KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM PARADIGMA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) DAN IMPLEMENTASINYA DALAM JENJANG PERKADERAN HMI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S1) dalam Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah Oleh : ARYANDA PUTRA NIM : 1316.014 DOSEN PEMBIMBING : H. BUSTAMAR, S.Ag, MH PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI 2020 M / 1441 H
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM PARADIGMA HIMPUNAN
MAHASISWA ISLAM (HMI) DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
JENJANG PERKADERAN HMI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S1) dalam Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah
Oleh :
ARYANDA PUTRA
NIM : 1316.014
DOSEN PEMBIMBING :
H. BUSTAMAR, S.Ag, MH
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2020 M / 1441 H
ABSTRAK
Skripsi ini ditulis oleh Aryanda Putra, NIM 1316.014, Program Studi
Hukum Ketatanegaraan, Fakultas Syariah. Skripsi ini berjudul “Konsep
Kepemimpinan dalam Paradigma Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan
Implementasinya dalam Jenjang Perkaderan HMI”. Arti dari judul penulisan
skripsi ini adalah penulis ingin menjelaskan tentang Konsep Kepemimpinan dari
sudut pandang organisasi mahasiswa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan
bagaimana implementasinya dalam dunia perkaderan di HMI.
.
Adapun motivasi penulis membahas permasalahan ini adalah karena Fakta
bahwa keberadaan dan kiprah para kader organisasi Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) sebenarnya sudah sedemikian nyata. Bahkan, untuk sekarang data
menyatakan sebagian besar pemimpin negara pada hari ini adalah orang-orang
yang pernah menjadi kader dari organisasi mahasiswa Islam ini. Dalam konteks
kebangsaan maka wajar karena tujuan HMI adalah mencetak kader yang harus
merasa bertanggungjawab untuk terlibat diberbagai bidang, seperti organisasi
politik. di dalam anggaran dasar HMI di sana telah dijelaskan mengenai tujuan
pembentukan organisasi ini. Hal tersebut seperti yang telah disebutkan dalam
Anggaran Dasar HMI pada Bab III pasal 4 tentang Tujuan HMI. Pembentukan
kader dan pemimpin yang berkualitas, tentu tidak terlepas dari konsep
kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi, dan implementasi konsep yang
dimaksud dalam proses perkaderan. Sebagai sebuah organisasi yang sudah banyak
melahirkan pemimpin bangsa dalam berbagai sektor kehidupan. Tentunya HMI
mempunyai konsep kepemimpinan yang di internalisasikan kepada para kader
dalam berbagai jenjang perkaderan, mulai dari Basic Training (LKI), Intermediate
Training (LKII), maupun Advance Training (LKIII), ataupun berbagai bentuk
perkaderan lainnya yang ada di HMI. Dan hal ini secara akademis tentu menarik
dikaji dan diteliti secara lebih mendalam.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan ialah penelitian kepustakaan
(library research) yang bersifat deskriptif (mendeskripsikan suatu konsep). Dalam
pengumpulan data, penelitian ini menggunakan sumber-sumber terkait Himpunan
Mahasiswa Islam (buku, jurnal, artikel) sebagai metode pengumpulan data.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang konsep
kepemimpinan dalam paradigma HMI dan mengetahui bagaimana
implementasinya dalam dunia perkaderan di HMI.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Konsep kepemimpinan
yang ada di HMI adalah: “Kepemimpinan Islamis, Intelektual, Profesional”.
sebagai padanan (equivalent) dan tafsiran dari kesimpulan Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan sebagai ideologi HMI yaitu “Iman, Ilmu, Amal”.
Kata Kunci: Kepemimpinan, HMI, Perkaderan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi
ini dapat selesai dengan baik. Sungguh tiada kekuatan dan daya upaya tanpa
kehendak-Nya.
Shalawat dan salam peneliti ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah meninggalkan dua pedoman hidup menuju jalan yang di ridhai Allah SWT
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S-1 dalam Program Studi Hukum
Ketatanegaraan. Dalam penulisan skripsi ini penetili banyak memperoleh bantuan
dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh
karena itu peneliti ingin mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada
keluarga peneliti yang senantiasa memberikan motivasi, semangat dan
pengorbanan lainnnya yang tampa kena lelah untuk masa depan dan kehidupan
LK 2 kamu akan banyak mendapat materi, pengalaman, ketegangan baru, serta
memelajari bagaimana cara berdialektika yang baik, dan LK2 adalah forum
Latihan Kader yang bertaraf Nasional. Ketiga, LK3, training formal ini
merupakan Training tertinggi dalam jenjang pendidikan kader HMI.4
Peran HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang cukup matang
melakukan kaderisasi semakin dinanti perannya. Kaderisasi harus benar-benar
menelorkan agen-agen perubahan (agen of change) yang memiliki lima
kualitas insan cita, yaitu insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan
islami dan insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhai Allah SWT . Menurut “Agussalim Sitompul”, kader
yang memiliki lima kualitas insan cita itu akan menjadi kader yang ideal, yaitu
Muslim intelektual profesional.5
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berazas dan berpahaman
bahwa Islam menjadi dasar pijakan dalam berorganisasi, hal itu tentunya
bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
akademisi yang baik, serta pemimpin yang aktif di masyarakat dan
berkarakteristik menjaga nilai nilai yang Islami berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadist. Itu Melekat pada diri kader HMI Sebagai wujud implementasi dari
Nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP HMI) sebagai ideologi organisasi.6
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI merupakan kitab atau buku
yang berisi kumpulan nilai dasar perjuangan yang harus terinternalisasi
4 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil,........,hlm.382 5 Agussalim Sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI Suatu Kritik dan Koreksi untuk
Desember 2019), hlm.212. 57 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan,....,hlm.6. 58 Sulthon Syahril, Teori-Teori Kepemimpinan,.................,hlm.212. 59 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, .........,hlm.33.
pengaruh dari aliran prilaku pemikir psikologi. Adalah suatu kenyataan
yang dapat diterima bahwa ssifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruh nya
dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai lewat suatu pendidikan dan
pengalaman.60
Dalam literatur lainnya teori sifat ini berpandangan bahwa pemimpin
adalah seseorang yang mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu yang
membedakan dengan yang bukan pemimpin.61
Menurut Aspizain Chaniago ada 5 karakteristik yang utama menurut
teori ini, yaitu : pertama; percaya diri, kedua; empati, ketiga; ambisi,
keempat; kontrol diri, kelima; rasa ingin tahu. Dan teori ini mengatakan
bahwa anda dilahirkan sebagai pemimpin dan bahwa kepemimpinan tidak
dapat dipelajari.62
3. Teori Kelompok
Teori kelompok dalam kepemimpinan ini memiliki dasar
perkembangan yang berakar pada psikologi sosial. Teori pertukaran yang
klasik membantunya sebagai sebagai suatu dasar yang penting bagi
pendekatan teori kelompok. Teori kelompok ini beranggapan bahwa, supaya
kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, harus terdapat suatu pertukaran
yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.63
Proses tukar-menukar tersebut menjadikan semua pihak merasa
dihargai dan mendapatkan sesuatu yang tidak dimilikinya. Upaya tersebut
60 Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen,......,hlm.32. 61 Wibowo, Prilaku Dalam Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.267. 62 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan,......,hlm.7. 63 Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen,.......,hlm.34.
