KUALITAS BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN H 2 SO 4 PADA LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Disusun Oleh : Septina Dwi Prasetyana A. 420.050.026 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009
69
Embed
KUALITAS BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING …eprints.ums.ac.id/4265/2/A420050026.pdf · Upaya minimalisasi limbah dari proses pembuatan tepung singkong salah satunya dengan memanfaatkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KUALITAS BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING
DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN
H2SO4 PADA LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
b. Alat untuk mengukur kadar alkohol antara lain tabung reaksi,
spektrofotometer, waterbath, pipet volume, gelas ukur, alat destilasi, tiang
statis, labu ukur 100 mL dan 250 ml, termometer.
2. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah :
a. Bahan yang digunakan untuk pembuatan fermentasi antara lain tepung
ketela pohon, ragi jenis NKL, H2SO4, dan air.
b. Bahan yang digunakan untuk uji etanol antara lain limbah padat tapioka
kering dihaluskan hasil fermentasi dan alkohol hasil destilasi, kalium
karbonat (K2CO3), alkohol 90% dan kalium dikarbonat K2 (CO3)2.
C. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Fermentasi Ketela Pohon
a. Menyiapkan ampas umbi ketela pohon, kemudian mengeringkan ampas
umbi ketela pohon.
b. Menggiling ampas umbi ketela pohon yang telah kering untuk dijadikan
tepung dan ditimbang masing-masing 500 gr. Untuk masing-masing
perlakuan ada 12 perlakuan, jadi ampas yang dibutuhkan ada 6.000 gr.
c. Mencampurkan limbah tapioka padat kering dihaluskan dengan
perbandingan 1 : 5 dan menambahkan H2SO4 8%.
d. Merebus campuran pada panci dengan api sedang dan mengaduknya
secara terus menerus sampai campuran berwarna kecoklatan.
e. Membiarkan limbah tapioka padat kering dihaluskan yang telah direbus
tadi selama 1-2 jam hingga benar-benar dingin.
f. Setelah dingin, sebelumnya pH dari bahan dinetralkan dengan
penambahan NaOH, setelah itu pH diturunkan kembali dengan
menggunakan H2SO4 sampai pH menjadi 4,5 – 5,5.
g. Membuat starter, yaitu menggunakan air gula sebanyak 16% dari dosis
ragi, lalu dicampurkan pada ragi.
h. Mencampur bahan ragi NKL yang sudah dibuat starter, masing-masing
dengan dosis yang telah ditentukan
gr
gr
gr
gr
gr
gr
500
75,
500
50,
500
25
i. Memasukkan bahan ke dalam toples, lalu menutup toples dengan plastik.
j. Menginkubasi bahan masing-masing selama 5, 7 dan 9 hari.
2. Destilasi alkohol
a. Mengambil sampel atau bahan hasil fermentasi lalu memasukkan ke
dalam alat destilasi alkohol.
b. Mendestilasi alkohol dengan cara memanaskan masing-masing bahan
hasil fermentasi sampai mendidih pada suhu 70-800C.
c. Mengembunkan uap hasil destilasi tersebut dan menampungnya dalam
tabung penampung.
d. Apabila uap sudah tidak menetes lagi, kemudian mengambil hasil
destilasi tersebut dan menyimpannya dalam botol.
3. Analisis Kadar Alkohol
a. Menyiapkan larutan dari hasil destilasi fermentasi limbah tapioka padat
kering dihaluskan.
b. Menuang alkohol pada tabung reaksi dan mengukurnya dengan
alokolmeter.
c. Memasukkan larutan alkohol tersebut sebanyak 1mL kedalam tabung
reaksi yang telah diberi kalium karbonat, kalium dikarbonat dan etanol.
d. Memasukkan tabung reaksi tersebut kedalam waterbath selama 2 jam
untuk menginkubasi larutan alkohol tersebut.
e. Setelah diinkubasi selama 2 jam kemudian diujikan pada
spektrofotometer dan membaca kadar alkohol yang tertera.
D. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) pola faktorial yang terdiri dari 2
faktor yaitu waktu fermentasi dan dosis ragi dengan syarat perlakuan:
Faktor I : Waktu fermentasi (W)
W1 : Waktu fermentasi 5 hari
W2 : Waktu fermentasi 7 hari
W3 : Waktu fermentasi 9 hari
Faktor 2 : Dosis Ragi (D)
D0 : Dosis tanpa ragi dan H2SO4
D1 : Dosis ragi 25/500gr
D2 : Dosis Ragi 50/500 gr
D3 : Dosis ragi 75/500gr
Tabel 3.1 Kombinasi perlakuan pada tepung umbi ketela pohon.
D
W D0 D1 D2 D3
W1 W1D0 W1D1 W1D2 W1D3
W2 W2D0 W2D1 W1D2 W2 D3
W3 W3D0 W3D1 W1D3 W3 D3
Keterangan :
W1D0 : Waktu fermentasi 5 hari tanpa dosis ragi dan H2SO4
W2D0 : Waktu fermentasi 7 hari tanpa dosis ragi dan H2SO4
W3D0 : Waktu fermentasi 9 hari tanpa dosis ragi dan H2SO4
W1D1 : Waktu fermentasi 5 hari dengan dosis ragi 25gr/500gr ( 5%)
W2D1 : Waktu fermentasi 7 hari dengan dosis ragi 25gr/500gr (5%)
W3 D1 : Waktu fermentasi 9 hari dengan dosis ragi 25gr/500gr (5%)
W1D2 : Waktu fermentasi 5 hari dengan dosis ragi 50gr/500gr (10%)
W2D2 : Waktu fermentasi 7 hari dengan dosis ragi 50 gr/500gr (10%)
W3D2 : Waktu fermentasi 9 hari dengan dosis ragi 50 gr/500 gr (10%)
W1D3 : Waktu fermentasi 5 hari dengan dosis ragi 75 gr/500 gr (15%)
W2 D3 : Waktu fermentasi 7 hari dengan dosis ragi 75 gr/500 gr (15%)
W3D3 : Waktu fermentasi 9 hari dengan dosis ragi 75 gr/500 gr.(15%)
Dari Kombinasi Perlakuan Sehingga Diperoleh 12 Kombinasi
Tabel 3.2 Data Perlakuan Kadar Alkohol (%)
Ulangan Perlakuan
1 2 3 ∑ Rata -rata
Standar
Deviasi
W1D0
W2D0
W3D0
W1D1
W2D1
W3D1
W1D2
W2 D2
W3 D2
W1D3
W2 D3
W3 D3
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Eksperimen: yaitu dengan melakukan percobaan langsung dengan
memberikan penambahan ragi dan H2SO4 dengan lama fermentasi yang
berbeda.
2. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung dilapangan pada proses
pengolahan tepung tapioka dan limbahnya.
3. Studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan referensi dan kepustakaan
sebagai dasar penelitian dan untuk memperkuat hasil penelitian.
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu
berupa angka atau data kadar alkohol hasil fermentasi limbah tapioka padat
kering dihaluskan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis
varian dua jalur untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan. Adapun langkah-
langkah analisis varian dua jalur yaitu sebagai berikut:
1. Menghitung faktor korelasi (FK)
( )bar
XFK
..
2
∑=
2. Menghitung Jumlah Kuadrat total (KT)
∑∑
=
2
2
,. bar
XXJKT
3. Menghitung jumlah kuadrat perlakuan (JKp)
( )FK
r
XJKp
ij−=
∑
4. Menghitung jumlah kuadrat variabel A (JKA)
( )FK
r
XJK
A
A
A −=∑
.
2
5. Menghitung jumlah kuadrat variabel B (JKB)
( )FK
r
XJK
B
B
B −=∑
.
