Page 1
1
Kosakata dalam Tulisan Siswa Kelas 3 SD: Studi Kasus di SDN Kedungwungu 01 Tegal
Fenisa Zahra, Niken Pramanik
Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini mengamati kosakata yang digunakan oleh siswa kelas 3 SD dalam menulis tulisan bertema “Keluarga”
di SDN Kedungwungu 01 Tegal. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data
dilakukan dengan meminta siswa kelas 3 SD untuk menulis tulisan bertema “Keluarga”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak hanya ditemukan penggunaan kosakata dalam bahasa Indonesia, namun juga ditemukan
kata yang berasal dari bahasa Jawa. Selain itu, dalam data juga ditemukan penggunaan kata dalam ragam nonstandar
dan variasi penulisan kata. Kategori nomina merupakan kategori kata yang paling banyak digunakan. Dari ketiga
belas kategori kata, hanya interogativa yang tidak ditemukan dalam data.
Kata Kunci : Kosakata, Kategori Kata, Tulisan Anak, Morfosintaksis
Vocabulary in Writing of 3rd Grade Students: A Case Study in SDN Kedungwungu 01 Tegal
Abstract
This research analyzed the use of vocabulary by 3rd grade students in writing the article themed “Family” in SDN
Kedungwungu 01 Tegal. This research is a qualitative and quantitative research. To collect data, researcher
requesting the 3rd grade students to write the article themed "Family". The results showed that the use of vocabulary
is not only found in the Indonesian language, but also found a word that comes from the Javanese language. In
addition, the data is also found in a variety of nonstandard use of words and spelling variations of words. Noun is the
category most widely used word. Of the thirteen categories of words, interrogative word not found in the data.
Key words : Vocabulary, Category of Word, Children’s Writing, Morfosyntax
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 2
Pendahuluan
Menurut Alwi dkk (2003: 7), berdasarkan sarananya, ragam bahasa dibagi atas ragam
lisan dan ragam tulisan. Kridalaksana dan Sutami dalam Kushartanti dkk (2005: 65) menjelaskan
bahwa bahasa lisan merupakan hal yang utama dan mendasar yang dimiliki manusia. Namun di
sisi lain, bahasa juga memiliki wujud tulis yang merupakan hasil perkembangan budaya, yaitu
bahasa tulis.
Piaget dalam Suparno (2001: 56) berpendapat bahwa bahasa ucapan atau lisan seseorang
tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dipelajari. Seorang anak belajar bahasa agar ia dapat
beradaptasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Saat ia mengucapkan satu kata, ia dapat
berkomunikasi lebih efektif dengan orang tuanya dan kebutuhannya terpenuhi. Selanjutnya, anak
ingin lebih mengerti kata-kata lain agar dapat lebih beradaptasi dengan lingkungannya.
Selain terampil berbahasa lisan, keterampilan berbahasa seorang anak juga dilihat dari
bagaimana kemampuannya menulis. Keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan
berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain (Tarigan, 2008: 3). Keterampilan
berbahasa, baik berbahasa lisan maupun tulis, merupakan keterampilan yang diperlukan oleh
manusia agar dapat berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Perera (1994: 207), bahasa tulis memiliki struktur dan satuan bentuk tertentu.
Kaidah struktur dan bentuk dalam bahasa tulis tersebut perlu dipelajari oleh anak sejak dini.
Penguasaan sistem tulisan yang belum mantap dapat menghambat seseorang ketika
menyampaikan gagasannya dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, kaidah struktur dan bentuk
dalam bahasa tulis perlu untuk diperhatikan, seperti pemilihan kata, tata bahasa, dan ejaan.
Penguasaan kosakata yang dimiliki seseorang akan mendukung keterampilannya dalam
mengungkapkan gagasannya. Menurut Nurgiyantoro (2001: 166), kosakata merupakan alat utama
yang harus dimiliki seseorang yang akan belajar bahasa sebab kosakata berfungsi untuk
membentuk kalimat serta mengutarakan isi pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun
tertulis.
Tarigan (1984: 2) menyatakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa seseorang
bergantung kepada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya. Keterampilan
mengungkapkan dan menerima ide dengan baik sangat berhubungan dengan kosakata. Dengan
menggunakan kosakata yang baik dan benar, seseorang dapat mengungkapkan gagasannya
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 3
dengan tepat serta dapat diterima oleh orang lain. Oleh karena itu, pemerolehan kosakata harus
dimaksimalkan sejak dini. Menurut Sarjono (2001: 61—62), pemerolehan bahasa anak dimulai
dengan pemerolehan kosakata dasar. Kosakata dasar tersebut universal hingga jenis dan
karakteristiknya sama pada semua bahasa di dunia.