dilakukan dengan cara mengembangkan kebiasaan perilaku seorang
pemimpin sehingga berpengaruh terhadap anggota dalam keikutsertaan
berbagai kebijakan pemimpin. Proses sosial antara pemimpin dan yang
dipimpin berlangsung terus-menerus karena setiap pihak merasa
memperoleh keuntungan bersama. Pemimpin mendapatkan respons positif
dari anggotanya, sehingga kebijakannya dapat terealisasi dan anggota
menerima bimbingan dan arahan dari pimpinannya guna terpenuhi
kebutuhannya.64
4. Teori Sosial
Teori ini mengedepankan pendapat nya bahwa “Leader is made and
not born”( pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya Kodrati atau dari
lahir). Teori ini berpandangan bahwa setiap orang mempunyai potensi yang
sama untuk menjadi pemimpin atau bakat untuk menjadi pemimpin, hanya
saja faktor lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi
tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang disebut
dengan faktor “ajar” atau “latihan”.65
Pandangan teori ini menyatakan bahwa setiap orang dapat dididik,
diajar, dan dilatih untuk menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang
memiliki potensi untuk menjadi pemimpin. Meskipun dia bukan merupakan
atau berasal dari keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja,
64 S. Pamudji, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, (Jakarta: PT. Bumi Askara,
1986), hlm.152. 65 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan,.....,hlm.6
asalkan dapat dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin. Artinya
teori ini adalah kebalikan atau antitesis dari teori pertama.66
5. Teori Ekologis
Teori ini mengatakan bahwa seseseorang hanya akan berhasil menjadi
pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan
pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.67
Atau bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan,
dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha
pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.68
6. Teori Situasional
Teori ini menkannkan bahwa pemimpin muncul dalam situasi yang
berbeda untuk menyesuaikan perbedaan kebutuhan dan lingkungan.
Teori ini dikembangkan lebih dulu oleh Blanchard dan Hersey
(1976), yang mengatakan bahwa pemimpin itu perlu memiliki perbedaan
untuk menyesuaikan kebutuhan dan maturitas pengikut. Pemimpin perlu
mengembangkan gaya kepemimpinan dan dapat mendiagnosa yang mana
pendekatan yang sesuai untuk digunakan pada suatu situasi.69
D. Gaya Kepemimpinan dan Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu perwujudan dari tingkah laku seorang
pemimpin yang menyangkut kemampuan nya dalam memimpin.
66 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan,....,hlm.6. 67 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimp.............,hlm.6. 68 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,.........,hlm.34. 69 Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan,....,hlm.7.
Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar,. Ketiga pola dasar dalam
gaya kepemimpinan tersebut adalah:
1. Gaya kepemimpinan yang pola nya mementingkan pelaksanaan tugas secara
efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal.
2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan
kerja sama.
3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai
dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok/organisasi.70
Berdasarkan ketiga tipe tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan yang
berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari delapan tipe pokok
kepemimpinan, yaitu:
1. Tipe Karismatik
Menurut Truskie, karisma dapat didefinisikan sebagai gabungan dari
pesoan dan daya tarik pribadi yang berkontribusi terahadapo kemampuan
luar biasa untuk menjadikan orang lain mendukung visi dan misi anda dan
juga bersemangat mempromosikannya.71
Tipe pemimpin karismatis ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan
pembawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal
yang bisa dipercaya.72
70 Hadari Nawawi, M.Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2006), Cet-5, hlm.83-84. 71 Sutarto Wijono, Kepemimpinan Dalam Perspektif Organisasi,........,hlm.95. 72 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,..........,hlm.81.
2. Tipe Paternalistik
Yaitu tipe kepemimpinan kebapakan, yang menganggap bawahannya
belum dewasa dan masih perlu diawasi. Karenanya, seseorang yang
memiliki karakter kepemimpinan seperti ini hampir tidak pernah
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif dan kesempatan
untuk bawahannya mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka
sendiri.73
3. Tipe Militeristik
Tipe ini menggunakan sistem komando dengan menghendaki
kepatuhan mutlak dari bawahan serta sangat menyenangi formalitas. Tipe
ini jugaa tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan. Perlu
diketahui bahwa tipe ini tidak lah sama dengan kepemimpinan organisasi
militer.74
4. Tipe Otokratik (Outhoritative, Dominator)
Tipe kepemimpinan ini menempatkan keuasaan ditangan satu orang.
Pemimpin bertidak sebagai penguasa tunggal.75 Kepemimpinan tipe ini
berlangsung dalam bentuk “working on his group” karena pemimpin
menempatkan dirinya diluar anggota kelompoknya. Tipe ini menunjukkan
prilaku yang dominan berupa perilaku kepemimpinan otokrasi dan otokrasi
yang disempurnakan.76
73 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,..........,hlm.82. 74 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,..........,hlm.82. 75 Veithzal Rivai, Dedy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:
Kepemimpinan dijalankan tanpa berbuat sesuatu pun, karena untuk
bertanya atau tidak ( kompromi) tentang sesuatu rencana keputusan atau
kegiatan, tergantung sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin.77
Artinya, Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan
penuh pada orang-orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dalam
melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing,
baik secara perorangan maupun kelompok-kelompok kecil. Pempimpin
hanya memfungsikan dirinya sebagai simbol.78
6. Tipe Populistis
Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisional. Profesor Peter Worsley dalam bukunya “The
Third World” mendefenisikan kepemimpinan populistis sebagai
kepemimpianan yang dapat yang dapat membangun solidaritas rakyat.79
7. Tipe Administratif atau Eksekutif
Tipe ini adalah tipe kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan
tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedang para pemimpinnya terdiri
dari teknokrat dan administratur-administartur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan.80
77 Hadari Nawawi,M.Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif,.......,hlm.98. 78 Veithzal Rivai, Dedy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi,........,hlm.36. 79 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,..........,hlm.85. 80 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,......,hlm.85.
8. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama
dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Tipe ini diwujudkan
dengan dominasi prilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan prilaku
gandrung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok.81
Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang
dipimpinnya sebagai subjek yangmemiliki kepribadian dengan berbagai
aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah
pikiran, pendapat, kreativitas, inisiatif yang berbeda-beda dan dihargai
disalurkan secara wajar.82
E. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai fungsi terentu yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Fungsi kepemimpinan di dalam organisasi militer berbeda
dengan fungsi kepemimpinan organisasi keislam, oeganisasi bisnis dan
pendidikan pasti berbeda tujuannya.83 Secara umum kepemimpinan
mempunyai pola dasar yang sama, meliputi:
1. Menciptakan visi:
Visi adalah apa yang diimpikan, keadaan masyarakat yang dicita-
citakan, apang yang ingin dicapai oleh pemimpin dan para pengikutnya
dimasa yang akan datang.
