KROMOSOM POLYTEN Diusulkan Oleh: Ryan Hilda Wandita 24020113120007
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Kromosom Polyten
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Biologi Dasar
FSM UNDIP
Mengetahui Semarang, 06
Oktober 2014
Asisten Praktikan
Eva Sasmita Ryan Hilda
Wandita
NIM 24020112130111 NIM 24020113120007
DAFTAR ISI
HALAMAN
PENGESAHAN....................................................
.................................................i
DAFTAR
ISI...........................................................
..............................................................
.....ii
RINGKASAN ....................................................
..............................................................
........iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.............................................
.....................................................
....5
1.2 Rumusan
Masalah..............................................
...................................................5
1.3 Tujuan..............................................
.....................................................
................5
1.4 Luaran..............................................
.....................................................
................6
1.5 Manfat..............................................
.....................................................
................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kromosom..............................................................................
................................7
2.2 Kromosom
Polyten.......................................................
..........................................7
2.3 Drosophila
melanogaster....................................................
...................................9
2.4 Analisis
Bahan.........................................................
............................................13
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum.....................................................
........................15
3.2 Alat dan
Bahan ........................................................
............................................15
3.3 Langkah
Kerja.........................................................
.............................................15
BAB IV HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Persilangan
Angrek........................................................
.............................17
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembuatan Preparat Kelenjar Ludah Larva
Drosophila......................................18
5.2 Bagian-bagian Kromosom
Polyten.......................................................
...............19
5.3 Proses Terbentuknya Kromosom
Polyten.......................................................
.....20
5.4 Perbedaan Kromosom Polyten dengan Kromosom
Biasa...................................20
5.5 Drosophila
melanogaster..................................................
....................................20
5.6 Kelenjar Saliva Larva
Drosophila....................................................
....................21
BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan....................................................
....................................................22
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................
.......................................................23
LAMPIRAN
RINGKASAN
Kromosom merupakan suatu kemasan materi genetik (DNA).Terdapat kromosom yang berukuran lebih besar daripada kromosomnormal yang terbentuk dari proses replikasi berulang suatumolekul DNA tanpa diikuti pembelahan sel, sehingga kromosommengandung molekul DNA yang bertumpuk secara parallel yangdisebut kromosom politen. Fungsi dari kromosom politendiantaranya adalah untuk memperbanyak gen, menentukan lokasigen, dan perubahan struktur dalam kromosom. Organisme yangpaling umum dijadikan model untuk pengamatan kromosom politenadalah larva instar III Drosophila melanogaster karenamemiliki kromosom politen yang berukuran sangat besar danjelas. Telah dilakukan praktikum kromosom politen menggunakanlarva Drosophila melanogaster namun belum berhasil ditemukanbagian dari kromosom politen yaitu pita gelap (band) dan pitaterang (interband).
Kata kunci : Kromosom politen; larva instar III Drosophila melanogaster; band;interband
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromosom merupakan sekumpulan kromatin yang menggulung
dan memadat. Kromatin adalah benang-benang halus yang
tersusun atas deoksi ribonukleat acid (DNA) dan protein
yang terdiri dari histon dan nonhiston, sehingga membentuk
nucleoprotein. Heterokromatin dan eukromatin merupakan
bagian dari kromosom. Heterokromatin adalah kromatin yang
dikemas dalam serat yang padat dan tidak mengandung gen,
sehingga tidak aktif dalam proses penyalinan.
Heterokromatin merupakan DNA yang terkondensasi dan tetap
berada dalam bentuk solenoid selama siklus sel, kecuali
pada replikasi DNA berlangsung. Sebagian besar gen yang
terdapat pada heterokromatin tidak dapat diekspresikan
akibat kondisi DNA tersebut yang terkondensasi. Eukromatin
terdiri dari serta-serat yang tidak padat, relatif tersebar
di dalam inti, dan menempati sebagian besar wilayah inti
sel.
Kromosom berdasarkan lokasi sentromernya dibagi 4
yaitu metasentrik, submetasentrik, akrosentrik, dan
telosentrik .Kromosom metasentris memiliki sentromer di
tengah sehingga kromosom terbagi atas dua lengan yang sama
panjang. Kromosom submetasentris memiliki sentromer tidak
di tengah. Kromosom akrosentris memiliki sentromer di dekat
salah satu ujungnya dan menyebabkan kedua lengan kromosom
tidak sama panjang. Kromosom telosentris memiliki sentromer
di salah satu ujungnya.
