KONSTRUKSI IDENTITAS MUSLIMAH ANGGOTA HIJABERS COMMUNITY BANTEN SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi S.I.Kom Disusun oleh: ESTI MIRA MEI MUNAWAROH NIM. 6662131049 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2019
190
Embed
KONSTRUKSI IDENTITAS MUSLIMAH ANGGOTA HIJABERS …repository.fisip-untirta.ac.id/1322/1/KONSTRUKSI IDENTITAS MUSLIMAH...KONSTRUKSI IDENTITAS MUSLIMAH ANGGOTA HIJABERS COMMUNITY BANTEN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KONSTRUKSI IDENTITAS MUSLIMAH ANGGOTAHIJABERS COMMUNITY BANTEN
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Ilmu Komunikasi S.I.Kom
Disusun oleh:
ESTI MIRA MEI MUNAWAROH
NIM. 6662131049
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
i
ii
iii
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul : “Konstruksi Identitas Muslimah Anggota Hijabers
Community Banten”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk meraih gelar ke Sarjanaan strata (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi
konsentrasi Hubungan Masyarakat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki. Adapun segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan skripsi ini, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan
saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
Cukup banyak kesulitan yang penulis temui dalam penulisan skripsi ini,
Alhamdulilah dapat penulis atasi dan selesaikan dengan baik. Akhir kata penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal
baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Serang, 22 Januari 2019
Penulis
Esti Mira Mei Munawaroh
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL Halaman
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
PRAKATA ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
ABTRAK ........................................................................................................ xi
Esti Mira Mei Munawaroh. NIM. 6662131049. Skripsi. Konstruksi IdentitasMuslimah Anggota Hijabers Community Banten. Pembimbing I: UlivianaRestu H., S.Sos, M.I.Kom dan Pembimbing II: Husnan Nurjuman, S.Ag.,M.Si.
Bentuk jilbab mulai berubah, dulu yang hanya berupa kain besar yangdigunakan untuk menutupi kepala sampai dada, kini jilbab mulai disesuaikandengan fashion yang sedang trend. Jenis mode jilbab yang semakin beragamdengan corak, model dan aksesoris pendukung menjadi daya tarik bagi perempuanmuslim. Mengenakan jilbab bukan sekedar memenuhi kebutuhan fashion, tetapijuga sebagai upaya untuk mengkomunikasikan nilai-nilai dan identitas muslimah.Tujuan penelitian untuk menjelaskan eksternalisasi, objektivasi serta internalisasianggota Hijabers Community Banten menjadi perempuan muslimah yangfashionable. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis penelitiandeskripstif dengan metode studi fenomenologis dan paradigma konstruktivis.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,dokumentasi dan studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan Teori KonstruksiRealitas Sosial dari Peter L. Berger dan Thomas Luckman yang berlangsungdalam tiga tahap yaitu Eksternalisasi, Objektivasi dan Internalisasi. Hasil daripenelitian ini yaitu adanya proses penyesuaian diri terhadap keputusan memakaihijab adalah kesadaran diri sendiri serta pengaruh dari lingkungan sekitar. Adanyapemahaman bersama anggota komite menutup aurat sebagai kewajiban dan hijabfashionable sebagai bagian dari dakwah serta identitas muslimah modern danfleksibel. Hingga akhinya anggota komite menggunakan hijab modern danfleksibel serta bentuk kepatuhan dan ketaatannya dalam menjalankan perintahagama.
Kata Kunci : Community Banten Hijabers, Identitas Muslimah, TeoriKonstruksi Realitas Sosial.
xii
ABSTRACT
Esti Mira Mei Munawaroh. NIM. 6662131049. Thesis. Construction ofMembers on Muslimah Identity in Hijabers Community Banten. The fistguidance: Uliviana Restu H., S.Sos, M.I.Kom and The second guidance:Husnan Nurjuman, S.Ag., M.Si.
The shape of the hijab began to change, first only in the form of largecloth which is used to cover the head to chest, now the hijab starts to be adjustedto the trendy fashion.The type of hijab fashion that is increasingly diverse withpatterns, models and supporting accessories is an attraction for Muslimwomen.Wearing the hijab not only meet the needs of fashion, but also as an effortto communicate the values of the identity of Muslim women.The purpose of thestudy was to explain the externalization, objectivation and internalization ofHijabers Community Banten members into a fashionable Muslim woman.Thisstudy used a qualitative approach to the type of research descriptivephenomenological study method and the constructivist paradigm.Data collectiontechniques used were interviews, observation, documentation and literaturestudy.This studyuses the construction theory of social reality from Peter L. Bergerand Thomas Luckman which takes place in three stages, namely externalization,objectivation and internalization.The results of this study are the process ofadjustment to the decision to wear a hijab is self-awareness and the influence ofthe surrounding environment.The existence of a common understanding ofcommittee members close the genitals as a liability and fashionable hijab as partof the da'wa and modern Muslim identity and flexible.Until finally the committeemembers used modern and flexible hijab and as a form of obedience andobedience in carrying out religious orders.
Keywords: Community Banten Hijabers, Muslimah Identity, Theory ofConstruction of Social Reality.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman saat ini semakin pesat, salah satunya yaitu dunia
fashion muslim antara lain dari mulai pakaian sampai jilbab bahkan semakin hari
ada saja model busana muslim yang beragam dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat muslim yang ada di Negara Indonesia hingga Negara-negara lainnya.
Selain model yang semakin berkembang, perkembangan mode dalam sebuah
penggunaannya pun semakin lama semakin tidak terkontrol lagi, salah satunya
adalah penggunaan jilbab.
Jilbab adalah busana muslim terusan panjang yang menutupi seluruh
badan kecuali wajah, tangan dan juga kaki, yang biasanya dipakai oleh wanita
muslim (muslimah). Menurut KBBI dalam kosakata Bahasa Indonesia (2005),1
jilbab adalah kerudung lebar yang dipakai perempuan muslim untuk menutupi
kepala dan leher sampai ke dada. Perintah untuk berhijab awalnya hanya
dibebankan untuk istri-istri Nabi, kemudian meluas ke seluruh wanita muslim.
Penggunaannya juga menandai masa transisi dari anak-anak menuju pubertas dan
masa perawan menuju pernikahan.2
1Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. EdisiKetiga. Jakarta. Balai Pustaka. hlm. 7512Ibid.,
2
Kewajiban muslimah memakai jilbab diperlihatkan dalam Surat al-Ahzab
ayat 59 yang menyatakan bahwa:
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak perempuanmu, danisteri-isteri orang beriman, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka tidak diganggu.Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Hal tersebut diperjelas lagi dalam Surat An-Nur ayat 31 yang menyatakan
bahwa :
… Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya…3
Di Indonesia, trend busana semakin mengalami perkembangan yang cukup
pesat banyak sekali kita jumpai beragam model jilbab sekarang ini, dari yang
panjang hingga lutut, sedada atau bahkan cuma sampai leher dengan beragam
warna dan motif yang cukup menarik. Sejak tahun 1990-an, sudah ada
pertambahan yang jelas pada praktik pemakaian jilbab, hingga jilbab menjadi
unsur identitas Islam yang sah dan bahkan lebih disukai.4 Istilah jilbababer
(pemakai jilbab) populer dan menjadi trend tersendiri, banyak perempuan muslim
yang kemudian mengenakan jilbab. Pemakaian jilbab dapat dilihat di antara
perempuan-perempuan muda, perkotaan, terdidik, kelas menengah di pulau Jawa
daripada para perempuan Muslim yang lebih tua, yang mungkin masih hanya
memakai kerudung.5
3Abu Iqbal al Mahali, 2006. Muslimah Modern dalam Bingka Al Qur’an dan Al-Hadith.Yogyakarta: Mitra Pustaka. Hal 1724 Eve Warburton. Private Choice or Public Obligation? Institutional and Sosial Regimes ofVeiling in Contemporary Indonesia. Honor thesis. Universitas of Sydney. 2006. Hal. 22.5 Rachmah Ida, Muslim Women and Contemporary Veling in Indonesia Sinetron. Dalam IndonesiaIslam in a New Era. How Women Negotiate Their Muslim Identities. Susan Blackburn et al. (eds),Clayton, Australia : MonasUniversity Press, 2008, hal. 47.
3
Jilbab gaul adalah kategori terbaru dari jilbab, yang mulai menjadi populer
di sekitar tahun 2000.6 Jilbab gaul dipahami sebagai sebuah jilbab yang stylish
dan fashionable. Jilbab ini memang lebih pendek, terbuat dari aneka macam kain
berwarna dengan desain yang bervariasi dan bahkan dengan sulaman. Jilbab ini
biasanya dipadukan dengan pakaian modern sehingga mampu mempertinggi
penampilan atau gaya seorang perempuan.7 Jilbab seperti inilah yang pada
kenyataannya lebih banyak diminati oleh para perempuan muslim, terutama anak
mudanya.
Mengawali perkembangan trend jilbab di Indonesia, banyak selebriti
wanita Indonesia yang sebelumnya tidak mengenakan jilbab, sekarang menjadi
sosok idola baru yang memiliki ciri khas tersendiri dalam berjilbab. Para selebriti
nampak lebih cantik dengan penampilan barunya dengan mengenakan jilbab
modern. Jilbab fashion telah menjadikan peluang besar bagi para selebriti yang
mulai terjun ke dunia usaha jilbab fashion, dengan menjualnya melalui online
Store, membuka gerai di mall atau membuka butik sendiri. Saat ini, memang
sudah banyak selebriti Indonesia yang mulai menekuni bisnis jilbab fashion,
karena dianggap selain untuk berdakwah mereka juga mendapatkan banyak
keuntungan dengan hasil penjualan produk jilbabnya.
6Nef-Saluz, Islamic Pop culture in Indonesia. Hal. 24-25. Lih. Eka Rubiyanti. Tampil Modisdengan Berjilbab Sebuah Tren Mode Masa Kini di Yogyakarta. Yogyakarta: Skripsi SarjanaAntropologi Ilmu Budaya. UGM.2004. hal 55.7Nef-Saluz, Islamic Pop culture in Indonesian An Antropoloy field study on veiling practicesamong students of Gadjah Mada University of Yogyakarta. Arbeitsblatt 41, Institute fursocialanthropopogie, Universtat Bern, 2007, 12-23,http://www.anthro.unibe,ch/unibe/philhist/anthro/content/el765/e502410/e502495/ab41_ger.pdfdiunduh pada tanggal 16 Nov 2017
4
Di Indonesia ada beberapa selebriti yang memiliki brand jilbab sendiri
seperti artis Zaskia Sungkar, Zaskia Adya Mecca dan Dian Pelangi. Mereka
adalah para selebriti yang menggeluti usaha jilbab fashion dengan membuat
beberapa inovasi barumengenai hijab. Sehingga tren jilbab fashion ini semakin
berkembang setiap tahunnya dengan inovasi baru dan berkualitas.
Artis cantik Zaskia Sungkar kakak dari artis Shiren Sungkar ini melejit
namanya sebagai aktris dan penyanyi. Tapi ternyata bakatnya tidak cuma itu,
Zaskia yang suka merancang busana bergaya simple dan chic ini merilis brand HF
by Zaskia Sungkar. Zaskia juga sudah mulai membuka outletnya di berbagai kota
di Indonesia. Rancangan busana Zaskia tersebut menunjukkan karakter sebagai
wanita yang lebih percaya diri, lebih sukses, lebih dipandang menarik di kalangan
masyarakat, tidak berlebihan namun tidak tertutup akan masukan atau hal baru.
Zaskia Addya Mecca juga merupakan Artis cantik yang memiliki selera
fashion hijab yang simple dan sangat menarik. Di tengah kesibukan sebagai ibu
muda, Zaskia menikmati perannya sebagai seorang perancang busana juga.
Brand-nya, Meccanism, membuat busana muslim senyaman mungkin tanpa
sentuhan glamor. Karakater rancangan busananya menunjukkan sebagai wanita
berkepribadian yang anggun.
Dian Pelangi adalah desainer muda Indonesia, Dian lahir di Palembang, 14
Januari 1991, lulus dari SMKN 1 Pekalongan jurusan Tata Busana pada usia 16
tahun. Lanjut kuliah di ESMOD jurusan Patern making and fashion design dan
lulus pada usia 17 tahun. Dian menyukai kain-kain khas Palembang karena
5
tekniknya yang unik dan warna-warnanya yang cerah dan memilih menekuni
busana muslim karena masih jarangnya busana muslim kontemporer. Busananya
yang identik dengan warna warna yang cerah menunjukkan karakter sebagai
wanita yang berani, kuat, maskulinitas dan kegembiraan.
Dian Pelangi adalah salah satu pendiri komunitas Hijabers Community.
Hijabers Community Indonesia ini sendiri berdiri pada tanggal 27 November 2010
di Jakarta oleh 30 wanita yang terdiri dari berbagai profesi. Tujuan dari
pembentukan komunitas ini adalah suatu wadah bagi perempuan muslim untuk
saling berinteraksi dan berupaya bergerak di jalur Islam khususnya mengenai
jilbab. Komunitas Hijabers Community inilah yang lebih sering menggunakan
kata hijab sebagai pengganti jilbab. Istilah hijabers pertama kali dipopulerkan oleh
Dian Pelangi, untuk itulah penamaan beberapa acara yang erat kaitannya dengan
jilbab, selalu digantikan dengan hijab. Hijab yang mereka gunakan adalah hijab
yang modern dan akhirnya menjad trend tersendiri di kalangan masyarakat.
Dalam perkembangannya, kelompok atau komunitas Hijabers ini meluas
hingga beberapa kota di luar Jakarta, yakniMedan, Padang, Lampung, Banten,
Bogor, Bandung, Jogja dan Pontianak. Salah satu cabangnya yaitu di Banten,
Beauty Hijabers of Banten (BHB) adalah nama komunitas hijabers sebelum
bergabung dan menjadi cabang resmi Hijabers Community. Setelah bergabung,
nama komunitas BHB mengubahnamanya menjadi Hijabers Community Banten,
atau yang disingkat sebagai HCB. HCB diresmikan di Banten pada tanggal 15
Mei 2016. Jumlah anggotanya sekitar 100 orang, akan tetapi anggota yang masih
aktif sekitar 50 orang dan anggota yang paling aktif yaitu sekitar 20 orang.
6
Aturan yang digunakan dalam komunitas HCB pun mengacu pada aturan
komunitas pusat, seperti visi dan misi, kegiatan, prosedur pendaftaran anggota,
pemilihan pengurus, serta jargon yang digunakan. Menurut Siti Humaeroh wakil
Ketua HCB, yaitu:
“Bukan sekedar bergaya dengan busana muslim modern yang semakinmodis dan trend. Kita ingin sebisa mungkin melakukan hal yang menjadianjuran Rasul. Kendati kebanyakan anggota kita menggunakan hijab yangStylish, namun bukan berarti kita melupakan penggunaan jilbab yangsesuai dengan syariat. Kita tetap memperhatikan penggunaan jilbab yangsesuai dengan tuntunan Al-Qura’an dan Hadits. Karena fungsi utamapakaian dan jilbab adalah untuk menutup aurat, sedangkan soal stylishatau mode, itu adalah kiat kita agar bisa tetap merasa nyaman dancantik.”8
Menurut Ibrahim (2007) melihat ada kekayaan semiotik fashion
muslim(ah) dengan melihat dari cara, gaya dan corak serta aksesoris pakaiannya.
“… Bagi muslim dalam Indonesia kontemporer, pakaian tidak hanyamenjadi pernyataan identitas religius keIslaman seseorang, pakaianjugaadalah bagian penting dari ungkapan kemodernan sikap dan gayahidupsebagai muslim yang trendi dan selalu mengikuti perkembanganfashion.(…) Fashion dipandang menawarkan model dan materiuntukmengonstruksi identitas.”9
Menurut Ibrahim, dalam perkembangan muslim modern, busana yang
dikenakan mampu menafsirkan banyak makna seperti identitas, selera,
pendapatan, dan religiusitas pemakainya. Dengan kata lain sesuatu hal yang
terjadi dari segi berpakaian, berbicara, dan bergaya yang dilakukan baik individu
8Wawancara dengan Informan Kunci : Siti Humaeroh. 30/04/2017.9 Ibrahim, Idi Subandy, (2007). Budaya Populer Sebagai Komunikasi (Dinamika Popscape danMediascape di Indonesia Kontemporer). Yogyakarta: Jalasutra
7
atau kelompok akan membentuk suatu identitas sosial ataupun identitas diri,
terlepas apakah identitas tersebut sifatnya positif atau negatif.10
Gambar 1.1 Gambar 1.2
Jilbab Dulu Kain Besar Jilbab Sekarang Modis
Pakaian perempuan berjilbab yang dibawa oleh hijabers dan dipopulerkan
oleh media massa tentunya memberikan pergeseran makna akan bagaimana gaya
busana muslimah atau perempuan berjilbab dahulu dan kini. Bentuk jilbab mulai
berubah, dulu yang hanya berupa kain besar yang digunakan untuk menutupi
kepala sampai dada, kini jilbab mulai disesuaikan dengan fashion yang sedang
trend. Jenis mode jilbab yang semakin beragam dengan corak, model dan
aksesoris pendukung menjadi daya tarik tersendiri bagi perempuan muslimah.
Gaya memakai jilbab menjadi lebih variatif, memakai jilbab tidak lagi hanya
sekedar menggunakan kain panjang yang menutupi sebagian atau seluruh tubuh.
Oleh karena itu, mengenakan jilbab dalam konteks ini bukan sekedar memenuhi
kebutuhan fashion, akan tetapi juga sebagai upaya untuk mengkomunikasikan
nilai-nilai dan identitas Muslimah.
10 Ibid
8
Maka tujuan dari Hijabers Community Banten adalah mengubah
konstruksi citra masyarakat terhadap muslimah jilbab yang dilatarbelakangi oleh
kondisi para muslimah berjilbab di Indonesia yang mana sebagai Negara yang
penduduknya mayoritas beragama Islam namun ternyata muslimah berjilbab
masih dipandang sebelah mata. Muslimah berjilbab dianggap kuno, tidak gaul,
dan tidak bisa gaya. Selain itu juga adanya pandangan bahwa bila menggunakan
jilbab maka akan sulit mencari pekerjaan. Hal tersebut membuat para muslimah,
terutama muslimah muda ragu untuk menggunakan jilbab karena khawatir sulit
untuk mendapatkan pekerjaan. Konstruksi citra mengenai jilbab yang ada dalam
masyarakat tersebut membuat para muslimah muda berpikir kembali untuk
menggunakan jilbab. Oleh karena itu banyak muslimah memutuskan untuk
menggunakan jilbab disaat sudah menikah atau disaat usia mereka sudah tua.
Sehingga dalam penelitian ini, penulis ingin melihat bagaimana konstruksi
realitas anggota Hijabers Community Banten mengonstruksikan penggunaan
busana muslimah yang modern melalui interaksi sosial yang dilakukan dengan
sesama anggota hijabers dan membangun realitas mereka sebagai anggota
Hijabers Community Banten.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaiamana Konstruksi Identitas Muslimah Anggota
Hijabers Comunnity Banten”.
9
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka dapat diidentifikasikan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana proses eksternalisasi anggota Hijabers Community Banten
menjadi perempuan muslimah yang fashionable?
2. Bagaimana objektivasi anggota Hijabers Community Bantenmenjadi
perempuan muslimah yang fashionable?
3. Bagaimana proses internalisasi perempuan muslimah yang fashionable
pada anggota Hijabers Community Banten?
D. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan eksternalisasi anggota Hijabers Community Banten
menjadi perempuan muslimah yang fashionable.
2. Menjelaskan objektivasi anggota Hijabers Community Banten menjadi
perempuan muslimahfashionable.
3. Menjelaskan internalisasi perempuan muslimah yang fashionable pada
anggota Hijabers Community Banten.
10
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan dapat berguna bagi semua pihak terutama bagi
pihak yang memiliki kepentingan langsung terhadap permasalahan yang dikaji.
Adapun hasilnya dapat bermanfaat dan berguna sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif terhadap kajian Ilmu Komunikasi khususnya komunikasi
sosial yaitu mengenai konstruksi realitas sosial. Di samping itu, penelitian
ini juga diharapkan dapat melengkapi penelitian sejenis yang terdahulu,
sekaligus dapat membuka jalan bagi berbagai penelitian lanjutan yang
secara khusus memberikan penjelasan mengenai konstruksi realitas sosial.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menggali sisi lain
dari kelompok muslim di Banten yang berlatarbelakang mengenai trend
hijab, dimana mengambarkan gaya hidup yang modern namun tetap Islami
dan menggambarkan sisi lain dari jilbab yang kini telah menjadi bagian
dari fashion. Serta diharapkan dapat melatih kepekaan pemikiran
mahasiswa khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap masalah-
masalah sosial yang berkembang di masyarakat.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Ilmu Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar di dalam
kehidupan manusia, dimana komunikasi telah menjadi bagian dari fenomena bagi
terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas tertentu yang terintegrasi oleh
informasi, dan masing-masing dari individu tersebut saling berbagi informasi
untuk mencapai tujuan bersama. Kata komunikasi atau communication dalam
bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang artinya kebersamaan atau
membuat sama atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Komunikasi juga berasal dari bahasa latin communico yang artinya membagi.11
Menurut Moor(1993) komunikasi didefinisikan sebagai penyampaian
pengertian antara individu. Dimana manusia dilandasi kapasitas untuk
menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan dan pengalaman dari orang
satu kepada orang yang lain. Komunikasi merupakan pusat minat dan situasi
prilaku di mana suatu sumber menyampaikan pesan kepada seseorang penerima
dengan berupaya mempengaruhi atau membentuk perilaku penerima pesan
tersebut.12.
11 Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada. hlm.1812 Rohim, H. Syaiful. 2009. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Hlm 8.
12
Definisi komunikasi dikembangkan lagi oleh Rogers bersama D. Lawrence
Kincaid (1981) yang menyatakan bahwa:
“Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebihmembentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu samalainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yangmendalam”.13
Definisi komunikasi dapat diartikan dalam lingkup yang sempit ataupun
secara luas, tergantung dari kondisi dan fenomena yang dapat mendifinisikan
proses komunikasi tersebut. Untuk itu John R. Wenburg dan William W. Wilmot
juga Kenneth K. Sereno dan Erinward M. Bodaken mengemukakan setidaknya
tiga pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu
arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi.14
Dari definisi-definisi komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan proses di mana individu dalam melakukan interaksi dan
hubungan dengan orang lain, kelompok, organisasi atau masyarakat merespon dan
menciptakan pesan untuk berhubungan dengan lingkungan dan orang lain.
Komunikasi juga merupakan proses pertukaran informasi dan pesan, yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikannya dan akan mendapatkan efek
atau dampak secara langsung maupun tidak langsung, dan saling mendapatkan
pengertian yang sama akan sesuatu hal. Oleh karena itu, jika manusia berada
dalam suatu situasi berkomunikasi, maka manusia-manusia yang terlibat di
dalamnya memilki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan gaya,
bahasa atau kesamaan simbol-simbol dalam berkomunikasi.
13 Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hlm2014 Ibid. hlm 9
13
B. Pengertian Komunikasi Kelompok
Kelompok merupakan kumpulan orang-orang yang berinteraksi bersama
untuk membagi nilai, norma, dan harapan tentang kebersamaan jangka panjang
diantara mereka. Kelompok adalah pengembangan struktur relasi internal di
antara para anggota melalui pertukaran dan pengembangan nilai, norma, status
dan peranan yang struktur internalnya bisa formal maupun infomal, bisa kaku
sampai luwes, dan bisa statis sampai dinamis. Kelompok adalah kumpulan orang-
orang yang bersatu karena mempunyai identitas yang sama, yang terkait karena
mempunyai perasaan dan kepentingan yang sama, sekaligus membedakan
karaktersitik mereka dengan orang-orang lain yang ada dalam masyarakat tempat
mereka tinggal.
Kelompok terbentuk karena adanya sejumlah orang yang bekerjasama
dengan kesamaan tujuan, yang cenderung memiliki karaktersitik sama, sehingga
mereka bisa berpartisipasi satu sama lain (Cartwright dan Zander).15 Komunikasi
merupakan dasar semua interaksi manusia dan untuk semua fungsi kelompok.
