BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangHidup berkeluarga adalah fitrah setiap manusia.
Setiap agama dengan kesempurnaan ajarannya mengatur tentang konsep
keluarga yang di bangun di atas dasar perkawinan. Melalui
perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara
fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil
pertemuan ini juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah
satu tujuan dari perkawinan tersebut. Dan dari perkawinan itu
pulalah terbentuk keluarga yang diatasnya didirikan peraturan hidup
khusus dan sebagai konsekuensi dari sebuah perkawinan.Dalam
mengarungi samudera kehidupan rumah tangga tidaklah semudah apa
yang kita bayangkan, tidak jarang sebuah rumah tangga terhempas
gelombang badai yang akhirnya berdampak bagi keharmonisan
keluarga.Tidak sedikit keluarga yang akhirnya tercerai berai tak
tentu arah akibat hempasan gelombang badai, namun tidak sedikit
juga keluarga yang tetap kokoh melayari samudera kehidupan rumah
tangga karena mampu menjaga keharmonisan keluarga.Keharmonisan
keluarga merupakan syarat penting dalam mengarungi kehidupan rumah
tangga agar mereka mampu menghadapi berbagai goncangan dan hempasan
badai dalam rumah tangga. Oleh karena itu, pemahaman terhadap
konsep keharmonisan keluarga sangat diperlukan karena kebanyakan
keluarga yang gagal adalah keluarga yang tidak mmahami akan
pentingnya keharmonisan keluarga.Keharmonisan keluarga merupakan
dambaan setiap orang yang ingin membentuk keluarga atau yang telah
memiliki keluarga, namun masih banyak yang kesulitan dalam
membangun keharmonisan keluarga.Dalam membangun keharmonisan
keluarga sangat dipengaruhi oleh tiga kecerdasan dasar manusia
yaitu Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan
Intelektual. Oleh sebab itu sangatlah penting bgi setiap individu
atau setiap orang yang ingin membangun sebuah rumah tangga ketinnga
pondasi atau dasar-dasar kecerdasan tersebut harus lebih
dimatangakan agara lebih siap lahir bathin dalam berkeluarga
nantinya.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut maka dapat
dirumuskan beberapa masalah diantaranya adalah : 1. Apa yang
dimaksud dengan keluarga?2. Apa yang dimaksud dengan keluarga
sejahtera?3. Apa yang dimaksud dengan keluarga bahagia?4. Apa yang
dimaksud dengan keluarga bahagia sejahtera?
C. Tujuan penulisan Dari rumusan masalah yang telah disampaikan
di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk
mengetahui pengertian keluarga.2. Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan keluarga sejahtera.3. Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan keluarga bahagia.4. Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan keluarga bahagia sejahtera.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian KeluargaKeluarga merupakan bagian masyarakat yang
fundamental bagi kehidupan pembentukan kepribadian anak manusia.
Hal ini diungkapkan Syarief Muhidin (1981:52) yang mengemukakan
bahwa: Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif
di dalam membentuk keperibadian anak selain keluarga. Keluarga
tidak hanya membentuk anak secara fisik tetapi juga berpengaruh
secara psikologis.Pendapat diatas dapat dimungkinkan karena
keluarga merupakan lingkungan pertam dan utama bagi seorang anak
manusia, di dalam keluarga seorang anak dibesarkan, mempelajari
cara-cara pergaulan yang akan dikembangkannya kelak di lingkungan
kehidupan sosial yang ada di luar keluarga. Dengan perkataan lain
di dalam keluarga seorang anak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, psikis maupun sosial,
sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Disamping
itu pula seorang anak memperoleh pendidikan yang berkenaan dengan
nilai-nilai maupun norma-norma yang ada dan berlaku di masyarakat
ataupun dalam keluarganya sendiri serta cara-cara untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Sedangkan istilah keluarga
itu sendiri memiliki beraneka ragam pngertian, salh satunya
diungkapkan oleh Paul B Houton dan Chester L Hunt (1987:267) adalah
sebagai berikut :1. Suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang
sama2. Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau
perkawinan3. Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak4. Pasangan
tanpa nikah yang mempunyai anak5. Satu orang dengan beberapa
anak.Sedangkan menurut SD. Vembrianto dalam Sosiologi Pendidikan
mengintisarikan tentang pengertian keluarga ini yaitu keluarga
merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu
dan anak
B. Keluarga Sejahtera1. Pengetian Keluarga
SejahteraKesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman,
selamat, dan tentram. (Depdiknas, 2001:1011) Keluarga Sejahtera
adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang
selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan. (BKKBN,1994:5)Keluarga sejahtera
adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada
tuhan yang maha esa,memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang
antara anggota keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan.Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran
saja, melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan
ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju
keselamatan dan ketentraman hidup.Dalamrencana pembangunan nasional
memberikan petujuk bahwa pembangunan keluarga sejahtera diarahkan
pada terwujudnya keluarga sebagai wahana persmian nilai-nilai luhur
budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga serta
membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan
pembangunan.
