Top Banner
Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk Industri Bogar, 4 Agustus 2005 KONTRIBUSI PERGURUAN TINGGI DAN LlTBANG PAD A PENGEMBANGAN PEMANFAATAN SURFAKTAN Dr. Ir. Erliza Hambali' • Ketua Surfactant Research and Development Center (SRDC), LPPM-IPB 1. Latar Belakang Dewasa ini, umumnya surfaktaniemulsifier disintesis dari rninyak bumi (petrokimia). Minyak bumi tidak hanya digunakan untuk membuat surfaktan, namun digunakan pula sebagai salah satu sumber energi utama bagi kehidupan man usia. Tidak salah beranggapan bahwa minyak bumi ini merupakan sumber devisa negara. Namun saat ini, berdasarkan sifat minyak bumi sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui mengakibatkan cadangan minyak bumi semakin menipis. Oleh karena itu kita tidak bisa lagi mengandalkan faktor migas sebagai sumber devisa. Pemerintah dapat mencari sektor lain sebagai sumber devisa negara, yakni dengan mengembalikan sektor pertanian sebagai alternatif pengganti sektor migas yang perlu dikembangkan. Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Produksi kelapa sawit Indonesia tercatat sebagai nomor dua dunia setelah Malaysia dengan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebesar 5 juta hektar dengan produksi 7,65 juta ton per tahun (dapat dilihat pad a TabeI1). Tabel 1. Negara-negara penghasil minyak sawit dunia tahun 2004 Negara Produksi Uuta ton) Malaysia 12.08 Indonesia 13.97 Colombia 0.63 Thailand 0.67 Lainnya 3.28 Total 30.63 Sumber : 011 Word Annual, 2005 9
16

Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Dec 26, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk Industri Bogar, 4 Agustus 2005

KONTRIBUSI PERGURUAN TINGGI DAN LlTBANG PAD A

PENGEMBANGAN PEMANFAATAN SURFAKTAN

Dr. Ir. Erliza Hambali'

• Ketua Surfactant Research and Development Center (SRDC), LPPM-IPB

1. Latar Belakang

Dewasa ini, umumnya surfaktaniemulsifier disintesis dari rninyak bumi

(petrokimia). Minyak bumi tidak hanya digunakan untuk membuat surfaktan,

namun digunakan pula sebagai salah satu sumber energi utama bagi kehidupan

man usia. Tidak salah beranggapan bahwa minyak bumi ini merupakan sumber

devisa negara. Namun saat ini, berdasarkan sifat minyak bumi sebagai sumber

daya alam yang tidak dapat diperbaharui mengakibatkan cadangan minyak bumi

semakin menipis. Oleh karena itu kita tidak bisa lagi mengandalkan faktor migas

sebagai sumber devisa.

Pemerintah dapat mencari sektor lain sebagai sumber devisa negara,

yakni dengan mengembalikan sektor pertanian sebagai alternatif pengganti sektor

migas yang perlu dikembangkan. Pengembangan agribisnis kelapa sawit

merupakan salah satu langkah yang diperlukan sebagai kegiatan pembangunan

subsektor perkebunan dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Produksi kelapa

sawit Indonesia tercatat sebagai nomor dua dunia setelah Malaysia dengan luas

perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebesar 5 juta hektar dengan produksi 7,65

juta ton per tahun (dapat dilihat pad a TabeI1).

Tabel 1. Negara-negara penghasil minyak sawit dunia tahun 2004

Negara Produksi Uuta ton)

Malaysia 12.08

Indonesia 13.97

Colombia 0.63

Thailand 0.67

Lainnya 3.28

Total 30.63

Sumber : 011 Word Annual, 2005

9

Page 2: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk Industri Bogar, 4 Agustus 2005

Indonesia dan Malaysia memiliki potensi lahan yang subur serta pasokan

tenaga kerja yang cukup untuk menjadikan kelapa sawit sebagai and alan

pertumbuhan ekonomi. Saat ini Indonesia dan Malaysia memasok 22 persen dari

total produksi minyak nabati dan lemak dunia. Kedua negara itu menguasai 85

persen produksi minyak sawit mentah (CPO) dengan volume mencapai 49 persen

dari total perdagangan minyak nabati dan lemak dunia. Gambar 1 menunjukkan

produksi minyak kelapa sawit di dunia. piperkirakan pad a tahun 2010 produksi

minyak kelapa sawit meningkat pesat, dan menurut perkiraan Gabungan

Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), pada tahun 2010 Indonesia akan

menjadi produsen kelapa sawit nomor satu di dunia.