Gleason dalam Santrock (2007: 365) mengemukakan bahwa setelah memasuki masa kanak-
kanak menengah dan akhir, seseorang mulai mengategorikan kosakata mereka dengan bagian
dari pembicaraan. Pada masa ini, anak-anak dianggap sudah mampu menggunakan kosakata
sesuai dengan konteks pembicaraan. Dengan begitu, mereka dapat mengungkapkan hal yang ada
dalam pikirannya dengan menggunakan kosakata yang benar dan sesuai sehingga orang lain
dapat menangkap makna dari hal yang ingin disampaikan.
Kemampuan berbahasa seseorang memang ditunjang oleh beberapa aspek, salah satunya
dengan memiliki kekayaan kosakata. Santrock (2007: 364) menyatakan bahwa selama masa
kanak-kanak menengah dan akhir, anak-anak membuat banyak kemajuan kosakata dan tata
bahasa mereka. Masa kanak-kanak menengah dan akhir tersebut adalah usia sekolah.
Lingkungan sekitar anak-anak juga memengaruhi kemampuan bahasa mereka. Piaget
dalam Cameron (2001: 2) berpendapat bahwa anak pada usia sekolah dasar berada dalam jenjang
praoperasional konkret, yaitu siswa berinteraksi kuat dengan dunia di sekitar siswa dan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi, siswa memecahkan lewat lingkungannya. Di samping itu,
Jahja (2011: 55—56) mengemukakan bahwa status sosial-ekonomi keluarga termasuk ke dalam
faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa.
Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah di daerah pelosok, yaitu SDN Kedungwungu
01 Tegal. Aksesibilitas sekolah ini sangat sulit. Tidak terdapat angkutan umum yang dapat
menjangkau area sekolah ini. Oleh karena aksesibilitasnya yang sulit, bahasa daerah masih aktif
digunakan oleh masyarakat di sana, termasuk oleh siswa-siswa di SDN Kedungwungu 01.
Namun, penelitian ini tidak akan membahas secara rinci mengenai dampak dari kesenjangan
sosial yang dialami oleh sekolah tersebut, melainkan hanya sebagai penelitian awal mengenai
penggunaan kosakata oleh siswa kelas 3 SD yang dapat dilanjutkan dengan penelitian-penelitian
berikutnya.
Siswa kelas 3 dari sekolah tersebut diminta untuk menulis tulisan bertema “Keluarga” lalu
diteliti penggunaan kosakatanya. Dalam penelitian ini, penulis mengelompokkan kosakata yang
digunakan siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal tersebut berdasarkan kategori kata bahasa
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 4
Indonesia menurut Harimurti Kridalaksana dan ditunjang oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Selain itu, penulis juga menganalisis kecenderungan kosakata yang digunakan dengan
menghitung frekuensi dari setiap kata dan rerata penggunaan kategori kata yang terdapat dalam
data.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penggunaan kosakata oleh siswa kelas 3
SD melalui kecenderungan penggunaan kosakatanya dengan menghitung frekuensi penggunaan
kosakata dan rerata penggunaan kategori kata tersebut. Untuk menjawab tujuan ini, penelitian
dilakukan dengan meminta siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal untuk menulis tulisan
bertema “Keluarga”. Penjelasan lebih lengkap mengenai alat pengumpulan data dan responden
akan dipaparkan pada bagian Metode Penelitian.
Tinjauan Teoretis
Kridalaksana (2007: 34) mendefinisikan kata sebagai leksem yang sudah mengalami
proses morfologis. Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis sehingga kata menjadi input dalam
proses sintaksis. Secara morfologis, kata adalah satuan terbesar sehingga kata menjadi output
dalam proses morfologis. Kumpulan dari kata disebut dengan kosakata.
Menurut Soedjito (2009: 24) kosakata dapat didefinisikan ke dalam empat arti, yaitu (1)
semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang
pembicara atau penulis; (3) kata yang dipakai oleh suatu bidang ilmu pengetahuan; dan (4) daftar
kata yang disusun seperti kamus serta uraian secara singkat dan praktis. Arti kedua dari kosakata
yang didefinisikan oleh Soedjito tersebutlah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
Kridalaksana (2007) membagi kata dalam bahasa Indonesia ke dalam 13 kategori.
Kategori kata tersebut adalah verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia,
interogativa, demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, kategori fatis, dan interjeksi. Berikut
ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai ketigabelas kategori kata tersebut.
