Konsep Angiosome: Latar Belakang Anatomis dan Indikator Patofisiologi pada critical limb iskemia (CLI) Konsiderasi historis dan anatomis Model perfusi angiosom bergantung pada studi anatomis yang dipublikasikan oleh Taylor et al sejak 1987 dan dikembangkan lebih lanjut oleh Attinger et al pada bidang bedah plastik rekonstruksi. Para peneliti tersebut mendeskripsikan model perfusi tiga dimensi pada tubuh manusia, diikuti oleh bundel arteri-vena yang pada akhirnya memperkenankan berbagai strategi untuk rekonstruksi jaringan, akses bedah, dan revaskularisasi. Peran penting dari distribusi arteri dan penambahan suplai kolateral manusia telah ditetapkan oleh Matas di publikasinya pada awal abad lalu. Tubuh manusia memiliki jaringan interkoneksi antara arteri dan vena yang luas, yang bergantung pada sumbu vascular perifer utama. Namun disamping sudut pandang “geometris” tersebut, beberapa tingkat aliran arteri-vena beragam di setiap individu. Dengan menitikfokuskan pada perfusi tungkai inferior, terdapat beberapa klasifikasi: distrubusi Level I meliputi arteri iliaka dan femoralis dan sumbu vena; Level II melingkupi arteri femoralis profunda dan superfisialis, serta batang pembuluh tibialis.; Level III meliputi bagian yang lebih kompleks dan spesifik pada tungkai; Level IV meliputi kolateral berukuran kecil sampai besar (disebut
15
Embed
Konsep Angiosome: Latar Belakang Anatomis dan Indikator Patofisiologi pada critical limb iskemia (CLI)
Para peneliti tersebut mendeskripsikan model perfusi tiga dimensi pada tubuh manusia, diikuti oleh bundel arteri-vena yang pada akhirnya memperkenankan berbagai strategi untuk rekonstruksi jaringan, akses bedah, dan revaskularisasi.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Konsep Angiosome: Latar Belakang Anatomis dan Indikator
Patofisiologi pada critical limb iskemia (CLI)
Konsiderasi historis dan anatomis
Model perfusi angiosom bergantung pada studi anatomis yang
dipublikasikan oleh Taylor et al sejak 1987 dan dikembangkan lebih lanjut
oleh Attinger et al pada bidang bedah plastik rekonstruksi. Para peneliti
tersebut mendeskripsikan model perfusi tiga dimensi pada tubuh manusia,
diikuti oleh bundel arteri-vena yang pada akhirnya memperkenankan berbagai
strategi untuk rekonstruksi jaringan, akses bedah, dan revaskularisasi.
Peran penting dari distribusi arteri dan penambahan suplai kolateral
manusia telah ditetapkan oleh Matas di publikasinya pada awal abad lalu.
Tubuh manusia memiliki jaringan interkoneksi antara arteri dan vena yang
luas, yang bergantung pada sumbu vascular perifer utama. Namun disamping
sudut pandang “geometris” tersebut, beberapa tingkat aliran arteri-vena
beragam di setiap individu.
Dengan menitikfokuskan pada perfusi tungkai inferior, terdapat
beberapa klasifikasi: distrubusi Level I meliputi arteri iliaka dan femoralis dan
sumbu vena; Level II melingkupi arteri femoralis profunda dan superfisialis,
serta batang pembuluh tibialis.; Level III meliputi bagian yang lebih kompleks
dan spesifik pada tungkai; Level IV meliputi kolateral berukuran kecil sampai
besar (disebut juga choke-vessels); Level V direpresentasikan oleh arterioles;
dan Level VI melingkupi susunan jaringan kapiler.
Studi anatomis yang dilakukan Taylor dan Attinger, secara spesifik
memperkenalkan Konsep Angiosome dan mendemonstrasikan sektor
jaringan 3-dimensi dari vaskularisasi di tubuh manusia yang tersusun oleh
bundle arteri-vena. Sektor inilah yang dinamakan angiosomes, yang
equivalen dengan arteriosomes dan venosome yang membentuk jaringan 3D
tersebut. Angiosom dihubungkan oleh berbagai choked vessels. Interkoneksi
diantara angiosom tersebut menciptakan kompensatori yang efektif terhadap
kondisi yang tidak hemodinamis . Gabungan antara angiosomes dan choke
vessels dapat direpresentasikan sebagai level III dan IV pada klasifikasi
perfusi berdasarkan model “geometris” yang telah dijelaskan sebelumnya.
Revaskularisasi pada daerah yang terletak lebih distal, melampaui
Level II dari perfusi, memiliki prognosis baik dalam perawatan iskemia krisis
tungkai, terutama apabila mengikuti distribusi topografi dari iskemik itu sendiri.
Pada subjek yang mengalami pengurangan choke vessel (Level IV), yang
menyerupai penyakit arteriopati diabetic, penyakit Buerger, atau sindrom
gagal ginjal stage akhir, konsep angiosom dapat menjadi sudut pandang baru
dalam perencanaan revaskularisasi pemulihan jaringan.
Ringkasan Ilustrasi dari Angiosom Kaki dan Pergelangan Kaki
Gambar 1.1 Ilustrasi sederhana mengenai angiosome pada kaki dan