Top Banner
KROMOSOM POLYTEN Diusulkan Oleh: Ryan Hilda Wandita 24020113120007
35

KROMOSOM POLYTEN

Feb 22, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KROMOSOM POLYTEN

KROMOSOM POLYTEN

Diusulkan Oleh:

Ryan Hilda Wandita

24020113120007

Page 2: KROMOSOM POLYTEN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Kromosom Polyten

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Biologi Dasar

FSM UNDIP

Page 3: KROMOSOM POLYTEN

Mengetahui Semarang, 06

Oktober 2014

Asisten Praktikan

Eva Sasmita Ryan Hilda

Wandita

NIM 24020112130111 NIM 24020113120007

DAFTAR ISI

HALAMAN

PENGESAHAN....................................................

.................................................i

DAFTAR

ISI...........................................................

..............................................................

.....ii

RINGKASAN ....................................................

..............................................................

........iii

BAB I PENDAHULUAN

Page 4: KROMOSOM POLYTEN

1.1 Latar

Belakang.............................................

.....................................................

....5

1.2 Rumusan

Masalah..............................................

...................................................5

1.3 Tujuan..............................................

.....................................................

................5

1.4 Luaran..............................................

.....................................................

................6

1.5 Manfat..............................................

.....................................................

................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kromosom..............................................................................

................................7

2.2 Kromosom

Polyten.......................................................

..........................................7

2.3 Drosophila

melanogaster....................................................

...................................9

Page 5: KROMOSOM POLYTEN

2.4 Analisis

Bahan.........................................................

............................................13

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum.....................................................

........................15

3.2 Alat dan

Bahan ........................................................

............................................15

3.3 Langkah

Kerja.........................................................

.............................................15

BAB IV HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Persilangan

Angrek........................................................

.............................17

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pembuatan Preparat Kelenjar Ludah Larva

Drosophila......................................18

5.2 Bagian-bagian Kromosom

Polyten.......................................................

...............19

5.3 Proses Terbentuknya Kromosom

Polyten.......................................................

.....20

5.4 Perbedaan Kromosom Polyten dengan Kromosom

Biasa...................................20

Page 6: KROMOSOM POLYTEN

5.5 Drosophila

melanogaster..................................................

....................................20

5.6 Kelenjar Saliva Larva

Drosophila....................................................

....................21

BAB VI PENUTUP

6.1

Kesimpulan....................................................

....................................................22

DAFTAR

PUSTAKA.......................................................

.......................................................23

LAMPIRAN

Page 7: KROMOSOM POLYTEN

RINGKASAN

Kromosom merupakan suatu kemasan materi genetik (DNA).Terdapat kromosom yang berukuran lebih besar daripada kromosomnormal yang terbentuk dari proses replikasi berulang suatumolekul DNA tanpa diikuti pembelahan sel, sehingga kromosommengandung molekul DNA yang bertumpuk secara parallel yangdisebut kromosom politen. Fungsi dari kromosom politendiantaranya adalah untuk memperbanyak gen, menentukan lokasigen, dan perubahan struktur dalam kromosom. Organisme yangpaling umum dijadikan model untuk pengamatan kromosom politenadalah larva instar III Drosophila melanogaster karenamemiliki kromosom politen yang berukuran sangat besar danjelas. Telah dilakukan praktikum kromosom politen menggunakanlarva Drosophila melanogaster namun belum berhasil ditemukanbagian dari kromosom politen yaitu pita gelap (band) dan pitaterang (interband).

Kata kunci : Kromosom politen; larva instar III Drosophila melanogaster; band;interband

Page 8: KROMOSOM POLYTEN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kromosom merupakan sekumpulan kromatin yang menggulung

dan memadat. Kromatin adalah benang-benang halus yang

tersusun atas deoksi ribonukleat acid (DNA) dan protein

yang terdiri dari histon dan nonhiston, sehingga membentuk

nucleoprotein. Heterokromatin dan eukromatin merupakan

bagian dari kromosom. Heterokromatin adalah kromatin yang

dikemas dalam serat yang padat dan tidak mengandung gen,

sehingga tidak aktif dalam proses penyalinan.

Heterokromatin merupakan DNA yang terkondensasi dan tetap

berada dalam bentuk solenoid selama siklus sel, kecuali

pada replikasi DNA berlangsung. Sebagian besar gen yang

terdapat pada heterokromatin tidak dapat diekspresikan

akibat kondisi DNA tersebut yang terkondensasi. Eukromatin

terdiri dari serta-serat yang tidak padat, relatif tersebar

di dalam inti, dan menempati sebagian besar wilayah inti

sel.