2. Tujuan Keluarga SejahteraKeluarga sejahtera bertujuan untuk
mengembangkan keluarga agar timbul rasa aman, tentram dan harapan
masa depanyang lebih baik merupakan salah satu pembentuk ketahanan
keluarga dalam membangun keluarga sejahtera.Pelaksanaan pembangunan
dalam keluarga sejahteraDalam PP No. 21 Th 1994, pasal 2:
pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan
kualitas keluarga diselenggarakan secaramenyeluruh, terpadu oleh
masyarakat dan keluarga.Tujuan :Mewujudkan keluarga kecil bahagia,
dejahtera bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, produktif, mandiri
dan memiliki kemampuan untuk membangun dirisendiri dan
lingkungannya.
3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraana. Faktor intern
keluarga1) Jumlah anggota keluargaPada zaman seperti sekarang ini
tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya cukup dengan
kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran
pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi,
sarana ibadah, saran untuk transportasi dan lingkungan yang serasi.
Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika
jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.2) Tempat
tinggalSuasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan
keluarga. Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera
keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang
dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal
yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk
menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota
keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh
rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan
tempat tinggal.
3) Keadaan sosial ekonomi kelurga.Untuk mendapatkan
kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan sosial
dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik
atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar
didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota
keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari
ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya
saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling
mempercayai.4) Keadaan ekonomi keluarga.Ekonomi dalam keluarga
meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf
hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan keluarga.
(BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/
pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup
keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh
dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.b.
Faktor eksternKesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus
dikembangan terjadinya kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara
anggota keluarga perlu di hindarkan, karena hal ini dapat menggagu
ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan
keluarga.
C. Keluarga Bahagia 1. Pengertian Keluarga Bahagia Keluarga
bahagia adalah keluarga yang didalamnya terdapat berbagai
persoalan/masalah kekeluargan. Tetapi itu semua dihadapi dengan
kepala diingin dan dengan komunikasi yang baik, antar sesama
anggota keluarga keluarga, istri dengan suami, anak dengan ibu,
anak dengan ayah, martua dengan menantu, dan anggota lain yang ada
dikeluarga.Ciri-ciri keluarga bahagia adalah keluarga yang selalu
mempunyai tegang rasa yang baik antar sesama anggota keluarga,
tidak saling curiga, saling bantu membantu, tidak mudah terpengaruh
dengan isu-siu luar yang bisa merusak keharmonian keluarga.
2. Ciriciri Keluarga BahagiaKeluarga yang diidealkan setiap
manusia adalah keluarga yang memiliki ciri-ciri mental sehat
demikian dengan perasaan tenang, cinta dan kasih sayang. Antar
anggota keluarga saling mencintai, menyayangi, dan merindukan. Sang
ayah mencintai, menyayangi dan merindukan anak dan ibu dari
anak-anaknya. Sang ibu menyayangi, mencintai dan merindukan anak
dan ayah dari anak-anaknya. Sang anak pun demikian: menyayangi,
mencintai, dan merindukan ayah dan ibunya. Dengan demikian di
antara mereka terdapat kesatuan (unity) satu terhadap yang lain.
