Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan normal suatukeadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (Power), keadaan jalan lahir (Passage) dan keadaan janin (Passanger). Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor- faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Adapun gangguan yang dapat menghambat proses persalinan normal yaitu distosia, trauma jalan lahir dan disproporsi sefalopelvik. Distosia persalinan, persalinan disfungsi, tidak ada kemajuan persalinan semua istilah ini mengacu pada kemajuan persalinan yang lambat atau tidakadakemajuan, yang merupakansuatudarikomplikasipersalinan yang mengkhawatirkan.(Simkin, 2005). Trauma jalanlahiradalah terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, serviks, portio septum rektovaginalis akibat dari tekanan 1
100

Konsep penyakit

Jul 07, 2016

Download

Documents

OK DBACA YA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Konsep penyakit

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan normal suatukeadaan fisiologis, normal dapat berlangsung

sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor

”P” utama yaitu kekuatan ibu (Power), keadaan jalan lahir (Passage) dan

keadaan janin (Passanger). Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian

antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat

berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat

terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Adapun gangguan

yang dapat menghambat proses persalinan normal yaitu distosia, trauma jalan

lahir dan disproporsi sefalopelvik.

Distosia persalinan, persalinan disfungsi, tidak ada kemajuan

persalinan semua istilah ini mengacu pada kemajuan persalinan yang lambat

atau tidakadakemajuan, yang merupakansuatudarikomplikasipersalinan yang

mengkhawatirkan.(Simkin, 2005).

Trauma jalanlahiradalah terpotongnya selaput lendir vagina, cincin

selaput dara, serviks, portio septum rektovaginalis akibat dari tekanan

bendatumpul (Wiknjosastro, Sarwono).Laserasi perineum merupakanrobekan

yang terjadipada perineum sewaktu proses persalinan. Persalinan dengan

tindakan seperti ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, versi ekstraksi, kristeller

(dorongan pada fundus uteri) dan episiotomy dapat menyebabkan robekan

jalan lahir

Istilah disproporsi sefalo pelvik mulai digunakan sebelum abad ke-20

untuk menunjukkan obstruksi persalinan akibat disparitas (ketidaksesuaian)

antara ukuran kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar

melalui vagina. Namun, istilah ini berasal dari masa di saat indikasi utama

seksio sesarea adalah penyempitan panggul yang nyata akibat rakitis.

Disproporsi fetopelvik sejati merupakan diagnosis yang lemah karena dua

1

Page 2: Konsep penyakit

pertiga wanita yang didiagnosis mengidap gangguan ini kemudian dapat

melahirkan bayi yang lebih besar melalui vagina (Cunningham, et al, 2007).

Panggul sempit dikatakan sebagai salah satu indikasi persalinan seksio

sesarea yang kejadiannya semakin meningkat dalam tiga decade terakhir.

Angka seksio sesarea di Amerika Serikat meningkat dari 4,5% pada tahun

1965 menjadi 23% pada tahun 1985. Pada tahun 2007, angka seksiosesaria

adalah 31.8% - angka seksio tertinggi yang pernah dilaporkan di Amerika

Serikat. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists

(2003), kira-kira 60% seksiosesaria primer di Amerika Serikat dihubungkan

dengan distosia. Di Inggris insiden meningkat kurang dari 5% pada tahun

1973 menjadi 10% pada tahun 1986. Di Indonesia, angka seksiosesarea di

RSUD. Dr. Pirngadi Medan meningkat dari 20,4% pada tahun 1994 menjadi

34,83% pada tahun 1998.

National Hospital Discharge Survey (1997) melaporkan bahwa di

Amerika Serikat angka morbiditas ibu hamil dan bersalin diantaranya adalah

komplikasi kebidanan (3,6%), toksemi agravidarum (5,8%), trauma kebidanan

meliputi laserasi jalan lahir dan hematom (5,0%) dan laserasi perineum (1,7%)

serta trauma lainnya (3,9%). Sedangkan angka morbiditas lainnya meliputi

macam-macam infeksi dan penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan

dan nifas (Friedman, 2003).

Kegagalan kemajuan (distosia) baik pada persalinan spontan maupun

persalinan yang diinduksi semakin popular dalam menggambarkan persalinan

yang tidak efektif sehingga perludilakukan seksiosesarea. Saat ini distosia

menjadi indikasi tersering dilakukannya tindakan seksiosesarea primer

(Cunningham, et al, 2007). Berdasarkan penelitian Gifford dkk., tidak

majunya persalinan (distosia) merupakan penyebab bagi 68% seksio sesarea

non elektif pada presentasi kepala.

Sepanjang tahun 2005 dilakukan suatu penelitian untuk melihat

prevalensi seksio sesarea beserta indikasinya di Sembilan rumah sakit pada

empat negara Asia Tenggara. Dua rumah sakit di Yogyakarta ikut

berpartsipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian memperlihatkan dari 2.086

2

Page 3: Konsep penyakit

persalinan yang dilakukan di dua rumah sakit di Yogyakarta, sebanyak 29,6%,

yaitu 617 persalinan dilakukan secara seksiosesarea. Disproporsi fetopelvik

merupakan indikasi ketiga terbanyak setelah malpresentasi dan riwayat

seksiosesarea sebelumnya (Festin, et al, 2009).

Distosia yang secara literature berarti persalinan yang sulit, memiliki

karakteristik kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan

abnormal atau lambat umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran bagian

terbawah janin dengan jalan lahir. Pada presentasi kepala, distosia adalah

indikasi yang paling umum saat ini untuk seksio sesaria primer. CPD

(cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul sempit, ukuran

kepala janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas. Setiap

penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat

mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bias terjadi pada

pintu atas panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya

kombinasi dari ketiganya. Karena CPD bias terjadi pada tingkat pelvic inlet,

outlet dan midlet, diagnosisnya bergantung pada pengukuranketigahaltersebut

yang dikombinasikan dengan evaluasi ukuran kepala janin.1 Panggul sempit

disebut–sebut sebagai salah satu kendala dalam melahirkan secara normal

karena menyebabkan obstructed labor yang insidensinya adalah 1-3% dari

persalinan.

Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung

sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan

janin.Bahaya pada ibu dapat berupa partus lama yang dapat menimbulkan

dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum, ruptur uteri mengancam serta

resiko terjadinya fistula vesiko servikalis, atau fistula vesiko vaginalis, atau

fistula rekto vaginalis karena tekanan yang lama antara kepala janin dengan

tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat berupa meningkatkan

kematian perinatal, dan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin

bahkan bias menimbulkan fraktur pada osparietalis. Panggul sempit dikatakan

sebagai salah satu indikasi persalinan seksiosesarea yang kejadiannya semakin

meningkat dalam tiga decade terakhir

3

Page 4: Konsep penyakit

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, maka kelompok

tertarik untuk membahas tentang materi tersebut secara lebih mendalam dalam

sebuah makalah sehingga mahasiswa dan mahasiswi dapat mengetahui

bagaimana jika terjadi distosia, trauma jalan lahir dan CPD pada dirinya

maupun jika mendapatkan klien dengan gangguan distosia, trauma jalan lahir

dan CPD dapat melakukan asuhan keperawatan terhadap klien dengan baik

dan benar.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada

klien dengan distosia, trauma jalan lahir dan disproporsisefalopelvik.

2. Tujuankhusus

Adapun tujuan khusus dari makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui anatomi panggul.

b. Mengetahui konsep dasar distosia, trauma jalan lahir dan disproporsi

sefalopelvik.

c. Mengetahui secara rinci tentang asuhan keperawatan klien dengan

distosia, trauma jalan lahir dan disproporsisefalopelvik mulai dari

pengkajian sampai dengan evaluasi.

C. RuangLingkup

Pada makalah ini, kelompok membatasi ruang lingkup penulisan yaitu

konsep dasar tentang distosia, trauma jalan lahir dan disproporsisefalopelvik

dan asuhan keperawatan klien dengan gangguan system reproduksi distosia,

trauma jalan lahir dan disproporsisefalopelvik.

