29.11 EDISI 29|11|13 | VOLUME III Upah Murah, Buruh Mogok N amaku Katiti. Sebelum jadi mahasiswa, aku per- nah bekerja di pabrik. Saat itu umurku baru 18 tahun. Dengan bekal ijasah STM aku merantau ke Serang, Banten, bekerja di pabrik permen. Aku kerja di bagian Quality Control. Aku bertanggungjawab pada kualitas produk. Walau kerjaku tak seberat bagian opera- tor, kami sama-sama berangkat pukul tujuh pagi. Pu- langnya pun sama, saat senja pukul enam sore. Waktu kerjaku tujuh jam sehari. Ditambah wajib lembur empat jam, jadi total kerjaku 11 jam. Di sana aku ngekos, sebulannya 300 ribu. Ukuran kamarnya 3x4 meter. Biaya makan dengan lauk tempe- tahu dan sesekali daging, sekitar 25 ribu per hari. Kebutu- han sehari-hari lainnya 200 ribu sebulan. Sebagai gadis muda, aku juga butuh main dan belanja. Untuk main dan belanja aku anggarkan 250 ribu. Terus aku alokasikan 200 ribu untuk hal-hal tak terduga lainnya. Jadi jumlah semua biaya sebulan 1,9 juta. Gaji yang kuterima hanya 2 juta perbulan. Tentu masih ada sisa, meski cuma 300 ribu. Saat orang tuaku perlu uang, aku kirim sebagian tabunganku. Praktis aku hanya punya sedikit tabungan. Aku bingung bagaimana masa depanku kelak. Misalnya bagaimana kelak biaya nikahku. Sekarang bukan lagi zamannya orang tua yang membiayai, tapi kita sendiri. Akhir Oktober lalu teman-teman buruh mogok na- sional. Tuntutannya naik upah 50% atau setara 3,7 juta sebulan. Ada yang pro, tak sedikit yang kontra. Yang mendukung, tentu mereka tahu betul tak enaknya jadi buruh murah. Yang kontra, mereka bilang pantas upah 2,2 juta sampai 2,4 juta, pasalnya buruh cuma lulusan SD/ SMP/ SMA. Kalau boleh jujur, dulu aku juga tak ingin hanya lulus SMA. Dan teman-teman pabrikku juga tak menginginkannya. Karena keluarga tak mampu, akhirnya kami harus merasa cukup lulus SMA dan bekerja. Padahal seperti lainnya, jika mampu, kami juga ingin kuliah. Dan tentu saja tak ada orang yang memilih miskin, bukan? Buruh menuntut upah naik itu wajar. Apalagi bagi yang punya keluarga. Mereka bermimpi anak- anaknya kuliah. Ya, biar nasibnya tak seperti orang tuanya. Dan soal upah naik, selalu saja harus dituntut. Sepertinya kesejahteraan buruh bukan jadi agenda para pemilik pabrik. Bila kita lihat statistik Indonesia tahun 2010-2012, dari 100% komponen indus- tri, upah buruh hanya pada kisaran 4,09%. Data tahun yang sama menyebut keun- tungan bersih mencapai 33.05%. Jadi bila upah buruh naik 50%, komponen biaya gaji naik menjadi 6,09%. Hitung-hitungan kasarnya, angka itu tak bakal mem- buat pabrik rugi. Di sisi lain, aku tahu tuntutan naik upah ini karena naiknya kebutuhan hidup. Sebutlah mulai dari makanan, tempat tinggal, bensin, jaminan kesehatan, jaminan hari tua dan se- terusnya. Tentu akan ber- beda ceritanya dengan negara di Amerika Latin yang pemerintahnya men- jamin kebutuhan dasar warganya. Sedang di Indo- nesia, semua harus diusa- hakan sendiri, seolah pe- merintah tak bekerja. Itulah sebab kenapa buruh mogok. Dan kenapa aku mendukungnya. [] DAFTAR ISI Upah Murah, Bu- ruh Mogok 1 Outbond Kopkun, Lupa Status dan Usia 2 Seperti Apa Geliat Komite Maha- siswa? 3 TTS Berhadiah 4 Tingkatan dalam Manajemen 5 Cerpen: Bakau Banggai 6 Si Kelas Menen- gah 8 Media Generasi Baru Koperasi
Buletin Bulanan Kopkun Corner diterbitkan oleh Koperasi Kampus Unsoed (Kopkun), Purwokerto, Indonesia | www.kopkun.com
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
29.11 EDISI 29|11|13 | VOLUME III
Upah Murah, Buruh Mogok
N amaku Katiti. Sebelum jadi mahasiswa, aku per-
nah bekerja di pabrik. Saat itu umurku baru 18
tahun. Dengan bekal ijasah STM aku merantau ke
Serang, Banten, bekerja di pabrik permen. Aku kerja di
bagian Quality Control. Aku bertanggungjawab pada
kualitas produk. Walau kerjaku tak seberat bagian opera-
tor, kami sama-sama berangkat pukul tujuh pagi. Pu-
langnya pun sama, saat senja pukul enam sore. Waktu
kerjaku tujuh jam sehari. Ditambah wajib lembur empat
jam, jadi total kerjaku 11 jam.