Setiap kelompok harus menerima dan menggunakan informasi dan proses terjadi
melalui komunikasi. Eksistensi kelompok tergantung pada komunikasi, pada
pertukaran informasi dan meneruskan (transmitting ) arti komunikasi.
Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan
kelompok kecil tersebut (small group communication). Komunikasi kelompok
dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu
15 Alo Liliweri. Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Askara. 2014. Hal 19-20
14
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi
kelompok. Hampir sama dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya seperti
komunikasi organisasi, massa, intrapersonal dan interpersonal. Komunikasi
kelompok juga memilki unsur-unsur komunikasi seperti komunikator, komunikan,
pesan, media dan hambatan (noise) dalam melaksanakan proses komunikasinya.
Bedanya hanya konteks yang terjadi yaitu pada lingkup kelompok formal.
Kelompok juga memiliki tujuan-tujuan yang diperjuangkan bersama,
sehingga kehadiran setiap orang dalam kelompok diikuti dengan tujuan-tujuan
pribadinya. Dengan demikian, kelompok memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan
masing-masing pribadi dalam kelompok dan tujuan kelompok itu sendiri. Setiap
tujuan individu harus sejalan dengan tujuan kelompok, sedangkan tujuan
kelompok harus memberi kepastian kepada tercapainya tujuan-tujuan individu.
Sebuah kelompok akan bertahan lama apabila dapat memberi kepastian bahwa
tujuan individu dapat di capai melalui kelompok, sebaliknya individu setiap saat
dapat meninggalkan kelompok apabila ia menggap kelompok tidak memberi
kontribusi bagi tujuan pribadinya. Ada empat elemen kelompok yang
dikemukakan oleh Adler dan Rodman, yaitu :
a. Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting,
karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara
kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah
sekumpulan orang yang secara serentak terikat dalam aktivitas yang
sama namun tanpa komunikasi satu sama lain.
15
b. Sekumpulan orang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat, tidak
dapat digolongkan sebagai kelompok.
c. Ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok, tidak ada
ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok.
Tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu
kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut
dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.16
C. Pengertian Komunitas
Komunitas merupakan salah satu contoh bentuk dari kelompok nonformal
di dalam lingkup komunikasi kelompok. Komunitas Hijabers Banten dalam
penelitian ini juga dapat diklasifikasikan sebagai kelompok nonformal dan masih
tergolong kelompok kecil. Dalam sosiologi, pengertian komunitas selalu dikaitkan
dan digunakan silih berganti dengan pengertian sebuah kelompok organisasi,
meskipun komunitas sendiri merupakan salah satu bentuk kelompok di dalam
masyarakat.
Christenson dan Robinson dalam Liliweri menuliskan beberapa makna
komunitas sebagai berikut:
a. Komunitas merupakan suatu masyarakat yang dihasilkan oleh relasi
emosional antarpersonal timbal balik dan mutual demi pertukaran
16 Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013. Hal.271-272
16
kebutuhan bersama. Relasi emosional antarpersonal yang dimaksud itu
bersifat satu arah bahkan dua arah.
b. Komunitas bukan semata mata kumpulan individu, tetapi komunitas
merupakan superorganisme yang mempunyai kebudayaan tersendiri yang
berbeda dengan kebudayaan masyarakat umum. Komunitas terbentuk
karena adanya interaksi antara manusia yang mempelajari segala sesuatu
karena keanggotaan mereka dalam perkumpulan orang-orang tersebut.
c. Komunitas di dalam suatu masyarakat tidak terbentuk dengan sendirinya,
tetapi terbentuk secara sosial melalui proses sosialisasi dan internalisasi.17
Komunitas memiliki beragam definisi sesuai konteks dan kondisi
“subjek”, namun secara garis besar komunitas merupakan salah satu tipe khusus
dari sistem sosial yang memiliki karakteristik, yakni:
a. Sejumlah orang yang terlibat dalam suatu sistem sosial karena memiliki
perasaan kebersamaan, mengakui relasi sosial yang berbasis emosional
diantara mereka, serta memiliki arena kepedulian terhadap sesuatu hal
yang sama.
b. Sistem sosial yang relatif kecil yang terbentuk oleh ikatan perasaan
bersama dari para anggotanya demi tercapainya suatu cita-cita dan harapan
jangka panjang.
c. Sekumpulan orang-orang yang menjalankan aktivitas kehidupan
kebersamaan mereka berdasarkan asas kerja sama secara sukarela, namun
muda memilih nilai dan orang tempat yang memberikan loyalitasnya, bukan
sekedar mengikuti pilihan orangtuanya. Orang yang sedang mencari identitasnya
adalah orang yang ingin menentukan siapakah atau apakah yang dia inginkan pada
masa mendatang.47
Perkembangan identitas diri menjadi hal yang penting karena adanya
kesadaran atas interaksi beberapa perubahan signifikan secara biologis, kogniti,
dan sosial. Bertambahnya kepastian, intelektual menyediakan berbagai cara
pandang baru bagi remaja dalam memandang perubahan diri, orang lain, dan
lingkungan sekitarnya. Perubahan cara pandang ini juga termasuk penilaian
terhadap berbagai masalah, nilai-nilai, aturan dan pilihan yang ditawarkan
padanya. Interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas memungkin orang
untuk memainkan peran dan situasi baru dalam masyarakat. 48
J. Faktor Pembentuk Identitas Diri
Pembentukan identitas diri merupakan proses yang panjang, kompleks,
dan sifatnya berlanjut dari masa lalu, sekarang dan yang akan datang dari
kehidupan individu, selanjutnya hal ini akan membentuk kerangka berfikir untuk
mengorganisasikan dan mengintegrasikan perilaku dalam berbagai ranah
kehidupan. Ada beberapa faktoryang mempengaruhi pembentukan identitas
menurut Soetjiningsih yakni Lingkungan sosialyang meliputi :
47E. H. Erikson. 1968. Identity, Youth and Criss. New York: Norton. Hlm. 5648Laurence Steinberg. 2002. Adolescence. New York: The McGraw-Hill. Companies. Inc. Hlm257
42
1.Reference Group
Lingkungan sosial merupakan tempat dimana seorang remaja tumbuh dan
berkembang, seperti keluarga, tetangga yang merupakan lingkungan masa
kecil, dan juga kelompok-kelompok yang terbentuk ketika memasuki usia
remaja atau yang disebut dengan refenrence group. Kelompok-kelompok
tersebut yang merupakan tempat seorang remaja memperoleh nilai-nilai dan
peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya sendiri. Nilai-nilai yang ada
dalam kelompok dan nilai-nilai yang ada pada diri seorang remajalah yang
selanjutnya akan menjadi pertimbangan-pertimbangan apakah nilai-nilai
dalam kelompok tersebut dapat diterima atau tidak.49
2.Significant Other
Significant other merupakan seseorang yang sangat berarti, seperti
sahabat, guru, kakak, bintang olahraga, atau bintang film, bintang film, atau
siapapun yang dikagumi. Orang-orang tersebut menjadi tokoh idola bagi
remaja karena mempunyai nilai-nilai ideal bagi remaja dan mempunyai
pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan identitas diri. tokoh tersebut
yang akhirnya menjadi model bagi para remaja sehingga mereka
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut ke dalam diri mereka yang tercermin
kedalam perilaku mereka sehari-hari.50 Sedangkan menurut Marcia terdapat
49Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Jakarta:Sagung Seto. Hlm 4850Ibid. Hlm 49
43
beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan identitas diri
remaja, yaitu :
a. Tingkat identifikasi dengan orang tua sebelum dan selama masa remaja.
b.Gaya pengasuhan orang tua
c. Adanya figur yang menjadi model
d.Harapan sosial tentang pilihan identitas yang terdapat dalam keluarga,
sekolah dan teman sebaya
e. Tingkat keterbukaan individu terhadapberbagaialternatif identitas
f. Tingkat kepribadian pada masa pra-adolescence yang memberikan sebuah
landasan yang cocok untuk mengatasi identitas.51
Remaja membentuk identitasnya dengan menggabungkan identifikasi
sebelumnya menjadi struktur psikologis baru, lebih besar dari jumlah bagian-
bagian yang.52 Identitas diri merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri
seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah dirinya
sebenarnya dan bagaimanakah peranannya dalam kehidupan nanti.
K. Jilbab
Jilbab adalah kain yang dipakai oleh wanita di atas khiamnya, bukan
menutup di atas wajahnya. Bahkan, syaikh At-Tuwaijiri sendiri mengutip
penafsiran ini darai Ibnu Mas’ud dan ulama salaf lainnya.53 Wanita muslimah
51Marcia, James. 1966. Development And Validation Of Ego Identity Status. Journal Of PersonalityAn Social Psychology. Vol.352Papalia, dkk. 2009. Human Development. Jakarta:Salemba Humanika. Hlm 6653Al-Abani, Muhammad Nashiruddin. 2002. Jilbab Wanita Muslimah (edisi Indonesia).Yogyakarta: Media Hidayah. Hlm 12-13
44
mengenakan jilbab yang sesuai dengan ketentuan syariat saat keluar dari rumah,
yaitu pakaian islami, yang batasan-batasannya sudah ditentukan nash dalam kitab
Allah dan sunnah Rasul-Nya.54 Menurut Ibnu dalam buku Al Albani, jilbab yang
diperintahkan untuk dipakai oleh (wanita), dalam bahasa Arab, adalah yang
menutup seluruh tubuh, bukan yang hanya menutup sebagian dan menurut Al
Baghawi di dalam kitab Tafsir-nya mengatakan,
“jilbab adalah pakaian yang dikenakan oleh kaum wanita merangkapikhimar dan pakaian yang biasa dikenakan di rumah”.55
Dari pengertian diatas tentang jilbab, jelas bahwa jilbab merupakan
pakaian wajib bagi setiap muslimah (wanita yang beragama Islam). Namun di
realitas yang ada tidak semua wanita Islam memakai jilbab, bahkan jilbab dipakai
hanya pada acara tertentu saja dan tidak dipakai sehari-hari pada waktu di luar
rumah maupu saat bertemu dengan yang bukan mahramnya. Seorang wanita bila
keluar dari rumahnya wajib menutup seluruh tubuhnya dan tidak boleh
menampakkan sedikit pun perhiasannya, kecuali wajah dan kedua telapak
tangannya, bila dia ingin menampakkannya dengan jenis pakaian apa pun asal
terpenuhi syarat-syaratnya. Syarat-syarat jilbab adalah sebagai berikut:
1. Menutup seluruh tubuh, selain bagian yang dikecualikan.
2. Bukan untuk berhias.
3. Tebal, tidak tipis.
4. Longgar, tidak ketat.
54Ali Al-Hasyimi, Muhammad. 1997. Jatidiri Wanita Muslimah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Hlm59.55Al-Abani, Muhammad Nashiruddin. 2002. Jilbab Wanita Muslimah (edisi Indonesia).Yogyakarta: Media Hidayah. Hlm 48
45
5. Tidak diberi wangi-wangian.
6. Tidak menyerupai laki-laki.
7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
8. Bukan pakaian untuk kemasyhuran.56
L. Perempuan Muslim
Perempuan merupakan makhluk lemah lembut dan penuh kasih sayang
karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan yaitu keindahan,
kelembutan serta rendah hati dan memelihara. Demikianlah gambaran perempuan
yang sering terdengar di sekitar kita. Perbedaan secara anatomis dan fisiologis
menyebabkan pula perbedaan pada tingkah lakunya, dan timbul juga perbedaan
dalam hal kemampuan, selektif terhadap kegiatan-kegiatan intensional
yangbertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan. Adapun pengertian
Perempuan sendiri secara etimologis berasal dari kata empu yang berarti “tuan”,
orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang paling besar.57 Namun dalam
bukunya Zaitunah Subhan58 “perempuan berasal dari kata empu yang artinya
dihargai”.
Menurut Al-Quran dan Sunnah,setidaknya sepuluh karakter yang harus
dimiliki pribadi muslimah, antara lain:
a. Perempuan muslimah harus memiliki akidah yang bersih.
56Al-Abani, Muhammad Nashiruddin. 2002. Jilbab Wanita Muslimah (edisi Indonesia).Yogyakarta: Media Hidayah. Hlm 4557Herman Saksono, Pusat Studi wanita (http/www.yoho.com). diakses 4 November 2017.58Zaitunah Subhan. 2004.Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos.Yogyakarta: PustakaPesantren.hal 1.
46
b. Melakukan ibadah dengan benar.
c. Memiliki akhlak yang mulia.
d. Memiliki kekuatan fisik.
e. Cerdas dalam berpikir.
f. Seorang muslimah tidak mengikuti hawa nafsu.
g. Muslimah harus pandai menjaga waktu.
h. Profesional.
i. Mandiri.
j. Bermanfaat bagi orang lain.59
M. Fashion Muslim
Kemajuan zaman dan teknologi telah membawa perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk dalam gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang terjadi
dalam masyarakat tampaknya mempunyai pengaruh besar di kalangan kaum
perempuan. Penampilan cantik dan tidak ketinggalan model atau tren masa kini,
merupakan gejala sosial yang ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan budaya
konsumerisme. Perkembangan budaya konsumerisme yang semakin pesat ini di
manfaatkan oleh para pedagang dan perancang busana untuk mempengaruhi citra
kelompok sosial. Dan disinilah kemudian muncul istilah jilbab gaul.
Jilbab gaul adalah kategori terbaru dari jilbab, yang mulai menjadi populer
di sekitar tahun 2000.60 Jilbab gaul dipahami sebagai sebuah jilbab yang stylish
59Andi Sri Surianti Amal, Role Juggling: Perempuan Sebagai Muslimah, Ibu dan Istri. Jakarta: PTGramedia, tt. Hlm 6-10.
47
dan fashionable. Selalu ada mode terbaru yang muncul secara berkala di pasar,
bahkan dalam majalah Muslim dan juga TV, model yang paling terbaru dari
designer pun di promosikan. Pemakaian jilbab faul pun semakin meningkat. Hal
ini disebabkan karena mereka tidak perlu melihat diri mereka tidak mengikuti
mode, sementara mereka bisa mengungkapkan kesalehan, mendapatkan
perlindungan dan menegaskan identitas Islam mereka. Anak muda tak enggan lagi
untuk berjilbab karena kenyataannya dengan berjilbab pun orang tetap bisa tampil
cantik dan anggun. Di samping itu, sebagian industry mode pun mulai tumbuh
untuk mengikuti permintaan-permintaan perempuan muslim akan gaya-gaya
jilbab gaul dan busana muslim yang menarik, baru dan sesuai mode terakhir.61
N. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menggambarkan alur piker penulis sebagai kelanjutan
dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca guna memperjelas
maksud dari penelitian. Trend hijab mulai dikenal sehingga hijab mulai masuk ke
dalam hitungan fashion. Hingga kini akhirnya hijab menjadi begitu populer berkat
usaha para desainer muslim yang merancang desain pakaian muslim yang begitu
fashionable dan jauh dari kesan kuno.
Terdapat tiga permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai
penyesuaian diri anggota Hijabers Community Banten, proses interaksi sesama
anggota yang berkaitan dengan tren hijab dalam kehidupan sosial dan
60Nef-Saluz, Islamic Pop culture in Indonesia. Hal. 24-25. Lih. Eka Rubiyanti. Tampil Modisdengan Berjilbab Sebuah Tren Mode Masa Kini di Yogyakarta. Yogyakarta: Skripsi SarjanaAntropologi Ilmu Budaya. UGM.2004. hal 55.61Celia Lury. Budaya Konsumen. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 1998. Hal. 5.
48
pengungkapan makna perempuan muslimah, yang akan dianalisis dengan
menggunakan Teori Konstruksi Realitas Sosial dari Berger dan Luckmann.
Permasalahan pertama akan dianalisis dengan menggunakan tahapan
Eksternalisasi, dimana individu berusaha mencurahkan atau mengekspresikan diri
mereka, baik dalam kegiatan mental maupun fisik dengan melakukan penyesuaian
diri. Proses ini merupakan proses penyesuaian diri dimana individu belajar dan
bersentuhan dengan produk-produk budaya yang sudah ada dilingkungannya,
dalam hal ini adalah memahami nilai dan norma tentang pemakaian jilbab
dimasyarakat. Dalam proses penyesuaian diri terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu lingkungan, agama dan budaya.
Permasalahan kedua dianalisis menggunakan tahap Objektivasi, hasil yang
telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia
tersebut. Dalam proses ini dimulai terjadi interaksi sosial dalam dunia
intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Dalam
proses objektivasi ini individu dimulai dengan melebur dengan banyak individu
dan melakukan interaksi. Dalam interaksi inilah terjadi kontak sosial dan
komunikasi.
Permasalahan ketiga dianalisis menggunakan tahap Internalisasi, adalah
pemahaman atau penafsiran yang langsung dengan suatu peristiwa objektif
sebagai pengungkapan suatu makna tentang realitas yaitu melalui sebuah tindakan
individu. Dalam proses ini perempuan yang menggunakan hijab melalui
penyerapan kembali dunia objektif dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga
49
subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Ketika momen dialektika
tersebut terjadi konstruksi identitas muslimah anggota Hijabers, individu yang
memilih konsepnya sendiri tentang penggunaan hijab pada anggotta Hijabers
Community Banten, maka perempuan tersebut membangun realitas yang
membentuk identitas muslimah sendiri.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Konstruksi Identitas Muslimah Anggota Hijabers Community Banten
Trend Hijab
Dasar-dasarPengetahuan
dalam KehidupanSehari-hari
Masyarakatsebagai
KenyataanObyektif
Eksternalisasi
Fenomena Hijab sebagai Identitas Kelompok
Hijabers Community Banten
Objektivasi Internalisasi
Masyarakatsebagai
KenyataanSubyektif
Konstruksi Identitas Muslimah Anggota Hijabers Community Banten
Teori Konstruksi Realitas Sosial
(Berger & Luckman)
50
O. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian sebelumnya dipakai sebagai acuan dan referensi penulis
dan memudahkan penulis dalam membuat penelitian ini. Penulis telah
menganalisis penelitian terdahulu yang berkaitan dengan bahasan didalam
penelitian ini, mencakup tentang media sosial.
Penelitian pertama, Sumaya (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Jilbab
dan Identitas Diri: Studi tentang Persepsi Identitas Diri I dan Me di Kalangan
Mahasiswa yang Menggunakan Jilbab di Universitas Sebelas Maret Surakarta”,
membahas tentang pemaknaan jilbab dan persepsi pada identitas diri yang terjadi
di kalangan mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini
menggunakan metodologi penelitian kualitatif, dengan tujuan untuk
mengemukakan gambaran dan pemahaman mahasiswa UNS dalam
mengkomunikasikan simbol-simbol yang ada dalam penggunaan jilbab secara
umum, dalam konsep I, konsep Me, serta konsep I dan Me.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus selama satu bulan dan
informannnya adalah mahasiswa muslimah yang ada di Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Sumayya adalah jilbab
dalam konsep I merupakan muslimah berjilbab karena ingin menyempurnakan
perintah Allah sesuai yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an. Jilbab dalam
konsep Me merupakan telah mengalami pendangkalan makna di mana jilbab
dimaknai secara sempit sebagai penutup aurat dalam penampilan muslimah.
Orientasi muslimah kini lebih terfokus pada jilbab fisik. Penampilan bagi
51
muslimah sangat penting untuk membantu kesan Islami di mata orang lain. Jilbab
dalam konsep I dan Me merupakan tujuan orang memakai jilbab saat ini tidak
hanyak sekesdar menunjukkan identitas ke-Islamannya tapi jilbab sudah mulai
menjadi multi identitas. Muslimah dengan jilbabnya ingin menciptakan kesan
postif di mata orang lain seperti muslimah yang santun dan feminim, atau dengan
kata lain muslimah saat ini ingin berjilbab sesuai ketentuan Islam dengan tetap
memperhatikan trend yang sedang berkembang.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Sumayya dan penelitian
ini adalah penelitian yang dilakukan Sumayya menjelaskan bagaimana persepsi
identitas diri jilbab oleh mahasiswa yang tidak tergabung di dalam sebuah
komunitas muslimah, sedangkan penelitian ini membahas tentang bagaimana
konstruksi muslimah yang dibangun oleh sebuah komunitas muslimah dalam
membentuk identitas kelompok dan anggotanya, informan atau subjek penelitian
pun di lakukan pada anggota komite dari “Hijabers Community Banten”.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan Sumayya dengan penelitian ini adalah
kedua peneliti sama-sama membahas tentang trend jilbab dalam identitas seorang
wanita muslimah dan penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif.
Penelitian kedua, penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2013) dalam
skripsi yang berjudul “Pemaknaan Jilbab dan Identitas Muslimah: studi tentang
“Hijabers Communiy” di Yogyakarta”, membahas tentang pemaknaan jilbab yang
kian berkembang dari waktu ke waktu dan mengalami modernisasi terkait dengan
munculnya fenomena muslimah yang berpenampilan fashionable dalam
berpakaian. Jilbab dipersentasikan sebagai media penyimpan identitas diri seorang
52
muslimah fashionable sekaligus sebagai citra dari kelompok “Hijabers
Community”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk
memahami suatu fenomena yang berkembang. Penelitian ini berusaha menjawab
persoalan kelompok Hijabers Community Yogyakarta yang kemudian disebut
dengan HCY dalam memaknai jilbab sebagai simbol agama Islam dan sebagai
identitas kolektif. Kemudian bagaimana kelompok HCY mempresentasikan
identitas muslimah fashionable sebagai bagian dari praktik gaya hidup saat ini.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Savitri ini adalah terdapatnya
perubahan yang dialami oleh beberapa muslimah dalam hal pengetahuan
mengenai Islam semenjak menjadi anggota komite kelompok HCY. Bahkan
beberapa diantaranya mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan keimanan
seiring dengan bertambahnya pengethuan nilai keIslaman, kemudia ditemukan
adanya upaya hibridasi yang dilakukan kelompok HCY dalam menciptakan
praktik jilbab baru, yaitu bagian dari nilai Islam dengan fashion. Identitas
keIslaman oleh HCY direpresentasikan dengan cara menerapkan nilai dan norma
kelompok yang merujuk pada gaya berjilbab dan berbusana seorang muslimah
fashionable yang sesuai dengan syariat Islam.
Perbedaan penelitian yang dilakukan Savitri dengan penelitian ini, adalah
Savitry membatasi penelitian ini pada siapakah Hijabers Community Yogyakarta,
profil sosial seperti apa yang dimiliki oleh kelompok tersebut, bagaimana HCY
memaknai dan memahami jilbab sebagai simbol dari agama dan juga simbol dari
53
identitas suatu kelompok tertentu. Kemudian membatasi pada pembahasan HCY
sebagai kelompok muslimah fashionable sebagai bagian dari praktik gaya hidup
masa kini. Sedangkan pada penelitian ini pembatasan dan fokus masalahnya ada
pada pengalaman dan pengetahuan anggota komite, konstruksi muslimah seperti
apa yang anggota kelompok bangun melalui kegiatan dan interaksi sosial, serta
bagaimana anggota memaknai hijab dan fashion sehingga membentuk identitas
muslimah kelompok dan anggotanya.
Persamaan antara kedua penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan penelitian kualitatif, membahas tentang komunitas muslimah
yang kini tengah menjadi trend di Indonesia dan pembahasan tentang bagaimana
komunitas yang berkecimpung pada fashion berjilbab ini membentuk identitas
sebagai suatu kelompok.
Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Rima Hardiyanti
(2012) dalam skripsi yang berjudul “Komunitas Jilbab Kontemporer Hijabers di
Kota Makassar”. Penelitian ini membahas tentang gaya hidup muslimah
(perempuan yang beragama Islam) yang tergabung dalam komunitas Hijabers
Makassar (selanjutnya disebut HMM) yang meliputi gaya bahasa, cara berpakaian
dan kebiasaan menghabiskan waktu luang anggotanya, serta identitas yang
dimunculkan pada masyarakat berdasarkan peraturan para anggotanya tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para muslimah yang tergabung
dalam komunitas Hijabers Moeslem Makasar memiliki gaya berpakaian tersendiri
yang lebih kontemporer karena jauh dari kesan kolot dan lebih modern meski
54
berjilbab. Gaya bahasa dan teks yang anggota HMM gunakan pun punya ciri
tersendiri yakni berusaha memadukan bahasa Indonesia, bahasa Arab dan bahasa
Inggris agar terkesan keren dan mengikuti zaman meski berbasis agama atau lebih
dikenal dengan gaul. Tempat menghabiskan waktu luang anggotanya juga
menandakan bahwa gaya hidup anggota HMM masuk dalam kategori menengah
ke atas yang ditandai dengan budaya nongkrong di tempat-tempat yang dianggap
gaul dan menghelat kegiatan HMM di tempat-tempat berprestise tinggi. Hal ini
membentuk identitas komunitas Hijabers Moeslem Makassar sebagai komunitas
yang ekslusif, komersil dan konsumtif.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Rima Hardayati dengan
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Rima Hardayati menjelaskan
mengenai gaya hidup mengenai komunitas HMM. Sedangkan penelitian ini hanya
fokus mengenai hijab dan busana muslim yang anggota komite Hijabers
Community Banten konstruksi sehingga menjadi identitas kelompok. Kesamaan
penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan penelitian
ini sama-sama dilakukan di komunitas hijabers, namun berbeda wilayah
regionalnya.