D. MetodePenulisan

Makalah seminar kelompok kami ini disusun berdasarkan studi

literatur yang saling berkaitan dan saling mendukung antara satu dengan yang

lain.

4

Page 5: Konsep penyakit

E. SistematikaPenulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri atas tiga bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan. Meliputi Latar belakang, Tujuan penulisan, Ruang

lingkup, Metode penulisan, Sistematika penulisan.

BAB II : Konsep Dasar. Meliputi anatomi sistem panggul dan konsep

penyakit: penyakit distosia, trauma jalan lahir dan

disproporsisefalopelvik.

BAB III : Asuhan Keperawatan. Yang meliputi : Pengkajian, Gambaran

Klinis, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan dan Pelaksanaan.

BAB IV : Penutup.Yang meliputi ; Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

5

Page 6: Konsep penyakit

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Fisiologi Panggul

Menurut Manuaba (2005) anatomi dan fisiologi panggul adalah sebagai

berikut:

1. Panggul wanita terdiri dari :

a. Panggul besar (Pelvis Mayor)

Panggul besar dibentuk oleh 4 buah tulang :

1) 2 tulang pangkal paha (Os Coxae), terdiri dari tiga buah tulang :

a) Tulang Usus (Os. Ilium)

Merupakan tulang terbesar dari panggul dan membentuk

bagia atas dan bagian belakang tulang panggul

Batas atasnya merupakan penebalan tulang yang disebut

crista iliaca

Ujung depan dan belakang crista iliaca menonjol : spina

iliaca anterior superior dan spina iliaca posterior superior

b) Tulang Duduk (Os. Ischium)

Terdapat disebelah bawah tulang usus

Pinggir belakang menonjol : spina ischiadica

Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang

mendukung badan saat duduk disebut tuber ischiadicum

c) Tulang Kemaluan (Os. Pubis)

6

Page 7: Konsep penyakit

Terdapat disebelah bawah dan depan tulang usus

Dengan tulang duduk dibatasi foramen obturatum

Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan

tulang usus ramus superior ossis pubis

2) 1 tulang kelangkang (Os. Sacrum)

Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas dan mengecil 

dibagian bawahnya. Tulang kelangkang terletak di antara kedua

tulang pangkal paha. Terdiri dari lima ruas tulang yang berhubungan

erat

3) 1 tulang tungging (Os. Coccygis)

Berbentuk segitiga dengan ruas tiga sampai lima buah dan bersatu.  Pada

saat persalinan tulang tungging dapat didorong ke belakang sehingga

memperluas jalan lahir

b. Panggul kecil (Pelvis Minor) terbentuk oleh 4 buah tulang

tempat alat reproduksi wanita yang membentuk jalan lahir. Panggul kecil

dibentuk oleh 4 buah bidang yaitu :

1) Pintu atas panggul (PAP)/ Inlet Pap dibentuk oleh :

a) Promontorium

b) Sayap Os. Sacrum

c) Linea terminalis/ Inominata kanan dan kiri

d) Ramus superior Ossis

e) Pubis kanan dan kiri

f) Pinggir atas simfisis pubis

7

Page 8: Konsep penyakit

2) Pintu tengah panggul (PTP)/ Midlet PTP dibentuk oleh 2 buah bidang

yaitu :

a) Bidang luas panggul

b) Bidang luas panggul

dibentuk oleh pertengahan simfisis menuju pertemuan Os. Sacrum 2

dan 3. 

c) Bidang sempit panggul

d) Bidang sempit panggul dibentuk oleh tepi bawah simfisis menuju

kedua spina ischiadica dan memotong Os. Sacrum setinggi 1-2 cm

diatas ujungnya

3) Pintu bawah panggul (PBP)/ Outlet

Pintu bawah panggul bukanlah merupakan satu bidang tetapi terdiri dari

dua segitiga dengan dasar yang sama. Segitiga depan dasarnya tuber

ossis ischiadica dengan dibatasi arcus pubis, sedangkan segitiga

belakang dasarnya tuber ossis ischiadica denga dibatasi oleh

ligamentum sacrotuberosum kiri dan kanan.

2. Fungsi Panggul Wanita

Fungsi umum panggul wanita adalah :

a. Panggul besar (Pelvis Mayor)

Fungsi dari panggul besar adalah menyangga isi abdomen

b. Panggul kecil (Pelvis Minor)

Fungsi panggul kecil adalah :

1) Membentuk jalan lahir

8

Page 9: Konsep penyakit

2) Tempat alat genitalia

3. Bentuk-bentuk Panggul Wanita

Menurut Caldwell-Moloy ada 4 bentuk panggul :

a. Panggul Gynecoid : bentuk panggul ideal, bulat dan

merupakan jenis panggul tipikal wanita

b. Panggul Android : bentuk PAP seperti segitiga, merupakan

jenis jenis panggul tipikal pria

c. Panggul Antropoid : bentuk PAP seperti elips, agak lonjong seperti

telur

d. Panggul Platipeloid : bentuk PAP seperti kacang atau ginjal, picak,

menyempit arah muka belakang.

4. Konsep penyakit

9

Page 10: Konsep penyakit

1. Distosia

a. Defenisi

Distosia adalah keterlambatan atau kesulitan persalinan dapat

disebabkan oleh kelainan tenaga, kelainan letak, bentuk janin serta

jalan lahir.(Sulaiman. 2004)

Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang

timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor

persalinan. (Bobak, 2004)

b. Etiologi

Menurut Bobak ( 2004 ) etiologi dari distosia adalah sebagai berikut :

1) Kelainan HIS sering dijumpai pada primi gravid tua sedangkan

inersia uteri sering dijumpai pada multi gravid dan grande multi

gravida, tetania uteri, aksi uterusin koordinasi.

2) Factor herediter, emosi dan ketakutan.

3) Salah pimpinan persalinan atau salah pemberian obat-obat seperti

oksitoksin dan obat-obat penenang.

4) Bagian terbawah janin tidak rapat dengan segmen bawah rahim,

dijumpai pada kelainan letak janin dan disproporsiepalo pelvic.

5) Kelainan uterus misalny abikornisunifolis.

6) Kehamilan post matur.

7) Kelainan tenaga/ power

8) Kelainan jalan lahir/ passage

9) Kelainan letak dan bentuk janin/ passager

10

Page 11: Konsep penyakit

Kelainan tenaga/ powerKelainan jalan lahir/ passage

Kelainan letak dan bentuk janin/ passager

c. Patofisiologi

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang

menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang

belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring

(oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan

meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu

gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring

dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar

akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak

bisa lahir mengikuti kepala.(Bobak.2004)

PATHWAY DISTOSIA

11

Page 12: Konsep penyakit

d. Manifiestasi klinis

12

Page 13: Konsep penyakit

Menurut Sulaiman 2004 manifiestasi klinis dari distosia adalah sebagai

berikut :

1) Ibu :

a) Gelisah

b) Letih

c) Suhu tubuh meningkat

d) Nadi dan pernafasan cepat

e) Edem pada vulva dan servik

f) Bisa jadi ketuban berbau

2) Janin : DJJ cepat dan tidak teratur

e. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Sulaiman 2004 pemeriksaan diagnostik dari distosia adalah

sebagai berikut :

1) Palpasi dan Balotemen: Leopold I : teraba kepala (balotemen) di

fundus uteri

2) Vaginal Toucher : teraba bokong yang lunak dan iregular

3) X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan

pemeriksaan ini penting untuk menentukan jenis presentasi

sungsang dan jumlah kehamilan serta adanya kelainan kongenital

lain

4) Ultrasonografi: Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh

operatorberpengalaman dapat menentukan :

a) Presentasi janin

13

Page 14: Konsep penyakit

b) Ukuran

c) Jumlah kehamilan

d) Lokasi plasenta

5) Jumlah cairan amnion

6) Malformasi jaringan lunak atau tulang janin

f. Penatalaksanaan

Menurut Leveno ( 2009 ) penatalaksanaan distosia adalah sebagai

berikut :

1) Tekanan ringan pada suprapubic

Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara

bersamaan dilakukan traksi curam bawah pada kepala

janin.Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah

suprapubic saat traksi curam bawah pada kepala janin.