1997 1998 1999 2000 2001 2010f

Gambar 1. Produksi minyak sawit dunia

Produksi minyak nabati seluruh dunia berjumlah lebih dari 100 juta ton

pertahun, diantaranya lebih dari 30 juta ton adalah minyak sawit, yang menempati

urutan kedua setelah minyak kedele. Berdasarkan ramalan, pada tahun 1995

hingga tahun 2010 yang ditunjukkan oleh Gambar 2, produksi minyak d<::n lemak

dunia menunjukkan peningkatan, terkecuali minyak kelapa yang diperkiraan stabil

dalam kurun waktu tersebut. Minyak sawit merupakan komoditi yang paling tinggi

tingkat produksinya diantara jenis minyak dan lemak yang lain. Peringkat kedua

setelah minyak sawit yaitu minyak biji sawit. Penjelasan ini dapat dilihat pada

Gambar 2 yang memperlihatkan hasil ramalan produksi minyak dan lemak dunia

pada tahun 1995 hingga 2010 (Indeks Pertumbuhan).

10

Page 3: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk Industri Bogar, 4 Agustus 2005

200 "--'-" -_._. --.- '""- .-- - ""--. - -; --.-i

190 '.

/ 180 / . .......... -PalmOil . ra

170 ,

Palm Kernel Oil

160 / / Rapessed Oil . / /

150 All Oils

140 // >< .. Soyabean Oil

130 / ./' ..• ·Animal Fat

/ '/' 120

.//; ..... .,., .- Coconut Oil /,' ~ ~~ / .//

110 /_// =--100

.L!?2,---1995 2010

Gambar 2, Produksi minyak lemak dunia forecast: Grown Index (1995-2010)

Jenis industri yang berbasis kelapa sawit di Indonesia cukup banyak,

seperti industri CPO, dan industn-industri hilirnya seperti industri mentega

shortening, kosmetik, dan lain-lain. Industn CPO menempati urutan teratas di

Indonesia. CPO memiliki industri hilir pangan dan nonpangan seperti yang telah

disebutkan sebelumnya. Namun sayangnya, Indonesia baru memiliki 16 produk

industri hilir. Kalah dibandingkan dengan Malaysia. 8eberapa industn di Indonesia

yang berbasis kelapa sawit terbesar yakni di daerah Riau sebesar 14,3%,

Sumatera Utara 15,8%, dan Sumatera Selatan sebesar 10,9%. Persebaran

industn yang berbasis kelapa sawit di Indonesia selengkapnya dapat dilihat pada

Gambar 3, sedangkan pohon industri kelapa sawit dapat dilihat pad a Gambar 4. :" .-.. ' ..... .

D Sulteng

o Kaltint 2.0% 5.3% .

o Kalsel 2.9%

EI Kalteng 7.1%

OKalbar 10.311

/ Q

o Jateng 1.6%

o Suttara EI Sulsel 0.4% 3,4%

o Papua 3.4% E1 NAD

2.7% Sumut 15.8%

,"~~iS-"",~D Sumbar 2§ 6.0%

ElJambi 3.8%

DSumsel 10.9%

Gambar 3. Persebaran industri berbasis kelapa sawit di Indonesia

11

Page 4: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Daun

-tv

POHON INDUSTRI KELAPA SAWIT

Tangkai Bunga Bunga

KELAPA SAWIT

Buah

Gambar 4, Pohon Industri Kelapa Sawit, (Pahan, 1.,2006)

Batang Akar

'" /U 3 5' '" .... z '" '" o· ::> !!!.

" /U

~ ::>

~ ::>

'" <:

;. ~ ::> OJ /U a­~. '" l!::

i to", 0",

'§ ~ . ..... ... J>.<: l>;; 00<: <:"" :4_ <: ::> '" 0. N<: 8~ VI :l.

