Top Banner
Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik Ditinjau Dalam Perspektif Perjanjian Lama. Pendahuluan Sejak awal berdiri bangsa ini, Indonesia adalah negara yang beragam. Indonesia adalah negara kepulauan dengan wilayah- wilayahnya yang berbeda, baik secara geografis, bahasa dari penduduknya, tradisi dan kepercayaan yang berbeda-beda. Inilah realitas Indonesia sejak awal sejarahnya. Seorang tokoh sejarah bangsa ini, Gadjah Mada pernah mengucapkan Sumpah Palapa di mana dia tidak akan beristirahat sebelum nusantara dapat dipersatukan. Cita-cita ini pun tercermin dalam program nasionalisme dengan menyatukan komunitas dengan keberagaman luar biasa, melintasi batas geografis, suku, bahasa, agama, serta status sosial. Cita- cita dan harapan penyatuan keberagaman ini di bawah suatu identitas nasional. Penduduk dengan jumlah lebih dari dua ratus juta jiwa menyimpan sumber daya manusia yang sangat potensial. Letak nusantara pun berada di antara dua benua dan dua samudera sehingga menjadikan Indonesia begitu istimewa. Di sisi yang lain, cita-cita nasionalisme tersebut di atas telah berubah arah kepada homogenitas yang terintervensi secara
21

Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

Jan 22, 2023

Download

Documents

Risa Oktavia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

Konsep Misi Dalam Masyarakat PluralistikDitinjau Dalam Perspektif Perjanjian Lama.

Pendahuluan

Sejak awal berdiri bangsa ini, Indonesia adalah negara yang

beragam. Indonesia adalah negara kepulauan dengan wilayah-

wilayahnya yang berbeda, baik secara geografis, bahasa dari

penduduknya, tradisi dan kepercayaan yang berbeda-beda. Inilah

realitas Indonesia sejak awal sejarahnya. Seorang tokoh sejarah

bangsa ini, Gadjah Mada pernah mengucapkan Sumpah Palapa di mana

dia tidak akan beristirahat sebelum nusantara dapat dipersatukan.

Cita-cita ini pun tercermin dalam program nasionalisme dengan

menyatukan komunitas dengan keberagaman luar biasa, melintasi

batas geografis, suku, bahasa, agama, serta status sosial. Cita-

cita dan harapan penyatuan keberagaman ini di bawah suatu

identitas nasional. Penduduk dengan jumlah lebih dari dua ratus

juta jiwa menyimpan sumber daya manusia yang sangat potensial.

Letak nusantara pun berada di antara dua benua dan dua samudera

sehingga menjadikan Indonesia begitu istimewa.

Di sisi yang lain, cita-cita nasionalisme tersebut di atas

telah berubah arah kepada homogenitas yang terintervensi secara

Page 2: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

otoritarian. Hampir semua segi dalam bangsa ini diatur secara

ketat oleh undang-undang yang dibuat oleh pemerintah. Alasannya

adalah keberagaman dapat memicu potensi sebuah konflik. Belum

lagi kelompok-kelompok mayoritas yang merasa memiliki kekuatan

dan kekuasaan, mengintimidasi kelompok-kelompok kecil dengan

berbagai dalih. Akhirnya konflik sosial tidak dapat dihindari

lagi.

