Top Banner
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016 64 KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN IDEOLOGI PLURALISME FILM HARMONI DALAM “?” Muhamad Husni Mubarok Pogram Studi Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma [email protected] ABSTRAK Film Harmoni dalam “?” mengangkat peristiwa sehari-hari yang bersinggungan dengan toleransi beragama di Indonesia. Film ini pun mengandung pesan-pesan yang tersembunyi didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dibalik simbol toleransi beragama dalam film. Harmoni dalam “?” adalah film yang mengangkat tema religi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menelaah penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes. Penulis meneliti lima scene dalam film yang menggambarkan toleransi beragama. Berdasarkan analisis denotasi dan konotasi, penulis menemukan mitos yaitu tokoh masyarakat penting sebagai peredam konflik, makanan halal di restoran Cina tidak laku dijual, perceraian dan pindah keyakinan adalah kesalahan fatal, kebebasan seni tidak dapat dibatasi, dan umat Islam selalu menghargai umat lain. Hasilnya menunjukkan bahwa simbol toleransi beragama tidak lepas dari sebuah ideologi yakni pluralisme. Penulis menyimpulkan bahwa pembuat film mengajak penontonnya untuk melihat bahwa pluralisme berguna untuk membina kerukunan beragama di Indonesia. Kata Kunci: Komunikasi Massa, Simbol, Semiotika, Toleransi, Pluralisme. ABSTRACT Film Harmony in " ? " elevates the phenomenon in society which intersect the religious tolerance in Indonesia . This film also contains hidden messages in it. The aim of this research is to find out the meaning which is hidden in the symbols of religious tolerance in the film. Harmoni dalam “?” is a movie with religious theme which is applied in social life. In discussing the matter, the writer used qualitative method with semiotic analysis of Roland Barthes. The writer analyzed five scenes which described the symbols of religious tolerance.
21

KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Apr 10, 2019

Download

Documents

nguyenphuc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

64

KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN

IDEOLOGI PLURALISME FILM HARMONI DALAM “?”

Muhamad Husni Mubarok

Pogram Studi Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma

[email protected]

ABSTRAK

Film Harmoni dalam “?” mengangkat peristiwa sehari-hari yang

bersinggungan dengan toleransi beragama di Indonesia. Film ini pun

mengandung pesan-pesan yang tersembunyi didalamnya. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui makna dibalik simbol toleransi beragama

dalam film. Harmoni dalam “?” adalah film yang mengangkat tema

religi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menelaah penelitian ini,

penulis menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika

Roland Barthes. Penulis meneliti lima scene dalam film yang

menggambarkan toleransi beragama.

Berdasarkan analisis denotasi dan konotasi, penulis menemukan

mitos yaitu tokoh masyarakat penting sebagai peredam konflik,

makanan halal di restoran Cina tidak laku dijual, perceraian dan pindah

keyakinan adalah kesalahan fatal, kebebasan seni tidak dapat dibatasi,

dan umat Islam selalu menghargai umat lain. Hasilnya menunjukkan

bahwa simbol toleransi beragama tidak lepas dari sebuah ideologi yakni

pluralisme. Penulis menyimpulkan bahwa pembuat film mengajak

penontonnya untuk melihat bahwa pluralisme berguna untuk membina

kerukunan beragama di Indonesia.

Kata Kunci: Komunikasi Massa, Simbol, Semiotika, Toleransi,

Pluralisme.

ABSTRACT

Film Harmony in " ? " elevates the phenomenon in society which

intersect the religious tolerance in Indonesia . This film also contains

hidden messages in it. The aim of this research is to find out the

meaning which is hidden in the symbols of religious tolerance in the

film. Harmoni dalam “?” is a movie with religious theme which is

applied in social life. In discussing the matter, the writer used

qualitative method with semiotic analysis of Roland Barthes. The writer

analyzed five scenes which described the symbols of religious

tolerance.

Page 2: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

65

Based on the process of denotation and connotation, the myths

were identified that public figure was an important person who can

solve the conflict, “halal” food, which was available in Chinese

restaurant, would not be sold out, divorce and apostate were fatal

error, artistic freedom couldn’t be limited and Moslem would always

bore mutual respect to the other religion. The result showed those

symbols was influenced by an ideology, which was pluralism. He

concludes that the film maker encourages the audience that pluralism

is useful to build inter religion relationship in Indonesia.

Keywords: Mass Communication, Symbols, Semiotic, Tolerance,

Pluralism.

PENDAHULUAN

Fenomena komunikasi dewasa ini tidak terlepas dari peranan

media. Media massa menampilkan diri dan turut berpartisipasi dalam

pembentukan dinamika masyarakat. Film merupakan salah satu jenis

media massa yang menggunakan ranah publik dan memiliki posisi yang

signifikan. Tak hanya sekedar hiburan, film juga syarat akan informasi,

ide dan kebudayaan. Film juga berperan sebagai integritas sosial yang

mampu menjembatani masyarakat dalam pertukaran ide, pikiran dan

gagasan sehingga terjalin kerjasama yang baik dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Oleh karena itu, film juga

mampu memantapkan dan mengembangkan nilai-nilai budaya sehingga

film berfungsi sebagai pengemban budaya bangsa.