Kromosom politen adalah kromosom raksasa yang
memperlihatkan detail struktur yang lebih jelas dari
kromosom normal. Kromosom politen merupakan kromosom
raksasa yang mempunyai lengan kromosom yang panjang dengan
diameter yang lebih besar. Struktur kromosom politen
terbentuk dari proses replikasi DNA pada pasangan kromosom
homolognya tanpa pemisahan dari replikasi rantai kromatin.
Proses replikasi tersebut berlangsung berulang-ulang kali
sehingga kromsom politen tampak tebal.
Pada kromosom politen juga terdapat kromonemata,
kromosenter, band dan interband. Band adalah bagian gelap
pada kromosom dan interband adalah bagian terangnya. Band
yang terurai membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada
transkripsi RNA. Kromosenter merupakan suatu massa tungga
tempat melekat dan dan berkumpulnya lengan-lengan kromosom.
Kromonemata adalah istilah untuk tahap awal pemintalan
kromatid.
Kromosom politen dapat ditemukan pada organisme
seperti larva serangga diptera dan beberapa spesies dari
protozoa dan plantae. Umumnya dalam praktikum kromosom
politen spesies yang digunakan adalah larva instar III
Drosophila melanogaster. Kromosom politen pada larva instar
III Drosophila melanogaster dapat ditemukan pada sel
tubulus malphigi, kelenjar ludah dan lambung, serta
jaringan pada usus.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaiman cara membuat preparat kromosom polyten dari
kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster?
1.2.2 Bagaimana cara mengetahui bentuk kromosom polyten?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mampu membuat preparat kromosom polyten dari
kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster
1.3.2 Mengetahui bentuk kromosom polyten
1.4 Luaran
Luaran yang diharapkan berupa artikel yang berjudul
“Kromosom Polyten”
1.5 Manfaat
1.5.1 Dapat membuat preparat kromosom polyten dari
kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster
1.5.2 Dapat mengetahui bentuk dan bagian-bagian kromosom
polyten
1.5.3 Dapat membedakan kromosom polyten dengan kromosom
biasa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kromosom
Kromosom merupakan molekul asam nukleat yang
tersusun dari molekul DNA (mengandung sejumlah gen) yang
tergabung dengan protein tertentu (bukan histon, pada
makhluk hidup prokariot) atau bergabung dengan protein
histon (pada makhluk hidup eukariot) dan memiliki
kemampuan untuk melakukan replikasi sendiri. (Corebima,
2004).
Pada sel-sel eukariot, selain ditemukan di dalam
inti, kromosom juga ditemukan di dalam organel tertentu,
misalnya kloroplas (tumbuhan) dan mitokondria. Struktur
kromosom di dalam mitokondria makhluk hidup apapun berupa
molekul DNA unting ganda yang melilit dan tidak
berasosiasi dengan protein-protein semacam histon atau
berupa molekul DNA unting DNA yang telanjang (Corebima,
2004). Berbeda dengan kromosom di dalam mitokondria,
kromosom di dalam inti sel eukariot merupakan
nucleoprotein yang terdiri dari DNA unting ganda yang
berasosiasi dengan protein histon, protein non histon
bahkan RNA (Gardner, 2001).
Setiap inti sel , molekul DNA dikemas dalam struktur
sepeti benang yang disebut kromosom. Setiap kromosom
memiliki titik penyempitan yang disebut sentromer yang
membagi kromosom menjadi dua bagian atau disebut lengan.
Lengan pendek disebut lengan “P” dan lengan panjang
disebut lengan “Q”. Lokasi sentromer memberikan
karakteristik pada masing-masing kromosom dan dapat
digunakan untuk menggambarkan lokasi gen tersebut (Hartl,
dkk 2005).
