KONTRIBUSI BUDAYA BERAGAMA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK TRIGUNA UTAMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh: ISMA RAHMAHWATI 1110011000122 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
115
Embed
KONTRIBUSI BUDAYA BERAGAMA DALAM PEMBELAJARAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26694/1/ISMA... · penerapanbudaya beragama di SMK Triguna Utama. Teknik pengambilan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KONTRIBUSI BUDAYA BERAGAMA DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DI SMK TRIGUNA UTAMA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh:
ISMA RAHMAHWATI
1110011000122
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
KONTRIBUSI BUDAYA BERAGAMA DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLANI (PAI) DI SMK TRIGUNA UTAMA
Skripsi
Diajukan kepa<ia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Me.menuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. pd. I)
Oleh:
ISMA RAHMAHWATI
1110011000122
Dra. Hi. Zikri Neni Iska. M. Psi
NIP. 19690206 199503 2 001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
t43s Ht20t4 M
Diba gan:
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Kontribusi Budaya Beragama Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Triguna Utama disusun oleh Isrna
Rahmahwati, NIM. 1110017000122, Jurusan Pendidikan Agama Islam F-akultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang elitetapkan
oleh fakultas.
J akarta, 3 0 Desemb er 201 4
Yang mengesahkan,
Pembimbing
Dra. Hi. Zikri Neni Iska. M. Psi
NIP. 19690206 199503 2 001
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Kontribusi Budaya Beragama dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMK Triguna Utama disusun oleh ISMA RAHMAHWATI Nomor
Induk Mahasiswa 1110011000122, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarla, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqosah pada 19 Januari 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pdl) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, Januari 2015
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program StLrdi)
Dr. H. Abdul Majid Khon. M. Ag
NIP: 19580707 195703 1 005
Sekretaris (Sekretaris JurLrsan/Prodi)
Marhamah Saleh. Lc. MA
NIP: I 9720313 200801 2 010
Penguji I
Prof. Dr. Ahmad Syafi'l Noor. MA
NIP: 19470902 196712 | 001
Penguji II
NIP: 19580918 198701 2 001
Mengetahui
fq -;n,,ruaiu ?arr
.1r--0\i -
da Tangan
-'Lol
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Nurlena '1. MA. Ph.D.
NIP: 19591020 198603 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
tangan di bawah ini:Yang bertanda
Nama
Tempat/tgl. Lahir
NIM
Jurusan
Angkatan
Alamat
Dosen Pembimbing
Isma Rahamahrvati
Jakarta, l3 April 1992
I I 100 11000"22
Pendiclikan Agama Islam
20t0
Jln. Lorong T no. 9b RT 009/005 Koja- Koja- Jakarta Utara
Dra. Hj. Zikri Neni Iska M.Psi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjuduI Kontribusi Budaya Beragama
Dalam Pcmbelajaran Pendiclikan Agama Islam di SMK Triguna Utama adalah
benar hasil karl,a sendiri dan saya bertanggLrng jawab secara akademis atas apa yang
saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta,
,'-)/tr^a Rah nr ahrvat i
NIM. 1110011000122
i
ABSTRAK
Isma Rahmahwati, NIM 1110011000122, Kontribusi Budaya Beragama Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Triguna Utama.
Skripsi. Jakarta : jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014.
Pendidkan Agama Islam di sekolah tidak selamanya berhasil dalam mendidik
siswa dalam upaya membentuk akhlak yang baik, faktanya masih banyak siswa
yang kurang berakhlak baik. Oleh karena itu, latar belakang dari penelitian ini
adalah kurang terinternalisasi budaya-budaya beragama di sekolah yang
mengakibatkan rusaknya akhlaksiswa. Pembelajaran Pendididkan Agama Islam
tidak terbatas pada teori di dalam kelas saja tetapi mencakup praktek di luar.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas saja belum cukup
menjadikan siswa beraklak baik. Oleh karenanya, perlu adanya kontribusi budaya
beragama guna mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Adanya budaya
beragama di sekolah bertujuan untuk menjadikan siswa berakhlak mulia.
Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islamterhadap
penerapanbudaya beragama di SMK Triguna Utama. Teknik pengambilan data
dalam penelitian ini dengan teknik: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Untuk keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi. Dan untuk
analisis data peneliti menggunakan data deskriptif dengan langkah reduksi data,
data display, dan pengambilan kesimpulan.
