KONSEP KEADILAN JOHN RAWLS DAN MURTADHA MUTHAHHARI Skripsi Diajukan dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh Zia Ulhaq Alfiyah (11140331000080) PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1440 H
79
Embed
KONSEP KEADILAN JOHN RAWLS DAN MURTADHA MUTHAHHARI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KONSEP KEADILAN
JOHN RAWLS DAN MURTADHA MUTHAHHARI
Skripsi
Diajukan dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Oleh
Zia Ulhaq Alfiyah
(11140331000080)
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1440 H
v
ABSTRAK
Zia Ulhaq Alfiyah
KONSEP KEADILAN JOHN RAWLS DAN MURTADHA MUTHAHHARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gagasan keadilan
menurut John Rawls dan Murtadha Muthahhari. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif analitis. Sementara itu, teknik dalam pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini ialah kajian pustaka (library research)
dengan menggunakan buku A Theory of Justice karya John Rawls dan Keadilan
Ilahi karya Murtadha Muthahhari sebagai sumber primernya. Gagasan Rawls
mengenai keadilan mengkritik paham Utilitarianisme dan mencoba
mengkonstruksi teori kontrak sosial, kritik terhadap paham utlitarianisme yang
mengajarkan bahwa benar dan salahnya peraturan atau tindakan manusia
tergantung pada konsekuensi langsung dari peraturan atau tindakan tertentu yang
dilakukan, utilitarianisme gagal untuk menjamin keadilan sosial karena lebih
mendahulukan asas manfaat dari pada asas hak. Teori keadilan yang memadai
harus dibentuk dengan pendekatan kontrak dimana prinsip-prinsip keadilan yang
dipilih sebagai pegangan bersama sungguh-sungguh merupakan hasil kesepakatan
bersama dari semua person yang bebas, rasional, dan sederajat, pendekatan
kontrak sosial ini Rawls kontruksi untuk mewujudkan gagasan keadilan sosial
dengan dua prinsip besar mengenai keadilan, disisi lain hadir seorang pemikir
Islam Murtadha Muthahhari yang sama membicarakan keadilan sosial meski tidak
seluas Rawls namun mereka sama-sama bicara dan memperjuangkan keadilan
sosial bagi masyarakat meski berbeda dalam metodologi penalaran tiga teori
etikanya. Immanuel Kant sebagai tolak ukur Rawls dalam merumusakan teori
keadilannya yakni etika Deontologis, sedangkan Murtadha Muthahhari
pendekatan yang dilakukan adalah etika Teleologis sama dengan Aristoteles.
Teori keadilan yang memadai adalah teori yang mampu mengakomodasi sebuah
kerjasama sosial yang pada saatnya akan mendukung terbentuknya suatu tertib
dan teratur.
Kata Kunci : Keadilan, John Rawls, Murtadha Muthahhari, Teleologis,
Deontologis, Utilitarianisme
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan banyak nikmat kepada
manusia. Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah Swt berkat Rahman dan
Rahim-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shlawat serta salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada nabi reformasi kita nabi Muhammad Saw,
karena perjuangan beliaulah kita bisa menikmati indah dan damainya Islam serta
iman kepada Allah Swt.
Dengan sangat bahagia meskipun dengan bentuk dan penulisan yang
sangat sederhana, skripsi yang berjudul KONSEP KEADILAN JOHN RAWLS
DAN MURTADHA MUTHAHHARI dapat terselesaikan. Bagi penulis hal ini
bukan pekerjaan yang mudah, namun dengan tekad yang kuat dan doa penulis
dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidan dan Filsafat
Islam, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa tanpa kontribusi pemikiran,
gagasan dan dorongan dari berbagai pihak akan sulit terselesaikan. Oleh karena
itu dengan segala hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan
kepada:
1. Iqbal Hasanuddin, M. Hum, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk mengoreksi dan memberikan banyak
masukan dan saran dalam skripsi ini.
2. Dra. Tien Rohmatin, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam
dan Dr. Abdul Hakim Wahid, M.A, selaku sekretaris Jurusan Aqidan dan
Filsafat Islam.
vii
3. Seluruh staf civitas akademika Fakultas Ushuluddin beserta Bapak dan Ibu
Dosen yang telah membimbing penulis selama menjalankan studi.
