LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA “FAAL DARI KONTRAKSI OTOT KATAK” Disusun oleh: Fredericus A. S. Habun 2443014272 PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2015
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
“FAAL DARI KONTRAKSI OTOT KATAK”
Disusun oleh:
Fredericus A. S. Habun
2443014272
PROGRAM STUDI S1 FARMASIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA2015
BAB 1. TUJUAN PRATIKUM
Tujuan pratikum adalah: Untuk mengetahui bagaimana otot
berkontraksi
BAB 2. LANDASAN TEORI
Otot rangka/skelet tersusun oleh kumpulan serabut (sel)
otot bergaris (muscle fiber/skeletal myocyte), mempunyai
banyak inti yang terletak di tepi. Dinding atau membran sel
disebut sarkolemma mempunyai kemampuan menghantarkan impuls
(potensial aksi) kesemua arah temasuk melanjutkan penghantaran
sepanjang dinding tubulus transversalis (transvere
tubule/Ttub). Sitoplasma serabut otot atau sarkoplasma
mengandung struktur kontraktil (suatu cytoskeleton) yang
berperanan terhadap fungsi utama otot rangka yaitu fungsi
kontraksi. Otot rangka/skelet tersusun oleh sekumpulan serabut
otot bergaris (muscle fibers : skeletal myocyte) yang merupakan sel
fungsional untuk berkontraksi. Selain itu diantara muscle fibers
terdapat muscle spindle yang berfungsi sebagai reseptor regang,
ikut mengendalikan tones otot serta memperhalus kontraksi
otot. Muscle fibers dilayani oleh saraf motorik Aα yang
berasal dari motorneuron medulla spinalis maupun brain stem
(batang otak), muscle spindle dilayani oleh saraf motorik Aγ.
Fungsi utama otot rangka adalah kontraksi, sehingga terjadi
perubahan posisi atau gerakan kerangka satu terhadap yang
lainnya atau disebut gerakan anggota tubuh (motor movement).
Agar otot rangka dapat berkontraksi, diperlukan
pelayanan/inervasi sistem saraf motorik somatik.
(Slonane, Ethel. 2004).
Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia
mendapat rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik,
rangsangan mekanis panas, dingin dan lain-lain. Otot rangka
dapat kita kaji lebih dalam misalnya dengan mempelajari otot
gastrocnemius pada katak. Otot gastrocnemius katak banyak
digunakan dalam percobaan fisiologi hewan. Otot ini lebar dan
terletak di atas fibiofibula, serta disisipi oleh tendon tumit
yang tampak jelas (tendon achilles) pada permukaan kaki.
(Syaifuddin, 2006).
Melalui pemberian rangsangan listrik tunggal pada nervus
ischiadicus dengan intensitas yang berbeda (dimulai dari
intensitas rendah ke intensitas tinggi : rangsangan
subliminal, rangsangan liminal, rangsangan supraliminal,
rangsangan submaksimal, rangsangan maksimal, rangsangan
supramaksimal). Respon rangsangan diamati melalui kontraksi
musculus gastrocnemius serta mengukur amplitudo (kekuatan)
kontraksi dari otot tersebut. Otot dirangsang dengan
rangsangan maksimal secara beruntun (multiple) dan frekuensi
ditinggikan berpotensi menimbulkan beberapa gambaran kontraksi
otot yang berbeda, seperti muscle twitch, treppe, summation contraction,
incomplete tetanic contraction, complete tetanic contraction.
Kekuatan kontraksi otot disamping dipengaruhi oleh antara lain
tingkat kepekaan saraf yang melayaninya, cara perangsangannya,
dan faktor pembebanan yang diberikan kepeda otot tersebut.
Pembebanan pada otot dapat diberikan pada saat otot kontrakasi
(after loaded) dapat juga diberikan pada saat sebelum otot
kontraksi (preloaded). After loaded dan preloaded memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap kekuatan kontraksi dan kerja
otot.
(Guyton , John E hall. 2007).
