-
1
11. PENCEMARAN AIR
11.1. URGENSI AIR
Air adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan
yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta
mil) tersedia di bumi.
Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada
lapisan-lapisan es (di kutub
dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai
awan, hujan,
sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam
obyek-obyek
tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui
penguapan, hujan, dan
aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air,
sungai, muara) menuju
laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak
tempat di dunia terjadi
kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air
juga diperkirakan
terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada
bulan-bulan Europa
dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan
gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di
permukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Pengaturan air yang kurang baik dapat
menyebakan
kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan
menyulut konflik.
(Wikipedia).
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul
air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada
satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau pada kondisi
-
2
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur
273,15 K (0 C). Zat
kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,
asam, beberapa
jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air
melarutkan banyak zat
kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair
dan padat di bawah
tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat
dideskripsikan sebagai
sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan
sebuah ion hidroksida
(OH-).
Air
Informasi dan sifat-sifat
Nama sistematis Air
Nama alternatif aqua, dihidrogen monoksida,
hidrogen hidroksida
Rumus molekul H2O
Massa molar 18.0153 g/mol
Densitas dan fase 0.998 g/cm (cariran pada 20 C)
0.92 g/cm (padatan)
Titik lebur 0 C (273.15 K) (32 F)
Titik didih 100 C (373.15 K) (212 F)
Kalor jenis 4184 J/(kgK) (cairan pada 20 C)
Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-sifat yang
penting untuk adanya
kehidupan. Air dapat memunculkan reaksi yang dapat membuat
senyawa organic
-
3
untuk melakukan replikasi. Semua makhluk hidup yang diketahui
memiliki
ketergantungan terhadap air. Air merupakan zat pelarut yang
penting untuk makhluk
hidup dan adalah bagian penting dalam proses metabolisme. Air
juga dibutuhkan
dalam fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis menggunakan
cahaya matahari untuk
memisahkan atom hidroden dengan oksigen. Hidrogen akan digunakan
untuk
membentuk glukosa dan oksigen akan dilepas ke udara.
Perairan bumi dipenuhi dengan kehidupan. Makhluk-makhluk
pertama
berasal dari perairan. Hampir semua ikan hidup di dalam air,
selain itu, mamalia
seperi lumba-lumba dan ikan paus juga hidup di dalam air.
Hewan-hewan seperti
amfibi menghabiskan sebagian hidupnya di dalam air. Tumbuhan
seperti alga dan
rumput laut menjadi sumber makanan ekosistem perairan. Di
samudra, plankton
menjadi sumber makanan utama.
Peradaban manusia berjaya mengikuti sumber air. Mesopotamia
yang
disebut sebagai awal peradaban berada di antara sungai Tigris
dan Euphrates.
Peradaban Mesir Kuno bergantung pada sungai Nil. Pusat-pusat
manusia yang
besar seperti Rotterdam, London, Montreal, Paris, New York City,
Shanghai, Tokyo,
Chicago, dan Hong Kong mendapatkan kejayaannya sebagian
dikarenakan adanya
kemudahan akses melalui perairan.
http://www.ampl.or.id/
Tubuh manusia terdiri dari 55% sampai 78% air, tergantung dari
ukuran
badan. Agar dapat berfungsi dengan baik, tubuh manusia
membutuhkan antara satu
sampai tujuh liter air setiap hari untuk menghindari dehidrasi;
jumlah pastinya
bergantung pada tingkat aktivitas, suhu, kelembaban, dan
beberapa faktor lainnya.
Selain dari air minum, manusia mendapatkan cairan dari makanan
dan minuman lain
selain air. Sebagian besar orang percaya bahwa manusia
membutuhkan 810 gelas
-
4
(sekitar dua liter) per hari.[13] Literatur medis lainnya
menyarankan konsumsi satu liter
air per hari, dengan tambahan bila berolahraga atau pada cuaca
yang panas.
Pelarut digunakan sehari-hari untuk mencuci, contohnya mencuci
tubuh
manusia, pakaian, lantai, mobil, makanan, dan hewan. Selain itu,
limbah rumah
tangga juga dibawa oleh air melalui saluran pembuangan. Pada
negara-negara
industri, sebagian besar air terpakai sebagai pelarut. Air dapat
memfasilitasi proses
biologi yang melarutkan limbah. Mikroorganisme yang ada di dalam
air dapat
membantu memecah limbah menjadi zat-zat dengan tingkat polusi
yang lebih
rendah.
11.2. PENCEMARAN AIR DAN SIFAT AIR TERCEMAR
PENCEMARAN AIR atau polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat
air dari
dari keadaan normal,bukan dari kemurniannya.Air yang tersebar di
alam tidak
pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua
air sudah
terpolusi.Sebagai contoh,meskipun di daerah pegunungan atau
hutan yang terpencil
dengan udara yang bersih dan bebas dari polusi,air hujan selalu
mengandung
bahan-bahan terlarut seperti CO2,O2 dan N2,serta bahan-bahan
tersuspensi seperti
debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa dari atmosfer.
