Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana di maksud dalam pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar di Negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi penggunaan Negara. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2009). 1
38

K.t.i

Apr 16, 2017

Download

Education

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: K.t.i

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kesehatan merupakan hak  asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana di maksud dalam pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945. Setiap hal yang menyebabkan terjadinya

gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian

ekonomi yang besar di Negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat juga berarti investasi bagi penggunaan Negara. Pembangunan

kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2009).

Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi di rumah sakit merupakan upaya

kesehatan yang di laksanakan secara menyeluruh, terpadu, merata dan meliputi

upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan yang di rujukan

pada semua golongan umur maupun jenis kelamin. Pelayanan kesehatan gigi pada

masyarakat atau penderita yang berkunjung ke rumah sakit adalah pelayanan yang

besifat medik dasar kedokteran gigi berdasarkan kebutuhan meliputi upaya

pengobatan atau pemulihan dan rujukan dengan tidak mengabaikan upaya

peningkatan, pencegahan atau perlindungan (Herijulianti, 2006).

1

Page 2: K.t.i

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut mencakup pelayanan medis gigi oleh

dokter gigi, pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut oleh perawat gigi dan

pelayanan asuhan supporting oleh tekhnisi.

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di lakukan secara komprehensif

kepada individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai ruang lingkup

berfokuskan kepada aspek promotif, peventif, dan kuratif dasar. Perawat gigi

adalah salah satu unsur pemberi pelayanan kesehatan gigi di institusi pelayanan

kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya.

Dalam melaksanakan peran, tugas dan fungsinya lakukan dengan tanggung jawab

sesuai dengan hak dan wewenang yang di mlilikinya.

Dengan demikian perawat gigi menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan

gigi Indonesia, dan sebagai sumber daya manusia kesehatan gigi yang mempuyai

peran cukup penting dan sentral dalam asuhan kesehatan gigi yang merupakan

barisan terdepan dan aspek promotif dan peventif pelayanan kesehatan gigi dan

mulut (PPGI, 2008).

Masyarakat menilai seorang perawat gigi tidak hanya berdasarkan

kemampuan dalam memberi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada

masyarakat, tetapi juga berdasarkan cara dan sikap hidupnya dalam masyarakat

maupaun perawat gigi sangat terampil dalam memberikan pelayanan asuhan

kesehatan gigi kepada masyarakat, akan tetapi ia tidak akan terpandang dalam

masyarakat apabila ia tidak menjunjung tinggi norma-norma hidup yang luhur,

baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan profesinya.Oleh karena

itu, penting sekali bagi perawat gigi Indonesia untuk menjaga agar tingkah laku,

2

Page 3: K.t.i

tutur kata serta sikap hidupnya selalu seimbang dengan martabat jabatan perawat

gigi sebagai salah satu tenaga kesehatan gigi (Kepmenkes RI Nomor

378/MENKES/SK/III/2007).

Sikap etis professional yang kokoh dari setiap perawat gigi akan tercemin

dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan dari serta keputusan yang diambil

dalam merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang

mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya menjadi bagian yang

sangat penting dan mendasar.

Dalam melaksanakan tugas professional yang berdaya guna dan berhasil guna,

para perawat gigi harus mampu serta ikhlas memberikan pelayanan yang bermutu

dengan memelihara dan meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan ilmu

dan keterampilan yang memenuhi standar serta dengan kesedaran bahwa

pelayanan yang diberikan merupakan bagian upaya kesehatan secara menyeluruh

(Suhaemi, 2004).

Tujuan dari pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah adanya rasa puas

bagi pasien, masalahnya kepuasan itu sendiri merupakan sesuatu yang subyektif,

tiap-tiap orang dapat saja memliki tingkat kepuasan yang berbeda  terhadap satu

pelayanan kesehatan yang sama. Terkait dengan kepuasan pasien terhadap mutu

pelayanan dan pembatasan pada upaya yang dilakukan.

Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan

dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah

3

Page 4: K.t.i

kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman

sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan.

Apabila penampilan kurang dari harapan, maka pelanggan tidak

dipuaskan, namun apabila penampilan sebanding dengan

harapan, pelanggan puas, dan apabila penampilan melebihi

harapan pelanggan akan sangat puas atau senang (Kotler 2008).

