media internet. BG
paham mengenai keadaannya dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk
menangani penyakitnya. Pengertian yang benar terhadap penyakit yang diderita,
menjadikan BG tahu bagaimana harus melakukan pengobatan terbaik untuk
kesehatannya.
Indikator kesejahteraan turut mempengaruhi kualitas hidup BG. BG menjadi
orang yang memiliki ambisi untuk berprestasi dalam bidang pekerjaan. BG adalah
seorang wirausaha yang tangguh. Lewat usaha yang dirintis BG sejak tahun 2000 lalu,
BG sudah mampu membiayai kehidupannya sendiri bahkan membuka lapangan kerja
untuk banyak orang. Kebutuhan BG terhadap obat-obatan mengharuskan untuk
memiliki penghasilan tambahan. Sejauh ini BG membiayai pengobatannya sendiri dan
kadang di bantu keluarga.
4.4.4 Hasil Observasi Subyek Penelitian
4.4.4.1 Hasil Observasi Penelitian Subyek Pertama (Subyek JT)
a. Kondisi umum
JT memiliki cirri-ciri fisik dengan kulit sawo matang dan memiki postur tubuh
pendek gemuk. Tinggi badan subyek sekitar 156 cm dengan berat badan 55 kg. JT
memiliki rambut pendek yang diwarnai dengan warna cokelat dan mata yang sayu.
Penampilan subyek secara keseluruhan tergolong menarik dan rapi. Kesan pertama
172
yang terlihat saat bertemu subyek adalah subyek terlihat sangat memperhatikan
penampilan dengan cara berdandan saat akan melakukan kegiatan di luar rumah. JT
juga gemar memakai aksesoris kesukaannya untuk melengkapi penampilannya agar
semakin terlihat menarik.
JT terlihat sehat dan baik-baik saja walaupun terkadang terlihat wajah pucat di
mata dan bibir JT. JT masih bisa beraktivitas secara mandiri, subyek mengendarai
sepeda motor sendiri untuk menuju ke kampus, karena jarak antara kos dan kampus JT
cukup dekat. JT sangat menjaga kesehatan dirinya. JT kadang melakukan olah raga
setiap sore hari dan menjaga pola makan karena sedang menjalani program diet untuk
menstabilkan gula darahnya.
b. Aktivitas
Aktivitas keseharian JT lebih banyak dilakukan di kampus dan kos JT.
Aktivitas JT di kampus berkisar pada kuliah dan aktivitas organisasi kampus yang JT
ikuti. JT tengah menempuh semester tujuh yang mengharuskannya menyelesaikan
banyak tugas. JT baru saja selesai menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten
Kendal. Kegiatan lain JT setelah selesai kuliah biasanya bergaul dengan teman-teman
atau istirahat di kos.
JT dikenal teman-temannya sebagai seorang gadis yang supel dan ramah. JT
terkenal baik dan suka menolong teman-temannya. Hanya beberapa dari teman JT
yang mengetahui bahwa JT adalah penderita kanker. Menurut teman yang mengetahui
keadaan JT, JT tidak pernah menunjukkan bahwa dirinya sedang sakit. JT berusaha
untuk tetap terlihat sehat dan segar setiap saat. Penyakit JT kadang mengganggu
aktivitas keseharian JT, JT sering tiba-tiba pingsan dan kejang saat sedang beraktivitas
173
di kampus. Hal ini tidak jarang mengundang kekhawatiran dari teman-teman JT.
c. Dinamika psikologis
JT termasuk orang yang senang bercerita hal ini terlihat dari proses
wawancara. Saat wawancara berlangsung JT dengan antusias berbagi cerita tentang
perasaan dan keadaan hatinya. Hal ini menunjukkan bahwa JT adalah seseorang yang
memiliki kepercayaan diri tinggi. JT menjelaskan dengan detail dan terus terang tanpa
terlihat takut dalam menghadapi penyakitnya. JT termasuk orang yang introvert
karena JT tidak menceritakan keadaannya kepada semua orang, JT lebih suka
menghadapi sendiri masalah yang sedang dihadapinya.
JT terlihat santai dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dalam proses
wawancara. JT terlihat nyaman dan percaya diri dengan keadaannya. JT menceritakan
semua isi hatinya sangat ekspresif, JT terlihat bangga dengan dirinya sendiri. JT
terlihat sudah bisa menerima keadaan dirinya dengan apa adanya. JT menjalani
hidupnya dengan bersemangat dan lebih peduli dengan orang lain.
d. Interaksi
Satu tahun terakhir ini, JT tinggal di kos untuk lebih dekat dengan kampusnya.
JT sangat senang bersosialisasi dengan banyak orang. Keseharian JT, selain
dihabiskan di kampus, JT banyak menghabiskan waktu di kos. JT memiliki interaksi
yang sangat baik dengan teman-temannya. Teman JT sering mengunjungi kamar JT
untuk sekedar berbincang atau menemani JT tidur. JT dikenal baik oleh semua teman-
teman JT. JT termasuk orang yang memiliki selera humor yang tinggi dan suka
menolong temannya. Teman-teman JT memiliki kepedulian terhadap keadaan JT,
walaupun mereka tidak terlalu tahu tentang penyakit JT. Kejadian JT yang sering
174
pingsan di kampus membuat teman-temannya perhatian kepada JT. Interaksi JT dalam
keluarga terlihat kurang akrab. Sesekali JT menghabiskan waktu membantu ibunya
memasak di dapur. JT terlihat cukup dekat dengan ibunya. Ayah JT hanya berada di
rumah saat malam hari sedangkan kakak JT datang setiap akhir pekan.
e. Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan JT sangat nyaman, keadaan rumah dan kos JT terlihat aman dan
terjaga kebersihannya. JT terlihat nyaman tinggal di kos. Kos JT terletak dalam
lingkungan masyarakat yang tenang dan dalam lingkungan perumahan yang cukup
elite. Kos JT menyediakan fasilitas yang cukup baik untuk menunjang kegiatan sehari-
hari JT.
4.4.4.2 Hasil Observasi Subyek Penelitian Subyek Kedua (Subyek RM)
a. Kondisi umum subyek penelitian
Subyek RM memiliki ciri-ciri fisik dengan berkulit sawo matang dan bertubuh
tinggi gemuk. RM memiliki tinggi badan sekitar 165 cm. RM memiliki rambut pendek
ikal yang tumbuh setelah beberapa waktu lalu kemoterapi membuat semua rambutnya
rontok. Penampilan RM secara keseluruhan selalu tampil rapi. RM selalu berdandan
saat bekerja. Penampilan bersih dan rapi nampak dalam setiap pertemuan wawancara.
RM terlihat sehat dan mampu beraktivitas dengan baik. RM masih bekerja
sebagai asisten dokter. RM masih aktif bekerja kecuali saat harus menjalani
kemoterapi dan masa pemulihannya. RM sangat menjaga kesehatannya dengan
melakukan olah raga ringan dan menjaga pola makan. RM lebih banyak mengonsumsi
buah dan sayur agar tetap sehat.
175
b. Aktivitas
Aktivitas RM umumnya di lakukan di rumah sakit tempatnya bekerja dan di
rumah. Aktivitas di rumah sakit berkisar pada tugas yang harus diselesaikan RM. RM
menggunakan tujuh jam dalam sehari untuk bekerja. Pada kesehariannya, RM tetap
menjadi ibu rumah tangga untuk keluarganya. RM suka terlibat dalam kegiatan sosial,
namun pekerjaan RM menyita banyak tenaga dan waktu RM, maka dengan kondisi
RM yang sakit RM jadi jarang untuk terlibat kegiatan sosial dengan masyarakat sekitar
lingkungan rumah RM karena menyadari bahwa dirinya perlu waktu untuk istirahat.
c. Dinamika psikologis
RM termasuk orang yang aktif dalam berbicara, RM menceritakan banyak hal
sebelum pewawancara bertanya. RM bercerita tentang kehidupan dan keluarganya
dengan antusias dan ekspresif. RM tak segan menangis saat menceritakan
kesedihannya. RM menceritakan perasaannya dengan detail dan terbuka. RM terlihat
sudah dapat menerima keadaannya yang sakit dan mulai menata hidupnya kembali dan
berusaha untuk percaya diri dengan kondisi fisiknya. RM terlihat bersemangat dan
peduli dengan orang lain.
d. Interaksi
Pada keseharian RM di kenal ibu yang sangat dekat dengan anak-anaknya. RM
memiliki interaksi yang baik dengan keluarga intinya tetapi tidak dengan saudara-
saudaranya yang tinggal dengan RM. Terlihat ada sedikit jarak antara RM dengan adik
ipar yang tinggal bersama dengan RM. RM menunjukkan ekspresi tidak suka saat
bercerita tentang adik iparnya, namun secara keseluruhan interaksi RM dengan
keluarganya cukup baik.
176
Keseharian RM dalam lingkungan sosial jarang terlihat. RM hanya keluar
rumah untuk berbelanja di depan rumah. RM kebanyakan menghabiskan waktu untuk
istirahat di rumah. Interaksi yang sangat baik justru diperlihatkan RM di tempat kerja,
RM mengenal hampir semua rekan kerjanya di rumah sakit. RM terlihat ramah dan
sangat murah senyum kepada semua orang yang ditemuinya.
e. Lingkungan tempat tinggal
RM tinggal di rumah warisan mertuanya yang berada di lingkungan menengah
kebawah. Rumah RM tergolong sederhana dan dengan atap yang rendah. Keadaan
sekitar rumah RM cukup baik dan ramai dengan anak-anak kecil. Suasana seadanya
tampak dalam rumah RM. Terdapat beberapa perabot yang sudah tidak berfungsi di
suatu sudut rumah yaitu mesin cuci dan kipas angin, walaupun sederhana, rumah RM
terlihat bersih.
4.4.4.3 Hasil Observasi Subyek Penelitian Subyek Ketiga (Subyek BG)
a. Kondisi umum
BG memiliki ciri fisik yaitu tubuh ideal yang tinggi dengan kulit sawo matang.
Tinggi badan BG sekitar 175 cm dengan berat badan sekitar 70 kg. BG berambut
pendek dan berwarna hitam. Penampilan BG secara keseluruhan terlihat sederhana
namun tetap rapi. Saat dilakukan wawancara, mata BG terlihat sayu dan lemas. BG
menuturkan bahwa BG juga terkena anemia.
b. Aktivitas
BG masih terlihat sehat dan mampu menjalani aktivitasnya sehari-hari dengan
mandiri. Saat akan di lakukan wawancara, BG terlihat sedang mengerjakan sesuatu di
depan komputer. Keseharian BG memang digunakan untuk mengerjakan pekerjaannya
177
di bidang telekomunikasi. BG selalu berhubungan dengan dunia luar melalui media
internet.
BG dapat melakukan aktivitas seperti biasa walaupun penyakit yang diderita
subyek sedikit mempengaruhi kemampuan dan kekuatan BG dalam melakukan
aktivitas. BG mengurangi aktivitas dalam hal mengangkat barang berat. Pada proses
wawancara berikutnya, BG terlihat mampu untuk mengendarai kendaraan sendiri. BG
masih bisa mengendarai motor atau mobil sendiri. Mobilitas BG tidak terlalu
terganggu karena penyakitnya.
c. Dinamika psikologis
BG termasuk tipe orang yang terbuka akan dirinya kepada orang lain. BG
menjawab pertanyaan dengan jawaban-jawaban yang sederhana dan langsung pada
pokok intinya. BG menceritakan apa yang dirasakannya dengan terus terang. BG
terlihat sudah bisa menerima keadaannya sekarang. BG beberapa kali diam dan
selanjutnya mengucapkan kalimat syukurnya kepada Tuhan. BG terlihat tenang dan
santai dalam pembawaan dirinya. BG menunjukkan ekspresi tenang saat menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh BG.
d. Interaksi
BG memiliki interaksi yang baik dengan keluarganya. BG sangat dekat dengan
adik perempuannya yang berusia delapan tahun dari BG. Orang tua BG tidak ada di
rumah saat dilakukan wawancara, hal ini dikarenakan oleh kesibukan keduanya. BG
terlihat aktif dalam berkomunikasi. BG suka membicarakan hal tentang wirausaha dan
kesuksesan yang telah dicapai.
178
Hubungan BG dengan lingkungan sekitar juga baik, BG memiliki banyak
teman yang sekaligus merupakan keryawannya. Beberapa kali BG terlihat sedang
mengobrol atau mengajarkan sesuatu kepada karyawannya. BG di kenal sebagai orang
yang suka menolong dan memiliki jiwa wirausaha yang tinggi. BG memiliki keinginan
untuk melebarkan usahanya di bidang yang lain.
e. Lingkungan tempat tinggal
BG tinggal di lingkungan menengah ke atas. Tempat tinggal BG adalah sebuah
rumah yang sekaligus digunakan sebagai tempat usaha. Ruko BG terletak di daerah
yang sangat ramai. Lingkungan tempat tinggal BG berada di sekeliling banyak tempat
usaha yang lain. BG terlihat nyaman berada di rumah bersama keluarga tercintanya.
Rumah dan tempat usaha BG terlihat bersih dan mempunyai fasilitas yang baik. BG
terlihat mengatur ruang kamarnya senyaman mungkin dan memiliki fungsi lain yaitu
sebagai tempat kerjanya.
4.4.5 Hasil intepretasi tes grafis subyek penelitian
IDENTITAS INFORMAN AHLI
Nama : A.D. Andriyanti, S.Psi., M.Si
Jenis kelamin : perempuan
Usia : 42 tahun
Pekerjaan : Psikolog di Biro Psikologi ProEksis
Alamat : Tegal, Jawa Tengah
4.4.5.1 Hasil intepretasi tes grafis subyek penelitian pertama (subyek JT)
Berdasarkan hasil tes grafis yang dilakukan terhadap JT, diketahui bahwa :
179
1. Aspek emosi : JT dalam kondisi emosional cenderung labil, cenderung murung.
Ada keinginan untuk mendapatkan perhatian lebih atau keinginan untuk dicintai.
JT tidak ragu-ragu dan bersikap apa adanya, meskipun tampak kurang dewasa
namun ada upaya untuk menerima suatu hal secara wajar. Penerimaan terhadap
diri masih kurang mantap.
2. Aspek Sosial : JT kurang dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan
sekitar, namun JT mampu untuk melakukan kontak sosial dengan orang lain. JT
tampak kurang percaya diri dan cenderung merasa tidak aman dan kurang
nyaman, sehingga cenderung tertutup dan tidak banyak bicara. Hubungan dengan
orang terdekat atau orang tua cenderung kurang seimbang. Peran ayah dan ibu
sebagai pelindung tampak sama namun JT cenderung kurang tertarik atau kurang
ambil bagian dalam membangun relasi dalam keluarga. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh perasaan kurang hangat atau kurang peduli pada keluarga.
3. Aspek intelektual : Kapasitas intelektual JT cukup memadahi. Motivasi untuk
berprestasi cukup besar dan ada ambisi untuk meraih sesuatu.
4.4.5.2 Hasil intepretasi tes grafis subyek penelitian kedua (subyek RM)
Berdasarkan hasil tes grafis yang dilakukan terhadap RM, diketahui bahwa:
1. Aspek emosi : RM dalam kondisi emosional yang labil, kurang mantap dalam
membuat keputusan. Kepribadian RM kurang dewasa dan cenderung kekanak-
kanakan. Ketidakstabilan RM memunculkan rasa rendah diri dan merasa kurang
memiliki kemampuan dan otoritas diri sehingga cenderung ragu dalam bertindak
atau membuat keputusan, namun ada upaya RM untuk melakukan control diri.
180
2. Aspek sosial : RM kurang dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan
sekitar, namun RM masih mampu melakukan kontak sosial dengan orang lain.
RM tampak kurang percaya diri dan cenderung ragu-ragu. Terkadang muncul
keinginan untuk menentang suatu otoritas atau suatu aturan yang ada. Hubungan
dengan orang terdekat atau orang tua cukup dekat, namun peran ayah dan ibu
cenderung kabur. RM lebih dekat dengan ayah, sedangkan ibu cenderung tertutup.
RM tampak berlindung, muncul ketergantungan dan ingin dekat dengan keluarga.
3. Aspek intelektual : Kapasitas intelektual RM cukup memadai demikian untuk
berprestasi cukup baik. RM kurang mantap dalam mengambil keputusan namun
berupaya untuk bertindak kreatif.
4.4.5.3 Hasil intepretasi tes grafis subyek penelitian ketiga (subyek BG)
1. Aspek emosi : BG dalam kondisi emosional cukup stabil, namun ada perasaan
tidak aman dan kurang nyaman terhadap suatu hal. Kepribadian BG cukup mantap
sehingga tidak terlalu ragu dalam membuat keputusan.
2. Aspek sosial : RM dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan di
sekitar meskipun cenderung egosentris. BG masih mampu melakukan kontak
sosial dengan orang lain. Ada keinginan untuk menentang suatu otoritas serta
cenderung memiliki otoritas yang besar. BG berupaya untuk melakukan control
diri. Hubungan dengan orang terdekat atau orang tua sangat dekat. Peran ayah dan
ibu sangat dominan sebagai pelindung, meskipun ibu cenderung tertutup. Peran
BG dalam keluarga belum terlalu nampak, BG nampak merasa nyaman /
cenderung berlindung/ tergantung pada keluarga dekat.
181
3. Aspek intelektual : kapasitas intelektual BG cukup memadai. Ambisi dan motivasi
untuk berprestasi cukup besar dan tinggi.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Aspek-aspek Kualitas Hidup pada Subyek Penelitian Subyek JT
1. Aspek Fisik
a. Gejala fisik
Cella et. al. (2003:43) mengungkapkan bahwa kondisi kesehatan sangat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Bowling (2005:7) kualitas hidup adalah
kebaikan dari aspek-aspek kehidupan yang dipengaruhi oleh kesehatan. JT
menunjukkan bahwa dirinya memiliki kesehatan fisik yang baik dan mental yang
positif karena JT terlihat sehat dan masih mampu melakukan semua aktivitasnya
sendiri. JT dapat menerima dan beradaptasi dengan penyakit yang dideritanya
walaupun tanpa melakukan pengobatan medis. JT percaya dengan menanamkan
sugesti dalam pikirannya bahwa dirinya sehat dan baik-baik saja akan membuat JT
merasa mendapatkan kekuatan berlipat kali ganda. JT tidak menjadi kecil hati dengan
kondisi fisiknya. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh informan kedua dan ketiga
bahwa kondisi JT yang sakit, tidak menghalanginya untuk beraktifitas. JT akan marah
jika ada yang memperlakukan dirinya seperti orang sakit. JT dapat menerima dan
beradaptasi dengan penyakit yang dideritanya walaupun tanpa melakukan pengobatan
medis.
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik serta
182
memiliki kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan. JT
menunjukkan bahwa sebagai penderita kanker, JT masih mandiri, artinya JT masih
dapat berjalan, makan sendiri dan tidak bergantung pada kursi roda untuk beraktivitas.
Informan pertama mengungkapkan bahwa dalam keadaan sakit kanker, JT tidak
nampak seperti orang sakit. JT justru terlihat biasa seperti orang sehat lainnya.
Larasati (2009:1) menyatakan seseorang yang kualitas hidupnya positif terlihat
dari gambaran fisiknya yang selalu menjaga kesehatannya. JT mengusahakan
kesehatan dirinya semaksimal mungkin dengan melakukan olah raga dan melakukan
diet. JT menuruti semua anjuran dokter untuk menghindari beberapa makanan yang
akan memicu penyebaran sel kankernya dan mengonsumsi lebih banyak sayur dan
makanan sehat untuk menjaga kesehatan terutama menstabilkan gula darah dalam
tubuh JT. Penyakit kanker tidak membuat JT menjadi pribadi yang lemah.
Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa JT berusaha untuk
melawan kelemahan fisiknya dengan mandiri, bagi JT kesehatan bersumber pada diri
seseorang itu sendiri. JT memberikan sugesti pada pikirannya, bahwa keyakinan dan
pikiran positif akan mendatangkan kebaikan bagi tubuh dan jiwa JT. Hal ini yang
membuat JT mendapatkan kekuatan yang lebih besar dibanding yang didapatkan JT
dari obat-obatan. JT berusaha bertanggung jawab atas keputusannya menghentikan
pengobatan dengan melakukan yang terbaik untuk kesehatan. Kualitas hidup JT
nampak dalam upayanya untuk selalu sehat yang berasal dari pikiran dan diwujudkan
dalam sikap menjaga kesehatan.
183
b. Respon terhadap toksisitas pengobatan dan perawatan
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki memiliki kesehatan fisik dan mental yang
baik. JT tidak lagi menjalani pengobatan apapun untuk kesehatannya. JT merasa
kondisi fisiknya lebih baik tanpa obat, JT merasa lebih sehat dan prima tanpa obat-
obatan, hal inilah yang membuat JT memutuskan untuk tidak lagi menjalani
pengobatan sejak tujuh bulan yang lalu. JT ingin menjalani dan menikmati hidup
dengan apa adanya. Informan pertama beranggapan bahwa keputusan JT untuk
menghentikan upaya pengobatan adalah keputusan terbaiknya untuk menikmati hidup
dan dengan begitu menjadikan semangat untuk JT mendapatkan kesembuhan dengan
cara lain. Informan kedua menyatakan bahwa benar JT telah berhenti melakukan
pengobatan, namun informan tetap menghargai keputusan JT.
JT tidak mengandalkan obat-obatan untuk kesembuhannya, JT lebih memilih
menjalani hidup apa adanya dan berusaha untuk selalu menikmati setiap keadaan yang
menimpanya, baik itu baik ataupun buruk. Berdasarkan teori tersebut, JT
menunjukkan kualitas hidupnya bahwa walaupun tidak menjalani pengobatan medis,
namun dirinya tetap merasa baik bahkan lebih baik dan merasa sehat di banding saat
dirinya menjalani pengobatan.
c. Citra tubuh
Arkoff (1976:37) citra tubuh adalah persepsi atau pandangan terhadap tubuh
tubuh diri sendiri termasuk apa yang dilihat atau pikirkan ketika kita melihat diri kita
dari luar sebagai sebuah refleksi atau merasakan tubuh kita dari dalam. Evaluasi
184
tersebut secara menyeluruh seseorang terhadap kondisi fisik yang dimilikinya.
Kepercayaan diri merupakan wujud dari citra tubuh yang positif.
JT memiliki kepercayaan diri yang tinggi dengan dirinya, hal ini dibenarkan
oleh informan pertama dan kedua. Hal ini bisa diketahui dari cara bicaranya dan
keterlibatan JT dalam kegiatan organisasi kampus. JT menganggap dirinya menarik
dan ingin lebih menarik lagi. Selain karena alasan ingin menjaga kesehatan, JT
mengaku melakukan diet juga untuk memperindah penampilannya. JT suka bersolek
dan mengoleksi banyak aksesoris untuk menunjang penampilannya. JT menuturkan
merasa penampilannya sudah mewakili kepribadiannya karena JT ingin menjadi diri
sendiri.
Preedy and Watson (2010:1754) Kualitas hidup didefinisikan kepuasan dalam
berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah aspek fisik. Kepuasan JT terhadap
fisiknya didahului dengan penerimaan diri JT terhadap penyakit yang dideritanya, hal
ini yang pada akhirnya membuat JT nyaman dan menunjukkan dengan rasa percaya
diri melalui sikapnya yang selalu tersenyum ramah kepada semua orang yang
ditemuinya. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup JT
positif karena JT memiliki citra diri yang positif dan puas terhadap fisik yang
dimilikinya.
d. Penerimaan Diri
Akechi et. al. (1998:2381) menyatakan bahwa penyesuaian mental penderita
kanker berkorelasi dengan kualitas hidupnya dan salah satu hal yang paling adaptif
dari penyesuaian mental adalah ‘semangat juang’. Penderita kanker otak adalah status
185
yang harus disandang JT dalam usia remaja dan mau tidak mau JT harus menerima
keadaan tersebut. Awal menderita kanker menjadi keadaan yang paling sulit dalam
hidupnya, JT sempat merasa terpukul dan menarik diri dari keadaan disekitarnya. JT
juga mengalami ketakutan akan menghadapi kematian. Menurut informan kedua, JT
sempat merasa tidak memiliki masa depan dalam hidupnya. Semangat juang yang
ditunjukkan JT adalah dengan keinginan untuk keluar dari keterpurukannya dan
berusaha menatap masa depan.
Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap diri sendiri dan dapat
menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelemahan dan kelebihannya.
Chaplin (1999:450) mengatakan penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya
merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri, serta
pengetahuan-pengetahuan akan keterbatasan sendiri. JT menunjukkan sikap dapat
menerima keadaannya sebagaimana adanya. JT juga menyadari bahwa dirinya
memiliki keterbatasan dalam segi fisik namun JT tetap puas dengan apa yang ada pada
dirinya. Hal ini dibenarkan oleh informan kedua, bahwa JT dapat menerima bahwa
dirinya adalah penderita kanker dan sudah mampu bangkit dari keterpurukan.
Keadaan sulit tersebut kemudian dapat diatasi JT dengan cara penyerahan diri
kepada Tuhan. JT mengatakan bahwa penyakitnya bukan suatu musibah yang harus
disesali melainkan suatu anugerah Tuhan karena tidak semua orang mendapatkan
kesempatan untuk mendapatkan anugerah tersebut. Hal ini didukung dari hasil
intepretasi tes grafis yang dilakukan terhadap JT, bahwa JT cenderung bersikap apa
adanya dan ada upaya suatu hal secara wajar, ini menunjukkan adanya penerimaan diri
yang cukup baik dari JT.
186
JT merasa kanker adalah proses belajar dari Tuhan dalam hidupnya untuk bisa
turut merasakan berbagi dengan orang lain sesama penderita kanker atau penyakit lain.
JT merasa percaya diri dengan penyakitnya, JT menganggap hal itu sebagai kelebihan
yang dimilikinya. JT menunjukkan kesadaran diri terhadap keadaan yang sedang
dialaminya. JT sadar bahwa dirinya adalah penderita kanker dengan segala
kemungkinan yang akan terjadi. Informan pertama dan ketiga mengungkapkan bahwa
JT menerima dengan besar hati keadaan yang di alaminya dan tetap menjalani
hidupnya dengan penuh semangat. Berdasarkan teori-teori diatas, dapat disimpulkan
bahwa JT memiliki penerimaan diri yang positif.
2. Aspek psikologis
a. Perasaan Positif
Bowling (2005:7) kualitas umumnya didefinisikan sebagai nilai dari
‘kebaikan’. Kualitas hidup kemudian dijelaskan sebagai kebaikan dari kehidupan,
dalam kaitannya dengan kesehatan. JT menunjukkan keadaan fisik yang sehat dan
tidak terlihat seperti orang sakit. JT mengerti bahwa keadaannya terbatas, namun
sebisa mungkin JT tidak ingin menjadi beban dan merepotkan orang lain. Hal ini di
dukung informan pertama.
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki pandangan psikologis yang positif dan
memiliki kesejahteraan emosional. JT memiliki perasaan positif dengan tidak larut
dalam kesedihan yang terlalu lama. JT menyadari bahwa dirinya harus bangkit dan
menjalani hidupnya. JT selalu berpikir positif dengan keadaannya dan memiliki
187
semangat dalam hidupnya. Keadaan JT yang sakit, JT selalu berkata bahwa dirinya
sehat dan baik-baik saja. Hal ini dibenarkan oleh informan kedua, bahkan JT mampu
bersyukur dengan keadaannya sekarang.
JT memandang kegagalan sebagai hal yang positif. Menurut JT, kegagalan
adalah jalan menuju kesuksesan. Perasaan positif JT bersumber pada keimanannya
kepada Tuhan. JT menganggap penyakitnya sebagai anugerah dari Tuhan yang akan
membentuknya menjadi pribadi yang kuat. Hal ini didukung dari hasil intepretasi tes
grafis yang dilakukan terhadap JT, bahwa JT cenderung bersikap apa adanya dan ada
upaya suatu hal secara wajar, ini menunjukkan adanya penerimaan diri yang cukup
baik dari JT.
Larasati (2009:1) menyatakan seseorang yang kualitas hidupnya positif terlihat
dalam aspek psikologis yang berusaha meredam emosi agar tidak mudah marah. JT
tetap mengasihi orang-orang yang menyakitinya dan tetap menyebut mereka sahabat.
Hal ini didukung oleh pernyataan dari informan pertama, bahwa JT tidak mengeluh
dengan keadaannya, JT berusaha menyimpan sendiri rasa sakitnya, berarti bahwa JT
mampu mengendalikan emosi. Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan
bahwa JT memiliki perasaan positif karena JT mampu melihat penderitaan sebagai
anugerah dan ujian daari Tuhan yang pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan bagi
JT. Kematangan emosi yang dimiliki JT adalah salah satu kriteria adanya kualitas
hidup pada diri JT.
b. Perasaan Negatif
Ferris (2010:31) kualitas hidup dapat ditingkatkan dengan membuang alasan
untuk depresi, bunuh diri dan respon negatif lainnya dengan mengalami kebahagiaan,
188
dan kehidupan yang menarik melalui cinta, kasih sayang dan kesejahteraan emosional,
kualitas hidup akan meningkat saat intervensi mengurangi dasar untuk kesepian. Hal
senada juga diungkapkan oleh Wijaya (2009:1), bahwa kualitas hidup pasien dengan
depresi mengalami penurunan dibanding dengan pasien tanpa gejala depresi.
JT pernah merasa terpuruk dan sedih dengan penyakit yang di deritanya. Butuh
waktu satu tahun untuk JT dapat beradaptasi dengan kesakitannya. Selama satu tahun
tersebut JT mengalami krisis percaya diri, keadaan emosi yang labil dan sangat
sensitif. Hal ini juga didukung oleh hasil intepretasi tes grafis, bahwa kondisi
emosional JT cenderung labil dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan situasi. JT
juga mengalami ketakutan dan kekhawatiran dalam hidupnya. Di saat JT sedang
merasa frustasi, JT pernah berpikiran untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
namun gagal. Hal ini didukung dengan pernyataan informan pertama dan kedua yang
mengatakan bahwa JT sempat berusaha mengakhiri hidupnya untuk keluar dari
penderitaan yang JT rasakan tetapi usaha JT tidak berhasil.
Saat ini JT mengaku sudah tidak ada yang ditakutinya. JT sudah berhasil
membuang keinginannya untuk melakukan hal negatif yang bisa merugikan dirinya
sendiri dan orang lain. JT mampu mengatasi perasaan negatif yang dirasakannya
dengan melihat orang-orang yang mengasihi JT dan orang-orang yang JT kasihi, JT
merasa berharga memiliki seseorang yang sangat peduli kepadanya, yaitu kekasih JT.
Sudah sewajarnya jika manusia memiliki perasaan negatif dalam dirinya, namun
sebaiknya bila seseorang menggunakan akal pikirannya secara sehat yang di
anugerahkan oleh Tuhan secara bijaksana, hal inilah yang dilakukan oleh JT.
189
c. Harga Diri
Santrock (2007:183) harga diri yang tinggi dapat merujuk pada persepsi yang
tepat atau benar mengenai martabatnya sebagai seorang pribadi termasuk keberhasilan
dan pencapaiannya. Persepsi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya
sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang dicapainya. JT
memiliki penghargaan yang baik atas dirinya. JT menyadari bahwa setiap manusia
berharga.
JT mengartikan harga diri adalah sebuah sikap seseorang yang tetap bisa
menjaga harkat dan martabatnya sebagai manusia. JT menganggap bahwa seseorang
yang mempunyai harga diri adalah orang yang tidak menunjukkan kelemahan atau
kekurangan yang di milikinya di hadapan orang lain. JT menganggap dirinya sangat
berharga dan berarti untuk orang lain. Menurut informan pertama, Sikap bersyukur JT
membuktikan bahwa subyek memiliki penghargaan yang cukup tinggi untuk dirinya
sendiri dan orang lain. JT menyatakan bahwa yang terpenting adalah JT merasa sangat
berharga di mata Tuhan. JT merasa bahwa dirinya sangat disayangi oleh Tuhan dan JT
merasa bahwa kehadirannya memberi banyak arti untuk orang lain. Hal tersebut juga
dibenarkan oleh informan kedua bahwa saat ini JT bahwa JT senang jika dapat berbagi
dengan orang lain. Ada kecenderungan keinginan untuk mendapat perhatian dan
keinginan untuk dicintai pada JT.
Rasa keberartian JT membuat JT memiliki penerimaan diri yang baik akan
dirinya. JT memiliki kesadaran diri penuh terhadap kondisi dan kelemahannya,
kesadaran inilah yang membuat JT nyaman menjalani dan menikmati hidupnya. Hal
ini selaras dengan yang disampaikan oleh Preedy and Watson (2010:1754) kualitas
190
hidup didefinisikan kepuasan dalam aspek kehidupan, rasa nyaman yang diawali
dengan penerimaan diri JT membuat JT puas dengan hidupnya.
d. Kebahagiaan
Aristoteles (Ferris, 2010:17) menyatakan bahwa kualitas hidup adalah produk
bersih dari kebahagiaan. Kebahagiaan didefinisikan sebagai milik diri sendiri. Hal ini
juga diungkapkan dengan simbol cinta, menemukan seseorang untuk dicintai akan
meningkatkan kualitas hidup seseorang, cinta dapat mengubah identitas seseorang,
mengubah posisi sosial seseorang melalui kelekatan pada orang lain. Ferris (2010:31)
mendefinisikan kualitas hidup dengan membuang respon negatif dengan mengalami
kebahagiaan dan kehidupan yang menarik melalui cinta serta kasih sayang.
JT mendefinisikan kebahagiaan sebagai sikap selalu mensyukuri semua yang
diberikan oleh Tuhan, dengan bersyukur setiap orang bisa menjalani hidupnya dengan
nyaman dan merasakan kebahagiaan itu sendiri. JT bahagia dengan semua yang
dimilikinya, JT bahagia dengan keluarganya, JT bahagia memiliki sahabat-sahabat
yang sudah dianggapnya sebagai saudara dan JT sangat bahagia memiliki kekasih
seperti mas.Benny.
JT memilih untuk tetap bahagia di tengah keadaannya yang sakit. JT bahagia
dengan orang-orang yang di cintainya dan orang-orang yang mencintai JT. JT
memiliki kualitas hidup yang positif karena JT telah menemukan cinta dalam
hidupnya. Hal ini seturut dengan yang diungkapkan oleh informan pertama bahwa JT
lebih memilih untuk bahagia walaupun dalam keterbatasan keadaan fisiknya. Informan
191
kedua juga mengungkapkan bahwa JT bahkan mampu bersyukur dengan keadaannya
sekarang.
e. Spiritualitas
Fisch et al (2003:2754) menyimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual juga
berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. JT merasa memiliki kedekatan dengan
Tuhan dan Tuhan adalah segalanya bagi JT. Keimanan JT kepada Tuhan menjadi
kekuatan untuk menghadapi penyakitnya. Ada perubahan dalam diri JT sebelum dan
sesudah menjadi penderita kanker, terutama pada kedewasaan dan pola pikir JT. JT
dapat mengambil sisi positif dari keadaan sakit yang menimpanya.
Zohar dan Marshall (2000:4) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
JT menganggap penyakitnya adalah cara Tuhan mengasihi JT dan Tuhan
menginginkan JT untuk menjadi pribadi yang kuat sehingga JT pada akhirnya bisa
menerima dan menghadapi penyakitnya. Hal demikian juga diungkapkan oleh
informan pertama dan kedua, informan menganggap JT hanya mengandalkan Tuhan
untuk memberikan kesembuhannya, hal ini ditunjukkan dengan sikap JT yang
menghentikan pengobatan dan memilih untuk menikmati hidupnya. JT tidak lagi takut
mati. Hubungan JT dengan Tuhan membuat JT merasa memiliki kekuatan ekstra untuk
menjalani hidup dengan penyakit yang dideritanya. JT tidak mau menyerah dengan
keadaan yang ada, JT berusaha mengendalikan keadaan bukan malah sebaliknya.
Kualitas hidup JT terlihat dari cara JT berjuang menghadapi penyakit yang
192
dideritanya.
f. Kesejahteraan
Walter (Rukminto,1994:4) kesejahteraan sosial merupakan sistem yang
terorganisasi dari institusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu
ataupun kelompok agar dapat mencapai standart hidup dan kesehatan yang lebih
memuaskan. Rukminto (1994:11) usaha kesejahteraan sosial adalah usaha yang
terorganisai dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia kearah
kehidupan sosial yang lebih baik. Peningkatan kualitaas hidup itu sendiri dapat
dilakukan melalui kehidupan keluarga, kesehatan, kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial, pemanfaatan waktu luang, standart hidup maupun relasi
sosial. JT selalu ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya untuk terus menjadi lebih
baik.
Preedy and Watson (2010:386) menyatakan konsep kesejahteraan menyiratkan
kualitas hidup yang positif dan membangun. JT termasuk dalam keluarga yang
sejahtera secara ekonomi dan selalu mengusahakan kehidupan yang lebih baik. JT
terlihat sehat dan nyaman dengan keadaannya. Andesson et all (Preedy and
Watson,2010:1868) mengungkapkan kualitas hidup yang baik sebagai keadaan fisik
dan kesejahteraan psikososial individu yang mampu melakukan kegiatan sehari-hari
dan merasa puas dengan peran sehari-hari. Kualitas hidup JT terlihat dari kemampuan
JT untuk tetap melakukan kegiatan sehari-hari dan tetap kuliah di tengah keterbatasan
fisiknya dan JT puas dengan dirinya. Hal ini dibenarkan oleh informan kedua, bahwa
kondisi JT yang sakit, tidak menghalanginya untuk beraktivitas seperti biasanya.
193
JT mempunyai harapan dan tujuan dalam hidupnya yaitu bisa di kenal dan
bermanfaat bagi orang lain di luar predikatnya sebagai penderita kanker otak. JT
menganggap hidupnya seperti pelangi yang penuh warna dan kadang seperti langit
yang terang dan mendung. Kekhawatiran JT adalah jika dirinya tidak bisa memberikan
yang terbaik untuk orang tuanya. Informan pertama menyampaikan hal yang hampir
sama, yaitu JT juga ingin melakukan banyak hal bagi orang lain sehingga dirinya akan
memberi dampak positif untuk orang lain.
JT melakukan peran individu dan peran sosialnya dengan efektif. JT masih
mampu melakukan aktivitas sosial yang ada dan menjalankan tanggung-jawabnya
sebagai pribadi untuk mencapai cita-cita yang dimilikinya. JT memiliki kapasitas
intelektual yang cukup memadahi, memiliki motivasi berprestasi cukup besar dan ada
ambisi untuk meraih suatu hal. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa JT
merasakan kesejahteraan yang akhirnya membuat hidupnya memiliki kualitas positif.
g. Persepsi Individu terhadap Kualitas Hidup
The World Health Organization (1997:1) mendefinisikan secara umum kualitas
hidup sebagai persepsi individu dari posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks
budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dan kaitannya dengan tujuan, harapan,
standart dan kekhawatiran hidup. JT memiliki persepsi tentang hidupnya bahwa hidup
yang dijalaninya seperti pelangi yang penuh warna dan seperti langit yang terang dan
kadang mendung. JT memiliki harapan dan tujuan hidup untuk bisa berguna bagi
orang lain terutama bagi orang tuanya. JT juga memiliki kekhawatiran-kekhawatiran
tentang hidupnya terutama disebabkan karena keadaan penyakit yang di deritanya.
194
Kekhawatiran dan ketakutan JT ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi emosional
JT yang cenderung labil berdasarkan hasil intepretasi tes grafis.
JT memiliki persepsi pribadi mengenai kualitas hidup. Menurut JT, kualitas
hidup adalah ucapan syukur kepada Tuhan setiap hari. Menurut JT kriteria yang
menunjukkan bahwa seseorang memiliki kualitas dalam hidupnya adalah bisa
menerima dan selalu merasa cukup bahkan berlebih dengan apa yang dimilikinya dan
bersemangat. JT masuk dalam kriteria tersebut dan bangga menilai dirinya sebagai
seseorang yang memiliki kualitas hidup.
Menurut informan pertama, kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
adalah seseorang yang mampu melawan masalahnya, mampu menghadapi masalahnya
dan melakukan yang terbaik untuk hidupnya. Informan pertama menuturkan bahwa JT
adalah seseorang yang memiliki kualitas hidup yang positif, karena JT mempunyai
komitmen dan keberanian untuk mengambil keputusan tentang kesehatannya dan
menghadapi masalahnya sendiri, hal yang mempengaruhi kualitas hidup JT adalah
keimanannya kepada Tuhan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari informan
kedua. Informan ahli mendefinisikan bahwa kualitas hidup adalah saat seseorang bisa
menunjukkan kemampuan atau kinerjanya dan bagaimana dia berusaha mencapai
kehidupan yang terus semakin baik. JT bisa dikatakan berkualitas, karena dengan
keadaannya yang seperti itu, dia masih berusaha untuk tetap kuliah. Artinya JT
berusaha meningkatkan kemampuan dirinya.
195
3. Aspek Sosial
a. Hubungan interpersonal
Mor (Mosteller and Falotico, 1989:4) menyatakan bahwa kualitas hidup
sebagai aspek kehidupan dan fungsi manusia yang mempertimbangkan keperluan
untuk pemenuhan hidup, termasuk didalamnya adalah pencapaian pendidikan,
pendapatan dan standart hidup serta hubungan sosial. Bagi JT keluarga adalah hal
terpenting dan dalam keluarga pula JT merasakan cinta dan kasih sayang. JT sangat
bahagia dan bangga dengan keluarganya walaupun hubungan JT dengan keluarganya
tidak terlalu intim.
Barakat et. al. (2010:1) mendeskripsikan bahwa fungsi keluarga, termasuk
didalamnya adalah kualitas hubungan orang tua dan anak yang menderita kanker, hal
ini menjadi pusat kekuatan untuk melawan penyakitnya pada pasien yang sedang
menjalani pengobatan untuk kanker, dijelaskan bahwa peran dan hubungan ini lebih
penting daripada mengandalkan diagnosis atau pengobatan. Hubungan sosial JT
dengan keluarga tidak baik. Berdasarkan hasil intepretasi tes grafis, diketahui bahwa
hubungan JT dengan orang terdekat atau orang tua cenderung tidak seimbang. Peran
ayah dan ibu sebagai pelindung nampak sama namun JT cenderung kurang tertarik
atau kurang ambil bagian dalam membangun relasi dalam keluarga. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh perasaan kurang hangat atau kurang peduli pada keluarga.
JT paling dekat dengan ibunya dan JT merasa bahwa ibunya adalah orang yang
paling mengerti diri JT. Hubungan JT dengan ayahnya tidak terlalu dekat karena
ayahnya adalah orang yang sangat keras dan kasar, namun JT cukup dekat dengan
kakak laki-lakinya, walaupun demikian pada awalnya JT tidak memberitahukan
196
kepada keluarga tentang penyakitnya. JT merasa kurang mendapatkan perhatian dari
keluarganya, JT mengganggap keluarganya tidak peduli pada JT karena terlalu sibuk.
Hal tersebut dibenarkan oleh informan kedua, pada awalnya JT tidak nyaman berada
di rumah bersama keluarga karena orang tua JT tidak mengetahui kondisi JT yang
sebenarnya dan JT harus bersikap seolah-olah JT baik-baik saja. Hal ini didukung
dengan hasil intepretasi tes grafis bahwa pada JT tampak keinginan untuk
mendapatkan perhatian atau keinginan untuk dicintai. RM cenderung merasa tidak
aman dan kurang nyaman, sehingga bersikap tertutup dan tidak banyak bicara. JT
cenderung lebih suka menyendiri di dalam kamar saat berada di rumah.
Ferris (2010:29-31) kualitas hidup dapat ditingkatkan dengan membuang
respon negatif dengan mengalami kebahagiaan, dan kehidupan yang menarik melalui
cinta dan kasih sayang. Saat ini menjadi lebih baik karena orang tua JT sudah
mengetahui keadaan JT yang sebenarnya sejak tujuh bulan yang lalu, keluarga JT
lebih memperhatikan JT walaupun sikap ayah JT yang belum bisa sepenuhnya
berubah. JT senang dengan perubahan dan perhatian yang ditunjukkan keluarga
terhadapnya sekarang. JT lebih merasakan cinta dalam keluarga setelah keluarga tahu
tentang keadaanya yang sebenarnya. JT juga mendapatkan perhatian dari keluarga
yang lain.
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki hubungan yang baik dengan teman dan
keluarga. JT mampu melakukan kontak sosial dengan orang lain, JT memiliki banyak
teman dan sering mengadakan kegiatan bersama antara lain, menemani futsal teman
laki-laki, mengadakan kegiatan rohani bersama, liburan bersama dan lain-lain. JT juga
197
memiliki beberapa sahabat di kampus, mereka sering menginap bersama dan
melakukan semua aktivitas kampus bersama. Menurut informan pertama, JT memiliki
hubungan interpersonal yang sangat baik dan memiliki banyak sekali teman.
Larasati (2009:1) kualitas hidup seseorang yang positif ditunjukkan dengan JT
mempunyai perasaan kasih kepada orang lain dan mampu mengambangkan sikap
empati dan merasakan penderitaan orang lain. JT sering menolong teman-temannya
khususnya dalam hal keuangan karena JT merasa sebagai sama-sama anak kos harus
saling tolong menolong. Informan kedua juga mengungkapkan bahwa JT memiliki
rasa empati dan kepedulian terhadap orang lain. JT senang jika dapat berbagi dengan
orang lain.
Hubungan JT dengan orang-orang disekitarnya cenderung cukup baik,
walaupun JT tidak memiliki hubungan yang sangat intim dengan keluarga intinya,
namun JT tidak kekurangan perhatian dari teman-teman dan saudaranya. Kualitas
hidup JT tampak dari sikap JT yang tetap mengasihi ayahnya yang sering berlaku
kasar terhadap JT. JT juga memiliki kepedulian dan rasa empati terhadap orang lain.
b. Dukungan sosial
Cobb (Taylor,1991:244) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi
dari orang lain bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihormati, dihargai dan
merupakan bagian dari kelompok dalam jaringan timbal balik. Gottlieb (Smet,
1993:76) mendefinisikan social support sebagai, informasi verbal atau non-verbal,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan
198
hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya.
JT sebagai penderita kanker awalnya sengaja menyembunyikan keadaannya
dari orang lain. Alasan JT melakukan hal tersebut adalah JT tidak ingin dikasihani
oleh orang lain. Orang yang mengetahui bahwa JT sakit hanya paman JT, kekasih JT,
orang tua dan kakak dan beberapa saja dari sahabat-sahabat dekat JT. Orang tua J baru
mengetahui jika JT menderita kanker otak stadium dua kurang lebih tujuh bulan yang
lalu. JT tidak dengan sengaja menyembunyikan penyakit yang dialaminya terhadap
orang tuanya, namun JT merasa bahwa orang tuanya tidak peduli dengannya karena
terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Hal ini didukung oleh hasil intepretasi tes grafis
yang menyatakan bahwa adanya peran orang tua yang tidak seimbang, hal ini
dipengaruhi oleh perasaan kurang hangat atau kurang peduli kepada keluarga.
Sikap ayah JT yang kasar semakin menjadi saat tahu bahwa JT menderita
kanker. Ayah JT menjadi semakin kasar dan memukul JT di tengah keadaan JT yang
sedang merasakan kesakitan, tetapi JT memaklumi sikap ayahnya sebagai wujud
kekhawatirannya. Ibu dan kakak JT merasa sangat terpukul dengan vonis penyakit JT
dan setalah tahu, mereka menjadi semakin perhatian pada JT. Meskipun hanya
beberapa orang yang tahu tentang keadaan JT yang sebenarnya, namun JT tetap
mendapat dukungan mereka yang tahu. Hal ini dibenarkan oleh informan kedua bahwa
JT cukup nyaman tinggal di rumah, JT mendapat dukungan dari orang disekitarnya.
Sikap ayah JT yang keras dan kasar adalah wujud ekspresi kekhawatirannya kepada
JT. Hal ini cukup untuk JT mengerti bahwa ayahnya tetap memperhatikannya. Ibu dan
199
kakak JT selalu memberikan perhatian dan dukungan lewat dorongan semangat, doa
maupun membawakan makanan di kos JT. Hal ini dibenarkan oleh informan ketiga.