4. Suami terkasih Andi Setiawan yang selalu memberi dorongan, semangat dan
doa, yang tak henti-henti dan selalu ada menemani penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Teruntuk anakku tercinta Muhammad Shidqi Al-Fatih yang selalu memberikan
senyuman ditengah-tengah kegalauan skripsi.
6. Kedua orang tua ayah Faqih Hermansyah yang selalau memberi doa dan
mamah alm. Eem Emalia yang telah melahirkan dan membesarkan penulis,
serta adik-adik faiz dan Alvin.
7. Kepada bapak Pipip A. Rifai Hasan, Ph.D selaku orang tua asuh penulis yang
telah membiayai tempat tinggal penulis sampai selesai kuliah.
8. Kepada bapak Rahmat dan keluarga yang telah menjadi orang tua asuh
Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokrasi: Telaah Filsafat Politik John Rawls
(Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 34. 56
Henry J. Schmandt, Filsafat Politik, h. 454.
28
klasik dan kelompok intelektual radikal di Inggris selain Jeremy Bentham, David
Ricardo, dan Thomas Malthus.57
Mill banting stir dalam upaya memahami utilitarianism yang dimulai
pendahulunya Bentham, dari proyek banting stir Mill kita dapat melihat dari dua
hal, pertama, ia mengkritik pandangan Bentham bahwa kebahagiaan dan
kesenangan harus diukur secara kuantitatif, ia berpendapat bahwa kualitasnya juga
harus dipertimbangkan , karena ada kesenangan yang lebih tinggi mutunya dan
yang lebih rendah. Kesenangan manusia harus dihitung lebih tinggi dibandingkan
dengan kesenangan hewan tegasnya, dan kesenangan orang seperti Socrates lebih
tinggi dibandingkan orang tolol. “it is better to be a human being dissatisfied than
a pig satisfied; better to be Socrates dissatisfied than a fool satisfied.”58
. menurut
Mill kalkulasi kebahagiaan dapat diukur secara empiris, ukurannya didapati dari
petunjuk atau arahan orang bijak yang menurut Mill dapat menunjukan kualitas
mutu yang terbaik,59
yang kedua dari revisi Mill yaitu kebahagiaan yang menjadi
norma etis adalah kebahagiaan yang dapat dirasakan oleh banyak orang yang juga
terlibat dalam suatu kejadian, bukan kebahagiaan satu orang saja yang mempunyai
status khusus , sejatinya Mill disini menolak elastisitas aktor politik yang saat ini
kita lihat menjadi prilaku para pejabat publik, kebahagiaan satu orang tidak boleh
ditempatkan diatas kebahagiaan orang lain, berapapun penting kedudukannya
dalam masyarakat, “every body to count for one, nobody to count for more than
one.”60
57
Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, h . 177. 58
Henry J. Schmandt, Filsafat Politik, h. 456. 59
K. Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia, 1999), h. 264-265. 60
K. Bertens, Etika, h. 265.
29
Mill memberikan rumusan pada kaum empiris dan trasisi liberal negaranya
yang sama pentingnya dengan yang pernah dilakuakan Jhon Locke, ia
menyatukan argument-argument pencerahan dengan wawasan historis dan
psikologis romantisisme. Ia menyatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada
pengalaman, kepercayaan, dimana kepercayaan dan keinginan kita adalah produk
dari hukum psikologis asosiasi, serta menerima standarisasi Bentham tentang
jumlah total kebahagiaan terbesar umat manusia prinsip „kegunaan‟. Ini adalah
warisan pencerahan Mill ia memasukanya dengan konsep-konsep budaya dan sifat
romantik yang tinggi.61
Dalam epistemologi, empirisisme Mill sangat radikal. Ia menggambarkan
sebuah ditingsi antara proposisi-proposisi verbal dan real yang mirip dengan
konsep Kant mengenai putusan sitentik dan analitik. Akan tetapi berbeda dengan
kant, Mill menyatakan bahwa disamping matematika murni logika sendiri juga
berisikan proposisi-proposisi dan kesimpulan-kesimpulan real, dan ia juga
menolak keberadaan propsisi sintetik atau nyata, sebagai sebuah apriori. Bagi
Mill, sains logika dan matemtika mengemukakan hukum-hukum alam yang paling
umum yang sebagaimana ilmu sains lainnya, adalah usaha terakhir yang secara
induktif didasarkan pada kenyataan. Kita menerima prinsip-prinsip logika dan
matematika sebagai apriori karena kita menyadari bahwa mereka mustahil tidak
benar . Mill mengakui fakta-fakta yang didasarkan pada keyakinan kita, fakta-
fakta tentang ketakterpikiran atau ketidakterwakilan imajinatif, dan ia berusaha
menjelaskan fakta-fakta ini kedalam term-term asosionis. Ia meyakini bahwa kita
tidak dibenarkan mendasarkan klaim-klaim logika dan matematika pada sejumlah
61
Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, h 178.