Menurut laporan bulanan pada Puskesmas Dana, pada bulan Oktober

sampai dengan Desember tahun 2010 menunjukkan pasien yang berkunjung di

Puskesmas pada bulan Oktober angka kunjungan mencapai 180 orang, bulan

November turun menjadi 142 orang dan bulan Desember turun menjadi 134

orang. Dari hasil wawancara awal pada 40 orang pasien, 25 orang merasa puas

dengan pelayanan perawat gigi di Poli gigi puskesmas Dana

B. RUMUSAN MASALAH

            Berdasarkan latar belakang yang di temukan sebelumnya, maka menjadi

permasalahannya adalah “Untuk mengetahui bagaimana gambaran Kepuasan

Pasien Terhadap Pelayanan Perawat Gigi Di Poli Gigi Puskesmas Dana Kec,

Watopute Kabupaten Muna Tahun 2014”

C. TUJUAN PENELITIAN

1.Tujuan Umum

4

Page 5: K.t.i

Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat

gigi di Poli Gigi Puskesmas Dana Kec, Watopute Kabuten Muna Tahun

2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap sikap perawat

gigi di Poli Gigi Puskesmas Dana Kec, Watopute Kabuten Muna

Tahun 2014.

b. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap komunikasi

perawat gigi di Poli Gigi Puskesmas Dana Kec, Watopute Kabupaten

Muna Tahun 2014.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Memberikan masukan kepada tenaga kesehatan gigi dan mulut untuk

melakukan program penyuluhan kepada orang tua tentang pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut yang akan di terapkan dalam kehidupan sehari-

hari sehingga dapat di contoh oleh anak-anaknya.

2. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu kesehatan gigi

masyarakat serta dapat di pakai sebagai acuan bagi peneliti lain untuk

mengembangkan ilmu kesehatan gigi di masyarakat.

3. Memberikan kesempatan pada penulis untuk menggali kemampuan dalam

melakukan suatu penelitian.

5

Page 6: K.t.i

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepuasan Pasien

1.    Pengertian Kepuasan pasien

Kepuasan menurut Kamu Bahasa Indonesia adalah puas; perihal (hal

yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat

diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan

mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa

(Purwanto, 2007).

Menurut Oliver (2001 cit. Purwanto, 2007) mendefinisifikasikan kepuasan

sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil

yang dirasakan dengan harapannya.Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari

perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di

bawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai

harapan,maka pelanggan akan sangat puas.Sedangkan bila kinerja melebihi

harapan pelanggan akan sangat puas harapan pelanggan dapat di bentuk oleh

pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari

berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive

terhadap harga dan member komentar yang baik tentang perusahaan tersebut.

6

Page 7: K.t.i

Menurut Kotler kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan

harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi

antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang

diberikan Tjiptono, (1997 cit. Purwanto, 2007).

Junaidi (2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk

dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas produk tersebut. Jika kinerja

produklebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan mengalami

kepuasan.

Ada tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh konsumen

berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan, yaitu:

a. jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka

konsumen akan merasa puas.

b. Jika layanan yang diberikan pada konsumen kurang atau tidak sesuai

dengan kebutuhan atau harapan konsumen maka konsumen menjadi tidak

puas.

c. Kepuasan konsumen merupakan perbandingan antara harapan yang di

miliki oleh konsumen dengan kenyataan yang di terima oleh konsumen

pada saat mengkomsumsi produk atau jasa (Indarjati, 2001).

B.    Tingkat Kepuasan Pasien

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien

adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas

7

Page 8: K.t.i

merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan

terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien tidak

merasa puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain

tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu

perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu system

untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk

mempertahankan pasiennya. Masalahnya kepuasan itu sendiri merupakan suatu

yang subyektif, tiap-tiap orang dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda

terhadap satu pelayanan kesehatan yang sama (Azwar,2007).

Terkait dengan kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan,

Azwar (2007) membuat dua pembatasan yaitu pembatasan pada derajat kepuasan

pasien dan pembatasan pada upaya yang dilakukan. Pembatasan pada derajat

kepuasan pasien adalah dimana suatu mutu pelayanan kesehatan dinilai baik

apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat menimbulkan rasa puas pada diri

setiap pasien yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.

Pada upaya yang dilakukan pelayanan kesehatan dinilai baik apabila tatacara

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan prefesi yang

telah ditetapkan.