2.2 Kromosom Polyten
2.2.1 Definisi Kromosom Politen
Kromosom raksasa disebut kromosom politen,
ditemukan pada sel nukleus kelenjar ludah dan pada
beberapa jaringan larva Drosophila melanogaster dan pada
serangga ordo diptera lainnya. Struktur kromosom
politen dibentuk dari pengulangan replikasi DNA tanpa
pemisahan dari replikasi helaian kromatin. Bagian-
bagian kromosom politen pada kromosom betina (X) yaitu
kanan dan kiri pada kromosom 2 dan 3 dan kromosom
pendek (kromosom 4) pada bagian kromosenter (Harth,
2005). Kromosenter adalah bagian block besar pada
heterokromatin yang terdapat di dekat sentromer. Pada
kromosom politen, selain terdapat kromonemata dan
kromosenter, ditemukan juga band dan interband. Band
adalah bagian gelap pada kromosom dan interband adalah
bagian terangnya. Band yang terurai membentuk puff. Puff
adalah gen aktif pada transkripsi RNA (Wolfe, 2003).
Kromosom politen sering ditemukan pada kromosom
kelenjar ludah, karena seirng dilakukan penelitian
dari kelenjar ludah larva diptera. Kromosom politen
juga ditemukan pada organ lain seperti tubulus
malphigi dan kantong lambung. Pada beberapa lalat
dewasa juga dapat ditemukan sedikit kromosom
politennya (Wolfe, 2003).
2.2.2 Fungsi Kromosom Politen
Kromosom politen dapat diaplikasikan untuk
mengetahui perbedaan evolusi antar spesies, mengetahui
struktur umum kromatin, meningkatkan volume sel akibat
adanya penduplikasian DNA, merupakan visualisasi
transkripsi sebagai akibat ekspresi gen, mendukung
perkembangan organ vital saat embriogenesis dan
menghasilkan multiple copy sehingga ekspresi gen
meningkat (Wolfe, 2003).
2.2.3 Proses Terbentuknya Kromosom Politen
Kromosom ini disebut kromosom raksasa karena
sesungguhnya kromosom ini adalah kromosom interfase
yang memiliki ukuran lebih panjang daripada kromosom
metaphase sehingga kromosom ini dapat dilihat (pada
fase interfase) dimana pada kondisi tersebut semua
kromosom lain tidak terlihat. Kromosom raksasa
dibentuk oleh peristiwa endomitosis, yaitu suatu
replikasi yang menghasilkan banyak kromosom yang tidak
terpisah satu dengan yang lain. Struktur kromosom
raksasa ini tersusun atas pita terang dan pita gelap.
Pita terang mengandung eukromatin dengan lilitan yang
renggang sedangkan pita gelap mengandung
heterokromatin dengan lilitan yang padat, mengalami
kondensasi, dan berperan aktif dalam pembelahan. DNA
umumnya terdapat pada pita-pita yang gelap (Kimball,
2000). Kromosom raksasa ini merupakan hasil duplikasi
berulang-ulang dari kromosom tanpa disertai pembelahan
sel. Duplikat-duplikat homolog ini baik paternal
maupun maternal, terletak berdampingan secara
sempurna, sehingga menghasilkan bentukan menyerupai
kabel yang berserabut banyak. Pada kelenjar ludah
Drosophila melanogaster setiap kromosom raksasa merupakan
hasil sembilan siklus replikasi. Kromosom raksasa yang
terdapat pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster ini
umumnya menyerupai kromosom raksasa dalam jaringan
lainnya tetapi memiliki lokasi gembungan yang berbeda-
beda.
2.3 Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster pertama kali diperkenalkan oleh
Morgan dan Castel pada tahun 1900 dan diketahui bahwa
Drosophila melanogaster dapat digunakan sebagai sumber
pembelajaran genetika pada organisme diploid. Hewan ini
dianggap mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perkembangan genetika selanjutnya. Alasan penggunaan
hewan ini sebagai objek penelitian genetika di
laboratorium adalah ukurannya kecil, mempunyai siklus
hidup pendek, dapat memproduksi banyak keturunan,
generasi yang baru dapat dikembangbiakan setiap dua
minggu, murah biayanya,dan mudah perawatannya (Stine,
2001 dalam Chumaisah, 2002).
2.3.1 Klasifikasi Drosophila melanogaster
Klasifikasi Drosophila melanogaster menurut
Baisuni, (2008) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Drosophilidae
Genus :Drosophila
Spesies :Drosophila melanogaster Meigen.
