KORELASI SIKAP SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KALIANGKRIK KAB.MAGELANG TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Oleh : FAIZATUL ANISAH 111 11 198 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
146
Embed
KORELASI SIKAP SISWA TERHADAP KEGIATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/147/1/Faizatul Anisah... · Semua teman-teman PAI E Senasib seperjuangan dan teman-teman angkatan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KORELASI SIKAP SISWA TERHADAP
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN
DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI
KALIANGKRIK KAB.MAGELANG
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh :
FAIZATUL ANISAH
111 11 198
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
ii
iii
KORELASI SIKAP SISWA TERHADAP
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN
DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI
KALIANGKRIK KAB.MAGELANG
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh :
FAIZATUL ANISAH
111 11 198
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
iv
v
vi
vii
MOTTO
ھل جزاءالاحسان الاالاحسان
“Tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan itu pula”
(Ar-Rohman:60)
خیركم من تعلم القراءن وعلمھ في البیان
“Sebaik-baik kalian yaitu orang yang belajar Al-qur’an
dan mengajarkannya”.
(HR.Bukhori)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku Bapak Samsul Hadi dan Ibu Maesaroh, yang telahmendidikku dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Seluruh keluarga besar yang aku sayangi, yang telah memberikan kasih sayangdan motivasi dalam segala hal.
Bapak Drs. A. Bahruddin,M. Ag. selaku dosen pembimbing yang dengan sabarmembimbing dan mengarahkan saya, terimakasih telah membantu saya dalammenyelesaikan skripsi ini.
Seluruh dosenku yang telah memberikan bimbingan dan berbagai macam ilmupengetahuan telah aku dapatkan disini, semoga ilmu ini bermanfaat bagiku danmasyarakat.
Kyai Basith, Bapak Munajat, Kyai Dzunaidi, Kyai Sonwasi Ridwan, UstadzMuhyi yang telah memberikanku petuah dan nasihat serta bekal ilmu yangbermanfaat di dunia dan akhirat . hingga mampu memberikan keteduhan dankedamaian jiwa serta mengajarkanku apa arti hidup yang sebenarnya.
Keluarga besar MTs kaliangkrik beserta bapak ibu guru yang telah membantupenyelesaian skripsi ini.
Sahabat-sahabat yang telah menorehkan cerita dalam hidupku.
Keluarga besar ponpes Salafiyah dan sahabat santri yang menjadi teman hidupdi pesantren, Khuzaimah, Irina, Muslikhatun, Nuril, Erni, Annilta, Laela,Fatimah, Nida, Nikmah, Titik, Risa, Roisa, Salamah, Retna, Isti, Nayla, Ema,Winarsih atas sepanggal canda tawa, serta telah mengajarkanku tentangindahnya kebersamaan dalam keberagaman.
Keluarga besar PMII Komisariat Joko Tingkir Salatiga, Forum KomunikasiMahasiswa Magelang, Dewan Mahasiswa, dan Lembaga Pers MahasiswaDinamika yang telah mengajarkanku segala hal dalam hidup tentang indahnyakebersamaan dan paseduluran.
Semua teman-teman PAI E Senasib seperjuangan dan teman-teman angkatan2011 yang telah memberikan warna kehidupan dalam belajar di kampus.
ix
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat,
taufiq serta hidayah Nya sehingga penulis memeperoleh kekuatan untuk
melaksanakan tugas skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah menyinari dunia ini dan menunjukkan
kepada kita jalan yang benar serta agama yang diridhai Allah SWT.
Sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab serta kewajiban
penulis dalam rangka melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar
sarjana pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Jurusan
Tarbiyah (PAI), maka penulis membuat karya ilmiah yang berbentuk
skripsi dengan judul Sikap Siswa Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler
Keagamaan Dengan Prestasi Belajar PAI Siswa Madrasah Tsanawiyah
Negeri Kaliangkrik Kab.Magelang Tahun Ajaran 2014/2015.
Akhirnya dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, serta penghargaan yang
setinggi- tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Ketua Dekan Takultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. A. Bahruddin, M.Ag., selaku pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk
serta sarannya sampai terwujudnya skripsi ini.
5. Kedua orang tua dan keluarga besar atas bimbingan, dorongan dan
motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
x
6. Bapak dan Ibu dosen Institut Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
Pondok Pesantren Salafiyah yang senantiasa memberikan penyegaran
rohani kepada penulis.
8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut
satu persatu yang telah membantu penulis baik yang berupa moral
maupun materiil.
Tiada balasan yang dapat penulis berikan kecuali doa kepada Allah
SWT. Semoga amal sholeh Bapak, ibu, teman-teman dan semua pihak
dapat diterima Allah SWT, dan mendapatkan balasan yang mulia di sisi
Nya. Amin.
Penulis berkeyakinan, bahwa para pembaca yang budiman tentu
akan mengadakan evaluasi- evaluasi dan kritikan seperlunya. Di mana
penulis sendiri berkeyakinan dan menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini
jauh dari kesempurnaan.
Akan tetapi, penulis berharap tulisan ini dapat menjadi sumbangsih
yang sangat berguna, walaupun sangat sederhana, dan akhirnya penulis
memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga amal hamba ini menjadi
amal shalih yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa.
Amin
Salatiga, Agustus 2015
Penulis
Faizatul Anisah
xi
ABSTRAK
Anisa, Faizatul. 2015. Korelasi Sikap Siswa Terhadap Kegiatan EkstrakurikulerKeagamaan Dengan Prestasi Belajar PAI Siswa Mts Negeri KaliangkrikKab. Magelang Tahun Ajaran 2014/2015. SKRIPSI, IAIN Salatiga.
Dosen Pembimbing : Drs. A Bahruddin, M. Ag.
Kata Kunci : Sikap siswa, prestasi belajar PAI siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi siswamelalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak langsungdengan materi kurikulum, sebagai bagian tak terpisahkan dari tujuankelembagaan. Di samping itu, kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yangdiberikan secara intrakurikuler, dan tidak hanya sebagai pelengkap suatu proseskegiatan belajar mengajar, tetapi juga sebagai sarana agar siswa memiliki nilaiplus, selain pelajaran akademis yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap siswa terhadap kegiatanekstrakurikuler keagamaan di MTs Negeri Kaliangkrik Kab. Magelang tahunajaran 2014/2015. Rumusan maslah penelitian ini adalah (1) Bagaimana sikapsiswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di MTs Negeri KaliangkrikKab. Magelang tahun ajaran 2014/2015? (2) Bagaimana prestasi belajar PAI siswaMTs Negeri Kaliangkrik Kab. Magelang tahun ajaran 2014/2015? (3) Adakahkorelasi antara sikap siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler keagamaan denganprestasi belajar PAI siswa di MTs Negeri Kaliangkrik Kab. Magelang tahunajaran 2014/2015?