Menurut Prabowo 1999 (cit, Purwanto, 2007) konsumen yang mengalami

kepuasan terhadap suatu produk atau jasa dapat dikatagorikan kedalam konsumen

masyarakat, konsumen instansi dan konsumen individu. Pasien adalah konsumen

individu yang karena kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan

8

Page 9: K.t.i

dan perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh

tenaga kesehatan.

C. Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut

1.    Pengertian Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut

Pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan kesehatan gigi.

Di Indonesia, pemerintah masih memegang peranan utama dalam pemberian

pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan tersebut disediakan bagi masyarakat di

puskesmas-puskesmas yang berbentuk poliklinik gigi tersebut adalah para dokter

gigi. Sebagai helth provider di sarana-sarana pelayanan kesehatan gigi tersebut

adalah para dokter gigi dan juga perawat gigi (Dahlan, 2008).

Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi di poliklinik gigi puskesmas

merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,

merata dan pemulihan, yang ditujukan pada semua golongan, umur maupun jenis

kelamin (Herijulianti, 2005).

Perawat gigi di sarana-sarana pelayanan kesehatan gigi tersebut

mempunyai peranan yang strategis dalam proses manajemen pelayanan kesehatan

gigi. SK MENKES RI. NO. 378/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi

perawat Gigi mencatumkan salah satu kompetensi utama perawat gigi sebagai

pelaksana manajemen kesehatan gigi, sebagai konsekwensi perawat gigi dituntut

untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam mengelola

pelayanan kesehatan gigi, dari berbagai aspek, baik aspek pembiayaan, system

9

Page 10: K.t.i

informasi, invertarisasi, asuransi, etik serta hukum pelayanan kesehatan gigi oleh

perawat gigi di poliklinik gigi puskesmas adalah system pengelolaan pasien.

Menurut Dahlan (2008), dalam mengelola pasien, perawat gigi harus

mampu menempatkan diri sebagai dental asisten dan resepsionis yang handal,

seorang perawat gigi harus menguasai teknik-teknik berikut:

a. Berkomunikasi yang efektif pada waktu menerima dan menangani

pasien.

b. Mencatat data pasien secara baik;

c. Mengatur sistem perjanjian dan penjadwal pasien;

d. Memelihara hubungan baik dengan pasien.

Menurut (Herijulianti,2002), pelayanan kesehatan di poli gigi dapat

digolongkan dalam beberapa tingkat yaitu :

a. Meningkatkan kesadaran sikap dan perilaku masyarakat dalam

kemampuan pelihara diri dalam bidang kesehatan gigi dan mulut serta

mampu mencapai pengobatan sedini mungkin dengan jalan memberikan

pengetian masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut.

b. Menurukan prevelensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita oleh

masyarakat (karies dan penyakit periodontal) dengan upaya perlindungan

khusus tampa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama

pada kelompok yang retan terhadap karies.

c. Terhindar dan kurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan gigi.

2.    Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

10

Page 11: K.t.i

Menurut Azwar (2006), sekalipun pelayanan kesehatan kedokteran berbeda

dengan pelayanan kesehatan masyarakat, namun untuk dapat disebut sebagai

suatu pelayanan kesehatan dengan baik, keduanya harus memiliki berbagai

persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah :

1. Tersedia dan berkesinambungan

2. Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan

kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat

bekesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan oleh masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

3. Dapat diterima dan wajar

4. Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat

diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan

tersebut tidak bertentang dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.

5. Mudah dicapai

6. Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang

mudah dicapai oleh masyarakat. Pengertian ketercapain yang dimaksudkan

di sini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat

mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi

saran kesehatan menjadi sangat penting.

7. Mudah dijangkau

8. Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah

di jangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksudkan

di sini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang

11

Page 12: K.t.i

seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut

sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

9. Bermutu

10. Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu.

Pengertian mutu yang dimaksudkan di sini adalah yang menunjukkan pada

tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di

satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak

lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik serta standar

yang telah ditetapkan (Azwar ,2005)

3.    Standar Kompetensi Perawat Gigi (Kep MenKes RI, 2007)

Penyelenggaran pendidikan berbagai jenis dan jenjang tenaga kesehatan

mempunyai tujuan yang mulia yaitu selain mencerdaskan bangsa juga memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan gigi. Pendidikan tenaga kesehatan gigi jenjang

Diploma seperti halnya Perawat Gigi termasuk dalam kelompok Pendidikan

Profesional (PP RI Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi) yang

artinya pendidikan diarahkan terutama pada kesiapan penerapan kemampuan

tertentu berdasarkan tuntutan pasar kerja. Untuk memberikan yang terbaik maka

perlu dihindari tumpang tindih peran dan kesenjangan mutu, melalui pendekatan

kemitraan keprofesien.