Film yang bermutu tentunya film yang mengangkat ide cerita

berdasarkan karakter dan budaya bangsa. Dalam hal ini, film dipahami

sebagai produk budaya yang digunakan sebagai cerminan untuk

mengaca atau melihat bagaimana budaya bekerja atau hidup di dalam

suatu masyarakat. Melalui film, seseorang banyak belajar tentang

beragam budaya di mana seseorang hidup di dalamnya, atau bahkan

budaya yang sama sekali asing bagi dirinya. Sehingga siapapun dapat

mengenal budaya masyarakat tertentu melalui film. Oleh karenanya,

pembuatan film cerita diperlukan proses pemikirian dan proses teknik.

Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan, atau cerita yang akan

digarap, sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk

mewujudkan segala ide, gagasan, atau cerita menjadi film yang siap

ditonton. Oleh karena itu, film cerita dapat dipandang sebagai wahana

penyebaran nilai-nilai.” (Sumarno, 1996 : 13)

Page 3: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

66

Dengan demikian, film belum bisa dikatakan bagus apabila hanya

mengusung ide cerita yang menarik. Elemen-elemen dalam film seperti

adegan, dialog, kejadian, konflik, tokoh, karakter, dan setting menjadi

hal yang penting supaya menarik perhatian publik untuk menyaksikan

film tersebut. Bagi penikmat film, menonton film merupakan wujud

relaksasi, terlebih lagi jika film tersebut mampu menginspirasi hidup

mereka. Oleh karena itu elemen-elemen tersebut saling memiliki

ketergantungan. Dalam penyajiannya, film maker harus

memperpadukan elemen-elemen tersebut dengan baik agar pesan yang

ditampilkan dapat tersampaikan dengan jelas bagi penikmat film.

Adapun pesan-pesan dalam film ditampilkan ke dalam simbol-simbol.

Perbedaan film dengan media massa lainnya ialah film

menyimbolkannya dengan tanda-tanda yang tersebar dalam audio-

visual. Tanda-tanda dalam audio visual tak hanya menampilkan gambar

melainkan suara. Sebuah ucapan atau dialog dalam film dapat menjadi

sebuah simbol verbal yang edukatif, impulsif bahkan juga provokatif.

Simbol muncul dalam konteks yang sangat beragam dan digunakan

untuk berbagai tujuan (Sobur, 2006:43).

Ide film Harmoni dalam ‘?” berangkat dari berbagai krisis yang

menimbulkan sensitifitas dan disharmonisasi umat beragama di

Indonesia. Mulai dari aksi anarkis kelompok fundamentalis agama

tertentu seperti kekerasan dan perusakan tempat hiburan hingga

serangan teror ledakan bom yang menelan korban jiwa. Meskipun aksi

teror cenderung menurun dari tahun ke tahun, namun akar dari

terorisme, yakni radikalisme agama tetap tumbuh subur di sebagian

masyarakat. Peristiwa tersebut telah mencederai bangsa Indonesia yang

terkenal sebagai negara yang multietnis, multikultur dan juga

multiagama. Sutradara film ini berupaya untuk mengangkat kejadian-

kejadian tersebut dengan segala keanekaragaman masyarakat Indonesia

dan disimilaritas aspek sosial, ekonomi, budaya dan agama. Film ini

juga memfokuskan kepada tiga agama di Indonesia yakni Islam,

Katolik, dan Konghuchu. Didalamnya berisi wacana kehidupan sehari-

hari dan dikemas lebih kreatif dengan memadukan tema percintaan,

kemanusiaan, serta persoalan menyangkut kerukunan beragama dalam

masyarakat multikultur.

Film ini menjadi menarik untuk diteliti karena konten yang

ditawarkan hingga kini masih relevan dengan situasi yang terjadi di

Indonesia. Tercatat, terdapat dua kasus besar radikalisme agama

sepanjang tahun 2015 yakni kasus penyerangan dan pembakaran masjid

di Tolikara, Papua dan pengusiran jemaah gereja di Aceh Singkil, dan

Page 4: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

67

yang masih hangat terjadi di awal tahun 2016, serangan teror yang

diwarnai ledakan bom dan baku tembak di Sarinah, Jakarta Pusat. Film

ini sudah mengalami pergantian judul dari film sebelumnya “?” (tanda

tanya) yang sempat menduduki peringkat 6 besar dalam perolehan

jumlah penonton bioskop pada tahun 2012 sebelum akhirnya harus

ditarik kembali dari peredaran karena timbulnya pro-kontra dari

berbagai lapisan masyarakat, terutama MUI dan FPI yang menilai

bahwa film ini merusak aqidah. Padahal pada saat itu, film bertema

religi dan budaya seperti “?” (Tanda Tanya), Ayat-ayat Cinta dan

Laskar Pelangi sedang booming dan berhasil menggeser film berbau sex

komedi.

Dengan mengusung keragaman dan kemajemukan masyarakat

Indonesia, film ini hendak menyampaikan pesan-pesan tertentu. Setiap

pesan tentunya memiliki tujuan tersendiri, maka kandungan atau isi

pesan dalam film ini juga syarat akan makna. Sesuai dengan yang

dikemukakan Fiske (1990) bahwa komunikasi tidak dilihat hanya

sebagai transmisi pesan, melainkan juga pada produksi dan pertukaran

pesan, yaitu dengan memperhatikan bagaimana suatu pesan atau teks

berinteraksi dengan masyarakat yang bertujuan memproduksi makna.

