KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. Wb,
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat allah swt
karena berkat rahmat dan hidayah-nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah Sistem respirasi yang berjudul Konstipasi tepat pada
waktunya. Terlepas dari semua ini, kami selaku penulis ingin
menghanturkan terimakasih kepada Ibu Desi Rukiati,S.Kep,.Ns sebagai
dosen pembimbing mata kuliah Sistem Pencernaan. Dalam penulisan
maupun penyusunan kata-kata dalam makalah ini mungkin masih banyak
kekurangan, untuk itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa
yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan kita. Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan berguna
bagi kita semua. Amin
wasalamualaikum Wr. Wb.
Palembang, Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB. I PENDAHULUAN1. Latar Belakang2.
Rumusan Masalah3. Tujuan4. ManfaatBAB. II PEMBAHASAN1. Definisi2.
Etiologi3. Tanda dan Gejala Konstipasi4. Pencegahan5. Pengobatan6.
Patofisiologi7. Asuhan Keperawatan KonstipasiBAB. III
PENUTUPKesimpulan
BABIPENDAHULUAN1. 1 Latar BelakangKonstipasi atau sembelit
adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan
normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses
(kotoran) kurang, atau fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat
mengalami konstipasi, terlebih pada lanjut usia (lansia) akibat
gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus, red) lebih
lambat dan kemungkinan sebab lain. Kebanyakan terjadi jika makan
kurang berserat, kurang minum, dan kurang olahraga. Kondisi ini
bertambah parah jika sudah lebih dari tiga hari
berturut-turut.Kasus konstipasi umumnya diderita masyarakat umum
sekitar 4-30 persen pada kelompok usia 60 tahun ke atas. Ternyata,
wanita lebih sering mengeluh konstipasi dibanding pria dengan
perbandingan 3:1 hingga 2:1. Insiden konstipasi meningkat seiring
bertambahnya umur, terutama usia 65 tahun ke atas. Pada suatu
penelitian pada orang berusia usia 65 tahun ke atas, terdapat
penderita konstipasi sekitar 34 persen wanita dan pria 26
persen.Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat
bepergian, misalnya karena jijik dengan WC-nya, bingung caranya
buang air besar seperti sewaktu naik pesawat dan kendaraan umum
lainnya. Penyebab konstipasi bisa karena faktor sistemik, efek
samping obat, faktor neurogenik saraf sentral atau saraf perifer.
Bisa juga karena faktor kelainan organ di kolon seperti obstruksi
organik atau fungsi otot kolon yang tidak normal atau kelainan pada
rektum, anak dan dasar pelvis dan dapat disebabkan faktor idiopatik
kronik.Mencegah konstipasi secara umum ternyata tidaklah sulit.
Lagi-lagi, kuncinya adalah mengonsumsi serat yang cukup. Serat yang
paling mudah diperoleh adalah pada buah dan sayur. Jika penderita
konstipasi ini mengalami kesulitan mengunyah, misalnya karena
ompong, haluskan sayur atau buah tersebut dengan blender.1.2
Rumusan MasalahApa konsep teori dari konstipasi dan bagaimana
asuhan keperawatan dalam menangani kasus konstipasi?1.3
TujuanTujuan umum :Mengetahui dan memahami konsep teori konstipasi
dan asuhan keperawatan dalam menangani kasus konstipasiTujuan
khusus :1. Memahami definisi konstipasi2. Memahami etiologi
konstipasi3. Memahami patofisiologi konstipasi4. Memahami tanda dan
gejala konstipasi5. Memahami pencegahan konstipasi6. Memahami
pengobatan konstipasi7. Memahami asuhan keperawatan pada
konstipasi1.4 ManfaaatMemberikan konsep dasar teori tentang
gangguan sistem gastrointestinal, yaitu diare dan konstipasi pada
lansia berdasarkan pertimbangan gerontik, beserta asuhan
keperawatannya.
BAB IIPEMBAHASAN2. 1 Definisi KonstipasiKonstipasi atau sering
disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana
seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan
tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan
dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya.
Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan
obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang
berakibat fatal bagi penderitanya.Atau bisa juga dikatakan bahwa
Konstipasi merupakan dimana terjadi penurunan motilitas
(pergerakan) usus, yang ditandai dengan kesulitan buang air besar
(BAB). Setiap orang memang memiliki kapasitas motolitas usus
sendiri, namun bila setelah 3 hari, masih sulit BAB, maka kotoran
akan menjadi keras dan makin sulit dikeluarkan.
2.2 Etiologi
NoTipeKriteria
1. Konstipasi FungsionalDua atau lebih dari keluhan ini ada
paling sedikit dalam 12 bulan :1. mengedan keras 25% dari BAB2.
feses yang keras 25% dari BAB3. rasa tidak tuntas 25% dari BAB4.
BAB kurang dari 2 kali per minggu
2. Penundaan pada muara rektum1. hambatan pada anus lebih dari
25% BAB2. waktu untuk BAB lebih lama3. perlu bantuan jari-jari
untuk mengeluarkan feses
Model tinja atau feses 1 (konstipasi kronis), 2 (konstipasi
sedang) dan 3 (konstipasi ringan) dari Bristol Stool Chart yang
menunjukkan tingkat konstipasi atau sembelit.Konstipasi atau
sembelit adalah keluhan pada sistem pencernaan yang paling umum dan
banyak ditemui di masyarakat luas termasuk di sekitar kita. Bahkan
diperkirakan sekitar 80% manusia pernah mengalami konstipasi atau
sembelit. Penyebab umum konstipasi atau sembelit yang berada
disekitar kita antara lain: Kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.
Menderita panas dalam. Stres atau depresi dan aktivitas yang cukup
padat. Pengaruh hormon dalam tubuh (misalnya dalam masa menstruasi
atau kehamilan). Usus kurang elastis (biasanya karena sedang dalam
masa kehamilan atau usia lanjut). Kelainan anatomis pada sistem
pencernaan. Gaya hidup dan pola makan yang kurang teratur (seperti
diet yang buruk). Efek samping akibat meminum obat yang mengandung
banyak kalsium atau alumunium (misalnya obat antidiare, analgesik,
dan antasida). Kekurangan asupan vitamin C dan kekurangan makanan
berserat. Merupakan gejala penyakit (misalnya tifus dan hernia).
Sering menahan rangsangan untuk buang air besar dalam jangka waktu
yang lama. Emosi, karena orang yang emosi atau cemas ususnya
kejang, sehigga pertaltik usus terhenti dan usus besar menyerap
kembali cairan feses. Akibatnya feses menjadi semakin keras. Jarang
atau kurang berolahraga. Kelebihan konsumsi serat. Kelebihan
memakan daging. Terutama daging merah karena sulit dicerna dan
memiliki banyak zat besi. Besi adalah zat yang membuat pengerasan
tinja, membuatnya berwarna gelap dan hitam. Dari penyalahgunaan
obat, seperti obat laksatif. Sebagai contoh, pemakaian pencahar
berguna untuk melancarkan gerakan peristaltik. Lama-kelamaan usus
menjadi terbiasa dan bergantung pada obat tersebut, mengakibatkan
reaksi usus menjadi lamban, dan menghambat gerak peristaltik
mandiri usus. Makanan beku menghemat waktu dan energi tetapi
menyebabkan banyak masalah kesehatan. Makanan beku memiliki serat
yang sangat rendah dan banyak pengawet yang dapat mengganggu
gerakan usus. Seperti es krim yang hampir tak mengandung serat
sehingga tidak dapat membantu mengatur pergerakan usus ditambah
lagi dengan kandungan gula dan susu di dalamnya dapat mengeraskan
tinja. Memakan buah atau sayuran tertentu yang dapat memadatkan
kotoran secara alami secara berlebihan seperti pisang.
2.3 PatofisiologiDefekasi seperti juga pada berkemih adalah
suatu proses fisiologis yang menyertakan kerja otot-otot polos dan
serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari
sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan fisis untuk
mencapai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan pengelolaan dari
konstipasi adalah karena banyaknya mekanisme yang terlibat pada
proses BAB normal. Gangguan dari salah satu mekanisme ini dapat
berakibat konstipasi.Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus
besar yang menghantakan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses
masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari
sfingter anus interna. Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang
spontan, terjadi refleks kontraksi dari sfingter anus eksterna dan
kontraksi otot dasar pelvis yang depersarafi oleh saraf pudendus.
Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB dan sfingter anus
eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum
mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut.
kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi
sfingter dan otot elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun
parasimpatis terlibat dalam proses BAB.Patogenesis dari konstipasi
bervariasi, penyebabnya multipel, mencakup beberapa faktor yang
tumpang tindih. Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak
pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh oleh
bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak mengakibatkan
perlambatan dari perjalanan saluran cerna. perubahan patofisiologi
yang menyebabkan konstipasi bukanlah karena bertambahnya usia tapi
memang khusus terjadi pada mereka dengan konstipasi.Penelitian
dengan petanda radioopak yang ditelan oleh orang usia lanjut yang
sehat tidak mendapatkan adanya perubahan dari total waktu gerakan
usus, termasuk aktivitas motorik dari kolon. Tentang waktu
pergerakan usus dengan mengikuti petanda radioopak yang ditelan,
normalnya kurang dari 3 hari sudah dikeluarkan. Sebaliknya,
penelitian pada orang usia lanjut yang menderita konstipasi
menunjukkan perpanjangan waktu gerakan usus dari 4-9 hari. Pada
mereka yang dirawat atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih
panjang lagi sampai 14 hari. Petanda radioaktif yang dipakai
terutama lambat jalannya pada kolon sebelah kiri dan paling lambat
saat pengeluaran dari kolon sigmoid.Pemeriksaan elektrofisiologis
untuk mengukur aktivitas motorik dari kolon pasien dengan
konstipasi menunjukkan berkurangnya respons motorik dari sigmoid
akibat berkurangnya inervasi intrinsic karena degenerasi plexus
mienterikus. Ditemukan juga berkurangnya rangsang saraf pada otot
polos sirkuler yang dapat menyebabkan memanjangnya waktu gerakan
usus.Individu di atas usia 60 tahun jug aterbukti mempunyai kadar
plasma beta-endorfin yang meningkat, disertai peningkatan ikatan
pada reseptor opiate endogen di usus. Hal ini dibuktikan dengan
efek konstipatif dari sediaan opiate yang dapat menyebabkan
relaksasi tonus kolon, motilitas berkurang, dan menghambat refleks
gaster-kolon.Selain itu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus
sfingter dan kekuatan otot-otot polos berkaitan dengan usia,
khususnya pada perempuan. pasien dengan konstipasi mempunyai
kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan keras
sehingga upaya mengejan lebih keras dan lebih lama. Hal ini dapat
berakibat penekanan pada saraf pudendus sehingga menimbulkan
kelemahan lebih lanjut.Sensasi dan tonus dari rektum tidak banyak
berubah pada usia lanjut. Sebaliknya, pada mereka yang mengalami
konstipasi dapat mengalami 3 perubahan patologis pada rektum :1.
Diskesia RektumDitandai dengan penurunan tonus rektum, dilatasi
rektum, gangguan sensasi rektum, dan peningkatan ambang kapasitas.
Dibutuhkan lebih besar regangan rektum untuk menginduksi refleks
relaksasi dari sfingter eksterna dan interna. Pada colok dubur
pasien dengan diskesia rektum sering didapatkan impaksi feses yang
tidak disadari karena dorongan untuk BAB sering sudah tumpul.
Diskesia rektum juga dapat diakibatkan karena tanggapnya atau
penekanan pada dorongan untuk BAB seperti yang dijumpai pada
penderita demensia, imobilitas, atau sakit daerah anus dan rektum2.
Dis-sinergis PelvisTerdapatnya kegagalan untuk relaksasi otot
pubo-rektalis dan sfingter anus eksterna saat BAB. Pemeriksaan
secara manometrik menunjukkan peningkatan tekanan pada saluran anus
saat mengejan.3. Peningkatan Tonus RektumTerjadi kesulitan
mengeluarkan feses yang bentuknya kecil. Sering ditemukan pada
kolon yang spastik seperti pada penyakitIrritable Bowel Syndrome,
dimana konstipasi merupakan hal yang dominan.