81 Hadari Nawawi,M.Martini Hadari, Kepemimpinan Yang Efektif,......,hlm.100. 82 Veithzal Rivai, Dedy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi,.......,hlm.37. 83 Umi Din Nurzanah Br, Sembiring, Kepemimpinan Ugama Malim Ditinjau Dari
Perspektif Islam Didesa Huta Tinggi Kecamatan Lguboti Balige, Toba Samosir, ( Medan :
2008) hlm.23.
2. Menciptakan perubahan:
Seorang pemimpin merupakan agen perubahn yang mampu
memciptakan perubahan ecara terus-menerus. Ia harus memiliki
kemampuan dan menciptakan terobosan (Breakthough) kearah kemajuan.
3. Memotivasi Pengikut:
Sebagi besar teori kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi dan tugas
pemimpin adalah memotivasi diri sendiri dan para pengikutnya. Memotivasi
para pengikut merupakan upaya yang memerlukan pemimikiran sistematis
mengenai kedaan para pengikut dan teknik motivasi yang digunakan. Dalam
kepemimpinan traksional motivasi ekstrinsik (motivasi yang berasal diluar
pengikut) yang banyak dilakukan pemimpin transformasional, motivasi
intrisik (motivasi yang berasl dari diri pengikut) banyak dilakukan
pemimpin.
4. Memperdayakan Pengikut:
Istilah pemberdayan (empowerment) berbeda dengan pengembangan
organisasi (organization develoment), mempunyai cakupan yang luas.
Pemberdayaan merupakan salah satu aspek pengembangan organisasi yang
menyangkut sumber daya manusia. Thomas pemberdayaan bertujuan untuk
membentuk manusia yang mempunyai karakteristik, memiliki kemampuan
melakukan sesuatu dan pandangan dunia serta konsepdiri yang matang.
Akhirnya pemberdayaan membuat para pengikut mampu memvisikan
kesuksesan, instrasi fleksibel dan daya pegas personal.
5. Mewakili Sistem Sosial:
Seorang pemimpin mewakili sistem sosial/kelompok yang
dipimpinnya, dalam pimpinan sosial pemimpin melaksanakan peran
pemimpin yang melingkupi peran interpersonal, peran informasional dan
peran pembuatan keputusan.
6. Manajer Konflik:
Konflik merupakan proses pertentangan yang diekspriasikan diantara
kedua belah pihak atau lebih, yang saling bertanggung jawab atas aspek
konflik, menggunakan pola prilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan
keluaran konflik. Pemimpin harus mengetahui terlebih dahulu sebelum
memanajemeninya.
7. Membelajarkan Organisasi:
Pemimpin bertugas untuk mengembangkan otganisasi dan anggota
organisasi secara terus menerus agar mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakat yang dilayani.84
F. Konsep Kepemimpinan Islam
Berkaitan tentang konsep kepemimpinan dalam Islam, ada satu
ungkapan di dalam kamus Lisanul Arab disebutkan bahwa kata qaud adalah
kebalikan dari kata sauq. Ungkapan yaqudu ad-daabbah berarti memimpin
binatang dari arah depan, sedangkan ungkapan yasuqu as-saabbah berarti
menggiring binatang dari belakang. Pengertian secara etimologis ini
84 Umi Din Nurzanah Br, Sembiring, Kepemimpinan Ugama Malim,.......,hlm.23-35.
memberikan isyarat lembut yang intinya bahwa posisi seorang pemimpin
adalah didepan. Hal itu supaya ia menjadi penunjuk jalan kebaikan bagi
jamaahnya. Dan membimbing mereka kepada sesuatu kemaslahatan.85
Kepala keluarga adalah penanggung jawab terhadap pendidikan anak-
anaknya dan bertugas mengarahkan mereka agar menjadi orang-orang yang
shalih. Kepala institusi adalah penanggung jawab terhadap pengelolaan urusan-
urusanrrya sehingga bisa mencapai kesuksesannya. Dan seorang guru
bertanggung jawab terhadap murid- muridnya. Jika tidak demikian, niscaya
orang-orang yang tulus tidak mau mendukungnya dan hanya orang-orang
oportunis yang bertahan di sekelilingnya. Karena tidak ada orang waras yang
rela dipimpin oleh pimpinannya untuk menuju kepada kesesatan dan
kegagalan. Kecuali orang yang tertipu, oportunitis atau kalah pamor. Dan
ketika itulah kita berhak menyebut pimpinan semacam itu sebagai sa'iq
(penggiring) bukan qa'id (pemimpin).86
Ibnu Umar berkata : bahwa Rasulullah bersabda :
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab
terhadap kepemimpinannya. Seorang gubernur adalah pemimpinan
bagi rakyatnya dan bertanggung jawab tentang mereka. Seorang
wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan bertanggung jawab
atasnya. Pun seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan
bertanggtung jawab atasnya.”87
Abu Hatim berkata bahwa Sunah Rasulullah secara eksplisit
menegaskan setiap pemimpin yang bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
85 Sarbini MA, Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam, (Vol.9 No.2 Juli-
Desember 2013), hlm.19. 86 Sarbini MA, Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam,........,hlm.19. 87 Sarbini MA, Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam,........,hlm.19.
Jadi setiap orang menjadi pemimpin wajib mengontrol bawahannya secara
konsisten. Pemimpin umat adalah para ulama. Pemimpin para raja adalah akal
sehat. Pemimpin orang-orang shalih adalah ketaqwaan mereka. Pemimpin
pelajar adalah pengajarnya. Dan pemimpin anak adalah orang tuanya.
Sebagaimana penjaga wanita adalah suaminya dan penjaga budak adalah
tuannya. Maka setiap manusia yang menjadi pemimpin bertanggung jawab atas
kepemimpinanya.88
Berkaitan dengan kepemimimpinan, dalam Islam sudah dikenal sosok
suri tauladan yang baik tentang kepemimpinan tersebut. Rasulullah saw
merupakan sosok pemimpin yang mencontohkan kepemimpinan secara
sempurna. Allah swt dalam al-Qur’an memproklamirkan Rasulullah saw
sebagai teladan yang sempurna dalam melakoni kepemimpinan.89
Konsep kepemimpinan dalam Islam memiliki dasar-dasar yang sangat
kuat dan kokoh yang bukan saja dibangun dari nilai-nilai ajaran Islam, namun
telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW,
para Shahabat dan al-Khulafa' al-Rosyidin. Bersumber dari al-Qur'an dan al-
Sunnah, Berkembang dinamis karena dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik
dan budaya. Ketika di Madinah Nabi Muhammad SAW mempunyai peran
ganda, sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai hakim yang merupakan
manifestasi beliau sebagai Rasul utusan Allah SWT. Syari’at Islam menjadi
dasar tata pemerintahan pada waktu itu, yang selanjutnya sistem khilafah
Islam dipegang oleh seorang Khālifah, termasuk di dalamnya yang dikenal
88 Sarbini MA, Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam,...........,hlm.20. 89 Masniati, Kepemimpinan Dalam Islam, (Jurnal Al-Qadāu Volume 2 Nomor
1/2015), hlm.42.43.
sebagai al-Khulafa al-Rasyidin. Masa khilafah Islam ini berakhir bersamaan
dengan runtuhnya system kekhalifahan yang dihapus oleh Majelis Nasional
Turki (1924 M) yang pada waktu itu dipegang oleh Kemal at-Taturk.90
Sebelumnya dia juga telah sistem Kesultanan Turki (1922 M). Hal ini
ternyata menimbulkan dampak yang begitu besar pada sistem pemerintahan
negara yang secara struktural dan konstitusional berubah secara radikal.