55
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti 1 Peneliti 2 Peneliti 3NamaPeneliti
Sumaya (2013) Savitri (2013) Rima Hardayanti(2012)
JudulPenelitian
Jilbab dan IdentitasDiri (Studi tentangPersepsi IdentitasDiri I dan Me diKalanganMahasiswa yangMenggunakanJilbab diUniversitas SebelasMaret Surakarta).
Pemaknaan Jilbab danIdentitas Muslimah:studi tentang HijabersCommunity diYogyakarta.
Komunitas JilbabKontemporer“Hijabers” di KotaMakassar.
MetodePenelitian
Metode studi kasus Metode kualitatif Pendekatankualitatif
Telahmengalamipendangkalanmakna di manajilbab dimaknaisecara sempitsebagaipenutup auratdalam
Penelitian inimenjawab persoalankelompok HijabersCommunityYogyakarta yangkemudian disebutdengan HCY dalammemaknai jilbabsebagai simbol agamaIslam dan sebagaiidentitas kolektif.Kemudia bagaimanakelompok HCYmerepresentasikanidentitas muslimahfashionable sebagaibagian dari praktikgaya hidup saat ini.
Penelitian inimenjawab bahwapara muslimah yangtergabung dalamkomunitas HijabersMoeslem Makassarmemiliki gayaberpakaiantersendiri yang lebihkontemporer karenajauh dari kesan kolotdan lebih stylishmeski berjilbab.Gaya bahasa danteks yang HMMgunakan pun punyaciri tersendiri yakniberusahamemadukan bahasaIndonesia, bahaArab dan bahasaInggris agar terkesankeren. Tempatmenghabiskanwaktu luang HMM
56
penampilanmuslimah.Orientasimuslimah kinilebih terfokuspada jilbabfisik.Penampilanbagi muslimahsangat pentinguntukmembantukesan Islami dimata oranglain.c. Jilbab
dalamkonsep Idan Me :
Tujuan orangmemakai jilbabsaat ini tidak hanyasekedarmenunjukkanidentaskeIslamannya tapijilbab sudah mulaimenjadi multiidentitas.
juga menandakanbahwa gaya hidupHMM masuk dalamkategori menengahke atas yangditandai denganbudaya nongkrongdi tempat-tempatyang dianggap gauldan menghelatkegiatan HMM ditempat-tempatberprestise tinggi.Hal ini membentukidentitas komunitasHijbers MoeslemMakassar sebagaikomunitas yangeksklusif, komersildan konsumtif.
PerbedaanPenelitian
Perbedaan antarapenelitian yangdilakukan olehSumayya danpenelitian iniadalah penelitianyang dilakukanSumayyamenjelaskanbagaimana persepsiidentitas diri jilbaboleh mahasiswayang tidaktergabung di dalamsebuah komunitasmuslimah,sedangkan
Perbedaan penelitianyang dilakukan Savitridengan penelitian ini,adalah Savitrymembatasi penelitianini pada siapakahHijabers CommunityYogyakarta, profilsosial seperti apa yangdimiliki olehkelompok tersebut,bagaimana HCYmemaknai danmemahami jilbabsebagai simbol dariagama dan jugasimbol dari identitas
Perbedaan penelitianyang dilakukan olehRima Hardayatidengan penelitian iniadalah penelitianyang dilakukanRima Hardayatimenjelaskanmengenai gayahidup mengenaikomunitas HMM.Sedangkanpenelitian ini hanyafokus mengenaihijab dan busanamuslim yanganggota komite
Paradigma merupakan perspektif umum, suatu cara menjabarkan berbagai
masalah dunia nyata yang kompleks. Paradigma berguna bagi praktisi untuk
menjelaskan apa yang penting, sah dan menjadi masalah. Paradigma merupakan
alat bantu bagi ilmuan dalam merumuskan apa yang harus dipelajari, persoalan-
persoalan apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya menjawabnya, serta
aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam mempresentasikan informasi yang
diperoleh.62
Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma
konstruktivis. Paradigma konstruktivis berpendapat bahwa alam semesta, secara
epistomologis adalah sebagai hasil konstruksi sosial. Paham ini merupakan
antithesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objetivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang
bahwa ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action
melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang
bersangkutan menciptakan dan memelihara/mengelola dunia sosial mereka.63
Menurut Patton, para peneliti konstruktivis mempelajari beragam realita
yang terkontruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi
kehidupan meraka dengan yang lain. Dalam konstruktivis setiap individu memliki
62Drs. H. Ardial, M. Si., Paradigma dan Metodelogi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: BumiAksara 2014), hlm. 157-159.63Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik, (Jakarta:Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), hlm. 3
59
pengalaman yang unik. Dengan demikian, penelitian dengan strategi ini
menyarankan bahwa setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia
adalah valid dan perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut.64
Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis untuk mengetahui
bagaimana perubahan anggota Hijabers Community Banten menjadi perempuan
muslimah yang fashionable. Karena dengan paradigma konstruktivis peneliti bisa
mendapatkan infomasi yang lebih mendalam dari individu yang diteliti. Dimana
substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari tindakan
perorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Dan juga melihat bahwa tiap
individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya dimana tindakan sosial
yang dilakukan oleh individu tersebut harus berhubungan dengan rasioanalitas dan
tindakan sosial harus dipelajari melalui penafsiran serta pemahaman.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Untuk mengetahui konstruksi identitas dari para anggota Hijabers
Community Banten, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Karena,
penelitian kualitatif membahas secara mendalam fenomena-fenomena tentang
aspek kejiwaan, perilaku, sikap tanggapan, opini, perasaan, keinginan dan
kemauan seseorang atau kelompok.65 Penelitian kualitatif ini akan diunjang
dengan jenis penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu jenis penelitian
yang memberikan gambaran atau untaian atas sesuatu keadaan sejelas mungkin
64Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation Methods, (Thousand Oaks,California: Sage Publication, Inc, 2002) hlm, 96-97.65Rony Kountur, Metode Penelitian,penerbit PPM, Jakarta, 2007. Hal. 105
60
tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.66 Penelitian deskriptif bertujuan
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang
tertentu secara faktual dan cermat.67 Hal ini menegaskan bahwasannya penelitian
kualititatif dengan jenis penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau
peristiwa. Sehingga hasil penelitian ini tidaklah menjelaskan hubungan ataua
pengaruh dan tidak menguji hipotes atau membuat prediksi.
Selain menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian ini juga
menggunakan metode studi fenomenologis. Istilah fenomenologi sering
digunakan sebagai anggapan umum untuk merujuk pada pengalaman subjektif
dari berbagai jenis dan type subjek yang ditemui. Menurut Meleong, penelitian
dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-
kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Hal ini
berangkat dari kata fenomenologis yaitu “fenomena” atau gejala alamiah.68
C. Ruang Lingkup Penelitian
Setiap manusia memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu hal.
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasi, sekaligus
memudahkan pembaca dalam memahami penelitian ini, maka peneliti merasa
perlu untuk mencantumkan batasan masalah dalam penelitian ini, sehingga tidak
menimbulkan kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya, adapun batasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
66Ibid.67Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal .22.68Lexy J Memeong. Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdaakarya. 2001, hal . 9.
61
1. Peneliti memfokuskan penelitian pada bagaimana perubahan anggota
Hijabers Community Banten menjadi perempuan muslimah yang
Fashionable melalui tiga tahapan yaitu eksternalisasi, objektivasi dan
internalisasi. Tahapan eksternalisasi yaitu peneliti akan meneliti
bagaimana proses penyesuaian diri anggota Hijabers Community Banten
terhadap produk sosial di dalam komunitas tersebut. Tahapan objektivasi
yaitu peneliti akan meneliti bagaimana proses interaksi anggota Hijabers
Community Banten dengan sesama anggota terhadap perubahan mereka
sebagai perempuan muslimah yang Fashionable. Dan terakhir tahap
internalisasi yaitu peneliti akan meneliti bagaimana anggota Hijabers
Community Banten mengidentifikasi diri mereka dengan identitas mereka
sebagai komunitas perempuan hijab muslimah akan tetapi tetap
Fashionable.
2. Setelah mendapatkan hasil penelitian diatas, peneliti ingin melihat
kenyataan subjektif dari anggota Hijabers Community Banten tersebut
mengenai identitas perempuan muslimah, sehingga tujuan penelitian ini
akan didapatkan.
D. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi objek penelitiaan adalah Hijabers Community
Banten (HCB) merupakan cabang dari Hijabers Community pusat jakarta,
komunitas ini khusus bagi wanita-wanita berhijab yang berlokasi di Banten.
62
E. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh
pewawancara, yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi,
ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Informan penelitian merupakan sumber
yang berkompeten untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
Untuk menentukan informan, penulis memilih secara purposive69.
Informan dipilih dengan pertimbangan tertentu kemudian berkembang setelah
peneliti berada di lapangan. Tahap awal, penulis memilih informan yang
dianggap paling tahu tentang informasi apa yang kita harapkan, yang memiliki
jabatan tinggi (seperti ketua atau wakil) sehingga akan memudakan
penulisuntuk menemukan infromasi yang diperlukan. Dalam menentukan
informan, penulis memilih informan berdasarkankriteria tertentu yaitu
berdasarkan Sugiyono (2009,146) dengan memaparkan kriteria-kriteria
informan sebagai berikut:70
1. Mereka yang menguasai dan memahami sesuatu, sehingga sesuatu ini
bukan sekedar diketahui tetapi dihayati.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung pada kegiatan
yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai
informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya sendiri”.
69 Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hal 14670 Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hal 146
63
Berdasarkan penjelasan kriteria-kriteria informan diatas, penulis
memutuskan dalam penelitiannya menggunakan kedua jenis informan yaitu Key
Informan dan Secondary Informan.
1. Key Informan
Key Informan merupakan narasumber kunci dari penelitian ini,
karena key informan memiliki lebih banyak informasi dan wawasan yang
luas mengenai hal yang diteliti dan dibutuhkan oleh penulis untuk
menjawab permasalahan penelitian. Kriteria key informan yang
dibutuhkan oleh penulis adalah mempunyai pengetahuan agama Islam dan
mengetahui perkembangan zaman khususnya trend fashion. Key informan
pada penelitian ini adalah Ustadzah Leliyanti.
2. Secondary Informan
Dalam penelitian terdapat informan pendukung yang bisa disebut
dengan secondary informan. Secondary informan juga memiliki
pengetahuan penelitian terkait dan bisa melengkapi informasi yang
dibtuhkan oleh penulis. Pada kriteria informan dalam penelitian ini,
penulis telah menentukan secondary informan berdasarkan:
1) Pengetahuan yang dimiliki informan tentang Hijabers Community
Banten.
2) Anggota paling lama dan masih aktif di Hijabers Community Banten.
3) Merupakan komite atau pengurus Hijabers Community Banten, karena
komite dianggap lebih mengetahui tentang perkembangan dari
64
Hijabers Banten dan untuk menggambarkan kelompok secara
menyeluruh.
Maka yang dijadikan informan dalam penelitian ini berdasarkan
dari kriteria-kriteria tersebut yakni meliputi 4 komite atau pengurus
komunitas Hijabers Community Banten. Penulis memilih 4 informan
pendukung sumber data yang sesuai dengan kriteria diatas, yaitu :
1. Nur Fadhlina yaitu ketua Hijabers Community Banten.
2. Susi Missi yang merupakan divisi internal Hijabers Community Banten
3. Holifatul Ummah yaitu kepala divisi eksternal Hijabers Community
Banten.
4. Husnul Khotimah yaitu kepala divisi internal Hijabers Community
Banten.
F. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan, maka teknik
pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu :
1. Wawancara (Interview)
Teknik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah dengan
melakukan tanya jawab langsung kepada informan atau anggota Hijabers
Banten yang berdasarkan pada tujuan penelitian. Teknik wawancara yang
dilakukan peneliti adalah dengan cara mencatat hasil wawancara, merekam
dalam bentuk suara atau audio, wawancara dilakukan berdasarkan
65
pedoman wawancara pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya sehubungan dengan pertanyaan penelitian. Wawancara ini
dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan peneliti yang berkaitan
dengan kejelasan dan kemantapan masalah yang dijelajahi.
2. Observasi
Nasution (1998) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Marshall (1995) menyatakan bahwa:
“melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan maknadari perilaku tersebut”71
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi
partisipan, yaitu peneliti melakukan pengamatan secara langsung sehingga
peneliti dapat secara langsung mengamati dan memperoleh data relatif
lebih akurat tentang kegiatan Community Hijabers Banten dalam
membentuk identitas anggota. Dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan secara langsung kegiatan komunitas Hijabers Banten atau hal
yang berkaitan dengan masalah penelitian, namun tidak ikut dalam
pengambilan keputusan yang ada.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk dapat memahami
proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
71Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati, Kualititatif dan R&D, Alfabeta, Bandung. 2012. Hal310
66
konteksnya. Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data
tentang keadaan atau kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian dan
hal-hal yang dianggap relavan sehingga dapat memberikan data tambahan
terhadap hasil wawancara.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksudkan penulis disini adalah data tertulis
seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, dokumentasi dari
Hijabers Banten, catatan keaktifan anggota, daftar anggota dan lain-lain
yang termasuk dengan masalah penelitian menyangkut Hijabers Banten
beserta dokumentasi pada saat proses wawancara berupa foto dan
rekaman.
4. Studi Kepustakaan
Menurut Sugiyono, studi kepustakaan berkaitan dengan kajian
teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma
yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi
kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini
dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literature-literatur ilmiah.72
Penulis menggunakan studi literatur dari berbagai sumber dalam proses
pencarian dan pengumpulan data seperti buku, jurnal, skripsi terdahulu dan
situs internet agar menambah pengetahuan peneliti.
72Opcit, Sugiyono hal: 191.
67
G. Tekhnik Analisis Data
Tahap analisis data adalah sebuah proses pencarian dan penyusunan data-
data yang telah didapatkan dari hasil observasi, wawancara, rekaman, catatan
lapangan, dan studi dokumentasi dengan membuat struktur data ke sintesis,
menyusun ke dalam pola-pola, memilih hanya data yang penting dan kemudian
data yang didapat dipelajari serta membuat kesimpulannya agar mudah
dipahami.Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
model interaktif, dimana tekhnik ini dilakukan sejak awal kegiatan penelitian
sampai dengan akhir penelitian. Dalam penelitian yang dilakukan ini, data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan alur kegiatan yang dikemukakan oleh
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010) yakni: data reduction, data display
(penyajian data) dan conclusion drawing verification (penarikan kesimpulan).73
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan dan penyederhanaan dari data
kasar dalam catatan peneliti yang berasal dari lapangan. Pada tahap reduksi
data, peneliti melakukan langkah awal dalam penelitian yakni observasi atau
pengamatan lapangan di beberapa kegiatan komunitas Hijabers Banten.
Kemudian, peneliti membuat daftar pertanyaan berdasarkan beberapa kategori
hal yang ingin peneliti ketahui tentang identitas komunitas Hijabers
Bantenyang tercantum kurang lebih 20 pertanyaan sebagai pedoman proses
wawancara dengan informan terkait pada penelitian, dimana langkah ini telah
73 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif , dan R&D. Bandung:CV AlphaBeta.
68
disertakan dengan rekaman suaradan dokumentasi berupa foto-foto kegiatan.
Setelah pengumpulan data dilakukan, peneliti merekam data lapangan dalam
bentuk catatan lapangan (field note), Data-data tersebut selanjutnya diseleksi
sehingga muncul data relevan dengan fokus masalah yang telah ditentukan.
2. Display (Penyajian Data)
Tahap ini dilakukan dengan membentuk sebuah tabel hasil wawancara
dengan beberapa informan yang didapatkan peneliti, penyajian ini digunakan
dalam bentuk teks naratif. Guna meminimalisir banyaknya data yang diambil,
peneliti kemudian menyusun data yang diperoleh secara sistematis sesuai
dengan rumusan masalah yang ingin peneliti ketahui yakni terkait dengan
identitas anggota yang terbentuk dari komunitas Hijabers Banten.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir dari proses analisis data ini adalah penarikan
kesimpulan. Pada tahap penarikan kesimpulan, peneliti telah melakukan
perbandingan antara pengamatan yang terjadi di lapangan dengan jawaban
informan dari beberapa pertanyaan yang diberikan peneliti, sehingga terdapat
kebenaran yang sesuai dengan data hasil wawancara dan observasi. Setelah
melakukan perbandingan, maka peneliti kemudian melaporkan hasil penelitian
dalam bentuk deskriptif atau penjabaran.
69
H. Uji Keabsahan Data
Setelah tahapan analisis data dilakukan, perlu diperhatikan juga keabsahan
data yang telah terkumpul. Dalam penelitian ini uji keabsahan data (validitas)
dengan menggunakan teknik Triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.74 Dalam penelitian
Konstruksi Identitas Muslimah Anggota Hijabers Community Banten ini jawaban
tiap subjek harus di cek kembali dengan sumber lainnya atau dokumen yang ada.
Menurut Dwidjowinoto ada beberapa triangulasiyaitu:75
1. Triangulasi sumber data yaitu membandingkan atau mengecek ulang
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang
berbeda.
2. Triangulasi waktu yaitu berkaitan dengan perubahan suatu proses dan
perilaku manusia karena perilaku manusia dapat berubah setiap waktu.
3. Triangulasi teori yaitu memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau
dipadu.
4. Triangulasi periset yaitu menggunakan lebih dari satu periset dalam
mengadakan observasi atau wawancara.
5. Triangulasi metode yaitu usaha mengecek keabsahan data atau mengecek
keabsahan temuan riset.
74Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rosda Karya. Hal 33075Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada MediaGroup. Hal 70-71
70
Dari kelima triangulasi tersebut, triangulasi sumber akan digunakan oleh
peneliti. Melalui teknik ini peneliti akan membandingkan data hasil observasi
dengan data hasil wawancara terhadap keempat informan, kemudian
membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang dikatakan
secara personal dengan peneliti. Selain itu dengan membandingkan apa yang
dikatakan orang-orang pada situasi penelitian dengan apa yang dikatakan
sepanjang waktu. Dapat juga membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang di luar objek penelitian. Terakhir
yaitu dengan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan. Teknik tersebut akan menghasilkan perbedaan pada setiap
perbandingan namun yang terpenting yaitu dapat mengetahui apa yang
menjadikan perbedaan dalam sumber tersebut.
I. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu kurang lebih selama :
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan2017 2018 2019
Apr-Mei
Jun-Des Feb Mar
Mei-Juli
Agust-Des Jan
1 Pengajuan Judul2 Pra Observasi
3Penyusunan Bab I –III
4 Sidang Outline5 Observasi
6Penyusunan Bab IV-V
7 Sidang Skripsi
71
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah Hijabers Community Banten
Nur Fadhlina merupakan ketua Hijabers Community Banten sekaligus
yang mendirikan komunitas ini sejak awal tahun 2013 bersama teman-temannya,
termasuk bersama Susi Missi, Holifatul Ummah, Husnul Khotimah dan beberapa
teman lainnya. Dibentuknya komunitas Hijabers Community Banten awalnya
hanya bersama teman-teman di kampus IAIN (Institut Agama Islam Negeri) di
Serang Banten. Namun seiring berjalannya waktu, komunitas ini terus
berkembang, di mulai hanya sebagai komunitas kampus saja, berkembang
menjadi lintas kampus, dan akhirnya banyak teman-teman perempuan muslimah
lainnya yang ingin ikut bergabung. Sehingga komunitas ini menjadi komunitas
lintas daerah, dan komunitas menjadi semakin besar. Tujuan di bentuknya
komunitas ini adalah sebagai wadah untuk saling bersilaturahmi kepada sesama
muslim lainnya khususnya perempuan-perempuan muslimah.
Hijabers Community Banten sebelumnya sudah membentuk komunitas
dengan nama yang yang berbeda-beda, pada tahun 2013 komunitas ini sudah
terbentuk dengan nama Hijabers Community Serang. Saat itukomunitas hijab
sudah ada dimana-mana dan semakin banyak peminatnya, tidak hanya dari Serang
peminatnya mulai dari Cilegon, Pandeglang, Tangerang, dan akhirnya merubah
nama menjadi Beauty Hijab of Banten. Bahkan sebelumnya komunitas ini sudah
berjalan hampir sama seperti hijabers pusat yaitu Hijabers Official walaupun
72
belum bergabung. Kemudian komunitas ini resmi menginduk di Hijabers Official
dan mengubah nama menjadi Hijabers Community Banten pada tanggal 9 April
2016. Sehingga nama komunitas ini berubah menjadi Hijabers Community Banten
serta mempunyai logo, visi dan misi yang sama dengan Hijabers Community
pusat.
2. Makna Nama Hijabers Community Banten
Nama “hijabers” di ambil dari istilah “hijab” yang berarti penutup tubuh
bagi para muslimah, sedangkan imbuhan “-ers” (kata sifat majemuk) untuk
menunjukkan bahwa ‘kumpulan/sejumlah muslimah berhijab’. Adapun kata
“community”di ambil dari bahasa Inggris yang berarti komunitas, yang sekaligus
menunjukkan keberadaan mereka sebagai suatu kelompok, bahkan komunitas
dalam arti ‘kesamaan nilai’ sebagai dasar identitasnya.
Penggunaan kata hijab dan bukan jilbab dilatarbelakangi anggapan atau
pemaknaannya atas istilah hijab yang lebih universal dan lebih dikenal diberbagai
Negara dibandingkan istilah jilbab yang dinilai lebih bersifat lokal atau hanya
dikenal di Indonesia. Hijab lebih dikenal dan digunakan oleh umat muslim di
Negara-negara lain, sehingga bila umat Islam dari manapun mendengar Hijabers
Community dapat langsung mengetahui atau paham tentang eksistensinya sebagai
komunitas bagi muslimah-muslimah yang berhijab. Sedangkan kata Banten
adalah kata tambahan khusus sesuai Provinsi.
73
3. Simbol Hijabers Community Banten
Sebagaimana kelompok pada umumnya, Hijabers Community Banten juga
mengembangkan simbol-simbol sebagai bagian dari identitas kelompoknya, salah
satunya adalah logo sebagai simbol visual. Makna dari logo tersebut yaitu bentuk
tulisannya yang unik untuk membedakan dengan yang lain sehingga memberikan
ciri khas bagi simbol Hijabers Community Banten. Selain itu warna merah muda
memiliki makna sebagai warna yang identic dengan wanita yang mana untuk
menunjukkan bahwa Hijabers Community Banten adalah untuk wanita serta abu-
abu untuk memberikan makna kedewasaan Hijabers Community Banten dimana
harus dapat membedakan mana yang baik dan yang mana yang buruk.
4. Identitas Muslimah Hijabers Community Banten
Hijabers Community Banten telah mengonstruksi nilai-nilai hijab menurut
mereka sendiri. Jika dulu memakai hijab terlihat monoton dan hanya sebagai
simbol ketaatan wanita pada ajaran agama. Sedangkan memakai hijab sekarang
selain sebagai identitas muslimah yang taat agama juga bisa mengikuti
perkembangan fashion. Fashion muslimah berkembang dengan pesat dan
bermunculan model-model yang bagus, stylish, modis dan fashionable.
74
Hijabers Community Banten membawa identitas agama Islam di
dalamnya, dengan membawa tren fashion yang mereka tonjolkan, Hijabers
Community Banten ingin mencitrakan kaum perempuan modis yangfashionable.
