KORELASI ANTARA PENGETAHUAN TEORI ILMU TAJWID DENGAN KEBENARAN MEMBACA AL-QUR’AN PADA KEGIATAN BACA TULIS AL-QUR’AN (BTQ) PROGRAM KEPUTRIAN KELAS X SMAN 70 JAKARTA Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Serjana Pendidikan Islam (S. Pd) Oleh: Wardiah Aeni (13311302) JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT ILMU AL- QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1438 H/ 2017 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KORELASI ANTARA PENGETAHUAN TEORI
ILMU TAJWID DENGAN KEBENARAN
MEMBACA AL-QUR’AN PADA KEGIATAN
BACA TULIS AL-QUR’AN (BTQ) PROGRAM
KEPUTRIAN KELAS X SMAN 70 JAKARTA
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Serjana Pendidikan Islam (S. Pd)
Oleh:
Wardiah Aeni
(13311302)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT ILMU AL-
QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1438 H/ 2017 M
KORELASI ANTARA PENGETAHUAN TEORI
ILMU TAJWID DENGAN KEBENARAN
MEMBACA AL-QUR’AN PADA KEGIATAN
BACA TULIS AL-QUR’AN (BTQ) PROGRAM
KEPUTRIAN KELAS X SMAN 70 JAKARTA
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Serjana Pendidikan Islam (S. Pd)
Oleh:
Wardiah Aeni
(13311302)
Pembimbing:
Dr. Hj. Romlah Widayati M. Ag
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT ILMU AL-
QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1438 H/ 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bernilai
mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penutup para nabi dan rasul dengan perantara malaikat
Jibril, diriwayatkan secara mutawattir, membacanya
terhitung sebagai ibadah dan tidak ditolak kebenaranya.1
Al-Qur’an juga dapat diartikan kalamullah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk
disampaikan kepada umat manusia sebagai petunjuk hidup
bagi seluruh umat. Al-Qur’an merupakan pedoman,
tuntunan dan pegangan bagi umat muslim dalam menjalani
hidup.2 Pedoman inilah yang akan menuntun,
membimbing dan mengarahkan manusia kejalan yang
benar dan diridhoi oleh Allah SWT.
Al-Qur’an adalah bacaan umat Islam, sangat
dianjurkan untuk membacanya dan menjadikannya sebagai
1 Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h.1. 2 Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Antar
Nusa, 2010), h 10-14.
2
bacaan keseharian.3 Membaca Al-Qur’an merupakan
perintah Allah SWT serta bernilai ibadah bagi para
pembacanya. Al-Qur’an memiliki banyak manfaat bagi
para pembacanya, sebagaimana diterangkan dalam firman
Allah SWT pada QS. al-Isra’ ayat 9:
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS.al-
Isra’ [17]: 9).
Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad
agar menjadi pedoman hidup bagi umat, nabi Muhammad
dalam menjalani kehidupan di dunia demi meraih
kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat. Sebagai
bacaan umat nabi Muhammad SAW dalam keseharian, Al-
Qur’an menjadikan/memberikan ketenangan dalam jiwa,
memperkokoh iman, menjadikan cahaya penerang hati
bagi mereka yang membacanya.
3 Abdul Aziz Abdur Rauf Al-Hafizh, Panduan Ilmu Tajwid
Aplikatif, (Jakarta: Markaz Al-Qur’an, 2015), h.1.
3
Akan tetapi yang perlu digaris bawahi disini adalah
untuk dapat memperoleh fungsi dan manfaat di atas, maka
umat Islam harus memperhatikan adab dan tatacara dalam
membaca Al-Qura’an yang baik dan benar. Ketika
membaca Al-Quran hendaknya harus menutup aurat dan
berada dalam kondisi yang suci, dan yang paling penting
adalah dalam membaca Al-Quran tidak boleh asal baca
tanpa memperhatikan kaedah dan hukum tajwidnya.
Allah yang menurunkan Al-Qur’an sebagai “bacaan
mulia” agar dapat menjadi petujuk bagi manusia dan
sangat peduli serta tidak segan-segan memberi peringatan
untuk tidak membacanya dengan “asal membaca”.4 Umat
Islam harus membaca Al-Qur’an seperti bacaan yang telah
diturunkan kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana yang
telah diajarkan Jibril as kepada Rasulullah SAW dan
Rasulullah SAW kepada para sahabatnya, yakni dengan
cara pelan-pelan, tenang, hati-hati dan tidak tergesa-gesa
(tartil).5
Orang yang mampu membaca Al-Qur’an dengan
fasih dan tartil serta berupaya mampu mengamalkan apa
4 Ahmad Fathoni, LC., M.A., Metode Maisura, (Jakarta: Fakultas
Ushuluddin Institut PTIQ jakarta, 2013), h. 1. 5 Magdy Shehab, et,al., Kemukjizatan Al-Qur’an dan Sunnah,
(Jakarta: Naylal Moona,2011), h. 25.