Ciri-ciri pola hubungan yang melekat pada keluarga yang bahagia
adalaha. Kesatuan dengan Sang PenciptaSetiap manusia dan unit
kesatuan manusia semestinya memelihara keterikatan dengan Tuhan
Sang Pencipta. Keterikatan ini sesungguhnya bersifat alamiah.
Antara manusia dan Tuhan telah terjadi perjanjian primordial, yaitu
manusia bertaqwa kepada tuhan yang maha esa. Para ahli psikologi
menyederhanakannya dengan istilah religious instinct. Kesatuan
dengan Sang Pencipta dalam masalah pernikahan ini disederhanakan
dengan ungkapan pernikahan merupakan ibadah. Artinya, ketika
dilangsungkan dan dijalankan roda kehidupan pernikahan, maka yang
dilakukan mereka berdasarkan kerangka kesatuan dengan Tuhan. Secara
empiris, sebagaimana diungkapkan Hanna Djumhana Bastaman (2001)
setelah menanyai berbagai pasangan yang menikah minimal 25 tahun,
keluarga yang kuat selalu menyadari pentingnya agama sebagai
sesuatu yang penting dalam menunjang kebahagiaan keluarga. Bagi
keluarga yang bahagia, menjalani hidup dalam kesatuan dengan Sang
Pencipta adalah ciri yang melekat pada mereka. Semakin tinggi
kesatuan dengan Sang Pencipta semakin tinggi tingkat kebahagiaan
hidup keluarga.b. Kesatuan dengan alam semesta (terutama manusia)
Setiap manusia dan unit kesatuan manusia semestinya memiliki
keterikatan dengan sesama manusia dan alam semesta. Kesatuan dengan
alam semesta ini sesungguhnya merupakan perwujudan dari amanat yang
diterima setiap manusia untuk menjadi pengganti Tuhan di bumi.
Keluarga yang memiliki keselarasan dengan lingkungannya akan
memperoleh ketenangan, kecintaan, dan kasih sayang dari
lingkungannya. Semua itu akan memberikan sumbangan yang besar bagi
ketenangan, cinta, dan kasih sayang dalam dada mereka. Tanpa
kesatuan dengan sesama manusia dan lingkungan alam, keluarga sering
berada dalam ancaman keresahan dan kekhawatiran.c. Komitmen
Berkeluarga Individu-individu yang pertama kali membentuk keluarga
memiliki niat dan itikad untuk membentuk, mempertahankan dan
memelihara pernikahan. Komitmen utama adalah bagaimana keluarga
bertahan. Di sini suami dan istri memiliki niatan untuk
mempertahankan keluarga dalam situasi apapun dan juga berupaya
mengoptimalkan fungsi keluarga untuk memenuhi tanggung jawab
vertikal maupun horisontal. Biar gelombang menerjang dan gunung
berguguran, komitmen mempertahankan pernikahan tetap dipegang
teguh. Sebagaimana diungkapkan Florence Isaacs (Hanna D. Bastaman,
2001), pernikahan yang awet ditandai oleh niat dan itikad untuk
mempertahankan pernikahan.d. Umpan Balik (Feedback) dan
NasihatSetiap manusia dapat tergelincir ke hal-hal yang merugikan
dirinya sendiri dan orang lain, dan sebaliknya dapat pula
berkembang secara optimal. Salah satu fungsi keluarga adalah
melakukan sosialisasi primer. Melalui sosialisasi primer ini
anggota keluarga dapat memahami apa yang patut dan tidak patut,
baik dan tidak baik. Sosialisasi primer dilakukan dengan kebiasaan
memberi umpan balik (feedback) dan saling menasehati (tausiyah).