2) Maneuver Mc Robert

Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan

selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkannya di

University of Texas di Houston. Maneuver ini terdiri dari

melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga

paha menempel pada abdomen ibu Tindakan ini dapat

menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala

maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran

panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk

membebaskan bahu depan yang terhimpit.

14

Page 15: Konsep penyakit

Maneuver Mc Robert : Fleksi sendi lutut dan paha serta

mendekatkan paha ibu pada abdomen sebagaimana terlihat pada

(panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara

bersamaan (panah vertikal).

3) Maneuver Woods ( “Wood crock screw maneuver” )

Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara ― crock

screw maka bahu anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan

terbebas.

Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu

posterior janin. Bahukemudian diputar 180 derajat sehingga bahu

anterior terbebas dari tepi bawahsimfisis pubis.

4) Melahirkan bahu belakang

a) Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri

humerus posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan

posterior atas didepan dada denganmempertahankan posisi

fleksi siku.

b) Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah

janin.

c) Lengan posterior dilahirkan.

5) Maneuver Rubin

15

Page 16: Konsep penyakit

Terdiri dari 2 langkah :

a) Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan

melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka

dilakukan langkah berikutnya

b) Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau

dan kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini

untuk melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter

bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis.

6) Maneuver Rubin II

a) Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah

Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada

anak sehingga diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu

anterior yang terjepit.

7) Maneuver Zavanelli

mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan

melalui SC. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau

posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala

anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala

kedalam vagina.

g. Komplikasi

16

Page 17: Konsep penyakit

1) Perdarahanpascapersalinan

a) Fistula Rectovaginal

b) Simfisiolisisatau diathesis, dengan atau tanpa “transient

femoral neuropathy”

c) Robekan perineum derajat III atau IV

d) Rupture Uteri

2) Komplikasi Fetal

a) Brachial plexus palsy

b) Fraktura Clavicle

c) Kematian janin

d) Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurololgis

permanen

e) Fraktur humerus

2. Trauma jalan lahir

a. Defenisi

Trauma jalan lahir adalah Trauma atau perlukaan yang terjadi pada jalan lahir

lunak ataupun keras. ( Sulaiman. 2004 )

Trauma jalan lahir adalah terpotongnya selaput lendir vagina, cincin

selaput dara, serviks, portio septum rektovaginalis akibat dari tekanan

benda tumpul ( Manuaba,2003 )

Trauma jalan lahir meliputi : Robekan Vagina, Robekan Perineum, dan

Robekan Serviks.

b. Trauma vagina

17

Page 18: Konsep penyakit

1) Pengertian

Robekan atau laserasi yang sampai pada daerah vagina dan

cenderung mencapai dinding lateral dan jika cukup dalam dapat

mencapai levator ani. Kadang juga dapat mengakibatkan cedera

tambahan pada bagian atas saluran vagina, dekat spina iskiadika.

(Manuaba. 2003)

2) Etiologi

Robekan dinding vagina dapat timbul akibat rotasi forceps,

penurunan kepala yang cepat, dan persalinan yang cepat.(Manuaba.

2003)

3) Manifiestasi Klinis

Robekan pada dinding depan vagina sering kali terjadi di sekitar

orifisium uretra eksternum dan klitoris. Robekan pada klitoris dapat

menimbulkan perdarahan banyak. Kadang-kadang perdarahan

tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan penjahitan, tetapi

diperlukan penjepitan dengan cunam selama beberapa hari.

Robekan pada vagina dapat bersifat luka tersendiri, atau merupakan

lanjutan robekan perineum. Robekan vagina sepertiga bagian atas

umumnya merupakan lanjutan robekan serviks uteri. Pada umunya

robekan vagina terjadi karena regangan jalan lahir yang berlebihan

dan tiba-tiba ketika janin dilahirkan. Bila terjadi robekan pada

dinding vagina akan timbul perdarahan segera setelah janin lahir.

18

Page 19: Konsep penyakit

Diagnose ditegakkan dengan mengadakan pemeriksaan langsung

dengan menggunakan speculum.(levono.2009)

4) Diagnosis

Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada

pemeriksaan dengan spekulum.(Manuaba. 2003)

5) Komplikasi

Menurut Manuaba 2003 komplikasi dari Trauma vagina adalah

sebagai berikut :

a) Kolpaporeksi

Kolpaporeksis ialah robekan melintang atau miring pada bagian

atas vagina. Hal ini terjadi apabila pada persalinan dengan

disproporsi sefalopelvik terjadi regangan segmen bawah uterus

dengan serviks uteri tidak terjepitantara kepala janin dan tulang

panggul. Kolpaporeksis juga bias timbul apabila pada tindakan

pervaginam dengan memasukkan tangan penolong ke dalam

uterus dkesalahan, ujung fundus uteri tidak ditahan oleh tangan

luar supaya uterus jangan naik ke atas.Gejala-gejala dan

pengobatan kolpaporeksis tidak berbeda dengan ruptura uteri.

b) Fistula

Fistula dapat terjadi mendadak karena perlukaan pada vagina

yang menembus kandung kencing atau rectum. Fistula dapat

juga terjadi karena dinding vagina dan kandung kencing atau

rectum tertekan lama antara kepala janin dan panggul, sehingga

19

Page 20: Konsep penyakit

terjadi iskemia, akhirnya terjadi nekrosis jaringan yang tertekan.

Setelah lewat beberapa hari postpartum, jaringan nekrosis

terlepas, terjadilah fistula disertai inkontinensia. Fistula dapat

berupa fistula vesikovaginalis, atau fistula uterovesikovaginalis,

fistula uterovaeinalis, atau fistula rektovaginalis.Fistula akibat

nekrosis yang biasanya disertai infeksi tidak bias dijahot dengan

segera. Kadang-kadang dengan memasang dauerkateter untuk

beberapa lama, fistula kecil dapat menutup sendiri, maka

sesudah tiga bulan postpartum dapat dilakukan operasi untuk

menutupnya.

6) Penatalaksanaan

Perdarahan biasanya banyak dan mudah diatasi dengan jahitan.

Apabila ligamentum latum terbuka dan cabang-cabang arteri uterina

terputus, timbul banyak perdarahan yang membahayakan jiwa

penderita. Apabila perdarahan tersebut sulit dikuasai dari bawah,

terpaksa dilakukan laparotomi dan ligamentum latum dibuka untuk

menghentikan perdarahan, jika hal terakhir ini tidak berhasil, arteria

hipogastrika yang bersangkutan perlu diikat.(Manuaba. 2003)

c. Trauma perineum

1) Pengertian

Robekan atau laserasi pada perineum pada suatu persalonan karena

sebab tertentu, robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah

dan bias menjadi luas.(Manuaba. 2003)

20

Page 21: Konsep penyakit

2) Etiologi

Robekan perineum disebabkan oleh kepala janin lahir terlalu cepat,

sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin

lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu

bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada

sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan

pembedahan vaginal. (Manuaba. 2003)

3) Manifiestasi klinis

Menurut Levono (2009) manifiestasi klinis trauma perineum adalah

sebagai berikut :

a) Darah segar  yang mengalir  setelah  bayi lahir 

b) Uterus  tidak berkontraksi dengan baik

c) Plasenta tidak normal

d) Pucat

e) Lemah

f) Pasien dalam keadaan menggigil.

4) Tingkat perlukaan

Tingkat perlukaan pada perineum dapat dibagi dalam(Manuaba.

2003) :

a) Tingkat I : bila perlukaan hanya terbatas pada mukosa vagina

atau kulit perineum.

21

Page 22: Konsep penyakit

b) Tingkat II : bila perlukaan yang lebih dalam dan luas ke vagina

dan perineum dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma

urogenital.

c) Tingkat III : perlukaan yang lebih luas dan dalam yang

menyebabkan muskulus sfingter ani eksternus terputus di

depan.