Dalam kata lain, seberapa baik makna tersebut mampu di

interpretasikan oleh masing–masing individu. Karena pada dasarnya

komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna. Jika makna

sudah diperoleh, maka proses komunikasi dapat berlangsung dengan

lancar.

Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk mengungkapkan makna

yang terkandung dalam film ini. Berdasarkan latar belakang yang sudah

dipaparkan, maka dapat ditarik rumusan: apakah makna dibalik simbol

toleransi beragama dalam film “Harmoni dalam “?”. Tujuan yang

hendak dicapai adalah ingin mengetahui makna dibalik simbol dalam

film “Harmoni dalam “?”” tentang toleransi beragama.

KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari

komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, paling

tidak sejak ia dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya.

Pada dasarnya komunikasi adalah proses pernyataan kepada orang lain.

Onong Uchana Effendy dalam Bungin (2001:44) menyatakan bahwa

model komunikasi terdiri dari empat elemen yaitu komunikator, pesan,

medium, komunikan. Agar komunikasi dapat berlangsung secara

efektif, gagasan, ide, maupun opini akan di-encode atau diterjemahkan

Page 5: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

68

menjadi pesan yang dapat dimengerti oleh pihak lain. Meng-encode

berarti merubah suatu makna ke dalam simbol atau kode oleh

komunikator. Penerima yang meng-encode pesan merupakan fase

penerjamahan pesan yang diterima kedalam suatu makna yang

ditafsirkan.

Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan

melalui tatap muka (face to face) ataupun komunikasi secara tidak

langsung yang dapat menggunakan perantara. Komunikasi tidak

langsung lebih sering dikenal dengan komunikasi massa. Komunikasi

massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir seiring

dengan penggunaan alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan

pesan-pesan komunikasi. Berlo dalam Wiryanto (2005) menyatakan

bawa kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih dari

sekedar orang banyak. Massa diartikan sebagai meliputi orang yang

menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada

ujung lain dari saluran.

Massa disini bukan sekedar orang banyak di suatu lokasi yang

sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang

dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh

pesan komunikasi yang sama. Dalam sejarah publisistik, komunikasi

massa dimulai satu setengah abad setelah mesin cetak ditemukan oleh

Johan Gutenberg. Pada dekade sebelum abad 20, alat-alat mekanik yang

menyertai lahirnya komunikasi massa adalah alat-alat percetakan yang

menghasilkan surat kabar, majalah, tabloid, buku, brosur, dan materi

cetakan lainnya. Gejala ini makin meluas pada dasawarsa pertama abad

20, ketika film dan radio mulai digunakan secara luas. Kemudian

disusul televisi pada decade berikutnya. Kini memasuki era

telekomunikasi, komunikasi, dan informasi menggunakan sistem satelit

ruang angkasa, serat optik dan jaringan computer muncul media online.

Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung

melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (jauh),

memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan,

pendengaran) dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera.

Demikian pentingnya penggunaan media, komunikasi massa dapat

diartikan sebagai jenis komunikasi yang menggunakan media massa

untuk pesan-pesan yang disampaikan. Dengan kata lain, komunikasi

massa merupakan proses organisasi media dan menyebarkan pesan-

pesan kepada masyarakat luas dan proses pesan tersebut dicari,

digunakan, dipahami, dan dipengaruhi oleh audiens. Lasswell (1948)

menyusun bagian-bagian sistem komunikasi massa dengan

Page 6: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

69

mengidentifikasi fungsi-fungsi utama media komunikasi, termasuk

pengamatan (surveillance), memberikan informasi tentang lingkungan;

memberikan pilihan untuk memecahkan masalah, atau hubungan

(correlation); dan sosialisasi serta pendidikan yang dikenal dengan

transmisi (transmission).

Oleh karena itu, pokok penting dari komunikasi massa adalah

media itu sendiri. Organisasi media menyebarkan pesan yang

mempengaruhi dan menggambarkan budaya masyarakat, dan media

memberikan informasi kepada audiens yang heterogen, menjadikan

media sebagai bagian dari kekuatan instutusi masyarakat. Media massa

tidak hanya sebagai alat untuk menyebarkan informasi di seluruh

bagian bumi, tetapi juga alat untuk menyusun agenda, serta

memberitahu kita apa yang penting untuk dihadiri. Garbner (1967)

menegaskan bahwa media massa memiliki peranan penting karena

memiliki kemampuan untuk menciptakan masyarakat, menjelaskan

masalah, memberikan informasi, memberikan referensi umum, dan

memindahkan perhatian dan kekuasaan.

Penelitian ini mengkaji makna dalam media massa berupa film

yang dianalisis menggunakan semiotika. Kata semiotika berasal dari

kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Semiotika mempelajari

struktur, jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam penggunaannya

di dalam masyarakat. Semiotika mempelajari relasi diantara komponen-

komponen tanda, serta relasi antar komponen-komponen tersebut

dengan masyarakat penggunanya. Semiotika adalah cabang ilmu yang

berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang

berlaku bagi penggunaan tanda. (Zoest, 1993:1).

