BAB ITINJAUAN PUSTAKA2.1 Anatomi KonjungtivaKonjungtiva
merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari
kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan
dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata
(kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah
merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga
bagian:1. Konjungtiva palpebralis : menutupi permukaan posterior
dari palpebra dan dapat dibagi menjadi marginal, tarsal, dan
orbital konjungtiva. 60. Marginal konjungtiva memanjang dari tepi
kelopak mata sampai sekitar 2mm di belakang kelopak mata menuju
lengkung dangkal, sulkus subtarsalis. Sesungguhnya merupakan zona
transisi antara kulit dan konjungtiva sesungguhnya.0. Tarsal
konjungtiva bersifat tipis, transparan, dan sangat vaskuler.
Menempel ketat pada seluruh tarsal plate pada kelopak mata atas.
Pada kelopak mata bawah, hanya menempel setengah lebar tarsus.
Kelenjar tarsal terlihat lewat struktur ini sebagai garis kuning.0.
Orbital konjungtiva berada diantara tarsal plate dan forniks.1.
Konjungtiva bulbaris : menutupi sebagian permukaan anterior bola
mata. Terpisah dari sklera anterior oleh jaringan episklera dan
kapsula Tenon. Tepian sepanjang 3mm dari konjungtiva bulbar
disekitar kornea disebut dengan konjungtiva limbal. Pada area
limbus, konjungtiva, kapsula Tenon, dan jaringan episklera
bergabung menjadi jaringan padat yang terikat secara kuat pada
pertemuan korneosklera di bawahnya. Pada limbus, epitel konjungtiva
menjadi berlanjut seperti yang ada pada kornea. 6 konjungtiva
bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat
digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah
dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar
terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting
lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi
bagi kornea.
1. Forniks : bagian transisi yang membentuk hubungan antara
bagian posterior palpebra dan bola mata. Forniks konjungtiva
berganbung dengan konjungtiva bulbar dan konjungtiva palpebra.
Dapat dibagi menjasi forniks superior, inferior, lateral, dan
medial forniks. 62.2 Struktur Histologi KonjungtivaLapisan epitel
konjungtiva terdiri dari:a. Marginal konjungtiva mempunyai epitel
tipe stratified skuamous lapis 5.b. Tarsal konjungtiva mempunyai 2
lapis epitelium: lapisan superfisial dari sel silindris dan lapisan
dalam dari sel pipih.c. Forniks dan bulbar konjungtiva mempunyai 3
lais epitelium: lapisan superfisial sel silindris, lapisan tengan
polihedral sel dan lapisan dalam sel kuboid.d. Limbal konjungtiva
sekali lagi mempunyai banyak lapisan (5-6 lapis) epitelium
stratified skuamous- Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan
adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa (profundus).a.
Lapisan adenoid disebut dengan lapisan limfoid dan terdiri dari
jaringan ikat retikulum yang terkait satu sama lain dan terdapat
limfosit diantaranya. Lapisan ini paling berkembang di forniks.
Tidak terdapat mulai dari lahir tetapu berkembang setelah 3-4 bulan
pertama kehidupan. Untuk alasan ini, inflamasi konjungtiva pada
bayi baru lahir tidak memperlihatkan reaksi folikuler. 6b. Lapisan
fibrosa Terdiri dari jaringan fiber elastik dan kolagen. Lebih
tebal daripada lapisan adenoid, kecuali di regio konjungtiva tarsal
dimana pada tempat tersebut struktur ini sangat tipis. Lapisan ini
mengandung pembuluh darah dan saraf konjungtiva. Bergabung dengan
kapsula tenon pada regio konjungtiva bulbar. 6
- Konjungtiva mempunyai dua macam kelenjar, yaitu:1. Kelenjar
sekretori musin. Mereka adalah sel goblet(kelenjar uniseluler yang
terletak di dalam epitelium), kripta dari Henle(ada apda tarsal
konjungtiva) dan kelenjar Manz(pada konjungtiva limbal).
Kelenjar-kelenjar ini menseksresi mukus yang mana penting untuk
membasahi kornea dan konjungtiva. 61. Kelenjar lakrimalis
aksesorius, mereka adalah: 61. Kelenjar dari Krause(terletak pada
jaringan ikat konjungtiva di forniks, sekitar 42mm pada forniks
atas dan 8mm di forniks bawah). Dan1. Kelenjar dari
Wolfring(terletak sepanjang batas atas tarsus superios dan
sepanjang batas bawah dari inferior tarsus).6-Suplai arterial
konjungtiva:Konjungtiva palpebra dan forniks disuplai oleh cabang
dari arcade arteri periferal dan merginal kelopak mata. Konjungtiva
bulbar disuplai oleh dua set pembuluh darah: arteri konjungtiva
posterior yang merupakan cabang dari arcade arteri kelopak mata;
dan arteri konjungtiva naterior yang merupakan cabang dari arteri
siliaris anterior. Cabang terminal dari arteri konjungtiva
posterior beranastomose dengan arteri konjungtiva anterior untuk
membentuk pleksus perikornea. 62.3 DefinisiKonjungtivitis lebih
dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva
atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak
mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna
sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan
mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan
sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.2.4
EtiologiKonjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal,
seperti :a. infeksi oleh virus atau bakteri.b. reaksi alergi
terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.c. iritasi oleh angin,
debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet. d.
pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang. 2.5 Gejala
Klinis1. Hiperemia. Mata yang memerah adalah tanda tipikal dari
konjungtivitis. Injeksi konjungtival diakibatkan karena
meningkatnya pengisian pembuluh darah konjungtival, yang muncul
sebagian besar di fornik dan menghilang dalam perjalanannya menuju
ke limbus. Hiperemia tampak pada semua bentuk konjungtivitis.