Gereja di Indonesia harus menjawab beberapa pertanyaan

mendasar sehingga dapat menyatakan eksistensinya. Apa situasi

yang menjadi dasar bermisi di Indonesia? Bagaimana strategi misi

yang relevan bagi konteks Indonesia? Dan Bagaimana masa depan

misi di Indonesia? Karena fakta kemajemukan itu tidak mungkin

dilihat semata-mata sebagai suatu fakta sosiologis lagi, tetapi

juga menjadi konteks berteologi Gereja-gereja di Indonesia. Dan

proses berteologi dalam kemajemukan itu tidak pula semata-mata

abstark hingga melulu dijawab secara akademis, tetapi perlu suatu

dialog yang bermakna memperbincangkan secara bertanggung jawab

yang bercorak akademis dan oikumenis dalam memberi respons runtut

terhadap konteks kemajemukan itu.1

1 Tim Balitbang PGI, Meretas Jalan Teologi Agama-agama di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), Ix.

Page 3: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

Hakikat Misi

Secara singkat pada bagian ini akan dibahas definisi Misi

baik secara morfologi maupun secara operasional. Dalam bahasa

Inggris, Jerman, dan Perancis digunakan kata mission serta bahasa

Belanda memakai kata zending. Menurut Kamus latin bahasa

Indonesia, Missio berasal dari kata Mitto yang mempunyai arti

sebagai berikut: Pengiriman; hal mengutus; hal membiarkan pergi

seperti : pembebasan (orang tawanan/tahanan); pemberhentian (dari

dinas militer); Misi, Mitto mempunyai arti: menyebabkan pergi,

membiarkan pergi (membebaskan, melepaskan).Setiap kata yang

merujuk kata misi disebut di atas bermakna tugas yang diberikan

Allah kepada setiap orang percaya untuk menyatakan karya Allah

atas segala mahluk. Roger Bowen melihat kata Misi sebagai sebuah

ekspresi dari sebuah kegerakan, sebab menyangkut hal mengirim dan

utusan.2 Misi dimengerti sebagai cara yang dipakai oleh Gereja

dikirim keluar ke dalam dunia untuk memproklamirkan Kristus dan

bukan bergerak ke dalam diri sendiri. Donal Dorr dalam bukunya

Mission in Today’s World lebih melihat misi dalam makna praktis, di

mana misi dimengerti sebagai proses evangelisasi, inkulturasi,

2 Roger Bowen, ..So I Send You (Cambridge: SPCK, 1996), 1.

Page 4: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

rekonsiliasi, dsb.3 Bila disimpulkan Misi adalah kegiatan yang

dilaksanakan oleh para utusan (misionaris) dengan maksud

menyampaikan kabar baik (Injil) kepada dunia di bawah otoritas

sang Ilahi.

Misi Dalam Perjanjian Lama; Sebuah Tinjauan

Banyak orang melihat Perjanjian Lama hanya sekedar dokumen

usang dan tidak pernah secara langsung berbicara mengenai tugas

pemberitaan Injil. Merekonstruksi Perjanjian Lama untuk membangun

dasar bagi teologi misi dipandang hanya sebagai usaha menjaring

angin saja. Bahkan untuk mencari petunjuk sederhana mengenai

aktivitas misi pun kelihatan sebagai usaha memaksakan teks pada

konteks. Oleh George W. Peters, Perjanjian Lama terlalu sering

ditafsirkan dari sudut perasaan nasionalistis sempit atau dari

sudut pandang legalistis, Perjanjian Lama jarang dilihat sebagai

tujuan yang menakjubkan dari Allah ke dalam dunia untuk maksud-

maksud penyelamatan.4 Edmund Woga juga melihat kalau pendasaran

misi gereja dalam Perjanjian lama mengalami hambatan-hambatan

karena suasana tertentu di dalam kehidupan bangsa Israel yang

3 Lihat dalam Donal Dorr, Mission in Today’s World (New York, Orbis Book, 2002), 76-183.4 George W. Peters. A Biblical Theology of Missions (Malang: Gandum Mas, 2006), 99.

Page 5: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

sepintas lalu memberikan kesan tidak mendukung proses “lintas

batas” iman Israel kepada Yahweh.5 Kenyataan ini membuat kesan

diskontinuitas perutusan antara umat Allah dalam Perjanjian Lama

dengan Perjanjian Baru. Dua nama lain, C. Stuhlmuller6 dan L.

Legrand7, mereka melihat kesulitan pokok yang sering mengganjal

langkah penemuan fenomena perutusan dalam kehidupan umat Allah

Perjanjian Lama ialah pertama-tama pengertian mengenai misi.