Drosophila melanogaster normal memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: panjang tubuh lalat dewasa 2-3 mm,
imago betina umumnya lebih besar dibandingkan dengan
yang jantan, tubuh berwarna coklat kekuningan dengan
faset mata berwarna merah berbentuk elips. Terdapat
pula mata oceli yang mempunyai ukuran jauh lebih
kecil dari mata majemuk, berada pada bagian atas
kepala, di antara dua mata majemuk, berbentuk bulat.
Selain itu, Drosophila melanogaster normal memiliki
antena yang berbentuk tidak runcing dan bercabang-
cabang dan kepala berbentuk elips. Thorax berwarna
krem, ditumbuhi banyak bulu, dengan warna dasar
putih. Abdomen bersegmen lima, segmen terlihat dari
garis-garis hitam yang terletak pada abdomen. Sayap
Drosophila normal memiliki ukuran yang panjang dan
lurus, bermula dari thorax hingga melebihi abdomen
lalat dengan warna transparan (Dimit, 2006).
2.3.2 Siklus Hidup Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster memiliki empat tahap dalam
siklus hidupnya yaitu: telur, larva, pupa, dan
dewasa. Drosophila melanogaster akan menghasilkan
keturunan baru dalam waktu 9-10 hari. Jika
dipelihara pada suhu 25ºC dalam kultur segar, lima
hari pada tahap telur dan tahap larva, lalu empat
hari pada tahap pupa (Wonderly, 2002).
Drosophila melanogaster mempunyai siklus hidup
yang sangat pendek yaitu sekitar 12 hari pada suhu
kamar. Lalat betina dapat menghasilkan telur
sebanyak 100 butir dan separuh dari jumlah telur
tersebut akan menjadi lalat jantan dan separuhnya
lagi akan menjadi lalat betina. Siklus hidup lalat
ini akan semakin pendek apabila lingkungannyatidak
mendukung (Wonderly, 2002).
Empat tahap siklus hidup Drosophila melanogaster
adalah sebagai berikut:
a. Telur
Telur berukuran 0,5 mm dan berbentuk lonjong.
Telur dilapisi oleh dua lapisan, yang pertama
selaput vitelin tipis yang mengelilingi
sitoplasma dan yang kedua selaput tipis tetapi
kuat (korion) di bagian luar dan di anterior
terdapat dua tangkai tipis. Permukaan korion
tersusun atas lapisan kitin yang kaku, berwarna
putih transparan. Pada salah satu ujungnya
terdapat filamen-filamen yang mencegah supaya
telur tidak tenggelam didalam medium
(Stickberger, 2002).
b. Larva
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 24
jam. Larva berwarna putih, memiliki segmen,
bentuknya menyerupai cacing, mulut berwarna hitam
dengan bentuk kait sebagai pembuat lubang. Pada
stadium ini aktifitas makan semakin meningkat dan
geraknya relatif cepat. Drosophila melanogaster
pada tahap larva mengalami dua kali molting. Tahap
antara molting satu dengan selanjutnya disebut
instar (Strickberger, 2002).
Larva Drosophila melanogaster memiliki tiga
tahap instar yang disebut dengan larva instar-1,
larva instar-2, dan larva instar-3 dengan waktu
perkembangan berturut-turut selama 24 jam, 24 jam
dan 48 jam diikuti dengan perubahan ukuran tubuh
yang makin besar. Larva instar-1 melakukan
aktivitas makan pada permukaan medium dan pada
larva instar-2 mulai bergerak ke dalam medium
demikian pula pada larva instar-3. Aktivitas makan
ini berlanjut sampai mencapai tahap pre pupa
(Mulyanti, 2005). Sebelum mencapai tahap ini larva
instar-3 akan merayap dari dasar botol medium ke
daerah atas yang relatif kering (Strickberger,
2002). Selama tahap perkembangan larva, medium
mengalami perubahan dalam komposisi dan bentuk
(Mulyanti, 2005)
c. Pupa
Proses perkembangan pupa sampai menjadi dewasa
membutuhkan waktu 4- 4,5
hari.Padaawalnyapupaberwarna kuning muda, bagian
kutikula mengeras dan berpigmen. Pada tahap ini
terjadi perkembangan organ dan bentuk tubuh. Dalam
waktu yang singkat, tubuh menjadi bulat dan
sayapnya menjadi lebih panjang. Warna tubuh
Drosophila melanogaster dewasa yang baru muncul
lebih mengkilap dibandingkan
Drosophilamelanogaster yanglebih tua (Stickberger,
2002).
d. Dewasa
Lalat dewasa jantan dan betina mempunyai
perbedaan morfologi pada bagian posterior abdomen.