4
yang terkandung didalamnya, mereka akan mendapat
pahala yang berlipat ganda. Akan tetapi sebaliknya jika
tidak membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta
tidak mau memahami makna yang terkandung di
dalamnya, sehingga dalam membaca Al-Qur’an kita asal
baca tanpa memperhatian kaedah tajwidnya dan tanpa
memaknai maknanya, maka akan mendapat laknat dari
Allah SWT.
Dalam sebuah atsar yang disandarkan kepada Anas
bin Malik menjelaskan bahwa banyak sekali orang yang
harusnya mendapat pahala karena membaca Al-Qur’an
tetapi malah mendapat laknat, hal ini disebabkan karena
dalam membaca Al-Qur’an banyak orang yang tidak
memperhatikan adab, tatacara yang baik serta kaedah
tajwid dalam membaca Al-Qur’an.
يَلعَنُهُ انُرَلقُا وَ انٍرَرُبَّ تَا لٍ لِلقُ“Banyak orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan Al-
Qur’an melaknatnya”6
Membaca Al-Qur’an haruslah dengan baik dan benar
serta sesuai dengan kaidah hukum tajwidnya. Sebagaimana
6 Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghozali,
Ilya Ulumuddin, jilid II, (Semarang:Toha Putra,2001), h.246
5
firman Allah SWT dalam QS al-Muzammil ayat 4 yng
berbunyai:
...
“...dan bacalah Al-Quran itu dengan tartil yang optimal”
(QS.al-Muzammil [73]: 4).7
Dalam QS. al-Muzzammil ini sangat jelas sekali
menekankan bahwa dalam membaca Al-Qur’an
diperintahkan untuk membaca secara perlahan, tartil dan
benar, sehingga makna yang terkandung di dalam Al-
Qur’an tidak berubah. Adapun maksud dengan perlahan
pada potongan ayat di atas adalah membaca Al-Qur’an
sesuai dengan kaedah hukum tajwid seperti bacaan mad,
idghm bi gunnah, idgham bila gunnah, iqlab, ikhfa’,
idzhar dan lain-lain.
Namun kenyataannya masih banyak ditemukan
masyarakat yang belum mengenal kaedah-kaedah tajwid,
bahkan masih banyak yang buta aksara Al-Qur’an. “Hasil
survei Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta menyebutkan
bahwa 65 persen umat Islam di Indonesia ternyata masih
buta aksara Al-Qur’an, 35 persen hanya bisa membaca Al-
7 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 638.
6
Qur’an saja sedangkan yang membaca dengan benar hanya
20 persen”8. Buta huruf Al-Qur’an tersebut tidak hanya
meliputi kalangan orang tua saja, tapi juga meliputi
kalangan pelajar. Kalangan muda atau pelajar sebagi
generasi penerus masa depan bangsa kini banyak yang
belum mengenal kaedah ilmu tajwid. Sebagaiman kita
ketahui bahwa ilmu tajwid adalah menjadi sarana
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Untuk tujuan
tersebut perlu kiranya generasi muda dibekali ilmu tajwid
agar fasih melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, dengan
kemahirannya dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an
akan tumbuh rasa cinta terhadap kitab sucinya, sehingga
Al-Qur’an akan menjadi kebutuhan dalam hidupnya. Dari
sinilah akan muncul generasi Al-Qur’an yang memiliki
akhlak mulia.
