KEPANITERAAN KLINIKSTATUS OBSTETRIFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAJl.
Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama : KristaliTanda tanganNIM: 11 2013 321Dr pembimbing /
penguji : dr. Wahyu Jatmika, Sp.OG
IDENTITAS PASIENNama lengkap : Ny. IJenis kelamin :
Perempuan
Umur : 34 TahunSuku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Kawin (GIP0A0 )Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tanggaPendidikan : SMA
Alamat : Wonorejo No. RT. 05, RW. 03, karang anyar, Demak Masuk
Rumah Sakit : 18 Desember 2014 Pukul 20.20 WIB
Nama suami : Tn.SPekerjaan : WiraswastaAlamat : Wonorejo No. RT.
05, RW. 03, karang anyar, Demak A. ANAMNESIS :Diambil dari :
Autoanamnesis Tanggal : 18 Desember 2014, Pukul 20.20 WIBKeluhan
utama : Keluar lendir darah sejak 6 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :Tiga hari SMRS Os mulai merasa perut
terasa kencang lebih sering dari biasanya, Pasien mengeluarkan
lendir dan darah dari jalan lahir 6 jam SMRS. Os mengatakan baru
memeriksakan kandungannya ke bidan dan dikatakan bahwa posisi
bayinya sungsang.Riwayat Haid Menarche: 14 tahunSiklus haid : 28
hari Lamanya : 7 hariBanyaknya : banyak dan encerHaid terakhir
(HPHT): 20 Maret 2014Taksiran partus (HPL): 27 Desember 2014
Riwayat PerkawinanMenikah 1 kali pada usia 29 tahun, selama 5
tahun
Riwayat Kehamilan dan KelahiranNoAnak keTahun PersalinanJenis
KelaminUmurKehamilanJenis PersalinanPenolongHidup / MatiRiwayat
NifasMenetek s/d umur
IHamil sekarang ini.
Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)( ) Pil KB( - ) Suntik
KB 3 bulanan ( ) IUD( ) Susuk KB( ) Lain-lain
Penyakit Dahulu ( ) Cacar( ) Malaria( ) Batu ginjal/saluran
kemih( ) Cacar air( ) Disentri( ) Burut ( hernia )( ) Difteri( )
Hepatitis( ) Batuk rejan( - ) Tifus abdominalis( ) Wasir( ) Campak(
) Diabetes( ) Sifilis ( ) Alergi( ) Tonsilitis( ) Gonore( ) Tumor(
) Hipertensi( ) Penyakit pembuluh( ) Demam rematik akut( - ) Ulkus
ventrikuli( ) Pendarahan otak( ) Pneumonia( ) Ulkus duodeni( )
Psikosis( - ) Gastritis( ) Neurosis( ) Tuberkulosis( ) Batu empedu(
) Jantung( ) Operasi ( ) Kecelakaan
Riwayat keluargaHubunganUmurJenis kelaminKeadaan
kesehatanPenyebab meninggal
Ayah56 tahunLaki-lakiHidup-
Ibu53 tahunPerempuanHidup-
Suami 36 tahunLaki-lakiHidup-
Anak - -
Ada kerabat yang menderita :PenyakitYaTidakHubungan
Alergi-
Asma-
Tuberkulosis-
HIV-
Hepatitis B-
Hepatitis C-
Hipertensi-
Cacat bawaan-
Lain lain-
Riwayat Operasi Tidak ada
B. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan Umum UTERUSTekanan Darah: 130/80
mmHgKeadaan Umum: Sakit sedangNadi: 109 x/ menit ( kuat angkat,
teratur)Suhu: 36,00CPernafasaan: 20x/ menit.
Abdominal-torakalKesadaran: Compos mentisTinggi Badan: 155 cm
Kulit Warna kuning langsat, Turgor Kulit baik, Ikterus(-), Edema
(-)KepalaNormocephali, Rambut hitam, distribusi merataMata Pupil
isokor 3mm, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva pucat (-/-), Sklera
ikterik (-/-), Udem palpebra (-/-)TelingaSelaput pendengaran utuh,
Serumen (-), Perdarahan (-)HidungSekret (-), Deviasi septum (-),
Pernapasan cuping hidung(-), epistaksis (-)MulutLidah dalam batas
normal, Pursed Lips breathing (-)LeherTiroid dan KGB tidak teraba,
Deviasi trachea (-), Hipertrofi otot pernapasan tambahan
(-)Retraksi suprasternal(-), JVP R-2Dada (Thorax)Inpeksi Bentuk :
Normal, pernafasan abdominotorakal. Buah dada: simetris, tidak ada
massa, ASI (-)
Paru-paru (Pulmo)KananKiri
InspeksiAnterior
BENTUK-Pectus pectinatum, -sela iga tidak melebar-retraksi(-)
PERGERAKAN-Statis : simetris-Dinamis : simetri KULIT -warna :
kuning langsatPERNAPASAN-Frekuensi : 20 x/menit-Sifat :
Abdominotorakal