Puncaknya adalah pernyataan Konstitusi Negara bahwa Republik Turki adalah
Negara Sekuler. Sekularisasi Turki yang ditandai dengan jatuhnya Imperium
Abāssiyah pada awal abad ke-20, ternyata memberikan wacana baru dalam
khasanah pemikiran Islam Kontemporer.91
Dan secara tidak langsung hal inilah yang melatar belakangi perdebatan
kontroversial seputar relasi Islam dan negara sampai saat ini. Salah satu
permasalahan yang cukup serius seputar relasi Islam dan Negara adalah
mengenai kepemimpinan dalam konteks kehidupan bernegara.
Terdapat sebuah kaitan antara Islam sebagai suatu rancangan yang
menyeluruh untuk menata kehidupan umat manusia, dengan politik sebagai
satu-satunya alat yang dipakai untuk menjamin ketaatan universal terhadap
rancangan tersebut.92 Konsep ini telah difahami oleh Nabi Muhammad SAW,
sebagai sebuah cara untuk membangun peradaban Islam dalam bidang Politik
Ketatanegaraan. Dan itu tampak pada keberhasilannya dalam meletakkan
90 Faisal Ismail, Islam Idealitas Ilahiyyah dan Realitas Insaniyyah, (Yogyakarta: Tiara
Wacana Group, 1999), Cet. ke-1, hlm. 157 91 Faisal Ismail, Islam Idealitas Ilahiyyah dan Realitas Insaniyyah,.......,hlm.123-124. 92 Hamit Enayat, Reaksi Politik Sunni dan Syi’i: Pemikiran Politik Modern
Menghadapi Abad Ke-XX, (Bandung: Pustaka, 1998), hlm.1.
landasan sebuah negara yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam pada masa
pemerintahan Islam waktu itu.
Islam sebagai agama universal, memiliki konsep kepemimpinan yang
dapat ditelusuri melalui sumber utama Islam; Al-Qur’an, Hadis, dan berbagai
Ijtihad para ulama. Ada beberapa konsep kepemimpinan Islam berdasarkan
sumber utama Islam tersebut, diantaranya:
1. Khalifah
Dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti
wakil. Namun kemudian mengalami pergeseran dengan masuknya kata amir
atau penguasa. Oleh sebab itu kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia
sering diasumsikan sebagai pemimpin formal. Akan tetapi, apabila merujuk
kepada firman Allah swt. Dalam surat al Baqarah ayat 30 yaitu:
أتجعل فيها من وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا
يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم ما لا
تعلمون
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(Q.S Al
Baqarah : 30)93
93Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2012), hlm.6.
Maka kedudukan nonformal dari seorang khalifah juga tidak bisa
dipisahkan lagi. Perkataan khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya
ditujukan kepada para khalifah sesudah Nabi, tetapi adalah penciptaan Nabi
Adam a.s. yang disebut sebagai manusia dengan tugas untu memakmurkan
bumi dan meliputi tugas menyeru orang lain berbuat amar ma'ruf dan
mencegah perbuatan mungkar.94
Sebagai khalifatullah yang memiliki jabatan Ilahiyah sebagai pengganti
Allah swt dalam mengurus seluruh alam. Dengan kata lain, manusia sebagai
khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan,
dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk makhluk
yang lain.95
Dengan Tugas dan tanggung jawab tersebut, itu menunjukan bahwa
manusia merupakan pemimpin, melaksanakan amanah kepemimpinan di
bumi sebagai tugas dari sang pencipta. Dalam kehidupan sosial, suatu
masyarakat tidak dapat dipisahkan dari sebuah kepemimpinan.96
Kepemimpinan dibutuhkan setiap hari, baik dalam lingkungan keluarga
atau rumah tangga, dalam pekerjaan di kantor atau di perusahaan, dan dalam
aktifitas-aktifitas kehidupan sosial lainnya dalam masyarakat.97
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa khalifah merupakan beban bagi umat
sepanjang pandangan syara’ untuk kemaslahatan akhirat dan dunia yang
94 Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Dasar Konseptualnya,
(Jurnal Al-Afkar, Vol. V, No. 1, April 2017), hlm.69. 95 Masniati, Kepemimpinan Dalam Islam,........,hlm.42. 96Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership: Membangun Super
Leadership Melalui Kecerdasan Spritual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 142-143. 97 Soedarsono Mertoprawiro, Kepemimpinan, (Jakarta: Mutiara, 1980), hlm. 9.
akan kembali lagi. Sebab hal yang bersifat duniawi menurut syara’
semuanya dapat diibaratkan untuk kemaslahatan akhirat. Maka dari sini
dipahami bahwa dalam hakekatnya khalifah adalah pengganti pemimpin
syari’at (Nabi Muhammad saw) dalam memelihara Agama dan dunia.98
2. Imam
Selain kata khalifah, konsep kepemimpinan dalam al-Qur’an juga biasa
disebut dengan kata Imam. Kata Imam merupakan derivasi dari kata Amma-
Ya’ummu yang berarti menuju, menumpu atau meneladani. Dari akar kata
yang sama, lahir juga kata yang antara lain adalah umm yang berarti Ibu dan
imam yang maknanya juga pemimpin, karena keduanya menjadi teladan,
tumpuan pandangan dan harapan. Ada juga yang berpendapat kata imam
pada mulanya berarti cetakan seperti cetakan untuk membuat sesuatu yang
serupa bentuknya dengan cetakan itu. Dari sini Imam diartikan teladan.99
Dalam Al-Qur’an kata imam di terulang sebanyak 7 kali atau kata
aimmah terulang 5 kali. Kata imam dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa
arti yaitu, nabi, pedoman, kitab/buku/teks, jalan lurus, dan pemimpin.100
Adapun ayat-ayat yang menunjukkan istilah imam antara lain:
والذین یقولون ربنا ھب لنا من أزواجنا وذریاتنا قرة أعین واجعلنا للمتقین
إماما
98 Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspektif Islam dan Dasar
Konseptualnya,......,hlm.70. 99 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan dan Kesan Keserasian al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, , 2004), Volume I, Cet. ke-2, hlm. 545. 100 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al- Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-
konsep Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm.205
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.(Al-Furqan: 74)
وإذ ابتلى إبراھیم ربھ بكلمات فأتمھن قال إني جاعلك للناس إماما قال
ومن ذریتي قال لا ینال عھد الظالمین
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku
Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".(Al-
Baqarah : 124)
وجعلناھم أئمة یھدون بأمرنا وأوحینا علیھم فعل الخیرات وإقام الصلاة
وإیتاء الزكاة وكانوا لنا عابدین
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami
wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka
selalu menyembah.(Al-Ambiya’: 73)
ونرید أن نمن على الذین استضعفوا في الأرض ونجعلھم أئمة ونجعلھم
الوارثون
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang
tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin
dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).(Al-
Qashas: 4)
Konsep imam dari beberapa ayat di atas menunjukkan suami sebagai
pemimpin rumah tangga dan juga nabi Ibrahim sebagai pemimpin
umatnya.Konsep imam di sini, mempunyai syarat memerintahkan kepada
kebajikan sekaligus melaksanakannya. Dan juga aspek menolong yang
lemah sebagaimana yang diajarkan oleh Allah swt.101
Abu Zahrah berpendapat bahwa imamah dan khalifah merupakan
kesamaan arti. Dia mengatakan “bahwa imamah juga disebut khalifah,
sebab orang yang menjadi khalifah adalah penguasa tertinggi bagi umat
Islam yang mengerti. Khalifah juga disebut imam, sebab para khalifah
adalah pemimpin yang wajib di ikuti.102
3. Ulil Amri
Selanjutnya digunakan pula istilah Ulil Amri yang satu akar dengan
kata Amir sebagaimana disebutkan di atas. Kata Ulil Amri berarti pemimpin
tertinggi dalam masyarakat Islam,103 seperti firman Allah swt dalam surat
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-
orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
seraya mereka tunduk (kepada Allah).109
5. Ra’in
Dalam hadis Rasulullah saw. Istilah pemimpin dijumpai dala kata
Ra'in, seperti dalam sebuah hadits ..... كلكمأ راع (Setiap orang diantara kamu
108 Muzammil, Konseptualisasi Kepemimpinan Islami,...........,hlm.264. 109 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, ........,hlm.117.
