Top Banner
JAJANG SUMANTRI M ENJAMURNYA minimarket di kawasan ping- giran dan pusat kota telah menggeser toko tra- disional. Keunggulan layanan dan promosi yang gencar men- jadi kekuatan pertumbuhan sektor ritel modern tersebut. Berdasarkan Nielsen Retail Establishment Survey pada a- khir 2010, sektor ritel modern (modern trade) tumbuh 38% de- ngan 18.152 toko di Indonesia. Pertumbuhan itu terutama didorong pertumbuhan mini- market yang jika dibandingkan dengan kondisi 2009, melejit 42%, menjadi 16.922 toko. Toko modern jenis hypermarket juga tumbuh 23%. Sebaliknya, toko berformat supermarket turun 6% pada 2010. “Pertumbuhan tinggi modern trade terutama karena kenya- manan yang mereka berikan kepada konsumen. Toko-toko itu juga aktif mempromosikan dirinya melalui media,” ujar Executive Director Retail Mea- surement Services Nielsen Teguh Yunanto di Jakarta, kemarin. Data Nielsen menunjukkan peritel mengeluarkan Rp81 miliar pada 2010 untuk iklan di media TV dan cetak. Jumlah itu naik dua kali lipat dari 2009. Karena lingkup konsumennya bersifat lokal, surat kabar men- jadi media yang paling disukai untuk beriklan. Adapun Pulau Jawa masih menjadi pusat utama kelompok ritel modern dengan kontribusi 78%. Namun, pertumbuhan ritel modern tertinggi terjadi Sumatra, yang mencapai 55%. Retailer, sebagaimana pe- bisnis lainnya, akan membuka toko di daerah berpopulasi pa- dat. Seiring dengan pindahnya permukiman ke daerah ping- giran, toko cenderung tumbuh mengikuti,” imbuh Teguh. Di sisi lain, data Nielsen menunjukkan toko atau pa- sar tradisional di kota besar dan perdesaan turun 4% dan 2% masing-masing di 2010. Dengan begitu, secara kese- luruhan, jumlah toko/pasar tradisional menciut 1,5% dari 2.545.000 unit pada 2009 men- jadi 2.506.000 unit pada 2010. Terkait dengan jenis barang yang dijual, toko kosmetik dan semiritel khusus tumbuh signikan tahun lalu. Jumlah toko khusus kosmetik tumbuh 17%, sedangkan toko semiritel yang menjual berbagai produk untuk konsumen dan pengecer kecil naik 5%. “Sekadar membuka toko kini tidak lagi memadai. Retailer perlu memikirkan cara mem- bedakan diri di antara pesaing dalam melayani konsumen,” tutur Teguh. Perketat pengaturan Lebih lanjut, Teguh menilai meski ada ancaman pembekuan izin operasi lebih 1.000 unit mini- market di Jakarta, itu tidak akan mempengaruhi pertumbuhan sektor ritel modern. Adapun ancaman itu dilakukan pemerin- tah provinsi DKI terkait dengan pelanggaran regulasi, misalnya pelanggaran jarak minimal de- ngan pasar tradisional. Menurut Ketua Umum Aso- siasi Pengusaha Ritel Indonesia Benjamin Mailool, yang dibu- tuhkan kini adalah pengaturan lokasi minimarket yang mem- pertimbangkan aspek terkait tata ruang perkotaan dan per- ekonomian masyarakat. Ia mengatakan, jika peng- aturannya dipertegas sesuai rencana umum tata ruang perkotaan yang diharmonisasi dengan Peraturan Menteri Per- dagangan No 53/2008 ten- tang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, keberadaan mini- market tidak akan berbenturan dengan pasar maupun toko tradisional. “Bila ada pengaturan jarak (zonasi) yang tegas, hal ini tidak akan terjadi,” cetusnya. (E-3) [email protected] Minimarket Topang Laju Ritel Modern Peritel perlu memikirkan cara membedakan diri di antara pesaing dalam melayani konsumen. JUMLAH nasabah tabungan simpanan pembangunan dae- rah (simpeda) tumbuh 18,3% sepanjang 2010, menjadi 5.425.687 penabung. Dalam periode serupa, volume tabung- an simpeda meningkat 18,1% menjadi Rp25,334 triliun. Hal itu dikemukakan Ketua Tim Pelaksana Simpeda Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (As- banda) Mulyatno Wibowo, da- lam siaran