30
fakta tentang apa yang terpikirkan sekalipun justifikasi itu sendiri bersifat
aposteriori.
Lalu bagimana sifat dan kedudukan induksi ? Mill menyatakan bahwa
bentuk primitif induksi adalah induksi enumeratif; sebentuk generalisasi
sederhana dari pengalaman. Yang ia maksud bukan maslah skeptik Hume tentang
induksi enumeratif. Generalisasi pengalaman adalah bentuk penyimpulan
sederhana kita dan tetap kita lakukan saat kita secara reflektif menyadarinya-
dalam pandangan Mill tidak ada lagi yang dapat atau perlu dijelaskan. Namun
demikian, ia mempelajari bagimana sebuah induksi enumeratif yang dari dalam
diperkuat oleh kenyataan berhasil membangun keteraturan, dan bagaimana
akhirnya ia melahirkan metode-metode penelitian penyelidika induktif, yang dapat
menciptakan keteraturan yang induksi enumeratif sendiri tidak dapat dilakukan.
Sementara Hume memunculkan pertanyaan-pertanyaan skeptik tentang induksi,
Mill meneruskan lewat analisis empiris tentang deduksi. Ia secara sederhana
mengakui bahwa deduksi benar hanya didasarkan pada memori dan dengan cara
generalisasi dari pengalaman, semua ilmu pengetahuan menurutnya dibangun
dengan cara ini.62
Mill selain epistemologis jugan menjelaskan tentang filsafat kebebasan
manusia dalam esai On Liberty (1859), bagi Mill manusia adalah individu yang
bebas yang di dalam dirinya terdapat potensi untuk senantiasa memenuhi
kebutuhan sendiri, dalam proses pemenuhan kebutuhan sendiri tersebut manusia
juga mencari bentuk kesenangan yang lebih tinggi dengan tujuan moral yang lebih
pasti, dan kesadaran sosial yang lebih tajam jika mereka memahami diri mereka
62 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, h 178.
31
dengan benar. Kemajuan intelektual manusia kadang menurut Mill terbatas dan
akhirnya rendah dikarenakan terdapat institusi praktik masyarakat yang
terorganisir, hal ini menjadi penghambat kreativitas maupun inovasi manusia yang
bebas.63
Dalam tradisi antara manusia bebas dan Negara yang mempunyai hukum,
menurut Mill selalu vis a vis dengan tatapan yang antagonistik. Negara tidak
sepenuhnya mempunyai wewenang mengatur masyarakat secara utuh, karena ada
hak-hak kebebasan yang dimiliki manusia merdeka. Kemerdekaan manusia ini
menurut Mill adalah transformasi dari pemikirannya tentang utilitarianisme
manusia, manusia merdeka selalu menjalankan prinsip kebenaran walaupun
mungkin salah , ia tetap memandang kebenaran.64
Pemahaman self-fulfillmen (pemenuhan diri) menurut Mill adalah manusia
harus ditekankan dalam pemenuhan diri selalu dalam konteks kebaikan umum,
individualitas manusia memahami bahwa dirinya terbatas oleh hak-hak dan
kepentingan orang lain yang juga mempunyai upaya pemenuhan diri yang sama.65
Dalam gagasan tentang pemerintahan Mil menolak kontrak sosial yang
tidak mempunyai dasar kebaikan yang kuat, baginya sistem pemerintahan
haruslah merupakan hasil dari kebaikan sebuah masyarakat utilitarian. Kebebasan
penting menjadi bagian integral dalam tradisi politik ideal Mill, yang baginya
akan melahirkan rasa tanggung jawab didalamnya.66
Keadilan bagi Mill mendahulukan asas manfaat dari pada asas hak, bagi
paham utilitarianisme kesejahteraan sosial sudah sudah dengan sendiri meliputi
juga kesejahteraan individu. Bagi Rawls terlalu menekankan asas manfaat dan
63 Henry J. Schmandt, Filsafat Politik, h. 458. 64
Henry J. Schmandt, Filsafat Politik , h. 460. 65
Henry J. Schmandt, Filsafat Politik , h. 461. 66
Henry J. Schmandt, Filsafat Politik , h. 464-465.
