Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Infeksi
TORCH
Oleh: Kelompok 4 (A4-A)
1. Ida Bagus GD Rama Praba Vananda(10.321.0700)
2. Kadek Rabawati
(10.321.0861)
3. Pande Kadek Desi Karismawati
(10.321.0930)
4. A.A.Istri Gunawati
(10.321.0939)
5. Kadek Ayu Astri Novitasari
(10.321.0959)
6. Luh Putu Widiatmini
(10.321.0965)
7. Luh Yulia Adiningsih
(10.321.0966)
8. Ni Komang Sulistyawati
(10.321.0972)
9. Ni Putu Widya Santika Dewi
(10.321.0979)PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2013
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan
pada Pasien Infeksi Torch. Paper ini dibuat untuk menyelesaikan
tugas dari mata kuliah Reproduksi II. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini telah mendapat bantuan yang sangat berharga
dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
mengingat keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini lebih lanjut.
Om Santi Santi Santi Om
Denpasar, 12 April 2013
Penulis DAFTAR ISI
iiKATA PENGANTAR
iiiDAFTAR ISI...
1BAB I
1PENDAHULUAN
1A.Latar Belakang
1B.Rumusan Masalah
2C.Tujuan
3BAB II
3PEMBAHASAN
3A.Konsep Dasar Teori
31.Pengertian
32.Etiologi
33.Tanda dan Gejala
54.Patofisiologi
115.Pemeriksaan Torch Saat Hamil
126. Penatalaksanaan
137. Pemeriksaan Diagnostic
13B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Infeksi Torch
131.Pengkajian
142.Diagnosa Keperawatan
153.Rencana Tindakan Keperawatan
184.Implementasi
195.Evaluasi
20BAB III..
20PENUTUP..
20A.Kesimpulan..
20B.Saran
21Daftar Pustaka..
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus
yaitu parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo
Virus), virus Herpes Simplex (HSV1 HSV2) dan kemungkinan oleh virus
lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya Measles,
Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan
berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak
sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita.Bagi ibu yang
terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada
bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh,
termasuk sistem saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi
gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler serta
metabolisma tubuh.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari infeksi torch?
b. Apa penyebab dari infeksi torch?
c. Bagaimana tanda dan gejala infeksi torch?
d. Bagaimana patofisiologi dari infeksi torch?
e. Apa pengaruh infeksi terhadap kehamilan?
f. Bagaimana Pemeriksaan Torch Saat Hamil?
g. Bagaimana Penatalaksanaan untuk infeksi torch?h. Bagaimana
konsep dasar asuhan keperawatan pada infeksi Torch?
C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian infeksi torch
b. Mengatahui penyebab infeksi torch
c. Menegtahui tanda dan gejala infeksi torch
d. Mengetahui patofisiology infeksi torch
e. Mengetahui pengaruh infeksi terhadap kehamilan
f. Menegtahui pemeriksaan torch saat hamil
g. Mengetahui penatalaksanaan infeksi torchh. Mengetahui konsep
dasar askep pada infeksi TorchBAB II
PEMBAHASANA. Konsep Dasar Teori 1. Pengertian
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella,
Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri
dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak
klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus,
Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).2.
Etiologi
a. Toxoplasma gondii (toxo) merupakan parasit protozoa
b. Rubella
c. Cyto Megalo Virusinfeksi oportunistik yang menyerang saat
system kekebalan tubuh lemah.d. Herpes Simplex Virus3. Tanda dan
Gejala
a. Toxoplasmosis
1) Sakit Kepala
2) Lemah
3) Sulit berpikir jernih
4) Demam
5) Mati rasa
6) Koma
7) Serangan jantung
8) perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih
sensitif terhadap cahaya terang, atau kehilangan penglihatan)
9) kejang otot, dan sakit kepala parah
b. Rubella
1. Demam ringan
2) Merasa mengantuk 3) Sakit tenggorok 4) Kemerahan sampai merah
terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah keseluruh tubuh,
kemudian menghilang secara cepat. 5) Kelenjar leher membengkak 6)
durasi 3 5 hari c. Cyto Megalo Virus1) Petekia dan ekimosis.2)
Hepatosplenomegali.3) Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia
langsung.4) Retardasi pertumbuhan intrauterine.5) Prematuritas.6)
Ukuran kecil menurut usia kehamilan. 7) Gejala lain dapat terjadi
pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar: Purpura.
Hilang pendengaran. Korioretinitis; buta. Demam. Kerusakan
otak.
d. Herpes Simplex Virus
1) Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal
pada kulit region genitalis.
2) Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 3
hari bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai
rasa nyeri.4. Patofisiologia. ToxoplasmosisOrganisme tempat
toxoplasma gondii hidup adalah kucing.kucing tersebut terinfeksi
karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan daging yang
terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan
oocyst yang terdapat pada fesesnya.Pengeluaran oocyst terus menerus
sampai sekitar 2 minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih
kembali.Feses kucing sudah sangat infeksius. Oocyst dalam feses
menyebar melalui udara dan ketika dihirup akan dapat menyebabkan
infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi setelah 1-5 hari dalam
kotoran. Jika oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel
berada di atasnya dan akan terbawa arus air hujan. Sisa oocyst
dapat bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif
.b. Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan
peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar
keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan
menyebrang ke sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh
post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama. pada
rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap
mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu
diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk
mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk
kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan
mencegah terjadinya infeksi ulangan.c. Cyto Megalo
VirusSitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus
congenital di amerika utara.CMV agaknya ditularkan dari orang ke
orang melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh,
termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan ASI. Masa
inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa
inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3
sampai 12 minggu; dan setelah transplantasi-4 minggu sampai 4
bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai
beberapa tahun setelah infeksi.Virus tersebut dapat tetap tidak
aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan
kembali.Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit
ini.d. Herpes Simplex VirusPada saat virus masuk kedalam tubuh
belum memiliki antibody maka infeksinya bisa bersifat luas dengan
gejala-gejala konstitusionil berat.Ini disebut infeksi primer.
Virus kemudian akan menjalar melalui serabut saraf sensoris ke
ganglian saraf regional (ganglian sakralis) dan berdiam disana
secara laten. kalau pada saat virus masuk pertama kali tidak
terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh akan membuat antibody
sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi
primer. Bila sewaktu-waktu ada faktor pencetus, virus akan
mengalami aktifasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadi
infeksi reklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai
antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer. Faktor-faktor
pencetus, virus akan mengalami aktivasi dan multiplikasi kembali
sehiangga terajadi infeksi neklien. karena pada saat ini tubuh
sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi
primer. Dampak pada kehamilan dan persalinan
1. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui
plasenta2. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan
dari vagina ke janin apabila ketuban pecah.
3. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung
pada waktu bayi lahir.1. ToxoplasmosisJanin yang terinfeksi
penyakit ini dapat menyebabkan keguguran atau bayi lahir mati.Bisa
pula menyebabkan kelainan pada bayi saat dewasa.
Infeksi ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada
manusia.parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan.Sumbernya terutama adalah daging yang tidak dimasak matang
atau sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma juga bisa
menjadi media penularan jika kita tidak mencuci tangan sebelum
makan Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi pada
kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan
cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau keguguran
spontan, meski prosentasenya kecil.Infeksi Toxoplasma disebabkan
oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Pada umumnya, infeksi
Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira
hanya 10-20% kasus infeksiToxoplasma yang disertai gejala ringan,
mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan
umumnya tidak menimbulkan masalah.Infeksi Toxoplasma berbahaya bila
terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien
transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika
wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi
adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau
bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan,
gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan
atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.Diagnosis
Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena
gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan
gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium
mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang
tepat.Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG,
IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.Pemeriksaan
tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi
Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya
negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester
pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu
yang terinfeksi Toxoplasma.2. Rubella
Rubela yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90
persennya menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung,
keterbelakangan mental, bahkan keguguran.Ibu hamil disarankan untuk
tidak berdekatan dengan orang yang sedang sakit campak Jerman.Untuk
mencegahnya, kaum wanita disarankan untuk melakukan vaksinasi
rubela.Perlindungannya mencapai 100 persen.Infeksi Rubella ditandai
dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah
bening.Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang
anak-anak dan dewasa muda.Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi
pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada
bayinya.Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka
risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi
tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25%.Tanda tanda dan
gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu,
bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam
merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang
tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan
laboratorium.Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi
pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum
hamil.Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk
divaksinasi.Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat
berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu
dan risiko infeksi rubella bawaan.