Dukungan dari pacar JT juga sangat besar, bahkan menurut JT, pacarnya
menjadi motivasi terbesarnya untuk sembuh. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
informan pertama, bahwa JT mendapat dukungan dari orang tuan, teman-teman dan
pacar JT. Informan kedua mengungkapkan dukungannya dengan cara berusaha untuk
selalu ada untuk JT. Informan pertama menuturkan bahwa walaupun orang tua JT
bersikap biasa saja, tetapi mereka tetap memberi dukungan kepada JT. Informan
pertama sendiri sangat mendukung JT untuk menjalani hidupnya dan mencapai
kesembuhan. Wujud dukungan teman JT ditunjukkan dengan sering memberikan
dukungan kepada JT melalui pesan singkat yang dikirimnya setiap hari. Informan
menuturkan saat bertemu JT, dirinya justru tidak membahas tentang keadaan
penyakitnya, tetapi justru membuat JT menikmati hidupnya dengan bercanda dan
bergembira bersama.
JT mendapat dukungan dan perhatian dari orang-orang yang tahu keadaannya,
namun JT lebih merasa diperhatikan oleh orang-orang yang justru sama sekali tidak
tahu bahwa JT sakit. JT menganggap keberadaan keluarga, kekasih dan sahabatnya
sebagai penyemangat yang bisa membuat JT bertahan dan melawan penyakitnya.
Hubungan interpersonal JT dengan orang-orang disekitanya memberi kekuatan kepada
JT secara emosional dan hal ini sangat mempengaruhi kualitas hidupnya.
c. Hubungan dengan lawan jenis
Taylor (1991:244) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi dari
orang lain bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihormati, dihargai dan
200
merupakan bagian dari kelompok yang biasa diajak bicara dan merupakan kewajiban
yang saling ditunjukkan oleh orang tua, pasangan atau kekasih, pasangan lainnya,
teman dan kontak sosial atau kelompok. Pasangan atau kekasih menjadi bagian dari
orang-orang yang memberikan rasa cinta kepada JT.
Penyakit JT sangat mempengaruhi hubungannya dengan lawan jenis namun
lebih karena keterbatasan fisik yang ada pada dirinya. Perubahan yang terjadi adalah
JT tidak lagi bisa menemani kekasihnya, mas.Benny, kemanapun dia pergi karena JT
cepat lelah dan sering tidak sehat namun dalam hal ini mas.Benny sangat mengerti
bahwa keadaan JT tidak bisa seperti dahulu lagi. JT juga pernah sempat merasa
pesimis dengan hubungannya. Hal ini dibenarkan oleh informan kedua bahwa JT
merasa pesimis dengan hubungannya karena JT merasa tidak punya masa depan.
Paul and White (Santrock, 2005:371) hubungan berpacaran adalah bagian dari
proses sosialisasi yang berfungsi sebagai kesempatan untuk menjalin hubungan yang
bermakna dengan seorang lawan jenis melalui interaksi dan aktivitas bersama untuk
menjadi sarana pemilahan pasangan nantinya. Penyakit JT membuat rasa cinta mereka
semakin dalam dan kuat, sehingga mereka merencanakan untuk segera menikah.
Menurut informan pertama, penyakit yang di derita JT memberikan dampak positif
terhadap hubungan berpacaran mereka. Penyakit tersebut di pakai sebagai sarana ujian
kesetiaan dan ketulusan untuk mereka. Ada perubahan dalam hubungan mereka
sebelum dan sesudah JT menderita kanker. Pacar JT semakin menunjukkan
perhatiannya terhadap JT dengan cara menjaga JT. Hubungan dengan lawan jenis
mempengaruhi kualitas hidup JT dalam mendapatkan rasa cinta untuk mencapai
kebahagiaan.
201
d. Aktivitas sosial
Preedy and Watson (2010:2925) kualitas hidup didefinisikan secara fungsional
sebagai persepsi pasien sendiri terhadap kinerja mereka secara fisik dan pekerjaan. JT
tidak mengalami gangguan dalam beraktivitas. JT masih terlihat sehat dan segar. JT
masih mampu melakukan aktivitas sehari-harinya sendiri dan tanpa bantuan orang
lain. JT menunjukkan kinerjanya dengan masih menjalani proses kuliah, sekarang JT
menempuh semester tujuh. Andesson et all (Preedy and Watson,2010:1868)
mengungkapkan kualitas hidup yang baik sebagai keadaan fisik dan individu yang
mampu melakukan kegiatan sehari-hari dan merasa puas dengan peran sehari-hari. JT
merasa puas dengan keadaannya dan sanggup melakukan kegiatannya sehari-hari
tanpa bantuan orang lain.
Shin dan Johnson (Bowling, 2005:7) menyatakan bahwa kualitas hidup terdiri
dari kepemilikan sumber daya yang diperlukan untuk kepuasan kebutuhan individu,
keinginan-keinginan, partisipasi dalam kegiatan yang memungkinkan pengembangan
pribadi dan aktualisasi diri. JT mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik. JT juga
berprestasi di kampus, JT terlibat organisasi dan menjabat selama beberapa waktu
sebagai ketua BLEM (Badan Legislatif Mahasiswa). Kapasitas intelektual JT cukup
memadahi, Tahun 2012 JT akan menghadiri acara seminar bersama dosen dan rektor
universitasnya di Pulau Lombok, hal ini dibenarkan oleh informan pertama. Informan
ahli menuturkan bahwa JT tergolong memiliki kualitas hidup yang positif karena
dengan keadaannya sebagai penderita kanker, JT masih tetap bisa beraktivitas,
khususnya kuliah. Hal ini berarti bahwa JT berusaha meningkatkan kemampuan
dirinya. Menurut hasil intepretasi tes grafis diketahui bahwa JT memiliki motivasi
202
berprestasi cukup besar dan ada ambisi untuk meraih suatu hal.
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki partisipasi dalam kegiatan sosial. JT sangat
senang dengan segala bentuk acara bakti sosial. JT ingin orang lain melihatnya sebagai
dirinya yang sehat. JT sangat senang bertemu dengan orang-orang yang kurang
beruntung dimana disana JT bisa berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
Pertemuan dengan orang-orang yang kurang beruntung akan membuat JT lebih
bersyukur dengan apa yang JT miliki.
Menurut informan pertama, JT sangat senang dengan kegiatan yang berkaitan
dengan aksi sosial yang diadakan bersama antara JT dan informan. JT menunjukkan
rasa empatinya kepada informan dengan menunjukkan perhatiannya saat informan
sedang sakit. Kualitas hidup JT dapat dilhat dari rasa peduli dan empati JT terhadap
orang lain. Kepedulian dan rasa empati JT yang tinggi membawa JT terlibat dalam
kegiatan organisasi formal maupun non-formal khususnya di bidang sosial. JT
tergerak untuk membantu sesama manusia, JT menganggap bahwa hidupnya harus
berdampak untuk banyak orang.
4. Lingkungan
a. Kebebasan
JT mendefinisikan kebebasan sebagai ungkapan ekspresi JT untuk menjadi
dirinya sendiri. JT merasa bebas dalam melakukan apa yang diinginkannya dan JT
nyaman menjadi dirinya sendiri. Green and Kreuter (2000:49) menyatakan kualitas
hidup selain mengukur hasil kesehatan juga termasuk kemampuan untuk melakukan
tugas hidup sehari-hari, beradaptasi dengan efek samping yang ditimbulkan oleh obat,
203
tingkat energi, dan indikator kesejahteraan lain yang tidak terkait dengan kondisi
medis. JT beranggapan dirinya mampu melakukan semua kewajiban dan tanggung
jawabnya dalam aktivitasnya sehari-hari dan JT memiliki mobilitas yang tinggi dalam
kegiatannya sehari-hari. Seperti penuturan informan ketiga, JT masih sering
mengendarai motor sendiri ke kampus atau untuk kegiatan lainnya.
Keputusan JT untuk menghentikan program pengobatan adalah wujud
kebebasan yang dimilikinya untuk menentukan hidupnya. Berdasarkan hasil tes grafis,
JT memiliki keyakinan kuat dan tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
Kebebasan yang diperoleh JT diseimbangkan dengan sikap tanggung jawabnya untuk
selalu menjaga kesehatannya. Informan pertama mengungkapkan bahwa JT memiliki
kebebasan dalam melakukan segala sesuatu yang diinginkan. JT di percaya oleh orang
tuanya untuk beraktivitas ataupun menjalin pertemanan dengan siapapun.
Keputusannya menghentikan pengobatan juga salah satu wujud kebebasan JT untuk
hidupnya. Kebebasan membawa JT pada kondisi yang nyaman untuk dirinya, JT bebas
menjadi diri sendiri dan lebih bisa menikmati hidupnya dengan normal. Kebebasan
pula yang membawa JT kepada sikap penerimaan diri yang baik. Kenyamanan dan
penerimaan diri membuat JT puas dengan kehidupannya.
b. Keselamatan fisik dan keamanan
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki tinggal dalam lingkungan yang aman
dengan fasilitas yang baik, memiliki cukup uang dan mandiri. JT menyebut rumah
adalah tempat terindah di dunia, sedangkan tempatnya menuntut ilmu adalah sumber
kebahagiaan untuk dirinya karena disana subyek bisa berbagi kegembiraan dengan
204
teman-temannya dan kos adalah rumah kedua bagi JT semenjak satu tahun yang lalu.
Hal ini dibenarkan oleh informan kedua dan ketiga bahwa JT nyaman tinggal
dirumahnya.
JT sangat menikmati saat bersama dengan orang-orang yang dikasihinya. JT
dapat mengenali diri sendiri, JT mampu beradaptasi dengan kondisi yang dialami saat
ini. JT sadar dengan keadaan fisiknya dan mengerti apa yang harus dia lakukan saat
sedang merasa kesakitan. Lingkungan tempat kos JT aman dan termasuk dalam
kriteria kos yang lebih dari cukup. Semua fasilitas tersedia cukup untuk mendukung
kegiatan sehari-hari JT. Sebagai anak kos pasti JT terbentuk untuk menjadi pribadi
yang mandiri.
4.5.2 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup subyek JT
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki memiliki kesehatan fisik dan mental yang
baik.Kualitas hidup JT sangat dipengaruhi oleh aspek psikologis.Indikatornya yaitu
spiritualitas, dukungan sosial dan kesejahteraan. Psikologis sangat berpengaruh kepada
kondisi kesehatan JT secara fisik. Keputusan JT untuk menghentikan pengobatan
sempat menuai banyak protes dari keluarga dan orang-orang disekitar JT. JT memilih
untuk mensugesti pikirannya sendiri untuk tetap sehat walaupun tanpa obat.
Dukungan sosial sangat penting bagi semua penderita kanker. Dukungan dari
orang-orang disekitar kehidupan JT memberi banyak arti bagi JT dan membuat JT
merasa berharga bagi orang lain. Rasa cinta, aman dan kenyamanan yang diperoleh JT
dari orang-orang disekitar JT memberikan peran yang besar untuk JT tetap bisa
menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Penerimaan diri yang baik dari JT membuat
205
JT merasakan kesejahteraan dalam hidupnya walaupun keadaanya terbatas. Fisch et al
(2003:2754) menyimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual juga berpengaruh terhadap
kualitas hidup seseorang. Ada perjalanan spiritual yang dialami JT selama hidupnya,
JT merasakan perubahan karakter dalam dirinya yang semakin mengandalkan Tuhan
dalam segala hal yang terjadi dalam hidupnya. JT tidak lagi menyalahkan pihak lain
atas keadaannya, melainkan menganggap penyakit kanker yang dideritanya sebagai
suatu anugerah dari Tuhan dan JT bangga sebagai penderita kanker. Faktanya, JT
memiliki kuatitas hidup yang positif dan sangat dipengaruhi aspek psikologis yang ada
pada dirinya.
Buchanan (Preedy and Watson, 2010:2925) kualitas hidup didefinisikan secara
fungsional sebagai persepsi pasien sendiri terhadap kinerja mereka secara fisik,
pekerjaan dan keuangan. JT mampu menunjukkan kinerjanya dalam kegiatan sehari-
hari. JT mampu menjalankan fungsinya sebagai mahasiswa bahkan mampu
menunjukkan prestasinya di bidang akademik. Faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup JT adalah faktor pengetahuan JT terhadap penyakitnya. Faktor tersebut
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada JT tentang penyakit kanker yang
sedang dideritanya. Pengetahuan JT diperoleh melalui informasi dari dokter dan hasil
pencariannya lewat media internet. JT membaca banyak literatur yang berkaitan
dengan penyakitnya, melalui hal ini JT tahu bagaimana penanganan terhadap
penyakitnya. JT tahu bagaimana harus menjaga kesehatannya, apa yang perlu di
konsumsi dan apa yang harus dihindari untuk mencegah sel kanker yang ada
ditubuhnya semakin bersifat ganas sebagai treatment terhadap penyakitnya.
206
Gambar 4.1 Dinamika Kualitas Hidup pada Subyek JT
Kondisi Pasca Menderita Kanker• Mengeluh karena fisiknya tidak lagi sekuat sebelumnya. • Mengalami ketakutan akan datangnya kematian, • Kekhawatiran akan masa depan • Merasa sedih dan terpukul dengan kenyataan yang dialami.
Aspek Kualitas Hidup
• Aspek Psikologis:
Spiritualitas
Dukungan sosial
Kesejahteraan
Kualitas Hidup Positif 1. Aspek Fisik 2. Aspek Lingkungan
• Menjaga kesehatan dengan makanan sehat dan olah raga • Memiliki bebas mengembangkan potensinya • Melakukan diet untuk menstabilkan gula darah dan ikut aktif dalam kegiatan organisasi kampus • Percaya diri dan puas dengan dirinya • Menerima dan menyadari bahwa dirinya menderita kanker • Lingkungan rumah atau kos aman dan nyaman
3. Aspek Sosial 4. Aspek Psikologis
• Memiliki banyak teman dan sikap empati kepada orang lain • Berpikiran positif bahwa dirinya sehat tanpa obat
• Pacar subyek sangat mendukung • Mampu bangkit dari keterpurukan
• Orang tua dan orang disekitar memberi dukungan • Merasa berharga bagi orang lain
• Mampu kuliah dan aktif dalam organisasi kampus • Bahagia dengan orang-orang yang dicintainya
• Rajin beribadah dan lebih berserah kepada Tuhan
• Merasa sejahtera dalam menjalani hidup
• Menilai dirinya memiliki kualitas hidup positif
SUBYEK JT
KUALITAS HIDUPFaktor yang mempengaruhi kualitas hidup
penderita kanker:
• Pengetahuan dan Pemahaman terhadap penyakit yang dideritanya
207
4.5.3 Dinamika psikologis subyek JT
Ferris (2010:16) Kualitas hidup adalah produk interaksi antara kepribadian
individu yang terjadi terus menerus dalam episode peristiwa kehidupan. Setiap
manusia pasti mengalami perkembangan dalam hidupnya. Perkembangan manusia
bisa dibentuk melalui proses yang dilewati oleh seorang individu dalam kehidupan.
Setiap manusia selalu megusahakan untuk memiliki hidup yang berkualitas. Kualitas
sering diidentikkan dengan sesuatu yang bernilai tinggi. Seseorang yang memiliki
kualitas hidup diartikan bahwa orang tersebut hidup dengan kondisi fisik yang sehat
tanpa penyakit, sukses, merasakan kebahagiaan, punya banyak relasi bahkan memiliki
banyak uang. Hal ini membuat seseorang berusaha untuk melakukan yang terbaik
untuk dirinya.
Kualitas hidup menjadi ukuran standart kesehatan terutama untuk beberapa
orang dengan penyakit kronis, fungsional, psikologis dan penyakit yang tidak bisa
disembuhkan (Preedy and Watson, 2010:382). The World Health Organization
(1997:1) mendefinisikan secara umum kualitas hidup sebagai persepsi individu dari
posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka
hidup dan kaitannya dengan tujuan, harapan, standart dan kekhawatiran hidup. Setiap
orang memiliki persepsi terhadap hidupnya, apakah hidupnya berkualitas atau tidak.
Keadaan yang berkualitas sering di selaraskan dengan kondisi tanpa
kekurangan atau kelemahan, namun bagaimana dengan kualitas hidup yang dimiliki
oleh seorang penderita suatu penyakit kronis. Seseorang dengan kondisi sakit akan
membuat suatu kondisi yang tidak menyenangkan bagi penderita. Kondisi buruk
dalam hidup dapat membawa seseorang dalam keterpurukan. Hal ini terjadi karena
208
individu tidak mampu bertahan dalam penderitaan yang dialaminya, sehingga akan
berakhir pada rasa putus asa pada penderita.
JT telah cukup lama berjuang melawan penyakit kanker yang dideritanya. JT
mengalami masa-masa sulit dalam menyesuaikan diri dengan kondisi yang berbeda
pada dirinya. JT mengalami perubahan secara fisik yang sangat drastis, ketakutan,
kekhawatiran dan kesedihan yang dalam dengan kenyataan yang dialaminya. JT
sempat berusaha mengakhiri hidupnya namun gagal. JT juga mengalami penolakan
dari teman-teman dekatnya dan JT berhasil melewati itu semua tanpa dukungan
keluarga JT. JT sempat menyembunyikan kondisi penyakitnya dari orang tuanya
karena sikap orang tua JT yang dahulu cenderung acuh pada JT. Ada perubahan sikap
orang tua JT ketika tahu penyakit JT tujuh bulan yang lalu. JT mendapat dukungan
dari keluarganya. JT memiliki banyak teman yang sangat menjaga dan perhatian
kepadanya walaupun mereka tidak mengetahui kondisi JT yang sebenarnya.
Preedy and Watson (2010:1754) kualitas hidup didefinisikan kepuasan dalam
berbagai aspek kehidupan. JT mengungkapkan bahwa dirinya puas dengan hidupnya.
JT puas dengan apa yang dimilikinya, orang tua, keluarga, saudara, teman, kekasih
dan semua yang JT miliki. JT selalu mengucap syukur kepada Tuhan untuk semua hal
yang di berikan oleh Tuhan kepadanya, juga karena Tuhan menganugerahkan suatu
penyakit ada pada tubuhnya. JT percaya diri dan bangga dengan penyakit yang
dideritanya.
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas
hidup positif ditentukan bahwa mereka memiliki pandangan psikologis yang positif,
memiliki kesejahteraan emosional, memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik,
209
memiliki kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan, memiliki
hubungan yang baik dengan teman dan keluarga, berpartisipasi dalam kegiatan sosial
dan rekreasi, tinggal dalam lingkungan yang aman dengan fasilitas yang baik,
memiliki cukup uang dan mandiri.
JT memiliki penerimaan diri dan citra diri yang baik atas kondisi yang
dialaminya. JT mampu mengendalikan emosi dalam dirinya. JT sanggup melawan
ego dirinya yang biasanya bahwa seseorang sakit akan cenderung mengharapkan
perhatian dari orang lain, JT justru tidak ingin orang lain mengetahui kondisi yang
sebenarnya tentang dia karena JT tidak ingin merepotkan orang lain. JT mampu
bangkit dari keterpurukan dan merasa berharga bagi orang lain. JT bahagia bersama
orang-orang yang dicintainya. JT mengalami perjalanan spiritual yang menjadikannya
semakin mendeka kepada Tuhan. JT mengandalkan keajaiban dan mujizat Tuhan
untuk mencapai kesembuhan. JT memiliki kesejahteraan hidup dan kualitas hidup
yang positif.
JT memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik dan memiliki kemampuan
fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan. JT terlihat seperti orang sehat
lainnya. JT tidak pernah mengeluh sakit dan JT masih mampu melakukan aktivitas
seperti biasanya, JT masih mampu kuliah hingga saat ini. Keputusan JT untuk
menghentikan pengobatan sempat menuai banyak protes dari keluarga dan orang-
orang disekitar JT. JT memilih untuk mensugesti pikirannya sendiri untuk tetap sehat
walaupun tanpa obat.
Penyakit yang di derita JT tidak mempengaruhi hubungan sosial JT. JT
memiliki banyak teman, hubungan sosial JT sangat baik, begitu pula dengan lawan
210
jenis. Orang-orang disekitar JT mendukung dan memberi rasa aman kepadanya. JT
juga memiliki rasa empati kepada orang lain sehingga JT senang terlibat dalam
aktivitas sosial baik formal maupun informal. Dukungan sosial sangat penting bagi
semua penderita kanker. Dukungan dari orang-orang disekitar kehidupan JT memberi
banyak arti bagi JT dan membuat JT merasa berharga bagi orang lain. Rasa cinta,
aman dan kenyamanan yang diperoleh JT dari orang-orang disekitar JT memberikan
peran yang besar untuk JT tetap bisa menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. JT
bahagia dan merasa berharga di tengah orang yang mengasihinya.
JT berada dalam kondisi keluarga dengan ekonomi yang baik dan mampu
memenuhi kebutuhan JT seluruhnya. JT tinggal dalam lingkungan yang aman dengan
fasilitas yang baik. JT memiliki kualitas hidup yang positif, hal utama yang
mempengaruhi sikap positif JT adalah hubungan spiritualitas JT dengan Tuhan. Aspek
utama yang dominan dalam kualitas hidup JT adalah aspek spiritualitas dan dukungan
sosial.
Hubungan JT dengan Tuhan memberikan kebaikan bagi JT untuk lebih
bersyukur terhadap semua hal yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidupnya. Bukti
kedewasaan iman JT adalah dengan menganggap penyakitnya sebagai anugerah
Tuhan. JT merasa beruntung mengalami penyakit kanker karena tidak semua orang
dianugerahi Tuhan hal ini. Rasa syukur tersebut berbanding lurus dengan penerimaan
diri dan citra diri JT yang baik. Dukungan sosial yang diberikan orang-orang
disekitarnya menjadi amat berharga untuk JT, hal ini membuat JT merasa berharga
dan berarti untuk orang lain. Kualitas hidup yang positif tampak pada pribadi JT yang
menunjukkan perasaan puas terhadap hidupnya.
211
4.5.4 Aspek-aspek Kualitas Hidup pada Subyek RM
1. Aspek Fisik
a. Gejala fisik
Cella et. al. (2003:43) mengungkapkan bahwa kondisi kesehatan sangat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang. RM dinyatakan menderita kanker payudara
stadium satu pada akhir tahun 2010. Tidak banyak gejala yang dirasakan oleh RM
namun saat diperiksakan, diketahui bahwa terdapat sel kanker yang ada di tubuh RM.
RM mencoba beberapa metode pengobatan
Bowling (2005:7) kualitas umumnya didefinisikan sebagai nilai dari
‘kebaikan’. Kualitas hidup kemudian dijelaskan sebagai kebaikan dari kehidupan,
dalam kaitannya dengan kesehatan. RM menunjukkan bahwa dirinya memiliki
kesehatan fisik yang baik dan mental yang positif karena telah dapat menerima dan
beradaptasi dengan penyakit yang dideritanya. RM menyadari bahwa dirinya harus
melakukan proses pengobatan agar dapat sembuh dari penyakitnya.
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik serta
memiliki kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan. RM
menyatakan bahwa keadaannya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya bahkan mampu
untuk bekerja. RM sudah merasa sehat sekarang karena menurut hasil pemeriksaan
tubuh RM memiliki zat anti bodi yang sangat baik. Hal ini didukung dengan
pernyataan dari informan ahli bahwa sistem imunitas tubuh RM sangat baik. Larasati
(2009:1) menyatakan RM yang kualitas hidupnya positif terlihat dari gambaran fisik
212
RM yang selalu menjaga kesehatannya. RM rajin mengkonsumsi makanan sehat
terutama jus buah.
Penerimaan diri RM terhadap penyakitnya membuat RM memiliki kesadaran
penuh atas kondisi tubuhnya. RM tahu bahwa kesedihan tidak akan membawanya
kepada kesembuhan, RM menyadari bahwa dirinya harus menjalani pengobatan yang
ada apapun risiko yang akan dihadapinya. Serangkaian proses pengobatan yang
dijalaninya membuat kesehatan RM menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Perkembangan kesehatan RM meningkat cukup pesat, jika sebelumnya RM hanya bisa
istirahat di rumah, saat ini RM sudah bisa bekerja kembali. Anti bodi yang dimiliki
tubuh RM yang sangat baik memberi keyakinan kepada RM bahwa kesembuhan
bukanlah hal yang mustahil. Kondisi fisik dan mental yang baik melalui penerimaan
diri yang baik pula akan mempengaruhi kualitas hidup RM.
b. Respon terhadap toksisitas pengobatan dan perawatan
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki memiliki kesehatan fisik dan mental yang
baik. RM bisa menjalani program pengobatan dengan baik dan penuh semangat, RM
benar-benar ingin mengusahakan yang terbaik untuk kesembuhan penyakitnya. Hasil
pemeriksaan juga memberikan hasil yang positif, diketahui bahwa tubuh RM memiliki
anti bodi yang dapat melawan keganasan sel kanker dalam tubuhnya sehingga
menambah keyakinan kepada RM bahwa ada harapan untuk RM untuk bisa sembuh
total dari penyakit tersebut. Hal ini dibenarkan oleh informan ahli.
RM telah menjalani kemoterapi sebanyak enam kali dan masih mengkonsumsi
obat-obatan dalam jangka waktu maksimal lima tahun ke depan. Kemoterapi sempat
213
membawa efek samping bagi RM, yaitu membuat rambut RM rontok, lemas, muntah,
kelelahan, kesemutan, dan mati rasa di beberapa bagian tubuh. RM sempat mengalami
masa krisis dan lemah dalam proses pengobatan, pada kemoterapi yang ke lima, RM
merasa putus asa dengan penyakitnya, tetapi RM segera dapat melewati proses
tersebut dengan dukungan keluarganya. RM sudah merasa sehat dan bisa bekerja
seperti semula. Larasati (2009:1) menyatakan RM yang kualitas hidupnya positif
terlihat dari gambaran fisik RM yang selalu menjaga kesehatannya. RM juga selalu
menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengonsumsi makanan sehat yaitu sayur dan
buah-buahan.
c. Citra tubuh
Arkoff (1976:37) citra tubuh adalah persepsi atau pandangan terhadap tubuh
tubuh diri sendiri termasuk apa yang dilihat atau pikirkan ketika kita melihat diri kita
dari luar sebagai sebuah refleksi atau merasakan tubuh kita dari dalam. Evaluasi
tersebut secara menyeluruh seseorang terhadap kondisi fisik yang dimilikinya. Preedy
and Watson (2010:1754) kualitas hidup didefinisikan kepuasan dalam berbagai aspek
kehidupan, salah satunya adalah aspek fisik. RM sempat rendah diri dan merasa
berbeda dengan orang lain karena keadaan fisiknya yang botak akibat efek dari
pengobatan kemoterapi. Kenyataan ini membuat RM jarang keluar rumah, RM
menutupi kekurangannya dengan menggunakan penutup rambut atau topi. Hal ini juga
diungkapkan melalui hasil tes grafis yang mengungkapkan bahwa kondisi emosional
RM yang cenderung labil memunculkan rasa rendah diri dan kurang percaya diri. Saat
ini, seiring berjalannya waktu RM sudah bisa menerima keadaannya dan terbiasa
214
dengan penampilannya. Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan kedua
bahwa RM sudah lebih percaya diri dengan rambutnya yang mulai tumbuh kembali.
Kepercayaan diri merupakan wujud dari citra tubuh yang positif. RM lebih
percaya diri bekerja tanpa menggunakan rambut palsu, rambut RM berjenis ikal dan
berwarna hitam. RM sudah lebih percaya diri lagi untuk keluar rumah, meskipun tidak
kembali seperti yang dulu, kualitas hidup RM tampak dari perasaan positif RM yang
bersyukur dan puas dengan citra tubuhnya.
d. Penerimaan Diri
Chaplin (1999:450) mengatakan penerimaan diri adalah sikap yang pada
dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri,
serta pengetahuan-pengetahuan akan keterbatasan sendiri. Penerimaan diri merupakan
sikap positif terhadap diri sendiri dan dapat menerima keadaan dirinya secara tenang,
dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Pada awalnya RM kurang dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan keadaan yang dialaminya secara drastis, hal ini
juga terungkap dari hasil intepretasi tes grafis terhadap RM. Saat ini, RM
mengembalikan semuanya kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan berserah untuk setiap
rencana Tuhan untuk keluarganya. Butuh beberapa waktu bagi RM untuk
menyesuaikan diri dan mental dengan keadaannya yang tidak lagi sehat, tetapi RM
berhasil melewati tahap tersebut dan bersemangat menyelesaikan program pengobatan
yang telah di tentukan oleh dokter. RM menyadari bahwa dirinya adalah seorang
penderita kanker yang memiliki keterbatasan dalam segi fisik. Hal ini dibenarkan oleh
informan kedua bahwa RM sudah bisa menerima keadaannya apa adanya. RM
215
mengetahui bahwa sebagai penderita kanker fisiknya akan cepat lelah dan tidak bisa
melakukan aktivitas seperti sebelumnya.
Akechi et. al. (1998:238) menyatakan bahwa bahwa penyesuaian mental
penderita kanker berkorelasi dengan kualitas hidupnya dan salah satu hal yang paling
adaptif dari penyesuaian mental adalah ‘semangat juang’. RM menyadari harus
menjalani serangkaian pengobatan untuk kesembuhannya walaupun di awal
mendapatkan vonis kanker, RM merasa takut dan khawatir karena merasa kematian
akan segera datang. RM belum merasa tidak siap saat menerima vonis dirinya
menderita kanker, di sisi lain anaknya masih kecil dan membutuhkan perhatiannya.
Kualitas hidup RM tampak dari penerimaan diri RM yang didasari oleh penyerahan
dirinya kepada Tuhan. RM percaya bahwa yang menentukan hidup atau mati adalah
Tuhan dan hidup adalah milik Tuhan. RM berserah terhadap semua ujian yang Tuhan
berikan terhadapnya. Penerimaan diri RM membuatnya lebih nyaman menjalani hidup
disamping dengan pengobatannya.
2. Aspek psikologis
a. Perasaan Positif
Penerimaan diri RM dengan keadaannya erat hubungannya dengan sisi
spiritualitasnya. Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki
kualitas hidup positif ditentukan bahwa mereka memiliki pandangan psikologis yang
positif dan memiliki kesejahteraan emosional. RM mengaku semenjak di vonis
menderita kanker, RM lebih banyak berserah kepada kehendak dan rencana Tuhan,
walaupun sebagai manusia RM menyadari bahwa emosionalnya masih cenderung
216
labil, RM masih sering mengeluh saat kondisi tubuhnya menurun. RM memiliki
pandangan positif bahwa RM berusaha mencukupkan diri dengan apa yang telah
diberikan Tuhan kepadanya dan keluarganya. RM mampu menyikapi penyakitnya
dengan positif. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh informan ahli, yaitu
bahwa RM semakin berserah kepada Tuhan.
Larasati (2009:1) menyatakan RM yang kualitas hidupnya positif terlihat dari
RM mempunyai perasaan kasih kepada orang lain dan mampu mengambangkan sikap
empati dan merasakan penderitaan orang lain. RM selalu ingin menjadi seseorang
yang bermanfaat bagi orang lain. Keterbatasan kondisi fisik dan ekonomi, RM tetap
tergerak hati untuk berbagi dengan orang lain. RM merasa bersyukur bahwa dalam
keadaan ekonomi yang terbatas, RM masih tetap bisa berbagi dengan keluarga yang
tinggal dekat dengan RM. Sikap empati RM yang lain juga ditunjukkan saat bertemu
dengan beberapa pasien kanker yang sedang menjalani proses kemoterapi, salah
satunya adalah dr.Rianto. RM mencoba memberi semangat untuk menghadapi proses
kemoterapi dan masa sulit setelah kemoterapi dan saran untuk pasien kanker yang lain
untuk tetap bisa terlihat bugar seperti dirinya.
Larasati (2009:1) menyatakan RM yang kualitas hidupnya positif terlihat
dalam aspek psikologis RM berusaha meredam emosi agar tidak mudah marah. RM
termasuk orang yang bisa mengendalikan emosinya. Keberadaan dan ketergantungan
keluarga yang tinggal bersama RM sering mendatangkan konflik dalam keluarga,
namun RM berusaha untuk tetap berbuat baik kepada keluarganya. Kualitas hidup RM
dapat diketahui melalui pandangan psikologis yang positif dan kesejahteraan
emosional yang dimiliki.
217
b. Perasaan Negatif
Ferris (2010:29-31) kualitas hidup dapat ditingkatkan dengan membuang
alasan untuk depresi, bunuh diri dan respon negatif lainnya dengan mengalami
kebahagiaan, dan kehidupan yang menarik melalui cinta, kasih sayang dan
kesejahteraan emosional, kualitas hidup akan meningkat saat intervensi mengurangi
dasar untuk kesepian. RM pernah terpuruk dengan penyakit yang di deritanya. RM
merasa waktunya untuk hidup tinggal sebentar lagi sedangkan anak-anak RM masih
membutuhkan perhatian dari RM. RM juga merasa kuatir dengan keadaan ekonomi
keluarga karena RM menjadi tulang punggung keluarga yang membiayai seluruh
kebutuhan dan pengobatannya sendiri karena suaminya tidak memiliki penghasilan
tetap.
Hasil intepretasi menunjukkan kondisi emosional yang cenderung labil. RM
kadang masih merasa sedih dengan keadaannya dan bertanya dalam hati mengapa RM
yang mengalami penderitaan itu bukan orang lain. RM pernah merasa putus asa di
tengah proses pengobatan yang sedang dijalaninya. Pada proses kemoterapi yang
kelima, RM sempat menyerah dengan kondisinya yang tak kunjung sembuh, namun
berkat dukungan dan perhatian dari suami dan anak-anaknya. Hal ini didukung dengan
pernyataan yang disampaikan informan kedua bahwa dukungan dari anak-anak RM
membuat RM kembali bersemangat menjalani pengobatannya. Suami dan anak-anak
RM sangat perhatian kepada RM, mereka dengan setia merawat dan menjaga RM saat
sedang merasa lemah. Kualitas hidup RM diketahui dari RM yang berhasil menyikapi
perasaan negatif dengan sikap positif yang berasal dari rasa cinta dan kasih sayang
yang didapatkan dari dukungan keluarga.
218
c. Harga Diri
Santrock (2007:183) harga diri yang tinggi dapat merujuk pada persepsi yang
tepat atau benar mengenai martabatnya sebagai seorang pribadi termasuk keberhasilan
dan pencapaiannya. Persepsi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya
sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang dicapainya.
Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan
keberartian diri.
RM memiliki penghargaan yang baik atas dirinya. RM menyadari bahwa setiap
manusia berharga. RM bisa menerima keadaannya sebagaimana adanya. RM
mengartikan harga diri adalah sebuah sikap seseorang merasa berharga dan dibutuhkan
oleh orang lain. Penghargaan diri yang baik terhadap diri sendiri akan membuat RM
selalu mengusahakan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Kualitas hidup RM tampak
dalam usaha RM melakukan segala pengobatan yang dianjurkan dokter agar bisa
sembuh.
RM menganggap dirinya sangat berharga dan berarti untuk orang lain. RM
menyatakan bahwa RM merasa berharga dan di butuhkan oleh keluarganya. RM
merasa bahwa dirinya sangat disayangi oleh Tuhan dan RM merasa bahwa
kehadirannya memberi banyak arti untuk orang lain. Informan kedua menyatakan
bahwa RM sangat berarti untuk keluarganya. Kebahagiaan RM berasal dari hubungan
dan rasa cinta keluarganya. Perhatian dari keluarga membuatnya merasa berarti dan
RM menjadikannya sebagai movitasi dan semangat dalam perjuangannya mencapai
kesembuhan.
219
d. Kebahagiaan
Aristoteles (Ferris, 2010:17) menyatakan bahwa kualitas hidup adalah produk
bersih dari kebahagiaan. Kebahagiaan didefinisikan sebagai milik diri sendiri. Hal ini
juga diungkapkan dengan simbol cinta, menemukan seseorang untuk dicintai akan
meningkatkan kualitas hidup seseorang, cinta dapat mengubah identitas seseorang,
mengubah posisi sosial seseorang melalui kelekatan pada orang lain. Ferris (2010:31)
mendefinisikan kualitas hidup dengan membuang respon negatif dengan mengalami
kebahagiaan dan kehidupan yang menarik melalui cinta serta kasih sayang. RM
menganggap bahwa kebahagiaan adalah ketika ada kesatuan dalam keluarga.
Keharmonisan dan kedekatan antara RM dengan suami dan anak-anak membuatnya
termotivasi dan semangat untuk menjalani hidup. RM menuturkan bahwa keluarganya
sering menghabiskan waktu bersama untuk menonton televisi atau hanya sekedar
untuk berbincang.
Hasil tes grafis menyebutkan bahwa hubungan RM dengan orang terdekat dan
keluarga cukup dekat. RM sangat bahagia dengan keadaan keluarganya. Keadaan
sakitnya semakin membuat RM yakin bahwa suami dan anak-anaknya sangat
mencintai dan peduli akan kesembuhan RM. RM sangat bersyukur dengan keadaan
keluarganya. Dukungan dari keluarga, khususnya suami dan anak-anak menjadi
kebahagiaan tersendiri untuk RM. Hal ini didukung dengan pernyataan informan
kedua, bahwa sumber kebahagiaan RM adalah keluarga. RM mendapatkan cinta dan
kasih sayang dari keluarga yang selanjutnya dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
e. Spiritualitas
220
Fisch et al (2003:2754) menyimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual juga
berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Zohar dan Marshall (2000:4)
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untk menghadapi dan memecahkan persoalan
makna dan nilai, yaitu untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain. RM lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
setelah dinyatakan menderita kanker. Hal yang sama juga disampaikan informan
kedua bahwa RM semakin berserah kepada Tuhan. RM memahami bahwa keadaannya
yang sakit memang Tuhan menghendaki terjadi dalam hidup RM. RM meyakini ada
rencana yang ingin Tuhan dalam hidup RM dan dengan iman kepercayaan RM kepada
Tuhan akan menjadikan RM sebagai pribadi yang dewasa dan akan mengembalikan
keadaannya sehat seperti semula.
RM menuturkan bahwa pertolongan Tuhan untuk keluarganya tidak pernah
berhenti dari hari ke hari. Saat RM tidak bekerja karena efek pengobatan yang
dijalaninya, RM mengaku tidak ada penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya namun Tuhan senantiasa memberi pertolongan kepada RM dan
keluarganya dengan cara yang tidak bisa di mengerti RM. Saat ini RM lebih dalam
lagi menghayati kehidupan religinya. RM sering merasa terharu bahkan menangis saat
melakukan kegiatan peribadahan. RM merasa Tuhan seolah telah memberikan
kesembuhan yang sempurna untuk dirinya. RM menyerahkan hidup sepenuhnya
kepada Tuhan karena menurutnya mati dan hidup ada di tangan Tuhan. Kualitas hidup
RM diwujudkan dalam sikap RM yang dapat menyikapi segala yang dialaminya
dengan lebih bijaksana, RM meyakini bahwa ada suatu tujuan yang sedang Tuhan
kerjakan dalam hidupnya dan itu pasti yang terbaik bagi RM dan keluarganya.
221
f. Kesejahteraan
Walter (Rukminto,1994:4) kesejahteraan sosial merupakan sistem yang
terorganisasi dari institusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu
ataupun kelompok agar dapat mencapai standart hidup dan kesehatan yang lebih
memuaskan. Rukminto (1994:11) usaha kesejahteraan sosial adalah usaha yang
terorganisai dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia kearah
kehidupan sosial yang lebih baik. Peningkatan kualitas hidup itu sendiri dapat
dilakukan melalui kehidupan keluarga, kesehatan, kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial, pemanfaatan waktu luang, standart hidup maupun relasi
sosial.
Preedy and Watson (2010:386) menyatakan konsep kesejahteraan menyiratkan
kualitas hidup yang positif dan membangun. Dalam kaitannya dengan kesehatan,
konsep ini sejalan dengan definisi kesehatan yang dinyatakan oleh WHO (1997:1)
kesehatan adalah keadaan lengkap fisik, mental dan kesejahteraan sosial, bukan hanya
tidak ada penyakit atau kelemahan. Andesson et all (Preedy and Watson,2010:1868)
mengungkapkan kualitas hidup yang baik sebagai keadaan fisik dan kesejahteraan
psikososial individu yang mampu melakukan kegiatan sehari-hari dan merasa puas
dengan peran sehari-hari. RM selalu berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik
setiap harinya. RM masih bisa melakukan kegiatannya sendiri dan masih aktif bekerja
sebagai asisten dokter hingga sekarang. RM juga menikmati perannya sebagai ibu
untuk kedua anaknya.
Kesejahteraan tidak hanya berasal dari hal fisik namun juga hal kesejahteraan
ekonomi. Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas
222
hidup positif ditentukan bahwa mereka memiliki memiliki cukup uang dan mandiri.
RM merasa nyaman di lingkungannya namun keadaan keluarga RM yang tergolong
dalam keluarga dengan ekonomi bawah membuat RM belum merasakan kesejahteraan
seutuhnya. Kekhawatiran RM terhadap biaya sekolah anak-anak, biaya pengobatan
kemoterapi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari masih di rasa berat oleh RM karena
suami RM tidak memiliki penghasilan tetap. Hal ini juga diungkapkan melalui hasil
intepretasi tes grafis bahwa RM merasa kurang memiliki kemampuan. RM merasa
penghasilannya bersama suami belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
sekolah dan pengobatan RM. Informan kedua juga menyampaikan bahwa hal penyakit
RM sangat mempengaruhi ekonomi keluarganya.
Kesejahteraan secara ekonomi sangat mempengaruhi kualitas hidup RM. RM
harus bekerja sangat keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga ditengah kondisinya
yang lemah. RM juga harus menahan rasa sedihnya karena sering tidak bisa
mewujudkan permintaan anak-anaknya, bahkan RM sering meminjam uang kepada
saudara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kecemasan dan ketakutan jika tidak
bisa membayar uang sekolah dan tidak bisa menuruti keinginan anak-anaknya sering
menimbulkan kesedihan pada RM.
g. Persepsi Individu terhadap Kualitas Hidup
The World Health Organization (1997:1) mendefinisikan secara umum kualitas
hidup sebagai persepsi individu dari posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks
budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dan kaitannya dengan tujuan, harapan,
standart dan kekhawatiran hidup. RM menilai bahwa kualitas hidup adalah
223
kemampuan seseorang untuk tetap memberi motivasi bagi orang lain agar bersemangat
dalam menjalani hidup di tengah keterbatasan yang di milikinya.
RM juga menuturkan kualitas hidup dari sudut pandang pekerjaan. RM
mendeskripsikan seseorang yang berkualitas dalam hidupnya adalah seseorang yang
tidak puas dengan satu pekerjaan saja. Beberapa kali RM sempat tidak puas dengan
penghasilan yang diperolehnya sendiri maupun suaminya yang sering berganti
pekerjaan dan tidak memiliki penghasilan tetap. Berdasarkan hasil tes grafis diketahui,
RM cenderung rendah diri dan merasa tidak mampu dengan kemampuan yang
dimilikinya, namun RM kemudian menyadari bahwa kemampuan dan talenta masing-
masing pribadi tidak sama.
Kondisi ekonomi keluarga sangat mempengaruhi kualitas hidup RM. Hal ini
disebabkan oleh pekerjaan suami RM yang tidak memberikan penghasilan yang tetap.
Sumber ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya pengobatan dan biaya
sekolah anak-anak seluruhnya menjadi tanggungan RM. RM merasa khawatir apakah
gaji yang di terimanya akan cukup untuk kebutuhan keluarganya. Kapasitas intelektual
RM cukup memadahi, memiliki motivasi duntuk berprestasi cukup baik dan kreatif.
RM berusaha menambah penghasilan dengan cara sering bekerja lembur.
Informan kedua mengungkapkan kualitas hidup adalah terpenuhinya semua
kebutuhan dan adanya keseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Informan ahli
menuturkan bahwa kualitas hidup adalah kondisi seseorang yang mandiri.
Kemandirian berarti tidak bergantung pada orang lain untuk melakukan aktivitasnya
sehari-hari. Informan ahli memberikan penjelasan bahwa kemandirian ini meliputi
kesanggupan seseorang melakukan kegiatan sehari-hari Menurut informan kedua dan
224
ketiga, RM termasuk kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup positif karena
RM masih mampu bekerja dan tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk
beraktivitas, seluruh kebutuhan RM juga terpenuhi dan ada kesembangan dalam segala
aspek kehidupan RM.
Kualitas hidup RM dapat dilihat dari sikap kepeduliannya terhadap sesama.
Larasati (2009:1) menyatakan kualitas hidup positif terlihat dari perasaan kasih kepada
orang lain dan mampu mengambangkan sikap empati dan merasakan penderitaan
orang lain. RM merasa perlu berbagi dan memberikan motivasi kepada orang lain
khususnya sesama penderita kanker agar mereka tetap kuat menghadapi penyakitnya.
RM ingin bahwa hidupnya memberi arti untuk orang lain.
3. Aspek Sosial
a. Hubungan interpersonal
Mor (Mosteller and Falotico, 1989:4) menyatakan bahwa kualitas hidup
sebagai aspek kehidupan dan fungsi manusia yang mempertimbangkan keperluan
untuk pemenuhan hidup, termasuk didalamnya adalah hubungan sosial. Intepretasi tes
grafis menunjukkan bahwa RM mampu melakukan kontak sosial dengan orang lain.
Hubungan RM dengan sahabat dan teman-temannya cukup baik. RM memiliki banyak
teman. Hasil observasi menunjukkan bahwa RM adalah orang yang ramah dan suka
tersenyum, setiap melayani pasien selalu memberikan perhatian dan dukungan pada
pasien tersebut. RM memiliki beberapa sahabat di lingkungan pekerjaan yang
berprofesi sama.
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki hubungan yang baik dengan teman dan
225
keluarga. Barakat et. al. (2010:1) mendeskripsikan bahwa fungsi keluarga, termasuk
didalamnya adalah kualitas hubungan orang tua dan anak yang menderita kanker, hal
ini menjadi pusat kekuatan untuk melawan penyakitnya pada pasien yang sedang
menjalani pengobatan untuk kanker, dijelaskan bahwa peran dan hubungan ini lebih
penting daripada mengandalkan diagnosis atau pengobatan.
Hubungan interpersonal RM dengan keluarga sangat baik. RM di dalam
keluarga sangat dekat dengan suami dan anak-anaknya. RM merasa bahwa suami
adalah orang yang paling mengertinya, di segala situasi dan keterbatasan kondisinya
suami RM selalu mengertinya. Ferris (2010:31) kualitas hidup dapat ditingkatkan
dengan membuang respon negatif dengan mengalami kebahagiaan, dan kehidupan
yang menarik melalui cinta dan kasih sayang. RM mendapatkan cinta dari keluarga
yang sangat menyayanginya. Informan kedua mengungkapkan bahwa peran keluarga
sangatlah besar dalam perjalanan RM menjalani pengobatan.
Hubungan RM dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya juga tergolong
baik. Tetangga-tetangga RM tahu bahwa RM adalah penderita kanker. RM tetap
mendapatkan perhatian dan diperlakukan dengan baik oleh orang-orang sekitar tempat
tinggalnya. Tetangga-tetangga RM pun beberapa kali menunjukkan perhatian dengan
mengunjungi RM di rumah. Larasati (2009:1) menyatakan RM yang kualitas hidupnya
positif terlihat dari RM mempunyai perasaan kasih kepada orang lain dan mampu
mengambangkan sikap empati dan merasakan penderitaan orang lain. RM selalu ingin
menjadi seseorang yang bermanfaat bagi orang lain. Di tengah keterbatasan kondisi
fisik dan ekonomi RM tergerak hati untuk berbagi dengan orang lain. RM merasa
226
bersyukur bahwa dalam keadaan ekonomi yang terbatas, RM masih tetap bisa berbagi
dengan keluarga yang tinggal dekat dengan RM.