32
melupakan asas hak yang merupakan fundamen dari prinsip-prinsip moral
khususnya keadilan , karena tidak adil jika mengorbankan hak dari satu atau
beberapa orang untuk kepentingan ekonomis yang lebih besar bagi masyrakat
secara keseluruhan.67
D. Tiga Teori Etika tentang Keadilan
Di semenanjung Yunani Eropa Selatan filsafat sebagai ilmu mulai
dikembangkan, selama berabad-abad orang-orang Yunani hidup berdasarkan
tradisi dan kepercayaannya, sejak abad ke-6 sebelum Masehi orang-orang Yunani
mengalami perubahan, mulai dari sektor ekonomi awalnya masyarakat agraris
menjadi masyarakat yang hidup dari perdagangan internasional, pun secara politis
kota Yunani bukan merupakan kesatuan melainkan terdiri dari puluhan kota
mandiri, diantaranya Athena menjadi kota yang paling maju, makmur, terbuka,
kosmopolit dan berkuasa. Kota yang mendukung perkembangan rasionalitas
dimana orang berpikir dan berefleksi sehingga individualitas dapat berkembang.
dalam sejarah Athena tahun 6 SM muncul bentuk negara demokrais yang selama
200 tahun menyebar ke kota-kota Yunani, ilmu pengetahuan pun tumbuh subur
dan sumbangan terbesar budaya Yunani bagi umat manusia adalah filsafatnya.68
Mulai abad ke-6 pemikiran yang rasional, kritis dan reflektif mengenai
kenyataan, kosmos dan manusia dimulai, berawal dari para filsuf menanyakan apa
itu arche dari segala yang ada yang membawa pada hakikat segala yang ada yang
objeknya adalah kosmos atau alam, dan mempertanyakan bagaiman manusia
harus hidup bermakna dan menata kehidupannya dengan baik, karenanya filsafat
Yunai sebagai filsafat alam berkembang menjadi metafisika kemudian etika.
67
Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokrasi: Telaah Filsafat Politik John Rawls, h. 31. 68 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, h. 11.
33
Maka tidak heran Yunani sangat berpengaruh dalam pemikiran Barat selanjutnya
dan berpengaruh pada para Filsuf Islam dalam abad enam pertama.69
Dalam sejarah etika , jejak pertama etika dimulai dari murid Pytagoras yang
tradisinya dilanjutkan selama dua ratus tahun, menurut mereka prinsip-prinsip
matematika merupakan dasar dari segala realitas yang ada, mereka penganut
ajaran reinkarnasi dimana badan merupakan kubur jiwa. Agar dapat bebas dari
badan harus menempuh jalan pembersihan dengan cara bertahap, berfilsafat atau
bermatematika. Dimana manusia dibebaskan dari keterkaitan duniawi dan
dirohanikan dan musik sebagai penyelaras kehidupan. Seratus tahun kemudian
muncul Demokritos yang mengatakan bahwa arche dari segala yang ada adalah
atom-atom lebih dari itu bagian-bagian terkecil ini mengajarkan aturan kehidupan
praktis yang menunjukan idelaisme yang tinggi dimana manusia harus
mengusahakan apa yang namanya keadilan.70
Menurut demokritos nilai tertinggi
adalah kenimatan apa yang enak dalam hidup atau dengan kata lain hedonistik.
Abad ke 5 SM kehidupan filsafat ditentukan oleh kaum Sofis mereka menegaskan
bahwa baik dan buruk lebih merupakan keputusan masing-masing dan
kesepakatan bersama bukan suatu aturan yang abadi, baginya hukum tidak abadi.