persnya, kemarin. “Tabungan simpeda terus meningkat. Hingga akhir Desember 2010, jumlah nasa- bah simpeda naik 18,3% jika di- bandingkan dengan Desember 2009, sedangkan nominalnya tumbuh 18,1%,” kata Mulyatno yang juga menjabat direktur pemasaran Bank DKI itu. Perkembangan simpeda, menurutnya, tidak terlepas dari inovasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masya- rakat. Salah satunya, adalah dengan program rutin undian tabungan simpeda. Untuk itu, pada 17 Maret mendatang, Tim Pelaksana Simpeda Asbanda akan kem- bali menggelar Panen Rezeki BPD, yang merupakan program penarikan undian Simpeda se- cara nasional. Menurut Mulyatno, perhe- latan yang dilakukan setiap enam bulan tersebut, kali ini akan dilaksanakan di DI Yog- yakarta. Adapun program un- dian tabungan simpeda telah dilakukan sejak April 1990. Tabungan simpeda meru- pakan produk bersama bank pembangunan daerah selu- ruh Indonesia. Selain kegiatan Panen Rezeki BPD yang di- selenggarakan secara nasio- nal, beberapa BPD menggelar undian tabungan simpeda di daerah masing-masing khusus untuk penabungnya. Hadiah yang diberikan beragam. Mulai dari mobil mewah, uang tunai miliaran rupiah, barang elektronik, dan ragam jenis hadiah lainnya. Undian tabungan simpeda yang diselenggarakan setiap BPD di daerahnya tersebut merupakan upaya untuk lebih mendekatkan diri dengan nasa- bah. Juga memberikan apresiasi pada nasabah loyal tabungan simpeda. (RO/E-3) PEMERINTAH harus cepat mengatasi laju kenaikan harga pangan dan barang. Bila tidak, angka kemiskinan di Indonesia bakal bertambah. “(Apakah kemiskinan ber- tambah atau berkurang di 2011) ditentukan lewat adu cepat saja antara kemampuan pemerintah menjaga pengeluaran masyara- kat dan kenaikan harga yang semakin tinggi. Kalau tren harga makin tinggi, jumlah kemiskinan bisa semakin ba- nyak,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heria- wan di sela acara pengukuhan Abuzar Asra sebagai profesor riset pertama BPS, kemarin, di Jakarta. Rusman menandaskan, ber- tambahnya angka orang miskin terkait dengan garis kemiskinan yang semakin tinggi. Indika- tornya, harga pangan maupun nonpangan, seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kese- hatan yang semakin mahal, tapi tidak diimbangi kemampuan orang miskin berbelanja barang kebutuhan mereka tersebut. Data BPS di 2010 menun- jukkan, garis kemiskinan (GK) naik 5,72%, dari Rp200.262/ kapita/bulan pada Maret 2009 menjadi Rp211.726/kapita/ bulan pada Maret 2010. Rusman juga mengungkap- kan, pada 2010, orang miskin paling banyak tinggal di Pu- lau Jawa. Dari total 31,02 juta penduduk miskin Indonesia, 55,83% ada di Jawa. Kemudian Sumatra (21,44%), Sulawesi (7,6%), Bali dan Nusa Teng- gara (7,1%), Kalimantan (3,3%), Papua (3,3%), dan Maluku (1,5%). Sementara itu, dari jumlah keseluruhan orang miskin Indonesia, 11,1 juta tinggal di kota. Sisanya, 20,01 juta orang, tinggal di perdesaan. Namun, menurut Abuzar Asra, dalam lima tahun ter- akhir, jumlah penduduk miskin kota turun lebih lambat ketim- bang di desa. Pada 2006, tingkat kemiskinan di kota 13,5%, turun menjadi 9,9% di 2010. Tingkat kemiski- nan di perdesaan pada 2006 mencapai 21,81%, sedangkan pada 2010 menjadi 16,56%. “Itu karena lebih sulitnya usaha pengentasan kemiski- nan di perkotaan, juga akibat urbanisasi,” kata Abuzar da- lam orasi pengukuhannya. (HA/X-10) Nasabah Simpeda Lampaui 5,4 Juta Harga Dongkrak Orang Miskin 18 RABU, 16 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA E KONOMI NASIONAL MINIMARKET: Sebuah minimarket beroperasi tidak jauh dari pasar tradisional di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Senin (21/2). MI/JHONI KRISTIAN
1