Page 5: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk lndustri Bogor, 4 Agustus 2005

Berdasarkan pohon industri kelapa sawit yang ditunjukkan oleh Gambar 4

di atas menggambarkan route pengolahan industri dari hulu sampai hilir,

termasuk oleo material. Dari pohon kelapa sawit semua bagian-bagian pohon

mulai dari batang, daun, buah, bunga sampai dengan biji semuanya dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Namun demikian sampai saat ini

kemanfaatan kelapa sawit yang paling besar adalah buah.

Pemanfaatan buah kelapa sawit menjadi produk-produk industri yang

mempunyai nilai tambah dapat dihasilkan dari daging buahnya, biji, eangkang

sawit, tandan kosong, bahkan limbahnyapun masih dapat dimanfaatkan.

Berdasarkan pohon industri tersebut, produk pangan industri yang sudah banyak

diproduksi berasal dari biji kelapa sawit yang diolah menjadi minyak inti sawit

(PKO) menjadi asam lemak, stearin, dan turunan-turunannya dari asam lemak.

Saat ini, sebanyak 60% produk kelapa sawit diekspor dalam bentuk primer

dan 40% dalam bentuk setengah jadi, dalam hal ini CPO dengan harga yang

relatif murah. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan nilai tambah dari kelapa

sawit. Produk minyak sawit sebenamya masih bisa ditingkatkan nilai tambahnya

sekitar 70-80%, yaitu dengan eara membuat surfaktan dari minyak kelapa sawit.

Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak

nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati mudah ter-urai

seeara biologi (biodegradable) sehingga tidak mencemari lingkungan.

Kesinambungan pengadaannya terjamin karena minyak nabati merupakan

sumber daya alam yang dapat diperbaharui.

Sebagai gambaran, peningkatan nilai tambah produk kelapa sawit

diuraikan pada Tabel 2. Produk level pertama kelapa sawit berupa CPO akan

memberikan nilai tambah sekitar 30 % dari nilai tandan buah segar (TBS), jika

diolah menjadi minyak goreng nilai tambahnya meningkat menjadi 50 % basis

TBS dan 20 % basis CPO. Selanjutnya jika diolah menjadi asam lemak (fatty

acid) nilai tambahnya menjadi 100 % basis TBS, menjadi ester nilai tambah yang

diperoleh meningkat menjadi sekitar 150 - 200 % basis TBS, menjadi surfaktan

atau emulsifier nilai tambahnya menjadi sekitar 300 - 400 % basis TBS,

selanjulnya jika diolah menjadi bahan kosmetik nilai tam bah yang diperoleh

meningkat menjadi sekitar 600 - 1000 % basis TBS. Diversifikasi produk kelapa

sawit terse but hanya bisa dilakukan melalui pengembangan dan pen era pan

teknologi.

13

Page 6: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk lndustri Bogor, 4 Agustus 2005

Tabel2. Nilai Tambah Produk Agroindustri Kelapa Sawit

No Produk Bahan Baku Nilai Tambah (% basis TBS)

1. CPO dan PKO Tandan Buah Segar (TBS) 30

2. Olein dan Stearin CPO 50

3. Asam Lemak CPO dan PKO 100

4. Ester Palmitat, Miristat (Asam Lemak) 150-200

5. Surfaktan dan

Stearat, Oleat, Sorbitol, Gliserol 300-400 Emulsifier

6. Kosmetik Surfaktan, Ester, Amida 600-1000

Sumber : SaId Dldu, 2003

II. Definisi SUrfaktan

Surfaktan adalah senyawa organik yang dalam molekulnya memiliki

sedikitnya satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik. Apabila ditambahkan

ke suatu cairan pada konsentrasi rendah, maka dapat mengubah karakteristik

tegangan permukaan dan antarmuka cairan tersebut.

