Top Banner
TUGAS AKHIR KONSELING LINTAS BUDAYA
16
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KONSELING LINTAS BUDAYA

TUGAS AKHIR

KONSELING LINTAS BUDAYA

Page 2: KONSELING LINTAS BUDAYA

NAMA : SEFTI RHOLANJIBANPM : 1213052041PRODI : BIMBINGAN KONSELINGJURUSAN : ILMU PENDIDIKAN (IP)MATAKULIAH : KONSELING LINTAS BUDAYA

OLEH

Page 3: KONSELING LINTAS BUDAYA

A. PENGERTIAN KONSELING LINTAS BUDAYA

Burn (1992) menjelaskan cross cultural counseling is the process of counseling individuals who are of different culture/cultures than that of the therapist.

Page 4: KONSELING LINTAS BUDAYA

Dedi Supriadi (2001:6) mengajukan alternatif untuk keefektifan konseling, setelah mengemukakan definisi konseling lintas budaya. Bagi Dedi, konseling lintas budaya melibatkan konselor dan konseli yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif.

Page 5: KONSELING LINTAS BUDAYA

B. Unsur-Unsur Konseling Lintas Budaya

Dalam pengkajian isu tentang budaya, Locke dalam Brown (1988) mengemukakan tiga unsur pokok dalam konseling lintas budaya, yaitu :Individu adalah penting dan khasKonselor membawa nilai-nilai yang berasal dari lingkungan budayanyaKlien yang datang menemui konselor juga membawa seperangkat nilai dan sikap yang mencerminkan budayanya.

Page 6: KONSELING LINTAS BUDAYA

Selanjutnya Brown menyatakan bahwa keberhasilan bantuan konseling sangat dipengaruhi oleh factor-faktor bahasa, nilai, stereotype, kelas sosial, suku, dan juga jenis kelamin. Menurut Sue, faktor-faktor budaya yang berpengaruh dalam dalam konseling adalah pandangan mengenai sifat hakikat manusia, orientasi waktu, hubungan dengan alam, dan orientasi tindakan.

Page 7: KONSELING LINTAS BUDAYA

C. Cara menjadi konselor yang efektif dalam konseling lintas budaya

Menurut Pedersen, Lonner dan Draguns (dalam Carter, 1991) dinyatakan bahwa beberapa aspek dalam konseling lintas budaya adalah:

• Latar belakang budaya yang dimiliki oleh konselor• Latar belakang budaya yang dimiliki oleh klien• Asumsi-asumsi terhadap masalah yang akan dihadapi

selama konseling• Nilai-nilai yang mempengaruhi hubungan konseling,

yaitu adanya kesempatan dan hambatan yang berlatar belakang tempat dimana konseling itu dilaksanakan.

Page 8: KONSELING LINTAS BUDAYA

Adapun faktor-faktor lain yang secara signifikan mempengaruhi proses lingkungan lintas budaya adalah:

• Keadaan demografi yang meliputi jenis kelamin, umur, tempat tinggal,

• Variable status, seperti pendidikan, politik-ekonomi,

• Variable etnografi, seperti agama, adat istiadat, system nilai (Arredondo & Gonsalves, 1980; Canary & Levin dalam Chinapah, 1997; Speight dkk, 1991; Pendersens, 1991; Lipton dalam Westbrook & Sedlacck, 1991).

Page 9: KONSELING LINTAS BUDAYA

Menurut Sue (dalam Arredondo & gonsalves, 1980) konselor lintas budaya yang efektif adalah konselor :

•Memahami nilai-nilai pribadi serta asumsinya tentang perilaku manusia dan memahami bahwa tiap manusia itu berbeda.•Sadar bahwa tidak ada teori konseling yang netral secara politik dan moral.•Memahami bahwa kekuatan sosiopolitik akan mempengaruhi dan menajanmkan perbedaan budaya dalam kelompok.•Dapat berbagi pandangan tentang dunia klien dan tidak tertutup•Jujur dalam menggunakan konseling eklektik, mempergunakan keterampilannya daripada kepentingan mereka untuk membedakan pengalaman dan gaya hidup mereka.

Page 10: KONSELING LINTAS BUDAYA

KOMPETENSI KONSELOR LINTAS BUDAYA• Kesadaran, konselor lintas budaya harus benar-benar

mengetahui adanya perbedaan yang mendasar antara dia dengan klien yang akan dibantunya. Selain itu, konselor harus menyadari benar-benar akan timbulnya konflik jika dia memberikan layanan konseling kepada klien yang berbeda latar belakang sosial budayanya. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa konselor lintas budaya harus menegrti dan memahami budaya di Indonesia, terutama nilai-nilai budaya yang dimilikinya. Sebab budaya tidak mungkin macetnya proses konseling hanya karena konselor tidak menegtahui dengan pasti nilai-nilai apa yang dianutnya. Dengan demikian, kesadaran akan nilai-nilai yang dimiliki oleh konselor dan nilai-nilai yang dimiliki oleh klien, akan dijadikan landasan untuk melaksanakan konseling.

Page 11: KONSELING LINTAS BUDAYA

• Pengetahuan, konselor lintas budaya sebaiknya terus mengembangkan pengetahuannya mengenai budaya yang ada di Indonesia. Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh konselor lintas budaya adalah sisi sosisopolitik dan sosisbudaya dari kelompok etnis tertentu. semakin banyak latar belakang etnis yang dipelajari oleh konselor, maka semakin beragam pula masalah klien yang dapat ditangani. Pengetahuan konselor terhadap nilai-nilai budaya yang ada dimasyarakat tidak saja melalui membaca buku atau hasil penelitian saja, tetapi dapat pula dilakukan dengan cara melakukan penelitian itu sendiri. Hal ini akan semakin mempermudah konselor untuk menambah penegtahuan mengenai suatu budaya tertentu.

Page 12: KONSELING LINTAS BUDAYA

• Keterampilan, konselor lintas budaya harus selalu mengembangkan keterampilan untuk berhubungan dengan individu yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda. Dengan banyaknya berlatih untuk berhubungan dengan masyarakat luas, maka konselor akan mendapatkan keterampilan (perilaku) yang sesuai dengan kebutuhan. Misalnya konselor banyak berhubungan dengan orang Jawa, maka konselor akan belajar bagaimana berperilaku sebagaimana orang Jawa.

Page 13: KONSELING LINTAS BUDAYA

Hambatan-Hambatan dalam Konseling Lintas Budaya

• Bahasa• Nilai• Stereotip• Kelas Sosial• Ras atau suku• Jenis kelamin(gender)• Usia• Preferensi Seksual/ Orientasi.• Gaya Hidup• Keadaan orang-orang cacat

Page 14: KONSELING LINTAS BUDAYA

Sue (1981:1) mencatat tiga hal yang menjadi sumber hambata atau kegagalan konseling lintas budaya, yaitu:• Program pendidikan dan latihan konselor• Literatur koneling dan kesehatan mental• Proses dan praktek

Page 15: KONSELING LINTAS BUDAYA

Di samping aspek-aspek diatas,Sue (1981:28) juga mencatat tiga hambatan konseling linyas budaya, yaitu:– Hambatan bahasa– Hambatan kelas, setatus antara konselor

dan klien– Hambatan perbedaa nilai budaya antara

konselor dengan klien

Page 16: KONSELING LINTAS BUDAYA

SEKIAN DAN TERIMA KASIH