KONOMI NASIONAL · 2011-03-16 · ritel modern tertinggi terjadi ... tah provinsi DKI terkait dengan pelanggaran regulasi, misalnya ... mengatasi laju kenaikan harga pangan dan barang.

Jul 25, 2019

Download

Documents

lamthuy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KONOMI NASIONAL · 2011-03-16 · ritel modern tertinggi terjadi ... tah provinsi DKI terkait dengan pelanggaran regulasi, misalnya ... mengatasi laju kenaikan harga pangan dan barang.

JAJANG SUMANTRI

MENJAMURNYA minimarket di kawasan ping-giran dan pusat

kota telah menggeser toko tra-disional. Keunggulan layanan dan promosi yang gencar men-jadi kekuatan pertumbuhan sektor ritel modern tersebut.

Berdasarkan Nielsen Retail Establishment Survey pada a-khir 2010, sektor ritel modern (modern trade) tumbuh 38% de-ngan 18.152 toko di Indonesia.

Pertumbuhan itu terutama didorong pertumbuhan mini-market yang jika dibandingkan dengan kondisi 2009, melejit 42%, menjadi 16.922 toko. Toko modern jenis hypermarket juga tumbuh 23%. Sebaliknya, toko berformat supermarket turun 6% pada 2010.

“Pertumbuhan tinggi modern trade terutama karena kenya-manan yang mereka berikan kepada konsumen. Toko-toko itu juga aktif mempromosikan

dirinya melalui media,” ujar Exe cutive Director Retail Mea-surement Services Nielsen Teguh Yunanto di Jakarta, kemarin.

Data Nielsen menunjukkan peritel mengeluarkan Rp81 miliar pada 2010 untuk iklan di media TV dan cetak. Jumlah itu naik dua kali lipat dari 2009. Karena lingkup konsumennya bersifat lokal, surat kabar men-jadi media yang paling disukai untuk beriklan.

Adapun Pulau Jawa masih menjadi pusat utama kelompok ritel modern dengan kontribusi 78%. Namun, pertumbuhan ritel modern tertinggi terjadi Sumatra, yang mencapai 55%.

“Retailer, sebagaimana pe-bisnis lainnya, akan membuka toko di daerah berpopulasi pa-dat. Seiring dengan pindahnya permukiman ke daerah ping-giran, toko cenderung tumbuh mengikuti,” imbuh Teguh.

Di sisi lain, data Nielsen menunjukkan toko atau pa-sar tradisional di kota besar dan perdesaan turun 4% dan

2% masing-masing di 2010. Dengan begitu, secara kese-luruhan, jumlah toko/pasar tradisional menciut 1,5% dari 2.545.000 unit pada 2009 men-jadi 2.506.000 unit pada 2010.

Terkait dengan jenis barang yang dijual, toko kosmetik dan semiritel khusus tumbuh signifi kan tahun lalu. Jumlah toko khusus kosmetik tumbuh 17%, sedangkan toko semiritel yang menjual berbagai produk untuk konsumen dan pengecer kecil naik 5%.

“Sekadar membuka toko kini tidak lagi memadai. Retailer perlu memikirkan cara mem-bedakan diri di antara pesaing dalam melayani konsumen,” tutur Teguh.

Perketat pengaturanLebih lanjut, Teguh menilai

meski ada ancaman pembekuan izin operasi lebih 1.000 unit mini-market di Jakarta, itu tidak akan mempengaruhi pertumbuhan sektor ritel modern. Adapun ancaman itu dilakukan pemerin-

tah provinsi DKI terkait dengan pelanggaran regulasi, misalnya pelanggaran jarak minimal de-ngan pasar tradisional.

Menurut Ketua Umum Aso-siasi Pengusaha Ritel Indonesia Benjamin Mailool, yang dibu-tuhkan kini adalah pengaturan lokasi minimarket yang mem-pertimbangkan aspek terkait tata ruang perkotaan dan per-ekonomian masyarakat.

Ia mengatakan, jika peng-aturannya dipertegas sesuai rencana umum tata ruang perkotaan yang diharmonisasi dengan Peraturan Menteri Per-dagangan No 53/2008 ten-tang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, keberadaan mini-market tidak akan berbenturan dengan pasar maupun toko tradisional.

“Bila ada pengaturan jarak (zonasi) yang tegas, hal ini tidak akan terjadi,” cetusnya. (E-3)

[email protected]

Minimarket TopangLaju Ritel Modern

Peritel perlu memikirkan cara membedakan diri di antara pesaing dalam melayani konsumen.

JUMLAH nasabah tabungan simpanan pembangunan dae-rah (simpeda) tumbuh 18,3% sepanjang 2010, menjadi 5.425.687 penabung. Dalam periode serupa, volume tabung-an simpeda meningkat 18,1% menjadi Rp25,334 triliun.