Hasil penelitian ini memunjukkan bahwa pembelajaran Pendidian Agama
Islam di sekolah membutuhkan kontribusi budaya beragama untuk sarana
pengaplikasian pembelajaran siswa di dalam kelas. Adapun budaya beragama di
SMK Triguna Utama terdiri dari: membaca shalawat dan do’a sebelum dan
sesudah pembelajaran, senyum, sapa, salam, dan shalat zuhur berjama’ah,
marawis, muhadharah, tilawah al-Qur’an, membaca surat Yasin pada hari Jum’at
pagi sebelum memulai pembelajaran, tadarus sebelum mulai shalat Jum’at,
keputrian, dan infak setiap Jum’at, pengajian bulanan di masjid, pelaksanaan
PHBI (Perayaan Hari Besar Islam) seperti, Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, sedekah
untuk hewan qurban dan pesantren kilat saat bulan Ramadhan.
ii
ABSTRACT
Isma Rahmahwati, NIM 1110011000122, Contribution of Religious Culture
on Islamic Religious Education Lessons in SMK Triguna Utama. Skripsi of
Islamic Religious Education at Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of
State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Islamic Religious Education in school is not always successful in educating
students in an effort to establish good morals, in fact there are many students who
lack good moral. The background of this research is less internalized religious
cultures in schools which resulted in adolescent moral deterioration. Learning
Islamic Religious Education is not limited to theory in the classroom but includes
practice outside. Learning Islamic Religious Education in the classroom is not
enough to make students good morals. Therefore, the need for contribution of
religious culture to achieve the goal Islamic Religious Education. The religious
culture in school aims to make a student be a good morals.
This study is a qualitative study aimed to describe the implementation of
Learning Islamic Religious Education on the application of religious culture in
Triguna Utama. Data collection techniques in this study with the technique of
observation, interviews, and documentation. For the validity of the data the
researchers used a technique of triangulation. And for data analysis researchers
used desciption analysis with the step data reduction, display the data, and
making conclusions.
The results of this study indicate that Islamic Religious Education needs
contribution of religious culture for the means of the aplication of student
learning in the class. As for the religious culture in Triguna Utama consist of:
reading sholawat and prayer before and after learning, smiles, greetings,
greetings, and the zuhur prayer in congregation, marawis, muhadharah,
recitations of the Qur'an, read a surah Yasin on Friday morning before the start
of learning, tadarus before the start of Friday prayers, keputrian, and donation
every Friday, monthly lectures in mosques, implementation PHBI (Celebration of
the Great Islamic) like, Isras' Mi'raj, Birth of the Prophet , alms for qurban
animals and pesantren kilat during Ramadan.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala syukur saya panjatkan kehadirat ilahi robbi yang mana
selalu memberikan saya segala rahmat, taufiq, dan hidayat serta ni’matnya
sehingga saya bisa bernafas dan terus belajar hingga detik ini.
Shalawat beriring salam saya curahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad Saw.
Nabi segala zaman yang membawa umatnya menuju cahaya. Penyusunan skripsi
ini merupakan kajian singkat tentang Pelekasanaan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) terhadap Budaya Beragama di SMK Triguna Utama. Saya
menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bimbingan,
bantuan , dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati saya berterimakasih kepada :
1. Ibu Nurlaena Rifa’i, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bpk. Abdul Majid Khon MA dan Ibu Marhamah Saleh, Lc., selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dra. Zikri Neni Iska M.Psi, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktunya untuk selalu memotivasi dan membimbing dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Bpk. Masan AF M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan arahan dan motivasi kepada saya.
5. Segenap jajaran dosen dan staff karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Bpk. Nirachmat S.Pd. dan Bpk. Drs. Robani AR selaku Kepala Sekolah dan
Guru PAI (Pendidikan Agama Islam) SMK Triguna Utama.
7. Kepala Yayasan, segenap jajaran guru dan staff karyawan SMK Triguna
Utama.
iv
8. Bapak Iskandar dan mamah Soleha tercinta yang telah memberikan dorongan,
arahan, dan nasehat kepadaya saya, serta do’a yang tak henti-hentinya mereka
panjatkan kepada saya, betapa beruntungnya saya memiliki kalian.
Gambar 4.1 Program Studi Teknik Instalasi Tenaga Listrik ........................... 42
Gambar 4.2 Program Studi Mekanik Industri ................................................. 43
Gambar 4.3 Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan ............................ 44
Gambar 4.4 Program Keahlian Administrasi Perkantoran .............................. 45
Gambar 4.5 Program Keahlian Bisnis dan Manajemen .................................. 46
Gambar 4.6 Tampak depan gedung SMK dan SMA Triguna Utama ............. 48
Gambar 4.7 Tampak dalam gedung SMK Triguna Utama ............................. 48
Gambar 4.8 Masjid SMK dan SMA Triguna Utama ...................................... 48
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Foto Kegiatan Keberagamaan Siswa SMK Triguna Utama........ 66
Lampiran II Instrumen Penelitian .................................................................. 68
Lampiran III Catatan Lapangan ...................................................................... 69
Lampiran IV Hasil Wawancara ....................................................................... 77
Lampiran V Data Siswa dan Tenaga Kependidikan ....................................... 90
Lampiran VI Sarana dan Prasarana Sekolah .................................................. 95
Lampiran VII Struktur Organisasi SMK Triguna Utama ............................... 100
Lampiran VIIIContoh RPP Pendidikan Agama Islam .................................... 101
Lampiran IX Lembar Uji Refrensi dan Surat-surat ......................................... 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia dan penting untuk
kehidupan manusiakarena, dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan
kualitas dan taraf hidupnya. Seperti yang tertera dalam surat al- Mujadillah
ayat 11 :
....
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
AllahMaha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dari ayat diatas dapat peneliti simpulkan betapa seriusnya Allah
menjajikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang berilmu.Manusia yang
berpendidikan itu derajatnya akan lebih tinggi dari manusia biasa.
