Top Banner
PERANCANGAN PERMUKIMAN DAN RUMAH TINGGAL PENGRAJIN GERABAH DENGAN PENDEKATAN COMMUNITY BASED DEVELOPMENT (Studi Kasus : Dukuh Krajan, Desa Pagelaran , Kabupaten Malang) Dyah Kusuma Wardhani 3211207003 DOSEN PEMBIMBING Ir. Hari Purnomo, MbdgSc. IAI Prof. Ir Happy Ratna Santosa M, SC.,Ph.D PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER DESIGN THESIS
44

konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

Dec 31, 2016

Download

Documents

dotu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

PERANCANGAN PERMUKIMAN DAN RUMAH TINGGAL PENGRAJIN GERABAH

DENGAN PENDEKATAN COMMUNITY BASED DEVELOPMENT

(Studi Kasus : Dukuh Krajan, Desa Pagelaran , Kabupaten Malang)

Dyah Kusuma Wardhani 3211207003

DOSEN PEMBIMBING Ir. Hari Purnomo, MbdgSc. IAI

Prof. Ir Happy Ratna Santosa M, SC.,Ph.D

PROGRAM MAGISTER

BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

DESIGN THESIS

Page 2: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

LATAR BELAKANG Desa Pagelaran, Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah penghasil gerabah di Kabupaten Malang dan berpotensi sebagai industri rumah tangga yang dapat dikembangkan. Dominasi pengrajin gerabah tradisional pada permukiman penduduk ini menciptakan karakteristik tersendiri pada permukimannya.

Sayangnya keberadaan permukiman pengrajin gerabah di Dukuh Krajan, Desa Pagelaran ini belum direncanakan dan dikelola dengan baik.

•Menghasilkan model alternatif penataan massa bangunan dan ruang terbuka pada kawasan permukiman pengrajin gerabah yang dapat memberikan solusi untuk keamanan-kenyamanan bangunan dengan pendekatan community based development.

•Membuat model alternatif rumah tinggal pengrajin gerabah yang selain berfungsi sebagai hunian juga sebagai area produksi gerabah dengan pendekatan community based development.

PER

MA

SA

LA

HA

N

TU

JU

AN

PEN

ELIT

IAN

Page 3: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang akan dilakukan dalam kajian ini termasuk dalam penelitian kualitatif, yaitu meneliti sesuatu pada setting alamiahnya, berusaha memahami, atau menafsirkan, dalam pengertian makna yang diberikan oleh masyarakatnya. Serta fenomena yang diteliti adalah fenomena kontemporer ditinjau dari penelitinya (Groat and wang, 2002). Dalam design thesis ini sebelum pengambilan data di lapangan dilakukan kajian pustaka dan preseden

Pengertian dan Fungsi rumah

Rumah sebagai suatu Proses

Rumah produktif

Desain Arsitektur dengan Pendekatan Perilaku

Partisipasi Masyarakat

Comunity based development

•Karakteristik rumah produktif

•Pendekatan communy based development dalam perancangan •Tingkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

Perlunya memperhatikan overt acts dan covert acts

•Pedoman penataan massa dalam permukiman

Kesimpulan daftar pustaka

Penataan Permukiman dan lingkungan

Proses pembuatan gerabah

•Untuk mengetahui proses pembuatan gerabah serta kebutuhan ruang industri gerabah

Kajian preseden

KRITERIA

Untuk pengambilan data

di lapangan

Konsep permukiman

dasar untuk membahas

kajian preseden

Koh Kret PotteryVillage, Thailand

Desa Kasongan, Jawa Tengah

Ekspresi bentuk dalam arsitektur

Persyaratan Rumah Sehat Pedoman untuk merancang rumah yang memenuhi persyaratan rumah sehat

•Kompoenen utama dalam arsitektur menurut Vituvius yaitu venustas, firmitas dan utilitas. Kajian preseden digunakan sebagai

inspirasi desain

Page 4: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

Menurut Spradley (1997) sampel yang

diambil dalam penelitian kualitatif

berupa social situation atau situasi sosial

yang terdiri dari tiga elemen, yaitu :

Tempat (place)

Pelaku (actors)

Aktivitas (activity)

` `

Dikaitkan dengan kajian perancangan

permukiman dan rumah tinggal pengrajin

gerabah dengan pendekatan community base

development

Pelaku (actors) Aktivitas (activity)

Data yang dikumpulkan berupa

informasi tentang perilaku

partisipan/pelaku

Perilaku covert

(tak tampak)

Perilaku overt

(tampak)

Berupa apa yang

dipikirkan dan

dirasakan oleh

partisipan

Berupa pergerakan

atau aktivitas

Data dikumpulkan

melalui wawancara

dan kuisioner

Data dikumpulkan

melalui observasi

Sumber data diperoleh dari para

partisipan/pelaku yang terlibat

dalam setting perilaku yang

dipilih, yaitu penghuni

permukiman yang bermata

pencaharian sebagai pengrajin

dan pengepul gerabah

tempat dipilih pada area-area

permukiman serta rumah tinggal

yang digunakan untuk melakukan

aktivitas pembuatan gerabah.

Tempat (place)

SAMPEL PENELITIAN

WAWANCARA TIDAK

TERSTRUKTUR KUISIONER

TERTUTUP

OBSERVASI

PARTISIPASI

Page 5: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

METODE PERANCANGAN

TAHAPAN PROSES

BERPIKIR DESAIN

(BRYAN LAWSON,2005)

ANALISA

SINTESA

EVALUASI

Sebelum proses analisa dilakukan proses pengumpulan data sebelumnya, hasil pengumpulan data ini kemudian diseleksi pada tahap analisa sehingga memunculkan kriteria desain awal rancangan. Pada tahapan sintesa baru kemudian dilakukan eksplorasi ide untuk menghasilkan alternatif permodelan perancangan lingkungan permukiman dan rumah tinggal pengrajin gerabah ini. Hasil perancangan pada tahap sintesa kemudian dievaluasi apakah sudah menjadi bentuk penyelesaian masalah yang ideal dan kontekstual.