Tanda-tanda dalam film yang dianalisis dengan semiotika ini bisa

berupa pergerakan kamera, teknik editing, pencahayaan, ilustrasi

musik, teks naskah dan lainnya. Teknik pengambilan gambar ini

memiliki makna tersendiri dan dapat memberikan efek tertentu dalam

sebuah adegan. Model semiotika Roland Barthes mengembangkan dua

tingkatan pertandaan (staggered systems), yang memungkinkan untuk

dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat

denotasi dan konotasi (Piliang, 2012;309).

Selain itu, Roland Barthes juga melihat makna yang lebih dalam

tingkatnya, tetapi lebih bersifat konvensional, yaitu makna-makna yang

berkaitan dengan mitos. Mitos dalam pemahaman semiotika Barthes,

adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya

arbiter atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap alamiah. Berbagai

Page 7: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

70

pertandaan ini sangat penting dalam penelitian desain, oleh karena ia

dapat digunakan sebagai model dalam membongkar berbagai makna

yang berkaitan secara implisit dengan nilai-nilai ideologi, budaya,

moral, spiritual (Piliang, 2010:353).

METODE

Objek penelitian disini merupakan aspek sinematografis yaitu

tanda-tanda audio visual, maka metode penelitian ini menggunakan

analisis semiotik yang digunakan untuk mengetahui makna yang

terkandung dibaliknya. Analisis semiotika adalah ilmu yang

mempelajari tentang tanda beserta maknanya. Dalam penelitian media

melibatkan penjelajahan: konotasi objek-objek dan fenomena simbolis

serta aksi-aksi dan dialog diantara karakter dalam teks-sehingga makna

disini dimiliki khalayak-dan mencoba makna tersebut untuk lingkup

yang lebih luas seperti sosial, kultural, ideologi dan pokok perhatian

yang lain. Oleh karenanya, metode analisis semiotika Roland Barthes

dipandang mampu membedah sebuah objek lebih mendalam hingga

pada tataran ideologi dan mitos karena pada dasanya Barthes

mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu

tingkat denotasi dan konotasi. Sehingga peneliti lebih leluasa untuk

mengungkap isi teks yang terdapat dalam simbol-simbol yang melekat

dalam film.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

dengan observasi (pengamatan secara mendalam) melalui DVD film

Harmoni dalam Tanda Tanya. Dokumentasi berupa data-data yang

diperoleh dari berbagai sumber baik dari buku teks, berita dari berbagai

media baik cetak maupun online, serta artikel-artikel pendukung juga

dilakukan sebagai bahan pengayaan penelitian ini.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada scene

yang ada dalam DVD, dalam pengambilan sampel, peneliti

menggunakan purposive sampling technique yakni teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu hanya scene-scene tertentu yang

dianggap peneliti telah mewakili tanda-tanda audio dan visual yang

mengacu pada pemaknaan toleransi beragama dalam film. Dalam hal

ini, peneliti akan mengkaji beberapa hal yakni:

1. Aspek perilaku pembentuk tanda yang dilihat dari gesture

individu-individu dalam film ini.

2. Unsur intristik film seperti setting dan penataan music.

3. Aspek visual pembentuk tanda (dalam hal ini, sinematografi)

seperti ukuran pengambilan gambar, gerak kamera dan

Page 8: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

71

pergantian gambar. Arthur Asa Berger (1998) menerangkan

ukuran pengambilan gambar dengan memakai tabel sistem

pertandaan yang digunakan gambar bergerak seperti film

sebagai berikut:

Gerak kamera dan Pergantian Gambar

Penanda

(Pengambilan

Gambar)

Definisi Petanda

Close-up

Medium shot

Long shot

Full shot

Pan down

Pan up

Dolly in

Fade in

Fade out

Cut

Wipe

Hanya wajah

Hampir seluruh tubuh

Setting dan karakter

Seluruh tubuh

Kamera mengarah ke

bawah

Kamera mengarah ke

atas

Kamera bergerak ke

dalam

Gambar terlihat pada

layar kosong

Gambar di layar

menjadi hilang

Pindah dari satu

gambar ke yang lain

Gambar terhapus dari

layar

Keintiman

Hubungan personal

Konteks, scope,

jarak public

Hubungan pribadi

Kekuatan,

kewenangan

Kelemahan,

pengecilan

Observasi, focus

Permulaan

Penutupan

Kebersambungan,

menarik

“Penentuan”

kesimpulan

Teknik-teknik pengambilan gambar dan

maknanya

Ukuran

Pengambilan

gambar

Signifier (Penanda) Signified

(Penanda)

Big Close up

Frame subjek dari dahi

hingga dagu

Emosi, drama,

peristiwa penting

Close up

Frame subjek dari kepala

hingga leher

Keintiman

Page 9: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

72

Medium Close Up

Fame subjek dari kepala

hingga pinggang

Merangsang,

menimblkan

reaksi

Medium shot

Frame subjek dari kepala

hingga pinggang

memperlihatkan latar

belakang

Hubungan

personal dengan

subjek

Knee long shot (3/4

shot)

Frame subjek dari kepala

hingga betis

memperlihatkan latar

belakang

Hubungan social

Full shot

Frame subjek dari kepala

hingga kaki

Hubungan social

Long shot

Frame subjek dari kepala

hingga kaki dengan

memperlihatkan latar

belakang (lokasi secara

jelas)

Konteks, jarak

public

PEMBAHASAN

Scene Perkelahian di Pasar

Visual

Audio Pemuda-pemuda Muslim: “ngopo ndhelok2!