5) Diagnosis

Diagnosis robekan atau rupture perinea ditegakkan dengan

pemeriksaan langsung. Pada tempat terjadinya perlukaan akan

timbul perdarahan yang bersifat arterial atau yang merembes.

Dengan dua jari tangan kiri luka dibuka, bekuan darah diangkat,

lalu luka dijahit secara rapi.(Manuaba. 2003)

6) Penatalaksanaan

Pada perlukaan tingkat I, bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan

adanya penjahitan.( sulaiman. 2004 )

Pada perlukaan tingkat II, hendaknya luka dijahit kembali secara

cermat. Lapisan otot dijahit simpul dengan katgut kromik nomor 0

atau 00, dengan mencegah terjadinya ruang mati. Adanya ruang

mati antara jahitan-jahitan memudahkan tertimbunnya darah beku

dan terjadinya radang. Lapisan kulit dapat dijahit dengan benang

katgut atau sutera secara simpul. Jahitan hendaknya jangan terlalu

ketat, sebab beberapa jam kemudian di tempat perlukaan akan

timbul edema.( sulaiman. 2004 )

22

Page 23: Konsep penyakit

Penanganan perlukaan perineum tingkat III memerlukan penjahitan

secara khusus. Langkah yang pertama yang terpenting ialah

menemukan kedua ujung muskulus sfingter ani eksternus yang

terputus. Kedua ujung otot dijepit dengan Cunas Allis, kemudian

dijahit dengan benang katgut kromik nomor 0 atau 00, sehingga

kontinuitas sfingter terbentuk kembali. Simpul jahitan pada ujung-

ujung otot sfingter hendaknya dibenamkan kea rah mukosa rektum.

Selanjutnya, penjahitan jaringan dilakukan seperti pada penjahitan

luka perineum tingkat II.( sulaiman. 2004 )

7) Komplikasi

Menurut Levono (2009) manifiestasi klinis trauma perineum adalah

sebagai berikut :

(a) Perdarahan

Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca

persalinan  dalam waktu satu jam setelah melahirkan. Penilaian

dan penatalaksanaan yang cermat selama kala satu dan kala

empat persalinan sangat penting. Menilai kehilangan darah yaitu

dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal

perdarahan, serta memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan

dan menilai tonus otot.

(b) Fistula

Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena

perlukaan pada vagina menembus kandung kencing atau rectum.

23

Page 24: Konsep penyakit

Jika kandung kencing  luka, maka air kencing akan segera

keluar melalui vagina. Fistula dapat menekan  kandung kencing

atau rectum yang lama antara kepala janin dan panggul,

sehingga  terjadi iskemia.

(c) Hematoma

Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan

karena adanya penekanan kepala janin serta  tindakan persalinan

yang ditandai dengan  rasa nyeri pada  perineum  dan  vulva

berwarna biru dan merah. 

(d) Infeksi

Infeksi pada  masa nifas adalah peradangan  di sekitar alat

genetalia pada kala nifas.  Perlukaan  pada persalinan

merupakan tempat masuknya  kuman ke dalam tubuh sehingga

menimbulkan infeksi. Dengan ketentuan meningkatnya  suhu

tubuh melebihi  380C, tanpa menghitung pireksia nifas. Setiap

wanita yang mengalami pireksia nifas harus diperhatikan,

diisolasi, dan dilakukan inspeksi  pada traktus gentitalis untuk

mencari laserasi, robekan atau luka episiotomi

Robekan jalan lahir selalu menyebabkan perdarahan yang

berasal dari perineum, vagina, serviks dan robekan uterus

(rupture uteri). Penanganan yang dapat dilakukan dalam hal ini

adalah dengan melakukan  evaluasi  terhadap sumber dan

jumlah perdarahan. Jenis   robekan perineum adalah mulai dari

24

Page 25: Konsep penyakit

tingkatan ringan sampai dengan robekan yang terjadi pada

seluruh  perineum yaitu  mulai dari derajat satu sampai dengan

derajat empat. Rupture perineum dapat diketahui dari tanda dan

gejala yang muncul serta  penyebab terjadinya. Dengan

diketahuinya tanda dan gejala terjadinya rupture perineum,

maka tindakan dan penanganan selanjutnya dapat dilakukan.

d. Trauma serviks

1) Pengertian

Robekan yang terjadi pada persalinan yang kadang-kadang sampai

ke forniks; robekan biasanya terdapat pada pinggir samping serviks

malahan kadang-kadang sampai ke SBR dan membuka

parametrium. (Manuaba.2003)

2) Etiologi

Robekan semacam ini biasanya terjadi pada persalinan buatan:

ekstraksi dengan forceps, ekstraksi pada letak sungsang, versi dan

ekstraksi, dekapitasi, perforasi dan kranioklasi terutama kalau

dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap. (Manuaba.2003)

Apabila serviks kaku dan his huat, serviks uteri mengalami tekanan

kuat oleh kepala janin, sedangkan pembukaan tidak maju. Akibat

tekanan kuat dan lam ialah pelepasan sebagian serviks atau

pelepasan serviks secara sirkuler. (Manuaba.2003)

25

Page 26: Konsep penyakit

3) Manifiestasi klinis

Biasanya pada robekan serviks ditandai dengan perdarahan. Jika

robekan besar dan dalam biasanya keadaan umum ini buruk dan

apabila dengan rehidrasi intravena keadaan ibu tidak membaik,

Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat

memuncak, Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat,

tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak ). ( Levono. 2009 )

4) Diagnosis

Perdarahan postpartum pada uterus yang berkontraksi baik harus

memaksa kita untuk memeriksa cervix in spekulo. Sebagai

profilaksis sebaiknya semua persalinan buatan yang sulit menjadi

indikasi untuk pemeriksaan in spekulo. (Manuaba.2003)

5) Komplikasi

Robekan serviks bias menimbulkan perdarahan banyak, khususnya

bila jauh ke lateral sebab di tempat itu terdapat ramus desendens

dari arteri uterina.(Manuaba.2003)

Robekan ini kalau tidak dijahit selain menimbulkan perdarahan juga

dapat menjadi sebab cervicitis, parametritis dan mungkin juga

memperbesar kemungkinan terjadinya carcinoma cervix. Kadang-

kadang menimbulkan perdarah nifas yan lambat.(Manuaba.2003)

6) Terapi

Apabila ada robekan memanjang, serviks perlu ditarik keluar

dengan beberapa cunam ovum, supaya batas antara robekan dapat

26

Page 27: Konsep penyakit

dilihat dengan baik. Jahitan pertama dilakukan pada ujung atas luka,

baru kemudian diadakan jahitan terus ke bawah. (Manuaba.2003)

Robekan serviks harus dijahit kalau berdarah atau lebih besar dari 1

cm. (UNPAD, 1984)

Pada robekan serviks yang berbentuk melingkar, diperiksa dahulu

apakah sebagian besar dari serviks sudah lepas atau tidak. Jika

belum lepas, bagian yang belum lepas itu, dipotong dari serviks;

jika yang lepas hanya sebagian kecil saja itu dijahit lagi pada

serviks. Perlukaan dirawat untuk menghentikan perdarahan.

(Manuaba.2003)

27

Page 28: Konsep penyakit

e. Pathway Trauma Jalan Lahir

f.

28

Trauma / perlukaan

Robekan uterusRobekan perineumRobek vagina

Rotasi forseps dengan penurunan kepala yang cepat persalinan kepala yang cepat

Ekstresi dengan forceps ekstrasi letak sunsang

Kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis kecil

nyeri

pendarahan Kerusakan intergritas jaringan

Resiko syok hipovelemik

Page 29: Konsep penyakit

g. Penatalaksanaan Trauma Jalan Lahir

Tujuan utama pertrolongan pada pasien dengan perdarahan postpartum

adalah menemukan dan menghentikan penyebab dari perdarahan

secepat mungkin.

