ASUHAN KEPERAWATAN An. S USIA TODDLER (2 TAHUN) DENGAN POST OP REANOSTOMOSIS COLON POD I A/I HIRSCHPRUNG DI RUANG BEDAH ANAK GEDUNG KEMUNING LANTAI II RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna Disusun Oleh : WA RUNIA NIM : 13.13.1091 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN RAHA 2016
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASUHAN KEPERAWATAN An. S USIA TODDLER (2 TAHUN) DENGANPOST OP REANOSTOMOSIS COLON POD I A/I HIRSCHPRUNG
DI RUANG BEDAH ANAK GEDUNG KEMUNING LANTAI IIRUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanProgram Diploma III Keperawatan Pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Disusun Oleh :
WA RUNIANIM : 13.13.1091
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
RAHA2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:
“Asuhan Keperawatan Pada An. S Usia Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op
Reanostomosis Colon A/I Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan dewan
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iv
ABSTRAK
Latar belakang, Menurut catatan medical record Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai IIRumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2015 dan Januari– Februari 2016 didapatkan bahwa kasus Hirschprung menempati urutan pertama atau terdapat 83(51,24%) kasus dari 162 kasus penyakit. Penyakit Hirschprung merupakan masalah yang sangatmemerlukan perhatian dan penatalaksanaan yang sangat komprehensif dan intensif bagi tenagakesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan.Tujuan, Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memperoleh gambaran yangjelas dan nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan post op reanostomosiscolon a/i hirschprung dengan pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Metode Telaahan, Metode yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yaitu metodeanalisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan dengan tehnikpengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakan danpemeriksaan fisik.Hasil, Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien An. S mulai tanggal 15 – 17 Februari 2016 diRuang Gedung Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung ditemukan limadiagnosa keperawatan yaitu, kekurangan volume cairan, nyeri akut, konstipasi, ansietas orang tua,dan resiko tinggi infeksi. Setelah dilakukan evaluasi selama tiga hari dari lima, diagnosakeperawatan atau masalah yang ditemukan, hanya terdapat 2 masalah yang teratasi, tetapi masalahkeperawatan yang lain sudah menunjukan perubahan yang baik. Hal ini terjadi karena beberapamasalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam proses penyembuhan.Kesimpulan, Dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan post op reanostomosis colona/i hirschprung perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan meningkatkanfrekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan adanyapendokumentasian yang dicatat dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yangbaik dengan tim kesehatan lainnya.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Karya tulis ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler (2
Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon A/I Hirschprung Di Ruang Bedah
Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung” disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada :
1. Ibu dr. Ayi Djembarani, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan
kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan
di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper Pemkab Muna sekaligus
sebagai pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, yang telah
meluangkan waktunya, tenaga dan pikiranya dalam memberikan petunjuk dan
mengarahkan penulis mulai dari pertama penulisan sampai selesai dengan baik,
serta telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
pada Akper Pemkab Muna.
3. Ibu Lina Sopiana, S.Kep., Ns selaku penguji lahan ujian praktek di Ruang
Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung.
4. Bapak Mursalin, SKM., M.Kes selaku penguji institusi ujian praktek di Ruang
Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien selama pelaksanaan ujian
praktek.
vi
5. Ibu Musriani, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah pada
Ujian Akhir Program Praktek Klinik Keperawatan Bandung yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan
mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
6. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruang Bedah Anak Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang
telah memberikan petunjuk dan nasehat serta kerja sama dalam melaksanakan
asuhan keperawatan di ruangan yang dipimpinnya.
7. Seluruh Staf dan Dosen Akper Pemkab Muna yang telah memberikan dukungan
dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. An. S beserta keluarganya yang telah senang hati menerima penulis untuk
mengadakan studi kasus berupa pelaksanaan asuhan keperawatan dalam rangka
menyusun Karya Tulis Ilmiah.
9. Orang tuaku tercinta Ibunda Wa Ndolio, saudaraku Kadir serta seluruh
keluargaku yang telah memberikan do’a, motivasi, harapan, dan dorongan baik
moril maupun materil yang sangat berarti selama mengikuti pendidikan pada
Akper Pemkab Muna hingga selesai.
10. Sahabat-sahabatku, rekan-rekan mahasiswa Akper Pemkab Muna angkatan XIII
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan
motivasinya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Olehnya itu, penulis
mengharapkan adanya masukan, baik kritik ataupun saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga bermanfaat bagi
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Anak terutama bayi
baru lahir merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan dan perlu
mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat karena masih
tingginya Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi menjadi
indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena
merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini (Verawati, 2012).
World Health Organization (WHO), memperkirakan bahwa sekitar 7%
dari seluruh kematian bayi di dunia disebabkan oleh kelainan kongenital. Di
Eropa, sekitar 25% kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.
Di Asia Tenggara kejadian kelainan kongenital mencapai 5% dari jumlah bayi
yang lahir, sementara di Indonesia prevalensi kelainan kongenital mencapai 5
per 1.000 kelahiran hidup. Riset Kesehatan Dasar dasar tahun 2007 kematian
bayi adalah kelainan kongenital pada usia 0-6 hari sebesar 1% dan pada usia
7-18 hari sebesar 19% (Verawati, 2012).
Menurut Depkes RI, kelainan kongenital adalah kelainan yang terlihat
pada saat lahir, bukan akibat proses persalinan. Sekitar 3% bayi baru lahir
mempunyai kelainan bawaan (kongenital). Meskipun angka ini termasuk
rendah, akan tetapi kelainan ini dapat menyebabkan angka kematian dan
kesakitan yang tinggi. Angka kejadian dengan kelainan kongenital akan
2
menjadi 4-5% bila bayi diikuti terus sampai berusia 1 tahun salah satunya
adalah penyakit hirschprung (Verawati, 2012).
Penyakit hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa
aganglionosis yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus dan rektum. Keadaan abnormal
tersbut dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara
spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen
yang tidak ada ganglion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal (Hidayat, 2012).
Insiden penyakit Hirschprung di dunia adalah 1 : 5.000 kelahiran hidup.