Pada lalat betina dewasa terdapat garis-garis
hitam melintang mulai dari permukaan dorsal sampai
bagian tepi. Pada lalat jantan ukuran tubuh
umumnya lebih kecil dibandingkan dewasa betina dan
bagian ujung segmen abdomen berwarna hitam. Pada
bagian tarsal pertama kaki depan lalat jantan
terdapat bristel berwarna gelap yang disebut sex
comb (Stickberger, 2002). Perkembangan Drosophila
melanogaster Meigen pada suhu 25ºC dapat dilihat
pada Tabel 2.3.
(stickburger,
2002)
Tabel 2.1 Perkembangan
DrosophilamelanogasterMeigenpada suhu 25ºC
2.4 Analisis Bahan
2.4.1 Larutan garam fisiologis adalah
Larutan garam fisiologis adalah larutan garal
natrium klorida (NaCl) 0,9 persen. Lrutan ini disebut
fisiologis karena merupakan larutan yang paling mirip
dengn cairan yang ada didalam tubuh manusia. Komponen
yang paling penting pada cairan tubuh manusia adalah
air dan elektrolit. Hal ini karena dalam plasma dan
cairan antar sel, elektrolit yang terbanyak adalah ion
natrium dan klorida, sedangkan cairan intraselyang
terbanyak adalah ion kalium (Mulyono,2001).
2.4.2 Acetoorcein
Pewarnaan kromosom dilakukan dengan aceto-orcein.
Orcein merupakan perubahan warna berwarna merah ungu
yang digunakan untuk mewarnai jaringan meristem ujung
akar dan jaringan yang lunak. Hasil pewarnaannya
adalah kromosom berwarna merah (Gunarso, 2008).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Tempat : Laboratorium UPJ ( Biologi Dasar )
Waktu : Senin, 27 Oktober 2014
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Jarum diseksi
2. Alat tulis
3. Pinset
4. Gelas arloji
5. Mikroskop diseksi
6. Gelas benda dan penutupnya
3.2.2 Bahan
1. Larva Drosophila melanogaster
2. Larutan Garam Fisiologis
3. Acetoorcein
3.3 Langkah kerja
1. Larva Drosophila disediakan melalui pembiakan
dalam botol
2. Larva muda (larva instar I/II: i-2 hari dalam
telur) dipilih dan diletakkan di atas gelas benda
dan ditetesi dengan garam fisiologis sampai semua
larva tertutup larutan.
3. Diseksi dilakukan pada mikroskop diseksi.
Bagian posterior larva dipegang dengan satu jarum
diseksi, sedangkan bagian anterior (dekat mulut
larva yang berwarna hitam) ditarik ke arah luar
dengan jarum diseksi lain. Seluruh isi larva akan
keluar.
4. Kelenjar ludah larva (2 buah, berada pada
bagian paling depan) diambil. Pita lemak yang
melekat pada kelenjar ludah yang tampak berglanuler
di buang.
5. Kelenjar ludah tersebut dipindahkan pada gelas
benda lain yang sudah ditetesi acetoorcein, dan
ditutup dengan gelas penutup. Pewarna yang keluar
dari gelas benda disapu dengan kertas tisue
Catatan: penambahan sedikit zat besi dengan cara
membenamkan pisau silet yang tidak anti karat pada
pewarna akan memperjelas kromosom.
6. Gelas penutup ditekan dengan ibu jari agar isi sel
dapat keluar dari sel
7.Preparat dipanaskan di atas nyala api dengan hati-
hati, tetapi jangan sampai mendidih
8.Preparat diamatai dibawah mikroskop dengan
perbesaran lemah dan perbesaran kuat
\
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum genetika yang berjudul Persilangan Tanaman
Anggrek dilaksanakan di laksanakan Laboratorium UPJ Jurusan
Biologi Universitas Diponegoro. Tujuan dari praktikum ini
adalah praktikan dapat memahami kromosom polyten dari kelenjar
ludah larva Drosophila melanogaster, dan mengetahui bentuk kromosom
polyten. Setiap kelompok membuat preparat kelenjar ludah dari
larva Drosophila dan mengamati adanya kromosom polyten pada
larva dengan menggunakan jarum diseksi dan mikroskop diseksi.