PosteriorBENTUK-Vertebra: NormalKULIT -Tidak ada lesi
patologis
Palpasi Anterior
-Tidak ada nyeri tekan -Sela iga paru tidak
melebarPERGERAKAN-Statis : simetris -Dinamis : simetri FREMITUS :
simetris
Posterior-tidak nyeri tekan-Gerak torax Paru kanan tertinggal
dari kiri FREMITUS : simetris
Perkusi AnteriorSela iga 1-6 sonorSela iga 1-6 sonor
PosteriorLinea skapularis : Sonor Linea skapularis : Sonor
AuskultasiAnteriorVesikuler, Rhonki (-), Whezing (-)Vesikuler,
Rhonki (-), Whezing (-)
PosteriorVesikuler, Rhonki (-), Whezing (-)Vesikuler, Rhonki
(-), Whezing (-)
Jantung (Cor)
Inspeksi: ictus cordis tidak tampakPalpasi: ictus cordis teraba
pada sela iga V, 2 cm medial dari linea midclavicularis
sinistraPerkusi: Batas atas : Pada sela iga II garis parasternal
kiriBatas kiri : Pada sela iga V, 2 cm medial dari garis
midclavicularis kiri Batas kanan: Pada sela iga V, pada garis
parasternal kiri.Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, tidak
terdengar murmur dan gallop pada ke 4 katup jantung
Perut (Abdomen)Inspeksi Bentuk : membuncit, Simetris lesi luka
post operasi (-)Palpasi Nyeri tekan ( - ), massa ( - ), Defans
musculer (-) Hati: tidak dapat dinilai Limpa: tidak dapat dinilai
Ginjal: ballotement ( - ), CVA (-)Perkusi : TimpaniAuskultasi :
Bising usus normal
Anggota gerak : Edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger
-/-KulitWarna: sawo matangEffloresensi: tidak adaJaringan parut:
tidak adaPigmentasi: tidak adaPertumbuhan rambut : normalPembuluh
darah : tidak menonjol dan melebarSuhu raba : normal, kulit
LembabKeringat: setempat yaitu di kepala dan leherTurgor :
baikLapisan lemak : tebalIkterus : tidak adaEdema : ada (kaki kanan
dan kiri)Kelenjar getah bening Submandibula : tidak ditemukan
pembesaranSupraklavikula : tidak ditemukan pembesaranLipat paha:
tidak ditemukan pembesaranLeher: tidak ditemukan pembesaranKetiak :
tidak ditemukan pembesaraAspek kejiwaanTingkah laku: tenangAlam
perasaan: biasaProses pikir: wajar
I. Pemeriksaan Obsetri & GinekologiPemeriksaan Luar Inspeksi
Wajah: Chloasma gravidarum (-)Payudara: pembesaran payudara (+),
puting susu menonjol, cairan dari mammae (-)Abdomen : Membesar
memanjang, Linea nigra (+), strie livide (-), strie albicans (+),
bekas operasi (-) Palpasi : nyeri tekan (-) Leopold I :Bulat,keras,
melenting (Kepala) , TFU = 3 jari dibawah xiphoideus (30 cm)
Leopold II :Keras memanjang pada bagian kanan (PUKA) Leopold III :
Bulat, lunak, tidak melenting (Bokong)Leopold IV : Konvergen (Belum
masuk panggul)DJJ : 12-12-13 = 148x/menitTBJ : (30-12) x 155 = 2790
gramPPV : (+)Leukorae : (-)Pemeriksaan DalamVaginal Toucher 3-4 cm,
portio tipis, KK + , EFF 25%Bag bawah bokong V B. Pemeriksaan
Penunjang Pemeriksaan Laboratorium 18 Desember 2014 (22:00)Darah
rutinHemoglobin9.9 g/dLL(N: 11,7 15,5)Leukosit10.3 (N: 3.600
11.000)Eosinofil%0,8 %L(N: 1-3)Basofil%0,1 %(N: 0-1)Neutrofil
segmen%70,1 %H(N: 50-70)Limfosit%23,1L(N: 25-40)Monosit%5,9(N:
2-8)MCV79,6 mikro m3L(N: 80-100)MCH25,2 pgL(N: 26-34)MCHC31,6
g/dLL(N: 32-36)Hematokrit31,3 %(N: 30-43)Trombosit290.000(N:
150.000-440.000)Eritrosit3.93 juta(N: 3,8 5,2)RDW14,4 %(N: 11,5 -
14,5)PDW12 % (N: 10-18) MPV 11 mikro m3H(N: 6,8 10)LED44/89 mm/jam
H(N: 0 20 )Golongan darahAB+Waktu perdarahan/BT 1.30 menit(N:
1-3)Waktu pembekuan/CT 5.30 menit (N: 2-6) 19 Desember 2014
(07:31)Hemoglobin8,2 g/dLL(N: 11,7 15,5)
C. RINGKASAN (RESUME)OS wanita, GIP0A0 berumur 34 tahun, datang
dengan keluhan perut terasa kencang sejak 3 hari SMRS, rasa kencang
dirasakan kurang lebih 1 kali tiap 5 menit, dengan durasi 1 menit.
Pengeluaran per vaginam lendir darah(+). Os baru saja kontrol dan
didiagnosis Sungsang.