•Keterkaitan antara ruang dalam permukiman yang terbentuk dari aktivitas pembuatan gerabah. •Klasifikasi type rumah produktif

•Pola aktivitas pengrajin gerabah •Mengetahui kendala-kendala yang terjadi pada setiap proses pembuatan gerabah

KAJIAN PUSTAKA

OBSERVASI

WAWANCARA

KUISIONER

EVALUASI

PENGUMPULAN DATA

ANALISA

SINTESA

EVALUASI

•Kriteria untuk pengambilan data di lapangan

•Mengetahui kisaran besaran ruang yang dibutuhkan untuk perancangan permukiman dan rumah tinggal pengrajin gerabah. •Bagaimana tanggapan tiap partisipan tentang area tempat dia beraktivitas dan bagaimana kondisi yang ideal mengenai permukiman dan rumah tinggal pengrajin gerabah.

KOMPILASI DATA

SELEKSI DATA KRITERIA DESAIN

EKSPLORASI IDE DARI KRITERIA DESAIN

HASIL DESAIN

KAJIAN PRESEDEN

•Dijadikan sebagai inspirasi untuk eksplorasi ide desain

Page 6: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONDISI EKSISITING PERMUKIMAN

PREVIEW 1 DESIGN THESIS

Permukiman warga : 6830 m2 (28%) Lahan Hijau : 11544 m2 (47%) Jalan utama dalam permukiman : 2384 m2 (10%) Jalan dalam permukiman dan ruangterbuka untuk tungku pembakaran : 3825 m2 (15%) Total luas lahan : 24583 m2

TATANAN MASSA DAN AKSESIBILITAS

Orientasi permukiman pengrajin gerabah di Dukuh Krajan ini adalah orientasi permukiman menyusuri jalan/along the street. Tatanan massa dalam permukiman yang terbentuk berupa linier dua sisi dengan jalan utama dalam kampung selebar ±4 meter bisa diakses oleh motor, mobil pribadi, truk dan mobil pick-up.

SKEMATIK SITE PLAN EKSISTING

Page 7: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP TATANAN MASSA DAN RUANG TERBUKA DALAM PERMUKIMAN KRITERIA DESAIN TATANAN MASSA DAN RUANG

TERBUKA DALAM PERMUKIMAN

Analisa Kawasan permukiman

Analisa Perilaku dan Pola Aktivitas

Analisa Partisipasi Masyarakat (kuisioner)

-Potensi dan permasalahan aspek fisik dan non fisik permukiman

-kriteria ruang

-kondisi permukiman yang diinginkan oleh penduduk

•Menjadikan tungku pembakaran gerabah sebagai open space yang digunakan sebagai pusat komunitas sehingga menghidupkan identitas budaya pengrajin gerabah.

Inspirasi yang didapatkan dari studi preseden mengenai tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman gerabah ini adalah sebagai berikut:

•Untuk area komersil dalam permukiman diletakkan di agian depan sepanjang jalan utama sehingga memudahkan untuk memasarkan produk.

Koh Kret Pottery Village, Thailand Desa Kasongan, Jawa Tengah

Kriteria desain tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman ini didapatkan setelah melakukan analisa aspek fisik dan non fisik permukiman, perilaku dan pola aktivitas pengrajin gerabah serta hasil analisa dari partisipasi masyarakat yang dikumpulkan melalui kuisioner. Sedangkan studi preseden dijadikan masukan untuk inspirasi desain.

Page 8: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

ANALISA KAWASAN PERMUKIMAN : ASPEK FISIK BATAS-BATAS tapakyang akan dirancang adalah sebagai berikut: Utara : Ladang Selatan : Area persawahan Barat : Permukiman Timur : Area persawahan Lokasi permukiman ini berada di dataran dan masih dikelilingi oleh area persawahan dan perladangan

SARANA yang terdapat dalam permukiman ini berupa : 1.Musholla di bagian tengah permukiman 2.Pos kamling 3.Saluran irigasi SARANA lain yang berada di luar permukiman yang juga bisa digunakan oleh penghuni adalah sebagai berikut : 1.Masjid dengan radius ±50 meter 2.Balai desa dengan radius ±50 meter 3.Sekolah dari TK, SD, dan SMP dengan radius ±100 meter 4.Pasar tradisional dengan radius ±300 meter

PRASARANA berupa listrik dan telepon sudah masuk di permukiman ini. Sedangkan untuk kebutuhan air, penduduk menggunakan air dari sumur dan masih belum mendapatkan saluran dari PDAM. Untuk pengelolaan sampah penduduk mengumpulkan sampah di beberapa titik permukiman dan dibakar secara berkala.

Jalan utama dalam pemukiman sudah mendapatkan perkerasan berupa aspal (milik desa), tetapi untuk jalan-jalan kecil pada bagian dalam permukiman belum mendapatkan perkerasan (milik warga yang direlakan untuk dipakai bersama).

Rumah yang terletak di jalan utama permukiman sudah memiliki saluran drainase selebar 20 cm. Saluran drainase ini diarahkan untuk dibuang ke saluran irigasi, Sedangkan untuk rumah yang terletak di bagian dalam permukiman masih belum memiliki saluran drainase.

Dari aspek fisik permukiman ini dapat diambil kesimpulan bahwa bagian permukiman yang terletak di sepanjang jalan utama permukiman mendapatkan prasarana yang lebih baik daripada bagian rumah yang terletak pada bagian dalam permukiman.

KESIMPULAN ASPEK FISIK

`

Page 9: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

ANALISA KAWASAN PERMUKIMAN : ASPEK NON FISIK

Mayoritas penduduk permukiman ini berprofesi sebagai pengrajin gerabah. Keahlian membuat gerabah diwariskan secara turun-temurun,.

Karena kesamaan profesi ini terbentuk ruang terbuka dalam permukiman yang digunakan secara bersama berupa tungku pembakaran serta tempat penyimpanan jerami dan anyaman bambu.

Dalam menjalankan usahanya ini para pengrajin gerabah belum dinaungi oleh koperasi, selama ini pengrajin membuat gerabah dan hasilnya dikumpulkan pada pengepul gerabah.

`

Sebagian besar dari rumah pengrajin ini masih belum memilik sertifikat, dan dalam menentukan batas tanah disaksikan oleh perangkat desa.