5.1 Pembuatan Preparat Kelenjar Ludah Larva Drosophila
Cara kerja dari praktikum ini yaitu dengan membuat
preparat dari kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster.
Praktikum diawali dengan mempersiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan selama praktikum. Alat yang
digunakan adalah gelas arloji, gelas benda dan
penutupnya, mikroskop diseksi dan jarum diseksi serta
alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Larva
Drosophila melanogaaster, larutan garam fisiologis dan
acetoorcein. Larva Drosophila disediakan melalui
pembiakan dalam botol. Larva muda (larva instar I/II:
1-2 hari dalam telur) dipilih dan diletakkan di atas
gelas benda dan ditetesi dengan garam fisiologis sampai
semua larva tertutup larutan. Tujuan pemberian garam
fisiologis adalah untuk memudahkan diamati dibawah
mikroskop, kemudian dilkukan diseksi. Diseksi dilakukan
pada mikroskop diseksi. Bagian posterior larva dipegang
dengan satu jarum diseksi, sedangkan bagian anterior
(dekat mulut larva yang berwarna hitam) ditarik ke arah
luar dengan jarum diseksi lain. Seluruh isi larva akan
keluar. Kelenjar ludah larva (2 buah, berada pada
bagian paling depan) diambil. Pita lemak yang melekat
pada kelenjar ludah yang tampak berglanuler di buang.
Kelenjar ludah tersebut dipindahkan pada gelas benda
lain yang sudah ditetesi acetoorcein, fungsi
acetoorcein adalah sebagai pewarna kromosom. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gunarso, (2008) yang menyatakan
bahwa Pewarnaan kromosom dilakukan dengan aceto-orcein.
Orcein merupakan perubahan warna berwarna merah ungu
yang digunakan untuk mewarnai jaringan meristem ujung
akar dan jaringan yang lunak. Hasil pewarnaannya adalah
kromosom berwarna merah. Kemudian ditutup dengan gelas
penutup. Pewarna yang keluar dari gelas benda disapu
dengan kertas tisue. Gelas penutup ditekan dengan ibu
jari agar isi sel dapat keluar dari sel. Preparat
dipanaskan di atas nyala api dengan hati-hati, tetapi
jangan sampai mendidih. Hal ini dilakukan supaya
memperjelas pengamatan dibawah mikroskop. Preparat
diamatai dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan
perbesaran kuat
5.2 Bagian-bagian Kromosom Polyten
Hasil yang didapat adalah pengamatan kromosom
polyten dari kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster
kurang begitu jelas dan tidak ditemukan kromosom
polyten. Hal ini dikarenakan beberapa kemungkinan,
yaitu pembuatan preparat tidak dilakukan sesuai dengan
prosedur dan kurang ketelitian praktikan. Kemungkinan
yang lain adalah kesalahan praktikan dalam pemilihan
dan pengambilan larva. Larva yang digunakan tidak
diketahui jenis larva dalam fase apa sehingga
pengamatan kurang sempurna. Larva yang sebaiknya
digunakan adalah larva instar I/II pada usia 1-2 hari.
Menurut Harth (2005), kromosom polyten larva pada
tahap instar III Drosophila melanogaster dapat
mencapai 100x lebih besar dari kromosom tubuh lalat
dewasa.
Seharusnya pada saat pengamatan dibawah
mikroskop kromosom polyten akan terlihat dengan
beberapa bagian-bagiannya seperti kromosenter yang
merupakan tepat melekatnya heterokromatin dan
sentromer, Kromonemata adalah istilah untuk tahap awal
pemintalan kromatid band yang merupakan pita gelap
mengandung heterokromatin dan tidak aktif melakukan
transkripsi serta sedikit mengandung gen dan interband
merupakan pita terang mengandung eukromatin dan aktif
melakukan transkripsi serta banyak mengandung gen. Puff
adalah bagian dari kromosom polyten yang tidak
menggulung dan aktif dalam melakukan transkripsi.