Pendidikan terdengar selama ini hanya terbatas pada proses kegiatan belajar
mengajar dan segala aspek yang ada di dalamnya.Pendidikan dapat dilihat dari
dua segi yaitu, Pertama dilihat dari sudut masyarakat, diakui manusia memiliki
kemampuan asal atau potensi, disini ditekankan pada mencari apa yang ingin
dicanya. Kedua dilihat dari segi pandang individu, jadi di sini pendidikan dapat
didefinisikan sebagai proses untuk menemukan dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan seseorang.1 Oleh karenanya pendidikan memiliki
fungsi juga tujuan agar pembelajaran dapat dilakukan secara optimal dan
peserta didik dapat meraih prestasi yang baik. Fungsi dan tujuan pendidikan
nasional dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003,
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
1Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka
Alhusna,1988),h. 56-57.
2
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.2 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dan
fungsi dari pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan pada peserta
didik agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, menjadi warga negara
yang baik, serta mampu memberi bekal yang diperlukan oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan agama yang ada di Indonesia diterapkan di sekolah karena
memiliki tujuan. Salah satu tujuan pendidikan agama bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta
didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertakwa kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.3
Manusia hidup harus memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, bukan hanya
kebutuhan jasmani saja yang harus dipenuhi oleh manusia, akan tetapi
kebutuhan rohani pun harus dipenuhi. Menurut Zakiah Darajat yang dikutip
oleh Henry Narendrany Hidayati dan Andi Yudiantoro “disamping manusia
berusaha memenuhi kebutuhan fisik jasmaniahnya, ia juga harus memenuhi
kebutuhan mental ruhaniyahnya. Kebutuhan mental ruhaniyah inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya.”4
Pendidikan agama haruslah mulai ditanamkan kepada anak sejak dini.
Pendidikan tersebut diajarkan dalam lingkungan keluarga dan sekolah.
2Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Citra Umbara, 2009), h. 64.
3Muhaimin, Suti’ah, Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004),h, 78. 4Henry Narendrany Hidayati dan Andi Yudiantoro, Psikologi Agama, ( Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2007),h. 64.
3
Anak dikenalkan agama pertama kali yaitu di lingkungan keluarganya, oleh
karenannya pendidikan agama harus di mulai sejak tahap pertama
perkembangan psikologi pada manusia, yaitu dari umur 0 sama 7 tahun.Tahap
pertama ini bisa disebut juga golden age, karena masa ini merupakan masa
dimana seorang anak dapat menyerap segala informasi yang ada di
sekelilingnya dengan sempurna. Orang tua menjadi pendidik yang pertama
bagi pendidikan anak terutama dalam penanaman keimanan, yanng
manapenanaman keimanan tersebut sangat diperlukan oleh anak sebagai
landasan bagi akhlak mulia. Pendidikan agama sejak dini pula akan menjadi
bekal untuk pendidikan anak selanjutnya.
Pendidikan agama tidak berhenti di lingkunngan keluarga saja, sekolah
juaga memiliki peranan penting terhadap penenaman pendidikan agama anak.
Sekolah mampu mempengaruhi rasa keagamaan, akhlak dan aspek lainnya
melalui proses pembelajaran di dalam kelas maupun bimbingan di luar kelas.
Sekolah juga berfungsi memberikan kemampuan kepada anak agar mampu
membudidayakan nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Faktanya,
Pendidikan Agama Islam di sekolah tidak selalu berhasil dalam mendidik
peserta didik dalam upaya membangun etika dan moral bangsa. Contohnya saja
pada tanggal 27 Januari 2013 seorang siswa di SMAN 1 Jatibarang Brebes
tewas karena berkelahi dengan teman sekelasnya.
Adanya contoh kenakalan pelajar di atas menunjukkan bahwasanya
internalisasi nilai-nilai agama pada anak masih belum berhasil, padah dari
pihak sekolah terutama dari guru Pendidikan Agama Islam senantiasa berusaha
untuk menanamkan akhlak mulia serta budi pekerti yang baik pada siswa
melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. Kenyataannya
tidak jarang siswa dalam mengikuti mata pelajaran tersebut masih terbatas pada
formalitas, sehingga nilai-nilai agama yang diterapkan di sekolah tersebut
belum mampu menginternalisasi di dalam diri anak.
Dalam upaya menginternalisasi nilai-nilai agama pada diri anak sehingga
mampu tercermin pada perilaku mereka, maka diperlukan suatu penciptaan
budaya beragama di sekolah. Hal ini mengingat porsi waktu yang diberikan
4
pada mata pelajaran di sekolah hanya relatif sedikit pada setiap minggunya,
sehingga kesempatan guru untuk memberikan bimbingan serta arahan juga
relatif kecil. Selain itu, nilai-nilai agama yang ada pada diri anak seringkali
terkalahkan oleh budaya-budaya negatif di sekitarnya. Oleh karena itu perlu
adanya suatu budaya beragama yang dilakukan melalui proses pembelajaran
dengan pembiasaan-pembiasaan hidup disiplin, tertib, rapi, bersikap ramah,
sopan santun, rendah hati, mengucapkan salam ketika bertemu sesama, saling
menghargai, tolong menolong, rajin shadaqah, cinta terhadap lingkungan, taat
menjalankan ibadah, membaca Al-Quran, menghadiri kajian agama Islam, dan
lain-lain.