Hubungan interpersonal yang baik antara RM dengan orang lain khususnya
keluarga menjadi hal yang sangat penting bagi RM dalam mencapai kesembuhan. Hal
ini diperkuat dengan hasil intepretasi tes grafis bahwa RM nampak berlindung,
muncul ketergantungan dan ingin dekat dengan keluarga. Rasa cinta, rasa aman dan
nyaman yang diperolehnya dari keluarga menjadi sumber kekuatan bagi RM untuk
berjuang melawan penyakitnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas
hidup RM.
b. Dukungan sosial
Cobb (Taylor,1991:244) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi
dari orang lain bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihormati, dihargai dan
merupakan bagian dari kelompok dalam jaringan timbal balik. Gottlieb (Smet,
1993:76) mendefinisikan social-support sebagai, informasi verbal atau non-verbal,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan
hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya.Keluarga, teman kerja RM, teman gereja dan tetangga mengetahui
bahwa RM adalah penderita kanker payudara. Pada umumnya semua orang bersikap
positif terhadap RM. RM mendapat dukungan dari semua pihak yang mengetahui
keadaannya.
Keluarga inti memberi dukungan sangat besar terhadap RM dalam menghadapi
penyakitnya. Hal ini diperkuat dengan hasil intepretasi tes grafis bahwa RM nampak
227
berlindung, muncul ketergantungan dan ingin dekat dengan keluarga. Suami RM
dengan setia merawat dan menemani RM menjalani pengobatan. Anak tertua RM
memberi dukungan dengan cara membantu pekerjaan rumah yaitu mencuci pakaian.
Anak bungsu RM sangat perhatian dan memberi semangat dengan memijat RM saat
sedang lelah, dan merawat RM melewati masa setelah kemoterapi. Anak terkecil RM
tidak sungkan membersihkan muntahan dari mamanya karena efek kemoterapi. RM
sangat berbahagia karena suami dan anak-anaknya sangat mendukung RM dan tidak
pernah lupa mendoakan RM. Hal ini juga disampaikan oleh informan kedua, bahwa
RM mendapatkan perhatian khususnya dari kedua anaknya. RM juga mendapatkan
dukungan dari teman kerja, dokter, tetangga sekitar rumah bahkan guru-guru anaknya.
RM menuturkan para tetangga beberapa kali sempat mengunjunginya di rumah dan
jika bertemu pasti menanyakan kabar RM. Guru-guru anak RM yang mayoritas
mengenal RM juga menunjukkan perhatiannya terhadap RM. RM juga bersyukur
dengan motivasi yang selalu diberikan oleh dokter yang merawatnya.
RM mendapatkan dukungan dari hampir semua orang yang mengenalnya, hal
ini sangat penting bagi psikologis RM. Dukungan sosial yang diterima RM, membuat
RM merasa dicintai dan berharga bagi orang-orang disekitarnya, sehingga RM akan
berusaha untuk tetap sehat. Dukungan semacam ini akan meningkatkan kualitas hidup
RM.
c. Hubungan seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual,
baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Ada pengaruh penyakit kanker
payudara terhadap kehidupan seksual RM. RM menerangkan bahwa penyakitnya tidak
228
mempengaruhi aktivitas sosialnya. Menurut RM hal ini karena organ yang sakit tidak
terletak di organ utama seksual. Sebaliknya diungkapkan oleh informan kedua yang
adalah suami RM, informan menyatakan bahwa keadaan sakit RM mempengaruhi
aktivitas seksualnya. Hal ini lebih disebabkan oleh rasa tidak tega suami RM melihat
kenyataan RM yang sakit. Hubungan seksual menjadi suatu hal yang tidak terlalu
penting jika dibandingkan kesembuhan RM, jadi aspek hubungan seksual tidak terlalu
mempengaruhi kualitas hidup RM.
d. Aktivitas sosial
Preedy and Watson (2010:2925) kualitas hidup didefinisikan secara fungsional
sebagai persepsi pasien sendiri terhadap kinerja mereka secara fisik dan pekerjaan.
Andersson et al (Preedy and Watson,2010:1868) mengungkapkan kualitas hidup yang
baik sebagai keadaan fisik dan individu yang mampu melakukan kegiatan sehari-hari
dan merasa puas dengan peran sehari-hari. RM tidak mengalami gangguan dalam
beraktivitas. RM masih tetap bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan mandiri dan
mampu untuk bekerja.
Shin dan Johnson (Bowling, 2005:7) menyatakan bahwa kualitas hidup terdiri
dari kepemilikan sumber daya yang diperlukan untuk kepuasan kebutuhan individu,
keinginan-keinginan, partisipasi dalam kegiatan yang memungkinkan pengembangan
pribadi dan aktualisasi diri. Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang
memiliki kualitas hidup positif ditentukan bahwa mereka memiliki partisipasi dalam
kegiatan sosial. RM mampu melakukan kontak sosial dengan orang lain. RM senang
terlibat dalam aktivitas sosial karena dalam organisasi RM dapat mendapatkan
informasi baru dan pengalaman, namun RM tidak bisa aktif lagi dalam kegiatan
229
masyarakat atau gereja seperti sebelum sakit karena keadaan fisik RM yang tidak
memungkinkan untuk terlalu lelah. RM akan merasa sakit jika terlalu lama duduk. Hal
ini dibenarkan oleh informan kedua bahwa RM hanya mengikuti kegiatan diluar
rumah saat ada suaminya di rumah.
Penyakit yang di derita RM cukup mempengaruhi aktivitas sosialnya di
masyarakat. RM tidak bisa sesering dahulu untuk terlibat dan menghadiri acara-acara
di luar rumah jika suaminya sedang tidak berada di rumah. RM hanya sesekali
mengikuti aktivitas sosial. Pada dasarnya RM sangat senang jika berada dalam suatu
kegiatan atau organisasi di masyarakat, namun karena sehari-hari RM masih bekerja,
tenaga RM sudah terkuras untuk pekerjaan, sehingga RM jarang keluar rumah karena
harus istirahat. Kemandirian RM dalam beraktivitas menunjukkan bahwa RM
memiliki kualitas hidup yang positif karena RM tidak membutuhkan bantuan atau
bergantung kepada orang lain.
4. Lingkungan
a. Kebebasan
RM memiliki kebebasan dalam melakukan apa yang diinginkannya dan RM
menjadi dirinya sendiri. Green and Kreuter (2000:49) menyatakan kualitas hidup
selain mengukur hasil kesehatan juga termasuk kemampuan untuk melakukan tugas
hidup sehari-hari, beradaptasi dengan efek samping yang ditimbulkan oleh obat,
tingkat energi, dan indikator kesejahteraan lain yang tidak terkait dengan kondisi
medis. RM mampu melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam aktivitasnya
sehari-hari dan RM memiliki mobilitas yang tinggi dalam kegiatannya sehari-hari. RM
masih aktif bekerja di rumah sakit sebagai asisten dokter dan masih terlihat segar
230
bahkan seperti orang tidak sakit. Hal ini dibenarkan oleh informan kedua bahwa
penyakit RM tidak mengganggu aktivitasnya sehari-hari. RM masih memiliki
kekuatan untuk mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik. RM mengetahui kapan
kesehatannya baik dan kapan saat tubuhnya harus istirahat.
Ferris (2010:78) mengungkapkan bahwa hubungan sosial dan komitmen
pekerjaan untuk perusahaan merupakan elemen dari kepuasan dan kualitas hidup
seseorang di tempat kerja. RM telah bekerja selama kurang lebih 20 tahun di Rumah
Sakit Panti Wilasa Citarum. RM nyaman dan senang bekerja disana. RM memiliki
komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya. Tidak terpikir oleh RM untuk pindah
tempat kerja ke tempat yang lain karena RM sudah puas dengan pekerjaan dan fasilitas
yang diberikan tempat kerjanya.
Kebebasan dalam hal menentukan prinsip-prinsip dalam hidup serta keputusan
yang harus diambil dari setiap hal yang dialami dalam hidup telah diungkapkan RM
bahwa dirinya memiliki prinsip dan kebebasan untuk memilih metode pengobatan apa
yang akan dijalaninya walaupun hal ini akan menentang seluruh keluarga besarnya.
RM adalah seseorang yang kurang mantap dan sering ragu-ragu dalam mengambil
keputusan. Pada awalnya RM sempat ragu-ragu untuk mengambil keputusan
menjalani pengobatan alternatif seperti yang disarankan saudara-saudaranya atau
pengobatan medis, namun pada akhirnya RM memilih cara medis untuk berobat sesuai
dengan saran dari teman kerja dan dokter-dokter.
Keputusan RM untuk memilih program pengobatan medis adalah wujud
kebebasan yang dimilikinya untuk menentukan hidupnya. RM mendapat dukungan
sepenuhnya dari keluarga inti dan teman-teman sekerjanya. Kebebasan yang diperoleh
231
RM diseimbangkan dengan sikap tanggung jawabnya untuk selalu menjaga
kesehatannya. Kebebasan dan kemampuan RM dalam melakukan kegiatan sehari-hari
dan loyalitas RM terhadap pekerjaan menunjukkan bahwa RM memiliki kualitas hidup
yang positif.
b. Keselamatan fisik dan keamanan
RM tinggal di rumah yang sederhana di lingkungan ekonomi masyarakat
menengah. Rumah RM terletak di daerah dekat sungai Citarum dan merupakan daerah
rawan banjir. Rumah yang ditinggali RM dengan anggota keluarganya merupakan
rumah warisan dari mertua RM yang telah meninggal tujuh bulan yang lalu karena
sakit kanker usus.
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki tinggal dalam lingkungan yang aman
dengan fasilitas yang baik, memiliki cukup uang dan mandiri. RM mengaku nyaman
tinggal di rumahnya bersama keluarga. Lingkungan tempat tinggal RM aman dan
nyaman. RM menyebut rumah adalah sumber kebahagiaan untuk dirinya karena
disana RM bisa berbagi kegembiraan dengan suami dan anak-anaknya. Hal ini di
dukung oleh pernyataan informan kedua bahwa keluarga adalah sumber kebahagiaan
RM. RM sangat menikmati saat bersama dengan orang-orang yang dikasihinya. RM
juga memiliki pekerjaan yang cukup untuk dirinya dan keluarganya. Kondisi tempat
tinggal yang baik dan nyaman mendukung kualitas hidup yang positif pada RM.
4.5.5 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup subyek RM
Kualitas hidup RM dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain spiritualitas,
dukungan sosial dan kesejahteraan. Penerimaan diri RM terhadap penyakitnya erat
232
kaitannya dengan hal hubungannya dengan Tuhan. Fisch et al (2003:2754)
menyimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual juga berpengaruh terhadap kualitas
hidup seseorang. Ada perjalanan spiritual yang dilalui RM, yang membuat RM
merasakan perubahan dalam dirinya. RM menjadi lebih memaknai hal peribadahan
yang dilakukannya. RM berserah mengenai penyakit dan masa depannya kepada
Tuhan. Hal ini membuat RM dapat bersyukur untuk setiap hal terbaik yang Tuhan
berikan kepada RM. Dukungan sosial terutama yang berasal dari suami dan anak-
anaknya memberi kebahagiaan tersendiri bagi RM, RM merasa bahwa dirinya
berharga untuk orang lain.
Buchanan (Preedy and Watson, 2010:2925) kualitas hidup didefinisikan secara
fungsional sebagai persepsi pasien sendiri terhadap kinerja mereka secara fisik,
pekerjaan dan keuangan. Pekerjaan RM di bidang kesehatan tentu memberikan
informasi yang sangat banyak tentang kanker. Lingkungan medis membuatnya
menerima banyak pertimbangan upaya kesehatan yang terbaik untuk penanganan
penyakit kanker RM. RM mempercayakan kesehatannya kepada dokter daripada
pengobatan tradisional yang belum teruji kebenarannya. Pengetahuan dan pemahaman
RM terhadap penyakitnya membuat RM mengerti apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dihindari untuk meningkatkan kesehatannya.
Faktor lain yang cukup mempengaruhi kualitas hidup RM adalah kesejahteraan
kaitannya dengan ekonomi keluarga RM. Tingkat pendidikan yang ditempuh RM
menjadikan penghasilan RM tidak terlalu besar. Penghasilan RM sering tidak
mencukupi kebutuhan rumah tangga, sekolah anak-anak dan biaya pengobatan. Suami
RM yang tidak memiliki pekerjaan tetap membuat penghasilan RM sebagai sumber
233
keuangan keluarga. Faktor lain yang juga mempengaruhi kualitas hidup RM adalah
faktor ekonomi. Ekonomi menjadi sangat penting karena hal ini mencakup beberapa
aspek kehidupan, sebagai contoh, RM sedang tidak punya uang dan disaat yang sama
anak laki-laki RM meminta dibelikan motor, keinginan hati RM untuk mencukupi
kebutuhan dan memenuhi keinginan anaknya, namun karena keuangan yang terbatas,
RM tidak bisa membelikan motor bagi anaknya. Perasaan sedih yang dirasakan RM
bisa saja membuatnya tidak bahagia.
234
4.4.2.7 Kualitas Hidup pada Subyek R
Gambar 4.2. Dinamika Kualitas Hidup pada Subyek RM
4.5.6 Dinamika Psikologis subyek RM
Penderitaan karena penyakit kanker sangat melekat dalam diri RM. Perubahan
dalam kondisi “aman” kepada kondisi “waspada” sempat membuat RM terpuruk. RM
tidak mendapat dukungan dari keluarga besarnya karena RM tidak menuruti saran
keluarganya untuk berobat alternatif. RM diliputi rasa cemas dan takut akan
Kondisi Pasca Menderita Kanker• Mengeluh karena kelemahan fisik dan efek pengobatan • Mengalami ketakutan akan datangnya kematian • Kekhawatiran akan masa depan • Merasa sedih dan terpukul dengan kenyataan yang dialami.
Aspek Kualitas Hidup
• Aspek Psikologis
Spiritualitas
Dukungan Sosial
Kesejahteraan
Kualitas Hidup Positif
1. Aspek Fisik 2. Aspek Lingkungan • Rutin minum obat dan menjaga kesehatan • Bebas membuat keputusan untuk tetap bekerja • Mengonsumsi makanan sehat dan olah raga • Lingkungan tempat tinggal aman dan nyaman • Percaya diri • Menerima dan menyadari bahwa dirinya menderita kanker 4. Aspek Psikologis
3. Aspek Sosial • Bersyukur atas keadaannya yang sudah lebih baik
• Memiliki banyak teman • Optimis dalam menjalani hidup • Hubungan dengan pasangan sangat baik • Merasa berharga bagi keluarganya • Keluarga dan orang disekitar memberi dukungan • Bahagia dengan keluarganya • Masih mampu bekerja • Rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan
• Merasakan kesejahteraan dalam keluarga dalam perannya sebagai ibu • Subyek menganggap hidupnya berkualitas.
SUBYEK RM
KUALITAS HIDUPFaktor yang mempengaruhi kualitas hidup
penderita kanker adalah :
• Faktor pemahaman terhadap penyakit yang dideritanya
• Faktor Ekonomi
235
kehidupannya bersama keluarga intinya, namun dari peristiwa ini justru terlihat bahwa
memiliki kebebasan pribadi dalam membuat keputusan bagi hidupnya. Ferris
(2010:16) Kualitas hidup adalah produk interaksi antara kepribadian individu yang
terjadi terus menerus dalam episode peristiwa kehidupan. RM mengalami banyak
peristiwa sulit dalam keluarganya terutama dalam hal ekonomi keluarga. RM terpaksa
harus menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya tidak memiliki penghasilan
tetap.
The World Health Organization (1997:1) mendefinisikan secara umum
kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi mereka dalam kehidupan dalam
konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dan kaitannya dengan tujuan,
harapan, standart dan kekhawatiran hidup. Setiap orang memiliki persepsi terhadap
hidupnya, apakah hidupnya berkualitas atau tidak. Keadaan yang berkualitas sering di
selaraskan dengan kondisi tanpa kekurangan atau kelemahan. Penyakit yang diderita
RM memberi pilihan kepada RM, apakah akan terpuruk dalam kesedihan atau
berjuang melawan penyakitnya sambil mengusahakan kehidupan yang lebih baik, RM
lebih memilih untuk tetap bertahan dan berjuang demi keluarga yang dicintainya.
Telah kurang lebih satu tahun RM menyesuaikan diri dengan penyakit yang
dideritanya. Jangka waktu ini membuat RM memiliki penerimaan diri yang baik atas
kondisinya. Penerimaan diri RM terhadap penyakitnya erat kaitannya dengan hal
hubungannya dengan Tuhan. Fisch et al (2003:2754) menyimpulkan bahwa
kesejahteraan spiritual juga berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Ada
perjalanan spiritual yang dilalui RM, yang membuat RM merasakan perubahan dalam
dirinya. RM menjadi lebih memaknai hal peribadahan yang dilakukannya. RM
236
berserah mengenai penyakit dan masa depannya kepada Tuhan. Hal ini membuat RM
dapat bersyukur untuk setiap hal terbaik yang Tuhan berikan kepada RM.
RM dapat mengenali diri sendiri dan mampu beradaptasi dengan kondisi yang
dialami saat ini. Penolakan dari keluarga besarnya tidak membuat RM terpuruk. RM
memiliki citra diri positif dan percaya diri dengan keadaannya. Bowling (2005:9)
mendeskripsikan kualitas hidup yang positif ditentukan bahwa mereka memiliki
pandangan psikologis yang positif dan memiliki kesejahteraan emosional. RM
menunjukkan bahwa dirinya mampu menghadapi hal yang terburuk sekalipun dalam
hidupnya. RM tetap mengasihi orang yang menolaknya dan berusaha untuk tetap
bersikap baik terhadap mereka. Kematangan usia membuat RM bijak dalam
mengendalikan emosi. RM mengembalikan semua yang tengah dialaminya kepada
Tuhan. RM meyakini bahwa semua adalah proses dari Yang Maha Kuasa untuk
membentuk kedewasaan iman RM.
Larasati (2009:1) seseorang yang kualitas hidupnya positif terlihat dari
gambaran fisik subyek yang selalu menjaga kesehatannya. RM selalu berusaha
menjaga kesehatannya dengan mengkonsumsi makanan sehat dan menuruti semua
anjuran dokter. RM memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, hal ini dapat
dilihat dari kemampuan RM untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan. RM
memiliki kemandirian untuk melakukan tugas dan pekerjaannya dengan baik.
RM memiliki hubungan yang baik dengan teman dan keluarga, RM memiliki
banyak teman yang memberi dukungan dan rasa aman bagi RM. Kesukaan RM
bersosialisasi dengan orang lain terlihat dari partisipasinya dalam kegiatan sosial
disekitar tempat tinggalnya. RM tinggal dalam lingkungan yang aman dengan fasilitas
237
yang baik. RM mempunyai perasaan kasih kepada orang lain dan mampu
mengambangkan sikap empati dan merasakan penderitaan orang lain. Hal ini
diwujudkan dengan sikap RM yang mau membantu keluarganya. Dukungan dari
keluarga membuat RM merasa bahagia dan berharga di mata orang lain.
Keadaan ekonomi keluarga RM yang berada pada ekonomi bawah tidak
dipungkiri sangat mempengaruhi kualitas hidup RM. RM belum merasakan
kesejahteraan yang seutuhnya dalam keluarganya karena RM sering mengalami
kecemasan dan kekhawatiran terutama keuangan untuk keperluan anak-anaknya,
namun keadaan tersebut tidak menghentikan rasa empati RM untuk berbagi dengan
orang lain. RM memiliki kualitas hidup positif yang dipengaruhi oleh kehidupan
spiritualitas. Faktor ekonomi keluarga juga cukup mempengaruhi kualitas hidup RM.
Aspek dominan kualitas hidup RM adalah aspek spiritualitas, dukungan sosial dan
kesejahteraan. Spiritualitas RM membawa RM kepada kebaikan dan keyakinan bahwa
dirinya mampu melewati semua permaasalahan hidup. Aspek ini pula yang menyebabkan
RM memiliki kualitas hidup yang positif, RM memiliki penerimaan diri dan citra diri
yang baik. Dukungan sosial dari orang-orang sekitar RM terutama dari keluarga sangat
penting bagi kejiwaan RM menjalani kehidupan. Dukungan dari orang terdekat RM
membuat RM merasa berharga dan memiliki semangat juang untuk melawan penyakitnya.
Ada aspek dalam hidup RM yang belum tercapai secara maksimal, yaitu aspek
kesejahteraan. RM belum sepenuhnya merasakan kesejahteraan karena faktor ekonomi
keluarga yang kadang kurang memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini menjadi kecemasan
atau kekhawatiran tersendiri bagi RM, selanjutnya dapat mempengaruhi kualitas hidup
RM. Secara keseluruhan, RM memiliki kualitas hidup yang positif.
238
4.5.7 Aspek-aspek Kualitas Hidup pada Subyek BG
1. Aspek Fisik
a. Gejala fisik
Cella et. al. (2003:43) mengungkapkan bahwa kondisi kesehatan sangat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang. BG dinyatakan menderita kanker darah stadium
satu pada akhir tahun 2010. Tidak banyak gejala yang dirasakan oleh BG namun saat
diperiksakan, diketahui bahwa terdapat sel kanker pada darah BG. BG sempat mencoba
pengobatan tradisional namun tidak menunjukkan hasil. Informan ahli membenarkan hal
ini, bahwa BG terdiagnosis menderita leukemia dengan jumlah leukosit lebih dari 700.000
sel. Menurut informan ahli, BG tergolong dalam leukemia leukemik, yaitu adanya jumlah
leukosit dalam jumlah sangat besar. Gejala yang ditunjukkan BG sejalan dengan yang
dipaparkan informan ahli, yaitu perut membesar karena ada pembengkakan, penurunan
berat badan yang sangat signifikan dan demam. Penyebabnya kemungkinan adalah faktor
pola makan dan lingkungan yang tidak sehat.
Bowling (2005:7) kualitas umumnya didefinisikan sebagai nilai dari
‘kebaikan’. Kualitas hidup kemudian dijelaskan sebagai kebaikan dari kehidupan,
dalam kaitannya dengan kesehatan. BG menunjukkan bahwa dirinya memiliki kualitas
hidup yang baik melalui kesehatan fisik dan mental yang positif karena telah dapat
menerima dan beradaptasi dengan penyakit yang dideritanya. Hal ini di dukung
dengan hasil yang ditunjukkan pada tes grafis. BG menyadari bahwa dirinya harus
melakukan proses pengobatan agar dapat sembuh dari penyakitnya.
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik serta
239
memiliki kemampuan fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan. BG
menyatakan bahwa keadaannya baik dan mampu untuk bekerja. BG mengungkapkan
bahwa dirinya masih mampu menjalani aktivitasnya sendiri. BG masih bisa
melakukan kegiatan diluar sendiri walaupun setelah sakit fisiknya lebih cepat merasa
lelah. Informan pertama juga menyebutkan bahwa BG masih mampu melakukan
kegiatannya di luar dengan mandiri, namun setelah itu BG harus istirahat jika tidak
kondisinya akan lemah.
Hal seperti ini membuat BG merasa tidak perlu mengecilkan diri dengan
keadaannya. Larasati (2009:1) menyatakan BG yang kualitas hidupnya positif terlihat
dari gambaran fisik subyek yang selalu menjaga kesehatannya. BG mengusahakan
untuk rutin minum obat dan menjaga kesehatan dengan baik. Informan pertama
menuturkan keadaan BG saat ini sudah bisa dikatakan baik. Leukosit BG cenderung
stabil karena BG rutin minum obat.
Menderita kanker tidak membuat BG terpuruk dalam kondisi yang
menyedihkan, BG menerima dirinya apa adanya dan mengusahakan yang terbaik bagi
kesembuhannya. Kualitas hidup BG sebagai penderita kanker tampak dari kondisi
tubuh yang baik, mampu untuk beraktivitas dan bekerja, serta penyesuaian mental
yang baik.
b. Respon terhadap toksisitas pengobatan dan perawatan
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik. BG
benar-benar ingin mengusahakan yang terbaik untuk kesembuhan penyakitnya. BG
masih menjalankan program pengobatan dengan mengkonsumsi empat butir obat
240
setiap hari. Pengobatan ini secara kasat mata tidak menimbulkan efek samping yang
negatif, obat tersebut membuat BG lebih merasa segar dan kulitnya lebih terlihat
bersih. BG tidak mengeluh jenuh atau putus asa dengan kewajibannya minum obat.
Hal yang menjadi kekhawatiran BG setelah menjalani pengobatan ini adalah efek
samping negatif yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Efek pertama yang ditimbulkan
akibat konsumsi obat secara terus menerus dalam jangka waktu panjang adalah akan
memperberat fungsi ginjal dan yang kedua obat tersebut akan menimbulkan resistensi
atau kecanduan. Saat seseorang sudah resisten terhadap suatu obat, kebutuhan tubuh
orang tersebut akan selalu meningkat dosisnya. Perasaan khawatir BG terungkap
dalam hasil intepretasi bahwa ada perasaan tidak aman dan kurang nyaman terhadap
suatu hal.
Larasati (2009:1) menyatakan seseorang yang kualitas hidupnya positif terlihat
dari gambaran fisik yang selalu menjaga kesehatannya. Menurut informan pertama,
selain rutin minum obat, keadaannya BG yang mudah lelah membuatnya mengurangi
aktivitas, hal ini adalah salah satu usaha BG untuk tetap menjaga kesehatan. Kualitas
hidup BG tampak dari pengetahuan dan pemahaman BG cara untuk menjaga
kesehatannya dengan baik.
c. Citra tubuh
Arkoff (1976:37) citra tubuh adalah persepsi atau pandangan terhadap tubuh
tubuh diri sendiri termasuk apa yang dilihat atau pikirkan ketika kita melihat diri kita
dari luar sebagai sebuah refleksi atau merasakan tubuh kita dari dalam. Evaluasi
tersebut secara menyeluruh seseorang terhadap kondisi fisik yang dimilikinya.
Kepercayaan diri adalah evaluasi positif dari body image yang baik.
241
BG percaya diri dengan dirinya, seperti yang diungkap dari hasil tes grafis
bahwa BG memiliki rasa percaya diri yang baik karena merasa mempunyai
kemampuan lebih dari orang lain. Penyakit yang di derita BG tidak membuat BG
kecewa atau menarik diri dari lingkungan sosialnya. BG tidak menerima penolakan
dari orang sekitar karena penyakit BG tidak termasuk penyakit menular. Preedy and
Watson (2010:1754) Kualitas hidup didefinisikan kepuasan dalam berbagai aspek
kehidupan, salah satunya adalah aspek fisik. BG puas dengan kondisi fisik dan
kehidupannya. Informan Pertama dan kedua mengungkapkan bahwa keadaan BG tidak
membuatnya menutup diri dengan orang lain, BG terlihat nyaman dengan
kesehariannya. BG adalah orang yang percaya diri.
d. Penerimaan Diri
Akechi et. al. (1998:238) menyatakan bahwa bahwa penyesuaian mental
penderita kanker berkorelasi dengan kualitas hidupnya dan salah satu hal yang paling
adaptif dari penyesuaian mental adalah ‘semangat juang’. BG menyadari harus minum
obat untuk kesembuhannya. Butuh beberapa waktu bagi BG untuk menyesuaikan diri
dan mental dengan keadaannya yang tidak lagi sehat, tetapi BG berhasil melewati
tahap tersebut. Informan pertama menyatakan bahwa BG sempat merasa terpukul
dengan kenyataan bahwa dirinya menderita penyakit kanker. Perlu beberapa waktu
untuk BG bisa menerima kenyataan yang terjadi, namun saat ini menurut informan BG
sudah bisa menerima dan nyaman menjalani kesehariannya. BG tidak lagi takut
menghadapi penyakitnya. BG bahagia dan nyaman dengan dirinya.
Chaplin (1999:450) mengatakan penerimaan diri adalah sikap yang pada
dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri,
242
serta pengetahuan-pengetahuan akan keterbatasan sendiri. Penerimaan diri merupakan
sikap positif terhadap diri sendiri dan dapat menerima keadaan dirinya secara tenang,
dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Butuh waktu selama satu bulan BG
menyesuaikan diri dan mentalnya untuk menerima keadaan penyakitnya. Saat ini BG
telah dapat menerima penyakit yang dideritanya. BG menyadari bahwa dirinya adalah
seorang penderita kanker yang memiliki keterbatasan dalam segi fisik. BG mengetahui
bahwa sebagai penderita kanker fisiknya akan cepat lelah dan tidak bisa melakukan
aktivitas seperti sebelumnya. Hal serupa disebutkan dari hasil tes grafis yang
menyebutkan bahwa BG dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan memiliki
kondisi emosional yang cukup stabil.
BG sudah dapat menerima keadaan dirinya sekarang sebagai penderita kanker
darah. Hal ini sama dengan yang diungkap dalam hasil tes grafis yang menyebutkan
bahwa BG mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang sedang dihadapinya. BG
butuh waktu untuk menata hati dan pikirannya untuk merancangkan apa yang harus
diperbuatnya. BG memutuskan untuk ikut asuransi jiwa agar nantinya jika terjadi hal
yang tidak sesuai keinginan, BG tidak ingin merepotkan orang lain, terutama
keluarganya. Penerimaan diri BG yang baik mengartikan bahwa BG memiliki kualitas
hidup yang positif.
2. Aspek psikologis
a. Perasaan Positif
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki pandangan psikologis yang positif dan
memiliki kesejahteraan emosional. Hasil tes grafis mengungkapkan bahwa kondisi
243
emosional BG kondisi cukup stabil dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisinya
saat ini. BG telah dapat menerima dan beradaptasi dengan penyakitnya. BG tahu
kapan dirinya harus istirahat dan bagaimana cara menjaga kesehatannya. BG
menghindari hal-hal yang membuatnya berpikir terlalu berat yang pada akhirnya akan
menurunkan kondisi kesehatannya. BG berusaha untuk selalu berpikir positif dan
meyakini bahwa obat paling manjur terletak pada kekuatan dalam diri BG sendiri.
BG memiliki nilai-nilai positif dalam hidupnya. BG meyakini bahwa apapun
yang dilakukannya akan kembali kepadanya. Sama halnya dengan kebaikan, jika saat
ini kondisi BG sedang tidak baik namun BG tetap melakukan kebaikan untuk orang
lain, BG meyakini bahwa akan ada kebaikan yang diterimanya pula nanti. BG
berusaha untuk selalu bersyukur dan ikhlas menjalani hidupnya. BG memiliki
keinginan bahwa hidupnya akan terus bisa memberikan yang terbaik untuk Tuhan dan
orang lain disekitarnya. Menurut informan pertama, BG berusaha bersyukur dan
senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini mengartikan
bahwa BG memiliki kualitas hidup yang positif.
b. Perasaan Negatif
Ferris (2010:31) kualitas hidup dapat ditingkatkan dengan membuang alasan
untuk depresi, bunuh diri dan respon negatif lainnya dengan mengalami kebahagiaan
dan kehidupan yang menarik melalui cinta, kasih sayang dan kesejahteraan emosional,
kualitas hidup akan meningkat saat intervensi mengurangi dasar untuk kesepian. Hal
senada juga diungkapkan oleh Wijaya (2009:1), bahwa kualitas hidup pasien dengan
depresi mengalami penurunan dibanding dengan pasien tanpa gejala depresi. BG
pernah terpuruk dengan keadaan yang tengah dialaminya. Butuh waktu sekitar satu
244
bulan untuk membuat hati BG siap dan kembali menata hari depan, namun BG tidak
pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Hal ini senada dengan apa yang
disampaikan oleh informan pertama bahwa BG sempat menunjukkan rasa kesedihan
dengan berdiam diri, BG tidak pernah mencoba untuk berbuat negative dengan
mencelakai dirinya sendiri. Hal ini juga Nampak dalam hasil tes grafis, bahwa BG
memiliki control diri yang baik.
BG sering diliputi rasa takut jika suatu kali lupa minum obat karena kelelehan
dan lupa. Efek samping obat yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu lama juga
membawa kecemasan pada diri BG. BG khawatir jika obat-obatan tersebut akan
mengganggu fungsi ginjal dan meresisten dalam tubuhnya. Kekhawatiran BG dapat
diketahui pula dari hasil tes grafis, bahwa ada perasaan tidak aman dan tidak nyaman
terhadap suatu hal yang dialami BG.
Kondisi BG kadang membuat BG merasa tidak punya harapan. Beberapa
waktu lalu BG merasa tidak punya harapan saat dirinya merasa sulit mendapatkan obat
dan sulitnya birokrasi untuk mengurus jamkesmas. BG merasa down saat sedang
sendirian, maka BG sering menghindari suasana sendiri. Artinya BG berusaha untuk
membuang semua respon negatif dan menggantinya dengan kebahagiaan yang
ditimbulkan oleh orang-orang disekitar BG. Dukungan dari orang sekitar yang
membuat BG kembali bersemangat menjalani hidup dan membuang perasaan
negatifnya tersebut.
c. Harga Diri
Santrock (2007:183) harga diri yang tinggi dapat merujuk pada persepsi yang
tepat atau benar mengenai martabatnya sebagai seorang pribadi termasuk keberhasilan
245
dan pencapaiannya. Persepsi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya
sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang dicapainya.
Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan
keberartian diri. Individu yang mempunyai harga diri positif akan menerima dan
menghargai dirinya apa adanya, intepretasi tes grafis menyebutkan bahwa BG
memiliki kondisi emosional yang stabil.
BG mengartikan bahwa harga diri adalah wujud penghargaan terhadap diri
sendiri terhadap apa yang telah dilakukan. BG menambahkan bahwa penghargaan
tersebut bersifat positif, jadi penghargaan kepada orang lain juga akan mendatangkan
penghargaan untuk diri sendiri. BG menutupi keterbatasannya dengan kemampuannya
dalam memimpin beberapa orang yang bekerja padanya. Di saat inilah BG merasa
masih dibutuhkan dan berharga bagi orang lain. BG memiliki peran yang penting
dalam membantu teman-temannya memperoleh pekerjaan dengan cara menjadikan
teman-temannya karyawan dalam usaha yang dikelolanya. Hal ini dibenarkan
informan kedua bahwa kualitas hidup BG tampak dari BG yang sering menolong
teman-temannya, artinya BG berarti bagi orang lain dan begitulah cara BG untuk
menghargai dirinya sendiri.
d. Kebahagiaan
Aristoteles (Ferris, 2010:17) menyatakan bahwa kualitas hidup adalah produk
bersih dari kebahagiaan. Kebahagiaan didefinisikan sebagai milik diri sendiri. Hal ini
juga diungkapkan dengan simbol cinta, menemukan seseorang untuk dicintai akan
meningkatkan kualitas hidup seseorang, cinta dapat mengubah identitas seseorang,
mengubah posisi sosial seseorang melalui kelekatan pada orang lain. Ferris (2010:31)
246
mendefinisikan kualitas hidup dengan membuang respon negatif dengan mengalami
kebahagiaan dan kehidupan yang menarik melalui cinta serta kasih sayang. Intepretasi
tes grafis menyatakan bahwa BG memiliki kondisi emosional yang stabil. BG memilih
bahagia ditengah semua keadaan yang tidak menyenangkan. Kebahagiaan BG
ditunjukkan dengan kepuasan hidup yang BG tunjukkan melalui rasa syukurnya.
Informan pertama menuturkan bahwa BG terlihat bahagia, BG terlihat enjoy menjalani
hidupnya.
Kualitas hidup BG tampak dari pilihan BG untuk menentukan hidupnya ingin
bahagia atau tinggal dalam kesedihan. BG memilih untuk tetap bahagia dengan
keadaannya yang apa adanya. BG menganggap bahwa bahagia adalah rasa syukur dan
keikhlasan seseorang. BG menganggap bahwa bahagia adalah ketika seseorang
mampu menerima keadaan dan senantiasa bersyukur. Kondisi sakit tetap membuat BG
merasa bahagia, BG berserah kepada Tuhan atas segala penyakitnya.
e. Spiritualitas
Zohar dan Marshall (2000:4) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Kehidupan keimanan BG membuat BG memiliki harapan dalam hidupnya bahwa BG
ingin menjadi seseorang yang lebih baik lagi, BG berharap bahwa penyakitnya tidak
membuat BG undur dari Tuhan, namun semakin taat beribadah dan lebih bersyukur
atas semua kejadian yang menimpanya
Fisch et al (2003:2754) menyimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual juga
berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup BG terlihat dari nilai hidup
247
dan cara BG menyikapi permasalahan. BG menganggap bahwa semua hal yang dialami
dan dirasakannya harus dikembalikan kepada Tuhan. BG memilih menyerahkan
semuanya kepada Tuhan, dengan begitu akan membuat BG merasa lebih tenang dan
nyaman. BG telah menunaikan ibadah haji. Hal ini membuat BG merasa semakin dekat
dengan Tuhan. Keimanan BG kepada Tuhan menjadi kekuatan untuk menghadapi
penyakitnya. Terdapat perubahan dalam diri BG sebelum dan sesudah menjadi penderita
kanker, terutama pada kedewasaan iman BG. BG dapat mengambil sisi positif dari
keadaan sakit yang menimpanya. Informan pertama dan kedua membenarkan bahwa BG
rajin beribadah dan baru saja menjalankan ibadah haji bersama ibu dan tantenya.
f. Kesejahteraan
Walter (Rukminto,1994:4) kesejahteraan sosial merupakan sistem yang
terorganisasi dari institusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu
ataupun kelompok agar dapat mencapai standart hidup dan kesehatan yang lebih
memuaskan. Rukminto (1994:11) usaha kesejahteraan sosial adalah usaha yang
terorganisai dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia kearah
kehidupan sosial yang lebih baik. Peningkatan kualitaas hidup itu sendiri dapat
dilakukan melalui kehidupan keluarga, kesehatan, kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial, pemanfaatan waktu luang, standart hidup maupun relasi
sosial. BG selalu berusaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dari waktu ke
waktu dengan terus bekerja dan berprestasi dalam pekerjaannya. BG memiliki
keinginan kuat untuk membesarkan usahanya yang telah dirintis sejak tahun 2000.
Hal ini didukung dengan hasil intepretasi tes grafis bahwa BG memiliki ambisi dan
motivasi berprestasi yang tinggi.
248
Andesson et all (Preedy and Watson,2010:1868) mengungkapkan kualitas
hidup yang baik sebagai keadaan fisik dan kesejahteraan psikososial individu yang
mampu melakukan kegiatan sehari-hari dan merasa puas dengan peran sehari-hari.
Kualitas hidup BG terlihat dari kemampuan BG untuk tetap melakukan kegiatan
sehari-hari, tetap produktif di tengah keterbatasan fisiknya dan BG puas dengan
dirinya. BG selalu berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik. Keluarga BG
tergolong dalam keluarga dengan ekonomi atas. BG selalu merasa bersyukur dengan
pemberian Tuhan. BG merasa nyaman dengan keadaannya.
Preedy and Watson (2010:386) menyatakan konsep kesejahteraan menyiratkan
kualitas hidup yang positif dan membangun. BG memiliki semangat yang tinggi untuk
membangun kehidupannya. BG memiliki standart kualitas hidup bahwa seseorang
yang berkualitas mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. BG mencukupi
kebutuhannya dengan usahanya sendiri, sudah sejak tahun 2000, BG membuka usaha
rental dan warnet. BG belum puas dengan kesuksesan yang dicapai diusianya yang
masih muda ini. BG ingin membuka usaha-usaha di bidang yang lain. Sesuai dengan
penilaian dari informan pertama, bahwa BG memiliki jiwa wirausaha yang tinggi.
Kepribadian BG yang mantap, kepercayaan diri yang baik karena merasa
mempunyai kemampuan lebih dari orang lain dan kemampuan membuat keputusan
dengan baik mendorong BG untuk menunjukkan kinerjanya di bidang wira usaha secara
maksimal. Hasil tes grafis juga mengungkapkan bahwa BG memiliki ambisi dan motivasi
berprestasi yang tinggi. BG memiliki harapan yang besar yaitu bisa bermanfaat untuk
orang lain. Informan mendukung pernyatan BG bahwa BG memiliki kesejahteraan dalam
hidupnya. Kesejahteraan BG berarti bahwa BG memiliki kualitas hidup.
249
g. Persepsi Individu terhadap Kualitas Hidup
The World Health Organization (1997:1) mendefinisikan secara umum kualitas
hidup sebagai persepsi individu dari posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks
budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dan kaitannya dengan tujuan, harapan,
standart dan kekhawatiran hidup. Menurut BG, kualitas hidup adalah bersyukur
kepada Tuhan atas apapun yang diberikan-Nya. BG menghubungkan persepsinya
terhadap kualitas hidup dengan sisi spiritualitas, taat beribadah dan kedewasaan adalah
indikator yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
BG seseorang yang mampu menunjukkan kinerjanya secara maksimal bisa
dikatakan orang tersebut memiliki kualitas hidup yang positif. BG tidak secara terbuka
menyatakan bahwa dirinya masuk dalam salah satu kriteria seseorang yang memiliki
kualitas hidup, tetapi BG mengaku puas dengan hidupnya. BG merasa memiliki
kemampuan lebih dari orang lain. Informan ahli menilai bahwa BG memiliki kualitas
hidup yang positif. BG masih mampu bekerja dengan keadaannya yang sakit. BG
merupakan orang yang penuh semangat, BG menjadi salah seorang koordinator dalam
perkumpulan orang-orang penderita leukemia. Menurut informan ahli, BG adalah
orang yang mandiri.
3. Aspek Sosial
a. Hubungan interpersonal
Mor (Mosteller and Falotico, 1989:4) menyatakan bahwa kualitas hidup
sebagai aspek kehidupan dan fungsi manusia yang mempertimbangkan keperluan
untuk pemenuhan hidup, termasuk didalamnya adalah pencapaian pendidikan,
250
pendapatan dan standart hidup serta hubungan sosial. Bowling (2004:9) menyatakan
kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup positif ditentukan bahwa mereka
memiliki hubungan yang baik dengan teman dan keluarga. BG tidak pernah
menyembunyikan penyakitnya kepada orang lain. BG menuturkan bahwa lebih jika
lebih banyak orang yang tahu maka akan banyak pula yang turut mendoakan. BG
memiliki banyak teman. BG sering berinteraksi dengan teman-temannya karena teman
BG juga adalah karyawan BG. BG mengaku jarang keluar rumah, bukan B tidak suka
bergaul, tetapi teman BG lebih sering datang ke rumah BG dari pada BG yang
mendatangi mereka. Hal ini sama dengan yang disampaikan informan pertama dan
kedua, bahwa BG memiliki banyak teman. Semua orang tahu bahwa BG adalah
penderita kanker. Hal ini juga dapat terlihat dari hasil intepretasi tes grafis bahwa BG
mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan sosial serta mampu
melakukan kontak sosial dengan orang lain.
Ferris (2010:29-31) kualitas hidup dapat ditingkatkan dengan membuang
respon negatif dengan mengalami kebahagiaan dan kehidupan yang menarik melalui
cinta dan kasih sayang. BG bahagia dan bangga dengan keluarganya. Hubungan sosial
BG dengan keluarga cukup baik. BG mendapatkan rasa cinta dari keluarga, teman-
teman dan kekasihnya. BG sangat dekat dengan keluarganya. Hubungan BG dengan
ayah dan ibunya sangat dekat, namun tidak sedekat adiknya karena orang tua BG
sibuk bekerja. Hasil tes grafis mengungkap bahwa peran ayah dan ibu sangat dominan
sebagai pelindung meskipun ibu cenderung tertutup. BG merasa nyaman atau
cenderung berlindung dan tergantung pada keluarga dekat. Hubungan BG dengan
kekasihnya sudah berlangsung lama dan mereka berencana untuk segera menikah..
251
Larasati (2009:1) kualitas hidup seseorang yang positif ditunjukkan dengan
subyek mempunyai perasaan kasih kepada orang lain dan mampu mengambangkan
sikap empati dan merasakan penderitaan orang lain. BG adalah pribadi yang memiliki
kepedulian pada orang lain, BG membantu teman-temannya yang belum memiliki
pekerjaan untuk bekerja di usahanya. BG ingin dirinya bisa bermanfaat dan
menyenangkan orang lain yang ada disekitarnya.
b. Dukungan sosial
Cobb (Taylor,1991:244) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi
dari orang lain bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihormati, dihargai dan
merupakan bagian dari kelompok dalam jaringan timbal balik. Keadaan BG sebagai
penderita kanker diketahui oleh semua orang yang mengenalnya. Semua orang yang
mengenal BG memberi dukungan. Keluarga BG sudah dapat menerima keadaan BG
apa adanya, dukungan paling besar dari keluarga adalah dukungan mental dan dana
untuk pengobatan BG. Informan pertama juga menuturkan hal demikian, bahwa
Keluarga dan teman-teman BG memberikan dukungan dan perhatian kepada BG untuk
segera sembuh. Sikap orang tua BG awalnya kaget dan sedih namun sekarang
semuanya sudah berjalan normal kembali.
Gottlieb (Smet, 1993:76) mendefinisikan social support sebagai, informasi
verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan
oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang
berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Teman-teman BG juga memberikan
dukungan. BG mendapatkan perhatian yang luar biasa dari orang-orang disekitarnya.
252
Teman BG mengerti bahwa kemampuan BG tidak seperti dahulu lagi, mereka
senantiasa membantu BG. Informan pertama dan kedua juga menunjukkan perhatian
dengan mengadakan doa bersama beberapa waktu lalu. BG merasa bahagia dengan
perhatian dan dukungan yang ditunjukkan oleh teman-teman BG. Informan pertama
menceritakan bahwa teman-teman BG memberikan dukungan dengan mengadakan
doa bersama untuk kesembuhan BG. Dukungan sosial menjadikan BG memiliki
kualitas hidup positif.
c. Hubungan dengan lawan jenis
Paul & White (Santrock, 2005:371) hubungan berpacaran adalah bagian dari
proses sosialisasi yang berfungsi sebagai kesempatan untuk menjalin hubungan yang
bermakna dengan seorang lawan jenis melalui interaksi dan aktivitas bersama untuk
menjadi sarana pemilahan pasangan nantinya. Keadaan BG sebagai penderita kanker
darah mempengaruhi hubungan BG dengan lawan jenis. BG menceritakan bahwa
pengaruh terbesar bukan pada hubungan dengan kekasihnya tetapi dengan orang tua
kekasihnya. Orang tua kekasihnya sempat kuatir dan meragukan kelanjutan hubungan
anaknya BG.
Saat ini BG mengaku bahwa orang tua kekasihnya lambat laun dapat menerima
keadaan BG apa adanya, sedangkan adanya kemungkinan tentang akan menurunnya
penyakit BG pada keturunannya kelak, BG tidak mau membahas hal tersebut terlalu
dalam. Penyakit BG membuat rasa cinta mereka semakin dalam dan kuat, sehingga
mereka merencanakan untuk segera menikah. Hal ini di benarkan oleh kekasih BG
bahwa penyakit BG tidak terlalu mempengaruhi hubungan mereka yang sudah terjalin
selama lima tahun. Tes grafis mengungkap bahwa hubungan BG dengan lawan jenis
253
sangat dekat. Hubungan dengan lawan jenis bukan hal yang signifikan pengaruhnya
terhadap kualitas hidup BG.
d. Aktivitas sosial
Preedy and Watson (2010:2925) kualitas hidup didefinisikan secara fungsional
sebagai persepsi pasien sendiri terhadap kinerja mereka secara fisik dan pekerjaan.
Andesson et all (Preedy and Watson,2010:1868) mengungkapkan kualitas hidup yang
baik sebagai keadaan fisik dan individu yang mampu melakukan kegiatan sehari-hari
dan merasa puas dengan peran sehari-hari. BG tidak mengalami gangguan dalam
beraktivitas. BG merasa puas dengan keadaannya dan sanggup melakukan kegiatannya
sehari-hari tanpa bantuan orang lain.
BG masih mampu melakukan aktivitas sehari-harinya sendiri dan tanpa
bantuan orang lain. BG menunjukkan kinerjanya walaupun sebagian besar aktivitas
BG dihabiskan di kamar yang juga merupakan tempat kerjanya. Hal ini karena
kebanyakan teman datang menemuinya dibandingkan dengan BG yang menemui
temannya di luar rumah. Informan pertama juga mengungkapkan walaupun penyakit
BG cukup mempengaruhi aktivitas sehari-hari, keadaannya yang mudah lelah
membuatnya untuk mengurangi aktivitas. BG memutuskan untuk berhenti bekerja dan
memilih untuk mengurus usaha yang telah dirintisnya sendiri di rumah.
