Page 1
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
64
KONSEP PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN PADA PENDIDIKAN DASAR
(Tinjauan Normatif pada Pendidikan Dasar SD/MI)
Sopian Lubis
Dosen Tetap STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi, Jl.Gatot Subroto Km 3 No.3 Tebing Tinggi Sumatera Utara,
Telp: (0621) 21428, E-mail: [email protected]
Abstrak: Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
sebagai pembawa risalah sekaligus menjadi sumber utama dari ajaran Islam. Al-Qur’an ini juga sebagai
penyempurna kandungan dari kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada para nabi pembawa risalah
sebelum Muhammad saw, yang sudah tentu sebagai pedoman bagi para pemeluknya, yakni umat Islam.
Oleh sebab itu sudah sepantasnya bagi kaum muslimin untuk dapat membacanya dengan baik dan benar
serta mengamalkan nilai-nilai ajaran yang terkadung di dalamnya. Sebagai kitab suci tentu ia harus
menjadi konsumsi pertama dalam membangun dan mengembangkan kemampuan anak dalam membaca,
dan menulis sebelum mempelajari berbagai pengetahuan lain. Penelitian ini akan membahas konsep
pembelajaran tulis baca Al-Qur’an secara normative dengan tujuan untuk menemukan poin-poin penting
dalam kegiatan pembelajaran Al-Qr’an pada jenjang pendidikan dasar yakni, Sekolah Dasar/ Madrasah
Ibtidaiyah. Dengan demikian metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
pendekatan literer yakni mendeskripsikan berbagai konsep dasar pembelajaran Al-Qur’an pada anak usia
sekolah dasar yang bersumber dari berbagai literatur. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa
banyak sekali konsep pembelajaran baca tulis Al-Qur’an dengan berbagai metode. Setiap metode yang
digunakan memiliki kelebihan-kelebihan dan adanya keterkaitan antara satu metode dengan yang lainnya.
Kata Kunci: Konsep pembelajaran, tulis baca Al-Qr’an, pendidikan dasar
PENDAHULUAN
Sebaik-baik manusia adalah
orang yang belajar Al-Qur’an dan
mengajarkannya. Al-Qur’an sebagai
pedoman hidup umat Islam, maka tiadak
alasan untuk tidak membacanya, baik di
waktu sempit maupun luang, baik tua
maupun muda, baik besar maupun kecil.
Pembelajaran baca Al-Qur’an mutlak
dilakukan sejak dini sebagai bekal
kehidupan di dunia dan akhirat. Namun
bagaimana cara mengajarkan membaca
Al-Qur’an sedini mungkin.
Pembelajaran cara membaca
Al-Qur’an perlu di lakukan sejak dini
secara terus menerus oleh umat islam
agar dapat mengembangkan diri secara
sistematis dan menjalani hidup sesuai
aturan dengan Al-Qur’an sebagai
pedoman hidupnya. Sehingga dapat
menciptakan manusia dengan akhlak
yang baik. Pembelajaran membaca Al-
Qur’an biasanya dilakukan pertama kali
saat anak berusia 2 tahun atau saat anak
sudah dapat berbicara dengan lebih jelas.
Pembelajaran membaca Al-Qur’an bagi
anak-anak biasanya dilakukan di rumah
dengan orangtua sebagai pembimbing
atau di madrasah dengan dibimbing oleh
ustadz atau guru mengaji yang sudah
ahli. Tetapi terkadang belajar membaca
Al-Qur’an di madrasah tidak selalu dapat
Page 2
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
65
dilakukan, karena masalah cuaca serta
guru mengajinya tidak dapat hadir. Anak
juga terkadang malas untuk melakukan
hal lain selain bermain.
Pembelajaran Baca Qur’an
adalah pembelajaran yang sangat penting
bagi seluruh umat Islam, karena
membaca al-Qur’an adalah gerbang
menuju pengetahuan Islamiah seperti
akidah, ibadah, akhlak dan sebagainya.
Proses baca ini adalah proses pertama
dan utama dalam membuka kunci
petunjuk umat Islam tersebut,
sebagaimana wahyu yang pertama turun
dari Allah kepada umat manusia melalui
Nabi Muhammad saw. yaitu:
عَلَق مِنْ الإنْسَانَ ( خَلَقَ ١) خَلَقَ الَّذِي رَبِّكَ بِاسْمِ اقْرَأْ
( عَلَّمَ ٤) بِالْقلََمِ عَلَّمَ ( الَّذِي٣الأكْرَمُ ) وَرَبُّكَ اقْرَأْ (٢)
(٥ (يَعْلمَْ لَمْ مَا الإنْسَانَ
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah. yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (QS; al-‘Alaq: 1-5).
Metode penyampaian wahyu
yang pertama dari malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad saw. ini merupakan
metodepembelajaran baca Al-Qur’an
yang pertama. Maka setiap
diturunkannya Al-Qur’an, maka Nabi
langsung menyampaikan kepada para
sahabat, di mana sahabat pada waktu itu
masih banyak yang belum bisa membaca
apalagi menulis namun sahabat dapat
menerima bacaan Al-Qur’an dengan
baik. Malaikat Jibril ketika
menyampaikan wahyu yang pertama
kepada Nabi dengan perintah membaca
sampai mengulang tiga kali menjadi
metode utama dalam mengajarkan dan
menyampaikan Al-Qur’an oleh Nabi
Muhammad saw. kepada para sahabat.