Page 9: KROMOSOM POLYTEN

Kromosom berdasarkan lokasi sentromernya dibagi 4

yaitu metasentrik, submetasentrik, akrosentrik, dan

telosentrik .Kromosom metasentris memiliki sentromer di

tengah sehingga kromosom terbagi atas dua lengan yang sama

panjang. Kromosom submetasentris memiliki sentromer tidak

di tengah. Kromosom akrosentris memiliki sentromer di dekat

salah satu ujungnya dan menyebabkan kedua lengan kromosom

tidak sama panjang. Kromosom telosentris memiliki sentromer

di salah satu ujungnya.

Kromosom politen adalah kromosom raksasa yang

memperlihatkan detail struktur yang lebih jelas dari

kromosom normal. Kromosom politen merupakan kromosom

raksasa yang mempunyai lengan kromosom yang panjang dengan

diameter yang lebih besar. Struktur kromosom politen

terbentuk dari proses replikasi DNA pada pasangan kromosom

homolognya tanpa pemisahan dari replikasi rantai kromatin.

Proses replikasi tersebut berlangsung berulang-ulang kali

sehingga kromsom politen tampak tebal.

Pada kromosom politen juga terdapat kromonemata,

kromosenter, band dan interband. Band adalah bagian gelap

pada kromosom dan interband adalah bagian terangnya. Band

yang terurai membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada

transkripsi RNA. Kromosenter merupakan suatu massa tungga

tempat melekat dan dan berkumpulnya lengan-lengan kromosom.

Kromonemata adalah istilah untuk tahap awal pemintalan

kromatid.

Kromosom politen dapat ditemukan pada organisme

seperti larva serangga diptera dan beberapa spesies dari

Page 10: KROMOSOM POLYTEN

protozoa dan plantae. Umumnya dalam praktikum kromosom

politen spesies yang digunakan adalah larva instar III

Drosophila melanogaster. Kromosom politen pada larva instar

III Drosophila melanogaster dapat ditemukan pada sel

tubulus malphigi, kelenjar ludah dan lambung, serta

jaringan pada usus.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaiman cara membuat preparat kromosom polyten dari

kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster?

1.2.2 Bagaimana cara mengetahui bentuk kromosom polyten?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mampu membuat preparat kromosom polyten dari

kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster

1.3.2 Mengetahui bentuk kromosom polyten

1.4 Luaran

Luaran yang diharapkan berupa artikel yang berjudul

“Kromosom Polyten”

1.5 Manfaat

1.5.1 Dapat membuat preparat kromosom polyten dari

kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster

1.5.2 Dapat mengetahui bentuk dan bagian-bagian kromosom

polyten

1.5.3 Dapat membedakan kromosom polyten dengan kromosom

biasa

Page 11: KROMOSOM POLYTEN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kromosom

Kromosom merupakan molekul asam nukleat yang

tersusun dari molekul DNA (mengandung sejumlah gen) yang

tergabung dengan protein tertentu (bukan histon, pada

makhluk hidup prokariot) atau bergabung dengan protein

histon (pada makhluk hidup eukariot) dan memiliki

kemampuan untuk melakukan replikasi sendiri. (Corebima,

2004).

Pada sel-sel eukariot, selain ditemukan di dalam

inti, kromosom juga ditemukan di dalam organel tertentu,

misalnya kloroplas (tumbuhan) dan mitokondria. Struktur

kromosom di dalam mitokondria makhluk hidup apapun berupa

molekul DNA unting ganda yang melilit dan tidak

berasosiasi dengan protein-protein semacam histon atau

berupa molekul DNA unting DNA yang telanjang (Corebima,

2004). Berbeda dengan kromosom di dalam mitokondria,

kromosom di dalam inti sel eukariot merupakan

nucleoprotein yang terdiri dari DNA unting ganda yang

berasosiasi dengan protein histon, protein non histon

bahkan RNA (Gardner, 2001).

Setiap inti sel , molekul DNA dikemas dalam struktur

sepeti benang yang disebut kromosom. Setiap kromosom

memiliki titik penyempitan yang disebut sentromer yang

membagi kromosom menjadi dua bagian atau disebut lengan.

Lengan pendek disebut lengan “P” dan lengan panjang

Page 12: KROMOSOM POLYTEN

disebut lengan “Q”.  Lokasi sentromer memberikan

karakteristik pada masing-masing kromosom dan dapat

digunakan untuk menggambarkan lokasi gen tersebut (Hartl,

dkk 2005).