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan respondensebanyak 40 orang dengan teknik sampel penuh yaitu semua responden dijadikansebagai sampel. Sedangkan pengumpulan data yang dilakukan denganmenggunakan angket dan dokumentasi prestasi belajar diambil dari nilai raporsiswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Sikap siswa terhadap kegiatanekstrakurikuler keagamaan di MTs Negeri Kaliangkrik Kab. Magelang yangsangat setuju sebanyak 25 siswa atau 62,5%, setuju sebanyak 15 siswa atau37,5%, tidak ada siswa yang kurang setuju dan tidak setuju. (2) Prestasi belajarPAI siswa MTs Negeri Kaliangkrik Kab. Magelang yang tergolong sangat tinggisebanyak 13 siswa atau 32,5%, tergolong tinggi sebanyak 12 siswa atau 30%,tergolong sedang sebanyak 14 siswa atau 35%, dan tergolong rendah sebanyak 1siswa atau 2,5%. (3) Korelasi sikap siswa terhadap kegiatan ekstrakurikulerkeagamaan terhadap Prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Kaliangkrik Kab.Magelang dihitung dengan rumus korelasi product moment, dengan hasilrxy+=0,442, nilai t tabel 5% =0,312 dan nilai t tabel 1% = 0,403. Berdasarkanhal tersebut, dapat dijelaskan bahwa t hitung > t tabel baik pada taraf signifikansi1% maupun 5% yang besarnya (0,442≥ 0,403≥ 0,312). Dengan demikian,hipotesis yang diteliti diterima, yaitu ada korelasi antara sikap siswa terhadapkegiatan ekstrakurikuler keagamaan di MTs Negeri Kaliangkrik Kab. MagelangTahun Ajaran 2014/2015.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO .............................................................................. ii
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ........ iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI .......................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi
MOTTO ....................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
ABSTRAK .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 7
D. Hipotesis Penelitian............................................................. 7
E. Kegunaan Penelitian ........................................................... 8
F. Definisi Operasional............................................................ 9
xiii
G. Metode Penelitian................................................................ 13
H. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 20
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan.................................. 22
1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan............. 22
2. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan .................. 23
3. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan ..................... 25
4. Motivasi Siswa Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler
dan kemampuan peserta didik di berbagai bidang di luar bidang
akademik, dalam hal ini yaitu bidang keagamaan yang menunjang
serta mendukung Pendidikan Agama Islam.
2. Prestasi Belajar
a. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang karena telah
melaksanakan suatu tugas atau tes.
b. Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan
karena adanya pemeblajaran yang telah dilakukan.
Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai
sesorang setelah melakukan suatu pembelajaran yang ditunjukkan
dengan hasil tugas, tes atau prestasi tertentu dari apa yang telah
dipelajari.
3. Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses
pengubahan sikap, dan tata laku seseorang, atau kelompok orang,
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
Menurut Ibnu Hajar yang dikutip oleh Chabib Thoha, dkk.,
mendefinisikan PAI adalah sebutan yang diberikan pada salah satu
subyek mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam
menyelesaikan pendidikannya dalam tingkatan tertentu (Chabib Toha,
1999: 4).
13
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci
Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
latihan serta penggunaan pengalaman (Abdul Majid, 2012: 11).
G. Metode Penelitian
Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data dan
menganalisis data, maka penulis menggunakan metode dan pendekatan
kuantitatif, sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah cara pandang dan pilihan peneliti
dalam memahami subyek dan substansi/obyek penelitian. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui
data responden secara langsung di lapangan, yakni suatu penelitian
yang bertujuan mengenai studi yang mendalam mengenai suatu unit
sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang
terorganisir yang baik mengenai unit sosial tersebut (Azwar, 1999: 8).
Yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi korelasi
keaktifan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dengan
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa MTs Negeri
14
Kaliangkrik, sehingga data yang diambilpun bersifat hasil atau produk
(Pohan, 2007: 98)
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian MTs Negeri Kaliangkrik Magelang tahun 2015.
Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian diantaranya sebagai
berikut:
1) Letaknya strategis.
2) Mudah dijangkau oleh alat transportasi, baik transportasi
umum maupun pribadi.
3) Terdapat kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang akan
diteliti, yaitu MTQ dan rebana.
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2015-selesai.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari
benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang
merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama
(Sukandarrumidi, 2004: 47).
Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah siswa
MTs Negeri Kaliangkrik Kab. Magelang yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan, yaitu sebanyak 40 siswa.
15
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang
sama dari obyek ytang merupakan sumber data (Sukandarrumidi,
2004: 50).
Sampel dalam hal ini yaitu siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan di MTs Negeri Kaliangkrik Kab.
Magelang, yaitu sebanyak 40 siswa. Teknik sampling yang
diambil yaitu sampel penuh, karena populasi kurang dari 100,
maka seluruh populasi dijadikan sampel, yaitu berjumlah 40 siswa.
Sampel penuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang,
atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang sangat kecil. Istilah lain sampel penuh adalah sensus, dimana
semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2013;85)
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Angket
Angket atau kuesioner merupakan pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
penyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2013: 142).
Dalam teknik metode angket ini peneliti gunakan untuk
mengumpulkan informasi/data dari responden mengenai sikap
16
siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dengan
prestasi belajar PAI siswa MTs Negeri Kaliangkrik Kab.
Magelang. Dalam hal ini, peneliti membuat angket dan
menyebarkannya sebanyak sampel siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan di MTs Negeri Kaliangkrik Kab.
Magelang.
b. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mendapat dan menyimpan
informasi penelitian seperti: profil sekolah, sejarah, visi misi
sekolah, keadaan guru dan siswa, dan sejumlah informasi lain
yang menunjang penelitian ini. Dalam penelitian ini digunakan
untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa (nilai rapor).
c. Observasi
Peneliti melakukan observasi ke lokasi penelitian di MTs
Negeri Kaliangkrik Kab. Magelang untuk mengetahui secara
langsung keadaan sekolah, aktifitas kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan yang ada, dan prestasi belajar yang telah dicapai. Hal
ini dapat berguna untuk penulis sebagai acuan dasar penelitian
yang akan diteliti.
Dalam observasi ini, salah satu data yang ingin diambil
peneliti adalah data tentang prestasi belajar siswa yang merupakan
variabel penelitian. Adapun prestasi belajar yang dimaksud adalah
17
nilai rapor siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan.
5. Instrumen Penelitian
Data yang diperoleh peneliti melalui angket dianalisa dalam
bentuk angka, yaitu dalam bentuk kuantitatif. Langkah yang
diambil untuk mengubah data dari kualitatif menjadi kuantitatif
adalah dengan memberi nilai pada setiap item jawaban pada
pertanyaan angket untuk responden dengan menggunakan skala
likert.
Jawaban dari setiap item soal diberi skor sebagai berikut:
• Untuk alternatif jawaban (Sangat Setuju) “SS” diberi skor 4.
• Untuk alternatif jawaban (Setuju) “S” diberi skor 3.
• Untuk alternatif jawaban (Kurang Setuju) “KS” diberi skor 2.
• Untuk alternatif jawaban (Tidak Setuju) “TS” diberi skor 1.
Penskoran di atas digunakan untuk pertanyaan yang positif,
sedangkan untuk pertanyaan yang negatif maka digunakan penskoran
sebaliknya.
6. Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis
kuantitatif yaitu untuk mengetahui adakah korelasi keaktifan
18
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dengan prestasi belajar
PAI siswa MTs Negeri Kaliangkrik Kab. Magelang.
a. Analisis Uji Hipotesis
Tujuan analisis adalah menyederhanakan ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasi sehingga peneliti
menggunakan rumus product moment.