Nabi Muhammad Rasulullah
tiada henti-hentinya memerintahkan
kepada sahabat untuk selalu membaca
firman Allah yang menjadi pedoman
umat Islam ini dan meminta agar sahabat
mengajarkannya kepada sahabat lainnya,
tabiin, tabiittabiin hingga sampai pada
generasi kita sekarang ini. Berbagai
metode pengajaran al-Qur’an telah
diterapkan sepanjang sejarah keislaman
dari zaman ke zaman, baik yang secara
tradisional (belum terstruktur) maupun
yang sudah terstruktur.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan
dalam tulisan ini adalah penelitian literer
dan bersifat deskriptif eksplorarif, maka
metode yang digunakan adalah metode
Page 3
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
66
deskriptif eksploratif yaitu,
pengembangan metode yang
mendeskripsikan gagasan-gagasan yang
telah dituangkan dalam bentuk media
cetak baik yang berupa naskah primer
maupun naskah sekunder untuk
kemudian dikembangkan. Fokus
pembahasan pada metode deskriptif
eksploratif adalah suatu usaha
mendeskripsikan, membahas dan
menggali gagasan-gagasan pokok yang
selanjutnya ditarik pada satu kesimpulan
dan tidak menutup kemungkinan adanya
kasus baru. Ide pokok yang menjadi
dasar tulisan ini adalah konsep normatif
kurikulum pendidikan agama Islam
sebagai salah satu sistem pendidikan
antikorupsi.
Adapun sumber data yang
digunakan adalah berupa buku-buku,
jurnal ilmiah, artikel-artikel, paper,
tulisan lepas, internet, annual report,
produk hukum dan bentuk dokumen
tulisan lainnya yang memiliki
keterkaitan dengan objek penelitian serta
memiliki akurasi dan relevasni dengan
permasalahan yang akan dibahas. Maka
sumber data dalam tulisan ini dibagi
menjadi dua bentuk:
1. Sumber utama (primer) yaitu, data-
data yang berkaitan langsung dengan
teori-teori pembelajaran baca tulis Al-
Qur’an pada anak dengan
menggunakan beberapa buku dan
literatur yang berkaitan dengan
permasalahan.
2. Data sekunder, yaitu data yang tidak
terkait secara langsung dengan
pembahsan bias berupa hasil
penelitian-penelitian terdahulu.
(Arikunto, 2002: 114)
Untuk pengumpulan data,
penulis menggunakan telaah buku,
dengan cara memperoleh keterangan-
keterangan mengenai suatu obyek
pembahasan. Teknik dan alat
pengumpulan data juga menggunakan
teknik penelitian pustaka (library
research methode). Selanjutnya
dianalisa dengan menggunakan kerangka
berfikir induktif. (Moleong, 2002: 3)
Berangkat dari kerangka umum tentang
konsep pembelajaran Al-Qur’an pada
anak, kemudian dilakukan analisis
konsep untuk menemukan kelebihan-
kelebihan dari suatu metode dan
keterkaitannya dengan metode lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Al-Qur’an.
Dua kata yang sering
digunakan dalam kegiatan pendidikan
untuk membangun kemampuan pada
bidang tertentu, yaitu belajar dan
Page 4
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
67
pembelajaran. Belajar dan pembelajaran
ini merupakan dua konsep istilah yang
saling berkaitan satu dengan yang lain.
Konsep belajar berakar pada siswa
(student based centered), sedangkan
pembelajaran berakar pada guru (teacher
based centered). Kedua istilah ini bias
berdiri sendiri dan bias juga menyatu
bergantung pada situasi dari kedua
kegiatan itu terjadi.
Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses
perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
Sisi lain, pembelajaran
mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, tetapi sebenarnya
mempunyai konotasi yang berbeda.
Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar agar peserta didik dapat belajar
dan menguasai isi pelajaran hingga
mencapai sesuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
memengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik,
namun proses pengajaran ini memberi
kesan hanya sebagai pekerjaan satu
pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja.
Sedangkan pembelajaran menyiratkan
adanya interaksi antara pengajar dengan
peserta didik.
Menurut Hilgard dan Marquis
yang dikutip oleh Aminudin Rasyad
learning is the process by which an
activity originates or is changed through
training procedure (whether in the
laboratory or in natural environment) as
distinguished from changes by factor not
attributable to training. Defenisi ini
menyatakan bahwa belajar merupakan
proses mencari ilmu yang terjadi dalam
diri seseorang melalui latihan,
pembelajaran dan sebagainya, sehingga
terjadi perubahan dalam diri. (Rasyad,
2003).
Muhibbin Syah memaparkan
“Belajar pada dasarnya adalah tahapan
perubahan perilaku siswa yang relative
positif dan menetap sebagi hasil interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif”. (Syah, 2005)
Sedangkan dalam Kamus Bahasa
Indonesia, pembelajaran adalah “proses,
cara, perbuatan menjadikan orang atau
Page 5
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
68
makhluk hidup belajar.” (Kemendikbud,
2002), UU SISDIKNAS nomor 20 tahun
2003 menerangkan bahwa pembelajaran
adalah “proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.”
Beberapa pendapat mengenai pengertian
pembelajaran, di antaranya menurut
Tohirin pembelajaran merupakan upaya
membelajarkan atau upaya mengarahkan
aktivitas siswa kearah aktivitas belajar.
(Tohirin, 2006).
Sedangkan pengertian
pembelajaran sebagaimana oleh
Aminuddin Rasyid adalah “proses yang
terjadi yang membuat seseorang atau
sejumlah orang yaitu siswa melakukan
proses belajar sesuai dengan rencana
pengajaran yang telah
diprogramkan.”(Rasyad, 2003). Sejalan
dengan yang diutara oleh Hamalik
bahwa pembelajaran adalah “suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran”. (Hamalik, 2006).
Pembelajaran menurut Sudjana
adalah setiap upaya yang sistematik dan
disengaja oleh pendidik untuk
menciptakan kondisi-kondisi agar
peserta didik melakukan kegiatan
mengajar. (Sudjana, 2001).