2.2 Kromosom Polyten

2.2.1 Definisi Kromosom Politen

Kromosom raksasa disebut kromosom politen,

ditemukan pada sel nukleus kelenjar ludah dan pada

beberapa jaringan larva Drosophila melanogaster dan pada

serangga ordo diptera lainnya. Struktur kromosom

politen dibentuk dari pengulangan replikasi DNA tanpa

pemisahan dari replikasi helaian kromatin. Bagian-

bagian kromosom politen pada kromosom betina (X) yaitu

kanan dan kiri pada kromosom 2 dan 3 dan kromosom

pendek (kromosom 4) pada bagian kromosenter (Harth,

2005). Kromosenter adalah bagian block besar pada

heterokromatin yang terdapat di dekat sentromer. Pada

kromosom politen, selain terdapat kromonemata dan

kromosenter, ditemukan juga band dan interband. Band

adalah bagian gelap pada kromosom dan interband adalah

bagian terangnya. Band yang terurai membentuk puff. Puff

adalah gen aktif pada transkripsi RNA (Wolfe, 2003).

Kromosom politen sering ditemukan pada kromosom

kelenjar ludah, karena seirng dilakukan penelitian

dari kelenjar ludah larva diptera. Kromosom politen

juga ditemukan pada organ lain seperti tubulus

malphigi dan kantong lambung. Pada beberapa lalat

Page 13: KROMOSOM POLYTEN

dewasa juga dapat ditemukan sedikit kromosom

politennya (Wolfe, 2003).

2.2.2 Fungsi Kromosom Politen

Kromosom politen dapat diaplikasikan untuk

mengetahui perbedaan evolusi antar spesies, mengetahui

struktur umum kromatin, meningkatkan volume sel akibat

adanya penduplikasian DNA, merupakan visualisasi

transkripsi sebagai akibat ekspresi gen, mendukung

perkembangan organ vital saat embriogenesis dan

menghasilkan multiple copy sehingga ekspresi gen

meningkat (Wolfe, 2003).

2.2.3 Proses Terbentuknya Kromosom Politen

Kromosom ini disebut kromosom raksasa karena

sesungguhnya kromosom ini adalah kromosom interfase

yang memiliki ukuran lebih panjang daripada kromosom

metaphase sehingga kromosom ini dapat dilihat (pada

fase interfase) dimana pada kondisi tersebut semua

kromosom lain tidak terlihat. Kromosom raksasa

dibentuk oleh peristiwa endomitosis, yaitu suatu

replikasi yang menghasilkan banyak kromosom yang tidak

terpisah satu dengan yang lain. Struktur kromosom

raksasa ini tersusun atas pita terang dan pita gelap.

Pita terang mengandung eukromatin dengan lilitan yang

renggang sedangkan pita gelap mengandung

heterokromatin dengan lilitan yang padat, mengalami

kondensasi, dan berperan aktif dalam pembelahan. DNA

Page 14: KROMOSOM POLYTEN

umumnya terdapat pada pita-pita yang gelap (Kimball,

2000). Kromosom raksasa ini merupakan hasil duplikasi

berulang-ulang dari kromosom tanpa disertai pembelahan

sel. Duplikat-duplikat homolog ini baik paternal

maupun maternal, terletak berdampingan secara

sempurna, sehingga menghasilkan bentukan menyerupai

kabel yang berserabut banyak. Pada kelenjar ludah

Drosophila melanogaster setiap kromosom raksasa merupakan

hasil sembilan siklus replikasi. Kromosom raksasa yang

terdapat pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster ini

umumnya menyerupai kromosom raksasa dalam jaringan

lainnya tetapi memiliki lokasi gembungan yang berbeda-

beda.

2.3 Drosophila melanogaster

Drosophila melanogaster pertama kali diperkenalkan oleh

Morgan dan Castel pada tahun 1900 dan diketahui bahwa

Drosophila melanogaster dapat digunakan sebagai sumber

pembelajaran genetika pada organisme diploid. Hewan ini

dianggap mempunyai peranan yang sangat penting dalam

perkembangan genetika selanjutnya. Alasan penggunaan

hewan ini sebagai objek penelitian genetika di

laboratorium adalah ukurannya kecil, mempunyai siklus

hidup pendek, dapat memproduksi banyak keturunan,

generasi yang baru dapat dikembangbiakan setiap dua

minggu, murah biayanya,dan mudah perawatannya (Stine,

2001 dalam Chumaisah, 2002).