Dari apa yang mereka kenakan, mereka ingin mengungkapkan nilai sosial mereka
dan ingin mendapatkan pengakuan tersebut dari lingkungan sosial disekitarnya.
Pandangan yang awalnya hijab hanya sebagai simbol keagamaan dan bukti
kepatuhan, kini hijab juga menjadi fashion. Fashion muslimah yang mereka
gunakan memadukan pakaian, hijab serta warna agar terlihat fashionable.
Kesadaran taat beragama dan tuntutan fashion membuat Hijabers Comunnity
Banten mengkreasikan hijab dengan berbagai model dan gaya. Kesan bahwa
wanita yang berhijab adalah wanita kuno dan pakaiannya monoton kini mulai
luntur.
Hijabers Community Banten mencoba untuk membangun identitas mereka
melalui budaya, ciri khas dan gaya busana yang mereka gunakan. Busana muslim
maupun hijab yang mereka pakai, sudah bisa mengkomunikasikan siapa mereka.
Mereka mencitrakan diri mereka sebagai para perempuan muslimah yang
fashionable yang anggun namun tetap menjaga nilai-nilai Islami.
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Identitas Informan
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan cara
mendatangi dan menanyai langsung kepada para informan mengenai hal-hal yang
menjadi kepentingan dalam penelitian. Dari pengumpulan data yang diperoleh
75
peneliti, informan pada penelitian berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari 4
(empat) oranginforman pendukung yaitu anggota yang paling lama dan masih
aktif sampai sekarang di Hijabers Community Banten dan satu key informan yaitu
ustadzah.
Alasan penulis mengambil 4 (empat) orang anggota yang paling lama
sebagai informan yaitu berkaitan dengan fenomena yang diteliti yaitu mengenai
semakin banyaknya perempuan muslimah yang menggunakan hijab. Hal tersebut
dilakukan untuk dapat memperoleh sebuah realitas yang objektif dari informan
secara langsung. Adapun keempat orang anggota Hijabers Community Banten
yang menjadi informan penulis sudah mewakili kriteria informan yang telah
dibahas di BAB III. Berikut merupakan key informan dan keempat informan
dalam penelitian ini:
1. Key Informan : Leliyanti
Leliyanti i merupakan key informan. Ia lahir Serang 25 Juni 1970.
Ia tinggal bersama suami dan anaknya di Cipocok Jaya, Kota Serang
Banten.
2. Informan 1 : Nur Fadhlina
Nur Fadhlina merupakan ketua Hijabers Community Banten
sekaligus yang mendirikan komunitas ini dibantu oleh teman-teman
kampusnya. Ia lahir di Tangerang, 22 Juli 1990, ia adalah seorang dosen
sekaligus ibu dari kedua putranya. Saat ini ia ikut bersama suaminya yang
tinggal di komplek RSS Pemda Banjarsari, Cipocok Jaya, Kota Serang. Ia
alumni tahun 2013 dari kampus IAIN Serang, Banten dan mendapat gelar
76
Sarjana Ushuludin. Setelah lulus ia melanjutkan pendidikannya lagi S2
Pendidikan Agama Islam dan lulus pada tahun 2016.
3. Informan 2: Susi Missi
Susi Missi yang biasa di panggil dengan nama teh Ency ini
merupakan key informan yang kedua dalam penelitian ini. Teh Ency
kelahiran Pandeglang, 17 September 1991 telah selesai menempuh
pendidikan sarjananya di IAIN SMH Banten jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam pada tahun 2014. Ia tinggal di perumahan Puri Serang
Hijau bersama suami dan satu anak perempuannya. Saat ini ia sudah tidak
bekerja lagi di salah satu perusahaan di Serang, ia memilih menjadi ibu
rumah tangga dan ingin lebih fokus mengurus suami serta anaknya yang
masih berusia 4 bulan. Teh Ency bergabung di Hijabers Community
Banten sejak awal berdirinya komunitas ini, komunitas ini dibentuk
bersama teman-teman sejak tahun 2013, sekarang ia menjabat sebagai
divisi Internal di Hijabers Community Banten.
4. Informan 3: Holifatul Ummah
Holifatul Ummah alias teh Fey lahir di Jakarta, 01 Juni 1991. Ia
tinggal di kampung Palwates, Baros Kota Pandeglang bersama suami dan
satu anak laki-lakinya berusia 3 tahun. Teh Fey merupakan ketua Divisi
Eksternal Hijabers Community Banten, ia bergabung dengan komunitas ini
juga sejak awal dibentuknya komunitas pada tahun 2013 bersama teman-
temanya ketika ia masih kuliah di IAIN SMH Banten. Saat ini ia bekerja
sebagai pegawai di salah satu Bank di daerah Pandeglang,
77
5. Informan 4: Husnul Khotimah
Husnul Khotimah kelahiran Serang, 07 November 1993 merupakan
seorang guru sekaligus seorang wiraswasta yang tinggal bersama
suaminya di komplek Villa Melati Cilangkap, Jakarta Timur. Ia telah 5
tahun bergabung di Hijabers Community Banten dan sekarang menjabat
sebagai kepala Divisi Internal di Hijabers Community Banten. Ia juga
pernah menempuh pendidikan S1 di UIN SMH Banten dan melanjutkan
pendidikan S2 di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
2. Deskripsi Data Pada Tahap Eksternalisasi
a. Penyesuaian Diri dengan Nilai-nilai Keluarga yang Mewajibkan Berhijab
Informan 1, 2, 3 dan 4 menyatakan bahwa Ibu dan adik perempuannya
menggunakan hijab baik di rumah maupun keluar rumah. Informan 1 dan 4 serta
adik perempuannya telah terbiasa menggunakan hijab sejak kecil karena di
keluarga mewajibkan mereka untuk memakai hijab sebagai penutup aurat
perempuan. Informan 1 menyatakan mulai umur 4 tahun sudah biasa di pakaikan
oleh ibunya saat keluar-keluar rumah sehingga informan 1 terbiasa menggunakan
hijab sampai sekarang. Sedangkan informan 4 menyatakan sudah mulai belajar
menggunakan hijab sejak kecil, namun informan 4 mulai konsisten menggunakan
hijab sejak sekolah SMP (Sekolah Menengah Pertama).
“Dari kecil, Emm, tapi emang ga pernah lepas si, sebenernya sih awalmula emang kita anak-anak perempuannya dari sejak kecil sudah dipakein jilbab sama ibu”.
78
b. Penyesuaian Diri dengan Nilai-Nilai Agama tentang Kewajiban Berhijab
Informan 1 dan 4 bersekolah di sekolah Islam sejak SD (Sekolah Dasar),
informan 2 mulai sekolah Islam SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Pondok,
sedangkan informan 3 kuliah di Universitas Islam. Informan 2 dan 3 menyatakan
mereka menggunakan hijab dikarenakan tuntutan dari sekolah mereka yang
mewajibkan menggunakan hijab. Informan 2 menyatakan mulai belajar
menggunakan hijab sejak kelas 6 SD dikarenakan akan melanjutkan sekolah SMP
di pondok. Sedangkan informan 3 mengungkapkan ia selalu sekolah di sekolah
negeri yang tidak mewajibkan menggunakan hijab tetapi saat kecil khusus sekolah
di TPA (Taman Pendidikan Agama), ia menggunakan hijab, tetapi di luar TPA ia
tidak menggunakan hijab. Informan 3 juga menyatakan bahwa ia menggunakan
hijab sejak masuk kuliah di Universitas Islam, dikarenakan kampus mewajibkan
menggunakan hijab, sehingga mau tidak mau informan 3 menggunakan hijab
meski harus buka tutup hijab. Namun informan 3 mulai konsisten menggunakan
hijab sejak 1 tahun kuliah berjalan tepatnya semester 3. Seperti yang telah di
ungkapkan oleh informan 3:
“Sebelumnya ngga pake hijab, nah pas masuk kuliah itu pun karna akumasuk kuliah, kuliah di IAIN Banten”.
Informan 1, 2, 3 dan 4 menyatakan biasa mengikuti pengajian setiap satu
bulan sekali di komunitas Hijabers Community Banten. Akan tetapi Informan 1, 2
dan 4 menyatakan mereka juga sering mengikuti kegiatan pengajian yang ada di
lingkungan tetangga Ibu-Ibu sedangkan informan 3 hanya mengikuti kegiatan
pengajian di Hijabers Community Banten. Informan 3 megungkapkan:
79
“engga sih, palingan cuma ikut kegiatan pengajian di HijabersCommunity Banten aja”
c. Penyesuaian Diri dengan Pandangan Masyarakat tentang Hijab
Menurut keempat informan lingkungan tetangga-tetangga mereka masih
banyak yang sering buka tutup hijab. Lingkungan tetangga mereka menggunakan
hijab hanya saat tertentu misalnya saat bepergian saja tetapi dirumah dan
dilingkungan rumah, tetangga mereka tidak menggunakan hijab. Sedangkan
keempat informan menyatakan mereka konsisten dalam menggunakan hijabnya
baik di dalam rumah maupun di sekitar rumah, keempat informan berharap itu
juga bisa menjadi contoh untuk tetangga-tetangganya agar tetangga mereka juga
bisa konsisten dalam menggunakan hijab.
“mereka pake, cuma ya gitu mereka masih suka buka tutup hijab, mungkindengan melihat saya tetap konsiten pake hijab, berharap mereka bisa ikut-ikut juga”
Menurut keempat informan lingkungan teman-teman mereka semuanya
menggunakan hijab, terkecuali teman yang non Islam yang tidak terlalu dekat.
Tetapi keempat informan menyatakan teman-teman dekat semuanya
menggunakan hijab dan konsisten dalam menggunakan hijab. Model hijab yang
dipakai oleh lingkungan teman-teman bermacam-macam namun masih satu tipe
dengan keempat informan.
“alhamduliah semua pake, kecuali yang non Islam yah”
Informan 1 dan 4 menyatakan lingkungan sekolah sejak SD sampai kuliah
semua perempuannya menggunakan hijab, meski ada beberapa teman satu sekolah
atau satu kampus yang tidak konsisten dalam menggunakan hijab, hanya di
80
sekolah/kampus saja menggunakan hijabnya. Informan 2 menyatakan saat sekolah
di SD negeri, hanya ada beberapa anak perempuan yang menggunakan hijab
dikarenakan sekolah negeri tidak wajib menggunakan hijab. Setelah masuk
sekolah pondok informan 2 bertemu dengan teman-teman berhijab besar dan
berpakaian besar, sehingga mau tidak mau informan 2 juga menggunakan hijab
besar dan berpakaian besar. Memasuki kuliah informan 2 beradaptasi lagi dengan
lingkungan kampus yang menggunakan hijab bermacam-macam, mulai dari besar
hingga kecil maupun modern. Informan 2 menyatakan ia merubah hijabnya
menjadi kecil dan modern dengan berbagai macam gaya dan variasi. Hal tersebut
seperti yang telah di ungkapkan oleh informan 2:
“dulu pas mondok pake hijab besar sekarang si udah engga”
Sedangkan informan 3 menyatakan di lingkungan sekolah negeri dari
mulai SD hingga SMA masih sedikit yang memakai hijab, informan 3 sendiri juga
tidak menggunakan hijab. Namun setelah bertemu di lingkungan kampus ia
bertemu dengan perempuan-perempuan berhijab semuanya. Ada yang
menggunakan hijab besar bahkan ada hijab yang kecil namun bervariasi. Informan
3 menyatakan 1 tahun kuliah ia masih buka tutup hijabnya, ia menggunakan hijab
hanya di kampus saja diluar kampus ia tidak menggunakan hijab. Informan 3
mulai merasa malu dan akhirnya informan 3 memutuskan untuk menggunakan
hijab secara konsisten baik dikampus maupun diluar kampus dengan berbagai
bentuk hijab dan bervariasi.
“lama-lama malu sering buka tutup hijab, akhirnya konsisten deh”
81
Keempat informan menyatakan lingkungan pekerjaan mereka
membolehkan mereka menggunakan hijab, informan 2 menyatakan ia sempat
tidak diperbolehkan menggunakan hijab dilingkungan pekerjaanya, akan tetapi
akhirnya informan 2 di perbolehkan menggunakan hijab. Dilingkungan pekerjaan
keempat informan tidak semuanya menggunakan hijab, beberapa menggunakan
hijab dan beberapa tidak menggunakan hijab.
“dulu sempet si ga boleh pake hijab sama perusahaan, tapi akhirnyaboleh kok”
Sebelum terbentuknya komunitas keempat informan menyatakan mereka
adalah teman dekat di kampus yang menyukai model hijab dengan berbagai
macam gaya/variasi dan juga menyukai fashion hijab dan busana muslim.
Kedekatan pertemanan dan kesamaan selera fashion hijab dan busana muslim,
akhirnya mereka membuat sebuah komunitas.
“kita dulu tuh teman dekat di kampus, sama-sama suka fashion dan hijabunik”
Menurut keempat informan pertama kali hijab modern yang mereka
kenalkan adalah hijab unik-unik dengan berbagai macam gaya berhijab. Merias
diri juga perlu dengan menambah make up untuk melengkapi penampilan agar
lebih maksimal dan terlihat indah. Tujuannya adalah agar perempuan muslim juga
dapat merias diri untuk mendukung penampilan supaya terlihat cantik.
Menurut keempat informan mengenai fenomena hijabers, mereka
mendapat nilai positif dari masyarakat karena mengkampanyekan pakaian tertutup
namun tetap modis. Sekarang pun sudah terlihat banyak perempuan muslim yang
mau menggunakan hijab bahkan banyak juga perempuan muslimah yang
82
mengikuti gaya busana muslim komunitas hijabers. Namun, mereka juga
mendapat komentar negatif dari masyarakat yang beranggapan bahwa hijab dan
busana muslim yang mereka pakai tidak sesuai dengan hukum syariat Islam dan
hanya mengedepankan fashionnya saja. Padahal keempat informan sudah
menegaskan bahwa Hijabers Community Banten mempunyai peraturan yaitu
berpakaian longgar, tidak ketat dan tidak menerawang.
Citra yang di dapat oleh hijabers di mata masyarakat adalah menggunakan
hijab dengan banyak model bahkan lilitan di kepala. Selain itu gaya hidup yang
terlihat mewah, bahkan yang bergabung di komunitas Hijabers Community
Banten identik dari kalangan menengah ke atas. Namun keempat informan
menjelaskan bahwa mereka bukanlah komunitas khusus kalangan menengah ke
atas, tapi mereka adalah kumpulan perempuan muslimah yang sederhana hanya
memadu padankan pakaian tanpa harus mahal dan bermerk, mereka juga
menerima dari semua kalangan tidak memandang status sosial.
d. Adat Istiadat tentang Tata Cara Berbusana Budaya Timur Tengah
Keempat informan meyatakan pada tahun 2010 mereka terinspirasi dari
munculnya komunitas Hijabers yang didirikan pertama kali oleh artis sekaligus
desainer yai tu Dian Pelangi. Dian Pelangi desainer yang memberikan warna baru,
tidak haya pada model busana muslim tetapi juga style berhijab. Model jenis
aplikasi mengiringi seperti ditambahkan payet, motif, bordir, efek kerut serta
pilihan warna yang variatif. Perpaduan model pakaian seperti abaya (pakaian
berpotong lurus, lebar, dan longgar yang panjag hingga mata kaki), Gamis
83
(pakaian panjang hingga semata kaki yang biasanya memiliki aksen pada bagian
pinggang), tunik (pakaian yang panjang sampai lutut atau 7.8 kaki), kaftan (variasi
dari tunik dengan berbentuk dasar kotak), blouse (atasan bermodel longgar), dan
gaun dress muslimah (gaun berbentuk dress panjang yang digunakan untuk
menghadiri pesta atau acara formal lainnya).
Selain dari desainer Dian Pelangi keempat informan juga melihat-lihat dan
mencari tahu tentang trend fashion di media sosial, internet maupun tempat
belanja. Di media sosial mereka melihat foto-foto fashion muslim orang lain
seperti di facebook maupun instagram, di youtube melihat tutorial hijab, di
internet mereka melihat artikel mengenai tren fashion busana muslim, di tempat
belanja mereka melihat-lihat model pakaian yang sedang di pasaran. Namun
keempat informan menyatakan mereka tidak terlalu mengikuti perkembangan tren
fashion busan muslim. Mereka hanya ingin tahu tentang trend fashion tetapi tidak
menerapkan langsung ke dalam kehidupan sehari-sehari, karena mereka juga
memantaskan apa yang mereka pakai nyaman atau tidak, pantas atau tidak, suka
atau tidak.
Menurut keempat informan memakai make up hanya pada saat hari-hari
penting, seperti acara resepsi pernikahan, undangan ulangtahun, acara wisuda,
acara fashion, maupun saat melakukan photoshoot bersama teman, saudara
maupun keluarga. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu
informan.
“make up penting, kalo lagi ada acara spesial, misal acara pernikahan,wisuda, acara fashion, mau foto studio”.
84
Keempat informan memakai make up natural yaitu bedak sesuai dengan
warna kulit, warna lipstick sesuai dengan warna bibir, eye shadow berwarna
coklat dan perang (bronze), memakai blush on tipis berwarna peach atau merah
muda, memakai mascara, memakai eyeliner dan merapihkan alis dengan
menggunakan pensil alis berwana coklat menyesuaikan warna bulu alis. Selain itu
keempat informan terkadang juga menambahkan aksesoris di busana muslimnya
sebagai pendukung penampilannya agar terlihat fashionable seperti jam tangan,
gelang, kalung maupun bros.
“walaupun pake make up juga yang natural aja. kalo aksesoris kadangpake kadang engga, tergantung sih. Aksesorisnya itu misalnya kalung,jam tangan, gelang atau bros”.
Keempat informan menyatakan mereka mempunyai kebiasaan mengenai
berbelanja khusus hijab dan busana muslim setiap satu bulan sekali. Mereka
mengkhususkan uang belanja hijab dan busana muslim Rp. 500.000/bulan. Pilihan
berbelanja merk/label yang mereka pilih tergantung dari kebutuhan berapa baju
yang ingin dimiliki. Sehingga jika hanya butuh satu atau dua hijab dan pakaian
mereka memilih membeli Zoya, Meyzora, Ada, Elizabeth dan online di
Hijab.com, Dian Pelangi. Tetapi jika membutuhkan beberapa hijab dan pakaian
mereka biasanya membeli di pasar, galeri-galeri busana muslim, aplikasi online
Lazada, Shoope dan aplikasi-aplikasi belanja online lainnya.
“khusus belanja baju 500rb/bulan, tapi ga selalu pake merk tertentu,tergantung kebutuhan belanjanya mau banyak atau engga”.
Tabel 4.1 Deskripsi Data tahap Eksternalisasi
No Tahap Eksternalisasi Keterangan Hasil Wawancara
85
1. Opini Informan TentangHijab
Keempat informan menyatakan bahwahijab adalah penutup kepala yang wajib dipakaidalam kehidupan sehari-hari baik di dalamrumah maupun di luar rumah.
Kebiasaan memakai hijab sejak kecil danbudaya di sekolah adalah hal yang membentukidentitas sebagai perempuan muslim. Selain itulingkungan sekitar teman pergaulan yangmemakai hijab serta tuntutan kampus yangmewajibkan menggunakan hijab.
2. Opini Informan tentangBusana Muslim
Keempat informan biasa memakaibusana muslim yang tertutup kecuali wajah dantelapak tangan dalam kehidupan sehari-hari,baik di dalam rumah maupun di luar rumah yaitumenggunakan hijab dan menggunakan pakaiantidak ketat, tidak menerawang/tipis, tidakmenggunakan jeans.
3. Opini Informan tentangFashion
Menurut keempat informanmenggunakan hijab sama sekali tidakmenghambat untuk bisa mengikuti trend fashion.Fashion itu penting, karena bebas bisamengekspresikan diri mengenai pakaian yangsesuai dengan keinginan masing-masing agarterlihat fashionable, modis, cantik dan simpeltetapi tetap syar’i.
Namun keempat informan tidak terlalumengikuti trend fashion,trend fashion yangmereka ikuti hanya tergantung bagaimana bisamenyesuaikan antara hijab dan busana muslimyang mereka gunakan bukan membeli baju yangsedang eksis di pasaran. Mengikuti trend fashionperlu memantaskan diri apa yang dipakai denganmemperhatikan kenyamanan masing-masing.
4. Opini Informan tentangMake up dan Aksesoris
Menurut keempat informan memakaimake up hanya pada saat hari-hari penting,seperti acara resepsi pernikahan, undanganulangtahun, acara wisuda, acara fashion,maupun saat melakukan photoshoot bersamateman, saudara maupun keluarga. Hal tersebutseperti yang diungkapkan oleh salah satuinforman.
Keempat informan memakai make upnatural yaitu bedak sesuai dengan warna kulit,warna lipstick sesuai dengan warna bibir, eyeshadow berwarna coklat dan perang (bronze),memakai blush on tipis berwarna peach atau
86
merah muda, memakai mascara, memakaieyeliner dan merapihkan alis denganmenggunakan pensil alis berwana coklatmenyesuaikan warna bulu alis.
Selain itu keempat informan terkadangjuga menambahkan aksesoris di busanamuslimnya sebagai pendukung penampilannyaagar terlihat fashionable seperti jam tangan,gelang, kalung maupun bros.
5. Opini Informan tentangModel dan BusanaMuslim yang di sukai
Hijab yang paling nyaman dan sukai olehkeempat informan adalah hijab yang simpleyaitu segi empat di beri jarum lalu di ikatkan dileher atau di selempangkan ke pundak.Sedangkan model busana muslim, model yangsimple, serta model dress panjang atau gamisyang simple. Warna yang di sukai keempatinforman adalah warna-warna kalem dan tidakterlalu cerah, mereka juga menyukai mix andmatch warna yaitu mencampur warna maupunmodel hijab, baju, rok atau celana. Selain itujuga menyesuaikan motif jika pakaiannyabermotif atau bergambar maka hijab yangdigunakan keempat informan adalah warnapolos menyesuaikan warna motif tersebut,begitu juga sebaliknya.
6. Perubahan InformanMengenai Hijab danBusana Muslim
Tidak ada perubahan drastis mengenaihijab dan busana muslim yang mereka pakai.Tetapi untuk hijab ada sedikit perubahan, saatmasih awal-awal berdirinya komunitas ini,keempat informan masih menggunakan hijabberbagai bentuk alias unik-unik dengan melihathijab tutorial. Sekarang sudah tidak lagimenggunakan bentuk hijab yang seperti itu,karena jika memakai hijab yang di bentuk aneh-aneh itu percuma, sebagai ibu yang mempunyaianak kecil tentu di acak-acak oleh anaknya.Sehingga memilih menggunakan hijab yangsimple, menurut versi sebagai ibu-ibu cukup diikat dileher atau hanya di selempangkan kepundaknya. Tetapi sebelum masuk dalamkomunitas informan 2 mengaku sebelumnya iamenggunakan hijab besar.
7. Perubahan Sikap danPerilaku InformanSetelah Bergabung diHijabers Community
Menurut keempat informan berada dikomunitas ini membawa dampak yang sangatpositif, seperti semakin erat hubungansilaturahim antara sesama muslim, semakin
87
Banten banyak teman baru, semakin banyak ilmu baruyang didapatkan, semakin berubah menjadimuslimah yang lebih baik serta mempunyai rasatanggung jawab di komunitas HijabersCommunity Banten.
8. Perbedaan Hijab danBusana Muslim Informandi Luar HijabersCommunity Banten
Menurut keempat informan tidak adaperbedaan antara hijab dan pakaian di Hijaberscommunity Banten maupun di luar kegiatankomunitas, tergantung bagaimana menyesuaikanhijab dan pakaian sesuai kondisi dan situasidimana mereka berada. Misalnya seperti saatpengajian mereka menggunakan gamis, saatolahraga menggunakan training panjang dankaos panjang, saat acara pernikahanmenggunakan gaun atau kabaya, saat di rumahmemakai celana/rok bahan atau traning danmemakai kaos panjang biasanya menggunakanhijab bergo (hijab langsung pakai). Tetapimereka tetap mengutamakan kenyamanan, tidakmenerawang serta tidak menampakkan lekuktubuh.
3. Deskripsi Data Pada Tahap Objektivasi
a. Menutup Aurat sebagai Kewajiban Perempuan Muslimah
Keempat informan menyatakan bahwa identitas seorang perempuan
muslim adalah perempuan yang menggunakan hijab sebagai penutup auratnya,
karena hijab hukumnya wajib bagi perempuan muslim khususnya yang sudah
baligh.