Untuk itu kiranya, pemerintah membuat kebijakan
untuk mulai memberlakukan kurikulum 2013 di sekolah-
sekolah dengan tujuan agar para siswa dan siswi tidak
hanya bagus pada ranah pengembangan kognitif
(pengethuan) saja, tetapi juga bagus pada ranah
pengembangan afektif (sikap) dan ranah pengembangan
8 Muhammad Amedz, Buta Huruf di Indonesia Sungguh
Menyedihkan, diakses pada tanggal 29 Maret 2017
7
psikomotorik (keterampilan). Kurikulum 2013 sangat
menekankan pada ranah afektif, hal ini dapat dilihat dari
isi K1(kompetensi inti) yaitu menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Salah satu
ajaran dan perintah agama Islam adalah agar seluruh umat
muslim bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Penelitian ini mencoba mengamati kegiatan belajar
mengajar Al-Qur’an di Sekolah Menengah Atas Negeri 70
Jakarta. Objek penelitian tersebut dilakukan atas dasar dua
hal. Pertama, karena dalam memberi pola pendidikan
kepada peserta didik, sekolah ini sudah menerapkan
kurikulum 2013 yang tidak hanya menekankan pada ranah
pengembangan kognitif (pengetahuan) siswa saja, tetapi
juga menekankan pada ranah afektif (sikap) dan ranah
psikomotorik (keterampilan) siswa. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya berbagai kegiatan yang
disajikan atau diprogramkan oleh pihak sekolah dan
pembina Rohani Islam (Rohis), guna membangun jiwa
keIslaman para peserta didik yang bergama Islam. Adapun
kegiatan yang disajikan adalalah: kegiatan salaman pagi,
kegiatan tilawah pagi, kegiatan kultum dan tadarrus
bersama pada hari jum’at serta kegiatan keputrian yang
meliputi bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ). Kedua,
8
SMA Negeri 70 Jakarta memiliki banyak keunggulan di
antaranya: merupakan salah satu sekolah favorit di Jakarta,
memiliki sarana dan prasana yang sudah memadai, serta
banyak menjuarai berbagai perlombaan yang
diselenggarakan oleh pemerintah. Akan tetapi banyak dari
para siswa dan siswi di sekolah ini yang kualitas membaca
Al-Qur’annya masih perlu banyak bimbingan karena para
siswi banyak yang belum pandai membaca Al-Qur’an
sesuai kaedah dan hukum tajwid, sehingga dari pihak
sekolah mengadakan suatu program keputrian yang
meliputi pembelajaran BTQ yang diadakan setiap hari
jumat.
Salah satu kegiatan di SMAN 70 Jakarta yang
menarik rasa keingin tahuan penulis adalah kegiatan
keputrian yang dilaksanakan setiap hari Jumat, kegiatan
keputrian ini meliputi kegiatan Baca Tulis Al-Quran
(BTQ). Kegiatan ini merupakan kegiatan yang khusus
diprogramkan untuk para siswi, tujuannya adalah untuk
menambah pengetahuan siswi mengenai segala sesuatu
yang berkaitan dengan Al-Qur’an selagi para siswa
melaksanakan ibadah shalat jum’at. Para siswi sangat
ditekankan mengikuti kegiatan keputrian ini dengan
harapan bahwa kegiatan keputrian ini dapat membantu
9
siswi agar dapat membaca Al-Quran dengan baik dan
benar.
Kegiatan membaca Al-Qur’an di SMA Negeri 70
Jakarta sudah ada dari tahun 2009, namun kegiatan ini
hanya dilaksanakan dua kali dalam seminggu, yakni pada
hari selasa dan hari rabu. Seiring berjalannya waktu
kegiatan ini semakin berkembang dan menjadi rutinitas
yang dilaksanakan setiap pagi yakni 45 menit sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai. Pada tahun 2013 kegiatan
membaca Al-Qur’an menjadi salah satu kegiatan resmi
yang disebut dengan kegiatan Baca Tulis Al-Qur’an
(BTQ) atau kegiatan keputrian yang dilaksanakan setiap
hari jum’at. Kegiatan BTQ diperuntukkan untuk para
siswa dan dimulai setelah para siswa menunaikan ibadah
shalat Jum’at, sedangkan kegiatan keputrian diperuntukan
untuk para siswi dan dimulai ketika para siswa
melaksanakan kegiatan ibadah shalat jum’at. Kegiatan
BTQ dan kepurian diberlakukan secara bertahap, yakni
pada awal 2013 kegiatan ini diperuntukan untuk kelas X
SMA kemudian pada tahun 2014 sampai dengan saat ini
10
kegiatan BTQ dan keputrian berlaku juga untuk kelas XI
SMA.9
Kegiatan keputrian pada kelas XI tidak berjalan
efektif seperti yang berlangsung pada kelas X, hal ini
dikarenakan kelas X lebih mudah diatur dan lebih
memiliki semangat untuk mengikuti kegiatan keputrian
dibandingkan dengan kelas XI. Hal ini dapat dibuktikan
dengan absen kehadiran siswi kelas X yang hampir
keseluruhannya selalu mengikuti kegiatan keputrian.
Sedangkan kelas XI sangat jarang mengikuti kegiatan
keputrian. Sehingga penulis lebih memfokuskan dan
membatasi penelitian ini terhadap kelas X guna
memperoleh data yang valid dan akurat.