Page 15: KROMOSOM POLYTEN

2.3.1 Klasifikasi Drosophila melanogaster

Klasifikasi Drosophila melanogaster menurut

Baisuni, (2008) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Diptera

Family : Drosophilidae

Genus :Drosophila

Spesies :Drosophila melanogaster Meigen.

Page 16: KROMOSOM POLYTEN

Drosophila melanogaster normal memiliki ciri-ciri

sebagai berikut: panjang tubuh lalat dewasa 2-3 mm,

imago betina umumnya lebih besar dibandingkan dengan

yang jantan, tubuh berwarna coklat kekuningan dengan

faset mata berwarna merah berbentuk elips. Terdapat

pula mata oceli yang mempunyai ukuran jauh lebih

kecil dari mata majemuk, berada pada bagian atas

kepala, di antara dua mata majemuk, berbentuk bulat.

Selain itu, Drosophila melanogaster normal memiliki

antena yang berbentuk tidak runcing dan bercabang-

cabang dan kepala berbentuk elips. Thorax berwarna

krem, ditumbuhi banyak bulu, dengan warna dasar

putih. Abdomen bersegmen lima, segmen terlihat dari

garis-garis hitam yang terletak pada abdomen. Sayap

Drosophila normal memiliki ukuran yang panjang dan

lurus, bermula dari thorax hingga melebihi abdomen

lalat dengan warna transparan (Dimit, 2006).

2.3.2 Siklus Hidup Drosophila melanogaster

Drosophila melanogaster memiliki empat tahap dalam

siklus hidupnya yaitu: telur, larva, pupa, dan

dewasa. Drosophila melanogaster akan menghasilkan

Page 17: KROMOSOM POLYTEN

keturunan baru dalam waktu 9-10 hari. Jika

dipelihara pada suhu 25ºC dalam kultur segar, lima

hari pada tahap telur dan tahap larva, lalu empat

hari pada tahap pupa (Wonderly, 2002).

Drosophila melanogaster mempunyai siklus hidup

yang sangat pendek yaitu sekitar 12 hari pada suhu

kamar. Lalat betina dapat menghasilkan telur

sebanyak 100 butir dan separuh dari jumlah telur

tersebut akan menjadi lalat jantan dan separuhnya

lagi akan menjadi lalat betina. Siklus hidup lalat

ini akan semakin pendek apabila lingkungannyatidak

mendukung (Wonderly, 2002).

Empat tahap siklus hidup Drosophila melanogaster

adalah sebagai berikut:

a. Telur

Telur berukuran 0,5 mm dan berbentuk lonjong.

Telur dilapisi oleh dua lapisan, yang pertama

selaput vitelin tipis yang mengelilingi

sitoplasma dan yang kedua selaput tipis tetapi

kuat (korion) di bagian luar dan di anterior

terdapat dua tangkai tipis. Permukaan korion

tersusun atas lapisan kitin yang kaku, berwarna

putih transparan. Pada salah satu ujungnya

terdapat filamen-filamen yang mencegah supaya

telur tidak tenggelam didalam medium

(Stickberger, 2002).

b. Larva

Page 18: KROMOSOM POLYTEN

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 24

jam. Larva berwarna putih, memiliki segmen,

bentuknya menyerupai cacing, mulut berwarna hitam

dengan bentuk kait sebagai pembuat lubang. Pada

stadium ini aktifitas makan semakin meningkat dan

geraknya relatif cepat. Drosophila melanogaster

pada tahap larva mengalami dua kali molting. Tahap

antara molting satu dengan selanjutnya disebut

instar (Strickberger, 2002).

Larva Drosophila melanogaster memiliki tiga

tahap instar yang disebut dengan larva instar-1,

larva instar-2, dan larva instar-3 dengan waktu

perkembangan berturut-turut selama 24 jam, 24 jam

dan 48 jam diikuti dengan perubahan ukuran tubuh

yang makin besar. Larva instar-1 melakukan

aktivitas makan pada permukaan medium dan pada

larva instar-2 mulai bergerak ke dalam medium

demikian pula pada larva instar-3. Aktivitas makan

ini berlanjut sampai mencapai tahap pre pupa

(Mulyanti, 2005). Sebelum mencapai tahap ini larva

instar-3 akan merayap dari dasar botol medium ke

daerah atas yang relatif kering (Strickberger,

2002). Selama tahap perkembangan larva, medium

mengalami perubahan dalam komposisi dan bentuk

(Mulyanti, 2005)

c. Pupa

Proses perkembangan pupa sampai menjadi dewasa

membutuhkan waktu 4- 4,5

Page 19: KROMOSOM POLYTEN

hari.Padaawalnyapupaberwarna kuning muda, bagian

kutikula mengeras dan berpigmen. Pada tahap ini

terjadi perkembangan organ dan bentuk tubuh. Dalam

waktu yang singkat, tubuh menjadi bulat dan

sayapnya menjadi lebih panjang. Warna tubuh

Drosophila melanogaster dewasa yang baru muncul

lebih mengkilap dibandingkan

Drosophilamelanogaster yanglebih tua (Stickberger,

2002).

d. Dewasa

Lalat dewasa jantan dan betina mempunyai

perbedaan morfologi pada bagian posterior abdomen.