Tetapi, penampakan/visibilitas dari pembuluh darah yang hiperemia,
lokasi mereka, dan ukurannya merupakan kriteria penting untuk
diferensial diagnosa. Seseorang juga dapat membedakan
konjungtivitis dari kelainan lain seperti skleritis atau keratitis
berdasar pada injeksinya. Tipe-tipe injeksi dibedakan menjadi:
11,12 Injeksi konjungtiva(merah terang, pembuluh darah yang
distended bergerak bersama dengan konjungtiva, semakin menurun
jumlahnya saat menuju ke arah limbus). Injeksi perikornea(pembuluh
darah superfisial, sirkuler atau cirkumcribed pada tepi limbus).
Injeksi siliar(tidak terlihat dengan jelas, pembuluh darah berwarna
terang dan tidak bergerak pada episklera di dekat limbus). Injeksi
komposit(sering).Dilatasi perilimbal atau siliar menandakan
inflamasi dari kornea atau struktus yang lebih dalam. Warna yang
benar-benar merah menandakan konjungtivitis bakterial, dan
penampakan merah susu menandakan konjungtivitis alergik. Hiperemia
tanpa infiltrasi selular menandakan iritasi dari sebab fisik,
seperti angin, matahari, asap, dan sebagainya, tetapi mungkin juda
didapatkan pada penyakit terkait dengan instabilitas
vaskuler(contoh, acne rosacea).2.Discharge ( sekret ). Berasal dari
eksudasi sel-sel radang. Kualitas dan sifat alamiah eksudat(mukoid,
purulen, berair, ropy, atau berdarah) tergantung dari
etiologinya.113.Chemosis ( edema conjunctiva ). Adanya Chemosis
mengarahkan kita secara kuat pada konjungtivitis alergik akut
tetapi dapat juga muncul pada konjungtivitis gonokokkal akut atau
konjungtivitis meningokokkal, dan terutama pada konjungtivitis
adenoviral. Chemosis dari konjungtiva bulbar dapat dilihat pada
pasien dengan trikinosis. Meskipun jarang, chemosis mungkin timbul
sebelum adanya infiltrasi atau eksudasi seluler gross. 124.Epifora
(pengeluaran berlebih air mata). Lakrimasi yang tidak
normal(illacrimation) harus dapat dibedakan dari eksudasi.
Lakrimasi biasanya mencerminkan lakrimasi sebagai reaksi dari badan
asing pada konjungtiva atau kornea atau merupakan iritasi toksik.
Juga dapat berasal dari sensasi terbakar atau garukan atau juga
dari gatal. Transudasi ringan juga ditemui dari pembuluh darah yang
hiperemia dan menambah aktifitas pengeluaran air mata. Jumlah
pengeluaran air mata yang tidak normal dan disertai dengan sekresi
mukus menandakan keratokonjungtivitis sika. 125.Pseudoptosis.
Kelopak mata atas seperti akan menutup, disebabkan karena adanya
infiltrasi sel-sel radang pada palpebra superior maupun karena
edema pada palpebra superior. 126.Hipertrofi folikel. Terdiri dari
hiperplasia limfoid lokal dengan lapisan limfoid dari konjungtiva
dan biasanya mengandung germinal center. Secara klinis, folikel
dapat dikenali sebagai struktur bulat, avaskuler putih atau
abu-abu. Pada pemeriksaan menggunakan slit lamp, pembuluh darah
kecil dapat naik pada tepi folikel dan mengitarinya. Terlihat
paling banyak pada kasus konjungtivitis viral dan pada semua kasus
konjungtivitis klamidial kecuali konjungtivitis inklusi neonatal,
pada beberapa kasus konjungtivitis parasit, dan pada beberapa kasus
konjungtivitis toksik diinduksi oleh medikasi topikal seperti
idoxuridine, dipiverin, dan miotik. Folikel pada forniks inferior
dan pada batas tarsal mempunyai nilai diagnostik yang terbatas,
tetapi ketika diketemukan terletak pada tarsus(terutama tarsus
superior), harus dicurigai adanya konjungtivitis klamidial, viral,
atau toksik (mengikuti medikasi topikal). 127.Hipertrofi papiler.