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda,
karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi
terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka resiko terjadinya
kelaianan adalah 50%, sedanggkan jika infeksi terjadi trimester
pertama maka resikonya menjadi 25% Rubella dapat menimbulkan
abortfus, anomaly congenital dan infeksi pada neonates
(Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis, kutis, ikterus dan
konvuisi) Pengaruh rubella pada janinRubella dapat meningkatkan
angka kematian perinatal dan sering menyebabkan cacat bawaan pada
janin. 3. Cyto Megalo Virus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini
temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga
herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh
dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi
janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi
saat ibu sedang hamil. Jika ibu hamil terinfeksi.maka janin yang
dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan
misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian,
retardasi mental, dan lain-lain. Pemeriksaan laboratorium sangat
bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang,
dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi.Pemeriksaan
laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta
Aviditas Anti-CMV IgG.Virus ini ditularkan melalui kontak seksual
atau selama kehamilan.Akibat infeksi ini bisa fatal karena
menyebabkan cacat bawaan pada janin.Belum ada pengobatan yang bisa
mencegah infeksi virus ini.4. Herpes Simplek Virus
Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang
dewasa.HSV 1 juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada masa
anak-anak.Prevelansi HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV positif
dan mereka yang melakukan hubungan seks tanpa kondom.Infeksi herpes
pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks
tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten,
menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion
sistem syaraf otonom.Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi
HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini
tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV
II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari
50 kasus) Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm
sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan
terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut
pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.
Tabel I : Kelainan Bawaan Pada Bayi Akibat Infeksi TORCH
Kongenital (MenurutSardjono TW, Hidayat 1998;48 : 431-435)
Infeksi
KeKelainan Utama
Kelainan Lain
TOXO
Hidro / Microsefalus, Khorio-retinitis,Klasifikasi
intracranial
Hepato-spenomagali,Ikterus Limfadenopati, Retardasi
psikhomotor
Rubella
Katarak, tuli, kelainan jantung, strabimus
Hepato-spenomagali, Trombositopeni, Retardasi psikhomotor
CMV
Microsefalus, tuli
Klasifikasi intrakranial, Hepato-spenomagali, Trombositopeni,
Khorioretinitis Retardasi psikhomotor
HSV
Microsefalus
Khorioretinitis, Hepatitis intrapartum, Retardasi
psikhomotor
Tabel II : Pemilihan Lab Diagnostik Pada Infeksi TORCH
Infeksi
Pilihan I
Pilihan II
TOXO
Demonstrasi Antibody IgM terhadap Toxo Hydrosefalus
chorioretinitis, klasifikasi cerebral yang terbesar
Demonstrasi titer Antibody, anti Toxo (I&II) pengamatan IgM
- IgG
Rubella
Isolasi virus Rubella dari urin, usapan tenggorok, darah atau
demostrasi IgM ati Rubella Katarak, Penyakit Jantung Kongenital,
mikrophthalmis, lesi - lesi tulang panjang
Demonstrasi titer Antibody Anti Rubella (I&II) pengamatan
IgM spesifik kalau perlu IgG spesifik.
CMV
Isolasi CMV dari urin, usapan tenggorok, darah.Cara Biakan
jaringan FAT.Pewarnaan secara FAG pada sel - sel urin. Klinik
adanya mikrosefali Pneumonitis, klasifikasi serebral
periventrikuler
Demonstrasi titer Antibody, anti CMV dan pelacakan Antibody IgM
spesifik CMV, kalau perlu spesifik
HSV
Amati dan bedakan gejala klinis HSV 1, HSV 2 atau sindroma
neurologik pada anak baru lahir s.d balita kalau perlu sampai
remaja.Adanya mikrosefali, retardasi psikhomotor, cephalgia berat
intermiten, gen keseimbangan
Demonstrasi titer Antibody anti HSV tanpa memperhatikan Antibody
IgM spesifik anti HSV.
Pemeriksaan titer Antibody IgG - anti HSV
5. Pemeriksaan Torch Saat HamilPemeriksaan TORCH adalah
pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi infeksi TORCH, yang
disebabkan oleh parasit TOxoplasma, virus Rubella, Cytomegalovirus
(CMV) dan virus Herpes. Cara mengetahui infeksi TORCH adalah dengan
mendeteksi adanya antibodi dalam darah pasien, yaitu dengan
pemeriksaan :a. Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk
mendeteksi infeksi Toxoplasma)
b. Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi
infeksi Rubella)
c. Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi
Cytomegalovirus)
d. Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi
virus Herpes)
Infeksi toksoplasma dan CMV dapat dapat bersifat laten tetapi
yang berbahaya adalah infeksi primer (infeksi yang baru pertama
terjadi di saat kehamilan, terutama pada trimester pertama). Jadi,
bila hasil pemeriksaan (yang dilakukan saat hamil) positif maka
perlu dilihat lebih lanjut apakah infeksi baru terjadi atau telah
lama berlangsung. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan :
a. Aviditas Anti-Toxoplasma IgG
b. Aviditas Anti-CMV IgG
Indikasi pemeriksaan TORCH :a. Wanita yang akan hamil atau
merencanakan segera hamil
b. Wanita yang baru/sedang hamil bila hasil sebelumnya negatif
atau belum diperiksa, idealnya dipantau setiap 3 bulan sekali
c. Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil
Panel torch
a. Anti-Toxoplasma IgM
b. Anti-Toxoplasma IgG
c. Anti-Rubella IgM
d. Anti-Rubella IgG
e. Anti-CMV IgM
f. Anti-CMV IgG
g. Anti HSV2 IgM
h. Anti HSV2 IgG6. Penatalaksanaan
a. Toxoplasmosis
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk
takizoid T. gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya.Pirimetamin
dan sulfonamide Spiramisin adalah antibiotic makrolid Klindamisin
Azitromisinb. Rubella
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi
salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Vaksin rubella dapat
diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil.
Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau akan
hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin
berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko
menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang .c. Cyto Megalo
Virus
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi
gejala(misalnya: penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia,
dukungan pernapasan).d. Herpes Simpleks Virus
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6
minggu terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam
4 jam sesudah pecah ketuban. sedang untuk herpes genitalis sekunder
SC tidak dikerjakan secara rutin, hanya yang masih menularkan saat
persalinan dianjurkan untuk SC. Bayi baru lahir Dilakukan untuk
pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau perlu kultus virus.
kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi
acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 7 hari 7. Pemeriksaan
Diagnostic
a. Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi
infeksi Toxoplasma)
b. Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi
infeksi Rubella) Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi
infeksi Cytomegalovirus)
c. Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi
virus Herpes)B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Infeksi Torch
1. PengkajianIdentitas klien:
a. Keluhan utama: Demam
b. Riwayat kesehatan:
1) Suhu tubuh meningkat
2) Malaise
3) Sakit tenggorokan
4) Mual dan muntah
5) Nyeri ototc. Riwayat kesehatan dahulu:
1) Kliensering berkontak langsung dengan binatang
2) Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
3) Klien pernah mendapatkan tranfusi darahd. Data psikologise.
Data spiritualf. Data social dan ekonomig. Pemeriksaan fisik1) Mata
:
Nyeri2) Perut :
Diare
Mual dan muntah
3) Integument :
Suka berkeringat malam
Suhu tubuh meningkat
Timbulnya rash pada kulit
4) Muskuloskletal:
Nyeri
Kelemahan5) Hepar
Hepatomegali
Ikterus2. Diagnosa Keperawatana. Nyeri b.d adanya proses infeksi
/ inflamasi.b. Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme
penyakit c. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan
makanan dan cairan
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d terbatasnya
informasi3. Rencana Tindakan Keperawatan
NO Dx.TUJUAN & KRITERIA HASILINTERVENSIRASIONAL
1Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam
diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil :
Px dapat melaporkan nyeri berkurang dan dapat terkontrol Px
tampak rileks
Px dapat tidur dan istirahat tanpa harus terganggu oleh rasa
nyerinya Observasi :
1. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeriMandiri :
2. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi
nyeri3. Ajarkan teknik relaksasiHealth Education :
4. Berikan penjelasan kepada px dan keluarga untuk menggunakan
kompres hangat dalam mengurangi nyeri
Kolaborasi :
5. Kolaborasi pemberian analgesik1. Memudahkan tindakan
keperawatan2. Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang
dialaminya.3. Meningkatkan kenyamanan klien4. Membantu mengurangi
nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien
5. Mengurangi nyeri
2Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam
diharapkan suhu tubuh pasien dapat normal kembali dengan criteria
hasil :
Suhu normal : 36,5-37,5oC
Kulit pasien tidak tampah kemerahan dan tidak panas ketika
disentuh
Tubuh px tidak menggigil Observasi :
1. Observasi dan catat hasil pemeriksaan suhu tubuh pxMandiri
:
2. Berikan kompres hangatHealth Education :
3. Berikan penjelasan kepada px dan keluarga untuk banyak minum
minimal 1,5 liter/hari4. Berikan penjelasan kepada px dan keluarga
untuk mempertahankan kebersihan kulit
Kolaborasi :
5. Kolaborasi pemberian antipiretik1. Menentukan intervensi
selanjutnya2. Kompres dapat menurun suhu tubuh yang non
farmakologis3. Hidrasi yang adekuat dapat menurunkan suhu tubuh dan
mencegah kekurangan cairan dan elektrolit.4. Kulit yang kotor dapat
menghalangi penguapan tubuh terhadap panas.
