Konsep Ilmu Akhlaq Mata Kuliah: Akhlaq Tasawuf Dosen Pengampu: Ibu Ita Rosita Disusun oleh: Kelompok I 1. Robbiatul Addawiyah (132411186) 2. Muhammad Hidayatullah ( ) 3. Lailatul Nur Sya’diyah (132411122) JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO 2014
Konsep Ilmu Akhlaq, berisi tentang apa pengertian Akhlaq, sumber-sumber yang digunakan, ruang lingkup akhlaq, dan manfaatnya mempelajari ilmu akhlaq.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Konsep Ilmu Akhlaq
Mata Kuliah: Akhlaq Tasawuf
Dosen Pengampu: Ibu Ita Rosita
Disusun oleh:
Kelompok I
1. Robbiatul Addawiyah (132411186)
2. Muhammad Hidayatullah ( )
3. Lailatul Nur Sya’diyah (132411122)
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu ilmu dipelajari karena ada manfaatnya. Karena memberikan manfaat sehingga
ada pula yang dapat dipetik setelah sekian lama ditekuni dan diamalkan dari ilmu tersebut.
Demikian dengan ilmu ahlak (Etika Islam) sebagai salah satu cabang ilmu Agama yang juga
menjadi pembahasan untuk pedoman kita dalam bertingkah laku.
Orang – orang yang memiliki pengetahuan dalam ilmu akhlaq lebih utama daripada
orang – orang yang tidak mengetahuinya. Pengetahuan ilmu akhlaq itu dapat menghantarkan
seseorang pada jenjang kemuliyaan akhlaq, karena dengan ilmu itu akan dapat menyadari
mana perbuatan yang baik yang menghantarkan kepada kebahagiaan dan mana pula
perbuatan yang jahat yang menjerumuskan kepada kesesatan dan kecelakaan.
Tujuan utama dari diutusnya Nabi SAW ialah untuk menyempurnakan akhlak.
Mungkin ini berkaitan erat dengan karakter manusia yang merupakan makhluk sosial yang
tidak bisa lepas dari interaksi dari sesama, sehingga dibutuhkan sebuah sistem yang
kemudian akan menciptakan sebuah keharmonisan dalam kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian akhlak ?
2. Apakah umber – sumber akhlak ?
3. Apa sajakah ruang lingkup akhlak ?
4. Apakah manfaat akhlak ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Secara etimologi akhlak merupakan jamak dari kata khuluqun yang berarti budi
pekerti, perangai, tabiat dan tingkah laku. Kalimat ini merupakan kalimat persesuaian dari
kata kholqun yang artinya kejadian, kata ini erat kaitannya dengan khaliq yang berarti dicipta
dan makhluq yang berarti di cipta.1
Adapun Pengertian Ahklak seccara terminologi yang dikemukakan oleh ulama’
akhlak:
Ibn Miskawaih
“keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
tanpa melalui pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).
Imam Ghazali
“Akhlaq adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih
dahulu).
Prof. Dr. Ahmad Amin
“Akhlaq merupakan suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa
yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang harus diperbuat.2
Dalam bahasa Indonesia akhlaq setara dengan budi pekerti, dimana budi pekerti itu
berasal dari kata majemuk yakni ‘budi’ yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti
kesadaran atau menyadarkan dan ‘pekerti’ yang berasal dari bahasa Indonesia yang berarti
kelakuan, yang dalam bahasa yunani sepadan dengan etika yang berasal dari kata ethos yang
berarti kebiasaan.3
B. Sumber – sumber Akhlak
Perbuatan-perbuatan yang mempunyai nilai baik dan buruk, mempunyai sumber yang
jelas. Adapun sumber Ilmu Akhlak adalah sebagai berikut:
3Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Pers, hal. 39
1. Al-Qur’an4
Al-Qur’an sebagai sumber ilmu ahlak yang merupakan firman Tuhan, sehingga tidak
ada keraguan baginya untuk dijadikan sebagai dasar atau sumber. Meskipun ada beberapa
perangkat yang diperlukan untuk mendukungnya.
Nilai-nilai yang ditawarkan oleh al-Qur’an sendiri sifatnya komprehensif. Perbuatan
baik dan buruk sudah dijelaskan di dalamnya. Hanya saja, ada yang perlu diperhatikan.
Mengingat ada banyak ayat-ayat al-Qur’an yang membutuhkan penafsiran. Sehingga
untuk mememudahkan, orang-orang akan merujuk kepada al-Hadits ( sebagai Asbabun
Nuzul suatu ayat) dan al-Aqlu (penalaran akal). Sejauh manakah campur tangan kedua
dasar tersebut pada persoalan Ilmu Akhlak. Pastinya al-Hadits dan al-Aqlu tidak akan
merubah pesan yang ingin disimpaikan oleh al-Qur’an.