Adalah reaksi konjungtiva non spesifik yang muncul karena
konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di dasarnya oleh
fibril. Ketika pembuluh darah yang membentuk substansi dari
papilla(bersama dengan elemen selular dan eksudat) mencapai membran
basement epitel, pembuluh darah tersebut akan bercabang menutupi
papila seperti kerangka dari sebuah payung. Eksudat inflamasi akan
terakumulasi diantara fibril, membentuk konjungtiva seperti sebuah
gundukan. Pada kelainan yang menyebabkan nekrosis(contoh,trakoma),
eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan
ikat. 12 Ketika papila berukuran kecil, konjungtiva biasanya
mempunyai penampilan yang halus dan merah normal. Konjungtiva
dengan papila berwarna merah sekali menandakan kelainan disebabkan
bakteri atau klamidia(contoh, konjungtiva tarsal yang berwarna
merah sekali merupakan karakteristik dari trakoma akut). Injeksi
yang ditandai pada tarsus superior, menandakan keratokunjungtivitis
vernal dan konjungtivitis giant papillary dengan sensitivitas
terhadap lensa kontak; pada tarsal inferior, gejala tersebut
menandakan keratokonjungtivitis atopik. Papila yang berukuran besar
juga dapat muncul pada limbus, terutama pada area yang secara
normal dapat terekspos ketika mata sedang terbuka(antara jam 2 dan
4 serta antara jam 8 dan 10). Di situ gejala nampak sebagai
gundukan gelatin yang dapat mencapai kornea. Papila limbal adalah
tanda khas dari keratokonjungtivitis vernal tapi langka pada
keratokonjungtivitis atopik. 128.Membran dan pseudomembran.
Merupakan reaksi konjungtiva terhadap infeksi berat atau
konjungtivitis toksis. Terjadi oleh karena proses koagulasi
kuman/bahan toksik. Bentukan ini terbentuk dari jaringan epitelial
yang nekrotik dan kedua-duanya dapat diangkat dengan mudah baik
yang tanpa perdarahan(pseudomembran) karena hanya merupakan
koagulum pada permukaan epital atau yang meninggalkan permukaan
dengan perdarahan saat diangkat(membran) karena merupakan koagulum
yang melibatkan seluruh epitel. 119.Phylctenules. Menggambarkan
manifestasi lokal pada limbus karena alergi terhadap toxin yang
dihasilkan mikroorganisme. Phlyctenules dari konjungtiva pada
mulanya terdiri dari perivaskulitis dengan pengikatan limfositik
pada pembuluh darah. Ketika berkembang menjadi ulserasi dari
konjungtiva, dasar ulkus mempunyai banyak leukosit
polimorfonuklear. 12
10.Formasi pannus. Pertumbuhan konjungtiva atau pembuluh darah
diantara lapisan Bowman dan epitel kornea atau pada stroma yang
lebih dalam. Edema stroma, yang mana menyebabkan pembengkakan dan
memisahkan lamela kolagen, memfasilitasi terjadinya invasi pembuluh
darah.11,1411. Granuloma. Adalah nodus stroma konjungtiva yang
meradang dengan area bulat merah dan terdapat injeksi vaskular.
Tanda ini dapat muncul pada kelainan sistemik seperti tuberkulosis
atau sarkoidosis atau mungkin faktor eksogen seperti granuloma
jahitan postoperasi atau granuloma benda asing lainnya. Granuloma
muncul bersamaan dengan bengkaknya nodus limfatikus preaurikular
dan submandibular pada kelainan seperti sindroma okuloglandular
Parinaud. 12. Nodus limfatikus yang membengkak. Sistem limfatik
dari regio mata berjalan menuju nodus limfatikus di preaurikular
dan submandibular. Nodus limfatikus yang membengkak mempunyai arti
penting dan seringkali dihadapi sebagai tanda diagnostik dari
konjungtivitis viral. 122.6 KlasifikasiA. Konjungtivitis
BakterialTerdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan
subakut) dan menahun. Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering
adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus.
Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan
mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit
dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan memadai.
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah
satu dari sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai
keadaan ini dalam beberapa hari. Konjungtivitis purulen yang
disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides dapat
menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini. Tanda
dan Gejala- Iritasi mata, - Mata merah, - Sekret mata, - Palpebra
terasa lengket saat bangun tidur - Kadang-kadang edema palpebra-
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh
tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang
dapat menyebarkan kuman seperti seprei, kain, dll.1,5 Pemeriksaan
Laboratorium Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial,
organism dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap
kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa;
pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil
polimorfonuklear.1,2,3 Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan
mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan
jika penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi
sensitivitas antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai
terapi antibiotika empiric. Bila hasil sensitifitas antibiotika
telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan. C.
Komplikasi dan SekuelBlefaritis marginal menahun sering menyertai
konjungtiva stafilokokus kecuali pada pasien sangat muda yang bukan
sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat terjadi pada
konjungtivitis pseudomembranosa dan pada kasus tertentu yang
diikuti ulserasi kornea dan perforasi. Ulserasi kornea marginal
dapat terjadi pada infeksi N gonorroeae, N konchii, N meningitides,
H aegyptus, S gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk camera
anterior, dapat timbul iritis toksik.1,3 TerapiTerapi spesifik
terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat
mulai dengan terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis
purulen, harus dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati
infeksi N gonorroeae, dan N meningitides. Terapi topical dan
sistemik harus segera dilkasanakan setelah materi untuk pemeriksaan
laboratorium telah diperoleh. Pada konjungtivitis purulen dan
mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas dengan larutan
garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah
penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan
secara khusus hygiene perorangan. Perjalanan dan
PrognosisKonjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri,
infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan
memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat
berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap mnehun)
dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat
berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva
dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan
meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia
dan meningitis.1,4Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak
dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang
menyulitkan. B. Konjungtivitis Virus1. Konjungtivitis Folikuler
Virus Akuta) Demam Faringokonjungtival Tanda dan gejalaDemam
Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 C, sakit
tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata.