Terapi pada pasien dengan hemorraghe postpartum mempunyai 2

bagian pokok :

1) Resusitasi dan manajemen yang baik terhadap perdarahan

Pasien dengan hemorraghe postpartum memerlukan penggantian

cairan dan pemeliharaan volume sirkulasi darah ke organ – organ

penting. Pantau terus perdarahan, kesadaran dan tanda-tanda vital

pasien.

Pastikan dua kateler intravena ukuran besar (16) untuk memudahkan

pemberian cairan dan darah secara bersamaan apabila diperlukan

resusitasi cairan cepat.

a) Pemberian cairan : berikan normal saline atau ringer lactate

b) Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed red cell

c) Evaluasi pemberian cairan dengan memantau produksi urine

(dikatakan perfusi cairan ke ginjal adekuat bila produksi urin

dalam 1 jam 30 cc atau lebih

2) Trauma jalan lahir

Perlukaan jalan lahir sebagai penyebab pedarahan apabila uterus

sudah berkontraksi dengan baik tapi perdarahan terus berlanjut.

Lakukan eksplorasi jalan lahir untuk mencari perlukaan jalan lahir

29

Page 30: Konsep penyakit

dengan penerangan yang cukup. Lakukan reparasi penjahitan setelah

diketahui sumber perdarahan, pastikan penjahitan dimulai diatas

puncak luka dan berakhir dibawah dasar luka. Lakukan evaluasi

perdarahan setelah penjahitan selesai.

Hematom jalan lahir bagian bawah biasanya terjadi apabila terjadi

laserasi pembuluh darah dibawah mukosa, penetalaksanaannya bisa

dilakukan incise dan drainase. Apabila hematom sangat besar curigai

sumber hematom karena pecahnya arteri, cari dan lakukan ligasi

untuk menghentikan perdarahan.

3. CPD

a. Defenisi

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan

ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin

tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan

oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.

(Manuaba.2007)

CPD adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin dengan

bentuk dan ukuran panggul. (Manuaba.2007) Disproporsi sefalopelvik

adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala

janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.

(Manuaba.2007)

30

Page 31: Konsep penyakit

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan

ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin

tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan

oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.

(Manuaba.2007)

Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis

digunakan ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat

melewati panggul ibu. Sering kali, diagnosis ini dibuat setelah wanita

telah bekerja keras selama beberapa waktu, tetapi lain kali, itu

dimasukkan ke dalam catatan medis wanita sebelum ia bahkan buruh.

Sebuah misdiagnosis of CPD account untuk banyak yang tidak perlu

dilakukan bedah caesar di Amerika Utara dan di seluruh dunia setiap

tahunnya. Diagnosis ini tidak harus berdampak masa depan seorang

wanita melahirkan keputusan. Banyak tindakan dapat diambil oleh ibu

hamil untuk meningkatkan peluangnya untuk melahirkan melalui

vagina.(Manuaba.2007)

Panggul sempit dapat didefinisikan secara anatomi dan secara

obstetri. Secara anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran

diameternya berada di bawah angka normal sebanyak 1 cm atau lebih.

Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu atau lebih

diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme persalinan

normal.(Manuaba.2007)

31

Page 32: Konsep penyakit

b. Etiologi

Menurut Manuaba (2007) etiologi dari CPD adalah sebagai berikut :

1) PanggulSempit

2) Hidrosepalus

3) Malposisi

4) Malpresentasi

5) Makrosomia

c. Patofisiologi

Menurut Levono 2007 patofisiologi dari CPD adalah sebagai berikut :

1) Penyempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter

anterioposterior terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm

atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari 12 cm.

Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering diperkirakan

dengan mengukur konjugata diagonal secara manual yang biasanya

lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan pintu atas

panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang

kurang dari 11,5 cm.3 Mengert (1948) dan Kaltreider (1952)

membuktikan bahwa kesulitan persalinan meningkat pada diameter

anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter transversal kurang

dari 12 cm. Distosia akan lebih berat pada kesempitan kedua

diameter dibandingkan sempit hanya pada salah satu diameter.

32

Page 33: Konsep penyakit

Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat

sulit bagi janin bila melewati pintu atas panggul dengan diameter

anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh kecil

kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga

memiliki kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362

nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih rendah (280 gram)

pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan

panggul sedang atau luas.

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu

atas panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus

secara langsung menekan bagian selaput ketuban yang menutupi

serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan

terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah,

tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah

rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan

berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang

berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita

dengan pintu atas panggul sempit.

Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah

masuk dalam rongga panggul sebelum persalinan. Adanya

penyempitan pintu atas panggul menyebabkan kepala janin

megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat

menyebabkan presentasi janin berubah. Pada wanita dengan

33

Page 34: Konsep penyakit

panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih

sering dan prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering

dibandingkan wanita dengan panggul normal atau luas.

2) Penyempitan panggul tengah

Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul

tidak berkonvergensi, foramen isciadikum cukup luas, dan spina

isciadika tidak menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa

panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya

kepala janin. Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering

dibandingkan pintu atas panggul.Hal ini menyebabkan terhentunya

kepala janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan

forceps tengah atau seksio sesarea.

Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan

secara pasti seperti penyempitan pada pintu atas panggul.

Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul apabila diameter

interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah

adalah 13,5 cm atau kurang. (3) Ukuran terpenting yang hanya

dapat ditetapkan secara pasti dengan pelvimetri roentgenologik

ialah distansia interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5

cm, perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran persalinan apalagi

bila diikuti dengan ukuran diameter sagitalis posterior pendek.

34

Page 35: Konsep penyakit

3) Penyempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua

segitiga dengan diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya.

Penyempitan pintu bawah panggul terjadi bila diameter distantia

intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu

bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah

panggul.

Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu

besar dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting

dalam menimbulkan robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus

pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat

keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus

iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.

4) Janin yang besar

Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada

yang melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari

4000gram dinamakan bayi besar. Frekuensi berat badan lahir lebih

dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir yang melihi

4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin 4000-5000

gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses

melahirkan. Factor keturunan memegang peranan penting sehingga

dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai

pada ibu yang mengalami diabetes mellitus, postmaturitas, dan

35

Page 36: Konsep penyakit

pada grande multipara. Selain itu, yang dapat menyebabkan bayi

besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal tersebut masih

diragukan.

Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah

merupakan suatu hal yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru

dapat kita ketahui apabila selama proses melahirkan tidak terdapat

kemajuan sama sekali pada proses persalinan normal dan biasanya

disertai oleh keadaan his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti ini

sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahui

apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan alat

ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi

dengan tubuh besar dan kepala besar.

Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya

kesulitan dalam proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari

4500gram. Kesulitan dalam persalinan biasanya terjadi karena

kepala janin besar atau kepala keras yang biasanya terjadi pada

postmaturitas tidak dapat memasuki pntu atas panggul, atau karena

bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar

selain dapat ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih

juga dapat dijumpai pada anensefalus. Janin dapat meninggal

selama proses persalinan dapat terjadi karena terjadinya asfiksia

dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah lahir, akan

tetapi karena lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam

36

Page 37: Konsep penyakit

melahirkan bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan kepala

janin yang terlalu kuat ke bawah dapat mengakibatkan terjadinya

cedera pada nervus brakhialis dan muskulus

sternokleidomastoideus.