Nasihat dimaksudkan untuk menjaga orang-orang yang ada dalam
keluarga dari kemungkinan mengambil pilihan yang merugikan dan
menyesatkan diri maupun orang lain. Nasihat biasanya diawali oleh
feedback (umpan balik). Umpan balik dan saling menasehati dalam
keluarga ini berlangsung di antara seluruh anggota keluarga, yaitu
bapak, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain. Berbagai bukti
menunjukkan bahwa adanya saling menasehati atau memberikan umpan
balik akan menjadikan keluarga kokoh. Salah satu adalah sebagaimana
yang diungkapkan Hanna Djumhana Bastaman (2001) bahwa pernikahan
yang awet ditandai oleh adanya saling asah-asih-asuh, saling
menunjang hasrat dan cita-cita pasangannya.e. Keluwesan Pada awal
pembentukan keluarga umumnya orang memiliki harapan-harapan yang
ideal. Ke manapun pergi selalu bersamamu, begitu mimpi setiap
pasangan baru. Dalam kenyataannya harapan itu dan berbagai harapan
lainnya, tidak mewujud. Dalam situasi seperti ini, orang merasakan
keadaan yang diidealkan tidak tercapai.Keluwesan yang lain adalah
keluwesan terhadap pasangan. Setiap individu yang berkeluarga
mengharapkan pasangannya bertindak dan bersikap baik seperti yang
ada dalam kerangka pikirnya..f. Kesatuan Fisik dan Hubungan Seks
yang SehatBerbagai literatur mengungkapkan bahwa keluarga yang
sehat mental ditandai oleh adanya hubungan seks yang sehat antara
suami dan istri. Seks merupakan bentuk hubungan yang melibatkan
kesatuan fisik dan psikologis dari suami istri. Adanya
keberlangsungan hubungan seks yang semestinya akan menjaga kesatuan
dalam keluarga, menjadikan anggota keluarga bahagia, dan puas.
Berbagai temuan mutakhir menunjukkan bahwa terjaganya hubungan seks
suami istri (seminggu 2-3 kali) menjadikan suami istri puas dalam
pernikahan yang secara jangka panjang dapat memanjangkan umur.
Sebaliknya, sebagaimana dapat dilihat dalam kenyataan sosial,
kegagalan hubungan seks, terlalu jarangnya kontak seksual, dan juga
terlalu berlebihannya hubungan seksual akan memiliki dampak
kekisruhan dalam keluarga (semisal perselingkuhan, dan seterusnya)
dan ketidakstabilan emosi. g. Kerjasama Agar keluarga dapat
berjalan secara optimal, semestinya mereka saling bekerjasama.
Suami membantu istri dan anak. Istri membantu suami dan anak. Anak
membantu bapak dan ibunya. Masalah kerjasama atau kekompakan ini
akan berkembang bila mereka mengupayakan untuk melakukan berbagai
kegiatan secara bersama-sama. Salah satu medan kerjasama atau
kekompakan adalah dalam hal mendidik anak. Keadaan di atas tentu
sangat tidak ideal. Yang semestinya diupayakan oleh setiap keluarga
adalah bagaimana terdapat kerjasama dalam mendidik anak. Satu hal
amat penting untuk diperhatikan dalam masalah kerjasama adalah
peran ganda pria (baca: suami). Kultur yang berkembang dalam
masyarakat umumnya menempatkan laki-laki bekerja dalam sektor
publik dan sangat minim bekerja dalam sektor domestik, terutama
mendidik anak. Kerjasama dapat dioptimalkan bila laki-laki
menyediakan diri untuk mengerjakan wilayah domestik. Apabila ini
dilakukan, maka babak kerjasama suami dan istri mulai, menguat.h.
Saling PercayaPembentukan keluarga diawali oleh kesalingpercaya-an.