Pembelajaran juga dapat diartikan
dengan proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat
tergantung dari motivasi pelajar dan
kreatifitas pengajar. Pembelajar yang
memiliki motivasi tinggi ditunjang
dengan pengajar yang mampu
memfasilitasi motivasi tersebut akan
membawa pada keberhasilan pencapaian
target belajar. Target belajar dapat diukur
melalui perubahan sikap dan
kemampuan siswa melalui proses
belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memandai,
ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat peserta didik lebih mudah
mencapai target belajar. (Sardiman,
2008).
Beberapa pengertian di atas
memberikan suatu kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan pembelajaran
adalah suatu aktivitas atau proses yang
mengarahkan siswa melakukan proses
belajar, dengan melibatkan unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Al-Qur’an secara bahasa sama
dengan qira’ah (قراءة), yaitu akar kata
Page 6
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
69
dari qara’a )قرأ( qira’atan )ًقراءة( wa
qur’anan )ًقرآنا(, ia merupakan bentuk
mashdar menurut wazan dari kata fu’lan
dan syukron (كفرا) seperti kufran ,(فعلا)
Bentuk kata kerjanya adalah .(شكرا)
qara’a yang berarti mengumpulkan dan
menghimpun. (Manna’, 2006). Dengan
demikian lafazd Qur’an dan qira’ah
secara bahasa berarti menghimpun dan
memadukan sebagian huruf-huruf dan
kata-kata dengan sebagian lainnya.
Pengertian Al-Qur’an menurut
Hasbi Ash-Shidieqy adalah “wahyu Ilahi
yang diturunkan kepada Muhammad
saw, yang telah disampaikan kepada kita
umatnya dengan jalan mutawattir, yang
dihukum kafir orang yang
mengingkarinya”. (M.Hasby, 1997).
Sedangkan menurut Subhi As-Shalih Al-
Qur’an adalah “kalam Ilahi yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. dan ditulis di dalam mushaf
berdasarkan sumber-sumber yang
mutawatir bersifat pasti kebenarannya,
dan dibaca umat Islam dalam rangka
ibadah”. (Subhi, 2000).
Al-Qur’an didefinisikan oleh
Zakiah Darajat ialah wahyu Allah swt.
yang dibukukan, dan diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw, sebagai suatu
mukjizat, membacanya dianggap ibadah,
yang menjadi sumber utama ajaran
Islam. Menurutnya Pengajian atau
pembelajaran Al-Qur’an bagi anak-anak
telah lama membudaya dalam
masyarakat Islam. Hanya saja sistem dan
caranya perlu diperbaharui dan
dikembangkan sesuai dengan
perkembangan metode mengajarkan
berbagai macam pelajaran. (Daradjat,
2008).
Berbagai berbagai definisi
yang telah dikemukakan oleh para ulama
di atas, ditemukan unsur-unsur yang
sama dalam mendeffenisikan Al-Qur’an.
Namun apabila dicermati, tampak ada
beberapa perbedaan di antara definisi-
definisi yang mereka ungkapkan.
Perbedaan tersebut tidaklah menjadikan
pertentangan dan juga tidak menjadi
masalah dalam memahami makna Al-
Qur’an. Perbedaan pengertian tersebut
masih dalam kondisi yang dapat
dikompromikan dan saling melengkapi
satu dengan yang lain.
Berdasarkan beberapa
pengertian yang diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah
kalam Allah swt. berbahasa Arab yang
diturunkan kepada nabi Muhammad saw.
melalui malaikat Jibril yang menjadi
mu’jizat atas kerasulannya untuk
dijadikan petunjuk bagi manusia
disampaikan dengan cara mutawatir
Page 7
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
70
dalam mushaf dimulai dengan surat Al-
fatihah dan diakhiri dengan surat An-
Naas serta menjadi ibadah bagi yang
membacanya.
Maka pembelajaran Al-Qur’an
adalah sebagai suatu kegiatan interaksi
belajar mengajar dengan tujuan
menanamkan kemampuan membaca dan
menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam hal
tujuan pembelajaran Al-Qur’an
sebagaimana diungkapkan oleh Mahmud
Yunus sebagai berikut: “1) agar pelajar
dapat membaca Al-Qur’an dengan fasih
dan betul menurut tajwid. 2) agar pelajar
dapat membiasakan Al-Qur’an dalam
kehidupannya. 3) memperkaya
pembendaharaan kata-kata dan kalimat-
kalimat yang indah dan menarik hati”.
(Mahmud, 1990).
Lebih lanjut isi pengajaran Al-
Qur’an meliputi:
1. Pengenalan Huruf Hijaiyah, dari
huruf alif sampai ya’.
2. Cara membunyikan masing-masing
huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf itu,
yang dibicarakan dalam ilmu
Makhraj.
3. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti
syakal, syaddah, mad, dan
sebagainya.
4. Bentuk dan fungsi tanda berhenti
baca (waqaf), seperti waqaf muthlaq,
waqaf jawaz, dan sebagainya.
5. Cara membaca, melagukan dengan
bermacam-macam irama dan
bermacam-macam qiraat yang dimuat
dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu Nagham.
6. Adabut Tilawah, yang berisi tata cara
dan etika membaca al-Qur’an sesuai
dengan fungsi bacaan itu sebagai
ibadah. (Daradjat, 2008).
B. Metode Membaca Al-Qur’an
Secara etimologi, istilah metode
berasal dari bahasa Yunani “metodos”.
Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu
“metha” yang berarti melalui atau
melewati dan “hodos” yang berarti jalan
atau cara. (Rasyad, 2003). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia metode adalah
“cara yang teratur dan terpikir baik-baik
untuk mencapai maksud” (Depdikbud,
2002).