Budaya beragama yang terdapat di SMK Triguna Utama, seperti:
membaca do’a sebelum memulai pelajaran, sopan santun, disiplin, rapi
berpakaian, solat zuhur berjama’ah, dan lain-lain. Di SMK Triguna Utama
terdapat pula buku poin, yang mencakup tata tertib di sekolah.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang hal itu dan mengangkat judul: “Kontribusi Budaya Beragama dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Triguna Utama”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah:
1. Rusaknya akhlak siswa.
2. Kurangnya perhatian terhadap pendidikan agama siswa.
3. Masih adanya perilaku yang menyimpang dari siswa.
4. Siswa kurang memahami budaya positif di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan operasional, maka masalah pokok yang
akan diteliti dibatasi pada:
5
1. Budaya beragama di SMK Triguna Utama
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X Ob
3. Kontribusi budaya beragama dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang dipaparkan di atas maka
rumusan masalah yang diajukan penelitiantara lain:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
kelas X Otomotif B?
2. Bagaimana budaya beragama di SMK Triguna Utama?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMK Triguna Utama
b. Untuk mengetahui pelaksanaan budaya beragama siswa SMK
Triguna Utama
c. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi budaya beragma dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana evaluasi
dalam rangka pelaksanaan pengembangan budaya beragama
lingkungan sekolah.
b. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui
budaya-budaya agama yang dapat ditanamkan dan dikembangkan
pada peserta didik dalam rangka menciptakan generasi bangsa yang
berakhlak mulia.
6
c. Bagi penulis, untuk menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan
tentang kontribusi budaya beragama dalam pembelajaran budaya
beragama di SMK TrigunaUtama.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelejaran PAI (Pendidikan Agama Islam)
1. Pembelajaran
Sebelum mengungkap pengertian pembelajaraan, kita ulas dahulu tentang
definisi belajar, karena pembelajaran berasal dari kata belajar. Teori belajar
banyak dikemukakan, dianntaranya:
a. Teori Belajar Behavioristik sebagaimana yang di tuliskan oleh Asri
Budiningsih
Pengertian belajar menurut pandangan teori behavioristik adalah
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.1
b. Teori Belajar Menurut Thorndike sebagaimana yang di tuliskan oleh
Asri Budiningsih
Belajar menurut teori Thorndike adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang
terjadinya kegiatan belajar seperti, pikiran, perasaan, atau hal-hal lain
yang dapat ditangkapmelalu alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berubah
pikiran, perasaan, atau gerak/tindakan.2
c. Teori Belajar Menurut Waston sebagaimana yang di tuliskan oleh Asri
Budiningsih
Belajar menurut teori Wastonn adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus
1 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h, 20-
23. 2 Ibid, h, 20-23.
8
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat
diukur.3
d. Teori Belajar Menurut Clark Hull sebagaimana yang di tuliskan oleh
Asri Budiningsih
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus
dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar.4
e. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie sebagaimana yang di tuliskan
oleh Asri Budiningsih
Demikian juga dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan
variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya
proses belajar. Ia menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan
respon cendrung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan
stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap.5
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah
interaksi antara stimulus dengan respon. Dapat dikatakan bahwa stimulus
adalah input guru kepada siswa, sedangkan respon adalah outputnya.
Stimulus adalah sesuatu pemahaman yang diberikan guru untuk merangsang
peserta didik berfikir, sedangkan respon adalah hasil berfikir peserta didik
tersebut.
Belajar sebagaimana yang dikatakan oleh Dimyati merupakan interaksi
antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari
lingkungan. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil
belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek
keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.6
Definisi belajar menurut Anthony Robbins dalam buku Mendesain
Model Pembelajaran Inovativ-Progresif karya Trianto, adalah belajar
3Ibid, h, 20-23
4Ibid, h, 20-23
5Ibid, h, 20-23
6Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
h, 11.
9
sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang
sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari dimensi ini
belajar memuat beberapa unsur, yaitu: penciptaan hubungan, sesuatu hal
(pengetahuan) yang sudah dipahami, dan sesuatu pengetahuan yang baru.7
Dengan demikian definisi di atas dapat dipahami bahwa belajar bukan
berawal dari sama sekali tidak mengetahui apapun, akan tetapi
menghubungkan antara satu pengetahuan yang sudah diketahui dengan
pengetahuan yang baru diketahui.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju suatu perubahan
pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku
tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang
baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara
individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya.8
Belajar bisa terjadi kapanpun di manapun. Belajar bisa terjadi baik secara
terancang ataupun tidak terancang, dan tidak ada pula batasan waktu untuk
belajar. Belajar dapat berlangsung sepanjang hayat. Sebagai umat muslim
wajib bagi kita untuk menuntut ilmu, sesuai hadis Nabi:
انعهم ونى قال رسىل اهلل صهى اهلل عهيه وسهم أطهبىا عن أنس بن مانك قال
تضع أجنحتها انصين فإن طهب انعهم فريضة عهى كم مسهم إن انمآلئكة ب
نطانب انعهم رضا بما يطهب )أخرجه إبن عبد انبر(
Artinya: “dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Saw. bersabda:
“carilah ilmu walaupun di ngeri China. Sesungguhnya mencari ilmu itu
wajib atas setiap Muslim. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya
bagi pencari ilmu karena rida dengan apa yang dicari”.9
Bila di atas saya sudah memaparkan definisi belajar, sekarang saya akan
memaparka definisi pembelajaran.