Riwayat menarche : 14 tahun, HPHT : 20 Maret 2014Riwayat KB :
-Riwayat penyakit dahulu : -
Pemeriksaan FISIKKU : Baik, tenangTekanan darah : 130/80
mmHgNadi : 90x/menitRR: 20x/menitSuhu: 37,0oCMata: CA -/- SI
-/-Thorax: Vesikuler Rh -/- wh -/- BJ I/II reguler , murmur (-),
gallop (-)Abdomen: membesar memanjang, TFU 3 jari dibawah
xiphoideus (30 cm) Presentasi kepala, PUKA, belum masuk
panggulExtremitas : edem -/-, sianosis -/-, akral hangatPPV :
(+)DJJ : 12-12-13 = 148 x/menitTBJ : 2790 gramPemeriksaan Dalam VT
: 3-4 cm, portio tipis, KK + , EFF 25% Bag bawah bokong V
Pemeriksaan PenunjangLaboratorium: 18/12/14(22:00)Hemoglobin9.9
g/dLL(N: 11,7 15,5)Leukosit10.3 (N: 3.600 11.000)Eosinofil%0,8
%L(N: 1-3)Basofil%0,1 %(N: 0-1)Neutrofil segmen%70,1 %H(N:
50-70)Limfosit%23,1L(N: 25-40)Monosit%5,9(N: 2-8)MCV79,6 mikro
m3L(N: 80-100)MCH25,2 pgL(N: 26-34)MCHC31,6 g/dLL(N:
32-36)Hematokrit31,3 %(N: 30-43)Trombosit290.000(N:
150.000-440.000)Eritrosit3.93 juta(N: 3,8 5,2)RDW14,4 %(N: 11,5 -
14,5)PDW12 % (N: 10-18) MPV 11 mikro m3H(N: 6,8 10)LED44/89 mm/jam
H(N: 0 20 )Golongan darahAB+Waktu perdarahan/BT 1.30 menit(N:
1-3)Waktu pembekuan/CT 5.30 menit (N: 2-6)19/12/14(07:31)Hb8,2
D. DIAGNOSISDiagnosis kerja dan dasar diagnosisDiagnosis kerja:
1. GIP0Ao Umur 34 tahun, Hamil 39 mingguAnak I hidup
intrauterinePersentasi bokong, belum masuk panggul,
PUKASungsangAnemia Ringan
a. Dasar diagnosis: HPHT : 20 Maret 2014 Pemeriksaan Obsetri
(Luar dan Dalam (VT)) Hb = 9,9 g/dLb. Pemeriksaan yang dianjurkan1.
Pemeriksaan EKG dan foto thorax untuk persiapan operasi2.
Pemeriksan Laboratorium CT/BT untuk persiaan operasi3. Pemeriksaan
urin dan Hb post operasi.c. Rencana Pengelolaan:Medika Mentosa:
IVFD D5%/ RL 20 tetes permenitNon Medica Mentosa : Pengawasan 10E.
Prognosis : Power: bonamPassage: dubia ad malamPassanger :
dubia
Tanggal 18 Desember 2014, Jam 24.00 WIBDilakukan operasi Sectio
Cessarea atas indikasi letak sungsangLaporan Operasi : Insisi linea
mediana 2 cm diatas simpisis pubis ( 10 cm) Insisi diperdalam lapis
demi lapis sampai peritoneum terbuka Tampak uterus normal hamil
aterm Plika vesikouterina dibuka Insisi semilunar dari segmen bawah
10cm Kepala bayi diluksir (ekstraksi kaki) Bayi dilahirkan,
laki-laki, BB 2750gram, APGAR 9-10-10 Plasenta dilahirkan secara
manual, kotiledon lengkap Kontrol perdarahan, perdarahan 200 cc
Jahit uterus dengan benang Chromic gut no I Jelujur Dilakukan
sterilisasi dengan cara tubektomi Kedua ovarium dalam batas noral
Rawat perdarahan Jahit abdomen lapis demi lapis Tidakan selesai
Pengobatan post Operasi : D5/RL/NaCl 20 tpm Amoxicilin 3 x 1
gram Alinamin 2 x 1 amp (IV) Vit C 1 x 1 gram (IV) Tramadol 2 x 1
(IV)Periksa Hb esok hari
Follow Up Tanggal 19 Desember 2014, Jam 07.00 WIBS : OS merasa
kemeng pada luka operasi di perutnya. Sudah mika miki, duduk belum,
Flatus (-), pusing (-), demam (-), mual & muntah (-)O : Keadaan
umum: Baik Kesadaran : Compos mentis Tekanan darah: 130/80 mmHg
Nadi: 80 x/menit Frekuensi nafas: 20 x/menit Suhu: 37,5 C Mata: CA
-/-, SI -/-Thorax: Vesikuler, Rh -/-, Wh -/- BJ I/II reguler,
murmur (-), gallop (-) Abdomen: membuncit, nyeri tekan (+), bekas
luka (+) tertutup kassa Rembesan (-) TFU : 2 jari dibawah umbilikus
PPV : Lokia (+) 1 kotek Leukorae: -Extremitas: edem (-/-) sianosis
(-), akral hangat.Hasil lab. Hb tanggal 03/08/13 POST OP (07:31):
8,2 g/dL
A : PIA0 Umur 34 tahun, Post SC hari ke I atas indikasi letak
sungsangP : Lanjutkan terapi pengobatan , cek Hb esok hari
Tanggal 20 Desember 2014, Jam 07.00 WIBS : OS merasa kemeng pada
luka operasi di perutnya. Os sudah duduk dan makan seperti biasaO :
Keadaan umum: Baik Kesadaran : Compos mentis Tekanan darah: 120/70
mmHg Nadi: 82 x/menit Frekuensi nafas: 20 x/menit Suhu: 36,8 C
Mata: CA -/-, SI -/-Thorax: Vesikuler, Rh -/-, Wh -/- BJ I/II
reguler, murmur (-), gallop (-)Mamae : Asi (+) Abdomen: membuncit,
nyeri tekan (+), bekas luka (+) tertutup kassa Rembesan (-) TFU : 2
jari dibawah umbilikus PPV : Lokia (+) 1 kotek Leukorae:
-Extremitas: edem (-/-) sianosis (-), akral hangat. DC belum di
affA : PIA0 Umur 34 tahun, Post SC hari ke II atas indikasi letak
sungsang P : Lanjutkan terapi pengobatan Aff DC
Tanggal 21 Desember 2014, Jam 07.00 WIBS : OS merasa kemeng pada
luka operasi di perutnya. Os sudah jalan dan makan seperti biasaO :
Keadaan umum: Baik Kesadaran : Compos mentis Tekanan darah: 110/60
mmHg Nadi: 84 x/menit Frekuensi nafas: 20 x/menit Suhu: 36,5 C
Mata: CA -/-, SI -/-Thorax: Vesikuler, Rh -/-, Wh -/- BJ I/II
reguler, murmur (-), gallop (-)Mamae: ASI (+) Abdomen: membuncit,
nyeri tekan (+), bekas luka (+) tertutup kassa Rembesan (-) TFU : 2
jari dibawah umbilikus PPV : Lokia (+) 1 kotek Leukorae:
-Extremitas: edem (-/-) sianosis (-), akral hangat.DC sudah di affA
: PIA0 Umur 34 tahun, Post SC hari ke III atas indikasi letak
sungsangP : Pulang
Tinjauan Pustaka
PERSALINAN DENGAN PERSENTASI SUNGSANG
A. DefinisiSungsang disebut juga malposisi merupakan keadaan
dimana janin terletak melintang atau memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Kondisi
ini biasanya sudah terdeteksi saat kehamilan memasuki trimester
kedua. Biasanya ibu akan merasakan kandungan terasa penuh di bagian
atas dengan gerakan janin terasa lebih banyak di bagian bawah.