Allah (YAHWEH) Sebagai Aktor Utama Misi Dalam Perjanjian Lama

Pada bagian ini akan dibahas tentang apa yang Perjanjian

Lama bicarakan mengenai misi. Bagi Brueggemann Perjanjian Lama

menyimpan sebuah wacana yang dengan jelas memperlihatkan bahwa

Allah tinggal di dalam, dengan dan di bawah retorika teks, dan

tidak di tempat lain dan tidak dalam cara lain yang baginya

bermodel drama di mana imajinasi dan metafora merupakan unsur

5 Edmund Woga, CSsR, Dasar-Dasar Misiologi (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 57.6 Lihat C. Stuhlmuelle. The Biblical Foundations for Mission (London: 1983), ia melihat misi dalam konteks integral sejarah dunia dan melihatnya sebagai peristiwa historis umum, yang oleh bangsa Israel – berdasarkan interpretasi dan motivasi religious mereka – ditafsir sebagai karya penyelamatan Allah dalam sejarah, di mana Allah dialami sebagai Tuhan atas sejarah. Peran bangsa Israel dalam hal ini ialah tanda kehadiran yang ilahi yang membuka mata dunia untuk menyadari unsur-unsur dan daya iman dalam kesehariannya.7 Lihat L. Legrand. The God Who Comes – Mission in the Bible (Quezon City: 1991), ia melihat pengertian tentang misi tidak secara sempit yakni hanya sebagai usaha perambatan iman, namun criteria yang ia berikan adalah criteria klasik gerejawi dalam pengertian tentang misi (yakni; penyebaran iman, penyaksian, dan ziarah menuju Allah).

Page 6: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

yang penting.8 Di dalam teks-teks Perjanjian Lama terutama dalam

ragam kalimat ataupun kata-kata verbal positif menyajikan

gambaran Yahweh sebagai pelaku utama dalam sejarah (dan juga

sejarah keselamatan). Perjanjian Lama memberikan sebuah kesaksian

yang menguatkan tentang bagaimana Yahweh bertindak untuk

melakukan perubahan dalam bangsa Israel (dan dunia), Israel pun

menjadi kesaksianya. Brugemmen melukiskan hal tersebut, seperti:

Kehidupan yang teratur alih-alih khaos yang mematikan;

Peluang masa depan alih-alih putus asa;

Tarian kebebasan alih-alih penindasan;

Ketaatan dalam persekutuan penuh gairah alih-alih otonomi

absolute;

Makanan dan perawatan alih-alih ketelantaran nan malang.9

Kesaksian-kesaksian yang termuat dalam Perjanjian Lama secara

sadar memuat janji-janji belum terpenuhi oleh Yahweh, serta

penegasan bahwa janji-janji di dalamnya akan digenapi, menjadi

unsur bagi sikap yang tepat bagi kita berharap pada Allah dan

juga bagi misi. dalam janji-janji-Nya, Yahweh akan menjaga agar

8 Walter Brueggemann, Theology Of The Old Testament (Minneapolis: Fortress Press, 1997), 50.9 Brueggeman, 209.

Page 7: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

mereka yang terikat dengan-Nya dalam sebuah perjanjian tidak akan

mengalami kebinasaan.10

Fakta mengenai misi yang lain dalam Perjanjian Lama terdapat

pada Kej. 3:15; “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan

perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan

meremukan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Ayat ini bagi

banyak ahli misi sebagai bentuk Protevangelium dalam Perjanjian

Lama. Ayat ini mengungkapkan janji pertama akan kedatangan

penebus, satu janji yang memiliki arti penting secara universal11

setelah kejatuhan manusia di dalam dosa. Bila diselidiki secara

seksama maka ada sekurang-kurangnya 6 bukti penting misi Allah

dalam Kej. 3:15; 1) keselamatan diadakan oleh Allah, 2)

keselamatan akan menghancurkan iblis, sang seteru, 3) keselamatan

mempengaruhi seluruh umat manusia, 4) keselamatan akan datang

melalui seorang perantara yang secara organis berhubungan dengan

manusia, 5) keselamatan terkait dengan penderitaan sang Penebus,

dan 6) keselamatan itu terjadi dalam sejarah. Hal ini menunjukkan

kalau sejak terjatuhnya manusia ke dalam dosa, Allah telah

10 Brueggemann, 217.11 George W. Peters, A Biblical Theology of Missions. 101.

Page 8: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

merancang sebuah rencana penyelamatan secara universal. Ia adalah

aktor utama penggagas rencana keselamatan tersebut.