Pada lalat betina dewasa terdapat garis-garis

hitam melintang mulai dari permukaan dorsal sampai

bagian tepi. Pada lalat jantan ukuran tubuh

umumnya lebih kecil dibandingkan dewasa betina dan

bagian ujung segmen abdomen berwarna hitam. Pada

bagian tarsal pertama kaki depan lalat jantan

terdapat bristel berwarna gelap yang disebut sex

comb (Stickberger, 2002). Perkembangan Drosophila

melanogaster Meigen pada suhu 25ºC dapat dilihat

pada Tabel 2.3.

Page 20: KROMOSOM POLYTEN

(stickburger,

2002)

Tabel 2.1 Perkembangan

DrosophilamelanogasterMeigenpada suhu 25ºC

2.4 Analisis Bahan

2.4.1 Larutan garam fisiologis adalah

Larutan garam fisiologis adalah larutan garal

natrium klorida (NaCl) 0,9 persen. Lrutan ini disebut

fisiologis karena merupakan larutan yang paling mirip

dengn cairan yang ada didalam tubuh manusia. Komponen

yang paling penting pada cairan tubuh manusia adalah

air dan elektrolit. Hal ini karena dalam plasma dan

cairan antar sel, elektrolit yang terbanyak adalah ion

natrium dan klorida, sedangkan cairan intraselyang

terbanyak adalah ion kalium (Mulyono,2001).

Page 21: KROMOSOM POLYTEN

2.4.2 Acetoorcein

Pewarnaan kromosom dilakukan dengan aceto-orcein.

Orcein merupakan perubahan warna berwarna merah ungu

yang digunakan untuk mewarnai jaringan meristem ujung

akar dan jaringan yang lunak. Hasil pewarnaannya

adalah kromosom berwarna merah (Gunarso, 2008).

Page 22: KROMOSOM POLYTEN

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Tempat : Laboratorium UPJ ( Biologi Dasar )

Waktu : Senin, 27 Oktober 2014

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Jarum diseksi

2. Alat tulis

3. Pinset

4. Gelas arloji

5. Mikroskop diseksi

6. Gelas benda dan penutupnya

3.2.2 Bahan

1. Larva Drosophila melanogaster

2. Larutan Garam Fisiologis

3. Acetoorcein

3.3 Langkah kerja

1. Larva Drosophila disediakan melalui pembiakan

dalam botol

2. Larva muda (larva instar I/II: i-2 hari dalam

telur) dipilih dan diletakkan di atas gelas benda

dan ditetesi dengan garam fisiologis sampai semua

larva tertutup larutan.

3. Diseksi dilakukan pada mikroskop diseksi.

Bagian posterior larva dipegang dengan satu jarum

Page 23: KROMOSOM POLYTEN

diseksi, sedangkan bagian anterior (dekat mulut

larva yang berwarna hitam) ditarik ke arah luar

dengan jarum diseksi lain. Seluruh isi larva akan

keluar.

4. Kelenjar ludah larva (2 buah, berada pada

bagian paling depan) diambil. Pita lemak yang

melekat pada kelenjar ludah yang tampak berglanuler

di buang.

5. Kelenjar ludah tersebut dipindahkan pada gelas

benda lain yang sudah ditetesi acetoorcein, dan

ditutup dengan gelas penutup. Pewarna yang keluar

dari gelas benda disapu dengan kertas tisue

Catatan: penambahan sedikit zat besi dengan cara

membenamkan pisau silet yang tidak anti karat pada

pewarna akan memperjelas kromosom.