Sokrates merupakan orang yang mengatasi kedangkalan kaum sofis dengan
pendekatan dialogis, sokrates tak meninggalkan karya atau tulisan, ajarannya pun
hanya dapat dikeatahui melalui tulisan-tulisan Platon yang merupakan salah satu
murid dari sokrates, dalam dialog-dialog Platon hampir sokrates jadi topik
pembicaraan utama, melalui pendekatan dialogis sokrates membawa orang untuk
memperdalam pikiran dan jauh dari pemikiran yang dangkal, socrates ingin
69
Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, h. 11-12. 70 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, h. 13.
34
membawa manusia kepada pemahaman yang etis, manusia diantara kepada
kesadaran tentang apa yang baik, bermanfaat, dan bijaksana. Sokrates yakin
bahwa orang yang baik adalah orang yang sadar akan yang baik baginya,
perbuatan akibat gelapnya diri manusia, ia tidak menawarkan suatu ajaran
tersendiri namun ia ingin mengantarkan manusia untuk lebih mengenal dirinya
sendiri dengan demikian bisa terlepas dari pemikiran yang dangkal, ia berkata
bahwa orang yang bijaksana akan mengerti bahwa hal yang paling buruk bukanlah
penderitaan ataupun ketidakadilan melainkan melakukannya.71
Dalam hal ini ada tiga teiori etika yakni teleologis, utilitarian dan
deontologis. Di kubu teleologis ada Aristoteles , deontologis gagasan dari Kant
dan utilitarian dari John Stuart Mill, untuk memebahas ketiga teori etika tersebut
kita terlebih dahulu membagi pembahasan dalam beberapa sub yakni pertama,
etika Yunani dalam hal ini penulis hanya mengurai sepintas pemikiran dua tokoh
besar filsafat yunani yakni Platon dan muridnya Aristoteles sebagai peletak
pertama ilmu etika, kedua, etika Islam sebagai tokohnya adalah Ibn Miskawyh
dan Ibn Rusyd, dan ketiga, etika modern yakni tokoh yang diambil adalah
Immanual Kant, dan John stuart Mill dimana tokoh-tokoh diatas adalah para
failasuf yang gagasan ideanya mempengaruhi rampungnya pemikiran John Rawls.
Tiga teori etika yakni; Teleologis (Etika Kebahagiaan) adalah etika
bertujuan, maksudnya apa yang terbaik bagi manusia, mesti ada tujuannya, yakni
kesenangan (hedonism) dan Eudemonism, yang baik adalah apa yang memuaskan
keinginan kita, yang meningkatkan kuantitas dan kenikmatan.72
71
Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, h. 13-14. 72 Subhi Ibrahim, Asas-asas Filsafat, h. 101.
35
Menyangkut etika hedonisme bisa kita lacak dari seorang murid Sokrates
Aristippos dari Kyrene menurutnya yang baik adalah kesenangan karena faktanya
manusia dari sejak kecil tertarik pada kesenangan, filosof lainnya ada Epikuros
baginya kesenangan adalah tujuan hidup manusia, kesenangan yang dimaksud
adalah terbebas dari rasa sakit, penderitaan, dan keresahan jiwa. Namun Epikuros
mencatat bahwa orang yang bijak adalah orang yang terlepas dari segala
keinginannya, karena pada saat itu orang tersebut mencapai ataraxia (ketenangan
jiwa) dan hal tersebut juga merupakan tujuan hidup manusia selain kesenangan.73
Selain ada hedonisme juga ada etika Eudemonisme penggagasnya adalah
sang filsuf besar Aristoteles, baginya manusia dalam segala aktivitasnya mengejar
tujuan dan puncak tujuan tertinggi dari manusia adalah kebahagiaan. Dan untuk
mencapainya manusia harus menggunakan rasio, menjalankan fungsi-fungsinya
dengan melakukan kegiatan rasional yang disertai keutamaan, disini Aristoteles
membagi keutamaan menjadi dua; keutamaan intelektual; menyempurnaka rasio
dan keutamaan moral; melakuakan pilihan-pilihan dalam hidup. Keutamaan
tersebut bias dicapai dengan sikap tengah atau phronesis (kebijaksanaan
praktis).74
Tokohnya ada Aristoteles baginya keadilan Aristoteles membahas macam-
macam keadilan ada keadilan sebagian ( partial Justice) atau tindakan keadilan
sebagai keadilan dalam distribusi atau pembagian, ada juga tindakan adil sebagai
pembenaran; keadilan ini adalah suatu jalan tengah antara kehilangan dan
tambahan, sebagai contoh orang yang meminta perlindungan kepada hakim ,
73
Subhi Ibrahim, Asas-asas Filsafat, h. 102. 74
Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, h. 39.