Air permukaan dan air
sumur biasannya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti
Na, Mg,Ca dan
Fe. Air yang mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah
tinggi disebut
air sadah. Air minum pun bukan merupakan air murni. Meskipun
bahan-bahan
tersuspensi dan bakteri mungkin telah dihilangkan dari air
tersebut, tetapi air minum
mungkin masih mengandung komponen-komponen terlarut. Bahkan air
murni
sebenarnya tidak enak diminum karena beberapa bahan yang
terlarut mungkin
memberikan rasa yang spesifik terhadap air minum.
Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat bervariasi
tergantung dari
jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan
polusi. Sebagai contoh
air minum yang terpcemar mungkin rasanya akan berubah meskipun
perubahan
baunya mungkin sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin akan
timbul pada
pantai laut, sungai dan danau yang terpolusi, kehidupan hewan
air akan berkurang
pada air sungai yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat
terapung pada
permukaan air laut menunjukkan adanya polusi. Tanda-tanda polusi
air yang
berbeda ini disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang
berbeda-beda.
-
5
A. Pengelompokan Bahan Pencemar Air (Polutan)
Untuk memudahkan pembahasan mengenai berbagai jenis polutan,
polutan
air dapat dikelompokkan atas 9 grup berdasarkan perbedaan
sifat-sifatnya sebagai
berikut:
1. Padatan
2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen (oxygen-demanding
wastes)
3. Mikroorganisme
4. Komponen organik sintetik
5. Nutrien tanaman
6. Minyak
7. Senyawa anorganik dan mineral
8. Bahan radioaktif
9. Panas
http://www.ecoton.or.id/
-
6
B. Sifat-Sifat Air Tercemar
Untuk mengetahui apakah suatu air terpolusi atau tidak,
diperlukan pengujian
untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah
terjadi
penyimpangan dari batasan-batasan polusi air. Sifat-sifat air
yang umum diuji dan
dapat digunakan untuk menentukan tingkat polusi air
misalnya:
1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas
2. Suhu
3. Warna, bau dan rasa
4. Jumlah padatan
5. Nilai BOD/COD
6. Pencemaran mikroorganisme patogen
7. Kandungan minyak
8. Kandungan logam berat
9. Kandungan bahan radioaktif
11.3. BEBERAPA JENIS PENCEMAR AIR
A. Padatan
Air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat
dibedakan atas
empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifatnya
lainnya, terutama
kelarutannya yaitu:
1. Padatan terendap (sedimen)
2. Padatan tersuspensi dan koloid
3. Padatan terlarut
4. Minyak dan lemak
Dalam analisis air, selain padatan-padatan tersebut di atas
sering juga
dilakukan analisis terhadap total padatan, yaitu semua padatan
setelah airnya
dihilangkan atau diuapkan. Padatan yang terdapat di dalam air
juga dapat
dibedakan atas padatan organik dan anorganik.
B. Bahan Buangan Yang Memerlukan Oksigen
1. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan
tanaman dan
hewan di dalam air. Kehidupan makhuk hidup di dalam air tersebut
tergantung dari
-
7
kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal
yang
dibutuhkan untuk kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang
memerlukan
oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil
kebutuhan oksigennya
adalah bakteri. Biota air hangat memerlukan oksigen terlarut
minimal 5 ppm,
sedangkan biota air dingin memerlukan oksigen terlarut mendekati
jenuh.
Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak
boleh kurang dari 6
ppm.
2. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen
terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecahkan atau
mengoksidasi
bahan-bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak
menunjukan jumlah bahan
organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif
jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika
konsumsi
oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa
oksigen terlarut,
maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan
oksigen tinggi.
Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen
untuk
beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan
organik, sintesis sel, dan
oksidasi sel.
3. Chemical Oxygen Demand (COD)
Untuk mengetahui jumlah organik di dalam air dapat dilakukan
suatu uji yang
lebih cepat dari pada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia
dari suatu bahan
oksidan. Uji tersebut disebut uji COD (chemical oxygen demand),
yaitu suatu uji
yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan
oksidan, misalnya
kalium dikhromat , untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang
terdapat di dalam
air.
C. Mikroorganisme
Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal berbagai
sumber seperti
udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan
hidup atau mati
(bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya,
dan sebagainya.
Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup di dalam air,
atau tidak tahan
lama hidup di dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak
cocok.
Air dapat merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik
yang
berbahaya bagi kesehatan. Patogen yang sering diiemukan di dalam
air terutama
-
8
adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan
seperti Vibrio cholerae
penyebab penyakit kolera, Shigella dysenteriae penyebab
disenteri basiler,
Salmonella typosa penyebab tifus dan S. paratyphi penyebab
paratifus, virus polio
dan hepatitis, dan Entamoeba histolytica penyebab disentri
amuba. Untuk
mencegah penyebaran penyakit melalui air perlu dilakukan control
terhadap polusi
air.
D. Logam Berat
Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik,
diantaranya
berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat
tersebut banyak
digunakan dalam berbagai keperluan, oleh karena itu diproduksi
secara rutin dalam
skala industri. Industri-industri logam berat tersebut
seharusnya mendapat
pengawasan yang ketat sehingga tidak membahayakan bagi
pekerja-pekerjanya
maupun lingkungan sekitarnya. Penggunaan logam-logam berat
tersebut dalam
berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung
maupun tidak
langsung, sengaja maupun tidak sengaja, telah mencemari
lingkungan. Beberapa
logam berat tersebut ternyata telah mencemari lingkungan
melebihi batas yang
berbahaya bagi kehidupan lingkungan. Logam-logam berat yang
berbahaya dan
sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal
(Pb), arsenik
(As), Kadmium (Cd), Khromium (Cr) dan Nikel (Ni). Logam-logam
tersebut diketahui
dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme, dan tetap
tinggal dalam tubuh
dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi.