Dengan demikian Perawat Gigi menjadi ujung tombak Pembangunan

Kesehatan Gigi Indonesia dan sebagai sumber daya manusia kesehatan gigi yang

12

Page 13: K.t.i

mempunyai peran sentral dalam asuhan kesehatan gigi yang merupakan barisan

terdepan dalam aspek promotif dan preventif pelayanan gigi dan mulut.

Standar Profesi Perawat Gigi digunakan sebagai pedoman dalam

menjalankan profesi secara baik dengan tujuan :

a. Memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi sesuai dengan tujuan,

fungsi, dan wewenang yang dimilikinya.

b. Memberikan perlindungan kepada Perawat Gigi dari tututan hokum.

c. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari mal praktek perawat

gigi.

4.    Kemampuan Inti Perawat Gigi

a.    Komunikas

1. Kemampuan menunjukkan komunikasi dan hubungan antar manusia yang

efektif dan berembuk dengan pasien dan tim kesehatan gigi baik secara

perorangan dan dalam tim atau pertemuan.

2. Kemampuan untuk melaksanakan komunikasi yang efektif dan proses

pendidikan kesehatan gigi dan mulut termasuk saran pre/post operation

(chair side talk).

3. Kemampuan menilai kebersihan mulut dan memotivasi pasien untuk

berprilaku yang menunjang kesehatan gigi dan mulut.

4. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan saluran-saluran

komunikasi formal maupun informal.

5. Kemampuan berkomunikasi dalam taraf international.

13

Page 14: K.t.i

6. Kemampuan melakukan informasi concern dengan pasien.

7. Kemampuan melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien.

b.   Kerjasama Tim

a. Kemampuan mengembangkan proses kepemimpinannya yang diperlukan

untuk menciptakan kerjasama yang baik dalam tim.

b. Kemampuan berkerjasma dalam tim kesehatan lainnya dalam membuat

keputusan baik individu maupun tim.

c. Kemampuan menjalin dan memelihara hubungan kerjasama dengan para

sejawat anggota tim kesehatan lain.

d. Kemampuan mendorong peran anggota tim pemeliharaan kesehatan

dalam memberikan pelayanan kesehatan.

c.    Pemeliharaan dan Penggunaan Peralatan

1. Kemampuan mengawasi persediaan peralatan dan inventaris.

2. Kemampuan memelihara dan merawat berbagai macam peralatan dan

mampu mengasah berbagai instrument secara benar dan menerapkan

secara efisien cara-cara pengasahan.

3. Kemampuan mempersiapkan dan menggunakan alat-alat kedokteran

elektrik, alat berputar (hand piece, contra angle) secara hati-hati dan

efektif.

d.   Tindakan Asuhan Keperwatan di Klinik

1)   Pencabutan Gigi

14

Page 15: K.t.i

a. Melakukan riwayat, pemeriksaan, indentifikasi dan perencanaan

untuk pasien dengan berbagai kondisi kesehatan gigi dan mulut.

b. Kemampuan untuk melaksanakan pencabutan gigi sulung dengan

topikal anaeshesi dan infiltrasi anaesthesi.

c. Kemampuan untuk melaksanakan pencabutan gigi tetap akar tunggal

dengan infiltrasi anaesthesi.

d. Kemampuan melakukan perawatan pasca pencabutan dan komplikasi.

2)   Konservasi Gigi

a. Kemampuan mengindentifikasi karies gigi dan menyeleksi kasus-

kasus untuk dilakukan perawatan konservasi sesuai dengan

kemampuannya / kewenangannya.

b. Kemampuan melakukan preparasi kavitas dan penumpatan (gigi

sulung dan gigi tetap pada satu/dua permukaan menggunakan

amalgam, silikat, dsb).

c. Kemampuan melakukan preparasi kavitas dengan excavator dan

penumpatan dengan ART.

d. Kemampuan membersihkan dan memoles gigi dan tumpatan.

e. Kemampuan menggunakan rubber dam.

3)   Pertolongan pertama (first aid/relief pain)

a. Kemampuan mengelola dan membantu tindakan darurat medik dan

dental.