Folikuler sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada
mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan
kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah
limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1 Laboratorium Demam
faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan
kadang kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam
sel HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya
penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara serologic dengan
meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah
hal mudah dan jelas lebih praktis. Kerokan konjungtiva terutama
mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri yang tumbuh pada
biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang
dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6 Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri,
umumnya dalam sekitar 10 hari. 1
b) Keratokonjungtivitis Epidemika Tanda dan
gejalaKeratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya
sering pada satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah.
Pada awalnya pasien merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan
berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia,
keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea
normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema
palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut.
Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam.
Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau
pembentukan symblepharon. 1,3,4Konjungtivitis berlangsung paling
lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel terutama terdapat di pusat
kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan namun menyembuh
tanpa meninggalkan parut. 1Keratokonjungtiva epidemika pada orang
dewasa terbatas pada bagian luar mata. Namun, pada anak-anak
mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit
tenggorokan, otitis media, dan diare. Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19,
29, dan 37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini
dapat diisolasi dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes
netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang
mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat
banyak neutrofil. 1 Penyebaran Transmisi nosokomial selama
pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari-jari tangan
dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau
pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama
anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat
menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu
dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran.
1,3 Pencegahan Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari
dengan dengan memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes
mata dengan kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara
pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang
menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer
aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian
dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. 4,6
Terapi Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin
akan mengurangi beberapa gejala. Kortikosteroid selama
konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan kornea
sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika
terjadi superinfeksi bacterial. 1c) Konjungtivitis Virus Herpes
Simpleks Tanda dan gejalaKonjungtivitis virus herpes simplex
biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah keadaan yang luar
biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi,
bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea
tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu
membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang
banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes
kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai
edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler
yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3 LaboratoriumTidak ditemukan
bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika konjungtivitisnya
folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika
pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat
kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam
sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan
Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa.
Ditemukannya sel sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai
nilai diagnostic.3Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah
aplikator berujung kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan
sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.3 Terapi Jika konjungtivitis
terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa, umunya
sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus
local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya
kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea
dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering,
meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam.
Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 10 hari: trifluridine
setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali
sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun
dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat
pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama 10
hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7
hari.3Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih
jarang adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus
topical harus dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid
dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes
simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang
singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3d)
Konjungtivitis Hemoragika Akut Epidemiologi Semua benua dan
kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar
konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali
diketahui di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan
oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam)
dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5 Tanda dan Gejala Mata terasa
sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air
mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival.
Kadang-kadang terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya
difus, namun dapat berupa bintik-bintik pada awalnya, dimulai di
konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien
mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan
keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam,
malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5 Penyebaran Virus ini
ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite
seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.
Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari Terapi Tidak ada pengobatan yang
pasti.
2. Konjungtivitis Virus Menahuna) BlefarokonjungtivitisMolluscum
ContagiosumSebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra
dan alis mata dapat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun
unilateral, keratitis superior, dan pannus superior, dan mungkin
menyerupai trachoma. Reaksi radang yang mononuclear (berbeda dengan
reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat, berombak, putih mutiara,
non-radang dengan bagian pusat, adalah khas molluscum kontagiosum.
Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi
seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu
sisi.3Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi
memasukinya, atau krioterapi akan menyembuhkan
konjungtivitisnya.
b) Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster Tanda dan gejala
Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi
vesikuler khas sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus
cabang oftalmika adalah khas herpes zoster. Konjungtivitisnya
biasanya papiler, namun pernah ditemukan folikel, pseudomembran,
dan vesikel temporer, yang kemudian berulserasi. Limfonodus
preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. parut
pada palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah sekuele.
1 Laboratorium Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel
palpebra mengandung sel raksasa dan banyak leukosit
polimorfonuklear; kerokan konjungtiva pada varicella dan zoster
mengandung sel raksasa dan monosit. Virus dapat diperoleh dari
biakan jaringan sel sel embrio manusia. 1 Terapi Acyclovir oral
dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika
diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan
menghambat penyakit. 1
c) Keratokonjungtivitis Morbilli Tanda dan gejalaPada awal
penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang dalam
beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa hari
sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret
mukopurulen, dan saat muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak
Koplik pada konjungtiva dan kadang-kadang pada carunculus. 1,3Pada
pasien imunokompeten, keratokonjungtivitis campak hanya
meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada
pasien kurang gizi atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali
disertai infeksi HSV atau infeksi bacterial sekunder oleh S
pneumonia, H influenza, dan organism lain. Agen ini dapat
menimbulkan konjungtivitis purulen yang disertai ulserasi kornea
dan penurunan penglihatan yang berat. Infeksi herpes dapat
menimbulkan ulserasi kornea berat dengan perforasi dan kehilangan
penglihatan pada anak-anak kurang gizi di Negara berkembang.