Secara garis besar di Indonesia
terdapat bermacam-macam pendekatan
metode belajar membaca al-Qur’an, di
antaranya adalah Metode Baghdadiyyah,
Metode Hattaiyyah di Riau, Metode Al-
Barqi di Surabaya, Metode Qira’ati di
Semarang, Metode Iqra’ di Yogyakarta,
Metode Al-Banjari di Banjarmasin,
Metode SAS di Jawa Timur, Metode
Page 8
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
71
Tombak Alam di Sumatra Barat, Metode
Muhafakah (metode yang digunakan
untuk pengajaran Al-Qur’an dengan
cara hafalan kalimat sehari-hari), Metode
Muqoronah (metode dengan padanan
huruf atau persamaan huruf atau
Transliterasi), Metode Wasilah (Metode
urai baca dengan alat peraga), Metode
Saufiyah (dengan cara gestalt), Metode
Tarqidiyah, Metode jam’iyah (metode
campuran), Metode An-Nur, Metode El-
Fath, Metode 15 jam belajar al-Qur’an,
dan Metode a ba ta tsa. (Abdillah, 1996).
Beberapa metode pembelajaran
baca Al-Qur’an membaca yang popular:
1. Metode Baghdadiyah
Metode Baghdadiyah adalah
metode tersusun (tarkibiyah),
maksudnya yaitu suatu metode yang
tersusun secara berurutan dan merupakan
sebuah proses ulang atau lebih kita kenal
dengan sebutan metode alif, ba’, ta’.
(Animous, 1414). Menurut hemat dan
pantauan penulis metode ini adalah
metode yang paling pertama muncul dan
berkembang di Indonesia.
a. Cara mengajarkan Metode
Baghdadiyah pada anak atau
siswa:
1) Mula-mula diajarkan nama-
nama huruf hijaiyah menurut
tertib kaidah Baghdadiyah,
yaitu dimulai dari huruf alif,
ba’, ta’, dan sampai ya’.
2) Kemudian diajarkan tanda-
tanda baca (harakat) sekaligus
bunyi bacaanya. Dalam hal ini
anak dituntun membacanya
secara pelan-pelan dan diurai/
dieja, seperti alif fathah a, alif
kasrah i, alif dhammah u, dan
seterusnya.
3) Setelah anak-anak mempelajari
huruf hijaiyah dengan cara-
caranya itu, barulah diajarkan
kepada mereka Al-Qur’an
juz’amma (Juz yang ke-30 dari
urutan juz dalam Al-Qur’an ) itu
(Budiyanto, 1995).
b. Kelebihan
Pada metode Baghdadiyah
ini, anak atau siswa akan mudah
dalam belajar karena sebelum
diberikan materi sudah hafal huruf-
huruf hijaiyah, siswa yang lancar
akan cepat melanjutkan pada
materi selanjutnya karena tidak
menunggu orang lain, siswa
diperkenalkan nama huruf hijaiyah
sejak awal pelajaran. (Animous,
1414).
c. Kekurangan
Adapun kekuranganya
metode ini menurut penulis,
Page 9
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
72
membutuhkan waktu yang lama
karena harus menghafal huruf
hijaiyah dahulu dan harus dieja
sehingga siswa merasa jenuh dan
banyak yang tidak menyelesaikan
sampai bias membaca Al-
Qur’an.
2. Metode Qiro’ati
Metode Qiro’ati adalah
pengajaran membaca Al-Qur‟an dengan
langsung mempraktekkan bacaan tartil
sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid, untuk
mengajarkan jilid 1 dan 2 sebaiknya
dilaksanakan pada perorangan
sedangkan untuk jilid 3 sampai 6
sebaiknya diajarkan secara klasikal,
namun setiap siswa diberi kesempatan
membaca. (Zarkasi, 1990).
Pada jilid pertama huruf dibaca
langsung tanpa mengeja dengan cepat
dan tidak memanjangkan suara, pada
jilid dua diperkenalkan nama harakat,
angka arab, dan bacaan mad thabi’i. Jilid
tiga adalah pendalaman jilid satu dan
dua, jilid empat dikenalkan nun sukun,
tanwin, mad wajib dan mad jaiz, nun dan
mim bertasydid, wawu yang tidak
dibaca. Jilid lima diajarkan cara waqof,
mafatih al suwar dan pendalaman jilid
sebelumnya. Pada jilid enam diajarkan
cara membaca izhar halqi dan membaca
Al-Qur‟an juz satu. (Zarkasi, 1990).
3. Metode An-Nahdhiyah
Metode An-Nahdhiyah adalah
salh satu metode membaca Al-Qur’an
yang muncul di daerah Tulung agung,
Jawa Timur. Materi pembelajaran Al-
Qur'an tidak jauh berbeda dengan
metode Qira’ati dan Iqra’. Dan perlu
diketahui bahwa pembelajaran metode
ini lebih ditekankan pada kesesuaian dan
keteraturan bacaan dengan ketukan atau
lebih tepatnya pembelajaran Al-Qur'an
pada metode ini lebih menekankan pada
kode ”ketukan” dalam pelaksanaan.
Inti pelajaran metode An-
Nahdhiyah adalah, pada jilid pertama
siswa diperkenalkan huruf yang belum
dirangkai sekaligus pengenalan tanda
baca fathah, kasrah, dan dhammah. Pada
jilid kedua diajarkan rangkaian huruf,
bacaan mad thabi’i, tanda bacaan,
harakat tanwin, pengenalan angka arab.
Jilid yang ketiga diajarkan, ta’
marbuthah, huruf dengan tanda sukun,
alif Fariqah, ikhfa, hamzah washal. Jilid
keempat diajarkan bacaan izhar
qomariyah, bacaan izhar syafawi, bacaan
izhar halqiyah, dan bacaan mad wajib
muttasil. Jilid kelima diajarkan bacaan
lien, tanda tasydid, bacaan ghunnah,
idhgam bighunnah, dan iqlab, cara
membaca lafadz jalalah, dan bacaan
ikhfa’ syafawi. Di akhir jilid 1-5
Page 10
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
73
diberikan materi do’a harian. Jilid
keenam diajarkan idhgam syamsiyah,
qolqolah, mad lazim kilmi musaqqol/
mukhaffaf, mad aridly, mad iwadh, mad
lazim harfi, tanda-tanda waqof, dan
suratsurat pilhan. (Ma’arif NU, 1992).