Walter C. Kaiser, Jr. juga melihat dalam Kej. 12:3 sebagai

sebuah “Amanat Agung”12 Perjanjian Lama yang harus dikenali dan

digali maknanya. Teks ini mengandung pesan mengenai tujuan dan

rencana Allah untuk mencurahkan kasih karunia dan berkat kepada

setiap orang di muka bumi ini. Ini adalah sebuah babak baru dalam

rencana agung keselamatan dari Allah kepada manusia setelah

peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa. Selain itu ayat ini

secara tersirat mengungkapkan suatu janji yang bukan saja kepada

Abraham tetapi juga janji kepada semua keturunannya (bangsa-

bangsa). Edmund Woga melihat hal ini sebagai ziarah sentripetal

bangsa Israel.13 Ditegas kembali oleh Bosch, kalaupun ada

misionaris di dalam Perjanjian Lama maka Dia adalah Allah sendiri

yang sebagai perbuatan eskhatologisnyayang par excellence akan

membawa bangsa-bangsa untuk menyembah-Nya bersama-sama umat

perjanjian-Nya.14

12 Walter C. Kaiser, Jr. Mission in the Old Testament; Israel as a Light to the Nations (GrandRapids, Baker Books, 2001), 7.13 Edmund Woga, CSsR. Dasar-Dasar Misiologi (Yogyakarta: kanisius, 2002), 64.14 Bosch, 27.

Page 9: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

“Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan

mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum

di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej. 12:3). Kejadian 12

memperkenalkan sebuah zaman baru di dalam sejarah keselamatan –

sejarah yang bersifat khusus dalam metode, tetapi bersifat

universal dalam hal janji, rancangan dan dampak.15 Dari ayat

tersebut dapat teridentifikasi sedikitnya ada 4 pihak yang

terlibat di dalam misi:

1. “Aku” mengacu kepada Allah sebagai inisiator misi.

2. “engkau” mengacu kepada Abraham sebagai orang pilihan Allah

untuk melaksanakan misi-Nya.

3. “orang-orang yang memberkati dan yang mengutuk” mengacu

kepada setiap orang yang berinteraksi dengan Abraham.

4. “semua kaum di muka bumi” mengacu kepada universalitas

jangkauan janji Allah melalui Abraham.

Di sini terlihat bahwa sedikitnya ada tiga lapisan misi

15 George W. Peters, A Biblical Theology of Missions. 107.

Allah

Orang yangMemberkati&

Page 10: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

= arah proses tindakan misi keselamatan

Jadi Allah sebagai pemrakarsa dari rencana keselamatan ini dan

memilih Abraham, Abraham menjadi perpanjangan tangan Allah untuk

orang-orang yang berada di sekitarnya, dan kemudian berdampak

luas bagi semua kaum di muka bumi. Allah dalam teks tersebut di

atas adalah Allah missioner yang berkarya secara aktif atas

seluruh bumi. Maksud pemilihan Allah kepada Abraham bukanlah

bersifat ekslusif melainkan melalui Abraham maksud rencana

penyelamatan Allah bagi seluruh bumi disebarkan. Di sini terdapat

jaminan, bahwa pekerjaan penyelamatan itu akan meluas secara

aktif dan dinamis sehingga mencapai “kebesaran dalam jumlah” dan

“keluasan dalam lingkup pencapaian” yaitu meliputi semua kaum di

muka bumi.16 Panggilan Abraham adalah awal pembuktian yang akan

menyingkap takdir sejarah.17 Janji Allah kepada Abraham dengan

16 Y. Tomatala, Penginjilan Masa Kini ( Malang, Gandum Mas, 2002), 14.17 A. Naftallino, Teologi Misi; Misi di Abad Postmodernisme Tantangan Autentisitas Injil di Abad Modern (Bekasi: Logos, 2010), 25.