2
6. Menghitung jumlah kuadrat variabel A dan B (JKAB)
JK AB = JKp - JKA – JKB
7. Mencari jumlah kuadrat galad (JKG)
JKG = JKT - JKA- JKB- JKAB
8. Menghitung dbp
dbp = A.B - 1
9. Menghitung dbA
DbA = A - 1
10. Menghitung dbB
dbB = B - 1
11. Menghitung dbT
dbT= N - 1
12. Menghitung dbAB
dbAB = dbA x dbB
13. Menghitung dbG
dbG = dbT - dbA - dbB - dbAB
14. Menghitung kuadrat tengah perlakuan (KTp)
p
p
pdb
JKKT =
15. Menghitung kuadrat tengah variabel A (KTA)
A
A
Adb
JKKT =
16. Menghitung kuadrat tengah variabel B (KTB)
B
B
Adb
JKKT =
17. Menghitung kuadrat tengah variabel A dan B (KTAB)
G
AB
ABdb
JKKT =
18. Menghitung kuadrat tengah galat (KTG)
G
G
Gdb
JKKT =
19. Menghitung F hitung Variabel perlakuan (FP)
G
p
HitungKT
KTpF =
20. Menghitung F Hitung Variabel A (FA)
G
A
hitungKT
KTAF =
21. Menghitung F hitung Variabel B (FB)
G
B
hitungKT
KTBF =
22. Menghitung F hitung Variabel AB (FAB)
G
AB
hitungKT
KTF
AB=
Untuk selanjutnya dari masing-masing harga Fhitung yang diperoleh
dikonsultasikan dengan harga F pada tabel sehingga sebaran bebas F adalah (K-
1) (n-K) dan pada taraf nyata α = 0,05. bila Fhitung ternyata lebih besar dari F tabel
maka Ho ditolak.
Setelah dilakukan uji Anava dua jalur menunjukkan perbedaan yang
nyata, maka dilakukan uji lanjut untuk melihat perlakuan mana saja yang
berbeda, bila hasilnya menunjukkan beda nyata maka dilanjutkan dengan uji
Duncans Multiple Range Test (DMRT).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang kualitas bioetanol limbah
tapioka padat kering dihaluskan (tepung) dengan penambahan ragi dan H2S04
pada lama fermentasi yang berbeda dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Kadar Alkohol (%), Limbah tapioka padat kering dihaluskan dengan
penambahan ragi dan H2S04 pada lama fermentasi yang berbeda.
Kadar Alkohol (%)
No. Perlakuan 1 2 3
Rata-rata
1. W1 D0 0 0 0 0
2. W2 D0 0 0 0 0
3. W3 D0 0 0 0 0
4. W1 D1 10,5 10,8 9,1 10,13
5. W2 D1 4,8 6,3 5,5 5,53
6. W3 D1 3,3 4,1 3,7 3,70
7. W1D2 14,3 12,6 10,8 12,57
8. W2 D2 12,7 12,3 13,5 12,83
9. W3 D2 8,7 10,2 9,8 9,67
10. W1 D3 11,7 13,3 15,5 13,5
11. W2 D3 13,8 14,4 15,1 14,43
12. W3 D3 11,2 9,9 10,7 10,60
Keterangan :
W1 D0 : Waktu Fermentasi 5 hari tanpa dosis ragi dan H2 S04 W2 D0 : Waktu Fermentasi 7 hari tanpa dosis ragi dan H2S04 W3 D0 : Waktu Fermentasi 9 hari tanpa dosis ragi dan H2S04 W1 D1 : Waktu Fermentasi 5 hari dengan dosis ragi25gr/500gr(5%)20mlH2SO4 W2 D1 : Waktu Fermentasi 7 hari dengan dosis ragi25gr/500gr(5%)20mlH2SO4 W3 D1 : Waktu Fermentasi 9 hari dengan dosis ragi25gr/500gr(5%)20mlH2SO4 W1 D2 : Waktu Fermentasi 5 hari dengan dosis