adalah pemimpin). Dari uraian al-Qur'an dan Hadis d atas hal yang dapat
digaris bawahi, adalah bahwa kepemimpinan Islam merupakan kegiatan
menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridloi
Allah swt.110
Teori tentang kemunculan seorang pemimpin dalam masyarakat Islam
tidak berbeda dengan teori umum yang berkembang sebagaimana telah
dikemukakan pada bagian awal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pandangan
utama dalam masyarakat Islam tentang siapa yang layak menyandang predikat
seorang pemimpin Islam sebagai agama yang tidak bebas dari sistem nilai
budaya tempat dimana Islam itu bermula. Banyak pakar yang beranggapan
bahwa Arab dan Islam memiliki hubungan yang sangat erat, keduanya saling
mempengaruhi sehingga sedikit banyak Islam dipengaruhi oleh Arab dan
demikian juga sebalikny Arab banyak dipengaruhi Islam.111
Dalam Kaitan ini, perlu dipahami mengapa tradisi Arab sebelum Islam
yang berkaitan dengan kepemimpinan masih melekat kuat dalam masyarakat
Arab. Masyarakat Arab Makkah percaya bahwa pemimpin itu lahir dari suku
yang paling utama, yakni suku Quraisy. Namun tidak hanya itu, mereka juga
mengakui consensus akan pengangkatan seorang pemimpin dalam masyarakat
Arab Islam, bahkan hingga kini, terbagi kepada dua hal. Pertama, Teori
keturunan (berdasarkan klan, qabilah),dan Kedua, Teori sosial (social
consensus).112
110 Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspekti,.....,.,hlm.72. 111 Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspekti,.....,hlm.75. 112 Maimunah, Kepemimpinan dalam Perspekti,.....,hlm.75.
Kedua fenomena ini dapat dijadikan acuan dasar untuk memahami
teori kemunculan seorang pemimpin dalam masyarakat Islam. Dengan begitu,
meskipun tidak berada dalam masyarakat Arab, umat Islam dapat menentukan
seorang pemimpin yang berdasarkan konsensus sosial atau kesepakatan
berdasarkan musyawarah dengan didasarkan pada beberapa kriteria tertentu.113
Dalam ajaran Islam, seorang pemimpin harus mampu dan dapat
menempatkan diri sebagai pembawa obor kebenaran dengan memberi contoh
teladan yang baik, karena dia adalah uswatun hasanah. Dengan jiwa sosial
pemimpin akan dapat mengamati dan melakukan pendekatan yang manusiawi
terhadap kelompoknya. Dengan kecakapan berpikir yang tajam pemimpin
diharapkan dapat merenungkan setiap permaslaahan yang tumbuh dan
berekembang dilingkungannya, sedangkan dengan emosional yang stabil,
pemecahan masalah akan dapat dilakukan dengan cra berpikir yang jernih,
berdasarkan landasan fakta dan data yang konkret, rasional, dan argumentatif.
Menurut Konsep Alquran sekurang-kurangnya ada lima syarat
kepemimpinan yang harus dikembangkaan, yaitu: pertama, Beriman dan
guna memenuhi syarat pertama tersebut. Sedangkan syarat kedua lebih bersifat
dinamis, artinya disesuaikan dengan keadaan, yang berupa program kerja.154
Setelah ditetapkannya pada 31 januari 1971, Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan HMI sebagai Ideologi HMI, selanjutnya Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan HMI dijadikan materi pokok dalam setiap perkaderan HMI dan
setiap usaha HMI dalam mencapai Tujuannya selalu bernafaskan akan Nilai-
Nilai Dasar Perjuangan HMI. Hal inilah sebagai upaya HMI untuk menerapkan
Nilai-Niali Dasar Perjuangan HMI sebagai Ideologi HMI. Dimana Nilai-Nilai
Dasar Perjuangan HMI menjadi ruh dari setiap perjuangan para kader HMI.
Tidak seperti ideologi pada umumnya yang berangkat dari gagasan, ide,
pemikiran seorang tokoh tentang sesuatu, NDP diderivasi dari Al Qur’an dan
Hadis. Perumusanya; Nurkholis Madjid, telah menghimpun ayat-ayat Al-
Qur’an yang berhubungan dengan Tauhid, kemanusiaan, takdir, keadilan
sosial, ekonomi, serta ilmu pengetahuan, kemudian merangkainya menjadi satu
konsep yang utuh tentang pandangan dunia. Setelah draft tersebut selesai, lalu
didiskusikan dengan Endang Saifudin Anshari dan Sakib Mahmud.155
Pada hakikatnya, semangat kelahiran NDP berhubungan dengan
semangat kelahiran HMI pada februari 1947. Bahkan, sejak awal kelahirannya,
secara subtantif “NDP” telah menyemangati dokumen-dokumen organisasi
lainnya, seperti azas, kepribadian HMI, dan GPP HMI. Sebagai contoh, dalam
konsep kepribadian HMI telah dirumuskan unsur-unsur pokok, seperti dasar
tauhid, dasar keseimbangan, kreatif, dinamis, revolusioner, dan pemersatu.
154 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil Kongres XXVIII Himpunan
Mahasiswa Islam, Tema: HMI untuk Indonesia satu tak terbagi (Jakarta, PB HMI, 2013), hlm.149. 155 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,.......,hlm.4.