BAB 3. ALAT DAN BAHAN:
1. Kimograf 19. Cairan
fiksasi
2. Kertas kimograf 20. Katak
3. Tempat beban
4. Beban
5. Lampu spiritus
6. Penulis otot
7. Induktorium
8. Kunci arus
9. Stimulator
10. Signal magnet rangsangan
11. Garputala
12. Pena rangsang
13. Statif + klem-klem
14. Benang jahit halus
15. Palu
16. Paku
17. Papan kodok
18. Larutan Ringer
BAB 4. CARA KERJA
4.1. Persiapan Sedian Otot
4.1.1. Merusak Otak Katak
Maksud agar katak percobaan tidak lagi merasa sakit.
1. Peganglah katak dengan tangan kiri sedemikian rupa
sehingga jari telunjuk diletakkan di bagian kepala, dan
ibu jari di bagian punggung. Tekanlah jari telunjukmu
agar kepala sedikit tunduk, sehingga terdapat lekukan
antara cranium dan columna vertebrae.
2. Ujung jarum penusuk yang dipegang dengan tangan kanan
diletakkan ditempat lekukan antara cranium dan columna
vertebrae tersebut, di tempat mana sela interspinalis
lebar.
3. Tusukkanlah jarum kedalam canalis spinalis ke arah
tengkorak, gerakkan kian kemari berkali-kali untuk
merusak otak katak.
4. Untuk percobaan-percoban dimana diperlukan
pengerusakkan medulla spinalis maka kerjakanlah
tindakkan no. 3 dengan jarum kearah sacral untuk
merusak medulla spinalis.
4.1.2. Membuat Sediaan Muscle Gastrocnemius
Setelah tindakkan merusak otak katak sempurna, maka
kerjakanlah tindakkan dibawah ini :
1. Dari tungkai kanan, guntinglah kulitnya melingkar
setinggi pergelangan kaki.
2. Jepit ujung kaki yang telah dilepas, dan perlahan-lahan
angkatlah sampai diatas sendi lutut.
3. Pisahkan dan bebaskan tendon Achilles dengan alat
tumpul dari jaringan-jaringan disekitarnya. Jangan
dipotong dulu.
4. Ikatlah tendon itu dengan benang yang kuat dekat pada
insertionya. Potonglah kemudian tendon itu dibawah
ikatan benang.
5. Potonglah tulang-tulang tibia dan fibula beserta otot-
otot yang melekat padanya, kira-kira 5mm dibawah sendi
lutut.
6. Kembalikan kulit tadi kebawah sehingga menutupi kembali
otot gastrocnemius untuk melindunginya dan menjaga agar
tidak kering. Basahi sediaan tersebut dengan larutan
ringer setiap kali.
4.1.3. Membuat sediaan Nervus sciatcus
1. Letakan katak tertelungkup, hilangkan seluruh kulit
bagian belakang paha kanan.
2. Pisahkan otot-otot satu sama lain dengan menggunakan
alat tumpul dan carilah nervus sciaticus. Jangan
merusak pembuluh-pembuluh darah yang berjalan bersama-
sama dengan nervus tersebut.
3. Ambil benang halus, buatlah simpul longgar mengelilingi
saraf tersebut, kemudian kembalikan saraf diantara
otot-otot seperti keadaan semula.
4.1.4. Mempersiapkan sediaan saraf otot untuk percobaan
1. Tempatakan katak tertelungkup diatas papan katak,
fiksir kedua kaki depannya dan kaki belakang kiri pada
papan katak dengan dengan menggunakan paku atau jarum.
2. Fiksir pula kaki belakang kanan pad papan katak,
sedemikian sehingga M. Gastrocnemius tetap dapat
bergerak dengan bebas.
3. Pasanglah papan katak pada statif yang telah tersedia.
Aturlah letak papan katak pada statif sedimikian rupa
sehingga M. gratrocnemius tetap dapat bergerak bebas
(tidak melekat pada papan).