(1)Verba, sebuah kata dapat dikatakan berkategori verba jika kata tersebut dapat
didampingi oleh partikel tidak dan tidak dapat didampingi oleh partikel di, ke, dari, atau dengan
partikel seperti sangat, lebih, atau agak. Jika dilihat dari bentuknya, verba dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu verba dasar bebas, yang merupakan verba yang berupa morfem dasar bebas; dan
verba turunan, yang merupakan verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan
proses atau berupa paduan leksem; (2)Adjektiva, ciri-ciri kata yang dapat dikategorikan sebagai
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 5
adjektiva adalah dapat bergabung dengan partikel tidak; mendampingi nomina; didampingi
partikel seperti lebih, sangat, agak; mempunyai ciri-ciri morfologis, seperti -er, -f, -i; atau dapat
dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an. Jika dilihat dari bentuknya, adjektiva dapat
dibedakan menjadi adjektiva dasar; adjektiva turunan, yang terbagi menjadi adjektiva turunan
berafiks, adjektiva turunan bereduplikasi, adjektiva berafiks ke-R-an atau ke-an, adjektiva
berafiks -i (atau alomorfnya), dan adjektiva yang berasal dari pelbagai kelas; serta adjektiva
majemuk; (3)Nomina, kata yang termasuk nomina tidak mempunyai potensi untuk bergabung
dengan partikel tidak dan mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Jika dilihat dari
bentuknya, nomina terdiri atas nomina dasar, nomina turunan, nomina paduan leksem, dan
nomina paduan leksem gabungan; (4)Pronomina, berfungsi sebagai pengganti nomina. Kata
yang termasuk pronomina tidak dapat berafiks, namun dapat direduplikasikan; (5)Numeralia,
kata yang termasuk numeralia dapat mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis,
mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak
atau dengan sangat.; (6)Adverbia, kata yang dikategorikan sebagai adverbia dapat mendampingi
adjektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Jika dilihat dari bentuknya,
adverbia terbagi atas adverbia bebas dan adverbia turunan.; (7)Interogativa, kata yang termasuk
interogativa yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau
mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara. Dilihat dari bentuknya, interogativa terdiri
dari interogativa dasar dan turunan; (8)Demonstrativa, kategori demonstrativa berfungsi untuk
menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana. Jika dilihat dari bentuknya, kelas kata ini
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu demonstrativa dasar, turunan, dan gabungan;
(9)Artikula, kata yang termasuk dalam kelas kata artikula dapat mendampingi nomina dasar,
seperti si kancil, sang dewa, para pelajar; nomina deverbal, seperti si terdakwa, si tertuduh;
pronomina, seperti si dia, sang aku; dan verba pasif, seperti kaum tertindas, si tertindas. Artikel
berupa partikel sehingga tidak dapat berafiksasi; (10)Preposisi, merupakan kelas kata yang
terletak di depan kelas kata lainnya, terutama nomina, sehingga terbentuk frase eksosentris
direktif. Preposisi terdiri dari tiga jenis, yaitu preposisi dasar, preposisi turunan, dan preposisi
yang berasal dari kategori lain; (11)Konjungsi, kelas kata konjungsi berfungsi untuk memperluas
satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau
lebih dalam konstruksi. Menurut posisinya, konjungsi di bagi atas konjungsi intra-kalimat, yaitu
konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frase dengan frase, dan klausa
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 6
dengan klausa; serta konjungsi ekstra-kalimat, yang terbagi lagi atas konjungsi intratekstual dan
konjungsi ekstratekstual; (12)Kategori fatis, kategori fatis biasanya terdapat dalam konteks
dialog atau wawancara bersambutan yang diucapkan oleh pembicara dan lawan bicara. Kategori
ini berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara
dan lawan bicara; (13)Interjeksi, interjeksi berfungsi untuk mengungkapkan perasaan pembicara.
Secara sintaksis, interjeksi tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran. Jika dilihat
dari bentuknya, interjeksi terdiri dari bentuk dasar dan bentuk turunan.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif.
Metode kualitatif digunakan untuk memaparkan penggunaan kosakata oleh siswa kelas 3 SDN
Kedungwungu 01 Tegal dalam menulis tulisan bertema “Keluarga”. Di sisi lain, metode
kuantitatif digunakan untuk menghitung frekuensi penggunaan setiap kata dan rerata dari setiap
kategori kata.
Data yang digunakan adalah 27 tulisan bertema “Keluarga” oleh siswa kelas 3 SDN
Kedungwungu 01 Tegal. Dua puluh tujuh siswa tersebut diminta untuk menulis tulisan bertema
“Keluarga” di sebuah kertas yang dibagikan oleh peneliti. Selanjutnya, peneliti secara lisan
memerintahkan 27 siswa tersebut untuk menulis tulisan mengenai keluarga mereka.