Page 10: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

73

Hendra : “ yo ben to!!”

Pemuda-pemuda Muslim: “Ahh sipittt!!!

Pemuda-pemuda Muslim: ‘ Ngomong opo kowe!

Woo…teroris asuuu!! “njaluk mati kowe! Edhan!

(Brengsek mati lu! Gila!)

Hendra: “cocotmuu!!” (Bacot lu!)

____****______

Ustadz: ono opo iki! (Ada apa ini!)

Pemuda-pemuda Muslim: Dia yang mulai duluan

ustadz

Denotasi Konotasi Mitos

Tiga

pemuda

muslim

berpapas

an

dengan

Hendra

(Ping

Hen)

yang

sedang

jalan

menuju

arah yang

berlawan

an

dengan

posisi

tegap dan

menatap

mereka.

Sempat

terjadi

adu

mulut

Agama mayoritas

memegang dominasi di

masyarakat.

Meski demikian secara

kultur Jawa mereka

senantiasa mematuhi

sosok/tokoh yang

memiliki wibawa dan

dianggap berpengaruh

bagi masyarakat.

Ustad disini menjadi

tokoh yang mampu

melerai percekcokan.

Perkelahian yang

melibatkan dua kelompok

masyarakat hanya mampu

dilerai oleh tokoh

masyarakat yang dianggap

bersih dan baik. Tokoh

masyarakat memiliki

kekuatan untuk meredam

pertikaian yang muncul

antara dua kelompok

masyarakat.

Baik dari Cina identik

dengan tutur kata yang

kasar sementara orang

Islam identik dengan

mudah tersulut emosi.

Page 11: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

74

yang

mengakib

atkan

percekco

kan dan

perkelahi

an.

Sesaat itu

juga,

sang

ustadz

yang

melintas,

melerai

perkelahi

an

tersebut.

Scene Jual Beli di Restoran Tan Kat Sun

Visual

Audio Calon Pembeli: Babi semua yah

Menuk: Nggak kok bu, disini ada ayam juga

Calon Pembeli: Tapi pancinya sama kan? Sama yang

dibuat masak babi

Menuk: Nggak bu, disni panci, penggorengan…

semuanya dipisah bu, nggak jadi satu

Calon Pembeli: Nggak deh disini babi semua

Tan Kat Sun: Nggak apa-apa nuk. Yang lain sudah solat

tuh, kamu solat gih

Page 12: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

75

Denotasi Konotasi Mitos

Pembeli

(muslim)

ragu

karena

restoran

Tan Kat

Sun

menjual

babi

hingga

akhirnya si

pembeli

urung

melanjutka

n niatnya

membeli

makanan

di restoran

tersebut.

Menuk

solat

mengarah

ke tempat

sembahyan

g istri Tan

Kat Sun

Makanan bersih dan halal

menjadi tidak lazim bila

dijual di restoran Cina.

Solat dapat dilakukan

dimana saja asalkan

menghadap kiblat dan

terhalang dari benda yang

dikultus-kan.

Kehalal-an sebuah

makanan menjadi penting

di Indonesia sehingga

mitos yang muncul di

scene ini adalah tidak

mungkin makanan halal

dijual di restoran Cina.

Meskipun makanan halal

dijual, kemungkinan besar

tidak laku dijual.

Solat adalah kewajiban

bagi umat Islam. Maka

sebuah restoran ang

memperkerjakan karyawan

yang islam perlu

memeberikan ruang

ibadah.

Scene Rika membujuk Abi yang sedang marah dan curhat ke

Surya

Visual

Page 13: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

76

Audio Rika: Abi buka dong pintunya

Rika: Abi kenapa sih begini sama ibu

Rika: Jadi kamu belum putusin dia mas?

Mantan Suami Rika: Aku mencintainya seperti aku

mencintaimu

Rika: Aku gak bisa

********************************************

Rika: Aku tuh gak mau kalau Abi tuh punya pikiran

bahwa ibunya tuh salah

Surya: Memangnya seorang ibu gak boleh salah?

Rika: Lha memang aku salah apa tho?

Surya: Mungkin saja kamu sudah dianggap mengkhianati

dua hal yang dianggap baik. Pernikahan dan Allah

Rika: Aku cerai dari mas panji bukan karena aku

mengkhianati kesucian perkawinan. Dan aku pindah

agama bukan karena aku mengkhianati tuhan.

Denotasi Konotasi Mitos

Abi

meluapkan

kemarahanny

a dengan tidak

mau

membuka

pintu untuk

Rika. Rika

pun mencoba

membujuk

Abi untuk

menceritakan

apa yang

terjadi.

Namun Abi

enggan

membukanya.

Dalam scene

ini juga

menampilkan

sisipan

Meski dalam berbangsa

dan beragama seseorang

bebas menentukan pilihan,

namun pindah agama

masih dipandang negaif.

Rika akhirnya sangat

sensitive dan tersudut

terlebih status janda yang

melekat pada dirinya

semakin terasingkan.