Nilai-nilai tersebut juga ditemukan dalam NDP. Artinya, terdapat hubungan
konseptual antardokumen-dokumen perjuangan HMI tersebut. Hanya saja,
dalam NDP, Cak Nur sangat berperan dalam mengkonseptualisasikannya
secara lebih sistematis, utuh, dan komprehensif.156
Mengapa dinamakan NDP? Dalam sebuah tulisannya, Cak Nur
mengisahkan, Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP HMI) pada awalnya
dirumuskan dari kesimpulan perjalanan Nurcholis Madjid berkunjung ke
Amerika yang kemudian dilanjutkan ke Timur Tengah. Sebenarnya perjalanan
ke Timur Tengah lah yang memberikan inspirasi beliau dalam pemikiran dan
pemahamannya terhadap Islam sehingga muncullah NDP ini. Sebetulnya
kesimpulan perjalanan itu akan diberikan nama Nilai-nilai Dasar Islam (NDI)
tetapi itu terlalu besar dan moralis, seakan-akan kita mngklaim bahwa inilah
Nilai-nilai Dasar Islam. Nama NDI pun dihindari. Selanjutnya, Cak Nur
menemukan sebuah buku yang ditulis oleh Willy Eicher, seorang ideolog
Partai Sosial Demokrat Jerman, berjudul The Fundamendatal Values and Basic
Demand of Democrtic Socialism (Nilai-Nilai Dasar dan Tuntutan-Tuntutan
Asasi Sosialisme Demokrat). Dari buku tersebut, Cak Nur terinspirasi untuk
mengambil istilah nili-nilai dasar. Kata perjuangan diambil dari buku Syahrir,
seorang ideolog sosialisme Indonesia, yang berjudul Perjuangan Kita.157
156 Agus Salim Sitompul, Dokumen Landasan Perjuangan HMI dalam Lintasan Sejarah dalam,
Menuju Masyarakat Cita: Refleksi atas Persoalan-Persoalan Kebangsaan, (Jakarta: Badko Maliraja,
1999), hlm.179-185. 157 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,.......,hlm.9.
Sehingga nama yang pas itu adalah Nilai-nilai Dasar Perjuangan, kata
perjuangan ini sebagai simbol semangat dan peran seorang mahasiswa/pemuda
yang harus tetap berjuang dalam kebenaran.158
NDP HMI terdiri dari beberapa bab, yaitu; 1) Dasar-Dasar
Kepercayaan, 2) Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan, 3)
Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir), 4)
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan, 5) Individu dan
Masyarakat, 6) Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi, 7) Kemanusiaan dan
Ilmu Pengetahuan, bab terakhirnya yakni 8) kesimpulan dan penutup.
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI diharapkan dapat menciptakan dan
memperkuat terbentuknya profil kader HMI, sehingga setiap kader HMI
memiliki kualitas tertentu serta memiliki kelebihan dari kader organisasi kader
lain, sebagai garansi obyektif untuk menjalankan misi perjuangan ditengah-
tengah bangsa.159
Sebagai kumpulan Nilai, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI diharapkan
dapat dipahami dengan baik-baik oleh kader HMI. Selanjutnya pemahaman
terhadap nilai-nilai tersebut akan membentuk dan mempengaruhi cara berpikir
dan pandangan hidup kader itu sendiri.160 Sebab dari itu, bukan tidak mungkin
nilai-nilai yang terdapat pada NDP HMI sangat mempengaruhi kriteria dan
kualitas kader atau alumni HMI termasuk kualitas dalam kepemimpinan kader
HMI.
158 Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI,......,hlm.9. 159 Hariqo Wibawa Satria, Lafran Pane: Jejak hayat dan Pemikirannya, (Jakarta: Lingkar,
2010), cet.1, hlm.359. 160 Ignas Kladen, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, (Jakarta: LP3ES, 1988), hlm.155.
Selain ikhtiar dalam mengemukakan sebuah Konsep, pertanyaan yang
mungkin perlu dijawab juga adalah Bagaimana implementasi kepemimpinan
berkarakter HMI ini dalam penerapannya pada jenjang pengkaderan HMI ?
Sebab, kita tahu pengkaderan merupakan proses pembentukan pribadi,
pewarisan dan penciptaan nilai, pengetahuan dan keterampilan sehingga
pribadi tersebut dapat mengembangkan diri secara optimal untuk menghadapi
kehidupan nyata.
C. Perkaderan HMI
Pada dasarnya, perkaderan/kaderisasi adalah proses pencetakan kader.
Sedangkan definisi kader itu sendiri adalah orang yang dipercaya mampu
melanjutkan dan melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam suatu organisasi.
Dengan kata lain kaderisasi adalah proses, cara, atau perbuatan dalam usaha
mendidik manusia-manusia yang memiliki kompetensi yang mapan untuk
menjalankan amanah dalam suatu organisasi. Kaderisasi berfungsi untuk
mempersiapkan orang- orang yang berkualitas yang nantinya dipersiapkan
untuk melanjutkan perjuangan sebuah organisasi, tanpa kaderisasi rasanya
sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan
tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis.161
Perkaderan sendiri berasal dari kata “kader” yang ditambah imbuhan
per- dan –an yang menyatakan sebuah makna “proses”. Kader pada mulanya
adalah suatu istilah militer atau perjuangan yang berasal dari kata cadre dalam
bahasa Perancis, yang berarti elit atau inti. Definisinya secara etimologis
161 Farid Nofiard, Kaderisasi Kepemimpinan Pambakal (Kepala Desa) di Desa Hamalau
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, (Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013), hlm.266.
adalah pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti ( yang terpercaya) yang
sewaktu waktu diperlukan.162
Partanto kamus ilmiah popular menyebutkan Kader adalah orang yang
didik untuk menjadi pelanjut tongkat estapet suatu partai atau organisasi: tunas
muda.163 Dan dalam kamus induk istilah ilmiah seri intelektual disebut bahwa
kader adalah generasi penerus atau pewaris dimasa depan dalam organisasi,
pemerintah atau partai politik.164
Menurut Sitompul (2008), kader adalah anggota inti dimana merupakan
benteng dari “serangan” luar serta penyelewengan dari dalam. Kader sendiri
memiliki fungsi yaitu sebagai tenaga penggerak organisasi, sebagai calon
pimpinan. Secara kualitatif, kader mempunyai mutu, kesanggupan bekerja dan
berkorban lebih besar daripada anggota biasa yang memahami sepenuhnya
dasar dan ideologi perjuangan yang mampu melaksanakan program perjuangan
secara konsekuen disetiap waktu, situasi, dan tempat.165
Sedangkan jika kita mengacu pada pedoman pengkaderan HMI, Kader
adalah "sekelompok orang yang terorganisasir secara terus menerus dan akan
menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar". Dengan demikian
ciri seorang kader tewujud dalam empat hal: pertama, seorang kader bergerak
dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan permainan organisasi
dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Kedua, seorang kader
mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal
162 Farid Nofiard, Kaderisasi Kepemimpinan Pambakal (Kepala Desa),.......,hlm.266. 163 A. Partanto, Piau, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994), hlm.29. 164 Al-Barry, M. Dahlan. Y, Kamus Induk Istilah Ilmiyah, (Surabaya: Target Press,2003),
hlm.349. 165 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,........,hlm.9-10.
semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dala memperjuangkan
dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan
kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga
kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi
adalah pada aspek kualitas. Keempat, seorang Kader memiliki visi dan
perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan
mampu melakukan "social engineering".166
Mengacu pada defenisi dan fungsi kader diatas sebagai tulang
punggung organisasi yang memiliki bobot kualitas yang mempuni. Tentu
menjadi kader organisasi yang berkualitas, anggota harus menjalani
pendidikan, latihan, dan praktikum. Pendidikan kader harus dilaksanakan
secara terus menerus dan teratur, rapi dan berencana, yang diatur dalam
pedoman pengkaderan.167
Sedangkan Perkaderan HMI adalah usaha organisasi yang
dilaksanakan secara sadar dan sisternatis selaras dengan pedoman
perkaderan HMI.168
Untuk melahirkan seorang kader yang berkualitas diperlukan proses
dengan jangka waktu yang cukup lama. Perkaderan dilakukan dalam upaya
mengembangkan dan membentuk pribadi agar memilki keunggulan dalam
aspek-aspek yang dibutuhkan untuk mampu bersaing. Sebagai seorang kader,
tahapan yang mesti di lalui adalah fase pembentukan dan pengembangan
yang dikutip dikutip di atas menyebutkan bahwa manusia sebagai mahluk
Tuhan yang memiliki tanggung jawab sebagi khalifa, untuk melestarikan
alam ini dan juga tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.199
Dalam menjalankan tanggung jawab itu manusia dituntut sepenuhnya
untuk berusaha maksimal mewujudkan tanggung jawab dengan
kepemimpinannya supaya dapat membawa kebaikan kepada manusia atau
199 Hasan Asari, Islam Humanis Menuju Interpretasi Berwawasan Kemanusiaan,
(Bandung, CV. Perdana Mulya Sarana, 2009), hlm. 133.
organisasi yang di pimpinnya. Oleh karena itu kepemimpinan itu menjadi point
penting, pada diri sendiri dan kepada organisasi.200
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai bagian sekaligus cerminan dari
suatu sistem sosial dan budaya; dan inilah pertama-tama yang menentukan dan
memberi warna pada corak kepemimpinan yang berlaku. Karena itu,
kepemimpinan lalu berfungsi untuk melestarikan sistem sosial dan budaya dari
suatu masyarakat yang bersangkutan. Dengan kata lain, fungsi dan peranan
kepemimpinan dalam kehidupan manusia, dilihat dari suatu sistem sosial dan
budaya, adalah untuk mentransformasikan, memajukan, meningkatkan,
mengembangkan, melestarikan, serta memperbaharui sistem sosial dan budaya
umat manusia.201
Selanjutnya tentang erat, penting, dan kompleksnya interaksi dan
interdependensi antara permasalahan dan tantangan masa depan serta upaya
penyiapan para pemimpin berkualitas guna mengisi kebutuhan struktur
kepemimpinan dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, secara kokoh
telah dirumuskan oleh Nasir Tamara, sebagai berikut: “...tantangan dunia
memasuki abad 21 akan lebih keras, kompleks, interdependen, dan penuh
muatan teknologi canggih. Manusia yang 5.5 miliar, kini, akan mencapai 8.5
miliar pada tahun 2025. Artinya, makin banyak lagi yang mesti berebut ruang
dan sumber daya alam. Keinginan dalam partisipasi politik makin meningkat.
200 Hasan Asari, Islam Humanis Menuju Interpretasi,.........., hlm. 133. 201 Berliana Kartakusumah, Pengembangan Kepemimpinan Tokoh HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) dalam Perspektif Pembelajaran Sepanjang Hayat, (Journal of Islamic
Studies in Indonesia and Southeast Asia, 1(1) February 2016), hlm. 82.
Oleh karena itu, kepemimpinan masa depan adalah kunci, masyarakat tidak
boleh salah memilih pemimpin mereka. Maka, dengan sendirinya, kriteria-
kriteria utama diciptakan untuk menjaring pemimpin yang sejati. Diantaranya,
pemimpin itu harus mempunyai visi, strategi, dan kemampuan untuk
menjelmakan visinya menjadi suatu kenyataan”.202
Tidak ada seorang pemimpin dilahirkan ia langsung menjelma menjadi
pemimpin, sebagaimana juga tak ada manusia dilahirkan langsung menjelma
menjadi seorang musisi besar. Namun, keduanya dilahirkan dengan dibekali
potensi kepemimpinan maupun potensi seni atau musisi , karenanya setiap
insan berkesempatan mengembangkan keterampilan potensi kepemimpinan
maupun potensi lain dalam dirinya sebagai bagian dari sumber daya manusia
(SDM).203
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari
proses perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari
proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan
tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika
keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah
seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar
202 Berliana Kartakusumah, Pengembangan Kepemimpinan,...........,hlm.82. 203 Irmawaty, Potret Pemimpin Masa Depan Melalui Penciptaan dan Pembangunan
Karakter Kepemimpinan 360 Derajat, (Universitas Terbuka), hlm.5.
atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses
internal.204
Himpunan mahasiswa islam (HMI) sebagai organisasi perkaderan
terbesar di Indonesia, tentunya telah menjadi ruang berbagai generasi, proses
perkaderan yang dilakukan dalam internal HMI merupakan salah satu
instrumen pengembangan jatidiri internal pada individu kader yang menjadikan
ruang perkaderan di HMI sebagai kawah Candradimukanya pemimpin bangsa.
Peran para kader HMI pun tak dapat dielakkan dalam sejarah bangsa ini. Oleh
karena itu, HMI semestinya mampu menjawab setiap tantangan dalam
perkembangan generasi muda. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai
organisasi kader diharapkan mampu menjadi alat perjuangan dalam
mentransformasikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin
dibangun yakni terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang
bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang dirindhoi Allah SWT.205
Berkaitan dengan kepemimimpinan, dalam Islam sudah dikenal sosok
suri tauladan yang baik tentang kepemimpinan tersebut. Rasulullah saw
merupakan sosok pemimpin yang mencontohkan kepemimpinan secara
204 Irmawaty, Potret Pemimpin Masa Depan Melalui Penciptaan,.........,hlm.6. 205 Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Hasil-Hasil,......,hlm.348.