4. Hubungkan otot (dengan perantaraan benang yang telah
terikat padanya) pada kaki dipangkal penulis otot.
Aturlah sedimikian rupa sehingga ujung-ujung dari
penulis otot, tanda rangsangan dan tanda waktu terdapat
pada satu garis vertical pada kertas hitam. Sediaan
otot telah siap untuk bermacam-macam percobaan.
4.2. Kontraksi Otot Katak pada Kimograf
1. Siapkan sediaan otot menurut petunjuk.
2. Berlatihlah memutar kimograf dengan tangan kira-kira 1
putaran perdetik dan harus dihentikan pada putaran kedua.
3. Carilah kekuatan rangsangan yang memberi kontraksi
maksimal.
4. Rangasangan dan putarlah kimograf pada waktu bersamaan.
5. Pencatatan harus dilakukan dengan bersamaan untuk tanda
waktu, tanda rangsangan, kontraksi otot.
6. Carilah waktu laten, waktu kontraksi, waktu relaksasi.
BAB 5. HASIL PRATIKUM
Tabel 5.1. Hubungan Antara Besarnya Rangsangan Listrik dengan
Total Gaya Kontraksi
Keterangan: stimulus ambang adalah 0.8 volt, dan kedutan otot
adalah 8.5 vot.
Stimulus ambang Adalah voltase listrik minimum yang
menyebabkan kontraksi serabut otot tunggal. Respons all-or-
none serabut otot Jika stimulasi ambang telah tercapai; maka
serabut otot akan merespons secara maksimal atau tidak sama
sekali selama kondisi lingkungan serabut tidak berubah.
(Sloane, 2003).
Dari data tabel diatas pada pemberian rangsangan dengan 0.0
volt, stimulasi ambangnya belum tercapai. Stimulasi ambang
tercapai pada pemberian rangsangan dengan 0.8 volt. Setelah
itu pemberian rangsangan dinaikan 0.5 volt secara terus
menerus sehingga kontraksi otot terus meningkat sampai
kontraksi otot maksimum atau kedutan otot.
Kedutan Otot
Jika preparat otot distimulasi, maka setiap serabut otot
dalam otot akan mematuhi semua hukum all-or-none tetapi
serabut yang berbeda memiliki ambang yang berbeda pula.
Jika derajat voltase stimulus meningkat maka serabut
tambahan turut merespons. Kedutan otot (kontraksi maksimum
keseluruhan otot) akan terjadi saat intensitas stimulus
cukup untuk seluruh serabut. Pada tabel diatas kedutan otot
(kontraksi maksimum otot) terdapat pada pemberian rangsangan
8.5 volt. (Sloane, 2003).
Gambar 5.1. Threshold voltage pada kontraksi otot katak. Gambar 5.2.
second voltage pada kontraksi katak.
Pada gambar 5.7 diberi rangasangan 0.0 volt, otot belum
berkontraksi, karena rangsangan yang diberikan belum mampu
mengkontraksikan satu unit saraf motorik pada katak. Dan
rangsangan ini di namakan rangsangan subliminal. Pada pemberian
rangsangan 0.8 volt seperti pada gambar 5.2 otot sudah mulai
berkontraksi, karena rangsangan yang diberikan dapat
mengkontraksikan satu unit saraf motorik pada katak. Inilah yang
dinamakan stimulus ambang.
BAB 6. PEMBAHASAN
6.1.Pembahasan Hasil Praktikum 6.1.1. Periode Laten pada Kontraksi Otot Skeletal Katak
Rangsangan tunggal pada otot skelet menimbulkan gambar
kontraksi yang disebut single twitch Ada 3 fase yaitu fase
laten, fase kontraksi dan fase relaksasi. Fase laten
adalah waktu mulai diberikan rangsangan sampai terjadi
kontraksi dan berlangsung selama 0.01 detik. Saat otot
menerima rangsangan, permeabilitas membran berubah
sehingga terjadi periode laten dimana gerbang Na
membuka. Dimana otot menampung kekuatan untuk memulai
suatu kontraksi. Tetapi pada pemberian rangsangan
pertama dengan voltage yang besar (8.5 volt), periode
latennya tidak ada atau tidak munculnya periode laten.