Shin dan Johnson (Bowling, 2005:7) menyatakan bahwa kualitas hidup terdiri
dari kepemilikan sumber daya yang diperlukan untuk kepuasan kebutuhan individu,
keinginan-keinginan, partisipasi dalam kegiatan yang memungkinkan pengembangan
pribadi dan aktualisasi diri. BG mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik. BG
memiliki ambisi dan motivasi berprestasi yang cukup besar dan tinggi, di usia yang
254
relatif muda, BG menunjukkan jiwa wirausahanya dengan mengelola dua usaha di
bidang fotokopi dan rental. Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang
memiliki kualitas hidup positif ditentukan bahwa mereka memiliki partisipasi dalam
kegiatan sosial. BG sering terlibat dalam kegiatan kerohanian bersama rekan-
rekannya. Hal ini dibenarkan oleh informan kedua. Keikutsertaan BG dalam aktivitas
sosial didukung dengan hasil tes grafis bahwa BG masih mampu melakukan kontak
sosial dengan orang lain.
4. Lingkungan
a. Kebebasan
Green and Kreuter (2000:49) menyatakan kualitas hidup selain mengukur hasil
kesehatan juga termasuk kemampuan untuk melakukan tugas hidup sehari-hari,
beradaptasi dengan efek samping yang ditimbulkan oleh obat, tingkat energi, dan
indikator kesejahteraan lain yang tidak terkait dengan kondisi medis.
Kebebasan dalam hal menentukan prinsip-prinsip dalam hidup serta keputusan
yang harus diambil dari setiap hal yang dialami diwujudkan dari kegigihan dan obsesi
BG untuk menjadi wirausaha. BG berani membuat keputusan-keputusan besar yang
bernilai tinggi pula. Hal ini karena kepribadian BG yang mantap dan tidak ragu dalam
membuat keputusan seperti yang diungkap dalam intepretasi tes grafis. Keyakinan
dalam membuat keputusan merupakan suatu wujud kebebasan yang dimiliki oleh BG.
Kebebasan yang diperoleh BG diseimbangkan dengan sikap tanggung jawabnya untuk
selalu menjaga kesehatannya.
Kualitas BG dapat terlihat dari kemampuan BG melakukan semua kewajiban
dan tanggung jawabnya dalam aktivitasnya sehari-hari dan BG memiliki mobilitas yang
255
tinggi dalam kegiatannya sehari-hari. BG bebas dalam melakukan apa yang
diinginkannya dan BG nyaman menjadi dirinya sendiri. BG beranggapan dirinya
mampu melakukan semua kewajiban dan tanggung jawabnya dalam aktivitasnya sehari-
hari. Hal ini serupa dengan yang didapatkan dari hasil intepretasi bahwa BG memiliki
rasa percaya diri yang baik karena merasa memiliki kemampuan lebih dari orang lain.
BG juga memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensinya dalam berwirausaha.
Informan pertama juga menuturkan bahwa mobilitas BG masih cukup tinggi. BG sering
beraktivitas di luar rumah sendiri dengan mengendarai motor atau mobil.
b. Keselamatan fisik dan keamanan
Bowling (2005:9) menyatakan kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup
positif ditentukan bahwa mereka memiliki tinggal dalam lingkungan yang aman
dengan fasilitas yang baik, memiliki cukup uang dan mandiri. BG mengungkapkan
bahwa lingkungannya adalah tempat paling nyaman. BG sangat menikmati saat
bersama dengan orang-orang yang dikasihinya. Hal ini dibenarkan oleh informan
pertama.
BG tinggal bersama kedua orang tua dan adik perempuannya. Dengan kondisi
BG yang terbatas dalam bentuk tenaga, BG membuat kamar tidurnya juga berfungsi
sebagai tempat kerjanya. Hasil observasi, BG terlihat mengatur ruang kamarnya
senyaman mungkin agar semua aktivitasnya bisa dilakukan dalam satu ruangan.
Semua fasilitas tersedia cukup untuk mendukung kegiatan sehari-hari BG. Sebagai
pribadi, BG juga mampu mencukupi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Keselamatan
dan kenyamanan mempengaruhi kualitas hidup BG.
256
4.5.8 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup subyek BG
Kualitas hidup BG dipengaruhi oleh penerimaan diri yang sangat baik terhadap
penyakit yang dideritanya. Hal ini erat kaitannya dengan spiritualitas BG. BG
menerima keadaan dirinya secara utuh dengan menganggap bahwa penyakitnya
merupakan takdir Tuhan. BG berusaha mensyukuri setiap karunia yang diberikan
Tuhan dan menjalani hidupnya dengan keikhlasan. Perubahan spiritual sangat
dirasakan BG antara sebelum dan sesudah BG menderita penyakit kanker. BG merasa
menjadi seseorang yang lebih baik dan lebih rajin beribadah. Fisch et al (2003:2754)
menyimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual juga berpengaruh terhadap kualitas
hidup seseorang.
Dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman BG juga penting bagi
kekuatan psikis BG dalam menjalani masa depannya. BG mendapatkan kekuatan dan
motivasi yang besar melalui doa dan semangat yang disampaikan orang-orang
disekitar BG secara langsung. Pengetahuan dan pemahaman BG terhadap yang
dideritanya juga memiliki pengaruh terhadap penyakitnya. BG memiliki pengetahuan
cukup banyak mengenai penyakitnya, selain dari dokter, BG juga mencari informasi
lewat media internet. BG paham mengenai keadaannya dan mengerti apa yang harus
dilakukan untuk menangani penyakitnya. Pengertian yang benar terhadap penyakit
yang diderita, menjadikan BG tahu bagaimana harus melakukan pengobatan terbaik
untuk kesehatannya.
Andesson et all (Preedy and Watson,2010:1868) mengungkapkan kualitas
hidup yang baik sebagai keadaan fisik dan kesejahteraan psikososial individu yang
mampu melakukan kegiatan sehari-hari dan merasa puas dengan peran sehari-hari.
257
Indikator kesejahteraan turut mempengaruhi kualitas hidup BG. BG menjadi orang
yang memiliki ambisi untuk berprestasi dalam bidang pekerjaan. BG adalah seorang
wirausaha yang tangguh. Lewat usaha yang dirintis BG sejak tahun 2000 lalu, BG
sudah mampu membiayai kehidupannya sendiri bahkan membuka lapangan kerja
untuk banyak orang. Kebutuhan BG terhadap obat-obatan mengharuskan untuk
memiliki penghasilan tambahan. Sejauh ini BG membiayai pengobatannya sendiri dan
kadang di bantu keluarga.
258
Gambar 4.3. Dinamika Kualitas Hidup pada Subyek BG
4.5.9 Dinamika Psikologis Subyek BG
Ferris (2010:16) Kualitas hidup adalah produk interaksi antara kepribadian
individu yang terjadi terus menerus dalam episode peristiwa kehidupan. Banyak hal
yang mungkin dilalui seorang manusia dalam perjalanan hidupnya. Semua kejadian,
Kondisi Pasca Menderita Kanker• Mengeluh karena kelemahan fisik. • Mengalami ketakutan akan datangnya kematian, • Kekhawatiran akan masa depan • Merasa sedih dan terpukul dengan kenyataan yang dialami.
Aspek Kualitas Hidup
• Aspek Psikologis
Spiritualitas
Dukungan Sosial
Kesejahteraan Kualitas Hidup Positif
1. Aspek Fisik 2. Aspek Lingkungan
• Rutin minum obat dan menjaga kesehatannya • Bebas mengembangkan potensinya dengan berwirausaha
• Tidak jenuh dalam menjalani proses pengobatan • Lingkungan aman dan nyaman • Percaya diri tinggi • Menerima dan menyadari bahwa dirinya menderita kanker 4. Aspek Psikologis
3. Aspek Sosial • Bersyukur dengan keadaannya
• Memiliki banyak teman dan hubungan interpersonal baik • Tidak menyerah dengan keadaan • Hubungan dengan lawan jenisnya sangat baik • Merasa berharga bagi orang lain. • Orang tua dan orang disekitar memberi dukungan • Bahagia dan puas dengan hidupnya • Masih mampu bekerja dan ikut dalam acara bakti sosial • Rajin beribadah dan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan • Memiliki kesejahteraan dalam hidupnya.
• Menganggap hidupnya berkualitas.
SUBYEK BG
KUALITAS HIDUPFaktor yang mempengaruhi Kualitas Hidup
penderita kanker:
• pemahaman subyek terhadap penyakit yang dideritanya
259
baik atau buruk akan menuntut respon perilaku seseorang yang pada akhirnya akan
membentuk suatu kepribadian seseorang yang unik. Setiap orang pasti akan berusaha
melakukan yang terbaik untuk dirinya hingga mencapai pada suatu level aktualisasi
diri. Aktualisasi diri inilah yang sering disebut dengan hidup yang berkualitas
seseorang.
Kualitas sering diselaraskan dengan keadaan yang paling tinggi atau sangat
baik. Seseorang yang memiliki kualitas hidup sering diartikan bahwa orang tersebut
hidup dalam kondisi fisik yang sehat tanpa penyakit, sukses, merasakan kebahagiaan,
punya banyak relasi bahkan memiliki banyak uang. Hal ini menjadi pemikiran khusus
terhadap kualitas hidup seseorang dengan penyakit kronis. Kualitas hidup menjadi
ukuran standart kesehatan terutama untuk beberapa orang dengan penyakit kronis,
fungsional, psikologis dan penyakit yang tidak bisa disembuhkan (Preedy and Watson,
2010:382).
World Health Organization (1997:1) mendefinisikan secara umum kualitas
hidup sebagai persepsi individu dari posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks
budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dan kaitannya dengan tujuan, harapan,
standart dan kekhawatiran hidup. Setiap orang memiliki persepsi dan penilaian
masing-masing mengenai kualitas hidup, apakah hidupnya berkualitas atau tidak.
Seseorang dengan suatu penyakit akan membawanya pada suatu situasi yang tidak
menyenangkan. Penderitaan lama yang dirasakan seseorang akan mempengaruhi
psikis seorang penderita.
BG menunjukkan suatu hal yang berbeda. BG telah cukup lama bergumul
dengan penyakit kanker darah yang dideritanya. BG membutuhkan beberapa waktu
260
untuk menyesuaikan mentalnya dengan keadaan baru yang dialaminya, sampai pada
akhirnya BG percaya diri dan mampu menerima keadaan dirinya. BG tidak pernah
menyembunyikan keadaannya yang sebenarnya dari siapapun. BG berharap dengan
banyaknya orang yang tahu, BG akan mendapatkan doa dari banyak orang tersebut.
Preedy and Watson (2010:1754) Kualitas hidup didefinisikan kepuasan dalam
berbagai aspek kehidupan. BG puas dengan apa yang dimiliki dan pencapaiannya
sekarang, namun demikian BG masih merasa banyak hal yang harus BG lakukan. BG
mengucap syukur kepada Tuhan atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Bowling
(2004:9) mendeskripsikan kualitas hidup yang positif ditentukan bahwa mereka
memiliki pandangan psikologis yang positif dan memiliki kesejahteraan emosional.
BG memiliki penerimaan diri yang baik atas kondisi yang dialaminya. BG dapat
mengenali diri sendiri dan mampu beradaptasi dengan kondisi yang dialami saat ini.
BG mampu mengendalikan emosi dalam dirinya. BG bisa melawan ego dirinya untuk
tidak merepotkan orang lain.
Kualitas hidup BG dipengaruhi oleh penerimaan diri yang sangat baik terhadap
penyakit yang dideritanya. Hal ini erat kaitannya dengan spiritualitas BG. BG
menerima keadaan dirinya secara utuh dengan menganggap bahwa penyakitnya
merupakan takdir Tuhan. BG berusaha mensyukuri setiap karunia yang diberikan
Tuhan dan menjalani hidupnya dengan keikhlasan. Perubahan spiritual sangat
dirasakan BG antara sebelum dan sesudah BG menderita penyakit kanker. BG merasa
menjadi seseorang yang lebih baik dan lebih rajin beribadah. Fisch et al (2003:2754)
menyimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual juga berpengaruh terhadap kualitas
hidup seseorang.
261
BG memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik dan memiliki kemampuan
fisik untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan. BG terlihat seperti orang sehat
lainnya. BG menjaga kesehatannya dengan rajin minum obat dan makan makanan
sehat. BG mampu melakukan aktivitas seperti biasanya dan mampu menunjukkan
kinerja melalui pekerjaannya hingga saat ini. Penyakit yang di derita BG tidak
mempengaruhi hubungan sosial BG. BG memiliki banyak sekali teman, hubungan
sosial BG sangat baik, demikian halnya dengan hubungannya dengan lawan jenis.
Orang-orang disekitar BG mendukung dan memberi rasa aman kepadanya. Mereka
membuat BG merasa bahagia dan berharga bagi orang lain. BG juga memiliki rasa
empati kepada orang lain dengan membuka lapangan pekerjaan bagi teman-temannya.
BG senang terlibat dalam aktivitas sosial khususnya aktivitas rohani. BG rajin
beribadah dan barusaja menunaikan ibadah haji.
Faktor pengetahuan dan pemahaman terhadap penyakit BG juga
mempengaruhi kualitas hidup BG. BG tahu bagaimana cara merespon dan memiliki
kesadaran untuk menjaga kesehatannya sendiri. BG berada dalam kondisi keluarga
dengan ekonomi atas yang mampu memenuhi kebutuhan BG seluruhnya. Keadaan
keluarga yang tergolong kaya tidak membuat BG bergantung pada orang tuanya.
Andesson et all (Preedy and Watson,2010:1868) mengungkapkan kualitas hidup yang
baik sebagai keadaan fisik dan kesejahteraan psikososial individu yang mampu
melakukan kegiatan sehari-hari dan merasa puas dengan peran sehari-hari. Indikator
kesejahteraan turut mempengaruhi kualitas hidup BG.
BG menjadi orang yang memiliki ambisi untuk berprestasi dalam bidang
pekerjaan. BG adalah seorang wirausaha yang tangguh. Lewat usaha yang dirintis BG
262
sejak tahun 2000 lalu, BG sudah mampu membiayai kehidupannya sendiri bahkan
membuka lapangan kerja untuk banyak orang. Kebutuhan BG terhadap obat-obatan
mengharuskan untuk memiliki penghasilan tambahan. Sejauh ini BG membiayai
pengobatannya sendiri dan kadang di bantu keluarga. BG memiliki kesejahteraan
dalam hidupnya. BG menunjukkan kemandiriannya dengan berwirausaha. BG tinggal
dalam rumah yang berdampingan dengan tempat usahanya, lingkungan rumah BG
aman dan nyaman. Fasilitas yang dibutuhkan tersedia dengan yang baik. BG memiliki
kualitas hidup yang positif, jadi hal yang mempengaruhi kualitas hidup BG adalah
hubungan spiritualitas, dukungan sosial dan kesejahteraan BG dalam bidang
pekerjaannya.
263
Gambar 4.4. Dinamika Kualitas Hidup pada Penderita Kanker
4.5.10 Dinamika Kualitas Hidup Penderita Kanker Secara Umum Kanker adalah penyakit yang menurut kebanyakan orang belum ditemukan
obatnya. Penderitanya harus menghadapi penyakit yang memberi dampak tidak hanya
pada kesehatan fisik penderita tetapi juga pada keadaan jiwanya. Penderita kanker
Penderita Kanker
Kondisi Pasca Menderita Kanker • Mengeluh karena kelemahan fisik. • Mengalami ketakutan akan datangnya kematian • Kekhawatiran akan masa depan • Merasa sedih dan terpukul dengan kenyataan yang dialami.
Pemahaman akan Kualitas Hidup
• Kesehatan fisik dan mental yang baik • Mampu beraktivitas tanpa bantuan orang lain • Memiliki pandangan psikologis yang positif • Hubungan sosial baik • Tinggal di lingkungan memberi rasa aman • Berpartisipasi dalam kegiatan sosial • Memiliki kesejahteraan emosional • Memiliki penerimaan diri yang baik • Mampu beradaptasi dengan kondisi yang
dialami saat ini
• Kesehatan fisik dan mental yang buruk • Aktivitas harus di bantu orang lain • Memiliki pandangan psikologis yang negatif • Hubungan sosial buruk • Tinggal di lingkungan yang tidak aman • Tidak berpartisipasi dalam kegiatan social • Tidak memiliki kesejahteraan emosional • Penerimaan diri negatif • Tidak mampu beradaptasi dengan kondisi yang
dialami saat ini
Faktor yang mempengaruhi:
1. Faktor pengetahuan akan penyakit yang dideritanya
2. Faktor ekonomi
Aspek yang mempengaruhi :
1. Spiritualitas
2. Dukungan sosial
3. Kesejahteraan Pemahaman Kualitas Hidup yang Positif
Pemahaman Kualitas Hidup yang negatif
Pemilihan sikap yang positif Pemilihan sikap yang negatif
Pemaknaan terhadap kesakitan yang di alami
Memiliki Kualitas hidup positif
264
harus menghadapi kenyataan yang tidak pernah mereka inginkan di tengah harapan
hidup yang kecil. Penderitaan ini dapat menimbulkan rasa putus asa bahkan depresi
pada penderita kanker. Kanker disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, faktor
genetik atau keturunan, radiasi nuklir, pola hidup dan lingkungan. Faktor penyebab
kanker terbanyak adalah faktor keturunan dan pola hidup yang tidak sehat.
Pengobatan kanker tidak bisa dilakukan hanya sekali dan langsung sembuh.
Pengobatan kanker harus dijalani secara bertahap dan proses yang panjang. Efek
samping pengobatan kanker sangat menyakitkan bagi penderita, diantaranya
kerontokan rambut, rantrointestinal (muntah, diare), kelelahan fisik, infertile, dan
keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kondisi pasca menderita kanker
turut menambah penderitaan penderitanya. Rasa sakit yang dirasakan akibat penyakit
kanker merupakan hal yang harus dijalaninya setiap hari. Selain itu harapan hidup
yang kecil membuat seorang penderita kanker mengalami kecemasan akan masa depan
dan ketakutan menghadapi kematian yang seolah sudah didepan mata. Semangat hidup
seolah bertolak belakang dengan keterbatasan yang dialami penderita kanker. Keadaan
semacam itu akan mempengaruhi kualitas hidup pada penderita kanker. Penderita
kanker yang mampu menghadapi dan bangkit dari keterpurukan yang dialami akan
mendorongnya untuk memiliki hidup yang lebih berkualitas, begitu pula sebaliknya,
respon negatif dari seorang penderita kanker membuat kualitas hidupnya negatif.
Kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai keadaan dirinya pada aspek
fisik, psikologis, sosial dan lingkungan untuk mencapai kepuasan dalam hidupnya.
Kebaikan dalam segala aspek hidup dan kepuasan seseorang akan membawanya pada
hidup yang berkualitas. Kebaikan tersebut akan mendorong penderita kanker untuk
265
mencapai kehidupan yang berkualitas. Pengetahuan dan pemahaman penderita kanker
terhadap penyakitnya sangat mempengaruhi kualitas hidupnya, karena tanpa tahu
kondisinya dengan baik, penderita tidak tahu apa yang harus dilakukan atau apa yang
tidak boleh dilakukan untuk meningkatkan kesehatannya. Kualitas hidup erat
kaitannya dengan kesehatan fisik dan mental seseorang. Fisik dan mental yang baik
akan mengarah pada adanya penerimaan diri, citra tubuh yang baik, perasaan positif,
penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, kebahagiaan, spiritualitas yang baik,
kesejahteraan, dan hubungan interpersonal yang positif.
Faktor pendukung yang lain adalah faktor ekonomi. Perihal ekonomi tidak bisa
dipandang sebelah mata dalam pembentukan kualitas hidup seorang penderita kanker,
hal ini dikarenakan keadaan penyakitnya membutuhkan banyak biaya yang secara
langsung mengubah ekonomi keluarga penderita kanker. Pengobatan kanker yang
relatif mahal dan berlangsung lama menimbulkan kecemasan tersendiri bagi penderita
kanker.
Terdapat empat aspek yang menentukan apakah hidup seseorang berkualitas
atau tidak, antara lain aspek psikologis, aspek sosial, aspek, fisik dan aspek
lingkungan. Aspek yang dominan dalam pembentukan kualitas hidup penderita kanker
adalah aspek psikologis, meliputi spiritualitas, dukungan sosial dan kesejahteraan.
Faktanya, aspek psikologis memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan
kualitas hidup, subyek mendapatkan kekuatan dan merasa lebih sehat walaupun tanpa
obat, hal ini disebabkan karena adanya sugesti dalam diri individu tersebut untuk tetap
sehat tanpa obat. Hal ini erat kaitannya dengan kecerdasan spiritualitas seorang
individu. Hubungan manusia dengan Sang Pencipta dirasa merupakan hal yang paling
266
hakiki dalam aspek kehidupan. Kecerdasan spiritualitas dianggap sebagai kecerdasan
untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna hidup dan nilai yang akan
membawa dalam kehidupan yang bermakna (Zohar dan Marshall, 2000:4).
Kecerdasan spiritualitas menuntun subyek untuk memiliki penerimaan diri yang
sangat baik terhadap penyakitnya. Subyek mengalami peningkatan dalam hal spiritual
dibanding saat sebelum menderita kanker. Subyek lebih dekat dengan Tuhan dan tidak
menyalahkan Tuhan karena keadaanya, melainkan menganggap apa yang terjadi
padanya sebagai sebuah anugerah dari Tuhan.
Indikator kedua yang mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker adalah
dukungan sosial. Dukungan dari orang terdekat sangat penting dan berpengaruh
terhadap kesembuhan seorang penderita kanker dalam mengurangi tingkat stres dan
depresi (Taylor,1991:244-246). Dukungan sosial dari orang-orang disekitar subyek
memberi motivasi dan semangat yang besar bagi subyek untuk sembuh dan kuat
menjalani hidup. Rasa cinta, rasa aman dan nyaman yang didapatkan oleh subyek pada
akhirnya memberikan kesejahteraan yang juga menentukan kualitas hidup penderita
kanker.
Indikator ketiga adalah kesejahteraan. Setiap orang pasti menginginkan
hidupnya sejahtera. Usaha kesejahteraan sosial adalah usaha yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia kearah kehidupan sosial yang lebih baik.
Peningkatan kualitas hidup itu sendiri dapat dilakukan melalui kehidupan keluarga,
kesehatan, kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial (social
adjustment), pemanfaatan waktu luang, standart hidup maupun relasi sosial
(Rukminto,1994:11). Indikator-indikator satu dengan yang lain saling berkaitan dalam
267
membentuk kualitas hidup seseorang, khususnya pada penderita kanker. Penderita
kanker yang merasakan kesejahteraan, misalnya dalam kesehatan, mereka akan tetap
mampu beraktivitas secara maksimal, memiliki kemandirian dan menunjukkan
prestasinya.
Kondisi pasca menderita kanker akan mempengaruhi kondisi subyek secara
fisik dan mental yang akan mempengaruhi kualitas hidupnya. Faktor pengetahuan dan
pemahaman subyek terhadap penyakit yang sedang dideritanya sangat penting untuk
menjadi acuan menjaga kesehatannya. Pemahaman kualitas hidup yang positif akan
menentukan sikap subyek selanjutnya, hal ini dipengaruhi oleh penerimaan diri yang
baik, citra tubuh positif, perasaan positif, kebahagiaan, harga diri, hubungan sosial,
lingkungan dan spiritualitas subyek.
Saat penderita kanker memiliki kualitas hidup yang positif dalam hidupnya
maka sikap yang akan ditunjukkan oleh penderita adalah sikap-sikap positif. Mereka
akan menerima dan beradaptasi dengan keadaannya serta berusaha untuk bertahan dan
terus berjuang dalam mengusahakan kehidupan yang lebih baik. Mereka mungkin
pernah merasa terpuruk dalam kondisi penyakit yang dideritanya, tetapi pemahaman
kualitas hidup yang positif akan memacu mereka untuk tetap bisa mengaktualisasi
dirinya, penderita kanker tidak menyerah dengan keterbatasan dirinya.
Kondisi lingkungan yang baik turut mendukung kualitas hidup seorang
penderita kanker. Hubungan sosial yang baik dan dukungan sosial yang diterima
penderita dari orang-orang terdekat akan sangat berdampak positif pada kesehatan
penderita kanker. Sikap dan pandangan positif dari penderita kanker akan
menghilangkan respon-respon negatif yang muncul seiring adanya kelemahan yang
268
dialaminya sehingga ada kesejahteraan emosional dalam diri penderita kanker.
Terpenuhinya segala aspek kehidupan pada akhirnya akan memberikan kualitas hidup
pada diri individu, khususnya penderita kanker.
Berdasarkan penelitian ini, pemahaman akan aspek-aspek kualitas hidup tidak
hanya melahirkan sikap-sikap positif tetapi juga perubahan pandangan subyek
terhadap hal-hal yang dialaminya. Penderitaan yang dialami seorang penderita kanker
dipahami sebagai proses pendewasan pribadi. Ada perubahan pribadi ke arah yang
positif yang dialami penderita kanker dalam perjuangannya untuk bertahan hidup.
269
DAFTAR PUSTAKA
Akechi, T., Okamura,H., Yamasaki,S.,Uchitomi,Y. 1998. Predictor of Patientes’ Mental Adjustment to Cancer: Patient Characteristics And Social Support. British Journal of Cancer.16/12:2381-2385.
Arkoff, A. 1976. Psychology And Personal Growth. Boston: Allyn and Bacon. Basuki, H. 2006. Penelitian Kualitatif. Depok : Gunadarma Barakat, L.P., Marmer,P.G., Schwartz,L.A. 2010. Quality of Life of
Adolesescent With Cancer: Family Risks and Resources. Health and Quality Outcomes. 8/1: 1-8
Bowling, A. 2005. Measuring Health : A Review of Quality of Life Measurement
Scales. New York : Bell & Bain Ltd. Brain Tumor. Online at http://www.cancerhelps.com/brain-tumor-treatment.htm [accessed 17/09/11]
Buston, M.N. 2007. Epidemologi Penyakit Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cella, D.1998. Factor Influence Quality of Life in Cancer
Patients: Anemia and Fatigue. Annals of Oncology. 25/6:1 ______,D., Dobrez.D., Glaspy,J.. 2003. Control of Cancer-Related Anemia With
Erythropoietic Agents: A Review of Evidance for Improved Quality of Life And Clinical Outcomes. Annals of Oncology. 15/1:511-519.
Chaplin,C.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Corwin, J. 1997. Buku Saku Patofisiologi (Handbook of Pathophysiology). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2010. Profil Kesehatan 2009. Semarang
Ensiklopedi Nasional Indonesia. 1990. 1th ed., VIII. Jakarta: PT Rineka Cipta. Pp. 122
Eriany, P. 1998. Manual Tes Grafis (Psikodiagnostik IV). Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata Ferris, A.L. 2010. Approaches to Improving the Quality of Life. Online.
Available at http://library.nu/search?q=Quality%20of%20life&page=2[accessed 7/10/11]
Fisch, M.J., Titzer,M.L., Kristeller, J.L. 2003. Assessment of Quality of Life in
270
Outpatients With Advanced Cancer: The Accuracy of Clinician Estimations and the Relevance of Spiritual Well-Being- A Hoosier Oncology Group Study. Journal of Clinical Oncology. Vol 21. 15/9. 2754-2759
Godam64. (n.d) Tujuan Nasional Bangsa Indonesia Dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945-Kehendak Dalam Mengisi kemerdekaan RI – PMP dan PPKN.Onlineathttp://organisasi.org [accessed 15/09/11]
Gotay, C.C. and Muraoka, M.Y. 1998. Quality of Life in Long-Term Survivors of Adult-onset Cancers. Journal The National Cancer Institute. Vol 90:6/5:656-664.
Green, L.W., and Kreuter, M.W. 1991. Health Promotion Planning :
An Educational and Environmental Approach. United State of America: Mayfield Publishing Company.
Jika Tidak Dikendalikan 26 Juta orang di Dunia Menderita Kanker. Online at http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1060-jika-tidak-dikendalikan-26-juta-orang-di-dunia-menderita-kanker-.html.[accessed 15/09/11]
Kanker Payudara. Online at http://id.wikipedia.org/wiki/kanker_payudara. [accessed 21/02/12]
Karoly, P. (ed). 1985. Measurement Strategies In Health Psychology. Canada:
John Wiley & Sons, Inc. Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab Kematian Terbanyak di Indonesia.Online
at http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1637-penyakit-tidak-menular-ptm-penyebab-kematian-terbanyak-di-indonesia.html. [accessed 15/09/11]
Kesehatan. Online at http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan [accessed 15/09/11]
Kiple, K.F. (ed). 2003. The Cambridge Dictionary of Disease. New York: Cambridge University Press.
Larasati. 2009. Kualitas Hidup Pada Wanita yang Sudah Memasuki Masa
Menopouse. Skripsi Universitas Gunadarma. Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Revised Ed.).Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset. Mosteller, F., J. and Falotico, J.. 1989. Quality of Life and Technology
Assessment. Online. Available at http://library.nu/search?q=Quality%20of%20life&page=2[accessed 7/10/11]
271
Poerwandari, K. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. (Revised Ed.). Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas indonesia.
Preedy ,V.R., and Watson,R.R. 2010. Handbook of Desease Burdens and Quality of Life Measure.Online. Available at www. http://library.nu/search?q=Quality%20of%20life&page=2[accessed 7/10/11]
Rahayu, I.T., dan Ardiani,T.A. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia.
Rukminto, I. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Saba, Hussain. I. (n.d) Anemia of Cancer: Direct Effects of the Neoplasm. Online
http://www.moffitt.org/moffittapps/ccj/v5ns/article1.html [accessed 06/11/11] Salim, A. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana. Santrock. 2005. Adolescence-10th ed. New York : McGraw-Hill. _______. 2007. Remaja. Bandung: Erlangga. Sarafino, E.P. 1990. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. United
State of America: John Wiley & Sons, Inc. __________. 2008. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions ( 6th
Ed).United State of America: John Wiley & Sons, Inc. Saxton,J. and Daley,A. 2010. Exercise and Cancer Survivorship: Impact
on Health Outcomes and Quality of Life.Online. Available at http://library.nu/search?q=Quality%20of%20life&page=2 [accessed 7/10/11]
Sibuea, H.W., Panggabean,M.W., Gultom,S.P. 2005. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Silitonga. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Penderita
Penyakit Parkinson di Poliklinik Saraf RS DR Kariadi. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.
Smet, B.1993. Psikologi Kesehatan. Semarang: Universitas Katholik
Soegijapranata.
272
Tambayong, J. 1999. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Taylor, S.E. 1991. Health Psychology (2nd Edition). USA: Palatino. Widiyanto, S.P. 2007. Strategi Peningkatan Kualitas Hidup Manusia di Indonesia. Online at http://perpustakaan.uns.ac.id/jurnal [accessed 15/09/11] 25/7:1-13.
Wijaya, Adi. 2009. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis dan Mengalami Depresi. Tesis Universitas Indonesia.
World Health Organization. (1997). WHOQOL: Measuring Quality of Life. Online. Available athttp://www.who.int/mental_health/media/68.pdf [accessed 06/11/11]
Zohar ,D., dan Marshall,I. 2000. SQ : Memanfaatkan Kecerdasan Spiritusl dalam
Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: PT Mizan Pustaka.
273
PEDOMAN WAWANCARA
(Informan Utama)
I. IDENTITAS SUBJEK PENELITIAN
Nama Informan :
Usia :
Status pernikahan :
Alamat :
Pekerjaan :
Kode Informan :
Interviewer / Peneliti :
Tempat Interview :
Waktu Interview :
II. DAFTAR AITEM PERTANYAAN DALAM PENELITIAN
II.1 Latar Belakang
1. Siapakah nama anda?
2. Berapa usia anda? Tempat/tanggal lahir?
3. Apakah anda sudah menikah?
4. (Jika sudah) apakah anda memiliki anak?
5. Berapa anak anda?
6. Apa pekerjaan istri/suami anda?
7. (Jika belum) apakah anda tinggal bersama keluarga?
8. Dimana anda tinggal?
9. Apakah pendidikan anda?
10. Apakah pekerjaan anda?
II.2 Riwayat menderita Kanker
1. Bagaimana keadaan kesehatan anda?
2. Bagaimana awalnya anda terkena kanker?
3. Apakah ada riwayat anggota keluarga yang terkena kanker?
4. Kapan pertama kali anda tahu bahwa anda mengidap kanker?
274
5. Bagaimana status penyakit anda sekarang?
6. Sudah berapa lama anda menderita kanker?
7. Gejala apa yang sering muncul karena penyakit kanker tersebut?
8. Apakah penyakit kanker tersebut mengganggu kegiatan sehari-hari anda?
II.3 Aspek Fisik
1. Apakah setiap bangun pagi anda merasa mempunyai tenaga untuk menjalani
hari?
2. Apakah anda mampu menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan dengan tuntas?
3. Apakah anda tetap dalam keadaan segar dalam menjalani hari?
4. Apakah anda tetap melakukan kegiatan seperti sebelum anda terkena kanker?
5. Apakah anda merasa sebagai orang yang sedang sakit?
6. Apakah anda merasa tidak nyaman dengan penyakit yang sedang anda alami?
7. Apakah anda merasa gelisah terhadap penyakit tersebut?
8. Hal apa yang membuat anda gelisah?
9. Kegelisahan seperti apa yang anda rasakan?
10. Bagaimana kondisi anda setelah menjalani pengobatan?
11. Bagaimana perasaan anda setelah menjalani pengobatan?
12. Apakah anda merasa lemah setelah menjalani pengobatan?
13. Apakah anda merasa sedih setelah menjalani pengobatan?
14. Apakah anda pernah merasa jenuh dengan pengobatan tersebut?
15. Apakah anda pernah merasa putus asa?
16. Apakah anda merasa puas dengan pengobatan yang sudah anda jalani?
II.4 Citra tubuh dan penampilan (Body image and performance)
1. Bagaimana anda menilai diri anda sendri?
2. Apakah anda percaya diri dengan keadaan anda sekarang?
3. Kepercayaan diri seperti apa yang anda perlihatkan kepada orang lain?
4. Apakah anda puas dengan gambaran diri anda?
275
II.5 Penerimaan Diri
1. Apa yang anda katakan pada orang lain mengenai diri anda?
2. Apakah anda sudah dapat menerima keadaan anda?
3. Bagaimana
II.6 Pertanyaan tentang kualitas hidup secara utuh
1. Menurut anda, apakah yang dimaksud dengan hidup yang berkualitas?
2. Menurut anda, bagaimana kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup?
3. Apa alasan anda mengatakan bahwa hidup anda berkualitas?
4. Apakah anda termasuk seseorang dengan kualitas hidup yang positif?
5. Apa yang terpenting dalam hidup anda? Mengapa?
6. Apakah anda sudah melakukan yang terbaik untuk hidup anda?
7. Apakah anda puas dengan hidup anda saat ini?
8. Apa yang membuat anda bertahan dalam keadaan ini?
9. Apa yang menjadi dorongan utama bagi anda untuk sembuh?
10. Bagaimana cara anda untuk melalui hari-hari anda dengan kuat walaupun
dengan penyakit kanker?
11. Apa yang membuat anda tetap mempunyai harapan untuk sembuh?
12. Pernahkah anda merasa hopeless?
13. Apa yang anda lakukan saat anda merasa tidak lagi punya harapan?
14. Apa yang menjadi keyakinan anda untuk dapat melewati semua ini?
15. Apa saja perbedaan yang anda rasakan sebelum dan sesudah mengetahui
bahwa anda mengidap kanker?
16. Apakah arti hidup menurut anda?
17. Bagaimana anda melihat hidup anda?
18. Hal apa yang menjadi kekhawatiran anda dalam hidup?
19. Apakah anda memiliki harapan untuk masa depan anda? Jelaskan!
20. Apakah yang menjadi tujuan hidup anda dalam hidup ini?
21. Apakah tujuan hidup anda telah tercapai?
276
II.7 Fungsi kognitif (Cognitive Function)
1. Bagaimana anda menilai diri anda?
2. Apakah anda merasa diri anda tidak berguna? Mengapa demikian?
3. Apakah anda yakin terhadap kemampuan yang anda miliki?
4. Apakah anda pernah berfikir tentang kematian dalam waktu dekat?
5. Apa yang anda pikirkan tentang hal tersebut?
6. Apakah anda pernah berfikir bahwa hidup anda akan merepotkan orang lain?
7. Hal terbesar apa yang menjadi ketakutan anda?
II.8 Perasaan positif(Positive feelings)
1. Apakah anda bersyukur atas apa yang anda alami saat ini?
2. Apakah anda pernah mengeluh terhadap keadaan anda sekarang?
3. Apakah anda merasa tertekan dengan keadaan ini?
4. Bagaimana anda menyikapi rasa tersebut?
5. Apakah anda pernah merasa stres? Depresi? Takut?
6. Hal apa yang menyebabkan itu terjadi?
7. Apa anda pernah merasa putus asa?
8. Apakah anda pernah merasa ingin bunuh diri?
9. Bagaimana anda bisa bangkit dari keadaan tersebut?
10. Bagaimana anda menanggapi kejadian buruk yang menimpa anda?
11. Bagaimana motivasi hidup anda sekarang setelah menderita?
12. Apa yang anda lakukan jika ada orang lain menyakiti atau berbuat tidak baik
pada anda?
13. Apa yang akan anda lakukan jika anda gagal dalam melakukan suatu hal?
14. Apakah ada perubahan tujuan hidup anda sebelum dan sesudah di diagnosis
kanker ?
15. Apakah anda sudah puas dengan hidup anda? Mengapa?
16. Hal apa yang menjadi einginan atau harapan anda?
II.9 Harga diri (Self Esteem)
1. Bagaimana pandangan anda tentang harga diri?
277
2. Apakah anda merasa aman dengan diri anda?
3. Apakah anda merasa berharga?
4. Apakah anda merasa mampu untuk menjalani proses hidup?
5. Apakah anda merasa lingkungan menerima anda dengan penyakit kanker
tersebut?
6. Apakah anda mendapatkan perhatian dari lingkungan sekitar ?
7. Apakah anda merasakan cinta dalam lingkungan sekitar ?
8. Apakah anda merasa bisa mengendalikan diri anda sendiri dan orang lain?
9. Apakah anda berusaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (dalam
berprestasi atau mencapai kesembuhan fisik)?
II.10 Hubungan interpersonal
a. Hubungan dan dukungan sosial keluarga
1. Apakah anda merasa nyaman tinggal bersama keluarga anda?
2. Hal apa yang paing anda syukuri dalam keluarga?
3. Apakah anda mengasihi / menyayangi mereka?
4. Apakah anda sering mengadakan rekreasi dengan keluarga / teman-teman
anda?
5. Apa yang biasa anda lakukan saat bersama keluarga?
6. Kapan biasanya anda menikmati waktu bersama?
7. Apakah anda dekat dengan keluarga (suami, anak, anggota keluarga lain)?
Siapakah anggota keluarga yang paling dekat dengan anda?
8. Apakah anggota keluarga anda (suami, anak, anggota keluarga lain)
mengetahui bahwa anda menderita kanker?
9. Bagaimana reaksi keluarga saat pertama kali tau bahwa anda didiagnosis
kanker?
10. Apakah anggota keluarga (suami, anak, anggota keluarga lain) anda
memberikan support / dukungan kepada anda dalam menjalani hidup?
11. Seberapa sering anggota keluarga (suami, anak, anggota keluarga lain) anda
memberikan dukungan?
12. Dukungan seperti apa yang anggota keluarga (suami, anak, anggota keluarga
lain) anda berikan?
278
13. Apakah anda saling membantu dengan anggota keluarga (suami, anak,
anggota keluarga lain)? Bantuan dalam hal apa?
14. Apakah keluarga anda menemani dan turut merawat anda saat menjalani
pengobatan?
b. Hubungan dan dukungan sosial orang terdekat selain keluarga
1. Apakah anda memiliki sahabat?
2. Apakah anda sering bertemu dengan sahabat anda?
3. Apakah anda mengasihi / menyayangi sahabat anda?
4. Kepada siapa biasanya anda mencurahkan isi hati anda?
5. Apakah sahabat anda tahu bahwa anda mengidap penyakit kanker?
6. Apakah sahabat anda memberikan support / dukungan kepada anda dalam
menjalani hidup?
7. Seberapa sering sahabat anda memberikan dukungan?
8. Dukungan seperti apa yang sahabat anda berikan?
9. Apakah anda saling membantu dengan sahabat? Bantuan dalam hal apa?
c. Hubungan dan dukungan sosial teman-teman / masyarakat
1. Apakah teman-teman anda (juga tetangga) mengetahui jika anda menderita
kanker?
1. Apakah anda mengasihi / menyayangi keluarga teman-teman anda (juga
tetangga)?
2. Apakah teman-teman (juga tetangga) anda memberikan support / dukungan
kepada anda dalam menjalani hidup?
3. Seberapa sering teman-teman (juga tetangga) anda memberikan dukungan?
4. Dukungan seperti apa yang teman-teman (juga tetangga) anda berikan?
5. Apakah anda saling membantu dengan teman-teman (juga tetangga)? Bantuan
dalam hal apa?
6. Bagaimana masyarakat sekitar anda memperlakukan anda?
7. Bagaimana perasaan anda bila berada pada lingkungan baru?
8. Apakah anda senang bersosialisasi?
10. Apakah penyakit yang sedang anda alami mempengaruhi hubungan anda
dengan orang lain?
279
11. Apakah anda merasa dijauhi orang-orang karena anda menderita penyakit
kanker? Jika ya, mengapa?
12. Apakah anda merasa ada diskriminasi dengan status penyakit anda?
13. Bagaimana sikap anda jika ada orang lain yang mengadakan diskriminasi
terhadap penderita kanker?
14. Seberapa besar pengaruh orang lain di kehidupan anda?
II.11 Partisipasi dalam kegiatan sosial
1. Apakah anda suka bersosialisasi?
2. Kegiatan sosial apa saja yang anda ikuti?
3. Bidang apa yang menjadi minat anda dalam bersosialisasi?
4. Apakah anda merasa nyaman dan puas bersosialisasi dengan orang lain?
II.12 Lingkungan rumah dan keamanan fisik
1. Apakah anda merasa nyaman berada dalam lingkungan rumah dan
masyarakat?
2. Apakah ada pencemaran atau kebisingan di lingkungan rumah?
3. Apakah lingkungan rumah anda aman?
II.13 Kebahagiaan
1. Menurut anda, apa arti kesuksesan?
2. Apakah anda merasa telah mencapai kesuksesan dalam hidup?
3. Menurut anda, kesuksesan anda sekarang karena orang lain atau diri anda
sendiri?
4. Apakah arti kebahagiaan menurut anda?
5. Apakah anda merasa bahagia / tidak bahagia?
6. Hal apa yang membuat anda bahagia / tidak bahagia?
7. Apakah anda merasa bahagia dengan keadaan anda sekarang?
II.14 Spiritualitas
1. Bagaimana kedekatan anda dengan Tuhan?Apakah menurut anda kedekatan
anda dengan Tuhan dapat mempengaruhi hidup anda?
2. Apakah arti hidup menurut anda?
3. Bagaimana melihat hidup anda?
4. Hal apa yang menjadi kekhawatiran anda dalam hidup?
280
5. Apakah anda merasa hanya Tuhan yang mampu menolong anda?
6. Apakah anda merasa Tuhan selalu ada untuk menolong anda?
7. Apakah anda merasa dalam keadaan apapun anda tetap dekat dengan Tuhan?
8. Apakah penyakit kanker ini adalah ujian dalam hidup dan keimanan anda?
9. Apakah anda memiliki harapan untuk masa depan anda? Jelaskan!
10. Apakah yang menjadi tujuan hidup anda dalam hidup ini?
11. Apakah tujuan hidup anda telah tercapai?
12. Apakah anda taat menjalani kewajiban ibadah?
II.15 Persepsi individu terhadap kualitas hidup
a. Budaya
1. Apakah lingkungansekitar memberikan dukungan kepada anda?
2. Apakah anda nyaman berada dalam lingkungan sosial dimana anda berada
(rumah, tempat pekerjaan, masyarakat)?
3. Bagaimana pendapat anda tentang lingkungan sekitar anda?
4. Apakah lingkungan dimana anda berada bersikap skeptis terhadap penderita
kanker?
5. Apa bentuk sikap skeptis tersebut?
b. Filsafat hidup
1. Apa yang membuat anda bertahan dalam keadaan ini?
2. Apa yang menjadi dorongan utama bagi anda untuk sembuh?
3. Bagaimana cara anda untuk melalui hari-hari anda dengan kuat walaupun
dengan penyakit kanker?
4. Apa yang membuat anda tetap mempunyai harapan untuk sembuh?
5. Pernahkah anda merasa hopeless?
6. Apa yang anda lakukan saat anda merasa tidak lagi punya harapan?
7. Apa yang menjadi keyakinan anda untuk dapat melewati semua ini?
8. Apa yang terpenting dalam hidup anda? Mengapa?
9. Apakah anda sudah melakukan yang terbaik untuk hidup anda?
10. Apakah anda puas dengan hidup anda saat ini?
281
c. Konteks politik
1. Menurut anda, apakah pemerintah sudah menyediakan pelayanan kesehatan
yang memadai untuk para pasien kanker?
2. Apakah anda pernah mengalami kesulitan dalam proses pengobatan?
3. Bagaimana seharusnya sikap pemerintah terhadap para pasien kanker?
4. Apakah anda sudah merasa mendapat perhatian dari pemerintah?
5. Hal apa yang anda harapkan dari pemerintah bagi para penderita kanker?
282
PEDOMAN WAWANCARA
Informan Pendukung
I. IDENTITAS SUBJEK PENELITIAN
Nama Informan :
Usia :
Status pernikahan :
Alamat :
Pekerjaan :
Kode Informan :
Interviewer / Peneliti :
Tempat Interview :
Waktu Interview :
II. DAFTAR AITEM PERTANYAAN DALAM PENELITIAN
II.1 Latar belakang Informan Ahli
1. Siapakah nama anda?
2. Berapa usia anda? Tempat/tanggal lahir?
3. Status dalam keluarga?
4. Status pernikahan?
5. Dimana anda tinggal?
6. Apakah pekerjaan anda?
7. Apakah pendidikan terakhir anda?
II.2 Riwayat menderita Kanker
9. Bagaimana keadaan kesehatan subjek ?
10. Bagaimana awalnya subjek terkena kanker?
11. Bagaimana perasaan anda mengetahui hal itu?
12. Apakah ada riwayat anggota keluarga subjek yang terkena kanker?
Apakah faktor keturunan dapat menyebabkan penyakit kanker?
13. Kapan pertama kali subjek memeriksakan keadaannya?
14. Bagaimana status penyakit subjek sekarang?
283
15. Sudah berapa lama subjek menderita kanker?
16. Gejala apa yang sering muncul pada subyek?
II.3 Keadaan ekonomi
1. Bagaimana ekonomi keluarga anda sekarang?
2. Apakah pekerjaan orang tua anda?
3. Apakah pekerjaan anda sekarang?
4. Apa jabatan pekerjaan anda?
5. Sudah berapa lama anda bekerja?
6. Apa tugas dalam pekerjaan anda?
7. Apakah anda nyaman dan mencintai dengan pekerjaan anda?
8. Apa yang membuat anda nyaman dengan pekerjaan anda?
9. Apakah anda pernah berfikir untuk pindah bekerja ke tempat yang lain?
Alasan?
10. Berapa penghasilan anda setiap bulannya?
11. Apakah penghasilan anda cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari?
12. Apakah penghasilan anda mencukupi untuk biaya pengobatan?
13. Apakah terdapat perbedaan keadaan ekonomi anda sebelum dan sesudah
menjalani pengobatan kanker? Jika berbeda, bagaimana anda mengelolanya?
14. Apakah anda puas dengan pekerjaan dan penghasilan anda sekarang?
15. Apakah tempat pekerjaan anda mendukung dalam upaya pengobatan anda?
Dukungan dalam bentuk apa?
