6 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005). Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkan oleh kuman salmonella Typi dan Salmonella paratypi A, B, C (Soedarto, 1992). Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih di sertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa penurunan kesadaran (Rampengan, 1993) Demam Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang di sebabkan infeksi salmonella Typi, organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Bruner, 1994). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang di sebabkan oleh Salmonella Typi atau salmonella paratypi A,B,C yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan disertai gangguan sistem pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Dalam
34
Embed
KONSEP DASAR Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-yanhadiono... · gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat
pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah,
2005).
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang di
sebabkan oleh kuman salmonella Typi dan Salmonella paratypi A, B, C
(Soedarto, 1992).
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih di sertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa penurunan kesadaran (Rampengan, 1993)
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang di
sebabkan infeksi salmonella Typi, organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urin dari orang yang
terinfeksi kuman salmonella (Bruner, 1994).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Demam
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang di sebabkan oleh
Salmonella Typi atau salmonella paratypi A,B,C yang dapat menular melalui
oral, fekal, makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan disertai
gangguan sistem pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Dalam
7
memahami Demam Typhoid perlu memahami anatomi fisiologi sistem
pencernaan.
B. Anatomi dan Fisiologi
Gambar 1. Sistem Pencernaan Tubuh Manusia
(Sumber : Syaifuddin, 1997)
8
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Usus Halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah kanan),
mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa
tidak enak, peristaltik usus meningkat.
g. Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
28
h. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi
lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan
perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan feses
Darah samar mungkin positif (erosi mukosa), steatorea dan garam
empedu dapat ditemukan.
b. Foto
Menekan barium dapat menunjukkan penyempitan lumen pada ileum
terminal, kekakuan dinding usus, mukosa mudah terangsang / lukus.
c. Pemeriksaan sigmoideskopi
Dapat menunjukkan edema hiperemik mukosa kolon, celah
transversal/lukus longitudinal.
d. Darah lengkap
Anemia (hipokromik, kadang-kadang makrositik) dapat terjadi
karena malnutrisi /malabsorbsi / tekanan fungsi sumsum tulang
(proses inflamasi usus), peningkatan sel darah putih.
e. Kolonoskopi
Mengidentifikasi adanya perubahan lumen dinding (menyempit/tidak
teratur), menunjukkan obstruksi usus.
29
J. Pathways Keperawatan
air dan makanan yang mengandung kuman salmonella typhosa
dimusnahkan asam lambung lambung
usus halus berkembangbiak dalam p. limfe/jar limfe sel retikuloendotelial, hati dan limfe
bakteriemia usus halus mulut pembesaran hati rx peradangan peradangan selaput putih pelepasan merangsang bau tidak sedap zat pirogen peningkatatan peristaltik usus pusat termogulasi diare anoreksia kelemahan tubuh demam peristaltik usus menurun
Intake tidak Adekuat Sumber : (Soegijanto, 2002)
Nyeri abdomen/perabaan
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan eliminasi diare
Peningkatan suhu tubuh
Gangguan eliminasi konstipasi
Intoleransi aktivitas
Devisit volume cairan
30
K. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan beberapa sumber penulis menyimpulkan diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada Demam Typhoid sebagai berikut :
1. Hipertermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin
pada hipotalamus (Suriadi, 2001)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan, mual, kembung, gangguan absobsi pada usus
halus
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan distensi pada dinding perut,
Hepatomegali
4. Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan sekunder terhadap diare, kurangnya intake cairan, peningkatan
suhu tubuh
5. Gangguan eliminasi: Diare berhubungan dengan inflamsi, iritasi, atau
malabsorbsi usus, adanya toksin, adanya penyempitan segmentasi lumen.
6. Gangguan eliminasi konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik usus (Carpenito, 2001)
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
31
L. Fokus Intervensi
Setelah mengetahui masalah keperawatan yang sering muncul pada
Demam Typhoid, berikut ini adalah beberapa tindakan keperawatan yang
penulis simpulkan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut.
1. Hipertermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin
pada hipotalamus
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh dalam
batas normal.
b. Rencana tindakan
1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan menggigil.
Rasional : suhu 38,9-41,1’C menunjukan proses penyakit
infeksius.
2) Pantau suhu lingkungan, batasi/tambah linen tempat tidur,
sesuai indikasi.
Rasional : Suhu lingkungan/jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
3) Berikan kompres mandi hangat , hindari penggunaan alkohol
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam. (penggunaan
alcohol/air es mungkin menyebabkan peningkatan suhu secara
actual.
4) Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam untuk aksi
sentralnya pada hipotalamus. Meskipun demam mungkin dapat
32
berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan
meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan,mual, kembung, gangguan absobsi pada usus
halus
a. Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi
b. Rencana tindakan:
1) Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan
diet/keefektifan terapi
2) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase
sakit akut
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi.
3) Anjurkan istirahat sebelum makan.
Rasional :Menenangkan peristaltic, dan meningkatkan rasa
makanan.
4) Berikan kebersihan oral
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa
makanan.
5) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani.
33
Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress
dan lebih kondusif untuk makan.
6) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen,
flatus.
Rasional : Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.
7) Catat masukan dan perubahan simtomatologi.
Rasional : Memberikan rasa control pada pasien dan
kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan/
dinikmati, dapat meningkatkan masukan.
8) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai
makan diet.
Rasional : Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan
oleh takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
9) Pertahankan puasa sesuai indikasi.
Rasional : Istirahat usus menurunkan peristaltic dan diare
dimana menyebabkan malabsorsi/kehilangan nutrient.
10) Kolaborasi nutrisi pareneral total, terapi IV sesuai indikasi.
11) Rasional : program inii mengistirahatkan saluran GI sementara
memberikan nutisi penuh.
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan distensi pada dinding perut,
Hepatomegali
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyaman
terpenuhi
34
b. Rencana tindakan :
1) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada
meminta analgetik.
2) Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,
intensitas. Selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.
Rasional : Nyeri kolik hilang timbul pada penyakit crohn.
Nyeri sebelum defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba-
tiba, dimana dapat berat dan terus-menerus. perubahan pada
karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran
penyakit/terjadinya komplikasi.
3) Catat petunjuk non verbal, gelisah, menolak untuk bergerak,
berhati-hati dengan abdomen, menarik diri, dan depresi.
Selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal.
Rasional : Bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara
psikologis dan fisiologis dan dapat digunakan pada hubungan
petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
4) Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau
menghilangkan nyeri.
Rasional : Dapat menunjukan dengan tepat pencetus dan factor
pemberat seperti stress, tidak toleran terhadap makanan atau
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
35
5) Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, misalnya,
lutut fleksi
Rasional : Menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan
rasa control.
6) Berikan tindakan nyaman (misalnya, pijatan punggung, ubah
posisi) dan aktivitas senggang.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian dan meningkatkan kemampuan koping. Bersihkan
area rectal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi
dan memberikan perawatan kulit, misalnya salep, jel/jeli
minyak.
4. Gangguan eliminasi : Diare berhubungan dengan inflamsi, iritasi, atau
malabsorbsi usus, adanya toksin, adanya penyempitan segmentasi lumen
a. Tujuan: Selama dalam keperawatan kebutuhan eliminasi pasien
dapat terpenuhi
b. Intervensi:
1) Observasi frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah
Rasional: membantu mengukur cairan yang hilang dan cairan
yang akan dibutuhkan.
2) Dorong diet tinggi serat/bulk dalam batasan diet, denngan
masukan cairan sedang sesuai diet yang dibuat.
36
Rasional: Meningkatkan konsistensi Fases. Meskipun cairan
perlu untuk fungsi tubuh optimal, kelebihan cairan
mempengaruhi diare.
3) Batasi masukan lemak sesuai indikasi.
Rasional: Diet rendah lemak menurunkan risiko faces cairan
dan membatasi efek laksatif penurunan absorbsi lemak.
4) Bantu perawatan peringeal sering, gunakan salep sesuai
indikasi. Berikan rendam pada pusaran air.
Rasional: Iritasi anal, ekskorisasi dan pruritus terjadi karena
diare. Pasien sering tak dapat mencapai area yang tepat untuk
membersihkan dan dapat membuat malu untuk meminta
bantuan.
5. Gangguan eliminasi : konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik usus
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
konstipasi tidak terjadi
b. Intervensi :
1) Kaji pola BAB pasien.
Rasional : Untuk mengetahui pola BAB pasien.
2) Pantau dan catat BAB setiap hari.
Rasional : Mengetahui konsistensi dari feses dan
perkembangan pola BAB pasien.
3) Pertahankan intake cairan 2-3 liter / hari.
37
Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan dan membantu
memperbaiki konsistensi feses.
4) Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet tinggi serat tapi
rendah lemak.
Rasional : Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorbsi
air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pencahar.
Rasional : Obat itu untuk melunakkan feses yang keras
sehingga pasien dapat defekasi dengan mudah.
6. Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan sekunder terhadap diare, kurangnya intake cairan, peningkatan
suhu tubuh
a. Tujuan: Gangguan keseimbangan cairan dapat teratasi.
b. Intervensi:
1) monitor tanda-tanda dehidrasi (mukosa mulut dan bibir
kering).
Rasional: untuk mengidentifikasi apakah tanda-tanda dehidrasi
2) monitor intake dan out put
Rasional: mengukur cairan yang masuk dan keluar, sehingga
pencegahan atau pengobatan dehidrasi dapat tercapai dengan
tepat
3) monitor vital sign dan keadaan umum pasien
38
Rasional: Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk
perkiraan kasar kehilangan darah (misalnya TD <90 mm Hg,
dan nadi >110 diduga 25% penurunan volume dan kurang
lebih !000 ml). Hipotensi postural menunjukan penurunan
volume sirkulasi.
4) kolaborasi dokter untuk pemberian cairan parenteral dan obat
anti emetic jika pasien muntah.
Rasional: dengan memberikan obat anti emetik diharapkan out
put cairan dapat berkurang (Doenges, 2000).
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan aktifitas sehari-
hari kembali normaldan mengharapkan penurunan rasa letih.