Tabel 1. Komponen Pb di dalam asap mobil
Komponen Pb
Persen dari total partikel Pb di dalam asap
Segera 18 jam setelah setelah starter starter
PbBrC1 PbBrC1.2PbO PbC12 Pb(OH)C1 PbBr2 PbC12.2PbO Pb(OH)Br PbOx
PbCO3 PbBr2.2PbO PbCO3.2PbO
32.0 12.0 31.4 1.6 10.7 8.3 7.7 7.2 5.5 0.5 5.2 5.6 2.2 0.1 2.2
21.2 1.2 13.8 1.1 0.1 1.0 29.6
-
9
Gambar.1. Diagram aliran merkuri di biosfer
Fungisida
Sungai dan laut
Bahan-bahan industri
Air minum Biodegradasi
Dimakan manusia
Kotoran
Otak
dan
syaraf hati ginjal
Ekskresi
Fitoplankton
burung
Ikan &
kerang
Zooplankton
Usus halus
-
10
Gambar .2. Hubungan antara berbagai bentuk merkuri dan
sifat-sifatnya di dalam
tubuh
E. Bahan Pencemaran Lain
1. Deterjen
Deterjen dalam arti luas adalah bahan yang digunakan sebagai
pembersih,termasuk sabun cuci piring alkali dan cairan
pembersih. Definisi yang
lebih spesifik dari deterjen adalah bahan pembersih yang
mengandung senyawa
petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya. Surfaktan merupakan
bahan pembersih
utama yang terdapat dalam deterjen. Penggunaan deterjen sebagai
bahan
pembersih terus berkembang dalam 20 tahun terakhir. Hal ini
disebabkan deterjen
mempunyai efisiensi pembersihan yang baik, terutama jika
digunakan di dalam air
sadah atau pada kondisi lainnya yang tidak menguntungkan bagi
sabun biasa.
2. Insektisida
Insektisida banyak digunakan untuk berbagai tujuan melawan
serangga,
misalnya membasmi hama tanaman,membersihkan lingkungan dari
serangga
pembawa penyakit, mengawetkan bahan bangunan, membasmi hama
gudang, dan
Merusak ginjal:
Hati dan otak;
Waktu retensi
pendek
Hg anorganik
Alkil Hg
(organik) Aril Hg
(organik)
Merusak
semua,tenunan,termas
uk otak;waktu retensi
lama
Transformasi did
lam tubuh dan
lingkungan
Transformasi
oleh
mikroorganisme
Semua beracun
dalam jumlah cukup
-
11
sebagainya. Pada saat ini telah diketahui berjuta-juta spesies
serangga ,dan
beberapa ribu spesies beberapa diantaranya sering menimbulkan
masalah. Dengan
perkembangan teknologi pada saat ini, insektisida yang paling
banyak digunakan
adalah insektisida organik sintetik. Penggunaan insektisida ini
banyak menimbulkan
masalah dalam pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air,
bahan pangan,
dan debagainya.
Insektisida organic sintetik dapat dibedakan atas tiga kelompok
berdasrkan
struktur dan komposisinya,yaitu:
1. Insektisida organokhlorin, misalnya DDT, metosikhlor, aldrin
dan dieldrin
2. Insektisida organofosfor, misalnya parathion dan
malathion
3. Insektisida karbamat, misalnya karbaril (Sevin) dan
baygon
3.Radiokatif
Uranium dan produk-produk pemecahannya merupakan salah satu
contoh
elemen yang mempunyai inti sangat tidak stabil. Disintegrasi
atau pemecahan inti
tersebut akan menghasilkan inti emisi radioaktif yang sangat
berbahaya bagi
makhluk hidup, bahkan mungkin dapat mematikan. Beberapa macam
aktivitas yang
merupakan sumber pontensial pencemaran radioaktif telah
diketahui dan berperan
dalam polusi lingkungan, diantaranya yaitu:
1. Peleburan dan pengolahan logam untuk memproduksi komponen
radioaktif
yang berguna.
2. Penggunaan bahan radioaktif untuk senjata nuklir.
3. Penggunaan bahan radioaktif untuk pembangkit tenaga
nuklir.
4. penggunaan bahan radioaktif untuk pengobtan, industri, dan
penelitian.
F. Penanganan Air Buangan
Air yang tealah digunakan untuk keperluan industri, irigasi,
keperluan rumah
tangga, dan keperluan lainnya sering di kembalikan lagi ke
sumber asalnya .
keadaan ini merupakan masalah karena semakin lama jumlah polutan
di dalam air
tersebut menjadi semakin tinggi. Bab ini akan menjelaskan secara
singkat mengenai
penaganan air buangan atau limbah cair,baik secara fisik, kimia,
maupun biologis.
Bentuk control polusi air yang paling umum dilakukan di dalam
industri-
industri terdiri dari sistem buangan dan penanganan air buangan.