Surfaktan memiliki kemampuan untuk larut dalam air dan minyak. Molekul

surfaktan terdiri dari 2 bagian yaitu gugus yang larut dalam minyak (hidrofob) dan

gugus yang larut dalam air (hidrofil). Molekul surfaktan dapat divisualisasikan

seperti berudu ataupun bola raket mini yang terdiri atas bag ian kepala dan ekor

(Benardini, 1983), seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5.

Gambar 5. Skema molekul surfaktan

Bagian kepala bersifat hidrofilik dalam media air dan bersifat hidrofobik

dalam media hidrokarbon (polar), sedangkan bag ian ekor bersifat hidrofobik

dalam media air dan hidrofilik dalam media hidrokarbon (non polar). Kepala dapat

berupa anion, kation, atau nonionik, sedangkan ekor dapat berupa rantai linier

14

Page 7: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk lndustri Bogor, 4 Agustus 2005

atau cabang hidrokarbon. Konfigurasi ekor kepala terse but membuat surfaktan

memiliki fungsi yang beragam di industri.

Surfaktan dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok penting dan

digunakan secara meluas pada hampir semua sektor industri modern. Jenis-jenis

surfaktan tersebut diantaranya adalah (Rosen, 2004):

1. Surfaktan Nonionik, adalah surfaktan yang tidak berrnuatan atau tidak terjadi

ionisasi molekul. Sifat hidrofiliknya disebabkan karena keberadaan gugus

oksigen eter atau hidroksil. contohnya dietanolamida (DEA), sukrosa ester,

sorbitol, sorbitan ester, ethoxylated alcohol

2. Surfaktan Kationik, yaitu surfaktan yang bermuatan positif pad a gugus

hidrofiliknya. Sifat hidrofilik umumnya disebabkan karena keberadaan garam

amonium. Jenis surfaktan ini misalnya fatty amine, amidoamine, diamine,

amine oxide, quaternary amine, amine ethoxylate

3. Surfaktan Anionik, yaitu surfaktan yang bermuatan negatif pada bag ian

hidrofilik atau aktif permukaan (surface-active). Sifat hidrofilik disebabkan

karena keberadaan gugus ionik yang sangat besar seperti gugus sulfat dan

sulfona!. Contoh surfaktan ini adalah linier alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol

sulfat (AS), alkohol eter sulfat (AES), metil ester sulfonat (MES)

4. Surfaktan Amphoterik, yakni surfaktan yang bermuatan positif dan negatif

pada molekulnya, dimana muatannya bergantung kepada pH, jika pH rendah

akan bermuatan negatif dan bermuatan positif pada pH tinggi. contohnya

aminocarboxylic acid, alkil betain.

Berdasarkan road map surfaktan pada Gambar 6, dapat dibagi menjadi

empat kelompok yaitu R&D, Teknologi, Produk dan Industri. Industri merupakan

tahap akhir perjalanar. dari surfaktan. Pada bag ian R&D, sebelumnya ada seleksi

bah an baku yang potensial untuk surfaktan yaitu dari minyakllemak sawi!.

Pengembangan proses, penggandaan skala produksi, studi kelayakan, dan

rancang bang un juga dilakukan oleh bag ian R&D. Selanjutnya pembangunan

konstruksi pabrik dilakukan pada bagian Teknologi. Berbagai macam teknologi

dilakukan untuk pembuatan surfaktan seperti teknologi transesterifikasi, sulfatasi,

amidasi, sulfonasi, epoksidasi, sukrolisis, dan splitting sehingga dihasilkan

berbagai macam surfaktan dan nantinya produk surfaktan ini akan diaplikasikan

pada berbagai industri, seperti industri pangan, farmasi, perminyakan, obat­

obatan, bahan peledak, pertambangan, kosmetika, cleansing dan washing

15

Page 8: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Beroasis Minyak Sawit untuk Industri Bogar, 4 Agustus 2005

product. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara bahan baku, teknologi,

produk, dan pasar pada roadmap surfaktan.

Market

Produk

Teknologi

R&D

Gambar 6. Roadmap Surfaktan

Aplikasi sUrfaktan pada berbagai industri memang cukup banyak misalnya

untuk industri pangan, plastik, konstruksi, kertas, produk pembersih, polimerisasi

emulsi, tekstil dan kulit, bahan peledak, industri cat, perminyakan, agrokimia, dan

lain-lain, dimana masing-masing memiliki persentase penyerapan surfaktan yang

berbeda-beda seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 7.