Poligami memiliki dampak

yang sangat besar bagi

seorang istri, dapat berakhir

dengan perceraian ataupun

pindah keyakinan. Agama

dan pernikahan adalah

sesuatu yang sakral di

Indonesia. Ketika seseorang

pindah agama ataupun

bercerai, seseorang

dianggap sudah menghapus

kesucian atau kesakralan

ibadah yang selama ini ia

lakukan.

Keputusan seseorang pindah

keyakinan ataupun bercerai

dinilai masyarakat sebagai

kejanggalan dan kesalahan

fatal.

Page 14: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

77

adegan

kekecewaan

Rika terhadap

mantan

suaminya.

Akhirnya

Rika curhat

kepada Surya.

Namun tiba-

tiba Rika

tersinggung

Scene Surya ditawarkan audisi dan konsultasi ke Ustad

Visual

Audio Rika : Ikut aku ke gereja yukk? Jangan negative dulu…

dikit lagi kan paskah… biasanya kan kalo di jumat agung

itu ada pementasan drama… aq udah bilang panitianya trus

nawarin kamu casting.

Surya : Casting jadi penjahat lagi?

Rika : Jangan negative ahhh… bayarannya mahal lho…

Surya : Nggak Mbak ah, takut… takut apa? Apa kata

orang-orang

Rika : Kamu tuh yah seneng banget dengerin orang-

orang… lihat aja aku, aku akhir-akhir ini melakukan hal di

luar batas, gak normal gak wajar, Tapi itu setidaknya jujur

dari hatiku sendiri.

----------------------------------------------------------------------

Ustad : Nggak ada salahnya sih kamu coba Sur?

Surya : Berarti saya masuk gereja tad…?

Ustad : Itu kan hanya fisikmu hanya tubuhmu… meskipun

kamu berada di negeri yang zalim sekalipun asalkan

hatimu… keimananmu hanya untuk Allah SWT… Insya

Page 15: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

78

Allah aku yakin tidak ada apa-apa… Tanya sik hatimu

(tanya pada hatimu)

----------------------------------------------------------------------

Rika : gimana?

Surya : Percaya gak mba? Saya diterima

Rika : Sebagai?

Surya : Peran utama

Rika : Yesus!

Surya : Ssshhhhh

Rika : Kamu gak apa-apa?

Surya : Biasanya selama ini kalau dapat peran kan jadi

penjahat kalo gak figuran. Sekali-kalinya dapat peran jadi

gak ada salahnya saya terima

Rika : Makasih yah

Surya : saya yang makasih, mbak

Denotasi Konotasi Mitos

Rika

menawarkan

Surya untuk

mengikuti

audisi dalam

pementasan

drama di gereja

dalam acara

jumat agung.

Surya yang

awalnya

menolak,

akhirnya

berkonsultasi

dengan ustads.

Setelah

berkonsultasi,

Surya pun

mengikuti

audisi dan

Ber-kesenian tidak terbatas

tergantung dirinya menilai

seni itu sendiri. Meski

demikian hal ini akan

bersinggungan dengan

norma social yang ada

apabila dipandang tidak

sesuai dengan

kebiasaan.Terkait dengan

keimanan kepada Tuhan

Yang Maha Esa adalah

urusan pribadi yang tidak

seorang pun bisa

mengintervensi.

Mitos yang muncul dalam

scene ini seseorang bebas

mengekspresikan sebuah

seni namun dipandang

konyol bila tidak sesuai

nilai-nilai luhur yang sudah

mengakar di masyarakat.

Page 16: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

79

hasilnya, Surya

pun lolos

audisi dan

mendapatkan

peran utama

Scene Soleh berdebat dengan Komandannya

Visual

Audio Komandan Banser: Tegang banget kenapa kamu?

Soleh: Kita sebagai orang islam kok jaga gereja

mas? Kan gak boleh masuk kedalam ?

Komandan Banser: Yang bilang gak boleh siapa?

Soleh: Lho ya haram tho Mas

Komandan Banser: Nggak ada yang haram leh.

Kamu denger gak, rangkaian berita bom gereja

yang dilakukan teroris itu?

Soleh: Dengar

Komandan Banser: Kita sebagai umat Islam

menjadi jelek gara-gara berita itu. Kita sebagai

ormas Islam terbesar menolak pandangan seperti itu

dengan menjaga gereja ini, dan ini jihad

Soleh: Berarti harus siap hadapin bom?

Komandan: Ya iya.. berani gak?

Soleh: iya dan

Komandan: wani ora?

Soleh: Iya berani

Komandan: Ya udah jaga disitu

Page 17: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

80

Denotasi Konotasi Mitos

Soleh

mempertanyakan

tujuan mereka

(Banser) turut

serta menjaga

gereja. Soleh

yang selalu taat

pada agamanya

nampak

canggung saat

menjaga gereja.

Lebih lanjut ia

bertanya dengan

simpulan masuk

gereja itu haram.

Soleh

beranggapan

bahwa masuk

gereja itu haram.

Soleh akhirnya

terlibat diskusi

dengan

komandannya.

Dengan tegas

komandannya

mengatakan

bahwa hal

tersebut

bukanlah sesuatu

yang

diharamkan.

Keterwakilan Banser yang

terlibat dalam penjagaan gereja

merupakan kepatuhan terhadap

ulil amri (pemerintah) demi

mendukung jalannya

kedamaian dankerukunan umat

beragama. Hal ini

menunjukkan umat Islam

menghargai segala bentuk

ibadah umat lain.