Air buangan
dikumpulkan melalui sistem buangan dan dialirkan ke tempat
pengolahan limbah,
dimana air buangan yang keluar dari tempat pengolahan limbah
tersebut diharapkan
mutunya sudah memenuhi syarat untuk dibuang kembali ke dalam
suplai air umum .
-
12
proses penanganan air buangan pada prinsipnya terdiri dari tiga
tahap, yaitu: proses
penanganan primer, sekunder, dan tersier atau lanjut.
11.4. STUDI KASUS
Kasus 1
Pelayanan Air Minum Jakarta dan Pencemaran Air
I. Krisis Air
Sekitar 65 persen penduduk Indonesia atau sekitar 125 juta jiwa
menetap di Pulau
Jawa yang luasnya hanya tujuh persen dari seluruh luas daratan
Indonesia.
Sementara dari sudut potensi air hanyalah 4,5 persen dari total
potensi air di
Indonesia sehingga menimbulkan benturan kepentingan. Dipandang
dari segi
pengembangan sumber daya air, permasalahan air di Jawa termasuk
kategori kritis.
Kerusakan Sungai
Sebanyak 64 dari total 470 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada
di Indonesia saat
ini dalam kondisi yang kritis. Dari 64 DAS kritis tersebut,
berada di Sumatera 12
DAS, Jawa 26 DAS, Kalimantan 10 DAS, Sulawesi 10 DAS, Bali, NTB
dan NTT 4
DAS, Maluku serta Papua 2 DAS.
Pencemaran Sungai
Kualitas air sungai di Indonesia pada umumnya telah dipengaruhi
oleh limbah
domestik yang masuk ke badan air di samping limbah lainnya yang
berasal dari
industri, pertanian maupun peternakan. Pemantauan kualitas air
sungai dilakukan di
30 propinsi Indonesia tahun 2004 dengan frekwensi pengambilan
sampel sebanyak
dua kali dalam setahun. Hasil pemantauan menunjukkan parameter
DO, BOD,
COD, fecal coli dan total coliform mayoritas sudah tidak
memenuhi kriteria mutu air
kelas I menurut PP 82 Tahun 2001. Untuk parameter biologi, fecal
coli dan total
coliform dapat dikatakan bahwa mayoritas sungai yang terdapat di
kota padat
penduduk seperti di pulau Jawa cenderung lebih tercemar oleh
bakteri tersebut,
seperti di Sungai Progo (Jateng dan Yogyakarta), Sungai Ciliwung
(Jakarta), dan
Sungai Citarum (Jawa Barat).
Pencemaran Air Tanah
Pemantauan terhadap 48 sumur dilakukan di Jakarta pada tahun
2004. Hasil
pemantauan menunjukkan hampir sebagian besar sumur yang dipantau
telah
mengandung bakteri coliform dan fecal coli. Persentase sumur
yang telah melebihi
-
13
baku mutu untuk parameter Coliform di seluruh Jakarta cukup
tinggi, yaitu mencapai
63% pada bulan Juni dan 67% pada bulan Oktober. Kualitas besi
(Fe) dari air tanah
di wilayah Jakarta terlihat semakin meningkat, dimana beberapa
sumur memiliki
konsentrasi Fe melebihi baku mutu. Presentase jumlah sumur yang
melebihi baku
mutu Mn di seluruh DKI Jakarta secara umum sebesar 27% pada
bulan Juni dan
meningkat pada bulan Oktober sebesar 33%. Untuk parameter
detergen (MBAS),
presentase jumlah sumur yang melebihi baku mutu di DKI Jakarta
sebesar 29%
pada bulan Juni dan meningkat menjadi 46% pada bulan
Oktober.
Umumnya, air sumur yang didapat berwarna kuning dan agak berbau.
Ditambah lagi,
hanya 400 dari sekitar 4,000 industri di Jakarta yang mengelola
limbahnya. Tidak
ada sistem sanitasi di Jakarta sehingga air limbah seluruhnya
dibuang ke sungai.
Hanya sekitar 2 % air limbah di Jakarta mengalir ke instalasi
pengolah air limbah,
yang umumnya hanya melayani gedung perkantoran dan sejumlah
perumahan.
Sekitar 39% warga Jakarta memiliki septic tank, dan 20 %
menggunakan lubang WC
biasa (pit latrines).
II. Air Minum
Hanya sekitar 40 % warga di perkotaan dan kurang dari 30 % warga
pedesaaan.
yang tersambung dengan jaringan air minum (PAM). Air minum
langsung (potabel
water) tidak dibangun di Indonesia sehingga air dari keran harus
dimasak terlebih
dahulu. Bagi warga perkotaan yang tidak terlayani oleh jaringan
pipa air minum,
sumber air minum berasal dari air tanah, air kemasan, atau dari
penjual air keliling.
Dari 306 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang ada di
Indonesia, hanya 10 %
yang dalam keadaan sehat. Selebihnya (90%) dalam keadaaan kurang
baik dan
beberapa diantaranya kondisi kritis. Pemerintah merencanakan
untuk memberikan
bantuan likuiditas kepada PDAM yang kolaps. Langkah tersebut
merupakan bagian
dari restrukturisasi PDAM yang dimulai tahun depan.