4. Metode Iqra’
Metode Iqra’ adalah suatu
metode membaca Al-Qur'an yang
menekankan langsung pada latihan
membaca. Adapun buku panduan iqra’
terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat
yang sederhana, tahap demi tahap sampai
pada tingkatan yang sempurna. (Humam,
2000).
Pembelajaran membaca Al-
Qur’an dengan motode Iqra’ ini pernah
dijadikan proyek oleh Departemen
Agama RI sebagai upaya untuk
mengembangkan minat baca terhadap
kitab suci Al-Qur’an. Meski demikian,
harus diakui bahwa setiap metode
memiliki kelebihan dan juga kelemahan..
Oleh karena itu perlu ada upaya
memodivikasi dan kolaborasi antar
metode guna mendapatkan metode
pembelajaran yang menarik,
menyenangkan, dan efektif. (Roqib,
2009).
Adapun sistematika Buku Iqra,
pada jilid 1 seluruhnya berisi pengenalan
bunyi huruf-huruf tunggal berharokat
fathah. Diawali dengan huruf a, ba, ta,
tsa, dan seterusnya sampai bunyi ya.
Target yangakan dicapai anak adalah
bias membaca dan mengucapkan secara
fasih sesuai dengan makhraj-nya, huruf-
huruf tunggal berharakat fathah. Dalam
hal ini anak belum ditargetkan untuk
mengenal nama-nama huruf itu sendiri,
seperti alif, ba’, ta’ dan seterusnya.
Jilid 2 diperkenalkan dengan
bunyi huruf-huruf bersambung
berharakat fathah, baik huruf sambung di
awal, di tengah, maupun di akhir kata.
Mulai diperkenalkan bacaan “mad”
namun masih berharakat. Anak/ siswa
pada tahapan ini diperkenalkan nama
huruf demikian pula nama harakat.
Target jilid 2 meningkatkan kefasihan
membaca bunyi huruf, anak bisa
membaca huruf-huruf sambung, anak
bisa membedakan bacaan pendek dan
panjang dari fathah yang diikuti alif dan
fathah berdiri.
Awal jilid 3, anak
diperkenalkan bacaan kasrah. Karena
anak telah mampu membedakan bentuk-
bentuk huruf bersambung, maka
pengenalan bacaan kasrah ini langsung
huruf tunggal dan huruf sambung
sekaligus. Bacaan dhammah dikenalkan
pada jilid 3 setelah anak betul-betul
mengenal bacaan kasrah dan fathah.
Page 11
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
74
Target pada jilid ini, anak mengenal
bacaan kasrah, kasrah panjang karena
diikuti ya’ sukun dan kasrah pajang
karena berdiri, anak mengenal bacaan
dhammah, dhammah panjang karena
diikuti wawu sukun dan dhammah
panjang karena terbalik.
Pelajaran jilid 4 diawali dengan
bacaan fathah tanwin, kasrah tanwin,
dhammah tanwin, bunyi ya’ sukun dan
wawu sukun yang jatuh setelah harakat
fathah, mim sukun, nun sukun, qolqolah
dan huruf hijaiyah lainya yang
berharakat sukun, dan pada jilid ini anak
sudah diperkenalkan dengan nama
semua huruf hijaiyah serta nama-nama
tanda bacanya. Didahulukanya bacaan
qolqolah dari huruf-huruf sukun lainya
dimaksudkan agar sejak dini anak
mampu menghayati bacaan qolqolah
sehingga terbiasa dengan bacaan yang
mestinya berqolqolah tetap dibaca
qolqolah.
Sedangkan dalam jilid 5
diajarkan bacaan alif lam qamariah,
tanda waqaf, mad far’i, alif lam
syamsyiah, idgham bigunnah, lam
jalalah, dan idgam bilagunnah, tetapi
belum diperkenalkan istilah-istilah yang
digunakan dalam ilmu tajwid. Isi jilid 6
sudah memuat semua persoalan-
persoalan tajwid, walaupun belum
diperkenalkan teori-teori tajwidnya
(Budiyanto, 1995).
Sedangkan metode yang
direkomendasikan untuk pembelajaran
Iqra’ adalah sebagai berikut;
a. CBSA, siswa aktif membaca sendiri
setelah dijelaskan pokok bahasanya,
guru hanya menyimak tidak
menuntun.
b. Privat menyimakan seorang demi
seorang secara bergantian. endapat
Lapp, Bender, Ellenwood & John di
antara model aktivitas belajar adalah
The Personilised Model, di mana
proses pembelajaran dikembangkan
dengan memperhatikan minat,
pengalaman dan perkembangan siswa
untuk mengaktualisasikan potensi-
potensi individualitasnya
(Aunurrahman, 2010).
c. Asistensi. Siswa yang lebih tinggi
pelajaranya dapat membantu
menyimak sisswa lain. Strategi ini
baik digunakan untuk menggairahkan
kemauan peserta didik untuk
mengajarkan materi kepada temanya.
Jika selama ini ada pameo yang
mengatakan bahwa metode belajar
yang paling baik adalah dengan
mengajarkan kepada orang lain, maka
strategi ini akan sangat membantu
peserta didik dalam mengajarkan
Page 12
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
75
kepadateman sekelas (Zaini, dkk.,
2008).
Berikut adalah kelebihan dan
kekurangan/ metode pembelajaran Iqra’
menurut hemat penulis.
a. Kelebihan metode Iqra’:
1) Adanya buku (modul) yang mudah
dibawa dan dilengkapi oleh
beberapa petunjuk teknis
pembelajaran bagi guru serta
pendidikan dan latihan guru agar
buku iqra’ ini dapat dipahami
dengan baik oleh guru, para guru
dapat menerapkan metodenya
dengan baik dan benar.