Umat Islam

menghargai

ibadah umat lain

dan memerangi

orang yang

bertindak terror.

Meski demikian

aktifitas menjaga

gereja masih

menjadi pro

kontra dalam

masyarakat.

Dalam menganalisis scene-scene yang berhubungan dengan

simbol toleransi beragama peneliti terkesan dengan visual-visual yang

melodramatis. Melodrama yang berarti cerita lakon (sandiwara atau

gambar hidup) yang sangat menggerakkan hati, namun yang

dimaksudkan peneliti disini adalah adanya penekanan makna penting

lewat visualisasi berupa sudut pengambilan gambar serta adegan yang

Page 18: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

81

mencolok, bahkan pengaitan fakta secara tak langsung melalui aspek

visual yang disajikan. Hal ini tersaji dari visual dalam film, sutradara

mengaitkan dengan penokohan yang kontras dari masing-masing

karakter, memiliki agama berbeda namun visual tempat ibadah ataupun

simbol ibadah menjadi latar belakang dalam setiap adegan,

penggambaran umat Islam yang kaku dan hidup dibawah garis

kemiskinan, keangkuhan orang Cina, serta sentimen umat Katolik

terhadap umat lain, juga romantika percintaan dari agama yang berbeda.

Semua itu dikemas dan menjadi sajian menarik dalam film ini. Hal ini

juga menunjukkan bahwa kemiskinan, kekakuan, keangkuhan dan

sentimen merupakan awal terjadinya konflik.

Dalam scene pertama, peneliti menemukan pemuda yang

mengenakan sarung, baju koko dan peci yang menjadi ciri umat Islam

serta kata-kata sipit dan teroris yang merujuk kepada sebuah

penghinaan yang menjadi teka-teki dalam makna konotasi yang sudah

dibahas di atas. Adegan perkelahian pun membuka insinuasi peneliti

bahwa kejadian tersebut dapat juga berlangsung dalam kehidupan

sehari-hari. Adapun makna konotasi yang diperoleh adalah agama

mayoritas (Islam) memegang dominasi di masyarakat. Meski demikian

secara kultur Jawa mereka senantiasa mematuhi sosok/tokoh yang

memiliki wibawa dan dianggap berpengaruh bagi masyarakat.Ustad

disini menjadi tokoh yang mampu melerai percekcokan. Sedangkan

mitosnya adalah perkelahian yang melibatkan dua kelompok

masyarakat hanya mampu dilerai oleh tokoh masyarakat yang dianggap

bersih dan baik. Tokoh masyarakat memiliki kekuatan untuk meredam

pertikaian yang muncul antara dua kelompok masyarakat. Baik dari

Cina identik dengan tutur kata yang kasar sementara orang Islam

identik dengan mudah tersulut emosi.

Sementara dalam scene kedua, peneliti menemukan visual kepala

babi dan ayam dalam sebuah dapur restoran yang merujuk kepada

makanan halal dan haram bagi umat Islam, serta visual Menuk solat

menghadap berhala menjadi teka-teki untuk menganalisis makna

konotasi.Begitu pun adegan saat Menuk bersusah payah meyakinkan

pembeli muslim bahwa restorannya menjual masakan halal menjadi

adegan yang penuh perjuangan.

Adapun makna konotasi yang diperoleh adalah :

1. Makanan bersih dan halal menjadi tidak lazim bila dijual di

restoran Cina. Kalaupun dijual hasilnya akan tidak laku.

2. Solat dapat dilakukan dimana saja asalkan menghadap kiblat

dan terhalang dari benda yang dikultus-kan.

Page 19: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

82

Sedangkan mitos yang ditemukan adalah :

1. Kehalal-an sebuah makanan menjadi penting di Indonesia

sehingga mitos yang muncul di scene ini adalah

ketidakmungkinan makanan halal dijual di restoran Cina.

Meskipun makanan halal dijual, kemungkinan besar tidak laku

dijual.

2. Solat adalah kewajiban bagi umat Islam. Maka sebuah restoran

yang memperkerjakan karyawan yang islam perlu

memeberikan ruang ibadah.

Selanjutnya dalam scene ketiga, peneliti menemukan visual salib

dan kaligrafi “Allah” yang disejajarkan menjadi pertanyaan besar yang

perlu dikaitkan dengan scene sebelum dan sesudahnya. Adegan Rika

yang sedang memangku anak sambil menangis membuat alur cerita

semakin dramatis. Adapun makna konotasi yang diperoleh adalah

walaupun dalam berbangsa dan beragama seseorang bebas menentukan

pilihan, namun pindah agama masih dipandang negatif. Rika akhirnya

sangat sensitive dan tersudut terlebih status janda yang melekat pada

dirinya semakin terasingkan. Sedangkan mitosnya adalah poligami

memiliki dampak yang sangat besar bagi seorang istri, dapat berakhir

dengan perceraian ataupun pindah keyakinan. Agama dan pernikahan

adalah sesuatu yang sakral di Indonesia. Ketika seseorang pindah

agama ataupun bercerai, seseorang dianggap sudah menghapus

kesucian atau kesakralan ibadah yang selama ini ia lakukan. Keputusan

seseorang pindah keyakinan ataupun bercerai dinilai masyarakat

sebagai kejanggalan dan kesalahan fatal.