16. Adakah toleransi dari tempat pekerjaan anda untuk mengajukan ijin setiap akan
menjalani proses pengobatan?
II.4 Pertanyaan tentang kualitas hidup secara utuh
1. Bagaimana semangat subjek untuk menjalani hidup dengan statusnya sebagai
penderita kanker?
2. Menurut anda, bagaimana kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup?
3. Menurut anda hal apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
seseorang?
4. Apakah subyek termasuk seseorang dengan kualitas hidup yang positif?
5. Menurut anda bagaimana kualitas hidup subjek ?
284
6. Apakah subjek mempunyai perasaan positif? Apakah hubungan sosial
mempengaruhi kualitas hidupnya?
II.5 Pendidikan dan pengetahuan
1. Menurut dokter apakah pendidikan dan pengetahuan subyek mengenai
penyakitnya akan mempengaruhi kualitas hidup pasien?
II.6 Respon terhadap toksisitas pengobatan dan perawatan
1. Proses pengobatan apa saja yang sudah subjek jalani sampai saat ini?
2. Bagaimana status penyakit subjek saat ini?
3. Apakah subjek rutin menjalani pengobatan?
4. Bagaimana keadaan psikologis pasien setelah menjalani pengobatan? Apakah
itu berpengaruh pada kualitas hidupnya?
5. Bagaimana kualitas hidup pasien kanker?
6. Apakah pengobatan penyakit kanker mempengaruhi hubungan sosial subjek
dengan keluarga atau orang terdekatnya?
II.7 Hubungan interpersonal
d. Hubungan dan dukungan sosial keluarga
1. Apakah anggota keluarga anda (suami, anak, anggota keluarga lain)
mengetahui bahwa anda menderita kanker?
2. Apakah keluarga anda menemani dan turut merawat anda saat menjalani
pengobatan?
285
PEDOMAN WAWANCARA
Informan Ahli
I. IDENTITAS SUBJEK PENELITIAN
Nama Informan :
Usia :
Status pernikahan :
Alamat :
Pekerjaan :
Kode Informan :
Interviewer / Peneliti :
Tempat Interview :
Waktu Interview :
II. Latar belakang Informan Ahli
II.1 Identitas diri
1. Siapakah nama anda?
2. Berapa usia anda? Tempat/tanggal lahir?
3. Status dalam keluarga?
4. Status pernikahan?
5. Dimana anda tinggal?
6. Apakah pekerjaan anda?
7. Apakah pendidikan terakhir anda?
II.2 Riwayat menderita Kanker
1. Bagaimana keadaan kesehatan subjek ?
2. Bagaimana awalnya subjek terkena kanker?
3. Apakah faktor yang menyebabkan penyakit kanker?
4. Bagaimana status penyakit subjek sekarang?
5. Gejala apa yang sering muncul pada pasien penyakit kanker?
286
II.3 Pertanyaan tentang kualitas hidup secara utuh
1. Menurut anda apakah definisi dari kualitas hidup?
2. Menurut anda, bagaimana kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup?
3. Menurut anda hal apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang?
4. Menurut anda bagaimana kualitas hidup subjek ?
5. Apakah subyek termasuk seseorang dengan kualitas hidup yang positif?
287
CATATAN LAPANGAN HASIL OBSERVASI
1. Hasil Observasi Penelitian Subyek Pertama (Subyek JT)
f. Kondisi umum
JT memiliki cirri-ciri fisik dengan kulit sawo matang dan memiki postur tubuh
pendek gemuk. Tinggi badan subyek sekitar 156 cm dengan berat badan 55 kg. JT
memiliki rambut pendek yang diwarnai dengan warna cokelat dan mata yang sayu.
Penampilan subyek secara keseluruhan tergolong menarik dan rapi. Kesan pertama
yang terlihat saat bertemu subyek adalah subyek terlihat sangat memperhatikan
penampilan dengan cara berdandan saat akan melakukan kegiatan di luar rumah. JT
juga gemar memakai aksesoris kesukaannya untuk melengkapi penampilannya agar
semakin terlihat menarik.
JT terlihat sehat dan baik-baik saja walaupun terkadang terlihat wajah pucat di
mata dan bibir JT. JT masih bisa beraktivitas secara mandiri, subyek mengendarai
sepeda motor sendiri untuk menuju ke kampus, karena jarak antara kos dan kampus JT
cukup dekat. JT sangat menjaga kesehatan dirinya. JT kadang melakukan olah raga
setiap sore hari dan menjaga pola makan karena sedang menjalani program diet untuk
menstabilkan gula darahnya.
g. Aktivitas
Aktivitas keseharian JT lebih banyak dilakukan di kampus dan kos JT.
Aktivitas JT di kampus berkisar pada kuliah dan aktivitas organisasi kampus yang JT
ikuti. JT tengah menempuh semester tujuh yang mengharuskannya menyelesaikan
banyak tugas. JT baru saja selesai menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten
Kendal. Kegiatan lain JT setelah selesai kuliah biasanya bergaul dengan teman-teman
atau istirahat di kos.
JT dikenal teman-temannya sebagai seorang gadis yang supel dan ramah. JT
terkenal baik dan suka menolong teman-temannya. Hanya beberapa dari teman JT
yang mengetahui bahwa JT adalah penderita kanker. Menurut teman yang mengetahui
keadaan JT, JT tidak pernah menunjukkan bahwa dirinya sedang sakit. JT berusaha
untuk tetap terlihat sehat dan segar setiap saat. Penyakit JT kadang mengganggu
aktivitas keseharian JT, JT sering tiba-tiba pingsan dan kejang saat sedang beraktivitas
288
di kampus. Hal ini tidak jarang mengundang kekhawatiran dari teman-teman JT.
h. Dinamika psikologis
JT termasuk orang yang senang bercerita hal ini terlihat dari proses
wawancara. Saat wawancara berlangsung JT dengan antusias berbagi cerita tentang
perasaan dan keadaan hatinya. Hal ini menunjukkan bahwa JT adalah seseorang yang
memiliki kepercayaan diri tinggi. JT menjelaskan dengan detail dan terus terang tanpa
terlihat takut dalam menghadapi penyakitnya. JT termasuk orang yang introvert
karena JT tidak menceritakan keadaannya kepada semua orang, JT lebih suka
menghadapi sendiri masalah yang sedang dihadapinya.
JT terlihat santai dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dalam proses
wawancara. JT terlihat nyaman dan percaya diri dengan keadaannya. JT menceritakan
semua isi hatinya sangat ekspresif, JT terlihat bangga dengan dirinya sendiri. JT
terlihat sudah bisa menerima keadaan dirinya dengan apa adanya. JT menjalani
hidupnya dengan bersemangat dan lebih peduli dengan orang lain.
i. Interaksi
Satu tahun terakhir ini, JT tinggal di kos untuk lebih dekat dengan kampusnya.
JT sangat senang bersosialisasi dengan banyak orang. Keseharian JT, selain
dihabiskan di kampus, JT banyak menghabiskan waktu di kos. JT memiliki interaksi
yang sangat baik dengan teman-temannya. Teman JT sering mengunjungi kamar JT
untuk sekedar berbincang atau menemani JT tidur. JT dikenal baik oleh semua teman-
teman JT. JT termasuk orang yang memiliki selera humor yang tinggi dan suka
menolong temannya. Teman-teman JT memiliki kepedulian terhadap keadaan JT,
walaupun mereka tidak terlalu tahu tentang penyakit JT. Kejadian JT yang sering
pingsan di kampus membuat teman-temannya perhatian kepada JT. Interaksi JT dalam
keluarga terlihat kurang akrab. Sesekali JT menghabiskan waktu membantu ibunya
memasak di dapur. JT terlihat cukup dekat dengan ibunya. Ayah JT hanya berada di
rumah saat malam hari sedangkan kakak JT datang setiap akhir pekan.
j. Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan JT sangat nyaman, keadaan rumah dan kos JT terlihat aman dan
terjaga kebersihannya. JT terlihat nyaman tinggal di kos. Kos JT terletak dalam
lingkungan masyarakat yang tenang dan dalam lingkungan perumahan yang cukup
289
elite. Kos JT menyediakan fasilitas yang cukup baik untuk menunjang kegiatan sehari-
hari JT.
2. Hasil Observasi Subyek Penelitian Subyek Kedua (Subyek RM)
f. Kondisi umum subyek penelitian
Subyek RM memiliki ciri-ciri fisik dengan berkulit sawo matang dan bertubuh
tinggi gemuk. RM memiliki tinggi badan sekitar 165 cm. RM memiliki rambut pendek
ikal yang tumbuh setelah beberapa waktu lalu kemoterapi membuat semua rambutnya
rontok. Penampilan RM secara keseluruhan selalu tampil rapi. RM selalu berdandan
saat bekerja. Penampilan bersih dan rapi nampak dalam setiap pertemuan wawancara.
RM terlihat sehat dan mampu beraktivitas dengan baik. RM masih bekerja
sebagai asisten dokter. RM masih aktif bekerja kecuali saat harus menjalani
kemoterapi dan masa pemulihannya. RM sangat menjaga kesehatannya dengan
melakukan olah raga ringan dan menjaga pola makan. RM lebih banyak mengonsumsi
buah dan sayur agar tetap sehat.
g. Aktivitas
Aktivitas RM umumnya di lakukan di rumah sakit tempatnya bekerja dan di
rumah. Aktivitas di rumah sakit berkisar pada tugas yang harus diselesaikan RM. RM
menggunakan tujuh jam dalam sehari untuk bekerja. Pada kesehariannya, RM tetap
menjadi ibu rumah tangga untuk keluarganya. RM suka terlibat dalam kegiatan sosial,
namun pekerjaan RM menyita banyak tenaga dan waktu RM, maka dengan kondisi
RM yang sakit RM jadi jarang untuk terlibat kegiatan sosial dengan masyarakat sekitar
lingkungan rumah RM karena menyadari bahwa dirinya perlu waktu untuk istirahat.
h. Dinamika psikologis
RM termasuk orang yang aktif dalam berbicara, RM menceritakan banyak hal
sebelum pewawancara bertanya. RM bercerita tentang kehidupan dan keluarganya
dengan antusias dan ekspresif. RM tak segan menangis saat menceritakan
kesedihannya. RM menceritakan perasaannya dengan detail dan terbuka. RM terlihat
sudah dapat menerima keadaannya yang sakit dan mulai menata hidupnya kembali dan
berusaha untuk percaya diri dengan kondisi fisiknya. RM terlihat bersemangat dan
peduli dengan orang lain.
290
i. Interaksi
Pada keseharian RM di kenal ibu yang sangat dekat dengan anak-anaknya. RM
memiliki interaksi yang baik dengan keluarga intinya tetapi tidak dengan saudara-
saudaranya yang tinggal dengan RM. Terlihat ada sedikit jarak antara RM dengan adik
ipar yang tinggal bersama dengan RM. RM menunjukkan ekspresi tidak suka saat
bercerita tentang adik iparnya, namun secara keseluruhan interaksi RM dengan
keluarganya cukup baik.
Keseharian RM dalam lingkungan sosial jarang terlihat. RM hanya keluar
rumah untuk berbelanja di depan rumah. RM kebanyakan menghabiskan waktu untuk
istirahat di rumah. Interaksi yang sangat baik justru diperlihatkan RM di tempat kerja,
RM mengenal hampir semua rekan kerjanya di rumah sakit. RM terlihat ramah dan
sangat murah senyum kepada semua orang yang ditemuinya.
j. Lingkungan tempat tinggal
RM tinggal di rumah warisan mertuanya yang berada di lingkungan menengah
kebawah. Rumah RM tergolong sederhana dan dengan atap yang rendah. Keadaan
sekitar rumah RM cukup baik dan ramai dengan anak-anak kecil. Suasana seadanya
tampak dalam rumah RM. Terdapat beberapa perabot yang sudah tidak berfungsi di
suatu sudut rumah yaitu mesin cuci dan kipas angin, walaupun sederhana, rumah RM
terlihat bersih.
3. Hasil Observasi Subyek Penelitian Subyek Ketiga (Subyek BG)
f. Kondisi umum
BG memiliki ciri fisik yaitu tubuh ideal yang tinggi dengan kulit sawo matang.
Tinggi badan BG sekitar 175 cm dengan berat badan sekitar 70 kg. BG berambut
pendek dan berwarna hitam. Penampilan BG secara keseluruhan terlihat sederhana
namun tetap rapi. Saat dilakukan wawancara, mata BG terlihat sayu dan lemas. BG
menuturkan bahwa BG juga terkena anemia.
g. Aktivitas
BG masih terlihat sehat dan mampu menjalani aktivitasnya sehari-hari dengan
mandiri. Saat akan di lakukan wawancara, BG terlihat sedang mengerjakan sesuatu di
depan komputer. Keseharian BG memang digunakan untuk mengerjakan pekerjaannya
di bidang telekomunikasi. BG selalu berhubungan dengan dunia luar melalui media
291
internet.
BG dapat melakukan aktivitas seperti biasa walaupun penyakit yang diderita
subyek sedikit mempengaruhi kemampuan dan kekuatan BG dalam melakukan
aktivitas. BG mengurangi aktivitas dalam hal mengangkat barang berat. Pada proses
wawancara berikutnya, BG terlihat mampu untuk mengendarai kendaraan sendiri. BG
masih bisa mengendarai motor atau mobil sendiri. Mobilitas BG tidak terlalu
terganggu karena penyakitnya.
h. Dinamika psikologis
BG termasuk tipe orang yang terbuka akan dirinya kepada orang lain. BG
menjawab pertanyaan dengan jawaban-jawaban yang sederhana dan langsung pada
pokok intinya. BG menceritakan apa yang dirasakannya dengan terus terang. BG
terlihat sudah bisa menerima keadaannya sekarang. BG beberapa kali diam dan
selanjutnya mengucapkan kalimat syukurnya kepada Tuhan. BG terlihat tenang dan
santai dalam pembawaan dirinya. BG menunjukkan ekspresi tenang saat menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh BG.
i. Interaksi
BG memiliki interaksi yang baik dengan keluarganya. BG sangat dekat dengan
adik perempuannya yang berusia delapan tahun dari BG. Orang tua BG tidak ada di
rumah saat dilakukan wawancara, hal ini dikarenakan oleh kesibukan keduanya. BG
terlihat aktif dalam berkomunikasi. BG suka membicarakan hal tentang wirausaha dan
kesuksesan yang telah dicapai.
Hubungan BG dengan lingkungan sekitar juga baik, BG memiliki banyak
teman yang sekaligus merupakan keryawannya. Beberapa kali BG terlihat sedang
mengobrol atau mengajarkan sesuatu kepada karyawannya. BG di kenal sebagai orang
yang suka menolong dan memiliki jiwa wirausaha yang tinggi. BG memiliki keinginan
untuk melebarkan usahanya di bidang yang lain.
j. Lingkungan tempat tinggal
BG tinggal di lingkungan menengah ke atas. Tempat tinggal BG adalah sebuah
rumah yang sekaligus digunakan sebagai tempat usaha. Ruko BG terletak di daerah
yang sangat ramai. Lingkungan tempat tinggal BG berada di sekeliling banyak tempat
292
usaha yang lain. BG terlihat nyaman berada di rumah bersama keluarga tercintanya.
Rumah dan tempat usaha BG terlihat bersih dan mempunyai fasilitas yang baik. BG
terlihat mengatur ruang kamarnya senyaman mungkin dan memiliki fungsi lain yaitu
sebagai tempat kerjanya.
293
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN UTAMA
Nama : Subyek JT
Status : Belum menikah
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Mahasiswa
Agama : Kristen
Umur : 20 tahun
Kode informan : JT/S1
Alamat : Tlogosari, Semarang
Pekerjaan : Belum bekejra
Status penyakit : Kanker Otak Stadium Dua
Tempat Interview : Kos Subyek
Waktu Interview : 10 November 2011
Kode Hasil wawancara
JT/S1 W1 P Tanggal lahirmu kapan J?
J Demak, 30 Juli 1990
W2 P Anak ke berapa?
J Anak ke dua dari dua bersaudara, anak terakhir
W3 P Kakakmu cowok ato cewek?
J Kakak ku cowok,
W4 P Udah nikah?
J Udah nikah punya anak satu..
W5 P Sing dideket rumah itu?
J Bukan , rumahnya di Semarang, di Tandang..
W6 P Kamu belom nikah ya Tet? Hahaha...
J Sebentar lagi..
W7 P Weiiitsss.. haha kapan sih?
J Ya sebentar lagi, semoga waktunya cukup!
294
W8 P Jadi tahun depan?
J Semoga Tuhan mengijinkan..
W9 P Dirumah tu sama sapa wae?
J Kalo dirumah Cuma sama bapak ibu, pembantu tok,
W10 P Ini kamu ngekosnya sejak kapan?
J Ngekos itu sejak setahun lalu, ehh belom ada setahun malah
W11 P Sekarang semester berapa?
J Semester 7, akuntansi..
W12 P Saiki kondisimu piye J?
J Kondisiku tu.. kalo dikatakan baik,... kalo dikatakan buruk sih buruk,
kalo dalam medis ya.. buruk, cuman dalam hatiku sendiri sih aku
selalu baik-baik saja
W13 P Statusnya piye, status kesehatan, maksudnya kanker itu kan ada
stadium, ada metastasis itu bagaimana penyebarannya, udah
sampe mana?
J Aku udah masuk ke stadium dua, bahkan kemarin udah ditunjukkin
hampir masuk stadium tiga.. cuman ya itu, campur tangan Tuhan, trus
aku bisa turun ke stadium dua, lalu penyebarannya sih udah banyak
sih ya, udah nyampe ke organ-organ tubuh lainnya, motorik misalnya,
mata, penglihatan, yang kelihatan secara kasat mata yang kelihatan ya
itu. matanya rabun, sampai sekarang pun penglihatannnya rabun, terus
jalannya sempoyongan, keringat dingin, ya itu.. sering pingsan tiba-
tiba..
W14 P Pas kayak waktu kita jalan-jalan itu ya?
J He’e.. pingsan tiba-tiba
W15 P Itu awalnya kamu tau piye sih? Awal kamu tau kamu sakit..?
Aku tu malah gak tau, justru yang tau awalnya tu malah mas benny,
pertamanya itu, hmm apa namanya kan aku sering ngalami pusing,
mimisan, tiba-tiba pingsan, pusingnya tu bukan kayak pusing biasa,
pusing yang luar biasaaaa banget, trus suatu saat aku tu di ajak sama
om ku di Salatiga, Salatiga tu kayak Rumah Kanker.. tapi kan aku
nggak ngeh, karena disitu kan banyak terapis-terapis ya.. aku piker
295
kan aku dulu depresi sih, Aku sempet depresi.. karena yaaa persoalan
hidup yang gak selesai-selesai lah.. terus tak pikir aku disitu mau
disembuhin secara psikologis gitu loh, di terapi disitu, terus aku
Tanya sama omku om ini apa kok aku dibawa kesini kan aku tanya
kayak gitu, omku gak mau kasih tau pertamanya waktu itu sama
tanteku, waktu itu tanteku masih hidup, masih ada... terus (meh nangis
aku nek cerita iki lah) setiap berapa ya, dulu dua minggu dua kali kan,
yah seminggu sekali kan.. aku selalu dibawa ketempat itu.. aku kan
terus aneh gitu kan, aku selalu ngerasa kok aku digowo neng kene ki
ngopo.. tapi aku ki gak tau aku sakit apa..om Cuma bilang kamu sakit
hati gitu aja, kenapa aku dibawa kesini? Kamu sakit hati biar cepet
sembuh sakit hatinya.. itu emang pas itu kan aku ngerasa kayak
hampa.. gak tau, ngerasa kayak hampa, gak tau ngerasa kayak ada
sing hilang padahal apa ya, mungkin pas itu aku lagi jauh sama Tuhan
kali.. trus akhirnya sempet bbrp kali aku cek-cek diinternet, tak cari
gejala –gejala apa penyakit yang tak derita. ternyata disitu ada
beberapa,, itu ada tumor otak, kanker otak, leukemia, kok kanker
semua?terus aku inget, kok kemarin tempat sing tak datengin kemarin
kok jua rumah kanker? Rumah Kasih Penyandang Kanker.. opo aku
ki sakit kanker, kayak gitu kan. terus aku Tanya-tanya, aku sempet
ngomong sama mas benny.. kalo misalnya aku beneran sakit kanker
kita putus aja. Enggak enggak, mas benny bilang enggak enggak.. lah
suatu ketika saat aku pegang HP nya mas benny, gak sengaja lihat
kontaknya Ada nomer omku sama tanteku, loh kok ada nomernya
omku sama tanteku, loh kenapa kok sampe tau,kapann gitu loh
ngehubunginya... tak buka ke inboxnya.. ternyata bener.. mas benny
sampe omku smsan,
W16 P Ngomongnya?
J Yaa berita buruk pas itu sing mbikin aku bener-bener down banget,
omku bilang : mas hesty kena kanker otak, kayak gini.. gini..gini...
yang aku , aku denger pertama kali sih, kok diumpetke neng aku
kenapa? Sing ngrasakke aku kok ndadak diumpetke neng aku kenopo?
Kenapa nggak diomongi langsung biar aku juga bisa doa buat diri aku
296
sendiri ben aku juga punya kesempatan lah buat ngerawat diri aku
sendiri kok ndadak diumpet-umpetke kenopo gitu loh mbak, kan
kecewa to, mereka udah tau lama kan, aku bingung , pas itu tu
rasanya... perkiraanku kan penyakit kanker otak kan mengerikan.. sing
yahhh tau sendiri lah deskripsi tentang penyakit kanker otak seperti
apa, setiap orang pasti gak mau kan, trus aku bener-bener down pas
itu, rasanya aku gak pengen ketemu sama siapa-siapa.. aku marah
sama Tuhan, aku sing.. yahhh.. serasa rasanya kayak gak punya
kesempatan buat hidup lagi.. kayaknya tu udah Stop.. kehidupanku
udah stop sampai disini, aku kanker otak dan hidupku sebentar lagi
aku mati.. kayak gitu kan pikiranku, semua orang kayaknya juga akan
mikir kayak gitu ldeh kayaknya..
W17 P Itu berapa tahun yang lalu?
J Dua tahunnan kayaknya,
W18 P Yang waktu pertama aku kenal kamu itu?
J Itu aku dah tau, udah lumayan berapa bulan gitu ya, itu parah-
parahnya aku sih,, kenal kamu awal itu parah-parahnya aku
W19 P itu rasanya gimana?hhh.. merasa hampa..?
J rasanya sih jelas merasa sangat tidak normal, tidak seperti manusia
normal lainnya.. sekarang bayanginlah mbak.. yang dulunya aku
kemana-mana naik motor sendiri, sampe jogja nggowo motor dewe,
terus kekampus aja sampe gak bisa bawa motor, sing kayak gitulah,
mengalami masa-masa sing sangat-sangat tidak menyenangkan ,sing
setiap kali ke kampus semaput, setiap kali ke kampus semaput,
ditanyain orang-orang, kenapa, kenapa, kenapa, trus aku bingung aku
harus jawab aku kenapa.. trus aku gak mungkin lah aku koar-koar
aku sakit kanker otak, aku sebentar lagi mau mati, kan gak mungkin
to, jadi aku rasanya tu malu banget, ngerasaku gak seperti mereka gitu
loh, ngalami krisis percaya diri itu pasti, berubah semuanya.
W20 P perubahanne opo sing paling ketok?
J Aku jadi kurus banget, rambutku rontok gak bisa panjang, gak bisa
tumbuh, terus jalannya sempoyongan yang jelas sih aku gak bisa jalan
tegak kayak orang-orang biasa, sekarang udah engga, ternyata
297
kuncinya penyakit itu , obatnya Cuma satu, kuncinya cuman iman dan
percaya sama Tuhan.
W21 P Apapunlah yang diomongin orang, yang penting yang diomongin
Tuhan.
J Banyak yang ngomong juga kan, vonisnya itu cuman udah sampe tiga
tahun itu udah maksimal, trus kenapa, so what gitu loh kalo aku hidup
tiga tahun? Waktu tiga tahun itu masih panjang.. aku masih buat
rancangan-rancangan hidup lainnya, aku masih bisa menikah dalam
waktu tiga tahun itu.. aku masih bisa lulus dalam tiga tahun itu.. aku
masih bisa segalanya, segala banyak kemungkinan banget yang
selama tiga tahun itu, gak usah tiga tahunlah , satu jam aja banyak
banget kemungkinan yang akan terjadi, kalopun aku harus mati
ngapain aku harus nunggu sampe tiga tahun kan?
W22 P Itu awalnya penyebabnya apa kamu tau ndak?
J Penyebabnya sih itu, gumpalan waktu aku kecelakaan waktu SMP,
parah... dijatohin sama masku sih, nabrak orang, kebetulan kan waktu
itu belom usum helm-helm SNI,helmnya yang sekarang gak boleh
dipake itu.. helmnya sampe lepas kebentur..
W23 P Waktu itu belom ketauan ?
J Belom.. itu masih lamaa banget itu aku Mulai ngerasain pusing itu
kan sebenernya udah dari SMA, sering pingsan-pingsan sejak SMA,
muntah darah sejak SMA juga, cuman aku ngerasa, soalnya dulu kn
dari masa lalu aku dari background yang sangat buruk sekali..
W24 P Keluarga?
J Ya keluarga, bapak aku yang keras, aku dulu yang.. yah.. sing aku tu...
sebenernya bapak dan ibu tu orang tua paling luar biasa.. cuman pas
itu, posisi pas itu mungkin aku ngerasanya aku belom dewasa, jadi
belum mikir gimana susahnya nghidupin anak sebandel aku, jadi
masku dulu nakal banget ya, sampe kuliah itu pindah kuliah itu satu
semester pindah tiga kali,tiap semester pindah aku yang ngerasa gak
diperhatiin ibuku, pulang kerja arisan, bapak luar kota terus, paling
pulangnya seminggu dua kali, aku tu ngerasa , aku tu asing dirumah
sendiri. Kayak gitu kan, terus akhirnya aku mulai kenal sama dunia-
298
dunia malem, aku kenal sama narkoba, aku pernah di rehab kelas 3
SMP , aku di rehab selama tiga bulan menjelang aku ujian untung
aku nggak dikeluarkan ..
W25 P Kok kenal sama narkoba barang ki lo?
J Nah itu, dari lingkungan setiap kali aku keluar malem, minum
minuman kayak gitu, tapi untung kok pas itu, aku bener-bener takut,
yang namanya ngelakuin free sex, semua tak lakuin kecuali freesex,
gak tau ngerasa kalo kayak gitu kan aku ngerugiin diriku sendiri kan
tapi kalo freesex kan aku juga ngerugiin orang lain termasuk suamiku
nanti kan
W26 P Trus perubahan ke psikologis, waktu kamu belum tau saat kamu
belum tau, saat tau, dan sesudah tau dalam masa adaptasimu
waktu sudah tau kalo kamu sakit itu apa?
J Justru itu, ngerasa banget, makanya aku belajar dari, ketika aku belum
tau aku sakit aja aku masih bisa semangat kan, kenapa pas setelah aku
tau aku sakit kenapa semangatku jadi ilang.. wong sama-sama aku
juga sakit kan? Trus pertamanya kan aku gak mikir itu, aku masih
down yang melo-melo setiap hari, nangis-nangisin yang gak perlu.
W27 P Itu berlangsung berapa lama?
J Lama banget sih, hampir setahun.. setahun aku dengan perasaan-
perasaan seperti itu, hmm.. mungkin setahun kurang lah aku ngerasain
rasa-rasa krisis percaya diri, emosional tinggi, marah dan yang
pastinya kok yang tak marah-marahi itu om ben, makanya trus suatu
saat ketika aku dari kecil kan pernah gak kegereja dari SMP itu saat
aku di rehab, sam pe aku SMA kelas 3 itu aku baru mengenal yang
namanya gereja itupun gara-gara aku ditarik lagi sama temenku , itu
waktu itu gak sengaja, jadi waktu itu aku disuruh.. apa namanya..
disuruh nganterin dia ngajar sekolah minggu, mau gak mau kan aku
harus nungguin dia di gereja kan, nah yang menarik itu, aku kenal
sama anak bocah umur sekitar 5 tahunan lah waktu itu, namanya
Nines, dia itu ceria sekali, ceria sekali rambutnya panjang, cantik gitu
kan, waktu itu dia nyamperin aku.. nyapa aku “kakak.. kakak
temennya mbak Ester ya?” nah terus ngobrol.. nah disaat aku yang
299
gak suka sama sekali sama anak kecil trus setelah beberapa hari aku
ditelfon sama mamahnya Nines “ mbak dating lagi ya katanya Nines
pengen berbincang-bincang sama kamu” trus aku dating lagi minggu
depannya, loh kok dia pake kursi roda, aku bingung kan kok dia pake
kursi roda, anak seenerjik itu, ohh iso loro barang toh, pikirku.. wong
anak sing senenge mloya mlayu, mbeling ngono kan, habis itu dia
ngajak aku ke suatu tempat, kebetulan kan dengan wajahku yang BT
gitu kan, “kakak sini tak kasih tau”.. kemudian dia mbuka rambutnya..
Hah,??? Botak.. loh kok botak?? Trus aku Tanya “loh kok botak??”
dia jawab.. “iyaa,, inii.. aku sakit oq, kata mama rambutnya
tumbuhnya dikit-dikit.. jadi biar aku kelihatan cantik, aku pake
irambut palsu aja, gerah sih kak, tapi asik kok, tapi aku gak bakalan
nyerah untuk nunggu sampe rambutku akan panjang kayak rambut
palsu ini”.. aku yo mikir, yaampun anak umur segitu bisa kayak gitu,
kenapa aku dengan masalah keluarga yang sepele gitu aja terpurk
kayak gitu, ternyata di gereja itu mengasyikkan, nah berawal dari situ
aku mulai mikir, masih pantes gak ya aku ke gereja? Aku masih
diberkati tuhan gak ya dengan kondisiku yang dulu, selama rehab itu
kan aku gak pernah ke gereja sama sekali, aku malu, aku malu
berhadapan dengan orang lain , kok koyoke abiz nyandu gitu diterima
di masyarakat gitu kan sulit to, sampe aku gak bisa diterima di
sekolah negeri.
W28 P Terus kan prosesmu sudah tau itu berarti? Trus gimana
ceritanya sampe kamu menyadari bahwa kamu tu penderita
kanker dan gak waktunya terpuruk terus, nah itu gimana
ceritanya?
J Itu semuanya inspirasiku dari tanteku juga sih, jadi tanteku kan juga
penderita kanker payudara kan duluan tanteku sih, makanya aku tu
tiap hari kan di kamar gak pernah mau maem, yaa seperti itulah,, ya
yang namanya orang tau kalo dia sakit kan seperti itu, suatu saat aku
diajak tante jalan-jalan, setiap aku kemo sama tante, tante selalu
bilang gini sama aku: orang-orang yang seperti itu “yang sama kayak
kita” yang mungkin keadaannya lebih parah dari kita yang mungkin
300
kakinya udah sampe mengecil-mengecil, yang rambutnya udah botak
gitu aja masih punya waktu untuk tersenyum dan justru dia gak punya
waktu buat nangis, aku dikenalin sama ibu yang namanya Rusminah,
umurnya 39 tahun tapi belum nikah, waktu itu dia tau bahwa dia
punya penyakit leukemia saat dia umur sekitar umur 28 tahun’an, saat
itu dia mau menikah, bapak ibunya sudah meninggal, saat cowoknya
tau dia sakit, ditinggal, temen-temennya pergi dan keluarganya udah
gak mau ngurusin dia lagi.. makanya dia ditampung disitu kan, trus
aku Tanya, gak sedih mbak dengan keadaan gini gini gini? Dia jawab
“ sekarang kalo kita mau sedih terus kapan kita mau diri kita bahagia?
Kalo kita sedih terus kan kita gak punya waktu buat kita bahagia dan
sebaliknya kalo kita bahagia kita gak akan pernah ada waktu buat
sedih, jadi bahagia atau sedih itu pilihan”.. aku mikir.. oh iyaaa ya, itu
aja yang udah gak bisa apa-apa masih bsa bisa kayak gitu, terus aku
lihat tanteku, tanteku yang kayak gitu aja masih bisa kasih
penyuluhan-penyuluhan sana sini masih bisa banyak banget ngasih
motivasi-motivasi ke orang.. aku? Mosok gak ada sing bisa tak
kerjakan sedangkan aku wae jek merasa sehat kan, meskipun sakitku
kayak piye aku masih bisa jalan, aku masih bisa maem sendiri, aku
gak di kursi roda, aku gak botak, aku masih bisa disuntik penggemuk
badan, kenapa aku harus mengecilkan diri dengan cara seperti ini..
trus aku ngelihat tante, tante kenapa kok masih bisa seperti ini?
Emang tante gak pernah ngerasain sakit? Tante jawab “yang namanya
manusia pasti pernah lah ngerasain sakit wong dewe wae kecepit
lawang wae nangis kan, rosone loro..loro.. opo meneh dewe sing
ngrasakke setiap hari”, Biasanya sih kanker otak itu ngerasain sakit
yang luar biasa itu malem, jadi saat memori merefresh semuanya, jadi
rasanya wis koyok kejang-kejang kayak gitu, trus waktu kita buat
bersyukur kapan kalo kita ngerasain sakit terus? Kembali lagi, sakit
itu rasanya sugesti, kalo kita lagi sesakit apapun tapi kalo kita ngerasa
baik-baik aja , kita akan berpuluh-puluh, berjuta-juta akan merasa
sehat dibanding dengan orang yang sehat sekalipun, rasa sakit itu
pasti akan kerasa tapi kita akan gak ada waktu buat ngerasain rasa
301
sakit itu.. trus tak coba.. kalo aku lagi ngerasa sakit gitu, aku nonton
TV, gak ada yang kebetulan, saat aku nonton TV Tuhan selalu
tunjukin tayangan yang buat aku sadar,, oh iyaa.. aku bukan satu-
satunya orang yang menderita di dunia. aku nonton “Jika aku
menjadi” ada mbak-lumpuh dan kerja jadi tukang sapu, oh iyaa ya..
gak ada waktu buat seneng, sedih, sehat, sakit, semuanya itu pilihan,
jadi kalo kita milih bahagia dan gak sakit kenapa kita harus mikir
sedih dan kesakitan? Nah kemudian aku menerapkan dalam hidupku
sendiri, sesakit apapun aku , aku akan berpikir aku gak sakit,
W29 P Kamu sudah bisa menerima?
J Ohh.. selalu bisa menerima, kalo menurutku sih penyakit kanker itu
bukan musibah sih menurutku, tapi anugerah Tuhan, gak semua orang
kan bisa ngerasain sakit kanker, berarti Tuhan milih aku buat.. nyoh
kowe tak kei rasane loro iki.. jadi aku juga bisa ngerasain sodara-
sodaraku sing sakit kayak gitu jadi aku masih bisa berbagi untuk
mereka sih..
W30 P Tapi sekarang masih punya semangat ya buat lihat didepan itu
kamu bisa kerjain semuanya?
J Semangatku berlipat kali ganda sebelum aku tau aku sakit malah..
lebih semangat ini daripada sebelum aku tau kalo aku sakit,
W31 P (Speechless).. hmmm kamu tau gak konsep kualitas hidup?
J Yang seperti apa maksudnya?
W32 P Ini menurut pendapat-pendapat aja ya, kalo menurut WHO itu
sih persepsi seseorang yang dipengaruhi budaya dan
lingkungannya terhadap nilai-nilai hidupnya, kekhawatiran
hidupnya, terus keinginan-keinginan, terus ada juga yang bilang
bahwa kualitas hidup itu kepuasanmu dalam hidup atau
kepuasanmu dengan dirimu sendiri atau kepuasanmu menjalani
hidup. Menurutmu?
J Menurutku kualitas hidup itu saat kita bisa bersyukur setiap hari.. itu
kualitas..
W33 P Menurutmu, kriteria orang yang punya kualitas hidup itu yang
gimana?
302
J Orang yang selalu bisa berterima kasih, orang yang selalu bisa merasa
cukup, orang yang selalu merasa berlebih, dan orang yang selalu bisa
merasa punya semangat.
W34 P Menurutmu, kamu masuk kriteria orang yang punya kualitas
hidup?
J Oh iyaaaa.. Pasti! Aku selalu bangga dengan diriku sendiri..
W35 P Bagaimana kamu menilai dirimu sendiri, kamu tu orang yang
piye sih?
J Sebelum atau sesudahnya?
W36 P Sebelum dan sesudah..
J Sebelumnya tu aku merasa jadi orang paling jutek sedunia, orang
yang sangat tidak mudah bergaul, orang yang sangat sangat sulit
senyum, poko’e nyebelin lah hawane deket-deket aku ki serem ngono
lho.. preman wedok, tapi setelah pada masa transisi dari masa-masa
tidak menyenangkan, apa ada sih proses yang menyenangkan?
Sekarang aku ngerasa jadi orang yang paling beruntung didunia kok,
aku ngerasa diriku orang paling hebat, aku ngerasa diriku orang paling
luar biasa,
W37 P Penyakitmu mempengaruhi hubunganmu dengan orang lain gak?
J Sangat tidak, eh.. tapi dulu iya sih, ya orang sehat sama orang sakit
kan punya keterbatasan kan, kalo orang sakit kan dikit-dikit capek,
opo sitik semaput, opo sitik kejang-kejang kan , jadi orang-orang kan
jadi males kan ngajak aku, ahh rak sah ngajak hesty lah, hesty sitik-
sitik kejang, sitik-sitik kejang, sempet ngerasa aku terasingkan dari
temen-temen aku, dadi males ngajak dolan aku, itu yang bikin aku
depresi kan, aku sakit kayak gini kok malah jadi gak punya temen,
W38 P Merasa ditinggal gitu?
J He’emm trus aku merasa ada apa dengan aku kan, aku gak nyalahin
mereka sih, sopo sih sing gelem kerepotan pergi seneng-seneng kok
kerepotan nggowo wong loro, nah makanya aku selalu berpikir piye
sih ben aku rak ngrepotke wong liyo, sebisa mungkin selama hidupku
itu jangan sampe lah aku itu ngerepoti orang lain, dengan keadaanku
sing sakit makane aku selalu benci dikasihani, aku selalu benci orang
303
terlalu khawatir sama aku aku pengen dianggep bahwa aku gak sakit
apa-apa, aku gak mau dapet perhatian lebih. Ya tapi lama-lama aku
bisa ngontrol kok rasa capek dan rasa seneng, kalo seneng ya
capeknya gak akan kerasa..
W39 P Menurutmu badan mu itu, ideal gak, menarik gak?
J Hahahaa.. Kalo aku merasa diriku menarik, ya aku gak bakalan diet
lah,. Ya aku menarik sih, tapi lebih tepatnya pengen lebih menarik
lagi, aku gak mau menyebut diriku jelek, pokoknya aku harus
menarik,anaknya Tuhan menarik semua,
W40 P Alasan mu diet kenapa?
J Yang pertama sih aku pengen kasih hadiah buat Tuhan, ya mbuh ya,
kepikiran aja.. mbuh ki aku iso gembrot banget nek neng greja ki naik
tangga iso menggeh-menggeh, AC nan kok kemringet kan lucu to,
mosok aku memuji Tuhan mek kemringet, kipas-kipas kan lucu to,
hahahhaa.. Tuhan Yesus kan meh ulang tahun apa salahnya sih kalo
aku kasih kado, gak perlu sing besar-besar, sing besar kan Tuhan bisa
lakuin dewe kan, aku lakuin yang bisa tak lakuin aja, diet, jadi nek
neng greja kan orak kipas-kipas, nek pas Song Leader barang rak
menggeh-menggeh gara-gara keentekan napas. Kedua, emang aku
gula nya tinggi, jadi harus diet, kebutuhan tubuhku emang harus diet,
menghindari banyak makanan,
W41 P Kamu ngikutin trend gak sih? Baju, make up, rambut?
J Kalo make up dari dulu sih ya, cm kalo model baju sih engga, kalo
makeup itu buat nutupi kekurangan aku yang pucet, kan aku pucet
banget tuh kalo gak pake make up.. keliatan banget nek aku sakit, tapi
sebelum aku sakit juga aku makeup Cuma gak segila ini, kalo rambut
mewakili suasana hati aja.
W42 P Menurutmu penampilanmu itu sudah mewakili kepribadianmu
gak?
J Wah kepribadianku ki akeh sih, aku tu ewek banget tapi gak tau
kenapa pembawaan diriku tu gak bisa cewek, tapi sudah mewakili
kepribadianku sih..
W43 P Percaya diri dengan dirimu?
304
J PASTI selalu percaya diri..
W44 P Apa yang membuatmu percaya diri?
J Yang pertama aku PD anak Tuhan, anak bapak ibuk, punya pacar
yang luar biasa calon suami dink, punya temen dan sodara yang luar
biasa, aku PD sakit kanker..itu kelebihan juga..
W45 P Menurutmu gimana gambaran orang lain tentang dirimu?
J Judes! Semua orang nganggep aku judes! Kayak kemarin ret-ret ada
goresan kasih sayang. Yang nulis dipunggungku itu hampir semuanya
judes.. ! aku gak tau kenapa kok semuanya nulis judes, perasaan aku
baik deh..
W46 P Tapi kalo orang yang kenal deket kamu, penilaian mereka
tentangmu gimana?
J Ohh rame, kata orang-orang sih gitu.. katanya aku orangnya supel,
baik, wejian, gak kataku loh ini kata temenku yang ber 15 kumpul
tadi,
W47 P Kamu puas dengan dirimu, gayamu, gambaran dirimu, semua
yang ada di kamu?
J Puas,.. sangat puas..karena yang pasti aku bisa jadi diriku sendiri.. aku
selalu pengen jadi diriku senidi, aku pengen ngelakuin apa-apa ya
harus dari kemauan diriku sendiri, walopun dulu pernah diet berkali-
kali gagal tetep puas..
W48 P Pernah gak dirimu merasa gak berarti?
J Ya saat aku ada dalam masa transisi saat aku keluar dari rehabilitasi.
W49 P Kalo kaitannya dengan kanker? Pernah kah merasa gak berarti?
J Pernah lah pastinya, biar gimanapun aku masih muda gitu, aku gak
tua kan, yang tua itu pacarku, haha.. wajahe borosss bgt gitu,, hahaha..
jelaslah aku merasa yaampun aku yang masih semuda ini kok diberi
seperti ini sama Tuhan, apa ini tu karma ku, apa ini dulu akibat masa
lalu suramku? Apa karena aku gak pernah percaya mbek Tuhan, opo
Tuhan marah mbek aku? Trus apa gitu loh yang bisa aku tunjukin ke
orang-orang wong dulu masa lalu ku aja seperti itu, nek sekarang aku
loro ngene kan wis garek mati’ne kan trus sesuatu yang bisa di inget
orang-orang itu kecuali aku wong ndableg, wong hurek, apa yang bisa
305
tak tinggalke ? hurek tu cewek badung.. terus ya ngerasa semuanya
udah selesai, ngerasa hampa, ngerasa terasing dan ngerasa gak punya
apa-apa..
W50 P Itu dulu.. kalo sekarang?
J Oohhh sekarang artiku banyak sekali, kemana-mana selalu punya arti,
W51 P Pernah kah kamu mikirin kematian atau waktu yang sudah
sangat singkat dengan vonis tiga tahun itu?
J Sering sih, kalo dulu aku mikirnya, aku meh mati, aku kudu nglakoni
ini.. ini.. kalo sekarang sih tak buat yaa apapun yang bisa aku perbuat
baik hari ini ya tak lakuin hari ini, toh nek kita harus mati
sekarangpun bisa kan, gak usah nunggu tiga tahun kan? Gak ada
waktu sih buat mikirin aku mati ini mati ini.. yang aku pikirin justru
sesuatu apa yang bisa aku kerjain untuk jadi b erkat buat orang lain
dan diri aku sendiri. Rak ketang aku Cuma bisa lemparin senyum tok..
W52 P Kamu yakin gak akan kemampuanmu , kamu bisa lakuin ini itu,,
apappun yang kamu mau?
J Aku punya iman.. aku yakin aku bisa selesaiin kuliah, aku yakin bisa
menikah, hahaha ben iso ngrasakke hanimun, haha itu tujuannya biar
ya cepet-cepet bisa ngdeadline smuanyalah, deadline kematian..
W53 P Pernah ngerasa takut?
J Pasti pernah lah, tapi dulu, sekarang aku gak pernah takut apa”..
W54 P Ketakutan terbesarmu apa?
J Aku belom bisa kasih yang terbaik buat orang-orang, yang pasti
Tuhan, bapak ibu, dan semua orang.. takutnya kalo waktuku selesai
tapi aku belom bisa kasih yang terbaik buat mereka, aku belumbisa
berbagi berkat buat mereka,
W55 P Pernah gak berfikir kalo sakitmu itu akan merepotkan orang
lain?
J Selalu, itu selalu dipikirkan, jujur aku paling takut itu merepotkan
orang lain, ya sering berpikiran kayak gitu sampe sekarangpun masih
kayak gitu, cuman kembali lagi kan orang-orang itu mau merasa
direpotkan atau enggak ya kalo orang-orang mereasa tak repotin ya
monggo gak usah deket-deket sama aku kan, tapi kalo ada orang yang
306
masih mau deket sama aku dengan keadaanku yang seperti ini berarti
kan mereka merasa aku gak merepotkan kan?
W56 P Kamu bersyukur dengan semua yang ada?
J Selalu bersyukur, harus terus bersyukur..
W57 P Pernah gak ngeluh?
J Sering, pas lagi capek, pas lagi sakit, hawane uring-uringan terus..
W58 P Merasa tertekan nggak?
J Selalu, setiap malam, merasa tertekannya tu karena gak bisa tidur,
bisa tidur itu anugerah terbesar dalam hidup, sehari tidur enam jam itu
udah luar biasa, misal aku tidur jam 9 jam 12 bangun,, yaa ntar jam 4
baru bisa tidur lagi..
W59 P Saat sedang ngerasa tertekan gitu, kamu ngapain?
J Buat netralin? Yaaa nginget-nginget sesuatu yang menyenangkan..
nginget pertama pacaran sama om ben.. ngelihat video-video
kocaknya da, nginget lagi aku masih diberi kesempatan sampe hari
ini, nginget bapk ibuk sing berjuang cari biaya kuliah yang gak
murah, trus jadi semangat lagi..
W60 P Pernah ngerasa putus asa gak sih?
J Sering, karna biasanya kan ada sesuatu yang kita pengen tapi gak
terlaksana , mimpi kan beda banget sama kenyataan ya, kadang
pengen nya kayak gini, tapi kok gak jadi, jadinya ko malah kayak
gini, kayak kemarin pengen dapet IP 4 kok gak iso, kok tetep sak
mene, kok kemampuan ku cumin sak mene, tapi trus balik lagi, ohh
aku loro wae iso sak mene oq, opo meneh aku sehat.. mungkin aku iso
intuk IP 9,9.. kalooo ada.. hahaha.. patah semangat sering..
W61 P Nek wis gitu biasanya kamu ngapain?
J Marah-marah, aku gak bisa ngontrol emosi sih sing kena Mas benny
paling hahaha, aku beruntung punya dia sih, dia itu kakak, adik,
sahabat , musuh..
W62 P Adik? Tolong ya..
J Eh.. mskipun dia tua ya, tapi kadang-kadang kelakuanne.. sing.. Bund,
pusingg bund.. Bund peluk... kayak gitu kan jadi kayak adikku, trus
sing dengan muka kucluknya jadi ngerasa punya kakak, punya adik,
307
punya pacar, calon suami, tukang ojek, sodara, bodyguard, ayah,
banyak sekali perannya, yang paling berperan dalam hidupku dua
tahun ini kan dia.
W67 P Pernah merasa pengen bunuh diri gak?
J Pernah..
W68 P Kapan?
J Dalam waktu adaptasi itu, aku frustasi sih ngerasaain sakit, bayangin
aja sakit tiap malem itu kan bikin.. uuhhh nopo to rak mati wae sisan,
ndang cepet daripada kesiksa koyok ngene.. sudah mencoba, tapi gak
berhasil, saiki aku emoh to ya rung menikah,, hahahaha kandani
menikah sik, aku tertarik dengan sesuatu.. hahaahahahahahaha.. itu
kan kayaknya bisa jadi ibuk kayaknya nyenengin, pokokknya aku
harus jadi ibu dulu..