Masing-masing pihak suami dan istri-- percaya bahwa satu sama lain
akan melakukan usaha agar jalinan kesatuan di antara mereka dapat
mengantarkan mereka menjadi bahagia dan sejahtera. Bila kepercayaan
ini dijaga, maka kehidupan berkeluarga dapat dipertahankan. Bila
kepercayaan tidak dijaga, maka keluarga dapat pecah (broken
home).
Secara garis besar ciri-ciri keluarga yang bahagia bukan hanya
tentang uang, kekayaan, jabatan atau kesuksesan lainnya yang kita
raih, tetapi juga keluarga yang harmonis. Ciri keluarga sehat,
bahagia juga harmonis berikut bisa kita jadikan cermin untuk
melihat tanda-tandanya dalam keluarga kia nanti. Ciri-ciri keluarga
yang harmonis diantaranya adalah : a. Menikmati kehadiran yang
lain. Antara suami dan istri, orang tua dengan anak, dengan saudara
dengan mertua dan dengan anggota lain di dalam keluarga tidak
berarti mereka harus selalu bersama-sama, tetapi begitu
bersama-sama mereka menikmati kebersamaan itu dan menciptakan
suasana kekeluargaan dan kebahagiaan.b. Saling menghargai satu sama
lain dan menemukan hal-hal positif pada diri masing-masing
anggota.c. Meski tidak selalu, mereka sering melakukan rekreasi
bersama-sama. Nonton konser, berlibur, dan berjalan-jalan ke tempat
yang sama tapi tetap merasakan arti kebahagiaan dalam
kesederhanaan.d. Saling terbuka dan percaya satu sama lain,
termasuk hal-hal yang sangat pribadi.e. Bila salah satu tertimpa
kesusahan, ia selalu bisa datang pada yang lain tanpa rasa sungkan
dari semua antar anggota keluarga.f. Sering menertawakan satu hal
yang sederhana bersama-sama, menyanyi lagu yang sama, dan menikmati
acara yang sama untuk menciptakan kebahagian melalui hal-hal yang
kecil dan sederhana.g. Tidak pernah kehabisan acara atau ide untuk
melakukan hal bersama-sama.
Bila hal-hal umum yang mencirikan keluarga bahagia diatas telah
kita miliki, tentu arti makna kehidupan pun sudah kita temukan.
Mungkin selama ini banyak permasalah keluarga yang salah satu
penyebabnya adalah tidak adanya waktu luang untuk keluarga. Kita
tentu ingin tetap meraih kesuksesan dalam karir, kesehatan dan
financial tanpa melupakan keluarga. Oleh sebab harus ada
keseimbangan dari berbagai aspek-aspek kehidupan yang kita jalani
untuk memperoleh kebahagian dalam hidup.
D. Keluarga Bahagia SejahteraSetiap keluarga pasti ingin bahagia
dan sejahtera. Setiap keluarga memiliki definisi dan impian
tersendiri tentang bahagia dan sejahtera. Setiap keluarga pun
memiliki cara yang berbeda untuk mewujudkan visi menjadi bahagia
dan sejahtera. Meski setiap keluarga memiliki definisi, visi, dan
cara yang berbeda untuk menjadi bahagia dan sejahtera, tapi satu
hal pasti disepakati oleh semua keluarga adalah bahwa kebahagian
dan kesejahteraan keluarga harus dibangun dan ditumbuh-kembangkan,
tidak dapat tercipta begitu saja.Keluarga Bahagia Sejahtera adalah
keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan.Bahagia adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan
bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika
dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang
jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini
tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan
itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah
gambaran kondisi kejiwaan masyarakat yang senantiasa dalam keadaan
mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap
dalam suatu keadaan. Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang
dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan
keyakinannya itu. Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN
(1996), tahapan keluarga bahagia dan sejahtera terdiri dari: 1.
PrasejahteraKeluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual,
pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.
2. Sejahtera IKeluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB,
interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.3. Sejahtera IIKeluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial psikologisnya tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi. 4. Sejahtera IIIKeluarga yang
telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur
bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti
sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat.5.