37

Page 38: Konsep penyakit

CPD

38

Resiko cedara terhadap ibu

nyeri

Perlukaan

Trauma

Resiko cidera janin

Pendarahan pada janin

kontraksi

Panggul sempit hidrosepalus malposisi,

malpresentasi, makrosemia

kecemasan

Lamanya persalinan

Susah dalam pengeluaran bayi /

persalinan

pendarahan

Resiko syok hivopelemik

Resiko infeksi

Terdapat post antre

Keletihan maternal

Kekurangan volume cairan

Page 39: Konsep penyakit

d. Manifiestasi klinis

Menurut Manuaba (2007) manifiestasi klinis dari CPD adalah sebagai

berikut :

1) Leopold>Kepala Belum Masuk Pap

2) Pd>Conjugata Vera<10 Cm

3) Odem Portio/Serviks

4) PartusTakMaju/Lama

e. Pemeriksaan diagnostik

Tabel II.1. Penilaian Klinik untuk Menentukan Derajat Syok

Volume

Kehilangan Darah

Tekanan Darah

(sistolik)Gejala dan Tanda Derajat Syok

500-1.000 mL

(10-15%)

NormalPalpitasi, takikardia,

pusingTerkompensasi

1000-1500 mL (15-

25%)

Penurunan ringan

(80-100 mm Hg)

Lemah, takikardia,

berkeringat

Ringan

39

Page 40: Konsep penyakit

1500-2000 mL (25-

35%)

Penurunan sedang

(70-80 mm Hg)

Gelisah, pucat,

oliguriaSedang

2000-3000 mL (35-

50%)

Penurunan tajam

(50-70 mm Hg)

Pingsan, hipoksia,

anuriaBerat

1) Golongan darah: menentukan Rh, ABO, dan percocokan

silang.

2) Jumlah darah lengkap: menunjukkan penurunan Hb/Ht dan

peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak

hamil: 12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak

hamil: 37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat

tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000).

3) Kultur uterus dan vagina: mengesampingkan infeksi pasca

partum.

4) Urinalisis: memastikan kerusakan kandung kemih.

5) Profil koagulasi: peningkatan degradasi, kadar produk

fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar

fibrinogen: masa tromboplastin partial diaktivasi, masa

40

Page 41: Konsep penyakit

tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin

memanjang pada KID Sonografi: menentukan adanya

jaringan plasenta yang tertahan.

f. Penatalaksanaan

1) Persalinan Percobaan

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan

antara kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa

persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat

dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan

tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk

moulage karena faktor tersebut tidak dapar diketahui

sebelum persalinan.(Winkjosastro H. 2007)

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang

kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak

muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah

umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena

kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi

moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin

yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.

(Winkjosastro H. 2007)

Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu

tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam

proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam

41

Page 42: Konsep penyakit

melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy

medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut

janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan

hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal

tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan

bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu

depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan

lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum

berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina,

dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan

dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong

menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian

bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk

melahirkan bahu depan.(Winkjosastro H. 2007)

Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour

dan test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan

percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya

adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai

pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian.

Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya

pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul

sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir

42

Page 43: Konsep penyakit

sontan per vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan

ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila

pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan

ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah

pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk

PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps

yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.

(Winkjosastro H. 2007)

2) Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul

berat dengan kehamilan aterm, atau disproporsi

sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada

kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti

primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat

diperbaiki.4 Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan

selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan

perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk

menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan

syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

(Winkjosastro H. 2007)

3) Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri

43

Page 44: Konsep penyakit

dan kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan

lagi.(Winkjosastro H. 2007)

4) Kraniotomi dan Kleidotomi

Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau

kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin

tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.

(Winkjosastro H. 2007)

g. Komplikasi

Menurut Winkjosastro H. (2007) komplikasi dari CPD

sebagai berikut :

1) Ruptura uteri

2) Perdarahanpospartum

3) Infeksipospartum

4) Fetal distres>asfiksia

44

Page 45: Konsep penyakit

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut Bobak (2004) pengkajian Ibu hamil dengan gangguan jalan lahir

adalah sebagai berikut :

1. Identitas Klien

2. Riwayat Kesehatan

a. RKD

Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami

distosia sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya

seperti hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM,

biasanya ada riwayat kembar dll

b. RKS

Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan

letak janin (lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.

c. RKK

Apakah dalamkeluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah,

DM, eklamsi dan pre eklamsi

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala, rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe

b. Mata

Biasanya konjungtiva anemis

45

Page 46: Konsep penyakit

c. Thorak

Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada

bagian paru yang tertinggal saat pernafasan

d. Abdomen

Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal

persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan

sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak

kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak

untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih.

e. Vulva dan Vagina

Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/

servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan,

biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta

previa.

f. Panggul

Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul

dan kelainan tulang belakang

B. Diagnosa Keperawatan distosia menurut (Wong and Perry, 2006)

1. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) b/d penurunan tonus otot/pola

kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.

2. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi

janin,hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.

46

Page 47: Konsep penyakit

3. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis

hebat, pembatasan masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan

pemberian oksitosin.

4. Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi, kerentanan pribadi, harapan

persepsi tidak relistis, ketidakadekuatan sistem pendukung.

5. Ketakutan, ansietas b/d persalinan dan kurang informasi.

C. Intervensi Keperawatan

1.      Cedera,resiko tinggi terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/poa

kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.

Tujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada ibu

No. Intervensi Rasional

1 Tinjau ulang riwayat

persalinan,awitan dan durasi

Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan

penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik

dan intervensi yang tepat

2 Catat waktu/jenis

obat.hindari pemberian

narkotik dan anastesi blok

epidural sampai serviks

dilatasi 4 cm

Sedatif yang diberikan terlalu dini dapat

menghambat atau menghentikan persalinan.

3 Evaluasi tingkat keletihan

yang menyertai,serta aktifitas

Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan

disfungsi sekunder, atau mungkin akibat dari

47

Page 48: Konsep penyakit

dan istirahat,sebelum awitan

persalinan

persalinan lama

4 Kaji pola kontraksi uterus

secara manual atau secara

elektronik

Disfungsi kontraksi dapat memperlama

persalinan,meningkakan resiko komplikasi

maternal/janin

5 Catat kondisi serviks.pantau

tanda amnionitis.catat

peningkatan suhu atau

jumlah sel darah putih;catat

bau dan rabas vagina

Serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi,

menghambat penurunan janin/kemajuan

persalinan. terjadi amniositis secara langsung

dihubungkan dengan lamanya persalinan

sehingga melahirkan harus terjadi dalam 24 jam

setelah pecah ketuban

6 Catat penonjolan,posisi janin

dan presentase janin

Digunakan sebagai indikator dalam

mengidentifikasi persalinan yang lama

7 Anjurkan klien berkemih

setiap1-2 jam.kaji terhadap

penuhan kandung kemih

diatas simfisis pubis

Kandung kemih dapat menghambat aktifitas

uterus dan mempengaruhi penurunan janin

8 Tempatkan klien pada

posisirekumben lateral dan

anjurkan tirah baring atau

ambulasi sesuai toleransi

Ambulasi dapat membantu kekuatan gravitasi

dalam merangsang pola persalinan normal dan

dilatasi serviks

48

Page 49: Konsep penyakit

9 Bantu dengan persiapan

seksio sesaria sesuai indikasi

untuk malposisi, CPD atau

cincin bandl

Melahirkan seksio sesari segera diindifikasikan

untuk cincin bandl untuk distres janin karena

CPD

10 Siapkan untuk melahirkan

dengan forsep (bila perlu)

Melahirkan secara forsep dilakukan pada ibu

yang lelah berlebihan dan tidak mampu untuk

mengedan lagi

2.      Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi janin,

hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu

Tujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada bayi

No. Intervensi Rasional

1 Kaji denyut jantung janin

secara manual dan

elektronik,dan kaji irama

jantung janin.