∑ (∑ )(∑ )∑ (∑ ) .∑ (∑ )
Keterangan:
Rxy : Koefisien korelasi antara x dan y
X :Jumlah variabel keaktifan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan
Y : Jumlah variabel prestasi PAI siswa
X2 : Kuadrat dari variabel x
Y2 : Kuadrat dari variabel y
XY : Produk dari variabel x dan y
N : Jumlah individu yang diteliti
Setelah diperoleh product moment selanjutnya adalah
mengkonsultasikan dk dengan tabel nilai “t”, baik pada taraf
signifikan 5% maupun 1%.
Dengan kaidah pengujian (Sugiyono 185:2013) :
19
Jika t hitung ≥ t tabel, maka hipotesis diterima, artinya signifikan
dan t hitung ≤ t tabel, maka hipotesis ditolak, artinya tidak
signifikan.
Dari indikator sikap, Peneliti mengambil variabel yaitu:
1. Kegiatan ekstrakurikuler menarik bagi saya.
2. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan tidak
membosankan.
3. Saya semangat dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan.
4. Saya memahami materi dari kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan.
5. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan sangat
menyenangkan.
6. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dapat menambah
pengetahuan tentang keagamaan saya.
7. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan berguna bagi saya.
8. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan mampu menunjang nilai
Pendidikan Agama Islam (PAI) saya.
9. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan tidak sulit untuk
dilaksanakan.
10. Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, saya
dapat menerapkan di kehidupan sehari-hari.
20
Sedangkan dari indikator prestasi, variabel yang diambil
yaitu menggunakan nilai rapor siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah penegasan istilah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metode penelitian dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Landasan Teori
Meliputi teori-teori yang berhubungan dengan Korelasi
Keaktifan Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan dan
Prestasi Belajar PAI.
A. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan.
B. Pengertian Prestasi belajar.
C. Pengertian PAI (Pendidikan Agama Islam).
D. Korelasi Sikap Siswa Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler
Keagamaan dengan Prestasi belajar PAI.
BAB III : Laporan Hasil Penelitian
Gambaran umum tentang lokasi dan subyek penelitian, meliputi:
sejarah berdirinya, letak geografis, keadaan sarana dan
prasarana, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan
siswa, serta hasil penelitian.
21
Penyajian meliputi: data responden, jawaban angket kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dan jawaban nilai
Pendidikan Agama Islam (PAI).
BAB IV : Analisis Data
Analisis data keaktifan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
(PAI) siswa yang disertai tabel-tabel dan penyajian hipotesis.
BAB V : Penutup
Mengakhiri penulisan skripsi, pada BAB V akan diuraikan
kesimpulan akhir hasil penelitian, saran-saran dan kata penutup.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan
1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan
Tugas utama sekolah tidak semata-mata menjadikan siswa pintar
dan terampil, tetapi juga harus mampu menumbuhkembangkannya
menjadi pribadi yang sehat jasmani dan rohani, yang sadar dan
bertanggung jawab akan keberadaan dirinya, baik sebagai pribadi dan
makhluk Tuhan, maupun sebagai makhluk sosial yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari lingkungannya (Sopiatin, 2010: 99).
Secara umum, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah merupakan
kegiatan yang bernilai tambah yang diberikan sebagai pendamping
pelajaran yang diberikan secara intrakurikuler. Kegiatan
ekstrakurikuler sangat besar manfaatnya bagi siswa dan guru dimana
hal tersebut sebagai wujud manifestasi sarana penting dalam
menunjang dan menopang tercapainya misi pembangunan yang
dilakukan diluar jadwal akademis sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur
program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya
dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa, selain
23
itu juga untuk menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki melalui
kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
Jadi, kegiatan ekstrakurikuler keagamaan merupakan kegiatan
tambahan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran yang berhubungan
dengan kegiatan keagamaan, seperti rebana dan MTQ. Sesuai dengan
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang ada di madrasah yang
menjadi objek penelitian, yaitu MTs Negeri Kaliangkrik Kab.
Magelang. Adapun kegiatan yang diteliti yaitu kegiatan rebana dan
MTQ. Kegiatan ini dilakukan setiap satu minggu sekali, dengan tenaga
pembimbing diaimbil dari guru pelajaran. Agar siswa dapat
menyalurkan bakat dan minatnya dalam bidang tersebut, selain itu juga
untuk memperdalam pengatahuan siswa dalam bidang keagamaan.
2. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan
Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan memberi nilai plus bagi siswa
selain materi pelajaran seperti yang dimuat di kurikulum yang di
dapatkan pada proses kegiatan belajar mengajar intrakurikuler. Sebagai
pendamping, kegiatan ekstrakurikuler sendiri terdiri dari berbagai jenis
pelajaran inti seperti termuat dalam kurikulum.
Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan seperangkat
pengalaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan
kepribadian siswa.
Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler disekolah
menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati adalah:
24
a. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan
siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
b. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
c. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan
satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya (Usman, dkk: 22).
Kegiatan ekstrkurikuler pada intinya ditujukan untuk memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan
mengekspresikan dirinya sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat
peserta didik. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
sekolah dalam merencanakan kegiatan ekstrakurikuler, antara lain
adalah sebagai berikut.
1) Materi kegiatan dapat memberikan manfaat bagi penguasaan materi
pelajaran bagi siswa.
2) Tidak terlalu membebani siswa.
3) Dapat memanfaatkan potensi lingkungan sekitar.
4) Tidak mengganggu tugas pokok siswa dan guru.
(Sopiatin, 2010: 101-102).
Faktor yang berpengaruh paling besar terhadap mutu proses belajar
mengajar adalah kompetensi guru, sehingga dapat dikatakan bahwa
kompetensi guru merupakan komponen yang paling menentukan yang
perlu mendapatkan perhatian pertama dan utama karena di tangan
gurulah, pelayanan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
25
efektif. Kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh signifikan terbesar
setelah kompetensi guru. Dalam kegiatan ekstrakurikuler supaya dapat
terlaksana dengan baik, maka diperlukan guru/pembimbing yang
kompeten dan didukung oleh fasilitas. Fasilitas sekolah berpengaruh
signifikan terhadap mutu proses belajar mengajar. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa walaupun fasilitas sekolah tersedia, jika
guru/pembimbing tidak kompeten dalam bidangnya, maka guru dalam
melayani kegiatan ekstrakurikuler tidak akan efektif sehingga
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tersebut akan terhambat. Dari
temuan tersebut, terdapat saling keterkaitan antara kompetensi guru,
fasilitas sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler terhadap mutu proses
belajar mengajar dalam upaya untuk memenuhi kepuasan siswa (
Sopiatin, 2010: 107-108).
3. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan
Sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal sangat penting dan
strategis dalam pembinaan siswa, baik melalui proses belajar mengajar
maupun melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Dengan
memperhatikan kondisi sekolah dan masyarakat yang umumnya masih
dalam taraf perkembangan, maka upaya pembinaan kesiswaan perlu
diselenggarakan untuk menunjang perwujudan sekolah sebagai
Wawasan Wiyatamandala. Upaya untuk mewujudkan wawasan
Wiyatamandala antara lain dengan menciptakan sekolah sebagai
masyarakat belajar, pembinaan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS),
26
kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler, serta
mencipatakan suatu kondisi untuk mengasah kemampuan dan
ketangguhan yakni memiliki tingkat keamanan, kebersihan, ketertiban,
keindahan, dan kekeluargaan yang mantap (Nunu Ahmad An-Nahidl,
dkk. 2010: 108).