Pengalaman: Privatisasi Air Jakarta
Dari sisi pelayanan, paska privatisasi kepada kedua mitra asing,
tidak mengalami
perbaikan dan peningkatan yang berarti. Ini terlihat dari
sejumlah indikator utama
kualitas pelayanan air minum. Target pertambahan pelanggan dari
tahun 1998-2000
tidak mencapai ketentuan kontrak, dan lebih rendah dibanding
pertumbuhan
sebelumnya oleh PAM Jaya. Target teknis pemakaian air tidak
tercapai, tetap
dibawah kinerja PAM Jaya.
-
14
Tingkat kebocoran pipa juga tidak sesuai dengan klausul dalam
kontrak dan harapan
masyarakat. Tingkat kebocoran pada saat dikelola PAM Jaya
sebesar 53 %, kini
berkisar pada angka 48%. Namun, untuk menekan tingkat kebocoran
(non revenue
water) kedua mitra asing hanya melakukan pembatasan
pengoperasian mesin
pompa yang terdapat disetiap instalasi. Dampaknya sejumlah
daerah dalam
jangkauan pelayanannya malah mengalami kekurangan air (Komparta,
2005).
Pelanggan Air Minum
Sebelum terjadi privatisasi pertambahan pelanggan baru periode
1988-awal 1998
mencapai antara 9.698-63.934 pelanggan per tahun.. Sedangkan
setelah privatisasi,
pertambahan jumlah pelanggan justru merosot drastis. Pada 1998,
antara Februari-
Desember, dua mitra swasta meraup pelanggan baru sebanyak 21.533
pelanggan.
Jumlah ini jauh lebih kecil dari perolehan pelanggan baru yang
digaet PAM Jaya
pada 1997 sebelum terjasi privatisasi yaitu 63.934 pelanggan
baru. Bahkan, pada
1999 (semester pertama) perolehan pelanggan baru dua mitra
swasta asing merosot
tajam menjadi hanya 4.879. Bandingkan dengan perolehan PAM Jaya
sebelum
terjadi privatisasi pada Januari 1998 (Perolehan pelanggan baru
untuk satu bulan)
sebesar 5.804. Sedangkan dari sisi rasio warga yang terjangkau
sebelum dan
sesudah privatisasi tidak berubah signifikan. Pada 1997 sebelum
privatisasi
dilakukan, sebanyak 52% warga Jakarta terjangkau PAM Jaya.
Sedangkan setelah
privatisasi menjadi 59% (2002).
Kualitas Air PDAM
Sementara dari sisi kualitas air relatif tidak berubah sebelum
dan sesudah
privatisasi. Bahkan untuk beberapa indikator seperti konsentrasi
deterjen, setelah
privatisasi, kualitas airnya justru menurun. Pada 1998 misalnya,
konsentrasi deterjen
mencapai 0,12 mg/l. Demikian juga pada 1999 dengan konsentrasi
deterjen sebesar
0,17 mg/l. Padahal standar konsentrasi deterjen adalah 0,05
mg/l. Bandingkan
dengan sebelum privatisasi, konsentrasi deterjen masih memenuhi
standar seperti
pada 1993 (0,031 mg/l) dan 1994 (0,016 mg/l). (tabel 14)
Tarif Air
Tarif air di jakarta rata-rata Rp. 5.000 permeter kubik,
termasuk yang paling tinggi di
Indonesia. Tarif tinggi karena sejak awal kontrak sudah mahal,
yakni Rp. 1.700. Tariff
terus mengalami kenaikan karena inflasi, dan kenaikan tarif
otomatis tiap semester
(6 bulan). Dari tariff demikian, sebanyak Rp. 4.600 untuk
membayar imbaln kepada
operator asing (PDAM Lyonnaise dan ThamesPAM Jaya). Sisanya
untuk bayar
-
15
utang PDAM kepada pemerintah, defisit, serta badan regulator.
Apabila kenaikan
tarif air otomatis tidak disetujui Pemerintah, maka kedua
operator asing akan
membebankan selisih Water Charge (imbalan air) dan Tariff Air
kepada Pemerintah
DKI sebagai utang. Saat ini Pemerintah DKI justru memiliki
hutang sekitar Rp. 900
milliar kepada operator asing karena tariff air tidak dinaikkan
dalam periode 1998-
2001.
Pelayanan
Sementara mengenai tingkat layanan, warga menganggap kualitas
air minum
setelah privatisasi tetap keruh dan berbau tidak sedap. Demikian
pengakuan warga
yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pelanggan dan Masyarakat
(FKPM).
Selain mengeluh soal kualitas air minum, warga juga
mempersoalkan distribusi air
bersih yang tidak merata. "Rumah yang berada di pinggir jalan
besar bisa mendapat
air dengan lancar, sementara rumah di tengah perkampungan airnya
sering mati,"
kata Ahmad Syarifudin, Ketua Dewan Kelurahan (Dekel) Semper
Barat, Jakarta
Utara. Distribusi air yang tidak merata akibat kecilnya tekanan
air dikeluhkan anggota
Lembaga Masyarakat Kota Jakarta Barat, Sukarlan. Menurut dia,
selama bertahun-
tahun warga di Kelurahan Kedaung, Kaliangke, Jakarta Barat,
harus mencari air
sekitar pukul 03.00 karena air baru mengalir pada jam-jam
tersebut. Warga
perumahan Taman Palem Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat juga
mengaku sering
frustasi terhadap pelayanan PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja) yang
dianggapnya
tidak peka terhadap kesulitan yang dialami konsumennya. Mereka
mengeluh meski
air tidak menetes, tagihan rekening terus mengalir. Itu baru
keluhan warga secara
individual. Bagaimana gambaran warga secara keseluruhan terhadap
Themes Jaya
dan Palyja? Studi yang dilakukan dalam rangka Ex-Post Evaluation
For ODA Loan
Projects (2001) menyatakan bahwa bahwa sekitar 40% responden
tidak puas
dengan layanan Thames PAM Jaya.