Di sana aku ngekos, sebulannya 300 ribu. Ukuran
kamarnya 3x4 meter. Biaya makan dengan lauk tempe-
tahu dan sesekali daging, sekitar 25 ribu per hari. Kebutu-
han sehari-hari lainnya 200 ribu sebulan. Sebagai gadis
muda, aku juga butuh main dan belanja. Untuk main dan
belanja aku anggarkan 250 ribu. Terus aku alokasikan 200
ribu untuk hal-hal tak terduga lainnya. Jadi jumlah semua
biaya sebulan 1,9 juta.
Gaji yang kuterima hanya 2 juta perbulan. Tentu
masih ada sisa, meski cuma 300 ribu. Saat orang tuaku
perlu uang, aku kirim sebagian tabunganku. Praktis aku
hanya punya sedikit tabungan. Aku bingung bagaimana
masa depanku kelak. Misalnya bagaimana kelak biaya
nikahku. Sekarang bukan lagi zamannya orang tua yang
membiayai, tapi kita sendiri.
Akhir Oktober lalu teman-teman buruh mogok na-
sional. Tuntutannya naik upah 50% atau setara 3,7 juta
sebulan. Ada yang pro, tak sedikit yang kontra. Yang
mendukung, tentu mereka tahu betul tak enaknya jadi
buruh murah. Yang kontra, mereka bilang pantas upah
2,2 juta sampai 2,4 juta, pasalnya buruh cuma lulusan SD/
SMP/ SMA.
Kalau boleh jujur, dulu aku juga tak ingin hanya lulus
SMA. Dan teman-teman pabrikku juga tak
menginginkannya. Karena keluarga tak mampu, akhirnya
kami harus merasa cukup lulus SMA dan bekerja. Padahal
seperti lainnya, jika mampu, kami juga ingin kuliah.
Dan tentu saja tak ada
orang yang memilih miskin,
bukan?
Buruh menuntut upah
naik itu wajar. Apalagi bagi
yang punya keluarga.
Mereka bermimpi anak-
anaknya kuliah. Ya, biar
nasibnya tak seperti orang
tuanya. Dan soal upah naik,
selalu saja harus dituntut.
Sepertinya kesejahteraan
buruh bukan jadi agenda
para pemilik pabrik.
Bila kita lihat statistik
Indonesia tahun 2010-2012,
dari 100% komponen indus-
tri, upah buruh hanya pada
kisaran 4,09%. Data tahun
yang sama menyebut keun-
tungan bersih mencapai
33.05%. Jadi bila upah buruh
naik 50%, komponen biaya
gaji naik menjadi 6,09%.
Hitung-hitungan kasarnya,
angka itu tak bakal mem-
buat pabrik rugi.
Di sisi lain, aku tahu
tuntutan naik upah ini
karena naiknya kebutuhan
hidup. Sebutlah mulai dari
makanan, tempat tinggal,
bensin, jaminan kesehatan,
jaminan hari tua dan se-
terusnya. Tentu akan ber-
beda ceritanya dengan
negara di Amerika Latin
yang pemerintahnya men-
jamin kebutuhan dasar
warganya. Sedang di Indo-
nesia, semua harus diusa-
hakan sendiri, seolah pe-
merintah tak bekerja.
Itulah sebab kenapa
buruh mogok. Dan kenapa
aku mendukungnya. []
DAFTAR ISI
Upah Murah, Bu-
ruh Mogok
1
Outbond Kopkun, Lupa Status dan Usia
2
Seperti Apa Geliat
Komite Maha-
siswa?
3
TTS Berhadiah 4
Tingkatan dalam
Manajemen
5
Cerpen: Bakau
Banggai
6
Si Kelas Menen-
gah
8
Media Generasi Baru Koperasi
Pilot Project Kopkun Dampingi Usaha Anggota
Jajang bersama anggota
kelompoknya sedang
memperagakan yel-yel.
Peserta lain menonton
dan bersorak.
B uka sitik joss!” seru personil Kop-
kun bersamaan. Gelak tawa
dan lantunan tembang Buka
Sitik Joss yang asik itu mengiringi laju
bus menuju Kebumen. Perjalanan itu
diisi Panitia dengan aneka permainan.