2) Cara Belajar siswa aktif (CBSA).
siswa diberikan contoh huruf yang
telah diberi harakat sebagai
pengenalan di lembar awal dan
setiap memulai belajar siswa
dituntut untuk mengenal huruf
hijaiyah tersebut. Pada permulaan,
siswa langsung membaca huruf-
huruf tersebut secara terpisah-
pisah untuk kemudian dilanjutkan
ke kata dan kalimat secara gradual.
Jika terjadi kesalahan baca, guru
memberikan kode agar kesalahan
tersebut dibenarkan sendiri dengan
cara mengulang bacaan.
3) Bersifat privat (individual). Setiap
siswa menghadap guru untuk
mendapatkan bimbingan langsung
secara individual. Jika
pembelajaran terpaksa dilakukan
secara kolektif maka guru akan
menggunakan buku Iqra’ klasikal.
4) Menggunakan sistem asistensi,
yaitu santri yang lebih tinggi
tingkat pembelajaranya membina
siswa yang berada di bawahnya.
Meski demikian proses kelulusan
tetap ditentukan oleh guru dengan
melalui ujian.
5) Guru mengajar dengan pendekatan
yang komunikatif, seperti dengan
menggunakan bahasa peneguhan
saat siswa membaca benar,
sehingga siswa termotivasi, dan
dengan teguran yang
menyenangkan jika terjadi
kesalahan (Roqib, 2009).
b. Kelemahan metode iqra’ antara laian
seabagai berikut:
1) Anak kurang tahu nama huruf
hijaiyah karena tidak
diperkenalkan dari
awalpembelajaran.
2) Anak kurang tahu istilah atau
nama-nama bacaan dalam ilmu
tajwid.
C. Metode Menulis Al-Qur’an
Salah satu metode menulis Al-
Qur’an adalah dengan cara imla’
Page 13
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
76
Menurut Mahmud Ma’ruf (1985:157).
Imlak adalah menuliskan huruf-huruf
sesuai posisi nya dengan benar dalam
kata-kata untuk menjaga terjadinya
kesalahan makna.
Imlak (Imla’) adalah katergori
menulis yang menekankan pada
rupa/postur huruf dalam bentuk kata-kata
atau kalimat. Secara umum, ada tiga
kecakapan dasar yang dikembangkan
dalam keterampilan Imlak, yaitu
Kecakapan mengamati, Kecakapan
mendengar, dan kelenturan tangan dalam
menulis (Abdullah, 2015).
Dalam hemat penulis, bahwa
ada 4 (empat) macam jenis imlak yang
bisa diterapkan pada seseorang sesuai
dengan tahap kognitifnya, yaitu:
1. Imla’ manqul: siswa menyalin teks
bacaan atau kalimat yang ada di kitab
atau tulisan guru di papan ke dalam
buku tulis. Imla’ jenis ini untuk
tingkat pemula, dimana mereka lebih
ditekankan untuk cermat dan teliti
saat membaca tulisan dan
menyalinnya.
2. Imla’mandhur: siswa melihat dan
mempelajari teks bacaan atau kalimat
yang ada di kitab atau di papan tulis,
lalu menutup kitab atau yang ada di
papan tulis. Selanjutnya guru
mendiktekan tek bacaan atau kalimat
yang sama. Imla’ mandhur tidak
hanya menuntut siswa lebih cermat
dan teliti saat membaca, tapi juga
harus mengingat bentuk tulisannya
dan berkonsentrasi dengan guru.
Mata, telinga dan kekuatan daya ingat
harus saling mendukung. Imla’
mandhur diterapkan dikelas
menengah.
3. Imla’ ghairu al-mandhur (masmu’):
siswa menulis teks bacaan atau
kalimat yang dibacakan guru tanpa
melihatnya terlebih dahulu (seperti
pada metode ke dua). Metode ini
untuk tahapan lebih tinggi, di mana
siswa telah menguasai dengan baik
teori-teori imla’ yang telah diajarkan.
Ketika siswa mendengarkan bacaan
guru, siswa mendeskripsikan (dalam
benak) bentuk tulisannya sesuai
dengan teori-teori yang ada di memori
otaknya, lalu menuliskannya dengan
cepat.
4. Imla’ ikhtibari: Adalah bentuk imla’
yang diberikan kepada siswa yang
telah menguasai dan memahami
dengan baik teori-teori imla’ ikhtibari
lebih banyak muatan praktik dari pada
muatan teori.
D. Pendidikan Anak Sekolah
asar/Marasah Ibtidaiyah
Page 14
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
77
Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Sekolah Dasar (SD)/ adalah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum
pada jenjang pendidikan dasar.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah salah
satu satuan pendidikan formal dalam
binaan Menteri Agama yang
menyelenggarakan pendidikan umum
dengan kekhasan Agama Islam pada
jenjang pendidikan dasar. (PP-RI, No 17:
2010).
Sekolah dasar diselenggarakan
oleh pemerintah maupun swasta. Sejak
diberlakukannya otonomi daerah pada
tahun 2001, pengelolaan sekolah dasar
negeri (SD/MIN) di Indonesia yang
sebelumnya berada di bawah
Departemen Pendidikan Nasional, kini
menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah kabupaten/kota. Sedangkan
Departemen Pendidikan Nasional hanya
berperan sebagai regulator dalam bidang
standar nasional pendidikan. Secara
struktural, sekolah dasar negeri
merupakan unit pelaksana teknis dinas
pendidikan kabupaten/kota. Ada
beberapa karakteristik anak di usia
Sekolah Dasar yang perlu diketahui para
guru, agar lebih mengetahui keadaan
peserta didik khususnya ditingkat
Sekolah Dasar/ MI. Sebagai guru harus
dapat menerapkan metode pengajaran
yang sesuai dengan keadaan siswanya
maka sangatlah penting bagi seorang
pendidik mengetahui karakteristik
siswanya. Selain karakteristik yang perlu
diperhatikan kebutuhan peserta didik.