7
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011), h, 15.
8ibid, h, 16-17.
9Abdul Majid Khan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), h, 139.
10
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Trianto bahwa pembelajaran
merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang sepenuhnya tidak
dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam
makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar
dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarah interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkai mencapai tujuan yang
diharapkan.10
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.11
Dengan demikian pembelajaran adalah interaksi yang terjadi antara guru
dengan murid, yang mana interaksi ini menjadi sebuah komunikasi atau
transfer ilmu antara guru dengan murid, dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
2. PAI (Pendidikan Agama Islam)
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Majid
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa dan
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari al-Qur‟an dan
Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, serta penggunaan
pengalaman.12
Di dalam UUSPN No. 2/1989 pasal 39 ayat (2) ditegaskan bahwa isi
kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat, antara
lainpendidikan agama. Dan dalam penjelasannya dinyatakan bahwa
pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan
10
Trianto, op.cit., h. 17.
11 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h,
57. 12
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2012) h, 11.
11
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh
peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam
masyarakat dalam mewujudkan persatuan nasional.
Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama laindalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkanpersatuan nasional.
Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu berikut ini:
1) Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan
sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
2) Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti
ada yang dibimbing, diajari, dan dilatih dalampeningkatan keyakinan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.
3) Pendidik atau guru Pendidikan Agama Islam yang melakukan kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan secara sadar terhadap peserta
didiknya untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
4) Kegiatan (pembelajan) Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk
meningkatkan keyakkinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman
ajaran agama Islam dari peserta didik, yang di samping untuk
membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk
membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kualitas atau kesalehan pribadi
itu diharapkan mampu memancar ke luar dalam hubungan keseharian
dengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesama
muslim), ataupun yang tidak seagama (hubungan dengan non muslim),
serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan
12
dan kesatuan nasional (ukhuwah wathaniyah) dan bahkan ukhuwah
insaniyah (persatuan dan kesatuan antar sesama manusia).13
Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah Usaha sadar seorang guru untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Agama Islam peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan latihan yang telah
direncanakan gun amnecapai tujuan yang tujuan yang telah ditetapkan.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta
didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang Pendidikan yamg lebih tinggi.14
Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang
agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik
beberapa diemensi yang hendak ditingkakan dan dituju oleh kegiatan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu:
1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam
2) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta
didik terhadap ajaran agama Islam
3) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta
didik dalam menjalankan ajaran Islam
4) Dimensi pengalamnya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah
diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu
13Muhaimin, Suti‟ah, Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h, 75-76. 14
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2012) h, 16.
13
mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakan,
mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam
kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah Swt. serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.15
Tujuan Pendidikan Agama Islam yang di sebutkan di atas dapat di tarik
kseimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan peserta didik, pemahaman tentang Islam, penghayatan, dan
pengalaman peserta didik dalam menjalankan perintah ajaran agama,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Tujuan pendidikan Islam berlandaskan tujuan hidup manusia. Allah
menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Jadi tujuan hidup ini
tidak lain untuk mengabdi kepada Allah Swt., menjaga dan melestarikan
bumi, dan menjalankan kehidupan sesuai syari‟at yang Allah berikan.
Jika tugas manusia dalam kehidupan ini demikian penting, pendidikan harus
memiliki tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan manusia. Bagaimana
pun, pendidikan Islam sarat dengan pengembanagan nalar dan penataan
perilaku serta emosi manusia dengan landasan dinul Islam. Dengan demikian,
tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah
dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.16
c. Model Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam)
Guru Pendidikan Agama Islam harus mengaplikasikan model-model
pembelajaran yang kreatif agar tercapai tujuan pembelajaran, seperti yang
15Muhaimin, Suti‟ah, Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h, 78.
16
Abdurrahman dan An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h, 117.
14
ditulis oleh Abdul Majid model pembelajaran Tadzkirah sesuai untuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Makna Tadzkirah secara etimologis
diambil dari kata dzakara yang artinya ingat dan tadzkirah artinya peringatan.
Adapun makna Tadzkirah yang dimaksud oleh Abdul Majid adalah
sebuah model pembelajaran yang mempunyai makna sebagai berikut:
1) T = Tunjukan Teladan
Guru harus menjadi teladan bagi siswanya. Siswa lebih mudah
mengambil pelajaran dari apa yang ia lihat.