6.1.2. Efek Stimulus Listrik Terhadap Kontraksi Otot Skeletal Katak
Besarnya rangsangan yang diberikan pada nervus ischiadicus
mempengaruhi kontraksi pada otot gastrocnemius. Otot
memiliki stimulus ambang yaitu voltase listrik minimum
yang menyebabkan otot berkontraksi. Jika stimulus tidak
mencapai ambang batasnya maka otot tidak akan memberikan
respon.
Rangsangan subliminal adalah rangsangan terkecil
yang diberikan belum ada satu motor unit yang bereaksi
terhadap rangsangan tersebut dalam bentuk kontraksi.
Dalam praktikum kami, besar rangsangan subliminalnya
adalah 0.0 volt. Dimana belum terjadi kontraksi. Ini
menunjukkan bahwa katak yang kami uji cobakan belum
mengalami adanya rangsangan yang mengalir, sehingga belum
ada kontraksi otot dari katak.
Rangsangan liminal adalah rangsangan terkecil yang
diberikan dan mulai terjadi kontraksi otot terkecil
pertama kali. Dalam praktikum kami, besar rangsangan
liminalnya adalah 0,8 volt dengan besar kontraksi 0.02.
Ini adalah saat pertama kali katak memberikan respon
berupa kontraksi otot kepada rangsangan yang kami
berikan. Hal ini menandakan bahwa satu unit saraf motorik
pada katak itu telah berkontraksi.
Rangsangan supraliminal adalah rangsangan terkecil
yang diberikan dapat menyebabkan terjadinya kontraksi
terkecil yang lebih besar daripada liminal. Dalam
praktikum kami besar rangsangan supraliminalnya
adalah 5.0 volt dengan kontraksi 1.51. Hal ini menandakan
bahwa serabut saraf lain juga mulai berkontraksi sehingga
hasil kontraksi pada kertas kimograf mengalami kenaikan.
Rangsangan submaksimal adalah rangsangan terkecil
yang diberikan sehingga terjadi kontraksi yang besarnya
mendekati nilai maksimalnya. Dari hasil pratikum kami,
didapatkan rangsangan sebesar 8.0 volt dengan
kontraksi 1,81.
Rangsangan maksimal adalah rangsangan terkecil
yang mengakibatkan semua serabut saraf memberikan reaksi
dan menghasilkan kontraksi otot terbesar. Dari hasil
pratikum kami besar rangsangannya adalah 8.5 volt dengan
kontraksi otot sebesar 1.82.
Rangsangan supramaksimal adalah rangsangan
terkecil yang diberikan dapat menghasilkan kontraksi otot
sebesar kontraksi otot maksimal. Hal ini dikarenakan
seluruh serabut saraf dalam percobaan ini sudah aktif
yakni berkontraksi saat rangsangan maksimal. Namun dalam
praktikum kami rangsangan supramaksimal besar
rangsangannya pada 10.0 volt dengan kontraksi otot
sebesar 1.82. Sebuah otot akan berkontraksi dengan cepat
apabila tanpa melawan beban. Akan tetapi apabila diberi
beban, kecepatan kontraksi otot akan menurun secara
progresif seiring dengan penambahan beban. Besar beban
meningkat sampai sama dengan kekuatan maksimum yang dapat
dilakukan otot tersebut, maka kontraksi otot akan menjadi
nol atau tidak terjadi kontraksi otot sama sekali. Hal
ini dikarenakan beban yang diberikan pada otot
kekuatannya berlawanan arah dengan yang menggerakkan
kontraksi otot.
6.2.Pembahasan Pertanyaan
6.2.1. Sebutkan urutan peristiwa kontraksi otot skelet ?
1. Sebuah potensial aksi berjalan sepanjang saraf motorik
menuju ujungnya pada serat otot.
2. Pada setiap akhir, saraf mengeluarkan sejumlah kecil
substansi neurotransmitter asetilkolin.
3. Asetilkolin bekerja pada daerah lokal dari membran
serat otot untuk membuka kanal gerbang asetilkolin
multipel melalui molekul protein yang mengambang dalam
membran.
4. Pembukaan kanal gerbang dalam asetilkolin mengijinkan
sejumlah besar ion Na untuk mengalir kedalam bagian
dalam membran serat otot. Ini memulai potensial aksi
dalam serat otot.
5. Potensial aksi berjalan sepanjang membran serat otot
dalam cara yang sama dengan aksi potensial berjalan
sepanjang membran saraf.
6. Potensial aksi mendepolarisasi membran otot, dan banyak
dari electricity potensial aksi juga berjalan mendalam
sepanjang serat otot. Disini hal itu akan menyebabkan
retikulum sarkoplasma melepaskan ion calsium yang
tersimpan dalam retikulum ini.
7. Ion calsium menginisiasi kekuatan tarik menarik
(attractive forces) antara filamen aktin dan myosin
menyebabkan filamen aktin dan myosin meluncur
berdampingan satu sama lain, yang merupakan proses
kontraktil.
8. Sesudah sebuah fraksi sedetik, ion calsium dipompa
kembali kedalam retikulum sarkoplasma oleh pompa
membran Ca dan ion- ion ini tetap disimpan sampai
sebuah potensial aksi otot baru timbul kembali:
pemindahan ion calsium dari myofibril menyebabkan
kontraksi otot berhenti.
6.2.2. Apa definisi rangsangan maksimal dan rangsang
supramaksimal ?
Rangsangan maksimal : Rangsangan terkecil yang dapat
mengaktifkan semua serat
saraf untuk menimbulkan potensial
aksi maksimal.
Rangsangan supramaksimal : Rangsangan dengan intensitas
lebih tinggi dari rangsangan
maksimal tetapi kekuatan yang dihasilkan sama dengan
rangsangan maksimal.
6.2.3. Bagaimana bunyi Hukum All or None? Bagaimana hasil
kontraksi pratikum ini dengan hukum tersebut?
Otot mempunyai hukum “All or none law” hukum berlaku
untuk 1 serabut otot, artinya bila 1 serabut otot
dirangsang, maka akan berkontraksi bila rangsangnya lebih
besar dari nilai ambang rangsang, otot tidak berkontraksi
bila nilai rangsangnya lebih kecil dari ambang rangsang.
Ketika otot dirangsang maksimal maka keseluruhan serabut
saraf akan langsung aktif sehingga akan berkontraksi
langsung seluruhnya. Pada otot rangka tidak terjadi hukum
ini, hal ini dibuktikan dengan rangsangan liminal
sehingga rangsangan maksimal yang menunjukkan angka
berbeda-beda. Hukum ini hanya dapat bekerja pada otot
polos dan otot jantung saja.
Jadi pada percobaan ini, jika nilai rangsang pada otot
katak tidak lebih besar dari nilai ambang rangsangnya
maka tidak akan terjadi kontraksi.
6.2.4. Jelaskan Hukum Frank Starling pada kontraksi otot
skelet!
Menurut hukum “Frank Starling” pembebanan pada otot
merupakan suatu adaptasi di mana jika otot diregangkan
secara kuat (submaksimal dan tidak melebihi batas) maka
kontraksi akan semakin kuat
BAB 7. KESIMPULAN7.1 Pada pemberian rangsangan dengan voltase 0.0, otot tidak
berkontraksi, karena rangsangan yang diberikan tidak
mengkontraksikan satu unit saraf motorik otot.
7.2 Stimulus terendah untuk terjadinya aktivitas otot adalah 0.8
volt, dimana satu unit saraf motorik otot telah berkontraksi.
7.3 Pada saat voltase melebihi 8.5 gaya total kontraksi otot
akan tetap sama atau tidak berubah dikarenakan otot ada waktu
untuk istirahatnya..