15

Page 16: K.t.i

b. Kemampuan melakukan pertolongan pertama untuk mengurangi rasa

sakit pada penyakit gigi akut.

c. Kemampuan mengindentifikasikan dan mengelola keadaan darurat yang

terjadi selama dan sesudah pengobatan gigi.

d. Kemampuan memberikan pertolongan pertama pada trauma trepanasi

dengan cara membuka kavum pulpa dengan bor, ditutup kapas jangan

diberi tumpatan sementara.

e.    Asisten Dokter Gigi

1.    Kemampuan membantu operator dalam perawatan rutin pada klinik gigi

(sebagai chair side assistant).

2.    Kemampuan membantu prosedur restorasi gigi dan prosedur bedah

mulut dan periodontal.

3.    Kemampuan menyiapkan dan menerapkan penggunaan bahan-bahan

pada pengobatan gigi pasien.

4.    Kemampuan membantu dokter gigi atau dokter spesialis dalam

pengobatan pasien.

5.    Kemampuan menyiapkan dan melakukan topical treatment/solution yang

ditetapkan oleh dokter gigi atau dokter gigi spesialis.

6.    Kemampuan manipulasi bahan cetakan dan mengecor cetakan untuk

studi.

7.    Kemampuan melakukan irigasi mulut.

f.     Sikap

16

Page 17: K.t.i

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang ahli

psiologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan suatu tindakan atau

kesediaan untuk bertindak dan merupakan pelaksaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan

“predisposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu merupakan reaksi tertutup, bukan

reaksi terbuka dalam suatu tingkah laku. (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoadmodjo, 2003 Cit. Allport, (1954) sikap yang utuh tu

mempunyai 3 (taga) komponen pokok yaitu :

a.       Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b.      Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c.       Kecendrungan untuk bertindak.

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap ini sendiri terdiri dari berbagai

tingkatan yakni:

a.       Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang mao dan memperhatikan stimulus yang

diberikan. Contohnya sikap orang tergadap gizi dapat dilihat dari kesedihan dan

perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.

b.       Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena suatu usaha untuk

17

Page 18: K.t.i

menjawab suatu pertanyaan atu mengerjakan tugas yang di berikan, lepas

pekerjaan itu bener atau salah adalah bearti orang menerima ide tersebut.

c.       Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerakan atau mendiskusi dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya,

seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan

sebagainya). Untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau

mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah

mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d.      Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi, misalnya seorang ibu-

ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua

atau orang tuanya sendiri.

4.      Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan pada pasien adalah sebagai

berikut (Purwanto, 2007) :

1.    Sikap pendekatan perawat pada pasien yaitu sikap perawat terhadap

pasien ketika pertama kali dating di rumah sakit.

2.    Kualitas tindakan perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja

yang telah dilakukan oleh perawat kepada pasien, seberapa pelayanan

perawatan yang berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang

18

Page 19: K.t.i

diderita pasien dan kelangsungan perawatan pasien selama berada

dirumah sakit.

3.    Prosedur adminitrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan adminitrasi

pasien dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung

sampai keluar dari rumah sakit.

4.  Fasilitas-fasilitas yang disediakan rumah sakit seperti dental unit,

peralatan pencabutan, peralatan penambalan, air untuk kumur-kumur,

privasi dan waktu kunjungan pasien.

D. Kerangka konsep

E. Defenisi operasional

1. Kepuaasan

19

Variabel bebas

Pasien

Variabel terikat

Tingkat Kepuasan Pasien

Variabel pengganggu

Kesehatan Gigi dan Mulut

Page 20: K.t.i

Yang di maksud dengan kepuasan dalam penelitian ini adalah perasaan

puas, senang dan kelegahan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk

atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa.

2.    Tingkat Kepuasan Pasien

         Yang di maksud dengan tingkat kepuasan pada penelitian ini adalah aset

yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan

pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien tidak merasa puas mereka

akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman

buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit

harus menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang

lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.

3. Pembatasan derajat

Yang di maksud pembatasan derajat dalam penelitian ini adalah dimana

suatu mutu pelayanan kesehatan dinilai baik apabila pelayanan kesehatan tersebut

dapat menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien yang sesuai dengan tingkat

kepuasan rata-rata penduduk. Pada upaya yang dilakukan pelayanan kesehatan

dinilai baik apabila tatacara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta

standar pelayanan prefesi yang telah ditetapkan.