Ikatan kekeluargaan pada penduduk masih erat . Hal ini terlihat dari meskipun tidak ada batas antar rumah yang jelas penduduk dapat hidup berdampingan dengan baik. Selain itu penduduk aktif dalam kegiatan warga yang rutin dilakukan baik itu pengajian, pos kamling sampai kerja bakti.

Dari aspek non fisik permukiman ini dapat diambil kesimpulan bahwa kesamaan profesi penduduk sebagai pengrajin gerabah menciptakan ikatan kekeluargaan antar penduduknya. Ikatan kekeluargaan ini tampak dari penggunaan ruang bersama dalam permukiman, serta penduduk yang dapat hidup berdampingan dengan baik walaupun antar rumah berdempetan dan tidak memiliki batas yang jelas.

Tungku pembakaran gerabah serta tempat penyimpanan jerami dan anyaman bambu ini merupakan milik perorangan yang disewakan. Pada permukiman ini terdapat 7 tungku pembakaran, masing-masing tungku digunakan 9-10 pengrajin.

KESIMPULAN ASPEK NON FISIK

`

Page 10: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

ANALISA PERILAKU DAN POLA AKTIVITAS

data yang dari hasil wawancara dan observasi dianalisa menggunakan tabel area-role-activity chart atau tabel area-peran-aktivitas oleh Heimsath (1977). Pada permukiman yang dianalisa adalah zona ruang terbuka dalam permukiman. Dari hasil analisa tabel tersebut dapat ditentukan kriteria ruangnya

PREVIEW 1 DESIGN THESIS

RUANG TERBUKA DALAM PERMUKIMAN

ANALISA PARTISIPASI MASYARAKAT : HASIL KUISIONER

Menurut Arstein (1969) terdapat beberapa tingkatan dalam partisipasi masyarakat salah satunya adalah kemitraan. Tingkatan partisipasi masyarakat Kemitraan (Partnership) sendiri merupakan tingkatan partisipasi dimana masyarakat berkedudukan sebagai pihak pengambil keputusan dalam menggali gagasan sesuai dengan kondisi masyarat setempat.

Area terbuka dalam permukiman yang bisa digabung dan digunakan bersama oleh penduduk adalah tungku pembakaran serta tempat penyimpanan jerami dan anyaman bambu,

Perlunya mengatasi asap hasil pembakaran gerabah karena mengganggu kenyamanan penduduk permukiman

Perlunya kebutuhan akan ruang bersama yang dapat digunakan sebagai tempat berkumpul warga dan tempat bermain anak

Perlunya kebutuhan akan pusat kerajinan gerabah sebagai pusat pameran dan penjualan produk.

Batasan yang jelas antar rumah penduduk merupakan suatu hal yang dianggap perlu, tetapi tetapi masih memungkinkan lahan pribadi digunakan untuk kepentingan bersama.karena ikatan kekeluragaan yangg tinggi.

Perlunya perkerasan pada jalan bagian dalam permukiman karena kalau hujan becek dan mempersulit pergerakan penduduk.

1

2

3

4

5

6

KONDISI PERMUKIMAN YANG DIINGINKAN OLEH PENDUDUK

Page 11: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP TATANAN MASSA DAN RUANG TERBUKA DALAM PERMUKIMAN

Setelah analisa dilakukan dan mendapatkan inpirasi dari studi preseden ini, kriteria desain ini kemudian diekplorasi menjadi beberapa alternatif model tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman. Dalam ekplorasi ide untuk tatanan massa dan ruang terbuka menggunakan acuan dari teori Rapoport (1977) mengenai orientasi dalam organisasi ruang permukiman,dari 3 garis besar orientasi untuk konsep tatanan massa dan ruang terbuka ini kemudian dianalisa kekurangan dan kelebihannya berdasarkan parameter sebagai berikut :

Luas kapling rumah : 7866 m2 (32%) Area komersil : 1131 m2 (4%) Jalan utama permukiman : 4525 m2 (18%) Lahan produktif : 7130 m2 (30%) Ruang terbuka dalam permukiman : 3931 m2 (16%)

0% 10% 20% 30% 40%

prosentase

lahan

lahan produktif

ruang terbuka

jalan permukiman

area komersil

luas kapling

Luas kapling rumah : 7034 m2 (30%) Area komersil : 1367 m2 (5%) Jalan utama permukiman : 6391 m2 (26%) Lahan produktif : 5360 m2 (21%) Ruang terbuka dalam permukiman : 4431 m2 (18%)

0% 10% 20% 30%

prosentase

lahan

lahan produktif

ruang terbuka

jalan permukiman

area komersil

luas kapling

Luas kapling rumah : 8379 m2 (35%) Area komersil : 929 m2 (4%) Jalan utama permukiman : 4284 m2 (17%) Lahan produktif : 6712 m2 (27%) Ruang terbuka dalam permukiman : 4431 m2 (17%)

0% 10% 20% 30%

prosentase

lahan

lahan produktif

ruang terbuka

jalan permukiman

area komersil

luas kapling

konsep along the streets memiliki prosentase untuk lahan produktif paling besar yaitu 30%. Semakin besar prosentase lahan produktif ini juga semakin berarti semakin besar lahan yang dapat digunakan untuk mendukung perekonomian warga.

Orientasi along the streets Orientasi inside-out city Orientasi mengelilingi central space

PROSENTASE LAHAN

Page 12: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

Orientasi along the streets Orientasi inside-out city Orientasi mengelilingi central space

POSISI RUANG TERBUKA DAN TUNGKU PEMBAKARAN

Ruang terbuka dalam permukiman

Posisi ruang terbuka yang tersebar pada beberapa titik (7 titik) pada permukiman ini memudahkan akses pengrajin untuk proses pembakaran. Aktivitas pembakaran gerabah serta aktivitas bermain anak dan berkumpul warga yang diletakkan pada satu area dapat mengurangi kenyamanan dan keamanan masing-masing pelaku aktivitas dalam menjalankan aktivitasnya

Pada konsep ini mempermudah akses pengrajin karena masing-masing cluster rumah pengrajin memiliki ruang terbuka untuk proses pembakaran pada bagian belakang rumahnya (terbagi menjadi 5 cluster). Sedangkan ruang terbuka yang digunakan sebagai tempat bermain anak dan tempat berkumpul warga diletakkan terpisah agar keamanan dan kenyamanan dalam beraktivitas tidak terganggu proses pembakaran.