Kegiatan ekstrakurikuler bersifat langsung dan tidak langsung
berhubungan dengan pelajaran di kelas. Kegiatan yang langsung
berhubungan dengan pelajaran yang disediakan oleh sekolah, antara
lain adalah olahraga (prestasi dan non prestasi), seni, bimbingan
belajar, karya ilmiah dan kegiatan keagamaan. Sedangkan kegiatan
yang tidak berhubungan dengan pelajaran di kelas adalah paskibra,
OSIS, pramuka dan PMR. Kegiatan ini dibimbing oleh pelatih atau
pembimbing yang berasal dari guru atau dari luar sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler yang tidak langsung berhubungan dengan
pelajaran di kelas berfungsi untuk penyesuaian diri dengan kehidupan,
integratif dan memberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan-tujuan bersama, sedangkan yang langsung
berhubungan dengan pelajaran di dalam kelas ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa (Sopiatin, 2010:
100).
Menurut Suryobroto, ada 2 model /jenis kegiatan ekstrakurikuler,
yaitu:
27
a. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat atau berkelanjutan, yaitu
jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus
menerus selama satu periode tertentu. Untuk menyelesaikan satu
program kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya diperlukan waktu
yang lama.
b. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodik atau sesaat yaitu
kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan waktu-waktu tertentu
saja (Suryobroto, 1997:272)
Untuk jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler yang masih ada
kaitannya dengan pelajaran antara lain olahraga, musik, menari, dan
sebagainya. Biasanya sekolah memanfaatkan guru-guru bidang sudi
yang sudah ada, dimana pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan
yang dimiliki tersebut dari jenjang pendidikan formal. Untuk jenis
kegiatan ekstrakurikuler seperti PMR, pramuka, fotografi, sekolah
juga memanfaatkan guru yang ada. Jika pembina dirasa masih kurang
maka sekolah akan menunjuk petugas dari luar untuk membina
kegiatan-kegiatan tersebut.
Kegiatan ekstrakurikuler sebagai organisasi siswa di sekolah agar
dapat melibatkan semua siswa di sekolah, harus menyelenggarakan
jenis kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan memiliki
kemanfaatan bagi dirinya sebagai sarana pendewasaan diri dan
penyaluran bakat-bakat potensial mereka, disamping kepala sekolah
harus memerintahkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
28
yang diselenggarakan oleh sekolah yang bertujuan mengembangkan
program kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Sedangkan dalam hal pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah akan memberikan banyak manfaat tidak hanya terhadap siswa
tetapi juga bagi efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Sebelum guru ekstrakurikuler membina kegiatan ekstrakurikuler
terlebih dahulu merencanakan aktivitas yang akan dilaksanakan.
Penyusunan rancangan aktivitas ini dimaksudkan agar guru
mempunyai pedoman yang jelas dalam melatih kegiatan
ekstrakurikuler
Banyak faktor penyebab terjadinya penurunan akhlak remaja,
antara lain adalah orang tua yang lalai melakukan tugas, dan
kewajibannya sebagai pendidik, pembimbing dan pelindung anak;
orang tua kurang memberikan perhatian dan kasih sayang serta jarang
melakukan komunikasi dengan anak. Namun demikian hasil studi
Pusat Penelitian Depdikbud menunjukkan bahwa siswa yang tergolong
baik ternyata berasal dari sekolah yang kegiatan ekstrakurikulernya
berjalan dengan baik, tidak terlibat tawuran dan kenakalan remaja
lainnya (Nunu Ahmad An-Nahidl, dkk. 2010: 109).
4. Motivasi Siswa Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan
Beragam faktor yang mendorong siswa mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan. Faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) internal, dan (2) eksternal.
29
Faktor internal, antara lain; motif keagamaan, motif sosial, dan motif
pribadi. Sedangkan faktor eksternal, berkenaan dengan kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan itu sendiri, seperti; program, materi,
metode, pembimbing, dan dorongan guru.
a. Faktor Internal “Motif Keagamaan”
Apa yang diberikan pada kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
merupakan program pengayaan yang dilakukan oleh guru kepada
siswanya untuk melengkapi kekurangan pada pendidikan agama
yang diajarkan di kelas. Jika di kelas lebih banyak memberikan
kerangka teoritik tentang materi-materi keislaman, maka pada
kegiatan ekstrakurikuler ini lebih bersifat praktis-aplikatif,
sehingga terdapat kesinambungan seluruh program sekolah.
Sesuai dengan firman Allah SWT, dalam Q.S Al-Munafiqun:
9 yaitu:
یا أیھا الذین آمنوا ال تلھكم أموالكم وال أوالدكم عن ذكر اللھ ومن یفعل ذلك فأولئك ھم الخاسرون
” Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamudan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulahorang-orang yang rugi.”(Tafsir Al-Qur’an).
Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, selain bermanfaat
bagi pengembangan pribadi, pengembangan sikap sosial, serta
dapat mendiskusikan masalah agama secara lebih bebas. Atkinson
(Atkinson, 1984) menganggap motif sebagai disposisi laten yang
berusaha dengan kuat untuk menuju ke tujuan tertentu. Tujuan ini
30
dapat berupa afiliasi, kekuasaan ataupun prestasi. Dia
menambahkan bahwa motif dapat mempengaruhi secara positif
atau negatif nilai-nilai atau kepercayaan seseorang. Motif manusia
merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak
lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu
(Gerungan, 1991). Motif berfungsi menggerakkan perilaku ke
suatu aktivitas atau tujuan tertentu. Motif berafiliasi sebagai motif
yang mendorong pembentukan hubungan yang positif dengan
orang lain dengan keinginan untuk disukai atau diterima
(Atkinson, 1984). Jadi orang yang mempunyai motif sosial untuk
berafiliasi mempunyai dorongan untuk terlibat dalam suatu
kegiatan serta menjalin hubungan dengan orang lain, karena ada
keinginan untuk dihargai, diperhatikan, disukai, dan diterima
sehingga ia berusaha supaya hubungan tersebut tetap ada. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor
yang mendorong responden terlibat dalam aktivitas kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan, karena motif, baik motif agama,
sosial, maupun pribadi.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal, yang mendorong siswa mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, adalah kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri, yang
meliputi; metode, materi, pembimbing, dapat berperan serta,
pergaulan, berorganisasi, dan karena dorongan orang tua.
31
Prioritas pertama seseorang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan, adalah karena materi kegiatan
ekstrakurikuler yang bermanfaat. Karena siswa menyadari bahwa
mereka berasal dari keluarga yang kurang memberikan perhatian
secara optimal terhadap pengamalan ajaran agama. Sehingga
timbul kesadaran sendiri atau dorongan dari dalam diri sendiri,
untuk belajar agama yang lebih baik. Selain itu, kegiatan
ekstrakurikuler ini dilaksanakan untuk mengantisipasi kenakalan
remaja di sekitas lingkungan tempat tinggalnya.