Berdasarkan persentase pasar surfaktan di Indonesia, produk pembersih

merupakan industri yang menyerap surfaktan paling banyak sebesar 62,9%.

Pada industri tekstil dan kulit sebesar 8,4%, konstruksi 5,5%, perminyakan 5,1%,

dan lainnya 6,2%.

16

Page 9: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk lndustri Bogar, 4 Agustus 2005

Plaslik 0.5%

Polimeris3si emulsi

3.4%

Kertas

1.4%

rekstil & kulil 8.4%

Indusl.i cal 1.9%

Konslruksi 5.5%

P.ngan 2.311/0

Bahan peledak 0.1%

Perminyakan 5.1%

Agrochemic.ls 2.3%

Lainnya 6.2%

Produk pembersih

62.9%

Gambar 7. Persentase penggunaan surfaktan pada berbagai industri

III. Persentase Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi

Upaya pengembangan surfaktan berbasis minyak sawit untuk industri di

Indonesia tidak terlepas pula dari dukungan perguruan tinggi beserta lembaga

penelitian dan pengembangan (litbang). Pengembangan surfaktan untuk industri

di Indonesia akan makin cepat dirasakan kemajuannya apabila antara pihak

perguruan tinggi/litbang dan pihak swasta saling bekerja sama. Kerjasama yang

dapat dijalin berdasarkan pada peran perguruan tinggi dan lembaga litbang

sebagai pusat penelitian, pusat informasi, dan pusat jasa konsultasi.

Selama ini IPB bekerja sama dengan Kondur Petroleum SA, Departemen

Teknologi Perminyakan, Institut Teknologi Bandunq (ITB), Pusat Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, Lembaga Minyak dan Gas

Bumi (Lemigas) dan Masyarakat Perkelapa Sawitan Indonesia (Maksi) melakukan

riset pengembangan surfaktan lebih jauh. Beberapa riset yang telah dilakukan

antara lain "Kajian proses produksi surfaktan DEA, MES, alcohol sulfa! dan

sukrosa ester", "Aplikasi surfaktan MES pada produk pembersih (sabun cair,

deterjen cair dan deterjen bubuk)", "Aplikasi sUrfaktan DEA pada sabun

transparan", "Aplikasi surfaktan pada lotion, sunscreen, roll-on, shower gel, dan

cleansing milk". Pada Gambar 8 memperlihatkan persentase kontribusi dari

perguruan tinggi dan badan penelitian dan pengembangan terhadap

pengembangan surfaktan, khususnya yang berbasis minyak sawi!.

17

Page 10: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk Industri Boger, 4 Agustus 2005

1:!l0.4% IlII U."70-'

04.0%

01.8%

1lil6.2%

1lII0.9%

0.9%

III 0.9%

084.5%

o Perguruan Tinggi

IilPPKS

06PPT

OLiPI

Bl swasta

!il Dil PIPR

!iil661K

gBBIHP

III BPBP

Gambar 8. Persentase lembaga penelitian dan perguruan tinggi pada pengembangan surfaktan berbasis minyak sawit.

Dari gam bar 8 di alas, perguruan tinggi mempunyai kontribusi yang

sangat besar lerhadap perkembangan surfaktan di Indonesia, bahkan paling

besar dibandingkan lembaga-Iembaga penelitian. Hampir 85% perguruan tinggi

berpartisipasi dalam pengembangan surfaktan ini, sisanya adalah lembaga

penellian negeri maupun swasla. Adapun persenlase hasil penelilian produk hilir

kelapa sawit yang diiakukan lembaga riset dilunjukkan oleh Gambar 9 di bawah

ini.

Berdasarkan bidang penelitian

022% -----, 07% ~

> ;: otribologi

1:3 nutrasetikal q

" OSurfaktan , >

ooleofood

, o limbah "

I Ellain-lain

fjjJ 19%

Gambar 9. Persentase penelitian produk hilir kelapa sawit yang dilakukan lembaga rise!