“Identitas muslim itu pake hijab karena wajib hukumnya apalagi sudahbaligh.”.
Hijab sangat memiliki peran terhadap perkembangan identitas diri
keempat informan, karena hijab merupakan suatu tanda bahwa ia seorang muslim,
supaya tidak ganggu, sebagai pelindung dan bisa lebih mengatur dirinya sendiri
88
agar tidak melakukan hal yang buruk. Namun hijab tidak menentukan kesalehan
seseorang, karena yang menggunakan hijab kecil belum tentu kurang salehah,
begitu juga sebaliknya yang berjilbab besar belum tentu sangat salehah. Tetapi
menjadikan hijab itu untuk membentengi diri sendiri, sebagai identitas muslimah
agar malu jika melakukan sesuatu hal-hal yang tidak baik, serta terus melakukan
proses belajar yaitu memperbaiki hijabnya sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
“Engga juga sih, ga bisa dipukul rata soalnya karena berhijab yang kecilbelum tentu kurang solehah begitu juga sebaliknya yang berhijab besar itusolehah banget”.
b. Hijab Fashionable Bagian dari Dakwah
Menurut keempat informan mereka adalah yang pertama kali membentuk
komunitas Hijabers Community Banten, tujuan di bentuknya komunitas ini adalah
sebagai wadah untuk saling bersilaturahmi kepada sesama muslim lainnya
khususnya perempuan-perempuan muslimah. Selain itu mereka juga ingin
membuat wadah perempuan-perempuan muslimah yang menggunakan hijab dan
mengajak temen-temen perempuan muslimah yang lainnya yang belum memakai
hijab untuk memakai hijab. Menurut informan 4 banyak orang yang bilang kalau
dulu orang yang memakai hijab itu hanya monoton dan tidak bisa di aplikasikan
dengan baju yang lain. Akhirnya mereka membentuk komunitas ini, karena
mereka sebagai perempuan muslim yang memakai hijab dan menyukai fashion,
mereka ingin menepis pandangan tersebut. Jadi walaupun mereka memakai hijab,
mereka tetap terlihat cantik, bisa tetap terlihat modis, simpel dan tetep terlihat
fashionable sehingga perempuan muslim lainnya yang belum memakai hijab bisa
89
tertarik untuk memakai hijab dan cantik. Mix and match warna hijab dan busana
juga perlu diperhatikan, agar tetap terlihat fashionable.
“Kalo dulu banyak orang bilang kalo pake jilbab itu monoton engga bisadi aplikasikan dengan baju yang lainnya. Mix and match warna juga perludiperhatikan, biar bisa terlihat fashionable”.
Keempat informan menyatakan hijab modern yang mereka perkenalkan
adalah hijab unik-unik dengan berbagai macam gaya hijab serta memberikan
tutorial hijab di setiap acara kegiatan di Hijabers Community Banten. Selain itu
juga memberikan tutorial make up untuk menambah penampilan agar lebih
terlihat cantik. Menggunakan dresscode dan tema dresscode berbeda-beda di
setiap kegiatan agar lebih terlihat kompak dan cantik di foto. Di tambah lagi
dengan aksesoris yang mereka kenakan di setiap kegiatan juga mendukung
penampilan menjadi semakin terlihat fashionable.
Menurut keempat informan hijab yang mereka tampilkan menimbulkan
citra positif di masyarakat, karena wanita berhijab sekarang ini tidak lagi
dicitrakan sebagai wanita kuno dan ketinggalan jaman, melainkan sebagai wanita
yang cantik dan modis. Hal-hal yang demikian akhirnya menumbuhkan
ketertarikan bagi para wanita muslim untuk memakai hijab.
c. Hijab Fashionable sebagai Identitas Muslimah Modern dan Fleksibel
Ketika kegiatan berlangsung Hijabers Community Banten mempunyai
ketentuan khusus mengenai berpakaian. Informan 2 mengatakan Hijabers
Community Banten menggalakkan kepada member dan non member yang daftar
90
secara umum mengharuskan untuk memakai pakaian yang rapi, sopan, tidak ketat,
tidak menerawang dan tidak boleh menggunakan jeans. Khusus kegiatan
pengajian diwajibkan untuk seluruh anggota maupun bukan anggota
menggunakan pakaian muslim atau gamis. Namun selain kegiatan pengajian di
perbolehkan menggunakan celana asalkan berpakaian longgar, tidak ketat dan
tidak tipis.
“Tapi kalo ada kegiatan lainya selain kegiatan pengajian misalnya baksosatau apa, kita si masih ngebolehin untuk pake celana asal ga ketat gamenerawangnya itu”.
Peraturan mengenai berpakaian yang ada di Hijabers Community Banten
tidaklah menjadikan keempatinforman tertekan dalam berpakaian, mereka justru
merasa nyaman saja dengan peraturan tersebut. Menurut mereka ketentuan
tersebut memanglah sudah menjadi komitmen bersama sejak berdirinya
komunitas Hijabers Community Banten. Walaupun peraturan tersebut berlaku
hanya di dalam kegiatan, tetapi keempat informan mengaku bahwa mereka tetap
konsisten dengan peraturan tersebut, baik diluar kegiatan maupun didalam
kegiatan. Sedangkan peserta member atau non member yang ikut kegiatan ada
beberapa yang tidak konsisten dalam berpakaiannya, ketika mengikuti kegiatan
dan ketika berada diluar kegiatan. Seperti pengalaman yang dialami oleh informan
3 yang sempat melihat foto di sosial media salah satu peserta yang pernah ikut
kajian, ia memposting foto tidak menggunakan hijab.
“Kalo aku sih alhamdulilah konsisten, cuma kalo misalnya bukankomitenya yah, pesertanya kadang yang aku follow di sosial media yangikut kajian, eh tau-tau ada yang gitu, ya update foto misalnya dia ga pakehijab. Cuma ya engga papalah yang penting dia mau buat ikut kajian”.
91
Tetapi, jika memang ada salah satu komite lain yang menggunakan
pakaian tidak sesuai dengan peraturan yang ada di Hijabers Community Banten,
maka hal tersebut di diskusikan bersama di grup Whatsapp. Menurut informan 2
pakaian yang mereka pakai merupakan tedalan bagi orang yang melihatnya,
sehingga sebelum orang lain yang berkomentar, lebih baik di diskusikan bersama.
“Kan kita ada grup komite, jadi kalo misal ada foto di sosial media gabagus yah langsung di obrolin, mau engga mau kita kan jadi tontonanyah. Jadi kalo udah jadi tontonan, udah jadi teladan terus orang ngeliat,terus komentar iih kok begini, kan itu jadi ga bagus. Jadi sebelum ditegororang lain, kita pasti diskusiin langsung di grup”.
Sedangkan untuk hijab, di Hijabers Community Banten tidak mempunyai
ketentuan yang tidak diperbolehkan. Hijabers Community Banten hanya
mengkhususkan bagi perempuan muslimah yang berhijab, jika ingin bergabung
menjadi member/anggota maupun hanya ingin mengikuti kegiatan-kegiatan
Hijabers Community Banten.
Tabel 4.2 Deskripsi Data Tahap Objektivasi
No Tahap Objektivasi Keterangan Hasil Wawancara
1. a. Interaksi SosialMengenai BusanaMuslim Anggota
Menurut keempat informan tidak adaketentuan mengenai hijab di HijabersCommunity Banten. Hijabers Community
92
Hijabers CommunityBanten
Banten hanya mengkhususkan bagi perempuanmuslimah yang berhijab dan mau berhijab, jikaingin bergabung menjadi member/anggota danhanya ingin mengikuti kegiatan-kegiatanHijabers Community Banten.
Ketika kegiatan berlangsung, HijabersCommunity Banten mempunyai ketentuankhusus mengenai busana muslim. HijabersCommunity Banten menggalakkan kepadamember dan non member yang daftar secaraumum mengharuskan untuk memakai pakaianyang rapi, sopan, tidak ketat, tidak menerawang,tidak boleh menggunakan legging dan tidakboleh menggunakan jeans.
Tanpa ada tekanan, keempatinformanmerasa nyaman dengan peraturan tersebut.Ketentuan tersebut memang sudah menjadikomitmen bersama sejak berdirinya komunitasHijabers Community Banten. Walaupunperaturan tersebut berlaku hanya di dalamkegiatan, keempat informan tetap konsistendengan peraturan tersebut, baik diluar kegiatanmaupun didalam kegiatan.
Tetapi, jika memang ada salah satukomite lain yang menggunakan busana muslimtidak sesuai dengan peraturan yang ada diHijabers Community Banten, maka hal tersebutdi diskusikan bersama di grup Whatsapp.Karena, pakaian yang mereka pakai merupakanteladan bagi orang yang melihatnya, sehinggasebelum orang lain yang berkomentar, lebih baikdi diskusikan bersama.
Pertama kali hijab modern yang merekakenalkan adalah hijab unik-unik denganberbagai macam gaya hijab serta memberikantutorial mengenai hijab yang mereka pakai disetiap acara kegiatan di Hijabers CommunityBanten. Selain itu, tutorial menggunakan makeup juga biasanya diselipkan dalam setiapkegiatan-kegiatan Hijabers Community Banten.Tujuannya adalah agar perempuan muslim jugadapat merias diri untuk mendukung penampilansupaya terlihat cantik. Menggunakan dresscodedan tema dresscode berbeda-beda di setiapkegiatan agar lebih terlihat kompak dan cantik difoto. Di tambah lagi dengan aksesoris yang
93
mereka kenakan di setiap kegiatan jugamendukung penampilan menjadi semakinterlihat fashionable.
Menurut keempat informan denganmenggunakan hijab fashionable, dapat menarikperempuan muslim lainnya untuk menggunakanhijab. Keempat informan ingin membuktikanbahwa hijab yang dulu dianggap kuno dan tidakmodis, kini menggunakan hijab juga bisa modisfashionable dan tetap terlihat cantik.
Khusus kegiatan pengajian diharuskanmengenakan pakaian muslim rapi seperti gamis,namun selain kegiatan pengajian di perbolehkanmenggunakan celana asalkan berpakaianlonggar, tidak ketat dan tidak tipis.
4. Deskripsi Data Pada Tahap Internalisasi
a. Hijab dan Busana Muslim yang dikenakan Lebih Modern dan Fleksibel
Sulitnya dalam menggunakan hijab tutorial serta membutuhkan waktu
yang cukup lama, membuat perempuan muslimah lainnya mulai kurang tertarik
dengan hijab tutorial. Keempat informan juga merasa bahwa hijab yang mereka
kenakan terkesan ribet, terlalu sulit untuk dipakai dan dapat menghambat
aktivitas. Serta hijab yang unik membuat keempat informan menjadi kurang
nyaman dengan hijab terlalu banyak model, banyak jarum serta lilitan di kepala.
Akhirnya keempat informan lebih menyukai hijab model yang lebih simple yaitu
hijab segi empat yang di ikat dileher.
“dulu memang sih pake hijabnya tutorial gitu agak ribet lah yah banyaklilitan dan jarum, tapi semenjak banyak yang kurang berminat, dan kita-kita juga merasa ribet pake hijab alias ga nyaman, akhirnya pake hijabsimple segi empat di jarum satu di selempangin”.
94
Sedangkan menurut keempat informan model busana muslim yang
menurut mereka paling nyaman dan mereka sukai adalah model yang simple, serta
model dress panjang atau gamis yang simple. Keempat informan menyatakan
bahwa warna yang mereka sukai adalah warna-warna kalem/ soft dan tidak terlalu
cerah, mereka juga menyukai mix and match warna yaitu mencampur warna hijab,
baju, rok atau celana. Selain itu juga menyesuaikan motif jika pakaiannya
bermotif atau bergambar maka hijab yang mereka gunakan warna polos
menyesuaikan warna motif tersebut, begitu juga sebaliknya.
“Yang simpel aja sih, ga aneh-aneh, warnanya kalem ga terlalu cerah,terus kalo baju yang saya suka itu model dress panjang atau gamis yangsimpel dan warnanya kalem atau warna-warna yang soft”.
Keempat informan menyatakan tidak ada perbedaan antara hijab dan
busana muslim di Hijabers Community Banten maupun di luar kegiatan
komunitas, tergantung bagaimana mereka menyesuaikan hijab dan pakaiannya
sesuai kondisi dan situasi dimana mereka berada. Misalnya seperti saat pengajian
mereka menggunakan gamis, saat olahraga menggunakan training panjang dan
kaos panjang, saat acara pernikahan menggunakan gaun atau kabaya, saat di
rumah memakai clana bahan atau traning dan memakai kaos panjang biasanya
menggunakan hijab bergo (hijab langsung pakai). Tetapi mereka tetap
mengutamakan kenyamanan, tidak menerawang, tidak ketat dan menghindari
warna mencolok.
Keempat informan menyadari hijab dan busana muslim yang mereka pakai
belum sempurna sesuai dengan syariat Islam. Mereka berusaha akan terus
memperbaiki hijab dan busana muslimnya. Informan 1 dan 3 menyatakan bahwa
95
busana muslimah yang ia kenakan masih belum bisa memenuhi hukum syariat
Islam. Karena informan 1 terkadang masih lupa menggunakan kaos kaki.
Informan 1 juga sedang berusaha untuk bisa belajar menjadi lebih baik, sehingga
ia pelan-pelan berusaha untuk memperbaiki diri dan juga memperbaiki
pakaiannya yang lebih baik lagi. Sedangkan saat ini informan 3 belum siap untuk
menggunakan busana muslim yang besar-besar karena ia masih belum bisa
meninggalkan pakaian celana, menurutnya celana termasuk menyerupai laki-laki.
Informan 3 mangaku bahwa ia mau menggunakan busana muslim yang sesuai
dengan syariat Islam, namun secara pelan-pelan dalam memperbaiki pakaiannya.
Informan 2 dan 4 sangat menghindari menggunakan celana, karena itu
juga termasuk bentuk bagian dari laki-laki dan tidak diperbolehkan dalam Islam
perempuan menyerupai laki-laki. tetapi ia juga masih berusaha ingin terus
memperbaiki pakaiannya, walaupun terkadang mereka juga masih menggunakan
celana.
Keempat informan menyatakan mereka sedikit mengikuti trend fashion,
tetapi tidak begitu menerapkannya ke dalam sehari-harinya, mereka hanya sekedar
tahu mengenai trend sekarang dan yang sedang hitz, tetapi jika mereka merasa
tidak pantas dengan model tersebut, mereka enggan untuk membelinya. Menurut
mereka untuk mengikuti trend fashion tentu perlu memantaskan diri apa yang
dirinya pakai dengan memperhatikan kenyamanan diri sendiri, tidak
memperlihatkan lekuk tubuh dan yang terpenting adalah tidak membuat orang lain
tidak nyaman melihatnya.
96
“sedikit ngikutin sih, tapi untuk ngikutin fashion sekarang, kita jugamemantaskan diri sendiri apa yang kita pake, kalo ga pantes ya ga beli.Intinya sih engga memperlihatkan lekuk tubuh, kitanya nyaman, yangpenting engga bikin risih orang yah”
Menurut keempat informan terdapat beberapa gaya busana untuk disetiap
aktivitas yang berbeda, sehingga membedakan gaya busana yang digunakannya
dalam berbagai aktivitasfashionable. Mix and match, model, motif warna hijab
dan pakaian pun mereka padukan agar terlihat. Merawat diri dan menghias diri
termasuk kecantikan dari luar seperti make up dan aksesoris adalah cara mereka
dalam merias diri. Memakai make up di butuhkan hanya pada saat hari-hari
penting, seperti acara resepsi pernikahan, undangan ulangtahun, acara wisuda,
acara fashion, maupun saat melakukan photoshoot bersama teman, saudara
maupun keluarga. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu
informan.
“make up penting, kalo lagi ada acara spesial, misal acara pernikahan,wisuda, acara fashion, mau foto studio”.
Keempat informan memakai make up natural yaitu bedak sesuai dengan
warna kulit, warna lipstick sesuai dengan warna bibir, eye shadow berwarna
coklat dan perang (bronze), memakai blush on tipis berwarna peach atau merah
muda, memakai mascara, memakai eyeliner dan merapihkan alis dengan
menggunakan pensil alis berwana coklat menyesuaikan warna bulu alis. Selain itu
terkadang juga menambahkan aksesoris di busana muslimnya sebagai pendukung
penampilannya agar terlihat fashionable seperti jam tangan, gelang, kalung
maupun bros.
97
“walaupun pake make up juga yang natural aja. Kalo aksesoris kadangpake kadang engga, tergantung sih. Aksesorisnya itu misalnya kalung,jam tangan, gelang atau bros”.
b. Kepatuhan serta Ketaatan dalam Menjalankan Perintah Agama
Keempat informan menyatakan bahwa identitas seorang perempuan
muslim adalah perempuan yang menggunakan hijab sebagai penutup auratnya,
karena hijab hukumnya wajib bagi perempuan muslim khususnya yang sudah
baligh. Seperti yang diutarakan oleh salah satu informan yaitu Informan 2 :
“Identitas muslim itu pake hijab karena wajib hukumnya apalagi sudahbaligh.”.
Hijab sangat memiliki peran terhadap perkembangan identitas diri
keempat informan, karena hijab merupakan suatu tanda bahwa ia seorang muslim,
supaya tidak ganggu, sebagai pelindung dan bisa lebih mengatur dirinya sendiri
agar tidak melakukan hal yang buruk. Namun hijab tidak menentukan kesalehan
seseorang, karena yang menggunakan hijab kecil belum tentu kurang salehah,
begitu juga sebaliknya yang berjilbab besar belum tentu sangat salehah. Tetapi
menjadikan hijab itu untuk membentengi diri sendiri, sebagai identitas muslimah
agar malu jika melakukan sesuatu hal-hal yang tidak baik, serta terus melakukan
proses belajar yaitu memperbaiki hijabnya sesuai dengan ketentuan syariat Islam
serta lebih taat kepada Allah SWT.
“Engga juga sih, ga bisa dipukul rata soalnya karena berhijab yang kecilbelum tentu kurang solehah begitu juga sebaliknya yang berhijab besar itusolehah banget”.
Semakin baik berhijab yang mengikuti syariat Islam tentu semakin
merubah dirinya ke arah yang lebih baik dan membawa dirinya ke arah yang lebih
98
baik juga. Menurut keempat informan cantik yang ditampilkan adalah cantik luar
dalam, sehingga tidak hanya kecantikan dari luar saja, tetapi cantik dari dalam
juga sangat dibutuhkan. Cantik dari dalam dengan cara lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT yaitu beribadah, rajin membaca Al-Quran, dan melakukan
perbuatan yang baik seperti menutup aurat, murah senyum, menghindari
perbuatan yang kurang baik, menyayangi anak yatim, memperbanyak amal
kebaikan.
Tabel 4.3 Deskripsi Data Tahap Internalisasi
No Tahap Internalisasi Keterangan Hasil Wawancara1. a. Hijab dan Busana
Muslimah AnggotaHijabers CommunityBanten KegiatanRapat Komite,Kegiatan HijabersDay Out dan KegiatanBakti Sosial
Menurut keempat informan ketikakegiatan pengajian, mereka memakai hijab danbusana muslim (gamis). Tiap satu bulan sekalimempunyai tema kajian yang berbeda-beda danmemakai tema pakaian atau dresscode warnaatau motif yang berbeda-beda. Namun jika tidakmempunyai dresscode, membolehkan komitemaupun memakai pakaian lain. Informan 1 jugamenegaskan bahwa sebenarnya tujuan adanyadresscode agar terlihat kompak dan bagus saatfoto bersama.
“Tujuan dresscode ngompakin aja sihsebenernya, biar bagus difotosebenernya”.
Selain kegiatan pengajian, HijabersCommunity Banten membolehkan para anggotakomite maupun peserta menggunakan celanapanjang. Sehingga keempat informan saatkegiatan rapat, kegiatan Hijab Day Out dankegiatan bakti sosial, mereka menggunakanhijab yang simple dan menggunakan pakaianbebas, baju panjang, celana panjang atau rokpanjang, baju tunik ataupun gamis. Terkadangmix and match busana muslim dengan hijabantara warna maupun motif atau model danmenghindari kain yang menerawang serta ketat.Sedangkan kegiatan olahraga keempat informan
99
memakai hijab, kaos panjang, celana panjangolahraga dan memakai sepatu tali atau sepatuolahraga.
“kita sih bebas kalo lagi ngumpul rapat,kegiatan Hijab Day Out, atau baktisosial gitu, mau pake celana panjangjuga gapapa, pake rok panjang, pakebaju panjang, mix and match warna ataumotif, yang penting tidak nerawang dantidak ketat”
Menurut keempat informan khususkegiatan Hijab Class dan Fashion Show parakomite menggunakan hijab dan busana muslimdresscode serta memakai make up, karenamenyesuaikan dengan acara kegiatan yangmengusung tema muslimah cantik yangfashionable.
b. Hijab dan BusanaMuslim di LuarHijabers CommunityBanten
Menurut keempat informan kesehariandi dalam rumah keempat informan tidakmenggunakan hijab di depan mahramnya. Saatbertemu dengan yang bukan mahramnyakeempat informan sehari-harinya menggunakanbaju panjang, celana/rok panjang atau dasterpanjang dan menggunakan hijab saat bertemudengan tamu di rumah. Saat terburu-burumenemui tamu dan tidak menggunakan bajupanjang atau kaos pendek, ia menggunakanhijab panjang dan celana/rok panjang.
Meskipun saat keluar di sekitar rumah,pergi ke rumah tetangga atau pergi ke pasar,keempat informan tetap konsiten menggunakanhijab. Mereka biasanya memamakai hijab bergo(hijab langsung pakai) baju panjang, celana/rokpanjang atau daster panjang. Sedangkan saatmengikuti kegiatan pengajian di lingkunganrumah, keempat informan memakai busanamuslim gamis memakai hijab besar dan panjangbergo (hijab langsung pakai) dan memakaibedak tipis dan lipstick berwarna nude.
Keempat informan adalah perempuanmuslim yang bekerja sehingga menyesuaikanpakaiannya di lingkungan pekerjaannya.Informan 1 dan 4 menyatakan saat mengajar dikampus dan di sekolah ia menggunakan gamis
100
atau baju panjang dan rok panjang,menggunakan hijab segi empat di julurkan kedepan dan memakai bedak tipis, merapihkan alismengunakan pensil alis berwarna hitam danlipstick berwarna nude.
Sedangkan informan 2 dan informan 3manyatakan bahwa saat bekerja sebagai pegawaidisalah satu perusahaan yang mendapat tuntutanuntuk menggunakan make up. Sehingga merekamenggunakan bedak tipis, eye shadow berwarnacoklat muda atau pink muda, merapihkan alisdengan menggunakan pensil alis berwarnacoklat tua, blush on berwarna merah muda,memakai eyeliner, mascara dan menggunakanlipstick berwarna nude. Sedangkan untukpakaian informan 2 dan informan 3menggunakan rok panjang atau celana panjang,baju panjang, blazer panjang, kemeja panjangdan hijab segi empat di ikat dileher.
Saat berkumpul bersama teman-temanatau ke pusat perbelanjaan keempat informanmenggunakan hijab simple segi empat, di ikatkeleher atau di selempangkan ke pundak.Mereka menggunakan celana panjang atau rokpanjang, pakaian panjang, baju tunik ataupungamis. Terkadang mix and match busanamuslim dengan hijab antara warna maupunmotif ataupun model dan menghindari kainyang menerawang dan ketat.
Berbeda lagi saat menghadiri acarapernikahan keempat informan memakai bajumuslim bahan brokat, model gamis mewahdengan warna yang sedikit cerah serta motif-motif yang menarik pada baju gamis, memakaikebaya, atau memakai baju muslim model dresspanjang. Menggunakan hijab menyesuaikanwarna dan motif pakaian, warna atau motif hijabjuga sedikit cerah, model hijab di ikat dileher.Sedangkan keempat informan merias wajahdengan make up dan menambahkan aksesorisbros, kalung, gelang atau jam tangan, sertamenggunakan sepatu high heels.
5. Deskripsi Data Opini Key Informan
101
Tabel 4.4 Deskripsi Data Opini Key Informan
No Kategori/ kelompok dataIdentitas Muslimah
Deskripsi Hasil Wawancara
1. Opini Key Informantentang Hijab dan BusanaMuslim
Key informan menyatakan bahwa hijabhukumnya wajib dipakai bagi semua perempuanmuslim yang sudah baligh, memakai hijab yangbenar sesuai dengan syariat Islam adalahmenjulurkan hijabnya sampai ke dada. Sepertiyang sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an suratAl-Ahzab ayat 59 dan surat An-Nur ayat 31.
Busana muslim menurut key informanadalah pakaian atas bawah (baju dan rok lebar)selama pakaian itu memenuhi syarat yang telahdi tetapkan syariat. Syarat-syaratnya yaituhendaknya pakaian itu menutupi seluruhtubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan,pakaian itu tidak tipis (transparan), pakaian itutidak sempit, pakaian tidak menyerupai laki-lakidan tidak terdapat hiasan yang mengundangperhatian kaum lelaki. Apabila mengenakancelana panjang longgar dan tidak transparan diperbolehkan, jika mengenakan baju atasan yangpanjang hingga lutut.
Sedangkan untuk warna menurut keyinforman dibolehkan memakai pakaian berwarnaterang yang tidak mencolok selama tidakmenimbulkan fitnah dan dapat menarikperhatian kaum laki-laki.
2. Opini Key Informantentang Fashion
Menurut key informan, sebagai manusiayang hidup di zaman modern, banyak sekaliperubahan terutama dibidang fashion. Saat ini,sedang berkembang pesat trend pakaian untukmuslimah. Namun, sebagai muslim harus cerdasdalam memilah dan memilih pakaian seperti apayang cocok dan pantas untuk di kenakan. Jangansampai karena ingin mengikuti perkembanganzaman dan trend fashion saat ini, justru malahsalah memilih. Sebagai muslim, disunnahkanuntuk memakai pakaian baru, bagus dan bersihsebagaimana sabda rasulullah SAW :
“Apabila Allah SWT mengaruniakankepadamu harta, maka tampakkanlahbekas nikmat dan kemurahan-nya itupada dirimu. (HR. Abu Daud dan
102
dishahihkan oleh Al-Albani)”3. Opini Key Informan
tentang Make up danAksesoris
Menurut key informan menggunakanmake up dan aksesoris diperbolehkan asalkantidak berlebihan dalam berhias (tidak mencabut/mencukur alis dan tidak menggunakan bulumata) dan tidak menarik perhatian lawan jenis.
“Sifat berlebih tidak di sukai oleh AllahSWT bahkan berdandan yang berlebihanpun tidak luput dari larangan Allah SWTQS. Al-An’am : 141 “sesungguhnya Diatidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. QS. Al-Ghafir: 43 “dansesungguhnya orang-orang yangberlebihan. Mereka adalah penghunineraka””.
Wanita yang lebih sering berlebihandalam gaya berbusana atau berdandan danberlebihan juga dalam membeli suatu dandanan,berarti itu adalah sebuah pemborosan karenasesungguhnya pemborosan itu adalah saudarasaudara syaiton.
“Dan sesungguhnya kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.Sesungguhnya pemboros-pemboros itusaudara-saudara syaiton (QS. Al-Isra :26-27)”.
4. Opini Key Informantentang Model Hijab danBusana Muslim HijabersCommunity Banten
Menurut key informan hijab dan busanamuslim yang di pakai oleh Hijabers CommunityBanten masih belum sesuai dengan syariatIslam, karena Hijab yang mereka pakai masihbelum menutupi dada. Sedangkan busanamuslim yang mereka pakai sudah hampirmemenuhi syariat Islam yaitu berpakaianlonggar, tidak ketat dan tidak menerawang tetapibelum sepenuhnya sempurna.
Key informan mengatakan merekamemang belum sepenuhnya menggunakan hijabdan busana muslim yang sesuai dengan syariatIslam, maka balajarlah untuk terusmemperbaikinya karena Al-Qur’an sebagaipedoman hidup yang sempurna dan mulia dansudah memberikan kepada seluruh umat muslimtentang tata cara hidup di dunia ini. Perbedaan diantara muslim dengan muslim lain adalahsemata-mata karena Allah telah menyuruh
103
manusia untuk terus berpikir, berproses untukmenuju jalan yang dituntunkan oleh Allah SWTkepada setiap manusia.
“Dan setiap orang diwajibkan untukberusaha dengan sebaik-baiknya sesuaidengan kemampuannya. Sedangkankekurangannya hendaknya manusiaselalu meminta ampunan dari AllahSWT, karena Dia-lah Maha Pengampunlagi Maha Penyayang selama manusiaterus berusaha untuk menyesuaikan diridengan petunjuknya.”.
Seperti yang telah dinyatakan oleh keyinformanmengenai ayat tentang menutup auratyaitu QS. Al Ahzab ayat 59 perintah yangmenjadi identitas seorang muslimah untuk selalumengenakan jilbab dimanapun dirinya berada.Key informan menambahkan agama Islamadalah agama yang memberikan kemudahanbagi umatnya, dalam surat Al-Baqarah ayat 185dan Al-Hajj ayat 78 yang menegaskan bahwaAllah tidak menjadikan agama ini adalah suatukesulitan bagi manusia, melainkan sebagaipembawa rahmat bagi seluruh alam.
“Baik jilbab besar, jilbab kecil danjilbab modern adalah sama-samasaudara satu muslim, maka sangat tidakpantas jika kita selalu saja berputar-putar dalam masalah perbedaan”.
Key informan menambahkan orang yangtelah berhijab dengan benar dan niat benar,berarti sudah berusaha melaksanakan perintahAllah. Dengan demikian, tentunya orangtersebut akan berusaha menjalankan semuaperintah lain termasuk perbaikan akhlak danibadah, sementara perbaikan tidak selalulangsung sempurna. Jika ada seseorang yangberjilbab dan ada orang yangmempermasalahkan akhlaknya, katakanlah padamereka:
“bahwa antara jilbab dan akhlak adalahhal yang berbeda. Berjilbab adalah murniperintah Allah, wajib untuk wanita muslim yangtelah baligh tanpa memandang akhlaknya
104
baik/buruk, sedang akhlak adalah budi pekertiyang bergantung pada pribadi masing-masing.Jika seorang wanita berjilbab melakukandosa/pelanggaran, itu bukan karena jilbabnya,namun akhlaknya. Yang berjilbab belum tentuberakhlak mulia, tapi yang berakhlak muliapasti berjilbab”.
C. Pembahasan
1. Hijab dan Identitas Muslimah sebagai Realitas Subjektif
Realitas subjektif dalam kehidupan sehari-hari merupakan proses
penyesuaian diri dengan produk yang sudah ada, kemudian individu
mengeksternalisasikannya ke dalam sosiokultural. Untuk memaksimalkan
penelitian, peneliti memakai konsep penyesuaian diri agar pembahasan lebih
fokus dan terarah. Proses penyesuaian diri Hijabers Community Banten terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi anggota komite Hijabers Community Banten
untuk menentukan sikapnya pada tahap selanjutnya. Lingkungan tersebut adalah
lingkungan masyarakat, agama dan budaya. Dari keempat faktor yang
mempengaruhi tersebut penulis menyimpulkan bahwa anggota Hijabers
Community Banten berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara
positif.
Anggota komite mencoba melakukan penyesuaian diri dengan produk
sosial yang telah ada. Produk sosial merupakan sebuah realitas objektif yang
berkembang dalam lingkungan masyarakat dan digunakan untuk membatasi
perilaku individu. Produk sosial tersebut yaitu mengenai persepsi hijab, persepsi
105
busana muslim, trend fashion, persepsi warna dan motif hijab dan busana muslim,
persepsi model hijab dan busana muslim serta persepsi make up dan aksesoris.
Dalam melakukan proses penyesuaian diri ini, anggota komite mengalami proses
belajar yaitu belajar memahami, mengerti dan berusaha untuk melakukan apa
yang diinginkan oleh dirinya maupun lingkungannya.
Ketika terjadinya penerimaan pesan yang berkaitan dengan produk sosial
tersebut, komite Hijabers Community Banten memahami dan menerima produk
sosial dengan menyeimbangkan antara nilai dan norma hijab dimasyarakat, trend
fashion serta kewajibannya sebagai perempuan muslim. Sehingga anggota komite
Hijabers Community Banten dapat mengikuti perkembangan trend fashion
dengan tetap membatasi dirinya sesuai hukum syariat Islam dan menyesuaikan
lingkungan masyarakat.
Menutup aurat adalah alasan utama bagi para anggota komite untuk
memakai hijab dan menjalankan perintah agama. Keputusan untuk memakai hijab
tersebut adalah kesadaran diri sendiri dan lingkungan sekitar. Para anggota komite
Hijabers Community Banten memakai hijab untuk menunjukkan identitas diri
sebagai seorang perempuan muslim.
Pengaruh lingkungan merupakan faktor terbesar dalam proses
pembentukan identitas diri, seperti lingkungan teman sepergaulan dan lingkungan
keluarga. Pengaruh tersebut bisa dilihat dari anggota komite yang tertarik
memakai hijab setelah melihat lingkungan sekitar teman sepergaulan dan keluarga
yang memakai hijab. Sehingga anggota komite ingin menunjukkan identitas diri
106
sebagai seorang perempuan muslim dengan cara memakai hijab. Selain itu,
pengaruh faktor budaya yang telah terbiasa memakai hijab sejak kecil dan
bersekolah di sekolah Islam yang mengharuskan memakai hijab, juga membentuk
identitas diri sebagai perempuan muslim.
Dalam perkembangan trend fashion berhijab, internet menjadi media yang
digunakan oleh para anggota komite Hijabers Community Banten untuk mencari
informasi dan referensi tentang tren hijab dan busana muslim. Media sosial seperti
youtube dan instagram menjadi pilihan untuk mencari informasi mengenai tren
hijab dan busana muslim. Namun anggota komite lebih selektif dalam
menggunakan hijab dan busana muslim, sehingga anggota komite tidak berusaha
untuk meniru secara persis dan sama. Hal tersebut terlihat dari hijab dan busana
muslim yang komite kenakan tidak mengikuti perkembangan trend fashion tetapi
anggota komite hanya berusaha memantaskan apa yang di pakainya agar tetap
terlihat cantik.
Kebiasaan dalam berbelanja fashion hijab dan busana muslim anggota
komite dilakukan setiap satu bulan sekali. Aktivitas berbelanja hijab dan busana
merupakan kebutuhan rutin yang dilakukan oleh para komite, biasanya
menghabiskan total belanja kurang lebih Rp. 500.000. Pilihan label/merk untuk
hijab dan busana muslim yang dibeli oleh anggota komite seperti Zoya, Meyzora,
Ada, Elizabeth. Anggota komite juga membeli belanja online seperti Hijab.com,
Dian Pelangi, atau aplikasi belanja online lainnya. Selain itu ternyata anggota
komite tidak selalu mengutamakan merk dalam membeli hijab dan busana
muslim, terkadang anggota komite juga membeli di pasar atau di galeri-galeri
107
busana muslim. Sehingga anggota komite dalam membeli hijab dan busana
muslim menyesuaikan dengan kebutuhan serta uang yang dimiliki.
Setelah anggota komite Hijabers Community Banten melakukan
penyesuaian, kemudian melakukan proses interaksi dengan lingkungan
kelompoknya, selama proses tersebut terjadi proses pengaruh mempengaruhi.
Diperoleh hasil bahwa anggota Hijabers Community Banten mendapat pengaruh
besar dari lingkungan masyarakat serta agama. Proses interaksi sosial ini terjadi
proses komunikasi, dari proses komunikasi terjadilah proses perubahan yang
dirasakan oleh anggota Hijabers Community Banten, perubahan pemikiran
tersebut merupakan pengaruh dari proses anggota interaksi.
Dalam berhijab dan berbusana komite memang dipengaruhi oleh
lingkungan kelompok. Namun kelompok tidak begitu saja mempengaruhi
mengenai hijab dan busana muslim yang mereka gunakan secara langsung.
Melainkan terdapat pembiasaan yang menjadi pilihan seperti apa yang sesuai
dengan norma yang ada dalam kelompok dengan mempertimbangkan posisi sosial
sebagai komite. Norma tersebut adalah menggunakan pakaian yang longgar, tidak
menerawang, tidak ketat dan dilarang menggunakan legging sebagai pakaian luar.
Hijab dan busana muslim yang para anggota komite gunakan juga
mendapat dukungan dari keluarga dan teman, tetapi anggota komite juga
mendapat respon positif dan negatif dari masyarakat. Nilai positif dari masyarakat
karena mengkampanyekan pakaian tertutup namun tetap modis, sedangkan respon
negatif dari masyarakat yang beranggapan bahwa hijab dan busana muslim yang
108
mereka pakai tidak sesuai dengan hukum syariat Islam dan hanya mengedepankan
fashionnya saja.
Citra yang di dapat oleh hijabers di mata masyarakat adalah menggunakan
hijab dengan banyak model bahkan lilitan di kepala. Gaya hidup yang terlihat
mewah, bahkan yang bergabung di komunitas Hijabers Community Banten
identik dari kalangan menengah ke atas. Namun ketika penulis melihat memang
hijab dan busana muslim yang anggota komite kenakan tidak semuanya dengan
merk/label yang mahal. Anggota komite terlihat fashionable dan elegan, karena
anggota komite memilih dan memantaskan apa yang dipakai dengan
mengkombinasikan antara hijab dan busana muslim tanpa harus mengutamakan
merk/label. Penulis juga melihat anggota komite Hijabers Community Banten
tidak semuanya dari kalangan menengah ke atas, anggota komite saling
merangkul tidak memandang cantik, fashionable atau merk yang di pakai oleh
anggota maupun peserta.
2. Norma Islam dan Fashion sebagai Realitas Objektif
Pada tahap objektivasi masyarakat dilihat sebagai realitas yang obyektif,
dimana terjadi proses interaksi sosial dalam dunia intersubyektif yang
dilembagakan atau mengalami proses institusional. Pada tahap ini terjadi proses
interaksi individu dengan kehidupan sosialnya. Setelah melakukan proses
penyesuaian diri terhadap produk sosial mengenai persepsi hijab, persepsi busana
muslim, trend fashion, persepsi warna, motif, model hijab dan busana muslim,
serta persepsi make up dan aksesoris. Dalam penelitian ini akan melihat
109
bagaimana anggota Hijabers Community Banten saling berinteraksi satu sama lain
hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang perempuan muslimah yang
fashionable tetapi tetap syar’I.
Dalam tahap ini akan membawa pemikiran objektif dari hasil aktifitas
penyesuaian dirinya dalam tahap eksternalisasi, kemudian individu mendapat
pengaruh dari luar. Setelah anggota komite Hijabers Community Banten
melakukan penyesuaian, kemudian melakukan proses interaksi dengan lingkungan
kelompoknya, selama proses tersebut terjadi proses pengaruh mempengaruhi.
Diperoleh hasil bahwa anggota Hijabers Community Banten mendapat pengaruh
besar dari lingkungan masyarakat serta agama. Proses interaksi sosial ini terjadi
proses komunikasi, dari proses komunikasi terjadilah proses perubahan yang
dirasakan oleh anggota Hijabers Community Banten, perubahan pemikiran
tersebut merupakan pengaruh dari proses interaksi.
Dalam berhijab dan berbusana komite memang dipengaruhi oleh
lingkungan kelompok. Namun kelompok tidak begitu saja mempengaruhi
mengenai hijab dan busana muslim yang mereka gunakan secara langsung.
Melainkan terdapat pembiasaan yang menjadi pilihan seperti apa yang sesuai
dengan norma yang ada dalam kelompok dengan mempertimbangkan posisi sosial
sebagai komite.
Para anggota komite Hijabers Community Banten memaknai hijab sebagai
suatu perintah agama dan identik bagi umat muslim. Hijab yang identik dengan
Islam, menimbulkan tanggung jawab bagi para pemakainya untuk menjaga citra
110
Islam. Para anggota komite melihat dirinya sebagai bagian dari kelompok
muslimah berhijab dan secara lebih luas sebagai bagian dari kelompok umat
Muslim. Hal tersebut menimbulkan suatu tanggung jawab bagi para anggota
komite untuk citra Islam, salah satunya dilakukan dengan menerapkan norma
kelompok yang mengarahkan anggota komite untuk menjaga gaya berhijab dan
berbusana agar sesuai dengan syariat Islam.
Salah satu norma kelompok Hijabers Community Banten yang ditekankan
kepada para komitenya seperti menggunakan pakaian yang longgar, tidak
menerawang, dilarang menggunakan legging sebagai pakaian luar dan tidak
menggunakan jeans. Walaupun norma mengenai gaya berhijab dan busana
muslim berupa peraturan tidak tertulis, namun disadari oleh para komitenya dan
komite menyesuaikan diri dengan norma kelompok yang ada, saat anggota komite
berada di dalam kelompok. Hal tersebut terlihat para komite mematuhi peraturan
di setiap kegiatan pengajian pakaian longgar seperti gamis, meskipun di kegiatan
lainnya terkadang ada komite yang terlihat masih menggunakan pakaian sedikit
ketat. Sehingga untuk menjaga agar norma kelompok mengenai gaya busana
muslim agar tetap dipatuhi, maka antar anggota komite saling mengingatkan bila
gaya berbusananya masih agak terbuka, masih ketat atau menerawang.
Penjelasan diatas menggambarkan bahwa norma kelompok dalam
Hijabers Community Banten mendorong timbulnya tanggung jawab bagi para
komite untuk menjaga gaya berbusananya agar tetap syar’I. Norma kelompok
menjadi dasar bagaimana seharusnya komite berbusana sesuai apa yang dianggap
benar dalam kelompok dengan tujuan agar dirinya dapat diterima secara sosial.
111
Para komite perlu menyesuaikan dirinya saat berada dalam lingkungan kelompok.
Hal tersebut dilakukan dengan mengikuti norma dalam kelompok mengenai gaya
berhijab dan berbusana.
Yang ditampilkan oleh anggota komite Hijabers Community Banten
menimbulkan citra positif di masyarakat, karena wanita berhijab sekarang ini
tidak lagi dicitrakan sebagai wanita kuno dan ketinggalan jaman, melainkan
sebagai wanita yang cantik dan modis. Hal-hal yang demikian akhirnya
menumbuhkan ketertarikan bagi para wanita muslim untuk memakai hijab.
Hijab modern yang diperkenalkan oleh Hijabers Community Banten
adalah hijab unik-unik dengan berbagai macam gaya hijab serta memberikan
tutorial hijab dan tutorial make up di setiap acara kegiatan di Hijabers Community
Banten. Bahkan peserta yang hadir dalam kegiatan, ikut antusias mempraktekkan
hijab tutorial atau tutorial make up tersebut untuk dipakai oleh peserta yang hadir.
Gaya berjilbab dan gayaberbusana yang fashionable nampaknya disadari
oleh para anggota komite yang telah menjadi ciri khas dari Hijabers Community
Banten yang membedakan dengan kelompok muslimah lainnya. Sehingga
menarik perhatian orang lain untuk di jadikan sebagai panutan atau ditiru
mengenai hijab dan busana muslim yang di pakai oleh anggota komite Hijabers
Community Banten.
Fashion merupakan hal yang penting dalam berbusana bagi anggota
komite Hijabers Community Banten. Fashion hijab dan gaya busana muslim yang
dipakai pun menyesuaikan dengan kenyamanan aktifitas, situasi maupun keadaan.
112
Terdapat beberapa gaya busana untuk disetiap aktivitas yang berbeda, sehingga
anggota komite Hijabers Community Banten membedakan gaya busana yang
digunakannya dalam berbagai aktivitas.
Hal tersebut seperti pemaknaan anggota komite Hijabers Community
Banten bahwa fashion tetapi tetap syar'I sebenarnya dikemasnya agar lebih
menarik, selain dapat memberikan nilai dakwahnya, juga untuk mengajak
perempuan muslim lainnya menutup aurat tanpa menghambat aktifitas.
Menggunakan hijab tidaklah menjadi penghalang bagi anggota komite Hijabers
Community Banten untuk bisa berpakaian fashionable asal tetap memperhatikan
hukum syariat Islam, seperti tidak menggunakan jeans, tidak ketat dan juga tidak
menerawang.
3. Komunitas Hijab sebagai Realitas Intersubjektif
Setelah melalui tahap eksternalisasi yaitu tahap penyesuaian diri dari tahap
objektivasi yaitu tahap interaksi sosial kemudian masuk dalam tahap internalisasi
yaitu tahap tindakan sosial. Individu melakukan peresapan kembali atas realitas
yang terbentuk di masyarakat sebagai struktur yang objektif dan
mengaplikasikannya dalam diri sebagai realitas subjektif. Pengaplikasian tersebut
dilakukan dengan cara melakukan sebuah tindakan yang dilakukan oleh individu..
Pada awalnya dalam proses penyesuaian diri yang mengungkapkan tahap
eksternalisasi dimana telah belajar dan memahami tentang menutup aurat di
keluarga, agama dan lingkungan masyarakat. Kemudian setelah itu terjadilah
proses interaksi sosial yang merupakan tahap objektivasi, dimana dalam tersebut
113
lingkungan masyarakat, agama serta budaya sangat berpengaruh dalam
menentukan sikap. Kemudian selanjutnya tahap tindakan individu serta memaknai
kembali mengenai identitas muslimah.
Anggota komite Hijabers community Banten lebih memilih menggunakan
hijab yang lebih simple dan busana muslim yang longgar dan tidak tipis. Dalam
tahap ini muncul konstruksi baru yaitu konstruksi identitas muslimah modern di
kalangan mamah muda dimana setiap anggota komite memiliki identitas
muslimah modern yang simple tetapi tetap syar’i.
Hijab yang digunakan oleh anggota komite adalah hijab yang lebih simple,
agar lebih nyaman dalam beraktivitas khususnya sebagai Ibu untuk anak-anak
serta menyesuaikan kondisi dan pekerjaan. Sedangkan mengenai busana muslim
yang mereka pakai menyesuaikan dengan syariat islam yaitu tidak menggunakan
jeans, tidak menerawang dan juga tidak ketat.Gaya berbusana dan berhijab
menjadi ciri khas yang menonjol dari anggota komite Hijabers Community
Banten.
Para anggota komite menyadari bahwa kesamaan selera dalam berpakaian
minimbulkan satu pemikiran dalam berbusana. Hal tersebut terlihat dari selera dan
ketertarikan mereka yang tidak jauh berbeda dalam pilihan gaya berjilbab dan
berbusana. Kesamaan selera tersebut dapat terlihat dari gaya hijab dan berbusana
yang setipe walaupun masing-masing memiliki gaya tersendiri. Gaya berbusana
yang terlihat setipe yaitu muslimah yang fashionable tetapi tetap syar’I, yang
dilatarbelakangi oleh adanya peraturan mengenai berpakaian anggota komite
114
Hijabers Community Banten. Meskipun mereka mix and match pakaian, hijab
serta warna yang mereka pakai, mereka tetap mengutamakan tidak menggunakan
jeans, tidak transparan dan juga tidak ketat. Selain itu penggunaan dresscode yang
sama dan tema dresscode berbeda-beda di setiap kegiatan membuat terlihat
semakin kompak para anggota Hijabers Community Banten. Anggota komite
menggunakan make up di kegiatan-kegiatan tertentu, meski make up anggota
komite natural, anggota komite tetap terlihat cantikdan aksesoris yang mereka
kenakan di setiap kegiatan juga mendukung penampilan menjadi semakin terlihat
fashionable.
Segi gaya berhijab para anggota komite Hijabers Comuunity Banten
biasanya menggunakan model hijab yang simple, berupa segi empat yang di buat
segitiga, lalu di jarum satu kemudian jilbabnya diselempang ke pundak atau di
ikat dibelakang. Sedangkan dari segi gaya berbusana, baju yang sering digunakan
oleh komite Hijabers Community Banten yaitu dress, baju tunik, baju yang
longgar, rok atau celana bahan atau longgar serta mix and match warna-warna
serta motif hijab dengan busana muslim dengan menyesuaikan kondisi dan situasi
dimana mereka berada.
Terdapat beberapa gaya busana untuk disetiap aktivitas yang berbeda,
sehingga anggota komite Hijabers Community Banten membedakan gaya busana
yang digunakannya dalam berbagai aktivitas. Gaya busana formal digunakan
dalam aktivitas pekerjaan dengan menampilkan kesan professional. Gaya busana
pesta digunakan dalam aktivitas acara misalnya pesta pernikahan menampilkan
115
kesan rapi dan sedikit mewah. Gaya busana santai digunakan dalam aktivitas
sehari-hari menampilkan busana casual dan ringan.
Cantik yang ditampilkan oleh anggota komite Hijabers Community Banten
adalah cantik luar dalam, yang berarti cantik dari luar diri dan cantik dari dalam
diri. Kecantikan dari luar yaitu dengan merawat diri dan menghias diri. Make up,
aksesoris (jam tangan, gelang, kalung maupun bros), serta mengenakan pakaian
bersih, bagus, rapi dan fashionable adalah cara anggota komite dalam merias diri.
Perawatan tubuh juga dibutuhkan oleh para anggota komite dengan tanpa
mengubah bentuk diri, menjaga pola hidup sehat dan mengenakan pakaian yang
bagus (tidak berlebihan). Nampak terlihat anggota komite dapat merawat tubuh
dengan baik, seperti wajah bersih, badan sehat dengan melakukan kegiatan
olahraga, memakai make up (jika perlu), serta mengenakan pakaian bersih, bagus,
rapi dan fashionable. Seperti yang di jelaskan dalam surat QS. Al-An’am : 141dan
QS. Al-Ghafir: 43 menggunakan make up dan aksesoris pun diperbolehkan dalam
Islam, asalkan tidak berlebihan dalam berhias (tidak mencabut/ mencukur alis dan
tidak menggunakan bulu mata) dan tidak menarik perhatian lawan jenis.
Namun cantik dari luar saja itu tidak cukup bagi anggota komite Hijabers
Community Banten, karena hijab dimaknai sebagai simbol cantik yang
memancarkan aura kecantikan alami dari dalam diri. Sehingga cantik dari dalam
diri sangat diperlukan dengan cara lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT
yaitu beribadah, rajin membaca Al-Quran, dan melakukan perbuatan yang baik
seperti menutup aurat, murah senyum, menghindari perbuatan yang kurang baik,
menyayangi anak yatim, memperbanyak amal kebaikan. Hal tersebut penulis
116
melihat bahwa saat kegiatan anggota komite Hijabers Community Banten selalu
menebar senyum, dan melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti melakukan
bakti sosial, santunan kepada anak yatim dan kegiatan pengajian yang selalu
diawali dengan tadarus bersama-bersama.
Anggota komite Hijabers Community Banten memaknai bahwa identitas
perempuan muslimah adalah menggunakan hijab dan menyesuaikan dengan
kenyamanan diri sendiri, karena hijab tidaklah menentukan kesalehan seseorang.
Tetapi menjadikan hijab sebagai benteng diri anggota komite agar menjadi lebih
baik, lebih baik dan lebih baik lagi serta menghindari perbuatan-perbuatan yang
kurang baik atau dilarang oleh agama Islam. Namun hijab sangatlah memiliki
peran terhadap perkembangan identitas diri anggota komite, karena semua itu
adalah proses belajar. Semakin baik berpakaian yang mengikuti syariat Islam
maka semakin merubah diri anggota komite ke arah yang lebih baik dan
membawa diri anggota komite ke arah yang lebih baik.
Anggota komite menyadari hijab dan busana muslim yang mereka pakai
belum sepenuhnya sesuai dengan syariat Islam. Anggota komite tetap berusaha
akan terus memperbaiki hijab dan busana muslimnya serta memperbaiki
akhlaknya. Sekarang anggota komite sudah tidak lagi menggunakan hijab dengan
berbagai model dan lilitan di kepala. Hanya menggunakan hijab yang simple
yaitu segi empat lalu di ikat dileher atau di selempangkan ke pundaknya.
Sedangkan untuk saat ini busana muslim yang anggota komite gunakan akan terus
diperbaiki dengan mengikuti syariat.
117
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang sempurna dan mulia dan sudah
memberikan kepada seluruh umat muslim tentang tata cara hidup di dunia ini
maka belajar dan terus perbaiki. Karena perbedaan di antara muslim dengan
muslim lain adalah semata-mata karena Allah telah menyuruh manusia untuk
terus berpikir, berproses untuk menuju jalan yang dituntunkan oleh Allah SWT
kepada setiap manusia.
“Dan setiap orang diwajibkan untuk berusaha dengan sebaik-baiknyasesuai dengan kemampuannya. Sedangkan kekurangannya hendaknyamanusia selalu meminta ampunan dari Allah SWT, karena Dia-lah MahaPengampun lagi Maha Penyayang selama manusia terus berusaha untukmenyesuaikan diri dengan petunjuknya”.
Seperti tentang ayat mengenai menutup aurat yaitu QS. Al Ahzab ayat 59
perintah yang menjadi identitas seorang muslimah untuk selalu mengenakan jilbab
dimanapun dirinya berada. Selain itu agama Islam adalah agama yang
memberikan kemudahan bagi umatnya, dalam surat Al-Baqarah ayat 185 dan Al-
Hajj ayat 78 yang menegaskan bahwa Allah tidak menjadikan agama ini adalah
suatu kesulitan bagi manusia, melainkan sebagai pembawa rahmat bagi seluruh
alam. Orang yang telah berhijab dengan benar dan niat benar, berarti sudah
berusaha melaksanakan perintah Allah. Dengan demikian, tentunya orang tersebut
akan berusaha menjalankan semua perintah lain termasuk perbaikan akhlak dan
ibadah, sementara perbaikan tidak selalu langsung sempurna.
Dari ketiga tahap diatas, yaitu eksternalisasi berkaitan dengan penyesuaian
diri, objektivasi berkaitan dengan proses interaksi sosial dan internalisasi
berkaitan dengan tindakan individu. Setelah melalui ketiga proses tersebut
terbentuk suatu identitas muslimah modern yaitu sebagai sebuah organisasi hijab
118
yang fashionable dan fleksibel yang menyesuaikan dengan situasi dan keadaan
dimana mereka berada serta bentuk kepatuhan dan ketaatannya dalam
menjalankan perintah agama.
119
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Proses konstruksi sosial komunitas Hijabers Community Banten pada
penggunaan hijab sesuai dengan teori konstruksi realitas sosial dari Berger dan
Luckman adalah melalui tiga proses yaitu:
1. Proses Eksternalisasi
Lingkungan keluarga belum sepenuhnya menjadi tolak ukur dalam
perkembangan anggota komite, karena lingkungan teman dan
perkembangan zaman yang justru memberikan pengaruh yang besar pada
anggota komite. Selain itu, pengetahuan akan ilmu agama juga belum
menjadi tolak ukur dalam menyikapi tren yang ada, karena anggota komite
justru terpengaruh oleh lingkungan teman dengan memilih menggunakan
hijab dan gaya busana fashionable. Sehingga anggota komite berusaha
menyeimbangkan antara agama dengan perkembangan zaman.
2. Proses Objektivasi
Terdapat peraturan tidak tertulis yang telah disepakati bersama dan
cukup ditekankan diantara para komite Hijabers Community Banten
mengenai gaya berhijab dan berbusana muslim seperti menggunakan
pakaian yang longgar, tidak menerawang dan dilarang menggunakan
legging sebagai pakaian luar. Mix and match warna, motif hijab dan
busana muslim juga perlu diperhatikan, agar tetap terlihat fashionable.
120
3. Proses Internalisasi
Anggota komite Hijabers Community Banten memaknai bahwa
identitas perempuan muslim adalah menggunakan hijab fleksibel dengan
mengutamakan nilai sosial yang tinggi.
B. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan penulis adalah:
1. Saran Teoritis
Bagi penelitian selanjutnya yang ingin membahas mengenai identitas
muslimah organisasi Hijabers agar dapat melakukan pendekatan yang lebih intens
agar informasi yang didapatkan bisa mengungkap lebih dalam mengenai
organisasi Hijabers. Mampu membuka sisi lain dari identitas muslimah tersebut
melalui interaksi simbolik anggota hijabers sertapersepsi maasyarakat mengenai
organisasi hijabers sehingga lebih memperluas kajian.
2. Saran Praktis
Fenomena Hijabers Community Banten adalah sebuah organisasi
perempuan muslim yang mengkampanyekan hijab modern sebagai gaya hijab dan
gaya busana muslim fashionable. Diharapkan organisasi Hijabers Community
Banten mampu menginspirasi perempuan muslim yang belum berhijab menjadi
mau untuk berhijab. Serta diharapkan organisasi Hijabers Community Banten
dapat terus memperbaiki diri baik dari dalam maupun dari luar sehingga dapat
menjadi panutan bagi perempuan muslim lainnya.
121
UCAPAN TERIMAKASIH
Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis telah banyak
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu,
khususnya :
1. Allah SWT, yang telah memberikan hembusan nafas disetiap detik peneliti
mengerjakan skripsi ini. Atas segala rahmat, dan segala kelancaran yang
telah Ia berikan dan ketabahan yang selalu Ia tanamakan dalam hati ini.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Darwis Sagita, M.I.Kom. selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
5. Ibu Dr. Nina Yuliana, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Ibu Uliviana Restu H., S.Sos., M.I.Kom selaku Dosen Pembimbing 1
Skripsi yang dengan sabar membantu memberikan arahan serta masukan
Rohim, H. Syaiful. 2009. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:
Bandung.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitati, Kualititatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif , dan R&D. Bandung:
CV AlphaBeta.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sumber Lain :
Abani, Al & Muhammad Nashiruddin. 2002. Jilbab Wanita Muslimah (edisi
Indonesia). Yogyakarta: Media Hidayah.
Al-Hasyimi, Ali. Muhammad. 1997. Jatidiri Wanita Muslimah. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar.
Amal, Andi Sri Surianti. Role Juggling: Perempuan Sebagai Muslimah, Ibu dan
Istri. Jakarta: PT Gramedia.
Celia Lury. 1998. Budaya Konsumen.Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Erikson, E. H. 1968. Identity, Youth and Criss. New York: Norton.
Hidayat,Dedy N. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik
Klasik, Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UniversitasIndonesia
Ibrahim, Idi Subandy. 2007. Budaya Populer Sebagai Komunikasi (Dinamika
Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer). Yogyakarta:Jalasutra.
Ida, Rachmah, 2008. Muslim Women and Contemporary Veling in Indonesia
125
Sinetron. Dalam Indonesia Islam in a New Era. How Women NegotiateTheir Muslim Identities. Susan Blackburn et al. (eds), Clayton, Australia :MonasUniversity Press.
Kotler, Philip and Nancy R. Lee.2009. “Up and Out of Poverty : The Social
Marketing Solution. (New Jersey : Wharton School Publishing).
Mahali,Abu Iqbal al. 2006. Muslimah Modern dalam Bingka Al Qur’an dan Al-
Hadith. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Marcia, James. 1966. Development And Validation Of Ego Identity Status. Journal
Of Personality An Social Psychology. Vol.3
Nef-Saluz,2007.Islamic Pop culture in Indonesian An Antropoloy field study on
veiling practices among students of Gadjah Mada University ofYogyakarta. Arbeitsblatt 41, Institute fur socialanthropopogie, UniverstatBern,
Patton, Michael Quinn. 2002. Qualitative Research and Evaluation Methods,
Thousand Oaks, California: Sage Publication, Inc,
Saksono, Herman. Pusat Studi wanita (http/www.yoho.com).
Subhan, Zaitunah. 2004. Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos.Yogyakarta:
Pustaka Pesantren.
Warburton, Eve. 2006.Private Choice or Public Obligation? Institutional and
Sosial Regimes of Veiling in Contemporary Indonesia. Honor thesis.Universitas of Sydney.
http://www.anthro.unibe,ch/unibe/philhist/anthro/content/el765/e502410/e502495/ab41_ger.pdf diunduh pada tanggal 16 Nov 2017
126
LAMPIRAN
Lampiran terdiri atas
Lampiran A. Administrasi Penilitian
Surat Ijin Pencarian Data
127
Surat Pernyataan Kesedian Menjadi Informan
128
129
130
131
Buku Bimbingan Skripsi
132
Lampiran B. Data dan Dokumentasi
Pedoman Wawancara
(Informan Kunci)
1. Sekarang itu kan banyak fenomena perempuan muslimah yang
mengenakan hijab dan busana muslimah, dalam Islam, bagaimana aturan
mengenai hijab dan busana muslimah menurut Anda?
2. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menganjurkan tentang seorang perempuan
muslimah menjaga aurat?
3. Bagaimana tata cara berpakaian muslimah yang sesuai dengan syariat
Islam?
4. Bagaimana hukum Islam tentang perempuan muslimah yang
menggunakan hijab dan busana muslimah fashionable serta make up dan
aksesoris?
5. Dengan banyaknya fenomena perempuan muslimah yang menggunakan
hijab dan busana muslimah fashionable, bagaimana Anda menanggapi hal
tersebut?
6. Bagaimana tips Anda untuk perempuan muslimah lainnya, jika ingin
mengikuti gaya busana terkini akan tetapi tetap sesuai dengan syariat
Islam?
7. Menurut Anda apakah anggota Hijabers Community Banten sudah
memenuhi hukum syariat Islam?
133
Pedoman Wawancara (Informan Pendukung)
1. Pertanyaan Umum
1. Sejak kapan dan faktor apa Anda mulai memutuskan menggunakan hijab
dan busana muslim/pakaian muslimah?
2. Apakah Anda setuju perempuan muslimah itu perempuan yang berjilbab?
3. Apakah Anda menggunakan hijab dan busana muslimah fashionable?
4. Menurut pendapat Anda, apakah menggunakan jilbab dapat
menghalangi/menghambat seorang perempuan muslimah untuk bisa
mengikuti perkembangan hijab, gaya busana terkini serta tampil cantik
(make up)?
5. Bagaimana upaya Anda untuk menunjukkan sebagai perempuan muslimah
berjilbab yang mengikuti gaya busana terkini akan tetapi tetap
memperhatikan syariat islam?
Tahap Eksternalisasi
Faktor- faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri :
A. Faktor Lingkungan
1. Model hijab dan busana muslim/pakaian muslimah yang seperti apa yang
Ibu, adik, kakak atau saudara perempuan Anda kenakan?
2. Apakah dari keluarga Anda, ada peraturan tertentu yang harus di patuhi
mengenai hijab dan busana muslim/pakaian muslimah?
3. Model hijab dan busana muslim/pakaian muslimah seperti apa yang teman
Anda kenakan?
134
4. Apakah teman dekat Anda suka berkomentar atau memberikan saran soal
hijab dan busana muslim/pakaian muslimah yang Anda pakai?
B. Faktor Agama
1. Apakah Anda sering ikut kajian di luar HC?
2. Bagaimana Anda memaknai hijab itu sendiri? Apa itu busana
muslim/pakaian muslimah? Apa itu perempuan muslimah? Dan apa itu
fashion tetapi tetap syar’i?
C. Faktor Budaya
1. Bagaimana adat kebiasaan penggunaan hijab dan busana muslim/pakaian
muslimah yang berkembang di lingkungan sekitar rumah Anda?
2. Bagaimana hijab dan busana muslim/pakaian muslimah yang biasa Anda
gunakan?
3. Dari mana Anda mendapatkan pengetahuan tentang hijab dan busana
muslim/pakaian muslimah yang anda pakai? Apakah mengikuti atau
terinspirasi dari model atau artis, selebriti, designer, atau mungkin
perempuan muslimah yang lainnya, atau kreatifitas dari diri sendiri?
Tahap Objektivasi
1. Apakah Hijabers Community Banten mempunyai grup media sosial?
2. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh komunitas Hijabers
Community Banten, kapan dan dimana kegiatan-kegiatan tersebut di
laksanakan?
135
3. Ketika kegiatan di laksanakan apakah ada dresscode tertentu untuk
anggota Hijabers Community Banten maupun bukan anggota Hijabers
Community Banten? Lalu di Hijabers Community Banten sendiri, adakah
peraturan cara berjilbab dan berpakaian yang tidak diperbolehkan?
Tahap Internalisasi :
Tindakan Individu :
1. Perubahan apa yang Anda alami sebelum dan sesudah menggunakan hijab
dan busana muslim/pakaian muslimah?
2. Perubahan apa yang Anda alami sebelum dan sesudah masuk dalam
komunitas Hijabers Community Banten?
3. Adakah perubahan dalam memakai hijab dan busana muslim/pakaian
muslimah yang dulu Anda pakai dengan sekarang yang Anda pakai?
4. Pemilihan hijab dan busana muslim/pakaian muslimah yang Anda
gunakan itu di sesuaikan dengan gaya busana terkini, gaya yang Anda
sukai atau karena Anda memiliki kriteria tertentu misalnya dilihat dari
bahan atau merk/ brand tertentu yang Anda sukai?
5. Menurut Anda hijab dan busana muslim/pakaian muslimah yang Anda
pakai sudah sesuai dengan syariat Islam atau belum?
6. Bagaimana tips Anda untuk perempuan muslimah lainnya, jika ingin
mengikuti gaya busana terkini akan tetapi tetap sesuai dengan syariat
Islam?
136
Pedoman Observasi
Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan peneliti adalah mengamati
tahapan pelaksanaan dilapangan bagaimana proses konstruksi identitas muslimah
yang di bangun oleh anggota komite Hijabers Community Banten. Tujuan dari
pelaksanaan secara nyata dan jelas, sehingga peneliti dapat memahami dengan
baik bagaimana proses konstruksi hijab dan fashion anggota komite Hijabers
Community Banten sebagai identitas muslimah. Selain itu dengan observasi
peneliti dapat mencatat dan menanyakan hal-hal yang menunjang penelitian.
Aspek-aspek yang diteliti antara lain:
1. Mengamati media online Instagram Hijabers Community Banten.
2. Mengamati kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Hijabers Community
Banten.
3. Mengamati fashion (hijab, busana muslim, make up, aksesoris)
anggota komite Hijabers Community Banten di setiap kegiatan.
4. Mengamati fashion (hijab, busana muslim, make up, aksesoris) peserta
Hijabers Community Banten di setiap kegiatan.
5. Mengamati fashion (hijab, busana muslim, make up, aksesoris)
anggota komite di luar kegiatan Hijabers Community Banten.
137
Hasil Observasi
No. Hari,Tanggal,Waktu
Tempat Keterangan
1. Minggu,30 April
201708.00-12.00WIB
KomplekPerumahanPuspiptek,Serpong.Jl. Raya
Puspiptek,Muncut,
TangerangSelatan
Di hari sebelum kegiatan berlangsung, penulisregistrasi terlebih dahulu di hari ke salah satukomite dengan menyebutkan tema kegiatan,nama serta no HP serta membayar Harga TiketMasuk Rp. 150.000. Pada hari Minggu tanggal30 April 2017, Hijabers Community Bantenmengadakan kegiatan Hijabers Day Out dengantema acara “Archery coaching clinic with powerarcheri club”. Penulis pun datang untukmengikuti kegiatan secara langsung, saat penulismemasuki lapangan di komplek perumahanpuspiptek Tangerang Selatan, penulis melihatbanner yang telah dipasang di pinggir lapangandengan logo Hijabers Community Banten dansudah terpasang bantalan target di tengahlapangan serta peralatan memanah dipinggirlapangan. Di pinggir lapangan juga sudahterlihat banyak anggota komite dan para pesertayang sedang duduk-duduk atau pun mengobrolmenunggu acara dimulai dan mengisi absenyang sudah disediakan. Tepat pada pukul 08.00WIB acara pun dimulai, para peserta langsungberkumpul di pinggir lapangan. Para komiteterlihat menggunakan pakaian bebas yaituseperti hijab pendek, kaos, celana serta sepatulayaknya seperti akan berolahraga. Acaradimulai dengan sambutan ketua HijabersCommunity Banten yaitu teh Nurfadhlina yangmenceritakan sedikit mengenai sejarah HijabersCommunity Banten serta menjelaskan tujuandiadakan kegiatan memanah yaitu untukmenjalankan sunnah rasul “Berlatih memanahdan berkuda. Dan jika kalian memilih memanah,maka hal itu lebih baik dari berkuda”.(HR.Ahmad).Sebelum kegiatan memanah
138
dimulai, peserta di beri name tag dan bukumateri dasar-dasar memanah serta diberi Snack,minum dan goodie bag. Pemateri punmenjelaskan mengenai materi dasar-dasarmemanah dan memberikan arahan mengenaicarai memanah. Setelah itu peserta di ajak untukpemanasan tubuh, lalu mempraktekkan secaralangsung cara memegang panahan memanah danmelemparkan anak busur panah.
2. Minggu,21 Mei2017
08.00-13.00WIB
Masjid Al-Ikhlas, Jl.KH Abdul
Fatah HasanCijawa-Warjok
Kec.Serang,
KotaSerang,Banten
Pada tanggal 15 Mei 2017 penulis melakukanregitrasi terlebih dahulu dengan formatPengajian Mei Esti Mira Mei Munawaroh lalu dikirim ke nomer Whatsapp yang sudah tertera difoto yang di share di Instagram. Lalu penulismendapat balasan pesan yaitu diwajibkanmembawa Al-Qur’an, mukena, infaq 25rb sertadresscode sweet pink. Pada hari Minggu, tanggal21 Mei 2017, penulis mengikuti kegiatanpengajian sekaligus tasyakur 1st Anniversary.Saat sudah sampai di Masjid Al-Ikhlas, penulisdan peserta lainnya mengisi absen daftar hadirdan diwajibkan untuk berinfaq di kotak amalyang sudah disediakan. Di Masjid terlihat semuapeserta dan anggota komite menggunakanpakaian berwarna sweet pink, anggota komitejuga terlihat berpakaian rapi denganmenggunakan gamis, menggunakan hijab di ikatdi belakang, make up dan beberapa aksesoris.Pukul 08.00 WIB dimulai dengan serangkaianacara yaitu memberikan tutorial make up danhijab, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, kajianyang di sampaikan oleh Ustadzah KhairiyatunNisa, pemotongan tumpeng, santunan anakyatim, serta solat dzuhur berjamaah. Setelahsolat dzuhur penulis menemui wakil ketuaHijabers Community Banten untuk memberikansurat ijin penelitian sekaligus menanyakanmengenai sejarah berdirinya HijabersCommunity Banten serta norma-norma, jumlahanggota dan kegiatan-kegiatan.
139
3. Minggu,27
Agustus2017
08.30-12.00WIB
MasjidShiratal
MustaqimJasa MargaTangerang
Seperti biasa penulis registrasi terlebih dahulusebelum mengikuti kegiatan. Hari minggu padatanggal 27 Agustus 2017 penulis mengikutikegiatan pengajian dengan menggunakandresscde flower pettern. Saat penulis masukdalam masjid penulis mengisi daftar hadir danterlihat peserta dan angoota komitemenggunakan dresscode flower pettern,meskipun ada beberapa yang memakai flowerpettern di hijabnya, ada juga yang di gamis, ataubajunya. Semua anggota komite terlihatmenggunakan gamis serta menggunakan makeup tipis. Sambil menunggu pengajian di mulai,peserta diberikan tutorial mengenai hijab danmake up agar peserta tidak bosan. Sebelumacara kajian di mulai seluruh peserta dananggota komite bersama-sama membaca Al-Qur’an yang di pimpin oleh ustadzah Aas SitiSholehah, M.Pd.I, setelah itu ustadzahmelanjutkan menyampaikan kajiannya dengantema “Kurban dan Semangat Juang”. Setelahacara selesai penulis, peserta dan anggotakomite solat berjamaah di Masjid
4. Sabtu, 30September
201714.00-16.00WIB
BallroomHotel Le
Dian,Serang
Penulis melakukan registrasi terlebih dahuluuntuk mengikuti kegiatan dan membayar HTM150k. Kegiatan dilaksanakan hari minggu padatanggal 30 September 2017, penulis hadir padapukul 13.50, diruangan terlihat sudah sangatramai di hadiri oleh peserta denganmenggunakan dresscode berwarna putih. Akantetapi anggota komite terlihat kompak denganmenggunakan dresscode gamis berwarna hitam,menggunakan hijab motif bunga, hijab diikat dibelakang, dan mereka juga terlihat cantikmenggunakan make up. Kegiatan Hijab Day Outini adalah mengenai “make up dan hennaworkshop”. Penulis dan peserta di ajarkanmengenai cara menggunakan make up danhenna, setelah itu penulis dan peserta diberikanperalatan henna untuk mempraktekkan gambar
140
di kertas lalu belajar melukis henna langsung ditangan masing-masing. Tutorial mengenai makeup di sampaikan oleh make up artis@jianqaumi90, tutorial Henna di sampaikanoleh @bebyrhatu.
5. Sabtu,29 April
201806.00-08.00WIB
Pati UnusCourtyard
Jl. PatiunusF4, Jakarta
Selatan
Penulis melakukan registrasi terlebih dahuluuntuk mengikuti kegiatan dan membayar HTMRp. 115.000. Pada hari sabtu, tanggal 29 Aprilterdapat kegiatan #roadtoHCDay dengan temakartini long march “long march with inspiringwoman”. Penulis hadir pada pukul 07.00,penulis melihat banyak sekali peserta yang hadirdengan berpakaian olahraga. Penulis mengikutikegiatan senam, selain itu penulis juga bertemudengan sekumpulan anggota komite HijabersCommunity Banten dengan mengunakanpakaian kompak yaitu kaos berwarna putih,celana trening, sepatu olahraga danmenggunakan hijab berwarna pink.
6. Minggu,13 Mei2018
08.00-13.00WIB
MasjidAgungNurulIkhlas,Cilegon
Penulis registrasi terlebih dahulu sebelummengikuti kegiatan. Kegiatan dilaksanakan padahari Minggu, tanggal 13 Mei 2018. Penulis hadirpada jam 08.00, di masjid penulis melihat belumada orang, namun satu persatu peserta dananggota komite hadir. Mereka menggunakangamis sedangkan komite terlihat kompakmenggunakan gamis berwarna ungu. Sambilmenunggu pengajian dimulai peserta diberikantutorial menggunakan hijab dan make up.Pengajian dimulai pada jam 8.30, sebelumkajian di mualai peserta dan anggota komitemembaca Al-Qur’an terlebih dahulu yang dipimpin oleh Ustad Drs. H. Deni Rusli. M.Si dandilanjutkan kajiannya dengan tema “SucikanHati Menyambut Bulan Suci”.
7. Minggu, 3Juni 2018
15.00-19.00
MasjidAgung Ats-
Tsauroh,Serang
Penulis registrasi terlebih dahulu sebelummengikuti kegiatan. Penulis mengikuti kegiatanpada hari Minggu, tanggal 3 Juni 2018 padapukul 15.30. Di Masjid sudah terlihat banyaksekali peserta, anggota komite, anak pondok,
141
dan anak yatim sedang berkumpul duduk diMasjid. Terlihat seluruh peserta menggunakangamis dan anggota komite terlihat kompakmemakai baju dan hijab berwarna pink danmenggunakan rok berwarna hitam, ditambahdengan make up mereka yang cantik, selain ituada beberaoa komite yang menggunakanaksesoris ada juga beberapa yang tidak. Acara dimulai pada jam 16.00 dengan tema kajian“Muslimah Baper (Bawa Perubahan)” yag disampaikan oleh Dr. Umdatul Hasanah MA.Dilanjutkan dengan acara santunan kepada anakyatim, sumbangan untuk Masjid, lalu tadarus Al-Qur’an sambil menunggu adzan maghrib,setelah adzan maghrib peserta, anak pondo, anakyatim dan anggota komite berbuka bersama dandilanjutkan solat berjamaah di Masjid. Setelahpengajian selesai penulis menemui ustadzahLelin untuk diwawancari sebagai key informan.Ustadzah Lelin pun menyambutnya dengan baikdan langsung bersedia untuk diwawancarai olehpenulis. Beliau pun menjawab dengan tegas danmenjawab sesuai dengan pengetahuan yangbeliau miliki.
8. Kamis, 7Juni 2018
14.00-15.30WIB
RumahMakanAmpera
Kota Serang
Sebelumnya penulis menghubungi ketuaHijabers Community Banten yaitu teh Linaterlebih dahulu untuk menanyakan kesediannyauntuk menjadi informan di penelitian ini. Lalukemudian pada hari Kamis, tanggal 7 Juni 2018penulis bertemu dengan teh Lina di RumahMakan Ampera Kota Serang. Teh Lina nampakterlihat cantik meski tanpa menggunakan makeup, dengan menggunakan hijab bergo yangpanjang serta gamis berwarna dengan motifbintik-bintik putih. Penulis mewawancarai tehLina sesuai dengan pedoman wawancara dan tehLina pun menjawab dengan santai dan sopan.
9. Minggu,22 Juli2018
Masjid Al-Muthowwir
Jl. K.H
Penulis registrasi terlebih dahulu sebelummengikuti kegiatan. Pada hari Minggu, tanggal22 Juli jam 12.30 datang ke Masjid sudah
142
12.30-14.30WIB
Yasin Beji,Cilegon
terlihat banyak peserta yang hadir, bahkanantrian sudah panjang untuk mengisi form daftarhadir. Penulis ikut berbaris untuk mengantrisetelah itu masuk ke dalam Masjid dan sudahbanyak sekali peserta yang berkumpul di dalamMasjid dengan menggunakan gamis, adaberhijab kecil dan ada yang berhijab besar.Sedangkan anggota komite terlihat kompakdengan menggunakan gamis berwarna hijaudengan berbagai macam warna dan motif hijabserta hijab segi empat yang di ikat di belakang,tetapi ada juga beberapa yang di julurkan kedepan. Acara di mulai pada jam 13.00 di bukadengan tadarus bersama kemudian dilanjutkandengan kajian bertema “Halal Lifestyle” yangdisampaikan oleh Ust. Mukhlis M.Pd. Setelahacara selesai penulis menemui salah satuanggota komite yang menjadi informan karenadua informan sedang berhalangan hadir.Sehingga informan hanya menemui informan 2yaitu teh Susi untuk diwawancarai. Teh Susi punlangsung bersedia untuk di wawancarai olehpenulis dan menjawab semua pertanyaan.
10. Selasa, 24Juli 2018
13.30-14.30WIB
Palwates,Pandeglang
Penulis menghubungi informan 3 terlebihdahulu yaitu teh Fey. Penulis pun diperbolehkanmenemuinya di kediaman rumahnya diPalwates, Pandeglang. Penulis datang kerumahnya pada ja 13.30 dan disambut denganbaik oleh informan 3. Ia di rumah menggunakanpakaian santai yaitu kaos, celana serta hijabbergo dengan ukuran sedang. Ia nampak terlihatcantik meski tanpa menggunakan make up.Penulis duduk di ruang tamu bersama informan3 dan anak laki-lakinya berusia sekitar 2 tahun.Penulis pun mewawancarai informan 3 dan dijawab dengan penuh senyuman serta menjawabsemua pertanyaan yang penulis ajukan.
11. Sabtu, 28Juli 2018
13.00-
CadasariPandeglang
Penulis menghungi informan 4 yaitu teh Uus,informan 4 pun bersedia ditemui di rumahnya.Pada hari sabtu, tanggal 28 Juli 2018 jam 13.00
143
14.00WIB
penulis datang ke rumah teh Uus. Informan 4terlihat menggunakan hijab bergo ukuransedang, menggunakan daster serta tetap terlihatcantik meski tanpa menggunakan make up.Penulis di sambut dengan baik oleh informan 4dan informan 4 pun menjawab pertanyaan-pertanyan dengan kalimat yang sopan.
12. Minggu,19
Agustus2018
06.00-09.00WIB
CFD Alun-Alun
Serang(depan
pendopo)
Tanpa melakukan registrasi penulis langsunghadir di kegiatan “Galang Dana untuk Lombok”karena acara ini terbuka siapa pun diperbolehkan untuk datang langsung ke acaratersebut. Penulis datang pada jam 06.30, di alun-alun terlihat sangat ramai banyak orang. Danterlihat para anggota komite sedang melakukanpenggalangan di alun-alun kepada orang-orangyang sedang melintas di camp HijabersCommunity Banten. Anggota komite terlihatmenggunakan pakaian yang berbeda-beda, adayang menggunakan hijab segi empat yag dibuatkecil diikat di belakang, tunik panjang, celanapanjang, kaos panjang, celana trening, rokpanjang, dan ada juga yang mengenakan gamiskaos serta menggunakan sepatu olahraga.Sedangkan untuk warna terlihat bebas, namunada beberapa komite yang kompak denganmenggunakan tema warna putih.
144
Transkip Wawancara Key Informan
Penulis Menurut Ibu hijab dan busana muslim sebaiknya seperti
dan bagaimana hukum atau ayat yang ada di Al-Qur’an?
Key Informan Hijab hukumnya wajib dipakai bagi semua perempuan
muslim yang sudah baligh, memakai hijab yang benar
sesuai dengan syariat Islam adalah menjulurkan hijabnya
sampai ke dada. Seperti yang sudah dijelaskan dalam Al-
Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59 dan surat An-Nur ayat 31.
Busana muslim menurut saya pakaian atas bawah (baju
dan rok lebar) selama pakaian itu memenuhi syarat yang
telah di tetapkan syariat. Syarat-syaratnya yaitu
hendaknya pakaian itu menutupi seluruh tubuhnya
kecuali wajah dan telapak tangan, pakaian itu tidak tipis
(transparan), pakaian itu tidak sempit, pakaian tidak
menyerupai laki-laki dan tidak terdapat hiasan yang
mengundang perhatian kaum lelaki. Apabila mengenakan
celana panjang longgar dan tidak transparan di
perbolehkan, jika mengenakan baju atasan yang panjang
hingga lutut. Sedangkan untuk warna dibolehkan
memakai pakaian berwarna terang yang tidak mencolok
selama tidak menimbulkan fitnah dan dapat menarik
perhatian kaum laki-laki.
Penulis Menurut ibu bagaimana seorang perempuan muslim
menyeimbangkan antara fashion dengan syariat Islam?
Key Informan Sebagai manusia yang hidup di zaman modern, banyak
sekali perubahan terutama dibidang fashion. Saat ini,
sedang berkembang pesat trend pakaian untuk muslimah.
Namun, sebagai muslim harus cerdas dalam memilah dan
memilih pakaian seperti apa yang cocok dan pantas untuk
di kenakan. Jangan sampai karena ingin mengikuti
145
perkembangan zaman dan trend fashion saat ini, justru
malah salah memilih. Sebagai muslim, disunnahkan
untuk memakai pakaian baru, bagus dan bersih
sebagaimana sabda rasulullah SAW :
“Apabila Allah SWT mengaruniakan kepadamu
harta, maka tampakkanlah bekas nikmat dan
kemurahan-nya itu pada dirimu. (HR. Abu Daud
dan dishahihkan oleh Al-Albani)”
Penulis Bagaimana hukumnya seorang perempuan muslim
mengenakan make up atau berhias serta menggunakan
aksesoris?
Key Informan Menggunakan make up dan aksesoris diperbolehkan
asalkan tidak berlebihan dalam berhias (tidak mencabut/
mencukur alis dan tidak menggunakan bulu mata) dan
tidak menarik perhatian lawan jenis.
“Sifat berlebih tidak di sukai oleh Allah SWT
bahkan berdandan yang berlebihan pun tidak
luput dari larangan Allah SWT”(QS. Al-An’am :
141) “sesungguhnya Dia tidak menyukai orang
yang berlebih-lebihan”. QS. Al-Ghafir: 43 “dan
sesungguhnya orang-orang yang berlebihan.
Mereka adalah penghuni neraka””.
Wanita yang lebih sering berlebihan dalam gaya
berbusana atau berdandan dan berlebihan juga dalam
membeli suatu dandanan, berarti itu adalah sebuah
pemborosan karena sesungguhnya pemborosan itu adalah
saudara saudara syaiton.
“Dan sesungguhnya kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudara-
146
saudara syaiton (QS. Al-Isra : 26-27)”.
Penulis Menurut ibu apakah hijab da busana muslim yang di
pakai oleh anggota komite Hijabers Community Banten
sudah sesuai dengan syariat Islam atau belum?
Key Informan Hijab dan busana muslim yang di pakai oleh Hijabers
Community Banten masih belum sesuai dengan syariat
Islam, karena Hijab yang mereka pakai masih belum
menutupi dada. Sedangkan busana muslim yang mereka
pakai sudah hampir memenuhi syariat Islam yaitu
berpakaian longgar, tidak ketat dan tidak menerawang
tetapi belum sepenuhnya sempurna. Walaupun mereka
memang belum sepenuhnya menggunakan hijab dan
busana muslim yang sesuai dengan syariat Islam,
setidanya mereka sudah belajar untuk terus
memperbaikinya. Maka balajarlah untuk terus
memperbaikinya karena Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup yang sempurna dan mulia dan sudah memberikan
kepada seluruh umat muslim tentang tata cara hidup di
dunia ini. Perbedaan di antara muslim dengan muslim lain
adalah semata-mata karena Allah telah menyuruh
manusia untuk terus berpikir, berproses untuk menuju
jalan yang dituntunkan oleh Allah SWT kepada setiap
manusia. Dan setiap orang diwajibkan untuk berusaha
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.
Sedangkan kekurangannya hendaknya manusia selalu
meminta ampunan dari Allah SWT, karena Dia-lah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang selama manusia terus
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan petunjuknya.
Ayat tentang menutup aurat yaitu QS. Al Ahzab ayat 59
perintah yang menjadi identitas seorang muslimah untuk
147
selalu mengenakan jilbab dimanapun dirinya berada.
Tetapi agama Islam adalah agama yang memberikan
kemudahan bagi umatnya, dalam surat Al-Baqarah ayat
185 dan Al-Hajj ayat 78 yang menegaskan bahwa Allah
tidak menjadikan agama ini adalah suatu kesulitan bagi
manusia, melainkan sebagai pembawa rahmat bagi
seluruh alam. Baik jilbab besar, jilbab kecil dan jilbab
modern adalah sama-sama saudara satu muslim, maka
sangat tidak pantas jika kita selalu saja berputar-putar
dalam masalah perbedaan. Orang yang telah berhijab
dengan benar dan niat benar, berarti sudah berusaha
melaksanakan perintah Allah. Dengan demikian, tentunya
orang tersebut akan berusaha menjalankan semua
perintah lain termasuk perbaikan akhlak dan ibadah,
sementara perbaikan tidak selalu langsung sempurna. Jika
ada seseorang yang berjilbab dan ada orang yang
mempermasalahkan akhlaknya, katakanlah pada mereka,
bahwa antara jilbab dan akhlak adalah hal yang berbeda.
Berjilbab adalah murni perintah Allah, wajib untuk
wanita muslim yang telah baligh tanpa memandang
akhlaknya baik/buruk, sedang akhlak adalah budi pekerti
yang bergantung pada pribadi masing-masing. Jika
seorang wanita berjilbab melakukan dosa/pelanggaran, itu
bukan karena jilbabnya, namun akhlaknya. Yang
berjilbab belum tentu berakhlak mulia, tapi yang
berakhlak mulia pasti berjilbab.
148
Transkip Wawancara Informan 1 (Nurfadlina)
Penulis Sejak kapan dan faktor apa teteh menggunakan hijab?
Informan Dari kecil, sekitar umur 4 tahun. Emm, tapi emang ga pernah lepas si,
sebenernya sih awal mula emang dari sejak kecil sudah di pake.in
hijab sama ibu, pas kecil kalo kemana mana sama ibu selalu di pake.in
hijab jadi sampe sekarang saya nyaman dengan memakai hijab.Tidak
ada faktor yang mempengaruhi saya, ya mungkin karna dari kecil pake
hijab itu menjadi kebiasaan saya sehari-hari, karna saya merasa hijab
adalah penutup aurat saya, jadi kalo misal ga pake ga mungkin, karena
hijab itu kan menjadi kewajiban untuk seorang perempuan muslim.
Penulis Apakah teteh konsisten menggunakan hijab?
Ya alhamdulilah saya konsisten di luar maupun di dalam rumah, kalo
di rumah saya juga pake hijab, apalagi yang bukan muhrim dateng ke
rumah, saya buru buru langsung cari hijab untuk menemui tamu, tapi
kalo di rumah masih muhrim saya ga pake hijab misalnya seperti
suami dan anak anak saya atau misal ada ayah, ibu atau adik saya.
Apalagi kalau di luar rumah saya mau menginjakkan kaki keluar pintu
saja saya pake hijab jadi walaupun cuma main ke rumah tetangga saya
juga pake hijab dan pergi kemanan pun juga saya pake hijab.
Informan Gimana pemahaman teteh tentang ajaran agama Islam terkait hijab?
Kewajiban perempuan muslimah untuk menutup aurat, salah satunya
dengan hijab. Ada yang bilang juga itu hijab bukan produk budaya,
tapi memang syariat Islam, kemudian itu wajib bagi muslimah yang
sudah baligh diwajibkan untuk menutup aurat yaitu berhijab itu tadi.
Penulis Model hijab dan baju muslim apa yang teteh sukai?
Informan apa ya? Emm biasa aja sih, hehe. Yang simpel aja sih, ga aneh-aneh,
warnanya kalem ga terlalu cerah, terus kalo baju yang saya suka itu
model dress panjang atau gamis yang simpel dan warnanya kalem atau
warna-warna yang soft.
149
Penulis Menurut teteh hijab dapat menghambat untuk mengikuti trend?
Informan Sebenernya sih engga, tapi harus sesuai dengan koridor syariat Islam,
jadi ga menghambat sama sekali. Emmm nyesuaiin yah? Minimal sisi
warnanya mix dari pakaian dan hijab, atau ga bertumpuk apa ya
polanya, misal dresnya motif hijabnya polos kek gitu si, minimal gitu
lah. Selain warna kemudian polanya juga diliat. Baju yang di pake
juga harus tetap sesuai dengan koridor yang ada di syariat Islam yaitu
tidak ketat, tidak transparan, tidak pake jeans atau leging dan juga
tidak menampakkan lekuk tubuh.
Penulis Di HC Banten ada ga sih peraturan mengenai hijab dan berbusana?
Informan He.eh jadi kalo di event itu, kita menggalakkan member atau non
member atau massa yang registrasi yang daftar secara umum itu kita
mengharuskan untuk memakai busana muslimah yang rapi, yang
sopan, tidak ketat, tidak menerawang, kemudian tidak boleh memakai
jeans kalo lagi pengajian. Kalo ada kegiatan lainya misalnya baksos
atau apa, kita si masih ngebolehin untuk pake celana asal ga ketat ga
menerawang.
Penulis Tapi dan adik teteh pake hijab juga?
Informan Iya, adik saya ada dua cewe semuanya pake hijab, mereka pake hijab
juga sejak kecil. Kalo untuk model hijab sama busana muslim yang di
pake adik. Tergantung kebutuhan kali yah, tergantung acara kadang
gitu sih, disesuaikan dengan kondisi.
Penulis Kalo di keluarga teteh ada peraturan ga tentang hijab?
Informan Ga ada sih, yang penting gitu sih, pokoknya yang penting menutup
aurat, engga ketat sama aja sih aturannya.
Penulis Temen-temen teteh gimana kalo pake hijab? Suka komentar tidak?
Informan Temen-temen saya pake hijab ya disesuaikan juga dengan kondisi,
misalnya lagi olahraga ya pake kaos, pake celana trening, kalo
kondangan ya pake bajunya dress dan kesan mewah sedikit, kalo
150
pengajian ya pake gamis yang model dan warnanya kalem.Kita sih ya
ga suka komentar ini itu soal baju atau hijab, itu ya terserah kita semua
mau pake yang model kayak gimana itu bebas, kita ga terlalu ikut
campur, palingan kita cuma sekedar sharing atau saling mengingatkan.
Misal ada temen yang kurang sesuai pakeknya ketat atau transparan,
kita ngasih saran doang kayaknya kamu lebih cocok/pantes pake yang
model gini atau ngajakin hayuuk kapan kita sama bajunya. Terkadang
juga lebih ke praktek gitu misalnya langsung ngebenerin misalnya
ngebenerin kerudungnya.
Penulis Teteh suka liat-liat hijabers di media sosial tidak?
Informan Iya suka, kadang liat-liat artis atau hijabers di facebook, intagram, liat
trend-trend muslimah di internet, pas dulu juga sih suka liat tutorial
hijab gitu di youtube.
Penulis Teteh suka ikut kajian ga si selain di hc Banten? Kenapa?
Informan Kajian di bayangkara, terus kajian-kajian di komplek. He.eh, tapi
pengen ikut silaturahmi si yang pasti, menambah ilmu, silaturahmi,
terus apa yah? Charging ilmu gitu ya, supaya wawasan agamanya di
tambah dan terus di tambah lagi.
Penulis Menurut pendapat teteh, bagaimana teteh memaknai jilbab itu sendiri?
Informan Sama seperti yang di syariatkan, pokoknya menutup aurat kita, yang
poin utamanya ya itu, yang penting ga menerawang , menutup aurat ga
menerawang, ya itulah kunci utama hijab.
Penulis Menurut teteh perempuan muslimah itu seperti apa?
Informan Ya, kalo sudah baligh harusnya selain dia, apa yah memang kewajiban
tapi ya itu udah jadi cirinya harusnya, ketika kita memang kita melihat
ada wanita dewasa terus dia berjilbab, ya udah dia bisa secara kasat
mata sih berati dia bisa dipastikan dia muslimah, karena memang
menutup aurat. Selain itu, karena negara ini, negara ini mayoritas
agama Islam ya, ciri khasnya itu ya selain berhijab ya mungkin kita
151
temui di kajian-kajian keIslaman, terus di kampus-kampus Islam.
Penulis Fashion tetapi tetap syar’i itu gimana si teh?
Informan Pendapat pribadi ya? Fashion tapi tetap syar’i itu sebenernya di
kemasnya biar menarik aja sih, mungkin ada sisi dakwah juga disitu,
kalo mau mengajak orang-orang untuk lebih syar’I lagi gitu, mengajak
para muslimah untuk menutup auratnya beneran maksimal lah, gitu
kan. Tapi disisi fashion supaya ga monoton, supaya memang menarik
mix and match warnanya, mix and match polanya, mix and match
modelnya, gitu sih.
Penulis Menurut teteh make up dan aksesoris itu penting tidak?
Informan Make up penting, kalo lagi ada acara spesial, misal acara pernikahan,
wisuda, acara fashion, mau foto studio. walaupun pake make up juga
yang natural aja. kalo aksesoris kadang pake kadang engga, tergantung
sih. Aksesorisnya itu misalnya kalung, jam tangan, gelang atau bros.
Penulis Apakah hijab menentukan kesalehan seseorang atau tidak?
Informan Engga juga sih, ga bisa dipukul rata soalnya karena berhijab yang kecil
belum tentu kurang solehan begitu juga sebaliknya yang berjilbab
besar itu solehah banget.
Penulis Apakah bagi teteh hijab memiliki peran terhadap perkembangan
identitas diri teteh?
Informan Harusnya sih iya, harusnya iya, jadi ketika berpakainnya sudah
semakin rapi, sudah semakin mengikuti syariat Islam gitu kan,
semakin meninggalkan apa sih, hal-hal yang berlebihanlah dalam
berpakaian si sebenernya, akhirnya merubah diri ke arah yang lebih
baik juga, membawa diri ke arah yang lebih baik.
Penulis Teteh mengikuti trend fashion tidak?
Informan Sedikit banyak iya. Tapi, kalo beli baju, engga terlalu ngikutin si, yang
penting pokoknya kita misal suka polanya atau memang seneng
modelnya gitu yah, ga karena ini lagi ngetrend ini terus beli, atau
152
gimana, engga sih.
Penulis Apakah teteh membeli hijab dan baju dengan mempertimbangkan
model baju, harga, merk, bahan, menyesuaikan trend atau lainnya?Jika
ada baju baru, apakah baju lama di simpan atau tidak?
Informan Semuanya, yang penting ga menyesuaikan trend yah. Jadi ga ngikutin
trend pokoknya.Sesuai kebutuhan si, kek misal masih bisa di mix
match ya di mix match gitu kan, bisa di pake lagi, kalo kira-kira kayak
terlalu sumpek juga di lemari atau gimana biasanya di kasihin.
Penulis Kalo dilingkungan sekitar teteh perempuan muslimah pake kerudung?
Lalu bagaimana teteh menyikapinya?
Informan Mereka pake sih, kalo keluar rumah, kalo masih sekitar situ engga lah,
Sekolah/ Universitas TahunTK Ma’arif Sidomulyo 1999-2000SD Negeri 2 Sidomulyo 2000-2007SMP Negeri 1 Kalirejo Tahun 2007-2010SMA Negeri 1 Kalirejo 2010-2013Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2013-2019