6. Gelas penutup ditekan dengan ibu jari agar isi sel

dapat keluar dari sel

7.Preparat dipanaskan di atas nyala api dengan hati-

hati, tetapi jangan sampai mendidih

8.Preparat diamatai dibawah mikroskop dengan

perbesaran lemah dan perbesaran kuat

Page 24: KROMOSOM POLYTEN

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan dibawah mikroskop tidak nampak kromosom

polyten

Page 25: KROMOSOM POLYTEN

Gambar referensi

Page 26: KROMOSOM POLYTEN

\

BAB V

PEMBAHASAN

Praktikum genetika yang berjudul Persilangan Tanaman

Anggrek dilaksanakan di laksanakan Laboratorium UPJ Jurusan

Biologi Universitas Diponegoro. Tujuan dari praktikum ini

adalah praktikan dapat memahami kromosom polyten dari kelenjar

ludah larva Drosophila melanogaster, dan mengetahui bentuk kromosom

polyten. Setiap kelompok membuat preparat kelenjar ludah dari

larva Drosophila dan mengamati adanya kromosom polyten pada

larva dengan menggunakan jarum diseksi dan mikroskop diseksi.

5.1 Pembuatan Preparat Kelenjar Ludah Larva Drosophila

Cara kerja dari praktikum ini yaitu dengan membuat

preparat dari kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster.

Praktikum diawali dengan mempersiapkan alat dan bahan

yang akan digunakan selama praktikum. Alat yang

digunakan adalah gelas arloji, gelas benda dan

penutupnya, mikroskop diseksi dan jarum diseksi serta

alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Larva

Drosophila melanogaaster, larutan garam fisiologis dan

acetoorcein. Larva Drosophila disediakan melalui

pembiakan dalam botol. Larva muda (larva instar I/II:

Page 27: KROMOSOM POLYTEN

1-2 hari dalam telur) dipilih dan diletakkan di atas

gelas benda dan ditetesi dengan garam fisiologis sampai

semua larva tertutup larutan. Tujuan pemberian garam

fisiologis adalah untuk memudahkan diamati dibawah

mikroskop, kemudian dilkukan diseksi. Diseksi dilakukan

pada mikroskop diseksi. Bagian posterior larva dipegang

dengan satu jarum diseksi, sedangkan bagian anterior

(dekat mulut larva yang berwarna hitam) ditarik ke arah

luar dengan jarum diseksi lain. Seluruh isi larva akan

keluar. Kelenjar ludah larva (2 buah, berada pada

bagian paling depan) diambil. Pita lemak yang melekat

pada kelenjar ludah yang tampak berglanuler di buang.

Kelenjar ludah tersebut dipindahkan pada gelas benda

lain yang sudah ditetesi acetoorcein, fungsi

acetoorcein adalah sebagai pewarna kromosom. Hal ini

sesuai dengan pendapat Gunarso, (2008) yang menyatakan

bahwa Pewarnaan kromosom dilakukan dengan aceto-orcein.

Orcein merupakan perubahan warna berwarna merah ungu

yang digunakan untuk mewarnai jaringan meristem ujung

akar dan jaringan yang lunak. Hasil pewarnaannya adalah

kromosom berwarna merah. Kemudian ditutup dengan gelas

penutup. Pewarna yang keluar dari gelas benda disapu

dengan kertas tisue. Gelas penutup ditekan dengan ibu

jari agar isi sel dapat keluar dari sel. Preparat

dipanaskan di atas nyala api dengan hati-hati, tetapi

jangan sampai mendidih. Hal ini dilakukan supaya

memperjelas pengamatan dibawah mikroskop. Preparat

diamatai dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan

Page 28: KROMOSOM POLYTEN

perbesaran kuat

5.2 Bagian-bagian Kromosom Polyten

Hasil yang didapat adalah pengamatan kromosom

polyten dari kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster

kurang begitu jelas dan tidak ditemukan kromosom

polyten. Hal ini dikarenakan beberapa kemungkinan,

yaitu pembuatan preparat tidak dilakukan sesuai dengan

prosedur dan kurang ketelitian praktikan. Kemungkinan

yang lain adalah kesalahan praktikan dalam pemilihan

dan pengambilan larva. Larva yang digunakan tidak

diketahui jenis larva dalam fase apa sehingga

pengamatan kurang sempurna. Larva yang sebaiknya

digunakan adalah larva instar I/II pada usia 1-2 hari.

Menurut Harth (2005), kromosom polyten larva pada

tahap instar III Drosophila melanogaster dapat

mencapai 100x lebih besar dari kromosom tubuh lalat

dewasa.

Seharusnya pada saat pengamatan dibawah

mikroskop kromosom polyten akan terlihat dengan

beberapa bagian-bagiannya seperti kromosenter yang

merupakan tepat melekatnya heterokromatin dan

sentromer, Kromonemata adalah istilah untuk tahap awal

pemintalan kromatid band yang merupakan pita gelap

mengandung heterokromatin dan tidak aktif melakukan

transkripsi serta sedikit mengandung gen dan interband

merupakan pita terang mengandung eukromatin dan aktif

melakukan transkripsi serta banyak mengandung gen. Puff

Page 29: KROMOSOM POLYTEN

adalah bagian dari kromosom polyten yang tidak

menggulung dan aktif dalam melakukan transkripsi.