1,3Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear,
kecuali jika ada pseudomembran atau infeksi sekunder. Sedian
terpulas giemsa mengandung sel-sel raksasa. Karena tidak ada terapi
spesifik, hanya tindakan penunjang saja yang dilakukan, kecuali
jika ada infeksi sekunder. 1
C. Konjungtivitis KlamidiaTrachoma Tanda dan gejalaTrachoma
mulanya adalah konjungtivitis folikuler menahun pada masa
kanak-kanak, yang berkembang sampai pembentukan parut konjungtiva.
Pada kasus berat , pembalikan bulu mata kedalam terjadi pada masa
dewasa muda sebagai akibat parut konjungtiva yang berat. Abrasi
terus menerus oleh bulu mata yang membalik itu dan gangguan pada
film air mata berakibat parut pada kornea, ummnya setelah usia 50
tahun. Masa inkubasi trachoma rata rata 7 hari, namun bervariasi
dari 5 sampai 14 hari .pada bayi atau anak biasanya timbulnya diam
diam, dan penyakit itu dapat sembuh dengan sedikit atau tampa
konplikasi.Pada orang dewasa, timbulnya sering akut atau subakut,
dan komplikasi cepat berkembang. Pada saat timbulnya.trachoma
sering mirip konjungtivitis bacteria, tanda dan gejala biasanya
berair mata, fotofobia, sakit, eksudasi, edema palpebra, kemosis
konjungtiva bulbi, hyperemia, hipertrofi papiler, folikel tarsal
dan limbal, keratititis superior, pembentukan pannus dan nodus
preaurikuler kecil dan nyeri tekan.Pada trachoma yang sudah
terdiagnosis, mungkin juga terdapat keratitis epitel superior,
keratitis subepitel, panus, folikel limbus superior, dan akhirnya
sisa katriks patognomotik pada folikel- folikel ini, yang dikenal
sebagai sumur sumur Herbert, depresi kecil dalam jaringan ikat di
batas limbus kornea ditutupi epitel. Pannus terkait adalah membrane
fibrovaskuler yang timbul dari limbus, dengan lengkung lengkung
vaskuler meluas ke atas kornea. Semua tanda trachoma lebih berat
pada konjungtiva dan kornea bagian atas dari pada bagian
bawah.Untuk pengendalian, World Health Organization telah
mengembangakn cara sederhana untuk memeriksakan penyakit itu. Ini
mencakup tanda tanda sebagai berikut :TF : Lima atau lebih folikel
pada konjungtiva tarsal atas.TI : Infitrasi difus dan hipertrofi
papil konjungtiva atas yang sekurang kurangnya menutupi 50%
pembuluh profunda normal.TS : Parut konjungtiva trachomatosa.TT :
Trikiasis atau entropion ( bulu mata terbalik ke dalam ).CO :
Kekeruhan kornea.Adanya TF dan Ti menunjukan trachoma infeksiosa
aktif yang harus diobati. TS adalah bukti cedera akibat penyakit
ini. TT berpotensi membutakan dan merupakan indikasi untuk tindakan
operasi kokreasi palpebra. CO adalah lesi yang terakhir membutakan
dari trachoma. LaboratoriumInkulasi klamida dapat ditemukan pada
kerokan konjungtiva yang di pulas dengan Giemsa, namun tidak selalu
ada. Inklusi ini pada sediaan dipulas Giemsa tampak sebagai massa
sitoplasma biru atau ungu gelap yang sangat halus , yang menutupi
inti dari sel epitel. Pulasan antibody fluorescein dan tes immuno
assay enzim tersedia dipasaran dan banyak dipakai dilabotarium
klinik. Tes baru ini telah menggantikan pulasan Giemsa untuk
sediaan hapus konjungtiva dan isolasi agen klamidial dalam biakan
sel.Secara morfologik, agen trachoma mirip dengan agen
konjungtivitis inkulasi, namun keduanya dapat dibedakan secara
serologic dengan mikroimunofluorescence. Trachoma disebabkan oleh
Chalmydia trachomatis seroipe A,B,Ba atau C. Komplikasi dan
sequeleParut di konjungtiva dalah komplikasi yang sering terjadi
pada trachoma dan dapat merusak duktuli kelenjar lakmal tambahan
dan menutupi muara kelejar lakrimal.hal ini secara drastis
mengurangi komponen air dalam film air mata pre- kornea, dan
komponen mukus film mungkin berkurang karena hilangnya sebagian sel
goblet. Luka parut itu juga mengubah bentuk palpebra superior
dengan membalik bulu mata kedalam (trikiasis) atau seluruh tepian
palpebra (entropion), sehingga bulu mata terus menerus menggesek
kornea.ini berakibat ulserasi pada kornea, infeksi bacterial
kornea, dan parut pada kornea. Ptosis, obstrusi doktus
nasolakrimalis, dan dakriosistitis adalah komplikasi umum lainnya
pada trachoma. TerapiPerbaikan klinik mencolok umumnya dicapai
dengan tetracycline,1-1,5 g/ hari per os dalam empat dosis selama
3-4 minggu ; doxycycline,100 mg per os 2 kali sehari selama 3
minggu; atau erythromycin, 1 g / hari per os dibagi dalam empat
dosis selama 3-4 minggu. Kadang-kadang diperlukan beberapa kali kur
( pengobatan) agar benar benar sembuh. Tetracycline sistemik jangan
diberi pada anak dibawah umur 7 tahun atau untuk wanita hamil.