Lokasi penelitian ini adalah SDN Kedungwungu 01 Tegal yang terletak di sebuah desa di
pelosok Kabupaten Tegal bernama Kedungwungu. Responden dalam penelitian ini adalah 27
siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal dengan rentan usia 8 sampai 9 tahun. Ke-27 siswa
kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal tersebut merupakan bilingual. Dalam kegiatan sehari-hari,
mereka menggunakan bahasa Jawa. Namun, di lingkungan sekolah, mereka menggunakan bahasa
Indonesia.
Hasil Penelitian
Setelah 27 siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal tersebut menulis tulisan bertema
“Keluarga”, dilakukan pengumpulan data oleh peneliti. Kosakata yang terdapat dalam 27 tulisan
siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal bertema “Keluarga” seluruhnya berjumlah 680 kata.
Frekuensi kemunculan kosakata tersebut berjumlah 2.412 kali. Berikut ini adalah diagram jumlah
kosakata yang digunakan dalam 27 tulisan siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal.
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 7
Diagram Jumlah Kosakata dalam Data
Dari 2.412 kata tersebut, nomina merupakan kategori kata yang paling sering muncul.
Dalam menulis tulisan bertema “Keluarga”, 27 siswa SDN Kedungwungu 01 Tegal tidak hanya
menggunakan kosakata bahasa Indonesia dalam ragam standar, namun juga menggunakan kata
dalam ragam nonstandar, kata dalam bahasa Jawa, dan variasi penulisan kata. Alwi dkk. (2003)
mengungkapkan bahwa bahasa orang yang berpendidikan atau bahasa persekolahan, pada
umumnya memperlihatkan pemakaian bahasa yang apik. Bahasa tersebut biasa disebut dengan
bahasa standar. Namun, dalam tulisan siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal, masih
ditemukan pemakaian bahasa nonstandar.
Responden dalam penelitian ini seluruhnya merupakan bilingual yang menggunakan
bahasa Jawa dialek Tegal dan bahasa Indonesia dalam kesehariannya. Oleh karena itu, dalam data
ditemukan pemakaian kosakata dalam bahasa Jawa. Pemakaian kata dalam bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia yang ditemukan dalam data merupakan salah satu gejala campur kode.
Nababan (1984:32) menjelaskan campur kode sebagai suatu keadaan berbahasa menjadi
lain bilamana orang mencampurkan dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam situasi
berbahasa yang menuntut percampuran bahasa itu. Di samping itu, Kridalaksana (1982: 32)
mengungkapkan batasan campur kode atau interferensi sebagai penggunaan satuan bahasa dari
suatu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di
dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya.
Selain ditemukan kata dalam ragam nonstandar dan kata yang berasal dari bahasa Jawa,
dalam data juga ditemukan variasi penulisan kata. Kata yang mengalami variasi penulisan
tersebut bermakna sama, namun secara ortografis, penulisannya berbeda-beda. Kosakata dalam
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627
JumlahKosakata
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 8
data yang dikatakan sebagai kata yang bermakna sama, namun mengalami variasi penulisan,
dapat diketahui karena adanya hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Dalam 27 tulisan siswa kelas 3 SD tersebut, kategori kata yang muncul adalah verba,
adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia, demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi,
kategori fatis, dan interjeksi. Kategori kata yang tidak ditemukan dalam data adalah interogativa.
Hal ini karena dalam menulis tulisan bertema “Keluarga”, seluruh responden menggunakan
kalimat pernyataan, tidak ditemukan kalimat pertanyaan. Selain itu, dalam data juga ditemukan
pertindihan kelas kata, yaitu satu kata yang sama namun berada dalam lebih dari satu kategori
kata.
Pembahasan
Berdasarkan pemaparan pada bagian hasil penelitian, terdapat keberagaman penggunaan
kosakata oleh siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal. Dalam menulis tulisan bertema
“Keluarga” tersebut, responden tidak hanya menggunakan kata dalam bahasa Indonesia standar
saja, melainkan juga menggunakan kata dalam ragam nonstandar, kata yang berasal dari bahasa
Jawa, dan variasi penulisan kata. Keberagaman kosakata tersebut ditemukan dalam 12 kategori
kata, yaitu verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia, demonstrativa, artikula,
preposisi, konjungsi, kategori fatis, dan interjeksi.
Kosakata yang digunakan oleh 27 siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal tersebut
bukan hanya kata dasar, namun juga kata turunan. Contohnya pada kategori verba, adjektiva,
nomina, numeralia, dan adverbia. Kategori verba dasar yang ditemukan dalam data antara lain
adalah ada, beli, cari, ikut, jatuh, jual, kalah, makan, masak, mati, pulang, tidur, dan tinggal.
Di sisi lain, kata berkategori verba turunan dalam data sudah mengalami proses
morfologis, seperti afiksasi, reduplikasi, serta gabungan reduplikasi dan afiksasi. Dalam data,
verba turunan yang ditemukan antara lain adalah bekerja, berduaan, bersama-sama, jalan-jalan,
membeli, menjadi, dan tersayang.
Selain kategori verba, kategori adjektiva yang ditemukan dalam data juga terdiri atas dua
bentuk, yaitu adjektiva dasar dan adjektiva turunan. Kategori adjektiva dasar yang ditemukan
dalam data antara lain adalah senang, baik, bangga, besar, cantik, ganteng, gembira, imut, jelita,
jujur, manis, marah, sayang, dan sering.
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 9
Kategori adjektiva turunan yang ditemukan dalam data antara lain adalah anak-anak dan
baik-baik. Kedua kata tersebut telah mengalami proses reduplikasi. Kridalaksana (2007: 12)
mengemukakan bahwa reduplikasi adalah proses berubahnya leksem menjadi kata kompleks
dengan beberapa macam proses pengulangan. Berikut ini adalah penggunaan adjektiva turunan
dalam data.
Di samping itu, kategori nomina dasar yang ditemukan dalam data antara lain adalah
ayah, adik, kakak, jakarta, tegal, nasi, padi, orang, dan pita. Selain nomina dasar, dalam data
ditemukan pula nomina turunan. Nomina turunan yang ditemukan antara lain adalah boneka-
bonekaan, gorengan, mainan, pengajian, dan seorang.
Kata berkategori nomina tidak hanya ditemukan dalam bentuk dasar dan turunan saja,
melainkan juga dalam bentuk paduan leksem. Dalam data, nomina paduan leksem yang
ditemukan antara lain adalah ART, bubur ayam, kolam berenang, lalu lintas, jawa timur, rumah
tangga dan orang tuanya. ART merupakan bentuk singkatan dari Asisten Rumah Tangga.
Pada kategori numeralia, ditemukan bentuk dasar dan turunan. Kategori numeralia dasar
yang ditemukan dalam data antara lain adalah satu, 1, 2, 4, 5, dua, enam, perta, pertama, petama,
semua, satu, satunya, dan tiga. Di samping itu, kategori numeralia turunan yang ditemukan
adalah ke(satu), kedua, keempat, kesatu, ketiga, dan setiap.
Kategori adverbia yang ditemukan dalam data juga berbentuk kata dasar dan turunan.
Kata berkategori adjektiva dasar yang ditemukan dalam data antara lain adalah aja, banget,
bareng, belum, bisa, bukan, doang, juga, lagi, mau, mulu, dan pernah. Kategori adverbia turunan
yang ditemukan adalah kadang kadang, kepingin, lagi lagi, dan sekuat kuatnya.
Dalam data juga ditemukan kosakata dalam ragam nonstandar. Kategori verba dalam
ragam nonstandar yang ditemukan dalam data antara lain adalah minta dan nikah; kategori
adjektiva dalam ragam nonstandar yang ditemukan dalam data antara lain adalah cepet dan gede;
kategori nomina dalam ragam nonstandar yang ditemukan dalam data antara lain adalah
biyayaku, jakat, sapam, semeka, dan watu; kategori pronomina dalam ragam nonstandar yang
ditemukan dalam data adalah kata sendiria, yang dicurigai sebagai ragam nonstandar dari kata
sendirian; kategori adverbia dalam ragam nonstandar yang ditemukan dalam data antara lain
adalah aja, banget, bareng, doang, dan engga; kategori preposisi dalam ragam nonstandar yang
ditemukan dalam antara lain adalah sama dan ama; serta buat; kategori konjungsi dalam ragam
nonstandar yang ditemukan dalam data adalah tapi dan terus.
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 10
Pada umumnya, ragam lisan merupakan ragam nonstandar sehingga kategori fatis terdapat
dalam kalimat-kalimat nonstandar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek
regional. Begitu pula dalam 27 tulisan siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal yang sifat
kedaerahannya masih kental, termasuk dalam penggunaan kosakatanya. Dalam data ditemukan
penggunaan kata ko dan ya. Selain itu, ditemukan pula dua kata yang bergabung menjadi sebuah
frase sehingga berkategori interjeksi. Kata tersebut adalah ya dan ampun. Kata-kata tersebut
termasuk ke dalam ragam nonstandar.