Begitu pula dalam scene keempat, adegan dimana Surya ditawari

audisi di gereja dengan latar belakang masjid dan scene kelima, dimana

peneliti menemukan visual umat Islam yang menjaga gereja. Visual

yang kontras yang dilakukan oleh film maker (pembuat film). Adapun

makna konotasi dalam scene keempat adalah berkesenian tidak terbatas

tergantung dirinya menilai seni itu sendiri. Meski demikian hal ini akan

bersinggungan dengan norma social yang ada apabila dipandang tidak

sesuai dengan kebiasaan.Terkait dengan keimanan kepada Tuhan Yang

Maha Esa adalah urusan pribadi yang tidak seorang pun bisa

mengintervensi. Sedangkan mitos yang muncul dalam scene ini adalah

seseorang bebas mengekspresikan sebuah seni namun dipandang

konyol bila tidak sesuai nilai-nilai luhur yang sudah mengakar di

masyarakat.

Page 20: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

83

Adapun makna konotasi dalam scene adalah keterwakilan Banser

yang terlibat dalam penjagaan gereja merupakan kepatuhan terhadap

ulil amri (pemerintah) demi mendukung jalannya kedamaian

dankerukunan umat beragama. Hal ini menunjukkan umat Islam

menghargai segala bentuk ibadah umat lain. Sedangkan mitos yang

muncul dalam scene ini adalah umat Islam menghargai ibadah umat lain

dan memerangi orang yang bertindak terror. Meski demikian aktifitas

menjaga gereja masih menjadi pro kontra dalam masyarakat.

Peneliti akhirnya mengidentifikasi adanya pesan dari pembuat

film agar penonton film ini dapat mempelajari dan memahami

pluralisme yang mampu membuka diri dengan budaya, dan nilai dari

masing-masing agama. Berdasarkan subjektifitas pembuat film,

pluralisme adalah solusi demi terjalinnya kerukunan umat beragama di

Indonesia. Oleh karenanya, sosok intelektual agama dalam hal ini tokoh

masyarakat seperti ustad, pendeta memiliki andil besar untuk

menyampaikan pluralisme kepada umatnya.

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa film “Harmoni dalam

tanda tanya” garapan sutradara Hanung Bramantyo tidak terlepas dari

sebuah ideologi dominan yakni pluralisme. Penemuan ini berdasarkan

penelitian proses dua tahap penandaan dan analisis mitos yang

ditemukan dalam film diantaranya:

1. Mitos ustad sebagai pemuka agama yang mampu meredam

terjadinya konflik merupakan contoh sikap terbuka seorang

pemuka agama.

2. Mitos ketidakmungkinan makanan halal dijual di restoran

Cina. Ingin menunjukkan sikap eklusivisme yang kalah dari

seorang pembeli yang tidak bisa terbuka dalam memandang

sesuatu.

3. Mitos kebebasan seni dan berekspresi mengindikasikan

keimanan tidak dapat diintervensi siapapun.

4. Mitos perceraian sebagai dampak seorang suami

berpoligami menjadi pengukuh teks bahwa agama adalah

pilihan.

5. Mitos umat Islam menghargai ibadah umat lain dan

memerangi orang yang bertindak terror dengan penjagaan

gereja.

Page 21: KONSTRUKSI MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DAN …misterhusni.com/wp-content/uploads/2017/10/No.-64-84-Artikel-husni... · Elemen-elemen dalam film seperti adegan, dialog, kejadian, konflik,

Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016

84

Dalam hal ini, sutradara film ingin memberikan penalarannya atas

kerukunan umat beragama dengan sisi pluralisme yang dipandang

sesuai dengan keberagaman agama di Indonesia. Penonton juga diajak

untuk mempelajari pluralisme lebih jauh karena keterkaitan dengan

toleransi yang mendalam. Adapun konflik antar agama terjadi didasari

oleh kemiskinan, kekakuan, keangkuhan dan sentimen yang merusak

kerukunan beragama. Oleh karena itu, masyarakat pluralis dituntut

memiliki intelektualitas yang tinggi terhadap agama, agar mampu

memahami ajaran agamanya dengan baik dan benar serta tidak

menerima begitu saja pemahaman yang sudah ada. sehingga mampu

hidup berdampingan dengan damai. Peran pemimpin agama juga sangat

penting untuk menjalin kerukunan umat beragama.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2001. Imaji Media Massa: Kontruksi dan Makna

Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik.

Yogyakarta:Jendela

Fiske, John.1990. Cultural & Communication Studies. Bandung:

Jalasutra

Piliang, Yasraf Amir. 2012. Semiotika dan Hipersemiotika. Bandung:

Matahari

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk

Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta :

Grasindo

Warsito, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Wurtzel &Acker (1989). Television Production. Singapore: Mc.Graw-

Hill Bokk.

Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat

Multikultural. Yogyakarta: Gavin Kalam Utama

Zoest., V. Aart. 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan

Apa yang Kita Lakukan Dengannya (ed.1). Jakarta: Yayasan

Sumber Agung

Piliang, Yasraf Amir. 2012. Semiotika dan Hipersemiotika; Kode, Gaya

dan Matinya Makna. Jakarta:Serambi