Jenis sungsang antara lain, presentasi bokong, presentasi bokong
kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna, dan
presentasi kaki
B. EpidemiologiDengan insiden 3-4 % dari seluruh kehamilan
tunggal pada umur kehamilan cukup bulan 37minggu, persentasi bokong
merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai. Sebelum umur
kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara
25-30 % dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala
setelah umur kehamilan 34 minggu.
C. EtiologiHingga kini diduga ada beberapa hal yang bisa
menyebabkan posisi bayi menjadi sungsang, yaitu:1. Bobot janin
relatif rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak. Ketika
menginjak usia 28-34 minggu kehamilan, berat janin makin membesar,
sehingga tidak bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut, umumnya
janin sudah menetap pada satu posisi. Kalau posisinya salah, maka
disebut sungsang.2. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya
terjadi karena ibu telah melahirkan beberapa anak sebelumnya,
sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar
untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.3. Hamil kembar.
Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya
perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang nyaman,
sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni
bokong janin) berada di bagian bawah rahim.4. Hidramnion (kembar
air). Volume air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin
lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.5.
Hidrosefalus. Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan
(hidrosefalus) membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni
di bagian atas rahim.6. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi
jalan lahir dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim. Akibatnya,
janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni di bagian atas
rahim.7. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin
mengubah posisinya menjadi sungsang.8. Kelainan bawaan. Jika bagian
bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya, maka janin
cenderung mengubah posisinya menjadi sungsang. D.
PatofisiologiLetak janin dalam uterus bergantung pada proses
adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai
kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak,
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang.Pada kehamilan triwulan terakhir
janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang.
Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas
di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil
di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa
pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak
seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
Proses AkomodasiDengan terbentuknya segmen bawah rahim, maka
pada akhir kehamilan bentuk uterus menjadi lonjong dengan ukuran
atas bawah lebih panjang dibanding dengan ukuran melintang dan
fundus uteri lebih lebar dibanding dengan bagian bawah uterus.
Sampai kehamilan kira-kira 32 minggu kavum amnii relatif lebih
besar dan air ketuban relatif lebih banyak dibanding dengan
besarnya janin sehingga dinding uterus tidak mendekati
janin.Selanjutnya, karena air ketuban mulai berkurang pada akhir
kehamilan sehingga air ketuban relatif sedikit maka dinding uterus
mendekati badan janin. Bentuk uterus yang lonjong dan bagian atas
yang lebih luas akan mempengaruhi kedudukan janin untuk
mengakomodasikan diri dengan bentuk uterus, sehingga ukuran
memanjang janin akan menempati uterus, karena bokong dan tungkai
bawah lebih besar ukurannya dibanding dengan kepala akan menempati
bagian yang lebih luas yaitu di fundus uteri, sehingga presentasi
kepala merupakan frekuensi terbanyak dibandingkan dengan presentasi
lainnya.Proses akomodasi bergantung pada banyaknya air ketuban
sehingga kalau air ketuban banyak amaka gerakan janin sangat
leluasa, dan sebaliknya bila air ketubannya sedikit akan
menyulitkan gerakan janin. Proses akomodasi ini selain adanya air
ketuban juga dibantu dengan gerakan janin. Bila janin tidak
bergerak, umpama janin mati, maka proses akomodasi ini akan
terganggu. Kedudukan janin intrauterin adalah khas maka beberapa
pengertian yang dipakai untuk kedudukan janin intrauterine tersebut
dapat dibedakan dalam beberapa pengertian
E. Diagnosa Persentasi bokong dapat diketahui melalui
pemeriksaan palpasi abdomen. Manuver Leopold perlu dilakukan pada
setiap kunjungan perawatan antenatal bila umur kehamilannya 34
minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada
pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina dan/atau
pemeriksaan ultrasonografi. Keberhasilan untuk menemukan adanya
persentasi bokong pada masa kehamilan sangat penting oleh karena
adanya prosedur versi luar yang direkomendasikan guna menurunkan
insidensi persalinan dengan persentasi selain kepala dan
persalianan bedah sesar.Pemeriksaan yang hanya dapat menunjukkan
adanya persentasi bokong saja belum cukup untuk membuat perkiraan
besarnya risiko guna pengambilan keputusan cara persalinan yang
hendak dipilih. Taksiran berat janin, jenis persentasi bokong,
keadaan selaput ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul ibu,
keadaan hiperekstensi kepala janin, kemajuan persalinan, pengalaman
penolong, dan ketersediaan fasilitas pelayanan intensif neonatal
merupakan hal-hal yang penting untuk diketahui.Peranan
ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian risiko pada
persentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air
ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong,
keadaan hiperekstensi kepala, kelainan kongenital, dan
kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi.