2) A = Arahkan (Berikan Bimbingan)
Bimbingan seorang guru kepada siswanya dilakukan dengan cara
memberikan alasan, penjelasan, pengarahan, diskusi-diskusi, teguran,
mencari tahu penyebab masalah, dan kritikan sehingga perilaku anak
berubah.
3) D = Dorongan (Motivasi)
Memotivasi anak adalah suatu kegiatan memberi dorongan agar anak
bersedia dan mau mengerjakan kegiatan atau perilaku yang diharapkan
oleh orang tua atau guru. Anak yang termotivasi akan memungkinkan ia
untuk mengembangkan dirinya.
4) Z = Zakiyah (Murni-Suci-Bersih)
Kata murni disini bermaksud ikhlas, rasa keikhlasan harus ditanamkan
kepada anak baik dalam belajar, bersikap, dan berbuat sekecil apapun.
Jika rasa ikhlas sudah tumbuh, maka keihklasan akan menjadi kekuatan
dalam hidup.
5) K = Kontinuitas
Ajaran-ajaran yang diberikan haruslah bersifat kontiyu atau terus
menerus agar anak terbiasa dan akan menjadi kebiasaan. Pembiasaan ini
harus dimulai sejak dini kepada anak agar akhirnya anak menjadi terbiasa
dan menjadi sebuah kebiasaan (habit)
6) I = Ingatkan
Dalam proses pembelajaran PAI (Pendidkan Agama Islam), guru harus
berusaha mengingatkan kepada siswa bahwa mereka diawasi oleh Allah
15
Swt. Disini juga guru harus mengingatkan kepada siswa akan ajaran-
ajaran yang telah diajarkan.
7) R = Repetition (Pengulangan)
Pendidikan yang efektif dilakukan dengan berulang-ulang sehingga anak
menjadi mengerti. Pelajaran atau nasihat apa pun perlu dilakukan secara
berulang-ulang sehingga mudah dipahami oleh anak.
8) A = Aplikasikan atau Organisasikan
Puncaknya ilmu adalah amal. Dengan demikian, maka dalam mengajar
hendaknya guru mampu memvisualisasikan ilmu pengetahuan pada dunia
praktis.
9) H = Heart Hepar
Hati adalah sumber keimanan manusia. Oleh karena itu guru harus
menyentuh hati siswanya agar dapat dekat dengan Sang Khaliq.17
B. Budaya Beragama
1. Budaya
Budaya menurut Sarlito adalah “suatu set dari sikap, perilaku, dan
simbol-simbol yang dimiliki bersama oleh manusia dan biasanya
dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya”.18
Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta “buddhayah” yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau kekal.19 Kata
asing culture yang berasal dari kata latin colere yang berarti mengolah,
mengerjakan dan terutama berhubungan dengan pengolahan tanah, memiliki
makna yang sama dengan kebudayaan. Arti culture berkembang sebagai
segala daya dan usaha manusisa untuk mengubah alam. Jika diingat sebagai
konsep kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang
17Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2012), h, 135-156.
18Sarlito W Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,
2014), h, 3. 19
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 73.
16
harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan
karyanya itu.20
Menurut HAR Tillar yang dikutip dari Primitive Culture karya Edward
B Taylor “budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks
dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta
kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat”. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara
“kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan
manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam dan zaman (kodrat dan
masyarakat)”.21
Dari keterangan di atas kebudayaan adalah kebiasaan dari segi
pengetahuan, seni, moral, dan lain-lain yang merupakan hasil dari usaha
seseorang atau kelompok.
Dalam membahas budaya kita sering kali kita tidak dapat melepas diri
dari istilah masyarakat, ras, dan etnik. Ketiga istilah tersebut sering digunakan
secara bergantian dan campur aduk. Berikut adalah penjelasan dari masing-
masing istilah tersebut.
a. Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang saling berbagi
tempat dan waktu (jika menyangkut tempat dan waktu tertentu biasa di
sebut komunitas atau community)
b. Ras adalah sekelompok orang yang memiliki karakteristik fisik yang
sama dan diwariskan melalui genetik. Karakteristik tersebut antara lain,
warna kullit, bentuk hidung, dan bulu atau rambut di tubuh, serta mata.
c. Etnis atau suku bangsa adalah sekelompok orang yang memiliki
kesamaan dan perbedaan dalam konteks kebudayaan budaya. Biasanya
suku bangsa dikaitkan dengan warisan budaya, pengelaman yang
diwariskan secara turun temurun oleh orang-orang yang memiliki
20
Koentjaraningrat, kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 9. 21
H.A.R. Tillar, Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1999), h. 39 dan 43.
17
kesamaan leluhur, bahasa, tradisi, seringkali agama, dan wilayah
geografis.22
Menurut Shiraev dan Levy dalam buku Psikologi Lintas Budaya karya
Sarlito W Sarwono, saat ini ada dua jenis pengaruh budaya. Kedua budaya
tersebut adalah budaya tradisional dan budaya non tradisional (modern).