Di Amerika dan Afrika dilaporkan penyakit ini terjadi pada satu kasus sriap
5.400-7.200 kelahiran hidup. Di Eropa Utara, insiden penyakit ini adalah 1,5
dari 10.000 kelahiran hidup sedangkan di Asia tercatat sebesar 2,8 per 10.000
kelahiran hidup.
Angka kematian untuk penyakit Hirschsprung berkisar antara 1 - 10%.
Penelitian Pini dkk. pada tahun 1993 – 2010 di Genoa, Italia mencatat ada 8
orang dari 313 penderita penyakit Hirschsprung yang meninggal (CFR=
2,56%). Hasil penelitian Sarioqlu dkk. pada tahun 2008 - 2013 di Ankara,
Turki menunjukkan ada sebanyak 302 penderita penyakit Hirschsprung.
Kartono mencatat ada sekitar 40-60 pasien yang dirawat di RSCM Jakarta
setiap tahunnya. Sementara di RS dr. Sardjito Yogyakarta oleh Rohadi dicatat
rata-rata terdapat 50 pasien menderita Hirschprung setiap tahunnya (Verawati,
2012).
3
Berdasarkan catatan medical record Ruang Bedah Anak Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
jumlah pasien hirschprung yang dirawat pada kurun waktu 1 tahun yaitu
Januari sampai dengan Desember 2015 dan Januari sampai dengan Februari
2016 sebanyak 83 orang atau menempati urutan pertama dari jumlah penyakit
yang dirawat di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Anak Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
Adapun 10 penyakit terbesar di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung rentang bulan
Januari sampai dengan Desember 2015 dan bulan Januari sampai dengan
Februari 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1 . 10 Penyakit Terbesar di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II diRSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Bulan Januari – Desember 2015dan Periode Bulan Januari – Februari 2016
No Jenis penyakit Jumlah Presentase (%)1.2.3.4.5.6.7.8.9.
2) Perubahan pola kapasitasgaster/motilitas usus dan mualsangat mempengaruhi masukan dankebutuhan cairan.
3) Menggantikan kehilangan cairan danmemperbaiki keseimbangan cairandalam fase segera pasca operasi.
4) Penggunaan selang NGT ataumuntah dapat menurunkan elektrolitdan mempengaruhi fungsi organ.
Sumber : Doenges, et al (2000).
g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan
kurangnya informasi.
Tujuan : Ansietas orang tua berkurang/hilang.
Kriteria : Ekspresi wajah orang tua tampak tenang.
Tabel 10. Perencanaan Ansietas Orang TuaIntervensi Rasional
1) Kaji tingkat rasa cemas pada orangtua klien dan orang terdekat.
2) Jelaskan prosedur/asuhan yangdiberikan.
3) Dorong dan berikan kesempatanpada orang tua atau keluarga terdekatuntuk mengajukan pertanyaan danmenyatakan masalah.
1) Membantu menentukan jenisintervensi yang diperlukan.
2) Rasa cemas dan ketidaktahuandiperkecil denganinformasi/pengetahuan dan dapatmeningkatkan penerimaan.
3) Membuat perasaan terbuka danbekerja sama dalam memberikaninformasi yang membantu dalamidentifikasi/mengatasi masalah.
Sumber : Doenges, et al (2000).
43
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan dan kinerja hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi,
2008).
Evaluasi dikerjakan dalam bentuk pengisian format SOAP :
S : Subjektif yaitu data berupa keluhan klien
O : Objektif yaitu data hasil pemeriksaan.
A : Analisa data yaitu perbandingan antara data dengan teori.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon (Asmadi, 2008).
Menurut Setiadi (2012), catatan perkembangan merupakan catatan
yang berhubungan dengan keadaan pasien selama menjalani asuhan
dengan menggunakan SOAPIE sebagai berikut:
S : Data subjektif adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada
apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan pasien.
O: Data Objektif adalah perkembangan objektif yang bisa diamati dan
diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain.
44
A: Analisis adalah penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran.
P: Perencanaan adalah rencana penanganan klien yang didasarkan pada
hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya
apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
I : Implementasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan
dan evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien
teratasi.
E: Evaluasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan
evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien teratasi.
45
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas klien
Nama : An. S
Umur : 2 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Cikancung
Pendidikan : Belum ada
Pekerjaan : Belum ada
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Tanggal Masuk RS : 03 - 02 – 2016
Tanggal Operasi : 14 – 02 - 2016
Tanggal Pengkajian : 15 - 02 – 2016
Ruangan : Kemuning Lantai II Bedah Anak
No. Register : 16020707
Diagnosa Medis : Hischprung Disease
46
b) Identitas orang tua
(1) Ayah
Nama : Tn.A
Umur : 39 Thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Cikancung
Hubungan dengan Klien : Ayah klien
(2) Ibu
Nama : Ny. H
Umur : 31 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Cikancung
Hubungan dengan klien : Ibu klien
47
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Riwayat sebelum masuk rumah sakit
Menurut ibu klien, 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
klien mengalami mual dan muntah yang berwarna
kehijauan yang disertai dengan distensi abdomen. Ibu
kemudian membawa ke puskesmas setempat untuk
mendapatkan pengobatan namun kondisi klien tidak
mengalami perubahan sehingga orang tua membawa klien
untuk ke RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung untuk
mendapatkan perawatan.
(2) Keluhan utama : Nyeri.
(3) Riwayat keluhan utama
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 15 Februari 2016
ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka pada perut
kiri bawah akibat operasi reanostomosis colon pada tanggal
14 Februari 2016. Keluhan dirasakan hilang timbul selama
15 – 30 menit seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri
sedang yaitu 6 (0-10). Bertambah pada saat klien banyak
bergerak dan berkurang saat klien istirahat.
48
b) Riwayat kesehatan dahulu
(1) Pre natal care.
Ibu klien mengatakan mulai melakukan pemeriksaan
kehamilan pada usia kehamilan 4 bulan di Posyandu.