Bagian-bagian kromosom politen pada kromosom betina (X)
yaitu kanan dan kiri pada kromosom 2 dan 3 dan kromosom
pendek (kromosom 4) pada bagian kromosenter (Harth,
2005). Kromosenter adalah bagian block besar pada
heterokromatin yang terdapat di dekat sentromer. Pada
kromosom politen, selain terdapat kromonemata dan
kromosenter, ditemukan juga band dan interband. Band
adalah bagian gelap pada kromosom dan interband adalah
bagian terangnya. Band yang terurai membentuk puff. Puff
adalah gen aktif pada transkripsi RNA, Kromonemata
adalah istilah untuk tahap awal pemintalan kromatid
(Wolfe,2003).
5.3 Proses Pembentukan Kromosom Polyten
Proses pembentukan kromosom polyten terjadi
pada proses endomitosis, dimana benang-benang kromosom
berulang kali mengalami replikasi tanpa pembelahan
sentromer hingga terbentuk kromosom besar dengan satu
sentromet dan lebih dari 2 lengan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kimbal, (2000) mengungkapkan bahwa,
kromosom raksasa dibentuk oleh peristiwa endomitosis,
yaitu suatu replikasi yang menghasilkan banyak kromosom
yang tidak terpisah satu dengan yang lain.Kromosom
raksasa ini merupakan hasil duplikasi berulang-ulang
dari kromosom tanpa disertai pembelahan sel. Duplikat-
duplikat homolog ini baik paternal maupun maternal,
terletak berdampingan secara sempurna, sehingga
menghasilkan bentukan menyerupai kabel yang berserabut
banyak. Pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster setiap
kromosom raksasa merupakan hasil sembilan siklus
replikasi. Kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar
ludah Drosophila melanogaster ini umumnya menyerupai
kromosom raksasa dalam jaringan lainnya tetapi memiliki
lokasi gembungan yang berbeda-beda.
5.4 Perbedaan kromosom polyten dengan kromosom biasa
Perbedaan kromosom polyten dengan kromosom
biasa yaitu ukuran kromosom polyten yang lebih besar
dari ukuran kromosom biasa, serta kromosom polyten
memiliki lebih dari satu lengan sedangkan pada kromosom
biasa mengandung 2 lengan. Menurut Suryo (2005),
adanya kromosom politen menunjukkan ada perbedaan yang
timbul dari kromosom biasa. Hal ini disebabkan salah
satunya oleh ukuran kromosom politen yang lebih besar
dibandingkan ukuran kromosom normal, membelah nya
kromosom kelenjar ludah karena pada tahap S dari
interfase, baik kromosom maupun kromomer membelah,
sedangkan pada kromosom biasa, pembelahan seperti itu
hanya terjadi pada tahap mitosis.
5.5 Drosophila melanogaster
Alasan menggunakan lalat Drosophila pada praktikum
genetika yaitu mudah dibudidayakan dan dipelihara,
memiliki jumlah kromosom yang sedikit, memiliki genom
kecil, memiliki sikus hidup singkat dan memiliki
kromosom polyten. Hal ini sesuai dengan pendapat Stine
(2001) dalam Chumaisah (2002), yang menyatakan bahwa
Alasan penggunaan hewan ini sebagai objek penelitian
kromosom polyten adalah ukurannya kecil, mempunyai
siklus hidup pendek, dapat memproduksi banyak
keturunan, generasi yang baru dapat dikembangbiakan
setiap dua minggu, murah biayanya,dan mudah
perawatannya. Wolfe (2003) menambahkan, kromosom
politen ditemukan pada sel nukleus kelenjar ludah dan
pada beberapa jaringan larva Drosophila melanogaster dan
pada serangga ordo diptera lainnya. Kromosom Drospohila
melanogaster dijadikan objek dalam berbagai penelitian
karena perkembangan larva Drosophila melanogaster dibedakan
atas tiga instar, dan pada instar ketiga, larva
mempunyai ukuran panjang kira-kira 4,5 milimeter (Suryo
2005).