Ruang terbuka untuk proses pembakaran gerabah Ruang terbuka untuk tempat bermain anak dan berkumpul warga

Ruang terbuka untuk proses pembakaran dipusatkan pada satu tempat di tengah permukiman. Pemusatan ini membentuk ikatan kekeluargaan antar pengrajin yang paling kuat dibanding konsep lainnya karena memungkinkan semua pengrajin dalam satu permukiman bersosialisasi. Tetapi pemusatan ini juga menyebabkan beberapa rumah pengrajin aksesnya jauh dari tempat pembakaran. Sedangkan ruang terbuka untuk tempat bermain anak dan berkumpul warga terletak pada masing-masing cluster rumah dan digunakan sebagai pusat orientasi

Ruang terbuka untuk proses pembakaran gerabah Ruang terbuka untuk tempat bermain anak dan berkumpul warga

konsep inside-out city memiliki kelebihan dibandingkan 2 konsep lainnya karena pada masing-masing cluster rumah pengrajin memiliki ruang terbuka untuk proses pembakaran pada bagian belakang rumahnya sehingga mempermudah akses pengrajin menuju tungku pembakaran. Sedangkan ruang terbuka yang digunakan sebagai tempat bermain anak dan tempat berkumpul warga diletakkan terpisah agar keamanan dan kenyamanan dalam beraktivitas tidak terganggu proses pembakaran

Page 13: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

Orientasi along the streets

Orientasi inside-out city

Orientasi mengelilingi central space

Ruang-ruang produksi pada rumah pengrajin pada konsep ini diletakkan pada bagian depan rumah. Peletakkan ruang produksi di bagian depan rumah ini untuk mendekatkan aktivitas produksi dengan posisi ruang terbuka yang berada di antara rumah pengrajin Peletakkan area-area untuk produksi gerabah pada bagian depan ini menyebabkan aktivitas produksi terpusat pada “bagian luar” sehingga bersifat public.

Ruang-ruang produksi pada rumah pengrajin pada konsep ini diletakkan pada bagian belakang rumah. Peletakkan ruang produksi di bagian belakang rumah ini untuk mendekatkan aktivitas produksi dengan posisi ruang terbuka yang berada di bagian belakang rumah. Peletakkan area-area untuk produksi gerabah pada bagian belakang ini menyebabkan aktivitas produksi terpusat pada “bagian dalam” sehingga bersifat privat.

Ruang-ruang produksi pada rumah pengrajin pada konsep ini diletakkan pada bagian samping rumah. Peletakkan ruang produksi di bagian sampping rumah ini untuk menyesuaikan aktivitas produksi dengan posisi ruang terbuka yang terpusat. Ruang untuk aktivitas produksi gerabah pada rumah diletakkan pada bagian samping sementara ruang terbuka untuk proses pembakaran gerabah diposisikan pada bagian tengah permukiman dan dekat dekat area komersil yang terletak di tepi jalan raya Dari peletakkan area produksi pada rumah dan permukiman menyebabkan zona yang terbentuk untuk aktivitas produksi bersifat semi-public.

konsep inside out city memiliki kelebihan dibanding 2 konsep lainnya karena ruang untuk aktivitas produksi gerabah gerabah baik pada rumah tinggal pengrajin maupun pada permukiman (berupa ruang terbuka untuk proses pembakaran gerabah) diposisikan pada bagian belakang jalan permukiman. Peletakan area-area untuk produksi gerabah pada bagian belakang ini menyebabkan aktivitas produksi terpusat pada “bagian dalam” sehingga bersifat privat

KEMUDAHAN AKSES PRODUKSI

Page 14: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

Orientasi along the streets Orientasi inside-out city Orientasi mengelilingi central space

Pada konsep orientasi along the streets ini mempertahankan posisi jalan dalam permukiman dan lahan produktif pada eksisting

1. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan adalah memperbaiki kondisi jalan di eksisting dan menambah akses jalan baru dalam permukiman sehingga pick-up dan truk dapat mengakses semua rumah penduduk untuk distribusi bahan baku gerabah.

2. Tahap kedua yang dilakukan dalam pelaksanaan adalah pembuatan ruang terbuka di antara permukiman yang digunakan sebagai ruang bersosialisasi penduduk, tungku pembakaran dan tempat penyimpanan jerami serta anyaman bambu.

Pada konsep orientasi inside-out city ini mempertahankan posisi jalan eksisting permukiman sedangkan posisi lahan produktif ditempatkan pada beberapa area di dalam permukiman

1. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan adalah memperbaiki kondisi jalan di eksisting

2. Tahap kedua yang dilakukan dalam pelaksanaan adalah pembuatan ruang terbuka untuk proses pembakaran gerabah dan ruang terbuka yang digunakan untuk tempat bermain anak dan berkumpul

3. Tahap ketiga yang dilakukan adalah penambahan akses jalan baru untuk akses pick-up dan truck agar dapat mengakses ruang terbuka yang diletakkan pada bagian belakang rumah pengrajin.

Pada konsep orientasi mengelilingi central space ini ekplorasi desainnya lebih bebas karena tidak terikat pada kondisi jalan dalam permukiman dan dan lahan produktif yang terdapat dalam eksisting.

1. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan adalah pembuatan akses jalan dalam permukiman.

2. Tahap kedua yang dilakukan dalam pelaksanaan adalah pembuatan ruang terbuka untuk proses pembakaran yang terpusat pada satu tempat. Selain ruang terbuka untuk proses pembakaran juga dibuat ruang terbuka yang digunakan untuk tempat bermain anak dan berkumpul warga yang dijadikan orientasi tatanan massa rumah pengrajin.

TAHAP PELAKSANAAN,WAKTU DAN SUMBER PEMBIAYAAN

Page 15: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

Orientasi along the streets Orientasi inside-out city Orientasi mengelilingi central space

3. Tahap ketiga yang dilakukan adalah perbaikan rumah pengrajin gerabah sesuai dengan konsep rumah tinggal pengrajin, perbaikan untuk rumah pengrajin ini dilakukan dalam beberapa tahap (5 tahap). Selama proses perbaikan rumah, penduduk yang rumahnya diperbaiki mengekos pada rumah tetangganya. Ketika proses perbaikan selesai pada penduduk dapat kembali ke rumahnya,

4. Tahap keempat yang dilakukan adalah meletakkan rumah pengepul gerabah serta pembuatan galeri gerabah pada bagian depan jalan raya.