Sejahtera III plusKeluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar, sosial psikologis dan pengembangan, dan telah dapat
memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Ada tiga pilar yang perlu dikembangkan dalam membangun keluarga
bahagia sejahtera:1. Pertama, menyamakan visi dalam membangun
keluarga bahagia sejahtera. Perlu kesepakatan mengenai visi bahagia
dan sejahtera dalam keluarga. Perlu dikomunikasikan bahagia
sejahtera macam apa yang ingin diwujudkan dalam keluarga. Tentu
tidak melulu terkait dengan materi. Visi membangun keluarga
biasanya dituntun oleh keyakinan dan nilai-nilai kehidupan yang
dianut. Visi yang disepakati akan mengarahkan perilaku anggota
keluarga dalam merealisasikan visi. Sebagai contoh, bila sebuah
keluarga memiliki visi menciptakan keluarga yang saling menyayangi
atas dasar ketaqwaan, berkecukupan, dan mampu berbagi, maka
tindakan akan diarahkan untuk merealisasikannya. Tindakan yang
mengarah pada pencapaian visi tersebut, misalnya kesepakatan untuk
sholat berjamaah pada waktu tertentu (bagi yang muslim), bicara
dengan santun, suami giat bekerja mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, istri pandai berhemat dan berprioritas agar
kebutuhan keluarga tercukupi, mengalokasi sebagian dana untuk
berbagi dengan sesama, dan sebagainya.
2. Kedua, mendefinisi dan menjalankan peran (hak dan kewajiban)
masing-masing anggota keluarga secara konsisten. Keluarga merupakan
organisasi mini, yang terdiri dari kumpulan beberapa orang,
memiliki tujuan, dan masing-masing orang didalamnya memiliki peran
yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan. Layaknya organisasi,
keluarga perlu dimanage sedemikian rupa agar tujuan atau visi bisa
terealisasi. Begitu menikah, alangkah baik bila suami-istri segera
mengkomunikasikan peran (hak dan kewajiban, koridor yang boleh dan
tidak) masing-masing, agar organisasi mini (keluarga) bisa berjalan
dengan baik. Bagaimana peran suami dan istri bila suami sebagai
pencari nafkah sementara istri tidak berkarir, mungkin tidak sama
bila suami istri sama-sama berkarir. Tentu tidak ada istilah
menang-kalah, banyak-sedikit, dalam mendifinisi peran. Peran yang
telah disepakati harus dijalankan masing-masing pihak secara
konsisten, meskipun diperlukan fleksibilitas pada kondisi tertentu.
Intinya, suami-istri atau ayah-ibu-anak menjalankan peran
masing-masing, namun tetap saling membantu dan melengkapi dalam
menjalankan peran.
3. Ketiga, melakukan komunikasi dan evaluasi/introspeksi secara
terus menerus. Setelah visi dan tujuan ditetapkan, peran
masing-masing anggota keluarga dijalankan, maka pilar ketiga adalah
kesinambungan komunikasi dan evaluasi dalam dan antar anggota
keluarga. Komunikasi dan evaluasi bermanfaat untuk memastikan
apakah peran telah dilaksanakan dengan baik, dan perilaku telah
diarahkan untuk mencapai tujuan. Perselisihan dalam keluarga
biasanya terjadi karena ketidaksesuaian peran atau perilaku yang
tidak mengarah pada tujuan. Setiap anggota keluarga perlu
introspeksi dan mengkomunikasikan ketidaksesuaian peran atau
perilaku yang menyimpang dari tujuan agar masalah tidak terlanjur
menjadi besar.
4. Demikian, tiga pilar yang perlu dikembangkan dalam membangun
keluarga bahagia sejahtera. Mungkin saudara punya pilar-pilar lain
yang bisa melengkapi. Yang penting, apapun pilar itu, perlu action
untuk mewujudkannya. Semoga bermanfaat.
PENUTUP
A. KESIMPULANKeluarga merupakan bagian masyarakat yang
fundamental bagi kehidupan pembentukan kepribadian anak manusia.
Sedangkan menurut SD. Vembrianto dalam Sosiologi Pendidikan
mengintisarikan tentang pengertian keluarga ini yaitu keluarga
merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu
dan anakKeluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang
layak, bertakwa kepada tuhan yang maha esa,memiliki hubungan yang
sama, selaras, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat
dan lingkungan.Keluarga sejahtera bertujuan untuk mengembangkan
keluarga agar timbul rasa aman, tentram dan harapan masa depanyang
lebih baik merupakan salah satu pembentuk ketahanan keluarga dalam
membangun keluarga sejahtera.Keluarga bahagia adalah keluarga yang
didalamnya terdapat berbagai persoalan/masalah kekeluargan. Tetapi
itu semua dihadapi dengan kepala diingin dan dengan komunikasi yang
baik, antar sesama anggota keluarga keluarga, istri dengan suami,
anak dengan ibu, anak dengan ayah, martua dengan menantu, dan
anggota lain yang ada dikeluarga.Keluarga Bahagia Sejahtera adalah
keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan.Ada tiga pilar yang perlu dikembangkan dalam membangun
keluarga bahagia sejahtera; Pertama, menyamakan visi dalam
membangun keluarga bahagia sejahtera. Kedua, mendefinisi dan
menjalankan peran (hak dan kewajiban) masing-masing anggota
keluarga secara konsisten. Ketiga, melakukan komunikasiB.
SARANDalam membangun keluarga yang bahagia sejahtera, dibuthkan
keharmonisan yang tercipta di dalam keluarga. Keharmonisan keluarga
merupakan syarat penting dalam mengarungi kehidupan rumah tangga
agar mereka mampu menghadapi berbagai goncangan dan hempasan badai
dalam rumah tangga. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep
keharmonisan keluarga sangat diperlukan karena kebanyakan keluarga
yang gagal adalah keluarga yang tidak mmahami akan pentingnya
keharmonisan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S.,. 1997.Family health Nursing: The
Process. Philiphines: UP College on Nursing Diliman
BKKBN, Pendataan Keluarga
(http://www.bkkbn.go.id/privince/yogya/MENU 04.htm). Lihat juga Ade
Cahyat, Bagaimana Kemiskinan Diukur? (Bogor: Governance
Brief,2004),5. http://www.cifor.cgiar.org
BKKBN, Pendataan Keluarga Tahun 2000
(http://www.bkkbn.go.id/privince/yogya/MENU 04.htm).
http://gloriabetsy.blogspot.com/2012/12/konsep-keluarga-sejahterah.html
http://putraasr.blogspot.com/2011/12/keluarga-sejahtera.html
http://widiascahyo.wordpress.com/2010/06/26/hello-world/
Potter dan Perry. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC
Shirley, M. H. H. 1996.Family Health Care Nursing : Theory,
Practice, and Research. Philadelphia : F. A Davis Company
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas
berkat rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul Keluarga Sejahtera dan Bahagia.Penyusunan
makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengembangan Konsep Dasar IPA.Dalam
penyusunan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum SD
atas bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti
kepada penulis selama penyusunan.Tiada gading yang tak retak,
penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat penulis butuhkan guna perbaikan makalah ini.Akhir kata
penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Tegal, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang1B.
Rumusan Masalah2C. Tujuan2
BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Keluarga3B. Keluarga Sejahtera4C.
Keluarga Bahagia6D. Keluarga Bahagia Sejahtera12
BAB III PENUTUPA. Kesimpulan16B. Saran17
DAFTAR PUSTAKA18
MAKALAH
KELUARGA SEJAHTERA DAN BAHAGIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Konsep
Dasar IPA
Dosen pengampu: Drs. Daroni M. Pd.
Disusun Oleh:1. Anisa Yuni Pertiwi14014120022. Annis Martiana
H14014120483. Suryabudi Naratama14014125135A
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG20141