Berat janin dapat diperkirakan secara ultrasonografi berdasarkan
ukuran diameter biparietal, lingkar kepala. Lingkar perut, dan
panjang tulang femur. Gambaran ultrasonografi tentang ekstremitas
bawah dapat memberikan informasi tentang jenis presentasi bokong.
Kesejahteraan janin dinilai berdasarkan skor profil biofisik
janin.Keadaan hiperekstensi kepala janin (disebut stargazer fetus
atau flying fetus) adalah keadaan janin sedemikian sehingga tulang
mandibula membentuk sudut > 150o terhadap sudut memanjang
vertebra servikalis. Hiperekstensi didiagnosis menggunakan
pemeriksaan radiografi atau ultrasonografi. Terjadi pada sekitar 5%
dari seluruh presentasi bokong pada kehamilan cukup bulan,
hiperekstensi kepala janin merupakan kontraindikasi untuk
persalinan vaginal. Kepala akan sulit dilahirkan sehingga berisiko
menimbulkan cedera medula spinalis leher.Klasifikasi presentasi
bokong dibuat terutama untuk kepentingan seleksi pasien yang akan
dicoba persalinan vaginal. Terdapat tiga macam presentasi bokong,
yaitu : Bokong murni (60-70% kasus) Bokong komplit (10% kasus)
kaki. Varian presentasi kaki adalah presentasi bokong inkomplit,
kaki komplit, kaki inkomplit dan lutut. Janin dengan presentasi
kaki dan variannya direkomendasikan untuk tidak dilakukan percobaan
persalinan vaginal.
F. Penatalaksanaan1. Presentasi Bokong pada Masa KehamilanTujuan
penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpresentasi pada
waktu persalinan. Pada saat ini ada tiga cara yang dipakai untuk
mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala, yaitu: Versi
Luar Moksibut dan/atau akupuntur Posisi dada-lutut pada ibuBukti
bukti tentang manfaat dan keamanan tindakan versi luar sudah cukup.
Tetapi, masih belum bagi tindakan moksibut dan/atau akupuntur dan
posisi dada-lutut. Dengan demikian, baru tindakan versi luar yang
direkomendasikan. Prosedur versi luar cukup aman dan efektif.
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi adalah : Bradikardia janin
yang bersifat sementara Solusio plasenta Komplikasi pada tali pusat
Perdarahan feto-maternal dengan kemungkinan sensitisasi Ketuban
pecah dini. Kejadian bedah sesar atas indikasi gangguan denyut
jantung (non-reassuring) atau solusio plasenta setelah versi luar
< 1%
Tingkat keberhasilannya 50 70% (semakin meningkat pada
multiparitas, presentasi selain bokong murni, volume air ketuban
normal, letak lintang, atau oblik). Dari jumlah yang berhasil
dilakukan versi luar, 40% nya akan berhasil melahirkan secara
vaginal. Jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak dilakukan
versi luar, terjadi pengurangan 62% persalinan bukan presentasi
kepala dan penurunan 45% bedah sesar pada kelompok yang dilakukan
versi luar. Oleh keamanan dan keefektivitasannya, dianjurkan agar
semua perempuan dengan presentasi selain kepala yang memenuhi
persyaratan pada umur kehamilan mendekati atau saat cukup bulan
diberi tawaran untuk dilakukan versi luar. Keadaan yang harus
diketahui sebelum menawarkan versi luar adalah perkiraan berat
janin, volume air ketuban, letak plasenta, dan morfologi janin
normal.
Kontra indikasi dilakukan versi luar adalah : Semua keadaan
indikasi kontra persalinan vaginal.
Terdapat pula kontraindikasi yang sifatnya relatif, yaitu :
Ketuban pecah dini, Oligohidramnion, Perdarahan uterus yang tidak
diketahui sebabnya Dalam persalinan kala I fase aktif
Umur kehamilan terbaik untuk melakukan versi luar belum begitu
jelas. Pada dasarnya semakin tua umur kehamilan, akan semakin kecil
tingkat keberhasilnannya. Pada umumnya versi luar efektif dilakukan
pada umur kehamilan 34 36 minggu. Versi luar dapat juga dilakukan
sebelum umur kehamilan 34 minggu, tetapi kemungkinan untuk kembali
lagi menjadi presentasi bokong cukup besar, dan apabila terjadi
komplikasi yang mengaruskan dilahirkannya segera, maka morbiditas
preamturitasnya tinggi. Versi luar dapat dipertimbangkan untuk
diulang bila sebelumnya gagal atau sudah berhasil, tetapi kembali
menjadi presentasi bokong. Proses versi luar dapat dipermudah dan
rasa tidak nyaman bagi pasien dapat dikurangi dengan penggunaan
tokolitik (terbutalin 0,125 0,250 mg subkutan)Untuk melakukan versi
luar, mula-mula bokong dikeluarkan dari pelvis dan diarahkan
lateral sedikitnya sebesar 90o. Dengan langkah ini biasanya kepala
akan bergerak 90o kearah yang berlawanan dengan bokong. Setelah itu
dilakukan manuver bersamaan pada kepala dan bokong untuk
mengarahakan kepala ke arah kaudal dan bokong ke arah kranial.
Apabila digunakan tokolitik pemberian antara 5 10 menit sebelum
prosedur dilakukan. Dalam satu kali sesi versi luar
direkomendasikan dilakukan lebih dari dua kali upaya versi luar.
Apabila belum berhasil dapat diulang pada sesi sebelumnya,
tergantung umur kehamilan dan keadaan persalinan waktu itu.
Newman membuat prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan
penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).