Kelas I, yaitu air yang dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas II, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, budi daya ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
http://www.
walhi.or.id/kampanye/air/privatisasi/051128_air_li/
-
16
Kasus 2
Pencemaran Citarum di Fase Terberat
SUNGAI Citarum semakin "muram" bahkan "menangis" meratapi
keadaannya yang semakin parah. Sungai terpanjang di Jawa Barat ini
merupakan sumber air minum bagi DKI Jakarta, Kab. Bekasi, Kab.
Karawang, Kab. Purwakarta, Kab. Bandung, Kota Bandung, dan Kota
Cimahi. Tetapi, fungsi yang pernah disandang Citarum kini berubah.
Hampir di semua lokasi di Bantaran Sungai Citarum ditetapkan dengan
status air tercemar berat. Dari empat skala pencemaran (A,B,C, dan
D), status pencemaran sudah mencapai angka paling berat alias
"beracun". "Pada penelitian yang kita lakukan di tahun 2007, status
mutu air Citarum berada pada indeks pencemaran D, yaitu tercemar
berat," tutur Setiawan Wangsaatmaja, Kepala Bidang Pengendalian
Lingkungan Hidup, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLHD)
Jabar.
Hal tersebut tak dapat dimungkiri, secara fisik pun dapat
dilihat kondisi Citarum yang tercemar. "Dulunya jernih, ini mah
karena ada limbah dari pabrik-pabrik di Majalaya," tutur Sam (25),
penduduk Desa Mekarsari, Baleendah. Sungai yang mempunyai luas
seluruhnya 6.080 km2 dan panjang sungai 269 km ini mempunyai
kualitas air berkelas IV, yang hanya dapat dimanfaatkan untuk
pertamanan atau pengairan. "Kalau sudah sampai kelas IV, ya jangan
diminum. Air pada kelas IV hanya boleh dilakukan untuk pertamanan,"
ucap Setiawan. Dengan status tercemar berat dan kualitas air yang
sangat rendah, Citarum tak dapat lagi berfungsi sebagai sumber mata
air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Dari segi
kesehatan, cemaran logam berat dapat membahayakan kehidupan warga
yang tinggal di sekitarnya. Dalam pengujian yang dilakukan BPLHD
Jabar sebanyak tiga kali dalam setahun, ditemukan kandungan nitrit
(NO2), timbal (Pb), klorin (Cl), fosfat (PO4), seng (Zn), boron
(B), tembaga (Cu), dan sulfat (SO4) yang melebihi ambang batas.
Keracunan nitrit dapat mengakibatkan methemoglobinema atau penyakit
baby blue yang rentan menyerang bayi berumur kurang dari empat
bulan. "Kalau kandungan logam berat, pasti berbahaya untuk makhluk
hidup, bisa berakibat sangat fatal," lanjut Setiawan. Selain itu,
ditemukan juga bakteri koli dalam jumlah besar. Keberadaan bakteri
itu menunjukkan air telah tercemar kotoran makhluk hidup.
"Kandungan koli yang paling besar itu dapat menyebabkan sakit
perut," tutur Atih Witartih, Kepala Subdinas Pengendalian
Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kab. Bandung.
Tingkat kerusakan Sungai Citarum sudah mencapai taraf sangat
parah. Walaupun airnya masih berwarna cokelat, belum hitam, tetap
saja air sungai itu tidak dapat dimanfaatkan oleh warga. "Kita ini
jangan jadi bangsa yang kagetan, padahal setiap tahun mengalami
masalah yang sama. Jangan kaget kalau banjir lagi atau kekurangan
air lagi, toh setiap tahun pasti mengalami hal yang sama.
Pencemaran air sungai itu akibat ulah manusia, jadi jangan kaget
kalau kebanjiran, kekeringan, dan terserang wabah penyakit," tutur
Otto Soemarwoto, pakar ekologi Indonesia. Keadaan berbahaya itu pun
tidak diindahkan warga walaupun peringatan selalu diberikan oleh
pihak yang berwenang. Kita selalu menyosialisasikan bahaya Citarum
kepada masyarakat," ucap Setiawan. Peringatan tersebut cenderung
tidak digubris oleh masyarakat. "Saya mah jaring ikan kaya gini
udah dari kecil. Tidak pernah ada keluhan, sudah biasalah," ucap
Opik (30), di tengah kesibukannya menjaring ikan. Tidak adanya
keluhan dari warga membuat Dinas Kesehatan beranggapan bahwa
Citarum baik-baik saja. "Hingga sejauh ini belum pernah ada laporan
mengenai adanya gangguan kesehatan dengan taraf parah yang diderita
warga yang tinggal di
-
17
sekitar Citarum," ungkap Budi Satrya, S.Km., staf di bagian
tempat-tempat umum dan industri Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa
Barat.