3. kelemahanKonstipasiTidak responsif terhadap rangsangan
normalKolon kehilangan tonusSpasme setelah makan, nyeri kolik pada
abdomen bawahDiperlukan rangsangan yg lebih kuat untuk mendorong
fesesRelaksasi sfingter interna dan eksternaNyeri
akutkonstipasiKontraksi tidak mendorongMemperpanjang waktu transit
di kolonMemberi efek pada segmen ususTekanan intra abdomen
Rangsangan refleks penyekat rekto anal Gangguan defekasi Gangguan
fungsi utama kolon (transpor mukosa, aktivasi mioelektrik, proses
defekasi)Feses mengerasAbssorbsi cairan dan elektrolit Membran
mukorektal dan muskulatur tidak peka terhadap rangsangan
fekalPenggunaan obat-obatan tertentu(seperti gol.opiat) dan
mengandung Al dan CaDiet rendah serat,asupan cairan kurang, kondisi
psikis, kondisi metabolik, penyakit yang diderita
Memperpanjang waktu transit di kolon karena absorbi terus
berlangsung
2.4
Patofisiologi, Brunner and Suddarts,2002 ;
Bernie&Badriul,20042.4 Tanda dan Gejala KonstipasiGejala dan
tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain,
karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap
orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum
ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa
penderitanya adalah sebagai berikut: Perut terasa begah, penuh, dan
bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja sudah
tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat
terlihat seperti sedang hamil). Tinja menjadi lebih keras, panas,
berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya
(kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil
bila sudah parah. Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan
atau dibuang, kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan
perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan
sampai mengalami ambeien dan berkeringat dingin). Terdengar
bunyi-bunyian dalam perut. Bagian anus terasa penuh, dan seperti
terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja
yang panas dan keras. Frekuensi buang angin meningkat disertai bau
yang lebih busuk daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan
kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin). Menurunnya
frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air
besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah. Sakit
punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak. Bau mulut.
Sedangkan untuk gejala psikologis yang dapat terjadi pada para
penderitakonstipasi antara lain: Kurang percaya diri Lebih suka
menyendiri atau menjauhkan diri dari orang sekitar. Tetap merasa
lapar tapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika
hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang.
Emosi meningkat dengan cepat. Sering berdebar-debar sehingga cepat
emosi yang mengakibatkan stres sehingga rentan sakit kepala atau
bahkan demam. Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan
terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan
kadang-kadang sering mengantuk. Kurang bersemangat dalam menjalani
aktivitas. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi tubuh
terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan produktivitas
kerja menurun. Nafsu makan dapat menurun.2.5 PencegahanAdapun
cara-cara untuk mencegah terjadinya konstipasi adalah
sebagaiberikut : Jangan jajan di sembarang tempat. Hindari makanan
yang kandungan lemak dan gulanya tinggi. Minum air putih minimal
1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan
lainnya setiap hari. Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa
dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk olahraga ringan, dan minimal 2
jam untuk olahraga yang lebih berat. Biasakan buang air besar
secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar. Tidak perlu
memaksa untuk buang air besar setiap hari bila tidak ada rangsangan
karena siklus pencernaan tiap orang berbeda-beda. Konsumsi makanan
yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran. Tidur minimal 4 jam sehari. Menambah bumbu herbal
dalam makanan, kecuali cabe. Diet secara tidak berlebihan.
Mengonsumsi makanan anti inflamasi, seperti alpukat, apel, dan
kelapa.2.6 PengobatanPengobatan dan peredaan konstipasi secara
alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan menjadi lebih
sehat, rajin berolahraga, memijat perut dan punggung, minum air
putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau
membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat
jadwal buang air besar yang disebut bowel training. Terapi tertawa
juga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara
refleks bergerak sehingga perut terpijat sehingga merangsang
gerakan peristaltik usus dan melancarkan buang air besar.Konstipasi
dapat juga diredakan atau diatasi dengan merendam kaki ke dalam air
dingin. Kaki direndam sampai terasa cukup dingin. Terapi ini juga
dapat mengatasi kaki pegal, pendarahan hidung, dan insomnia.