4. Tahap keempat yang dilakukan adalah perbaikan rumah pengrajin gerabah sesuai dengan konsep rumah tinggal pengrajin, perbaikan untuk rumah pengrajin ini dilakukan dalam beberapa tahap (5 tahap). Selama proses perbaikan rumah, penduduk yang rumahnya diperbaiki mengekos pada rumah tetangganya. Ketika proses perbaikan selesai pada penduduk dapat kembali ke rumahnya,

5. Tahap kelima yang dilakukan dalam pelaksanaan adalah meletakkan rumah pengepul gerabah serta pembuatan galeri gerabah pada bagian depan jalan raya.

3. Tahap keempat yang dilakukan adalah perbaikan rumah pengrajin gerabah sesuai dengan konsep rumah tinggal pengrajin, perbaikan untuk rumah pengrajin ini dilakukan dalam beberapa tahap (5 tahap). Selama proses perbaikan rumah, penduduk yang rumahnya diperbaiki mengekos pada rumah tetangganya. Ketika proses perbaikan selesai pada penduduk dapat kembali ke rumahnya

4. Tahap keempat yang dilakukan dalam pelaksanaan adalah meletakkan rumah pengepul gerabah serta pembuatan galeri gerabah pada bagian depan jalan raya.

Sumber pembiayan untuk perbaikan permukiman dan rumah tinggal ini didapatkan melalui cara-cara sebagai berikut : 1. Perbaikan prasarana permukiman : perbaikan jalan, saluran, dan ruang terbuka dalam permukiman didapatkan dengan mengajukan proposal kepada pemerintahan daerah untuk

mendapatkan bantuan melalui program PNPM Mandiri Perdesaan. 2. Perbaikan rumah tinggal pengrajin gerabah : dana mandiri (melalui arisan ibu-ibu untuk secara bergilir membiayai perbaikan rumah) dan melalui dana bantuan dari program Bantuan

Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) oleh Kemenpera dimana masing-masing KK mendapatkan bantuan sebesar 10 juta.

konsep along the streets adalah konsep yang tahap pelaksanaannya membutuhkan biaya paling sedikit dan waktu paling cepat. Sedangkan konsep yang membutuhkan biaya paling besar dan waktu yang paling lama dalam pelaksanaannya adalah konsep orientasi mengelilingi central space. Untuk konsep orientasi inside-out city jumlah biaya dan waktu pelaksanaan yang diperlukan berada di pertengahan dua konsep lainnya.

TAHAP PELAKSANAAN,WAKTU DAN SUMBER PEMBIAYAAN

Page 16: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

DETAIL LAY-OUT PLAN KONSEP INSIDE-OUT CITY

Page 17: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

Berdasarkan hasil analisa sebelumnyai maka yang dipilih sebagai konsep tatanan massa dan ruang terbuka pada permukiman yang dapat dikembangkan KONSEP ORIENTASI INSIDE OUT CITY

KONSEP TATANAN MASSA DAN RUANG TERBUKA DALAM PERMUKIMAN

Pada konsep inside out city ini dilakukan perbaikan jalan dan penambahan akses jalan baru menuju ruang terbuka dalam permukiman.

Perkerasan pada jalan menggunakan paving agar memudahkan perawatan jangka panjang sekaligus sebagai pengendali kecepataan kendaraan di permukiman

lahan hijau lebar 1.5 meter yang diberi planter pada beberapa titik agar lingkungan permukiman tetap teduh

Saluran lingkungan dibuat tertutup agar tidak menjadi tempat buangan sampah, dan tertanam di bawah tanah

Page 18: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP TATANAN MASSA DAN RUANG TERBUKA DALAM PERMUKIMAN

Pada konsep inside out city ini dilakukan perbaikan jalan dan penambahan akses jalan baru menuju ruang terbuka dalam permukiman.

Page 19: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP TATANAN MASSA DAN RUANG TERBUKA DALAM PERMUKIMAN Untuk mengatasi asap yang dikeluarkan selama proses pembakaran gerabah, pada bagian tungku pembakaran diberi pelingkup yang berfungsi sebagai cerobong untuk menarik asap dan membuangnya secara vertikal sehingga asap hasil pembakaran tidak menyebar ke permukiman. Material yang digunakan untuk pelingkup adalah lapisan baja zincalume. Pemilihan material baja zincalume ini karena material ini memiliki beberapa kelebihan yaitu : 1.Tahan terhadap korosi 2.Bobotnya sangat ringan dan mudah dibentuk sehingga memberikan kemudahan dalam pengaplikasian material pada produk. 3.Penampilan permukaan dengan kembangan yang halus sehingga memberikan penampilan yang berbeda dan menarik. 4.Tahan terhadap noda 5.Tahan terhadap suhu tinggi tanpa terjadi pemudaran warna material. 6.Memilik kemampuan tinggi untuk memantulkan panas dan cahaya. (http://www.steelindonesia.com)

Page 20: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN

KRITERIA DESAIN RUMAH TINGGAL PENGRAJIN

Analisa Rumah Produktif

Analisa Perilaku dan Pola Aktivitas

Analisa Partisipasi Masyarakat (kuisioner)

-Tipe rumah produktif

-Kebutuhan ruang

-Karakter komponen arsitektur

-kriteria ruang

-kondisi rumah pengrajin yang diinginkan oleh penduduk

Kriteria desain rumah tinggal pengrajin gerabah ini didapatkan setelah melakukan analisa terhadap kondisi rumah produktif yang terdapat pada eksisting, perilaku dan pola aktivitas pengrajin gerabah serta hasil analisa dari partisipasi masyarakat yang dikumpulkan melalui kuisioner.

Inspirasi yang didapatkan dari studi preseden mengenai rumah tinggal pengrajin ini adalah sebagai berikut:

KOH KRET POTTERY VILLAGE, THAILAND & DESA KASONGAN, JAWA TENGAH Bentuk ruangan yang digunakan untuk tempat pembuatan gerabah ini semi terbuka dan tanpa penyekat ruang. Bentuk ruangan semi terbuka ini untuk memaksimalkan penghawaan dan pencahayaan alami yang masuk ke dalam ruang.