Selama hamil melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak
3 kali, melakukan imunisasi TT dan ibu klien tidak pernah
di rawat di Rumah Sakit.
(2) Intra natal care
Ibu klien mengatakan bahwa melakukan persalinan di
klinik bersalin dengan bantuan bidan dan dokter, anak
sempat menelan mekonium dan mengalami sesak napas.
(3) Post natal care
Ibu klien mengatakan bahwa setelah melahirkan, bayinya
tidak BAB lebih dari 24 jam, perut kembung dan muntah
berwarna kehijauan. Dokter mendiagnosis penyakit
anaknya adalah hischprung sehingga langsung dilakukan
tindakan pembedahan pada usia anak 1 hari.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki penyakit yang sama dengan yang di derita anaknya.
Ibu klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan lain-lain.
49
d) Genogram
Bagan 1. Genogram 3 Generasi
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
? : Tidak diketahui umurnya
: Meninggal Dunia
: Tinggal Serumah
: Garis Keturunan
: Garis Perkawinan
e) Riwayat imunisasi
Tabel 11. Riwayat ImunisasiNo Jenis Imunisasi Waktu Pelaksanaan Reaksi Setelah Pemberian1. Hepatitis B 0 – 11 bulan (3x) Tidak ada reaksi2. BCG 0 - 1 bulan (1x) Demam3. Polio 0 - 11 bulan (4x) Demam4. DPT 2 - 11 bulan (3x) Demam5. Campak 0 - 11 bulan (1x) Demam
?
39
??
?
?
31
?
?
? ?
10 2
50
f) Riwayat tumbuh kembang
(1) Pertumbuhan fisik anak
(a) Berat badan lahir 2,9 kg dan BB sekarang 15 kg
(b) Tinggi badan lahir 48 cm sekarang 79 cm
(c) Lingkar kepala lahir 34cm sekarang 44 cm
(d) Lingkar lengan lahir 11 cm sekarang 16 cm
(2) Perkembangan anak
(a) Senyum pertama kali pada orang umur 6 minggu.
(b) Berguling umur 8 bulan.
(c) Duduk umur 9 bulan.
(d) Merangkak umur 9 bulan
(e) Berdiri umur 12 bulan
(f) Bicara pertama 12 bulan.
(g) Berjalan umur 16 bulan.
(h) Dapat makan sendiri menggunakan sendok 22 bulan.
g) Riwayat Nutrisi
(1) Pemberian ASI
(a) ASI diberikan sejak lahir hingga usia 12 bulan.
(b) Pertama berikan bayi ASI dengan frekuensi 6-7x/hari
(c) ASI diberikan dengan cara berbaring kadang dengan
posisi digendong.
(2) Pemberian Susu Formula
Ibu klien mengatakan anaknya minum susu formula yaitu
SGM saat usia 7 bulan.
51
(3) Pemberian Makanan Tambahan
(a) Pemberian makanan tambahan berupa bubur bayi dan
diberikan pertama kali pada usia 13 bulan.
(b) Jenis bubur adalah bubur.
Tabel 12. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia sampai PolaNutrisi Saat Ini
No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian1. 0 Bulan ASI 0-6 bulan2.3.
6 Bulan12 bulan
Susu formulaASI, susu formula, dan bubur
6 – 12 bulan12 – 24 bulan
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Lemah
b) Tanda-tanda vital :
N : 90x/menit
R : 28x/menit
S : 37,2 0C
c) Antropometri
Berat badan : 15 kg
Tinggi badan : 79 cm
Lingkar kepala : 44 cm
Lingkar perut : 48 cm
Lingkar lengan atas: 16 cm
d) Sistem Pernapasan
Mukosa hidung warna merah muda, bentuknya simetris, tidak
ada septum deviasi, bentuk dada normal, gerakan dinding dada
simetris, frekuensi pernapasan 28 x/mnt, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada masa/benjolan, bunyi resonan pada
52
paru kanan dan kiri, bunyi nafas vesikuler, pernapasan reguler
normal.
e) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, tidak terdapat
No Diagnosa KeperawatanRencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional1. Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual muntahditandai dengan:Data Subjektifa) Ibu klien mengatakan anaknya
mual dan muntah sebanyak 3kali
b) Ibu klien mengatakan anaknyamasih dipuasakan
Data Objektif :a) Keadaan umum klien lemahb) Klien tampak mual muntah
sebanyak 3xc) Bibir tampak kering dan pecah-
pecah
Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari keseimbangan volumecairan terpenuhi dengan kriteria :a) Tidak ada mual dan muntahb) Mukosa bibir lembab dan tidak
pecah-pecahc) Hidrasi adekuat
1. Kaji tanda vital, takikardi, demam,turgor kulit dan kelembabanmukosa.
2. Awasi masukan dan haluaran danpengisapan dari NGT.
3. Berikan cairan tambahan IVsesuai indikasi.
4. Awasi elektrolit dan ganti sesuaiindikasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian obatsesuai indikasi.
1. Indikator dehidrasi atau hipovolemia,keadekuatan penggantian cairan.
2. Perubahan pola kapasitas gaster/motilitasusus dan mual sangat mempengaruhimasukan dan kebutuhan cairan.
3. Menggantikan kehilangan cairan danmemperbaiki keseimbangan cairan dalamfase segera pasca operasi.
4. Penggunaan selang NGT atau muntahdapat menurunkan elektrolit danmempengaruhi fungsi organ.
5. Obat yang tepat diberikan dapatmengurangi keluhan klien.
2. Nyeri akut berhubungan denganterputusnya kontinuitas jaringanyang ditandai dengan:Data Subjektif :a) Ibu klien mengatakan anaknya
rewel karena adanya luka padaabdomen sebelah kiri bawah.
b) Ibu klien mengatakan nyeribertambah ketika bergerak.
Setelah diberikan tindakankeperawatan selama 3 hari nyeriberangsur-angsur berkurang hingganyeri hilang dengan kriteria hasil:a)Ekspresi wajah klien nampak
tenangb)Nyeri berkurang dari 6 menjadi 1
dari (0-10)c)Tidak ada nyeri saat menggerakan
1.Kaji keluhan nyeri, perhatikanlokasi, lamanya dan intensitas(skala 0-10) perhatikan petunjukverbal dan non verbal.