Prioritas kedua, bahwa seseorang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan, karena metode yang digunakan
menarik, boleh jadi ini mengindikasikan bahwa pelajaran agama
yang diberikan oleh guru di sekolah, kurang variatif, baik metode
yang digunakan maupun materi yang disampaikan. Pembelajaran
agama Islam yang diberikan guru dalam kelas kurang menjawab
kebutuhan siswa, dan tidak kontekstual. Artinya, materi
pendidikan agama di sekolah menekankan hal-hal yang bersifat
teori-normatif, kurang dikaitkan dengan pengalaman dan kondisi
sehari-hari. Faktor selanjutnya yaitu karena pergaulan. Sesuai
dengan taraf perkembangan siswa, yakni remaja cenderung suka
bergaul.
Selanjutnya yaitu faktor pembimbing yang berkualitas.
Sedangkan faktor dorongan dari guru menjadi faktor terakhir. Ini
32
berarti keikutsertaan mereka terhadap kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan, lebih karena keinginan sendiri, seharusnya yang
memang seperti itu. Jika seseorang mengikuti suatu kegiatan
adalah karena kesadaran diri sendiri, maka ia mengikuti kegiatan
tersebut sepenuh hati, penuh semangat, dan gembira (Nunu
Ahmad An-Nahidl, dkk, 2010: 110-113).
5. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan
Sekolah negeri dan sekolah swasta merupakan lembaga pendidikan
yang mengemban misi yang sama yaitu mendidik peserta didik, dan
untuk selanjutnya mencerdaskan kehidupan bangsa. Dilihat dari
kesamaan misi tersebut tidaklah ada perbedaan antara sekolah negeri
dan sekolah swasta, apalagi kedua kategori sekolah tersebut untuk
jenis dan jenjang yang sama menyelenggarakan kurikulum yang sama
acuannya yaitu kurikulum nasional yang ditetapkan pemerintah.
Sekolah Negeri. Penyelenggaraan pendidikan ekstrakurikuler
sekolah negeri sepenuhnya didukung dan berada dibawah tanggung
jawab pemerintah, mulai dari penyediaan sarana prasarana pendidikan,
guru, pelaksanaan kurikulum, evaluasi dan aspek pendukung lainnya.
Karena itu kebijakan pendidikan yang ditetapkan dan dijalankan
sekolah mengacu dan berpedoman kepada kebijakan pemerintah.
Kerena pedoman dan acuan kebijakan sekolah adalah kebijakan
pemerintah, hal ini yang mendorong munculnya keseragaman
kebijakan dan program yang dijalankan di sekolah-sekolah negeri,
33
termasuk dalam hal penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan.
Sekolah Swasta. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah swasta
menjadi tanggung jawab lembaga atau yayasan yang mendirikan
sekolah tersebut, sekolah serta dukungan dari orang tua dan
stakeholders pendidikan lainnya. Lembaga pendidikan yang menaungi
sekolah swasta memiliki visi dan misi pendidikan khusus, seperti
menekankan pendidikan dengan corak dan orientasi keagamaan
tertentu, seperti sekolah-sekolah swasta Islam dan agama lainnya. Visi
dan misi pendidikan tersebut ikut mewarnai kebijakan sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan. Namun, karena sekolah swasta tetap
berada di bawah payung sistem pendidikan nasional, maka sekolah-
sekolah swasta tersebut berupaya untuk mensikronkan antara kebijakan
pendidikan nasional dengan visi dan misi lembaga pendidika swasta
itu sendiri.
Khusus pada sekolah swasta, terdapat beberapa kecenderungan
dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Pertama,
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan sebagai sarana untuk pendalaman
agama untuk mewujudkan jati diri produk lembaga-lembaga
pendidikan tersebut sebagai sekolah Islam. Pada sekolah swasta
tertentu, memberikan perhatian lebih terhadap pendidikan agama
siswa. Namun, sebagai sekolah “unggul”, para penyelenggara
pendidikan di sekolah dituntut untuk dapat memberikan pendidikan
34
agama lebih di sekolah, sebagai “nilai tambah” untuk memperkokoh
kedudukannya sebagai sekolah unggul agar tetap diminati oleh para
orang tua yang akan menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah
swasta tersebut (Nunu Ahmad An-Nahidl, dkk, 2010: 117-119).
6. Hubungan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan dengan Motif Siswa
Pertama, para siswa melihat positif fungsi kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan bagi peningkatan dan pendalaman keagamaan siswa, baik
dari aspek pengetahuan agama maupun pengalaman ajaran agama dan
pengembangan pribadi dan sikap keagamaan, artinya, kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan betul-betul berfungsi komplementer bagi
pendidikan agama kurikuler reguler yang hanya 2 (dua) jam pelajaran
per minggu. Persepsi siswa yang positif terhadap fungsi kegiatan
ekstrakurikuler menjadi salah satu pendorong bagi siswa untuk
mengikuti kegiatan tersebut. Kedua, persepsi siswa yang positif
terhadap fungsi komplementer dari kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan didukung oleh berbagai fakta yang mendukung proses
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang juga dipersepsikan positif
oleh para siswa, yaitu meliputi aspek materi keagamaan yang
dipandang bermanfaat, metode dan pendekatan yang menarik, serta
para pembimbing yang berkualitas. Fakta yang berkaitan dengan
proses penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan tersebut
yang dipesepsikan positif oleh para siswa sekaligus menjadi daya tarik
bagi keikut sertaan mereka di dalam kegiatan tersebut.
35
Ketiga, kegiatan ekstrakurikuler keagamaan juga dipersepsikan
siswa berfungsi meningkatkan imtaq dan etika sosial, bahkan mereka
Qur’an, dan juga dapat mendorong meningkatkan kualitas
keberagamaan di lingkungan keluarga (Nunu Ahmad An-Nahidl, dkk,
2010: 121-122).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S An-Nisa’ ayat 9:
ولیخش الذین لو تركوا من خلفھم ذریة ضعافا خافوا علیھم فلیتقوا اللھ ولیقولوا قوال سدیدا
” Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainyameninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yangmereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab ituhendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah merekamengucapkan perkataan yang benar.”
Serta hadist Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhori, yaitu:
مولود إال یولد على الفطرة، فأبواه یھودانھ أو ینصرانھ أو یمجسانھما من
“Setiap bayi tidaklah dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci).Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasraniatau Majusi. (HR. Bukhori:1358).”
Tidak dapat dipungkiri bahwa ragam ekstrakurikuler keagamaan
yang berjalan di setiap daerah, sangat dipengaruhi oleh budaya yang
hidup di masyarakat. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah
yang berada dalam lingkungan masyarakat dan budaya “islami”
terlaksana dan berjalan dengan aktif, namun kurang variatif.
Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan menjadi alternatif yang
strategis dalam memberikan pemahaman keagamaan yang mendalam
36
bagi siswa. Jika kegiatan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, maka
akan betul-betul dapat menambah jam pelajaran agama yang sampai
saat ini masih dirasakan sangat kurang. Bahkan kegiatan-kegiatan
ekstra ini yang dianggap dapat menjadi tempat penyemaian berbagai
macam pemahaman keagamaan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
memanfaatkan kegiatan ekstrakurikuler.