Page 21: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

TYPE CAMPURAN Area kerja bagian depan

ANALISA RUMAH PRODUKTIF

PREVIEW 1 DESIGN THESIS

Berdasarkan hasil observasi pada eksisiting maka rumah produktif pada permukiman pengrajin gerabah ini dapat dibagi menjadi 3 jenis. Pengkategorian rumah produktif menjadi 3 jenis ini berdasarkan proporsi atau perbandingan dari area produktif dengan area dosmetik seperti yang dikemukakan oleh Silas (2000),

TYPE CAMPURAN

Rumah produktif type ini umumnya tidak menyediakan tempat kerja di dalam rumah tetapi menggunakan halaman dan bagian samping rumah sebagai tempat untuk bekerja. Selain itu pada type campuran ini tidak memliki ruang penyimpanan khusus untuk gerabah. Pada eksisting terdapat 39 rumah yang termasuk dalam type campuran dengan luas rata-rata ±96 m2.

TYPE CAMPURAN Area kerja bagian samping

Page 22: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

ANALISA RUMAH PRODUKTIF

TYPE BERIMBANG

Pada rumah produktif type berimbang area kerja berada di bagian dalam rumah, dan bercampur dengan fungsi ruang lain dalam rumah. Untuk type rumah ini sudah memiliki ruangan tersendiri untuk tempat penyimpanan gerabah. Pada eksisting terdapat 21 rumah yang termasuk type berimbang dengan luas rata-rata ±104 m2

Area kerja yang terpisah ini biasanya berupa suatu bangunan sederhana yang terpisah dari rumah dengan dinding dari anyaman bambu dan papan triplek Pada eksisting hanya terdapat 3 rumah yang termasuk type terpisah ini dengan luas rata-rata ±126 m2.

TYPE TERPISAH

Page 23: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

ANALISA RUMAH PRODUKTIF Selain dari 3 type rumah produktif yang telah disebutkan sebelumnya, pada eksisting terdapat type rumah produktif untuk pengepul gerabah

TYPE RUMAH PENGEPUL GERABAH

Fungsi dari rumah produktif type ini adalah untuk mengumpulkan produk-produk gerabah pengrajin lain yang sudah jadi. Pembeli gerabah baik dalam skala besar maupun kecil biasanya langsung mengambil produk yang sudah jadi dari rumah pengepul ini. Pada eksisting terdapat 4 rumah pengepul gerabah dengan luas rata-rata ±120 m2.

Dari tipe-tipe rumah tersebut maka dapat disimpulkan kebutuhan ruang untuk aktivitas pengrajin gerabah adalah sebagai berikut :

Dari tipe rumah pengepul gerabah ini dapat dismpulkan kebutuhan ruangnya sebagai berikut :

Page 24: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

ANALISA RUMAH PRODUKTIF

Berdasarkan 3 komponen menurut Vitruvius ini dapat disimpulkan mengenai masing-masing aspek pada rumah pengrajin gerabah yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 25: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

ANALISA PERILAKU DAN POLA AKTIVITAS

PREVIEW 1 DESIGN THESIS

data yang dari hasil wawancara dan observasi dianalisa menggunakan tabel area-role-activity chart atau tabel area-peran-aktivitas oleh Heimsath (1977). Untuk perancangan rumah yang dianalisa adalah zona rumah pengrajin dan pengepul gerabah.Dari hasil analisa tabel tersebut dapat ditentukan kriteria ruangnya

RUMAH PENGRAJIN GERABAH

Page 26: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

PREVIEW 1 DESIGN THESIS

ANALISA PERILAKU DAN POLA AKTIVITAS

RUMAH PENGEPUL GERABAH

Page 27: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

ANALISA PARTISIPASI MASYARAKAT : HASIL KUISIONER

Menurut Arstein (1969) terdapat beberapa tingkatan dalam partisipasi masyarakat salah satunya adalah kemitraan. Tingkatan partisipasi masyarakat Kemitraan (Partnership) sendiri merupakan tingkatan partisipasi dimana masyarakat berkedudukan sebagai pihak pengambil keputusan dalam menggali gagasan sesuai dengan kondisi masyarat setempat.

KONDISI RUMAH YANG DIINGINKAN OLEH PENGRAJIN GERABAH

Jumlah pengrajin dalam satu rumah mayoritas sebanyak 2 orang.

Kebutuhan ruang yang dibutuhkan untuk rumah pengrajin gerabah adalah ruang kerja, ruang penyimpanan gerabah, area apenjemuran, area peletakkan bahan baku tanah liat.

Asumsi besaran area penjemuran gerabah

Asumsi besaran ruang penyimpanan gerabah

1

2

3

4

Page 28: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

ANALISA PARTSIPASI MASYARAKAT : HASIL KUISIONER

KONDISI RUMAH YANG DIINGINKAN OLEH PENGRAJIN GERABAH

Pada rumah pengrajin tidak diperlukan toko untuk menjual produk gerabah mereka sendiri selain kepada pengepul gerabah.

Pada perancangan rumah tinggal pengrajin akan dikembangkan menjadi 3 type yaitu type terpisah, berimbang, campuran serta untuk type pengepul gerabah.

Mayoritas penduduk memilih pembatas ruang semi terbuka untuk ruang kerjanya.

Asumsi besaran ruang area peletakkan tanah liat

Asumsi besaran ruang Tempat penyimpanan jerami dan anyaman bambu

Tungku pembakaran memiliki ukuran diameter ± 3 meter dengan tinggi 1,5 meter. 10

9

8

7

6

5

Gaya yang akan dikembangkan untuk rumah pengrajin adalah gaya modern dengan tetap memperhatikan kriteria dan kebutuhan ruang untuk area produksi maupun untuk

ruang-ruang lain di dalam rumah. 11

12 Untuk penambahan luasan lahan diutamakan dengan cara menambah lantai bangunan daripada menambah luasan lahan.

Page 29: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

ANALISA PARTISIPASI MASYARAKAT : HASIL KUISIONER

KONDISI RUMAH PENGEPUL YANG DIINGINKAN

Asumsi besaran ruang Tempat penyimpanan produk gerabah

Asumsi besaran ruang area pajang produk gerabah

1

2

Page 30: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN Pada eksisting rumah pengrajin gerabah masih belum memperhitungkan kebutuhan ruang untuk aktivitas produksi gerabahnya. Kebutuhan akan ruang-ruang untuk aktivitas produksi gerabah ini perlu dimasukkan dalam perancangan rumah tinggal pengrajin. Penambahan luasan ruangan ini tentunya menambah luasan ruang secara keseluruhan yang dibutuhkan. Penambahan luasan untuk kebutuhan ruang ini dapat dilakukan dengan dua cara :

Berdasarkan pertimbangan ini penambahan luasan yang dipilih adalah penambahan secara vertikal untuk perancangan rumah tinggal pengrajin dan pengepul gerabah.