5.6 Kelenjar Saliva Larva Drosophila
Alasan digunakannya kelenjar saliva karena pada
kelenjar ludah memiliki jumlah kromosom politen yang
lebih banyak. Kromosom pada kelenjar ludah mengalami
replikasi 10x dari organ lainnya sehingga ukurannya
jauh lebih besar. Menurut Wolfe (2003), kromosom
politen sering ditemukan pada kromosom kelenjar ludah,
karena seirng dilakukan penelitian dari kelenjar ludah
larva diptera. Kromosom politen juga ditemukan pada
organ lain seperti tubulus malphigi dan kantong
lambung. Pada beberapa lalat dewasa juga dapat
ditemukan sedikit kromosom politennya Digunakannya
kromosom kelenjar ludah karena kelenjar ludah tersusun
dari sel-sel yang sangat besar selama perkembangan
larva. Sel-sel itu tidak lagi membelah, namun semakin
besar mengikuti perkembangan larva. Kromosom kelenjar
ludah tidak pernah mengalami pemendekan, sehingga
terlihat sangat panjang dan besar. Kromosom kelenjar
ludah mengandung 1000 kali lebih banyak DNA dibanding
kromosom biasa ( Suryo 2005).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Pengamatan Kromosom polyten digunakan preparat
kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster dengan menggunkan
pewarna kromosom acetoorcein dan larutan garam fisiologis.
Berdasarkan pengamatan tidak ditemukan kromosom polyten
kelenjar ludah larva Drosophila karena kesalahan dalam
membuat preparat. Kromosom politen merupakan kromosom yang
berukuran lebih besar daripada kromosom normal, karenat
replikasi DNA yang berlangsung terus-menerus. Kromosom
politen juga mengandung 1000 kali DNA lebih banyak dari
kromosom biasa. Struktur kromosom politen terdiri atas lima
lengan kromosom, yaitu dua kromosom nomor 2, dua kromosom
nomor 3, dan sebuah kromosom X. Setiap kromosom memiliki
bagian-bagian seperti kromosenter, band, interband, dan
puff.
DAFTAR PUSTAKA
Baisuni, A. 2008. Pengaruh Umur Lalat Buah (Drosophila
melanogaster Meigen) Jantan Terhadap Nisbah Kelamin.
Skripsi. Jember: FMIPA UNEJ Jurusan Biologi
Chumaisiah, N. 2002. Pengaruh Inbreeding Terhadap Viabilitas dan Fenotip
Lalat Buah (Drosophila melanogaster M.) Tipe Liar dan Mutan Sepia.
Skripsi. Jember: FKIP UNEJ Jurusan Biologi
Corebima, A.D. 2004. Genetika Mendel.Malang: FMIPA IKIP Malang
Dimit, C. 2006. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila sp dan
Pengenalan Mutan Drosophila sp. Jambi: FKIPUniversitas
JambiJurusan Biologi
Gardner, E. J. dan D.P. Snustand. 2004. Principle of Genetics.
Seven edition. New York: John Wiley & Sons, Inc
Gunarso, W. 2008. Mikroteknik. Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Harth, Daniel L., Jones E. 2005. Genetics: Analysis of genes &
genomes. Jane Bartlett Publishers, Inc. Canada
Hartl, Daniel L., Elizabeth W. Jones. 2005. Genetics: Analysis
of Gene and Genomes, 6th ed. Jones and Bartlett Publisher,
United States of America
Herskowitz, I. H. 2007. Principles of Genetics. New York: Mac
Millan Publishing Company
Kimball, W, John. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga
Mulyanti, F. 2005. Mutagenesitas Perakuat dengan Uji Letal
Resesif Terpaut Seks pada Drosophila melanogaster
M.Skripsi. Bandung: FMIPA UNPAD Jurusan Biologi
Mulyono, M. 2001. Kamus Kimia. Ganesindo: Bandung
Stickberger, M. W. 2002. Experimental Genetics with
Drosophila. London: John Willey and Sons
Stine, G. J. 2001. Laboratorium Exercise in Genetics. New York: Mac
Millan Publishing Company
Suryo. 2004. Genetika.Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Suryo. 2005. Sitogenetika.Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wolfe, Stephen.L. 2003. Molecular and Cellular Biology.
Wadsworth Publishing Company, California
Wonderly, B.A. 2002.Mitochondrial DNA mutation associated with
Leber’s hereditary optic neuropathy. Science; 242:1427.