2.Ajarkan ibu klien teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerahyang nyeri secara perlahan ketikanyeri.
3.Pertahankan istirahat dengan posisi
1. Membantu dalam mengindentifikasiderajat ketidaknyamanan dan kebutuhanuntuk keefektifan analgesik
2. Distraksi berfungsi untuk mengalihkanperhatian klien sehingga nyeriberkurang.
3. Menghilangkan ketegangan abdomen
64
Data Objektif :a) Tampak luka bekas operasi pada
abdomen sebelah kiri bawah.b) Terdapat nyeri tekan pada area
sekitar operasi.c) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10).d) Ekpresi wajah klien meringis
sampai menangis ketika banyakbergerak.
e) Tampak luka dengan diameter 6cm
badan. yang nyaman bagi klien.4.Kolaborasi pemberian analgetik.
dengan posisi yang terlentang.4. Analgetik dapat menghambat
pengiriman impuls nyeri ke korteksserebri sehingga dapat mengurangi rasanyeri.
3. Konstipasi yang berhubungandengan obstruksi colon distal yangditandai dengan:Data Subjektif :a) Ibu klien mengatakan anaknya
susah untuk BABData Objektif:a) Tampak distensi abdomenb) Peristaltik usus 5 x/menit
Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari pola eliminasi klienkembali normal dengan kriteria :a) Feses lunakb) BAB 1-2x/haric) Tidak ada distensi abdomend) Peristaltik usus dalam batas
normal
1. Observasi bising usus dan periksaadanya distensi abdomen pasien.
2. Dorong masukkan cairan 2.500-3.000 ml/hari
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalampengaturan diet jika pasien sudahtidak dipuasakan.
1. Untuk menyusun rencana penangananyang efektif dalam mencegah konstipasidan impaksi fekal
2. Membantu memperbaiki konsistensifeses.
3. Menentukan diet yang sesuai dengankebutuhan klien.
4. Ansietas orang tua berhubungandengan kurang terpajan informasimengenai status kesehatan anakyang ditandai dengan:Data Subjektif:Ibu klien menanyakan kapan kliensembuh dan boleh pulang.Data Objektif:a) Keluarga khawatir dengan
kondisi yang diderita anaknya.b) Ibu klien sering bertanya-tanya
tentang penyakit yang dideritaanaknya.
c) Ibu klien tampak cemas dengankondisi yang diderita anaknya.
Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari kecemasan keluargaberkurang/hilang dengan kriteria :a) Keluarga tidak bertanya-tanya lagi.b) Keluarga nampak tenang.
1. Kaji tingkat kecemasan keluargaklien.
2. Beri kesempatan kepada keluargaklien untuk mengungkapkanperasaannya.
3. Menjelaskan kepada keluargatentang penyakit klien dan prosesperawatannya.
1.Sebagai data dasar dalam mengmbillangkah selanjutnya.
2.Mengurangi rasa cemas keluarga dankeluarga merasa dihargai.
3.Menambah pengetahuan keluarga tentangpenyakit anaknya dan cara-caraperawatannya.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungandengan adanya luka post opreanostomosis yang ditandaidengan :
Setelah diberi tindakan keperawatanselama 3 hari, tidak terjadi infeksi.dengan kriteria :a) Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
1. Dengan adanya infeksi/terjadinya sepsis,dan abses.
65
Data Subjektif: -Data Objektif:a)Tampak luka bekas operasi pada
abdomen sebelah kiri bawah.b)Tampak luka dengan diameter 6
cm.c)Luka ditutup dengan perband)Suhu : 37,2 0C.e)Leukosit : 9.500 mm3
seperti tumor, dolor dan color.b) Suhu normal 36 – 37,5ºC.c) Luka tidak basah.
2. Lakukan pencucian tangan yangbaik dan perawatan luka aseptic.
3. Lihat insisi dan balutan, catatkarakteristik luka, dan adanyaeritema.
4. Kolaborasi dalam pemberian obatantibiotik sesuai indikasi.
2. Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
3. Memberikan deteksi dini terjadinyaproses infeksi, dan/atau pengawasanpenyembuhan yang telah adasebelumnya.
4. Diberikan sebagai profilaksis ataumenurunkan jumlah organisme untukmenurunkan penyebaran danpertumbuhannya pada rongga abdomen.
66
4. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 17: Implementasi dan EvaluasiNo.Dx
Hari/Tanggal
Jam Implementasi Hari/Tanggal
Jam Evaluasi
I Senin,15/02/2016
07.30
07.45
08.00
08.15
08.25
1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam, turgor kulit dan kelembaban mukosaHasil:TTV :Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menit dan Suhu : 37,2 0C
2. Mengawasi masukan dan haluaran dan pengisapan dari NGT.Hasila. Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3x.b. Klien dipuasakanc. Klien terpasang NGT di hidung sbelah kiri.
3. Memberikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.Hasil :Klien terpasang infus RL 20 tts/menit (micro)
4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuai indikasi. Tiap kali muntah pasiendiguyur dengan cairan RL 100 cc.Hasil :a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-pecah.b. Klien masih tampak mual muntah
5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetik yaitu ondansentron 1 ampul/ivdengan cara menyuntikan obat melalui selang infusHasil :Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv.
Senin15/02/2016
13.00 S:a. Ibu klien mengatakan mual
dan muntah anaknya sedikitberkurang.
b. Ibu klien mengatakananaknya masih dipuasakan.
O :a. Keadaan umum klien lemahb. Tampak terpasang NGT
pada hidung sebelah kiric. Mukosa kering dan bibir
pecah-pecah.d. Mual dan muntah klien
berkurangA :
Tujuan tercapai sebagianP:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan5
II Senin15/02/2016
08.35
08.45
1. Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri dengan cara melihat ekspresi wajahklien.Hasil:Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala 6 (0-10) tipe nyeri sedang.
2. Mengajarkan ibu klien teknik distraksi dengan cara mengusap-usap daerahyang sakit secara perlahan ketika nyeri.Hasil:
Senin15/02/2016
13.20 S :a. Ibu klien mengatakan masih
nyeri pada daerah lukaoperasi anaknya karenaanaknya masih rewel.
b. Ibu klien mengatakan nyeribertambah saat bergerak.
67
08.55
09.00
Ibu klien dapat melakukan teknik distraksi dengan cara mengusap-usapdaerah yang sisi abdomen sebelah kiri ketika nyeri
3. Mempertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman untuk klien.Hasil:Klien dalam posisi setengah duduk.
4. Mengkolaborasikan pemberian analgetik yaitu antrain 100 mg/iv dengan caraobat dimasukan dalam spoit kemudian disuntikan melalui selang infus.Hasil:Injeksi antrain 100 mg/iv
O :a. Ekspresi wajah nampak
meringis sampai denganmenangis.
b. Skala 6 (0-10)A :
Tujuan belum tercapaiP:
Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan4.
III. Senin15/02/2016
09.10
09.20
09.30
1.Mengobservasi bising usus dan periksa adanya distensi abdomen pasien.Hasil :a. Bising usus 5x/menitb. Masih tampak distensi abdomen
2.Mendorong masukkan cairan 1.500 - 2.000 ml/hari yaitu melalui cairan infuskarena pasien sedang dipuasakan.Hasil :Terpasang RL 20 tetes/menit
3.Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet jika pasien sudah tidakdipuasakan yaitu makanan yang tinggi serat.Hasil :Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan.
Senin15/02/2016
13.30 S :a. Ibu klien mengatakan anaknya
susah untuk BAB.b. Ibu klien mengatakan anaknya
masih dipuasakan.O :a Tampak distensi abdomenb. Peristaltik usus 5 x/menitA :
Tujuan belum teratasiP :
Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3IV Senin
15/02/201609.40
09.50
10.00
1.Mengkaji tingkat kecemasan keluarga klien.Hasil :Keluarga klien selalu bertanya-tanya kepada dokter dan perawat tentangpenyakit yang diderita oleh anaknya
2.Memberi kesempatan kepada keluarga untuk klien untuk mengungkapkanperasaannya dengan cara perawat mendengarkan keluhan-keluhan yangdiungkapkan oleh keluarga.Hasil :Keluarga klien mau berbagi cerita dengan perawat dan menceritakan masalah-masalah kesehatan anaknya mulai sejak lahir sampai sekarang
3.Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit klien dan proses perawatannya.Hasil :Keluarga klien mulai mengerti dengan proses perawatan klien
Senin15/02/2016
13.40 S :Ibu klien masih bertanya-tanyatentang keadaan anaknyaO :a. Ibu dan keluarga klien sedikit
mengerti dengan kondisianaknya.
b. Ibu dan keluarga klien masihbertanya-tanya tentang kondisikesehatan klien
A :Tujuan tercapai sebagian
68
P :Lanjutkan intervensi 1 dan 3.
V. Senin15/02/2016
10.10
10.25
11.00
11.10
1. Mengawasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahanmental dan meningkatnya nyeri abdomen.Hasil :a. Nadi : 90 x/mntb. R : 28 x/mntc. S : 37,2oC. Suhu tubuh klien normal.
2. Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic yaitumempertahankan perawatan luka dengan tehnik aseptik dengan mengawalidan tindakan dengan mencuci tangan, kemudian selalu memakai handscone,masker dan antiseptik seperti cairan Nacl 0,9%, dan betadine sertapertahankan balutan luka kering.Hasil :Luka masih tampak merah dan baru
3. Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik luka, dan adanya eritema.Hasil :Luka masih tampak merah dan baru
4. Memberikan obat antibiotik sesuai indikasi yaitu cefotaxime 1 gr/IV dengancara menyuntikan pada selang infusHasil :Injeksi cefotaxime 200 gram/IV.
Senin15/02/2016
14.00 S : -O :
1. Luka tampak merah dan baru2. Suhu tubuh normal (37,1oC).3. Penyatuan luka cukup baik
tanpa adanya tanda-tandainfeksi
A :Tujuan belum tercapai
P :Pertahankan intervensi 1,2,3, dan4
69
5. Catatan Perkembangan
Tabel 18: Catatan Perkembangan
No NODX
Hari/Tanggal Jam Catatan Perkembangan Klien Paraf
1. I Selasa,16/02/2016
07.30
07.40
07.50
08.00
08.10
08.20
12.00
S:a. Ibu klien mengatakan mual dan
muntah anaknya sedikit berkurang.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih
dipuasakan.O :
a. Keadaan umum klien lemahb. Tampak terpasang NGT pada hidung
sebelah kiric. Mukosa kering dan bibir pecah-pecah.d. Mual dan muntah klien berkurang
A :Tujuan belum tercapai
P:Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
I :1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam,
turgor kulit dan kelembaban mukosaHasil:TTV :Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menitdan Suhu : 37,2 0C
2. Mengawasi masukan dan haluaran danpengisapan dari NGT.Hasila. Ibu klien mengatakan anaknya mual danmuntah sebanyak 3x.b. Klien dipuasakanc. Klien terpasang NGT di hidung sbelahkiri.
3. Memberikan cairan tambahan IV sesuaiindikasi.Hasil :Klien terpasang infus Nacl 0,9% 20tts/menit (micro)
4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuaiindikasi. Tiap kali muntah pasien diguyurdengan cairan RL 100 cc.Hasil :a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-
pecah.b. Klien masih tampak mual muntah
5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetikyaitu ondansentron 1 ampul/iv dengan caramenyuntikan obat melalui selang infusHasil :Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv
E :Masalah belum teratasi
2. II Selasa16/02/2016
08.30 S :a. Ibu klien mengatakan masih nyeri pada
daerah luka operasi anaknya karenaanaknya masih rewel.
b. Ibu klien mengatakan nyeri bertambahsaat bergerak.
70
08.45
09.00
09.15
09.25
13.00
O :a. Ekspresi wajah nampak meringis
sampai dengan menangis.b. Skala 6 (0-10)
A :Tujuan belum tercapai
P:Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4.
I:1. Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri
dengan cara melihat ekspresi wajah klien.Hasil:Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala 5(0-10) tipe nyeri sedang.
2. Mengajarkan ibu klien teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerah yangnyeri dengan perlahan ketika nyeri.Hasil:Ibu klien dapat melakukan teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerah sekitarabdomen kiri bawah klien ketika nyeri
3. Mempertahankan istirahat dengan posisiyang nyaman untuk klien.Hasil:Klien dalam posisi setengah duduk.
4. Mengkolaborasikan pemberian analgetikyaitu antrain 100 mg/iv dengan cara obatdimasukan dalam spoit kemudiandisuntikan melalui selang infus.Hasil:Injeksi antrain 100 mg/iv.
E :Masalah belum teratasi
3. III Selasa,16/02/2016
09.55
10.00
10.10
10.20
S :a. Ibu klien mengatakan anaknya susah
untuk BAB.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih
dipuasakan.O :a Tampak distensi abdomenb. Peristaltik usus 5 x/menitA :
Tujuan belum tercapaiP :
Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3I :1.Mengobservasi bising usus dan periksa
adanya distensi abdomen pasien.
Hasil :a. Bising usus 5x/menitb. Masih tampak distensi abdomen
2. Mendorong masukkan cairan 1.500 - 2.000ml/hari yaitu melalui cairan infus karenapasien sedang dipuasakan.Hasil :Terpasang RL 20 tetes/menit
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalampengaturan diet jika pasien sudah tidakdipuasakan yaitu makanan yang tinggiserat.
71
13.30
Hasil :Ibu klien mengatakan anaknya masihdipuasakan.
E :Masalah belum teratasi
4. IV Selasa16/02/2016
10.30
10.40
11.00
13.40
S :Ibu klien bertanya-tanya tentang keadaananaknya
O :a. Ibu dan keluarga klien sedikit mengerti
dengan kondisi anaknya.b. Ibu dan keluarga klien masih bertanya-
tanya tentang kondisi kesehatan klienA :
Tujuan tercapaiP :
Lanjutkan intervensi 1dan 3.I :1. Mengkaji tingkat kecemasan keluarga
klien.Hasil :Keluarga klien tidak bertanya-tanya lagikepada dokter dan perawat tentangpenyakit yang diderita oleh anaknya.
3. Menjelaskan kepada keluarga tentangpenyakit klien dan proses perawatannya.Hasil :Keluarga klien sudah mengerti denganproses perawatan klien tenang
E :Masalah teratasi
5. V Selasa16/02/2016
11.20
11.30
11.40
S : -O :
1. Luka tampak merah dan baru2. Suhu tubuh normal (37,1oC).3. Penyatuan luka cukup baik tanpa
adanya tanda-tanda infeksiA :
Tujuan belum tercapaiP :
Pertahankan intervensi 1,2,3, dan 4I :1. Mengawasi tanda vital. Perhatikan
demam, menggigil, berkeringat,perubahan mental dan meningkatnyanyeri abdomen.Hasil :a. Nadi : 90 x/mntb. R : 28 x/mntc. S : 37,2oC. Suhu tubuh klien normal.
2. Melakukan pencucian tangan yang baikdan perawatan luka aseptic yaitumempertahankan perawatan luka dengantehnik aseptik dengan mengawali dantindakan dengan mencuci tangan,kemudian selalu memakai handscone,masker dan antiseptik seperti cairan Nacl0,9%, dan betadine serta pertahankanbalutan luka kering.Hasil :Luka tampak bersih
72
11.50
12.00
14.00
3. Lihat insisi dan balutan, catatkarakteristik luka, dan adanya eritema.Hasil :Luka masih tampak merah dan basah.
4. Memberikan obat antibiotik sesuaiindikasi yaitu cefotaxime 1 gr/IV dengancara menyuntikan pada selang infusHasil :Injeksi cefotaxime 200 gram/IV
E :Masalah teratasi
6 I Rabu17/02/2016
07.30
07.40
07.55
08.10
08.20
08.30
13.00
S:a. Ibu klien mengatakan mual dan
muntah anaknya sedikit berkurang.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih
dipuasakan.O :
a. Keadaan umum klien lemahb. Tampak terpasang NGT pada hidung
sebelah kiric. Mukosa kering dan bibir pecah-pecah.d. Mual dan muntah klien berkurang
A :Tujuan belum tercapai
P:Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
I :1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam,
turgor kulit dan kelembaban mukosaHasil:TTV :Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menitdan Suhu : 37,2 0C
2. Mengawasi masukan dan haluaran danpengisapan dari NGT.Hasila. Ibu klien mengatakan anaknya mual
dan muntah sebanyak 3x.b. Klien dipuasakanc. Klien terpasang NGT di hidung sebelah
4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuaiindikasi. Tiap kali muntah pasien diguyurdengan cairan RL 100 cc.Hasil :a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-
pecah.b. Klien masih tampak mual muntah.
5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetikyaitu ondansentron 1 ampul/iv dengan caramenyuntikan obat melalui selang infusHasil :Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv
E :Masalah belum teratasi
73
7. II Rabu17/02/2016
08.40
08.50
09.00
09.15
09.25
13.20
S :a. Ibu klien mengatakan masih nyeri pada
daerah luka operasi anaknya karenaanaknya masih rewel.
b. Ibu klien mengatakan nyeri bertambahsaat bergerak.
O :a. Ekspresi wajah nampak meringis
sampai dengan menangis.b. Skala 6 (0-10)
A :Tujuan belum tercapai
P:Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4.
I:1. Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri
dengan cara melihat ekspresi wajah klien.Hasil:Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala 5(0-10) tipe nyeri sedang.