sempurna. Allah swt dalam al-Qur’an memproklamirkan Rasulullah saw
sebagai teladan yang sempurna dalam melakoni kepemimpinan.206
Konsep kepemimpinan dalam Islam memiliki dasar-dasar yang sangat
kuat dan kokoh yang bukan saja dibangun dari nilai-nilai ajaran Islam, namun
telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW,
para Shahabat dan al-Khulafa' al-Rosyidin. Bersumber dari al-Qur'an dan al-
Sunnah, Berkembang dinamis karena dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik
dan budaya. Ketika di Madinah Nabi Muhammad SAW mempunyai peran
ganda, sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai hakim yang merupakan
manifestasi beliau sebagai Rasul utusan Allah SWT. Syari’at Islam menjadi
dasar tata pemerintahan pada waktu itu, yang selanjutnya sistem khilafah
Islam dipegang oleh seorang Khālifah, termasuk di dalamnya yang dikenal
sebagai al-Khulafa al-Rasyidin.207
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berazas dan berpahaman
bahwa Islam menjadi dasar berpijakan dalam berorganisasi tentunya yang
dituntut adalah menciptakan sumber daya manusia selain yang memiliki
kemampuan akademisi yang baik juga harus memiliki jiwa kepemimpinan
yang tangguh, serta aktif di masyarakat menjaga nilai nilai yang Islami
berdasarkan AlQur’an dan Hadist. Ini melekat pada diri kader HMI sebagai
206 Masniati, Kepemimpinan Dalam Islam, (Jurnal Al-Qadāu Volume 2 Nomor
1/2015), hlm.42.43. 207 Faisal Ismail, Islam Idealitas Ilahiyyah dan Realitas Insaniyyah, (Yogyakarta:
Tiara Wacana Group, 1999), Cet. ke-1, hlm. 157
wujud implementasi dari Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP) sebagai
ideologi organisasi.208
Menurut hemat penulis, pembentukan kader dan pemimpin yang
berkualitas, tentu tidak terlepas dari konsep kepemimpinan yang ada dalam
suatu organisasi, dan implementasi konsep yang dimaksud dalam proses
perkaderan. Sebagai sebuah organisasi yang sudah banyak melahirkan
pemimpin bangsa dalam berbagai sektor kehidupan. Tentunya HMI
mempunyai konsep kepemimpinan nya sendiri dan berkarateristik HMI, yang
di internalisasikan kepada para kader dalam berbagai jenjang perkaderan.
Lalu pertanyaannya, konsep kepemimpinan seperti apa yang ada di
HMI dalam rangka membentuk profil kader sebagai pemimpin yang ideal dari
jenjang pengkaderan yang dilakukan HMI ?
Tentu untuk menjawab pertanyaan ini, penulis mencoba menggali
berbagai sumber yang terkait dengan organisasi HMI. Baik sumber yang
berupa tulisan-tulisan yang membahas tentang ke-HMI-an atau pun dokumen-
dokumen penting sebagai landasan perjuangan HMI.
Menjadi organisasi yang berperan sebagai organisasi perjuangan209,
HMI tentu membutuhkan doktrin perjuangan yang mampu membangkitkan
208 Suwandi Simangunsong, dkk, Ideologi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
dalam Pembangunan Kepemimpinan di Kota Medan, (Volume 7 No. 2 Tahun 2019), hlm.145. 209 PB HMI, (AD HMI pasal 9), Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon 2018 Himpunan
Mahasiswa Islam,: peran HMI (Jakarta: PB HMI, 2018), hlm.40.
energi dan daya dorong sehingga berhasil mencapai cita-cita.210 Doktrin
perjuangan ini bersifat filosofis dan ideologis, untuk memperkuat terbentuk
nya profil kader HMI, sehingga setiap kader HMI memiliki kualitas tertentu
serta memiliki kelebihan dari kader organisasi lain, sebagai garansi objektif
untuk mampu menjalankan missi perjuangannya ditengah-tengah dinamika
kehidupan bangsa.211
Perkembangan historis menunjukkan, selain Anggaran Dasar (AD) dan
Anggaran Rumah Tangga (ART) HMI sejak tahun 1947 hingga tahun
sekarang, HMI telah memiliki 10 naskah atau dokumen sebagai landasan
perjuangan, yang meliputi: 1) Pemikiran keislaman-keindonesiaan HMI
intelektual-imm-berbasis-tri-kompetensi-dasar.(diakses pada tanggal 25-01-2021) 233 https://jasmaroonsite.wordpress.com/2017/03/29/konsep-kepemimpinan-
intelektual-imm-berbasis-tri-kompetensi-dasar.(diakses pada tanggal 25-01-2021)
pengkaderan sejatinya diilustrasikan sebagai sistem yang permanen, yang
mengalami industrialisasi pengetahuan yang begitu kompleks dan dinamis.
Dengan membangun manusia-manusia terdidik melalui proses
pembelajaran, pemupukan potensi intelektual dan kepemimpinan, serta
penguatan kapasitas belajar secara kontinum, diharapkan HMI bisa turut
melahirkan manusia-manusia unggul masa depan. Yaitu manusia-manusia
yang cerdas, terampil, memiliki etos kerja tinggi. Kader yang dihasilkan
HMI adalah anggota yang berwawasan Keislaman, Keindonesiaan, dan
kemahasiswaan.234
Salah satu titik tekan dalam pola perkaderan HMI adalah pada
Kemampuan Ilmiahnya, yaitu dengan membina seseorang hingga memiliki
pengetahuan (Knowledge) serta kecerdasan (Intelectuality) dan
kebijaksanaan (Wisdom).235
Hal ini memberi penerangan, bahwa Insan Cita HMI pada suatu waktu
akan merupakan “Intellectual Community” atau kelompok intelegensia
yang mampu merealisir cita-cita umat dan bangsa dalam satu kehidupan
masyarakat yang sejahtera material dan spritual, adil dan makmur serta
bahagia (masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT).236
Pada Konstitusi HMI disebutkan pada Pasal 4 AD HMI tentang
Tujuan HMI: “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat
Agussalim Sitompul didalam buku nya “44 Indikator kemunduran
HMI” menyebutkan salah satu sasaran perkaderan yang ada di HMI adalah;
“kemampuan Profesional atau Keterampilan, yakni kepandaian
menerjemahkan ide dan pikiran dalam praktek”.247
Telah disebutkan diatas bahwa pengkaderan sejatinya diilustrasikan
sebagai sistem yang permanen, sebagai tempat industrialisasi pengetahuan
yang begitu kompleks dan dinamis. Dan sebagai wadah ‘Proses membangun
visi dan perjuangan’.248 Maka penanaman kepribadian Profesional pada diri
kader HMI merupakan suatu pengejewantahan visi HMI yang ditanamkan
melalui ruang perkaderan HMI. Dan tentang kepribadian HMI menurut
Agussalim Sitompul, HMI merupakan organisasi yang memiliki kepribadian
sejak ia berdiri. kepribadian itu mula-mula bersumber pada naluri, kemudian
terungkap dalam sikap, tertulis atau terucap. Rangkaian ungkapan-ungkapan
naluri itu kemudian disebut kepribadian HMI.249
Sementara pengejewantahan ini dinyatakan secara tersurat dalam
Konstitusi HMI Pasal 4 AD HMI: “Terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wata’ala”.250
Pasal 4 AD HMI ini dinyatakan sebagai tujuan HMI, dan secara historis
247 Agus salim sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI,........,hlm.12. 248 Said Muniruddin, Bintang Arasy,...........,hlm.385. 249 Agussalim Sitompul, Menyatu dengan umat menyatu dengan bangsa pemikiran