Adapun karakeristik dan kebutuhan
peserta didik dibahas sebagai berikut.
Karakteristik pertama anak
SD/MI adalah senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD/MI
untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan yang bermuatan permainan
lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru
SD/MI seyogyanya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan
adanya unsur permainan di dalamnya.
Guru hendaknya mengembangkan model
pengajaran yang serius tapi santai.
Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya
diselang saling antara mata pelajaran
serius seperti IPA, Matematika, dengan
pelajaran yang mengandung unsure
Page 15
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
78
permainan seperti pendidikan jasmani,
atau Seni Budaya dan Keterampilan
(SBK).
Karakteristik yang kedua adalah
senang bergerak, orang dewasa dapat
duduk berjam-jam, sedangkan anak
SD/MI dapat duduk dengan tenang
paling lama sekitar 30 menit. Oleh
karena itu, guru hendaknya merancang
model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau
bergerak. Menyuruh anak untuk duduk
rapi untuk jangka waktu yang lama,
dirasakan anak sebagai siksaan.
Karakteristik yang ketiga dari
anak usia SD/MI adalah anak senang
bekerja dalam kelompok. Dari
pergaulanya dengan kelompok sebaya,
anak belajar aspek-aspek yang penting
dalam proses sosialisasi, seperti: belajar
memenuhi aturan-aturan kelompok,
belajar setia kawan, belajar tidak
tergantung pada diterimanya
dilingkungan, belajar menerimanya
tanggung jawab, belajar bersaing dengan
orang lain secara sehat (sportif),
mempelajarai olah raga dan membawa
implikasi bahwa guru harus merancang
model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk bekerja atau
belajar dalam kelompok, serta belajar
keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini
membawa implikasi bahwa guru harus
merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk bekerja atau
belajar dalam kelompok. Guru dapat
meminta siswa untuk membentuk
kelompok kecil dengan anggota 3-4
orang untuk mempelajari atau
menyelesaikan suatu tugas secara
kelompok.
Karakteristik yang keempat
anak SD/MI adalah senang merasakan
atau melakukan/memperagakan sesuatu
secara langsung. Ditunjau dari teori
perkembangan kognitif, anak SD/MI
memasuki tahap operasional konkret.
Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia
belajar menghubungkan konsepkonsep
baru dengan konsep-konsep lama.
Berdasar pengalaman ini, siswa
membentukkonsep-konsep tentang
angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi
badan, pera jenis kelamin, moral, dan
sebagainya. Bagi anak SD/MI,
penjelasan guru tentang materi pelajaran
akan lebih dipahami jika anak
melaksanakan sendiri, sama halnya
dengan memberi contoh bagi orang
dewasa. Dengan demikian guru
hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak
terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. (Kuriawan: http//:).
Page 16
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
79
Perkembangan fisik atau
jasmani anak sangat berbeda satu sama
lain, sekalipun anak-anak tersebut
usianya relatif sama, bahkan dalam
kondisi ekonomi yang relatif sama pula.
Hal ini antara lain disebabkan perbedaan
gizi, lingkungan, perlakuan orang tua
terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-
lain.
Nutrisi dan kesehatan amat
mempengaruhi perkembangan fisik
anak. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan pertumbuhan anak
menjadi lamban, kurang berdaya dan
tidak aktif. Sebaliknya anak yang
memperoleh makanan yang bergizi,
lingkungan yang menunjang, perlakuan
orang tua serta kebiasaan hidup yang
baik akan menunjang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Olahraga juga merupakan
faktor penting pada pertumbuhan fisik
anak. Anak yang kurang berolahraga
atau tidak aktif sering kali menderita
kegemukan atau kelebihan berat badan
yang dapat mengganggu gerak dan
kesehatan anak.
Pada perkembangan intelektual,
anak sangat tergantung pada berbagai
faktor utama, antara lain kesehatan gizi,
kebugaran jasmani, pergaulan dan
pembinaan orang tua. Akibat
terganggunya perkembangan intelektual
tersebut anak kurang dapat berpikir
operasional, tidak memiliki kemampuan
mental dan kurang aktif dalam pergaulan
maupun dalam berkomunikasi dengan
teman-temannya. Perkembangan
emosional berbeda satu sama lain karena
adanya perbedaan jenis kelamin, usia,
lingkungan, pergaulan dan pembinaan
orang tua maupun guru di sekolah.
Perbedaan perkembangan emosional
tersebut juga dapat dilihat berdasarkan
ras, budaya, etnik dan bangsa.
Dalam hal pembelajaran Al-
Qur’an, berbagai metode yang
diutarakan di atas, dan prinsip strategi
mengajarkanya telah menunjukkan
adanya kesesuaian karakter anak dengan
taraf perkembanguan mereka. Namun
dalam hal ini ada hal-hal perlu
diperhatikan:
Pertama anak suka bermain,
maka dalam kegiatan pembelajaran Al-
Qur’an, harus diajarkan dengan
menyenangkan, bahkan dengan
permainan sehingga anak tertarik dan
cepat paham.
Kedua, anak senang bergerak,
metode-metode pembalajaran Al-Qur’an
yang telah ditemukan menyuguhkan
berbagai model pembelajaran seperti
privat/ sorogan, dan berprinsip Dak-Tun
Page 17
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
80
(tidak bole menuntun) CBSA+M (cara
belajar siswa aktif dan mandiri) serta
LCTB (lancar, Cepat, Tepat dan Benar).
Ketiga anak senang bekerja
dalam kelompok, maka berabgai metode
pembelajaran Al-Qur’an harus dapat
memberikan model pembelajaran
klasikal.