Dari itu, ada baiknya kegiatan ekstrakurikuler keagamaan memang
menjadi kegiatanekstra yang diasuh oleh guru agama, bukan justru
diserahkan kepada kelompok ormas tertentu, sehingga hasil kegiatan
itu lebih dapat dipertanggung jawabkan dalam menunjang pelajaran
agama yang diberikan di sekolah (Nunu Ahmad An-Nahidl, dkk,
2010: 125).
B. Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa (Kurikulum PAI, 3:2002).
Menurut Zakiyah Daradjat (1987:87) pendidikan agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
37
senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh.
Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Tayar Yusuf (1986:35) mengartikan pendidikan agama Islam
sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar
kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan
menurut A. Tafsir pendidikan agam Islam adalah bimbingan yang
diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Azizy (2002) mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu
adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari
generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu
ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup dua hal,
(a) mendidik Islam, (b) mendidik siswa-siswi untuk mempelajari
materi ajaran Islam-subyek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.
Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara keseluruhannya
dalam lingkup Al-Qur’an dan al-hadist, keimanan, akhlak,
fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang
lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Alla SWT,
diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya meupun lingkungannya
(Hablun minallah wa hablun minannas).
38
Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan pesert didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini, Peneliti akan terfokus pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI), yaitu Al-qur’an dan Hadist, Aqidah
Akhlak, Fiqh dan Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai dasar
yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk. (1987:21) dapat
ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
a. Dasar Yuridis/Hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari
perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi
pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara
formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama:
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD’45 dalam bab XI
pasal 29 ayat 1dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan
39
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No
IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No.
IV/MPR 1978. Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat
oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR
1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yang pada
pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama
secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah
formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
b. Segi Religius
Yang dimaksudkan dengan dasar religius adalah dasar yang
bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan
agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah
kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan
perintah tersebut, antara lain:
1) Q.S An-Nahl: 125: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik....”
2) Q.S Al-Imran : 104: “Dan hendaklah diantara kamu ada
segolongan umat menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar....”
3) Al-hadis: “Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun
hanya sedikit”.
40
c. Aspek psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam
hidupnya, manusia baik secara individu maupun sebagai anggota
masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak
tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangann
hidup. Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk (1983:25)
bahwa: Semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya
pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa
dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang
Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka
memohon pertolongan-Nya. Hal semacam ini terjadi pada
masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang sudah
modern. Mereka merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka
dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang Maha Kuasa.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah
berfungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban
menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap
orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
41
menumbuhkembangkan lebih kanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama
Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambant perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsi fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
42
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkembangkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
menusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Kurikulum
PAI:2002) (Abdul Majid dkk, 2005: 130-135).
Tujuan pendidikan Islam dalam perspektif para ulama muslim:
a. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah
Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya
“Educational Theory a Qur’anic Outlook”, bahwa pendidikan
Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah
Allah swt. atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan
yang mengacu kepada tujuan akhir. Tujuan utama khalifah Allah
adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total
kepada-Nya.
Selanjutnya tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun
atas tiga komponen sifat dasar manusia yaitu 1).Tubuh 2). Ruh,
dan 3). Akal yang masing-masing harus dijaga.
43
b. Menurut Imam al-Ghazali
Al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Fatiyah Hasan
Sulaiman menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat
diklasifikasikan kepada:
1) Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat
mendekatkan diri kepada Allah swt.
2) Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup,
baik di dunia maupun di akhirat.
Dari kedua tujuan di atas dapat dipahami bahwa tujuan
pendidikan versi Al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi
(mendekatkan diri kepada Allah), sebagaimana yang dikenal
dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat duniawi. Karena itu Al-
Ghazali memberi ruang yang cukup luas dalam sistem
pendidikannya bagi perkembanggan duniawi. Namun dunia,
hanya dimaksudkan sebagai jalan menuju kebahagiaan hidup di
alam akhirat yang lebih utama dan kekal.
c. Menurut M. Djunaidi Dhany
Tujuan pendidikan menurut M. Djunaidi Dhany, sebagaimana
yang dikutip oleh Zainuddin dkk, adalah sebagai berikut:
1) Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna.
a) Pendidikan harus mampu membentuk kekuatan dan
kesehatan badan serta pikiran anak didik.
44
b) Sebagaimana individu, maka anak harus dapat
mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin.
c) Sebagai anggota masyarakat, anak harus dapat memiliki
tanggung jawab sebagai warga negara.
d) Sebagai pekerja, anak harus bersifat efektif dan produktif
serta cinta akan kerja.
2) Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan
rasa kepercayaan anak terhadap agama dan kepada Tuhan.
3) Mengembangkan intelegensi anak secara efektif agar mereka
siap untuk mewujudkan kebahagiaannya da masa mendatang.
d. Menurut Hasan Langgulung
Dalam bukunya “Asas-asas Pendidikan Islam”, Hasan
Langgulung menjelaskan, bahwa tujuan pendidikan harus dikaitkan
dengan tujuan hidup manusia, atau lebih tegasnya, tujuan
pendidikan adalah untuk menjawab persoalan “untuk apa kita
hidup?”.
Islam telah memberi jawaban yang tegas dalam hal ini, seperti
firman Allah swt:
وما خلقت الجن واإلنس إال لیعبدون“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. az-Zariyat/51:56).
e. Menurut Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibany
Menurutnya, tujuan pendidikan mempunyai tahapan-
tahapan sebagai beerikut:
45
1) Tujuan individual
Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam
mewujudkan perubahan yang diinginkan paa tingkah laku dan
aktivitasnya, di samping untuk mempersiapkan mereka dapat
hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat.
2) Tujuan Sosial
Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum, di samping
juga berkaitan dengan perubahan dan pertumbuhan kehidupan
yang diinginkan serta memperkaya pengalaman dan kemajuan.
3) Tujuan Profesional
Tujuan ini berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai sebuah ilmu, sebagai seni dan sebagai profesi serta
sebagai aktivitas di antara aktivitas masyarakat.
Dari rumusan tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan Islam tersebut terfokus pada:
a. Terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia
hamba Allah yang diwajibkan menyembah kepadanya. (Q.S. Adz
Dzaariyat 51:56, Q.S. Al An’am/6:163).
b. Terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai
khalifah di muka bumi dan selanjutnya dapat ia wujudkan dalam
46
kehidupannya sehari-hari (QS. Al Baqarah/QS. Shaad/2:30, 38:26)
(Armai Arief, 2012: 17-26).
5. Pentingnya Pendidikan Agam Islam bagi Peserta Didik
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Jikalau manusia itu sudah meninggal dunia, maka putuslahsemua amalnya, kecuali tiga macam: yaitu Shadaqah jariyah (yangmengalir kemnfaatannya) ilmu yang dimanfaatkan, dan anak yangsoleh (yang baik kelakuannya) yang senantiasa mendoakan terhadaporang tuanya (untuk keselamatan dan kebahagiaan orang tuanya)”.
Untuk mencapai hal yang diinginkan itu dapat diusahakan melalui
pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah
maupun pendidikan di masyarakat.
Jadi, pendidikan agama Islam di sekolah adalah ikhtiar manusia
dengan jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan
mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju terbentuknya
kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama.