Karena tetracycline mengikat kalsium pada gigi yang berkembang dan
tulang yang tumbuh dan dapat berakibat gigi permanen menjadi
kekuningan dan kelainan kerangkan (mis, clavicula).Salep atau tetes
topikal, termasuk preparat sulfonamide, tetracycline, erythromycin
dan rifampin, empat kali sehari selama enam minggu, sama
efektifnya.Saat mulai terapi, efek maksimum biasanya belum dicapai
selama 10 12 minggu. Karena itu, tetap adanya folikel pada trasesus
superior selama beberapa minggu setelah terapi berjalan jangan
dipakai sebagai bukti kegagalan terapi.Koreksi bulu mata yang
membalik kedalam melalui bedah adalah esensial untuk mencegah parut
trachoma lanjut di Negara berkembang. Tindakan bedah ini kadang
kadang dilakukan oleh dokter bukan ahli mata atau orang yang
dilatih kusus.
2.4.2 Konjungtivitis Imunologik (Alergik)Reaksi
Hipersensitivitas Humoral Langsung 1) Konjungtivitis Demam Jerami
(Hay Fever) Tanda dan gejalaRadang konjungtivitis non-spesifik
ringan umumnya menyertai demam jerami (rhinitis alergika). Bianya
ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput, bulu hewan, dan
lainnya. Pasien mengeluh tentang gatal-gatal, berair mata, mata
merah, dan sering mengatakan bahwa matanya seakan-akan tenggelam
dalam jaringan sekitarnya. Terdapat sedikit penambahan pembuluh
pada palpebra dan konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut
sering terdapat kemosis berat (yang menjadi sebab tenggelamnya
tadi). Mungkin terdapat sedikit tahi mata, khususnya jika pasien
telah mengucek matanya.
Laboratorium Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan
konjungtiva. Terapi Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap
akut (epineprin, larutan 1:1000 yang diberikan secara topical, akan
menghilangkan kemosis dan gejalanya dalam 30 menit). Kompres dingin
membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin hanya sedikit
manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan cukup baik, namun
sering kambuh kecuali anti-gennya dapat dihilangkan. 2)
Konjungtivitis Vernalis Definisi Penyakit ini, juga dikenal sebagai
catarrh musim semi dan konjungtivitis musiman atau konjungtivitis
musim kemarau, adalah penyakit alergi bilateral yang jarang.1,3
Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di
daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih parah selama musim
semi, musim panas dan musim gugur daripada musim gugur. Insiden
Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 10
tahun. Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada
perempuan. 5 Tanda dan gejalaPasien mengeluh gatal-gatal yang
sangat dan bertahi mata berserat-serat. Biasanya terdapat riwayat
keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan lainnya). Konjungtiva
tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di
konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering
memiliki papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papilla raksasa
berbentuk polygonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas
kapiler. 1,2,3 Laboratorium Pada eksudat konjungtiva yang dipulas
dengan Giemsa terdapat banyak eosinofil dan granula eosinofilik
bebas. 1
Terapi Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai
terhadap gejala hanya member hasil jangka pendek, berbahaya jika
dipakai untuk jangka panjang. steroid sisremik, yang mengurangi
rasa gatal, hanya sedikit mempengharuhi penyakit kornea ini, dan
efek sampingnya (glaucoma, katarak, dan komplikasi lain) dapat
sangat merugikan. Crmolyn topical adalah agen profilaktik yang baik
untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin
dan kompres es ada manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC sangat
menyamankan pasien. Agaknya yang paling baik adalah pindah ke
tempat beriklim sejuk dan lembab. Pasien yang melakukan ini sangat
tertolong bahkan dapat sembuh total. 1,33) Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejalaSensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah,
dan fotofobia. Tepian palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak
putih seperti susu. Terdapat papilla halus, namun papilla raksasa
tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis vernal, dan
lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla
raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus
superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan
lanjut penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi
berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti
dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur
dan bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3Biasanya ada
riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau
keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic
sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan
pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti
dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung
berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif
bila pasien telah berusia 50 tahun. Laboratorium Kerokan
konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang
terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1 Terapi
Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari),
astemizole (10 mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu
tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat
antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan
iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini.
Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada
kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan
transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya.
