Konservasi oleh siapa dan untuk siapa?
Universitas Negeri Semarang sebagai universitas konservasi,
sangat menyadari arti pentingnya kebersihan lingkungan khususnya di
kawasan sekitar area kampus. Apalagi produksi sampah setiap harinya
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
pola konsumsi masyarakat. Beberapa program yang dilakukan Unnes
untuk membenahi lingkungan kawasan kampus Unnes ini adalah salah
satunya Rumah Kompos yang terletak di Rusunawa laki-laki, belakang
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Ini
merupakan sebuah langkah yang dilakukan untuk realisasi sebagai
universitas konservasi. Lalu, apa yang saja yang telah dilakukan
Rumah Kompos UNNES ini dalam menanggulangi sampah di sekitar
wilayah kampus? Pertanyaan ini bisa terjawab dengan adanya Workshop
Pembuatan Pupuk Cair yangdiadakan oleh Badan Pengawas Konservasi
UNNES, pada tanggal 4 Setember 2014 bertempat di Gedung serbaguna
FIK lantai 1 dan Rumah Kompos yang dihadiri oleh beberapa anggota
dari Badan Pengawas Konservasi dan Rumah Kompos UNNES, juga
melibatkan dosen, tenaga kebersihan, mahasiswa dan civitas
akademika Universitas Negeri Semarang. Bahkan kegiatan ini
menghadirkan beberapa pakar dalam bidangnya adalah pakar dari BLH
kota semarang yaitu Ir. Endang Pratiwiningsih, M.Si dan Pakar dari
LSM LP2KLH Patebon Kendal.Sampai sekarang kegiatan yang dilakukan
di Rumah Kompos tersebut adalah pengolahan limbah organik, yang
juga dibantu oleh kader konservasi dan beberapa mahasiswa UNNES
yang sadar akan lingkungan. Karena beberapa program lingkungan yang
selalu digalangkan, pada tahun 2015 ini Greenmetric UI menobatkan
Universitas Negeri Semarang sebagai kampus terhijau urutan ketiga
di Indonesia sekaligus menjadi universitas terhijau nomor 73 di
dunia. Ini merupakan sebuah peningkatan setelah tahun lalu berada
di posisi ke-empat.Namun, sangat disayangkan karena perbedaan
sangat mencolok untuk tahun ini, berbeda dengan tahun lalu dimana
program konservasi dalam penertiban dan penekanan pengguna
kendaraan sudah cukup bagus. Tetapi tahun 2015 ini mengalami
sedikit kemrosotan, bisa dilihat mulai dari awal tahun ketika
kendaraan roda empat diperbolehkan untuk masuk lingkungan kampus.
Ditambah dengan adanya proyek pembangunan yang sedang kencang
digalangkan oleh Universitas Negeri Semarang sekarang, proyek ini
berakibat pada pengguna kendaraan yang kembali padat, dan dampaknya
adalah penuh dan sesaknya wilayah kampus, menambah kesan bahwa
konservasi sepertinya sudah mulai memudar. Apalagi ditambah dengan
kurangnya tenaga di Rumah Kompos untuk mengolah limbah yang setiap
minggunya selalu datang untuk di daur ulang. Seperti yang
dituturkan oleh mahasiswa yang ikut dalam Rumah Kompos ini bahwa
masih dibutuhkan banyak tenaga dalam program pengolahan sampah ini.
Walaupun sudah banyak mahasiswa menjalani pelatihan komposting
melalui mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup, tetapi sepertinya
masih banyak warga UNNES yang belum sadar akan pentingnya menjaga
lingkungan. Padahal sampah rumah tangga sebenarnya mengandung
potensi besar untuk dimanfaatkan kembali dan memiliki nilai
ekonomis. Usaha yang dilakukan mahasiswa UNNES dan warga sekitar
dalam mengolah sampah organik yaitu mengubah sampah organik menjadi
pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik menjadi kerajinan rumah
tangga yang memiliki nilai ekonomis. Kita semua sebagai warga UNNES
seharusnya berperilaku bijak terhadap kelestarian lingkungan dengan
tidak melakukan pencemaran lingkungan dan tidak membuang sampah
sembarangan. Menciptakan teknologi pengolahan sampah menjadi solusi
masalah sampah untuk ke depan. Ini adalah salah satu usaha untuk
memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang berguna dan memberi solusi
yang positif untuk menjadikan UNNES sebagai Universitas Konservasi.
Apakah konservasi di Universitas Negeri Semarang akan mengalami
kemajuan atau malah sebaliknya? Mungkin akan terjawab apabila nanti
sudah ada tindakan yang nyata dari seluruh elemen di kawasan
sekitar UNNES.