W69 P Apa yang menyadarkan mu?
J Mas benny! Wajah mas benny !!! haha.. gak tau kenapa, jadi pas
malem aku tu BT aku bunuh diri, jadi foto, pas aku lagi nyeset-nyeset
tanganku pake silet itu aku lihat fotone mas benny, yaampun aku
nduwe pacar guantenge koyok ngene, trus aku cepet-cepet ngambil
itu, ait anget sama kain , aku bersihin terus aku iket, tru paginya aku
ketemu dia makin semangat lagi, yaampun Gusti aku nduwe pacar
koyok ngene kurang opo meneh jal.. mosok aku meh mati.. dy
motivasi terbesarku..
W70 P Tiap orang pasti punya masalah terbesar dalam hidupnya,
masalah terbesar dalam hidupmu apa, apakah penyakitmu jadi
masalah terbesarmu?
J Aku ditinggal sama orang yang tak sayangi, tanteku dan seseorang,
dia itu adek sepupuku, dari kecil aku deket sama dia, tapi gak tau
kenapa waktu itu kami ada rasa yang gak boleh sebagai seorang
sodara, namanya. UY, bahkan aku Cuma cerita ini sama kamu dan
mas benny.. hhhh aku selalu pengen nangis kalo inget UY, jadi tu dia
seseorang yang luar biasa berperan dalam hidupku dulu, jadi itulah
masa-masa peralihanku, dulu kan aku anak yang manis yang nurut
tapi setelah dia pergi, aku jadi anak yang brutal gitu kan, ya itu pas 3
308
SMP. Itu penyebabnya aku jadi seperti itu ya itu, aku itu ngerasa
kayak ngebunuh dy.
W71 P Kenapa?
J Jadi pas liburan itu aku main ketempat dia, di Lampung, waktu itu aku
sudah ngerasa bahwa, Heh dewe iki sedulur, kita tu gak boleh kayak
gini kita kan sodara, kita tu kakak adik, gak seharusnya kita tu punya
rasa yang seperti ini... besoknya kan aku pulang ke Jawa, 3 hari aku
gak hubungi dia, trus inget banget itu.. dia tu panggil aku HIP dan aku
panggil dia HOP.. kami berantem di telpon. Aku bilang, HIP kalopun
kita tu gak bisa sama-sama lha mbok ya kita tu tetep masih bisa
bertemen,.. dst.. keadaan dia naik motor kan.. terus JEDUAAARRR!!!
Batinku opo ki, kok suarane UY UY,, ehh kecelakaan.. kecelakaan..
truskan aku langsung, ya Tuhan iki nopo.. iki nopo.. trus kan gak ada
kabar lagi to tak tutup.. tapi perasaanku gak enak terus kan.. pas itu
berangkat sekolah, pulang rumah sepi, sampe rumah aku dikasih tau
UY kecelakaan.. uuaahhh.. aku langsung panik, tak pikir itu
kecelakaan biasa.. aku akhirnya kesana , aku udah liat dia gabisa apa-
apa, masih sempet minta maaf tentang itu, beberapa hari kemudian dia
meninggal, itu yang bikin aku merasa jadi seorang pembunuh. Kalo
inget aku jadi merasa orang yang paling bersalah.
W72 P Jadi masalah terbesarmu itu ditinggal tante sama UY? Itu bikin
suatu arti sendiri gak tentang kematian?
J Iya, aku mikir sih kematian itu indah tapi bikin luka kan? Jadi kalo
boleh minta sama Tuhan, suatu saat kalo meninggal, mas nico dulu
yang meninggal biar mas nico tu gak ngerasain kayak aku, tapi jangan
dalam waktu lama misal mas nico meninggal jam 11 aku meninggal
jam 11.05 aku gak mau mas nico ngrasain kehilangan. Aku justru
pengen menenin orang yang bener-bener aku bisa nemenin dy sampe
akhir hidupnya. Karena rasanya sakit banget ditinggalkan.
W73 P Masih belum bisa lepas dari rasa kehilangan?
J Oh pasti mereka tu berperan luar biasa dalam hidupku, dulu kan
bapak ibuk sering bertengkar ya, UY yang selalu yang kasih resep
coklat panas, minum di atas genteng katanya biar lebih deket sama
309
Tuhan, Tuhan kan diatas, satu bulan sebelum dia meninggal, dia kasih
aku gambar, gambar hati jari tangan, ini loh HIP hatiku tu tak kasihin
ke kamu, seberapapun bebanmu, kamu tu gak Cuma punya hati satu,
tapi kamu punya hati dua, itu yang bikin aku ngerasa aku masih
punya hati dari dia. Dia juga kasih aku jam pasir katanya buat inget-
inget waktu ke masa yang bikin kamu bahagia.
W74 P Motivasi terbesarmu.. siapa?
J Tuhan, orang tua, om, yang terbesar, tante, UY, dan mas Benny, dan
Demas.
W75 P Pernahkah merasa tersakiti? Gimana sikap sahabat-sahabatmu?
J Sahabat-sahabat itu itu dulu aku bilang mereka sahabat-sahabat palsu,
tapi sekarang aku bilang mereka tetep sahabat aku, dulu sebelum aku
sakit mereka selalu deket sama aku kemana-mana selalu bareng sama
aku, ketika aku sakit, ketika keadaanku lemah, itu mereka perggi gitu
aja. Mereka bilang, aku wedi oq cedah-cedak hesty aku wedi oq loro-
loro nen.. aku ngerasa yaampunn.. aku loro koyok ngene, aku butuh
temen tapi kok aku malah ditinggalin.. itu perasaan dulu , sekarang
aku piker wajaarrrlah mereka seperti itu..
W76 P Jadi sekarang kamu sudah terbiasa dengan sikap penolakan dari
mereka itu?
J Ya aku tetap mengasihi mereka
W77 P Pernah gak melakukan sesuatu terus gagal?
J Ya seringlah.. gagal itu kan sahabat kita buat sukses, kalo kita gak
gagal kita gak sukses, berterimakasihlah dengan kegagalan.
W78 P Kegagalan terbesarmu apa?
J Yo ini to, semester 7 masih 24 sks. Aku mencapai IP 0,16.. aku nggak
pernah masuk karena masih memberontak gak suka akuntansi!
W79 P Perubahan yang sangat signifikan apa di hidupmu?
J Pikiran dan kedewasaanku, jadi kalo dulu aku mikir.. halah Tuhan ki
opo... apus-apusan, itu sebelum aku sakit, pas aku sakit, halah Tuhan
ki ono tapi percuma cuman iso gawe aku loro tok, ya itu waktu
adaptasi.. sekarang aku ngerasa.. ahh aku dikasih Tuhan ini, gak
semua dikasih Tuhan kayak gini, itu kan aku udah berbeda jauh dari
310
pemikiranku sing transisi, selama sebelum dan sesudah sakit jadi
perubahannya ya luar biasa tentang cara pikirku dan menyikapi segala
sesuatu.
Aku juga sekarang jadi setia, sudut pandangku buat orang lain aku
gak lagi egois mikirin diri sendiri aku lihat posisi orang lain
W80 P Menurutmu hidup itu apa?
J Hidup itu perjalanan untuk menuju suatu tempat, ya itu gimana kita
bisa mengisi perjalanan itu dengan sesuatu yang menyenangkan.
W81 P Tujuan hidupmu apa?
J Ya itu sampai pada suatu tempat itu, berjalan sampai kesitu..
W82 P Ada nggak perubahan tujuan hidup sebelum dan sesudah kamu
sakit?
J Ow ya.. dulu ya hidup buat seneng-seneng, hidup yo sak penak’e
dewe mumpung jek urip.. kalo sekarang kan enggak justru kita hidup
disini kan sebentar kan, gimana kita bisa sinyatakan , ini loh aku
anaknya Tuhan aku nglewati proses ini loh utnuk temuin yang terbaik.
W83 P Kamu puas dengan segala pencapaianmu sekarang?
Keadaanmu?
J Aku puas dengan yang ku miliki sekarang, cukup dan berlebih, aku
belom puas tentang, orang lain puas gak sih dengan keberadaan\ku..
kalo pribadiku aku puas. Sangat puas..
W84 P Harapan dan keinginanmu apa?
J Bisa jadi anak sing ada dimata atau seperti harapan bapak sama ibu.
W85 P Mereka mengharapkan kamu seperti apa dan pencapaianmu
sampai pada tahap apa?
J Ya mereka pengen aku lulus kuliah, kerja yang mapan,
membanggakan lah... tapi dengan kondisi semester 7 dengan 24 sks
aku merasa belum bisa mencapai kesuksesan itu. Aku pengen belajar
untuk jadi seperti harapan mereka.
W86 P Kamu yakin akan kemampuanmu/ apa yang bikin kamu yakin?
J Aku bilang aku yakin, aku pasti mampu, kembali lagi aku punya
Tuhan, apa yang gabisa dilakukan Tuhan?
W87 P Kamu merasa berharga?
311
J Sangat berharga.. Ya aku merasa berharga dimata Tuhan, di mata
orang lain aku ga terlalu memikirkan ya, meh berharga opo rak kui
urusane wong liyo.., yang penting aku berharga dimata Tuhan.
W88 P Harga diri menurutmu apa?
J Luas sekali yo,, mnrtku bagaimana kita gak menjatuhkan martabat
kita, jangan sampe orang lain tau kelemahan kita, opo sih wong
wedok kok loro-loronen.. orang-orang yang gak bisa liat kita kayak
orang lain gitu..
W89 P Kamu merasa nyaman dengan dirimu?
J Aku nyaman..
W90 P Siapa yang tau kalo kamu kena kanker?
J Hanya beberapa orang, bahkan gerombolan temen-temen tadi gak ada
yang tau.. Cuma mas benny aja, yang tau keluarga ku, sudah lama tau,
taunya dari om, ya luar biasanya mereka tetap mendidik aku seperti
orang sehat gitu lho.. gak ada perhatian khusus, lha itu yang aku mau.
W91 P Awal mereka tau reaksinya piye?
J Ya awal bapak tau sih,, lha piyee.. lha piye.. kyak gini gini..tapi bapak
ibuk tak kasih pengertian, “Pak buk,, aku tu tetep dididik kayak
anak’e bapak ibu sing dulu tetep galak mbek aku, kasar mbek aku gak
papa, aku jangan dikasi perhatian khusus, biar aku ngerasa walaupun
aku sakit aku masih tetap bisa melakukan banyak hal dan melewati
banyak hal.
W92 P Yang paling deket siapa?
J Mas, dia orang yang paling mengerti aku,.
W93 P Lingkungan?
J Aku sekarang gak punya temen deket, bukannya trauma ya, aku
pernah merasakan akar kepahitan karena sahabatku pergi ninggalin
aku, jadi sekarang semua tak anggep sama lah, semua sodaraku, tanpa
berharap lebih apa dia mau jadi sahabatku, enggak, cumin aku
ngerasanya kalo aku bisa ngelakuin yang terbaik buat dia tak lakuin
tapi kalo ia gak mau nganggep aku seorang sahabat atau sodara gak
masalah. Yang terpenting semua orang tu tak anggep sodaraku.
W94 P Temen-temen kamu tau?
312
J Yang aku sebut sahabat-sahabat palsu tadi? hmm..Mereka tau, tau dari
mereka pernah ketemu om ku, lha itu langsung beda sama aku..
W95 P Kamu merasa lingkunganmu tu menerima kamu gak sih?
J Dulu sih engga, tapi sekarang iya, aku merasa diriku diterima sama
siapa aja, kan yang penting kan, aku diterima sama Tuhan, kalo
lingkungan aku ngerasa aku diterima lingkungan itu ya aku diterima,
yang penting sugesti dalam diriku sendiri kan, seperti apa aku
menanggapi lingkungan itu.
W96 P Mereka perhatian ke kamu?
J Dulu sih awal-awal iya, tapi sekarang enggak.
W97 P Orang-orang deketmu perhatian sama kamu? Keluarga? Temen?
J Justru orang-orang yang perhatian itu orang-orang tadi yang kita pergi
tadi, itu perhatian banget sama aku
W98 P Keluargamu perhatian?
J Iya semenjak aku ke gereja, Tuhan kasih sesuatu untuk mereka,
mereka berubah, mereka perhatian tapi mereka tak suruh untuk gak
kasih perhatian lebih ke aku
W99 P Kamu ngerasa temen-temenmu sayang?
J Kalo temen-temen tadi aku ngerasa mereka sayang banget sama aku,
tapi kalo yang ku sebut sahabat palsu itu, aku gak tau.. mungkin
mereka sayang kalo butuh kali ya? Tapi ya gak papa lah yang
namanya sodara itu kalo bisa ya ngasih.
W100 P Kamu merasa bisa mengendalikan diri kamu sendiri dan orang
lain gak?misal saat kamu pengen marah bisa kendaliin diri
sendiri
J Enggak , kalo aku marah, kendaliin emosiku aku gak bisa. Aku gak
bisa kendalikan emosiku, misal aku emosi, meledak ya meledak
selesai ya selesai tapi setelah itu aku gak pernah nyimpen trus bar kui
aku serik mbek kowe, nggak gak pernah,
W101 P Tapi pernah berusaha mengendalikan itu semua?
J Pernah, dan sulit.. sangat sulit, itu masalah terbesarku dengan emosi.
W102 P Kamu berusaha untuk capai kehidupan yang lebih baik nggak?
J Ya selalu to,..
313
W103 P Ada perbedaan gak dalam kegiatan sehari-harimu, sebelum kami
sakit dan setelah kamu sakit, misalnya waktu kamu sebelum sakit
bisa kerjain A,B,C,D.. trus setelah sakit ada yang beda gak?
J Ya adalah jelas.. kalo dulu aku sering sampe jogja naik motor dewe,
selalu ikut kegiatan-kegiatan kampus, aku tu lucunya dulu gak pernah
masuk kuliah tapi selalu ikut kegiatan kampus.aku ke kampus tapi ke
posko. Dan setelah sakit lan tetep kondisi badan gak memungkinkan
sampe malem kan, tapi kalo sekarang sampe beberapa haripun
sanggup aku, aku ngerasa gak sakit sih aku sekarang, tapi pernah
hampir satu semester aku gak masuk kuliah karena aku sakit itu. Yang
bener-bener aku gak bisa kuliah.
W104 P Ada gak sih satu kegiatan yang bisa dilakukan orang lain tapi gak
bisa dilakukan kamu?
J Ada lah ya, kalo orang lain bisa bergerak bebas bisa tidur enak, saat
orang-orang bisa tidur nyenyak aku masih kethap-kethip.. disaat
setiap malem orang gak ngerasain menderita kayak aku aku harus
kayak gini, kayak gitu, orang lain bisa makan seenaknya, aku harus
menghindari makanan-makanan. Tapi seiring berjalannya waktu aku
menikmati kok.
W105 P Dari semua kegiatanmu, misal dikampus, kamu merasa bisa
lakukan yang terbaik dan tuntas selesai
J Puji Tuhan sih, dua minggu kemarin aku berhasil dapet tanda tangan
rector untuk pergi ke Lombok, studi banding kesana, sama semua
universitas se Indonesia, aku sendiri dengan empat dosen dan
rektorku, aku mau ngajak temen-temen bahwa belajar itu gak di
kampus tok gitu loh.. buat kita belajar tentang ekonomi tapi juga
budaya. Gimana kita bisa memposisikan Lombok jadi metropolitan,
membangun Lombok!
W106 P Lalu.. kamu ngerasanya Cuma Tuhan tok sing iso bantu kamu?
J Yang pasti harus berusaha dulu, nek wis mentok gek gak usah kuatir,
ada Tuhan.. yang penting sih berusaha dulu ya.. ya om ku dulu yang
bilang lepas tangan, tim medis lepas tangan, tapi yo apa sih manusia,
dokter sehebat apapun, yo pakananne sego podo mbek aku, jadi
314
mereka lebih karena mereka belajar itu gitu..tapi mereka gak bisa
lebih hebat dari Tuhan, ada yang lebih hebat dari mereka gitu yang
bisa melakukan,
W107 P Kamu ngerasa Tuhan selalu ada buat kamu dan deket sama
kamu tiap saat?
J Pasti, tiap saat Tuhan selalu deket Tuhan, aku tiap hari selalu merasa
bersama Tuhan
W108 P Pernah merasa jauh? Saat apa?
J Aku merasa jauh sama Tuhan saat aku merasa hari ini aku tidak
maksimal melakukan segalanya, saat aku merasa capek misalnya,
Tuhan kok aku gak maksimal, aku ngerasa yak’e aku kurang
berkomunikasi mbek Tuhan, gitu..
W109 P Kamu merasa sakitmu itu ujian keimanan kamu, ujian hidup
ngerasa gitu gak?
J Iya.. tapi lebih tepatnya sih proses ya, proses..
W110 P Menurutmu apa sih tujuan Tuhan ngasih ujian itu?
J Yang pasti aku buat dijadikan alat Tuhan sing luar biasa, sesuatu yang
tahan segalanya, Tuhan pengen aku bisa jadi seseorang sing bisa
bangun lagi saat aku jatuh, kayak kembali lagi kayak bayi, yang
waktu kecil aja belajar jalan aja kita jatuh kita masih berusaha buat
berdiri dan jalan lagi kan? Kenapa sekarang kok kita orang yang udah
gede, saat kita jatuh kita gak berusaha buat berdiri, nah Tuhan
menginginkan aku untuk bisa menjadi seperti itu.
W111 P Harapanmu buat masa depanmu apa?
J Yah aku bisa dikenal orang banyak sebagai aku diluar konteks kanker
otak, jadi meskipun aku penyandang kanker otak tapi mereka bisa
ngenal aku sama seperti orang lain bahkan aku bisa punya nilai yang
lebih dari orang lain yang sehat
W112 P Pencapaian, tujuan hidupmu, kamu pengen capai apa?
J Lulus kuliah, itu tujuan utama ku sekarang..
W113 P Kalo dalam waktu panjang?
J Aku pengen jadi seorang ibu yang baik.. aku tu selalu memuliakan
yang namanya ibu, jadi aku pengen jadi seorang ibu yang baik..
315
W114 P Berarti masih dalam proses pencapaian itu ya?
J Iya..
W115 P Lingkungan sekitarmu itu kasih dukungan gak ke kamu? Kamu
nyaman dengan lingkunganmu? Rumah kos kampus
J Ya kasih dukungan, semuanya nyaman..
W116 P Apa pendapat mu tentang lingkunganmu?
J Rumah itu surgaku didunia, kalo kampus tempat dimana ku bisa
berbagi tawa dengan temen-temen, kalo kos itu rumah kedua.
W117 P Menurutmu orang-orang yang gak tau dan yang mereka yang tau
memandang sebelah mata gak sih sakitmu itu?
J Pasti ! kayak orang sakit dengan image ku yang dulu ya, pingsan
dikampus, ohh overdosis.. overdosis..
W118 P Menurutmu mereka kenapa?
J Ya gak bisa disalahin ya.. Mungkin mereka bingung kali ya harus
bagaimana menangani , mungkin baru pertama kali kan nemuin orang
kayak aku.. Sekarang sih aku gak mau bertemen terlalu deket, takut
ngerasain kecewa lagi
W119 P Bentuk sikap skeptic mereka, mereka menjauh, membatasi,
J Iya, jadi kalo mau pergi kemana-mana dulu yang sering ngajak aku
sekarang enggak..
W120 P Apa yang membuat kamu bertahan?
J Karena banyak hal yang belum aku tuju dan belum aku selesaikan,
banyak yang harus aku selesaikan..
W121 P Dorongan utamamu untuk sembuh tu apa?
J Aku diberi seperti ini pasti aku diberi jalan keluar, dorongannya ya
itu,, aku diberi jalan keluar dan aku harus keluar.. aku punya bapak
ibu, mas beny, sodara temen, nah dengan mereka itu semua yang
membuat aku bisa bertahan.
W122 P Kamu merasa lemah gak?
J Enggak.. aku selalu dikuatkan Tuhan oq, gak tau kenapa aku selalu
punya power saat dalam keadaan lemah sekalipun aku selalu punya
power aja,
W123 P Bagaimana kamu menjalani hari, kalo menurut aku kok koyoke
316
abot ngono.. aku gak tau seberapa sering kamu merasa abot..
J Gak ada alasan satupun yang membuat aku merasa lemah, jadi buat
apa , nek aku bisa yo pasti aku bisa.
W124 P Apa yang membuat kamu punya harapan?
J Karena aku diberi pengharapan dari Tuhan, karena ada pengharapan,
W125 P Pernah gak merasa hopeless..
J Pernah lah, sering, saat malem ngerasa kesakitan itu.. ketika aku
merasa terpuruk itu saat aku bener-bener merasakan sakit, kumat..
kalo lagi gak punya harapan gitu selalu inget orang yang selalu
mengharapkan aku untuk selalu bisa jadi yang terbaik.
W126 P Saya jadi speechless.. apa yang jadi keyakinanmu bahwa kamu
bisa!
J Tuhan.. ketika Tuhan ngasih aku keadaan yang kayak gini, suatu saat
aku menghadapi kesusahan aku akan mengatakan, alaahh mbiyen aku
wis pernah merasakan hal yang paling buruk, dan aku bisa
melewatinya buktinya sampe sekarang aku masih bisa bertahan loh..
jadi misal ada masalah baru lagi, kenapa masalah ini aku gak bisa
ngatasin? Pasti aku bisa ngatasin..
W127 P Apa sih yang terpenting dalam hidupmu?
J Tuhan, gak tau semenjak saat itu aku jadi sok religious banget,
hahaha.. gak sih, aku selalu cinta mbek Tuhan, selalu seneng ajaaa
deket Dia..
W128 P Apakah kamu sudah merasa melakukan yang terbaik buat
hidupmu?
J Hhh.. aku selalu ngerasa kurang untuk melakukan sesuatu buat orang
lain. Tapi masih bersyukur masih bisa tersenyum meskipun gak bisa
ngasih apa-apa..
W129 P Kalo buat dirimu sendiri?
J Kalo menurut ku sih udah sih, dengan aku deket dengan Tuhan itu
menurutku udah member yang terbaik buat diriku sendiri. Yang pasti
doa sama Tuhan itu..
W130 P Kamu masih bisa merasa mampu kerjain kegiatanmu sehari-
hari?
317
J Ohh.. Masih..
W131 P Dengan dirimu sendiri atau dengan bantuan orang lain?
J Diriku sendiri, yaaa dengan orang lain juga, orang lain kan buat
penyemangat kalo tanpa orang lain ya gak mungkin bisa..
W132 P Hmm.. apakah keadaanmu itu membatasi kamu untuk
melakukan kegiatanmu sehari-hari?
J Aku selalu katakan Tidak deh, engga.. untuk apa? Aku ngerasa selalu
aku harus bisa lebih dari orang lain, dalam arti, kalo orang lain bisa
segitu aku harus bisa lebih dari itu meskipun dengan keadaanku yang
seperti ini..
W133 P Kamu sekarang mulai jarang ya dirumah tapi kamu ngerasa
nyaman gak dirumah?
J Nyaman.. karena itu tempat paling nyaman..
W134 P Apa yang paling mbo syukuri dikeluargamu?
J Bapak sama Ibu yang luar biasa sama sekarang ada kurcaci kecil,
keponakan ku sing lucu banget
W135 P Kamu sayang sama mereka?
J Sayang sekali lebih dari diriku sendiri bahkan..
W136 P Dan kamu merasa disayang?
J Yaa..
W137 P Event apa yang bikin kamu kumpul sama keluarga? Dirumah
tiga orang ya? Sesering apa kalian kumpul?
J Weekend.. setiap jumat sabtu minggu kami selalu kumpul, ngobrol
bertiga, Bahkan sama kakak ku kan tiap jumat juga dating sama
ponakanku, itu hal yang paling menyenangkan meskipun kesel
momong ponakan.
W138 P Biasane ngapain, ngapain aja?
J Hmmm.. Kalo dirumah itu, ngobrol-ngobrol sama bapak ibu, nonton
TV bareng.. kadang bapak pergi, yang momong nino aku sama mas.B
jadi aku kayak.. sama mas benny.. aku nino mas benny kayak
keluarga kecil jalan-jalan ke rel kereta api.. dan itu menyenangkan
banget..
W139 P Kalian kapan terakhir kali liburan bareng?
318
J Duhh kapan ya, aduuuuhh wis sui banget ik.. lupaaa.. pergi ke
jimbaran.. ohh.. nikahanne Dewi.. anake adikebapak, anake tanteku
kapan itu ya nikahanne Dewi.. lupaa.. ahh batik-batikan sama mas
benny pokokke, kapan ya.. lali.. tahun iki kok..
W140 P Intinya semuanya berjalan nyaman sih ya?
J Iyaa.. Puji Tuhan..
W141 P Apalagi setelah mereka tau?
J Iya..
W142 P Kenapa kok waktu itu kamu nyembunyiin dari orang tuamu?
J Aku tu Sebenernya nggak nyembunyiin sih, Cuma mereka aja sing
gak kepengen tau..
W143 P Kamu ngerasa mereka gak peduli?
J Kalo bapak sih iya.. Dulu kan bapak selalu kasar sama aku.. bapakku
tu tau, dulu awal-awal tau pun bapak masih kayak gitu selalu kasar
sama aku.. nek loro yo ojo di rasakke, nek loro yo ojo di rasakke..
setiap aku sakit malah aku dipukulin, tapi mungkin pas itu ngeliat aku
di RS katanya sih aku juga gak tau persis, aku diceritain sing sak
sadarku aku neng RS kritis jarene aku wis rak kroso opo-opo ngerti-
ngerti aku tangi ki koyok wis bobok sui ngono, ngerti ngerti ki aku
tangi-tangi bapakku karo ibukku ki wis nangis-nangis ono omku aduh
kenopo iki kenopo, ono tanteku barang. Kenapa ternyata katanya aku
udah dinyatakan meninggal dalam medis tapi aku gatau aku rasanya
kaya tidur aja, kayak tidur aku ngimpi, aku rasane kayak jalan-jalan
sama Tuhan.. gak tau sih itu Tuhan apa enggak, aku ki ngimpi kayak
di dunia sing beda gitu.. aku nek nengok kebelakang kayak itu
rumahku tapi nek nengok ke belakang itu rumah siapa asing gitu, aku
gatau..
W144 P Reaksi awal bapakmu marah-marah ya? makin keras gitu ya
awalnya?
J Ho’o..
W145 P Itu menurutmu itu ungkapan apa?
J Kekhawatirannya..
W146 P Tapi dia bingung ya cara ngekspresiinnya piye gitu ya?
319
J Ya dia marah dengan emosinya yang seperti itu yang meledak-ledak
itu.. tapi aku ee.. menyimpulkannya bapak terlalu khawatir dengan
aku yang sakit seperti ini.. tapi bapakku gatau harus berbuat apa
bingung dengan emosi seperti itu, tidak bisa di salahkan..
W147 P Nek ibukmu piye?
J Ibukku ya Cuma bisa nggrentem, nangis berdoa ibukku tu wanita luar
biasa pokokknya..
W148 P Mas mu?
J Mas Guntur protective banget perhatian, kalo mas Guntur sih dari
kecil selalu perhatian sama aku, selalu ngalah.. dan selalu ngasih apa
yang dia punya buat aku...
W149 P Mereka kasih dukungan? Support?
J Gak.. Biasa aja.. maksudnya kalo bapak masih dengan sikapnya
seperti itu.. Kalo Mas Guntur ya.. mereka tu apa yaa.. mereka tu malu
gitu loh...maksude tu kayak orang yang pengen perhatian tapi gak
mau nunjukkin itu. Isin ngono ki loh..
W150 P Ohhh he’e.. ono ya wong koyok ngono.. koyokke ki wagu... haha
J Ho’o... Meh ngomong sayang mbe aku kan malu, rak mungkin kan..
biasanya dengan cara-cara sms.. maem sik !!! mas Guntur sing cuek
kayak gitu.. lucu kan malahan, Maem sik ! pulang kerja bawain aku
maem, kadang-kadang pulang kerja mampir ke kos bawain aku
maem.. kayak gitu.. kan aku malah ngekek to malahan.. haha ya
dengan cara-cara kayak gitu
W151 P Tapi kamu ngerasa dipeduliin mereka?
J Yaa ngerasa.. dengan cara mereka yang unik-unik itu..
W152 P Seberapa sering kamu ngerasa dapet dukungn dari mereka??
J Setiap hari... walopun gak ketemu langsung, sms telpon, dan merasa
pasti setiap hari mereka doain yang terbaik buat aku..
W153 P Hmm.. kamu sering ee.. terlibat kegiatan bareng yang saling
bantu gitu..? nah kayak misal sama ibu, bantu masak.. yaa itu hal
kecil atau mungkin ada hal-hal besar gitu??
J Nah kui kebetulan sih nek aku, nah ki to wong wedok jadi-jadian. Jadi
aku gak bisa cuci baju, gak bisa ngepel, aku dirumah yaa bisane Cuma
320
masak, ngko bar masak yo sing mberesi Yu Mun... aku Cuma masak
tok..haha
W154 P Kamu terakhir di rawat di RS?
J Apa? Opname? Opname, gak check up ya?? Opname ya? Uhh kapan
ya.. dah lama oq.. berapa bulan yang lalu..
W155 P Kalo check up.. orang tua mu ikut ndak?? Atau sama om mu tok?
J Iyo sama omku tok, koyok wong pacaran to..
W156 P Menurutmu itu ada karena faktor keturunan genetik gak sih??
J Ada.. ada..
W157 P Siapa?
J Pak dhe.. pak dhe..
W158 P Pak dhemu langsung?
J Ho’o Pak dhe kakaknya ibu.. Pak dhe ini kanker usus. Kalo pakdhe
ku yang satunya tumor otak.. tanteku, iparnya bapak, kanker payudara
W159 P Sekarang kamu punya sahabat ndak?
J Punya, Tuhan Yesus, keluarga, mas benny, kamu, gak sahabat sih
kamu, sodara, nek sahabat, sahabat itu.. apaaa yaa.. sahabat tu.. sak
ngertiku sahabatku Cuma Tuhan .. Dia sing selalu ada buat aku..
W160 P Menurutmu sahabat itu apa sih?
J Sahabat itu ya seseorang sing ada suka duka, suka duka dan tidak
meninggalkan saat aku sedih dan tidak datang saat aku seneng tok.. itu
sahabat..
W161 P Seberapa sering kamu ketemu??
J Hhhhhh setiap waktu setiap detik,,
W162 P Kamu sayang sama sahabatmu???
J Ya sayang bangetttt... Kalo sahabat yang bukan Tuhan? Ya kayak
tadi, mungkin kalo ada acara tertentu.. tapi mereka sih selalu punya
waktu kalo aku pengen gitu loh..kalo sayang ya sayang banget lah
W163 P kamu nek cerita atau curhat tu ke siapa?
J Aku gak pernah curhat sama siapa-siapa.. aku curhatnya mas benny
pun kadang-kadang aku gak pernah cerita...aku tu curhatnya.. aku tu
gak tau aku tu punya kelainan apa ya? Aku tu justru curhatnya sama
321
tanteku, sama uya, sama Tuhan.. sama orang-orang yang gak nyata..
W164 P Kenapa?
J Kenapa ya?.. Aku ngerasa dia lebih punya telinga, Meskipun dia gak
ada dia lebih punya telinga , dia lebih punya perasaan buat gak bosen
dengerin aku dan kalo gak itu yang paling gak ada habisnya ya aku
curhatnya sama leptop , nulis..
W165 P Seberapa mereka kasih dukungan ke kamu? Sahabat-sahabatmu
itu
J Selama aku sakit itu ya? Ya gak sih.. mereka kan gak tau.. mereka
yang rewo-rewo ber 15 itu gak tau.. tapi pas ketika sakit dulu.. pernah
sih aku lagi ngumpul seneng” itu pingsan , uuwwhhh bingung
setengah mati mereka.. trus waktu besok lagi mau pergi, selalu rebut,
wis gowo obat, bawa ini bawa ini apalagi ada satu temenku.. sing
premature idunge..hahahha
W166 P Mau ono?
J Mau rak ono... kakakku, kakak sahabat itu sahabat terdekatku, jadi
aku sama keluarganya tu kayak mamaku sendiri, mamanya kayak
mamaku sendiri, papahnya kayak papaku sendiri.. dia tu yang paling
riwil.. bawain aku OXY, bawain aku.. dia yang tau aku sakit seperti
itu, ya riwil bawain aku tolak angin, bawain aku freshcare, bawain
aku.. dia yang selalu riwil, tapi selalu.. eehh kok perhatian men to
karo aku? Ahh orak.. formalitas tok ki..! dengan isin-isi n gitu..
W167 P Jadi mereka tunjukkin ya mereka-mereka yang tau itu mereka
nunjukkin?
J Hu’umm... Tapi kalo itu, itulah sahabatku, sahabat-sahabatku yang
palsu itu malah justru gak pernah nanyaain kabarku gimana..
W168 P Sering saling bantu gak sih??misal kadang minjem duit ki..
nyilih..
J Ohhh iya tu sering, iya selalu bantu, sering bertukar makanan yang
pasti.. anak kos!
W169 P Kalo tetangga-tetanggamu itu pada tau??
J Ohhh tidak ada!!!
W170 P Temen-temenmu yang gak deket gitu juga gak tau ya?
322
J Ohhh gak ada..
W171 P jadii kamu memang membatasi orang yang tau sakitmu?
J Iya.. hanya private..
W172 P Seberapa sering kamu bersosialisasi ketemu sama orang lain?
Kamu seneng ketemu orang baru?
J Seneng, tapi aku justru lebih seneng Ketemu sama orang-orang sing
kurang beruntung gitu, kenapa? Soalnya disitu Mungkin disitu aku
mungkin bisa bawa berkat sama orang-orang disitu, dimana mungkin
disitu aku bisa jadi lilin meskipun mungkin terange orak seterang
lampu bohlam, lampu koyok ngene, disitu aku bisa ngerasa aku bisa
kaaaasih berkat buat mereka masih banyak berbagi sama mereka aku
Lebih seneng berinteraksi sama orang-orang seperti itu.. dibandingkan
dengan orangorang yang biasa..
W173 P Pernah masuk ke lingkungan baru? Perasaanmu piye
dilingkungan baru itu? Kamu nyaman” aja Kamu biasa aja, cuek
atau?
J He’em cuek, aku cuek sih orange, aku selalu cuek, jadi aku meh
dilingkungan apapun pembawaan diri aku seperti ini aku gak pernah
peduli..
W174 P Seberapa berpengaruhnya keadaaanmu seperti itu, sakitmu
dengan hubunganmu dengan orang lain?
J Dulu sih berpengaruh, sekarang sih enggak sih, maksudnya, yang
membuat aku beda sama mereka kan perasaanku sendiri to? Tapi kalo
misalnya aku ngerasanya sama ya ngapain aku harus ada perubahan
gitu..
W175 P Tapi sempet ngerasa di diskriminasi?
J Ya pernah lah, ada ya itu to sahabat-sahabat palsu itu, iya ho’o.. ho’o..
W176 P Seberapa besar pengaruh orang lain ke hidupmu?
J Berpengaruh sekali, orang lain.. orang lain itu ya sangat
berpengaruhlah, kalo temen-temen itu gak ada kan betapa sepi nya
hatiku, dengan candaan mereka sing rak mutu” konyol” gitu..
W177 P Kalo hubunganmu sama mas benny, ngaruh nggak?
323
J Ngaruh.. Aku Dulu selalu bisa nemenin mas benny kemana-kemana..
sekarang dengan keterbatasan sing neng kene wis kecapekan, neng
kene wis mimisen , nemenin neng kene wis mimisan.. mas benny kan
dadi kepikiran to, waaduhh..pacarku tak jak rene-rene kesel sesuk”
meneh wegah.. mala gitu kan
W178 P Bukan wegah sih, gak mau bikin kamu capek mungkin..
J Wedi,, iyaa.. gak mau ah nanti kamu capek...kaya gini gini.. justru aku
gak suka itu, aku pengennya tetep totalitas lah aku nemenin dia..
W179 P Tapi sejauh ini dia mengerti dengan keadaan itu?
J Sangat.. sangat.. dia sangat pengertian.. gak ada yang lebih pengertian
dari dia. Semakin cinta sama dia, semakin hari semakin cinta, setiap
detik semakin cinta, gak tau setiap ketemu dia itu ada rasa
perbaharuan kasih baru untuk dialah, selalu ada yang baru buat dia..
siapa yang mau kehilangan cowok seperfect dia, Cuma wanita
beruntung yang dapet cowok dahsyat itu..
W180 P Apa yang membuat kamu seneng ketemu banyak orang?
J Rame ne, aku seneng ngomong, pada dasarnya aku seneng ngomong
aku seneng rame, aku seneng bercanda
W181 P Kwe melu kegiatan sosial opo wae to?
J Sekarang sih udah engga, ya kemarin itu tadi yang PRMK, padahal
aku gak bagian dari mereka malah aku jadi panitia natal di PRMK
W182 P Lha yang BLEM itu???
J Aku sudah tidak, kan sudah REOR.. Aku malah gak ikut REOR itu..
kebetulan pas sakit itu, sudah aku putuskan untuk keluar, aku udah
gak ikut. itu aja sebenernya aku udah vakum berbulan-bulan. Ya itu
karna aku kecapekan, gak mau memaksakan diri, tau kapasitas diriku
sendiri,,
W183 P Bidang apa sih yang jadi minatmu di kegiatan sosial?
J aku tu paling seneng kok Baksos, kemana aja yang penting baksos,
aku seneng acara” seperti itu.
W184 P Perasaan apa sing mbok dapet saat kamu bersosialisasi kumpul
sama orang banyak?
J Yang pasti tu bahagia banget disitu aku merasa aku bisa berbagi
324
sesuatu yang aku punya meskipun itu senyum aja aku ngerasa sudah
berbagi dengan mereka walopun Cuma heemmm hammm
heemmmm..orak ndeng..orak ndeng dengan guyon”an celotehan-
celotehan yang gak mutu yang bisa menimbulkan tawa..
W185 P Kamu nyaman dengan mereka?
J Sangat nyaman..
W186 P Kamu puas dengan temen-temen yang kamu punya?
J Puas..
W187 P Apakah kamu merasa ada sesuatu yang seharusnya begini..
beginii..
J Ohhh tidak, aku tidak pernah memikirkan harusnya gini harusnya
gini.. gak selesai”..
W188 P Apa arti kesuksesan buat kamu?
J Kegagalan yang sudah berakhir
W189 P Kamu merasa sudah capai kesuksesan itu?
J Ehmm.. belim.. belom,
W190 P Dalam hal apa?
J Kuliah.. selalu itu.. kalo pacar aku sukses, keluarga sukses, kalo
kuliah aku masih bersahabat dengan kegagalan, tapi suatu saat aku
akan mengatakan terimakasih dengan kegagalan
W191 P Kesuksesan yang sudah kamu capai, tadikan ada ya? Apakah
kamu merasa itu karena dirimu sendiri, atau orang lain?
J Karena Tuhan, diriku sendiri dan orang lain
W192 P Kamu sudah merasa bahagia? Sudah merasa bahagia belom?
J Bahagia kan pilihan.. jadi harus bahagia. Selalu bahagia...
W193 P Kebahagian tu apa sih menurutmu?
J Kebahagiaan , kebahagiaan itu.. bahagia itu selalu bersyukur... kalo
semuanya berdasar selalu bersyukur tu kita pasti bahagia, kita ngerasa
enteng kita ngejalaninnya enak,kita ngejalaninnya nggak ngrusa
grusu..
W194 P Hal apa yang membuat kamu merasa bahagia dan bersyukur?
J Banyak lah ya, punya keluarga , sodara sedemikian rupa.. punya pacar
sing unik, kuno antik, aku tu selalu ngerasa bahagia sama pacarku
325
W195 P Menurutmu kamu deket gak sih sama Tuhan?
J Deket.. aku deket sama Tuhan, Tuhan deket sama aku.
W196 P Seberapa mempengaruhinya kedekatanmu itu dalam hidupmu?
J Berpengaruh segalanya lah pasti...
W197 P Tadi kan aku Tanya ttg hidup, bagaimana kamu melihat hidup
mu?
J Hidup itu seperti kita berpetualang keliling dunia, kadang kan kita
nemuin sesuatu kayak BALI nyenengke ng bali, suatu saat kita
nemuin keadaan di Etiopia yang kelaparan, kita juga akan menemui
keadaan sg Israel dan palestina.. jadi seperti keliling dunia aku melihat
hidup
W198 P Nek kamu melihat hidupmu, hidupmu itu hidup yang seperti
apa?
J Lha kui angel kuii.. hidup yang seperti apa ya.. Hidup
ala....(menyebutkan namanya), hidupku.. Seperti pelangi pokoknya,
seperti pelangi tapi kadang yo mendung, ya seperti langitlah, yo
seperti itu kadang ada mendung kadang pelangi, kadang ada bintang”,
kadang ada bulan , kadang petengan tok
W199 P Apa yang jadi kekhawatiranmu?
J Aku gak bisa kasih yang terbaik buat bapak-ibu..
Aku tu sangat terkesan sama sosok tanteku.. Anak ke dua om tanteku
namanya Diva pernah bilang, Aku punya target masuk SMA 3 buat
mama mbak, teman oq masuk SMA 3 rak mbayar.. saat ditanyaain
cita-citamu jadi apa? Aku mau jadi kayak papah mbak..tapi aku mau
khusus ke kanker, jadi aku mau ngobatin semua orang yang kena
kanker, gratis!. Trus Gustaf, anaknya yang pertama ku tanyain, cita-
citamu opo nang? Aku pengen dadi pengusaha travel mbak, dadi ngko
nek ono wong pulang kampong rak nduwe duit ngko tak gratis mbak
nggo travelku, lha ngko bensin’e tukune piye? Dia jawab: “kata
mamah ketika kita punya niat untuk membantu orang lain, kita gak
perlu ngerasa nanti ini cukup atau enggak, kita yakin aja kita gak akan
kehabisan untuk itu. Terus anaknya yang ketiga itu ini kelas 3 SMP,
ditanyain cita-cita mu apa? Perawat, aku pengen mbantuin mbak.Diva
326
ngono.. dadi ngko nek mbak Diva pengen nyembuh-nyembuhin orang
sing sakit kanker ngono kui, aku sing ngerawat, trus sing kecil tak
tanyain cita-citamu apa dek? Kepengen punya pabrik susu sing
buanyak, dia kan suka susu, citra namanya, kelas 4 SD, deen kan
seneng susu, ben semua orang bisa minum susu gratis! Dan otak
mereka itu tu kan orang lain orang lain.. itu yang mbikin mereka jadi
anak-anak luar biasa tu lho, seperti yang diajarkan mamah’e utamakan
orang lain ! utamakan orang lain! Jadi mereka tumbuh dari kecil tu
pikiran’e yo untuk orang lain untuk orang lain.. Nek Diva tak tanyan,
emang mamamu punya peran apa sih buat orang lain kok kamu punya
pikiran buat nyembuhin orang lain yang kena kanker trus apa yang
udah mbok lakuin sekarang? Hmmm apa ya mbak..aku belom
ngelakuin banyak sih Cuma aku selalu ngumpulin persekutuan khusus
di gereja dan aku selalu nulis buat “khusus penderita kanker”
W200 P Nah suamine tu dokter bedah yo J.. mosok sampe...
J Aku gak tau aku kan sebelume gak deket sama tante, aku mulai deket
sama tante kan mulai setelah aku sakit to mbak, dan pas aku sakit
tante udah sakit duluan jadi aku gak begitu jelas sih, Cuma kalo tante
cerita sering kemeng.. Hmm gak tau.. masih awal-awal sih, masih
jinak oq.. tapi ternyata masih ada akar yang masih ada didalemnya,
akhirnya tumbuh lagi dan ganas, dan tante itu orang nya itu gak
pernah ngomong gitu loh mbak, jadi sakit itu gak pernah ngomong ,
kalo ditanya keadaannya, setiap ditanyain keadaannya gimana, tante
selalu ngomong “ aku baik-baik aja.. aku baik-baik aja”.. terus
pernahngomong sama om “besok kalo terjadi apa-apa sama aku
jangan disesali, aku itu miliknya Tuhan, jadi suatu saat nek aku
kembali ke Tuhan yo ojo mbok sesali wong aku duwe ne Tuhan,
sampe akhirnya aku diambil Tuhan lagi”.. jadi om selalu dikasih
pengertian seperti itu, tapi om ki tegar buanget oq.. pas tate ndak ada
tu om Cuma mbrambang.. gak sampe nangis, kayak yang diomongke
tante “jangan nangis Pah nek aku gak ada, jangan nangis pah..” sampe
ditahan-tahan, sampe om neng belakang bilang, “ambilin es batu nok,
buat ngompres mata biar ndak nangis”.. yo sebisa mungkin dia ndak
327
nangis didepan orang banyak, senyum senyuumm terus, kalo ada
orang bilang turut berduka, om Cuma senyumm terus.. aku sing
menangis gero-gero waktu berdua sama om, waktu mau ke salatiga
gitu kan, yaampun om biasane ditemenin mbe tante ya om ya.. “he’e
ya nok”.. aku kayak wong pacaran beneran nek karo om, mampir ke
kopi Banaran, aku ki nangis sampe (hix hix hix...) om ki iso rak
nangis setetespun ik mbak.. hebat oq omku ki oq, dia bilang “wis nok,
tantemu ki disana wis niup terompet dan jadi malaikat paling cantik
disana” dan om ki selalu ngomong :” tante mu ki misale ning kono
dadi malaikat, neng kono ki dadi malaikat paling ayu, misal neng
kono dadi juru masak, yo masak’ane paling enak” untuk
menimbulkan senyum tu gitu lho mbak, jadi aku tu nyamaannn banget
sama om ku. Trus aku seneng sih, om ku aja bisa setegar itu, orang
sing paling deket menemani selama hidupnya wae bisa setegar itu,
mosok aku orak gitu.. piye ya om ya, buat apa kita menangisi mereka,
harusnya mereka yang menangisi kita, hahaha.. perjalanan kita kok
gak sampe-sampe.. haha
Lha nggak kepikiran mengisi cinta yang baru om? “bagi om cinta dari
tantemu itu selalu baru walaupun gak ada lagi sekarang tapi cinta nya
selalu ada setiap pagi aku masih merasa cinta baru untuk tante, dan
aku yakin kok aku bisa untuk gak nikah lagi, aku selalu terpuaskan
oleh cinta tantemu”. Orang kanker itu kan sensitive banget to mbak,
tersinggungan, merasa krisis, om diem ajaa... aku nek mbek tante ki
kadang-kadang koyok orang buta menuntun orang buta ngono loh,
nek tante sakit aku panic, genten nek aku sing sakit tante sing
bingung, lucu wae ngerasa saling melengkapi nek mbek tante, jadi pas
tante gak ada itu ngerasa kehilanganne bener-bener oq, jadi waktu
tante sakit stadium tiga ki lho mbak, jek ikut koor nyanyi nganggo
kursi roda mbek nyekeli susu, kan yang satu gak diangkat katanya
resikonya tinggi, terus mbek nyanyi dan jek iso senyum, ah luar
biaasane tanteku itu to, edann pokokke.. keinginan tante terakhir itu
kan pengen anak-anake aktif dalam kegiatan gereja, dan sekarang
anak-anake tu aktif dalam kegiatan gereja semua. Wanita perfect
328
menurutku, skalo tante ngajari itu jangan pernah kita nangis
dihadapan orang lain, apalagi orang lain yang sedang nangis juga, jadi
menangislah waktu kamu sedang sendirian,
(berhenti sejenak..)
Mas benny itu obat paling mujarab, salah satu obat mujarab dan
buktine aku tanpa obat yo, aku malah lebih baik tanpa obat ik
daripada aku nganggo obat.. aku juga ngerasa lebih fit tanpa obat, saat
aku memutuskan tanpa obat.
W201 P Karena efek obatnya kali ya ?