Budaya tradisional adalah budaya yang berakar kepada tradisi, aturan,
simbol, dan prinsip yang kebanyakan dibuat di masa lalu. Sementara itu
budaya non-tradisional adalah budaya yang berdasar kepada prinsip ide,
dan kebiasaan yang relatif baru.23
Dengan demikian budaya itu terbagi menjadi dua, yaitu: budaya
tradisional yaitu, yang mengikuti adat dan tradisi yang berlaku sejak lama,
dan budaya non tradisional yaitu, budaya modren, yang diciptakan oleh
seseorang dan dilakukan secara berkelanjutan.
2. Agama
a. Pengertian Agama
Agama sebuah kata yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk diartikan
dan didefinisikan. Menjelaskan maksud agama memang mudah tetapi untuk
menjelaskan definisi agama ini sangat sulit, karena agama itu memiliki sifat
yang subyektif.
Menurut A. Mukti Ali dalam bukunya yang dikutip oleh Muhammad
Alim “barang kalitidak ada yang paling sulit diberi pengertian dan definisi
selain kata agama”. Beliau menjelaskan ada tiga yang mendukung
pernyataan tersebut, yaitu: pertama, karena pengalaman agama adalah soal
batini, subyektif dan sangat individualis sifatnya. Kedua, boleh jadi tidak
ada oranng yang berbicara begitu semangat dan emosional dari pada
membicarakan soal agama. Maka membahas arti agama itu selalu ada
luapan emosi yang kuat sekali, sehingga kata agama itu sulit didefinisikan.
Ketiga, konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang
memberikan definisi tersebut.24
Para ahli mengemukakan berbagai teori tentang pengertian agama. Ada
yang mengatakan bahwa kata agama diambil dari bahasa Sansakerta, yaitu
22
Sarlito W Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,
2014), h, 3-5.
23
Ibid, h, 6.
24Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2011), h, 26.
18
kata a = tidak, dan gama = kacau atau kocar-kacir. Dengan demikian berarti
agama tidak kacau, tidak kocar-kacir, teratur. Agama yang dimaksud di sini
adalah yang membuat seseorang tidak kacau dan menjadikanseseorang
teratur.25
Selanjutnya teori lain menyebutkan bahwa agama tersusun dari kata, a =
tidak, dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat,
diwarisi secara turun menurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu
sifat agama, yaitu diwarisi secara turun temurun dari generasi ke generasi
lainnya. Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan agama berarti teks
atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntunan,
karena agama mengandung ajaran-ajaran yanng dapat menjadi tuntunan bagi
penganutnya.26
Agama diucapkan oleh orang Barat dengan religios (bahasa latin),
Religion (bahasa Inggris, Perancis, Jerman) dan Religie (bahasa Belanda).
Adapun agama secara etimologi menurut sebagian tokoh sebagai berikut:
1) Religie (religion) menurut pujangga Kristen, Saint Augustinus. Berasal
dari “re dan eligare” yang berarti “memilih kembali” dari jalan yang sesat
ke jalan Tuhan.
2) Religie, menurut Lactantius, berasal dari kata “re dan ligare” yang
artinya “menghubungkan kembali sesuatu yang telah putus”. Yang
dimaksud adalah menghubungkan antara Tuhan dan manusia yang telah
terputus oleh karena dosa-dosanya.
3) Religie berasal dari “re dan ligare” yang berarti “membaca berulang-
ulang bacaan suci” dengan maksud agar jiwa si pembaca terpengaruh
oleh kesuciannya. Demikian pendapat Cicero.27
Di bawa ini akan diikemukakan beberapa definisi agama dan
religionyang telah berhasil diformulasikan oleh para ahli:
25 Ibid, h, 27.
26Ibid, h, 27.
27Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004), h, 3.
19
1) WJS Poerwadarminto
“Agama adalah segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa, dan
sebagainya) serta dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu.”
2) Sidi Gazalba
“Agama adalah kepercayaan manusia pada hubungan Yang Kudus,
dihayati sebagai hakikat gaib, hubungan mana menyatakan diri dalam
bentuk serta sistem kultus dan ritus serta sikap hidup berdasarkan doktrin
tertentu. Jadi hakikat agama adalah hubungan manusia dengan Yang
Kudus.”
3) Adi Negoro
“Agama adalah suatu keyakinan pada Yang Maha Kuasa, yang dirasa
manusia sebagai kekuatan gaibyang mempengaruhi kehidupannya dan
dianggap mempengaruhi segala yang ada, serta mula jadi segala-galanya
dalam alam ini.”
4) E.B. Taylor
“Religion is the belief in Spiritual Being” (Agama adalah kepercayaan
kepada barang-barang yang gaib). “Religion may broadly be defined as
acceptance of obligations toward powers higher than man him self”
(agama dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai peneriamaan atas tata
atiran dari kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia itu
sendiri).
5) Webster‟s Dictionary
“Agama adalah percaya kepada Tuhan atau kekuatan super human atau
kekuatan yang di atas dan disembah sebagai pencipta serta pemelihara
alam semesta.”28
Agama sebagaimana yang dikatakan Dwi Narwoko secara mendasar dan
umum dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang
28Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2011), h, 30.