1,3Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat 1) Phlyctenulosis
DefinisiKeratokonjungtivitis phlcytenularis adalah respon
hipersensitivitas lambat terhadap protein mikroba, termasuk protein
dari basil tuberkel, Staphylococcus spp, Candida albicans,
Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptus, dan Chlamydia
trachomatis serotype L1, L2, dan L3. 1 Tanda dan Gejala Phlyctenule
konjungtiva mulai berupa lesi kecil yang keras, merah, menimbul,
dan dikelilingi zona hyperemia. Di limbus sering berbentuk
segitiga, dengan apeks mengarah ke kornea. Di sini terbentuk pusat
putih kelabu, yang segera menjadi ulkus dan mereda dalam 10-12
hari. Phlyctenule pertama pada pasien dan pada kebanyakan kasus
kambuh terjadi di limbus, namun ada juga yang di kornea, bulbus,
dan sangat jarang di tarsus. 1Phlyctenule konjungtiva biasanya
hanya menimbulkan iritasi dan air mata, namun phlyctenule kornea
dan limbus umumnya disertai fotofobia hebat. Phlyctenulosis sering
dipicu oleh blefaritis aktif, konjungtivitis bacterial akut, dan
defisiensi diet. TerapiPhlyctenulosis yang diinduksi oleh
tuberkuloprotein dan protein dari infeksi sistemik lain berespon
secara dramatis terhadap kortikosteroid topical. Terjadi reduksi
sebagian besar gejala dalam 24 jam dan lesi hilang dalam 24 jam
berikutnya. Antibiotika topical hendaknya ditambahkan untuk
blefarikonjungtivitis stafilokokus aktif. Pengobatan hendaknya
ditujukan terhadap penyakit penyebab, dan steroid bila efektif,
hendaknya hanya dipakai untuk mengatasi gejala akut dan parut
kornea yang menetap. Parut kornea berat mungkin memerlukan
tranplantasi. 12) Konjungtivitis Ringan Sekunder terhadap
Blefaritis kontakBlefaritis kontak yang disebabkan oleh atropine,
neomycin, antibiotika spectrum luas, dan medikasi topical lain
sering diikuti oleh konjungtivitis infiltrate ringan yang
menimbukan hyperemia, hipertropi papiler ringan, bertahi mata
mukoid ringan, dan sedikit iritasi. Pemeriksaan kerokan berpulas
giemsa sering hanya menampakkan sedikit sel epitel matim, sedikit
sel polimorfonuklear dan mononuclear tanpa eosinofil. 1Pengobatan
diarahkan pada penemuan agen penyebab dan menghilangkannya.
Blefaritis kontak dengan cepat membaik dengan kortikosteroid
topical, namun pemakaiannya harus dibatasi. Penggunaan steroid
jangka panjang pada palpebra dapat menimbulkan glaucoma steroid dan
atropi kulit dengan telangiektasis yang menjelekkan.
2.4.3 Konjungtivitis Akibat Penyakit
AutoimunKeratokonjungtivitis SiccaBerkaitan dgn. Sindrom Sjorgen
(trias: keratokonj. sika, xerostomia, artritis). Gejala:- Khas:
hiperemia konjungtivitis bulbi dan gejala iritasi yang tidak
sebanding dengan tanda-tanda radang.- Dimulai dengan konjungtivitis
kataralis - Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa
sakit, tetapi menjelang siang atau malam hari rasa sakit semakin
hebat.- Lapisan air mata berkurang (uji Schirmer: abnormal)-
Pewarnaan Rose bengal uji diagnostik. Pengobatan:- air mata buatan
- obliterasi pungta lakrimal.
2.4.4 Konjungtivitis Kimia atau Iritatif1) Konjungtivitis
Iatrogenik Pemberian Obat TopikalKonjungtivitis folikular toksik
atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate, yang diikuti
pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama
dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-obat lain yang
disiapkan dalam bahanpengawet atau vehikel toksik atau yang
menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam saccus
conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia
ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat iritasi yang
kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada
pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam
saccus conjungtivae.Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel
epitel berkeratin, beberapa neutrofil polimorfonuklear, dan
sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan terdiri atas
menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau
lunak, atau sama sekali tanpa tetesan. Sering reaksi konjungtiva
menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya setelah
penyebabnya dihilangkan.2) Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan
Kimia dan IritansAsam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap
substansi iritan yang masuk ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan
konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun,
deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan
berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap
dan kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan.
Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif,
dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata yang
permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan terasa
mengganggu secara menahun. 1Pada luka karena asam, asam itu
mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung. Alkali tidak
mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam
jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka
terus menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya,
tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk.
Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea
lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah
alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah
sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.
Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan.Pembilasan
segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan
garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan
secara mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan
simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit setiap jam,
teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik
bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen
antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan
transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah
plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan
kornea prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan
memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan
prognosisnya lebih baik.
STATUS PASIEN1. Identitas Pasiena. Nama/Kelamin/Umur: Gimuno /
laki-laki / 54 tahunb. Pekerjaan/Pendidikan: Pegawai Negeri Sipil /
S1c. Alamat: Pondok Pratama II Blok C/4, Lubuk Buaya, Padang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluargaa.
Status Perkawinan: sudah menikahb. Jumlah Anak: 4c. Status Ekonomi
Keluarga: Berasal dari golongan ekonomi menengah, penghasilan ayah
per bulan + Rp. 3.500.000 bekerja sebagai pegawai negeri sipil.d.
KB: -e. Kondisi Rumah: Rumah permanen, 3 kamar tidur, 1 dapur, wc
di dalam rumah, ventilasi dan sirkulasi udara cukup, perkarangan
tidak luas Listrik ada Sumber air : air PAM dan air sumur (mandi,
cuci, kakus ) air minum; galon Jamban ada 1 buah, di dalam rumah.
Sampah dijemput oleh petugas sampah sehari sekali.Kesan : hygiene
dan sanitasi cukup baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga Jumlah penghuni 5 orang terdiri
dari pasien, istri pasien, 3 orang anak pasien.
3. Aspek Psikologis di keluarga Hubungan dengan anggota keluarga
lainnya baik Faktor stress dalam keluarga tidak ada.
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga Pasien tidak
pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
5. Keluhan UtamaGatal pada mata kanan dan kiri sejak 1 hari yang
lalu.
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Mata sebelah kanan dan kiri terlihat merah, terasa gatal,
lengket, berair dan bengkak sejak 1 hari yang lalu, terasa ada yang
mengganjal atau berpasir Awalnya pasien sedang menebang pohon di
depan rumahnya, kemudian mata kanan pasien terkena getah pohon
tersebut. Setelah itu mata kanan terasa gatal, merah dan berair.
Pasien mencuci mata kanan dengan air biasa namun mata tetap terasa
gatal sehingga pasien mengucek mata kanannya. Setelah itu, mata
kiri pasien terasa gatal, merah dan berair. Penurunan tajam
penglihatan dan silau terhadap cahaya disangkal pasien Demam dan
keluhan lain disangkal pasien. Riwayat trauma disangkal pasien.
Pasien berobat ke bidan dan disarankan untuk langsung berobat ke
puskesmas.
7. Pemeriksaan FisikStatus GeneralisKeadaan Umum: tampak sakit
ringanKesadaran: CMCNadi: 80x/ menitNafas: 19x/menitTD: 110/70
mmHgSuhu: 36,7 0CBB: 60 KgTB: 165 cmBMI: 18,18 (normoweight)
Mata: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterikKulit:
Turgor kulit baikDada:Paru:Inspeksi: simetriskiri = kananPalpasi:
fremitus kiri = kananPerkusi: sonorAuskultasi: suara nafas
vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
JantungInspeksi: iktus tidak terlihatPalpasi: iktus teraba 1
jari medial LMCS RIC VPerkusi: Kiri: 1 jari medial LMCS RIC VKanan:
LSDAtas: RIC IIAuskultasi: bunyi jantung murni, irama teratur,
bising (-)AbdomenInspeksi : Perut tidak tampak membuncitPalpasi:
Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )Perkusi :
TimpaniAuskultasi : BU (+) NAnggotagerak: reflex fisiologis +/+,
reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-Status OphtalmikusStatus
OphtalmikusODOS
Visus tanpa koreksi5/55/5
Visus dengan koreksi--
Reflek fundus(+)(+)
Silia/ SupersiliaMadarosis (-), Trikiasis (-)Madarosis (-),
Trikiasis (-), krusta (-)
Palpebra superiorUdem (+)Udem (+)
Palpebra inferiorUdem (+)Udem (+)
Margo palpebraHordeolum (-)Khalazion (-)Hordeolum (-)Khalazion
(-)
Aparat lakrimalisHiperlakrimasiHiperlakrimasi
Konjungtiva tarsalisHiperemis (+), Papil (-), Folikel
(-)Hiperemis (+), Papil (-), Folikel (-)
Konjungtiva forniksKhemosis (+)Khemosis (+)
Konjungtiva bulbiHiperemis (+), Injeksi Konjungtiva (+), Injeksi
Siliaris (+), Sekret (+) mukoidHiperemis (+), Injeksi Konjungtiva
(+), Injeksi Siliaris (-), Sekret (+) mukoid
ScleraPutihPutih
KorneaBeningBening
Kamera okuli anteriorCukup dalamCukup dalam
IrisRugae (+), coklatRugae (+), Coklat
PupilBulat, diameter 3 mm, reflex (+)Bulat, diameter 3 mm,
reflek (+)
LensaBeningBening
Korpus vitreumBeningBening
FundusPapil optikusRetinaMaculaAa/Vv retinaTidak diperiksa
Tidak diperiksa
Teknan bulbus okuliNormal palpasiNormal palpasi
Gerakan bulbus okuliBebas kesegala arahBebas kesegala arah
8. Anjuran : Pemeriksaan pewarnaan gram/ giemsa terhadap
sekret
9. Diagnosis KerjaKonjungtivitis bakterialis ODS +
blefaritisDiagnosa BandingKonjungtivitis viral
8. Manajemena. Preventif: Hindari pengobatan dengan menggunakan
kompres dari dedaunan. b. Promotif: Edukasi kepada pasien mengenai
penyakit, upaya penyembuhan dan pencegahan berulangnya penyakit.
Menjelaskan upaya pengobatan supaya tidak terjadi komplikasi
penyakit.
c. Kuratif: Gentamicin eye drop d. Rehabilitatif : Hindari
menggosok-gosok kelopak mata dan daerah sekitar mata yang sakit
jika terasa gatal Hindari menyentuh mata selama masa pengobatan
Kompres pada kedua kelopak mata dan mata dengan air hangat dua kali
sehariDINAS KESEHATAN KOTA PADANGPUSKESMAS LUBUK BUAYAdr. Tiara Dwi
Pratiwi
Padang, 7 Februari 2015R/ gentamicin eye drop fls No.I S 5 dd
gtt 3 ODS
Nama : GimunoUsia : 54 tahun