Dalam 27 tulisan siswa kelas 3 SD tersebut, tidak hanya terdapat kata yang berasal dari
bahasa Indonesia saja, namun juga terdapat kata yang berasal dari bahasa Jawa. Kategori kata
yang berasal dari bahasa Jawa yang muncul dalam 27 tulisan siswa kelas 3 SDN Kedungwungu
01 Tegal tersebut adalah verba, nomina, preposisi, dan konjungsi.
Kategori verba yang berasal dari bahasa Jawa yang ditemukan dalam tulisan siswa kelas 3
SDN Kedungwungu 01 Tegal berjumlah 5 kata, yaitu dolan, gepuk, makani, megawe, dan nusu.
Pada nomina, ditemukan 28 kata yang berasal dari bahasa Jawa. Kata tersebut antara lain adalah
kang, lilik, mbonge, mbah, mbok, dan walon.
Kategori preposisi yang berasal dari bahasa Jawa yang ditemukan dalam tulisan siswa
kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal berjumlah 1 kata, yaitu kaya. Menurut Wedhawati dkk
(1990), bentuk kata kaya digunakan di dalam tingkat tutur ngoko beragam formal, nonformal, dan
literer. Dalam bahasa Jawa, preposisi kaya dalam kalimat menandai dua peran, yaitu peran
kemiripan dan kesesuaian. Kaya yang ditemukan dalam 27 tulisan siswa kelas 3 SD tersebut
semuanya bertugas sebagai peran kemiripan. Sementara itu, kategori konjungsi yang berasal dari
bahasa Jawa yang ditemukan dalam tulisan siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal
berjumlah 3 kata, yaitu ko, sing, dan terusan.
Selain itu, dalam data juga ditemukan variasi penulisan kata. Salah satunya pada kategori
verba, yaitu pada kata main, maina, dan mai. Berikut adalah penggunaan kata main, maina, dan
mai dalam data.
1. Papa saya suka main minton. (Teks 20)
2. kaka aku seDang maina bola di lapangan. (Teks 26)
3. emas aku suka mai bal bekel. (Teks 6)
Kata main, maina, dan mai pada ketiga kata tersebut dikatakan sebagai kata yang sama
dengan variasi penulisan dan dapat dibuktikan dengan hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 11
Secara horizontal, kata main, maina, dan mai, pada ketiga kalimat tersebut, tidak dapat
dipertukarkan karena hubungan sintagmatik yang bersifat in presentia. Sementara itu, secara
vertikal, ketiga kata tersebut dapat dipertukarkan karena adanya hubungan paradigmatik yang
bersifat in absentia. Kata main, maina, dan mai berada di posisi yang sama, yaitu predikat,
sehingga dapat dipertukarkan.
Variasi penulisan kata-kata berkategori adjektiva dalam data adalah bai dan baik; bahagia
dan baagia, biasa dan biyasa, cinta dan cita, serta senang dan seneng; variasi penulisan kata-kata
berkategori nomina dalam data antara lain adalah kata pedagang dan pedanga, serta sopir dan
supir; variasi penulisan kata berkategori pronomina yaitu pada kata dia dan diya; variasi
penulisan kata berkategori numeralia juga terdapat pada kategori numeralia turunan, seperti
ke(satu) dan kesatu; variasi penulisan kata berkategori adverbial antara lain adalah sedang, seda,
dan sidang; variasi penulisan kata-kata berkategori preposisi dalam data adalah ama dan sama;
variasi penulisan kata-kata berkategori konjungsi dalam data adalah dan dan da; serta yang dan
yan.
Seperti yang telah diungkap pada bagian hasil penelitian, dalam 27 tulisan siswa kelas 3
SDN Kedungwungu 01 Tegal, ditemukan beberapa kata yang termasuk ke dalam dua atau lebih
kategori kata atau biasa disebut sebagai pertindihan kelas. Menurut Kridalaksana (2007: 122—
123), pada dasarnya, fungsi gramatikal tidak dapat dipergunakan sebagai ciri kelas kata sehingga
penggolongan kelas kata tersebut dilakukan berdasarkan perilaku kata itu masing-masing dalam
satuan yang lebih besar, tanpa melibatkan fungsi gramatikal. Oleh karena itu, pengelompokan
kelas pada sebuah kata dilakukan dengan melihat perilaku kata tersebut dalam satuan yang lebih
besar. Pertindihan kelas dalam 27 tulisan tersebut terjadi pada enam kata. Keenam kata tersebut
adalah anak-anak, liburan, mainan, sama, terus, dan ya.
Dalam 27 tulisan siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal, kata anak-anak tergolong
ke dalam dua kategori kata yang berbeda. Frekuensi kemunculan kata anak-anak dalam 27
tulisan tersebut berjumlah 2 kali. Berikut ini adalah penggunaan kata anak-anak dalam data.