ragi50gr/500gr(10%)20mlH2SO4 W2 D2 : Waktu Fermentasi 7 hari dengan dosis ragi50gr/500gr(10%)20mlH2SO4 W3 D2 : Waktu Fermentasi 9 hari dengan dosis ragi50gr/500gr(10%)20mlH2SO4 W1 D3 : Waktu Fermentasi 5 hari dengan dosis ragi75gr/500gr(15%)20mlH2SO4 W2 D3 : Waktu Fermentasi 7 hari dengan dosis ragi75gr/500gr(15%)20mlH2SO4 W3 D3 : Waktu Fermentasi 9 hari dengan dosis ragi75gr/500gr(15%)20mlH2SO4
Tabel 4.2 : Hasil uji Anava dua jalur diatas bioetanol limbah tapioka padat
kering dihaluskan dengan penambahan ragi dan H2 SO4 pada lama
Fermentasi yang berbeda
Sumber Keragaman db JK KT FHitung F Tabel 5%
1. Perlakuan 11 1036,13 94,19 554,05 2,22
Waktu 2 60,87 30,43 42,85 3,40
Dosis ragi 3 926,5 308,83 434,97 3,01
Interaksi 6 48,76 8,12 11,43 2,51
2. Galat 24 17,16 0,17
Total 35 1053,29
Keputusan Uji Anava dua jalur adalah :
1. FHitung > Ftabel (42,85 > 3,40), berarti signifikan yaitu waktu fermentasi (5, 7, 9
hari berpengaruh terhadap kadar alkohol. Limbah tapioka padat kering
dihaluskan.
2. FHitung > Ftabel (434,97 > 3,01), berarti signifikan yaitu dosis ragi yang berbeda
(25 gr, 50 gr dan 75 gr) berpengaruh terhadap kadar alkohol limbah tapioka
padat kering dihaluskan.
3. Fhitung > Ftabel (11,43 > 2,51), berarti signifikan yaitu diinteaksi antara waktu
fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar alkohol. Limbah tapioka padat
kering dihaluskan.
Karena hasil Fhitung > Ftabel maka dapat data tersebut adalah signifikan sehingga
dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui
beda nyata antar perlakuan
B. Pembahasaan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap kualitas bioetanol limbah
tapioka padat kering dihaluskan dengan penambahan ragi dan H2S04 pada lama
fermentasi yang berbeda, maka diperoleh hasil penelitian (tabel 4.1 )
0
5
10
15
1 2 3 4 5
menunjukkan bahwa kadar alkohol tertinggi terdapat pada W2D3 ( 7 hari/75 gr)
dengan kadar alkohol mencapai 14,43%. Ditinjau dari segi waktu fermentasi (W)
dan dosis ragi (D), limbah tapioka padat kering dihaluskan yang difermentasikan
selama 7 hari dan dosis ragi 75 gram (W2D3) menghasilkan kadar alkohol
tertinggi yaitu 14,43%, kemudian waktu 7 hari dan dosis ragi 5 gr/500 gr (W1D2)
yaitu 12,83%, terendah pada hari dengan dosis ragi 25 gr/500gr (W3D1) yaitu
3,70%. Data hasil penelitian tersebut juga dapat digambarkan dalam histogram
berikut:
Waktu Fermentasi (Hari)
: dosis ragi 25 gr/500 gr
: dosis ragi 50 gr/500 gr
: dosis ragi 75 gr/500 gr
Gambar 4.1 Histrogram kadar alkohol limbah tapioka padat kering dihaluskan
dengan penambahan ragi dan H2S04 pada lama fermentasi yang berbeda.