20
mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan
Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan
mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya.29
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa agama adalah sesuatu yang
menghubungkan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya,
dan manusia dengan lingkungannya. Agama juga bisa diartikan kembali
kepada jalan yang benar, yaitu jalan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Pengertian agama menurut Glock & Stark dalam Djamaluddin Ancok
dan Fuat Nashori adalah “sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan
sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada
persoala-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.”30
Agama adalah risalah yang dissampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai
petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan
manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyataserta mengatur
hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat seta
alam sekitarnya.
Dalam bahasa Arab agama berarti ad-Din, dalam tuturan orang Arab,
kata ad-din digunakan untuk menunjukkan lebih dari satu makna, diantaranya
adalah:
1) Makna kekuasaan, otoritas, hukum, dan perintah. Orang arab mengatakan
daana an-nasu yang artinya dia memaksa manusia untuk tunduk dan
dantuhu yang berarti saya menguasanya dan memilikinya.
2) Makna ketaatan, peribadatan, pengabdian, dan ketundukkan pada
kekuasaan dan dominasi tertentu. Orang arab mengatakannya dengan
dintuhum padaanu yang artinya aku memaksa mereka dan merekapun
taat.
29J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Penerapan,
(Jakarta: Kencana, 2011), h, 248. 30
Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam, (Solusi Islam atas
Problem-problem Psikologi), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 76.
21
3) Hukum, undang-undang, jalan, mazhab, agama, tradisi, dan taklid. Orang
arab mengatakan maadala dzalika dini wa didani yang artinya hal itu
tetap merupakan kebiasaanku dan tradisiku.
4) Balasan, imbalan, pemenuhan, dan perhitungan. Contohnya dapat kita
lihat dalam peribahasa arab yang mengatakan kamatadayanatadanayang
artinya kamu berbuat kepada orang lain, dan orang lain berbuat
kepadamu.31
Biasaanya, orang Arab menggunakan kata ad-din dalam makna tertentu
untuk satu kesempatan dan makna lain dalam kesempatan lain. Artinya,
pemakaian bahasa mereka sangat variatif karena disesuaikan dengan konteks
kebutuhan yang terjadi. Dengan demikian, kata ad-din, bersifat ambigu.
Setelah al-Quran turun, istilah ad-din mengalami kejelasan makna dengan
tetap bersandar pada empat makna etimologis di atas. Makna yang dimaksud
adalah yang menguasai dan memiliki otoritas yang tinggi (ilahiah), ketaatan
dan pengakuan terhadap kekuasaan dan otoritas dari pengikut ad-din, sistem
berpikir ilmiah yang dilahirkan dari sistem otoritas dan kekuasaan, dan
imbalan yang diberikan secara penuh oleh pemegang otoritas kepada pengikut
sistem melalui ketundukan dan keikhlasan atau balasan karena tidak menaati
sang pemegang otoritas. Untuk kepentingan tersebut, Abu al-„Ala al-Maududi
menyusun definisi ad-din berdasarkan makna-makna tersebut yang kemudian
beliau menghubungkan dengan ayat-ayat al-Quran. Hasil penyusunan beliau
adalah definisi ad-din berdasarkan surat al-mu‟min: 65, az-zumar:11, dan 14,
an-nahl: 52, yunus: 104, dan al-infithar: 17-19, yaitu sistem kehidupan yang
sempurna dan meliputi aspek-aspek kehidupan yang bersifat keyakinan,
penalaran, akhlak, dan pengamalan. Sesungguhnya, Allah SWT telah
menjelaskan bahwa sistem kehidupan yang diridhai Allah adalah sistem yang
dibangun atas ketaatan dan keikhlasan untuk menghambakan diri kepada
Allah semata. Dengan demikian, ad-din dapat didefinisikan melalui definisi
yang mencakup seluruh makna etimologis dan makna qur‟aniah, yaitu
31
Abdurrahman dan An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,2004), hal, 3.
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: pr Remaja RosdaKarya, 201l), hal, 30.
J' Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, sosiologi reks pengantar danPenerapan, (Jakafia: Kencana, 201 I ), hal, 248.
Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, psikologi Isram, (SohtsiIs I am at as P r o b I em -p r o b I e m P s i ko I o gi), (Yo gyakarla : pustaka p elaj ar,
1995), hal.76.Abdurrahman, An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rtmah, Sekolah dan
Maqtarakal, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hal,'22-23.Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: pr Remaja Rosda
Karya, 201l). hal,28.M. Saleh Muntasir, Mencari Eviclensi Islart (Analisa Awal sistem Filscrfat,sn'ategi cian Metodologi Pendidikan Lslam), (Jakarta: Rajawali, l9g5), hal.
120.Ngaiim Purwanto, Ilmtr Penclidikun Teoritis clan praktis, (Banciur-rg: pr.
Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 177 .
Ramayulis, Ilmtt Pendidikan Islarn, (Jakarta: Kalam rr,r,rrrq rqga), l*1. 1gt
B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theori of Learning (TeoriBelajar), Penerjemah: Tri wibowo (Jakarla: prenada Media Group, 2009),
hal. 65.27 I Sri Esti wuryani, Psikologi pendidikan. (Jakarra: pr-RASrNDo,2006),