1.aku kaDang Bermain sepeda balapan sama keluarga yang anak-anak. (Teks 1)
2. ibuku pekerjaannya menguru anak-anak. (Teks 5)
Pada kalimat 1, kata anak-anak termasuk ke dalam kategori kata adjektiva. Namun pada
kalimat 2, kata anak-anak termasuk ke dalam kategori kata nomina.
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 12
Kata liburan juga tergolong ke dalam dua kategori kata yang berbeda. Frekuensi
kemunculan kata liburan dalam 27 tulisan tersebut berjumlah 2 kali. Berikut ini adalah
penggunaan kata liburan dalam data.
1. ayah ibu lagi liburan di Jakarta. (Teks 7)
2. saat liburan ikut berdagang dengan lik trisno bersama sama. (Teks 3)
Pada kalimat 1, kata liburan termasuk ke dalam kategori kata verba. Namun pada kalimat
2, kata liburan termasuk ke dalam kategori kata nomina. Kata liburan berkategori verba termasuk
ke dalam ragam nonstandar.
Selain itu, kata mainan pun tergolong ke dalam dua kategori kata yang berbeda. Frekuensi
kemunculan kata liburan dalam 27 tulisan tersebut berjumlah 4 kali. Berikut ini adalah
penggunaan kata mainan dalam data.
1. adik saya sukanya main mainan. (Teks 20)
2. adiku suka mainan mobil-mobilan. (Teks 12)
Pada kalimat 1, kata mainan termasuk ke dalam kategori kata nomina. Namun pada
kalimat 2, kata mainan termasuk ke dalam kategori kata verba. Kata mainan berkategori verba
termasuk dalam ragam nonstandar.
Kata sama yang ditemukan dalam data tergolong ke dalam dua kategori kata yang
berbeda. Frekuensi kemunculan kata sama dalam 27 tulisan tersebut berjumlah 36 kali dan kata
ama—yang merupakan variasi penulisan dari sama—frekuensi kemunculannya berjumlah 1 kali.
Berikut ini adalah penggunaan kata sama dalam data.
1. kakak yang keempat pekerjaannya jual bubur juga sama kaya Bapak aku. (Teks 2)
2. saya memeti sayur sama Bapa. (Teks 24)
Pada kalimat 1, kata sama tergolong dalam kategori kata adjektiva. Namun pada kalimat
2, kata sama tergolong dalam kategori preposisi. Preposisi sama biasa digunakan dalam ragam
nonstandar.
Di samping itu, kata terus dalam data tergolong ke dalam tiga kategori kata yang berbeda.
Frekuensi kemunculan kata terus dalam 27 tulisan tersebut berjumlah 9 kali. Berikut ini adalah
penggunaan kata terus dalam data.
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 13
1. Bahnya petani terus masnya di jakarta. (Teks 19)
2. dia terus berdagang sekuat kuatnya. (Teks 3)
3. kalau sakila Bayi ko nusu terus tidur terus dan makan terus. (Teks 13)
Pada kalimat 1, kata terus termasuk ke dalam kategori konjungsi. Konjungsi terus ini
biasa digunakan dalam ragam nonstandar. Di samping itu, kata terus pada kalimat 2 termasuk ke
dalam kategori verba, sedangkan dalam kalimat 3 termasuk ke dalam kategori adverbia.
Selain itu, kata ya dalam data tergolong ke dalam dua kategori kata yang berbeda.
Frekuensi kemunculan kata ya dalam 27 tulisan tersebut berjumlah 2 kali. Berikut ini adalah
penggunaan kata ya dalam data.
1. dan saya yaampun kalau aku belajar bareng aku. (Teks 1)
2. lilikku pekerjaan pemBatu rumah ya gede banget. (Teks 14)
Pada kalimat 1, kata ya yang bergabung dengan ampun tergolong dalam kategori
interjeksi. Namun pada kalimat 2, kata ya tergolong dalam kategori fatis. Kedua kata ya tersebut
termasuk ke dalam ragam nonstandar.
Kesimpulan
Kategori kata yang digunakan oleh siswa kelas 3 SDN Kedungwungu 01 Tegal dalam
tulisan bertema “Keluarga” cukup beragam. Hampir seluruh kategori kata muncul dalam data,
kecuali kategori interogativa. Menurut Kridalaksana (2007: 88), interogativa adalah kategori
dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh
pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara. Dalam menulis cerita bertema
“Keluarga”, seluruh siswa kelas 3 tersebut menggunakan kalimat pernyataan sehingga tidak
ditemukan kategori interogativa.