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita
obstipasi, yaitu dengan mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif
(yang kadang-kadang menyebabkan perut terasa melilit berlebihan,
tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar),
penghisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan
pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan).Tekanan di
dalam saluran pencernaan penderita kosntipasi terlalu rendah untuk
mendorong keluar tinja dari dalam usus. Agar tekanannya menjadi
tinggi, bagian atas usus perlu dibuat agar bertekanan lebih tinggi
daripada bagian bawahnya, yakni dengan menempelkan air es di perut
dan air hangat di pantat. Hal ini biasanya diterapkan untuk
konstipasi yang datang secara tiba-tiba. Agar penderita konstipasi
dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang: Menahan buang air
besar. Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas. Makan
dalam porsi yang banyak. Meminum minuman yang berkafein dan minuman
ringan. Mengkonsumsi makanan atau minuman dingin.2.7 Asuhan
Keperawatan KonstipasiContoh kasus :Seorang kakek bernama Ikhwan
yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Kakek
mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB
tiga hari sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan
porsi makan sehari-harinya karena kurang nafsu makan. Setelah
dikaji inspeksi terdapat pembesaran abdomen dan saat dipalpasi ada
impaksi feses.1. PengkajianNama: IkhwanTanggal lahir: 5 November
1945Jenis kelamin: Laki-lakiTanggal MRS: 30 November 2010Alamat:
SurabayaDiagnosa Medis: KonstipasiSumber Informasi: Klien,
pemeriksaan fisik, kolonoskopiKeluhan utama: nyeri pada perut,
seminggu belum BABRiwayat penyakit sekarang: Ikhwan yang berumur 65
tahun mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Kakek mengatakan
bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari
sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan
sehari-harinya. Selain itu, kakek mengaku mudah lelah untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.Riwayat kesehatan keluarga :
-Review of system :1. B1 (Breath) : RR meningkat2. B2 (Blood) :
denyut jantung meningkat, TD meningkat3. B3 (Brain) : nyeri pada
abdomen bawah4. B4 (Bladder) : -5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun,
BB turun6. B6 (Bone) : -
Hasil pemeriksaan fisik umum :1. keadaan umum: lemah2. TTV :
tekanan darah 130/95 mmHg, nadi : 90x/mnt, RR 23x/mntPemeriksaan
fisik abdomen1. Inspeksi: pembesaran abdomen2. Palpasi: perut
terasa keras, ada impaksi feses3. Perkusi: redup4. Auskultasi:
bising usus tidak terdengarAnalisa data :DataEtiologiMasalah
Data subyektif : Klien mengatakan Seminggu tidak BAB, kebiasaan
BAB tiga kali sehari
Data obyektif : Inspeksi : pembesaran abdomen Palpasi : perut
terasa keras, ada impaksi feses Perkusi : redup Auskultasi : bising
usus tidak terdengarPola BAB tidak teratur
Eliminasi feses tidak lancar
konstipasi Kontipasi
Data Subjektif: Klien tidak nafsu makan
Data Objektif: Bising usus tidak terdengarSulit BAB
Perut terasa begah
Nafsu makan menurun
Menurunnya intake makananNutrisi kurang dari kebutuhan
Data Subjektif Keluhan nyeri dari pasienData Objektif Perubahan
nafsu makankonsistensi tinja yang keras
sulit keluar
Akumulasi di kolon
Nyeri abdomenNyeri akut
2. Diagnosa1. Konstipasi b/d pola defekasi tidak teratur2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d dengan hilangnya nafsu
makan3. Nyeri akut b/d akumulasi feses keras pada abdomen
3.Asuhan Keperawatan
NoDiagnosa KeperawatanPerencanaan
TujuanIntervensiRasional
1.Konstipasi b/d pola defekasi tidak teratur.
Setelah dilakukan keperawatan selama 2x24 jam maka pasien dapat
defekasi dengan teratur (setiap hari) dengan kriteria hasil :
Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari Konsistensi feses lembut
Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan
Mandiri Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk
menjalankannya Atiur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti
sesudah makan Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan
indikasi Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per
hariKolaborasi Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi Untuk
mengembalikan keteraturan pola defekasi klien Untuk memfasilitasi
refleks defekasi Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan eliminasi
fekal Untuk melunakkan eliminasi feses Untuk melunakkan feses
NoDiagnosa KeperawatanPerencanaan
TujuanIntervensiRasional
2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d hilangnya nafsu
makan Setelah dilakukan keperawatan 2x24 jam maka menunjukkan
status gizi baikDengan kriteria hasil : Toleransi terhadap diet
yang dibutuhkan Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam
batas normal Nilai laboratorium dalam batas normal Melaporkan
keadekuatan tingkat energi
Mandiri Buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan ke
dalam jadwal makan. Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan
kesukaan pasien dari rumah Tawarkan makanan porsi besar disiang
hari ketika nafsu makan tinggi Pastikan diet memenui kebutuhan
tubuh sesuai indikasi. Pastikan pola diet yang pasien yang disukai
atau tidak disukai. Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan
secara periodik. Kaji turgor kulit pasienKolaborasiObservasi Pantau
nilai laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darah
Ajarkan metode untuk perencanaan makan
Health Edukasi Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang
bergizi dan tidak mahal Menjaga pola makan pasien sehingga pasien
makan secara teratur Pasien merasa nyaman dengan makanan yang
dibawa dari rumah dan dapat meningkatkan nafsu makan pasien. Dengan
pemberian porsi yang besar dapat menjaga keadekuatan nutrisi yang
masuk. Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori diperlukan atau
dibutuhkan selama perawatan. Untuk mendukung peningkatan nafsu
makan pasien Mengetahui keseimbangan intake dan pengeluaran asuapan
makanan Sebagai data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang
dari kebutuhan Untuk dapat mengetahui tingkat kekurangan kandungan
Hb, albumin, dan glukosa dalam darah Klien terbiasa makan dengan
terencana dan teratur. Menjaga keadekuatan asupan nutrisi yang
dibutuhkan.
NoDiagnosa KeperawatanPerencanaan
TujuanIntervensiRasional
3.Nyeri akut b/d akumulasi feses keras pada abdomenSetelah
dilakukan keperawatan selama 2x24 jam maka menunjukkan nyeri telah
berkurang dengan kriteria hasil : Menunjukkan teknik relaksasi
secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecil Melaporkan kesehatan
fisik dan psikologisi Mengenali faktor penyebab dan menggunakan
tindakan untuk mencegah nyeri Menggunakan tindakan mengurangi nyeri
dengan analgesik dan non-analgesik secara tepat
Mandiri Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas dari
nyeri dengan melakukan penggalihan melalui televisi atau radio
Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitifitas terhadap
efek analgesik opiate Perhatikan kemungkinan interaksi obat obat
dan obat penyakit pada lansia Observasi Minta pasien untuk menilai
nyeri atau ketidak nyaman pada skala 0 10 Gunakan lembar alur nyeri
Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif
Health education Instruksikan pasien untuk meminformasikan pada
perawat jika pengurang nyeri kurang tercapai Berikan informasi
tetang nyeri Klien dapat mengalihkan perhatian dari nyeri Hati-hati
dalam pemberian anlgesik opiate Hati-hati dalam pemberian
obat-obatan pada lansia Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan
klien Mengetahui karakteristik nyeri Agar mngetahui nyeri secara
spesifik Perawat dapat melakukan tindakan yang tepat dalam
mengatasi nyeri klien Agar pasien tidak merasa cemas
BAB IIIPENUTUPKESIMPULANKonstipasi atau sembelit adalah
terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan normal.
Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses
(kotoran) kurang, atau fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat
mengalami konstipasi, terlebih pada lanjut usia (lansia) akibat
gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus, red) lebih
lambat dan kemungkinan sebab lain. Kebanyakan terjadi jika makan
kurang berserat, kurang minum, dan kurang olahraga. wanita lebih
sering mengeluh konstipasi dibanding pria dengan perbandingan 3:1
hingga 2:1.Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan
seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan
bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda.pada mereka yang
mengalami konstipasi dapat mengalami 3 perubahan patologis pada
rektum :1. Diskesia Rektum2. Dis-sinergis Pelvis3. Peningkatan
Tonus RektumSARANMempelajari tentang penyakit konstipasi memberi
kita manfaat untuk mengetahui gejala dan cara mengatasi konstipasi
sebagai perawat propesional.
DAFTAR PUSTAKA
http://evaloy.blogspot.com/2013/05/askep-pada-pasien-dengan-konstipasi_5582.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sembelit
http://konstipasi.org/