18

Page 11: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk Industri Bogar, 4 Agustus 2005

Beberapa bidang penelitian mengenai produk-produk berbasis kelapa

sawit yang dikerjakan oleh perguruan tinggi maupun balai penelitian meliputi

surfaktan, nutrasetikal, oleofood, limbah, tribologi, dan lain-lain. Penelitian

mengenai oleofood, surfaktan dan lain-lain paling banyak dilakukan yakni sebesar

22%.

Secara strategis, terencana dan berkesinambungan, belum ada suatu

sistem penelitian nasional yang mendukung pengembanga\l industri hilir kelapa

sawit. Peranan pemerintah untuk mendorong berbagai penelitian dasar

pengembangan teknologi dan produk hilir kelapa sawit, oleokimia/material masih

sangat diperlukan mengingat bahwa pelaku bisnis swasta nasional masih belum

mampu dan mau melakukan berbagai penelitian.

Selain itu untuk menjamin mutu produk dari kelapa sawit, diperlukan

persyaratan penerapan standar mutu produk dan proses kepada semua produsen

baik skala kecil, menengah maupun besar termasuk yang berkaitan dengan

pangan maka diperlukan persyaratan wajib standar kepada seluruh produk yang

berasal dari kelapa sawit agar dapat bersaing di pasar nasional dan global. Untuk

itu diperlukan juga riset yang rnendukungnya dalam bidang MSTQ -

Measurement, Standard, Testing & Quality.

Dalam diagram oleokimia dasar dan turunannya, minyak dan lemak

setelah mengalami beberapa macam proses, seperti hidrolisis, esterifikasi,

transesterifikasi, sulfonasi, amidasi, dan teknologi proses lainnya banyak

menghasilkan produk turunan (Gambar 10). Produk yang dapat dikembangkan

metil ester diantaranya adalah metil ester sulfonat, epoksilated trigliserida, esetre,

alkanolamide, ethoksilat trigliserida, dan lain-lain.

Melalui proses hidrolisis, dari minyakllemak dapat dihasilkan gliserol, dan

asam lemak. Proses Transesterifikasi menghasilkan metil ester, amidasi

menghasilkan as am lemak alkanolamid, dan epoksidasi menghasilkan eksposid

trigliserida, etoksilasi menghasilkan trigliserida etoksilat, dan proses hidrogenasi

menghasilkan minyak terhidrogenasi (Gam bar 11).

19

Page 12: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

N o

Hidrolisis

Esterifi

Gliserol

~ Asamlemak (fatty acid)

Transesterifikasi

Esterifikasi

1EEdnjugatediattY~Cid]f]

Klorinasi

Fatty

Sulfatasi

Esterifikasi

Gambar 10. Diagram Oleokimia Dasar dan Turunannya

Sulfatasi

Sulfitasi Fatty alkohol

sulfosuccinate

VI II)

~. :J

'" ... Z e: 0' :J !!!.

" II)

3 '" :J

i>1'

~ :J VI C

~ ~ :J

OJ II)

~ ;;;'

~ :J

~ "" "'VI o III

~ ~, . ... ... c :l>;:l. (IOc C"" ~-C :J '" 0. NC 8~ U1 :J,

Page 13: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit Untuk Industri Bogor, 4 Agustus 2005

Hidrolisis

Gliserol, Asam Lemak

Minyaki Lemak

Transesterifikasi Amidasi

Methyl ester Fatty Acid

alkanolamide

Epoksidasi

Eksposided triglyseride

Sulfasi Hidrogenasi Etoksilasi

Turkey red off Hydrogenated oil

Gambar 11. Produk Turunan MinyaklLemak

Trigliserida Ethoxylated

Adapun asam lemak dengan melalui proses etoksilasi akan menghasilkan

as am lemak etoksilat, penambahan amonia dan hidrogen akan menghasilkan

fatty amin, dan melalui proses amidasi dan etanolamin akan menghasilkan fatty

amide, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 12.

ammonia, hidrogen

AsamLemak

Amidasi, + etanolamin

Qatty Amine:> Qatty Amid0

Etoksilasi

Fatty Acid cthoxylate

Ester

Epoksidasi

Alkyl Epoksi Ester

Gambar 12. Produk Turunan Asam Lemak

Sementara itu, metil ester jika mengalami hidrogenasi akan menghasilkan

fatty alkohol, dengan sulfonasi menghasilkan MES, dan melalui proses amidasi

akan menghasilkan asam lemak alkanolamid (Gambar 13).