Citarum yang mempunyai potensi sebagai sumber irigasi bagi
300.000 ha tanah pertanian mulai tercemar pada tahun 1986, saat
tumbuh banyak industri di sekitar bantaran Sungai Citarum. "Adanya
industri pasti ada turunannya, seperti adanya permukiman,
apartemen, dan segala macam itu pun semua sebenarnya ikut
menyumbang limbah di Sungai Citarum," tutur Setiawan. Tak hanya
itu, perubahan tata guna lahan, erosi, sedimentasi, banjir,
pemompaan pada air tanah yang berlebihan yang dilakukan oleh
pabrik-pabrik juga menjadi satu mata rantai permasalahan Sungai
Citarum. "Pabrik dalam hal ini sangat berperan dalam mencemari air
sungai, bahan kimia yang mereka pakai tidak pernah diketahui kadar
idealnya seberapa banyak. Kebanyakan dari mereka, memakai bahan
kimia yang berlebihan," tutur Otto.
Dari penelitian yang dilakukan BPLHD, logam berat yang di
kandung oleh Citarum memang berasal dari pembuangan limbah oleh
pabrik-pabrik nakal, yang menidurkan IPAL (instalasi pengelolaan
air limbah) mereka dan memilih membuang limbah langsung ke Citarum.
Bukan tanpa alasan hal itu dilakukan oleh pabrik-pabrik. Pengolahan
limbah mahal dan memerlukan banyak biaya. "Kalau ada inspeksi, IPAL
mereka hidupkan, kalau tidak, ya dimatikan. Biasanya, malam-malam
mereka buang, ketika secara visual, orang tidak tahu," ucap
Setiawan. Bagi pelaku-pelaku yang terbukti melanggar hukum
lingkungan ini tentu saja akan diperkarakan secara hukum. "Untuk
sampai sebuah pidana dalam hukum lingkungan, itu sudah luar biasa.
Karena itu kan perlu bukti-bukti, dan susah untuk mencari
bukti-bukti tersebut," ujar Setiawan. Sebelum sampai pada tahap
diajukan ke pengadilan, pabrik yang terbukti melanggar sebelumnya
telah diberikan pengawasan dan pembinaan.
Mekanisme pengajuan pelanggaran yang dilakukan oleh pabrik nakal
akan dilakukan apabila PPLH (Pegawai Pengawas Lingkungan Hidup)
yang mengawasi pabrik-pabrik tersebut menemukan bukti-bukti yang
cukup. Kemudian dari hasil temuan, PPLH meminta PPNS (Penyidik
Pegawai Negeri Sipil) atau pihak kepolisian melakukan penagkapan
terhadap pihak yang melakukan kejahatan lingkungan tersebut. TIdak
semua pabrik melakukan hal tersebut. Salah satu pabrik yang
benar-benar menerapkan IPAL-nya adalah PT Daliatex di Dayeuhkolot.
Pabrik yang memproduksi kain jenis georgette ini telah mengelola
sendiri limbah cair hasil proses produksinya sejak 1999 yang
sebelumnya bergabung dengan IPAL terpadu di Cisirung. "Demi alasan
keefektifan, akhirnya kami memilih untuk mengelola sendiri," ungkap
staf keselamatan lingkungan PT Daliatex, Rahmat.
Jumlah industri di wilayah Kab. Bandung yang berpotensi
mengeluarkan limbah 144 pabrik yang semuanya telah memiliki IPAL.
Pabrik tersebut kebanyakan pabrik tekstil. Dari jumlah tersebut 27
pabrik di antaranya berada di Dayeuhkolot yang pengolahan limbahnya
dilakukan IPAL Raksasa Cisirung. Sedangkan jumlah pabrik di wilayah
Bandung Barat yang berpotensi mengeluarkan limbah 47 pabrik. Untuk
mengantisipasi agar Sungai Citarum tidak tercemar berat, pemerintah
mewajibkan kepada pemilik pabrik untuk mengirimkan laporannya pada
waktu tertentu tentang kadar airnya setelah diproses. "Laporan ini
sifatnya wajib bagi pemilik pabrik yang harus dilaporkan 1 bulan
sekali," kata Indra Martono, Plt. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bandung.
Limbah yang mencemari sungai tersebut terdiri atas limbah
industri dan limbah domestik seperti sampah. Dari hasil pemantauan
di lapangan, justru yang terbesar adalah sampah yang memadati
sungai tersebut. Volume sampah yang mencemari
-
18
anak sungai tersebut sekitar 70%, kemudian industri 16%,
pertanian 2 % dan sisanya adalah peternakan. Karena kondisinya
seperti itu, pemerintah pun memprioritaskan bagaimana menanggulangi
agar volume sampah bisa ditekan. Sampah yang berupa fisik ini cukup
berbahaya bagi keberadaan Sungai Citarum. Jika dibiarkan tentu
lingkungan di sepanjang Sungai Citarum akan rusak yang akan
berdampak kepada kehidupan penduduk. Jenis sampah yang dibuang
masyarakat yaitu sampah organik seperti daun, kertas atau benda
lain yang bisa cepat terurai. Namun, sampah nonorganik seperti
plastik pun cukup mendominasi. Sampah nonorganik inilah yang bisa
merusak lingkungan sungai karena sifatnya tidak cepat terurai
seperti plastik pembungkus dan botol minuman.