4. Konsumen

20

Page 21: K.t.i

Yang di maksud konsumen dalam penelitian ini adalah konsumen atau

individu yang karena kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan

dan perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh

tenaga kesehatan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif

dengan melakukan observasional terhadap data sekunder dari rekam medis

pada pasien yang mencabut gigi di Puskesmas Dana.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

penelitian dilakukan di Puskesmas Dana

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian di lakukan pada bulan april – juli 2015

D. Populasi dan sampel

a. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 40 orang yang

berumur 35 - 45 tahun di Puskesmas Dana.

21

Page 22: K.t.i

b. Sampel

Sampel yang di ambil sebanyak 40 orang dari umur 35- 45 tahun

yang sudah dianggap mewakili populasi. Pengambilan sampel di lakukan

dengan cara total sampling.

D.Kriteria penilaian

a) Jawaban responden 50% dianggap baik

b) Jawaban responden sama dengan atau dibawah 50% dianggap buruk.

E. Teknik pengumpulan data

1 Data di peroleh dengan cara membarikan kuesioner

kepada pasien untuk mengetahui peran parawat gigi

dalam mempeliharaan kebersihan gigi dan mulut

2 Pengolahan data secara manual

a. Data primer primer adalah data yang diambil secara langsung

pada objek yang akan diteliti melalui kuesioner dan

observasional.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

dari puskesmas yaitu jumlah pasien puskesmas Dana.

3 Analisa data

22

Page 23: K.t.i

Analisa data di lakukan secara deskritif dengan

membuat uraian secara sistematis mengenai hasil

penelitian kemudian mendistribusikan dengan tabel.

F. Pengolahan dan analisan data

1. Pegolahan data

Setelah data yang di perlukan peneliti terkumpul, maka dilakukan tahap

pengolahan data yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Editting

Upaya untuk pemeriksaan kembali kebenaran data yang di peroleh

atau di kumpulkan.

b. Coding

Pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang

termaksud dalam kategori yang sama.

c. Tabulating

Memuat table-tabel yang berisikan data yang telah di beri kode, sesuai

dengan analisis yang telah dibutuhkan.

d. Cleaning

Merupakan kegiatan pencegahan kembali data yang sudah di olah

apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisa data

23

Page 24: K.t.i

Hasil kuesioner responden akan diolad dan setiap responden memperoleh

nilai sesuai dengan pedoman penelitian kuesioner. Jiks responden menjawab

“YA” akan di beri skor 1(satu), sedangkan jika responden menjawab

“TIDAK” akan di beri nilai 0 (nol).

Kemudian dari nilai tersebut akan di tentukan skor total pada masing-

masing responden dengan rumus :

N = sp/sm x 100%

Keterangan :

N = Nilai pengetahuan

Sp = Skor yang di dapat

Sm = Skor tertinggi maksimum

Selanjutnya hasil perhitungan dimasukkan kedalam standar criteria objek,

yaitu:

1. Baik : Bila hasil 76-100%

2. Cukup : Bila hasil 56-75%

3. Kurang : Bila hasil 40-55%

G.Cara penelitian

1. Membagikan lembar kuesioner pada pasien yang terpilih menjadi

sampel .

2. Pasien mengisi lembar kuisioner dengan cara memilih jawaban yang

telah disediakan.

3. Jawaban yang telah selesai dikumpulkan.

24

Page 25: K.t.i

4. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan sistem

deskritif.

5. Di tampilkan dengan tabulasi.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A., 2007. Pengantar Adminitrasi Kesehatan. Ed. 3, Bina Rupa Aksara,

Jakarta.

Dahlan , Z., 2008. Mengembangkan Klinik Gigi yang Efektif dan Efesien. Zaeni

For Oral Health. http//www.google.co.id.

Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia,

Herijulianti, E, Indriani, T.S, Artini, S., 2006. Pendidikan Kesehatan Gigi.

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Kepmenkes Nomor 378/MENKES/SK/III/2007, tentang Standar Kompetensi

Perawat Gigi Indonesia, Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

25

Page 26: K.t.i

Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta.

Purwanto, S., 2007. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit.

http//www.klinis.wordpress.com.

PPGI., 2008. Sejarah Keperawatan Gigi. Jakarta.

Suhaemi, M.E., 2004. Etika Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik. Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

26