Bradikardi dan takikardi pada janin dapat

disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau

sepsis

2 Perhatikan tekanan uterus

selama istirahat dan fase

kontraksi melalui kateter

tekanan intrauterus bila

tersedia

Tekanan dan kontraksi yang besar dapat

menggangu oksigenasi dalam ruang intravilos

3 Perhatikan frekuensi kontaksi

uterus. Beri tahu dokter bila

frekuensi dua menit atau

kurang

Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang

tidak memungkinkan oksigenasi adekuat dari

ruang intravilous

4 Kaji malposisi dengan Menentukan pembaringan janin,posisi,dan

49

Page 50: Konsep penyakit

menggunakan manuver

Leopold dan temuan

pemeriksaan internal.tinjau

ulang hasil USG

persentase dapat mengidentifikasi faktor-faktor

yang memperberat disfungsional persalinan

5 Pantau penurunan janin pada

jalan lahir dalam

hubungannya dengan

kolumna vertebralis iskial

Penurunan jalan lahir merupakan tanda CPD atau

malposisi

6 Perhatikan warna dan jumlah

cairan amnion bila pecah

ketuban

Kelebihan cairan amnion yang berlebihan

menyebabkan distensi uterus dihubungkan

dengan anomali janin

7 Perhatikan bau dan

perubahan warna cairan

amnion pada pecah ketuban

lama. Dapatkan kultur bila

temuan abnormal

Infeksi asenden dan sepsis disertai dengan

takikardia dapat terjadi pada pecah ketuban lama

8 Berikan antibiotik pada klien

sesuai indikasi

Mencegah /mengatasi infeksi asenden dan juga

akan melindungi janin

9 Siapkan untuk melahirkan

pada posisi posterior,bila

janin gagal memutar dari

oksiput posterior ke anterior

Melahirkan janin dalam posisi posterior

mengakibatkan insiden lebih tinggi dari laserasi

maternal

10 Siapkan untuk kelahiran

secara sesaria bila presentasi

bokong terjadi

Untuk menghindari cedera pada kolumna

vertebralis bila melahirkan pervagina dari

bokong

50

Page 51: Konsep penyakit

3.      Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat,

pembatasan masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian

oksitosin.

Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan,dan bebas dari komplikasi

No. Intervensi Rasional

1 Pantau masukan dan keluaran cairan Untuk membandingkan apakah

pemasukan dan pengeluaran

seimbang sehingga tidak terjadi

dehidrasi

2 Lakukan tes urine untuk mengetahui

adanya keton

Ketidakadekuatan masukan glukosa

mengakibatkan pemecahan lemak

dan adanya keton pada urin

3 Pantau tanda vital. Catat laporan pusing

pada perubahan posisi

Peningkatan frekuensi nadi dan

suhu ,dan perubahan tekanan darah

ortostatik dapat menandakan

penurunan volume sirkulasi

4 Kaji elastisitas kulit Kulit yang tidak elastis menandakan

terjadi dehidrasi

5 Kaji bibir dan membran mukosa oral dan

derajat saliva

Membran mukosa atau bibir yang

kering dan penurunan saliva adalah

indikator lanjut dari dehidrasi

6 Perhatikan respon denyut jantung janin

yang abnormal

Dapat menunjukkan efek dehidrasi

maternal dan penurunan perfusi

7 Berikan masukan cairan adekuat melalui

pemberian minuman > 2500 liter

Mengurangi dehidrasi

8 Berikan cairan secara intravena Larutan parenteral mengandung

elektrolit dan glukosa dapat

memperbaiki atau mencegah

ketidakseimbangan maternal dan

51

Page 52: Konsep penyakit

janin serta apat menurunkan

keletihan maternal

9 Tinjau ulang hemoglobin dan hematokrit Peningkatan Ht menunjukkan

dehidrasi

10 Tinjau ulang kadar elektrolit serum dan

glukosa serum

Kadar elektrolit serum mendeteksi

terjadinya ketidakseimbangan

elektrolit, kadar glukosa serum

mendeteksi hipoglikemia

4.      Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi,kerentanan pribadi,harapan

persepsi tidak relistis,ketidakadekuatan sistem pendukung

Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi dan menggunakan

teknik koping yang efektif.

No. Intervensi Rasional

1 Tentukan kemajuan persalinan Persalinan yang lama yang berakibat keletihan

dapat menurunkan kemampuan klien untuk

mengatasi/mengatur kontraksi

2 Kaji derajat nyeri dalam

hubungannya dengan

dilatasi/penonjolan

Peningkatan nyeri bila serviks tidak

dilatasi/membuka dapat menandakan terjadinya

disfungsi.nyeri hebat menandakan terjadinya

aniksia sel-sel uterus

3 Kenali realitas keluhan klien

akan nyeri/ketidaknyamanan

Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan

pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali

52

Page 53: Konsep penyakit

sebagai masalah disfungsional

4 Anjurkan klien untuk

mengungkapkan

nyeri/ketidaknyamanannya dan

dengarkan keluhan klien

Dengan mengungkapkan nyeri/

ketidaknyamanannya, dapat menurunkan

ketidaknyamanan dan membantu klien rileks

dalam mengatsi situasi

5 Tentukan tingkat ansietas klien

dan pelatih

Ansietas yang berlebihan meningkatkan aktivitas

adrenal/pelepasan katekolamin menyebabkan

ketidakseimbangan endokrin sehingga

menurunkan ketersediaan glukosa untuk sintesis

ATP yang diperlukan untuk kontraksi uterus

6 Diskusikan kemungkinan

kepulangan klien kerumah

sampai mulainya persalinan

aktif

Klien mungkin merasa lebih rileks bila berada

dilingkungan yang dikenalnya sehingga

mengurangi ansietas pada klien

7 Berikan kenyamanan berupa

pengaturan posisi dan

penggunaan relaksasi dan

pernapasan

Relaksasi dan pengaturan posisi dapat

menurunkan ansietas yang nantinya dapat

berpengaruh pada janinnya

8 Berikan dorongan pada upaya

klien atau pasangan untuk

berkencan

Memperbaiki kesalahan konsep bahwa klien

terlalu bereaksi terhadap persalinan

9 Berikan informasi faktual Dapat membantu reduksi dan meningkatkan

53

Page 54: Konsep penyakit

tentang apa yang terjadi koping

10 Perhatikan adanya frustasi Frustasi dapat menghambat adanya persalinan

5.      Ketakutan,ansietas b/d ancaman yang akan dirasakan oleh klien/janin dan

kurang informasi

Tujuan : mengurangi kecemasan dan menambah pengetahuan klien

No. Intervensi Rasional

1 Kaji status psikologis dan

emosional klien

Adanya ansietas dan gangguan gangguan

emosional klien dapat menghambat kerja sama

klien dengan perawat dalam melakukan

persalinan

2 Anjurkan pengungkapan perasaan Pengungkapan perasaan dapat menugrangi

ansietas

3 Dengarkan keterangan klien yang

menandakan kehilangan harga diri

Membantu klien meyakini adanya intervensi

untuk membantu proses persalinan adalah

refleks negatif pada kemauan dirinya sendiri

4 Anjurkan penggunaan tehnik

pernapasan dan latihan relaksasi

Membantu menurunkan ansietas dan

memungkinkan klien untuk berpartisipasi

secara aktif

5 Berikan kesempatan kepada klien

untuk memberi masukan pada

Dapat meningkatkan rasa kontrol klien

meskipun kebanyakan dari apa yang terjadi

54

Page 55: Konsep penyakit

proses pengambilan keputusan diluar kontrolnya

6 Jelaskan prosedur dan tindakan

yang akan dilakukan sehubungan

dengan distosia

Pemahaman yang baik mengenai prosedur atau

tindakan dapat mengurangi ansietas

7 Beritahukan mengenai

kontraindikasi pemberian

oksitosin kepada klien

Kecemasan klien berkurang apabila terjadi

kontraindikasi oksitosin pada klien

8 Demonstrasikan dan jelaskan

penggunaan peralatan

Pengetahuan dapat menghilangkan kecemasan

dan memberi rasa kontrol terhadap situasi

9 Gunakan terminologi positif,

hindari penggunaan istilah yang

menandakan ketidaknormalan

persalinan

Membantu klien/pasangan menerima situasi

tanpa menuduh dirinya sendiri

10 Bila diperlukan kelahiran melalui

sesaria (Jelaskan prosedur)

Untuk menetukan pilihan klien dan

menghindari kecemasan

D. Trauma jalan lahir

Diagnosa Keperawatan Menurut Wilkinson 2011 :

55

Page 56: Konsep penyakit

1. Kerusakan Integritas jaringan openorose berhubungan dengan trauma jalan

lahir yang ditandai dengan :