Adapun penelitian ini dilakukan atas keingintahuan
penulis tentang adakah korelasi antara pengetahuan teori
ilmu tajwid dengan kebenaran membaca Al-Qur’an siswi
kelas X pada kegiatan BTQ program keputrian. Penulis
lebih menfokuskan penelitian ini kepada para siswi, karena
program keputrian ini dikhususkan untuk menambah
pengetahuan para siswi mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Al-Qur’an ketika para siswa sedang melaksanakan
9 Wawancara dengan pembina Rohis SMA Negeri 70 Jakarta,
Muhammad Akhid, Bulungan, 29 Maret 2017
11
ibadah Shalat Jum’at. Dalam penelitian ini penulis akan
meneliti adakah korelasi antara teori ilmu tajwid dengan
kebenaran membaca Al-Qur’an siswi kelas X pada
program keputrian SMAN 70 Jakarta yang diajukan dalam
bentuk skripsi yang berjudul “Korelasi Antara
Pengetahuan Teori Ilmu Tajwid Dengan Kebenaran
Membaca Al-Qur’an Pada kegiatan Baca Tulis Al-
Qur’an (BTQ) Program Keputrian Kelas X SMAN 70
Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar
belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian
ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Peran sekolah terhadap pembentukan jiwa keIslaman
para siswi
2. Pengaruh kegiatan keputrian terhadap pembentukan
akhlak dan karakter siswi
3. Pengaruh kegiatan keputrian dalam meningkatkan
motivasi siwi dalam membaca dan menulis Al-Qur’an
4. Korelasi antara pengetahuan teori ilmu tajwid dengan
kebenaran membaca Al-Qur’an
12
5. Korelasi antara pengetahuan teori ilmu tajwid dengan
kemampuan siswi dalam menulis ayat Al-Qur’an
6. Peran orang tua terhadap kemanpuan anak dalam
mebaca dan menlis Al-Qur’an
7. Peran orang tua dalam membangun jiwa keIslaman bagi
para siswi
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menfokuskan permasalahan dan
membuat penelitian ini lebih terarah maka berdasarkan
latar belakang masalah di atas penulis membatasi
penelitian ini khusus pada analisis point 4 yaitu:
Korelasi Antara Pengetahuan Teori Ilmu Tajwid
Dengan Kebenaran Membaca Al-Qur’an Pada Kegiatan
Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) Program Keputrian Siswi
Kelas X SMAN 70 Jakarta.
Peneliti memilih untuk melakukan penelitian
pada siswi kelas X dikarenakan beberapa alasan dan
pertimbangan di antaranya yaitu: Pertama, kegiatan
keputrian ini merupakan salah satu program yang
dibuat untuk para siswi khususnya kelas X. Kedua,
siswi kelas X lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
13
keputrian, sehingga akan mudah terlihat output atau
hasilnya sehingga data yang diperoleh menjadi lebih
valid. Ketiga, karena kelas X lebih mudah untuk diajak
kerjasma dalam pelaksanaan penelitian ini.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka
permasalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: Adakah Korelasi Antara Pengetahuan
Teori Ilmu Tajwid Dengan Kebenaran Membaca Al-
Qur’an Pada Kegiatan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)
Program Keputrian Siswi Kelas X SMAN 70 Jakarta?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat
diketahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada korelasi antara pengetahuan teori ilmu tajwid
dengan kebenaran membaca Al-Qur’an pada kegiatan baca
tulis Al-Quran (BTQ) program keputrian siswi kelas X
SMAN 70 Jakarta
14
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara Toeritis
Manfaat teoritis adalah menjelaskan bahwa hasil
penelitian tersebut bemanfaat dalam memberikan
sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep-
konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan.
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini secara
teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan model
pembelajaran serta praktek pengembangan ilmu
pengetahuan terutama bidang studi pendidikan agama
Islam
2. Secara Praktis
Manfaat praktis adalah menjelaskan bahwa hasil
penelitian bermanfaat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pemecahan masalah yang berhubungan
dengan topik atau tema sentral dari suatu penelitian,
untuk memperbaiki, meningkatkan suatu keadaan
berdasarkan penelitian yang dilakukan.
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat:
15
a. Menyumbangkan pemikiran terhadap
pemecahan masalah yang berkaitan dengan
masalah kebenaran dalam membaca Al-Qur’an.
b. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi
penyusun program pemecahan masalah terhapat
kebenaran membaca Al-Qur’an.
c. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang ilmu tajwid dan kebenaran membaca
Al-Qur’an.
F. Tinjauan Pustaka
Sebagai rujukan komparatif, berikut disajikan
beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan
jenis penelitian masalah yang diteliti dalam penelitian ini.
Hasil penelitian yang sebelumnya yang akan dipaparkan
memberi inspirasi bagi munculnya penelitian ini, di mana
hasil penelitian tersebut membantu peneliti menentukan
fokus penelitian dengan melihat sisi-sisi yang belum