Hidrogenasi

CFatty Alcohol::>

Metil Ester

Snfonasi

Metil Ester Sulfonat

Amidasi

AsamLemak Alkanolamide

Page 14: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit Untuk Industri Bogor, 4 Agustus 2005

+ etilenoksida

Poliglikol Eter

Fatty Alcohol

Sulfatasi +asam sulfat

--:!.......-Fatty Alcohol

Sulfat

Sulfitasi Posfatisasi Sulfasi

Fatty Alcohol Sulfosuccinate

Fatty Alcohol Eter Posfat

Fatty Alcohol Eter Sulfat

Etoksilasi

Fatty Alcohol Etoksilat

Propoksilasi

Fatty Alcohol Alcoxyilat

Gambar 14. Bagan Produk Turunan Fatty Alkohol

Dari fatty alkohol banyak yang bisa dihasilkan. Produk turunan dari fatty

alkohol yakni seperti poliglikol eter, fatty alkohol sulfat, etoksilat, sulfosusinat, eter

posfat, eter sulfat , dan alkoksilat dengan melalui proses teknologi yang berbeda­

beda. Surfaktan dapat diproduksi dari turunan dari lemak alkohol. Adapun lemak

alkohol itu sendiri merupakan satu di antara 10 produk hilir industri kelapa sawit.

III. Keterkaitan antara Lembaga Riset dan Industri

Perusahaan (PT) dengan lembaga riset (litbang) tidak mungkin dapat

dipisahkan, keduanya sama-sama saling membutuhkan. Industri membutuhkan

lembaga riset dalam melakukan penelitian terhadap produknya. Setelah

dilakukan riset, jika memungkinkan maka hasil [iset dapat diproduksi dan

diaplikasikan dalam skala industri.

IV. Pemilihan Jenis Surfaktan

Dalam suatu industri, penggunaan surfaktan harus diperhatikan surfaktan

jenis apa yang terbaik yang diperlukan produk yang akan dihasilkan. Jenis

surfaktan yang akan digunakan dipilih berdasarkan tingkat kinerja surfaktan,

seberapa cepat surfaktan mampu mencapai tingkat kinerja yang diinginkan

dalam hal ini kecepatan aksinya atau cepat lambatnya surfaktan tersebut bekerja

secara optimal. Selain itu, surfaktan yang dipilih berdasarkan seberapa banyak

surfaktan tersebut dibutuhkan untuk mencapai tingkat kinerja yang diinginkan

sehingga produksi akan berjalan secara cepat dan ekonomis.

22

Page 15: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit Untuk Industri Bogor, 4 Agustu5 2005

V. Aplikasi Oleokimia pad a Berbagai Industri

Oleokimia merupakan produk lanjutan dari industri minyak nabati. Bahan

baku ini biasanya berupa Crude Palm Oil (CPO), Palm Kernel Oil (PKO), Crude

stearin atau Minyak Kelapa. Selain oleokimia, CPO dan PKO juga digunakan

sebagai bahan baku indus!ri minyak goreng, indus!ri sabun, dan industri

margarin. Diliha! dari proporsinya, industri yang selama ini menyerap CPO

paling besar adalah industri minyak goreng (79%), .kemudian indus!ri oleokimia

(14%), indus!ri sabun (4%), dan sisanya industri margarin (3%).

Industri oleokimia merupakan industri tingkat menengah (intermediate)

yang berbahan baku terolah dan produknya dapat digunakan lagi sebagai bahan

baku atau bahan penolong bagi industri yang lebih hilir. Industri yang menyerap

oleokimia sebagai bahan baku industrinya yaitu industri pangan, tekstil, kertas,

logam, kosmetik, dan lain-lain. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel3.

Tabel 3. Jenis industri yang menggunakan oleokimiq dan jenis oleokimia yang digunakan.