J Lha mbuh ya mbak, aku tersugesti untuk sehat tanpa obat, jadi
wuuuaahh do mencak-mencak kabeh kae.. bapak, ibu, omku, mas
benny, piyeeee ngko... piyeee kok rak berobat..alalallalalalalala
blehhh bleehhh bleeehhhh rasane pengen tak lepeh ngono kae nek
mereka ngomyang ngono kae, aku ki emoh, “lha nopo to kowe
menyerah?” enggak, aku tu cumin merasa sehat, jadi gak perlu obat,
tapi akhirnya mereka malah menyadari dengan konsekuensiku sing
tanpa obat ya aku harus tetep fit, dan kenyataannya juga aku bertahan
sampe sekarang..
W202 P Sejak kapan berhenti minum obat?
J Berhenti minum obat itu sejak empat bulanan.. tanpa konsumsi obat
sama sekali, ehhh pas aku pergi mbek kamu terakhir itu, itu aku mulai
udah gak minum obat dan puji Tuhan sih , aku sekarang udah jarang
hampir gak pernah malah pingsan kayak kemarin, paling mehh.. meh
pingsan..
329
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN PENDUKUNG (Teman Subyek J)
Nama : Trifosa Puspitasari
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Umur : 19 tahun
Kode Informan : F/IP1-S1
Alamat : Ds. Sidogemah RT 07/RW 02 Sayung
Pekerjaan : Mahasiswa (Teman Subyek)
Kode Hasil wawancara
F/IP1-S1 W1 P Pertama kali kenal subyek J tu kapan?
J Sing jelas pertama aku kenal J kui bareng kowe, aduh nek rak
salah pas meh Natal ngono, kui ketoke pas liburan aku SMA..
Yo mungkin dua tahunan..
W2 P Temen yang tahu dia sakit ki cuma dewe ya?
J Kalo kata J sih gitu.. hanya beberapa orang saja sing tahu
bahwa dia sakit seperti itu.. kata Benny juga gitu sih..
mungkin ya.. mereka memang di proses melalui kejadian J
sakit itu, piye ya.. soale aku juga pernah merasakan dimana
aku juga dalam posisi itu, jadi bener-bener di proses terutama
tentang kesetiaannya..
W3 P Menurutmu penyakitnya J itu mempengaruhi hubungan
pacarane gak sih? Kalo mempengaruhi, positif atau
negatif?
J Mempengaruhi.. Positif kalo menurutku.. dalam hal kesetiaan
dan ketulusan. Soale ya menurutku, pas mereka pertama
pacaran J belum sakit dan mereka biasa aja.. ya Benny
menjaga sih menjaga, tapi yo kurang konkrit ngono lho.. Tapi
nek setelah J sakit, Benny tu jadi bener-bener menjaga dan
330
bener-bener membuktikan kepeduliannya.
Ada yang bilang sama aku, kalo pasangan salah satu ada yang
sakit biasanya yang justru merasa lemah itu pasangannya yang
lain.. jadi Benny sempat pengen bunuh diri, sama kayak J
yang juga pernah ngelakuin bunuh diri. Soale Benny kui
pernah ngomong, aku pengen mati.. bunuh aku wae.. yo aku
emoh to ya ngko aku mlebu penjara..
W4 P Menurutmu J tu wonge piye?
J Menurutku itu J orangnya pemberani, dia itu berani
mengambil resiko dan konsekuensi dengan apa yang dia buat,
maksudnya dalam artian.. dia tidak memberitahukan kepada
orang-orang disekitarnya, lha berarti kan dia memutuskan
untuk menghadapi semuanya itu sendiri, yak arena tidak mau
menyusahkan orang lain gitu lho.. Jadi dia berusaha kan
apapun yang terjadi harus dia hadapi sendiri.
W5 P Menurutmu nek dia memutuskan untuk tidak berobat?
J Itu nek dari segi positif ya mungkin dia merasa kalo dengan
keadaan seperti itu berobat tu ntar jadinya malah
ketergantungan, intine nek berobat itu ntar kan harus di
teruskan jadi sampe akhir itu di teruskan, sampe kurus,
rambute rontok itu kan konsekuensinya, memutuskan untuk
tidak berobat menjadi keputusan terbaik menurut dia untuk
menikmati hidupnya. Tapi kalo sisi dia tidak menjaga, hmm..
orang medis bilang, kalo sakit gak berobat itu namanya dia
ngeyel.. keras kepala.. mungkin keras kepalane kui yang
mungkin membuat dia bertahan ya.. mungkin kalo dia gak
keras kepala dan gak punya kepercayaan untuk sembuh atau
untuk menjalani hidup tanpa pengobatan, mungkin dia malah
gak bakal sembuh malahan..
W6 P Waktu di Manggala itu dia udah gak berobat lho
331
J He’e.. dan dia makan sebanyak itu, dan sebenernya gak boleh
lho makanan yang dia pilih itu.. tapi dia makan dengan iman
oq.. di nikmati oq.. yo wis to..
W7 P Dalam hal emosi , J gimana?
J Kalo emosi.. J itu bisa mengendalikan, dia tu bisa
mengendalikan emosinya.. biasane orang yang lagi sakit itu,
berharap di perhatikan, opo yo.. pokokke berharap orang lain
mengerti dia, tapi dengan dia gak kasih tahu semua orang,
artinya dia itu yang pertama bisa mengendalikan emosi dan
dia itu bisa menutupi keluhannya, dia bisa menutupi
kesakitannya, aku sering banget lho ndelok deen pucet, tapi
dalam keadaanya yang pucet itu dia bisa tetap bersikap biasa
dan semangat banget.
W8 P Menurutmu dia punya pikiran yang positif?
J Ya iyalah, kalo dia gak punya pikiran positif itu dia gak bisa
senyum yo.. walaupun deen seneng tapi nek pikiranne negatif
paling senyume kepekso, hahaha..
W9 P Pernah gak ngomong tentang kekhawatiran atau
ketakutannya?
J Pernah..
W10 P J itu pernah ngomong mbek aku, aku dulu pantangan saat
aku masih takut mati, tapi setelah aku gak takut mati aku
makan semuanya.. dan gak ada pantangan..
J Dan itu artinya emang dia merasa.. hidup adalah Kristus dan
mati adalah keuntungan..
W11 P Tapi pernah cerita kalo dia takut gitu ya..?
J Pernah tapi dia kalo cerita itu Cuma separo-separo.. Walaupun
sama aku tapi yo ceritone selalu separo-separo, mungkin yo
sing paling ngerti mas Benny. Memang kadang orang-orang
seperti itu kan gak mau berbagi kan, menyimpan yang dia
332
rasakan sendiri..
W12 P Menurutmu dy bahagia rak?
J Menurutku, kalo untuk menghadapi itu dia berani, menurutku
dia bahagia
W13 P Dalam hal?
J Dalam hal berhasil melawan penyakitnya.. Ya dia kan tau
kalo dia sakit tapi dia bisa mengubah cara pandangnya bahwa
sakit itu bukan sesuatu yang menakutkan dan dia melawan
itu.. piye ya.. bahagia itu pilihan, orang itu sendiri yang
memilih gitu lho dan dia memilih untuk bahagia
W14 P Menurut mu keadaan keluarganya menengah, atas, atau
bawah?
J Kalo aku lihat rumahnya, aku piker dia menengah kebawah.
Tapi kalo aku lihat gaya hidupnya, dia menengah keatas.
Berarti keluarganya itu menggunakan uangnya bukan untuk
rumah tapi untuk keperluan-keperluan lain. Kan ada orang
yang sering beli baju baru, makan makanan mahal tapi rumah
nya biasa aja..
W15 P Menurutmu deen dekat dengan Tuhan?
J Iya lah. Tapi sepertinya dulu sebelum J sakit dia itu orang
yang keras kepala. Kowe pernah ngerti J ngumpat rak?
Ngonek-ngonek’ke dengan kata kasar, itu kan kebiasaan kan?
Ya artinya secara gak langsung dia terbiasa menggunakan
kata-kata itu dulu..
W16 P Kalo sekarang?
J Kalo sekarang sepertinya sudah sangat berkurang sekali,
dalam hal mengontrol emosi.. pemikirannya juga otomatis
berubah..
W17 P Menurutmu dia puas dengan hidupnya?
J Puas..
333
W18 P Karena?
J Karena, ya.. dengan keadaanya yang sakit dia tidak ingin
diperlakukan istimewa, ya berarti dia bener-bener mensyukuri
ngono lho.. walaupun dia sakit tapi dia tidak mau
diperlakukan seperti orang sakit, padahal biasanya orang sakit
kan harapannya pengen diperhatikan dan dia bener-bener
melawan keinginan itu..
W19 P J termasuk orang yang percaya diri gak?
J Ya.. dari cara bicara dia. Kalo aku lihat dari pertama kali
ketemu, kalo orang tidak percaya diri itu gak mungkin dia
akan mengawali percakapan. Yang kedua, dia itu ikut
organisasi BLEM di kampus, kalo orang gak percaya diri
kayaknya gak akan ikutan organisasi-organisasi semacam itu.
W20 P Tampilan fisik dia gimana, maksudku dengaan keadaan
sakit, dy terlihat lemah atau justru sehat?
J Kalo dia lagi sehat dia akan kelihatan seger.. tapi kalo lagi
sakit atau kumat, dia akan kelihatan pucet banget tapi kalo
dari keseharian dia, malah koyok wong sehat sih.. rak ketok
loro..
W21 P Kalo dalam kegiatan sosial, menurut mu dia suka
bersosialisasi?
J Ya..
W22 P Dia punya banyak teman?
J Buanyak banget..
W23 P Pernah gak di tolong J? atau kamu pernah gak
mendapatkan satu sikap dari J yang menunjukkan
kepeduliannya?
J Pernah banget.. waktu itu kamu pas masih sering sms doa
malem jam 10, waktu itu kamu bilang doa bareng buat fosa
dan J yang lagi sakit tapi terus J bales aku gak sakit kok.. nah
334
itu kemudian J sms aku, Tanya, kamu sakit apa ndol? Kamu
kenapa? Padahal dia ada dalam posisi sakit yang lebih
memprihatinkah daripada aku..
W24 P Nek ke orang lain?
J Ya sama sih, aksi sosial, dulu kita sempet adain acara bakti
sosial itu to..
W25 P Untuk orang yang tau dia sakit.. menurut mu mereka
mendukung J gak?
J Mendukung.. walaupun orang tuanya bersikap biasa aja.. pasti
tetap mendukung
W26 P Nek dirimu?
J Mendukung lah..
W27 P Sikap dukungan apa sing mbok tunjukke?
J Kalo selama ini sih karena agak jarang ketemu, sms ya, ya
kasih kata-kata motivasi sih seringnya, tapi kalo pas ketemu
malah gak pernah mbahas sakitnya.. jadi berusaha
membuatnya untuk menikmati hidupnya dan berusaha
membuat dia tersenyum dan tidak mengingat sakitnya
W28 P Pernah gak ndelok J kumat?
J Pernah.. dan itu sangat menyedihkan dan membingungkan..
ceritanya waktu itu dia pingsan di jalan. Sempat pingsan
beberapa saat, terus kebangun dank arena penglihatannya
kabur, dia ambil helm aja gak kelihatan dan itu menakutkan
buatku.
W29 P Menurutmu dia menghentikan pengobatan karena efek
gak enaknya kemo atau hal lain?
J Menurutku, seperti yang dia katakana sudah gak takut mati
jadi memang secara psikologis dia, bukan karena efek
pengobatan.
W30 P Dia mengandalkan Tuhan untuk kesembuhannya?
335
J Iya, pasti.. dia sangat mengandaalkan Tuhan sekali,
kelihatanlah dengan sikapnya yang seperti itu, siapa lagi yang
bisa kasih dia harapan kalo bukan Tuhan..
W31 P Penyakitnya itu menganggu hubungan sosialnya gak?
J Iya.. Pastinya kalo lagi sakitnya kumat, itu pasti dia lemah kan
, sering pingsan, apalagi hubungan dia sama Benny tapi lebih
ke keterbatasan fisik sih, jadi bagaimanapun diumpetke akan
tetep kelihatan,
W32 P Kalo sikapnya?
J Hmm.. kalo ke orang lain sepertinya tidak, pertama karena
sedikit yang tahu, otomatis, dia tidak pernah membahas hal
itu, tapi kalo tentang Benny pasti mempengaruhi , pernah
sampe memutuskan Benny berkali-kali
W33 P Menurutmu, kualitas hidup itu apa?
J Kualitas hidup itu, pencapaian seseorang terhadap suatu hal..
hal itu yang dia inginkan dari hidup ini
W34 P Apa kriteria orang yang punya kualitas hidup?
J Dia mampu melawan masalahnya, mampu menghadapi
masalah-masalah apapun itu. Kalo dia sakit ya dia mampu
melawan itu, dia bisa melakukan hal yang terbaik buat
hidupnya,
W35 P Menurutmu J termasuk orang yang punya kualitas hidup
gak?
J Ya.. alesannya.. dia mempunyai komitmen yang sangat berani
untuk menghentikan obat, untuk menyembunyikan semuanya,
dan dia melakukan itu dengan berhasil.
W36 P Menurutmu J nyaman dengan dirinya?
J Menurutku sih nyaman, dia selalu bersyukur.. dia
menunjukkan dengan sikapnya yang periang.. ceria..
W37 P Menurutmu kebebasan itu opo?
336
J Ya bebas melakukan sesuatu..
W38 P Menurutmu J punya kebebasan?
J Ya.. karena sepertinya gak ada yang membatasi dia
melakukan apa aja.. dia pacaran, dia keluar, orang tuanya itu
percaya..
W39 P Untuk gak menjalani pengobatan itu kebebasan buat dia?
J Iya.. itu salah satunya..
W40 P Menurutmu dia orang yang bersemangat gak?
J Iya.. dia orang yang bersemangat, dia itu ceria..
W41 P Kamu tahu harapan atau tujuan hidup dia itu apa?
J Yang aku tahu, dia pengen menikah sebelum mati itu, dia
pengen menjadi ibu.. Kalo Tujuan hidup dia.. mau melakukan
banyak hal dan menjadi berkat buat banyak orang.
W42 P Menurutmu dia merasa berharga di mata orang lain?
Atau tidak berharga?
J Ketika dia mensyukuri, dia merasa berharga buat orang lain,
dia merasa di butuhkan orang lain, dan orang lain
membutuuhkan dia. Minimal kalo dia merasa di butuhkan kan
dia akan melakukan yang terbaik buat dirinya, orang lain,
untuk kesembuhannya. Pasti orang di sekitarnya seneng.. tapi
kalo lagi down, dia merasa dia bukan apa-apa.. tapi dia selalu
mengolah apa yang dia rasakan sehingga yang keluar itu ya
ucapan syukur..
W43 P Dia kecil hati gak dengan keadaannya?
Mungkin sedih ada, tapi kalo di lihat dari keseharian dia
melawan itu, dia berbesar hati kok..
337
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN PENDUKUNG SUBYEK J (Benny)
Nama : N.Benny (Pacar subyek J)
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Agama : Kristen
Umur : 26 tahun
Kode Informan : N/IP2-S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tlogosari, Semarang
Tempat Interview : Kos Subyek N
Waktu Interview : 22 Desember 2011
Kode Hasil wawancara
N/IP2-S1 W1 P Kapan taunya J sakit om? Ceritanya gimana?
J Kapannya se lupa, cm waktu itu aku tiba2 di sms sama
omnya..mulanya omnya juga ga mau cerita tapi setelah tak paksa2
akhirnya dia mau cerita..perasaan pasti bingung banget, sedih, takut
deg-degan,,pokoknya hancur lah..apalagi waktu itu berbarengan
dengan bapak yang tiba2 juga kena stroke..nangis aku..
W2 P Trus, katanya emang di sembunyikan dari keluarga dan orang
lain?
J Sebenarnya bukan disembunyikan, Cuma mencari waktu yang tepat
aja untuk ngasih tahu.
W3 P Seberapa penyakit itu mempengaruhi kepercayaan dirinya om?
Gimana perasaan dia saat itu?
J Dia orang yang sangat pede..walaupun sempat beberapa kali
mengalami krisis PD. sempat pengen menjauh dari orang2, pgn
menyendiri, mengabiskan hidupnya sendiri. Tapi karena dukungan
yang ga pernah abis dari tante dan omnya, dia mampu mengatasi
338
semua itu
W4 P Saat itu dia masih beraktivitas?
J Dia tetap melakukan aktivitasnya secara normal, wlpn kondisi
tubuhnya sudah jauh dari normal. Sering pingsan, rambut rontok,
muka pucat, jalan sempoyongan ga menghambat dia untuk selalu
melakukan aktivitas seperti teman-temannya. Semua dilakukan
sendiri, dia malah marah kalau ada orang yang coba untuk
membantunya.
W5 P Pernah gak dia ngeluh? Biasanya karena apa?
J Dia ga pernah mengeluh sedikitpun. Bahkan dia selalu tersenyum
dan berpura-pura tidak ngrasain sakit. Padahal katanya om rasanya
waktu terapi itu super sakit sekali.
W6 P Apakah dia sekarang sudah bisa menerima keadaannya om?
Ada gak perbedaan sebelum dan sesudah sakit?
J Pertama kali dia shock,,depresi,,tapi seiring berjalannya waktu
dengan dukungan dari om dan tantenya itu, dia mampu bangkit dan
menerima kenyataan bawa dia memang seorang penderita kanker
otak bahkan dia mampu bersyukur atas penyakitnya itu.
Dulu se berpengaruh, dia langsung introvert..tapi setelah dia mampu
menerima keadaan dirinya, dia malah menjadi orang baru yang
peduli dengan orang lain apalagi teman2nya.
W7 P Apa bener dia menyembunyikan karena J gak mau ngerepotin
banyak orang?
J Jelas..itu sebabnya dia ga mau orang2 tahu dia sakit. Dia paling anti
dikasihani. Dia menganggap dirinya itu ga sakit,itu lah yang bikin
dia kuat.
W8 P Pernah mencoba bunuh diri?
J Berulang-ulang kali dia mencoba bunuh diri,,dia ngrasa capek sakit
terus..ngrasa nyusahin orang-orang..ngrasa ga punya masa depan..
W9 P Apakah dia merasa berharga om?
J Dia merasa berarti bagi orang lain saat ada anak kecil yang
menyadarkan dia. Dia merasa dibutuhkan orang lain dan sejak dia
tau dirinya sakit, dia merasa hidupnya itu untuk melayani orang lain
339
tidak untuk sekedar senang-senang untuk dirinya sendiri.
W10 P Menurut kamu dia sudah bahagia?
J Bahagia atau tidak Cuma dia yang tahu. Yang aku tau, dia merasa
senang kalau bisa berbagi dengan orang lain
W11 P Dia deket sama Tuhan om?
J Sangat dekat,,bahkan dia yang nyuruh aku datang ke gereja
terus,,ngajak doa bareng tiap malam,,bakan dia yang bantu aku
untuk lebih dekat dengan Tuhan dan orang lain.
W12 P Dukungan seperti apa yang diberikan orang-orang disekitarnya
J Keluarga dulu biasa ja. Karena memang mereka tidak pernah tahu
anaknya sakit. Tapi setalah empat bulan yang lalu di beri tahu, ya
mereka mendukung dan kasih perhatian. aku ga berbuat apa-apa,ya
mungkin kalau ada waktu mencoba selalu ada buat dia..dan berdoa
pastinya,,Cuma itu,,tapi aku ga pernah nemenin dia terapi karena
memang tidak boleh ma dia.
W13 P Mempengaruhi hubungan pacaran kalian?
J Pernah,,dia pernah minta putus karna merasa ga pantas buat
aku,,merasa cewe ga punya masa depan yang hidupnya tinggal
nunggu waktu..suka ngrepotin,,penyakitan,,
W14 P Sikap kamu dia berhenti berobat?
J Ketika dia menghentikan pengobatan, ya pasti sedih, bingung
membujuk dia biar mau berobat lagi,,tapi aku ga mau maksa2 dia
karena yang ada dia bakalan marah2,, dia super sensitive karna
penyakitnya itu..
W15 P Apakah dia nyaman di rumah?
J Rumah menjadi tempat yang ga nyaman buat dia,,
W16 P Menurut kamu, kualitas hidup itu apa om?
J Kualitas hidup itu sejauh mana kita mampu menghargai diri kita
dan berupaya memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita
untuk bisa menjadi lebih baik lagi dengan Tuhan sebagai pegangan
340
hidup kita.
W17 P Apakah J termasuk dalam kriteria orang yang hidupnya
berkualitas
J Iya dia termasuk orang yang berkualitas dalam hidupnya sekarang.
341
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN PENDUKUNG (Ibu Subyek J)
Nama : Ibu. Sri
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana
Agama : Kristen
Umur : 48 tahun
Kode Informan : IS/IP3-S1
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Alamat : Karangawen, Demak
Tempat Interview : Rumah Subyek J
Waktu Interview : 20 November 2011
Kode Hasil wawancara
IS/IP3-S1 W1 P Kapan ibu tau kalo J sakit?
J Ya.. kapan ya.. empat atau lima bulan lalu lah.. saya lupa
persisnya kapan.. Cuma saya taunya setelah udah lama dia
sakit.. sebelumnya saya nggak tau.. wong ndak pernah cerita
atau ngeluh gimana-gimana.. di rumah juga biasa-biasa..
soalnya kalo dirumah sukanya yowis di kamar gitu..
W2 P Perasaan ibu gimana saat tau itu?
J Ya hancur mbak.. wong ya namanya anak ya.. ya gitu lah..
tapi malah J itu yang menguatkan saya.. bilang “wis aku gak
papa buu.. ibu ojo sedih, ki lho aku sehat, jek iso ngopo-
ngopo..” gitu.. trus ngomong biar semuanya berjalan kayak
biasanya..
W3 P J paling deket sama ibu ya?
J Iya.. deketnya sama saya.. kalo sama bapaknya gak terlalu...
yaa biasa aja... bapaknya agak keras sih orangnya..
342
W4 P Sejauh yang ibu tau.. sakitnya subyek membuat subyek
minder gitu gak bu?
J Kalo minder sih enggak ya kayaknya.. dia masih seperti
biasanya gitu..
W5 P Dulu ada riwayat keluarga yang sakit kanker juga bu?
J Ada.. dulu pak dhe nya J tumor otak tapi, juga ada tantenya
kanker juga.. tapi sudah meninggal semua..
W6 P Keluarga memberi dukungan seperti apa bu?
J Yaa.. dia itu gak mau kalo terlalu diperhatikan.. jadi ya paling
ngingetin makan.. jangan capek-capek.. paling itu.. ya saya
mendoakan selalu..
W7 P Ada perbedaan gak bu, sebelum dan sesudah sakit gitu?
J Kalo fisik gak ada ya.. dari dulu ya badannya gemuk gitu..
Cuma mungkin agak pucet.. kalo tingkah laku kok masih
seperti biasanya.. eh.. dulu itu dia pernah jadi kurusss banget..
tapi ya saya gak kepikiran kalo sampe kanker.
W8 P J masih aktif kuliah ya bu?
J Iya.. mau nya gitu oq mbak.. padahal kata om nya udah gak
boleh kuliah.. kemana-mana ya naik motor kalo gak ya sama
Mas.Nico
W9 P J semangat ya bu?
J Kalo semangat iya.. jarang ngeluh.. orangnya kuat kok..
W10 P Berarti J sudah menerima keadaannya ya Bu?
J Sudah.. dia berserah kepada Tuhan aja.. itu sekarang kan J gak
mau berobat.. katanya sih lebih sehat kalo gak berobat.. tapi
ya gimana ya.. udah tau sakitt.. tapi kok gak mau berobat kan
ya haruse nggak gitu to mbak.. wong ya omnya dokter.. kan
bisa di tangani semaksimal mungkin, tapi kok yo tetep nggak
mau. Yaudah mau gimana lagi, wong J itu orang ya ya keras..
nggak bisa dikerasin juga, gak bisa dipaksa-paksa... katanya
343
obatnya Tuhan.. yaudah lah.. berserah saja sama Tuhan.
W11 P Kalo sekarang ibu taunya penyakit J sudah sejauh mana?
J Om nya sih cuma bilang, stadium dua.. mungkin yak arena
keturunan tadi itu mbak..
W12 P Menurut ibu, kenapa waktu itu J menyembunyikan
sakitnya ke keluarga?
J Gak tau ya mbak..saya juga sedih.. kenapa kok sampe gak
cerita.. ya gimanapun perasaan ibu.. kondisi anak kan ya
pengen tau.. tapi ya sudah lah.. yang penting kan sekarang
bukan yang kemarin..
W13 P Apa bener bu.. sikap Bapak jadi makin keras? Dan kasar?
J Dasarnya bapak memang keras mbak.. jadi yam au gimana
lagi.. tapi bapak peduli dan sedih juga kok dengan kondisi J..
sekarang sudah agak nggak kasar lagi.. kalo dulu memang
iya.. sedikit kasar.. yaa.. masalah keluarga lah mbak..
W14 P Begini bu, saya kan sedang neliti tentang kualitas hidup.
Kualitas hidup menurut beberapa ahli, ada yang bilang
bahwa kualitas hidup itu kepuasan seseorang terhadap
hidupnya, ada juga yang bilang kualitas hidup itu persepsi
seseorang terhadap hidupnya.. kalo menurut ibu kualitas
hidup itu bagaimana?
Menurut ibu orang yang memiliki kualitas hidup itu yang
bagaimana?
J Ya menurut saya, orang yang berkualitas itu ya yang
walaupun dia sakit, tapi tidak pernah berhenti berusaha, tidak
pernah putus asa, pokoknya selalu berusaha, terus berusaha,
artinya dalam keadaan sakit bukan yang terus gak mau apa-
apa, nglentruk, walaupun sakit tapi tetap semangat.. itu yang
berkualitas kali ya hahahaa..
W15 P Faktor-faktor apa yang menurut ibu itu mempengaruhi
344
kualitas hidup seseorang?
J Kalo saya sih, bersyukurnya dalam segi ekonomi masih ada
pemasukan, terus pokoknya jangan putus asa lah.. pasti ada
jalan dari Tuhan. Kalo emang Tuhan menghendaki sembuh
kan pasti sembuh, kalo menghendaki lain kan ya sudah
jalannya seperti itu, gak bisa dihindari, yang penting..
berserah ajaa..
W16 P Menurut ibu, J termasuk orang yang berkualitas
hidupnya?
J Iya.. karena J punya semangat hidup yang tinggi
345
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN AHLI (Dokter Subyek J)
Nama : dr.YM
Status : dokter subyek J
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 36 tahun
Kode Informan : YM/IH-S1
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Dokter
Kode Informan : YM/IH3
Tempat Interview : RSUD. Kariadi, Semarang
Waktu Interview : 2 Desember 2011
Kode Hasil wawancara
YM/IH-S1 W1 P Apa yang di maksud kanker otak?
J kanker otak itu tumor yang ada di otak.
W2 P Apa penyebabnya?
J Penyebabnya Genetik bisa.. jadi kalo ada keturunan yang
menderita kanker otak maka hati-hati untuk tetap menjaga
kesehatannya.
Bisa juga karena, trauma atau benturan, benturan di kepala
atau cidera kepala ringan tetap waspada, perubahan jaringan
yang terbentur bisa juga menjadi penyebab tumbuhnya
jaringan abnormal di otak.. bisa juga karena pola hidup,
makanan atau radiasi..
kalo J itu awalnya karena benturan waktu kecelakaan dulu
sama kakaknya. Ada benturan di kepala, terus membentuk
suatu gumpalan di dekat otak besarnya.
W3 P Apa gejalanya?
346
J Gejala umumnya, sakit kepala yang amat sangat, pusing,
mual, penglihatan kabur, gangguan keseimbangan tubuh,
kejang, masiihh banyaakkk lagi.. Subyek J awalnya dicurigai
karena sering sakit kepala dan sering pingsan di kampusnya
kata Benny, waktu itu sudah stadium 2
W4 P Menurut dokter, kualitas hidup itu apa?
J Kualitas hidup itu saat seseorang bisa menunjukkan
kemampuan atau kinerjanya.. dan bagaimana dia berusaha
mencapai kehidupan yang terus semakin baik.
W5 P Menurut dokter, J itu termasuk orang yang memiliki
kualitas hidup nggak?
J J itu ya bisa dikatakan berkualitas, karena dengan
keadaannya yang seperti itu, dia masih berusaha untuk tetap
kuliah. Itu kan artinya dia pengen berusaha meningkatkan
kemampuan dirinya.
347
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN UTAMA SUBYEK KEDUA
Nama : Subyek R
Status : Sudah menikah
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen
Umur : 42 tahun
Kode Informan : R-S2
Alamat : Jl.Citarum no.28
Pekerjaan : Asisten dokter
Status Penyakit : Kanker Payudara Stadium Satu
Tempat Interview : Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum dan Rumah Subyek
Waktu Interview : 15-16 November 2011
Kode Hasil wawancara
R/S2 W1 P Awalnya tante tau kalo ada kanker di dada tante itu
gimana?
J Nah itu, pas pergi ke wonosobo kan aku mandi, biasa to pas
mandi kan yo pegang-pegang, kok ada benjolannya.. dua lho..
trus aku konsultasi sama dr Lidia, kok ada benjolan dua ya dok?
Dokter jawab : ” Ohh gak papa paling nanti kan nek wis Mens
kan ilang”.. gitu.. aku jawab ahh tapi aku gak yakin oq dok..
karena gak berasa sakit. Trus aku bilang dr.Lidia.. yawis dokter
sing penting aku minta surat konsultasi ke Pak Benny, kalo gak
apa-apa ya sudah. Trus ketemu pak benny, pak benny bilang
“lho mbak kok ini mencurigakan ini terlalu dalem”.. trus dokter
bilang priksa ini.. ini.. batinku kesuennn gitu.. trus hasilnya
pemeriksaan pertama itu langsung disuruh operasi, ya aku
348
manut aja..aku tu ya ndak tau.. tau-tau benda itu ada di tubuhku..
awalnya kan Cuma di biopsi tok, hari berikutnya aku di operasi
lagi, dibersihin semuane...di tetek dan di ketiak..
Tapi di vonis kanker ganas itu, hidupnya tinggal berapa lama
lagi sih? Saya pun juga merasa begitu.. pikirku gini, anak-anak
itu masih perlu aku.. karena saudarane suami ku itu kan istrinya
juga Ca Mamae, dia meninggal dan suaminya gila perempuan
dan dua anak nya itu sekarang ikut aku mbak.. yang besar
akhirnya ikut pak dhe nya trus yang kecil ikut aku sekarang
sekelas sama anak ku yang kecil mereka jadi kayak anak
kembar gitu..
Lha itu bayanganku kan seperti itu, iya kalo suamiku gak nikah
lagi.. kalo nikah lagi apa dia pinter mbek anakku, uwwhh wiss
bayanganku wis kayak gitu, perempuan kan kayak gitu tap iwis
lah aku anggep hidup mati kan di tangan Tuhan kalo emang
Tuhan kehendaki kita pulang ga usah sakit kan ya langsung
pulang.. tapi perasaan kayak gitu itu gak pernah tak ungkapke
ke siapapun..
Tapi hasil tes yang dilakukan itu hasilnya positif semua, artinya
tubuh ku itu bisa lawan sel kanker itu jadi aku punya anti bodi
gitu lho mbak.. terus dokter menghendaki saya kemo, dalam
bayangan saya itu kemo.. biayanya gimana.. saya harus bayar
setengah.. padahal kemo empat juta padahal gaji ku aja gak ada
dua juta, terus anak-anak ku gimana.. tiga minggu sekali dua
juta, kan berat.. ya terus saya minta istilahnya ditangani dulu
administrasinya nanti saya selesaikan belakangan,, bayanganku
kemo itu.. lihat orang kemo kayak gitu aja aku.. (subyek
menunjukkan ekspresi takut dan menghela napas panjang)terus
keluargaku gak dukung, aku di suruh coba paket herbal.. saya
sempat mencoba tiga hari.. terus aku ditanyain pak benny..
dalam batinku itu kan herbal belum tentu baik, kalo diminum
349
baik ya ada.. tapi kalo enggak kan juga ada.. terus obat
herbalnya tak tinggal aku njalani pengobatan sama pak benny..
buat kemo itu kan aku harus persiapkan mental.. buat aku
keluarga berasku yang ke dua,. Setelah kemo rambutku gembel..
rontok semua.. saya botak..
Ya mungkin aku di rasani orang sekitar rumah tapi kan aku
nggak pernah keluar.. ya aku sebenernya aku malu, aku gak PD
mbak,, pertama kali aku masuk kerja aku nangiss.. dalam arti..
kenapa kok aku yang ngalami.. bukan orag lain..
Tapi kembali lagi mbak.. apa Tuhan punya rencana lain buat
keluarga ku? Kalo Tuhan punya rencana aku terima keadaan ini
aku amini.Cuma waktunya kapan aku ndak tau..
Selama aku kemo suamiku nggak kerja, Cuma mengandalkan
gajiku.. padahal gaji ku itu berapa.. setelah potongan-potongan
paling 700 ribu, buat mbayar SPP aja itu lho mbak sering
nunggak.. sempet setahun itu nunggak mbak.. waktu itu aku
mikir ke bank, akhirnya Cuma dapet lima juta mbak.. buat
mbayar uang gedung anak ku yang besar masuk SMP.. itu yang
SPP anak ku yang ke dua belum bisa kebayar lho mbak.. Tapi
saya bersyukurnya guru-guu itu tau kalo anak-saya belum bisa
bayar SPP itu guru-guru tau,
Kebetulan keluarga besarku nggak mendukung apa kemo
mereka nyalahin aku karena gak alternatif aja.. kan lebih
ringan.. tapi ibu ku dating kesini, ngerawat.. kalo abis kemo itu
kan aku muntah.. tapi aku seneng punya suami sing sayang
sama aku,, selama aku sakit itu suamiku nggak kerja lho mbak,
ngerawat aku..
Kebetulan mungkin keadaanku lagi capek atau gimana, kemo
yang kelima itu aku mau menyerah.. tapi kembali lagi.. suami
dan anak-anak ku yang menguatkanku, anak-anakku itu bilang..
mah Semangat! tinggal satu langkah lagi masa mamah meh
350
menyerah? Anak ku yang kecil itu pinter.. nyemangati aku..
ngerawat aku..
Aku tu.. kadang tu rasanya.. gak percaya kalo aku sakit seperti
ini.. walauun aku gak kerja, kebutuhanku dan keluargaku tu kok
ya cukup.. kalo bukan Tuhan yang cukupkan ya siapa lagi.. terus
sekarang tiap ikut perjamuan kudus rasa hatiku itu lain gitu
lho..hatiku itu juga sakit gitu lho.. kenapa sih aku sakit seperti
ini.. terus kalo aku inget Tuhan Yesus di salib kan aku jadi
inget, sakit ku kan sudah di tebus sama Tuhan Yesus dengan
bilur-bilurnya aku sudah sembuh.. tapi sekarang aku merasa
kayak sakit ku itu bener-bener sudah sembuh di ambil sama
Tuhan. Sesudah aku menjalani kemo, setiap aku perjamuan
kudus, aku pasti nangis mbak, padahal dulu aku gak seperti itu..
aku jadi pengen’e gini mbak, kalo aku dikasih sakit jangan kita
lihat ke belakang.. mati hidup itu di tangan Tuhan, kalo Tuhan
mau ambil sekarang bisa.. kita kan punya iman, Tuhan
menghendaki sakit dulu ya sudah sakit ulu.. itu kan menjadikan
kita dewasa.. kan selama ini kan aku tidak tau kayak gitu, gitu
lho.. dulu tu neng grejo yo wis neng grejo.. selama ini saya jadi
tau Tuhan menghendaki saya seperti ini tapi Tuhan akan
mengembalikan keadaaan tapi ntah kapan saya nggak tau..
Tapi saya senengnya walaupun keadaan saya seperti ini,
ekonomi saya seperti ini saya masih bisa berbagi.. adeknya
suami saya itu gak pernah mau berbagi, dia itu pelitnya luar
biasa.. jadi makan ikut saya, dalam hati itu kadang jengkel.. tapi
saya mikir lagi.. mungkin aku di berkati biar aku bisa
memberkati orang lain.. kadang emosiku padahal kan ngerti
kondisiku, blanja wae tak irit-irit, wong deen duwe duit lha
mbok yo berbagi.. enggak.. tapi dia makan aja ikut aku.. kadang
aku jengkel tapi terus aku merenung, Tuhan ampuni aku kok
aku jengkel sih.. ampuni aku Tuhan kok hatiku bersungut-
351
sungut.. aku jengkel tapi aku diem..
Kayak kemarin di gereja, itu ada tema karena sakit hati trus jadi
kanker.. apa aku seperti itu? Tapi aku mikir’e..ohh dengan
seperti ini aku jadi tau.. dalam batinku tu ya aku sakit gitu.. yaa
walaupun saya jengkel sama ipar saya tapi saya bersyukurlah
Tuhan saya masih di beri kesehatan.. kadang kan orang kan
menuntut sih mbak.. posisi aku sakit.. dia itu gak bantu bersih-
bersih rumah, aku masak, aku belum makan dia sudah makan..
kadang aku jengkel kadang mikir aku kan gak boleh iri hati, gak
boleh jahat, aku memang gitu mbak dulu kalo aku jengkel mbek
oang itu aku emosi.. ya mungkin itu yang membuat aku jadi
sakit seperti ini..
Jadi kalo ada orang yang sakit seperti saya, saya kepengen
berbagi rasa dengan mereka, dokter Rianto itu kan juga vonis
kanker hati.. dokter Rianto aja itu kan sempat nglokro, dia
dokter aja nglokro apalagi saya.. terus aku kasih semangat ke
dokter..
Dulu setiap aku liat orang makan aku nangis mbak.. lidahku kan
jadi mati rasa, aku gini mbak.. ya kan aku lagi proses.. aku kan
pernah makan itu.. ya buat menghibur diriku gitu mbak..
W2 P Ada riwayat keluarga yang kena kanker?
J Kalo keluarga ada.. kebetulan bapak kan Ca Kolon.. kanker
usus.. Cuma gak tau waktu itu aku sendiri masih karyawan baru
kan, tahun ’95.. dulu kan gak serumah, jadi dibawa kesini di
operasi dua kali terus ya Tuhan punya kehendak lain, lha apa
mungkin dari genetik atau pola makan aku juga ndak tau..
W3 P Taunya kalo kanker kapan?
J Awal Desember 2010 waktu aku mandi ada benjolan sak telur
puyuh itu dua.. di periksa sama pak benny stadium satu.. di dada
tu rasanya mati rasa.
352
W4 P Gejalanya?
J Gejalanya itu kesemutan di ujung-ujung jariku ini lho mbak..
terus kalo aku duduk gak bisa langsung berdiri.. lutut ku ini
sakit banget... tapi ya sudah di nikmati saja..beberapa bagian
tubuh ku ini mati rasa.. ujung jari... ketiak kanan ku..
W5 P Itu pengobatannya berapa tahap?
J Kalo kemo kan tiga minggu sekali.. ini tinggal pengobatan
lainnya aja.. kata pak benny sih pengobatanku selama lima
tahun.. dokter lain bilng ya semoga gak sampe lima tahun ya
mbak reta.. dengan dorongan kayak gitu aja udah bikin aku
semangat.. aku bersyukur dengan semangat dari dokter.. bulan
depan aku harus check up lagi.. itupun obatnya mbayar lho
mbak , Cuma di tanggung separo dar rumah sakit. Ya aku sih
tak syukuri lah.. aku kontrol tiap bulan sama pak benny..
W6 P Om kerja apa Te?
J Dulu jadi petugas survei kredit.. terus nggak betah kalo ada
kredit macet kan jadi ikut kena.. terus bosen, mosok aku kerjane
ngonek-ngonekke wong.. wong nek aku minjem di tagih nek
pas rak duwe duit wae yo sakit hati.. terus pindah City Bank..
keluar lagi.. tapi semenjak tante sakit gak kerja.. ya itu januari
sampe juni itu gak kerja, aku sendiri kalo habis kemo gak bisa
apa-apa.. dia yang mendampingi aku dia yang support aku..
sampe gak bisa biayain sekolah anak-anak.. sekarang ya
seadanya kerjaan, gak mesti setiap bulan ada pendapatan..
W7 P Jadi bener-bener sakitnya tante sangat mempengaruhi
ekonomi keluarga ya?
J Iya.. ya itu posisi suamiku kan nggak kerja, sedangkan aku
sendiri kan masih punya utang.. dengan gajiku 700rb itupun
kalo posisi nglembur.. selama sakit kan tante gak pernah
nglembur.. itu sudah buat makan, sekolah, pinjem keluarga kan
353
aku juga harus kembalikan. Aku sih bersyukurnya di rumah
sakit kan dapet beras, tante sih prinsipnya yang penting anak-
anak bisa makan.. aku bersyukurnya ya anak-anak mau
menerima keadaannya. Guru anak-anak kan mayoritas kenal..
anak-anak dapet suport dari gurunya.. mesti nanyake saya ,
gimana mama sudah sembuh? Sudah bu tinggal pengobatan aja..
bilang sama mama nggak boleh capek-capek.. sampe
sekarangpun masih ada yang peduli dengan aku.. sampe
sekarang dengan gajiku yang di potong itu.. sekitar 500ribu, aku
syukuri aku bisa makan.. kalo aku punya uang 10 ribu aja aku
awet-awet aku belikan sayur buat anak-anak.
Sampai kemarin itu hatiku loro tenan mbak, anak ku yang
pertama itu bilang mah mbok aku dibelikan motor.. rasanya aku
sakit.. aku kerja sekian tahun ok aku gak bisa mbeli’ke.. pernah
mbak besok tu anak-anak sekolah tapi aku sama sekali nggak
punya uang, tapi adaaa aja berkat Tuhan.. Tuhan beri berkat
lewat temen ku, 50 ribu..
Rasa kuatir ku ada, dengan gaji segini, makanku gimana...
karena suamiku kan gak mesti dapet penghasilan..
Kadang aku berpikir gini, temenku enak ya punya suami yang
setiap bulan dapet penghasilan sedangkan aku aja, ya kadang
dapet kadang enggak, tak syukuri.. semua nya kan dari Tuhan..
aku pernah iri sama temenku.. enak ya kapan sih aku merasakan
seperti itu.. tapi aku sih sekedar pengen cukup.. aku pinjem
saudara ku aja harus dikembalikan, sepeda motor itu hampir
ditarik karena aku gak bisa mbayar, aku mikir terus nanti kerja
suamiku piye.. tapi aku ya berserah aja lah..
W8 P Siapa aja yang tau kalo tante sakit?
J Semua orang tau.. tetangga-tetangga juga tau, kalo enggak
karena rambutku botak mereka paling gak tau.. kebetulan kan
354
tetangga depan rumah kan juga pasiennya pak benny.. jadi kan
lingkungan tau gejalanya sama, walaupun saya gak kasih tau..
kalo belanja di depan kan pake kudung.. dulunya sih belum bisa
menerima, saya merasa, malu sih iya, tapi yaudah biasa aja..
W9 P Mereka jadi berubah sikap nggak?
J Enggak sih, ya tetangga depan rumah kalo ketemu,, udah
sembuh ya? Yaa... sehat yaa... tante jarang keluar sih.. tapi
mereka membei dorongan semangat lah.. kadang mereka
datang, jenguk ke rumah sakit.. kalo kalo mencibir itu enggak..
bapak-bapak mendukung..
W10 P Jadi sakitnya tante mempengaruhi semua aktivitas sosial
tante?
J Ya.. setelah saya kemo kan saya jadi gak seaktif dulu mbak.. RT
engga.. RW juga engga... mayoritas semua mendukung saya,
selama saya gak aktif kok saya juga perhatiin kegiatan RT juga
jadi nggak aktif, selama aku kemo 6 bulan ini ya nggak ada
kegiatan itu..
W11 P Sejak kapan tinggal di sini?
J Sejak tahun 1991..
W12 P Kondisi tante yang cepet capek misalnya, apakah itu jadi
mempengaruhi kegiatan sosial bermasyarakat?
J Enggak sih, selama aku kemoterapi itu kan aku jadi capek, yaaa
mempengaruhi juga sih,, misal aku duduk lama gini aku gak
bisa, ada pengaruhnya juga.. di sisi lain rasa kemanusiaanku..
rasa malu itu kan juga ada.. misalnya mau kumpul sama ibu-ibu
PKK gitu kan aku jadi malu padahal mereka juga nggak papa..
terus yang ke dua, nanti jatahnya PKK aku masuk kerja atau
habis kemo jadi gak bisa dateng.. aku sebenernya sih kepengen,
aku suka tapi kan gak bisa ikut terus, pada dasarnya aku suka
organisasi begitu karena kan kita bisa nambah pengalaman,
355
yang awalnya gak tau jadi tau..
W13 P Menurut tante, kesuksesan itu apa?
J Menurut aku sukses itu.. saat melihat anak-anak ku nanti sudah
bekerja, hidup enak, tercukupi ekonomiku, aku ndak
kekurangan, anakku berhasil tidak seperti aku.. gak seperti
bapak’e, saat aku tua anak-anak ku sudah mapan..
W14 P Kalo kebahagiaan?
J Kalo aku kebahagiaan itu dari keluarga.. dalam arti hubungan
keluarga, kebahagiaan itu pada saat semua keluarga itu
menyatu.. sering aku, suami dan anak-anak ku itu ngumpul,
nggoda-nggodani sing kecil,, di uyel-uyel.. itulah yang jadi
acuan aku untuk hidup. Anak-anak ku itu masih membutuhkan
aku.. jadi kalo pas ngumpul ada satu yang gak ada itu pasti pada
nyari.. itulah yang menjadi kebahagiaan buat saya.. motivasi dan
semangat buat saya.. ternyata mereka masih membutuhkan
saya..
W15 P Tante sudah merasa bahagia?
J Kalo itu udah saya dapatkan dari dulu to mbak.. lebih yakinnya
lagi.. itu semenjak aku sakit.. aku bilang tolong mama di
doa’ke.. walaupun saya gak tau kapan mereka doain saya tapi
saya tau bahwa mereka pasti mendoakan saya, saya sedang
dipijetin kalo pas lagi capek, jadi merke kan perhatian to mbak
sama saya.. pas saya kemo itu pernah ada kejadian suami harus
pergi ke Salatiga buat rapat gereja.. akhirnya anak ku sing kecil
di pamit’ke dari sekolah. Si kecil itu nungguin aku kemo lho
mbak, aku muntah itu dia yang buang muntahanku.. tanganku di
pijeti sambil bilang.. “Ma, semangat ya ma...” itu hatiku
yaampun rasanya.. anak ku perhatian banget sama aku.. itu kan
kebahagiaan tersendiri buat aku..
Kebahagiaan buat saya kalo keluarga dukung pas saya sakit
356
begini.. perhatian.. semenjak saya sakit itu yang nyuci malah
anak laki-laki ku.. walaupun kalo yang cowok itu kadang-
kadang cuek..
W16 P Menurut tante itu kualitas hidup itu apa?
J Di katakan sukses juga belum, kalo puas dengan ini.. kan tadi
aku bilang to kadang aku iri dengan teman-teman ku, enak ya
mereka rak duwe utang, enak ya suamine kerja mesti dapet
penghasilan, aku wae kadang dapet kadang orak.. berkualitas itu
mungkin dalam keadaan seperti ini aku masih bisa memotivasi
anak-anak buat belajar..
W17 P Menurut tante kriteria orang yang bekualitas itu gimana?
J Kalo aku melihat itu.. royal kerja, katakanlah pekerja keras,
kadang aku punya rasa kecemburuan, dalam arti.. temenku,
suaminya itu sudah punya pekerjaan tapi dia gak puas dengan
satu pekerjaan, dia cari pekerjaan sambilan lain lagi.. batinku
kenapa sih kok suamiku gak bisa kayak gitu sih?tapi tak
kembalikan lagi.. ohh mungkin talenta dan kemampuan
seseorang itu kan beda.. kalo menurut aku sendiri kita kan gak
boleh pasrah dengan keadaan yang seperti ini.. punya keiginan,
punya mimpi tapi untuk melangkahnya kesana tu lho yang aku
sendiri enggak ngerti.. aku nggak tau apakah hidupku itu
berkualitas tapi dari keluarga ku sendiri selama aku sakit kan
aku gak pernah minta uang buat pengobatan, aku sendiri juga
tidak mau cerita, ya mungkin menurut saya, orang yang
berkualitas ituu dia tidak puas dengan satu pekerjaan..