Skor0123
Pembukaan serviks01-23-45+
Panjang serviks (cm)3210
Station-3-2-1+1,+2
Konsistensi KakuSedangLunak
PositionposteriorMidanterior
Keberhasilan 0% jika nilai 9. Kalau versi luar gagal karena
penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan narkosis
dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain: narkosis
harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan
digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis
dihindari pada versi luar.
2. Presentasi Bokong pada persalinanMenolong persalinan letak
sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran
dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya
ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi
seksio, seperti : Kesempitan panggul Plasenta previa Tumor dalam
rongga panggul
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang,
maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada
letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio
sesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada
pembukaan dan penurunan bokong.
Jenis-jenis persalinan sungsang:a. Persalinan
PervaginamBerdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin
pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:1)
Persalinan spontan (spontaneous breech)Janin dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara,
Bracht.2) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech
delivery)Janin dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan
ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.3) Ekstraksi sungsang
(total breech extraction)Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai
tenaga, penolong.
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: Bokong
sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), Pelvimetri,
Klinis yang adekuat, Janin tidak terlalu besar, Tidak ada riwayat
seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
b. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).
Prosedur pertolongan persalinan spontana. Tahap pertama : fase
lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula
depan).Disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan
bokong, yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.b. Tahap kedua:
fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya
mulut.Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai
masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat
segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir, janin dapat bernapas
lewat mulut.c. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya
mulut sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena
kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggu (uterus), ke
dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus
dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya
perdarahan intrakranial (adanya ruptura tentorium serebelli).
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga
tahap yaitu:Persalinan bokong Bokong masuk ke pintu atas panggul
dalam posisi melintang atau miring. Setelah trokanter belakang
mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam sehingga
trokanter depan berada di bawah simfisis. Penurunan bokong dengan
trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia bitrokanterika
janin berada di pintu bawah panggul. Terjadi persalinan bokong,
dengan trokanter depan sebagai hipomoklion. Setelah trokanter
belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir. Terjadi putar
paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah
lahir.Persalinan bahu Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam
posisi melintang atau miring. Bahu belakang masuk dan turun sampai
mencapai dasar panggul. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan
bahu depan dibawah simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion. Bahu
belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang. Penurunan dan
persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga
seluruh bahu janin lahir. Kepala janin masuk pintu atas panggul
dengan posisi melintang atau miring. Bahu melakukan putaran paksi
dalam.Persalinan kepala janin Kepala janin masuk pintu atas panggul
dalam keadaan fleksi dengan posisi dagu berada dibagian posterior.
Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang
tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan
menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion. Persalinan kepala
berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan muka
seluruhnya. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga
seluruh kepala bayi dapat lahir. Setelah bayi lahir dilakukan
resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir dan mekoneum
untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa.
Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan
menit.
Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:
Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi
putaran paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah
simfisis. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut,
sehingga distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah
panggul.
Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai
hipomoklion.Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi
lateral janin untuk persalinan trokanter depan, sehingga seluruh
bokong janin lahir.
Jika bokong tidak mengalami kemajuan selama kontraksi
berikutnya, episiotomi dapat dilakukan dan bokong dilahirkan dengan
traksi ke bawah perut.
Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah
perut ibu. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai
bawah lahir.
Jika kaki janin telah keluar, penolong dapat menyusupkan tangan
sepanjang kaki anterior dan melahirkan kaki dengan flexi dan
abduksi sehingga bagian badan lainnya dapat dilahirkan.
Bahu janin mencapai pelvic 'gutter' (jalan sempit) dan melakukan
putar paksi dalam sehingga diameter biacromion terdapat pada
diameter anteroposterior diameter pelvic bagian luar. Secara
simultan, bokong melakukan rotasi anterior 90o. Kepala janin
kemudian masuk ke tepi pelvik, sutura sagitalis berada pada tepi
diameter transversal.Penurunan ke dalam pelvic terjadi dengan flexi
dari kepala.
Prosedur Manual Aid Indikasi :Dilakukan jika pada persalinan
dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya terjadi kemacetan
saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah
direncanakan untuk manual aid. Tahapan : Tahap pertama :Lahirnya
bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga
penolong. Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara
:a)Klasik (Deventer)b)Muellerc)Lovsetd)Bickenbach. Tahap ketiga :
lahirnya kepala, dapat dengan cara :a)Mauriceau
(Veit-Smellie)b)Najouksc)Wigand Martin-Winckeld)Parague terbalike)
Cunam piper
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir.
Tahap kedua melahirkan bahu dan langan oleh penolong:a.Cara
klasik (Deventer)1. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara
klasik ini melahirkan lengan belakang lebih dulu karena lengan
belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan
lengan depan yang berada di bawah simpisis. 2. Tetapi bila lengan
depan sulit dilahirkan, maka lengan depan diputar menjadi lengan
belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan
baru kemudian lengan belakang ini dilahirkan.3. Kedua kaki janin
dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati
perut ibu. 4. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan
ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri
bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka
janin. 5. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. 6.Dengan cara yang
sama lengan depan dilahirkan. 7. Bila lengan depan sulit
dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang. Gelang bahu
dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong
sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak di
punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain
mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin,
sehingga lengan depan terletak di belakang. Kemudian lengan
belakang ini dilahirkan dengan teknik tersebut di atas.
7.Deventer melakukan cara klasik ini dengan tidak mengubah
lengan depan menjadi lengan belakang. Cara ini lazim disebut cara
Deventer.
Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada
semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin
relative tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk
ke dalam jalan lahir yang dapat manimbulkan infeksi.
b. Cara Mueller1. Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara
Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan depan lebih dulu dengan
ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. 2.
Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk
pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu
depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan bawahnya. 3. Setelah bahu depan dan lengan lahir,
maka badan janin yang masih dipegang secara femuro-pelvis ditarik
ke atas, sampai bahu belakang lahir. Bila bahu belakang tidak lahir
dengan sendiriny, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait
lengan bawah dengan kedua jari penolong tidak masuk jauh ke dalam
jalan lahir, sehingga bahaya infeksi minimal.
c.Cara lovset1. Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset
ialah memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik
sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis. Hal
ini berdasarkan kenyataan bahwa adanya inklinasi antara pintu atas
panggul dengan sumbu panggul dan bentuk lengkungan panggul yang
mempunyai lengkungan depan lebih pendek dari lengkungan di
belakang, sehingga setiap saat bahu belakang selalu dalam posisi
lebih rendah dari bahu depan.2. Badan janin dpegang secara
femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi cunam ke bawah badan
janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi
bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar
kembali kearah yang berlawanan setengah lingkaran,demikianlah
seterusnya bolak-balik, sehingga bahu belakang tampak di bawah
simfisis dan lengan dapat dilahirkan.3. Bila lengan janin tidak
dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan janin ini dapat
dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan jari penolong.
Keuntungan cara Lovset :a. Teknik sederhana dan jarang gagal, b.
Dapat dilakukan pada semua letak sungsang, c. minimal bahaya
infeksi.
Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada :- Sungsang dengan
primigravida, - Janin besar, - Panggul sempit.
d.Cara BickhenbachsPrinsip melahirkan ini merupakan kombinasi
antara cara Mueller dengan cara klasik.
Melahirkan lengan menunjuk (nuchal arm)1. Yang dimaksud lengan
menunjuk ialah bila salah satu lengan janin melingkar di belakang
leher dan menunjuk ke suatu arah. Berhubung dengan posisi lengan
semacam ini tidak mungkin dilahirkan karena tersangkut di belakang
leher, maka lengan tersebut harus dapat diubah sedemikian rupa,
sehingga terletak di depan dada.2. Bila lengan belakang yang
menunjuk, maka badan atas janin dicengkram dengan kedua tangan
penolong, sehingga kedua ibu jari diletakkan pada punggung janin
sejajar sumbu panjang badan. Sedang jari-jari lain mengcengkam
dada. Badan anak diputar searah dengan arah lengan menunjuk ke arah
belakang (sakrum), sehingga lengan tersebut terletak di depan dada
dan menjadi lengan belakang. Kemudian lengan ini dilahirkan dengan
cara klasik.3. Bila lengan depan yang menunjuk, maka dilahirkan
dengan cara yang sama, hanya cara memegang badan atas dibalik,
yaitu ibu jari diletakkan dengan cara yng sama, hanya cara memegang
badan atas dibalik, yaitu ibu jari diletakkan di dada dan jari lain
mengcengkram punggung.
Melahirkan lengan menjungkit1. Yang dimaksud lengan menjungkit
ialah bila lengan dalam posisi lurus ke atas di samping kepala.
Cara terbaik untuk melahirkan lengan menjungkit ialah dengan cara
Lovset. Perlu diingat, bila sedang melakukan pimpinan persalinan
secara Bracht, kemudian terjadi kemacetan bahi dan lengan, maka
harus dilakukan periksa dalam apakah kemacetan tersebut karena
kelainan posisi lengan tersebut di atas.
Tahap ketiga melahirkan kepala yang menyusul (after coming
head)1.Cara Mauriceau (Veit-Smellie)Tangan penolong yang sesuai
dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat
mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher.
Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah
janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang
lain mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong
menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten
melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan
oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung.
Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas
dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir
dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya
lahirnya seluruh kepala janin.2.Cara NaujoksTeknik ini dilakukan
apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan
ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher
janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang
asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak
dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat pada sumsum
tulang di daerah leher.
3.Cara Prague TerbalikTeknik ini dipakai bila oksiput dengan
ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum dan muka janin
menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari
bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong.
Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian
ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga
perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion,
kepala janin dapat dilahirkan.4.Cara Cunam PiperCunam Piper dibuat
khusus untuk melahirkan kepala janin pada letak sungsang, sehingga
mempunyai bentuk khusus, yaitu :a. Daun cunam berfenestra, yang
mempunyai lengkungan panggul yang agak mendatar (baik untuk
pemasangan yang tinggi)b. Tangkainya panjang, melengkung ke atas
dan terbuka, keadaan ini dapat menghindari kompresi yang berlebihan
pada kepala janin.Seorang asisten memegang badan janin pada kedua
kaki dan kedua lengan janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian
badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan
pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan
dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah
oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan
suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut,
muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.