Lapangan pendidikan agama Islam menurut Hasbi Ash Shidiqi
meliputi:
1. Tarbiyah jismiyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya
menyuburkan dan menyehatkan tubuh serta menegakkannya,
supaya dapat merintangi kesukaran yang dihadapi dalam
pengalamannya.
2. Tarbiyah aqliyah, yaitu sebagaimana rupa pendidikan dan pelajaran
yang akibatnya mencerdaskan akal menajamkan otak semisal ilmu
hitung.
47
3. Tarbiyah adabiyah, yaitu segala rupa praktek maupun berupa teori
yang wujudnya meningkatkan budi dan meningkatkan perangai.
Tarbiyah adabiyah atau pendidikan budi pekerti/akhlak dalam
ajaran agama Islam merupakan salah satu ajaran pokok yang mesti
diajarkan agar umatnya memiliki/melaksanakan akhlak yang mulia
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Bahkan tugas utama
Rasulullah Muhammad SAW diutus ke dunia ini dalam rangka
menyempurnakan akhlak sebagaimana sabdanya:
“Aku diutus (oleh Tuhan) untuk menyempurnakan akhlak budipekerti yang mulia” (HR Ahmad).
Dalam mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional, pendidikan
agama Islam di Indonesia di sekolah memegang peranan yang sangat
penting. Oleh karena itu pendidikan agama Islam di Indonesia
dimasukkan ke dalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh
semua anak didik mulai dar SD sampai dengan Perguruan Tinggi
sebagaimana termaktub dalam Tap MPR Tahun 1983 (Abdul Majid
dkk, 2005:137-140).
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna
maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai
Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas
sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai
keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian
akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akherat kelak.
C. Prestasi Belajar
48
1. Pengertian Prestasi Belajar
Sukmadinata (2004:102) berpendapat bahwa prestasi belajar atau
hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-
kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Apa yang terbayang dalam fikiran masing-masing orang apabila
mendengar kata “test” belum tentu merupakan konsep yang benar,
walaupun biasanya memang menggambarkan situasi yang kurang
lebih serupa. Salah satu hal terpenting adalah hasil pengukuran yang
diperoleh oleh test prestasi belajar, yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk njilai-nilai individual. Suatu keputusan administratif,
umpamanya dalam pengisian rapor tidaklah dapat dilakukan tanpa
terlebih dahulu mengadakan prestasi belajar. Selain itu pengguanaan
test prestasi juga dapat melihat sejauh mana kemajuan belajar yang
telah dapat dicapai oleh siswa dalam suatu program pembelajaran
(Azwar :8)
Menurut Dictionary of Psychology disebutkan bahwa belajar
memiliki dua definisi. Pertama; belajar diartikan “the process of
acquiring knowledge”. Kedua, belajar diartikan “a relatively
permanent change potentiality which occurs as a result of reinforced
practice”. Pengertian pertama, belajar memiliki arti suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu
perubahan kemampuan untuk bereaksi yang relatif langgeng sebagai
hasil latihan yang diperkuat (Syah, 2003). Pengertian belajar dari
49
Dictionary of Psychology ini menekankan aspek proses serta keadaan
sebagai hasil belajar.
Sedangkan Crow ad Crow dalam Educational Psychology (1984),
belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu
pengetahuan, dan sebagai sikap, termasuk penemuan baru dalam
mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan, dan
menyesuaikan situasi baru.
A. Caurine juga mendefinisikan belajar adalah modifikasi atau
memperteguh perilaku melalui pengalaman.
Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi
perkembangan individu, belajar akan terjadi setiap saat dalam diri
seseorang dimanapun dan kapanpun proses belajar dapat terjadi.
Belajar tidak hanya terjadi di bangku sekolah, tidak hanya terjadi
ketika siswa berinteraksi dengan guru, tidak hanya ketika seseorang
belajar membaca, menulis dan berhitung. Belajar bukan hanya seperti
ketika seseorang belajar sepeda, belajar menjahit atau belajar
mengoperasikan komputer. Belajar bisa terjadi dalam semua aspek
kehidupan. Belajar sudah terjadi sejak anak lahir bahkan sebelum lahir
atau dikenal dengan pendidikan pranatal, dan akan berlanjut hingga
ajal tiba (Sriyanti :16).
Belajar merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan orang.
Belajar hampir dilakukan setiap waktu, kapan saja, dimana saja, dan
sedang melakukan apa saja, misalnya di sekolah, di rumah, di jalan, di
50
pasar, di dalam bus, sedang bekerja, sedang bermain, dan seterusnya
(Baharuddin :157). Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan
seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui
pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.
Sebagai istilah psikologi dan pendidikan, “belajar” dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah learning. Definisi belajar menurut
psikologi bermacam-macam; tidak ada satu rumusan definisi yang
diterima atau yang memuaskan semua pakar dan teoritisi.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan hal-hal pokok
dalam belajar adalah sebagai berikut:
• Perubahan dengan mendapatkan kecakapan baru.
• Latihan atau praktik tersebut terjadikarena usaha.
• Perubahan tingkah laku aktual maupun potensial
(Baharuddin :158-159).
Menurut Sumardi Suryabrata (2004), hal-hal pokok yang ada dalam
definisi belajar adalah:
1. Bahwa belajar itu membawa perubahan, baik yang aktual maupun
yang potensial.
2. Bahwa perubahan itu pada pokoknya mendapatkan kecakapan
baru.
3. Bahwa perubahan itu terjadi karena adanya usaha/disengaja.
Menurut Baharuddin & Esa N.W (2007), ciri-ciri belajar meliputi:
51
1. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku.
2. Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relatif permanen.
3. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat
berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa
jadi bersifat potensial.
4. Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau
pengalaman.
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan.
Syah (2003) menjelaskan bahwa perubahan sebagai hasil belajar
itu memiliki tiga ciri, yaitu:
1. Perubahan intensional
Perubahan intensional adalah perubahan yang terjadi dalam diri
individu dilakukan dengan sengaja atau disadari. Maksudnya,
perubahan sebagai hasil belajar bukanlah suatu kebetulan, akan
tetapi perubahan itu disengaja dan disadari sebelum aktivitas
belajar. Apabila suatu perubahan yang terdapat dalam diri
individu tidak disengaja dan tidak disadari bukan disebut belajar.
2. Perubahan itu positif dan aktif
Perubahan sebagai ciri belajar bersifat positif dan aktif . bersifat
aktif maksudnya itu baik, bermanfaat, dan sesuai yang diharapkan
oleh individu. Apabila perubahan dalam diri individu membawa
kesengsaraan, maka bukanlah aktivitas belajar. Kemudian
52
perubahan bersifat aktif, maksudnya perubahan yang terjadi
secara alamiah.
3. Perubahan itu efektif dan fungsional
Perubahan sebagai ciri belajar bersifat efektif dan fungsional.
Perubahan bersifat efektif, artinya perubahan itu berhasil guna
adalah perubahan yang bermakna dan bermanfaat bagi diri
individu. Sedangkan perubahan bersifat fungsional artinya
perubahan itu relatif permanen dan siap dibutuhkan setiap saat.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
a. Intelegensi atau kecenderungan
Intelegensi adalah tingkat kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah, beradaptasi dan belajar mengenai suatu hal.
b. Bakat
Bakat merupakan bentuk khusus superioritas dalam lapangan
pekerjaan tertentu, seperti bidang musik, ilmu pasti, ilmu social,
dan ilmu teknik.