Dari 12 kategori kata yang terdapat dalam data, kategori nomina merupakan kategori kata
yang paling sering digunakan. Menurut Gentner dalam Dardjowidjojo (2005), anak menguasai
nomina lebih dahulu dan jumlahnya pun lebih banyak. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Dardjowidjojo pada tahun 1999. Dardjowidjojo (1999) dalam PELBBA
12: Pertemuan Linguistik (Pusat Kajian) Bahasa dan Budaya Atma Jaya Kedua Belas
mengungkapkan bahwa Echa, responden penelitiannya yang merupakan anak-anak, secara
konsisten menguasai nomina lebih banyak daripada verba ataupun kategori kata lainnya.
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 14
Sementara itu, kategori kata yang paling sedikit ditemukan dalam data adalah kategori
artikula. Dalam data juga ditemukan beberapa kata yang termasuk ke dalam dua atau lebih
kategori kata, yaitu anak-anak, liburan, mainan, sama, terus, dan ya. Hal ini biasa disebut
sebagai pertindihan kelas.
Dalam data ditemukan dua bentuk kata yang digunakan oleh siswa kelas 3 SDN
Kedungwungu 01 Tegal, yaitu kata dasar dan kata turunan. Kata turunan yang digunakan
merupakan kata yang sudah mengalami proses morfologis, yaitu afiksasi, reduplikasi, komposisi,
dan abreviasi. Keempat proses morfologis tersebut ditemukan dalam data.
Kosakata yang digunakan dalam menulis tulisan bertema “Keluarga” tersebut
berhubungan erat dengan latar belakang responden. Selain ragam standar, dalam data juga
ditemukan ragam nonstandar, seperti kata memeti, nyari, dan sapam. Di samping itu, latar
belakang responden yang merupakan bilingual dan berbahasa ibu bahasa Jawa, menyebabkan
pengaruh bahasa Jawa sangat kental terhadap penggunaan kosakata dalam tulisan mereka. Dalam
data, ditemukan kata yang berasal dari bahasa Jawa, seperti megawe, dolan, dan makani.
Di samping itu, dalam data juga ditemukan variasi penulisan kata. Beberapa kata tidak
ditulis menurut EYD. Variasi penulisan kata dalam data antara lain adalah mencangkul dan
menyangkul; serta ahir dan akhir. Variasi penulisan kata yang masih banyak ditemukan dalam
data merupakan salah satu bukti bahwa siswa masih belum memahami EYD dengan benar.
Saran
Dari hasil temuan peneliti, kosakata yang digunakan dalam menulis tulisan bertema
“Keluarga” tersebut berhubungan erat dengan latar belakang responden, seperti frekuensi
kemunculan yang tinggi dari kata petani yang merupakan mayoritas mata pencaharian orang tua
dari responden dan padi yang berkaitan erat dengan lokasi penelitian, yaitu di daerah persawahan.
Namun, penelitian ini tidak berfokus terhadap hal tersebut. Oleh karena itu, dapat dilakukan
penelitian sosiolinguistik mengenai pemilihan kosakata dan latar belakang responden.
Selain itu, hal yang perlu diteliti lainnya adalah kalimat dan struktur wacana. Hal ini dapat
diteliti karena dalam penelitian ini ditemukan struktur kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah
tata bahasa baku bahasa Indonesia dan struktur wacana yang masih tidak koheren. Selain itu,
masalah ortografis dalam penulisan kosakata juga dapat dikaji karena masih banyak
ditemukannya kesalahan-kesalahan penulisan dan tidak sesuai dengan EYD dalam data.
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 15
Hubungan antara keterampilan bahasa dengan lingkungan responden juga dapat diteliti lebih
lanjut.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat
Bahasa dan Balai Pustaka.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, edisi
II. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Depok:
Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.
____________________. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
____________________. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
____________________. 2007. Dasar-Dasar Leksikologi dan Leksikografi: Bahan
Pelatihan Penyusunan Kamus Dwibahasa (Indonesia/Melayu—Asing,
Indonesia/Melayu—Daerah). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia.
____________________. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.
Nababan, P. W. J. 1984. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 16
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:
BPFE.
Perera, Katharine. 1994. Children’s Writing and Reading: Analysing Classroom Language.
Oxford: Basil Blackwell.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak, edisi kesebelas jilid 1, terj. Mila Rachmawati, S.
Psi. dan Anna Kuswanti. Jakarta: Erlangga.
Sarjono, Agus R. 2001. Bahasa dan Bonafiditas Hantu. Jakarta: Yayasan IndonesiaTera.
Soedjito. 2009. Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.
___________________. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa.
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016
Page 17
Kosakata dalam ..., Fenisa Zahra, FIB UI, 2016