5 7 9
10,13
12,57 13,50
5,53
12,53
14,43
3,70
9,67
10,60
Untuk mengetahui hasil penelitian tersebut signifikan atau tidak maka
dilakukan uji anava dua jalur dan dilanjutkan dengan uji DMRT. Berdasarkan uji
anava dua jalur dengan taraf signifikan 5% (tabel 4.1), menunjukkan bahwa
waktu fermentasi, dosis ragi dan interaksi antara waktu fermentasi dengan dosis
ragi adalah signifikan, sehingga berpengaruh terhadap kadar alkohol pada lama
fermentasi yang berbeda. Kadar alkohol yang dihasilkan dipengaruhi oleh waktu
atau lama fermentasi. Dari lama fermentasi 5,7, dan 9 hari dapat diketahui bahwa
perbedaan kadar alkohol ditunjukkan dari hasil uji anava dua jalur tabel (4.2),
bahwa Fhitung > Ftabel (42,85 > 3,40) pada taraf signifikan 5%.
Hasil pengukuran kadar alkohol pada fermentasi 7 hari adalah yang
paling tinggi mencapai 14,43%. Dibandingkan dengan waktu fermentasi 5 hari
dan 9 hari. Hal ini dikarenakan proses fermentasi pada limbah tapioka padat
kering dihaluskan mencapai titik waktu yang optimum untuk menghasilkan
kadar alkohol tertinggi pada hari ke-7.
Hasil penghitungan Fhitung > ftabel yaitu 434,97 > 3,01 pada taraf
signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa dosis ragi yang berbeda yaitu 25 gr,
50 gr, dan 75 gr sangat berpengaruh terhadap kadar alkohol limbah tapioka padat
kering dihaluskan. Hasil penghitungan Fhitung > Ftabel yaitu 11,43 > 2,51 pada
taraf signifikan 5%. Hal ini menunjukkan bahwa ada interaksi antara waktu
fermentasi (5 hari, 7 hari dan 9 hari) dan dosis ragi terhadap kadar alkohol
limbah tapioka padat kering dihaluskan.
Dari hasil penelitian selain dipengaruhi waktu fermentasi dan dosis ragi
tapi juga dipengaruhi oleh adanya penambahan inokulum yang digunakan dan
berbeda-beda yaitu ragi, ragi dan asam sulfat (H2S04). Sehingga penambahan
inokulum yang tersebut juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kadar
bioetanol yang dihasilkan. Selain itu, juga dipengaruhi oleh cepat lambatnya
pertumbuhan sel ragi yang digunakan dalam fermentasi bahan. Cepat lambatnya
pertumbuhan khamir dapat dipengaruhi oleh faktor, yaitu komposisi media yang
digunakan sebagai media pengembangbiakan mikroba mulai persiapan sampai
fermentasi dapat berjalan optimum. Suhu yang baik untuk fermentasi maksimum
adalah 300C. semakin rendah suhu fermentasi maka semakin banyak alkohol
yang dihasilkan, karena pada suhu rendah fermentasi akan lebih kompleks dan
kehilangan alkohol yang terbawa gas CO2 akan lebih sedikit.
Dari hasil penelitian uji kadar bioetanol ini juga ditambahkan asam sulfat
(H2S04) yang bersifat sebagai katalisator. Katalisator merupakan zat yang
ditambahkan kedalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar reaksi.
Khamir Saccharomyces cerevisieae tidak memerlukan O2 dalam proses
pengubahan organik yang satu menjadi organik yang lain yaitu gula menjadi
alkohol. Dalam lingkungan terisolasi udara, organisme ini meragikan karbohidrat
menjadi etanol dan CO2.
Menurut Schlegel (1994), bahwa etanol atau alkohol dapat digunakan
sebagai bahan bakar, alat pemanas, pelarut bahan kimia, obat-obatan,
penerangan, lilin, dan gasohol. Jadi kadar alkohol pada limbah tapioka padat
kering dihaluskan yang cukup tinggi tersebut dapat dikembangkan sebagai
alternatif pembuatan alkohol yaitu dengan cara mendestilasi secara bertingkat
sehingga dapat dihasilkan kadar alkohol.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada interaksi antara waktu fermentasi (5 hari, 7 hari dan 9 hari) dan dosis
ragi terhadap kadar alkohol limbah tapioka padat kering dihaluskan.