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat

3. Resiko injuri berhubungan dengan kerusakan jaringan sub periostal

Intervensi keperawatan

1. Kerusakan Integritas jaringan openorose berhubungan dengan trauma jalan

lahir

a. Tujuan

Tidak terjadi kerusakan integritas jaringan

b. Kriteria Hasil

Benjolan mengecil atau hilang dalam beberapa jam /hari

c. Perencanaan

1) Jelaskan penyebab terjadinya kaput suksedoneum

Pengetahuan ibu yang adekuat akan menambah kooperatif dalam

tindakan

2) Jelaskan pada ibu agar tidak seirng mengangkat / menggendong

bayi

Dengan bayi istirahat akan mempermudah jaringan untuk menutup

3) Jelaskan pada ibu agar tidak memijit-mijit benjolan di kepala

Dengan istirahat, oedema tidak meluas

4) Jelaskan pada ibu untuk tetetap memberi ASI sesering mungkin

BB > 2.500 gram 8x / 24 jam

56

Page 57: Konsep penyakit

BB > 2.000 gram 12 x/24 jam

Mencukupi hidrasi untuk mempercepat penyembuhan

5) Observasi TTV tiap 4 jam

Deteksi dini terhadap penyimpangan

6) Memberikan pesan pada ibu untuk perawatan bayi sehari-hari

diutamakan di tempat tidur

Peningkatan pengetahuan ibu dapat menunjang keberhasilan

perawatan

2. resiko injuri berhubungan dengan kerusakan jaringan sub periostal

a. Tujuan

Mencegah injury yang berkelanjutan

b. Kriteria Hasil

1) Menunjukan tidak ada tanda-tanda perdarahan dalam proseudr

2) Mempunyai pergerakan perubahan sehari

3) Bebas injury dan lingkungan yang bebas.

c. Perencanaan

1) Inspeksi faeses, gusi, emesis, sputum, secret nasal

Mengetahui adanya perdarahan sebagai tanda-tanda

trombositopenia

2) Cegah konstipasi

57

Page 58: Konsep penyakit

Mencegah kerusakan mukosa anus sehingga mengurangi resiko

infeksi

3) Sediakan lingkungan yang aman

Lingkungan yang aman akan menurunkan resiko spontan

perdarahan bila anak mengalami trombositopenia.

4) Instruksikan kepada keluarga / ibu klien untuk menjaga klien

Terhindar dari injury

E. Diagnosa keperawatan CPD berdasarkan Wilkinson 2011 :

1. Nyeri Akut

2. Kecemasan

NANDA NOC NIC

1.      Nyeri akut

Batasan

karakteristik:

a. Perubahan

curah

jantung

b. Perubahan

laju

pernafasan

c. Laporan

verbal

Outcome yang

disarankan

1.      Kontrol nyeri

Indicator :

a. Mengakui faktor

kausal

b. Mengakui onset

nyeri

c. Menggunakanlan

gkah-

langkahpencega

Manajemen Nyeri

a. melakukan

tidakan yang

komprehensif 

mulai dari

lokasi nyeri,

karakteristik,

durasi,

frequensi,

kualitas,

intensitas,

58

Page 59: Konsep penyakit

terhadap

nyeri

d. Prilaku

ekspresif,

seperti

gelisah,

merintih,

meringis,

kewaspadaa

n, lekas

marah,

mendesah

e. Menjaga

prilaku

han

d. Menggunakanlan

gkah-

langkahbantuan

non-analgesik

e. Menggunakan

analgesik  yang

tepat

f. Tingkat

ketidaknyamana

n

atau keratnya

nyeri dan

factor yang

berhubungan.

b. observasi

isyarat ketidak

nyamanan

khususnya

pada ketidak

mamapuan

mengkomunika

sikan secara

efektif.

c. memberi

perhatian

perawatan

analgesic pada

pasien.

d. menggunakan

strategi

komunikasi

terapeutik

untuk

59

Page 60: Konsep penyakit

menyampaikan

rasa sakit dan

menyampaikan

penerimaan

dari respon

pasien

terhadap nyeri.

e. mengeksploras

i pengetahuan

pasien dan

keyakinan

tentang rasa

sakit.

f. mempertimban

gkan pengaruh

budaya pada

respon nyeri.

g. menentukan

dampak dari

pengalaman

rasa sakit dari

pengalaman

nyeri pada

60

Page 61: Konsep penyakit

kualitas hidup

(tidur, nafsu

makan,

aktivitas,

kognisi, mood,

hubungan,

kinerja kerja,

dan tanggung

jawab peran).

h. memberi tahu

pasien tentang

hal-hal yang

dapat

memperburuk

nyeri

i. kaji

pengalaman

nyeri klien dan

keluarga, baik

nyeri kronik

atau yang

menyebabkan

ketidaknyaman

61

Page 62: Konsep penyakit

an.

j. ajarkan prinsip

manajemen

nyeri

k. ajarkan

tentang

metode

farmakologis

mengenai

gambaran

nyeri

2. ·         ajarkan

penggunaan

teknik non

farmakologi,

seperti

relaksasi,

terapi music,

terapi bermain,

terapi aktifitas,

sebelum,sesud

ah,dan jika

memungkinka

62

Page 63: Konsep penyakit

n selama nyeri

berlangsung,

sebelum nyeri

itu terjadi atau

meningkat dan

lama dengan

gambaran

nyeri lainnya.

2.      Anxiety

Batasan

karakteristik:

a. Gelisah

b. Resah

c. Produktivitas

berkurang

Kontrol cemas

Indikator:

a. Monitor

intensitas

kecemasan

b. Menyingkirkan

tanda-tanda

kecemasan

c. Menggunakan

teknik relaksasi

untuk

menghilangkan

kecemasan

Koping

Penurunan

Kecemasan

Aktivitas:

a. Tenagkan klien

b. Kaji tingkat

kecemasan dan

reaksi fisik

c. Sediakan

aktivitas untuk

menurunkan

ketegangan.

Peningkatan

Koping:

Aktivitas:

63

Page 64: Konsep penyakit

Indikator:

a. Melibatkan

anggota keluarga

dalam

pembuatan

keputusan

b. Menunjukkan

strategi

penurunan stress

c. Menggunakan

dukungan social

a. ·         Sediakan

informasi

actual tentang

diagnose,

penanganan,

dan prognosis.

64

Page 65: Konsep penyakit

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Distosia adalah keterlambatan atau kesulitan persalinan atau persalinan yang

panjang dapat disebabkan oleh kelainan tenaga, kelainan letak, bentuk janin

serta jalan lahir. Trauma jalan lahir adalah Trauma atau perlukaan yang terjadi pada

jalan lahir lunak ataupun keras. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang

menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga

janin tidak dapat keluar melalui vagina. Ketiga penyakit ini mempunyai

hubungan yang sangat penting yaitu distosia merupaka persalinan yang lama

salah satunya dapat disebabkan oleh CPD, kedua penyakit ini dapat

menyebabkan trauma jalan lahir. Ketiga penyakit ini yang perlu ditangani

adalah resiko syok karena biasanya terjadi pendarahan.Penanganan yang cepat

pada ibu dan anak sangat penting sekali dilakukan pada ketiga penyakit ini

agar tidak membahayakan nyawa anak dan ibu.

B. Saran

65

Page 66: Konsep penyakit

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang trauma jalan lahir,

CPD dan Distosia sampai dengan bagaimana manifestasi klinik dan

penatalaksanaan medisnya, menerapkan konsep asuhan keperawatan

kepada klien dengan perlukaan jalan lahir.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan mampu mengerti tentang trauma jalan lahir, CPD dan Distosia

serta dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu

memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.

66

Page 67: Konsep penyakit

DAFTAR PUSTAKA

Bobak , L. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Satrawinata, sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi.

Jakarta : EGC

Leveno, Kenneth J.2009. Obstetri Williams : Panduan Ringkas. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde.2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan

Ginekologi. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde.2007. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC : Jakarta

Winkjosastro H. 2007.Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP

Manuaba, IBG. 2005. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga

berencana. Jakarta : EGC

Wong and Perry, 2006. Maternal Child Nursing Care. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M, .2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan ; Diagnosis

NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta ; EGC

67

Page 68: Konsep penyakit

68