2. Mengajarkan ibu klien teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerah yangsakit ketika nyeri.Hasil:Ibu klien dapat melakukan teknik distraksidengan cara mengusap-usap daerahabdomen kiri bawah klien ketika nyeri
3. Mempertahankan istirahat dengan posisiyang nyaman untuk klien.Hasil:Klien dalam posisi setengah duduk.
4. Mengkolaborasikan pemberian analgetikyaitu antrain 100 mg/iv dengan cara obatdimasukan dalam spoit kemudiandisuntikan melalui selang infus.Hasil:Injeksi antrain 100 mg/iv.
E :Masalah belum teratasi.
8. III Rabu,17/02/2016
09.55
10.00
10.10
S :a. Ibu klien mengatakan anaknya susah
untuk BAB.b. Ibu klien mengatakan anaknya masih
dipuasakan.O :
a. Tampak distensi abdomenb. Peristaltik usus 5 x/menit
A :Tujuan belum tercapai
P :Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3
I :1. Mengobservasi bising usus dan periksa
adanya distensi abdomen pasien.Hasil :a. Bising usus 5x/menitb. Masih tampak distensi abdomen
2. Mendorong masukkan cairan 1.500 - 2.000ml/hari yaitu melalui cairan infus karenapasien sedang dipuasakan.Hasil :Terpasang RL 20 tetes/menit
74
10.20
13.30
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalampengaturan diet jika pasien sudah tidakdipuasakan yaitu makanan yang tinggiserat.Hasil :Ibu klien mengatakan anaknya masihdipuasakan
E :Masalah belum teratasi.
B. Pembahasan
Berdasarkan tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dan hasil studi
kasus yang penulis lakukan dari tanggal 15 Februari sampai dengan 17
Februari 2016, maka pada bab ini dibahas tentang perbandingan antara teoritis
dan fakta yang ada, yang diperoleh penulis sebagai hasil pelaksanaan Asuhan
Keperawatan An. S Usia Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis
Colon POD I a/i Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
Dalam penerapan proses keperawatan dilakukan sebelumnya, maka
penulis akan mengemukakan kesenjangan yang penulis dapatkan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Dalam pengkajian ini penulis melaksanakan sesuai dengan tahapan-
tahapan yang ada dalam pengkajian tersebut yaitu pengumpulan data,
klasifikasi data dan analisa data yang kemudian dirumuskan menjadi
diagnosa keperawatan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi
kepustakaan.
75
Data yang dikumpulkan selain diperoleh dari klien sebagai data
primer, juga diperoleh dari pihak lain yang penulis anggap cukup mewakili
dan akurat untuk kelengkapan data (data sekunder), yaitu :
a. Data keluarga klien.
b. Tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam pemberian pelayanan
kesehatan pada klien.
c. Catatan medis klien.
d. Hasil pemeriksaan laboratorium.
e. Klien sendiri.
Dari tinjauan teoritis, data yang bisa didapatkan pada An. S Usia
Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung adalah : nyeri luka post op reanostomosis, pernapasan yang
cepat, takikardi, suhu tubuh yang meningkat, penurunan bising usus, dan
berlanjut dengan hilangnya bising usus, timpani akibat abdominal
mengalami kembung, mual dan muntah.
Setelah dilakukan pengkajian pada An. S Usia Toddler (2 Tahun)
ditemukan data sebagai berikut: keadaan umum lemah, klien tampak rewel
saat banyak bergerak karena nyeri pada luka post op reanostomosis,
terpasang NGT, terpasang kateter, distensi abdomen, konstipasi, mual dan
muntah.
Adanya kesenjangan ini dapat disebabkan karena setiap manusia
dalam memberikan respon baik bio, psiko, sosial dan spiritual terhadap
stimulus berbeda-beda sehingga gejala dan karateristik yang didapatkan
berbeda-beda.
76
2. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teoritis, masalah keperawatan yang ditemukan pada
anak dengan Post Op Reanostomosis a/i Hischprung adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan operasi.
b. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi mekanik.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.
e. Resiko cedera berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,
nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan
kurangnya informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada studi kasus
sebagai hasil analisa dan penetapan masalah keperawatan ditemukan 5
diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal
d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op
reanostomosis.
77
Kesenjangan yang penulis dapatkan adalah ada beberapa diagnosa
keperawatan yang didapatkan dalam kasus, semuanya ada dalam konsep
teoritis dan tidak semua yang ada dalam teoritis ditemukan dalam kasus
seperti ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat., dan resiko cedera
berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding
intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus. Penulis tidak mengangkat
diagnosa tersebut diatas karena berpatokan dengan data-data yang
ditemukan saat melakukan pengkajian, dimana data tersebut tidak
menunjang untuk diangkat menjadi diagnosa keperawatan saat dilakukan
asuhan keperawatan.
3. Perencanaan
Pada tahap ini penulis bersama klien dan keluarga menyusun rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan masalah
yang muncul. Perencanaan disesuaikan dengan privasi atau kebutuhan
klien, situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang ada diruangan.
Dalam penyusunan perencanaan, hal-hal yang mendukung adalah:
a. Adanya kerja sama yang baik dengan perawat, klien dan keluarga
sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan
b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat
memperlancar dan menyusun perencanaan.
Perencanaan yang penulis lakukan pada An. S pada dasarnya ada
kesenjangan antara teori dan kasus, hal ini terjadi karena tidak semua
diagnosa keperawatan dan perencanaan yang ada dalam teori ada dalam
78
kasus. Tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori dan muncul pada kasus
pada prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada kasus
penulis berpatokan atau mengacu pada tinjauan teoritis, tetapi tidak semua
perencanaan yang ada dalam teori dimasukan dalam perencanaan yang ada
pada kasus dengan diagnosa yang sama, karena hal ini disesuaikan dengan
kondisi pasien yang ada pada kasus. Sedangkan diagnosa yang muncul
pada kasus dan tidak ada pada teori, penulis membuat intervensi
berdasarkan referensi yang ada dan telah teruji kebenaranya.
4. Implementasi
Tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang
merupakan faktor pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan
dalam setiap tindakan. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam
proses pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan prasarana yang terdapat
di ruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana, namun
hanya terdapat satu intervensi yang tidak terlaksana, sealain itu setiap
intervensi yang telah disusun dapat diimplementasikan kepada klien.
Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada
antara lain:
a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan mual muntah.
Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah
direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
79
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah
direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal. Untuk
mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah
direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak. Untuk mengatasi masalah ini perawat
memberikan tindakan yang telah direncanakan dan semua rencana
tindakan tersebut dilaksanakan.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op
reanostomosis. Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan
tindakan yang telah direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut
dilaksanakan.
5. Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana
untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan
mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan.
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek atau respon klien dan menilai proses dari hasil tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Dalam melakukan evaluasi,
penulis menggunakan evaluasi yang bersifat normatif dilakukan setiap
melakukan tindakan keperawatan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
waktu yang diberikan kepada penulis sehingga hasil yang ingin dicapai
80
dalam asuhan keperawatan harus terus dilanjutkan dengan melakukan
pelimpahan dan kerja sama dengan petugas atau perawat ruangan.
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua
masalah yang terdapat didalam tinjauan teori baik tinjauan medik maupun
tinjauan keperawatan ditemukan dalam tinjauan kasus begitu juga
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena tidak ada data yang mendukung
sehingga masalah yang muncul tidak sekompleks masalah yang ada pada
tinjauan teoritis.
Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan yang direncanakan
selama 3 hari, yang dimulai dari tanggal 15 Februari sampai tanggal 17
Februari 2016, untuk seluruh tujuan yang telah ditetapkan belum dapat
tercapai sesuai dengan harapan.
Dalam kasus ini diagnosa keperawatan yang ada yaitu terdiri dari
empat diagnosa keperawatan, dengan hasil evaluasi sebagai berikut:
a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan mual muntah.
Setelah dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah belum teratasi
dengan hasil : klien masih mual muntah, terpasang NGT di hidung
sebelah kiri, mukosa kering dan bibir pecah-pecah.
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Setelah dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah belum teratasi
dengan hasil : skala nyeri masih 5 (0-10), ekspresi wajah klien masih
nampak meringis hingga menangis bila klien banyak bergerak.
c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal. Setelah
dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah belum teratasi dengan hasil :
81
masih terjadi distensi abdomen, peristaltik usus 5x/menit, dan klien
masih susah BAB.
d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak. Setelah dilakukan evaluasi selama 3
hari masalah teratasi dengan hasil : keluarga klien sudah mengerti
dengan kondisi yang dialami klien, klien sudah tidak bertanya-tanya
lagi dengan dokter dan perawat dan ekspresi wajah keluarga klien
tenang.
e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post
op reanostomosis. Setelah dilakukan evaluasi selama 3 hari masalah
dapat teratasi dengan hasil : nampak luka operasi yang ditutup dengan
kasa steril, nyeri tekan pada sekitar luka operasi, keadaan luka baik dan
bersih.
82
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses
keperawatan yang penulis laksanakan di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dari tanggal 15
Februari sampai dengan 17 Februari 2016 dengan mengacu pada tujuan yang
ingin dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan :
1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi
pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tehnik pengumpulan data yang
dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan.
2. Diagnosa yang muncul pada anak usia toddler dengan post op reanostomosis
colon a/i hirschpung:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal
d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op
reanostomosis.
83
3. Tidak semua diagnosa keperawatan yang ada dalam teori ada dalam kasus,
begitu pula sebaliknya. Dimana diagnosa keperawatan yang ada dalam teori
tidak ada dalam kasus pada dasarnya penulis berpatokan pada teoritis
sedangkan diagnosa yang muncul dalam kasus tidak ada dalam teori penulis
berpatokan pada data yang didapatkan saat pengkajian langsung terhadap
klien.
4. Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus. Tetapi
untuk intervensi yang ada pada teori dan muncul pada kasus pada prinsipnya
tidak ada perbedaan karena perencanaan pada dasarnya penulis berpatokan
pada tinjauan teoritis, sedangkan intervensi yang muncul pada kasus tidak
ada pada teori, penulis bersama klien dan keluarga membuat intervensi
berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
5. Implementasi merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam implementasi ini mengacu pada perencanaan yang
merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan
dalam setiap tindakan, selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari
perawat pembimbing.
6. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk
menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu pada
tercapainya tujuan yang ditetapkan. Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 hari, terdapat tiga diagnosa yang teratasi, tetapi 3 diagnosa yang
belum teratasi telah menunjukkan perubahan pada klien.
84
7. Dokumentasi merupakan segala sesuatu yang tercetak atau tertulis yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. Dalam mendokumentasikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis
berpatokan kepada tahap-tahap pendokumentasian keperawatan yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan
catatan perkembangan.
B. Rekomendasi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan pada anak usia toddler dengan post op reanostomoasis colon a/i
hirscprung, penulis menyarankan :
1. Untuk Pihak Rumah Sakit
Rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komperhensif
yaitu bio, psiko, sosial dan spritual kepada klien dengan menambah peralatan
dan fasilitas yang memadai untuk menunjang pelaksanaan asuhan
keperawatan. Perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan
yang komperhensif dan meningkatkan frekwensi kontak dengan klien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian yang
lengkap dan akurat pada status kesehatan klien.
2. Untuk Institusi
Institusi dan penyelenggara diharapkan menyediakan buku-buku referensi
yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru tentang penatalaksanaan
perawatan pada anak dengan post op reanostomosis a/i hirschprung serta
menyediakan waktu yang cukup untuk pelaksanaan praktek keperawatan di
85
rumah sakit dan studi kasus untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah dimasa
yang akan datang.
3. Untuk Profesi
Perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan
meningkatkan frekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan
asuhan keperawatan diperlukan adanya pendokumentasian yang dicatat
dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang baik
dengan tim kesehatan lainnya.
4. Bagi penulis sendiri
Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan
acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian
asuhan keperawatan pada anak usia toddler post op reanostomosis colon a/i
hirchprung .
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC : Jakarta
Doenges, E. M., Moorhouse, F. H & Monoarfa, A. (2000). Rencana AsuhanKeperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta