Top Banner
KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT TOGETHER (D.I.T.) KOMUNITAS PUNK TARING BABI Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Rahmat Fernandes NIM : 1113111000073 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019
117

KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

May 28, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

KONTESTASI DISKURSUS:

STUDI KASUS DO IT TOGETHER (D.I.T.)

KOMUNITAS PUNK TARING BABI

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Rahmat Fernandes

NIM : 1113111000073

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019

Page 2: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran
Page 3: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran
Page 4: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran
Page 5: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

ii

ABSTRAK

Skripsi ini hendak mendalami ideologi dalam punk yaitu ‘Do It

Yourself’menggunakan analisa teori diskursus dan kekuasaan Michael Foucault.

Kekuasaan kerap diperbincangkan dalam beragam wacana sosial, politik dan

ekonomi. Dalam konteks ini, kekuasaan dipahami sebagai kualitas, kapasitas atau

modal untuk mencapai tujuan tertentu dari pemiliknya. Foucault tidak menolak

cara pandang semacam ini, tapi hal itu tidak cukup kompleks memahami praktik

‘penundukan’ yang tak kasat mata. Menjadi salah satu prinsip yang paling dasar

dalam ideologi punk, Do It Yourself atau ‘kerjakanlah sendiri’ menjadi etos kerja

bagi kelompok punk dominan. Namun entitas diskursus Do It Yourself yang

sedemikian rupa nyatanya tidak relevan di negara Indonesia bagi komunitas punk

Taring Babi melainkan Do It Together atau Gotong-royong.

Penelitian ini berupaya menerangkan kembali strategi dibalik keberhasilan

diskursus Do It Yourself terbentuk dalam ideologi punk, dengan cara menguraikan

mekanisme beroperasinya kekuasaan menurut pemikiran Foucault. Kegiatan

penelitian diarahkan pada pencarian keragaman diskursus beserta proses

pembentukannya. Proses demikian dipakai untuk memahami dinamika kekuasaan

dan kontestasi diskursus dalam ideologi punk yang menjadi identitas bagi

komunitas punk Taring Babi. Secara garis besar, narasi Do It Yourself mencakup

domain tertib komunitas punk sebagai identitas yang menolak berhubungan

dengan korporat besar. Kemudian diskursus normalisasi Do It Yourself sebagai

konsekuensi dari sikap perusahaan media musik yang enggan untuk bekerja sama

dengan musik punk. Pertarungan diskursif melibatkan beragam kehendak dari

aktor/ institusi yang produktif dan konsisten memunculkan diskurus Do It

Together.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa relasi kuasa (opponent discourse)

tidak cukup kuat menolak kehendak Do It Yourself (proponent discourse) sebagai

identitas punk yang ideal.

Kata Kunci: Diskursus, Komunitas, Punk, Prinsip, Identitas.

Page 6: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat

kekuasaan Nya, rahmat, karunia, dan Anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta

sahabat, keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Terima kasih untuk yang paling istimewa, Bapak, Supra Yugo dan Mamah,

Fenirita. Terima kasih. Untuk kakak-kakak tersayang, Eka Prawita Sari dan Dewi Laras

Sati. Terima kasih telah memberikan bantuan materi dan nonmaterial, semangat serta

kesabaran yang tiada henti kepada penulis.

Skripsi ini bukan hanya hasil karya penulis seorang diri, karena banyak pihak-

pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk

mengucapkan rasa terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran yang senantiasa

menjadi cermin pengetahuan bagi peneliti.

2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Sosiologi FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan semangat ketika bertemu

di kampus.

3. Joharotul Jamilah, S.Ag., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan kritik dan masukan

yang bersifat membangun selama peneliti mengajukan proposal skripsi.

4. Saifudin Asrori, M.Si., selaku dosen pembimbing penulisan skripsi ini, berkat

ketelitian, kesabaran, dan keikhlasan beliau, peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini. Terima kasih atas waktu, tenaga, dan pikiran yang beliau berikan.

5. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku dosen seminar proposal yang senantiasa memberikan

pemahaman kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini.

Page 7: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

iv

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran berharga kepada

penulis. Dan juga untuk seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

7. Para anggota komunitas punk Taring Babi selaku informan yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.

8. Khalid Syaifullah, S.Sos., sebangai senior yang selalu peduli dan mau

berdiskusi peneliti.

9. Ayu Amanahwati Pertiwi dan Noor Rachmawaty Idat S.Sos., Selalu

memberikan semangat tanpa henti dan member optimisme kepada penulis

untuk selalu menyelesaikan penelitian ini.

10. Terimakasih kepada kawan kelas di bangku kuliah Lathifah Dinar S.Sos., dan

Tiara Nur Fauziah S.Sos., yang kerap mendukung serta memberikan

semanagat bagi peneliti.

11. Terimakasih kepada kawan-kawan “SEPAKET” Shandy Andika P. S.sos, M.

Reza Zamzami, Syafrizal SF Marbun S.sos dan Arbian Darmaji yang selalu

memberikan semangat agar menyelesaikan penelitian ini.

12. Kawan-kawan Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013

Terima kasih karena telah menjadi teman seperjuangan yang luar biasa.

13. Januar Irawan dan Syahrul Romadhon sebagai teman berdiskusi seputar

fenomena-fenomena sosial.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun.

Semoga penelitian ini memberi manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.

Jakarta, 27 Desember 2018

Rahmat Fernandes

Page 8: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Penyataan Penelitian ............................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

C.1. Tujuan.................................................................................................................. 7

C.2. Manfaat ................................................................................................................ 8

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 8

E. Kerangka Teoritis .................................................................................................. 14

E.1. Diskursus Foucault ............................................................................................. 14

E.2. Bangunan Filososfis ............................................................................................ 18

E.3. Power – Knowledge. ........................................................................................... 20

E.4. Metode Diskursus Foucault ............................................................................... 22

E.5. Pembentukan Diskursus ..................................................................................... 26

E.6. Pengelolaan Diskursus ....................................................................................... 27

F. Metode Penelitian ................................................................................................. 29

F.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................................ 29

F.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 30

F.3. Jenis Data ........................................................................................................... 31

G. Sistematika Penulisan .............................................................................................. 36

BAB II GAMBARAN UMUM......................................................................................... 37

C. Kepengurusan Komunitas Taring Babi ................................................................. 43

D. Nilai-nilai Komunitas Taring Babi ....................................................................... 44

E. Aktivitas Komunitas Taring Babi ......................................................................... 45

BAB III Diskursus Do It Together: Sebuah Kontestasi .................................................... 51

A. Jejak Diskursus Lama ................................................................................................ 52

B. Diskursus Baru .......................................................................................................... 55

B.1. Proponent Discourse ......................................................................................... 56

Page 9: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

vi

B.2. Opponent Discourse .......................................................................................... 58

C. Kontestasi Diskursus ................................................................................................. 62

BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 76

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 76

B. Saran ..................................................................................................................... 77

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 78

Buku dan Jurnal ............................................................................................................. 78

Internet ......................................................................................................................... 80

Page 10: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rumah komunitas punk Taring Babi ........................................................... 42 Gambar 2.2. Nilai-nilai dalam komunitas punk Taring Babi ............................................ 44 Gambar 2.3. Aksi panggung komunitas punk Taring Babi ............................................... 46 Gambar 2.4. Workshop cukilan komunitas punk Taring Babi .......................................... 47 Gambar 2.5. Kegiatan menyablon kaos anggota komunitas punk Taring Babi ................ 48 Gambar 2.6. Emma anggota komunitas dari Jerman ........................................................ 49 Gambar 2.7. Penghargaan dan cindera mata komunitas punk Taring Babi ...................... 50 Gambar 2.8. Penghargaan dan cindera mata komunitas punk Taring Babi ...................... 50 Gambar 3.1. Prinsip Do It Together komunitas punk Taring Babi ................................... 66

Page 11: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penyataan Penelitian

Skripsi ini melihat konstruksi idiologi atau nilai-nilai prinsip yang

ada di dalam punk melalui analisis diskursus Michel Foucault. Skripsi ini

berfokus pada proses pembentukan diskursus Do It Together dalam

kelompok punk Taring Babi berangkat dari normalisasi identitas dalam

punk yakni Do It Yourself. Proses konstruksi diambil berdasarkan

pembentukan dan pemberlakuan etos kerja Do It Together yang ada dalam

komunitas Taring Babi.

Komunitas punk merupakan sebuah fenomena sosial yang telah

menjamur diberbagai kota besar dalam negara Indonesia. Komunitas punk

berada di tengah masyarakat pada pusat-pusat kota yang memiliki

penampilan berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Berpenampilan

ekstrim dari rambut sampai kaki. Rambut bergaya mohawk (seperti suku

Apache) dengan warna-warni yang beraneka ragam, body piercing

(tindik), gelang rantai dan spike (gelang berduri), jaket kulit, rip jeans

(celana robek-robek), sepatu boots dan baju yang lusuh biasanya berwarna

hitam. Penampilan punk yang sedemikian ekstrim tersebut bukanlah tanpa

makna.

Page 12: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

2

Segala atribut yang dikenakan oleh komunitas punk merupakan

simbol-simbol untuk menunjukan sikap solidaritas mereka. Seperti, gaya

rambut anak punk yang cenderung berdiri merupakan sebuah simbol

kepedulian punk terhadap suku Mohawk asli Apache yang ditindas dan

dibunuh oleh orang kulit putih yaitu Amerika. Bergaya penampilan Spike,

yaitu gelang yang mereka pakai dipergelangan tangan sebagai sebuah

simbol terpidana matinya para aktivis yang diculik oleh para diktator kulit

putih pada saat itu dengan memakai kursi listrik. Juga bergaya penampilan

sepatu boots, yaitu merupakan simbol bentuk diskriminasi yang kerap

dilakukan oleh oknum-oknum aparat tentara dan kepolisisan atau militer

kepada masyarakat minoritas (Sugiyati, 2014: 2). Demikian punk adalah

perwujudan kepedulian terhadap sesama manusia melalui simbol-simbol

serta prinsip yang ada di dalamnya.

Komunitas punk merupakan counter culture (budaya perlawanan)

yang memiliki ideologi tentang perlawanan terhadap sistem pemerintahan

yang timpang dan anti-kemapanan. Sejarah lahirnya punk diawali dengan

perasaan marah oleh sebagian masyarakat terhadap sistem pemerintahan

Inggris pada tahun 1970-an. Rasa tidak puas masyarakat terhadap sistem

pemerintahan yang bersifat Monarkis pada waktu itu, menjadi sebab

terjadinya pemberontakan dari kalangan pemuda-pemudi nergara Inggris.

Punk adalah salah satu dari sekian banyak gerakan perlawanan kepada

berbagai bentuk penyeragaman disegala lini dan menentang segala bentuk

kemapanan (Bestari, 2016: 11). Punk merupakan singkatan yang berasal

Page 13: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

3

dari bahasa Inggris “Public United Not Kingdom” yang berarti kesatuan

masyarakat di luar kerajaan. Sebuah gerakan revolusioner anti-penindasan

dan sebuah gerakan libertarian (kemerdekaan) dari kelompok sosial yang

tidak puas terhadap kondisi yang sedang terjadi.

Punk merupakan gerakan perlawanan yang dilakukan oleh

berbagai pemuda-pemudi dalam struktur sosial yang ada. Gerakan punk

biasanya dikategorikan dengan istilah subkultur atau youth culture

(budaya pemuda). Lahirnya punk di Indonesia memiliki beragam versi.

Seperti tulisan dalam penelitian Siti Sugiyati (2014: 2) yang menyatakan

bahwa, punk dikenal dalam negara Indonesia pada akhir tahun 1970-an.

Namun, punk baru mengalami perkembangan yang pesat di Jakarta pada

tahun 1990. Lahir nya generasi komunitas pertama punk di Jakarta dengan

sebutan Young Offender (Y.O), yaitu sebuah komunitas pemuda-pemudi

berpenampilan rambut dengan bergaya mohawk yang memiliki makna

simbol-simbol dari punk. Kemudian tambahan dari tulisan Fathun Karib

dalam Jakarta Beat (2013) yang berjudul Acid Anti Septic:

Proklamator punk Jakarta menyatakan bahwa punk di Indonesia

dideklarasikan pada tahun 1990, disaat Acid dengan bandnya

Dickhead bermain di salah satu tempat kesenian terpenting di

negeri ini yaitu Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Menjadi deklarasi

pertama punk dalam sejarah Jakarta dan Indonesia di saat Beri

sang legenda maju ke atas panggung untuk mengisi kekosongan

mengambil mic dan berteriak lantang untuk sebuah lagu punk

"Fucking USA" dari the Exploited!

Page 14: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

4

Kemudian dalam interaksi kelompok punk pada generasi awal ini

menurut Fathun Karib dalam Jakarta Beat (2009) bahwa punk di

Indonesia pada periode pertama memiliki beberapa interaksi yang khas.

Pertama, saling tukar-menukar kaset menjadi interaksi sesama punk yang

intensif. Fenomena ini bisa dilihat sebagai sindikasi kaset atau tape

syndicate. Kedua, melauli tulisan-tulisan atau nama-nama sebuah band

punk dalam kaos yang mereka kenakan sehingga seorang individu punk

dapat teridentifikasi oleh individu punk lainnya. ”Bahasa Kaos” sebagai

identifikasi mereka untuk saling berkenalan dan berinteraksi. Ketiga,

band-band punk pada generasi pertama ini cenderung diberi nama dengan

bahasa inggris serta kerap membawakan lagu-lagu dari berbagai band luar

negeri yang mempengaruhi mereka.

Komunitas punk juga sering mendapatkan pertentangan dari

masyarakat karena mewabah nya kelompok punk yang berada di jalanan-

jalanan kota sekedar mengamen untuk menyambung hidup. Komunitas

punk tersebut dinamai kelompok Street Punk. Dimana kelompok Street

Punk adalah sebutan bagi kelompok punk yang berada di pinggir jalan,

bermain musik (ngamen) dan berpindah-pindah tempat. Tidak jarang

lagu-lagu yang dilantunkan oleh musisi punk jalanan ini bertema kan

menyindir sistem pemerintahan yang terasa tidak adil terhadap kelompok

minoritas. Kelompok Street Punk sering dianggap membuat warga resah

karena gaya penampilan punk yang memiliki ciri khasnya sendiri itu

sering kali ditafsirkan oleh masyarakat sebagai kedok oknum yang hanya

Page 15: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

5

berperilaku kriminal. Pemerintah mengeluarkan UU Republik Indonesia

No 22 tahun 2009 Pasal 258 tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang

berbunyi:

Masyarakat wajib berperan serta dalam pemeliharaan sarana

dan prasara jalan, pengembangan disiplin dan etika berlalu

lintas, dan Angkutan jalan, pengembangan disiplin dan

etikaberlalu lintas,dan berpartisipasi dalam pemeliharaan

keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas dan

angkutan jalan. (Kesindo Utama dalam Misrawati, 2013: 5).

Ada nya undang-undang tersebut maka komunitas punk dengan

ciri khas penampilan dan ideologi nya yang menentang sistem

pemerintahan seringkali dianggap mengganggu ketertiban, meresahkan

masyarakat dan melanggar UU Republik Indonesia.

Akhir-akhir ini kelompok punk kembali mengalami tekanan dari

masyarakat. seperti yang di lansir dari media liputan6 (2018) menulis

bahwa “sebanyak 30 anak punk ditahan oleh polisi syariah diAceh dan

dicukur rambutnya.” Padahal bagi kelompok punk gaya rambut yang

mereka percayai merupakan sebuah simbol bagi kelompok mereka.

Perlakuan deskriminasi terhadap kelompok punk di Aceh seringkali

terjadi. Selanjutnya seperti yang dilansir oleh media tempo (2011)

menyatakan bahwa anak punk Aceh sering jadi kambing hitam. Dalam

tulisannya sekitar bulan Mei, dilakukan pembubaran lokasi perkumpulan

komunitas punk.

Page 16: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

6

Sekertaris Jendral Partai Rakyat Aceh Tahamrin Ananda

mengatakan bahwa:

Pembubaran tempat perkumpulan anak punk itu karena

masyarakat menganggap kumpulan seperti itu akan memicu

tindakan kriminal. Anak punk itu kerap dijadikan kambing hitam

disini (Aceh). Padahal mereka hanya ingin ekspresi saja (Tempo,

2011).

Banyaknya pertentangan yang dialami oleh kelompok punk,

menjadi arus diskriminasi keberadaan mereka. Diskriminasi yang kerap

dialami oleh kelompok punk cenderung dalam hal-hal seperti Hak Asasi

Manusia (HAM), mencari pekerjaan, pengusiran dari tempat tinggal dan

diskriminasi verbal dari masyarakat. Seperti kasus yang dilansir oleh

media Tribunnews (2011) sedikitnya 20 anak punk yang tergabung dalam

solidaritas punk menggelar aksi damai didepan kantor Satpol PP kota

Jambi. Mereka menuntut kebebasan HAM yang mereka nilai belum

bejalan secara adil. "Di Aceh terjadi pelanggaran HAM yang membuat

kami kecewa. Kenapa mereka (punk Aceh) diceburin ke kolam, terus

digunduli? Itu sudah melanggar HAM" kata Ismed, koordinator aksi.

Mereka kecewa akan tindakan penangkapan dan pembotakan oleh aparat

kepada teman-teman kelompoknya "Sekarang apa ada undang-undang

yang melarang seseorang berambut gondrong atau mohawk? Terus

kenapa hanya kami (punk) yang digunduli" lanjut Ismed dalam aksi damai

yang sedang digelar oleh kelompoknya.

Page 17: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

7

Melalui musik, dan karya seni lainnya gerakan punk berbuah dari

kelompok pemuda yang marah karena diabaikan dan dibungkam oleh

sistem dominan menjadi jaringan yang aktif dan efektif. Salah satu

komunitas punk di Indonesia yang berperan akitf dan bekerja keras untuk

menyuarakan keresahan yang terjadi dalam masyarakat minoritas di

negeri ini adalah komunitas Taring Babi.

Taring Babi merupakan sebuah komunitas punk yang

menggunakan etos kerja kolektif atau Do It Together (gotong-royong)

melalui kegiatannya untuk berkreasi berbagai macam karya seni. Maka

dari itu, peneliti tertarik dengan kelompok punk Taring Babi. Peneliti

ingin melihat bagaimana diskursus Do It Together dibentuk dalam

komunitas Punk Taring Babi.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kontestasi diskursus dalam Do It Together komunitas

punk Taring Babi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1. Tujuan

Penelitian skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan

pembentukan diskursus Do It Together dalam komunitas punk Taring

Babi. Penelitian ini juga ingin mengungkap semangat anggota kelompok

terkait proses konstruksi Do It Together dalam komunitas punk Taring

Babi.

Page 18: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

8

C.2. Manfaat

a. Penelitian skripsi ini memiliki manfaat Teoritis yakni sebagai

ukuran sejauh mana relevansi teori diskursus dan metodologi

kuaitatif yang digunakan dalam penelitian ini.

b. Adapun manfaat Praktis dalam penelitian skripsi ini yakni sebagai

sumber referensi kepada sivitas akademik dalam melihat analisis

diskursus sekaligus menjadi bahan bagi pemecahan masalah yang

ada mengenai konstruksi sebuah diskursus yang dibangun dalam

struktur sosial. Selain itu, penelitian skirpsi ini juga dapat

bermanfaat bagi berbagai kelompok yang memiliki fokus terhadap

fenomena konstruksi sosial.

D. Tinjauan Pustaka

Telah cukup banyak ditemui penelitian dengan tema komunitas

punk. Berbagai penelitian terdahulu telah berhasil melihat punk menjadi

sebuah fokus penelitian dari berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat

seperti sosial, budaya, ekonomi, maupun komunikasi.

Terdapat penelitian skripsi Anisa Mutmainah (2014), yang

berjudul “Eksistensi Komunitas Punk Di Kelurahan Titi Kuning

Kecamatan Medan Johor.” Penelitian tersebut menggunakan metode

yang sama dengan penelitian ini yakni metode kualitatif. Menggunakan

teknk pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara dan

studi pustaka. Berbagai data hasil penelitian ini didukung oleh hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian eksistensi

Page 19: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

9

komunitas punk di kelurahan Titi Kuning kecamatan Medan Johor.

Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui perkembangan

punk yang terjadi, bagaimana eksistensi punk, simbol atau makna yang

terkandung dalam atribut-atribut yang dipakai oleh komunitas punk,

kepribadian sebenarnya seorang punk, serta berbagai faktor yang

mendorong seseorang menjadi punk di daerah Medan Johor.

Hasil temuan dari penelitian mengenai eksistensi komunitas punk

telah menjadi sangat baik di Medan terutama didaerah Titi Kuning

kecamatan Medan Johor. Komunitas punk didaerah tersebut tetap

menjnjung tinggi motto hidup anak punk diseluruh dunia yaitu D.I.Y atau

“Do It Yourself”. Makna dari prisip tersebut tidak hanya mengerjakan

semuanya sendiri dalam artian mandiri atau sebuah kebebasan bertindak,

akan tetapi lebih luas lagi maknanya memiliki kebebasan dalam

berpelilaku namun tetap memiliki tanggung jawab. Rasa bertanggung

jawab ini diartikulasikan sebagai tanggung jawab kepada persatuan semua

golongan anak punk dan tidak memetakan satu dan yang lainnya hanya

karena perbedaan. Tidak ada perbedaan atara satu dan yang lainnya karena

semua dinilai setara.

Selanjutnya jurnal penelitian dari Panca Martha Handayani dan

Kris Hendrijanto (2013), yang berjudul “Motivasi Anak Memilih Menjadi

Anggota Komunitas Punk (Children’s Motivation For Joining Punk

Community).” Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

Jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di sekitar kawasan

Page 20: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

10

Kampus Tegal Boto Kecamatan Sumber sari Kabupaten Jember dengan

penentuan informan menggunakan teknik Purposive. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis tentang motivasi apa yang

mendasari seorang anak memutuskan masuk menjadi anggota komunitas

punk.

Hasil temuan dari penelitian ini adalah berbagai upaya telah

dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi keberadaan anak punk

tersebut, baik melalui penangkapan ataupun melalui penahanan, namun

keberadaan anak-anak punk tersebut tetap tidak berkurang secara

signifikan. Hal ini menjadi salah satu masalah yang harus segera

diselesaikan. Anak yang tertarik dan memutuskan masuk dalam

komunitas punk memiliki beberapa alasan atau motivasi sendiri sehingga

mereka memutuskan untuk memilih komunitas punk sebagai sarana

pelarian dari masalah-masalah anak dengan keluarganya, sehingga anak

tersebut masuk dalam komunitas punk setelah dia menemukan

kenyamanan dan ketenangan dalam komunitas punk. Dari hasil penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa motivasi anak untuk masuk ke dalam

komunitas punk dibagi menjadi motivasi internal dan motivasi eksternal.

Kemudian penelitian skripsi Jhoni Akbar (2011), yang berjudul

“Keberadaan Komunitas Punk Di Kota Bukit tinggi.” Metode yang

digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode kualitatif dengan tipe

deskriptif. Pemilihan informan dalam penelitian tersebut menggunakan

teknik purposive sampling serta pengumpulan data penelitian

Page 21: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

11

menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam. Sementara itu,

demi tercapainya keabsahan data penelitian dalam penelitian tersebut

digunakan teknik triangulasi.

Hasil dari penelitian tersebut adalah perilaku komunitas punk yang

berada di Kota Bukittinggi dapat ditinjau dari berbagai segi, yakni melalui

pengetahuan, sikap dan tindakan dari seluruh anggotanya. Melalui segi

pengetahuan, anggoota komunitas mengetahui dan memahami ideologi-

ideologi yang dimiliki punk global. Melalui sikap, anggota komunitas

menghayati dan menilai bahwa tidak semua ideologi dalam punk dapat

diterima, namun juga memikirkan kemampuannya dalam menerapkan

ideologi tersebut. Serta melalui segi tindakan, penerapan ideologi tersebut

dapat dilihat dalam penampilan dan berbagai asesoris yang digunakan

serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Yaitu, seperti mengamen,

berhimpun, meminum tuak, tidur di jalan dan emperan-emperan toko,

bergaul bebas, jalan-jalan ke luar daerah dengan cara estafet, menato serta

menindik.

Selanjutnya penelitian skripsi Siti Sugiyati (2014), yang berjudul

“Fenomena Anak Punk Dalam Perspekstif Teori Michel Foucault, Agama

dan Pendidikan (Studi Kasus Di Cipondoh Kota Tangerang).” Metode

yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode kulaitatif

deskriptif yang dilakukan guna mengungkapkan, menafsirkan data yang

didapat, melihat peristiwa dan berbagai gejala fenomena yang sedang

diteliti. Yakni, fenomena individu punk menurut berbagai subjektivitas.

Page 22: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

12

Pengumpulan data dalam penelitian tersebut dilakukan dengan observasi,

wawancara, serta melakukan dokumentasi penelitiaan saat di lapangan

dengan menggunakan teknik random sampling. Penelitian ini dilakukan

bertujuan untuk mengetahui bagaimana fenomena anak punk menurut

berbagai persfektif (Michel Foucault, Agama dan pendidikan).

Hasil dari penelitian ini dalam pandangan Michel Foucault

terhadap kumunitas anak. Punk ditinjau melalui awal mula kelahirannya.

Penampilan yang terlihat, individu punk seperti tidak terurus dan kumal.

Namun individu punk tidak hanya datang dari kalangan keluarga yang

kurang mampu. Sebagian dari mereka ada yang berasal dari keluarga yang

berkelebihan. Tetapi sebenarnya punk sendiri adalah sebuah attitude atau

sikap yang cenderung lahir dari sifat memberontak, ketidakpuasan, marah

dan benci terhadap permasalahan sosial yang ada, politik, serta ekonomi

yang kerap menindas masyarakat kecil. Inilah maka lahirlah punk.

Pandangan agama terhadap anak punk adalah perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, mendorong terjadinya era

globalisasi. Hal ini dapat menyebabkan pemuda-pemudi gemar meniru

gaya budaya orang luar negeri dengan beranggapan bahwa mereka dapat

lebih menarik dengan melakukan hal tersebut. Pandangan pendidikan

tehadap anak punk. Pendidikan sejak dini merupakan sarana penting

dalam penentuan jati diri seorang anak, karena pada usia dini mereka

masih mencari jati dirinya dalam menuju tahapan kedewasaan. Fenomena

anak punk lahir dari minimnya pendidikan yang dimilikinya, dimana

Page 23: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

13

mereka bertindak sesuka hati tanpa memandang norma dan aturan yang

ada di dalam masyarakat.

Kemudian penelitian skripsi oleh Cessna Oki Triputra (2014),

yang berjudul “Persepsi Komunitas Punk Taring Babi Terhadap

Pendidikan.” Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif

dengan teknik analisi data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan. Tujuan dari penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui persepsi komunitas punk taring babi terhadap

pendidikan.

Hasil temuan penelitian bahwa pendidikan menurut perspektif

komunitas punk Taring Babi adalah sebuah proses yang akan menjadi

tiang agar dikemudian hari yang telah mengikuti proses tersebut kemudian

memiliki kemampuan untuk bertahan hidup. Melihat ketika seorang

individu dengan kemampuannya telah mampu untuk bertahan hidup,

maka individu tersebut telah melalui proses pendidikan. Juga hasil dari

suatu keberhasilan pendidikan bukan dilihat berdasarkan ijazah yang

didapat ketika lulus sekolah, melainkan mendapatkan suatu kemampuan

bagi individu, minimal untuk bertahan hidup dan menghasilkan sebuah

karya.

Page 24: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

14

Ditinjau melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan di atas,

dapat dilihat persamaan serta perbedaan yang ada dengan penelitian

skripsi ini. Persamaan penelitian dapat dilihat melalui objek yang diteliti,

yakni komunitas punk. Sementara perbedaan penelitian, yang tentu sangat

mendasar bagi penelitian ini, ialah tidak ditemukannya pembahasan

mengenai tema tentang diskursus Do It Together terbentuk menjadi

identitas yang ideal dalam komunitas punk Taring Babi melalui analisis

Michel Foucault.

E. Kerangka Teoritis

Dibutuhkan seperangkat teori dan konsep untuk mempertajam fokus

permasalahan. Penggunaan teori diskursus Michele Foucault (Poitiers 1926-

1984) dan pemahamannya terhadap relasi pengetahuan dan kekuasaan

(power – knowledge) menjadi kerangka dominan dalam skripsi ini.

E.1. Diskursus Foucault

Memahami diskursus Foucault berpangkal pada pembahasan

pemandangan baru dalam sosiologi beserta konsekuensinya. Pada dekade

1960 dan 1970-an, terdapat gerakan akademis yang bermula di Perancis

berupa pusaran linguistik (linguistic turn), telah mengubah sendi-sendi

karakteristik ilmu sosial masa kini. Pengaruh putaran linguistik tidak

sekedar berupa pengembangan strukturalisme sebagai konsekuensi dari

teori linguistik Saussure (langue – parole), melainkan sampai dengan

kritiknya dalam bentuk aliran pascastrukturalisme dan pascamodernisme

(Agusta, 2014: 12).

Page 25: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

15

Kehadiran strukturalisme telah melemahkan posisi dan

menghilangkan peran dari subyeknya. Subyek atau individu disini tidak

muncul dan bertindak secara bebas sebagaimana yang diteorikan oleh

tindakan sosial weberian, melainkan dimunculkan dengan mengambil posisi

peran yang terbatas dalam institusi yang sudah ditentukan sebelumnya

(Agusta, 2014: 13). Secara berturut-turut sampai pascastrukturalisme,

kehadiran aliran ini dipandang sebagai pemandangan baru dalam sosiologis,

khususnya dalam kajian diskursus yang mulai menjadi tren di era

kontemporer.

Teks menjadi basis utama dalam pemandangan ini. Adapun relasi

subyek sang penulis/pengarang (autor) dipandang berada di luar teks dan ia

telah 'mati', hingga teks dapat menampakkan diri dan bermain dalam bahasa.

Fungsi penulis, dalam sosio-historis, usai 'kematian'nya, bagi Foucoult

hanyalah; untuk mengkarakterisasi eksistensi, sirkulasi dan operasi suatu

diskursus dalam suatu masyarakat, menampakkan konfergensi komplek

jaringan praktek diskursus, dan merefleksikan perubahan praktek diskursus.

Oleh karena the death of autor tersebut, karakteristik diskursus yang

mendukung penggunaannya dan mendeterminasi perbedaannya dari

diskursus lain itu, perlu dipertimbangkan, atau dengan kata lain intensitas

Foucault berpindah ke arah diskursus (Sanusi, 2010: 995).

Page 26: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

16

Sebelum dikembangkan oleh Foucault, teori diskursus telah

dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara umum diskursus dimengerti

sebagai pernyataan-pernyataan. Masyarakat umum memahami wacana

sebagai perbincangan yang terjadi dalam masyarakat dalam topik tertentu.

Dalam ranah yang lebih ilmiah Michael Stubbs menyatakan bahwa

diskursus memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut, (a) memberi

perhatian terhadap penggunaan bahasa (language use, bukan language

system) yang lebih besar daripada kalimat atau ujaran, (b) memberi

perhatian pada hubungan antara bahasa dengan masyarakat dan (c) memberi

perhatian terhadap perangkat interaktif dialogis dari komunikasi sehari-hari.

Slembrouck juga menekankan bahwa analisis terhadap wacana tidak

memandang secara bias antara bahasa lisan atau tertulis, jadi keduanya

dapat dijadikan objek pemeriksaan (Eryanto, 2005).

Kajian mengenai diskursus memiliki perjalanan panjang mulai dari

pembahasan mengenai kalimat, kata, kebahasaan, gesture hingga ke ranah

yang lebih kompleks kaitannya dengan ideologi dan kekuasaan seperti

pemandangan strukturalisme dan setelahnya pascastrukturalisme.

Sementara pengaruh Saussurean dalam konsep petanda yang konseptual dan

penanda yang lebih operasional dijadikan medium atau alat menganalisis

hubungan sosial secara lebih mendalam.

Page 27: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

17

Dalam analisanya, Foucault mengartikan diskursus sebagai otoritas

untuk mendeskripsikan sesuatu, yang dipropagandakan oleh suatu institusi

dan berfungsi untuk memisah-misah dunia dengan jalan tertentu (Sanusi,

2010: 995). Analisis diskursus Michel Foucault merupakan salah satu

metode analisis teks media untuk membongkar cara mengkonstruksi sebuah

diskursus. Analisis ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi

pada proses produksi dan reproduksi makna. Analisis diskursus melihat

pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai praktik sosial. Bahasa

dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan,

tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa

dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu termasuk di dalamnya praktik

kekuasaan (Eryanto, 2005: 11). Diskursus juga dipandang sebagai arena

atau ruang tempat bertemunya berbagai kepentingan kaitannya dengan

kehendak berkuasa (Faruk, 2010).

Memahami konsepsi kekuasaan Foucault dalam konteks ini tidak

membayangkannya seperti pemandangan lama, dimana kekuasaan

mewujud dalam (power to) atau (power over) atau pandangan dari Robert

Dahl, Peter Bachrach, Morton Baratz, Stevan Luke dimana kekuasaan

mewujud dalam satu, dua atau tiga dimensi, yang seluruhnya menekankan

posisi kekuasaan pada subyek atau individu tertentu (Hutagalung, 2010: 3).

Kekuasaan juga dipahami tidak lagi bersandar pada sifatnya yang represif

melainkan bersifat produktif dan reproduktif. Konsekuensinya keberadaan

kuasa tidak lagi dialamatkan pada status, posisi, sumber, atau institusi sosial

Page 28: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

18

apa adanya, melainkan ‘kekuasaan hanya dapat muncul dalam suatu

interaksi antar individu maupun antar institusi’ (Agusta, 2014). Jadi,

kekuasaan bukanlah suatu properti yang dimiliki oleh individu maupun

segelintir masyarakat untuk mendominasi dan mengontrol orang lain,

melainkan kekuasaan dipandang sebagai relasi-relasi yang beragam dan

menyebar seperti jejaring yang mempunyai ruang lingkup strategis.

Konsekuensi interaksi membawa kekuasaan dapat muncul di mana

saja, sejauh adanya interaksi sosial berlangsung. Hal tersebut mengantarkan

kita pada pemikiran, bahwa kekuasaan melandasi interaksi sosial bahkan

dalam komunikasi verbal sekalipun. Kekuasaan ditunjukkan oleh

kemampuannya dalam mendominasi tafsir terhadap tanda tersebut. Sebuah

tanda dapat memiliki tafsir yang beragam dan bertingkat-tingkat, namun

pada akhirnya suatu definisi atau makna atas tanda dalam suatu masyarakat

tergantung kepada pemilik kekuatan dominan (Nietzsche dalam Agusta,

2014:15).

E.2. Bangunan Filososfis

Analisa diskursus Foucault memiliki kekhasannya tersendiri, hal ini

nampak dari bangunan filosofisnya. Analisis diskursus Foucault sangat

memperhatikan dua hal yakni pembentukan disiplin ilmu pengetahuan dan

praktik pendisiplinannya. Bangunan filosofis keduanya berangkat dari

pandangannya mengenai episteme. Istilah tersebut berkembang dalam

filsafat Perancis, digunakan sebagai pangkal memulai suatu pembahasan.

Sementara konsep epistemologi lebih akrab diartikan sebagai upaya

Page 29: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

19

penggalian atau cara-cara yang digunakan manusia untuk mendapatkan

pengetahuan. Episteme secara khusus merujuk pada kegiatan menelusuri

sejarah timbulnya, berkembangnya, hingga berubahnya suatu pengetahuan

atau disiplin (Bertens dalam Agusta, 2014:9).

Istilah ini merujuk pada bentuk tertentu dari struktur pengetahuan

pada periode dan waktu tertentu. Pembahasan mengenai episteme memiliki

konsekuensi mendasar pada perumusan sejarah pengetahuan. Sejarah

pengetahuan tidak dipandang bersifat universal – kumulatif – kontinu,

melainkan bersifat diskontinu (Agusta, 2014:10). Hal ini sekaligus menjadi

kritiknya terhadap kemapanan teori lama dan universalitas sejarah.

Foucault menjelaskan episteme sebagai sebuah totalitas yang

menyatukan, mengendalikan cara kita memandang dan memahami realitas

tanpa kita sadari. Episteme hanya berlaku pada satu zaman. Ketika kita sadar

akan episteme yang mempengaruhi kita, berarti kita telah berada dalam

episteme berbeda, karena suatu episteme tidak dapat dilihat atau disadari

ketika masih berada di dalamnya (Sugiharto, 2000).

George Canguilhem menyajikan kekhususan kajian mengenai

sejarah pengetahuan. Biasanya filsuf lainnya cendrung membedakan mana

pengetahuan ilmiah dan membedakannya dengan pengetahuan masyarakat

umumnya, kemudian dengan sengaja hanya mengkaji hanya pengetahuan

yang ilmiah. Namun episteme kiranya tidak membedakan antara keduanya

(Agusta, 2014: 9). Segala hal yang berasal dari praktik bahkan kondisi

Page 30: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

20

irasional menjadi bagian dalam pembahasannya, bahkan untuk struktur

pengetahuan yang dilainkan sekalipun.

E.3. Power – Knowledge.

Terinspirasi sosok Frederich Nietzsche, Foucault memberikan

pemahaman baru dalam bingkai analisa diskursusnya, dimana ia

memaparkan keterkaitan antara konsep pengetahuan dan kekuasaan. Kedua

hal tersebut selalu hadir dalam mengisi berbagai rezim sejarah, disiplin

ilmu, institusi dan lain sebagainya. Tidak ada suatu pengetahuan tanpa

kehendak kuasa begitupun sebaliknya setiap kekuasaan pasti ditopang

pengetahuan mapan hingga dalam suatu masa mampu menghasilkan apa

yang dianggap sebagai ‘kebenaran’ (Faruq, 2010; Agusta, 2014). Dengan

kata lain, struktur pengetahuan yang menciptakan sebuah kebenaran tidak

disusun atas objektifitas, melainkan terbatas pada tafsir atau metafora

(Nietzsche dalam Agusta, 2014: 10).

Pemahaman ini membawa kita pada sifat pengetahuan yang semu,

yang kerap terselip kehendak daripada penyusunnya. Kesadaran seseorang

selalu berupa kesadaran yang disusun atas hierarki penafsir yang lebih kuat

dan yang lebih lemah. Namun demikian hierarki penafsiran ini tidak bersifat

homogen, melainkan selalu mengalami pemaknaan yang beragam. Objek

tidaklah pasif dan dia sendiri merupakan sebuah kekuasaan untuk di maknai,

sehingga terjadi tarik-menarik antara objek dengan kekuatan yang

menguasainya (Nietzsche 2000: 81-83). Dalam bentuk yang saling

berkaitan atau interaksi dengan kekuasaan lain, ruang kosong yang hadir

Page 31: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

21

dalam proses interaksi tersebut, diisi dengan suatu yang disebut ‘kehendak

berkuasa’, menegaskan perbedaannya, distingsinya dan diskontinuitasnya

dari kekuatan yang lain (Agusta, 2014: 11). Dari sini munculah mekanisme

dominasi terhadap suatu tafsiran.

Mengenai konsep kehendak berkuasa, Nietzsche dalam bukunya

Beyond Good and Evil menyebut hakekat dunia adalah kehendak untuk

berkuasa, sementara dalam The Genealogi Moral ia masih menyebut kata

yang sama, kemudian dalam bukunya The Will to Power lagi-lagi ia

menyebutkan kehendak untuk berkuasa. Kehendak berkuasa merupakan

saripati petualangan pemikiran Nietzsche (Sunardi, 2001: 45). Kehendak

berkuasa ini mendasari segala pemandangan baik dalam pengetahuan, sains,

bahkan moralitas, ia mengatakan:

Dunia adalah kehendak untuk berkuasa, tidak ada lagi lainnya; kita

semua adalah kehendak untuk berkuasa. Intepretasi moral muncul

juga berdasarkan kehendak berkuasa. Kalau demikian bukankah

segal hal berarti dari dorongan kehendak berkuasa? Bukankah

orang-orang lemah dan kuat menyusun moralitasnya karena

kehendak untuk berkuasa, karena sesungguhnya kehendak berkuasa

adalah prinsip moralitas… (Sunardi, 2001: 82).

Ia menganggap nilai-nilai interinsik semacam ini diterima begitu

saja sebagai fakta pengalaman tanpa ada upaya mempertanyakan kembali,

sebab andaikan kebalikannya (yang persepsikan moralitas buruk) adalah

‘benar’, bukankah nilai tersebut justru berpotensi bahaya dan meruntuhkan

manusia itu sendiri. Sebagai suksesor Nietzsche, Foucault memakai filsafat

Page 32: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

22

kehendak berkuasa dalam bangunan teori diskursusnya. Karena

mempengaruhi unsur pengalaman dan fakta-fakta, Foucault meyakini

segala hal termasuk sains dan pengetahuan disusun berdasarkan kehendak,

dan fakta pengetahuan tidak lagi disusun sebagai sesuatu bentuk yang netral

(Sunardi, 2001: 73).

Lebih jauh, meskipun skeptis terhadap pengetahuan modern, teori

diskursus Foucault tidak diarahkan pada pelarangan terhadap pengetahuan

manapun, ia lebih menitikberatkan bagaimana suatu kekuasaan mampu

memproduksi kebenaran, sehingga manusia menerima kebenaran tersebut

sebagai sesuatu yang alami, mempengaruhi tindakan dan cara berfikir kita.

Dalam pandangan ini, yang terpenting adalah melihat sejauh mana sebuah

diskursus memiliki konsekuensi terhadap penundukan tubuh manusia.

Selama ini pemahaman kelompok punk terhadap Do It Yourself

disusun oleh pengetahuan yang memojokannya ke dalam persepsi yang

dianggap benar dalam tren kelompok punk. Realitas tersebut merupakan hal

yang akan dikaji dalam penelitian ini, dengan melihatnya sebagai wujud

yang berbeda dari masa ke masa (diskontinu).

E.4. Metode Diskursus Foucault

Kerapkali kajian diskursus dianggap sebagai tanpa metode. Namun

Foucault telah mengkajinya secara khusus dengan menerbitkan artikel dan

menamai bangunan identitasnya dengan ‘metode Foucault’. Ia menjelaskan

tentang tahapan mengkaji sebuah diskursus. Dalam mengkaji diskursus

Page 33: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

23

setidaknya terdapat dua perangkat, pertama ia sebut sebagai arkeologi

pengetahuan dan genealogi kekuasaan (Agusta, 2014: 40-41).

1. Metode Arkeologi

Analisis arkeologi bersandar pada kajian sejarah yang secara

langsung berhubungan dengan pengetahuan. Rival Foucault yang paling

nyata dalam mempelajari pengetahuan itu sendiri adalah tentang ‘sejarah

pengetahuan’. Maka tidak heran sebelum mendeskripsikan pandangan ini,

Foucault terlebih dahulu mengkritisi teori-teori sejarawan. Sejarawan sering

mengusung konsep kontinuitas, yang kemudian ditandingi dengan konsep

diskontinuitas Foucault. Menurut Dilger, tujuan tandingan konsep tersebut

adalah untuk mengekspos dan memerangi distorsi, serta menyeimbangi

konsep kontinyuitas yang selalu mengontrol, mendominasi dan mendistorsi

sejarah (Sanusi, 2010: 998). Konsekuensinya, metode untuk menilai ilmu

pengetahuan hari ini tidaklah bersifat universal, melainkan hanya sesuai

dengan ruang dan waktu terbentuknya pengetahuan tersebut.

Dalam kerangka arkeologi, diskursus dapat dipilah baik dalam

kerangka masa/waktu dan dapat juga dalam konteks budaya, teknologi,

religi atau aspek lainnya yang lebih khusus. Uraian yang bersifat khusus

tersebut diperoleh dari masa ke masa. Dengan demikian sebuah rangkaian

diskursus menampilkan serangkaian informasi untuk membentuk fakta

sosial yang didasarkan pada data dan cara berfikir (Wiradnyana, 2018: 41).

Page 34: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

24

Arkeologi dapat diartikan sebagai pencarian sistem umum dari

formasi dan transformasi pernyataan bahasa kedalam formasi diskursif

semisal dokumen, kearsipan, pembicaraan maupun tulisan sebagai unitnya

(Ritzer, 2010: 610). Metode arkeologi menerapkan kaidah pembalikan.

Kaidah ini dibedakan menurut bentuk-bentuk pengecualian, pembatasan

dan penyisihan sebagaimana prinsip diskontinuitas (Foucault, 2003: 70-89).

Analisis arkeologi hendak dipakai untuk memperlihatkan bentuk-

bentuk pengecualian dalam pembicaraan mengenai diskursus Do It Yourself

terbangun, bagaimana aspek pengetahuan Do It Yourself dimodifikasi dan

diganti untuk menghadapi segala bentuk kondisinya, seperti halnya ketika

ramai perdebatan tren identitas punk, tentu muncul beragam pengetahuan-

pengetahuan baru. Dari sini peneliti melakukan pencarian informasi teks

(kearsipan) dalam berbagai Jurnal untuk melihat rekam jejak diskursus Do

It Yourself, dengan memperhatikan konteks waktu dan wilayah kejadian

serta melihatnya secara historikal dari masa ke masa sebagai sebuah

bangunan pengetahuan dalam kerangka konstruksi sosial.

2. Metode Genealogi

Dalam Genealogi kekuasaan, Foucault membahas bagaimana orang

mengatur diri sendriri dan orang lain melalui produksi pengetahuan.

Singkatnya, ia melihat pengetahuan menghasilkan kekuasaan dengan

mengangkat orang menjadi subjek dan kemudian memerintah subjek

dengan pengetahuan. Foucault memperhatikan suatu hal yang berasal dari

Page 35: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

25

pengetahuan dan memperhatikan cara yang digunakan beragam institusi

untuk memaksakan kekuasaan manusia (Wiradnyana, 2018: 29).

Dalam pandangan ini genealogi diartikan sebagai salah satu tipe

sejarah yang berbeda sama sekali dari tipe sejarah kebanyakan. Genealogi

merupakan cara pandang melihat sesuatu, tanpa melihat asal-usul dan tidak

menitik beratkan pada hukum dan keniscayaan. Segala sesuatu adalah

mungkin dari perspektif ini. Sebab genealogi menganut prinsisp

diskontinuitas, penetapan dan eksterioritas (Foucault, 2003: 89-90).

Genealogi berusaha menyingkap keanekaragaman faktor dibalik suatu

peristiwa dan kerapuhan (retakan) bentuk-bentuk sejarah (Wiradnyana,

2018: 29).

Selain itu metode genealogi juga bersifat kritis melibatkan

pemahaman dan sikap tidak kenal lelah terhadap apa-apa yang dianggap

netral, alami, niscaya atau tetap. Foucault tertarik menggunakan perspektif

ini untuk melihat suatu yang dianggap benar atau “pernyataan kebenaran”

(Ritzer, 2010: 610). Di samping itu genealogi juga mempertanyakan fungsi

kehendak, dalam arti menunjukan karakter dari kekuasaan untuk

membenarkan sesuatu hingga kemudian diskursus menjadi bentuk-bentuk

nyata dalam peristiwa sosial (Foucault, 2003: 89-90). Kehendak akan

kebenaran dalam konteks ini biasa muncul dalam bentuk kehendak untuk

menambah pengetahuan mengenai Do It Yourself dan juga sikap terhadap

dukungan eksistensinya dalam kelompok punk. Kekuatan untuk mencari

Page 36: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

26

pengetahuan Do It Yourself diperoleh dari berbagai pusaran kekuasaan yang

tampil di sekitarnya.

Genealogi, dengan tata kerjanya itu, dapat kita simpulkan sebagai

suatu proses pembongkaran sejarah/pengetahuan/data dan mengungkap

yang tidak terungkap, guna mencari orisinalitas dan otentitas, dan membuka

jalan kemungkinan-kemungkinan lain.

Jadi, baik arkeologi dan genealogi menjadi satu kesatuan metode

yang solid. Jika arkeologi sebelumnya membahas tentang aturan-aturan

formasi diskursus, deskripsi genealogi yang baru dan kritis membahas baik

itu kelangkaan pernyataan (statement) dan kekuasaan dari pihak afirmatif.

Dari segi hubungan antar kedua metode tersebut, arkeologi melakukan tugas

yang diperlukan untuk melakukan tugas genealogi. Arkeologi melibatkan

analisis empiris terhadap diskursus sejarah (pencarian informasi), sementara

genealogi menjalankan serangkaian analisis kritis terhadap historikal

diskursif dan hubungannya dengan isu-isu yang menjadi perhatian dunia

kontemporer (Ritzer, 2010: 611).

E.5. Pembentukan Diskursus

Kajian pembentukan diskursus Foucault terdiri atas level strategi,

modalitas penyampaian, konsep, positivitas dan pernyataan (Agusta, 2014:

21). Mengadaptasi pemikiran tersebut, bentuk diskursif Do It Yourself ialah

sekelompok pernyataan yang menunjukan, seperangkat aturan umum yang

membentuk si objek Do It Yourself berkaitan dengan (pemikiran, tindakan,

Page 37: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

27

susunan kebendaan), (2) secara teratur memilah-milah hal yang boleh

disampaikan dalam dinamika identitas punk, dan (3) pijakan dari suatu

tindakan dan pemikiran. Bentuk diskursif terdiri atas analisis pernyataan

mengenai Do It Yourself (pembentukan objek, pembentukan posisi subjek,

pembentukan konsep, pembentukan pilihan strategi), yang

berkorespondensi dengan analisis tempat fungsi penyampaian informasi

prinsip Do It Yourself bekerja (wilayah peristiwa diskursif dan modalitas

penyampaian).

Objek diskursus Do It Yourself terbentuk dengan dipetakannya

kemunculan objek pikiran, tindakan dan benda-benda pertama kali. Bagi

penganutnya, objek diskursus baru dipandang lebih rasional ketimbang

diskursus lama. Analisis ini diarahkan kepada cara untuk menentukan dan

membatasi ranah suatu diskursus Do It Yourself, yakni hal-hal yang boleh

dibahas diantara penganutnya.

E.6. Pengelolaan Diskursus

Diskursus memiliki sifatnya sendiri menemukan diskontinuitasnya,

bahkan sifatnya ini mampu berkembang melebihi yang dibayangkan. Dalam

kondisi ini lembaga sosial dipandang memainkan peranan utama untuk

mengurangi ‘efek revolutif’ diskursus dalam melakukan perubahan sosial.

Penataan diarahkan pada pengurungan atau pendisiplinan interaksi sosial

yang secara inheren menyebarkan kekuasaan (Agusta, 2014: 23). Dari sini

terdapat dua jenis pengelolaan diskursus, yakni pengelolaan aturan internal

diskursus dan pengelolaan diskursus atas kehadiran relasi kekuasaannya.

Page 38: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

28

Dalam konteks identitas punk, pengelolaan terhadap aturan internal

diskursus meliputi; pertama pengaturan klasifikasi penataan dan distribusi

berbagai pernyataan tentang diskursus yang di munculkan. Kedua,

memberikan perhatian terhadap komentar dalam diskursus, khususnya

perdebatan mengenai identitas punk, karena hal ini memainkan dua peranan,

yaitu berpeluang menciptakan diskursus yang baru atau sebaliknya dengan

mengatakan hal-hal biasa tanpa munculnya pernyataan baru. Ketiga,

pengarang bukan subjek melainkan sebagai kesatuan prinsip dalam suatu

kelompok tulisan atau pernyatan-pernyataan tertentu. Keempat, keberadaan

diskursus Do It Yourself sebagai identitas punk yang absolut, dibentuk oleh

kelompok objek, metode, sekelompok proposisi yang diandaikan sebagai

pernyataan kebenaran, aneka ragam aturan dan definisi, teknik dan peralatan

sehingga membentuk tata aturan diskursif.

Sementara dalam pengelolaan relasi kekuasaannya meliputi,

pertama, ritual berupa tindakan berulang dalam suatu diskursus misalnya

tentang hal berkaitan dengan sebuah identitas komunitas punk. Kedua,

persahabatan diskursus, berupa interaksi solidaritas diskursus dengan

diskursus lainnya, disini kita bisa melihat kolaborasi dan interaksi antar

diskursus yang mendukung (proponent) atau bahkan yang menolak

(opponent) identifikasi individu / kelompok punk. Ketiga, kehadiran

kelompok doktrinal dalam suatu diskursus. Keempat, penyisihan sosial bagi

pihak lain yang dipandang sebagai orang luar dari suatu diskursus tersebut.

Page 39: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

29

F. Metode Penelitian

F.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. “Pendekatan

kualitatif berusaha menjelaskan fenomena sosial terutama terkait dengan

pertanyaan mengapa, bagaimana dan dengan cara apa” (Faisal, 2003: 15).

Pendekatan kualitatif dipilih karena dianggap lebih sesuai dengan

kebutuhan akan pencarian dan penginterpretasian data-data lapangan

berupa diskursus, maupun dalam menangkap hasil pemaknaan refleksi

anggota komunitas punk Taring Babi.

Cara berpikir kualitatif juga dipandang lebih fleksibel terhadap

penelitian ini, sebab alur berfikirnya yang tidak selalu linear, dalam artian

memberi toleransi terhadap penyesuaian dan alur yang dimunculkan dari

beragam arah, bisa mundur, bisa maju dan tidak selalu mengacu pada

masalah yang dibatasi sebelumnya, sehingga penelitian ini bisa

beradaptasi dengan lebih baik di lapangan (Faisal 2003: 19).

Sejalan dengan pendekatannya, skripsi ini termasuk kedalam jenis

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk ekplorasi

dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan

jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah

dan unit yang diteliti. Jenis penelitian deskriptif tidak sampai pada

mempersoalkan hubungan antar variabel yang ada, sebab memang tidak

dimaksudkan untuk menarik generasi yang menjelaskan variabel-variabel

yang menyebabkan gejala atau kenyataan sosial. Oleh karena itu,

Page 40: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

30

penelitian ini tidak menggunakan pengujian hipotesis secara langsung

yang kaku dan tidak bermaksud untuk membangun serta mengembangkan

perbendaharaan teori (Faisal, 2003: 20).

Sementara metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah

metode diskursus Foucault. Metode diskursus merupakan pengembangan

ilmiah yang dilakukan Michele Foucault meliputi cara atau tahapan-

tahapan mengkaji sebuah diskursus dalam kehidupan sosial (Agusta,

2014). Metode diskursus dipakai sebagai instrumen sesuai untuk

mendekatkan diri pada data (formasi teks) diskursus dan analisa lapangan.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba melakukan apa yang dimaksud

Foucault sebagai arkeologi ‘sederhana’, sederhana yang dimaksud ialah

bahwa penelitian ini tetap mengarah pada metode pencarian arsip, akan

tetapi informasi sejarah diskursus Do It Yourself yang disajikan dalam

penelitian ini sekiranya ‘dibatasi’ hanya seputar eksistensi komunitas

punk Taring Babi yang dipertanyakan identitasnya dalam punk itu sendiri

dan bukan pada kajian epistemik tentang Do It Yourself sebagaimana yang

dilakukan Foucault dalam mengkaji ‘kegilaan’. Adapun semangat

genealogis semacam deteksi kritis guna membongkar aspek kuasa yang

beroperasi didalamnya.

F.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada dikediaman atau rumah para anggota

komunitas punk Taring Babi menetap, yaitu berada di Jagakarsa, gang

setiabudi, Jakarta Selatan.

Page 41: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

31

Sementara waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian

ini kurang lebih selama 3 bulan, terhitung sejak bulan Oktober sampai

dengan bulan Desember 2018. Adapun ketepatan waktu dan perubahan

timeline tergantung pada tingkat kesulitan dan permasalahan di lapangan.

Secara rinci peneliti telah membuat timeline kerja untuk memudahkan

proses penelitian.

Bulan Oktober 2018 sebagai tahap awal penentuan masalah yang

akan diteliti serta penyesuaian metodologi dan kerangka teori yang dipakai.

Kemudian, bulan November 2018 merupakan tahap pengumpulan data

(primer - sekunder), Terakhir, bulan Desember 2018 merupakan tahap

penyusunan dan penulisan kedalam laporan skripsi.

F.3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi data

primer dan sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis,

sementara data sekunder merupakan informasi yang diperlukan guna

mempertajam analisis data primer sekaligus dapat dijadikan bahan

pendukung ataupun pembanding.

1. Data Primer

Data Primer dalam penelitian ini diperoleh melalui penggabungan

data antara pernyataan diskursus maupun lapangan. Penelusuran diskursif

kasus yang unik seperti punk dilakukan melalui pencarian pemberitaan

media sosial subkultur (Jakartabeat dan lainnya). Sementara yang kedua

Page 42: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

32

adalah pencarian data lapangan dengan cara menggali informasi dari

anggota komunitas punk Taring Babi.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini ditelusuri melalui cakupan

informasi diluar konsepsi data primer. Misalnya dengan melakukan studi

dokumen, seperti dari media massa online (Tribunnews, Liputan6 Dll.) juga

pada referensi dokumen penunjang lainnya seperti buku, Skripsi, Jurnal,

Tesis.

F.4. Teknik Pengumpulan Data dan Informan

Berikut model teknik pengumpulan data disertai pembahasan profil

informan yang diambil penelitian ini, antaralain:

1. Wawancara

Tekhnik yang digunakan berupa wawancara mendalam, dimana

peneliti mengajukan serangkaian pertanyaan secara langsung kepada

informan kunci. Pertanyaan yang disampaikan terukur akan tetapi tidak

diarahkan dan bersifat kaku sehingga keseluruhan data yang diterima

menekankan prinsip subjektifitas data. Pandangan ini mengacu pada cara

informan memandang dunianya dalam mengingat kejadian yang lalu.

Pengambilan data dengan tekhnik wawancara juga dipakai guna

meletakan posisinya yang sosiologis. Data hasil wawancara nanti dipakai

untuk memberikan signifikansi terhadap data lain berupa wacana-diskursus

kearsipan hasil dari studi dokumen.

Page 43: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

33

Informan dipilih berdasarkan statusnya sebagai anggota komunitas

punk Taring Babi yang mengerti dan paham tentang identitas punk

komunitas tersebut. Berikut profil informan dalam penelitian ini; Pertama,

Mike (43 tahun), seorang anggota sekaligus pelopor terbentuknya

komunitas punk Taring Babi. Kedua, Bobi (42 tahun) seorang anggota

komunitas punk Taring Babi yang juga menjadi pelopor terbentuknya

komunitas punk tersebut. Ketiga, Imam (40 tahun) merupakan anggota

komunitas punk Taring Babi. Keempat, Ayah Baron (42 tahun) anggota

komunitas punk Taring Babi.

2. Studi Dokumen

Studi dokumen menjadi ruh dalam penelitian ini. Salah satu

alasannya karena pembentukan diskursus Do It Yourself yang menjadi

identitas dari punk terbentuk beberapa tahun yang lalu, sehingga pencarian

informasi dianggap lebih utuh dengan menggunakan tekhnik ini. Selain itu

studi dokumen dianggap sebagai desain tradisi pascastrukturalisme, dengan

mencari hal berupa pernyataan – argumentasi – pikiran dalam lembar

kearsipan.

Peneliti coba menemukan informasi seputar diskursus Do It Yourself

muncul pertama kali. Pengamatan dari media massa merupakan sarana

memahami keragaman dan dinamika kontestasi diskursus. Sementara

penelusuran dokumen sekunder diambil dari media massa online, buku,

Page 44: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

34

skripsi - jurnal penelitian, artikel, dan literatur yang berkaitan dengan isu

Do It Yourself kelompok punk.

F.5. Pengelolahan dan Analisis Data

Dibutuhkan serangkaian proses panjang untuk mengolah data. Di

mulai dari eksplorasi data mentah melalui teknik dokumen dan

wawancara, selanjutnya dibuatkan klasifikasi-klasifikasi dan tabulasi.

Model pengolahan demikian bertujuan untuk mempermudah

penganalisaan terhadap masalah. Disamping itu model ini mampu

memberi penggambaran terhadap pembentukan diskursus Do It Yourself

dan memperlihatkan segenap aspek kuasa di dalamnya serta

mempermudah peneliti dalam membedah dan memfilterisasi data berupa

teks. Proses panjang ini kiranya sejalan dengan penerapan metode

Foucault.

Model tabulasi diarahkan pada pemahaman kajian pembentukan

diskursus Foucault yang terdiri atas level strategi, modalitas

penyampaian, konsep, objek positivitas dan pernyataan (Agusta, 2014:

21). Berikut model tabulasi yang dipakai dalam penelitian ini:

Tanggal Main Statement Aktor/Institusi Sikap Sumber

Telaah Kemuncul

an diskursus (Prinsip

diskontnuitas)

Telaah motif strategi dan modalitas

penyampaian

Telaah kehendak kuasa

Menentukan Proponent

dan Opponent

Telaah Sumber

Table 1. Model Tabulasi data

Page 45: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

35

Ada lima kategori umum dalam proses pentabulasian data,

diantaranya; 1) Kolom Penanggalan, untuk mendeteksi dan mengetahui

periode kemunculan diskursus, dengan cara melihat data melalui studi

dokumen, 2) Kolom Aktor – institusi, dipakai untuk menampakan kehendak

pihak-pihak yang andil dalam kontestasi diskursus, 3) Kolom Main

Statement, dipakai untuk menelaah strategi dan modalitas penyampaian dari

tiap-tiap pernyataan (teks), dari pembacaan detail kita bisa menyimpulkan

ranah pembentukan arena kontestasi diskursus, 4) Kolom Sumber, dipakai

untuk mengetahui posisi asal wacana, dan terakhir 5) Kolom Sikap, dipakai

untuk menerjemahkan diskursus dan relasi kuasaannya apakah ia dalam

bentuk (proponent) atau menjadi lawan dalam (Opponent). Matriks tabulasi

ini dapat membedah ratusan pernyataan argumentasi untuk menjelaskan

ragam diskursus Do It Yourself dan konsekuensinya terhadap identitas

komunitas punk yang ideal.

Seluruh data yang telah ditabulasikan dianalisis secara kualitatif.

Adapun pengambilan kesimpulan menggunakan logika berfikir deduktif

sehingga diperoleh gambaran yang cukup jelas dan menyeluruh mengenai

ragam kemunculan dan kontestasi diskursus identitas punk Do It Yourself.

Analisis dalam penelitian ini mengacu pada pemahaman teori diskursus dan

kekuasaan MicheleFoucault.

Page 46: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

36

G. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini disusun dengan sistematika

penulisan yang terdiri dari lima (V) BAB, yakni:

BAB I: Dalam BAB ini berisi tentang pernyataan penelitian,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II: Berisikan tentang sejarah komunitas punk dan gambaran

umum mengenai objek penelitian yakni Komunitas Punk Taring

Babi.

BAB III: Pada bagian BAB ini berisikan tentang potret diskursus

identitas punk yang mempaparkan jejak diskursus Do It Yourself

dan ragam diskursus Do It Together komunitas punk Taring Babi

serta menjabarkan kontestasi diskursus.

BAB IV: Bagian ini memaparkan kesimpulan dari penelitian ini

dan memberikan saran yang berguna untuk penelitian selanjutnya.

Page 47: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

37

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Komunitas Punk di Indonesia

Setelah bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya, terdapat

banyak perjuangan dari masyarakat yang menjadi bukti sejarah dalam

kehidupan masyarakat baik dari sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia

hingga setelah kemerdekaan Indonesia. Berbagai perjuangan heroik

dilakukan oleh masyarakat baik dari kalangan masyarakat muda sampai

kalangan orang tua untuk melawan ketidak adilan, ketidak setaraan,

ekonomi, maupun politik yang banyak dijalankan oleh pemuda-pemuda

bangsa, khususnya kalangan mahasiswa.

Dalam coretan sejarah, bangsa Indonesia telah mengalami revolusi

kemerdekaan nasional pada tahun 1945 sampai 1950, kemudian terjadi

perubahan situasi politik pada tahun 1965 yang telah menghabisi riwayat

komunisme di Indonesia. Kemudian terjadi peristiwa Malari pada tahun

1974 menjadi ungkapan perasaan masyarakat sebagai bentuk perlawanan

terhadap pengaruh modal asing. Ketiga kejadian-kejadian tersebut

merupakan perlawanan masyarakat Indonesia kepada kekuatan politik,

ekonomi, dan sosial yang menjadi faktor penderitaan rakyat (Adnan dan

Pradiansyah, 1999: vii).

Page 48: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

38

Peristiwa selanjutnya yang terjadi adalah Reformasi pada tahun

1997-1998, ditandai dengan turunnya presiden Soeharto tanggal 22 Mei

tahun 1998. Kejadian tersebut adalah bentuk kekecewaan masyrakat

kepada pemerintah dalam menjalankan sistem pemerintahan pada masa

itu. Pada mulanya tersebar berbagai isu yang timbul seperti isu turunkan

harga, hapus korupsi, kolusi, dan nepotisme, reformasi ekonomi, politik,

serta hukum, atau reformasi total. Seriring tidak adanya penyelesaian

masalah dari pihak pemerintahan, isu turunkan harga berubah arti menjadi

turunkan Soeharto dan keluarga atau kroni-kroni nya.

Rasa kekecawaan rakyat terhadap pemerintah membuat kalangan

masyarakat maupun mahasiswa melakukan berbagai aksi-aksi

demonstrasi ataupun unjuk rasa yang terjadi pada berberapa wilayah di

Indonesia. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya berbagai Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) dan berbagai kelompok ataupun organisasi

dalam kalangan mahasiswa.

Kemunculan pertama komunitas Punk terjadi dalam sebuah klub

di Jakarta pada tahun 1992. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh

Fathun Karib (2016) dalam subkulturindonesia.wordpress.com ia menulis

bahwa:

Pada tahun 1992 terdapat sebuah klub di bilangan Pancoran-

Gatot Subroto bernama Black Hole. Tempat ini sering didatangi

oleh anak-anak metal Jakarta. Beri, salah satu personil band Punk

pertama (Anti Septic) sendiri sering menghadiri acara-acara di

klub tersebut. Musik-musik yang dimainkan di Black Hole

terutama adalah Nirvana, Pearl Jam, dan Jane’s Addiction

Page 49: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

39

sampai dengan musik progresif. Di klub inilah untuk pertama

kalinya Beri bertemu dengan segerombolan anak punk dengan

dandanan ala Sex Pistols dan The Exploited. Black Hole menjadi

saksi sejarah terbentuknya kelompok tongkrongan punk Jakarta

pertama bernama Young Offender (Y.O).

Seiring dengan berjalannya waktu, komunitas-komunitas dari

tiap-tiap daerah di Jakarta pun bermunculan. Pada akhir tahun 1995/1996

media sosialisasi musik punk mulai mudah dikenal dengan melalui

Compact Disc (CD). Duta Suara adalah salah satu dari berbagai toko kaset

klasik yang menyediakan CD Punk dimana pada saat itu tidak dapat

ditemui. Untuk memperoleh berbagai produk punk dari luar negeri, cara

lainnya adalah melalui Mail Order. Dengan melalui mail order serta

memilah berbagai katalog pemesanan dari record label musik punk yang

ada di luar negeri, komunitas punk di Jakarta kerap menggali informasi

seputar punk di luar negeri. Pengetahuan mengenai dimensi politik dari

musik pun terbentuk (Karib, 2016).

Salah satu komunitas punk yang muncul di Jakarta adalah

komunitas Taring babi. Taring Babi juga dikenal sebagai Marjinal (sebuah

grup musik aliran punk), Anti Facist, Racist Action (AFRA) dan Tempe

Quality. Komunitas ini pertama lahir adalah sebuah jaringan Anti Facist

Racist Action (AFRA) pada zaman orde baru tanggal 22 Desember 1996.

AFRA dibentuk oleh sekumpulan mahasiswa yang memiliki kesadaran

untuk melawan sistem fasis pada masa orde baru. AFRA menggunakan

media visual, poster dari pahatan di kayu, baliho serta lukisan untuk

menyadarkan gerasi muda pada masa itu untuk melawan sistem fasis yang

diusung oleh pemerintah orde baru.

Page 50: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

40

B. Perjalanan Komunitas Taring Babi

Taring Babi adalah sebuah komuniras punk yang mecintai

kearifan lokal. Nama Taring Babi sendiri diadopsi dari kata Taring dan

Babi, pemberian nama komunitas tersebut memiliki arti serta menjadi

simbol bagi komunitas. Taring kerap digunakan oleh masyarakat

Indonesia sebagai simbol kepercayaan mengenai hal-hal mistik di dalam

budaya Indonesia. Biasanya, Taring digunakan untuk menolak balak.

Selanjutnya kata Babi adalah gambaran dari binatang Babi. Sebagaimana

Babi adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang dikenal sebagai

hewan yang rakus, pemakan segala. Bahkan, dalam ajaran salah satu

agama di Indonesia yaitu agama Islam menyatakan haram hukumnya

memakan daging Babi. Nama Taring Babi sebagai pengingat agar menjadi

manusia yang tidak serakah atau rakus.

Komunitas Taring Babi lahir pada tanggal 22 Desember 1996 yang

diprakarsai oleh beberapa mahasiswa dari kampus Grafika Jakarta

Selatan. Hingga kini yang bertahan dalam komunitas tersebut sejak awal

berdiri adalah Bobi dan Mike. Kelompok Taring Babi terbentuk karena

terdapat berbagai kesamaan dari anggota-anggota nya yaitu berkarya seni

dan salah satunya adalah bermain musik. Terbentuknya komunitas ini

bukan berdasarkan untuk menciptakan sebuah organisasi, melainkan

sebagai suatu bentuk aktivitas kolektif yang diartikan oleh Mike Marjinal

sebagai suatu kegiatan yang memiliki tujuan bersama dan semua tanggung

jawab diambil secara bersama-sama.

Page 51: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

41

Perjalanan komunitas punk Taring Babi dimulai dengan berbagai

perjuangan, seperti turut serta ikut dalam aksi massa pada saat

kepemimpinan presiden Soeharto. Melalui aksi massa tersebut komunitas

Punk Taring Babi berekspresi lewat berbagai media, dengan bakat dan

kemampuan yang mereka miliki. Komunitas punk Taring Babi

menyalurkan ekspresi mereka, salah satunya dengan melalui media visual,

seperti baliho, pembuatan poster dari pahat (cukilan), dan lukisan yang

berisi brbagai kritik serta pernyataan yang mengguggah semangat

generasi muda untuk melawan sistem pada masa orde baru.

Dalam perjalanannya, Taring Babi juga aktif diberbagai organisasi

gerakan mahasiswa pada saat itu yang bernama Anti Facist Racist Action

(AFRA). Sebagian anggota dalam jaringan tersebut memiliki kesadaran

untuk melawan sistem yang fasis. Taring Babi juga memiliki aktifitas

kolektif dalam bermusik (grup musik) yang diberi nama Anti-Military.

Namun, ketika ABRI berganti nama menjadi TNI, Anti-Military pun

berubah nama menjadi Marjinal.

Mike menjelaskan Taring Babi bermusik karena:

Kita secara sadar, memilih fungsi sebagai alat untuk penjabaran,

menyampaikan pesan, untuk menjadi sebuah media belajar

bersama. Sebagai sebuah alat perjuangan, mendokumentasikan

sebuah peristiwa yang penting yang kita sadar bahwa generasi ke

depan itu membutuhkannya. Ini yang mejadi latar belakang

kenapa kita bermusik (wawancara dengan Mike, 12 November

2018).

Page 52: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

42

Berbagai album lagu yang sudah dikeluarkan oleh Marjinal sejak

awal terbentuk terlihat sebagai suatu bentuk respons mereka terhadap

keadaan yang terjadi di Indonesia. Misalnya lagu mereka yang berjudul

“Marsinah” sebagai bentuk respons mereka terhadap tragedi terbunuhnya

seorang perempuan yang memperjuangkan hak-hak buruh. Perempuan

tersebut bernama Marsinah.

Pada awalnya keberadaan komunitas punk Taring Babi dilandai

berbagai macam kendala atas penerimaan keberadaannya ditengah

masyarakat Indonesia, sebab mereka berlabel dan bergaya punk dan

cenderung berbeda dengan masyarakat lainnya. Pada masa-masa kesulitan

mendapatkan tempat tinggal tersebut, Taring Babi selalu berpindah-

pindah tempat tingggal sekitar Jakarta dan Depok. Awal tahun 2004

keberadaan Taring Babi mulai diterima sebagian masyarakat. Komutias

tersebut memiliki sebuah tempat tinggal hingga sekarang yang berada di

Gang Setia Budi, Jl. Moh. Kaffi II No. 39, Jagakarsa – Jakarta Selatan.

Gambar 2.1. Rumah komunitas punk Taring Babi

(Sumber: Hasil observasi 13 November 2018)

Page 53: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

43

C. Kepengurusan Komunitas Taring Babi

Organisasi atau komunitas terdapat struktur kepengurusan

didalamnya. Struktur kepengurusan dalam komunitas tersebut memiliki

posisi atau jabatan yang diamanatkan kepada pengurus sesuai dengan

jobdesk masing-masing bagiannya. Struktur organisasi tersebut menjadi

sebuah prasyarat menggerakan suatu organisasi ataupun komunitas.

Lain halnya dengan komunitas Taring Babi. Sejak awal berdirinya

komunitas ini sudah mempertegas bahwa dalam komunitas ini merupakan

sistem yang kolektif. Taring Babi ingin mengangkat kembali nilai-nilai

leluhur bangsa indonesia yang hilang yaitu, gotong royong. Jadi tidak ada

ketua maupun pendiri seperti yang dikatakan oleh Mike:

Di sini kan kita juga gak ada yang namanya ketua, pendiri gitu ya.

Selayaknya yang paling penting adalah semangat dimana kita

membuka tempat ini karena memang ada semangat kebersamaan

biar semua orang juga bisa merasakan (wawancara dengan Mike,

https://www.youtube.com/watch?v=a7yh8EDmgEk, diakses pada

28 Agustus 2018).

Page 54: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

44

D. Nilai-nilai Komunitas Taring Babi

Gambar 2.2. Nilai-nilai dalam komunitas punk Taring Babi

(Sumber: Hasil observasi 12 November 2018)

Taring Babi memiliki nilai-nilai yang dipegang teguh di dalam

komunitasnya, yaitu berpengetahuan, berkeyakinan, berkeberanian, dan

nakal. Mike menjabarkannya dengan mengatakan:

Berkeyakinan itu kan sari dari sebuah pengetahuan. Bagaimana

kamu bisa yakin tanpa sebuah pengetahuan? Pengetahuan yang

kemudian menjadi sebuah pondasi untuk keyakinan itu sendiri.

(wawancara dengan Mike, 14 November 2018).

Bagi komunitas Taring Babi berpengetahuan adalah hal yang

paling penting, sebagai sebuah pondasi. Karena pengetahuan akan

melahirkan ilmu, dengan ilmu tersebut lah keyakinan dapat tumbuh.

Keyakinan akan melahirkan keberanian. Seperti kata Mike:

Page 55: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

45

Begitupun kemudian keyakinan menjadi sebuah ukuran yang

dikenali secara jelas yang bisa dipertanggung jawabkan oleh kita

sehingga itu menjadi sebuah nilai keberanian (wawancara

dengan Mike, 14 November 2018).

Untuk mewujudkan nilai-nilai di atas, bagi Taring Babi modalnya

adalah nakal. Mike menegaskan pentingnya nakal dengan mengatakan:

Bagi Mike sendiri nakal itu adalah fitrah yang memang itu harus

dikenali, dirawat, dipelihara sebagai sebuah kebutuhan. Karena

nakal itulah yang akan mendorong kita sehingga memiliki

keberanian untuk menemukan untuk ada dalam sebuah ruang dan

kesempatan, sehingga memiliki pengalaman. Pengalaman

menjadi wawasan. Wawasan menjadi pengetahuan. Pengetahuan

menjadi ilmu. Dan itu semua berangkat dari nakal. Kalo gak

nakal, kamu tidak akan pernah menemukan apa yang seharusnya

kamu temukan. Karena kamu gak berani keluar dari jalur aman

(wawancara dengan Mike, 14 November 2018).

E. Aktivitas Komunitas Taring Babi

Komunitas Taring Babi juga aktif terlibat dalam aksi-aksi sosial

dan merspons berbagai isu yang terjadi di Indonesia. Mereka turut terlibat

dalam aksi massa untuk menyuarakan kegelisahan-kegelisahan yang

terjadi dalam lingkungan sosial. Bentuk respons yang paling

mendominasi pada komunitas Taring Babi adalah dengan melahirkan

karya seni.

Page 56: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

46

Komunitas Taring Babi dengan bersuara juga menyambung

hidupnya sehari-hari dari pertunjukan musik dengan mengamen atau

manggung melalui aktifitas kolektif grup musik mereka yaitu Marjinal.

Gambar 2.3. Aksi panggung komunitas punk Taring Babi

(Sumber: Hasil observasi 12 November 2018)

Musik tidak pernah lepas dari komunitas Taring Babi sebagai

media untuk mengeskpresikan kritik mereka, menyalurkan spirit, serta

merekam berbagai peristiwa yang terejadi di negara ini. Taring Babi sudah

menetaskan lima album. Salah satu album mereka menjadi latar sebuah

film, yaitu Punk in Love. Sebuah film yang dirilis pada tahun 2009. Film

tersebut digarap oleh Ody C. Harahap dengan Vino G. Bastian yang

menjadi pemeran utamanya. Bobby (Taring Babi) juga berperan dalam

film tersebut. Kegiatan bermusik ini dilakukan secara kolektif. Tidak ada

anggota tetap grup musik Marjinal. Semua dilakukan oleh anggota Taring

Babi.

Page 57: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

47

Jadi gapenting musik itu kita grup nya harus lengkap, harus ikut,

kalo ga lengkap bubar (wawancara dengan Mike, 12 November

2018).

Taring Babi juga kerap membuka diskusi terbuka setelah

manggung serta mengadakan workshop sebelum manggung.

Gambar 2.4. Workshop cukilan komunitas punk Taring Babi

(Sumber: Hasil observasi 20 November 2018)

Aktifitas kolektif Taring Babi lainnya adalah memproduksi

berbagai merchandise seperti poster atau cukilan, membuat seni tattoo,

menyablon kaos, memproduksi emblem yang akan mereka jual dalam

toko nya sendiri yang bernama Blaut Store.

Taring Babi juga aktif berkarya dengan melakukan kerajinan

tangan dari limbah plastik menjadi suatu hasil karya. Taring Babi belum

memiliki cabang untuk toko nya tersebut namun telah banyak yang

menjadi re-seller dari berbagai kota bahkan sampai ke luar negeri.

Page 58: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

48

Pendapatan yang mereka hasilkan dipakai untuk keberlangsungan

hidup sehari-hari dalam komunitas ini, berbagi kepada teman yang sedang

membutuhkan, serta sesekali juga digunakan untuk membeli modal

produksi dengan membeli alat-alat musik, sablon ataupun alat-alat lainnya

seperti tinta dan papan untuk mengajarkan siapa saja yang ingin belajar

seni pahat (cukilan).

Segala aktivitas-aktivitas yang ada di Taring Babi dikerjakan

secara bersama-sama atau di istilahkan dengan Do It Together. Seperti

yang dinyatakan oleh Imam, salah satu anggota Taring Babi ngatakan:

Yang penting semua bagian ada yang megang sendiri-sendiri,

kalo kita ngerjain bareng-bareng. Kalo didiskusiin kita bareng-

bareng. Ya bukan Do It Yourself bukan, tapi Do It Together

(wawancara dengan Imam, 2018).

Gambar 2.5. Kegiatan menyablon kaos anggota komunitas punk Taring Babi

(Sumber: Hasil observasi 15 November 2018)

Page 59: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

49

Ayah Baron, sebagai salah satu anggota dari komunitas Taring

Babi juga mempertegasnya dengan mengatakan:

Ya siapa aja ngerjain. Dari musik, lukisan, hampir semua di

produksi. Musik, tato, lukisan, cukilan, sablonan, rekaman, ya

hampir semua sih kawan-kawan ngerjain. Bagusnya kolektif kan

begitu. Jadi semua temen-temen kreatif dengan skill nya masing-

masing bisa berkontribusi bareng. Ruang belajar kan disitu. Jadi

gotong royong lah (wawancara dengan Ayah, 2018).

Komunitas punk Taring Babi juga aktif menjalin hubungan

dengan komunitas-komunitas yang ada di luar negeri. Seperti yang

dijumpai oleh peneliti ketika melakukan observasi, rumah komunitas

punk Taring Babi sedang di datangi oleh Emma dan Roul. Mereka adalah

aktivis dari komunitas yang ada di negara Jerman, yaitu komunitas Seven.

Komunitas ini bergerak dengan melakukan perlawanan-perlawanan

terhadap racism dan sexism melalui karya-karya seni.

Gambar 2.6. Emma anggota komunitas dari Jerman

(Sumber: Hasil observasi 12 November 2018)

Page 60: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

50

Taring Babi juga aktif dalam kegiatan seminar maupun talkshow

mulai dari institusi-institusi Pendidikan, media surat kabar, dan juga

media Televisi. Hingga saat ini, komunitas punk Taring Babi banyak

mendapatkan penghargaan ataupun cindera mata dari karya seni nya

maupun dari kegiatannya menjadi pembicara atau narasumber.

Gambar 2.7. Penghargaan dan cindera mata komunitas punk Taring Babi

(Sumber: Hasil observasi 13 November 2018)

Gambar 2.8. Penghargaan dan cindera mata komunitas punk Taring Babi

(Sumber: Hasil observasi 13 November 2018)

Page 61: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

51

BAB III

Diskursus Do It Together: Sebuah Kontestasi

Bab ini akan membahas paling tidak dua hal penting, pertama

sejarah pengetahuan yang pernah muncul dan memusatkan pada entitas

Do It Yourself, kedua membahas ragam diskursus dalam bentuk relasi

kuasa mendukung (proponent discourse) dan menolak (opponent

discourse) prinsip Do It Yourself. Ketiga menyajikan kontestasi diskursus

yang ada.

Teori diskursus Foucault merupakan metode analisis teks media

untuk membongkar cara media mengkonstruksi sebuah diskursus.

Analisis ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada

proses produksi dan reproduksi makna. Analisis diskursus melihat

pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai praktik sosial

(Eryanto, 2005: 11). Oleh karenanya data primer yang tersaji dalam

penelitian ini merupakan data-data berupa ‘teks atau pernyataan’ yang

didapat melalui hasil studi dokumen, studi dokumen sendiri didapatkan

melalui pencarian kearsipan dalam Jurnal dan sumber-sumber lainnya.

Adapun yang kedua berdasarkan refleksi anggota komunitas punk Taring

Babi.

Penelitian ini menerapkan kaidah arkeologi sederhana, proses ini

sekiranya belum mampu menyamai mekanisme penarikan sejarah seperti

yang dilakukan Marx apalagi Foucault dalam upaya memahami epistem

(asal-usul) baik tentang konsepsi sejarah kegilaan ataupun sejarah lainnya,

Page 62: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

52

akan tetapi penelitian ini coba memaknai konsep arkeologi secara

substantif berkenaan dengan pencarian sistem umum dari formasi dan

transformasi pernyataan bahasa kedalam formasi diskursif yang bisa

ditemukan dari hasil pencarian dokumen, pembicaraan maupun tulisan

(Ritzer, 2010: 610). Disisi lain analisis arkeologi dipakai untuk

memperlihatkan bentuk-bentuk pengecualian dalam pembicaraan

diskursus, dengan menyelidiki bagaimana aspek pengetahuan

termodifikasi – diganti untuk menghadapi segala bentuk yang

dihadapinya dan sejauh mana bentuk tersebut dapat bekerja dilapangan

(Foucault, 2003: 70-89). Arkeologi merupakan proses menyejarah, oleh

karenanya sebelum sampai pada bahasan inti, terlebih dahulu akan

dipaparkan retakan epistemik sejarah pengetahuan Do It Yourself.

A. Jejak Diskursus Lama

Dalam subkultur punk etika Do It Yourself (D.I.Y.) merupakan

etos kerja yang paling dasar. Etika Do It Yourself dalam budaya punk

dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang pada dasarnya dibuat oleh

penggemar, untuk para penggemar. Hardcore Punk pada tahun 1980-an

tidak akan mungkin berkembang tanpa didasari oleh Do It Yourself karena

pada masa itu tidak ada label besar (Major Label) yang menunjukkan

minat pada musik punk. Punk dipaksa untuk menciptakan hampir setiap

aspek subkultur. Chris (dalam Moran, 2010: 62) mempercayai etika Do It

Yourself lahir dari anak-anak di akhir 1970-an dengan "Memberikan jari

tengah mereka ke kelompok rock utama pada saat itu." Chris

Page 63: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

53

menyebutkan pentingnya bagaimana etika Do It Yourself sangat dekat

dengan output politik banyak individu dalam subkultur dengan

mengatakan:

Banyak publikasi awal (fanzines) yang meliput kelompok-

kelompok baru yang dibuat oleh penggemar dengan analogi

pamflet politik yang beredar selama berabad-abad dahulu kala.

Selain itu, apa yang lebih politis daripada menolak konglomerasi

media yang dominan dan melepaskan seni Anda sendiri? (Moran,

2010).

Do It Yourself tidak hanya mengedepankan produksi musik, tetapi

membuka kesempatan bagi individu atau kelompok untuk memesan tur

mereka sendiri, merilis catatan mereka sendiri, dan mendistribusikan ide

dan materi mereka sendiri melalui fanzines. Dengan semangat

kemandirian (Do It Yourself) ada akhir 1970-an, label Indie (Indie Label)

mulai bermunculan hampir seluruh daerah di Amerika Serikat untuk

menandingi Major Label. Label Indie seperti SST, TwinTone, Epitaph,

BYO, dan ROIR merilis rekaman oleh banyak band punk lokal. Band-

band termasuk Black Flag, Youth Brigade, Minor Threat, dan Dead

Kennedys sekarang sedang merilis catatan dan memesan tur mereka

sendiri (Moran, 2010).

Meskipun banyak band yang merekam musik mereka sendiri pada

masa lalu; punk menjadi pintu sebagai jalan bagi kelompok-kelompok

atau berbagai grup musik untuk menciptakan musik mereka sendiri,

merilis rekaman, dan tur dengan minimnya bantuan dana dari luar.

Page 64: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

54

Dalam sejarah musik Indie dapat dikatakan Sex Pistols merupakan

salah satu band punk yang pantas disebut mewakili masa ‘flower

generation’. Band punk tersebut melahirkan lirik-lirik anti kemapanan

dan juga dengan aksesoris nyelenehnya yang kental dengan nuansa

kritikan sosial (Bandindienesia, 2017). Punk menjadi bukti bahwa

individu dapat menciptakan musik dan pergi tur tanpa menjadi bintang

rock yang ideal dengan pemikiran "lebih baik untuk melakukannya

sendiri". Etika Do It Yourself menjadi sebuah persyaratan yang tidak

terduga karena sifat underground subkultur punk.

Roberts seorang peneliti subkultur punk (dalam Moran, 2010: 63)

menyatakan bahwa:

Anak-anak mulai membuat kaos buatan sendiri untuk mendukung

band favorit mereka, atau bahkan untuk band mereka sendiri. Jadi

bahkan jika perusahaan mau berbisnis dengan mereka untuk

merchandise atau tidak, mereka tetap tidak memiliki uang.

Karena dianggap jika bekerja sama dengan sebuah perusahaan,

maka perusahaan tersebutlah yang memiliki keuntungan dari penjualan

tersebut. Bar adalah satu-satunya tempat yang menyambut band punk

untuk tampil. Karena subkultur punk sebagian besar terdiri dari remaja,

melalui etika Do It Yourself mereka membuat pakaian mereka sendiri

dengan anggaran terbatas yang mereka miliki untuk mendukung band-

band subkultur tersebut dan punk sebagai paham yang berarti tidak

Page 65: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

55

bergantung pada siapa pun kecuali mereka sendiri untuk menciptakan

subkultur.

Dari rentetan sejarah singkat ini, peneliti coba menemukan

diskursus baru melalui studi dokumen. Pencarian dilakukan dengan

melakukan kajian historis sederhana terhitung sejak kemunculan

diskursus Do It Yourself. Proses ini memperlihatkan dengan jelas bahwa

klaim prinsip Do It Yourself muncul pada keadaan masyarakat barat yang

menganut budaya individualis dan kerap tertutup dengan orang lain serta

situasi dimana produsen musik besar tidak punya keinginan pada musik

punk, artinya semua narasi Do It Yourself muncul sebagai ideologi punk

yang paling mendasar sesuai dengan keadaan dimana punk itu sendiri

lahir. Selain data dokumen, penelitian ini juga mendalami 4 orang

Informan yang merupakan anggota komunitas punk Taring babi

B. Diskursus Baru

Penelitian ini menerapkan kaidah genealogi sebagai metode

mendekatkan diri pada data berupa teks atau wacana. Cara pandang

genealogi adalah dengan bersikap kritis terhadap kebenaran dan kritis

terhadap kehendak yang muncul dalam diskursus Do It Yourself. Kajian

pascastrukturalisme memandang suatu kehendak sebagai karakter dari

sebuah kekuasaan, sebagaimana peneliti melakukan analisis detail

terhadap aktor dan lembaga-lembaga yang memiliki arah kekuasaan

tertentu, entah berkontribusi dalam membenarkan atau menolak Do It

Page 66: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

56

Yourself. Dari sini diskursus dapat memperlihatkan cengkramannya dan

menjadi bentuk-bentuk yang nyata dalam peristiwa sosial.

Semangat genealogis dalam pembahasan diskursus baru

dituangkan dengan cara melihat formasi teks dalam wujud yang

dikotomis. Pandangan semacam ini dilakukan guna memperlihatkan

ragam potret diskursus terhadap adanya tendensi kekuasaan tertentu. Oleh

karena itu pendikotomian ini terbagi dalam kerangka diskursus

pendukung (proponent discourse) dan diskursus rival (opponent

discourse). Berikut akan dipaparkan mengenai pengertian dan contoh dari

dua model tersebut.

B.1. Proponent Discourse

Diskursus pendukung atau diskursus kawan dalam konteks prinsip

dalam punk dimaknai sebagai kumpulan pernyataan yang memiliki tendensi

mendukung tercapainya semangat Do It Yourself sebagai identitas punk

yang ideal. Jadi segala upaya diskursif mendukung Do It Yourself,

dikategorikan sebagai proponent discourse.

Diskursus ini berkembang dalam kelompok pemuda pemudi dalam

subkultur punk, beberapa diantaranya adalah, mulai musik underground

sampai ke penjualan atribut serta barang-barang lainnya yang enggan

bergabung dengan korporat melalui pemahaman ‘korporat hanya ingin

meraup untung dan menjadikan punk sebagai nilai komoditas’ turut

dilakukan dan kontributif terhadap kesuksesan gaya hidup Do It Yourself.

Page 67: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

57

Contoh daripada proponent discourse muncul setelah peristiwa

fenomena punk tersebar luas ke berbagai negara. Pasca peristiwa tersebut,

gaya hidup serta fashion punk menjadi perbincangan publik bahkan

perusahaan-perusahaan musik besar (Major label) mulai memperlihatkan

minat pada musik punk. Namun bagi kelompok punk melawan korporat-

krporat besar yang dipahami sebagai kapitalis adalah prinsip motto hidup

kelompok punk sejak awal berdiri. Kontrasosial adalah salah satu band punk

Indonesia. Grup musik Kontrasosial pernah menolak ambil bagian dalam

festival Obscene Extreme Asia 2013 dengan mengokupasi panggung dalam

acara tersebut dan menyatakan “Kami tidak ingin memposisikan diri dalam

barikade yang sama dengan korporat; yang menjadikan energi, amarah dan

kreativitas hanya sebagai produk-produk bernilai jual dan beli. Bagi kami,

terlibatnya 7-Eleven sebagai partnership penjualan tiket Obscene Extreme

Asia 2013 dapat menjadi gerbang pembuka semakin merasuknya

kapitalisme kedalam kehidupan harian kita.” (Berisiknews, 2013).

Selanjutnya berita yang dilansir oleh CNN (2017) dalam artikelnya yang

berjudul ‘Do It Yourself dan Punk’ menyatakan “salah satu sub-kultur

penting dalam gerakan punk adalah Do It Yourself dan semangat

menghilangkan ketergantungan pada institusi”. (CNNIndonesia, 2017).

Selama proses pendeteksian, diskursus Do It Yourself tersebut menjadi

satusatunya temuan yang mengawali perdebatan wacana identitas ideal

kelompok punk. “Punk generasi awal itu kan mereka mencari-cari identitas.

Identitas mereka itu dimulai dari cara berfikir mereka atau ideologi mereka

Page 68: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

58

pada pembebasan untuk berkreasi, lakukan sendiri (Do It Yourself) dengan

cara apapun juga hingga harus melawan semua yang dianggap mereka

sebagai penghalang-penghalang yang mengarah pada tidak produktifitas.”

Ujar J.F. Warouw seorang Sosiolog UI (dalam BadanOtonomEconomica,

2014).

Proponent discourse di atas memperlihatkan sebuah interaksi dan

relasi pengetahuan khususnya dalam membingkai identitas punk.

Konsekuensi dari relasi pengetahuan diskursus tersebut adalah melancarkan

proses dan mendukung terciptanya prinsip Do It Yourself sebagai bentuk

kesepakatan normalisasi identitas punk. Adapun sebagian publik yang tidak

sepakat dalam konteks ini kemudian memuncul rival daripada proponent

discourse yang dalam penelitian ini disebut sebagai opponent discourse.

B.2. Opponent Discourse

Opponent discourse merupakan rival daripada proponent discourse.

Diskursus ini diidentifikasi sebagai kumpulan penyataan yang memiliki

tendensi kehendak menolak prinsip Do It Yourself sebagai satu-satunya

identitas punk yang ideal. Diskursus ini kontradiktif dengan eksistensi

sebagai punk harus melakukan prinsip Do It Yourself. Kritik, keluhan,

perlawanan argumentatif anggota punk komunitas Taring Babi menjadi

substansi dalam kategori pembicaraan ini.

Beragam aspek pengetahuan ditunjukan dalam kelompok diskursus

ini, terutama dari anggota komunitas punk Taring Babi. Kemudian juga

Page 69: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

59

diramaikan beragam pengetahuan kebudayaan seperti pengamat budaya.

Dalam bagian ini juga menampilkan ragam refleksi kisah anggota

komunitas punk Taring Babi sebagai aktor yang terhubung dengan punk

beserta ideologi yang ada di dalamnya. Refleksi mereka menjelaskan segala

hal yang dirasakan mereka saat tindakan mereka menyimpang dari prinsip

Do It Yourself.

Kehendak melawan pengidentifikasian sebagai punk diarahkan pada

beragam persoalan seputar perlawanan terhadap budaya individualis dan

terhadap hak serta kebebasan. Pada intinya menjadi antithesis daripada

syarat identitas sebagai punk tersebut. Berikut akan dipaparkan relasi

diskursus dalam domain opponent discourse.

Sejak peristiwa minat nya perusahaan-perusahaan musik besar

(Major Label), fenomena punk melambung dikalangan pemuda-pemudi

berbagai negara sebagai tren fashion serta gaya hidup yang dipilih. Sebuah

kondisi dimana kembali mengingatkan kelompok punk tentang sejarah-

sejarah kemunculan punk, apalagi tidak lama setelah peristiwa tersebut

kelompok punk akan kembali menertibkan prinsip anti-kemapanan, dan

melambungkan etika Do It Yourself agar dapat memboikot minat kapitalis

yang ingin menjadikan gaya hidup dan fashion punk sebagai komoditas.

Dari sana anggota komunitas punk Taring Babi dan beragam pihak

lainnya ikut meramaikan kebijakan tersebut.

Model diskursus ini paling banyak disampaikan oleh kehendak

anggota komunitas punk Taring Babi, salah satunya sang pelopor

Page 70: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

60

terbentuknya komunitas tersebut yakni Bobi. Ia mengaku terusik terhadap

wacana identifikasi punk dominan yang mempertanyakan eksistensi

komunitas punk Taring Babi karena tidak melakukan prinsip Do It

Yourself. Pelopor komunitas tersebut mengarahkan kehendaknya pada

persoalan kebebasan atas prinsip yang dipilih dimana nilai-nilai dari punk

sendiri pun menawarkan kebebasannya. “Bicara punk itu bagaimana dia

melakukan proses ‘bunuh diri kelas’ yang dengan sadar membawa diri

tanpa mengatasnamakan kelompoknya, tapi sebagai insan yang melebur

dalam sebuah perjuangan rakyat” ujar Bobi (CNNIndonesia, 2017).

Bobi pelopor terbentuknya komunitas punk Taring Babi juga

memprioritaskan perjuangannya pada budaya yang ada di Indonesia yaitu

budaya gotong-royong. Sementara konsep identifikasi punk menurut

Taring Babi adalah ‘tidak tebang pilih’, berarti seluruh individu atau

kelompok yang mengadopsi punk harus menekankan prinsip Do It

Yourself pada masing-masing diri agar teridentifikasi sebagai punk tanpa

terkecuali. Sehingga sub-kultur punk yang diadopsi dari barat ini tidak

boleh dipilah lagi seakan menyerap mentah-mentah budaya nya dan

mengesampingkan budaya yang ada di negeri sendiri. Padahal bagi

komunitas punk Taring Babi, punk dengan budaya Indonesia itu bisa

bersinergi. Senada dengan Bobi, budayawan Suyadi San dari Universitas

Negeri Medan menyampaikan analisanya, mengatakan “Siapa kita

sebenarnya, orang mana, apa budayanya, dan berasal dari mana, itu sudah

hilang. Tidak tahu lagi dari mana. Zaman sekarang serba globalisasi dan

Page 71: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

61

mungkin saja budaya jadi universal, tetapi sesungguhnya dengan

globalisasi itu kita bisa mempertahankan budaya kita” (KoranSindo,

2017).

Dalam pembahasan sub diskursus baru, kita bisa melihat sebagian

potret diskursus identitas punk menampakan wujudnya dalam dua wajah.

Dari semua yang menekankan Do It Yourself (proponent) ternyata adapula

sebagian pihak yang menolak (opponent), bahkan bukan tidak mungkin

bila identifikasi punk mutlak melalui prinip Do It Yourself pada akhirnya

tidak terealisasi akibat besaran opponent discourse menghadirkan efek

evolutif melebihi proponent discourse. Pembicaraan pengetahuan disini

tidak terbatas antara kehendak kelompok punk yang menilai identitas

punk melalui prinsip kerjakan sendiri (Do It Yourself) versus anggota

komunitas punk Taring Babi yang mengadopsi punk namun tetap

menjujung tinggi budaya Indonesia yakni gotong-royong (Do It

Together), namun wujud diskursif yang demikian dapat terjadi dalam

wilayah yang lebih luas bahkan menembus ruang dan waktu, sebab

praktik disiplin pengetahuan dalam pandangan pascastrukturalisme dapat

terjadi dimana saja, selama adanya hubungan interaksi yang dialogis.

Elemen manapun berhak tampil sebagai penguasa tanda dalam konteks

identitas punk.

Kehadiran proponent discourse dan opponent discourse dalam

penelitian ini hendak menampilkan dua wajah yang terintegrasi dalam

relasi pengetahuan, dimana proses interaksi yang terjadi saling

Page 72: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

62

menenggelamkan pengetahuan yang satu dan yang lainnya. Dari

pembahasan ini kita bisa melihat keduanya mampu menampilkan sebuah

pertarungan disksursif yang aktif sampai kepada bentuk nyata dalam

peristiwa sosial. Pendikotomian diskursus menjadi sebuah pengantar

memahami kontestasi diskursus ideologi dalam identitas punk.

Foucault: Kontestasi diskursus:

C. Kontestasi Diskursus

Dapat dilihat ragam potret diskursus identitas punk terbagi dalam

relasi pengetahuan yang dikotomis, yakni diskursus proponent dan

Opponent sebagai manifestasi relasi kekuasaan. Pada bagian ini, menjadi

anti klimaks dengan memperlihatkan bentuk rival serta pembentukan

diskursus Do It Together komunitas punk Taring Babi dengan menarik

kembali pada jejak lama diskursus. Arena yang muncul secara umum

terbagi menjadi 2, yakni normalisasi identitas kelompok punk budaya barat

dengan prinsip Do It Yourself dan identitas kelompok punk Taring Babi

yang membentuk prinsip Do It Together menyoal hak-hak dan budaya

Indonesia.

Diskursus Proponent:

Do It Yourself

Diskursus Opponent:

Do It Together VS

Page 73: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

63

Dalam sebuah peradaban kemunculan budaya punk lahir untuk

melawan ketidak-adilan sebuah sistem negara terhadap kelas masyarakat

yang minoritas. Karena media-media besar terutama media musik pada

masa kemunculan punk tidak memiliki minat terhadap kelompok punk

yang identik bersuara melalui berbagai media visual, etika Do It Yourself

lahir dengan letak yang sama dimana punk lahir yaitu pada negara bagian

Barat kemudian menjadi etos kerja yang paling mendasar bagi budaya

punk. Etika Do It Yourself ini memiliki makna bahwa setiap individu

dapat hidup dengan dirinya sendiri dan tidak membutuhkan orang lain

untuk menciptakan dan menyebarkan karya seni. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Tjipto Susana, seorang Psikolog dari Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta dengan statement nya:

Letak geografis suatu negara atau wilayah akan mempengaruhi

pola interaksi masyarakatnya. Masyarakat yang tinggal di daerah

yang jauh dari garis katulistiwa, yaitu di daerah dingin, akan

cenderung mengembangkan nilai‐nilai individualisme. Hal ini

disebabkan adanya tuntutan yang besar bagi setiap individu untuk

mampu bertahan hidup. Suhu udara yang dingin dan tidak

tersedianya sumber alam yang memadai, menghendaki

kreativitas, daya inovasi, dan juga ketangguhan untuk tetap bisa

bertahan hidup (Susana, Vol 33: 1).

Dalam scene punk yang menjadi bagian dari minoritas dalam

struktur masyarakat, punk merupakan wujud amarah yang menganggap

bahwa kapitalis adalah sumber ketimpangan ekonomi pada masyarakat.

"Dari awal memang teman-teman punk menggunakan media musik untuk

Page 74: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

64

menyampaikan pesan, menyampaikan ide, menjadikan proses belajar

sama-sama tentang kondisi negeri," kata Bobi (CNNIndonesia, 2017). Do

It Yourself menjadi sebuah etos kerja untuk menyebarkan karya seninya

sendiri tanpa terikat atau tanpa bantuan dari luar kelompok serta

memisahkan diri dari ketergantungan kepada institusi. Sebagai bukti

bahwa punk tetap mampu berkarya dan tetap bersuara dengan dirinya

sendiri. Do It Yourself menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh

kelompok punk untuk menolak konglomerasi media dan melepaskan

karya seni nya sendiri tanpa terikat oleh orang lain. Namun pemikiran Do

It Yourself yang melekat pada budaya individualis tidak sejalan dengan

komunias punk Taring Babi. Bobi (anggota Taring Babi) mengungkapkan

soal hak setiap manusia dan mengkaji ulang fenomena yang ada di depan

mata.

“Melakukan apapun adalah hak setiap manusia. Bagi gua

dimanapun tempatnya, disitu gua tetap menyampaikan pesan.

Gua bosen dengan kalimat jargon Do It Yourself. Nyata nya siapa

sih dibangsa ini yang gak ngelakuin Do It Yourself? Mandiri?

Coba lu liat tuh pedagang disana mereka ga kenal waktu banting

tulang untuk mereka hidup tidak dibayai oleh negara! Itu baru

namanya Do It Yourself!” (Berisiknews, 2013).

Budaya perlawanan dari kelompok punk banyak diadopsi oleh

berbagai individu atau kelompok masyarakat dalam setiap daerah-daerah

bahkan negara-negara lainnya. Indonesia adalah negara yang termasuk

beberapa individu atau kelompok masyarakat di dalamnya mengadopsi

Page 75: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

65

budaya punk. Seiring berjalannya waktu, Taring Babi sebagai salah

komunitas punk di Indonesia merasa bahwa efek dari etos kerja Do It

Yourself telah disalah gunakan dan mengikis nilai-nilai tradisi masyarakat

yang ada di Indonesia itu sendiri yaitu masyarakat yang bersifat gotong-

royong. Efek negatif masuknya budaya dari luar yang kerap mengikis

budaya dalam negeri ini juga sejalan dengan analisis sosiolog, Emrus

Sihombing dari Universitas Pelita Harapan menyatakan:

Kebanyakan generasi muda sekarang sering berpikir dan

bertindak global dibandingkan memikirkan dan berperilaku lokal

seakan mengabaikan masyarakat lokal atau sekitar. Prinsip

bergotongroyong harus tetap digelorakan, tetapi juga

membangun hubungan dengan dunia luar (Nusantaranews, 2017).

Punk pada generasi awal di Indonesia juga mempunyai ciri khas

identitasnya yaitu memberi nama band-band mereka dengan bahasa

inggris dan kerap membawakan lagu-lagu dari band luar yang

mempengaruhi mereka. Komunitas punk Taring Babi melihat fenomena

punk tidak hanya diadopsi pemikirannya lagi melainkan budaya Barat

yang masuk ke Indonesia melalui arus global.

Sebenernya dikalangan temen-temen punk sendiri kan asik

dengan menggunakan bahasa inggris ya dengan menggunakan

istilah D.I.Y atau Do It Yourself yang artinya jadi diri sendiri atau

lakukan dengan sendiri istilahnya gitu ya. Kemudian temen-temen

Taring Babi menggunakan istilah D.I.T atau Do It Together yang

kemudian juga perlu digarisbawahi karena ada bahasa yang lebih

keren yaitu Gotong Royog gitu loh atau kerja bakti yang

Page 76: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

66

merupakan sebuah warisan daripada nilai-nilai kearifan leluhur

atau lokal yang kita punya (wawancara dengan Mike, 27

November 2018).

Gambar 3.9. Prinsip Do It Together komunitas punk Taring Babi

(Sumber: Hasil observasi 15 November 2018)

Komunitas punk Taring Babi mengadopsi punk tapi tidak ingin

nilai-nilai tradisi bangsa Indonesia hilang. Oleh karena itu Taring Babi

sebagai komunitas punk yang hidup dan tinggal di bangsa ini ingin

menyadarkan bahwa punk juga bisa bersinergi dengan nilai-nilai tradisi

yang ada di bangsa sendiri. Mengajak pemuda-pemudi bangsa khususnya

kalangan punk itu sendiri agar tidak menukar budaya luar dengan nilai-

nilai tradisi gotong-royong dengan membentuk diskursus Do It Together.

Ya sebenarnya kita mau mencoba lebih asik ya, Do It Together ini

kan lebih kemudian merespon tentang generasi milenial atau

dibawah milenial itu sendiri atau diatasnya ya, generasi yang

gemar menggunakan bahasa inggris sebagai komunikasi saat ini

yang sesungguhnya kalo dirasa-rasa justru semakin tergerusnya

kepercayaan diri sebagai generasi yang hidup di bangsa ini ya,

kenapa ga pake bahasa ibu kita sendiri? (wawancara dengan

Mike, 27 November 2018).

Page 77: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

67

Dalam scene punk yang diadopsi dari budaya barat, bahwa punk

memiliki sifat untuk menutup diri dengan orang lain atau tidak

membutuhkan orang lain. Bekerja sendiri, lakukan sendiri ataupun

dikenal dengan istilah Do It Yourself idealnya menjadi sebuah

pengetahuan utama yang ada di dalam punk. Craig O’Hara dalam buku

Philosophy of Punk (1999) menyebut kesan individualitas itu lebih

mengarah pada sikap independen lewat prinsip yang selama ini dipegang

punk: do it yourself (D.I.Y.) atau kemandirian (CNNIndonesia, 2017).

Taring Babi memandang bahwa punk seharunya tidak tertutup

dengan prinsip Do It Yourself seperti pandangan dari salah satu band punk

di Indonesia yaitu Kontrasosial yang mengokupasi panggung dalam acara

Obscene Extreme Asia (2013) dengan pernyataan “punk tidak ingin

memposisikan diri dalam barikade yang sama dengan korporat.” Sehingga

prinsip Do It Yourself adalah wujud normalisasi identitas punk. Dalam

pandangannya, menjual karya kepada korporat tidak bisa didukung oleh

punk lagi, karena itu hanya mencari nilai jual dalam berkarya. Seperti

yang dinyatakan oleh Dan Ozzi dalam artikelnya “Bergabung ke major

label nyaris selalu menuai kritik pedas dan dipandang sebagai bentuk

pengkhianatan terhadap pihak-pihak yang melejitkan band-band kecil

keluar dari acara komunitas. Tidak peduli apakah album perdana major

label tersebut sukses secara komersil atau tidak, dihargai para kritikus atau

tidak, banyak penggemar akan mengacungkan jari tengah mereka

Page 78: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

68

terhadap keputusan band, seolah-olah mengatakan, "Kami mendukung

band kamu, tapi bukan supaya kamu bisa foya-foya!" (Vice, 2017).

Bagi komunitas punk Taring Babi Do It Yourself terbilang tidak

cukup untuk menjadi sebuah prinsip. Karena pada dasarnya manusia

saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, dalam arti manusia adalah

makhluk sosial.

Ya sebenernya ga legkaplah kalo kita mau jabarkan tentang salah

satu istilah lakukan sendiri atau Do It Yourself gitu tanpa memiliki

sebuah landasan mau ngapain gitu loh? Artinya kan tidak ada

seseorang yang luput dari pengaruh orang lain. Terbilang bahwa

kita dikandung, dilahirkan, dan kemudian dikelilingi oleh suatu

karakter masyarakat yang cenderung komunal (wawancara

dengan Mike, 27 November 2018).

Bagi Taring Babi ‘bahasa’ adalah salah satu cara untuk

menunjukan makna dibalik ungkapan. Oleh Karena itu Taring Babi

memilih Do It Together dengan maksud menunjukan bahwa Indonesia

dikaruniai oleh budaya yang indah, yaitu Gotong-royong.

Kami pakai bahasa yang sederhana, sekarang banyak orang

pintar tetapi tidak berbagi. Mereka menggunakan bahasa-bahasa

“langit” yang tidak bisa dipahami oleh semua orang (wawancara

dengan Bobi 22 Januari 2019).

Taring Babi adalah salah satu komunitas punk yang memiliki

sistem kolektif sesuai dengan nilai-nilai tradisi yang ada di Indonesia yaitu

Page 79: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

69

gotong-royong. Hal ini menunjukan keadaan saat Taring Babi lahir pada

masa Orde Baru, dimana kondisi sosial pada masa itu budaya kolektif di

bangsa Indonesia terlihat memudar, seperti yang dilansir dalam media

berita Kompas (2018) yang menyatakan:

Dari sejarahnya, masyarakat Nusantara adalah masyarakat yang

majemuk, egaliter, dan saling menghargai. Namun kesadaran

budaya kolektif ini memudar karena diredam pada masa Orde

Baru.

Taring Babi menjadi komunitas punk yang menganut sistem

budaya kolektifisme. Segala aktifitas ataupun kegiatan yang dilakukan

dalam komunitas ini dilakukan secara kolektif. Tindakan kolektif ini

dimaksudkan masing-masing anggota Taring Babi memiliki bagiannya

masing-masing dalam melakukan suatu kegiatan atau mencapai suatu

tujuan bersama. Dalam melakukan kegiatannya para anggota komunitas

punk Taring Babi tidak meninggalkan nilai-nilai para leluhur dalam tradisi

bangsa Indonesia seperti gotong-royong, atau kolektif, atau juga yang

dinamakan dalam bahasa inggris yaitu Do It Together.

Mike begini punk. Boleh aja penampilan. Namanya sebuah

peradaban. Tapi hati, etika gua tetep lokal. Perjuangan gua tetep

lokal. Pemikiran gua tetep lokal. Karena gua lebih melihat hal

yang objektif, permasalahan gua tuh ada didepan mata gua,

bukan disana (wawancara dengan Mike, 12 November 2018).

Page 80: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

70

Taring Babi melihat masyarakat sekarang kurang memberikan

kepercayaan kepada sesama sehingga setiap sesuatu yang dilakukan oleh

individu telah ditentukan apa yang benar dan apa yang salah.

Sebenarnya yang kurang dibangsa ini kan memberikan

kepercayaan karena semuanya sudah diwakili. Hak-hak kita

sebagai manusia yang merdeka sudah diwakili oleh negara. Hak

atas hukum, hak atas keadilan, semua diwakili oleh negara.

Artinya bahwa sangat kurang kepercayaan ini diberikan oleh

suatu generasi atau individu yang memang sebagai warga negara

disebuah bangsa yang merdeka (wawancara dengan Mike, 12

November 2018).

Berangkat dari fenomena tersebut, komunitas punk Taring Babi

terinspirasi untuk saling memberikan kepercayaan agar setiap individu

dalam komunitas tersebut dapat memahami makna dari prinsip gotong-

royong atau kerjasama ataupun diistilahkan dengan Do It Together. Tidak

semata-mata doktrin harus mengikuti aturan atau nilai-nilai yang

dijalankan di dalam komunitas punk Taring Babi.

Kalo di Taring Babi setiap orang diberikan kepercayaan, setiap

orang menjadi dirinya sendiri. Agar kemudian ya harapan

besarnya, seseorang itu punya suatu peluang besar untuk

mempelajari suatu kejadian atau peristiwa baik itu kondisi

diluarnya maupun kemudian berdampak kepada dirinya sendiri.

Sehingga dia tau bagaimana sesungguhnya pilihan yang akan dia

ambil (wawancara dengan Mike, 27 November 2018).

Page 81: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

71

Bagi Taring Babi dengan saling memberikan kepercayaan, maka

budaya kolektif akan dapat dipahami dan kembali dibangun oleh setiap

anggota komunitas serta menjadikan prinsip Do It Together menjadi

identitas yang ideal.

Kepercayaan aja kita berikan kepercayaan bahwa setiap orang

itu yang namanya manusia itu dikasih bekal akal dan pikiran dan

hati nurani yang sama seperti kita yang kita rasakan saat ini

(wawancara dengan Mike, 27 November 2018).

Do It Yourself berperan juga sebagai ketertutupan penjualan karya

seni kelompok punk terhadap perusahaan-perusahaan besar karena

dianggap jika bekerja sama dengan sebuah perusahaan maka perusahaan

tersebutlah yang meraih keuntungan dari penjualannya tersebut. Do It

Yourself menolak penjualan karya apapun kepada korporat demi nilai jual,

hal tersebut menjadi bentuk eksistensi identitas punk yang ideal. Seperti

kasus sebuah band punk bernama Blink-182, Isu seputar apakah Blink-

182 kehilangan identitas sebagai punk semakin tinggi ketika Enema of the

State, album debut major label mereka dirilis pada tahun 1999. Johnny

Rotten adalah vokalis dari band punk bernama Sex Pistol ketika ditanya

soal opininya terhadap Blink-182. Dia menjawab: "Blink itu yang

segerombolan bocah tengil ya? Mereka itu imitasi aksi komedi. Mereka

itu jelek banget dan harusnya terus aja disuruh tampil di Saturday Night

Live, yang menurut saya adalah bentuk ejekan yang paling tinggi" (Vice,

2017).

Page 82: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

72

Bagi komunitas punk Taring Babi, identitas sebagai punk tidak

perlu dinyatakan atau diuraikan dengan menaati aturan-aturan yang ada

dengan alasan jika tidak mengikuti aturan-aturan tersebut maka dinilai

bukan punk. Bobi mengartikan punk dengan menyatakan

Kalau soal bagaimana menerjemahkan punk, misal ada 30 anak

punk di sini, kalau ditanya soal punk punya jawaban berbeda-

beda. Ada yang menerjemahkan punk dengan berkarya sebagai

koki, pemusik, penulis, tapi pada intinya punk itu menjadi diri

sendiri. Jadi tidak ada satu pakem punk seperti apa, apakah harus

turun ke jalan, harus bertato, atau harus mohawk (wawancara

dengan Bobi, 22 Januari 2019).

Mike menjelaskan pengalamannya ketika memulai sebuah grup

musik komunitas punk Taring Babi yang bernama Marjinal dalam

wawancara:

Sebenarnya kita kerap kali mewakili bahasa bahkan dimulai

dengan Marjinal ya. Memperkenalkan dan melahirkan album

dengan bahasa indonesia yang pada saat itu cukup diolok-olok

dan dipertanyakan gitu loh, eksistensi atau tentang jati diri

sebagai punk karena pada saat itu punk identik pake bahasa

inggris gitu yakan. Kalo gak pake bahasa inggris kayaknya lu ga

nge punk deh. Lu gak keren gitu yakan, pokoknya dari sono ya kita

harus menjiplak abis dari sono (wawancara dengan Mike, 27

November 2018).

Sejak saat itu komunitas punk Taring Babi mulai memberontak,

sebagai bentuk perlawana terhadap sistem hegemoni yang ada di dalam

Page 83: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

73

struktur dan praktik-praktik punk itu sendiri, Mike sebagai salah satu

anggota komunitas punk Taring Babi yang ada sejak awal berdirinya

komunitas tersebut menjelaskan bahwa warisan nilai-nilai dari para

leluhur telah hilang karena masyarakat lebih suka mengikuti dan

menyerap suatu budaya tanpa mau melihat dasar nilai-nilai budaya

tersebut dibangun.

Artinya sudah dimulai pada saat-saat itu ada sebuah keterasingan

sebagai generasi saat itu bahwa dominan barat ini menjadi

sesuatu yang kita gak tau mau ngapain sebenernya, selain

kemudian hanya menjadi orang asing disana gitu loh dan

kemudian menjadi asing di negeri sendiri ngapain? Disitu kita

udah mulai, dulu juga sebelum nama Taring Babi kita namain

Tempe Quality (wawancara dengan Mike, 27 November 2018).

Grup musik Marjinal telah memiliki berbagai album. Salah satu

albumnya pernah menjadi soundtrack film layar lebar yaitu film Punk In

Love yang dibintangi oleh Vino G. Bastian. Marjinal melakukan aksi

panggung tribute untuk Chrisye dalam acara Hip Hip Hura yang diadakan

oleh Major Label yaitu Musica Studio’s dengan membawakan lagu-lagu

dari Chrisye pada tanggal 18 Desember 2018. Toko Blaut juga memiliki

banyak re-seller baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk

penjualan merchandise yang diproduksi oleh komunitas punk Taring

Babi. Dari mulai bermusik hingga memproduksi segala macam

merchandise dan karya seni, Taring Babi melakukan segala kegiatan baik

Page 84: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

74

di dalam maupun di luar komunitas secara kolektif sesuai dengan prinsip

yang mereka pegang yaitu gotong-royong atau Do It Together.

Bagi komunitas punk Taring Babi budaya dapat berubah namun

nilai-nilai tradisi yang ada di bangsa ini tidak boleh hilang. Karena tradisi

adalah sebuah harta warisan yang ada dalam negara Indonesia.

Tradisi adalah sesuatu yang memang itu sudah terjawab, terbukti

merupakan sesuatu rangkaian peristiwa yang diciptakan oleh

para leluhur orangtua kita sebelumnya. Sedangkan budaya, itu

adalah sesuatu yang terus berkembang. Nah budaya itu bisa

dilakukan oleh budaya orde baru, budaya orde lama, budaya yang

nanti di depan lebih modern. Budaya sesuatu yang mainstream.

Ini budaya. Jadi budaya itu cenderung diciptakan oleh otoriterism

atau kekuasaan (wawancara dengan Mike 12 November 2018).

Diskursus Do It Together dibentuk dan di konstruk oleh komunitas

punk Taring Babi sebagai bentuk keresahannya melihat budaya kolektif

bangsa Indonesia mulai terkikis. Taring Babi bertujuan untuk menunjukan

nilai-nilai manusia yang tidak bisa hidup sendiri atau makhluk sosial,

terutama nilai-nilai tradisi bangsa ini yaitu gotong-royong atau Do It

Together. Dengan keteguhan memegang prinsip yang diyakini secara

kolektif, komunitas punk Taring Babi semula diolok-olok dan

dipertanyakan identitasnya sebagai punk karena tidak mengikuti nilai-

nilai yang mendasar di dalam punk yaitu etos kerja Do It Yourself kini

mendapatkan apresiasi yang lebih positif. Apresiasi ini berupa bahwa

komunitas punk Taring Babi sering dipanggil untuk menjadi pembicara

atau narasumber berbagai pokok pembahasan tentang tradisi dan budaya

Page 85: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

75

yang ada di Indonesia di media Televisi, media surat kabar, maupun di

institusi-institusi pendidikan seperti perguruan tinggi karena komunitas

punk Taring Babi mempertahankan nilai-nilai tradisi lokal. Banyak juga

dari berbagai macam komunitas dari luar negeri yang berdatangan rumah

Taring Babi ini untuk saling bertukar pikiran.

Page 86: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

76

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara menyeluruh skripsi ini telah memperlihatkan bagaimana

keragaman diskursus menjadi suatu realitas menarik. Dari sini kita bisa

melihat pemandangan pascastrukturalisme khusus penggunaan analisa

diskursus Foucault menjadi alternatif membahas secara rinci polemik

diskursus Do It Together komunitas punk Taring Babi.

Pemandangan ini dinilai mampu menjelaskan fenomena

kekuasaan baru berupa pendisiplinan yang tak kasat mata, khususnya

dalam konteks Idiologi dalam punk. Keragaman data penelitian ini

mencakup upaya pembentukan dan penciptaan diskursus yang diarahkan

pada prinsip Do It Together komunitas punk Taring Babi, sehingga

kepatuhan tubuh kalangan punk hadir sebagai konsekuensi dari proses

dalam kontestasi diskursus. Strategi pembentukan diskursus terbagi ke

beberapa domain yang secara dominan dikuasai pihak yang

mengidentifikasi punk dengan prinsip Do It Yourself (Proponent

discourse).

Dengan menggali keragaman diskursus, sekiranya mampu

menjawab pertanyaan di muka mengenai “konstruksi Do It Together”

komunitas punk Taring Babi. Selain memang terdapat upaya represif,

pengidentifikasian melalui strategi diskursus dianggap efektif menghalau

kehendak kolektif komunitas punk Taring Babi.

Page 87: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

77

B. Saran

Bebrapa saran yang dikemukakan peneliti dalam melihat

konstruksi Do It Together komunitas punk Taring Babi. Peneliti

memberikan saran-saran yang semoga menjadi bahan renungan dan

masukan kepada beberapa pihak yang terkait, yaitu:

1. Disarankan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan

nilai-nilai tradisi yang ada di bangsa ini sehingga budaya-

budaya luar yang terbawa arus hingga masuk ke negara

Indonesia tidak menghilangkan nilai-nilai budaya bangsa

sendiri.

2. Masyarakat Indonesia khususnya agar lebih peduli

terhadap nilai-nilai tradisi bangsanya sendiri agar tidak

menyerap budaya dari luar secara utuh sehingga

melupakan identitas diri sebagai bangsa Indonesia yang

sebenarnya.

3. Untuk penelitian selanjutnya dapat lebih mengeksplorasi

diskursus fenomena-fenomena yang terjadi di tengah

masyarakat. karena ada begitu banyak normalisasi

kebenaran yang terabaikan hanya karena hal-hal demikian

disepelekan.

Page 88: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

78

Daftar Pustaka

Buku dan Jurnal

Adnan, Ricardi, S., Pradiansyah. (1999). Kisah Perjuangan Reformasi.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Agusta, Ivanovich. (2014). Diskursus, Kekuasaan dan Praktik Kemiskinan

di Pedesaan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Bestari, Darmayuni. (2016). Konstruksi Makna Punk Bagi Anggota

Komunitas Punk di Kota Pekan Baru. Universitas Bina Widya.

Pekan Baru.

Cessna, O.T. (2014). Persepsi Komunitas Punk Taring Babi Terhadap

Pendidikan.

Eryanto. (2005). Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media.

Yogyakarta : LKis.

Faisal, Sanapiah. (2003). Format-Format Penelitian Sosial ed VI. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada

Faruk. (2010). Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik

Sampai Post Modernisasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Foucault, M. (2003). Kritik Wacana Bahasa. Terj. The Discourse of

Language oleh I.R. Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD.

Page 89: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

79

Hutagalung, Daniel. “Hegemoni, Kekuasan dan Ideologi” dalam Jurnal

Pemikiran Sosial, Politik dan Hak Asasi Manusia, Nomor. 12,

Oktober, 2004. Tersedia di:

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35307550/Da

niel_Hutagalung_-

_Hegemoni__kekuasaan_dan_Ideologi.pdf?AWSAccessKeyId=A

KIAIWO

Jhoni, A. (2011). Keberadaan Komunitas Punk Di Kota Bukit tinggi

Misrawati. (2013). Kepatuhan Hukum Komunitas “Punk” Terhadap Pasal

258 Undang- Undang Republik Indonesia Nomer 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi di Komunitas Punk

Kota Malang).

Moran, Ian P. (2010). Punk: The Do-It-Yourself Subculture. Social

Sciences Journal: Vol. 10 : Iss. 1 , Article 13.

Mutmainah, A. (2014). Eksistensi Komunitas Punk Di Kelurahan Titi

Kuning Kecamatan Medan Johor.

Panca, M.H., dan Kris, H. (2013). Motivasi Anak Memilih Menjadi

Anggota Komunitas Punk (Children’s Motivation For Joining Punk

Community).

Ritzer, G dan D J. Goodman. (2010). Teori Sosiologi Modern. Edisi ke VI.

Jakarta: Kencana

Page 90: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

80

Sugiharto, Bambang. (2000). Postmodernisme, Tantangan bagi Filsafat.

Yogyakarta: Kanisius.

Sugiyati, Siti. (2014). Fenomena Anak Punk Dalam Perspektif Teori

Michel Foucault, Agama dan Pendidikan (Studi Kasus Di

Cipondoh Kota Tangerang).

Sunardi. (2001). Nietzsche. Cetakan ke 3. Yogyakarta : LKiS.

Tjipto, Susana. Evaluasi Terhadap Asumsi Teoritis Individualisme dan

Kolektivisme: Sebuah Studi Meta Analisis. Jurnal Psikologi

Volume 33, No. 1, 33-49

Wiradnyana, Ketut. (2018). Arkeologi Pengetahuan dan Pengetahuan

Arkeologi. Jakarta : Obor Indonesia.

Internet

https://nasional.tempo.co/read/371861/anak-punk-aceh-sering-jadi-

kambing-hitam(diakses pada tanggal 9 januari 2018).

http://news.liputan6.com/read/3220508/foto-wajah-lemas-anak-punk-saat-

dicukur-rambutnya-oleh-polisi-aceh?page=3 (diakses pada tanggal

9 januari 2018).

http://www.tribunnews.com/regional/2011/12/21/anak-punk-kami-

bukan-sampah (diakses pada tanggal 10 januari 2018).

https://subkulturindonesia.wordpress.com/tag/fathun-karib/ (diakses pada

tanggal 9 Januari 2018).

Page 91: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

81

Fathun Karib. (2009). Sejarah Komunitas Punk Jakarta.

www.jakartabeat.net (diakses pada tanggal 9 Januari 2018).

Fathun Karib. (2013). Acid Anti Septic:Proklamator Punk Jakarta.

www.jakartabeat.net (diakses pada tanggal 9 Januari 2018).

Sanusi, Irfan. (2010). “Membedah Diskursus dan Berkreasi Dalam Ranah

Pluralitas : Rereading Arkeologi Pengetahuan” dalam Jurnal Ilmu

Dakwah Vol. 4 No. 15 Januari – Juni 2010. Tersedia di:

https://media.neliti.com/media/publications/64459-ID-

membedahdiskursus-dan-berkreasi-dalam-r.pdf (Diakses pada

tanggal 20 Januari 2019)

https://www.youtube.com/watch?v=a7yh8EDmgEk (diakses pada 28

Agustus 2018).

https://bandindienesia.blogspot.com/2017/03/sejarah-musik-dan-

perkembangan-band.html (Diakses pada tanggal 20 Januari 2019).

http://berisiknews.com/read/476/Catatan-Di-Balik-Lancarnya-Event-

Obscene-Extreme-Jakarta-2013#.XEm-HidR3IX (Diakses pada

tanggal 20 Januari 2019).

https://www.cnnindonesia.com/laporanmendalam/nasional/20171204/lap

oranmendalam-nasional-punk-tak-pernah-mati/index.php

(Diakses pada tanggal 21 Januari 2019).

Page 92: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

82

https://www.youtube.com/watch?v=oIxngo40tZc&t=467s (Diakses pada

tanggal 21 Januari 2019).

http://koran-sindo.com/page/news/2017-02-

26/4/31/Jangan_Tinggalkan_Budaya_Sendiri (Diakses pada

tanggal 21 Januari 2019).

https://nusantaranews.co/lunturnya-budaya-gotong-royong/ (Diakses pada

tanggal 21 Januari 2019).

https://www.vice.com/id_id/article/ae5qwa/review-ulang-deretan-album-

punk-yang-dikecam-karena-sellout-ke-major-label (Diakses pada

tanggal 22 Januari 2019).

https://kompas.id/baca/utama/2018/10/19/bangkitkan-kesadaran-budaya-

kolektif/ (Diakses pada tanggal 22 Januari 2019).

Page 93: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Transkip Wawanacara

1. Informan : Imam

Lokasi : Jagakarsa

Status : Anggota komunitas punk Taring Babi

Umur : 40 Tahun

Tanggal : 12 November2018

P : Dalam keadaan sosial-politik seperti apa taring babi lahir?

I : Kalo muncul sih antara temen ke temen aja sih ga ada hubungannya sama

Sosial-Politik.

P : Waktu keadaan reformasi taring babi ikut aktif turun aksi?

I : Kalo ikut akatif ya aktif.

P : Kapan komunitas Taring Babi lahir?

I : Sudah 23 tahun ini dah Taring Babi ada tahun 1996 kita ada sebelum

reformasi.

P : Dimana temen-temen pertamakali berkumpul?

I : Iya temen-temen yang kuliah di Grafika lebak bulus.

P : Siapa aja yang ketemu di Grafika waktu itu bang?

I : Awalnya temen-temen yang dulu tuh temen-temennya si Mike.

P : Ada berapa anggota Taring Babi sekarang?

I : 8 orang. Kalo temen ya banyak banget.

P : 8 orang itu tinggal disini (basecamp) semua?

Page 94: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

I : Ada yang disini, ada yg tinggal sama anak istri.

P : Taring Babi semua anggota nya dari jakarta?

I : Enggak, kita dari mana-mana aja sih kayak saya kan dari pekalongan.

P : Bang imam masuk jadi anggota Taring Babi tahun berapa?

I : Tahun 2004-an.

P : Bang Imam di Taring Babi yang urus sablonan?

I : Iya bagian marchendise.

P : Sablon diproduksi setiap hari bang?

I : Ya kadang produksi sablonan. Ya ada lah setiap harinya yang di

produksi. Sekarang lagi produksi cukilan kan nih.

P : Biasanya yang produksi cukilan ada berapa orang?

I : Yang penting semua bagian ada yang megang sendiri-sendiri, kalo kita

ngerjain bareng-bareng. Kalo didiskusiin kita bareng-bereng.

P : Kalo sablon baju ada tempatnya juga bang?

I : Tempatnya disini juga. Kalo disini kan buat produksi nya, kalo penjualan

di toko, di Distro depan.

P : Apa aja yang di produksi oleh Taring Babi?

I : Ya banyak si ya kaos, topi, kaos polo, terus daur ulang dari limbah,

korek, ya bermacam-macam produk lah.

P : Penjualan di toko sendiri apa masuk ke toko lain juga?

I : Paling re-seller tuh dari sini juga, kalo kita cabang belom punya adanya

re-seller.

P : Re-seller nya dari berbagai kota juga?

Page 95: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

I : Ya dari luar negeri juga. Biasaya kan kita juga workshop juga kan.

P : Banyak juga ya bang yang penelitian di taring babi? Biasanya dari mana

aja bang?

I : Ya macem-macem ya dari eropa juga ada.

P : Semua produksi disini berarti dikerjain bareng-bareng secara kolektif ya

bang?

I : Iya makanya dibilang tadi bukan Do It Yourself bukan, tapi Do It

Together. Nah kalo band nya marjinal. Blaut toko nya. Kalo nama kan kita

ngambil yang lokal-lokal aja. Babi itu simbol keserakahan. Mudah di inget

lah. Nah kita udah megang taringnya.

2. Informan : Ayah Baron

Lokasi : Jagakarsa

Status : Anggota komunitas punk Taring Babi

Umur : 42 Tahun

Tanggal : 12 November 2018

P : Abang siapa namanya bang?

I : Saya ayah baron.

P : Kapan masuk jadi anggota Taring Babi bang?

I : 2000-an.

P : Sempet kuliah di grafika juga bang?

I : Enggak. Ketemu aja.

Page 96: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

P : Semua marchendise disini dikerjain bareng-bareng secara kolektif ya

bang?

I : Ya siapa aja ngerjain. Dari musik, lukisan, hampir semua di produksi.

Musik, tato, lukisan, cukilan, sablonan, rekaman, ya hampir semua sih

kawan-kawan ngerjain. Bagusnya kolektif kan begitu. Jadi semua temen-

temen kreatif dengan skill nya masing-masing bisa berkontribusi bareng.

Ruang belajar kan disitu. Jadi gotong royong lah. Bikin patung-patung

kaya gini. Wayang juga. Ya macem-macem lah.

P : Untuk penjualan nya, produksi marchendise tunggu ada yang pesan apa

masukin toko aja?

I : Kita produksi aja kadang kita share di media sosial, kadang temen ada

yang pesan. Kalo ditanya taring babi ngerjain apa aja ya semua dikerjain.

Karena kolektif kita.

3. Informan : Bobi

Lokasi : Jagakarsa

Status : Anggota komunitas punk Taring Babi

Umur : 42 Tahun

Tanggal : 22 Januari 2019

P : Apa arti punk menurut bang Bobi?

I : Kalau soal bagaimana menerjemahkan punk, misal ada 30 anak punk di

sini, kalau ditanya soal punk punya jawaban berbeda-beda. Ada yang

menerjemahkan punk dengan berkarya sebagai koki, pemusik, penulis,

Page 97: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

tapi pada intinya punk itu menjadi diri sendiri. Jadi tidak ada satu pakem

punk seperti apa, apakah harus turun ke jalan, harus bertato, atau harus

mohawk.

P : Kenapa bang bobi memilih menjadi punk?

I : sebenernya didorong sama keadaan aja. Mau gamau gua harus hidup.

Tidak kaya anak-anak normal saat itu, gua harus hidup dijalan, belajar

dijalan, dan gua menemukan punk disana yang mewakili perasaan gua

pada saat itu.

P : Toko tempat Taring Babi menjual produk karya seni saya liat namanya

Blaut? Boleh tau ga bang kenapa dikasih nama Blaut?

I : Blaut itu kan singkatan dari Belajar Untuk Toleransi. Kami pakai bahasa

yang sederhana, sekarang banyak orang pintar tetapi tidak berbagi.

Mereka menggunakan bahasa-bahasa “langit” yang tidak bisa dipahami

oleh semua orang.

P : kenapa Taring Babi kolektif bang atau Do It Together ga kaya yang lain

yang Do ItYourself?

I : lakukan sendiri emangnya lu mau ngapain? Mau nafas doang? Binatang

juga bisa. Disini di tempat kolektif ini gua mencoba berbagi skill sama

temen-temen yang lain agar kita bisa survive, bisa bertahan hidup, dengan

karya kita bisa buat apa yang kita mau tanpa harus menunggu negara yang

ngajarin.

Page 98: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

4. Informan : Mike

Lokasi : Jagakarsa

Satus : Anggota pertama komunitas punk Taring Babi

Umur : 43 Tahun

Tanggal : 14 dan 27 November 2018

14 November 2018

I : Kenalin mat apa itu imaji. Lu mau meng imaji kan tentang apa misalnya,

tinggal digeser doang. Artinya bahwa basic itu udah ada.

P : Tinggal di aplikasi ya bang.

I : Ya sama kaya motor. Motor kan bisa buat boncengin cewek bisa buat

ngojek kan gitu.

P : Bisa buat bawa barang,

I : Bisa buat barang ya kan. Bisa buat dipajang doang kan bisa. Itu imaji tuh

mat kenalin. Itu harus tumbuh. Terus juga harus kreatif. Ya modalnya

nakal mat. Kalo ga nakal lu ga mampu mengendalikan apa yang harusnya

bisa dikendalikan.

P: dulu kuliah di grafika ya bang?

I : Iya, Bobi juga.

P : Awal ketemu emang disana bang?

I : Awal ketemu nya? Ya jauh dari sebelumnya. Pada saat ruh dihidupkan

itu udah di pertemukan. Kita nya aja yang secara jasad baru ketemu. Kaya

sama kamu kan? Jauh-jauh hari kita udah ketemu sebenernya bagi siapa

yang bersyukur bagi siapa yang berfikir. Makanya kamu datang kesini

Page 99: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

bukan urusan sekolah doang nih. Tapi ada hal-hal lain yang harus

dimaknai. Artinya ya ada suatu hal yang berdampak kepada aspek

psikologi yang memang terikat, artinya satu kesatuan dengan banyak

pemahaman ilmu, kesadaran, kewarasan kita sebagai manusia ya.

Sehingga faktor-faktor itu juga menjadi sebuah pemenuhan kebutuhan

yang dikejar atau justru kebutuhan yang dicari, kenapa lu bisa kemari, lalu

bisa ketemu. Hingga ada sifat menghargai bicara waktu, kesempatan,

gituloh. Bukan Cuma kebutuhannya sekolah doang. Kebutuhan sekolah

ini kan artinya belajar, belajar untuk mendapatkan, menemukan

pengetahuan dan wawasan sebagai seorang yang terpelajar. Tanggung

jawabnya disitu. Bukan sebagai kuliah abis itu kerja selesai. Banyak mat

soalnya temen-temen kemari itu ga menghargai, kasian kan mereka. ya

apalah boleh buat apa yang bisa dibantu ya bantu. Kamu tuh harus

bertanggung jawab sama diri kamu. Tanggug jawab sebagai manusia yang

ada dilingkungan masyarakat apa yang sudah kamu lakukan? Pilihan sih

mat. Lu mau jadi Mamat apa mau jadi apa. Karna Mike merasakan itu.

Bahkan sistem pendidikan itulah perpanjangan garis perbudakan. Kalian

itu tidak dicetak menjadi mamat seutuhnya, tidak menjadi nurdin, tidak

menjadi irfan, tidak menjadi muhammad, cuma dilabelkan menjadi maha,

tapi sifatnya seperti kerbau. Jadi mahakerbau. Jadi sebagai prodak pabrik.

Disinilah peninggalan ukuran imperialisme itu tetap bertahan sampe hari

ini. Dimana bahwa bangsa itu tidak mampu untuk mengendalikan juga

sekira nya melihat suatu peluang atau kesempatan untuk membawa

Page 100: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

bangsa ini lebih baik terutama dalam aspek pendidikan. Adanya binatang-

binatang pandai. Yang tidak memiliki jiwa kemanusiaannya, jiwa

kepeduliannya. Bukan kah hidup ini terus berkembang? seiring waktu

juga terjadi banyak perubahan-perubahan?

P : Padahal kebenenaran itu pasti berubah suatu waktu ya bang?

I : Iya kebenaran itu kan butuh proses. Bahkan tidak berhenti pada titik

benar.

P : Sistem dimasyarakat kan bener salah itu absolut bang tapi.

I : Karena semuanya diwakili. Karena hak mamat itu diwakili. Hak individu

seorang mamat telah diwakili oleh negara oleh sekolah oleh masyarakat.

P : Cuma dibentuk ini loh mamat yang bener ya bang?

I : Iya, tak usah jadi mamat yang berotak. Karena berfikir itu udah bukan

jamannya kali, kan gitu. Kan udah tau mana yang bener mana yang kagak.

Kan udah tau kalo mau lulus itu bagaimana. Kan udah tau mana bener

mana salah. Padahal tidak ada benar salah, tidak ada baik buruk. Makanya

sistem di taring babi ini kita memilih nakal apa jahat gitu loh. Jadi tidak

ada baik, tidak ada buruk, tidak ada salah benar.

P : Nakal itu dalam artian apa bang?

I : Ya nakal itu bisa bermacam-macam. Seakan nakal itu kan sudah dipatri

atau dilabel atau dibangun sebuah stigma seolah olah sesuatu bagian dari

pada yang buruk. Padahal nakal itu bisa berarti yang lain. Bagi Mike

sendiri nakal itu adalah fitrah yang memang itu harus dikenali, dirawat,

dipelihara sebagai sebuah kebutuhan. Karena nakal itulah yang akan

Page 101: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

mendorong kita sehingga memiliki keneranian untuk menemukan untuk

ada dalam sebuah ruang dan kesempatan, sehingga memili pengalaman.

Pengalaman menjadi wawasan. Wawasan menjadi pengetahuan.

Pengetahuan menjadi ilmu. Dan itu semua berangkat dari nakal. Kalo gak

nakal, kamu tidak akan pernah menemukan apa yang seharusnya kamu

temukan. Karena kamu gak berani keluar dari jalur aman tadi.

P : Cuma ngikutin apa yang harus dijalanin doang ya bang?

I : Iya. Hanya untuk menjadi orang baek. Kadang udah baek dipaksa insaf

lagi. Jadinya apa mat? Jadi penganten bom mat.

P : Kalo jahat itu bang?

I : Nah itu tadi dia tidak belajar dati pengalaman hidupnya. Kan orang jahat

itukan orang yang baek. Orang yang baek itu kan tidak menerima

kecenderungan atau apa saja yang ada dalam kehidupan ini, yang dia mau

tau hanyalah yang baek.

P : Taring babi ini ngebuka forum diskusi-diskusi ga sih bang?

I : Ya diskusi nya gini sambil ngobrol, ngebahas. Ya karena kan metodologi

nya kan berbeda. Gabisa langsung diciptakan gaya kaum akademis itu

gabisa.

P : Iya kemaren juga taring babi manggung ga cuma manggung aja ya bang.

Tapi ada diskusi selesai manggungnya.

I : Ya. Ya kan kita tau bagaimanakita berjibaku dengan masalah, karena kita

tau apa yang menjadi kebutuhannya, gitu loh ya.

P : Nilai-nilai Taring Babi yang berkeyakinan itu bagaimana bang?

Page 102: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

I : Berkeyakinan itu kan sari dari sebuah pengetahuan. Bagaimana kamu

yakin bahwa tanpa sebuah pengetahuan.

P : Jadi diawali dengan pengetahuan?

I : Seharusnya. Ya pengetahuan itulah yang kemudian menjadi sebuah

pondasi keyakinan itu sendiri.

P : Taring Babi kan anggota nya dari berbeda-beda daerah. Bagaimana

menyatukan keyakinan di dalam taring babi?

I : Tidak ada sebuah keharusan. Yang akan mempertemukan itu kan adalah

rasa ingin tahu nya, atau pengetahuannya tadi maka kita akan ketemu

dalam semangat pengetahuan itu. Artinya yang mempertemukan

perbadaan adalah upaya besar untuk berfikir. Dimana manusia-manusia

berfikir itu akan bergerak seiring, sejajar, bersinergi, gitu loh. Tapi orang-

orang yang tidak berfikir itu akan memisahkan diri. Itu aja. Begitupun

kemudian keyakinan menjadi sebuah ukuran yang dikenali secara jelas

yang bisa dipertanggung jawabkan oleh kita sehingga itu menjadi sebuah

nilai keberanian. Keberanian itu juga terus mendorong keliaran-keliaran

atau munculnya, bergeraknya, secara fitrah yang dimiliki oleh manusia,

yang kita kenal dengan kelebihan manusia. Panca indera kita, itu bergerak

semua. Karena didorong oleh keberanian itu. Gitu loh. Karena masing-

masing punya marwahnya. Punya keliaran nya masing-masing. Apa yang

kemudian menjadi unsur, aspek di dalam diri manusia itu. Manusia hanya

air, api, tanah, dan udara. Jadi masing-masing punya karakter. Masing-

masing punya warna nya, punya bentuknya, sifatnya, gitu loh. Tidak bisa

Page 103: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

tanah harus disamakan dengan air, yang bisa adalah bagaimana kita

mengenali ke autentikan daripada nilai-nilai tadi yang memang memiliki

sifat-sifat saling mendukung itu.

27 November 2018

P : Apa makna Do It Together dalam Taring Babi?

I : Ya sebenarnya kita mau mencoba lebih asik ya, Do It Together ini kan

lebih kemudian merespon tentang generasi milenial atau dibawah milenial

itu sendiri atau diatasnya ya, generasi yang gemar menggunakan bahasa

inggris sebagai komunikasi saat ini yang sesungguhnya kalo dirasa-rasa

justru semakin tergerusnya kepercayaan diri sebagai generasi yang hidup

di bangsa ini ya, kenapa ga pake bahasa ibu kita sendiri? Sebenernya

dikalangan temen-temen punk sendiri kan asik dengan menggunakan

bahasa inggris ya dengan menggunakan istilah Do It Yourself yang artinya

jadi diri sendiri atau lakukan dengan sendiri istilahnya gitu ya. Kemudian

temen-temen menggunakan istilah D.I.T atau Do It Together yang

kemudian juga digarisbawahi karena ada bahasa yang lebih keren yaitu

Gotong Royog gitu loh atau kerja bakti yang merupakan sebuah warisan

daripada nilai-nilai kearifan leluhur atau lokal yang kita punya. Ya

sebenernya ga legkaplah kalo kita mau jabarkan tentang salah satu istilah

lakukan sendiri gitu tanpa memiliki sebuah landasan mau ngapain gitu

loh? Artinya kan tidak ada seseorang yang luput dari pengaruh orang lain.

Terbilang bahwa kita dikandung, dilahirkan, dan kemudian dikelilingi

Page 104: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

oleh suatu karakter masyarakat yang cenderung komunal. Maka

sebenenernya bentuk dari kesadaran yang nyata dalam istilah Do It

Yourself atau menjadi diri sendiri tadi atau lakukan oleh diri sendiri adalah

memang tahapannya atau bentuk praktek yang nyata nya adalah memiliki

sebuah bangunan kesadaran bahwa kita tidak bisa hidup seorang diri

gituloh. Artinya bahwa kita membutuhkan orang lain disekeliling kita

artinya jiwa kita mengajak untuk kemudian melestarikan konsep kerja

bersama seperti itu loh ya atau yang kita kenal dengan istilah gotong

royong.

P : Karena manusia makhluk makhluk sosial juga ya bang?

I : Iya artinya bahwa itu lebih konseptual, lebih kontekstual. Artinya

memang sesuatu hal yang sangat prinsip bukan sekedar jargon atau istilah-

istilah biar terlihat keren ya seperti itu.

P : Apa yang menjadi dasar Taring Babi membentuk pemikiran Do It

Together bang?

I : Ya agar kemudian juga generasi akan punya sebuah keberanian ya untuk

hidup kepada warisan atau nilai-nilai para leluhur kita yang telah banyak

mewariskan nilai-nilai di negeri ini. Itu memang perlu dihidupkan lagi ya

hal-hal semacam itu. Ya apa-apa kan semua serba inggris seolah-olah

bahwa bicara inggris adalah suatu kasta atau kelas masyarakat yang

cenderung berpendidikan atau terdidik atau kelas menengah keatas.

Hingga ironis aja kita bayangin generasi saat ini malu atau mungkin juga

menjadi pelaku dalam secara sadar untuk mengurangi atau mungkin

Page 105: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

menginjak-injak daripada identitas lokal atau warisan daripada leluhur

kita sebelumnya.

P : Apa tujuan Do It Together itu sendiri bang?

I : Ya artinya bahwa gotong royong yang lebih kerennya bahasa nya

makanya kita populerkan istilah gotong-royong. Do It together hanya

pelengkap dari kata-kata aja tapi sebenernya yang mau kita angkat adalah

konteks realitas sosial atau sesuatu yang udah ada di lingkungan kita,

nyata, bahwa kita memiliki konsep dalam masyarakat kita saat ini

memiliki konsep kerja sama itu atau bekerja bersama-sama.

P : Kapan Taring Babi memunculkan konsep Do It Together?

I : Sebenarnya kita kerap kali mewakili bahasa bahkan dimulai dengan

Marjinal ya memperkenalkan ya melahirkan album dengan bahasa

indonesia yang pada saat itu cukup diolok-olok dan dipertanyakan gitu loh

eksistensi atau tentang jati diri sebagai punk karena pada saat itu identik

punk itu pake bahasa inggris gitu yakan kalo gak pake bahasa inggris

kayaknya lu ga nge punk deh gitu kan, lu gak keren gitu yakan, pokoknya

dari sono ya kita harus menjiplak abis dari sono. Nah temen-temen itu

udah memberontak, udah membuktikan bahwa kita mampu gitu loh ya.

Kesini nya baru pada ikut-ikutan yang lain kan. Awalnya iya diolok-olok

kan apaan tuh punk pake bahasa indonesia, ngomongnya juga kritik,

politik, gitu-gitu. Inget banget Mike pada saat itu. Artinya sudah dimulai

pada saat-saat itu ada sebuah keterasingan sebagai generasi saat itu bahwa

dominan barat ini menjadi sesuatu yang kita gak tau mau ngapain

Page 106: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

sebenernya, selain kemudian hanya menjadi orang asing disana gitu loh

dan kemudian menjadi asing di negeri sendiri ngapain? Disitu kita udah

mulai, dulu juga sebelum nama Taring Babi kita namain Tempe Quality.

Ya pokoknya asik deh kalo bagi Mike, kenapa asik? Ini akan juga

membuktikan bahwa kita memiliki persoalan, kita diwarisi persoalan yang

ada di negeri ini bukan negeri orang lain, kenapa kita ga percaya diri? Nah

artinya bahasa inggris sendiri ini kan akhirnya mereduksi suatu nilai-nilai

dan juga mengasingkan generasi dari suatu keterhubugan dia dengan para

leluhurnya atau para pendahulunya sehingga ya apapun yang diwakili oleh

jaman ini tidak memiliki sesuatu yang bisa dijadikan patokan atau

kebanggaan. Walaupun memang sah-sah aja siapa sih yang bisa

menghalangi sebuah peradaban yang terjadi ya tapi ironis aja ketika kita

tidak bisa menentukan sebuah pilihan bangsa ini, karena sudah banyak

sekali yang digaungkan ya artinya bahwa ketika suatu bangsa atau

generasi ini tidak lagi menggunakan atau malu ataupun kemudian tidak

memiliki sebuah karakternya sendiri maka itu sebuah kerusakan dan

kehancuran sebuah bangsa atau suatu tempat dimana generasi itu hidup

dan tinggal.

P : Bagaimana anggota Taring Babi memegang teguh prinsip gotong-royong

atau Do It Together?

I : Sebenarnya yang kurang dibangsa ini kan memberikan kepercayaan

karena semuanya sudah diwakili. Hak-hak kita sebagai manusia yang

merdeka sudah diwakili oleh negara. Hak atas hukum, hak atas keadilan,

Page 107: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

semua diwakili oleh negara. Artinya bahwa sangat kurang kepercayaan ini

diberikan oleh suatu generasi atau individu yang memang sebagai warga

negara disebuah bangsa yang merdeka. Ini soal kepercayaan aja.

Kepercayaan bahwa setiap orang adalah majikan, tuan, pemilik atas

dirinya sendiri. Sebagai pelaku atas nasib dirinya, generasinya, maupun

bangsanya ini sendiri. Nah ini yang kemudian konteks dominan untuk

menentukan artinya untuk memaksakan kehendak untuk semua orang itu

ikut kepada nilai-nilai yang sesungguhnya tidak semua orang memahami

atas nilai-nilai itu datang dari mana, dan bagaimana kebenarannya tapi

semua orang harus ikut norma itu semua orang harus ikut aturan itu.

Sehingga seseorang cenderung kehilangan atas kepercayaan dirinya

hingga tidak menjadi diri sendiri, bagaimana dia akan melahirkan sebuah

inovasi, sebuah inisiasi atau inisiatif, bahkan sebuah kreasi artinya dibalik

semua ini akan berakibat seseorang tidak mengenal pilihannya. Maka kalo

di Taring Babi setiap orang diberikan kepercayaan, setiap orang menjadi

dirinya sendiri. Agar kemudian ya harapan besarnya, seseorang itu punya

suatu peluang besar untuk mempelajari suatu kejadian atau peristiwa baik

itu kondisi diluarnya maupun kemudian berdampak kepada dirinya

sendiri. Sehingga dia tau bagaimana sesungguhnya pilihan yang akan dia

ambil. Kepercayaan aja kita berikan kepercayaan bahwa setiap orang itu

yang namanya manusia itu dikasih bekal akal dan pikiran dan hati nurani

yang sama seperti kita yang kita rasakan saat ini. Terkadang kan mayoritas

kebanyakan maupun negara ini tidak percaya gitu loh bahwa manusia

Page 108: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

yang ada di depannya itu adalah manusia. Seolah yang merasa manusia

adalah dirinya merasa paling benar, merasa paling hebat gitu loh karena

kedudukannya, karena jabatannya, karena kelas ekonominya kan gitu.

Sendiri-sendiri gituloh siapa yang kuat dia yang berkuasa. Dan itu akan

turun-menurun, generasipun akan mengikuti hal yang sama seperti itu.

Bagamaimana dia bisa menjabah, atau mungkin menyentuh persoalan

ataupun mengenali tentang tradisi kebiasaan daripada orang tua nya,

leluhurnya, yang banyak sekali sudah menawarkan sudah memberikan

suatu bukti-bukti besar atas konsep kehidupan ini.

B. Transkip Diskusi

Pembicara : Mike dan Ayah Baron

Lokasi : Universitas Pancasila

Tanggal : 12 November 2018

Mike : Ya mereka adalah penghuni surga. Tinggal mempraktekannya aja kan

sebagai penghuni surga bagaimana kan? Ini loh. Jadi mereka ditunggangi.

Memang mereka awam, di awami secara sistematis. Bodoh, dibodohkan

secara sistematis secara struktural. Jadi bukan benar-benar bodoh, bukan

bener-bener ga ngerti. Ngeri. Ini mimpi buruk bagi negara imperialisme,

ketika generasi yang ada di Indonesia ini di negeri ini, mampu bagaimana

mengolah sumberdaya alamnya, dan mampu untuk mengenali kejayaan-

kejayaan nenek moyangnya. Pertanyaannya mereka mau makan apa? Gitu

loh. Inggris. Amerika, eropa, mereka mau makan apa? Sepatu Nike kan

Page 109: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

brand. Siapa sih yang gamau punya sepatu Nike? Mahal, ya.material nya

dari sini bahan-bahannya dari sini. Tenaga nya keringetnya orang-orang

sini. Kemudian dibuat disini. Dioper kesana, abis dioper kesana dikasih

barcode kirim lagi. Impor kesini. Dan kita beli wow bangga ya dari

Amerika padahal buatnya di Tangerang. Apasih yang ga dibuat disini? Ya

semoga dengan pandangan-pandangan gini juga bisa menjadi pendekatan

secara intelektual, secara kritis temen-temen ya mengenai harapan yang

temen-temen bangun dalam hidup. Ngeri loh. Mike itu keliling-keliling ya

ke Amerika, Jepang, ya ga ada sekelingkingnya yang dibangga-banggakan

yang ada disana dengan yang ada disni. Belom ada sekelingkingnya apa

yang ada disini. Belom ada! Bahaya nya nanti di era kesini nih. Ini

memang program Genocide hati-hati. Ini akan menjadi bom waktu yang

memang selalu ketika ada jatah Pemilu. Tapi ini waktunya yang tepat

untuk mengusung perang. Karena perang itu bisnis. Sama ketika pelajaran

tentang bosnia dan serbia ketika mereka perang saudara. Atau kapitalisme

Amerika, Rusia, mereka dapat bisnis senjata, abis bisnis senjata mereka

dapat uang, ternyata kota juga hancur dengan sendirinya, gaperlu alat-alat

berat yang mereka sewa, mahal! Untuk menghancurkan kota, ternyata

kota sudah hancur, mereka datang pakai helikopter bawa koper, mau

dibangun berapa? Mau berapa dibangun jalan tol? Mau berapa dibangun

hotel-hotel bertingkat? Mereka akan investiasi duit disitu, karena

kapitalisme begitu. Sirkulisai seperti tadi, dia butuh itu. Ini akan terjadi

ketika dicontohkan dengan Indonesia, dengan disisipin dengan katanya

Page 110: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

ekstrimis-ekstrimis ya, religious ekstrimis, itu semua bullshit. Memang

digunakan untuk mengurangi populasi bangsa indonesia. Ketika populasi

bangsa ini saling bunuh membnunuh, mereka masuk, siapa yang ga mau

nempatin tempat syurga ini?

Peserta : Kenapa dari Anti-Millitary ganti nama jadi Marjinal?

Mike : Kita sebenarnya follower, dari ABRI berubah menjadi TNI kita berbubah

dari Anti-Millitary menjadi Marjinal. TNI berubah nanti kita juga berubah

tapi dia ga berubah-berubah sampe sekarang. Artinya gini ya temen-

temen, bahaya latin itu kan militeristiknya, ada simbol artinya bahwa

adasebuah upaya penyeragaman, mindset cara berfikir akan

menyeragamkan manusia. Ini sebuah kejahatan besar. Karena manusia

itulah otentik. Ga ada manusia di dunia yang kaya gini kaya kamu ga ada.

Walaupun kembar-siam, sidik jari nya pasti beda. Nah itu loh paham

militeristik itu adalah suatu upaya yang memang menyeragamkan salah

satu nya. Artinya bahwa tidak ada sebuah pilihan. Ini sebenarnya yang

kita kuak ya paham militeristik yang selalu mengedepankan nilai-nilai

kekerasannya. Bukan tentang profesi nya. Daftar kehadiran menentukan

nilai tanpa terkecuali, itu militeristik. Perubahan arah Marjinal, basic nya,

kita secara sadar, memilih fungsi sebagai alat untuk penjabaran,

menyampaikan pesan, untuk menjadi sebuah media belajar bersama,

untuk menjadi sebuah alat perjuangan, mendokumentasikan sebuah

peristiwa yang penting yang kita sadar bahwa generasi kedepan itu

membutuhkan. Ini yang mejadi latas belakang kenapa kita bermusik. Jadi

Page 111: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

gapenting musik itu kita grupnya harus lengkap harus ikut kalo ga lengkap

bubar. Karena memang kita berangkatnya dari situ, kita sadar bahwa

masyarakat kita sudah di asingkan sejak ratusan tahun yang lalu,

diasingkan dengan pengetahuan. Bahkan diasingkan daripada nilai-nilai

para leluhurnya sendiri. Sampai saat ini namanya budaya, kan sebuah tur

rekayasa sistem. Jadi kita harus melihat antara tradisi dan budaya. Tradisi

adalah sesuatu yang memang itu sudah terjawab, terbukti merupakan

sesuatu rangkaian peristiwa yang diciptakan oleh para leluhur orangtua

kita sebelumnya. Sedangkan budaya, itu adalah sesuatu yang terus

berkembang. Nah budaya itu bisa dilakukan oleh budaya orde baru,

budaya orde lama, budaya yang nanti di depan lebih modern. Budaya

sesuatu yang mainstream. Ini budaya. Jadi budaya itu cenderung

diciptakan oleh otoriterism atau kekuasaan. Kita hanya disisipi oleh

tahayul, mitos-mitos, Mike garis bahawi lagi ya praktek-praktek jahat

selalu bermotif kepentingan pribadi. selama ini itu dibuat oleh kaum-

kaum pecinta kekuasaan. Makanya kalo kamu liat, di sekolah-sekolah,

pahlawan-pahlawan pasti pangeran. Emang ga ada pahlawan dari tukang

becak? Emang ga ada pahlawan dari petani? Sampe hari ini aja hari

pahlawan selalu bicara militeristik. Itu loh indikasi yang temen-temen

wajib untuk mencurigai nya. Artinya ini pandangan kritis. Jangan kita

berdiam diri pada hipokritis. Hipo artinya kurang, kritis artinya berfikir,

kurang berfikir. Sehingga kita nerima doang. Nerima, nerima, nerima aja.

Tapi tidak mau memahami apa yang kita terima. Jadi jangan percaya yang

Page 112: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

namanya janji-janji. Kalian seolah-olah di didik, ketika lulus ditendang

kalian. Terserah mau jadi apa kek masalah lu masing-masing. Kita lah

majikan, kita lah tuan atas diri kita masing-masing. Kita yang menentukan

dalam hidup kita. Hari ini dan kedepan dan di akherat nanti. Ga perlu

dependent. Harus independent. Karena keilmuan yang kalian miliki saat

ini, hak-hak yang kalian dapat. Bahkan belum sepenuhnya yang kalian

dapatdari kampus kalian. Mahal loh, keringet kalian, belum keringet

orangtua, gila loh apa yang kalian dapat? Nanti pasar bebas, ketika

globalisasi dilegalkan, itu ga pandang ijazah kalian. Tapi kemampuan dan

kepandaian kamu ada dimana dan bisa dibuktikan seperti apa. Itu terjadi

seperti di barat saat ini. Sistem pendidikan saat ini hanya mencetak inflasi.

Meneruskan perbudakan. Menjadi mekanik tidak menjadi organik. Jadi

harus nakal. Manusia itu harus nakal. Jahat jangan, karena itu fitrah. Nakal

itu yang kemudian mengakses kita punya wawasan. Punya pengalaman.

Pengalaman kemudian menjadi pengetahuan. Pengetahuan menjadi ilmu.

Ilmu adalah modal untuk kita menghadapi masalah. Untuk bisa mencapai

sebuah kesimpulan yang a’rif dan bijaksana. Hanya orang-orang yang

kemudian tidak nakal itu menjadi jahat. Jadi hidup ini Cuma 2 pilihan.

Mau nakal atau jahat. Bukan naik atau buruk. Karena baik itu relatif. Baik

orang jawa beda dengan orang sumatera, beda dengan orang papua, beda

dengan orang inggris, beda dengan amerika. Nakal itu pilihan yang harus

dijaga dan dirawat. Jangan sampe kemudian menjadi anak komplek.

Kamu kan anak komplek ya anak mama jangan maen sama orang-orang

Page 113: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

kampung itu, nanti kamu jadi bejad. Iya mama. Mama kerja dulu ya. Iya.

Mamanya kerja dia keluar lompat pager. Dia nakal. Karena dia nakal

akhirnya apa? Dia bisa manjat pohon, diajarin orang kampung yakan bisa

berenang, bisa mancing, abis itu pulang lagi kerumah ya. Ditanya mama

kamu seharian kemana aja? Dirumah aja mama. Itu nakal! Orang selama

hidup dari remaja sampedewasa gapernah namanya buat dosa, buat dosa

takut, karena tujuannya mau jadi anak baek, oke. Dari muda sampe

dewasa tidak pernah buat dosa. Bayangin, udah gapernah buat dosa, anak

baek, dipaksa insaf, jadinya apa? Jadi penganten bom bunuh diri. Lah kalo

anak nakal disuruh insaf sih masih wajar. Ini udah baek dipaksa insaf, jadi

penganten lu. Nanti janji nya apa? Nanti ketemu malaikat 7 bidadari. Itu

tadi karena apa? Karena ga nakal. Coba kalo dia nakal, misalkan kaya gua

nih nakal. Mike lu gua janjiin surga. Iya oke boleh mau juga gua. Tapi lu

gini Mike lu harus berjuang bla bla bla. Oke ini bom. Ya gua tanyain lagi

karena gua nakal. Jadi saya suruh mati nih? Kenapa ga lu duluan yang

mati. Lah gua nakal gitu, dosa gua masih banyak. Lu kan orang baek lu.

Kan gua tanyain. Takut dia ama orang nakal. Kagak mempan dah ama

orang nakal mah. Makanya sejak dari SD dari PAUD, kemudian SD,

SMP, SMA sampe kuliah maka apa seruannya? Jangan nakal, jangan

nakal. Itu terpatri! Hingga apa? Nilai-nilai kemanusiaan kita, keliaran-

keliaran kita sebagai manusia hilang. Jadi mekanik. Ya itu tadi karena

nakal itu melahirkan pengalaman, pengalaman menjadi wawasan,

wawasan menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi ilmu, dan kemudian

Page 114: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

ilmu akan memunculkan sebuah inovasi baru, kreatifitas baru, intusi baru,

dan kemudian itu mendorong keinginan tawaf untu mendapatkan

pengetahuan baru. Keyakinan juga tumbuh menjadi lebar menjadi luas.

Kemudian menjadi berani, karena keyakinan. Keyakinan tanpa

pengetahuan, apa? Masa pohon mangga tanpa ada pohon, gimana? Logika

aja. Karena apayang kau tanam itu yang kau petik. Masa depan itu bukan

didepan, tapi masa depan itu dibelakang. Ketika kita memahami tentang

masa yang dibelakang, masa depan yang kita hadapi. Masa depan itu

dibelakang, kita belajar dari pengalaman empiris kita. Belajar dari sebuah

sejarah. Hari ini gua begini masa besok lu gatau lagi? Lu harusnya tau

dong. Karena lu kemaren kemaren udah tau kan lu lakuin apa, masa lu

ulangin lagi kaya keledai. Makanya harus belajar kebelakang. Maka masa

depan itu dibelakang bukan didepan. Ketika kita menguasai kebelakang,

kita menguasai sejarah hidup kita, kita belajar dari pengalaman kita,

disitulah kita akan bisa menantang masa depan kita. Gitu. Baru timbulah

inovasi, timbulah kreasi, timbulah imajinasi. Buatlah hukum baru, jangan

pake hukum yang dipake dari jaman waktu belanda dulu. Makanya

mengulang-ngulang.

Mike begini punk. Boleh aja penampilan. Namanya sebuah peradaban.

Tapi hati, etika gua tetep lokal. Perjuangan gua tetep lokal. Pemikiran gua

tetep lokal. Karena gua lebih melihat hal yang objektif, permasalahan gua

tuh ada didepan mata gua, bukan disana.

Page 115: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

Mike : Seharusnya perubahan itu seiring menjadi kebutuhan manusia itu sendiri.

Bahkan kalau perlu kalian tadi nya kerja 9 jam tapi karena situasi terus

bertambah, inovasi terus berkembang, penemuan-penemuan semakin

maju, sehingga kerja dari 9 jam menjadi 7 jam. Berkurang lagi menjadi 5

jam. Tapi kemudian pendapatan juga terus sama. Jangan kita diadu oleh

sebuah keadaan, diadu oleh sebuah perkembangan dan modernitas tadi

diadu oleh mesin. Gila men! Itu buruh-buruh freeport, perkala mereka itu

3ribu setiap bulan untuk kemudian dipecat. Karena apa? Karena mesin

mereka menggunakan1 operator aja. Jadi mesin itu, mesin melawan

manusia.

Ayah : Pengetahuan itu harus mempermudah banyak orang bukan

mempermudah 1 atau 2 orang. Sehingga mempersulit orang lain itu

namanya berbamding terbalik dengan pengetahuan itu sendiri.

Mike : Itu pengalaman pribadi.

Page 116: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

C. Foto kegiatan komunitas punk Taring Babi

1. Produksi cukilan

2. Produksi sablon

Page 117: KONTESTASI DISKURSUS: STUDI KASUS DO IT ......1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

3. Produksi Wayang