W18 P Menurutku dengan keadaan tante yang sakit tapi tetap
bekerja, bukan kah itu berkualitas?
J Yaa.. iya sih.. kalo saya gak kerja nanti makan apa?
W19 P Apa yang terpenting buat hidup tante?
J Karena aku kan penderita kanker, aku pengen lihat anak ku
357
berhasil, kan aku gak tau kapan waktuku habis.. kalo boleh sih
aku mau lihat dulu anak-anakku mandiri, bekerja,
membahagiakan orang tua.. bagi ku itu aku bersyukur.. tapi mati
hidup kan di tangan Tuhan..
Aku itu kadang sensitif banget mbak..
Kadang aku jengkel.. urip kok orak duwe duit ki yo piye.. kan di
hati rasa nya sakit.. terus kalo denger kata-kata menyakitkan hati
gitu yo aku sakit hati mbak.. kejadiannya baru aja..ipar-ipar ku
itu lho.. kalo ada kata-katanya yang keras aku selalu jengkel..
tapi apa aku sensitive kayak gini ni karena aku sakit.
Aku pengen Tuhan kasih aku umur panjang biar bisa lihat anak-
anak ku sukses.. itulah mbak yang aku inginkan, itu rencana ku..
kalo rencana Tuhan kan aku ndak tau..
W20 P Tante merasa sudah memberi yang terbaik untuk hidup
tante?
J Kalo untuk pengobatan sih iya.. karena aku sudah jalani saran
pengobatan dari pak benny.. tapi kalo untuk keluarga kok aku
merasa belom.. aku belom bisa lunasi SPP , di sisi anak kan
pasti di oyak-oyak to mbak.. itu kan jadi tekanan sendiri buat
anak to mbak.. waktu itu anak ku pulang sekolah nangis gara-
gara belum dapet kelas mbak, karena yang belum lunas belum
bisa ambil raport dan daftar ulang.. pada saat itu aku sakit hati
mbak.. jadi kalo yang terbaik buat keluarga aku gak bisa karena
ya itu... belum bisa bayar SPP.. (subyek menjelaskan dengan
menangis). Sampe anak ku minta les.. aku bilang, Nok.. mama
tu mau yang terbaik buat kamu, les apapun oke.. tapi yang bayar
siapa.. mama kan ndak punya uang.. buat SPP mu aja belum
bisa bayar.. daripada buat ongkos les kan mending buat bayar
sekolah.. ya makanya tadi kalo hidup berkualitas aku rasa
belum, ya tadi karena anak minta buat sekolah dan les aja aku
358
belum bisa.. jadi gak tau kapan aku menderita ini terus? Kapan
aku bisa raih apa yang ku inginkan? Faktor ekonomi aja yang
gak bisa mencukupi..
W21 P Berarti faktor ekonomi itu sangat mempengaruhi kualitas
hidup tante?
J Untuk sekarang iya.. karena kan sumber untuk dana kan cuma
aku tok mbak.. dulu itu aku selalu bisa pergi sama anak-anak
tiap minggu.. nah setelah suami kena PHK dan tante sakit
ekonominya jadi morat marit mbak..
W22 P Harapan tante apa?
J Aku sakit itu aku malah pengennya berbagi rasa sama orang lain
yang sesame menderita kanker, selama ini sih udah ada empat
orang ya termasuk Pak Rianto juga itu.. karena saya dapet
dukungan dari keluarga, temen-temen dan sahabat-sahabat
saya.. yang terpenting itu semangat, kalo saya punya semangat
buat hidup kita itu jadi punya motivasi buat hidup.. kalo kita
udah nglokro.. ah koyok ngene ahh koyok ngene.. dalam hal itu
aku tu pengen masuk kedalam mereka, jangan seperti itu, jangan
nglokro.. kemarin kan sempat jadi asisten dr.Eko.. kebetulan ada
pasien Ca juga.. kemo pertama dia udah rontok.. kulitnya pucet..
pucetnya itu kayak mayat gitu.. putiiihhhh bangett.. terus dokter
itu bilang ke pasien itu.. ini lho kayak susternya , susternya
sedang sakit juga tapi masih tetep semangat.. pasiennya kaget..
terus Tanya sama saya.. apa iya suster? Ah bohong kok
keliatannya sehat gak kayak orang sakit...
Terus tak jawab: iyaa bu.. ya mungkin ibu gak percaya kalo saya
sakit.. tapi saya pengen bilang sama ibu mati hidup itu di tangan
Tuhan, wong yang habis ini pulang mati aja ada apalagi kita
yang sudah tau jelas-jelas sedang sakit.. hidup itu harus
semangat kalo emang Tuhan sudah tentukan jalanNya buat sakit
359
dulu ya gapapa.. turuti saran dokter saja..
Terus suster udah kemo ke berapa? Saya udah enam kali kemo..
pasiennya gak percaya.. oiya??
Iya.. saya udah 6 kali.. kuncinya emang setelah kemo itu tidak
enak, tapi yang penting itu kita minum jus setiap hari.. kalo Hb
rendan minum aja rebusan buah Bitt.. saya juga bilang gitu ke
dr.Rianto.. minum yang banyak..
W23 P Mempengaruhi hubungan seksual Tante?
J Enggak.. kan yang sakit bukan organ intim seksualnya nok..
360
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN PENDUKUNG (Teman Subyek R)
Nama : Sumiarsih (Teman R)
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : D3
Agama : Kristen
Umur : 47 tahun
Kode Informan : SM/IP1-S2
Pekerjaan : Bidan
Alamat : Sayung, Semarang
Tempat Interview : Rumah Informan
Waktu Interview : 20 November 2011
Kode Hasil Wawancara
SM/IP1-S2 W1 P Ma, kapan pertama kenal tante?
J Wahhh wis suwi.. sepuluh tahunan yak’e.. wong isik tante
daripada mama kok. Tante mungkin wis 20 tahunan ng
Panti Wilasa.. mama kan gek ntes..
W2 P Lha ngertine sakit pas opo?
J Yo dari cerita-cerita temen-temen,cerita tante dewe kok
ada benjolan neng payudara.. terus konsultasi dokter
benny, biopsy bar kui langsung kon operasi.. ternyata
kanker terus pengobatan dilanjutkan. Kemoterapi buat
mematikan sel-sel nya.. takutnya daripada terjadi
penyebaran kan mending di antisipasi lebih dini. Kanker
Nek awal kudu di kemo, tapi nek wis lanjut harus di
radiasi.
Kemoterapi kui dimasukkan obat kemo diinfus, reaksine
obat kemo biasane terasa panas, efek mual dan muntah
yang luar biasa.. jadi mangkanya pasien kemoterapi selalu
361
di pisahkan dari pasien lain, soale mengko nek pas muntah,
pasien lain kan jadi gak bisa makan. Jadi di taro ruangan
khusus, yang masuk pake pakaian lengkap, soalnya orang
kemo itukan dimatikan sel-sel kankernya, biasanya juga
mematikan sel-sel yang dilewati atau yang ada
disekitarnya, jadi daya tahan tubuhnya rendah. Kalo ada
yang masuk lagi sakit atau flu aja, pasien kankernya bisa
ketularan, soale kekebalan tubuhnya sedang lemah.
W3 P Koncone tante akeh ya ma?
J Yo nek sak rumah sakit koncone kabeh, sak grejo koncone
kabeh.. ngono to yo.. kalo udah lama kebanyakan kenal,
gak kenal itu misalnya dia pegawai baru.. yo paling ngerti
wonge tapi rak ngerti jenenge, tapi nek sak rumah sakit yo
kenal..
Orange ki yo baik, ramah, kuat, semangatnya tinggi buat
sembuh..
W4 P Dukungan temen-temene piye?
J Dukungane yo mensuport.. support supaya mau menjalani
pengobatan, kemoterapi itu kan berat.. misal kalo sampe
gak mau kemo, lha nanti anak-anak piye.. anak-anak
kehilangan ibu, suami kehilangan istri, fungsi dalam
keluarga kan timpang tapi nek menjalani pengobatan kan
misal keberhasilan tinggi, berarti kan harapan hidupnya
juga tinggi.
Kebanyakan orang itu menganggap kanker gak ada
obatnya, padahal kan pengobatan sudah maju, jadi metode
sudah banyak dikembangkan. Nek mbiyen pengobatan
kanker pasien harus pake penutup kepala sampai ke kaki
semuanya tertutup, sekarang kan enggak, ya karena metode
kedokteran sudah maju. Itu karena kanker kan pembunuh
362
nomer sekian di Indonesia atau Dunia, jadi semakin
dikembangkan. Padahal banyak pasien kanker yang bisa
sembuh, contoh orang terkenalnya tu Shahnaz Haque itu
kan kanker rahim dulu, menjalani kemoterapi juga..
akhirnya juga sembuh, jadi.. salah nek bilang kanker
gabisa sembuh.. bisa...
Makanya itu kenapa penderita kanker sangat butuh
dukungan dari keluarga. Soalnya efek pengobatannya
sangat menyakitkan.
W5 P Biaya kemo ditanggung RS?
J Ditanggung RS sebagian karena kemoterapi kan obatnya
mahal. Orang tuane juga jarene kanker juga kan.. yang
ditinggali itu rumahnya orang tuanya. Tante kui pernah
cerita udah bikin rumah di daerah dokter cipto, tapi belum
ditempati, jadi masih di rumah yang lama itu.
W6 P Suami ne kerja apa?
J Duh kerja apa ya.. Karyawan swasta lepas kayaknya.. jadi
yo penghasilannya gak tetap.
W7 P Tante ki ndak aktif neng greja ma?
J Aktif.. wuuhh aktivis kuii neng grejo..panitia-panitia..
dulu-dulu sih aktif banget tapi nek setelah sakit gak tau..
W8 P Pengobatan ne biasane sui maa?
J Biasane enam kali terus minum obat buat meningkatkan
daya tahan tubuh to dek..
W9 P Menurut mama kualitas hidup ki opo?
J Kualitas hidup kui yo.. hidup yang bisa berfungsi secara
baik..
W10 P Kriterianya?
J Bisa bersosialisasi baik, fisiknya baik, mentalnya baik, bisa
mengerjakan pekerjaan baik, gak terganggu, kalo perawat
363
yo bisa dinas..
W11 P Berarti tante kualitasnya baik?
J Ya... kalo untuk penderita kanker, masih bisa seperti itu..
termasuknya baik...wong masih bisa kerja.. bisa kemana-
mana.. yo termasuk baik
364
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN PENDUKUNG (Suami Subyek R)
Nama : Bp. Daud (Suami R)
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen
Umur : 40 tahun
Kode Informan : DD/IP2-S2
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl.Citarum, Semarang
Tempat Interview : Rumah Subyek J
Waktu Interview : 20 November 2011
Kode Hasil Wawancara DD/IP2-S2 W1 P Sejak kapan om tau kalo tante sakit?
J Sekitaran setahun lalu kayaknya ya.. duh lupa-lupa inget
saya.. yaa.. tahun 2011 tengah atau akhir gitu
kayaknya..Saat itu ya tante cerita kok ada dua benjolan
dipayudaranya yang kanan, dua katanya.. lha terus ya udah
konsultasi dokter, biopsy, terus dioperasi sekalian.
Saat itu ya rasanya kaget semua, gak menyangka kok ada
penyakit itu. Tapi ya sudah, yang penting segera ditangani
saja dulu.
W2 P Saat itu keadaan tante gimana?
J Ya namanya orang dapet vonis kanker ya kaget ya.. sempat
takut, khawatir juga, apa nanti terus payudaranya diangkat
semua.. atau gimana.. tapi kata dokter kan masih stadium
awal.. jadi tidak perlu diangkat, dibersihkan aja, terus
kemo.. ini sudah jalan berapa kali ya.. kayaknya enam kali
kemo.. Puji Tuhan semuanya baik. Tante sudah bisa
365
beraktifitas, bekerja..
W3 P Bener gak om, tante pernah down saat kemo ?
J Oh iya... waktu kemo kelima kondisinya kan drop..
rambutnya sudah botak itu.. tapi ya saya sama anak-anak
berusaha kasih semangat akhirnya bangkit lagi terus mau
lagi kemo yang keenam. Ya kalo abis kemo gitu kasian ya,
badannya lemah sekali, muntah-muntah.. gak bisa
kerja,hanya tiduran. Puji Tuhan sekarang sudah keliatan
sehat.
W4 P Kalo secara mentalnya? Tante pernah cerita tentang
kekhawatirannya?
J Ya ngerasa khawatir dan takut itu pasti ya.. apalagi anak-
anak masih kecil.. gimana nanti kalo ada apa-apa.. kalo
nanti saya nikah lagi, terus anak-anak gak ada yang
ngurusin.. ya saya coba buat bikin dia tenang, semua itu
yang ngatur Tuhan.. hidup mati yang tahu kan Tuhan, yang
penting kita sudah berdoa dan berusaha..
W5 P Sekarang stadium satu ya om? Kalo berobat gitu tante
sendiri atau ditemenin om?
J Iya.. Biasanya sama saya.. ya saya usahakan buat selalu
temenin dia.. kasian kalo sendirian, anak-anak kan sekolah,
ya saya ngalahi beberapa waktu berhenti kerja, ya buat
ngurusin tante dirumah..
W6 P Kan di rumah ada banyak sodara om?
J Iya tapi gak enak kalo ngerepotin sodara terus, lagipula
adek gak terlalu pinter ngerawat tante.
W7 P Dukungan seperti apa yang diberikan keluarga buat
tante?
J Kalo keluarga besar enggak terlalu mendukung.. karena
dulu sempat berhenti dari pengobatan yang disarankan
366
keluarga, jadi mereka agak-agak cuek sama kondisi tante
sekarang.. paling ibuk yang pernah kesini, nengok dan
bantu ngerawat tante.. kalo saya dan anak-anak berusaha
sebaik mungkin untuk merawat tante. Ya anak-anak saya
secara nggak langsung jadi mandiri semua, kadang makan
masak sendiri, yang besar walaupun laki-laki tapi mau
nyuci baju.. yang cewek bersih-bersih.. ya mereka ikut
semangatin tante sih.
W8 P Tante sendiri sudah menerima keadaannya om?
J Kalo menerima ya sudah.. di syukuri saja semuanya
W9 P Kalo dari riwayat keluarga apakah ada yang kanker
juga..
J Iya.. kebetulan bapak mertua itu kanker usus..baru
meninggal beberapa bulan lalu, tap itu bapak ketauannya
udah telat, jadi ya penanganannya agak terlambat.
W10 P Om kerja dimana sekarang?
J Ini kemarin habis pulang dari Tegal.. kemarinnya ke
Sukoharjo.. sekarang sih kerjaan apa aja yang ada di
kerjakan, sambil nunggu ada kerjaan lain. Kalo dulu
bekerja di perusahaan yang memberi kredit ke orang-orang,
saya yang nariki tagihannya tapi kok lama-lama nggak
nyaman dengan pekerjaan itu, ya terus saya keluar..
W11 P Apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah tante
sakit? Ekonomi misalnya?
J Ya yang paling kentara itu pengeluaran kan semakin besar,
kalo dulu gak ada biaya berobat sekarang ada, dan
biayanya juga gak sedikit walaupunsudah dibantu sama
rumah sakit tempat tante kerja.. tapi ya tetep
mempengaruhi ekonomi keluarga.. ditambah saya juga
belum dapet kerjaan yang mapan. Tapi saya percaya,
367
berkat Tuhan itu sudah disediakan, jadi ya percaya saja
cukup..
W12 P Kalo secara mental?
J Lebih sensitif.. tapi ya wajar saja lah.. kan ya dipicu sama
kondisinya...
W13 P Kalo kehubungan sosialnya? Dengan tetangga-
tetangga? Semua tetangga tahu?
J Ya tahu, gak di tutup-tutupin kok, kan ya kemarin tante
sempat rontok semua rambutnya, jadi secara gak langsung
pasti juga tahu..
W14 P Tetangga beri dukungan om?
J Ya mendukung, dateng ke rumah, kasih semangat.. biar
tante kuat menghadapinya..
W15 P Pas rontok itu tante masih tetap percaya diri om?
J Sempat ngomong.. “Pah.. aku isin gak punya rambut gini,
nek di delok kok aneh..ter’ke neng salon yok? Aku tak
bikin rambut palsu”.. ya akhirnya saya anter ke salon, terus
bikin rambut palsu.. sempet beberapa bulan pakai rambut
palsu.. terus sekarang sudah tumbuh rambut aslinya, udah
makin PD aja..
W16 P Kemarin tante cerita kalo mempengaruhi hubungan
seksual tante juga.. apa bener om? hehe
J kayak gitu itu pasti kan, orang melakukan kayak gitu kan
sama-sama senang.. kalo kayak gini kan bukan cuma yang
kanker aja yang merasakan, tapi om juga merasakan
perubahan, om yang liat sakitnya kan merasa kasian,
apalagi ya itu penting tapi lebih penting kesembuhan tante
lah.. hahaha
W17 P Om sejak kapan tinggal disini?
J Sudah sejak kecil, kan ini peninggalan dari orang tua.
368
W18 P Apa arti tante buat om?
J Wah ya segalanya buat saya ya.. buat saya, buat anak-
anak.. pasti sangat berarti.. saya sama anak-anak sayang
sama tante, kadang nggak tega kalo tante pas sakit gitu..
kami berusaha semaksimal mungkin lah untuk berobat
W19 P Menurut om, tante merasa bahagia?
J Ya.. bersama keluarga dan melihat anak-anak tumbuh
besar itu membahagiakan buat kami..
W20 P Kalo dari sisi spiritualitas? Apakah menurut om, tante
dekat dengan Tuhan?
J Ya semenjak sakit, tentunya tante lebih berserah kepada
Tuhan.. ke gereja, tapi karena keadaan yang gampang
capek jadi jarang ikut pelayanan lagi.. paduan suara masih
ikut tapi kalo ya pas saya dirumah jadi biar bisa bareng..
W21 P Menurut om, definisi kualitas hidup itu apa? Kriteria
orang yang hidupnya berkualitas?
J Ya saat semua kebutuhan hidup tercukupi dan seimbang,
baik sandang, pangan, papan, papan, kasih sayang
keluarga, sosial, kehidupan rohani juga.
Jadi kalo kaya tapi banyak musuhnya banyak, korupsi.. ya
gak berkualitas.
W22 P Menurut om, hidup tante berkualitas?
J Ya... walaupun kami bukan orang kaya, tapi ya cukup..
Tuhan selalu mencukupkan.. Puji Tuhan.
369
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN AHLI
Nama : dr.Benny Issakh, Sp.BT
Status : dokter subyek R
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 51 tahun
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Dokter
Kode Informan : BI/IH-S2
Tempat Interview : Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
Waktu Interview : 20 November 2011
Kode Hasil wawancara BI/IH-S2 W1 P Dokter, sebenernya kanker itu apa sih?
J Wah.. kanker apa dulu nih? Kan banyak macamnya? Nanti
kamu saya pinjami buku saya aja ya..
W2 P Kalo kualitas hidup menurut dokter apa?
J Dalam hal apa? Kalo teori ya saya harus baca buku dulu
baru bisa menjawab..
Harusnya kamu donk yang jelasin ke saya dulu..
W3 P Yaa.. menurut dokter pribadi saja.. seseorang yang
memiliki kualitas hidup itu kriterianya gimana, begitu
dokter?
J Hmm.. kualitas hidup, kalo dalam bidang kesehatan.. yaa..
orang yang hidupnya berkualitas itu orang yang dalam
melakukan aktivitas tidak bergantung dengan bantuan orang
lain..
Artinya.. kalo ke kamar mandi aja dy harus di anter dan di
tolong orang lain itu enggak berkualitas
370
W4 P Kalo menurut dokter subyek.R dan subyek.S adalah
orang-orang yang berkualitas?
J Ohhh iya.. pasti.. mereka masih bisa bekerja, mereka tidak
perlu bantuan orang lain..
Subyek R sebagai masih kerja jadi asisten perawat, dia
sangat semangat dan kuat menjalani rangkaian kemoterapi...
ini sudah berlangsung lima atau enam kali gitu..
subyek S itu.. dia kerja jadi supir ikut dokter umum yang
tadi nganterin dia konsultasi.. dia juga sudah menjalani
kemoterapi sekitar empat atau lima kali gitu.. berencana buat
pengobatan lewat terapi sinar juga di Kariadi..
W5 P Mereka rutin periksa dokter?
J Wah kalo itu lihat di RM ya.. (rekam medik)
W6 P Gejala apa yang mereka rasakan?
J Kamu lihat di RM aja kalo tentang itu saya gak hafal.. oke?
Maaf banget ini saya harus operasi pasien..
W7 P Kalo keadaan tante Reta sekarang gimana?
J Kalo keadaannya sekarang sudah sangat baik, kemoterapi
tinggal beberapa kali lagi, sehat.. tinggal melanjutkan
pengobatan, tapi memang kemungkinan dalam jangka waktu
lima tahun ke depan masih akan menjalani pengobatan, ya
mudah-mudahan engga sampe lima tahun.
Tubuhnya punya imunitas yang baik yang bisa lawan
keganasan sel kanker yang ada di tubuh R jadi ini ya sangat
baik ya.. gak semua penderita punya imun seperti dia.
371
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN UTAMA
Nama : Subyek B
Status : Belum menikah
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sarjana
Agama : Islam
Umur : 29 tahun
Kode Informan : B/S3
Alamat : Jl. Tlogosari no.36
Pekerjaan : Wirausaha
Status Penyakit : Kanker Darah Stadium Satu
Tempat Interview : Rumah Subyek B
Waktu Interview : 28 Desember 2011
Kode Hasil wawancara
B/S3 W1 P Cerita awalnya tau kelo sakit gimana mas?
J Kalo saya merasa mulai drop itu sejak November, berat badan
turun drastis, lemes, saya piker kan karena capek ya.. mungkin
itu sudah berlangsung lama tapi enggak kerasa jadi ya biasa
saja. Terus sampai suatu saat di paksa Dwi buat ke dokter,
awalnya saya gak mau, takutnya nanti kalo ternyata sakit
macem-macem malah kepikiran kan.. terus ditunggu aja nanti
juga sembuh sendiri, terus dicoba pake obat tradisional ternyata
juga gak mempan. Terus sambil saya menyiapkan mental saya
menyiapkan asuransi dulu, Cuma terus kan nunggu sampai 30
hari, lha setelah 30 hari itu baru saya beranikan diri ke dokter.
Kemarin kan sempat ada pemeriksaan di puskesmas, karena
alatnya masih sederhana, hanya mencapai normalnya 170.000
372
leukositnya, nah alat nya gak mampu lagi mendeteksi leukosit
saya, disitu tulisannya Cuma 170.000+ gitu.. maksudnya lebih
dari angka itu, maka direkomendasikan periksa ke lab yang
lebih besar.. ternyata hasilnya 450.050 leukosit saya. Ke dokter
yang di Jl.Kelinci di USGhasilnya limpanya bengkak, ah paling
diobatin sembuh.. terus dari semua informasi itu saya coba cari
diinternet, lhoh kok semua artikel di internet menjurusnya ke
leukemia. Ada yang bilang bisa sembuh, gak bisa sembuh atau
cuma bisa dikendalikan. Kalo metode jaman dulu itu pake
kemoterapi, tapi sekarang ada obat khusus tapi ya gak banyak
berkembang ya informasinya., jadi ya susah.. jadi kalo punya
jamkesmas bisa dapet gratis, tapi bisa juga beli di apotik tapi
harganya mahal. Perbutir 250.000 padahal sehari 1.000.000. ada
bantuan juga sekitar 500.000 per bulan, kabar terbaru februari
jadi 24.000.000 pertahun. Padahal kalo jamkesmas sulit.
W2 P Kalo kondisi sekarang gimana mas? Gejalanya masih ada?
J Gimana ya, wong sebelum sakit aja gejalanya gak kerasa, paling
sekarang gejala yang paling kentara itu cepet ngantuk ya, tapi
orang cepet ngantuk kan dikiranya ya capek.. butuh tidur.. gitu..
Saya pergi keluar, naik motor atau mobil, begitu sampe rumah
rasanya harus tidur.. karena Hb ku Cuma 6 atau 7 gitu kok..
W3 P Jadi untuk kegiatan masih normal ya mas?
J Iya , tapi sekarang udah mengurangi kerjaan yang berat-berat
gitu.. kayak angkat-angkat barang berat udah enggak...
Saya punya filosofi sendiri, penyakit itu datangnya bukan Cuma
karena pola makan, kalo kita pola makannya salah kan ya sakit,
tapi obat yang paling istimewa kan memang benar-benar dalam
diri, jadi kalo udah nyentuh kepikiran, pada waktu itu 2009
akhir-2010 ada masalah yang sangat berat, nah itu mulai
kepikiran.
373
Penyebab penyakit ini kan ada empat. Pertama, keturunan, kalo
keturunan kayaknya gak ada, kedua radiasi, tapi masak ya
komputer dan radiasi sengefek itu..orang lain kok enggak, terus
nuklir, apa iya pengaruh gempa Jepang, karena waktunya
berdekatan.. trus yang terakhir pola makan. Waktu itu di
Temanggung. Saking mau ngirit, saya itu bisa hidup Cuma
dengan 300.000 sudah dari bensin, kos, dan makan, sampe suatu
saat saya menyadari saya itu terlalu sering makan mie instant,
kata orang kan pengawetnya gak bagus juga, terus waktu di
Temanggung kan udara dingin, masuk ke ruangan tertutup,
disitu ngrokok semua, nah tanpa sadar, efeknya ditubuh saya.
Jarang makan sayur dan jangan kebanyakan vetsin.
W4 P Ada gak mas perbedaan sebelum dan sesudah tahu kalo
sakit?
J Kalo secara fisik gak ada sih, kalo mental.. saya berusaha sih
biar diri saya itu tetep bersyukur, tenang gak kepikiran terlalu
dalam.. makanya terus saya keluar dari kerjaan.
W5 P Ada kegelisahan?
J Ya.. sebenernya keinginan untuk sembuh dan kekhawatiran itu
berjalan seiringan ya, tapi kalo saya mikirr, ah enggak.. gak
papa.. ya sudah.. jadi saya menghindari hal-hal yang membuat
saya berpikir terlalu berat.
W6 P Kekhawatiran terbesarnya apa mas?
J Ya ini kalo sampe suatu saat harus tergantung pada obat,
ketergantungan obat itu kan efeknya kalo gak ke ginjal ya
resistant. Dosisnya akan terus meningkat.. setelah leukosit saya
turun, malah lebih susah saat mau menaikkan. Kalo efeknya
obat sih enak, badan jadi seger dan kulit jadi ketok lebih cerah..
W7 P Pernah jenuh gak mas?
J Kalo jenuh sih enggak ya, Cuma kalo lagi kecapekan tau-tau
374
lupa minum obat itu kan yang kadang bikin takut sendiri, saya
kan gak mau kalo sampe hari ini minum, besok enggak,
besoknya minum.. kan malah jadi masalah. Jadi berusaha buat
rutin minum obat.
W8 P Pernah ngerasa putus asa?
J Nggak pernah sih kalo putus asa..
W9 P Sudah bisa menerima keadaan mas?
J Dulu sih sempet syok ya waktu awal-awal.. butuh waktu juga,
sekitar sebulan gitu mikir harus gimana-gimana.. Akhirnya
memutuskan untuk ngurus asuransi, buat masa depan juga kan..
kalo sekarang sih udah sih karena sakitnya kan belum terlalu
parah..
W10 P Itu mempengaruhi kepercayaan diri gak mas? Dalam
hubungan sosial?
J Enggak sih.. karena kan penyakitnya enggak menular.. ya paling
kan penularannya kalo nanti ada keturunan nanti kemungkinan
ada , bisa tertular..
W11 P Itu menjadi kekhawatiran tersendiri gak mas?
J Ya yang nanti kan biar nanti, kalo sekarang saya jalani apa yang
ada sekarang aja..
W12 P Mempengaruhi hubungan sama pacar nggak mas?
J Ya kalo sama dia enggak, tapi kalo orang tuanya iya.. sempet ya
syok juga, Tanya ke pacarku gimana keadaannya gitu.. tapi
sekarang udah biasa, udah bisa menerima..
W13 P Temen-temen disini tau mas?
J Iya tau semuanya..
W14 P Mereka mendukung? Dukungan seperti apa?
J Ya mendukung, ya sekarang lebih membantu mengerjakan hal
berat aja..dulu sempet diadain doa bersama, yang adain mereka
buat saya, saya sih gak nyembunyiin karena kan kalo banyak
375
yang tau kan juga banyak yang mendoakan.
W15 P Aktivitas sosial jadi terganggu gak mas?
J Jarang keluar sih, karena lebih banyak orang yang kesini dari
pada kepentingan saya keluar gitu.. paling keluar kalo ada perlu
sangat penting, tapi lebih banyak saya didatengin dari pada saya
dating kesana.
W16 P Ini tinggal disini dengan siapa?
J Orang tua dan adek..
W17 P Kalo orang tua gimana mas?
J Ya kalo orang tua , keluarga pastinya mendukung.. yaa jadi
lebih banyak mengeluarkan uang juga untuk saya, tapi sekarang
saya nambahin asuransi, kalo dulu 3 sekarang jadi enam, ya biar
nantinya saya nggak ngrepoti orang tua.
W18 P Mas B memandang hidup itu seperti apa?
J Yang pasti hidup itu apa yang kita tanam itu yang kita petik, jadi
apapun akan kembali ke kita. Kalo tentang sakitnya mas ini,
beberapa orang bilang bahwa sakitnya mas ini karena mas kaya.
Ada juga yang bilang karena kutukan hmmm.. kesalahan masa
lalu yang pernah mas buat. Yang ketiga mungkin untuk nebus
kesalahan di masa lampau, jadi kalo dulu saya salah, terus saya
sakit , itu bisa nebus kesalahan dimasa lalu. Saya gak tau karena
apa tapi yang jelas saya menjalaninya berusaha buat selalu
bersyukur, ikhlas.. setelah kesukaran itu pasti ada berkah..
mungkin saya akan dibawa sampai kesana. Orang itu kan akan
lebih bersyukur kalo udah pernah ngerasa sakit. Apalagi
kemarin kan alhamdulilah habis haji, jadi, yaa.. setelah tau sakit
pasti merasa semakin dekat dengan Tuhan.
W19 P Mas ngerasa berharga gak?
J Kadang merasa berharga, kadang tidak... kan sesuai dengan
peristiwa apa yang sedang terjadi.. jadi karena sakit saya ini
376
saya merasa gak bisa melakukan aktivitas yang sifatnya fisik.
Artinya saat ada kegiatan fisik, bantuan saya jadi gak maksimal,
jadi ngerasa gak berharganya disitu.. tapi kalo hal yang tentang
pemikiran, ide, saya masih merasa dibutuhkan..
W20 P Menurut mas, harga diri itu apa?
J Ya harga diri itu.. perhargaan terhadap diri sendiri dari apa yang
telah kita lakuin.. apa yang kita tanam itu yang kita petik
nantinya. Gampangnya kalo kita ngasih 1000 orang akan
menghargai kita, 100 orang juga akan menghargai kita. Intinya
penghargaan yang kita terima akan lebih besar lah..
Selalu nyapa orang walaupun tidak kenal.. nanti kita juga akan
dapet senyum jadi ya intinya kebaikan akan kembali dengan
kebaikan..
W21 P Mas sudah merasa bahagia?
J Sudah merasa bahagia..
W22 P Menurut mas, kebahagiaan itu apa?
J Ya semua yang ada di diri kita harus di kaitkan dengan
bersyukur dan ikhlas, jadi misal kalo kemarin kecopetan ya
mikirnya ya sudah,, besok ada rejeki lagi. Jadi apapun yang ada
di dunia ini walaupun sakit begini apapun keadaannya
semuanya di pasrahin aja.. kebahagiaan orang yang sakit kan
beda sama kebahagiaan orang yang nggak pernah sakit, jadi
saya selalu berusaha tabah mensyukuri apapun yang terjadi aja.
W23 P Jadi semuanya dikembalikan kepada Tuhan?
J Ya iya.. harus, semua sudah di gariskan kok.. kalo ini sudah jadi
prinsip saya ya.. kalo saya mikir berat malah jadi kepikiran,
kuatir dan takut akhirnya kejadian yang saya takutkan, tapi kalo
saya losss, pasrah sama Tuhan, semuanya jadi santai dan
nyaman aja..Malah Tuhan kasih mujizat..
W24 P Usahanya sudah dari kapan mas?
377
J Mulai di rasa keuntungan itu.. th 2004.. kalo usaha tu tahun
pertama kedua ketiga rasanya belom ada mbaliknya..
W25 P Sudah ada berapa cabang mas?
J Dulu sih ada tiga, sekarang dua,, karena keterbatasan fisik saya
gak bisa ngontrol kesana kemari.. yang di UNNES itu malah
dadi pikiran tok.. jadi ditutup aja.. hehe
W26 P Sudah merasa mencapai kesuksesan belum?
J Kalo orang lain melihat kan yo ada yang bilang sudah sukses
ada yang bilang belum.. orang kan nggak tau didalemnya
utang’e akeh, hahaha... kayak gitu kan sawang sinawang... saya
masih mau usaha yang lain, di bidang yang berbeda.. pernah
coba bisnis property tapi belum berhasil...hehehe jatuhnya itu
bisnis gak mulai yang kecil dulu tapi langsung yang besar..
sampai suatu saat gak bisa bayar cicilan jadi ya malah rugi.. jadi
duit itu muterrrrr aja..
W27 P Kalo tujuan hidupnya ada perubahan gak mas? Sebelum
dan sesudah tau kalo sakit?
J Tujuan hidupnya yaa ingin segera menikah..
W28 P Kalo harapan hidupnya?
J Menjadi orang yang lebih baik, taat beribadah.. bisa lebih
bersyukur..
W29 P Menurut mas kualitas hidup itu apa?
J Banyak orang yang bilang kalo cukup ya.. cukup satu mobil,
cukup satu rumah, hahahaa.. kualitas hidup itu dipengaruhi oleh
beberapa aspek... misal gini, ada satu temen, yang setelah sakit
itu dia juga tetep bekerja.. yaa.. bisa disebut dy berkualitas.
Kualitas hidup kalo menurut saya pribadi itu bagaimana kita
mensyukuri apapun pemberian Tuhan.. orang sehat pun banyak
yang tidak bisa bersyukur. Kalo spiritualitasnya, ya taat
beribadah dan ada suatu kedewasaan dalam dirinya. Kalo aspek
378
yang lain, ya standart kualitas itu.. ya.. minimal bisa melakukan
aktivitasnya sendiri dan mencukupi kebutuhan pokoknya..
W30 P Kalo menurut penuturan tentang kriteria kualitas hidup
tadi, mas melihat apa hidup mas sudah berkualitas?
J Di syukuri saja.. hehehe... sudah tapi belum puas jadi pengen
mengusahakan yang lebih lagi.. yang penting bersyukur aja...
W31 P Kalo menurut beberapa ahli kan kualitas hidup itu
kepuasan dari segala aspek hidupnya, kalo mas puas gak
dengan hidup mas sendiri?
J Puas...
W32 P Mas sudah merasa melakukan yang terbaik?
J Belum... masiiihhhh banyak yang harus saya lakukan...
W33 P Yang terpenting buat hidup mas sekarang apa?
J Membenahi psikis, mental dan kejiwaan untuk menjalani hari-
hari depan.. dan untuk mengerti rahasia alam dan Tuhan.
* W34 P Apa yang menjadi dorongan utama buat mas sembuh?
J Ya masih pengen bermanfaat buat orang lain, masih pengen
nyenengin orang lain.. masih pengen memberikan yang terbaik
buat Tuhan.
W35 P Pernah gak merasa gak punya harapan?
J Tergantung kondisinya,kalo lagi capek kadang-kadang iya,
kayak kemarin ngurus jamkesmas kok susahh dan ribet banget,
sempat juga jadi putus asa.. Saya itu tipe orang yang harus sama
orang banyak, nek sendirian itu mikirnya macem-macem..
hehehe.. tapi sekarang semua sudah berjalan normal sih, kalo
lagi ngedrop gitu biasanya diingetin sama orang-orang disekitar
kalo mesti kuat dan sabar..
379
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN PENDUKUNG (Adik kandung dan Pacar Subyek B)
Nama : Dwi (adik kandung subyek) dan Arum (Pacar Subyek B)
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana
Agama : Islam
Umur : 22 tahun
Kode Informan : Dwi (adik subyek B) = D/IP1-S3
Arum (Pacar Subyek B) = A/IP3-S3
Alamat : Tlogosari, Semarang dan Manyaran, Semarang
Pekerjaan : Mahasiswa dan Wirausaha
Tempat Interview : Rumah Subyek B
Waktu Interview : 29 Desember 2011
Kode Hasil wawancara
D/IP1-S3 W1 P Keadaanne mas bagus saiki piye Wi?
J Yo nek saiki wis lumayan apik, leukosite kan wis stabil
cuman kadang capek, biasa ne Hb ngedrop.. leukosit gak
meningkat..karena sudah ada obatnya, nah nek Hb turun kan
harus transfusi darah to..
W2 P Gejalanya gmn Wi?
J Kalo pertamanya sih kok dia keliatanne lemess,, sering
ngantuk, kalo ngantuk kan karena Hb nya turun.. berat badan
turun 17 kilo, tapi kan nggak ngeh.. lhaa perutnya
membesar, limpa nya membesar, tak pikir karena mas.B kui
flu gak sembuh-sembuh.. tak piker paru-paru, diperiksa
kemana-mana gak ketahuan, trus USG dikiranya tumor.. lha
pas meh naik Haji, alat tes nya tu gak bisa membaca
leukositnya melampaui jumlah normalnya, terus d cari
380
hubungan semuanya di internet, kok ngarah ke leukemia,
Lha.. terus ke dokter darah, tnyata bener Leukemia..
W3 P Sejak kapan?
J Tahun lalu kayanya.. akhir tahun yang lalu..
W4 P Pas tau mas.B gmn?
J Ya ngedrop, pasti lah ya.. jadi pas naik Haji itu sempat
ngedrop disana, karena pas itu gak ada obat, terus kesana
tanpa obat. Katanya sampe mau diopname tapi mas.B gak
mau, Cuma istirahat dan minum air zam-zam tok..
alhamdulilah’e gak papa..
W5 P Tapi dia sekarang sudah bisa menerima keadaannya ya
Wi?
J Ya iya.. pertama kalinya ya gitu.. kenapaa.. kok bisa sakit
gini.. tapi lama-lama ya enjoy aja dia.. dulunya takut-takut
tapi sekarang enggak...
W6 P Mempengaruhi kegiatannya ya wi?
J Iyaa,, dulunya kan kerja sekarang udah engga, yawis ngurusi
kerjaan sing di rumah wae..
W7 P Ada riwayat keluarga?
J Engga. Kalo keluarga engga ada, kata dokter mungkin
karena lingkungan. Lingkungan tempat kerja yang perokok,
mas.B gak ngrokok, tapi kalo di tempat kerja semua ngrokok
walaupun didalem ruangan, juga karena dulu hampir setiap
hari makan mie.. vetsinnya itu.. kata dokter sih itu..
W8 P Perbedaannya sebelum dan sesudah sakit beda gak sih
kegiatannya?
J Iya.. tapi berkurang.. gak terganggu, tapi memang
mengurangi biar nggak terforsir..
W9 P Semua orang tau ya?
J Tau sih.. tau sih.. penyakit gitu kalo di umpetke kan jadi
381
pikiran, kan malah gak bagus.. jadi mending kalo banyak
yang tau kan bisa berbagi rasa..
W10 P Sikap orang lain gimana?
J Support,, awal-awal dulu iya sering kesini, kalo sekarang
kan sudah aktivitas seperti biasa.. gak capek-capek.. jadi
yowis berjalan normal semua...
W11 P Bisa naik motor / mobil gitu ya wi?
J Bisa.. jarak jauh pun bisaaa... kalo ada kerjaan masih
dilakoni sendiri.. tap ya itu setelah pergi gitu.. harus
langsung tidur.. istirahat.. biasane badanne panas...
W12 P Menurutmu mas.B merasa bahagia?
J Wahhh ya nek kui kan ya mas.B ya yang merasakan, kalo
dilihat sih enjoy aja sih.. hahhaha
D/IP2 W13 P Pacarnya yang mana?
J Lha itu.. sambil menunjuk ke arah yang lain..
A/IP3 W14 P Ohh.. mbak sudah lama pacaran sama mas.B?
J Sudah lima tahun, hehe
W15 P Udah lama yaa.. oya mbak kalo ke hubungan kalian,
mempengaruhi gak keadaan mas.B yang sakit sekarang
ini?
J Enggak sih, biasa ajaa..
W16 P Kalo di keluarga mbak sendiri?
J ya sempat ada sedikit masalah, tapi sekarang sudah baik
semua kok.. hehehe..
W17 P Katanya mau menikah mbak?
J Hahaha.. iya.. tapi belum tau.. may be... maybe januari,
maybe februari.. hahahhaa
D/IP2 W18 P mas.B rajin ibadah?
J Ya.. taat banget.. dia berusaha buat mendekatkan diri pada
Allah, dengan menunaikan ibadah haji jugaa..
382
W19 P Pernah cerita tentang kekhawatirannya gak wi?
J Ya pernah, yo kadang jadi diem, kadang cerita, nanti nek
gini.. gini.. gini piyee.. yo tapi mungkin ini cobaan buat dia
buat semakin taat...
W20 P Dia semangat banget wirausaha ya wi?
J He’e oq.. pengene kabeh bidang dijajal.. hahaa
W21 P Di rumah mbe siapa aja wi?
J Ya aku, mas, bapak ibu.. tapi ini kebetulan lagi keluar..
W22 P Sikap ba[ak ibuk gimana wi?
J Ya pertama-pertama kami yo kaget, sedih.. yaa gitu lah.. tapi
tetep dukung mas, ben dia juga tetep semangat...
W23 P Temen-temen mas.B dukung semua ya wi?
J Iyaa baik oq.. sempet adain doa bareng juga..
W24 P Gimana mas.B menyikapi penyakitnya?
J Hemm.. dia sih menikmati aja sekarang, pernah cerita, yoo
lebih bersyukur dan mendekatkan diri ke Allah aja..
W25 P Mas.B orang yang percaya diri ya wi?
J Kalo PD sih PD aja.. gak pernah dia merasa minder..
W26 P Pernah gak sengaja gak minum obat karena bosen atau
putus asa gitu?
J Setauku sih enggak pernah ya... selalu berusaha minum,
yaelah,.. obatnya kan juga mahal, carinya susah,,
katakanlah.. sehari satu juta, mosok yo gak diminum..
383
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN PENDUKUNG SUBYEK B (Teddy)
Nama : Teddy (Teman subyek)
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sarjana
Agama : Islam
Umur : 30 tahun
Kode Informan : TD/IP2-S3
Alamat : Rinjani, Semarang
Pekerjaan : Wirausaha
Tempat Interview : Rumah Subyek B
Waktu Interview : 22 Desember 2011
Kode Hasil wawancara TD/IP2-S3 W1 P Kamu tau dia sakit kanker?
J Tau, sel darah putihnya memakan sel darah merah.. hal
tersebut disebabkan sikap workaholic beliau, karena tuntutan
pekerjaan, beliau bisa jarang makan, jarang berdiri, jarang
minum bahkan bisa jadi jarang tidur. Kalo ada pekerjaan,
beliau selalu memikirkan sebaik-baiknya sampe kerjaan itu
selesai. Mungkin Cuma satu atau dua jam tidurnya dalam
sehari. Yang dipikirannya cuma pekerjaan. Dia itu pekerja
keras.
W2 P Taunya kapan om?
J Taunya ya saat dia masuk RS , ceritanya kecapekan
kemudian memaksakan diri malem-malem ke Temanggung
naik motor hujan deres, disana udah gliyengan, terus dibawa
ke Semarang trus aku dapet berita ya itu kena leukemia
W3 P Apa dia gak kaya orang sakit?
384
J Badannya sih makin kurus. Yaaa tapi semangat hidupnya
masih tinggi tak bilangin, kalo udah diberi sakit gini, disuruh
istirahat..
W4 P Temennya banyak? Sikap dia gimana ke temennya?
J Banyak sih tapi lebih ke temen-temen PASMA PRISMA..
Sikapnya baik sih, selalu nolong..sebisa mungkin dia gak
mengecewakan temennya..dalam hal ekonomi tentunya, dia
sering bantu temen-temennya
W5 P Ortunya kerja apa sih? Dia paling deket sama sapa?
J Ibuknya dulu PNS, bapaknya dosen.. Bapaknya orangnya
sangat keras.. Sama adeknya kalo dirumah kan ortunya
sibuk..
W6 P Dukungan seperti apa yang temen-temen kasih?
J Kunjungan aja udah cukup ya buat dia..
W7 P Pernah putus asa sampe mau bunuh diri gak sih?
J Enggak lah.. ga sampe kaya gitu.
W8 P Dia orang yang percaya diri?
J Iya.. dia PD..
W9 P Penyakitnya bikin dia mengurung diri dari lingkungan
ga sih om? Dia ikut kegiatan sosial gak?
J Engga.. lebih kegiatan sama temen-temen sih.. misalnyabagi
makanan ke anak jalanan, ke panti asuhan
W10 P Dia semangat buat sembuh gak?
J Iya semangat sembuhnya besar.
W11 P Peran pacarnya menurutmu gimana?
J Perannya besar sekali, sebagai pendamping, penyemangat,
pengingat dan asisten pribadi, hahahahahhaa membantu
pekerjaan mas B juga sih soalnya. Pacarnya pernah ngeluh
karena sikap workaholicnya mas B
W12 P Menurutmu definisi kualitas hidup itu apa?
385
J Hmm... kualitas hidup itu dimana kita bisa mencukupi
semua kebutuhan dan berperilaku berkualitas. Jadi misalnya,
kualitas diri, sejauh mana kita berguna buat orang lain ,
menjaga sikap dan berpenampilan tepat di tempat yang tepat,
sehat jasmani, rohani,
W13 P Menurut mu mas B hidupnya berkualitas?
J Iya.. dia bisa mencukupi semua kebutuhannya dan hidupnya
berguna buat orang lain..
386
LAPORAN HASIL WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN AHLI (Dokter Subyek B)
Nama : dr.Andrea
Status : dokter subyek B
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 40 tahun
Kode Informan : An/IH-S3
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Dokter
Tempat Interview : Ruang 09 (Ruang Fisioterapi) RS. Panti Wilasa Citarum
Waktu Interview : 23 November 2011
Kode Hasil wawancara
An/IH-S3 W1 P Leukimia itu gimana dokter?
J Leukemia itu penyakit klasifikasi kanker pada darah atau
sum-sum tulang belakang. Ada pertumbuhan tidak normal
dari sel-sel pembentuk darah umunya pada leukosit.
Leukemia sendiri artinya darah putih, pada penderita
jumlah sel leukosit nya melebihi normal.
Kalo pada B itu leukemia leukemik, jumlah leukositnya
lebih dari normal.
W2 P Penyebabnya apa dok?
J Penyebabnya belum diketahui pasti.. bisa karena radiasi,
bahan kimia atau bisa juga lingkungan.
W3 P Gejalanya?
J Biasanya pasien, demam, mudah capek, ada
pembengkakan di perut , limpa nya bengkak, berat
badannya turun drastis..
W4 P Penularannya?
387
J Bisa karena keturunan..
W5 P Menurut dokter, kualitas hidup itu apa?
J Hidup yang berkualitas itu.. ya hidup yang bisa mandiri..
tetap bisa beraktifitas.. gak bergantung dengan orang lain..
W6 P Menurut dokter, Mas.B itu termasuk orang yang
memiliki kualitas hidup nggak?
J B itu.. dia punya usaha sendiri di rumah, dia juga sempet
cerita masih bekerja di suatu perusahaan, tapi memang
pekerjaannya santai jadi bisa di atur.. kalo lagi ada kerjaan
aja dia kerjanya.
B itu juga orang yang penuh semangat, dia mewakili
perkumpulan orang-orang penderita leukemia yang sedang
berusaha untuk mendapatkan obat.. dia koordinatornya.. ya
menurut saya dia berkualitas, karena.. masih bisa
beraktifitas, dia masih bekerja, dan tentunya dia bisa
mandiri juga.