Permainannya berisi hukuman seperti
joget, menyanyi atau menggombal.
Yang dapat kertas undian kosong
girang bukan main.
Sedang yang dapat hukuman,
siap-siap pasang muka tembok.
Seperti Firman, Indah, Asad dan Sulis,
mereka kena hukum. Mereka harus
mengikuti instruksi undian seperti
nyanyi, joget, dan stand up comedy.
Satu per satu mereka show up. Tentu
saja kadang aksinya garing dan bikin
yang lain ketawa. “Krik krik krik”, seru
peserta lainnya.
Agenda out bond seperti ini rutin
Kopkun selenggarakan setahun sekali.
“Tujuannya ya untuk menyegarkan
pikiran dan mental. Rutinitas kerja
tentu membuat kita beku. Nah out
bond juga membantu menjalin kekom-
pakan tim”, terang Firdaus Putra,
Manajer Personalia.
Ada dua destinasi out bond tahun
ini. Yang pertami kami susuri Gua Jati-
jajar. Personil menyebar menikmati
tempat wisata itu. Jatijajar dipilih seba-
gai nama karena dulu saat gua itu
ditemukan pada 1802, ada dua po-
hon jati di tepi mulut guanya. Namun
versi lain menyebut nama itu terkait
dengan legenda Kamandaka. Saat
dikejar masuk ke gua, Kamandaka
menyebutkan jati dirinya, putra
mahkota Pajajaran.
Destinasi berikutnya di Pantai Jetis,
Nusawungu, Cilacap. Pantai ini berba-
tasan langsung dengan Pantai Ayah,
Kebumen. Di pantai Jetis ini Panitia
menggelar out bond. Awalnya peserta
dibagi jadi lima kelompok. Syaratnya
satu kelompok tersusun dari unsur:
karyawan, parttimer dan Kader Madya
Kopkun. “Ini memang disengaja agar
mereka mengenal satu sama lain.
Khususnya para kader agar men-
genal personil Kopkun lainnya”,
terang Nanang, Panitia.
Sedikitnya lima permainan Pani-
tia siapkan. Tiap permainan dis-
ediakan hadiah hiburan. Permainan
itu seperti: mengisi penuh ember
dengan air laut. Menjadi menantang
karena peserta harus berjalan mun-
dur. Ada juga permainan yang
menyaratkan kekompakan dan
kepercayaan. Satu orang akan
menjatuhkan diri ke teman kelompo-
knya. Yang lain memanggul setinggi
bahu dan sisanya menerima hem-
pasan tubuhnya. “Awalnya mereka
takut, lalu kami yakinkan bahwa
game ini aman. Makanya harus
percaya dan kompak”, ujar Katiti,
Panitia.
Permainan puncaknya adalah
perang air. Tiap kelompok diberi
plastik untuk diisi air laut. Mereka
harus mempertahankan slayer kertas
dari serangan air. Sebaliknya,
mereka menyerang kelompok lain.
Kelompok dengan slayer kertas yang
bertahan hingga akhir, itulah pe-
menangnya.
Menariknya, semua peserta
menikmati perang air itu dan melu-
pakan status juga usianya. “Lihat
Mbak Endah, Mbak Tini dan Mbak
Isti, ikut-ikutan jadi seperti anak kecil
perang-perangan”, ujar Nurrohmat,
Panitia. “Dan memang itulah tu-
juannya. Saat kita terlupa pada
status dan usia, kita akan temukan
kembali makna diri yang lebih se-
gar”, sambungnya.
Selesai perang air, seluruh pe-
serta membersihkan pantai dari
sampah dan plastik yang dipakai
untuk bermain. Sayonara, kami
pulang ke Purwokerto. []
Page 2 Kopkun Corner Edis i 29|11|13
Outbond Kopkun, Lupa Status dan Usia
“Dan memang itulah tujuannya.
Saat kita terlupa pada status dan
usia, kita akan temukan kembali
makna diri yang lebih segar”.
Patung
Kamandaka,
Lutung
Kasarung di
Gua Jatijajar
Kebumen.
Page 3 Kopkun Corner Edis i 29|11|13
P asca Basic Training Angkatan
ke-2, 50an Kader Muda Kopkun
mulai beraktivitas. Sedikitnya
ada dua kegiatan besar yang akan
mereka helat sejak November 2013
sampai Januari 2014.
Kader-kader Muda itu tergabung
dalam Komite Mahasiswa sebagai
wadah kaderisasi Kopkun. Anis
Saadah, Ketua Komite mengatakan,
“Senang melihat teman-teman Kader
Muda bisa langsung aktif di Kopkun.
Sekarang mereka sedang memper-
siapkan Educamp 2013 dan Promalis
2014”.