Keempat, anak senang
merasakan atau melakukan serta
memperagakan sesuatu secara langsung,
pembelajaran Al-Qur’an semestinya
dapat memberikan kesempatan bagi
siswa untuk aktif menemukan, mengenal
dan melafalkan huruf-huruf hijaiyah
dengan sendiri, tanpa bantuan guru.
Dalam keadaan ini guru sebagai
mediator dan motivator, biarkan siswa
mencari dan menemukan sendiri.
Dengan begitu apa yang telah
dipelajarinya akan lebih melekat dalam
ingatannya.
KESIMPULAN
Pembelajaran Al-Qur’an
sebagai suatu kegiatan interaksi belajar
mengajar juga mempunyai tujuan.
Adapun tujuan pembelajaran Al-Qur’an
adalah sebagai berikut: “1) agar pelajar
dapat membaca Al-Qur’an dengan fasih
dan betul menurut tajwid. 2) agar pelajar
dapat membiasakan Al-Qur’an dalam
kehidupannya. 3) memperkaya
perbendaharaan kata-kata dan kalimat-
kalimat yang indah dan menarik hati”.
Di Indonesia terdapat
bermacam-macam metode membaca Al-
Qur’an. Metode pembelajaran membaca
dan menulis Al-Qur’an, yang paling
popular di antaranya adalah metode
Baghdadiyah, Qiro’ati, An-Nahdhyah,
Iqra’. Metode pembelajaran baca tulis
Al-Qur’an akan terus meningkat dan
bertambah sesuai dengan perkembangan
pengetahuan masyarakat dan teknologi.
Setiap metode pembelajaran Al-
Qur’an memiliki kelebihan dan
kekurangan, maka tugas guru adalah
menenrukan metode dan strategi mana
yang lebih tepat bagi anak usia SD/MI
disesuaikan dengan karakteristik dan
taraf perkembangan siswa.
SARAN
1. Para guru pengajar Al-Qur’an untuk
anak usia SD/MI baik di sekolah
formal maupun dari rumah-ke rumah
diharapakan dapar menganalis
berbagai metode pembelajaran Al-
Qur’an bagi siswanya sehingga
kegiatan baca tulis Al-Qur’an yang
dilakukan dapat berlangsung efektif.
2. Dalam mengenalkan khuruf dan
makhraj pada anak, harus betul-betul
Page 18
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
81
sampai pada target sasarannya,
sehingga anak terbiasa dengan ucapan
yang benar dan tentu akan
memudahkan anak untuk
menengkatkan kemampuan membaca
Al-Qur’an pada tafaf yang lebih tinggi
(seni membaca Al-Qur’an).
3. Diharapkan pada orang tua dan guru
saling bekerja sama dalam
membelajarakan siswa/ anak untuk
meningkatkan kemampuan tulis baca
Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, H. M. 1996. Ensiklopedia Islam.
Jakarta: PT. Iktiar Baru Van
Hoeve.
Abdullah, A. 2015. Metode-metode menulis
dalam pelajaran AL-qur’an Hadits
di MI. Semarang. Andi offset.
Animous (1414) Juz’amma. Surakarta:
Alwah.
Aunurrahman. 2010. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiyanto, H. M. 1995. Prinsip-prinsip
Metodologi Buku Iqra’ (Cara
Cepat Belajar Membaca al-
Qur’an). Yogyakarta: AMM.
Daradjat, Z. 2008. Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam. Ke-2.
Jakarta.
Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.
Hamalik, Ormar. 3004. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Humam, A. 2000. Buku Iqra’ , Cara Cepat
Belajar Membaca al-Qur’an, Jilid
1-6. Yogyakarta: AMM.
M.Hasby, A. S. 1997. Sejarah dan
pengantar Ilmu Al-Quran dan
Tafsir. Cet.1. Semarang: Pustaka
Rizki Putra.
Ma’arif NU, L. 1992. Cepat Tanggap
Belajar al-Qur’an an-Nahdhiyah.
Jilid VI. Tulung Agung: LP.
Ma’arif NU.
Mahmud, Yunus. 1990. Metodik Khusus
Pendidikan Agama. Cet.12.
Jakarta: Hida Karya Agung.
Manna’, A.-Q. 2006. Pengantar Studi Ilmu
Al-Quran, terj. Mabahits fi ‘Ulumil
Qur’an. Cet. 1. Edited by R. E.-M.
Aunur. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nursidik Kurniawan. Karakteristik dan
Kebutuhan Pendidikan Anak Usia
Page 19
ISSN 2621-9034 Volume 03 Tahun 2020
MUBTADA : Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
82
Sekolah Dasar, dalam
http://www.nhowitzer.multiply.co
m, diakses 3 November 2011
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
”Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan,
Jakarta, 2010
Rasyad, A. 2003. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Cet.4. Jakarta:
Uhamka Press.
Roqib, M. 2009. Ilmu Pendidikan Islam
(Pengembangan Pendidikan
Integratif di Sekolah, keluarga,
dan masyarakat). Yogyakarta:
LkiS.
Sardiman, A. M. 2008. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Silberman, M. L. & A. B. 2004. Active
Learning:101 Strategiies to Teach
Any Subject, terjemahan Raisul
Muttaqien. Bandung: Nusamedia
& Nuansa.
Subhi, A. Sholeh. 2000. Membahas Ilmu-
Ilmu Al-Quran. Jakarta: Pustaka
Firdausi.
Sudjana, D. 2001. Metode dan Teknik
Pembelajaran Partisipatif.
Cet.Ke-4. Bandung: Falah
Production.
Syah, M. 2005. Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekan Baru. Cet.12.
Bandung: Rosda Karya.
Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Zaini, dkk., H. 2008. Strategi Pembelajaran
Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.
Zarkasi, D. S. 1990. Metode Praktis Belajar
Membaca al-Qur’an, Semarang:
Yayasan Pedidikan Al-Qur’an
Mujawwidin.