Prosedur Ekstraksi Sungsang1.Teknik ekstraksi kakiSetelah
persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil
janin dimasukan secara obsetrik ke dalam jalan lahir, sedang tangan
yang lain membuka labia. Tangan yang di dalam mencari kaki depan
dengan menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian
melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah
menjadi fleksi. Tangan yang di luar mendorong fundus uterus ke
bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh
jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai
batas lutut.Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua
ibu jari diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang betis,
dan jari-jari lain di depan betis. Dengan pegangan ini, kaki janin
ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir. Pegangan
dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu
jari di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari
lain di depan paha.Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai
trokanter depan lahir. Kemudian pangkal pada dengan pegangan yang
sama dielavasi ke atas sehingga trokanter belakang lahir. Bila
kedua trokanter telah lahir berarti bokong lahir.Sebaliknya bila
kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan lahir
lebih dulu ialah trokanter belakang dan untuk melahirkan trokanter
depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke bawah. Setelah
bokong lahir, maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai
teknik pegangan femuro-pelviks. Dengan pegangan ini badan janin
ditarik curam ke bawah sampai pusat lahir.Selanjutnya untuk
melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan yang
sama seperti pada manual aid.2.Teknik ekstraksi bokongEkstraksi
bokong dikerjakan bila jenis letak sungsang adalah letak bokong
murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar panggul,
sehingga sukar untuk menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong
yang searah degnan bagian kecil janin, dimasukkan ke dalam jalan
lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk
ini, pelipatan paha dikaitkan dan ditarik curam ke bawah. Untuk
memperkuat tenaga tarikan in, maka tangan penolong yang lain
mengcengkam pergelangan tangan nadi, dan turut menarik curam ke
bawah.Bila dengan tarikan ini trohanter depan mulai tampakdi bawah
simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait
pelipatan paha ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.Setelah
bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks (duimbekken
greep). Kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
Penyulit1. Sufokasi Bila sebagian besar badan janin sudah lahir,
terjadilah pengecilan rahim, sehingga terjadi gangguan sirkulasi
plasenta dan menimbulkan anoksia janin. Keadaan ini merangsang
janin untuk bernapas. Akibatnya darah, mukus, cairan amnion dan
mekonium akan diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi. Badan
janin yang sebagian sudah berada di luar rahim, juga merupakan
rangsangan yang kuat untuk janin bernapas.2. Asfiksia fetalisSelain
akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir, yang
menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi, dengan
bahaya terjepitnya tali pusat pad waktu kepala masuk panggul (fase
cepat)3. Kerusakan jaringan otakTrauma pada otak janin dapat
terjadi, khususnya pada panggul sempit atau adanya disproporsi
sefalo-pelvik, serviks yang belum terbuka lengkap, atau kepala
janin yang dilahirkan secara mendadak, sehingga timbul
dekompresi.4. Fraktur pada tulang-tulang janinKerusakan pada tulang
janin dapat berupa :a. Fraktur tulang-tulang kepalab. Fraktur
humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit
(extended)c. Fraktur klavikula ketika melahirkan bahu
Prosedur Persalinan Sungsang PerabdominamPersalinan letak
sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak
sungsang pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti bagi janin,
yang gejala-gejalanya akan tampak baik pada waktu persalinan maupun
baru di kemudian hari.Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak
sungsang harus dilahirkan perabdominam. Untuk melakukan penilaian
apakah letak sungsang dapat melahirkan per vaginam atau harus
perabdominam kadang-kadang sukar.
Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak
sungsang harus dilahirkan per abdominam, misalnya:a. Primigravida
tuab. Nilai sosial janin tinggic. Riwayat persalinan yang burukd.
Janin besar, lebih dari 3,5 kg 4 kge. Dicurigai adanya kesempitan
panggulf. PrematuritasZatuchni dan Andros telah membuat suatu
indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan dapat
dilahirkan pervaginam atau per-abdominam, sebagai
berikut.ParameterNilai012
ParitasPrimimulti-
Pernah letak sungsangTidak1 kali>2 kali
TBJ> 3650 g3649-3176 g< 3176 g
Usia kehamilan> 39 minggu38 minggu< 37 minggu
Station< -3-2-1 atau >rendah
Pembukaan serviks4 cm
Arti nilai: 3 : persalinan perabdominam4 : evaluasi kembali
secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam. >5 : dilahirkan pervaginamG.
KOMPLIKASIKomplikasi persalinan letak sungsang antara lain:1. Dari
faktor ibu Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri,
sisa placenta. Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui
trauma (endometritits) Trauma persalinan seperti trauma jalan
lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi: Perdarahan seperti perdarahan intracranial,
edema intracranial, perdarahan alat-alat vital intra-abdominal.
Infeksi karena manipulasi Trauma persalinan seperti
dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture alat-alat
vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis,
kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung
alat-alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir
mati.
H. PrognosisAngka kematian bayi pada persalinan letak sungsang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi
Semarang, RS Umum Dr. Pringadi Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung
didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan
16,8%. Eastmen melaporkan angka-angka kematian perinatal antara
12-14%. Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat terjepitnya
tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki
rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan
lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang
lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan membahayakan
kehidupan janin. Selain itu bila janin berbafas sebelum hidung dan
mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat
menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat
tali pusat menumbung, hal ini sering dijumpai pada presentasi
bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna, tetapi jarang
dijumpai pada presentasi bokong
DAFTAR PUSTAKA
1. Hauth. C. John, dkk. Kehamilan ektopik - Obstetri Williams.
Edisi 21. vol 2. 2006.h.982 1013.2. Wiknosastro H. Kehamilan
ektopik. Editor Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachmihadhi T, dalam
Ilmu Kebidanan edisi kedua, cetakan keempat, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.2005.h.323-83. Manuaba I.B.G,
Manuaba I.B. Chandranita. Kehamilan ektopik : Pengantar Kuliah
Obstetri.2007.h.106-204. Mochtar. R, Lutan. D. Kelainan letak
kehamilan (kehamilan ektopik) : Sinopsis Obstetri edisi
kedua.1998.h.226-375. Sepllan VP. Ectopic Pregnancy. Edisi 2012.
Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/2041923-overview, 10 Desember
20126. Dept. Of Health and Human Sevices office on Womens health.
Ectopic pregnancy. Edisi 2012. Diunduh dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ectopicpregnancy.html, 10
Desember 2017. Murray H, Bakdah H, Bardell T, Tullandi T. Diagnosis
& Treatment of Ectopic pregnancy. Edisi 2011. Diunduh dari
http://www.canadianmedicaljournal.ca/content/173/8/905.full, 10
Desember 201214