Jenis Industri Jenis oleokimia yang digunakan

methylamine, nonylphenol ethoxylate, lauryl alcohol ethoxylate, fatty Agrochemical acid athoxylate, tridecyl alcohol ethoxylate, sodium disulfosuccinate,

sodium lignosulfonate, dodecylbenzene sulfonate

Karet Epoxy plasticizer, as am stearat, polyester polyol, butylamine

Ethoxylated nonylloctylphenol phosphate ester, ethoxylated linea Kertas alcohol phosphate ester, polyoxyethylene nonyl/octylphenol,

octylphenol ethoxylate

Logam Ethoxylated nonylphenol phosphate ester, linear alcohol ethoxylate, sodium acylamido aminopropionate

~- Ethoxylated dodecylphenol phospate ester, ethoxylated linea

Tekstil alcohol phosphate ester, ethoxylated tridecylalcohol phosphate ester, ethoxylated alkyl sulfate, ethoxylated sorbitan monolaurat, ethoxylated tallow amine

Calcium stearoyllactylate (CSL), diacetyl tartaric acid ester of mono and diglycerides (DATEM), ethoxyiated monogliserida, ethoxylatec

Pangan digliserida, monogliserida, digliserida, polysorbate 20/40/60/65/80, sorbitan monostearat, succinylated monogliserida, karoten, gliserol, sukrosa ester, polyglycerol ester

Kosmetik Gliserol, asam lemak, cetyl alcohol, propylene glycol, dietanolamida, etanolamida, asam stearat

Pasta gigi gliserol, sodium lauryl sulfate, polyethylene glycol, hydrogenated oil

23

Page 16: Kontribusi Perguruan Tinggi dan Litbang pada ......Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati

Seminar Nasional Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit Untuk Industri Bogor, 4 Agustus ZOOS

Berdasarkan formulasi yang diketahui dari beberapa produsen preparate

kecantikan kulit selanjutnya diketahui bahwa proporsi oleokimia berupa asam

stearat dalam formulasi surfaktan adalah sekitar 4,6%, kemudian stearillcetil

alkohol sebesar 5% dan gliserin sebesar 6% untuk setiap produk. Dengan

ketentuan ini maka, industri preparat kecantikan kulit pada tahun 1999 menyerap

oleokimia sebanyak 2.706 ton, terdiri dari asam stearat sebanyak 867 ton, cetil

alkohol sebanyak 1.041 ton dan gliserol sebanyak 798 ton (www.cic.co.id).

Jenis oleokimia yang digunakan pada industri pasta gigi adalah gliserol

(gliserin), dipakai sebagai bahan humectan atau bahan pengatur kelembaban

sehingga produk tidak berubah menjadi kering atau mengeras. Porsi gliserin

pada prod uk pasta gigi adalah sekitar 12,5% untuk setiap berat berat produk dari

jenis gliserin base. Dengan asumsi ini maka pada tahun 1999 industri pasta gigi

menyerap gliserin sebanyak 8.004 ton yang kemudian meningkat menjadi 8.124

ton di tahn berikutnya, pada tahun 2001 meningkat lagi menjadi 8.269 ton dan

pad a tahun 2002 naik menjadi 8.356 ton (www.cic.co.id).

DAFTAR PUSTAKA

Benardini, E. 1983. Vegetable Oils and Fats Processing. Volume II. I nterstampa , Rome.

Oil World, "Oil World Annual 2005. ISTA Mielke Gmbh, World Summary Tables, 26p, Commodity Section, 42p+84p+46p+16p, Country Section, Indonesia, p 22-30. Hamburg. http://www.mma.ipb.ac.id/default.php?file=view event&id=17.

Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rosen, M. J. 2004. Surfactant and Interfacial Phenomena, Third Edition. John Wiley dan Sons, Inc.

Said Didu, M. 2003. Kine~a Agroindustri Indonesia. Majalah Agrimedia Volume 8 - No 2, April 2003, p: 16 - 25.

www.cic.co.id. 2005 . .-Studi Tentang Pemasaran Oleokimia di Indonesia. Jakarta. ,

24