2. Kualitas bioetanol limbah tapioka padat kering dihaluskan (tepung) dengan
penambahan ragi dan H2S04 pada lama fermentasi yang berbeda yang
tertinggi adalah pada waktu fermentasi 7 hari dengan dosis ragi 75 gram/500
gram yaitu 14,43 %.
3. Kualitas bioetanol terendah adalah waktu fermentasi 9 hari dengan dosis ragi
25 gram/500 gram yaitu 3,70%.
4. Proses fermentasi limbah tapioka padat kering dihaluskan mencapai titik
waktu yang optimum dalam menghasilkan kadar alkohol tertinggi adalah
pada hari ke-7.
B. Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai waktu fermentasi lebih dari 9
hari dan dengan dosis ragi yang berbeda untuk mendapatkan kualitas alkohol
yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Amos, Simorangkir, 1994. Terapi Gizi Untuk Penyakit Kardiovaskuler. Bandung:
Universal Offset Bandung.
Anonim, 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/asamsulfat (Diakses tanggal 20 Nopem ber 2008).
Indah, Sari, Pramesti. 2007. Pengaruh Waktu Fermentasi dan Dosis Ragi Terhadap Kadar Alkohol Hasil Fermentasi Ampas Umbi Ketela Karet (Manihot Glaziovii Muell). Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi FKIP. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fessenden RJ dan Fessenden Js. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik Jakarta: Binapura Aksara.
Mahida, U N. 1995. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: CV Rajawali.
Mulyohardjo, M. 1987. Teknologi Pengolahan Pati, Yogyakarta: UGM Muhammad,
Rahmat Rukmana dan Yuniarsih. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta: Kanisius.
Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Setiono, L.A dan Hadyana. P.1985. Buku Analisis Anorgonik Kualitatif Makro dan Semimikro Jilid II Edisi ke-5, Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
Steenis, Van, J. 2005. Flora, Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Sugiarti. 2007. Pengaruh Waktu Fermentasi Dan Dosis Ragi Terhadap Kadar Alkohol Pada Fermentasi Sari Umbi Ketela Pohon (Manihot Utilissima Poh) Varietas Randu. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tatik Kristiyaningsih. 2008. Kadar Glukosa dan Kadar Bioetanol Pada fermentasi
Tepung Umbi Ketela Pohon (Manihot utiltssima Pohl) Dengan penambahan H2SO4. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Wirahadikusuma, 1995. Biokmia Metabolisme Energi karbohidrat dan Lipid, Bandung: ITB.
LAMPIRAN
TWO WAY ANOVA/DUA JALUR
Tabel satu arah dengan perlakuan kombinasi dua faktor
Ulangan (%) No. Perlakuan
1 2 3 Jumlah Rata-rata
1. W1Do 0 0 0 0 0
2. W1D1 10,5 10,8 9,1 30,4 10,13
3. W1D2 14,3 12,6 10,8 37,7 12,57
4. W1D3 11,7 13,3 15,5 40,5 13,5
5. W2Do 0 0 0 0 0
6. W2D1 4,8 6,3 5,5 16,6 5,53
7. W2 D2 12,7 12,3 13,5 38,5 12,83
8. W2D3 13,8 14,4 15,1 43,3 14,43
9. W3 Do 0 0 0 0 0
10. W3 D1 3,3 4,1 3,7 11,1 3,70
11. W3D2 8,7 10,2 9,8 28,7 9,67
12. W3 D3 11,2 9,9 10,7 31,8 10,60
278,6: 36 = 7,73
Data tersebut kemudian dapat diringkas dalam tabel 2 arah sebagai berikut :