2. Al-Hadits
Di dalam al-Qur’an terlah dijelaskan bahwa Nabi itu peribadi yang agung.5Karena
memang pada dirinya terdapat sebuah suri tauladan yang baik.6Keistimewaan tersebut,
tidak hanya diakui oleh umat Islam saja, akan tetapi non-muslimpun mengakui hal
tersebut. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Machael H. Hart tentang 100
tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah, dia menyatakan bahwa Nabi Muhammad
menduduki posisi pertama. 7Jelaslah bahwa tidak ada kecacatan dalam peribadi Nabi,
karena memang tugas diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak.8
Akhlak dibagi menjadi dua macam :
1. Akhlakul Karimah
Akhlakul karimah adalah akhlak yang mulia atau terpuji. Akhlak yanh baik itu
dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula yaitu sesuai dengan ajaran Allah SWT dan
rasil-rasulNya9
Misalnya :
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
“Dan bertaqwalah kepada Ku, hai orang-orang yang berakal”. (QS Al-
Baqarah : 197)
Rasulullah juga telah bersabda yang mana artinya adalah sebagai berikut :
“Bertqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah suatu
keburukan dengan kebaikan, niscaya akan menghapuskannya dan bergaullah
4Athoullah Ahmad. Antara Ilmu Akhlak Dan Tasawuf. Banten: Sengpho, hal. 3 5QS. As-Syu’ara: 137 6QS. Al-Ahzab: 21 7Machael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah.chm. Pustaka Online Media
ISNET: mediaisnet.org 8HR. Ahmad 9 Ahmad Dimyathi Badruzzaman, Panduan Kuliah Agama Islam, Bandung: Sinar Baru, 2000, hal.
dengan sesma manusia dengan akhlak yang baik”(H.R Tirmidzi dari Abu
Dzar dan Mu’adz bin Jabal)
b. Berbuat baik kepada kedua orang tua.
Allah SWT telah berfirman yang mana artinya adalah sebagai berikut :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain
Dia.dan hendaklah kamu berbuat baik kepad ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia”(QS Al-Isra’ : 23)
Rasulullah juga telah bersabda
“Ridha Allah SWT itu terletak pada ridha kedua orang tua, dan murka Allah
itu terletak pada murkanya kedua orang tua”(H.R Tirmidzi dari Abdullah bin
‘Amr).
c. Suka Menolong Orang yang Lemah
Allah SWT telah berfirman dalamsurat Al-Maidah : 2 yang mana artinya adalah
sebagai berikut:
“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa.
Dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran”.
Rasulullah juga telah bersabda:
“Dan Allah akan menolong hambaNya, selama hambaNya itu suka menolong
saudaranya”(H.R Muslim dari Abu Hurairah)
2. Akhlakul Madzmumah
Akhlakul madzmumah adalah akhlah tercela / akhlak yang tidak terpuji.
Akhlakul madzmumah (tercela) ialah akhlak yang lahir dari sifat-sifat yang tidak
sesuai dengan ajaran Allah SWT dan RasulNya.10
Misalnya :
a. Musryik (menyekutukan Allah)
Sebagaiman firman Allah SWT yang artinya :
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata ‘sesungguhnya Allah
ialah Al Masih putra Maryam’ padahal Al Masih sendiri berkata ‘ Hai Bani
Israil, sembahlan Allah Tuhanku dan Tuhanmu!’. Sesungguhnya orang-orang
yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pastilah Allah
mengharamkam surga kepadanya dan tempatnya adalah neraka. Orang-orang
zalim itu tidaklah mendapat seorang penolong pun”(QS Al Maidah : 72).
Rasulullah SWA juga bersabda yang artinya sebagai berikut :
“Tidaklah kalian mau kuberi tahukah sebesar-besarnya dosa besar? (beliau
mengatakan demikian demikian sampai 3 kali). Para sahabat
10Ibid, hal. 41
menjawab,”Tentu ya Rasulullah “. Rasulullah SAW bersabda yang demikian
itu adalah musryik (menyekutukan Allah)”.(H.R Bukhari dan Muslim)
b. Pergaulan Bebas (zina)
Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mendekati zina , sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan keji dan jalan yang buruk”(QS Al-Isra’ : 32)
Rasulullah telah bersabda yang artinya :
“tidak ada suatu dosa pun setelah musryik (menyekutukan Allah) yang lebih besar di
sisi Allah dari pada seseorang yang meletakkan spermanya kepada kamaluan perempuan
yang tidak halal baginya”(H.R Ahmad dan Thabari dari Abdullah bin Al-Harits)
c. Meminum Minuman Keras (narkoba)
Dalam hal ini Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Maidah : 90, yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi,
berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan
keji yang termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan”(QS Al-Maidah : 90)
Rasulullah dalam hal ini telah bersabda :
“Jauhilah minum minuman keras, karena dia merupakan kunci segala keburukan”
(H.R Al-Hakam dari Ibnu Abbas r.a)
C. Ruang Lingkup Akhlaq
Jika disimpulkan dari definisi Akhlaq seperti yang dijelaskan di atas maka ruang
lingkup pembahasan Ilmu Akhlaq membahas perbuatan’perbuatan manusia kemudian
menetapkanya sebagai perbuatan yang baik ataukah perbuatan yang buruk. Ilmu Akhlaq juga
dapat dikatakan sebagai Ilmu yang berupaya untuk mengenali tingkah laku manusia
kemudian memeberikan penilaian terhadap perbuatan tersebut.
Ahmad Amin mengemukakan bahwa objek Ilmu Akhlaq adalah membahas perbuatan
manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk11. Dari lain sumber
disebutkan pendapat seorang ulama bernama Muhammad ‘Abdullah Draz dalam bukunya
yang berjudul Dustur al Akhlaq fi al Islam12, ruang lingkup Akhlaq dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Akhlaq pribadi (al akhlaq al fardiyah). Akhlaq ini terdiri dari: (a) yang diperintahkan
(al awamir), (b) yang dilarang (an nawahi), (c) yang diperbolehkan (al mubahat), dan
(d) akhlaq dalam keadaan darurat (al mukhalafah bi al idhtirar).
2. Akhlaq dalam berkeluarga (al akhlaq al usariyah). Akhlaq ini terdiri dari: (a)
kewajiban timbale balik antara orang tua dan anak (wajibat nahwa al ushul wa al
furu’), (b) kewajiban suami istri (wajibat baina al azwaj), dan (c) kewajiban terhadap