36
indikasinya adalah bahwa yang adil adalah sejenis garis tengah75
menjadi
pelantara penghubung (hakim), hakim mengemban keseimbangan. Kemudian ada
tindakan adil sebagai resiprositas dalam kehidupan ekonomi Negara, orang yang
mempercayai kaum phytagorean bahwa adil dalam arti tanpa syarat adalah
tindakan saling atau resiprocity adil dalam arti ini mengandung ikatan yang
mengikat hubungan bersama yaitu resiprositas dalam arti menyangkut proposisi
dan tidak dalam arti kesamaan yang tepat sebagai gantinya, ini karena hal
demikian merupkan balasan kembali tentang apa yang proposional terhadap apa
yng diterima seeorang yang mengikat suatu negara secara bersama-sama.76
Selanjutnya ada Etika Utilitarian yang digagas oleh Bentham dan
disempurnakan oleh muridnya John Stuart Mill, bagi Bentham manusia berada
dalam dua posisi yakni kesenangan dan ketidaksenangan, dan baginya manusia
cenderung menjauhi ketidaksenangan. Kebahagian menurut Bentham adalah
memiliki kesenangan dan bebas dari rasa susah, dan suatu perbuatan dinilai baik
jika perbutan tersebut meningkatkan kebahagiaan banyak orang the principle
utility: the greatest happiness of the greatest number, karenanya aplikasi dari
kegunaan harus melalui kuantifikasi, kemudian hadir tokoh yang mengkritik
gagasan Bentham muridnya sendiri yakni John Stuart Mill, bagi Mill kesenangan/
kebahgiaan harus mempertimbangkan sisi kualitas juga, baginya ada semacam
hierarki dari kesenangan dan kebahagaiaan seperti rendah dan tinggi
kebahagiaan.77
Keadilan dalam paham utilitarianisme mendahulukan asas manfaat
dari pada asas hak.
75
Aristoteles, Nicomachean Ethics, h. 121. 76
Aristoteles, Nicomachean Ethics, h.123. 77
Subhi Ibrahim, Asas-asas Filsafat, h. 103-104.
37
Terakhir Etika Dentologis (Etika Kewajiban) adalah Immanuel Kant
seorang filosof modern menururtnya yang baik adalah kehendak baik itu sendiri,
sesuatu kehendak menjadi baik karena kewajiban, dan Kant membagi kewajiban
menjadi dua imperatif kategoris dan imeratif hipotesis. 78
Keadilan bagi kant
adalah berdasar pada hukum moral atau bersifat institusionisme.
Secara umum penjelasan di atas merupakan pendekatan sistematis dalam
memandang keadilan yang dirumuskan dalam tiga teori etika, dan dalam awal
penulisan menjelaskan bagaimana secara historis keadilan muncul melalui
pendekaan etika.
78
Subhi Ibrahim, Asas-asas Filsafat, h. 104.
38
BAB III
BIOGRAFI JOHN RAWLS DAN MURTADHA MUTHAHHARI
A. Biografi John Rawls
A.1. Riwayat Hidup dan Pendidikan
John Rawls dipandang sebagai salah satu pemikir dimana gagasannya
begitu berpengaruh dalam sumbangan sejarah kehidupan politik di negara-negara
modern, dengan teori keadilannya sebagai sebuah konsep politik, dimana struktur-
struktur sosial sebagai salah satu dasar pijakan utama teorinya.
Sebelum lebih lanjut membahas mengenai pemikiran John Rawls ada
baiknya kita mengetahui latar belakang riwayat kehidupan John Rawls sehingga
mengkonstruk Rawls menjadi seorang pemikir yang cemerlang di abad ini,
dimana gagasan-gagasannya memiliki pengaruh yang sangat dahsyat dibidang
politik. A Theory of Justice 1971 sebagai master piece laku keras dan
diterjemahkan kedalam 23 bahasa.1
John Borden Rawls atau lebih dikenal dengan sebutan John Rawls lahir
pada tahun 1921, merupakan putra kedua dari lima bersaudara William Lee Rawls
dan Anna Abell Stump, tidak heran Rawls tumbuh menjadi seorang pemikir yang
cemerlang sebab ayahnya merupakan seorang ahli hukum juga ibunya yang
memiliki perngaruh didalam gerakan feminisme dimana Rawls tumbuh dari
keluarga yang kaya dan terhormat di Baltimore.2
Perjalanan pendidikannya dimulai dari sebuah sekolah umum di Baltimore
kemudian memasuki sekolah menengah di sekolah swasta tepatnya di
1 Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokarasi; Telaah Filsafat Politik John Rawls
(Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 14. 2Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokarasi; Telaah Filsafat Politik Jhon Rawls, h. 14.