Semua kaum dibumi

Page 11: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

membuatnya menjadi bapak segala bangsa menjadi tonggak awal

rencana penyelamatan atas semua manusia(universal).

Israel Sebagai Mitra Allah dalam Misi

Motif lain yang muncul dalam Perjanjian Lama mengenai misi

adalah peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah perbudakan

menuju Tanah Perjanjian yaitu Kanaan. Kaiser mengatakan bahwa

pemilihan Israel dimaksudkan untuk memainkan peran mereka sebagai

Imamat Rajani18 bagi bangsa-bangsa yang berada di sekitar mereka.

“…kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus…”

(Kel 19:5-6). Fungsi Israel dipanggil bukan hanya menjadi pelayan

Allah yang mendedikasikan diri untuk melayani Allah tetapi juga

menjadi sebuah bangsa yang melayani bangsa-bangsa yang lain

sepanjang waktu.19 Pembebasan yang Allah lakukan terhadap Israel

bukan semata-mata ingin membuktikan Israel sebagai umat pilihan

Allah tetapi di balik semua peristiwa pembebasan itu ada tugas

dan tanggung jawab yang diemban oleh bangsa Israel yaitu

(berdampak) misi untuk keselamatan bangsa-bangsa. David J. Bosch

mengatakan bahwa maksud pemilihan ini adalah “pelayanan” dan

18Walter C. Kaiser, Jr. Mission in the Old Testament; Israel as a Light to the Nations, 23.19 Kaiser, 57.

Page 12: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

apabila hal ini disangkal, pemilihan itu kehilangan maknanya.20

Tuhan memberikan pengetahuan tentangNya kepada Israel, sehingga

akhirnya semua bangsa akan belajar keadilan dan akan bergaul

dengan Tuhan. Sedangkan Arie de Kuiper mengatakan kalau Israel

pertama-tama bukanlah objek pemilihan Allah, melainkan subyek

dalam pelayanan yang diminta oleh Allah atas dasar pemilihan

itu.21 Israel dipanggil untuk menjadi agen berkat Allah kepada

bangsa-bangsa.

Peran Israel sebagai umat pilihan Allah jauh melampaui

kewajiban Israel untuk melakukan keadilan di dalam tindakannya

dan menjaga kekudusan dalam hidupnya. Brueggemann malah melihat

bahwa Israel dikatakan memiliki sebuah peran, sebagai bagian dari

panggilan dan takdirnya demi kemaslahatan dunia.22 Melalui Israel

memungkinkan sebuah persekutuan yang baru dan pemulihan hubungan

antara Yahweh dan dunia. Artinya, Israel memiliki tanggung jawab

dan kepentingan yang besar bagi segenap ciptaan. Brueggemann juga

mengatakan “Israel adalah komunitas yang ditempatkan (diciptakan)

20 David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi Yang Mengubah dan Berubah (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2006), 26.21 Arie De Kuiper, Missiologia (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2008), 20.22 Walter Brueggemann, Theology of The Old Testament; Testimony, Dispute, Advocacy (Minneapolis, Fortress Press, 1997), 430.