Hal itu dikemukakan Ketua Tim Pelaksana Simpeda Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (As-banda) Mulyatno Wibowo, da-lam siaran persnya, kemarin.

“Tabungan simpeda terus meningkat. Hingga akhir Desember 2010, jumlah nasa-bah simpeda naik 18,3% jika di-bandingkan dengan Desember 2009, sedangkan nominalnya tumbuh 18,1%,” kata Mulyatno yang juga menjabat direktur pemasaran Bank DKI itu.

Perkembangan simpeda,

menurutnya, tidak terlepas dari inovasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masya-rakat. Salah satunya, adalah dengan program rutin undian tabungan simpeda.

Untuk itu, pada 17 Maret mendatang, Tim Pelaksana Simpeda Asbanda akan kem-bali menggelar Panen Rezeki

BPD, yang merupakan program penarikan undian Simpeda se-cara nasional.

Menurut Mulyatno, perhe-latan yang dilakukan setiap enam bulan tersebut, kali ini akan dilaksanakan di DI Yog-yakarta. Adapun program un-dian tabungan simpeda telah dilakukan sejak April 1990.

Tabungan simpeda meru-pakan produk bersama bank pembangunan daerah selu-ruh Indonesia. Selain kegiatan Panen Rezeki BPD yang di-selenggarakan secara nasio-nal, beberapa BPD menggelar undian tabungan simpeda di daerah masing-masing khusus untuk penabungnya.

Hadiah yang diberikan beragam. Mulai dari mobil mewah, uang tunai miliaran rupiah, barang elektronik, dan ragam jenis hadiah lainnya.

Undian tabungan simpeda yang diselenggarakan setiap BPD di daerahnya tersebut merupakan upaya untuk lebih mendekatkan diri dengan nasa-bah. Juga memberikan apresiasi pada nasabah loyal tabungan simpeda. (RO/E-3)

PEMERINTAH harus cepat mengatasi laju kenaikan harga pangan dan barang. Bila tidak, angka kemiskinan di Indonesia bakal bertambah.

“(Apakah kemiskinan ber-tambah atau berkurang di 2011) ditentukan lewat adu cepat saja antara kemampuan pemerintah menjaga pengeluar an masyara-kat dan kenaikan harga yang semakin tinggi. Kalau tren harga makin tinggi, jumlah kemiskinan bisa semakin ba-nyak,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heria-wan di sela acara pe ngukuhan Abuzar Asra sebagai profesor riset pertama BPS, kemarin, di Jakarta.

Rusman menandaskan, ber-tambahnya angka orang miskin terkait dengan garis kemiskinan yang semakin tinggi. Indika-tornya, harga pangan maupun nonpangan, seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kese-hatan yang semakin mahal, tapi tidak diimbangi kemampuan orang miskin berbelanja barang kebutuhan mereka tersebut.

Data BPS di 2010 menun-jukkan, garis kemiskinan (GK) naik 5,72%, dari Rp200.262/kapita/bulan pada Maret 2009 menjadi Rp211.726/kapita/bulan pada Maret 2010.

Rusman juga mengungkap-kan, pada 2010, orang miskin paling banyak tinggal di Pu-lau Jawa. Dari total 31,02 juta penduduk miskin Indonesia, 55,83% ada di Jawa. Kemudian Sumatra (21,44%), Sulawesi (7,6%), Bali dan Nusa Teng-gara (7,1%), Kalimantan (3,3%), Papua (3,3%), dan Maluku (1,5%).

Sementara itu, dari jumlah keseluruhan orang miskin Indonesia, 11,1 juta tinggal di kota. Sisanya, 20,01 juta orang, tinggal di perdesaan.

Namun, menurut Abuzar Asra, dalam lima tahun ter-akhir, jumlah penduduk miskin kota turun lebih lambat ketim-bang di desa.

Pada 2006, tingkat kemiskinan di kota 13,5%, turun menjadi 9,9% di 2010. Tingkat kemiski-nan di perdesaan pada 2006 mencapai 21,81%, sedangkan pada 2010 menjadi 16,56%.

“Itu karena lebih sulitnya usaha pengentasan kemiski-nan di perkotaan, juga akibat urbanisasi,” kata Abuzar da-lam orasi pengukuhannya. (HA/X-10)

Nasabah Simpeda Lampaui 5,4 Juta Harga Dongkrak

OrangMiskin

18 RABU, 16 MARET 2011 | MEDIA INDONESIAEKONOMI NASIONAL

MINIMARKET: Sebuah minimarket beroperasi tidak jauh dari pasar tradisional di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Senin (21/2).

MI/JHONI KRISTIAN