Seorang individu biasanya lebih cakap dalam suatu
lapangan kegiatan tertentu daripada yang lain. Hal ini
menunjukkan adanya suatu kecakapan atau bekal yang diwarisi
atau tersembunyi yang menjadikan ia sangat cakap dalam lapangan
tertentu, keadaan seperti ini dimiliki dan tidak terjadi pada orang
lain.
c. Perhatian
53
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang tertinggi, jiwa itu pun semata-
mata tertuju pada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.
Sebagai siswa hendaknya mempunyai perhatian yang rendah
terhadap materi/bahan pelajaran yang dipelajarinya, karena jika
tidak demikian akan timbul kebosanan dan akibatnya siswa
tersebut tidak lagi suka belajar.
d. Minat
Minat adalah keinginan untuk memperhatikan atau melakukan
suatu kegiatan yang diminati seseorang akan terus-menerus
diperhatikan dan biasanya disertai dengan perasaan senang,
sehingga antara perhatian dan minat adalah beda, sebab kalau
perhatian itu sifatnya sementara dan belum tentu dibarengi dengan
perasaan senang. Sedangkan kalau minat itu selalu dibarengi
dengan perasaan senang yang akhirnya diperoleh kepuasan.
e. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam belajar,
karena motivasi memberi semangat pada seorang anak dalam
kegiatan-kegiatan belajarnya. Kata motivasi berasal dari kata
motivation, dan kata motivation berasal dari kata “Motive” dalam
istilah psikologi berarti tenaga yang mendorong seseorang untuk
bertindak melakukan sesuatu. Prestasi yang tinggi, apabila
motivasi belajar murid berkurang, akan berkurang pulalah kegiatan
dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi.
54
f. Kepribadian
Kepribadian seseorang selalu ada kemungkinan untuk berubah dan
berkembang, karena di samping adanya faktor dari dalam ada juga
faktor-faktor dari luar yang dapat mempengaruhi kepribadian
seseorang. Kepribadian seseorang ini dapat nampak dalam tingkah
lakunya sehari-hari.
3. Manifestasi Hasil Belajar
a. Kebiasaan
Salah satu wujud hasil belajar adalah adanya perubahan kebiasaan
dalam diri indvidu. Orang yang berhasil belajar akan mengurangi
kebiasaan- kebiasaan yang tidak diperlukan. Keberhasilan belajar
akan menjadikan seseorang akan berperilaku positif yang relatif
menetap dan otomatis.
b. Keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat
syaraf dan otot yang bersifat motorik. Kegiatan ini membutuhkan
koordinasi gerak yang teliti dan memerlukan kesadaran yang
tinggi. Oleh sebab itu, hasil belajar dapat dilihat dari tingkat
keterampilan yang ada dalam diri individu.
c. Pengamatan
Pengamatan dapat diartikan proses penerimaan, menafsirkan dan
mengartikan rangsangan yang masuk melalui panca indra, terutama
55
mata dan telinga. Seseorang yang belajar akan menghasilkan
pengamatan yang objektif dan benar.
d. Berpikir assosiatif dan daya ingat
Seseorang yang belajar akan menjadikan dirinya mampu berpikir
assosiatif dan meningkatkan daya ingat. Akan Berpikir assosiatif
maksudnya berpikir untuk menghubungkan sesuatu dengn sesuatu
lainnya. Orang yang belajar akan mudah melakukan berpikir
assosiatif tersebut. Selain itu, orang belajar akan memiliki daya
ingat yang lebih baik.
e. Berpikir rasional dan kritis
Proses belajar akan menjadikan seseorang dapat brpikir rasional
dan kritis. Berpikir rasional berarti mampu menggunakan logika
untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menyimpulkan,
bahkan meramalkan sesuatu.
f. Sikap
Sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk mereaksi
terhadap sesuatu hal. Hasil belajar akan ditandai munculnya
kecenderungan baru dalam diri seseorang dalam menghadapi suatu
objek, tata nilai, peristiwa.
g. Inhibisi
Inhibisi dalam konteks belajar dapat diartikan kesanggupan
individu untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak
perlu dan mampu memilih dan melakukan tindakan lain yang lebih
56
baik. Hasil belajar dapat dilihat adanya kesanggupan individu
dalam melakukan sesuatu secara baik.
h. Apresiasi
Hasil belajar dapat dilihat adanya apresiasi dalam diri individu
yang belajar. Orang belajar akan muncul kemampuan untuk
menilai dan menghargai terhadap sesuatu objek tertentu.
i. Tingkah laku efektif
Orang belajar akan memiliki tingkah laku yang efektif. Tingkah
laku yang efektif ini dapat dilihat sebagai wujud dari hasil belajar.
Seseorang dikatakan berhasil belajar jika orang tersebut memiliki
tingkah laku yang memiliki manfaat (Sriyanti 2011: 16-25).
Prestasi belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk-bentuk
skor atau angka-angka setelah melalui suatu tindakan analisa
tertentu. Prestasi belajar juga dapat diketahui melalui suatu alat tes
yang dibuat oleh guru atau orang lain yang dipercayakan dan
memenuhi persyaratan.
D. Korelasi Sikap Siswa Terhadap Kegiatan Ekstrakurikuler Kegamaan
dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)
Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan merupakan suatu kegiatan
merupakan suatuu kegiatan yang dilakukan diluar jam sekolah, atau
merupakan jam tambahan bagi siswa untuk memperluas dan memperkaya
kemampuan peserta didik dalam hal keagamaan. Kegiatan ini dilakukan
untuk mengembangkan minat dan bakat siswa diluar bidang akademik,
57
khususnya dalam bidang keagamaan. Seperti kegiatan MTQ, rebana dan
lain-lain.
Peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan
memiliki prestasi yang lebih dalam prestasinya. Karena siswa tersebut
memliliki intelegensi lebih mengenai pelajaran yang ia dapatkan saat
megikuti kegiatan tersebut. Selain prestasinya yang tinggi, peserta didik
juga memiliki kemampuan keagamaan yang baik, selain itu mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler keagamaan juga dapat menunjang nilai
Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa. Seperti yang telah disebutkan
dalam teori tentang musik, yaitu berhubungan dengan kegiatan
ekstrakurikuler rebana. Bahwasanya gelombang alpha yang dikeluarkan
dari suara rebana dapat mengembangkan kecerdasan siswa. dengan
menstimulasi otak dengan audio gelombang pada frekwensi tertentu.
Diharapkan dengan stimulus ini otak jadi terlatih untuk selalu maksimal
dalam melakukan aktivitasnya. Meningkatkan kecerdasan, konsentrasi,
daya ingat dan kreativitas/kreatif. Caranya yaitu cukup mendengarkan
audio yang dirancang untuk meningkatkan kecerdasan dalam format MP3
dan WAV dalam suasana santai.
(http://www.gelombangotak.com/kecerdasan_daya_ingat.htm, diambil pada
selasa, 29 September 2015 jam 13:33).
Kecerdasan juga bisa didapatkan dengan menggunakan musik
khusus yang berfungsi menarik gelombang otak ke Alfa-Theta selama 20