Educamp Angkatan ke-2 meru-
pakan ajang pendidikan menengah
perkoperasian. Rencananya akan
diadakan di Curug Ceheng, Pur-
wokerto pada 6-8 Desember men-
datang. Educamp akan diikuti 50
peserta dari Koperasi Mahasiswa
(Kopma) se-Jawa.
Terkait detail kegiatan, Yasrul
Khoirudin, Ketua Panitia, menjelaskan,
“Konsepnya seperti tahun lalu,
berkemah alam bebas. Untuk makan,
mereka akan disediakan bahan men-
tah. Jadi kekompakan tim sudah di-
bangun sejak awal”, ujarnya.
Peserta paling tidak akan mene-
rima tujuh materi dasar. Ada juga satu
sesi khusus melakukan eksposur lang-
sung turun ke masyarakat. Tidak ket-
inggalan sesi sharing kelompok seban-
yak 14 kali.
Tujuan dari Educamp yang se-
bagian besar pesertanya adalah
kader-kader Kopma, untuk merang-
sang peserta berfikir ulang tentang
koperasinya. “Kemapanan berfikir itu
berbahaya. Nah di Educamp ini, kader
dirangsang untuk meragukan semua
hal yang sudah mapan. Harapannya
setelah pelatihan tiga hari, mereka
kembali ke Kopma dengan perspektif
yang baru”, terang Anis.
Selain Educamp yang akan meny-
ita banyak energi, kegiatan Program
Magang Liburan Semester (Promalis)
akan diselenggarakan pada Januari
2014 mendatang. Promalis meru-
pakan kegiatan tahunan Kopkun
yang bertujuan memfasilitasi maha-
siswa magang di instansi tertentu.
Dhani Riyanto, Ketua Panitia
Promalis mengungkapkan, “Tahun ini
kami menargetkan 100 peserta bisa
difasilitasi di 20an instansi mitra.
Seperti Promalis tahun sebelumnya,
peserta harus melalui seleksi dan
wawancara”, terangnya.
Sejak tahun kemarin, Promalis
Kopkun bisa menerima peserta dari
luar Universitas Jenderal Soedirman
(Unsoed). “Jadi ke depan peserta
bisa berasal dari UMP, STAIN, UN-
WIKU, LP3EI dan perguruan tinggi lain
di Purwokerto”, tambah Dhani.
Di samping mempersiapkan dua
kegiatan besar itu, Komite Maha-
siswa juga intensif membekali Kader-
kader Muda melalui serangkaian
diskusi. “Tujuannya agar mereka bisa
mengenal seluk-beluk koperasi,
organisasi, manajemen dan seba-
gainya”, ujar Anis.
Pola multistasking digunakan
Kopkun agar semua kader bisa
terlibat aktif. Secara umum kader
harus menyerap empat materi
utama: Makro Ideologi, Mikro Or-
ganisasi, Pendekatan Sosial Ekonomi
dan Pendekatan Ekonomi Politik
Selain materi di atas, kader juga
dilatih mempraktikkannya.
“Sehingga secara umum pola kader-
isasi Kopkun memperhatikan tiga
dimensi utama: kognitif, psikomotorik
dan afeksi. Tiga hal itu harus berim-
bang. Ujungnya kader Kopkun itu
kritis, militan, disiplin dan seterusnya”,
terang Dodi Faedulloh, Kabid Or-
ganisasi. []
“Sehingga secara umum pola
kaderisasi Kopkun memperhatikan
tiga dimensi utama: kognitif, psiko-
motorik dan afeksi”
Suasana rapat panitia
Educamp dan Promalis di
Ruang Kader Kopkun 2 Lt.
2, Karangwangkal.
Seperti Apa Geliat Komite Mahasiswa?
Pertanyaan
Mendatar:
1. Jenis koperasi
6. Kode maskapai
Zimbabwe
7. Ibnu Rushd
9. Pemutusan Hubungan
Kerja
10. Tiruan
12. Tidak
14. Daerah/ wilayah
(Jawa)
17. Cum Suis atau dkk.
18. Nama dewa
Menurun:
2. Kegemukan
3. Benda terbang
4. Restoran Jepang, menyajikan Sushi
5. Organisasi persaudaran Islam, Mesir
8. Mata pelajaran sekolah
11. Hutan
13. Kakak laki-laki (Korea)
15. Surat janji pembayaran
16. Hubungan Internasional
Ketentuan:
1. TTS Berhadiah ini terbuka untuk semua orang di wilayah Purwokerto.
2. Jawaban dikirim ke Kopkun dengan menyertakan Nama, No. HP dan struk
belanja miminal Rp. 10.000 di Kopkun Swalayan. Atau email ke: kop-