Bagian-bagian kromosom politen pada kromosom betina (X)

yaitu kanan dan kiri pada kromosom 2 dan 3 dan kromosom

pendek (kromosom 4) pada bagian kromosenter (Harth,

2005). Kromosenter adalah bagian block besar pada

heterokromatin yang terdapat di dekat sentromer. Pada

kromosom politen, selain terdapat kromonemata dan

kromosenter, ditemukan juga band dan interband. Band

adalah bagian gelap pada kromosom dan interband adalah

bagian terangnya. Band yang terurai membentuk puff. Puff

adalah gen aktif pada transkripsi RNA, Kromonemata

adalah istilah untuk tahap awal pemintalan kromatid

(Wolfe,2003).

5.3 Proses Pembentukan Kromosom Polyten

Proses pembentukan kromosom polyten terjadi

pada proses endomitosis, dimana benang-benang kromosom

berulang kali mengalami replikasi tanpa pembelahan

sentromer hingga terbentuk kromosom besar dengan satu

sentromet dan lebih dari 2 lengan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kimbal, (2000) mengungkapkan bahwa,

kromosom raksasa dibentuk oleh peristiwa endomitosis,

yaitu suatu replikasi yang menghasilkan banyak kromosom

yang tidak terpisah satu dengan yang lain.Kromosom

raksasa ini merupakan hasil duplikasi berulang-ulang

dari kromosom tanpa disertai pembelahan sel. Duplikat-

Page 30: KROMOSOM POLYTEN

duplikat homolog ini baik paternal maupun maternal,

terletak berdampingan secara sempurna, sehingga

menghasilkan bentukan menyerupai kabel yang berserabut

banyak. Pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster setiap

kromosom raksasa merupakan hasil sembilan siklus

replikasi. Kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar

ludah Drosophila melanogaster ini umumnya menyerupai

kromosom raksasa dalam jaringan lainnya tetapi memiliki

lokasi gembungan yang berbeda-beda.

5.4 Perbedaan kromosom polyten dengan kromosom biasa

Perbedaan kromosom polyten dengan kromosom

biasa yaitu ukuran kromosom polyten yang lebih besar

dari ukuran kromosom biasa, serta kromosom polyten

memiliki lebih dari satu lengan sedangkan pada kromosom

biasa mengandung 2 lengan. Menurut Suryo (2005),

adanya kromosom politen menunjukkan ada perbedaan yang

timbul dari kromosom biasa.  Hal ini disebabkan salah

satunya oleh ukuran kromosom politen yang lebih besar

dibandingkan ukuran kromosom normal, membelah nya

kromosom kelenjar ludah karena pada tahap S dari

interfase, baik kromosom maupun kromomer membelah,

sedangkan pada kromosom biasa, pembelahan seperti itu

hanya terjadi pada tahap mitosis.

5.5 Drosophila melanogaster

Alasan menggunakan lalat Drosophila pada praktikum

genetika yaitu mudah dibudidayakan dan dipelihara,

Page 31: KROMOSOM POLYTEN

memiliki jumlah kromosom yang sedikit, memiliki genom

kecil, memiliki sikus hidup singkat dan memiliki

kromosom polyten. Hal ini sesuai dengan pendapat Stine

(2001) dalam Chumaisah (2002), yang menyatakan bahwa

Alasan penggunaan hewan ini sebagai objek penelitian

kromosom polyten adalah ukurannya kecil, mempunyai

siklus hidup pendek, dapat memproduksi banyak

keturunan, generasi yang baru dapat dikembangbiakan

setiap dua minggu, murah biayanya,dan mudah

perawatannya. Wolfe (2003) menambahkan, kromosom

politen ditemukan pada sel nukleus kelenjar ludah dan

pada beberapa jaringan larva Drosophila melanogaster dan

pada serangga ordo diptera lainnya. Kromosom Drospohila

melanogaster dijadikan objek dalam berbagai penelitian

karena perkembangan larva Drosophila melanogaster dibedakan

atas tiga instar, dan pada instar ketiga, larva

mempunyai ukuran panjang kira-kira 4,5 milimeter (Suryo

2005).