5. Dapat menurunkan panas
3Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam
diharapkan volume cairan pasien dapat terpenuhi dengan criteria
hasil : Px dapat mempertahankan volume sirkulasi adekuat
Tanda tanda vital dalam batas normal :
S = 36,5-37,50C
RR = 16-24 x/menit
TD = 120/80 mmHg
N = 60-100 x/menit
Nadi perifer px teraba Haluaran urine adekuat Membrane mukosa px
lembab Turgor kulit elastisObservasi :
1. Observasi tanda-tanda vital2. Observasi tanda-tanda
dehidrasi3. Pantau mambran mukosa kering, torgor kulit yang kurang
baik, dan rasa haus
Mandiri :
4. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Health Education :
5. Berikan penjelasan kepada pasien untuk banyak minum minimal
1,5 liter/hariKolaborasi :
6. Berikan cairan IV
1. Perubahan tanda vital yang signifikan menandakan adanya
kegawatan
2. Menentukan intervensi selanjutnya3. Hipovolemia akan
memperkuat tanda-tanda dehidrasi4. Untuk mengetahui adanya
perubahan warna dan untuk mengetahui input/output
5. Mempertahankan intake cairan peroral6. Mempertahankan volume
sirkulasi, meningkatkan fungsi ginjal
4Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam,
diharapkan px dan keluarga dapat memiliki pengetahuan terkait
masalah kesehatan yang dialaminya dengan kriteria hasil :
Pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya Pasien dan
keluarga mengetahui penanganan penyakitnyaObservasi :
1. Kaji ulang proses penyakit, ulangi penjelasan sesuai
kebutuhan.Mandiri :
2. Perhatikan tingkat ansietas dan perubahan proses pikir.3.
Dorong dan berikan kesempatan untuk bertanya.Health Education :
4. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
penyakitnya5. Berikan penjelasan kepada pasien untuk berobat secara
rutin
1. Memberi informasi pada tingkat pemahaman pasien/orang
terdekat akan menurunkan ansietas dan kesalahan konsep tentang apa
yang dialami pasien.2. Faktor ini secara langsung mempengaruhi
kemampuan untuk berpartisipasi/mengakses dan menggunakan
pengetahuan.3. Meningkatkan proses belajar, meningkatkan
pengambilan keputusan dan menurunkan ansietas sehubung dengan
ketidaktahuan.4. Mengetahui pemahaman keluarga dan pasien5. Terapi
yang berkelanjutan dapat memulihkan keadaan pasien
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah
dibuat.
5. Evaluasi
NO. DxEVALUASI
1. Px dapat melaporkan nyeri berkurang dan dapat terkontrol
Px tampak rileks
Px dapat tidur dan istirahat tanpa harus terganggu oleh rasa
nyerinya
2 Suhu normal : 36,5-37,5oC
Kulit pasien tidak tampah kemerahan dan tidak panas ketika
disentuh
Tubuh px tidak menggigil
3 Px dapat mempertahankan volume sirkulasi adekuat
Tanda tanda vital dalam batas normal :
S = 36,5-37,50C
RR = 16-24 x/menit
TD = 120/80 mmHg
N = 60-100 x/menit
Nadi perifer px teraba Haluaran urine adekuat Membrane mukosa px
lembab Turgor kulit elastis
4 Pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya Pasien dan
keluarga mengetahui penanganan penyakitnya
BAB III
PENUTUPA. Kesimpulan
Yang dapat kami simpulkan dari penjelasan di atas, yaitu :
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella,
Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) Tanda dan
gejala yang ditimbulkan dari masing-masing penyakit, yaitu :
Toxoplasmosis (Sakit Kepala, Lemah, Sulit berpikir jernih, Demam),
Rubella (Demam ringan, Merasa mengantuk, Sakit tenggorok, Kelenjar
leher membengkak), Cyto Megalo Virus (Petekia dan ekimosis,
Hepatosplenomegali, Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia
langsung), Herpes Simplex Virus (Timbul erupsi bintik kemerahan
disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis).
Pemeriksaan TORCH adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendeteksi infeksi TORCH, yang disebabkan oleh parasit toxoplasma,
virus Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan virus Herpes.
B. Saran
Sebagai mahasiswa perawat, sudah sepatutnya kita untuk memahami
konsep penyakit beserta asuhan keperawatan tiap penyakit, dan
khusunya yang dibahas dalam makalah ini adalah infeksi TORCH.
Mengingat infeksi TORCH merupakan salah satu penyakit infeksi
kombinasi dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus
(CMV), Herpes Simplex Virus (HSV), maka perlu untuk kita gali lebih
dalam lagi mengenai dasar-dasar yang harus dijadikan pedoman.Daftar
Pustaka
Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas.
Alih bahasa: Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC.
2004Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana. Jakarta: EGC, 1998.
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/ diakses tanggal 03 April
201321