Dalam SNI mengenai Tata cara perencanaan lingkungan perumahan dijelaskan untuk rumah single family housing dalam kapling memiliki tipologi sebagai berikut :

•Rumah tunggal (rumah renggang)

•Rumah kopel

•Rumah deret

Berdasarkan luasan kapling yang tersedia, kebutuhan dan kriteria ruang yang perlu untuk diwadahi dalam rumah pengrajin maka tipologi rumah yang digunakan adalah rumah kopel.

Page 31: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN Gambar 5.48 Denah rumah pengrajin tipe campuran

DENAH RUMAH TYPE CAMPURAN

Page 32: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN

PERSPEKTIF BAGIAN DEPAN TYPE CAMPURAN

Page 33: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN

PERSPEKTIF BAGIAN BELAKANG TYPE CAMPURAN

Page 34: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN Gambar 5.48 Denah rumah pengrajin tipe campuran

DENAH RUMAH TYPE BERIMBANG

Page 35: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN

PERSPEKTIF BAGIAN DEPAN TYPE BERIMBANG

Page 36: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN

PERSPEKTIF BAGIAN BELAKANG TYPE BERIMBANG

Page 37: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN Gambar 5.48 Denah rumah pengrajin tipe campuran

DENAH RUMAH TYPE TERPISAH

Page 38: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN

PERSPEKTIF BAGIAN DEPAN TYPE TERPISAH

Page 39: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN

PERSPEKTIF BAGIAN BELAKANG TYPE TERPISAH

Page 40: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN Gambar 5.48 Denah rumah pengrajin tipe campuran

DENAH RUMAH TYPE PENGEPUL GERABAH

Page 41: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN

PERSPEKTIF BAGIAN DEPAN TYPE PENGEPUL GERABAH

Page 42: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KONSEP RUMAH TINGGAL PENGRAJIN

PERSPEKTIF BAGIAN BELAKANG TYPE PENGEPUL GERABAH

Page 43: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

KESIMPULAN

Dalam menentukan kriteria desain untuk model tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman dilakukan analisa kawasan permukiman, analisa perilaku dan pola aktivitas, serta analisa partisipasi masyarakat (hasil kuisioner). Sedangkan studi preseden digunakan sebagai inspirasi untuk eksplorasi ide. Untuk model alternatif tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman dieksplorasi menjadi 3 konsep orientasi permukiman.

Dari ketiga model alternatif tatanan massa dan ruang terbuka permukiman yang dipilih untuk dikembangkan adalah konsep orientasi inside-out city. Konsep orientasi inside-out city ini memiliki kelebihan dalam hal penempatan ruang terbuka, karena masing-masing cluster rumah pengrajin memiliki ruang terbuka untuk proses pembakaran pada bagian belakang rumahnya sehingga mempermudah akses pengrajin menuju tungku pembakaran. Sedangkan ruang terbuka yang digunakan sebagai tempat bermain anak dan tempat berkumpul warga diletakkan terpisah agar keamanan dan kenyaman dalam beraktivitas tidak terganggu proses pembakaran. Konsep ini memposisikan area-area untuk aktivitas produksi gerabah pada bagian belakang sehingga bersifat privat. Apabila ditinjau dari tahap pelaksanaan, sumber pembiayaan dan waktu pelaksanaan konsep inside-out city ini masih dibawah waktu dan biaya yang harus dikeluarkan untuk konsep orientasi mengelilingi central space. Dalam konsep ini untuk mengatasi asap yang dikeluarkan selama proses pembakaran gerabah, pada bagian tungku pembakaran diberi pelingkup yang berfungsi sebagai cerobong untuk menarik asap dan membuangnya secara vertikal sehingga asap hasil pembakaran tidak menyebar ke permukiman.

Sedangkan untuk menentukan kriteria desain rumah tinggal pengrajin dilakukan analisa rumah produktif, analisa perilaku dan pola aktivitas, serta analisa partisipasi masyarakat (hasil kuisioner). Pada eksisting kebutuhan akan ruang-ruang produksi gerabah belum dimasukkan dalam perancangan. Sehingga untuk perancangan rumah tinggal pengrajin diperlukan penambahan luasan untuk mewadahi ruang-ruang untuk aktivitas produksi. Penambahan luasan dilakukan secara vertikal sehingga tidak perlu menambah luasan tanah kapling penduduk. Penambahan luasan secara vertikal ini secara umum dapat memisahkan area publik pada lantai 1 dan area yang bersifat lebih privat di lantai 2. Selain itu dengan perbedaan lantai ini juga memungkinkan pemisahan fungsi rumah sebagai area produksi gerabah dan sebagai hunian secara vertika l.

Dalam pengembangan rumah pengrajin gerabah tampilan desainnya dibuat lebih modern dan berbeda dengan bentuk rumah pengrajin yang ada di eksisting. Walaupun demikian dalam penyusunan kebutuhan, kriteria dan organisasi ruangnya memperhatikan perilaku dan nilai -nilai yang berlaku dalam masyarakat. Pertimbangan perilaku dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat ini terlihat pada beberapa hal berikut : Fungsi ruang tamu pada rumah pengrajin diganti dengan teras terbuka yang luas sehingga mempertahankan interaksi sosial penghuni dengan tetangga lainnya dalam suasana informal.Dinding pembatas rumah kopel hanya dibuat sebatas area hunian saja, sedangkan untuk area produksi tidak diberi pembatas agar selama bekerja pengrajin tetap dapat berinteraksi dengan pengrajin lainnya yang rumahnya bersebelahan.