Banjir yang sering terjadi di beberapa wilayah Kabupaten
Bandung, selain karena sedimentasi juga karena sampah nonorganik
ini. Sampah itu menumpuk menjadikan aliran sungai menjadi
terhambat. Sistem sanitasi yang buruk menjadi masalah lain yang
ikut mendorong limbah citarum. Hal itu dilakukan tak hanya oleh
penduduk sekitar Citarum tapi juga penduduk Kota Bandung, umumnya.
Dalam pembangunan rumah seharusnya mempunyai IMB (izin mendirikan
bangunan), yang salah syaratnya harus mempunyai septic tank (tempat
pembuangan). Tapi pada kenyataannya tidak semua penduduk punya itu.
"Sampai kapan pun kita juga susah untuk menyelesaikan masalah ini,"
kata Setiawan. Tata ruang yang tidak jelas juga ikut memperburuk
kondisi Citarum. Dulunya daerah yang berfungsi sebagai daerah
resapan sekarang sudah menjadi daerah bangunan. BPLHD mencatat
penutupan lahan sebagai lahan permukiman dari tahun 1983 sampai
tahun 2002, untuk daerah permukiman naik mencapai 233%, industri
naik 868%, sedangkan lahan pertanian menurun 55%. "Jika ingin
menyelesaikan masalah Citarum, tidak Citarumnya saja, tetapi juga
daerah tangkapan air sekitar Citarum. Hal itu juga memengaruhi,"
ungkap Setiawan.
Tak hanya berbahaya untuk lingkungan sekitar dan masyarakat,
pencemaran air Citarum juga memicu percepatan sedimentasi waduk.
Meningkatnya sedimentasi secara kontinyu dan buruknya mutu air
akibat berbagai polutan yang meracuni Citarum. Hal tersebut dapat
mengancam kinerja PLTA Saguling yang menjadi andalan pasokan
listrik interkoneksi Jawa-Bali. PLTA yang semula dirancang untuk
hidup dan menyuplai persediaan energi listrik selama 59 tahun itu
hanya akan mampu bertahan selama 45 tahun. Dengan kata lain sisa
hidupnya tinggal 23 tahun saja. Bahkan, jika kondisi terus
memburuk, waktu Saguling untuk tutup usia semakin dekat dan
mendekatkan Jawa-Madura-Bali pada krisis energi listrik. Saat ini,
laju sedimentasi yang mencapai angka 4,2 juta meter kubik per tahun
telah melewati ambang batas yang ditetapkan dalam desain PLTA
Saguling, yaitu kurang dari 4 juta meter kubik per tahun. "Jadi
pendangkalannya lebih cepat dari desain. Sedimentasi 2007 bisa jadi
mencapai 84 atau 85 juta meter kubik," kata Djoni Santoso, Manajer
Lingkungan PT Indonesia Power PLTA Saguling. Bagaimanapun juga
Citarum sudah mengalami kondisi yang kritis. Dibutuhkan integritas
dan komitmen dari berbagai pihak yang ikut bertanggung jawab dalam
menyembuhkan Citarum. (Gungun/"PR"/Wilujeng Kharisma/Arif Budi
Kristanto/ Riesty Yusnilaningsih/Windy Eka Pramudya/Novianti
Nurulliah)***
http://pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=9732
25 Maret 2008
-
19
11.5. TUGAS
Berikan pembahasan secara cerdas dan ringkas untuk persoalan
berikut :
1. Jelaskan apa yang anda ketahui mengenai air, bagaimana
hubungannya
peradaban manusia ?
2. Berikan penjelasan mengenai pencemaran air !
3. Apakah air yang kita minum sehari-hari merupakan air murni
?
4. Jelaskan pengelompokan mengenai bahan pencemar (polutan)
!
5. Jelaskan mengenai sifat-sifat air tercemar !
6. Apa yang dimaksud dengan biochemical oxygen demand (BOD) dan
cjemical
oxygen demand ?
7. Jelaskan mengenai pengaruh logam berat yang terkandung dalam
air dan
pengaruhnya terhadap lingkungan !
8. Pelajari kasus 1 Pelayanan Air Minum Jakarta dan Pencemaran
Air. Berikan
pendapat anda !
9. Begitu pula untuk kasus 2 Pencemaran Citarum di Fase
Terberat,
bagaimana opini anda ?
REFERENSI
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius.
Yogyakarta.
Hellawell, J.M. 1986. Biological indicators of freshwater
pollution and environmental management. Elsevier Science Pub. Co.,
Inc.,New York, NY.
Mance, G. 1987. Pollution threat of heavy metals in aquatic
environments. Elsevier Science Pub. Co. Inc.,New York, NY
http://pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=9732
http://id.wikipedia.org/wiki/Air
http://www.
walhi.or.id/kampanye/air/privatisasi/051128_air_li/
http://www.ampl.or.id/news/html/%5Bedisi-39%5D%20e-Newsletter.htm
http://www.ecco-water.com/
http://www.ecoton.or.id/tulisanlengkap.php?id=1419
-
20