39
Connecticut, disinilah Rawls memiliki fase religiusitas meski ia seorang liberal.
Tahun 1939 Rawls masuk universitas Princeton dan bertemu dengan Norman
Malcolm dimana ia merupakan seorang pengikut Wittgenstein dan di sini pula
minat Rawls terhadap filsafat tumbuh. Kemudian ia menempuh pendidikan di
dinas militer dan pernah ikut bertempur kemudian Rawls diangkat menjadi
perwira namun ia lebih memilih mengundurkan diri karena pengalaman dalam
dinas militer dan perang yang mengerikan sehingga Rawls begitu membenci
perang. Tahun 1946 Rawls meninggalkan dinas militer dan menjadi warga sipil
biasa, bahkan Rawls ikut bergabung dengan kelompok Harvard yang menolak
mahasiswa ikut wajib militer. Rawls pun kembali ke almamaternya melanjutkan
program doktornya dan menulis disertasi dalam bidang filsafat moral, dimana saat
kuliah Rawls mengambil mata kuliah filsafat politk sehingga dengan ini
mendorongnya lebih jauh untuk menulis mengenai keadilaan, bisa dihitung dari
awal masuk kuliah hingga selesai untuk merumuskan gagasan ide tentang
keadilan, Rawls membutuhkan waktu 20 tahun untuk mempersiapkan lahirkan
sebuah karya A Theory of Justice.3
Rawls merupakan seorang yang cemerlang, setelah menyelsaikan studinya
Rawls memberi kuliah di Oxford selama satu tahun dan merumuskan 2 gagasan
mengenai “ original Position” dan “ the veil of ignorance” tahun 1953 ia kembali
ke Universitas Cornell bergabung dengan Norman Malcolm mantan
pembimbingnya, berangkat dari pengalaman mengajarnya di Oxford selama
setahun pada tahun 1957 Rawls menulis sebuah artikel meneganai “ Justice as
Fairness” yang merupakan inti dari gagasannya mengenai teori keadilan yang
3 Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokarasi; Telaah Filsafat Politik John Rawls, h. 15-
16.
40
pada saat itu Rawls berusia 30 tahun. Pada tahun 1960 A Theory of Justice mulai
di perkenalkan di sebuah forum seminar dan resmi diterbitkan pada tahun 1971.
Rawls menjadi guru besar di Universitas Harvard setelah 2 tahun sebelumnya
mengajar dan diberikan posisi penting di Massachusetts Institute of Thechnology,
setelah diterbitkannya A Theory of Justice Rawls masih terus rajin menulis artikel
lainnya sebagai koreksi sebagian gagasannya dan melanjutkan lebih lanjut di
dalam karyanya A Theory of Justice yang telah membawanya sebagai filsuf yang
berpengaruh dalam bidang filsafat moral dan politik, pelbagai karangan artikelnya
yang kemudian ia edit dan diterbitkan dalam sebuah buku tahun 1993 “ Political
Liberalism”.4
John Rawls menikah dengan Margaret Fox dan dikaruniai 5 orang anak,
istrinya yang merupakan seorang pelukis, Rawls sendiri pun dikenal sebagai
kritikus dan pengamat seni khususnya seni Amerika karena pandangannya
mengenai seni ini membantu dalam karya seni istrinya, keduanya saling
mendukung dalam karir sehingga pada momen bulan madu pun Rawls dan
istrinya menyusun indeks sebuah buku mengenai Nietzsche yang ditulis oleh
Walter Kaufman. Kini Rawls dan keluarga lebih dari 40 tahun tinggal di
Lexington, Harvard, Amerika Serikat.5
Buku John Rawls yang berjudul A Theory of Justice bisa dikatakan
merupakan hasil dari pemikirannya yang dikembangkan selama dua belas tahun
mengenai keadilan, sejak diterbitkan tahun 1971 buku ini mendapatkan respon
yang begitu luar biasa di kalangan para pemikir khususnya dalam bidang filsafat
politik , sebut saja Norman Daniels yang memberikan pengantar pada kumpulan
4Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokarasi; Telaah Filsafat Politik Jhon Rawls, h. 16.