Page 13: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

di dunia sehingga ada keadilan untuk disaksikan di dunia.”23

Maksud pemanggilan dikarenakan dan disejajarkan dengan krisis

dunia, sebuah krisis karena dunia dan seluruh ciptaan berada di

bawah kutukan dosa. Israel sebagai cerminan yang khas dan

representative yang menggambarkan kecondongan utama Israel

sebagai saksi, dan tanda-tanda pengenal khas Yahweh, sebagaimana

Ia hidup di dalam dan melalui kesaksian Israel.24 Dalam buku Studies

on the Second Part of the Book of Isaiah, Harry Orlinsky dan Norman Snaith juga

mengatakan bahwa maksud pemilihan Israel dan pemulihan bangsa yang

dilakukan Yahweh setelah peristiwa pembuangan adalah misi.25

Jadi jelas kalau pemilihan Israel bukan tanpa sebuah maksud

dan tujuan Misi. karenanya ada keistimewaan sekaligus tanggung

jawab yang harus diperankan oleh bangsa itu. Israel di tempatkan

di tengah-tengah, di antara Allah dengan bangsa-bangsa sebagai

perantara dan mediator bagi segala bangsa. Yahweh memanggil

Israel dalam kasih karunia agar menjadi mitra yang istimewa untuk

maksud keselamatan. Pada akhirnya keselamatan bangsa-bangsa bukan

Yahudi dipercayakan pada hidup dan karya Israel. Israel dibentuk

23 Brueggemann, 421.24 Brueggemann, 205.25 Lihat Harry M. Orlinsky and Norman H. Smith. Studies on the Second Part of the Book of Isaiah (Leiden: E.J. Brill 1967).

Page 14: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

dan dianugerahi menjadi perjanjian bagi umat manusia (Yes 49:8)

dan bangsa.

Nabi Sebagai Mitra Yahweh dalam Misi

Kerangka kerja Allah dalam misi penyelamatan tidak hanya

terbatas pada pribadi Abraham dan pemilihan bangsa Israel. Allah

secara sadar memilih nabi-nabi-Nya untuk menyempaikan pesan

pertobatan dan keselamatan di dalam nama Yahweh kepada bangsa-

bangsa bukan Yahudi. Terlihat dasar yang sama dalam proses, makna

dan tujuan, Allah yang mengutus mengawali pengutusan-Nya dengan

memanggil pribadi yang akan diutusnya. Sebut saja Yunus, Yoel,

Amos, Mikha, Yesaya, Yeremia, dan Zakaria, mereka dipilih oleh

Allah secara pribadi untuk menjadi saksi bagi bangsa-bangsa dalam

suatu pertemuan yang begitu pribadi. Dalam hal panggilan dan

pengutusan, Allahlah yang menjadi actor utama. Tugas mereka bukan

hanya menyampaikan nubuatan-nubuatan yang akan terjadi di masa

depan namun juga memberitakan kabar keselamatan dan belas kasihan

di dalam Yahweh. Yakob Tomatala melihat setidaknya terdapat tiga

sifat pekerjaan nabi dalam hubungannya dengan misi Allah;26

Historical, yaitu yang berkenaan dengan sejarah.

26 Yakob Tomatala, 16-17.

Page 15: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

Eksistensial, yaitu yang berporos pada Allah sebagai

kenyataan asasi. Dan

Prophetical, yaitu yang berkenaan dengan janji hari ini dan

masa depan.

Allah sama pedulinya terhadap bangsa-bangsa bukan Yahudi

seperti halnya terhadap Israel. Brueggemann mengatakan kalau

pribadi manusia adalah pribadi dalam relasi dengan Yahweh, yang

hidup dalam suatu mutualis yang intensif dengan Yahweh.27 Hal ini

menyiratkan perbedaan yang jelas antara kemitraan Yahweh dengan

Israel. Hubungan atau relasi antara pribadi manusia dan Yahweh

dinilai dari persesuaian antara karakter keduanya tetapi tidak

merusak ketidaksejajaran antara Yahweh dan pribadi manusia.

Pribadi manusia diperintahkan, justru karena kodratnya sebagai

mahluk ciptaan untuk melakoni kehidupan demi keselamatan dunia.28

Bangsa-Bangsa Sebagai Mitra Misi Yahweh

Selain sebagai target karya misi Yahweh, bangsa-bangsa juga

secara tidak langsung menjadi mitra bagi Yahweh dalam karya

keselamatan. Kata Bangsa-bangsa (Ibr: kol goye) dalam Kej. 18:18;

26:4 dan 28:14. juga berlaku kepada bangsa di luar Yahudi. Tidak

27 Brueggemann, 453.28 Brueggemann, 454.

Page 16: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

dapat dikatakan bahwa pesan keselamatan hanya ekslusif kepada

orang Yahudi dan bangsa Israel saja. Orang Israel dan non-Israel

memiliki derajad yang sama untuk menerima kabar baik. Kenyataan

ini sepertinya berlawanan dengan tugas yang diemban Israel

sebagai mitra Yahweh bagi keselamatan atas bangsa-bangsa (Mzm

96:10). Namun bagaimanapun Yahweh adalah Allah yang berdaulat

untuk menentukan cara-Nya menyelesaikan misi keselamatan atas

dunia ini. Brueggeman menyebut hal ini dalam pandangan bahwa

bangsa-bangsa adalah subjek kedaulatan Yahweh dan Yahweh mejalin

relasi dengan mereka dalam kebebasan dan kegairahan.29 Bosch juga

melihat hal ini sebagai sesuatu yang sangat provokatif dan

menerobos perbatasan30 di mana peran bangsa-bangsa bukan Yahudi

menggantikan posisi bangsa Yahudi dalam pekerjaan misi. sifat

universalitas keselamatan ini tercatat pada pasal-pasal pertama

29 Brueggemann, 493. Kebebasan Yahweh menyata dalam dua matra jejaring menyangkut sejarah dan nasib akhir bangsa-bangsa. Pertama, Yahweh dalam kebebasan memiliki kekuatan, kekuasaan, dan kemampuan untuk merekrut bangsa-bangsa demi tujuanNya sendiri, bahkan apabila tujuan-tujuan tersebut tidak dimaksudkan oleh bangsa-bangsa itu atau bahkan seandainya tujuan-tujuan itu bertentangan dengan harapa Israel. Demikianlah, bangsa-bangsa itu dipaksa untuk melayani kepentingan Yahweh, baik untuk menghukum Israel. Kedua kebebasan Yahweh tampak dalam kapasitasNya, tandas kesaksian Israel yang tidakdiminta, untuk membinasakan bangsa-bangsa termasuk para penguasa adidaya.30 Bosch, 46. Bosch menulis pernyataan ini dalam konteks Perjanjian Baru tetapi Penulis mengambil kutipan ini dengan alas an bahwa konteks Yesus melayani bangsa-bangsa Non Yahudi pada masa itu juga sebagai reaksi atas keekslusifan bangsa Israel terhadap bangsa non Yahudi.

Page 17: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

kitab Perjanjian Lama di mana Yahweh mengikat perjanjian-Nya

dengan seluruh ciptaan setelah kejadian air bah (Kej. 1-11).

Perhatian Yahweh diarahkan kepada seluruh umat manusia dan

ciptaan-Nya. Arie de Kuiper juga melihat bahwa kekuasaan Tuhan

meliputi seluruh bumi, barulah diakui oleh umat Israel, tetapi

kelak akan diakui oleh umat manusia; itulah harapan Perjanjian

Lama.31

Bangsa-bangsa sebagai mitra misi bagi Yahweh oleh

Brueggemann berfungsi sebagai batu sandungan terhadap

partikularitas Israel, terhadap perhatian perhatian Israel atas

dirinya sendiri dan terhadap ideology Israel yang tampil sebagai

kesaksian.32 Memang tidaklah mudah bagi bangsa-bangsa bukan

Yahudi untuk tampil dan menjalankan fungsi ini namun mereka mesti

merintis jalan mereka sesuai dengan rencana Allah. Kisah mengenai

Ismael dan Esau dalam Kej. 12-36 menggambarkan bagaimana ada

suatu penetapan batas bagi bangsa-bangsa berhadapan dengan

realitas Israel sebagai umat pilihan di satu sisi dan di sisi

31 Kuiper, 21.32 Brueggemann, 499.

Page 18: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

yang lain mereka juga adalah bangsa yang mesti diberkati dan

diperkaya seturut dengan janji Yahweh.

Ciptaan Sebagai Mitra Yahweh Dalam Misi

Secara tidak tersirat Yahweh telah merancangkan bagi diri-

Nya segala sesuatu yang berkaitan dengan Misi. Akhir dari

peristiwa penciptaan yang Allah lakukan, Ia melihat bahwa hasil

ciptaan-Nya baik dan sempurna (Kej. 1:25,31). Pernyataan umum

diri Yahweh tampak dalam setiap ciptaan yang berawal pada kisah

penciptaan dalam Kej. 1-2. Pasal ini juga mengandung sebuah

mandat atas semua ciptaan dalam berbudaya. Yahweh pun dengan

bebas memilih dan memanggil ciptaan-Nya untuk melaksanakan

panggilan-Nya. Ciptaan, jejaring organism hidup yang menyediakan

suatu konteks yang dapat dihidupi dan menjadi “rumah” bagi

masyarakat manusia merupakan hasil akhir dari kebebasan Yahweh

untuk berdaulat dan dermawan.33 Pada saat Allah menciptakan dunia

dan isinya dari ketiadaan Allah telah menata sedemikian rupa

dalam kedaulatan-Nya sehingga memungkinkan kehidupan. Untuk

memberi dasar dan dukungan bagi pelaksanaan misi Allah maka Allah

33 Brueggemann, 528.

Page 19: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

menguduskan diriNya “Sabat Penciptaan”34 yang di dalamnya Allah

sendiri mengikat perjanjian berkat bagi semua ciptaanNya. Dari

peristiwa ini mengindikasikan suatu rencana misi Allah yang bukan

saja hanya terhadap Adam sebagai manusia pertama tetapi juga

kepada seluruh ciptaan dalam suatu perjanjian. yang di dalamnya

Allah sendiri mengikat perjanjian berkat bagi semua ciptaanNya.

Dari peristiwa ini mengindikasikan suatu rencana misi Allah yang

bukan saja hanya terhadap Adam sebagai manusia pertama tetapi

juga kepada seluruh ciptaan dalam suatu perjanjian. Yakob

Tomatala mengindikasika beberapa hal yang berkaitan antara

ciptaan dengan pelaksanaan misi Allah;35

Sebagai pencipta, Ia pemberi berkat, Allah adalah jaminan

berkat bagi misiNya.

Sebagai pencipta, Ia pemberi berkat, Allah adalah pelaksana

berkat bagi misiNya.

Sebagai pencipta dan pemberi berkat, Allah adalah kenyataan

berkat bagi misiNya.

Sebagai pencipta dan pemberi berkat, Allah mengarahkan berkat

misiNya kepada ciptaanNya.

34 Tomatala, 6.35 Tomatala, 6.

Page 20: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

Bosch juga melihat bagaimana pesta-pesta alam seperti pesta-pesta

buah sulung dan pesta panen, sesuai dengan logika ini, setahap

demi setahap diubah menjadi pesta-pesta peristiwa historis

artinya pesta-pesta alam menjadi perayaan-perayaan berbagai

perisiwa dalam sejarah keselamatan.36

Penutup

Kalau banyak pihak menyatakan Perjanjian lama tidak dapat

menjadi dasar untuk membangun sebuah teologi misi, itu adalah

sebuah kesalahan. Janji keselamatan dan rancangan misi Allah

secara konsisten mengalir dari mulai peristiwa penciptaan sampai

pada kegenapan janji keselamatan itu. Alkitab telah mencatat

bagaimana fakta misi penyelamatan yang Allah lakukan mengalir

dalam sejarah. Perjanjian lama seperti menjadi perintis jalan

bagi sejarah keselamatan yang universal bagi seluruh umat

manusia. Bosch mengutip perkataan dari Thomas Ohm dalam magnum

opus-nya – adalah pesannya (Perjanjian Lama) mengenai

pemerintahan Allah sebagai sesuatu yang “sepenuhnya bersifat

36 Bosch, 25.

Page 21: Konsep Misi Dalam Masyarakat Pluralistik

keagamaan, supranasional, berasal dari dunia yang lain, sama

sekali rohani dan batin.37

37 Bosch, 29.