TATANAN MASSA DAN RUANG TERBUKA DALAM PERMUKIMAN

RUMAH TINGGAL PENGRAJIN GERABAH

Page 44: konsep tatanan massa dan ruang terbuka dalam permukiman

DAFTAR PUSTAKA

Abercrombie, Stanley. 1984. Architecture as Art. New York : van Nostrad Reinhold Adi, Isbandi Rukminto, (2008), Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat , Jakarta Alisjabana, (2001) Modul Peran Serta Masyarakat dan Swasta Serta Pemuda Dalam Pengelolaan Dan Pembangunan Kota Dalam Manajemen Lingkungan Perkot aan, Lembaga Penelitian ITS, Surabaya Antariksa. 2011. Pola Permukiman Tradisional. Dalam blog: Dalam blog: http://antariksaarticle.blogspot.com/2011/01/pola-permukiman-tradisional.html Antariksa. 2011. Struktur Ruang Budaya Dalam Permukiman. Dalam blog: http://antariksaarticle.blogspot.com/2011/01/struktur-ruang-budaya-dalam-permukiman.html Arnstein, Sherry R (1969). A Ladder of Citizen Participation. JAIP Vol.35 No.4 Jully 1969 Budihardjo, Eko, 1989, Percikan Arsiterktur Perumahan Kota, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Broadbent, Geoffrey. 1973. Design In Architecture, John Wiley & Sons, London & New York Bromberek, Zbigniew. 2009. Eco Resorts:Planning and design for the tropics. Architectural Press, New York Cross, Nigel, (1984), Development In Design Methodology, John Willey & Sons, Toronto. Ching, F.D. 1979. Architecture Form, space and order. New York : van Nostrand Reinhold Company. Groat, Linda and Wang, David, 2002, Architectural Research Methods, John Willey and Sons, Canada. Haryadi, Setiawan B. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku : Suatu Pengantar ke Teori, Metode dan Aplikasi . Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud Heimsath, Clovis AIA (1977), Behavioral Architecture. New York, Mc. Graw-Hill Book Company. Jayadinata, J. T. 1992. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah . Bandung: Penerbit ITB. Kirmanto, Djoko. 2007. Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Jakarta : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Klassen, Winand, “Architecture and Philosophy”,Clavano Printers, Cebu City.1990. Lang, Jon, 1987, Creating Architectural Theory, Van Nostrand Reinhold Company, New York. Laurens, Joyce Marcella (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Grasindo. Jakarta Lawson, Bryan. 2005. How Designers Think: The Design Process Demystified. Elsevier : Burliton Lincoln, Yvonna S. dan Guba, Egon G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills : Sage Publication Mikkelsen, Britha, 2005, Methods for Development Work and Research. 2nd edition, SAGE Publications, New Delhi Mohamad, Taufik. 1996. Implikasi Dan Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Bentuk Tatanan Lingkungan Permukiman Tradisional Kawasan Menara Kudus . Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang Mudra, I Wayan. 2010. Proses Pembuatan Gerabah. www.repo.isi-dps.ac.id Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 11/ PERMEN/ M/ 2008. 2008. Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman. Jakarta : Kementerian Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Phattanawasin, Srisak. 2009. Conservation and Development of Koh Kret Community Environment in Nonthaburi. Journal of Architectural/Planning Research and Studies Volume 6. Issue 2. Faculty of Architecture and Planning, Thammasat University Phuong, Dinh Quoc.2005. The Architecture of Bat Trang, a Pottery Village in Hanoi. Faculty of Architecture, Building and Planning, University of Melbourne. Rhodes, Daniel. 1968. Kilns; Design, Construction, And Operation. Philadelphia, Chilton Book Co Rapoport, A. 1993. Development, Culture, Change and Supportive Design. USA: University of Wisconsin-Milwaukee Saliya, Yuswadi. 1999. Arsitektur Tradisional Indonesia: Beberapa Catatan Pendahuluan. Monumen dan Situs Indonesia. (ICOMOS) Santosa, Happy, (2000), The Use of Space in Madurese Houses for Home Industries Organised by Women , dalam Proceedings The International Coference, Henderson Hall, The University of Newcastle upon Tyne, UK. Sastra M, Suparno & Endy Marlina, (2006), Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, Andi, Yogyakarta. Silas, Johan, (1985), Perumahan dan Permukiman, Jurusan Arsitektur, FTSP-ITS, Surabaya. Silas, Johan (1993), Housing Beyond Home, Case Study of Surabaya, ITS-Surabaya. SNI, (2004). Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Badan Standardisasi Nasional, Bandung. Spradley, James P., (1997), Metode Etnografi, terjemahan oleh: Misbah Zulfa Elizabeth, PT Tiara Wacana, Yogyakarta. Sugiyono, (2004), Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Penerbit Alfabeta. Turner, Jhon FC (1972), Freedom to Build, Dweller of Housing Proses, The Mac Millianco, New York, Tutuko (2004), Perkembangan Pola Hunian Rumah Produktif Kampung Sanan Tempe Malang . ITS Surabaya Widayati, N. (2002). Permukiman Pengusaha Batik Di Laweyan Surakarta. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Widianingsih, dkk. 2007. Community Architecture dalam Pengelolaan Ruang Publik di Permukiman Kampung-Kota (studi kasus ruang publik di daerah bantaran Sungai Cihalarang Kelurahan Sukapada kec. Cibeunying Kidul Kota

Bandung). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Wikantiyoso, R. 1997. Konsep Pengembangan: Transformasi Pola Tata Ruang Tradisional Studi Kasus: Permukiman Tradisional Jawa di Kotagede Yogyakarta – Indonesia. Science. 37:25-33 Wiriatmadja, S. 1981. Pokok-Pokok Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Yasaguna. Zulkarnaen, Fajar. 2008. Perwujudan Sistem Kekerabatan Pada Pola Spasial Di Desa Ngadas, Tengger . Skripsi. jurusan Arsitektur fakultas teknik Universitas Brawij aya. Malang (tidak dipublikasikan) www.athailandadventure.blogspot.com www.ariesaksono.wordpress.com www.baliwww.com www.jogjatrip.com Google earth www.wikipedia.org www. malangkab.go.id