5.6 Kelenjar Saliva Larva Drosophila

Alasan digunakannya kelenjar saliva karena pada

kelenjar ludah memiliki jumlah kromosom politen yang

lebih banyak. Kromosom pada kelenjar ludah mengalami

replikasi 10x dari organ lainnya sehingga ukurannya

jauh lebih besar. Menurut Wolfe (2003), kromosom

politen sering ditemukan pada kromosom kelenjar ludah,

karena seirng dilakukan penelitian dari kelenjar ludah

larva diptera. Kromosom politen juga ditemukan pada

Page 32: KROMOSOM POLYTEN

organ lain seperti tubulus malphigi dan kantong

lambung. Pada beberapa lalat dewasa juga dapat

ditemukan sedikit kromosom politennya Digunakannya

kromosom kelenjar ludah karena kelenjar ludah tersusun

dari sel-sel yang sangat besar selama perkembangan

larva. Sel-sel itu tidak lagi membelah, namun semakin

besar mengikuti perkembangan larva. Kromosom kelenjar

ludah tidak pernah mengalami pemendekan, sehingga

terlihat sangat panjang dan besar. Kromosom kelenjar

ludah mengandung 1000 kali lebih banyak DNA dibanding

kromosom biasa ( Suryo 2005).

BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Pengamatan Kromosom polyten digunakan preparat

kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster dengan menggunkan

Page 33: KROMOSOM POLYTEN

pewarna kromosom acetoorcein dan larutan garam fisiologis.

Berdasarkan pengamatan tidak ditemukan kromosom polyten

kelenjar ludah larva Drosophila karena kesalahan dalam

membuat preparat. Kromosom politen merupakan kromosom yang

berukuran lebih besar daripada kromosom normal, karenat

replikasi DNA yang berlangsung terus-menerus. Kromosom

politen juga mengandung 1000 kali DNA lebih banyak dari

kromosom biasa. Struktur kromosom politen terdiri atas lima

lengan kromosom, yaitu dua kromosom nomor 2, dua kromosom

nomor 3, dan sebuah kromosom X. Setiap kromosom memiliki

bagian-bagian seperti kromosenter, band, interband, dan

puff.

Page 34: KROMOSOM POLYTEN

DAFTAR PUSTAKA

Baisuni, A. 2008. Pengaruh Umur Lalat Buah (Drosophila

melanogaster Meigen) Jantan Terhadap Nisbah Kelamin.

Skripsi. Jember: FMIPA UNEJ Jurusan Biologi

Chumaisiah, N. 2002. Pengaruh Inbreeding Terhadap Viabilitas dan Fenotip

Lalat Buah (Drosophila melanogaster M.) Tipe Liar dan Mutan Sepia.

Skripsi. Jember: FKIP UNEJ Jurusan Biologi

Corebima, A.D. 2004. Genetika Mendel.Malang: FMIPA IKIP Malang

Dimit, C. 2006. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila sp dan

Pengenalan Mutan Drosophila sp. Jambi: FKIPUniversitas

JambiJurusan Biologi

Gardner, E. J. dan D.P. Snustand. 2004. Principle of Genetics.

Seven edition. New York: John Wiley & Sons, Inc

Gunarso, W. 2008. Mikroteknik. Bogor: Institut Pertanian Bogor,

Harth, Daniel L., Jones E. 2005. Genetics: Analysis of genes &

genomes. Jane Bartlett Publishers, Inc. Canada

Hartl, Daniel L., Elizabeth W. Jones. 2005. Genetics: Analysis

of Gene and Genomes, 6th ed. Jones and Bartlett Publisher,

United States of America

Herskowitz, I. H. 2007. Principles of Genetics. New York: Mac

Millan Publishing Company

Kimball, W, John. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga

Page 35: KROMOSOM POLYTEN

Mulyanti, F. 2005. Mutagenesitas Perakuat dengan Uji Letal

Resesif Terpaut Seks pada Drosophila melanogaster

M.Skripsi. Bandung: FMIPA UNPAD Jurusan Biologi

Mulyono, M. 2001. Kamus Kimia. Ganesindo: Bandung

Stickberger, M. W. 2002. Experimental Genetics with

Drosophila. London: John Willey and Sons

Stine, G. J. 2001. Laboratorium Exercise in Genetics. New York: Mac

Millan Publishing Company

Suryo. 2004. Genetika.Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Suryo. 2005. Sitogenetika.Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Wolfe, Stephen.L. 2003. Molecular and Cellular Biology.

Wadsworth Publishing Company, California

Wonderly, B.A. 2002.Mitochondrial DNA mutation associated with

Leber’s hereditary optic neuropathy. Science; 242:1427.