5 Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokarasi; Telaah Filsafat Politik Jhon Rawls, h. 17.
41
tulisannya yang diedit kemudian diterbitkan dengan judul Reading Rawls, Critical
Studies On Rawls ‘ A Theory of Justice ini merupakan bukti betapa besarnya
tanggapan terhadap karya Rawls mengenai teori keadilannya.
A.2. Karya-Karya
John Rawls termasuk sorang yang produktif dalam menulis, sehingga
banyak karya-karya yang ia lahirakan dan berbagai tulisan yang ia muat. Selain
buku A Theory of Justice yang merupakan karya terbesarnya Rawls juga menulis
buku yang lainnya sebagai pengembangan dari gagasan teori keadilannya.
Diantara karya Rawls yang lain adalah ; Politic Liberalism yang ia rampungkan
pada tahun 1993, Justice as Fairness 1985, The Law of Peoples 1993, Lectures on
the history of moral philosophy 2000, Justice as Fairness: A Restatement 2001, A
brief inquiry into the meaning of sin and faith, Collected Papers.
John Rawls meninggal tahun 2002 pada usia 81 tahun di Lexinton
Amerika Srikat, dimana Rawls merupakan filosof di abad ke-20 yang menaruh
perhatian lebih dalam bidang filsafat politik, liberalism, terutama pada persoalan
keadilan, politik, dan teori kontrak sosial. Seperti pemikir yang lainnya karya
Rawls mengenai keadilan ini tidak lahir dalam ruang kosong, ia dipengaruhi oleh
para pemikir sebelumnya seperti Locke, Hobbes, Kant, J.S. Mill, Rousseau,
Charles Darwin dll, atau lahir dari hasil konstruksi teori-teori sebelumnya
mengenai utilitarianisme Mill atau yang lainnya. Dan banyak juga para pemikir
yang dipengaruhi oleh Rawls seperti Thomas Nagel, Pogge, T. M. Scanlon,
Joshua Cohen, Amartya Sen, Christine Korsgaard, Alasdair MacIntyre, Michael
Sandel, Onora O'Neill, Martha Nussbaum, Albert Borgmann, Will Kymlicka,
42
Ronald Dworkin, John Harsanyi, Kenneth Binmore, David Estlund, Susan
Neiman. 6
B. Biografi Murtadha Muthahhari
B.1. Riwayat Hidup dan Pendidikan
Murtadha Muthhari merupakan seorang pemikir Iran yang sangat
produktif dan gagasan-gasannya dijadikan referensi oleh pemikir-pemikir
setelahnya, ia lahir di Fariman Iran Timur pada tanggal 2 Februari 19207.
Murtadha Muthahhari tak jauh berebeda dengan ayahnya Muhammad Husein
Muthahhari yang memiliki pemikiran yang berpengaruh juga sebagai ulama
terkemuka, meskipun dalam beberapa hal pemikiran keduanya berbeda dan sang
anak bisa lebih dikatakan pemikirannya lebih cemerlang dari ayahnya, meskipun
begitu Murtadha tetap menghormati dan menganggap ayahnya sebagi guru
pertamanya.8 Selama 12 tahun ia besar dalam asuhan ayahnya dan memperoleh
pendidikan dari ayahnya kemudian ia hijrah ke lembaga pengajaran formal formal
di Marsyad dimana ia mulai tertarik pada filsfat teologi, dan Tasawuf.9
Di Marsyad ia menaruh perhatian pada guru yang bernama Mirza Mahdi
Syahidi Razilidi Razail seorang guru filsafat yang wafat 1936, namun sayangnya
ia belum sempat belajar karena belum cukup umur untuk mengikuti kuliahnya
karena hal itu ia meninggalkan Marsyad dan hijrah belajar di Qum.10
6 Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokarasi; Telaah Filsafat Politik Jhon Rawls, h. 15. 7 Murtadha Muthahhari, Kritik Islam terhadap Materialisme terj. Ahmad kamil (Jakarta: