KONFLIK UKRAINA DAN RUSIA TERKAIT MASALAH STATUS KRIMEA SKRIPSI Program Studi Ilmu Hubungan Internasional OLEH NAMA : Al Mukhlis NIM : FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA JAKARTA
KONFLIK UKRAINA DAN RUSIA TERKAIT MASALAH
STATUS KRIMEA
SKRIPSI
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
OLEH
NAMA : Al Mukhlis
NIM :
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA
JAKARTA
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas
rahmat dan karunia yang telah di berikan kepada peneliti sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konflik Ukraina dan Rusia
Terkait Masalah Status Krimea”. Skripsi ini merupakan syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada program Studi Hubungan Internasional
Universitas Satya Negara Indonesia.
Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan
bantuan baik secara moril maupun materil sehingga Skripsi ini dapat selesai.
Selain itu penulis juga berterima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Lijan P. Sinambela, MM, Mpd. Selaku Rektor Universitas
Satya Negara Indonesia.
2. Ibu Dr. Sri Desti Purwatiningsih, M. Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Satya Negara Indonesia.
3. Ibu Dr. Sri Desti Purwatiningsih, M. Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional Universitas Satya Negara Indonesia.
4. Bapak H. Hendra Maujana Saragih, S,IP.,M.Si. sebagai Dosen
pembimbing I dengan penuh perhatian memberikan dorongan, semangat ,
bimbingan dan saran selama proses mengikuti Program Strata 1,
khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Dra. V.L. Sinta Herindrasti, MA. Sebagai pembimbing II dengan sabar
dan penuh perhatian yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam
penulisan Skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Hubungan
Internasional yang turut memberikan dukungan serta bimbingan.
7. Ayahanda tercinta Adnan yang tak henti-hentinya memberikan dukungan
moral dan material untuk keberhasilan peneliti dan selalu menjadi inspirasi
untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh keluarga besar kami yaitu abang, adik, kakak dan saudara lainya
yang turut membantu secara moril dan materil.
9. Seluruh teman-teman angkatan 2012 Universitas Satya Negara Indonesia
yang telah memberikan dukungan secara moril.
10. Teman-teman dari Fashion News dan Al-Fadhil yang telah banyak
membantu dalam pencapaian keberhasilan skripsi ini.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan khasanah ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Jakarta, 29 Januari 2016
Penulis
Al Mukhlis
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar............................................................................................................... .
Daftar Isi.............................................................................................................................
Abstrak.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................
1. Krisis Politik dan Eksistensi Ukraina..................................................
2. Rusia Sebagai Great Power di Kawasan Eropa..............................
3. Hubungan Politik Ukraina dan Rusia.................................................
4. Perspektif Rusia Dan Ukraina Terhadap Status Krimea.....................
B. Rumusan Masalah................................................................................ ...........
C. Tujuan Penelitian................................................................................. .............
D. Manfaat Penelitian............................................................................... ...........
E. Batasan Masalah...............................................................................................
F. Sistematika Penelitian.......................................................................... ............
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Konflik....................................................................................... .......
B. Manajemen Resolusi Konflik.............................................................. ......
C. Kepentingan Nasional.............................................................. ................
D. Intra State War..................................................................................... ....
E. Teoristimulus Respon.......................................................................... ....
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Kualitatif........................................................................... ....
B. Teknik Pengumpulan Data................................................................... ......
C. Sumber Data Yang di Gunakan............................................................ ......
D. Teknik Analisa Data............................................................................. .....
E. Tempat Pengambilan Data..................................................... ....................
F. Jadwal Penelitian................................................................................. ..
BAB IV ANALISA KONFLIK RUSIA DAN UKRAINA
A. Konflik Ukraina Dari Masa Ke Masa.................................................. ........................
1. Fase Tahun 1991 – .
2. Fase Tahun 2001-
3. Fase Tahun 2011- .....
3.1. Kepentingan Ekonomi...............................
3.2. Kepentingan Keamanan............................
3.3. Kepentingan Ideologi...................................
3.4. Kepentingan Politik...................................
3.5. Penggunaan Instrumen Gas Pada Tahun 2005- ..
3.6. Penggunaan Instrumen Gas dan Instrumen Kapabiltas Militer
Pada Tahun
B. Klaim dua Negara Terhadap Krimea................................................... ......................
C. Penyebab Konflik.................................................... ................................................
D. Krimea Dalam Pandangan Internasional (Amerika, Uni Eropa, dan Persatuan Bangsa
Bangsa)................................................................... ...............................................
E. Agenda-Agenda Ekonomi Politik dan Militer ke Dua Negara.....................................
1. Perdagangan Senjata...................................................................... .
2. Pergelaran Mandala Pertahanan Keamanan...
3. Kekuatan Milisi..............................................
F. Status Krimea Terkini..........................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................
Saran.................................................................................................. ..................
Daftar Pustaka
Lampiran
ABSTRAK
Al Mukhlis
Hubungan Internasional
Konflik Ukraina dan Rusia yang terjadi seperti sekarang ini berawal dari
perbedaan pandangan politik, keinginan Ukraina yang mandiri dalam bidang ekonomi
memaksa negara itu untuk mengambil langkah keluar dari anggota Non-Blok dan
berencana untuk masuk menjadi anggota Uni Eropa yang berideologi Liberal. Keinginan
Ukraina mendapat respon dari Uni Eropa dengan positif, akan tetapi hal ini menjadi
ancaman bagi kepentingan Rusia dari segi keamanan, politik, ekonomi, dan ideologi.
Setelah pembatalan perjanjian perdagangan bebas antara Uni Eropa dan Ukraina
dan menerima kesepakatan kerjasama Ukraina-Rusia pada era Presiden Viktor
Yanukovych, maka demo dan kerusuhan di Ukraina secara anarkis semakin memanas,
dampak dari kekacauan di Ukraina tersebut membuat Presiden Ukraina Viktor
Yanukovych terguling dari kursi kepresidenanya, serta meminta kepada Presiden Putin
untuk mengamankan Krimea yang 60% adalah warga etnis Rusia. Atas campur tangan
Rusia di Krimea serta bantuan militernya, melalui intervensi Rusia maka Krimea
melakukan referendum untuk memerdekakan diri dari Ukraina secara sepihak.
Banyak negara di dunia yang mengecam referendum Krimea tersebut, akan tetapi
Rusia bersikeras tetap mempertahankan Krimea dengan menambah pasukan militer dan
kapal perang baik kapal mistral maupun kapal selam dengan tenaga nuklir untuk
melindungi negaranya dari serbuan aliansi NATO yang di pimpin oleh Amerika.
Keyword: Keamanan, Referendum, Konflik.
ABSTRACT
Al Mukhlis
Hubungan Internasional
Ukraine and Russia conflict which is happening now originate from differences
in political views, aspirations of Ukraine independent in economy forced it to take a step
out of the Non-Aligned members and plans to become a member of the European Union
Liberal ideology. The desire of Ukraine received a response from the European Union
with a positive, but it is becoming a threat to Russia's interests in terms of security,
politics, economics, and ideology.
After the cancellation of a free trade agreement between the EU and Ukraine and
received the agreement of cooperation of Ukrainian-Russia in the era of President Viktor
Yanukovych, then the demonstrations and unrest in Ukraine is anarchic heats up, the
impact of turmoil in Ukraine makes the Ukrainian President Viktor Yanukovych ousted
from the seat kepresidenanya, and ask President Putin to secure the Crimea which 60%
were ethnic Russians. On the interference of Russia in the Crimea as well as military aid,
through the intervention of Russia, Crimean referendum for independence from Ukraine
unilaterally.
Many countries in the world to denounce the Crimean referendum, but Russia
insisted on retaining the Crimea by adding troops and warships mistral either ship or
submarine with nuclear power to protect the country from the invasion of the NATO
alliance led by America.
Keyword: Security, Referendum, Conflict.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
1. Krisis Politik Dan Eksistensi Ukraina.
Sejak turunnya Presiden Viktor Yanukovich1 dari Kursi Kepresidenan
Ukraina membuat situasi politik di negeri itu kian memanas. Krisis Ukraina yang
bermula dari adanya perbedaan pandangan sosial politik di Ukraina telah
menunjukkan serangkaian dinamika baru dalam kawasan Eropa, salah satunya
adalah respon masyarakat Krimea yang ingin melepaskan diri dari Ukraina
sebagai pemilik sah dan bergabung dengan Rusia.
Krisis ini bermula pada November 2013 ketika Presiden Ukraina pada saat
itu Victor Yanukovich menolak untuk menandatangani perjanjian kerjasama
perdagangan bebas dengan Uni Eropa dan lebih memilih untuk menerima bantuan
dari Rusia berupa pinjaman sebesar 15 miliar dolar AS dan potongan harga gas
dari Rusia untuk Ukraina sebesar 30 persen.
Keputusan Yanukovich tersebut kemudian menuai protes dari masyarakat
Ukraina yan pro Barat yang berlangsung di Kiev dan terus berlanjut sampai tahun
baru 2014. Protes yang terjadi di Kiev tersebut pun berubah menjadi protes yang
menggunakan kekerasan dan menyebabkan terbunuhnya puluhan demonstran dan
ratusan orang lainya mengalami luka-luka. Bahkan meskipun perpecahan sosial
politik yang terjadi di Ukraina telah mencapai pembahasan dan juga mengenai
1 Ukrainian Presidential Election set for runoff. Wall Street Journal. Januari. 2010. hlm 8.
kesepakatan pembagian kekuasaan di pemerintahan Ukraina yang juga
melibatkan beberapa mediator dari negara-negara di Eropa, nyatanya konflik sipil
di Ukraina tetap terjadi bahkan semakin memanas.
Meskipun kesepakatan pembagian kekuasaan di Ukraina telah melibatkan
beberapa mediator antara lain Menteri Luar Negeri Prancis, Jerman dan Polandia.
Setelah tercapainya kesepakatan pembagian kekuasaan di Ukraina pada tanggal 21
Februari 2014, konflik menjadi semakin memanas karena Presiden Ukraina Victor
Yanukovich menghilang dari Kiev dan kemudian disusul dengan pendudukan
beberapa bangunan umum pemerintahan Ukraina oleh para demonstran. Dan
kemudian baru di ketahui bahwa Presiden Yanukovych secara khusus meminta
militer Rusia untuk mengamankan Krimea atas intervensi Rusia melalui Presiden
Vladimir Putin dan sejak hari tersebut, Victor Yanukovich Resmi turun dari
jabatannya sebagai Presiden Ukraina dan digantikan sementara oleh Presiden
Olexander Turchnyov dan tahun 2015 di ganti dengan Presiden Petro Poroshenco
yang kemudian terbentuklah sebuah pemerintahan baru di Ukraina yang pro
Barat, hal ini membuat Rusia sangat marah karena usahanya selama ini untuk
menghentikan Ukraina ternyata tidak berhasil.
Pergolakan politik pemerintah Ukraina dengan warga sipil semakin
diperparah dengan adanya isu keterlibatan Rusia dalam konflik tersebut Hal
tersebut bermula ketika Rusia menolak adanya otoritas baru dalam pemerintahan
Ukraina setelah Presiden Victor Yanukovich melarikan diri dari Ukraina menuju
Moskow. Kemudian pada Maret 2014, atas bantuan Rusia, Republik Otoritas
Krimea memutuskan untuk mendeklarasikan kemerdekaannya melalui
referendum dan bergabung dengan Rusia. Keputusan parlemen Krimea tersebut
pun tidak lepas dari campur tangan Rusia hal ini terbukti ketika Rusia menolak
untuk menerima tawaran dari Barat agar dapat menyelesaikan konflik di Ukraina
bersama-sama.
Presiden Putin menolak tuduhan Barat akan keterlibatan Rusia secara
langsung dalam konflik di Ukraina, Presiden Vladimir Putin beralasan hanya
melindungi warga negaranya di Ukraina dan etnis Rusia yang ada di Krimea dari
ancaman warga dan militer Ukraina. Perlahan tapi pasti akhirnya Krimea
mengadakan referendum yang hasilnya bisa di tebak, sebanyak 97,8% warga
Krimea memilih untuk bergabung ke Rusia. Walau hasil ini di tentang dunia
internasional.
Akibat dari ikut campurnya Rusia di perbatasan tersebut, maka masalah ini
di laporkan oleh Ukraina ke PBB, dan setelah diadakan rapat menentukan sah
tidaknya Krimea bergabung secara legal dengan Rusia, maka atas prakarsa
Amerika Serikat melalui Resolusi Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa di
lakukanlah voting dan yang terjadi adalah tiga negara yang memiliki hak veto
seperti Amerika, Inggris, Prancis memilih tidak setuju jika Krimea bergabung ke
Rusia dan memilih menyatakan bahwa Krimea tetap menjadi bagian dari
Ukraina, sedangkan Rusia menggunakan hak vetonya dengan alasan bahwa
Rakyat Krimea yang meminta sendiri untuk menjadi bagian dari Rusia dengan
otonomi khusus, apalagi budaya dan etnis yang tinggal di Krimea adalah etnis
Rusia dan rakyat Krimea ingin menentukan nasibnya sendiri, sedang kan Cina
memilih untuk abstain.
Setelah gagal mendapatkan dukungan dari negara-negara yang mempunyai
hak veto untuk melegalkan Krimea menjadi bagian dari Rusia dari hasil voting
tersebut, maka Sekjen PBB Ban Ki-Moon menghimbau seluruh negara di dunia
untuk mengecam aksi Rusia tersebut, walau kecaman ini sudah di suarakan oleh
pemimpin dunia akan tetapi Rusia tetap tidak bergeming. Cara lain yang di
lakukan oleh Sekjen PBB adalah mengutuk referendum Krimea, dan menyerukan
negara-negara di dunia untuk tidak menerima Referendum Krimea, resolusi ini
pun disetujui 100 negara, di tolak 11 negara dan ada 58 negara lainya yang
abstain serta 24 negara lainya tidak ikut memilih. Akan tetapi hal ini pun tidak
diperhatikan serius oleh Krimea, bahkan Krimea sudah mengubah waktu GMT 4+
yang artinya beda waktu antara Krimea dan Ukraina menjadi 2 jam, dan waktu
tersebut sama dengan waktu yang ada di Rusia.
Konflik antara Rusia dan Ukraina akan dihadapi dunia sebagai ancaman
paling serius sejak perang dingin menyusul awal dari puncak krisis Barat
menyangkut Ukraina. Keputusan yang sudah terlanjur di buat oleh Krimea terkait
statusnya yang sudah bergabung dengan Rusia secara sepihak bisa semakin
meningkatkan suhu politik dunia, apalagi upaya-upaya diplomatik termasuk
dalam kerangka pembicaraan bilateral dan forum Dewan Keamanan PBB tidak
mencapai titik yang mengembirakan.
Latihan militer AS dengan negara-negara Eropa Timur yaitu tetangga
Ukraina, dianggap Rusia sebagai suatu ancaman bagi kedaulatan negara tersebut,
maka dari itu Presiden Vladimir Putin telah menyiapkan pasukan Militer sebanyak
200.000 tentara di sepanjang perbatasan di timur Ukraina, termasuk Krimea.
Ukraina yang merasa terancam meminta bantuan kepada Amerika Serikat dan
NATO (North Atlantic Treaty Organization) untuk melindungi Negaranya dari
aneksasi Rusia terhadap Krimea, sebaliknya Belarusia yang bersekutu dengan
Rusia dan berbatasan dengan Polandia dimana Amerika Serikat dan Warsawa
menggelar latihan militer, mulai merasa gerah dengan Bergabungnya NATO
dalam latihan militer tersebut. Oleh karena itu referendum pada tanggal 16 Maret
di Krimea 2014 yang hasilnya tidak akan di akui PBB dan Barat. Hal ini akan
menjadi titik yang paling mengkhawatirkan dalam hubungan Internasional saat
ini. Jika benar-benar terjadi perang bagaimanakah kekuatan militer Rusia dan
Ukraina saat ini jika Mengkompilasi data dari IHS Jane dan sejumlah sumber
inilah perbandinganya
Tabel 1. Perbandingan Kekutan Militer Rusia dan Ukraina
Rusia Ukraina
Penduduk . . . . Penduduk
Tentara . . Tentara
Tank tempur Tank tempur
Kapal perang Kapal perang
Pesawat tempur Pesawat tempur
Kemampuan
nuklir
1480 kepala nuklir
strategis, 1022
kepala nuklir
strategis cadangan
dan 2000 kepala
nuklir taktis.
Non nuklir Kemampuan
nuklir
Belanja militer 78 miliar dolar AS 1,6 miliar dolar Belanja militer
Secara Fakta militer Ukraina kelihatan inferior terhadap kekuatan militer
Rusia yang memiliki kekuatan tentara aktif empat kali lipat dari pada Ukraina dan
Tank tempur dua kali lipat di bandingkan Ukraina. Jika Rusia menyerbu Ukraina
Timur, maka pasukan Ukraina harus mampu berperang lebih baik di bandingkan
Georgia yang lebih kecil saat melawan ofensif Rusia pada 2008.
Fakta lain dari konflik yang terjadi di Ukraina membuat tentara Ukraina
tercerai-berai, tidak siap tempur dan kebanyakan berperlengkapan perang tua. Hal
seperti ini yang membuat Ukraina meminta bantuan Inggris dan Amerika lewat
payung Memorandum Budapest 1994 yang memberi perlindungan kepada
Ukraina dan Belarusia serta Khazakhstan sebagai imbal balik dari kesediaan
negara-negara tersebut menjadi negara non-nuklir . Selain itu adanya dukungan
dari NATO untuk melawan Rusia bersama Amerika membuat Ukraina merasa
terlindungi, dukungan itu dikumpulkan saat negara-negara anggota NATO
melakukan pertemuan di Wales, dan NATO di kabarkan bersiap menambah
personel di perbatasan Ukraina dan Rusia untuk membantu Ukraina melawan
tekanan Rusia. Sementara Amerika melalui presiden Barack Obama menegaskan
akan memberikan dukungan penuh untuk Ukraina melawan separatis yang
didukung Rusia, pernyataan ini di sampaikan saat Obama melakukan pertemuan
dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Dalam pertemuan tersebut
Presiden Obama menyampaikan bahwa Rusia telah merobek-robek hukum
Internasional secara ilegal, mereka melakukanya dengan menganeksasi Krimea
dan menempatkan pasukanya di wilayah Ukraina.
Krisis Ukraina terkait masalah status Krimea juga berdampak pada sangsi
Ekonomi bagi Rusia, sangsi ekonomi yang dijatuhkan oleh Amerika dan Eropa
berupa pelarangan pengiriman produk pertanian dan perikanan, seperti buah-
buahan, daging, susu, ikan dan produk susu dan apel, investasi, pariwisata,
transportasi, energi, migas dan sumber daya mineral.
Sangsi lainya yang di tujukan untuk Rusia dari Amerika dan Uni Eropa
adalah menjatuhkan sanksi yang menghantam beberapa Bank besar Rusia serta
perusahaan minyak terbesar di negara itu yakni Rosneft. Isi dari dokumen terkait
sanksi perusahaan minyak Rusia adalah semua perusahaan minyak dan pertahanan
Rusia yang dikontrol negara akan dilarang memainkan dana di pasar modal Eropa.
Akibatnya Rusia akan kehilangan sebagian pasarnya akibat sanksi tersebut, belum
lagi dana-dana lainya yang tersimpan di Bank-Bank eropa di bekukan, hasil
ekspor utama Rusia yang turun 50% sehingga mata Uang Rubel mengalami
penurunan yang sangat cepat di banding mata uang lainya dan perlambatan
ekonomi yang menyebabkan krisis keuangan di Rusia semakin parah selama
tahun 2014, hal ini juga menjadi kerugian yang sangat besar bagi Rusia.
Selain itu dari segi politik Ukraina sangat berperan sebagai buffer zone
sesungguhnya lebih kepada geopolitik of pipeline ( jalur pipa), seperti kita
ketahui hampir dua per tiga penjualan gas Rusia ke Uni Eropa melalui pipa-pipa
yang di tanam kan di bawah tanah Ukraina, hal ini di sepakati oleh Rusia dan
Ukraina sebelum adanya konflik. Dampak dari krisis dua negara ini dirasakan
juga oleh negara anggota Uni Eropa lainya karena Rusia melakukan kebijakan
menutup pasokan gas dari Rusia ke negara-negara Uni Eropa dan Ukraina yang
menyebabkan terganggunya aktifitas Uni Eropa. Akhirnya melalui perundingan
antara Moskow dan Kiev yang dimediasikan oleh Uni Eropa di Brussel, Belgia.
Maka kesepakatan gas tersebut akhirnya tercapai .
Presiden Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso memuji kesepakatan yang
terjadi di Brussel tersebut. Dokumen Perjanjian tersebut ditandatangani oleh
Menteri Energi Rusia, Ukraina dan Komisaris Energi Eropa. Harga dari
kesepakatan tersebut adalah 4,6 miliar US, Ukraina akan membayar 3,1 miliar
US dalam dua tahap dan sisanya 1,5 miliar US akan di dapat dari pinjaman dari
IMF dan Uni Eropa kepada Rusia Gazprom. IMF menjamin bantuan keuangan
pada Ukraina terkait dengan pasokan gas akan terus berlanjut, Ukraina akan
mendapat bantuan finansialnya di masa mendatang. Hal ini membuktikan
keunggulan Ukraina dari segi politik, keamanan dan juga ekonomi walau Ukraina
sangat inferior jika di bandingkan Rusia.
. Rusia Sebagai Great Power Di Kawasan Eropa.
Banyaknya sangsi yang dijatuhkan oleh Amerika dan Uni Eropa atas
aneksasi Rusia terhadap Krimea dengan segala kerugian yang di derita baik di
dalam negeri maupun di luar negeri tidak membuat Rusia tertekan, sebagai sebuah
negara yang besar di Eropa dan dunia sangsi yang di jatuhkan oleh Amerika dan
Uni Eropa serta ancaman perang dari NATO tidak membuat Rusia mundur dari
Krimea.
Malah sebaliknya Rusia membalas sangsi dari Uni Eropa dengan menutup
jalur gas ke negara-negar Uni Eropa yang terkenal dengan sebutan gas weapon
dari Rusia, akibatnya negara-negara yang menggantungkan diri ke gas Rusia
menjadi sangat khawatir, misalnya Latvia, Slovakia, Estonia dan Finlandia yang
tergantung 100% atas impor gas dari Rusia, sedangkan Bulgaria, Lithuania, dan
Republik Ceko bergantung lebih dari 80% dari impor gas Rusia serta 60% lainya
yang tergantung dengan gas Rusia adalah Yunani, Hungaria dan Austria. Secara
rata-rata anggota Uni Eropa lebih dari 80% tergantung mutlak akan gas Rusia.
Korban implementasi gas weapon yang di terapkan oleh Rusia ternyata memiliki
dampak yang sangat dahsyat dari pada korban senjata konvensional pada
peperangan lazimnya, karena tanpa asap mesiu, tanpa letusan peluru, namun
dinamika sosial ekonomi di kawasan net gas importir menjadi berantakan akibat
kekurangan pasokan gas. Hal ini memaksa Uni Eropa menengahi pertemuan
terkait gas tersebut antara Kiev dan Moskow, di Brussel, Belgia.
Rusia sangat menunjukan dirinya sebagai salah satu negara adidaya selain
Amerika, bahkan sangsi dari Uni Eropa dan Amerika di balas kembali dengan
diboikotnya seluruh produk anggota Uni Eropa dan Amerika yang berada di Rusia
dan membentuk aliansi baru dengan Cina termasuk kerjasama energi sebesar 400
miliar dolar AS. Hal ini tentu melangkahi kemitraan Amerika dalam membentuk
aliansi Amerika–Asia yang menyebabkan posisi Barat Melemah dengan
menguatnya poros Rusia-Cina. Sehingga sangsi apapun tidak banyak membantu
untuk mengembalikan status Krimea menjadi bagian dari Ukraina.
Selain itu sekelompok khusus Spetsnaz (Spetsialnogo naznacheniya) Rusia
sudah memasuki Ukraina untuk melakukan ilfiltrasi, hal ini membuat ketegangan
Barat dan Rusia makin menjadi, dalam tradisi militer Rusia jika Spetsnaz sudah
bergerak, itu menandakan adanya sinyal pergerakan pasukan lebih besar akan
segera menyusul. Seperti diketahui bahwa Spetsnaz adalah pasukan militer yang
berkemampuan khusus di Rusia yang mampu mengintai, sabotase, perang,
ilfiltrasi, penyusupan ke garis pertahanan pasukan musuh baik dengan pakaian
seragam sipil ataupun militer.
Ancaman NATO dan Amerika yang ikut membantu Ukraina dengan
menyiagakan pasukan militernya di Krimea, disambut ancaman yang mengerikan
oleh Presiden Putin dengan peluncuran senjata nuklir, jelas hal tersebut untuk
mengamankan Krimea yang menjadi bagian dari wilayah Rusia sekaligus tekanan
terhadap Amerika, Uni Eropa dan Ukraina supaya membatalkan keinginan untuk
menjalin kerjasama dalam perdagangan bebas.
. Hubungan Politik Ukraina Dan Rusia.
Krisis yang terjadi di Krimea berdampak buruk pada hubungan Bilateral
kedua negara, mulai penyetopan gas dari Rusia ke Ukraina sampai pelarangan
terbang pesawat dari Rusia-Ukraina dan sebaliknya (mencakup pesawat komersial
terbesar rusia Aeroflot dan Transaero) imbasnya perjalanan kedua negara melalui
udara sangat terancam, Ukraina melakukan sanksi paket anti Rusia dalam
meningkatkan tekanan kepada negara beruang merah tersebut supaya militer
Rusia meninggalkan Krimea, hal ini sama yang di terapkan oleh badan keamanan
nasional dan dewan pertahanan ukraina dengan apa yang di lakukan oleh Uni
Eropa, kerja sama proyek-proyek besar seperti proyek transportasi militer An-70
di hentikan oleh Rusia begitu juga kerja sama militer kedua belah pihak pun di
batalkan. Di lain pihak akibat buruknya situasi yang terjadi di Ukraina memaksa
negeri tersebut mengambil alih kuasa pipa gas Transneft (Rusia) sepanjang 1400
km.
Tak cukup sampai disitu saja hubungan keduanya pun semakin panas
dimana Moskow mengirim 60 truk dengan beragam bantuan ke daerah konflik,
hal ini membuat Barat dan Ukraina semakin geram, apalagi bantuan ini dikirim
tanpa sepengetahuan Ukraina yang kesebelas kalinya untuk Donbass , bahkan
sebelumnya konvoi truk Rusia dari Noginsk telah berjalan menuju Rostov
berjumlah 120 truk konvoi dengan bantuan sekitar 1400 ton.
Atas tindakan Rusia tersebut membuat Kiev mengusir seorang diplomat
Rusia dari ukraina sebagai bentuk protes, akibat pengusiran diplomat Rusia dari
Kiev, Presiden Putin pun memerintahkan untuk mengusir satu Diplomat Ukraina
dari Moskow, hal ini disampaikan Presiden Putin di Moskow, bahwasanya apa
yang di lakukan oleh Ukraina terhadap Rusia maka hal yang sama juga akan
dilakukan Rusia terhadap Ukraina.
Dibalik ketegangan antara Ukraina dan Rusia masih saja terdapat
kerjasama yang melibatkan pihak ketiga yaitu Uni Eropa sebagai mediasi dalam
kerja sama gas dan listrik kedua negara dalam waktu terbatas.
. Perspektif Rusia Dan Ukraina Terhadap Status Krimea.
Penggabungan Krimea ke Rusia adalah proses integrasi hampir
keseluruhan semenanjung Krimea ke Rusia yang terlaksana pada tahun 2014.
Banyak negara di dunia menentang dan menyebutnya sebagai aneksasi atau agresi
wilayah Krimea yang diklaim oleh Rusia. Mulai tanggal 21 Maret 2014 Rusia
memerintah Krimea sebagai dua subjek federal yaitu Republik Krimea dan kota
Federal Sevastopol. Menurut Undang-undang Dasar Rusia, bergabungnya subyek-
subyek federal baru diatur oleh undang-undang konstitusi federal pasal 65 ayat 2.
Undang-undang ini diterima pada tahun 2001, dan menjabarkan bahwa
bergabungnya sebuah negara baru atau bagian dari negara tersebut ke Rusia, akan
berdasarkan kesepakatan bersama antara Federasi Rusia dan negara yang
bersangkutan serta akan berlangsung sesuai dengan kesepakatan internasional
antara dua negara. Selain itu, hal ini harus diawali oleh negara yang bersangkutan,
bukan oleh suatu bagiannya atau oleh Rusia. Undang-undang ini mewajibkan
Republik Krimea untuk memulai negosiasi bersangkutan dengan penggabungan
Krimea ke Rusia. Atas alasan inilah Presiden Putin bersikeras akan
mempertahankan Krimea dari Ukraina dan Barat.
Di sisi lain Rusia mengecam keras bahwa proses integrasi ini dicap
sebagai penganeksasian, karena hal ini menghina penduduk Semenanjung Krimea,
dan menganggap proses ini sebagai integrasi Republik Krimea yang merdeka
setelah Krimea dan Sevastopol bergabung dan meminta izin untuk masuk ke
Rusia sesuai dengan pemilihan rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, yang
menurut pendapat Rusia mencerminkan keinginan rakyat bergabung dengan
negara yang lebih besar. Akan tetapi Ukraina membantah hal ini, karena Ukraina
tidak mengakui kemerdekaan Republik Krimea atau integrasi tersebut dengan
Rusia sebagai hal yang sah secara hukum.
Sidang Umum PBB juga menolak referendum Krimea dan menyatakan
Krimea masuk dalam kategori penganeksasian oleh Rusia, PBB juga menyetujui
sebuah resolusi yang tidak mengikat yang menekankan keutuhan wilayah Ukraina
sesuai dengan perbatasan-perbatasannya yang telah diakui secara hukum
internasional.
Selain itu Ukraina mengkritisi Undang-Undang Rusia pasal 65 ayat 2
Menurut Undang-undang Dasar Rusia, bergabungnya subyek-subyek federal baru
diatur oleh undang-undang konstitusi federal, Undang-undang ini menjabarkan
bahwa bergabungnya sebuah negara baru atau bagian dari negara tersebut ke
Rusia, akan berdasarkan kesepakatan bersama antara Federasi Rusia dan negara
yang bersangkutan serta akan berlangsung sesuai dengan kesepakatan
internasional antara dua negara. Selain itu, hal ini harus diawali oleh negara yang
bersangkutan, bukan oleh suatu bagiannya atau oleh Rusia Undang-undang ini
nampaknya mewajibkan Ukraina untuk memulai negosiasi bersangkutan dengan
penggabungan Krimea ke Rusia, bukan Krimea yang mengabaikan Ukraina
sebagai negara induk yang beribu kotakan Kiev.
Hal lainya yang membuat Ukraina merasa yakin dan tidak mengakui
Krimea sebagai bagian dari Rusia adalah Undang-Undang Pasal 3 dalam Undang-
Undang Ukraina, yang berbunyi perubahan wilayah hanya dapat disetujui melalui
referendum yang diikuti oleh semua rakyat Ukraina, termasuk mereka yang tidak
tinggal di Krimea. Jadi dengan pengabungan dua undang-undang dari dua negara
yang terlibat konflik tersebut maka jelaslah bahwa Krimea adalah bagian dari
Ukraina.
Menurut hukum internasional cara penambahan wilayah yang di benarkan
adalah dengan cara damai tanpa kekerasan. Piagam PBB pasal 2 ayat 4 dengan
jelas menyatakan larangan untuk menambah wilayah dengan kekerasan. Bunyi
pasal tersebut adalah sebagai berikut, dalam melaksanakan hubungan
internasional, semua anggota harus mencegah tindakan-tindakan yang berupa
ancaman atau kekerasan terhadap kedaulatan atau kemerdekaan negara lain.
Cara memperoleh yang dibenarkan oleh hukum internasional adalah
okupasi (wilayah yang sebelumnya belum pernah menjadi bagian dari kedaulatan
suatu bangsa) akkresi (penambahan wilayah secara alamiah), prespeksi
(memperoleh wilayah dengan cara okupasi secara terus menerus dalam jangka
waktu yang lama), cessi (penyerahan wilayah dengan suka rela atau paksaan
karena perang), sedangkan aneksasi atau penaklukan (penggabungan suatu
wilayah lain dengan paksaan atau paksaan kedalam wilayah yang menganaeksasi)
tidak di benarkan.
Sedangkan referendum adalah cara memperoleh wilayah melalui pilihan
sadar penduduk yang bersangkutan. Referendum adalah cara damai dengan
pemungutan suara oleh penduduk suatu wilayah. Dari penjabaran di atas jelas
sekali bahwa Rusia tidak menganeksasi Krimea yang selama ini di tuduhkan, jika
melihat piagam PBB maka seharusnya permasalahan ini tidak berlarut-larut dan
makin panas. Tetapi referundum yang dilakukan oleh penduduk Krimea tidak
mendapat persetujuan dari negara induk yaitu Ukraina walaupun demikian untuk
menekan Ukraina agar mau menjadi bagian Rusia dan menolak kesepakatan
dengan Uni Eropa maka Krimea tetap diduduki demi kepentingan Rusia
didalamnya baik dari segi politik, ekonomi, keamanan dan ideologi, maka
Disinilah konflik tersebut semakin panas dan berlarut-larut hingga sampai saat ini.
B. Rumusan Masalah
Konflik yang terjadi di Ukraina tidak dapat dipungkiri akibat adanya
campur tangan Rusia yang mempunyai ambisi untuk mengembalikan daerah yang
dulu pernah menjadi bagian dari negara tersebut agar kembali bersatu walau
bukan secara negara setidaknya secara ideologi masih tetap sama seperti Rusia,
selain itu wilayah yang sekarang menjadi milik Ukraina mempunyai prospek yang
sangat strategis dan menguntungkan bagi Rusia secara ekonomi maupun politik.
Akibat dari konflik internal yang terjadi di Ukraina tersebut, yang
kemudian memaksa turun Presiden Viktor Yanukovych dari kepresidenanya,
ditambah, berkat campur tangan Rusia yang mengakibatkan Krimea melakukan
referendum dan memisahkan diri dari Ukraina serta bergabung menjadi bagian
Rusia, masuknya bantuan serta Militer Rusia ke dalam sebuah Negara yang
berdaulat di perbatasan kedua negara semakin memperuncing suasana politik di
dalamnya, hal ini tentu saja berdampak luas terhadap kawasan regional dan akan
melahirkan konflik yang berkepanjangan yang berujung kepada keterlibatan
negara-negara lain di sekitar kawasan tersebut dan kawasan lain yang mendukung
salah satu kekuatan dari masing-masing negara dan pada akhirnya berpotensi
menyulut perang antar sesama negara Eropa, Tentu saja hal semacam ini tidak
diharapkan dalam hubungan internasional, untuk itu peneliti mencoba untuk
melakukan rumusan dengan masalah pertanyaan penelitian adalah:
. Mengapa Konflik Ukraina dan Rusia Meningkat Terkait Status
Krimea 2014-
. Bagaimana reaksi Uni Eropa, Amerika, dan PBB terkait konflik
internal Ukraina yang melibatkan Rusia.
C. Tujuan Penelitian
Dalam kaitanya dengan ilmu hubungan internasional, tujuan kegiatan
penelitian dalam konflik Ukraina ini adalah sebagai berikut:
. Untuk mengetahui Konflik Krimea yang melibatkan Ukraina dan
Rusia .
. Untuk menggali reaksi Uni Eropa, Amerika, dan PBB terhadap
referendum Krimea yang melibatkan Rusia.
D. Manfaat Penelitian
1. Akademis.
Penelitian ini dibuat sebagai tugas akhir guna memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan studi strata satu ilmu Hubungan Internasional.
2. Pengetahuan.
Konflik yang terjadi di Ukraina bagi peneliti yang merupakan mahasiswa
Hubungan Internasional juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan,
bagaimana membuat kebijakan supaya hal-hal yang tidak di inginkan di suatu
negara seperti pemberontakan dan kerusuhan serta perang antar negara tidak
terjadi, konflik diatas juga dapat memberikan gambaran kepada peneliti
bagaimana seharusnya mediasi dilakukan, apa kendala dari solusi konflik tersebut
diatas. dan penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan mengenai
pentingnya perdamaian dan membuang ego masing-masing negara yang
berkonflik.
E. Batasan Masalah
Dalam melakukan penelitian, batasan penelitian sangatlah penting
dilakukan. Hal ini di maksudkan untuk menghindari adanya pelebaran penjelasan
(out of topic) dan spesifikasi dari pokok permasalahan yang telah di sampaikan
sebelumnya dapat tergeneralisir dengan baik. Oleh karena itu dalam penelitian ini
peneliti membatasi penelitian dalam status Krimea di mata Ukraina, Rusia, dan
Dunia Internasional (Uni Eropa, Amerika Serikat dan PBB)
F. Sistematika Penulisan
Dalam laporan penelitian Hubungan Internasional ini peneliti akan
menguraikan kedalam pokok bahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA.
Membahas secara rinci mengenai berbagai teori dan konsep serta telaah
literatur dari para pemikir peneliti penstudi sebelumnya yang berhubungan dengan
pokok permasalahan berdasarkan beragam bukti dari buku , artikel dan sumber-
sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti. Dalam hal ini
tentu saja konflik Ukraina dan Rusia mengenai status Krimea.
BAB III METODE PENELITIAN
Menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, spesifikasi
penelitian, jenis penelitian objek dan subjek penelitian, sumber data yang
digunakan dalam penelitian, teknik analisis data, Tempat pencarian data dan
jadwal penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas mengenai hasil penelitian tentang faktor-faktor terjadinya
konflik Ukraina dan Rusia terkait status Krimea, serta Keterlibatan Rusia Dalam
Referundum sepihak dan Penyelesaian konflik yang ditawarkan PBB dan
Mekanismenya.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan yang di buat oleh peneliti berdasarkan hasil-hasil
penelitian yang didapat dan juga berisi saran dari peneliti yang berkaitan dengan
permasalahan yang di teliti.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Konflik
Kata konflik dalam bahasa latin disebut confligere yang berarti menyerang
bersama yang berkonotasi secara fisik atau moral atau bahkan kedua-duanya2.
2 Jhon Burton, Frank Dukes, Conflict: Reading in Management and Resolution. Centre for Conflict
Analysis and Resolution, George Mason University Virginia, USA. Hampshire. The Mcmilan
Press. hlm 15.
Konflik kadang-kadang digunakan untuk merujuk kepada ketidak konsistenan
terhadap gerakan-gerakan, sentimen, klaim, entitas yang mana proses
penyelesaianya tidak konsisten3.
Perbedaan pendapat dalam konflik yang terjadi biasanya di selesaikan
dengan jalan tanpa kekerasan dan dengan adanya konflik biasanya dapat
menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian pihak atau keseluruhan
pihak yang terlibat, dalam hal ini konflik tetap berguna terlebih jika kita
menyadari bahwa konflik sebenarnya adalah bagian yang selalu ada dalam
keberadaan manusia.
Sumber konflik terletak pada sistem negara-negara kebangsaan itu
sendiri yang dilandasi dengan sikap “egosentrisme” yaitu aspirasi untuk
mempertahankan dan meningkatkan kekuatan negara dalam hubunganya dengan
negara lain.
B. Konsep Manajemen Resolusi Konflik.
Ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina mengenai status
Krimea sudah tersebar luas dikalangan percaturan politik dunia internasional,
konflik antara milisi pro Rusia dan Militer Ukraina telah memakan korban lebih
dari 6000 orang dan puluhan ribu lainya luka-luka serta kehancuran insfrastruktur
yang masif yang belum bisa di prediksi berapa kerugianya.
3 Jhon Burton, Frank Dukes , ibid. hlm 15.
Lepasnya Krimea akibat referendum secara sepihak telah menyadarkan
pemerintahan Ukraina akan lemahnya sistem pertahanan kedaulatan negara
tersebut, hal ini membuat beberapa daerah di timur Ukraina mengikuti jejak
Krimea untuk memerdekakan diri seperti Donetsk yang membentuk Republik
Donetsk dan Lugansk yang membentuk Republik Lugansk di Timur Ukraina.
Walau dua daerah tersebut di beritakan tidak seramai Republik Krimea.
Karena konflik tersebut membuat hubungan kedua negara menjadi sangat
renggang, mulai dari penyetopan gas yang dilakukan oleh Rusia sampai dengan
larangan terbang di wilayah udara negara masing-masing yang berkonflik dan
juga pengusiran diplomat dari masing-masing negara sebagai bentuk protes.
Karena konflik ini terus memanas maka PBB berinisiatif menyelesaikan
persengketaan4 antara dua negara melalui resolusi dewan keamanan PBB tersebut
dengan memvoting status Krimea kepada lima negara yang mempunyai Hak veto
yaitu Prancis, Inggris, Amerika, Rusia, Cina. Hasilnya pun dapat di ketahui bahwa
Prancis, Amerika, Inggris tidak menyetujui referendum Krimea dan Krimea
statusnya tetap menjadi bagian dari Ukraina sebagai negara induk. Sementara
Rusia memveto bahwa Krimea sudah menjadi bagian dari negara Rusia dengan
kesadaran tersendiri tanpa paksaan. Sedangkan Cina abstain.
Selain itu juga voting5 yang dilakukan oleh PBB terhadap negara di dunia
yang berjumlah 193 negara mengenai referendum krimea pun menemui jalan
4 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Statuta Mahkamah Internasional . Jakarta: Kantor
Penerangan PBB (UNIC). 2002. hlm 27. 5 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Statuta Mahkamah Internasional . Ibid. hlm 29.
buntu, 100 negara menolak, 50 negara abstain dan 11 negara mendukung
referendum krimea. Dan PBB pun dengan tegas menolak referendum Krimea dan
menyatakan Krimea tetap menjadi bagian dari Ukraina.
Tak cukup sampai disitu mediasi lanjutan yang dilakukan oleh pihak
ketiga adalah tentang pasokan gas Rusia yang digantungkan hampir setengah
anggota Uni Eropa serta Ukraina. Melalui Uni Eropa maka di setujuilah
pembukaan kran Gas Rusia dengan negara-negara Eropa dan Ukraina dengan
harga yang relatif lebih mahal dan dalam jangka waktu yang terbatas.
Resolusi-resolusi lanjutan yang di lakukan oleh PBB adalah Gencatan
senjata oleh kedua belah pihak, baik itu Militer Ukraina, Milisi pro-Rusia atau
Militer Rusia di perbatasan kedua negara.
C. Kepentingan Nasional.
fokus kebijakan keamanan nasional Ukraina dan Rusia sejak berakhirnya
perang dingin telah mengubah makna keamanan nasional mulai dari memperluas
urusan militer ke hampir semua aspek kebijakan, seperti pendidikan, demografi,
ekologi dan organisasi internasional lainnya. alasan yang baik telah dikutip untuk
sebuah perubahan, akan tetapi masalah perang tetap menjadi fokus utama, jika
pemerintah menyadari bahwa berurusan dengan perang dapat berpengaruh pada
aspek-aspek lain dari kehidupan sipil. kebijakan keamanan nasional harus di
tangani dengan tidak mengesampingkan perhatian utama dalam perang. kategori
ini harus berlabuh di sana, kecuali kita percaya bahwa perang adalah sepenuhnya
merupakan sesuatu dari masa lalu dan tidak akan pernah dihadapi lagi6.
Menurut Anak Agung Banyu Perwita kepentingan Nasional adalah tujuan
fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat
keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya.
Kepentingan suatu negara secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk
kebutuhan negara yang paling vital seperti pertahanan, keamanan, militer, dan
kesejahteraan ekonomi7.
Selain itu definisi kepentingan nasional menurut Hans J. Morgenthau
dalam bukunya Politics Among Nations, kepentingan nasional adalah kemampuan
minimum negara untuk melindungi, mempertahankan identitas fisik, politik dan
budaya dari gangguan negara lain, dari tinjauan ini para pemimpin negara
menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau
konflik8.
Lepasnya Krimea secara sepihak dari Ukraina dan bergabung dengan
Rusia menjadi sengketa yang sangat hangat yang sedang di perbincangkan dunia
saat ini, sebelum kita membicarakan Kepentingan nasional Rusia, Ukraina,
Amerika dan Uni Eropa terhadap Krimea, ada baiknya kita perhatikan tentang
keistimewaan Krimea tersebut terlebih dahulu sebagai berikut:
6 Godson, Roy. Shultz. H Richard. Quester H, George. Security Studies for the 21 Century.
Virgina. 1997. hlm 404. 7Banyu Perwita, Anak Agung dan Mochammad Yani, Yanyan. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Pt. Remaja Rosdakarya. Bandung. hlm 35. 8 Morgenthau J, Hans, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace , New York:
Alfred A. Knopf, 1978, hlm 4.
1. Krimea merupakan wilayah yang ekslusif
Secara hukum, wilayah Krimea yang berada di Semenanjung Laut
Hitam adalah bagian dari wilayah Ukraina. Namun memiliki ikatan
budaya yang kuat dengan Rusia, pada tahun 1994 memorandum yang di
tanda tangani oleh Rusia, Inggris, Prancis dan Amerika menyebutkan
bahwa Krimea adalah bagian dari Republik Otonom di Ukraina.
2. Krimea adalah wilayah yang strategis.
Krimea merupakan wilayah penting di Ukraina karena secara
geografis sangat baik di bandingkan wilayah lainya serta sangat strategis,
dengan luas wilayah mencapai 26 ribu km dan hampir seluruhnya di
kelilingi Laut Hitam dan terhubung dengan daratan Ukraina melalui Tanah
Genting Pereskop, kelebihan lain dari Krimea adalah memeiliki iklim yang
sama sepanjang tahun sehingga lautnya tidak membeku pada musim
dingin seperti di Rusia yang menyebabkan salah satu alasan para
pemimpin Rusia bersikeras menjaga daerah tersebut. Meskipun seluruh
dunia mengakui Krimea adalah wilayah Ukraina, namun Angkatan Laut
Rusia memiliki pangkalan Militer yang ditempatkan di Sevastopol dengan
imbalan diskon 40 miliar dolar gas alam dari Rusia (sebelum perang),
sementara itu Rusia yang menjadi ekportir energi alam terbesar di dunia,
Tergantung terhadap Ukraina karena sebagian besar jalur gas Rusia yang
di ekspor ke Uni Eropa melewati Ukraina.
3. Krimea adalah penghasil jagung dan gandum.
Ukraina adalah salah satu produsen jagung dan gandum terbesar di
dunia dan sebagian besar terdapat di wilayah Krimea. Berdasarkan data
pemerintah Ukraina lebih dari 50% ekonomi Krimea di khususkan untuk
industri produksi pangan dan distribusi, namun dari melimpahnya sumber
daya alam jagung dan gandum tersebut, Krimea harus bergantung kepada
Ukraina dalam soal listrik dan air karena iklim di wilayah sekitar yang
semi kering.
4. Terdapat cadangan minyak bumi dan gas alam yang melimpah
Disekitar laut Krimea atau zona laut hitam terdapat sumber daya
alam seperti minyak bumi dan gas alam yang sangat besar yang belum
banyak di eksploitasi oleh perusahaan Rusia, Ukraina maupun negara barat
lainya. Untuk lebih jelas tentang posisi Krimea mari kita lihat posisi
Krimea dalam peta dunia berikut ini.
`
Gambar 2 (krimea)
Dengan adanya penjelasan seperti diatas serta peta tentang posisi Krimea
maka bagi Ukraina, Krimea adalah sumber pendapatan yang sangat strategis yang
menghubungkan Ukraina di antara laut hitam dengan negara-negara Eropa lainya,
belum lagi hak sewa kapal-kapal yang transit di pelabuhan Sevastopol, serta
pendapatan dari hak sewa pangkalan Militer Rusia yang sangat menguntungkan
bagi Ukraina, sumber daya alam Krimea yang kaya dan suhu yang stabil setiap
tahunya pun menjadi keuntungan tersendiri yang tidak dimiliki oleh negara Rusia.
Akan tetapi akibat tidak pernah memperhitungkan perang di kemudian hari
Krimea menjadi pusat konflik yang tidak berujung.
Adapun kepentingan Rusia terhadap Krimea adalah sebagai berikut, Rusia
bisa memangkas sewa dari penempatan Militernya di laut hitam jika Krimea
menjadi bagian dari Rusia maka hak sewa kapal militer tidak perlu dibayarkan
lagi dan penguasaan perdagangan di laut hitam yang menghubungkan Rusia
dengan negara Eropa lainya, selain itu sumber daya alam yang melimpah yang ada
di Krimea9 menjadi nilai tambah bagi Rusia untuk mempertahankan identitasnya
sebagai negara Great Power dalam bidang Ekonomi, semisal minyak dan gas
alam sehingga perusahaan Uni Eropa dan Amerika tidak bebas mengekploitasi
kekayaan alam yang ada di Krimea, militer dan pertahanan yang menyamai
NATO dan Amerika di dalam percaturan dunia internasional.
sebelumnya Meskipun berada di wilayah Ukraina, eksplorasi minyak bumi
juga diadakan oleh perusahaan asing seperti Exxon Mobil, Royal Dutch Shell,
ENI dan OMV10. dengan adanya pengembangan bagi perusahaan asing lainnya,
maka perusahaan gas Rusia seperti Gazprom tidak dapat mengeksplorasi wilayah
Laut Hitam. Faktor kepentingan inilah merupakan salah satu penyebab munculnya
kepentingan Rusia untuk mengamankan jalur suplai dan produksi gas bumi,
Dengan potensi kekayaan dan ekonominya, negara-negara disekitar Laut
Hitam membentuk suatu badan kerjasama ekonomi pada Juni 1992 yang
dinamakan The Black Sea Economic Cooperation (BSEC) dan dilegalkan pada 1
Mei 1999, dimana anggotanya terdiri dari 6 negara yang berbatasan langsung
dengan Laut Hitam (Bulgaria, Georgia, Romania, Russia, Turki dan Ukraina),
dengan 5 negara tetangga (Albania, armenia, Azerbaijan, Yunani dan Moldova)
serta negara lainnya seperti Makedonia, Serbia, Montenegro, Austria, Perancis,
. 9
Pro-Russian Rally in crimea decries Kiev Bandits, The Washington post. Di akses 26 November
10
Gloystein, H. Ukraine's Black Sea gas ambitions seen at risk over Crimea. Di akses tanggal 15
November2015
Jerman, Israel, Italia, Polandia, Slovakia, dan Tunisia. BSEC mempromosikan
kerjasama perdagangan dan mempromosikan keamanan serta perdamaian bersama
di Laut Hitam. Meskipun Rusia tergabung dalam organisasi ini, namun masih
memiliki konflik dengan Ukraina tentang nasib dari Armada Laut Hitam eks-Uni
Sovyet.
Adapun kepentingan Amerika dan Uni Eropa di Ukraina adalah sebagai
berikut, Dalam masalah ini, Amerika Serikat merupakan salah satu anggota
NATO. Keterlibatan Amerika Serikat dan Uni Eropa dalam masalah ini untuk
mendukung Ukraina mempertahankan Krimea serta mengamankan perusahaan
minyak dan gas bumi yang sedang beroperasi di Krimea. Selain itu juga, Amerika
dan NATO Serikat hadir sebagai balance of power terhadap Rusia yang mulai
mengembangkan pakta Euresia Union dengan menggandeng negara-negara
pecahan Uni Soviet sebagai mitra utama Rusia dengan sistem dan ideologi
sosialisnya.
Rusia merupakan aktor negara yang menjadi competitor abadi Amerika
Serikat. Kehadiran Rusia dalam masalah ini untuk mendukung kemerdekaan
Krimea merupakan ancaman bagi kepentingan Barat dan Amerika di Laut Hitam
khususnya perusahaan-perusahaan minyak dan gas. NATO merupakan sebuah
kerjasama collective security yang dibangun oleh Amerika Serikat paska Perang
Dunia II. NATO awalnya dibangun dengan tujuan mengcounter Pakta Warsawa
buatan Uni Soviet kala itu. Namun, sejak Uni Soviet runtuh, NATO mulai
melebarkan sayap dengan menggandeng negara-negara pecahan Uni Soviet
seperti Ukraina.
Ukraina awalnya bagian dari Uni Soviet. Kemudian paska runtuhnya Uni
Soviet, Ukraina mendeklarasikan diri sebagai negara berdaulat. Berjalannya
waktu, Ukraina ingin bergabung dengan Uni Eropa dan NATO, hal ini tentu
sangat menguntungkan Barat dan Amerika untuk menancapkan pengaruhnya
terhadap Ukraina yang mempunyai kawasan strategis perdagangan di timur
Eropa.
D. Intra State War.
Aksi separatis yang dilakukan oleh masyarakat perbatasan Ukraina yang
berujung kepada lepasnya Krimea secara sepihak dari negara induknya yang
beribu kota di Kiev dan bergabung menjadi bagian dari negara Rusia membuat
suhu politik kedua negara kian panas, selain tentara Rusia yang berada
diperbatasan, pasukan Ukraina juga dihadapkan pada kenyataan lainya yaitu
separatisme yang dipersenjatai oleh Rusia sehingga berhasil memukul mundur
tentara Ukraina, separatisme ini juga meluas ke Donetsk dan Luganst yang
kemudian berujung kepada konflik berdarah antara pihak yang memberontak atau
Euromaiden dengan Militer pemerintahan Ukraina yang di kenal dengan perang
Donbass.
Intra state war adalah perang yang terjadi di suatu negara yang mana
negara induk harus menjaga keutuhan dan kedaulatan negara tersebut dari
separaritesme dengan menggunakan kekuatan militer. Artinya negara –memerangi
negara nya sendiri. Intra state war tidak bisa di lepaskan dari separatisme.
Separatis adalah suatu gerakan yang ingin mendapatkan kedaulatan dan
memisahkan suatu wilayah atau suatu kelompok manusia dengan kesadaran
nasional dari satu sama lain. kekuatan sebagai alat politik dan sosial yang tegang
dimana konflik sebagai fakta politik internasional yang menyebabkan perang
dengan mempertimbangkan tingkat kekerasan, efektivitas diplomatik dan
kekuatan militer, perubahan sifat perang dan klasifikasikan jenis perang11.
Untuk mengamankan kedaulatanya maka suatu negara boleh memerangi
separatis dengan menggunakan kekuatan militer dan alat tempur dengan tujuan
menumpas separatisme sampai keakar-akarnya, dalam hal ini Ukraina berhak
menghancur tempat-tempat vital yang sangat berharga bagi separatis termasuk
menghilangkan nyawa anggota komplotan separatisme tersebut, hal ini masih bisa
di benarkan demi menjaga kedaulatan negara.
E. Teori Stimulus Respon
Menurut bower Teori Stimulus Respon12 merupakan sebuah skema yang
dilakukan oleh individu atau non individu untuk merespon tindakan yang muncul
dari luar dengan persepsi berkaitan dengan seluruh proses yang berkenaan dengan
rangsangan eksternal terhadap perilaku organisme di bawah pengawasan negara.
Melalui Teori Stimulus Respon, kita bisa melihat tindakan yang dilakukan
oleh Rusia dengan membantu dan mendukung Krimea sebagai negara berdaulat
merupakan respon atas kebijakan Ukraina yang cenderung akan beraliansi dengan
11
Rourke T, John. Boyer A, Mark:International Politics on the World Stage Brief. McGraw Hill. New York. 2014. hlm 253. 12
Bower, Gordon H. Thompson-Schill, Sharon. Tulving, Endel. Reducing Retroactive
Interference: An Interference analysis. Medford. Tufts University, 1995. hlm 51.
Uni Eropa dan pada akhirnya menjadi anggota NATO. Oleh karena itu, Rusia
beranggapan bahwa dengan bergabungnya Ukraina ke NATO, akan berdampak
buruk bagi kepentingan Rusia terhadap jalur lalu lintas di Laut Hitam. Karena
berdasarkan Geopolitik, krimea merupakan wilayah penting yang harus
dipertahankan dominasinya oleh Rusia sebagai jalur lalu lintas armada perang
Laut Hitam. Bahaya kepentingan lain yang akan dihadapi oleh Rusia jika Ukraina
bergabung dengan Uni Eropa dan NATO adalah kepentingan ekonomi, politik,
keamanan, dan ideologi.
Dengan membuat konflik di Ukraina dan melemahnya ekonomi Ukraina
maka sesuai aturan dari keanggotaan Uni Eropa bahwasanya setiap negara tidak
terlilit hutang, korupsi, serta pertumbuhan ekonomi negara yang stabil dan
keterbukaan terhadap pasar yang bisa membuat suatu negara bisa di terima
menjadi anggota, dengan adanya konflik ini maka untuk sementara waktu Ukraina
tidak bisa menjadi anggota Uni Eropa, hal ini memberikan kesempatan kepada
Rusia untuk menancapkan pengaruhnya di Ukraina semakin dalam.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Kualitatif.
Di dalam dunia pendidikan metode penelitian yang di gunakan oleh
peneliti bisa di bagi dua yaitu metode Kualitatif dan Kuantitatif, akan tetapi
metode penelitian yang digunakan dalam kajian hubungan internasional adalah
metode kualitatif. Adapun definisi metode kualitatif menurut Prof. Dr. Sugiyono
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiyah dimana peneliti
sebagai instrumen kunci13.
Sedangkan Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam pengetahuan sosial yang fundamental bergantung
pada pengamatan manusia dalam kawasanya sendiri dan hubunganya dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahanya14. Secara umum
penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami dunia makna yang di simbolkan
dalam perilaku masyarakat menurut masyarakat itu sendiri15.
B. Teknik Pengumpulan Data.
13
Prof. Dr .Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Raja Grafindo Persada, 2004. hlm . 14
Sudarto, Metodologi penelitian filsafat , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995. hlm 62. 15
Suprayogo, Imam. Tobroni. Metode Penelitian sosial agama Edisi 1. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001, hlm 1.
Salah satu langkah dalam penyusunan skripsi adalah teknik pengumpulan
data. Hal ini merupakan langkah untuk mempermudah dalam penyusunan masalah
dari suatu kasus yang di teliti secara sistematis.
Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka
teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah teknik pustaka.
Teknik studi pustaka adalah melakukan pengumpulan data tertulis dengan
membaca buku-buku literatur, majalah, surat kabar dan bentuk pustaka lainya
Bentuk pengumpulan data ada tiga tahap
a. Quation atau kutipan langung.
b. Citation atau Indirect quation atau kutipan tidak langsung.
c. Summary atau ringkasan dan comment atau komentar.16
C. Sumber Data Yang Digunakan.
Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data
primer. Sumber data primer adalah sumber data yang di dapat dari keterangan
orang lain secara langsung sedangkan sumber data skunder adalah sumber data
yang di dapat dari pemikiran orang lain yang di tuangkan dalam bentuk buku17.
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik
pengumpulan data secara sekunder, data sekunder yang penulis maksud adalah
data-data sekunder yang bersumber dari pemikiran orang lain yang dituangkan
16
Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta:Logos Wacana Ilmu.1999. hlm 56. 17
Notosusanto, Nugroho. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, Jakarta: PT. Idayu Press.
1978. hlm 19.
kedalam sebuah buku dan di publikasikan. Seperti E-Book, E-Journal, buku
terbitan penerbit, artikel, media cetak dan sebagainya yang penulis peroleh dari
berbagai macam tempat di Jakarta, seperti di CSIS, Kedutaan Besar Rusia,
Kedutaan Besar Ukraina dan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
D. Teknik Analisa Data.
Miles dan Huberman mengatakan, sebagaimana yang di kutip oleh Ahmad
Tanzeh dan Suyiatno, analisis data interaktif ( interaktif model ), terdiri dari tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu (1) Reduksi data, (2) penyajian
data, (3) penarikan kesimpulan.18
Ke tiga alur tersebut dapat di lihat dalam uraian sebagai berikut.
1. Reduksi data
Data yang penulis dapatkan sangat banyak di lapangan, maka dari
itu penulis mecatatnya secara teliti dan terperinci. Adakalanya semakin
lama penulis terjun kelapangan maka hasil dari data yang terkumpul pun
begitu banyak serta komplek dan rumit.
Menurut Milles dan Huberman sebagaimana yang di kutip oleh
Tanzeh dan Suyitno;
Reduksi data merupakan suatu kegiatan proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabsrakan dan transformasi
data mentah yang di dapat dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan19.
18
Ahmad Tanzeh dan Suyitno. Dasar-dasar penelitian , surabaya: eLKAF, 2006, hlm. 149 19
Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Ibid, hlm. 175.
maka dari penelitian dilakukan secara terus menerus di lapangan selama
penelitian.
Setelah itu di sederhanakan, di susun secara sistematis dan
dijabarkan tentang hal-hal yang penting dari temuan di lapangan. Dalam
proses reduksi ini hanya data yang menyangkut masalah penelitian saja
yang di gunakan.
Sedangkan data yang tidak di gunakan dalam penelitian dibuang,
sehingga data tersebut bisa membantu penulis untuk mengorganisir
sehingga memudahkan penulis menarik kesimpulan dari masalah yang
penulis teliti.
2. Penyajian Data.
Penyajian data yang penulis uraikan ini berhubungan dengan
penelitian penulis selama ini yang menghasilkan informasi yang akurat
karena di dapat dari buku yang pengarangnya sudah di kenal masyarakat
luas serta menjadi rujukan di Universitas-Universitas di dalam maupun di
luar negeri, yang di susun secara sistematis dengan kesimpulan-
kesimpulan sebagai informasi yang valid.
3. Penarikan Kesimpulan.
Setelah semua di dapat untuk bahan-bahan skripsi maka penulis
melanjutkan hal lainya berupa penarikan kesimpulan, untuk mendpatkan
hasil kesimpulan ini yang sebelumnya di dapat dari hasil analisis data baik
yang berasl dari catatan lapangan, Obsevasi, Dokumentasi dan lain-lain
yang di dapatkan pada saat melaksanakan kegiatan di lapangan20.
E. Tempat Pengambilan Data.
Tempat pengambilan data untuk penelitian yang penulis lakukan antara lain
di:
1. CSIS (Centre for Strategic and International Studies)
2. Kedutaan Besar Rusia ( The Russian Embassy)
3. Kedutaan Besar Ukraina (The Ukraine Embassy)
4. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia ( Ministry of Foreign Affair
Republic of Indonesia)
F. Jadwal Penelitian.
Persiapan pengurusan izin penelitian yang penulis lakukan dapat di
jelaskan sebagai berikut.
1. Penyusunan proposal skripsi
2. Observasi dan pengumpulan data
3. Pengolahan data dan analisa data
4. Pendaftaran sidang proposal
5. Sidang proposal skripsi
6. Revisi skripsi
7. Pendaftaran sidang skripsi
20
Ahmad Tanzeh dan Suyitno. Ibid, hlm, 177.
BAB IV
ANALISIS KONFLIK RUSIA DAN UKRAINA
A. Konflik Ukraina Dari Masa Ke Masa.
Sebelum terjadinya konflik antara Ukraina dan Rusia seperti sekarang ini,
jauh sebelumnya yaitu tepatnya setelah negara tersebut memisahkan diri dari Uni
Soviet yang runtuh pada tahun 199121 dan menjadi negara berdaulat yang
independen, masalah Krimea ini sudah muncul, karena selain Krimea merupakan
wilayah yang strategis dengan alamnya yang kaya seperti minyak dan gas alam,
hal lain yang membuat Krimea menjadi sengketa adalah letaknya yang
berhadapan langsung dengan negara-negara Eropa dan suhu lingkungan di
sekitarnya yang stabil serta jalur strategis keluar masuknya kapal asing dari Eropa.
Dalam sejarah peradaban manusia telah mencatat banyak peristiwa
dimana seseorang atau sekelompok manusia mengadakan perlawanan
terhadap penguasa atau sekelompok manusia yang lain untuk
memperjuangkan apa yang dianggap menjadi haknya. Bahkan sejarah pernah
mengisahkan bahwa seringkali perjuangan itu penuh dengan ceceran darah dan
pengorbanan jiwa22. Kemerdekaan dan kebebasan selalu menjadi hal yang
diperbincangkan dan diperjuangkan oleh manusia, karena pada hakekatnya
dalam diri manusia selalu terdapat keinginan untuk dapat melakukan
21
Byrd, Peter "Cold War (seluruh bab)". Di McLean, Iain; McMillan, Alistair. The Concise Oxford Dictionary of Politics. Oxford University Press . ISBN 0192802763. Diakses tanggal 25 Desember 2015. 22
Eddy O.S. Hiariej, dkk, Bunga Rampai Hukum Pidana Khusus, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006. hlm .147.
kehendaknya tanpa adanya suatu tekanan dan paksaan dari pihak lain yang
dianggap akan menghalangi kebebasan kehendak tersebut23. Hal ini lah yang
sekarang yang menjadi konflik antara Rusia dan Ukraina mengenai status Krimea.
Jika kita lihat dari pembentukan negara ini dari tahun 1991 maka konflik
antara Ukraina dan Rusia sudah ada sejak awal, Adapun konflik – konflik yang
mewarnai perjalanan Ukraina dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2015 yang
penulis bagi dalam tiga fase: yaitu fase konflik tahun 1991 – 2001, fase konflik
2001 – 2011 dan fase konflik 2011 – 015. Adapun fase-fase tersebut akan
penulis sajikan sebagai berikut:
1. Fase Konflik Tahun 1991-
Setelah Perang Dingin berakhir dengan kekalahan Uni Soviet dari
Amerika Serikat yang menyebabkan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 dan
diikuti dengan berdirinya negara-negara24 bagian yang ada di Uni Soviet sebagai
negara yang merdeka. Salah satu negara tersebut adalah Ukraina, yang
mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 24 Agustus 1991. Setelah berdiri
menjadi negara yang merdeka otomatis Krimea menjadi bagian dari negara
Ukraina dimana 60% warganya beretnis Rusia25, dan hubungan antara Rusia dan
Ukraina kemudian memanas sejak semenanjung tersebut secara resmi menjadi
milik Ukraina pada tahun 1991, Ukraina yang baru saja merdeka melanjutkan
23
Eddy O.S. Hiariej, dkk, ibid. 24
http://www.wartabuana.com/read/40464-ini-sejarah-hubungan-ukrainarusia.html. Diakses tanggal 25 Desember 20015 25
http://edition.cnn.com/2014/03/18/world/europe/ukraine-crisis/. Diakses tanggal 25 Desember 2015
status otonom Krimea, sementara Majelis Tertinggi Krimea menekankan
"kedaulatan negara" di semenanjung ini.
Pada tanggal 21 Mei 1992, Majelis Tertinggi Rusia menyetujui sebuah
resolusi yang menyatakan bahwa pemindahan hak Krimea pada tahun 1954 tidak
berlaku dan menyerukan negosiasi tiga partai mengenai status semenanjung ini.
Konfrontasi antara presiden dan parlemen Rusia, yang berkembang menjadi krisis
konstitusi Rusia pada tahun 1993, mencegah pernyataan berpengaruh di Krimea
atau pun Ukraina.
Dari tahun 1992 sampai 1994, beberapa gerakan politik Rusia mencoba
memisahkan Krimea dari Ukraina. Pemilu kedaerahan tahun 1994 mewakili titik
tinggi bagi faksi politik pro-Rusia di Krimea. Namun pemilu ini hadir pada
sebuah waktu yang sulit bagi orang-orang Krimea yang ingin bergabung lagi
dengan Rusia, sebab pemerintahan Rusia sedang terlibat politik pendekatan
dengan dunia Barat, dan pemerintahan Ukraina bertekad bulat membela
kedaulatannya. Faktor-faktor ini memungkinkan pihak berwenang Ukraina untuk
menghapuskan kepresidenan dan konstitusi Krimea pada tahun 1995, tanpa
campur tangan atau protes berarti dari negara jiran Rusia di sebelah timur.
Sesudah itu, gerakan pro Rusia sebagian besar menyusut, dan pada tahun 1998,
kaum separatis kalah dalam pemilu Majelis Tertinggi Krimea.
Setelah pendekatan berkelanjutan oleh Rusia terhadap Ukraina maka
hubungan Rusia dan Ukraina akhirnya berjalan sangat baik ini dibuktikan dengan
pengakuan kedaulatan negara masing-masing.
Pada tanggal 14 Februari 1992, Rusia dan Ukraina membuka hubungan
diplomatik dan pada tahun 1995 diadakan penandatanganan protokol tentang
pengesahan status Krimea yang resmi menjadi milik Ukraina dan dalam protokol
tersebut di tanda tangani pula oleh beberapa negara diantaranya adalah Inggris,
Amerika, Prancis, Rusia dan Ukraina yang membuat hubungan diplomatik antar
kedua negara pun semakin baik, atas kebaikan Rusia serta sebagai balas budi
maka Ukraina pun mengizinkan angkatan laut militer Rusia berada di laut hitam
dengan sewa yang di sepakati oleh kedua negara.
Lebih lanjut Kedua negara mengirimkan duta besarnya sebagai bentuk
hubungan kemitraan yang lebih baik . Akan tetapi tujuan utama dari kerjasama
tersebut adalah untuk menginterfensi Ukraina dalam bidang ekonomi agar tetap
menganut ideologi komunis seperti reformis Gorbacev26, hal ini tentu saja
menjadi gejolak didalam masyarakat Ukraina dimana di satu sisi Presiden Leonid
Kravchuk menginginkan perubahan dengan menerapkan sistem Liberal dalam
perekonomianya sedangkan rakyat Ukraina sudah lama dan terbiasa dengan
sistem komunis yang mengakibatkan sebuah kekacauan di Ukraina yang
berdampak dengan memburuknya hubungan kedua negara.
Pada Tahun 1993, produksi Ukraina mengalami penurunan drastis,
cadangan devisa menurun, investasi menurun serta mata uang Ukraina hampir
tidak bernilai. Pada akhir tahun 1993, peringkat kepercayaan terhadap Ukraina
menurun.
26
Harris, Jonathan. Subverting the System: Gorbachev's Reform of the Party's Apparat, 1986-1991. Lanham: Rowman & Littlefield Publishers. 2005. hlm. 201.
Di tengah kekacauan di dalam negeri, Ukraina bertekat maju dan
memproklamasikan sistem demokrasi serta liberalisasi terhadap negaranya, oleh
karena itu Ukraina setuju untuk menandatangani perjanjian non proliferasi nuklir
yaitu Memorandum Budapest pada tahun 1994 yang berisi sebagai berikut
EIR February 21, 2014, Ukraine: The Budapest Memorandum of 1994
The following is the text of the Memorandum on Security Assurances, known as
the Budapest Memorandum, in connection with Ukraine‟s accession to the Treaty
on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons, signed Dec.5, 1994.
The United States of America, the Russian Federation, and the United
Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, Welcoming the accession of
Ukraine to the Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons as a
nonnuclear - weapon State, Taking into account the commitment of Ukraine to
eliminate all nuclear weapons from its territory within a specified period of time,
Noting the changes in the world-wide security situation, including the end of the
Cold War, which have brought about conditions for deep reductions in nuclear
forces. Confirm the following:
1. The United States of America, the Russian Federation, and the United
Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, reaffirm their
commitment to Ukraine, in accordance with the principles of the CSCE
[Commission on Security and Cooperation in Europe] Final Act, to
respect the Independence and Sovereignty and the existing borders of
Ukraine.
2. The United States of America, the Russian Federation, and the United
Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, reaffirm their obligation
to refrain from the threat or use of force against the territorial integrity or
political independence of Ukraine, and that none of their weapons will
ever be used against Ukraine except in self-defense or otherwise in
accordance with the Charter of the United Nations.
3. The United States of America, the Russian Federation, and the United
Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, reaffirm their
commitment to Ukraine, in accordance with the principles of the CSCE
Final Act, to refrain from economic coercion designed to subordinate to
their own interest the exercise by Ukraine of the rights inherent in its
sovereignty and thus to secure advantages of any kind.
4. The United States of America, the Russian Federation, and the United
Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, reaffirm their
commitment to seek immediate United Nations Security Council action to
provide assistance to Ukraine, as a non-nuclear-weapon State Party to the
Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons, if Ukraine should
become a victim of an act of aggression or an object of a threat of
aggression in which nuclear weapons are used.
5. The United States of America, the Russian Federation, and the United
Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, reaffirm, in the case of
the Ukraine, their commitment not to use nuclear weapons against any
non-nuclear-weapon State Party to the Treaty on the Non-Proliferation of
Nuclear Weapons, except in the case of an attack on themselves, their
territories or dependent territories, their armed forces, or their allies, by
such a state in association or alliance with a nuclear weapon state.
The United States of America, the Russian Federation, and the United
Kingdom of Great Britain and Northern Ireland will consult in the event a
situation arises which raises a question concerning these commitments.
This Memorandum will become applicable upon
signature.
Signed in four copies having equal validity in the English, Russian and
Ukrainian languages27.
dimana Rusia, Amerika dan Inggris memberikan keamanan kepada
Ukraina dengan syarat Kiev memberikan senjata nuklir era Soviet. Hal ini tentu
saja di setujui oleh Ukraina.
Pada 26 Juli 1994, Presiden Leonid Kravchuk mencalonkan diri kembali
untuk menjadi Presiden untuk yang kedua kalinya, namun rakyat Ukraina tidak
mendukungnya dalam pemilihan Presiden tersebut, hal itu terbukti saat Leonid
Kravchuk dikalahkan oleh pesaingnya yang didukung penuh oleh Rusia yaitu
Leonid Kuchma yang ternyata adalah seorang yang Pro-Rusia.
27
Memorandum of Budapest.
Leonid Kuchma terpilih sebagai presiden kedua pada tahun 1994 dan
menganjurkan hubungan lebih erat dengan Rusia dan reformasi pasar lebih cepat.
Pada tahun 1995 masalah perbatasan negara kembali di bicarakan oleh kedua
belah pihak, yang mana Rusia sudah berjanji untuk menjunjung tinggi integritas
wilayah Ukraina dalam sebuah memorandum yang ditandatangani juga oleh
Amerika, Inggris dan Perancis pada tahun 1994.
Pada tahun 1996 Kuchma mengesahkan konstitusi baru. Konstitusi ini
memberi kekuasaan penuh pada presiden dan membatasi parlemen dalam
pemerintahan. Berbagai keputusannya yang kontroversial dapat dilihat dari
penggunaan bahasa Rusia di Ukraina dan kesepakatan Rusia dan Ukraina
mengenai Crimea yang dianggap para oposisi dan parlemen melanggar kedaulatan
Ukraina.
Pada tanggal 31 Mei 1997 disepakati bersama mengenai Perjanjian
Persahabatan, Kerjasama dan Kemitraan antara Rusia dan Ukraina yang sempat
terputus pada tahun 1993 pada masa Presiden Leonid Kravchuk. Dalam
kesepakatan 1997 tersebut ada 380 dokumen yang di tanda tangani oleh kedua
negara. Kesepakatan tersebut juga melahirkan hubungan bilateral dalam bidang
sosial, militer, ekonomi dan politik. Namun kerjasama ekonomi yang paling
memainkan peranan penting dalam hubungan kedua negara ini. Rusia merupakan
produsen dan eksportir utama minyak dan gas alam untuk Eropa termasuk
Ukraina28.
Ukraina mengkonsumsi gas Rusia sebesar 60 % dan sisanya berasal dari
Norwegia, Inggris, Belanda dan Jerman. Untuk Ukraina, Rusia memberikan harga
gas murah di bawah harga pasar negara negara Eropa. Rusia memberikan tarif
murah dikarenakan Ukraina merupakan bekas negara satelitnya29. Selain itu,
Ukraina juga merupakan jalur transit gas Rusia ke Eropa. Rusia menganggap
Ukraina sebagai mitra pentingnya dalam mengirim gas ke Eropa. Dengan adanya
tarif gas khusus yang diberikan Rusia, Ukraina semakin bergantung pada
kebutuhan gas Rusia.
Selama masa jabatan Presiden Leonid Kuchma dari 1994-1999 dan 1999-
2004, Kuchma menjalankan pemerintahan secara otoriter. Hal tersebut membuat
Ukraina semakin jauh dari jalannya transisi dan mengalami kemunduran
demokrasi. Kemunduran Demokrasi di Ukraina telah dinilai oleh badan-badan
internasional terkemuka salah satunya adalah Uni Eropa.
2. Fase Konflik Tahun 2001-
pada tahun 2004, terjadi rangkaian protes dan even politik yang terjadi di
Ukraina mulai akhir November 2004 hingga Januari 2005. Demonstrasi besar-
besaran di Ukraina ini terjadi karena korupsi yang melilit selama tahun-tahun
pemerintahan Presiden Leonid Kuchma. Hal ini menyebabkan presiden Ukraina
28
http://www.dw.com/id/ukraina-kemitraan-dengan-rusia-sangat-penting/a- . Diakses tanggal 25 Desember 2015 29
http://www.dw.com/id/ukraina-kemitraan-dengan-rusia-sangat-penting/a- . Diakses tanggal 25 Desember 2015
Leonid Kuchma harus mengundurkan diri dan digantikan oleh Presiden Viktor
Yushchenko30 yang memenangkan pemilu pada tahun 2005.
Sejak saat itu, hubungan politik Rusia-Ukraina sering kali mengalami
pasang surut. Ini terjadi karena Viktor Yushchenko yang lebih mengarahkan
hubungannya dengan barat dan mengurangi peran Rusia dalam hubungan
kemitraannya. Hubungan Rusia-Ukraina mulai menegang. Ini terkait dengan
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Viktor Yushchenko. Salah satunya adalah
keinginan Ukraina untuk menjadi anggota Uni Eropa. Kebijakan Viktor
Yushchenko yang berencana memasukkan Ukraina menjadi anggota Uni Eropa,
menyebabkan hubungan Rusia dan Ukraina mengalami krisis. Pada masa
pemerintahan Presiden Viktor Yushchenko, Ukraina disibukan dengan
mempercepat penyempurnaan integrasi antara Ukraina dengan Uni Eropa.
Keinginan Ukraina untuk menjadi anggota Uni Eropa didukung oleh
rakyat Ukraina sendiri. Dengan menjadi anggota Uni Eropa, akan memperbaiki
sendi-sendi perekonomian Ukraina yang mengalami penurunan akibat korupsi
yang merajalela pada masa pemerintah Leonid Kuchma. Pada tanggal 5 Maret
2007, Ukraina dan Uni Eropa memulai negosiasi mengenai perjanjian baru.
Pertemuan tersebut mendiskusikan mengenai cara-cara untuk mempercepat proses
negosiasi dalam hal perdagangan bebas. Pada tanggal 18 Februari 2008, Ukraina
dan Uni Eropa membahas mengenai pembangunan zona perdaganan bebas31. Uni
30
Raimondo, Justin (2004- - ). "The Yushchenko 'Poison Plot' Fraud". Antiwar.com.diakses tanggal 25 Desember 2015 31
indonesia.rbth.com/news/2014/06/27/ukraina_moldova_georgia_dan_uni_eropa_tandatangani_kesepakatan_kerja_sama . Diakses tanggal 25 Desember 2015
Eropa meyakinkan Ukraina dengan berintegrasi dengan Uni Eropa akan memberi
prospek jangka panjang yang akan menjadi dorongan besar untuk pertumbuhan
ekonomi Ukraina melalui perdagangan bebas.Pada tanggal 9 September 2008,
sebuah keputusan disepakati Ukraina dan Uni Eropa. Keputusan itu menghasilkan
perjanjian baru yang dikenal sebagai Perjanjian Asosiasi. Perjanjian Asosiasi ini
direncanakan akan ditandatangani mendekati akhir tahun 2013.
3. Fase Konflik Tahun 2011-
Terpilihnya presiden Viktor Yanukovych dalam pemilu Februari 2010
mengganti era kepresidenan Viktor Yushchenko telah merubah haluan Ukraina
dalam menentukan kebijakan luar negerinya. Viktor Yanukovich dalam
kebijakannya mencoba kembali menjalin hubungan dengan Rusia32. Berbeda dari
presiden sebelumnya yang pro terhadap barat. Viktor Yanukovich berupaya
menormalisasikan hubungan Rusia-Ukraina.
Pada tanggal 21 November 2013 Presiden Ukraina Viktor Yanukovich
mengumumkan Ukraina tidak akan melanjutkan pembahasan perjanjian kerjasama
dengan Uni Eropa dan menolak menandatangani perjanjian asosiasi Uni Eropa
dan lebih mempererat hubungannya dengan Rusia. Perjanjian kerjasama Ukraina
dan Uni Eropa sudah disiapkan sejak lama yaitu pada masa pemerintahan Viktor
Yushchenko. Akibat penolakan tersebut membuat rakyat Ukraina yang Pro-Barat
menjadi marah, protes besar-besaran pun terjadi di ibukota Ukraina yang
32
Rusia dan Ukraina Menandatangani 14 Pemufakatan Kerjasama .Tersedia di
http://vovworld.vn/id-id/Berita/Rusia-dan-Ukraina-menandatangani-14-permufakatan kerjasama/203096.vov.Diakses 25 Desember 2015.
menentang pemerintahan dan hal tersebut membuat tergulingnya Viktor
Yanukovich dari kursi kepresidenannya, sebelum benar-benar turun Presiden
Viktor Yanukovich meminta Presiden Rusia untuk melindungi Krimea dari
ancaman separatis Ukraina. Seperti diketahui Presiden Viktor Yanukovich
ternyata adalah orang yang pro-Rusia, hal ini terbukti dengan memenangkan
pemilu dengan bantuan Rusia dan daerah yang menjadi basis kuat Presiden
tersebut berada di perbatasan sebelah timur Ukraina seperti Krimea, Lugants, dan
Donects.
Setelah kekosongan Presiden di Ukraina akibat demo di tambah dengan
adanya perlindungan dari Militer Rusia memberikan kesempatan untuk Krimea
memisahkan diri dari negara Induknya yang beribu kota di Kiev. Dan kemudian
terjadilah Referendum secara sepihak.
Pada tanggal 23 Februari 2014, Oleksandr Turchynov ditunjuk parlemen
Ukraina untuk menjadi Presiden sementara Ukraina. Olexsandr Turchnyov
mengembalikan tujuan awal Ukraina yang menginginkan keanggotaan Uni
Eropa33.
Tanggal 21 Maret 2014, Ukraina dan Uni Eropa menandatangani pokok-
pokok dasar kesepakatan pembentukan asosiasi politik yang akan memungkinkan
kerjasama yang lebih erat dalam bidang politik dan ekonomi. Petro Poroshenko
terpilih menjadi Presiden Ukraina melalui pemilu yang diselenggarakan pada
tanggal 25 Mei 2014. Petro Poroshenko menyatakan bahwa program utamanya
33
http://www.beritasatu.com/eropa/173029-uni-eropa-rangkul-ukraina.html. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
adalah mendukung Ukraina bergabung dengan Uni Eropa. Pada tanggal 27 Juni
2014 Ukraina dan Uni Eropa menandatangani kesepakatan asosiasi/perjanjian
asosiasi yang berisi tentang kerjasama ekonomi mengenai perdagangan bebas.
Dengan demikian Ukraina resmi bergabung dalam zona perdagangan bebas Uni
Eropa.
Perjanjian asosiasi yang ditandatangani oleh Ukraina dan Uni Eropa akan
membuka masa depan baru bagi Ukraina, dan negara itu telah melakukan
langkah-langkah yang diperlukan untuk menjadi anggota Uni Eropa di kemudian
hari. Pada tanggal 16 September 2014, Ukraina dan Uni Eropa meratifikasi
perjanjian politik dan ekonomi. Kesepakatan ini meliputi aturan-aturan mengenai
perdagangan bebas dan pelaksanaannya yang akan diterapkan pada pertengahan
tahun 2016.
Dengan kesepakatan-kesepakatan yang telah dicapai antara Ukraina
dengan Uni Eropa, Rencana Ukraina untuk menjadi anggota Uni Eropa menjadi
kian dekat. Upaya yang dilakukan Ukraina untuk menjadi anggota Uni Eropa
dimulai dari tahun 2007 hingga tahun 2014, telah menimbulkan reaksi keras dari
Rusia. Rusia menolak kesepakatan-kesepakatan antara Ukraina dengan Uni Eropa
untuk mendapatkan keanggotaannya di Uni Eropa. Kesepakatan tersebut
mengancam kepentingan nasional Rusia yaitu kepentingan ekonomi, kemananan,
politik dan kepentingan ideologi. Untuk lebih jelasnya maka penulis akan
memaparkan kenapa Rusia berusaha untuk menghentikan Ukraina menjadi
anggota Uni Eropa ini alasanya sebagai berikut:
Kepentingan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Rusia tidak terlepas dari jalur ekspor gas Rusia
untuk Eropa melalui Ukraina. Posisi geografis Ukraina dan kedekatan dengan
Rusia menjelaskan pentingnya Ukraina sebagai negara transit utama. Hampir 80%
gas yang dijual ke Eropa melalui jalur pipa gas di Ukraina34. Jalur ini terbilang
yang terbesar dalam ekspor gas Rusia tersebut. Dua sistem pipa utama membawa
gas Rusia melalui Ukraina ke Eropa Barat melalui pipa Brotherfood dan pipa
Soyuz. Pipa Brotherfood adalah pipa terbesar Rusia ke Eropa yang membawa 100
bcm pertahunnya. Pipa ini memainan peran penting untuk memasok negara-
negara Eropa utara dan selatan. Pipa Soyuz menghubungkan pipa Rusia ke pipa
gas di Asia Tengah dan menambah pasokan untuk Eropa tengah dan utara. Pipa
ketiga yang merupakan cabang dari pipa Soyuz mengirim gas alam Rusia ke
negara-negara Balkan dan Turki. Pipa Soyuz mampu membawa sebanyak 32 bcm
pertahunnya. Dengan adanya pipa-pipa yang melalui Ukraina, Ukraina
mendapatkan kompensasi dengan harga gas yang terbilang murah dibandingkan
dengan negara-negara Eropa lainnya. Gas beserta pipa-pipa tersebut merupakan
hal yang krusial untuk diamankan35.
Dengan adanya rencana Ukraina untuk menjadi anggota Uni Eropa dan di
bawah pengaruh Eropa, maka Ukraina bisa saja sewaktu-waktu dapat menjadikan
34
http://www.voaindonesia.com/content/gunakan-gas-alam-rusia-tekan-ukraina-dan-barat/1891806.html . Diakses tanggal 25 Desember 2015 35
Nichol, Jim; Woehrel, Steven; Gelb, Bernhard A. "Russia’s Cutoff of Natural Gas to Ukraine: Context and Implications" (PDF). CRS Report. Diakses tanggal 25 December 2015.
pipa-pipa tersebut sebagai aset negara. Hal tersebut akan merugikan Rusia yang
80 % gas nya melalui jalur Ukraina.
Karena jalur pipa Rusia menuju Eropa tanpa melalui wilayah Ukraina
masih dalam tahap pembangunan seperti jalur pipa South Stream melalui laut
hitam. Selain kerugian dalam sektor ekspor energi, Rusia juga akan mendapatkan
kerugian dalam sektor impor barang-barang dari Uni Eropa.
Dengan program perdagangan bebas Uni Eropa, tidak tertutup
kemungkinan barang-barang buatan Uni Eropa akan masuk secara besar-besaran
ke Ukraina dengan harga relatif murah. Dari Ukraina, barang itu akan dimasukkan
ke Rusia, baik dengan cara legal maupun ilegal melaui perbatasan panjang kedua
negara. Hal Tersebut tentu saja akan merugikan produk dan pasar dalam negeri
Rusia. Barang sejenis milik Rusia yang kalah bersaing dengan barang Uni Eropa,
pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri dan selanjutnya
akan muncul dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja, terjadinya
pengangguran serta bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri.
Kepentingan Keamanan
Selain memberi dampak terhadap perekonomian Rusia, rencana Ukraina
untuk masuk keanggotan Uni Eropa dianggap memberi ancaman terhadap
keamanan Rusia. Faktor ancaman keamanan ini muncul karena sebagian besar
anggota Uni Eropa adalah anggota NATO36. Bagi Rusia, NATO merupakan
36
Matloff, Maurice. Makers of Modern Strategy. Ed. Peter Paret. Princeton, New Jersey: Princeton UP, 1971. hal
ancaman serius terutama negara anggota NATO yang berbatasan langsung
dengannya. Seperti halnya Polandia, Estonia dan Lithuania yang berbatasan
langsung dan merupakan anggota Uni Eropa dan NATO. Ketiga negara tersebut
memberi ancaman langsung bagi kemananan Rusia.
NATO membangun sistem pertahanan rudal strategis dan presisi
konvensional serangan senjata, termasuk rudal jelajah yang menempatkan rudal-
rudal tersebut diperbatasan Rusia di negara-negara anggotanya37. NATO semakin
gencar memperluas keanggotaannya di wilayah Eropa Timur yang mendekatkan
posisi anggota NATO dengan wilayah teritorial Rusia.
Eropa Timur yang dulunya merupakan wilayah yang berada dalam lingkup
pengaruh Uni Soviet kini semakin dekat dengan Uni Eropa dan NATO. Sejak
tahun 1999, tiga negara Eropa timur bergabung dengan pakta pertahanan NATO,
yaitu Polandia, Ceko dan Hongaria. Ketiga negara ini dulunya adalah anggota
Pakta Warsawa yang dikendalikan oleh Uni Soviet. Tahun 2004, tiga negara
Baltik yaitu Estonia, Latvia dan Lithuania dan empat negara Eropa Timur yaitu
Bulgaria, Rumania, Slovenia dan Slowakia. Tahun 2009, Albania dan Kroasia
juga memutuskan masuk NATO. Hingga saat ini ada 12 negara Eropa timur yang
dulu berada di bawah pengaruh Uni Soviet akhirnya bergabung dengan pakta
pertahanan aliansi barat. Walaupun Ukraina belum menjadi anggota NATO,
namun Ukraina sudah mendapat tawaran dari NATO untuk keanggotaannya di
37
http://jakartagreater.com/rudal -patriot-akhirnya-terpilih-sebagai-pertahanan-udara/. Diakses tanggal 25 Desember 2015
organsisasi tersebut. Rencana Ukraina untuk keanggotaan di NATO menjadi kian
dekat dengan dihapusnya status undang-undang Non-Blok38 pada tahun 2014.
Penghapusan Non-Blok tersebut menjelaskan Ukraina berencana
mendapatkan keanggotaannya di NATO. Ketakutan Rusia terhadap keanggotaan
Ukraina dalam aliansi militer NATO karena akan memberi akses langsung di
perbatasan Rusia. Hal ini dapat dilihat dari kedekatan geografis Rusia dan
Ukraina. Ukraina merupakan negara yang memisahkan antara Rusia dengan
negaranegara Eropa sekaligus pembatas antara Rusia dan Eropa. Oleh karena
letaknya yang strategis bagi Rusia, Ukraina dianggap sebagai tameng.
Dengan adanya rencana Ukraina menjadi anggota Uni Eropa dan NATO,
maka tak ada lagi negara pemisah, pembatas serta tameng bagi Rusia terhadap
negara-negara Eropa. Ukraina akan menjadi pembatas langsung antara Rusia
dengan Eropa. Bahkan Ukraina juga akan dijadikan tempat untuk membangun
sistem pertahanan rudal-rudal NATO disepanjang perbatasan dengan Rusia dan
memunculkan sebuah aliansi militer di perbatasan Rusia bisa dilihat sebagai
ancaman langsung bagi kepentingan Rusia di Eropa Timur.
Kepentingan Ideologi
Peranan ideologi dalam politik internasional atau tingkat pengaruh
ideologi pada perumusan politik luar negeri serta segala akibatnya bagi politik
38
http://www.voaindonesia.com/content/parlemen-ukraina-hapus-status-non blok/2571716.html . Diakses tanggal 25 Desember 2015.
internasional dianggap semakin penting. Hal ini dapat dilihat dengan
dilakukannya perumusan ideologi dalam politik dunia.
Ideologi sendiri menjadi sumber anggapan dasar bagi kepentingan
nasional dalam sasaran jangka panjang. Setiap negara cenderung untuk tetap
memegang teguh ideologinya. Seperti Rusia dan Uni Eropa yang memegang
teguh masing-masing ideologinya. Pasca runtuhnya Uni Soviet, terbentuk dua
pusat pengaruh pada Benua Eropa. Rusia hadir dengan membawa idelogi
sosisalisme / komunisme39 dengan sistem persamaan dan Uni Eropa dengan
ideologi demokrasi / kapitalisme40 dengan sistem keterbukaan.
Rusia dan Uni Eropa telah menerapkan negara-negara Eropa Timur ini
berbeda secara fundamental. Uni Eropa berusaha menyebarluaskan ideologi
demokrasi dengan menyerap negara-negara wilayah timur untuk menjadi anggota
Uni Eropa dengan program perluasan wilayah timur. Uni Eropa memandang
wilayah timur masih kental dengan pengaruh Rusia (Sosialisme). Uni Eropa ingin
pengaruh sosialisme menghilang di kawasan Eropa.
Sementara itu, Rusia berusaha membendung pengaruh ideologi demokrasi/
kapitalis sekaligus menyebarluaskan ideologi sosialisme melalui organsiasi
bentukan Rusia seperti CSTO(Collective Security Treaty Organization)41 adalah
sebuah organisasi kerjasama militer yang mencakup beberapa negara di kawasan
39
Fahrurrodji, A “Rusia Baru Menuju Demokrasi”.Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. hal
- 40
McMurty, John. The Cancer Stage of Capitalism. London. pluto press. 2009. hlm 201. 41
Obydenkova, Anastassia "Comparative regionalism: Eurasian cooperation and European
integration. The case for neofunctionalism?" (PDF). Journal of Eurasian Studies . Vol 2 / No 2. 2014 hal
Eropa Timur. Organisasi ini sudah terbentuk sejak tahun 1992, dan beberapa
negara anggotanya antara lain Rusia, Tajikistan, Armenia, Belarusia, dan
Kazakstan. dan Uni Eurasia42, Uni Eurasia adalah uni kerjasama ekonomi yang
ditandatangani oleh pemimpin negara Rusia, Kazakhstan, dan Belarus pada
tanggal 29 Mei 2014. Uni ini akan mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari
2015 jika perjanjian ini disetujui oleh parlemen ketiga negara. Sebelumnya, uni ini
merupakan rencana bagi Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Rusia, Tajikistan dan
negara pasca-Soviet lainnya untuk memperkuat integrasi ekonomi dan politik
masing-masing negara menjadi sebuah persatuan supranasional.
Dalam organisasi yang di gagas oleh Rusia tersebut, Rusia berusaha
mengintegrasikan kembali negara-negara bekas pecahan Soviet untuk
mengimbangi pengaruh Uni Eropa di kawasan Eropa terutama wilayah Timur
Eropa. Rusia menanggapi negatif kebijakan Eropa mengenai program kemitraan
timur Uni Eropa. Rusia memandang wilayah Timur terutama negara-negara bekas
pecahan Uni Soviet sebagai zona kepentingan bagi Rusia.
Keinginan Ukraina untuk masuk keanggotaan Uni Eropa, akan membuat
Rusia semakin kehilangan pengaruhnya di negara-negara bekas Soviet. Ukraina
sebagai tetangga terdekat Rusia akan sangat berpengaruh bagi penyebaran
ideologi kapitalis Uni Eropa. Jika Ukraina terserap dalam Uni Eropa, maka Barat
telah mempersempit ruang gerak Rusia dan membuat Rusia semakin terisolir di
tengah-tengah negara yang berbeda ideologi dengannya. Oleh karena itu, Rusia
42
Russia, Kazakhstan, Belarus Sign Treaty Creating Huge Economic Bloc". Time.com. Diakses tanggal 25 Desember 2015
berusaha mempertahankan pengaruhnya di Ukraina, agar Ukraina tidak jatuh ke
tangan Barat.
Kepentingan Politik
Pada tahun 2005, dibawah pemerintahan Presiden Viktor Yushchenko
mereformasi konstitusi baru menggantikan konstitusi 1996. Dengan di
amandemenkannya konstitusi baru tersebut, Ukraina berganti dari republik
presidensial menjadi republik parlementer. Perubahan tersebut telah mengganti
rezim pro Rusia yang otoriter, yang berlangsung selama masa pemerintahan
Leonid Kuchma.
Viktor Yushchenko setuju untuk berintegrasi dengan lembaga-lembaga
Barat seperti Uni Eropa. Hal tersebut akan membantu Ukraina dalam proses
transisi menjadi negara yang lebih demokratis. Rusia telah mendukung kubu
rezim otoriter di negara-negara tetangga termasuk Ukraina. Rusia menentang
demonstrasi yang diarahkan terhadap penguasa otoriter.
Pemerintah Rusia juga menentang munculnya pemerintahan yang benar-
benar demokratis di Ukraina dengan lembaga-lembaga demokrasi yang kuat dan
mengadopsi model politik Eropa yang akan merusak keamanan rezim politik
Rusia. Rusia dapat menerima pemerintah Ukraina selama itu tidak menawarkan
perubahan terhadap hubungan Rusia dan Ukraina43, memodernisasi aspek politik
sesuai dengan standar Eropa, dan akibatnya kebijakan luar negeri menjadi pro
Barat.
43
Fahrurrodji, A. Ibid. hal. 138.
Oleh karena itu Rusia berusaha mengembalikan penguasa di Ukraina yang
pro Rusia dan menciptakan politik yang otoriter, korup, politik yang tidak stabil
dan didominasi oleh Rusia44. Setidaknya dengan penciptaan politik seperti itu
akan membuat Ukraina berada di luar orbit Uni Eropa dan berada dalam lingkup
Rusia. Hal tersebut juga akan menghambat rencana Ukraina untuk menjadi
anggota Uni Eropa karena Ukraina harus kembali melakukan reformasi sesuai
dengan politik model Eropa (Demokrasi). Untuk memperoleh penjelasan yang
lebih komprehensif maka analisis tentang upaya pencegahan Rusia terhadap
rencana Ukraina menjadi anggota Uni Eropa akan penulis dijelaskan dengan
menggunakan konsep Diplomasi sumber daya melalui instrumen gas serta konsep
Power melalui instrumen kapabilitas militer.
Penggunaan Instrumen Gas Pada Tahun 2005-
Viktor Yushcenko berencana membawa Ukraina dalam keanggotaan Uni
Eropa dan masuk dalam beberapa perundingan atas kesepakatan kemitraan dengan
Uni Eropa. Hal ini tentu saja mendapat kecaman dari Rusia karena akan merusak
kepentingan Rusia di Ukraina. Atas tindakan Ukraina tersebut, Rusia pun
membalas aksi tersebut dengan melakukan penekanan terhadap Ukraina melalui
ketergantungan gas Ukraina terhadap Rusia45.
Pada tahun 2005, Rusia menaikkan harga gas untuk Ukraina tanpa ada
pemberitahuan sebelumnya terhadap negara tersebut. Sebelumnya Ukraina
mendapatkan harga murah dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya.
44
Fahrurrodji, A. Ibid. 45
Natural gas dilemma in Ukraine, Energy Bulletin, . Diakses tanggal 25 Desember 2015..
Harga gas untuk Ukraina pada saat itu adalah US$ 50 per 1.000 meter kubik
sedangkan harga untuk pasar negara-negara Eropa sebesar US$ 240 per 1.000
meter kubik. Rusia menaikkan harga gas untuk Ukraina hampir lima kali lipat dari
harga sebelumnya. Kenaikan tersebut yaitu sebesar US$ 230 per 1.000 meter
kubik hampir mencapai harga gas untuk negara-negara Eropa. Kenaikan harga gas
untuk Ukraina yang hampir mencapai lima kali lipat, telah memberikan pukulan
keras bagi Ukraina yang tergantung pada gas Rusia46.
Semenjak Ukraina diberlakukan harga gas baru, negara tersebut sering kali
menunda pembayaran dan tidak melakukan pembayaran sepenuhnya. Akibat hal
tersebut, utang Ukraina terhadap perusahaan gas Rusia terus meningkat.
Sebenarnya kenaikan harga tersebut merupakan isyarat bagi Ukraina akibat dari
kedekatan hubungannya dengan Eropa. Namun isyarat tersebut tidak diperdulikan
Ukraina. Ukraina tetap menjalin hubungan dengan Uni Eropa dan tetap berencana
untuk keanggotaannya di Uni Eropa.
Tindakan Rusia untuk melakukan tekanan terhadap ekonomi Ukraina
ternyata tidak terhenti sampai disitu. Dari tahun 2007 hingga 2008 Rusia dan
Ukraina sering kali bersitegang mengenai gas yang dialirkan untuk Ukraina. Pada
November 2008, Rusia menuntut Ukraina membayar secepatnya utang gas
sebesar 2,4 milliar dollar AS.
Pada tanggal 30 Desember 2008, Ukraina mengatakan telah membayar 1,5
milliar dollar AS, yang dikatakannya mencakup seluruh utang untuk gas yang
46
Mashall I Goldman, “Putin, Power, and the New Russia: Petrostate” The Wall Street Journal.2010. hlm 102.
dikirim pada November dan Desember 2008. Masalah itu belum selesai, Rusia
juga menagih denda mengenai telat dalam pembayaran gas kepada perusahaan gas
milik Rusia. Gazprom kembali mengancam akan menghentikan pengirimannya
pada 1 Januari 2009 apabila Ukraina tidak melunasi sisa utang tersebut. Pada
tahun 2009, Rusia kembali menaikkan harga gas untuk Ukraina sebesar US$ 450
per 1.000 meter kubik, Ukraina menolak harga tersebut dan mengusulkan harga
US$ 250 per 1.000 meter kubik. Dalam hal ini Ukraina dan Rusia tidak mencapai
kesepakatan mengenai harga gas untuk tahun 2009. Sehingga pada tanggal 1
Januari 2009, Rusia menghentikan pengiriman gas nya untuk Ukraina dengan
alasan tidak tercapainya kesepakatan mengenai harga gas yang baru.
Pada tanggal 3 Januari 2009, negara-negara anggota Uni Eropa di Eropa
Tengah dan Timur melaporkan bahwa mereka mengalami penurunan dalam
pasokan gas Rusia. Rusia dan Ukraina saling menyalahkan untuk penurunan itu.
Ukraina menuduh Rusia telah mengurangi pasokan gas. Sedangkan dari pihak
Rusia sendiri mengatakan bahwa Ukraina telah mencuri sejumlah gas yang
seharusnya dialirkan untuk negara-negara Eropa. Tekanan yang diberikan Rusia
terhadap Ukraina melalui energi gasnya ternyata cukup berhasil. Konflik yang
berlarut-larut tersebut telah membuat kecemasan dan rasa tidak percaya dari
rakyat Ukraina terhadap kepemimpian presiden Viktor Yushchenko.
Presiden Viktor Yushchenko yang mendapat kepercayaan dari rakyat
Ukraina untuk memperbaiki sendi-sendi perekonomian dan perpolitikan di
Ukraina malah membuatnya semakin terpuruk akibat krisis gas. Tekanan tersebut
telah mempengaruhi perpolitikan di Ukraina yang pada akhirnya Rusia berhasil
membawa Ukraina dalam pangkuannya melalui kemenangan Viktor Yanukovich
dalam pemilu 2010. Rakyat Ukraina percaya bahwa dengan memiliki hubungan
baik dengan Rusia akan menjamin stabilitas dalam pemenuhan energi di negara
itu. Kemenangan Viktor Yanukovich pada pemilu 2010 di Ukraina telah
membawa perubahan besar dalam hubungannya dengan Rusia. Ukraina dan Rusia
menormalisasi kembali hubungan kedua negara yang pada pemerintahan
sebelumnya mengalami kebuntuan. Viktor Yanukovich yang pro Rusia, membuat
Rusia tidak perlu menggunakan gasnya sebagai tekanan dan ancaman. Rusia lebih
menggunakan cara-cara halus dalam upayanya mempengaruhi pemerintahan
tersebut.
Pada tanggal 21 April 2010 Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian
bersejarah. Dalam perjanjian tersebut Ukraina mendapatakan diskon gas sebesar
30% selama 10 tahun dan harga gas menjadi US$ 280 per 1.000 meter kubik.
Dibandingkan dengan sebelumnya, harga gas Ukraina hampir mencapai harga
negara-negara Eropa. Sebagai imbalannya, Rusia memperpanjang sewa Armada
Laut Hitam di Sevastopol dengan tambahan 25 tahun yang dihitung dari tahun
017. Padahal dalam kepemimpinan sebelumnya, Ukraina enggan untuk
memperpanjang masa kontrak sewa Sevastopol untuk Rusia.
Kesepakatan tersebut menjadi pro kontra di kalangan parlemen Ukraina.
Pihak oposisi Ukraina mengatakan bahwa perjanjian tersebut telah melanggar
kepentingan nasional Ukraina. Namun Viktor Yanukovich membela keputusannya
tersebut dan mengatakan bahwa harga gas tersebut dapat membantu menstabilkan
anggaran negara. Namun mungkin faktor ekonomi lebih penting dari pada
pertimbangan politik sehingga tanpa pertimbangan dari kubu oposisi,
Yanukovych mengambil keputusan secara sepihak.
Pada tanggal 21 November 2013 presiden Ukraina Viktor Yanukovich
mengumumkan Ukraina tidak akan melanjutkan pembahasan perjanjian kerjasama
dengan Uni Eropa dan menolak menandatangani perjanjian asosiasi Uni Eropa
dan lebih memperarat hubungannya dengan Rusia dan memilih Uni Eurasia
sebagai blok dagang yang didirikan oleh Rusia. Perjanjian kerjasama Ukraina dan
Uni Eropa sudah disiapkan sejak lama yaitu pada masa pemerintahan Presiden
Viktor Yushchenko. Pembahasan perjanjian asosiasi tersebut sebenarnya
merupakan kelanjutan dari upaya yang dilakukan oleh Viktor Yushchenko
sebelumnya untuk menjadi anggota Uni Eropa.
Dalam hal ini, Rusia berhasil mempengaruhi keputusan presiden Viktor
Yanukovych untuk menolak perjanjian tersebut yang mengarah pada keanggotan
Uni Eropa. Rusia berhasil memberi tawaran yang menggiurkan untuk kepentingan
Ukraina. Rusia berkomitmen segera melakukan investasi sebanyak puluhan miliar
USD pada Ukraina dan akan memberikan harga gas di bawah harga pasar Eropa.
Selain itu, Ukraina mendapatkan dana dari Rusia sebesar US$ 15 miliar atau
setara Rp 250 triliun bagi Ukraina serta memangkas harga gas untuk Ukraina,
untuk sementara waktu menjadi US$ 268,5 per 1.000 meter kubik.
Ukraina sangat membutuhkan kredit asing untuk membayar utang.
Ukraina perlu meminjam setidaknya US$ 10 miliar untuk menghindari gagal
bayar. Sebenarnya ada beberapa pemberi pinjaman yang bersedia menalangi salah
satunya adalah Uni Eropa, namun dana yang ditawarkan Eropa masih kurang,
hanya Moskow yang menawarkan dukungan keuangan pada skala yang
diperlukan untuk kebutuhan Ukraina. Upaya Rusia dalam mencegah rencana
Ukraina masuk dalam keanggotaan Uni Eropa dinilai cukup berhasil. Rusia
berhasil memberikan pilihan yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
kepentingan Ukraina dibandingkan dengan Uni Eropa. Sehingga Ukraina pun
menolak perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa dan lebih memilih tawaran
Rusia.
Namun keberhasilan dari upaya Rusia tersebut tidak berlangsung lama.
Setelah penolakan Viktor Yanukovich pada tanggal 21 November 2013 lalu, aksi
protes pun bermunculan di Ukraina akibat penolakan Viktor Yanukovych untuk
menandatangani perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa. Akibat dari
keputusannya menjauhi Uni Eropa, situasi di Ukraina menjadi lebih sulit
dikontrol47. Hal tersebut menyebabkan Viktor Yanukovych terguling dari kursi
kepresidenannya pada Februari 2014. Setelah Viktor Yanukovych terguling,
Ukraina segera menunjuk Olexander Turchnyov sebagai presiden sementara di
Ukraina Karena tidak memungkinkan menggelar pemilu presiden pada saat itu
terkait dengan kondisi Ukraina yang mengalami pergejolakan. Setelah terpilih
menjadi presiden sementara, Olexander Turchnyov menyatakan akan melanjutkan
kesepakatan dengan Uni Eropa yang sempat tertunda karena pada presiden
sebelumnya kesepakatan tersebut di tolak oleh Viktor Yanukovych. Kebijakan
47
http://www.dw.com/id/warga-ukraina-protes-kebijakan-pemerintah-jauhi-eropa/a. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
Ukraina yang akan melanjutkan kesepakatan dengan Uni Eropa membuat Rusia
geram, karena upaya yang dilakukan Rusia sebelumnya menjadi sia-sia.
Penggunaan Instrumen Gas dan Instrumen Kapabilitas Militer
Pada Tahun 2014
Dari tahun 1992 sampai 1994 bahkan sampai saat ini, beberapa gerakan
politik Rusia mencoba memisahkan Krimea dari Ukraina48. Pemilu kedaerahan
tahun 1994 mewakili titik tinggi bagi faksi politik pro Rusia di Krimea. Namun
pemilu ini hadir pada sebuah waktu yang sulit bagi orang-orang Krimea yang
ingin bergabung lagi dengan Rusia, sebab pemerintahan Rusia sedang terlibat
politik pendekatan dengan dunia Barat, dan pemerintahan Ukraina bertekad bulat
membela kedaulatannya. Faktor-faktor ini memungkinkan pihak berwenang
Ukraina untuk menghapuskan kepresidenan dan konstitusi Krimea pada tahun
, tanpa campur tangan atau protes berarti dari negara jiran Rusia di sebelah
timur. Sesudah itu, gerakan pro Rusia sebagian besar menyusut, dan pada tahun
1998, kaum separatis kalah dalam pemilu Majelis Tertinggi Krimea. Pada
dasawarsa 2000-an, ketika ketegangan antara Rusia dan beberapa tetangganya
meningkat, kemungkinan terjadinya konflik Rusia-Ukraina mengenai Krimea pun
ikut meningkat.
Sebuah laporan Council on Foreign Relations yang diterbitkan pada tahun
2009 mengutarakan sebuah skenario di mana Rusia bisa saja mengintervensi di
Krimea untuk "melindungi sesama warga Rusia", kemungkinan dengan dukungan
48
Pro-Russian rally in Crimea decries Kiev ‘bandits’, The Washington Post . Diakses tanggal 25 Desember 2015.
suku bangsa Tatar Krimea. Gerakan Euromaidan (gerakan pemberontakan)
bermula pada akhir bulan November 2013 dengan unjuk rasa di Kiev melawan
Presiden Viktor Yanukovych, yang memenangi pemilihan presiden 2010 di
Ukraina dengan dukungan kuat dari Republik Otonom Krimea dan Ukraina
bagian selatan serta timur. Pemerintahan Krimea sangat mendukung Yanukovych
dan mengecam keras aksi unjuk rasa: "Mereka mengancam kestabilan politik
negara". Dewan Tertinggi Krimea mendukung keputusan Pemerintahan Azarov
dalam menunda negosiasi Kesepakatan Asosiasi Ukraine-Uni Eropa dan
mendesak warga Krimea untuk "menguatkan tali persahabatan dengan daerah-
daerah Rusia".
Pada tanggal 4 Februari 2014, Presidium Majelis Tertinggi Krimea
mempertimbangkan untuk mengadakan sebuah referendum mengenai status
semenanjung ini, dan meminta pemerintahan Rusia untuk menjamin pemilihan
yang akan berjalan. Dinas intelijen Ukraina menanggapinya dengan memulai
sebuah kasus kriminal untuk menyelidiki kemungkinan "subversi" keutuhan
wilayah Ukraina.
Protes Euromaidan memuncak pada bulan Februari 2014, dan
Yanukovych bersama banyak menterinya melarikan diri dari ibukota. Setelah
faksi-faksi oposisi dan pembelot dari partai-partai di daerah-daerah pimpinan
Yanukovych menggalang sebuah kuorum parlemen di Verkhovna Rada, pada
tanggal 22 Februari badan legislatif nasional ini memilih untuk mencopot Viktor
Yanukovich dari jabatannya dengan alasan bahwa ia tidak bisa melaksanakan
tugas-tugasnya, meskipun kuorum badan legislatif ini saat itu kurang dari tiga
perempat jumlah total kursi anggota parlemennya yang diperlukan sesuai
konstitusi yang berlaku saat itu. Mengenai hal ini, Rada juga memilih untuk
menghapus pembatasan ini. Keputusan ini dianggap sebagai kudeta oleh banyak
orang di Ukraina dan Rusia, meskipun hal ini di dunia internasional diakui secara
luas.
Revolusi Ukraina di tahun 2014 ini melawan Presiden Yanukovich
memicu sebuah krisis politik di Krimea yang awalnya bermula dengan unjuk rasa
menentang pemerintahan pusat yang baru, tetapi segera bereskalasi berkat
dukungan Rusia yang terang-terangan terhadap kaum separatis, sebuah keadaan
yang tidak ada dalam 20 tahun sebelumnya.
Pada tanggal 27 Februari, pasukan yang tidak dikenal dan diduga keras
sebagai para komando Rusia merebut gedung Dewan Tertinggi Krimea (DPRD)
dan gedung-gedung kementerian lainnya di Simferopol. bendera-bendera Rusia
lalu dinaikkan ke atas gedung-gedung ini, lalu barikade-barikade didirikan di
luarnya. Sementara pasukan tidak dikenal ini masih menduduki gedung-gedung
pemerintahan di Simferopol, Dewan Tertinggi Krimea membubarkan
pemerintahan, lalu melalui rapat memilih Sergey Aksyonov, ketua Partai
Persatuan Rusia yang merupakan partai minoritas, sebagai Perdana Menteri
Krimea. Pengangkatan ini dianggap cacat hukum oleh pemerintah Ukraina. Baik
Aksyonov maupun ketua parlemen, Vladimir Konstantinov, menyatakan bahwa
mereka menganggap Viktor Yanukovych sebagai presiden Ukraina secara de jure,
dan mereka bisa meminta bantuan Rusia melaluinya.
Pada hari yang sama, semakin banyak pasukan dengan seragam yang tak
ditandai mendirikan pos penjagaan keamanan di Tanah Genting Perekop dan
Semenanjung Chongar yang memisahkan Krimea dari daratan Ukraina. Kali ini
mereka dibantu oleh Berkut, polisi anti huru-hara Krimea. Dalam waktu beberapa
jam saja, Ukraina hubungannya diputus secara efektif dari Krimea. Pada tanggal 1
Maret 2014, Aksyonov mendeklarasikan bahwa pihak berwenang de facto Krimea
baru akan memerintah wewenangnya di semua markas militer Ukraina di
semenanjung Krimea. Ia juga meminta Presiden Rusia, Vladimir Putin,
pendukung utama Yanukovych secara internasional dan penjaminnya, untuk
"membantu menjamin kedamaian dan ketertiban umum" di Krimea Presiden Putin
segera mendapatkan otorisasi dari Dewan Federasi Rusia untuk memerintahkan
sebuah intervensi Rusia di Ukraina pada tahun 2014 tersebut "sampai normalisasi
suasana sosio-politik negara itu". Gerakan militer Putin yang cepat mengakibatkan
protes dari para intelektual, dan demonstrasi-demonstrasi terjadi di Moskwa
menentang kampanye militer Rusia di Krimea.
Pada tanggal 2 Maret 2014, pasukan Rusia bergerak dari markas Angkatan
Laut di Sevastopol, dan dengan dibantu pasukan, kendaraan lapis baja, dan
helikopter dari daratan Rusia, berhasil menguasai Semenanjung Krimea.Pasukan
Rusia bergerak di Krimea tanpa menggunakan tanda pengenal. Walau banyak
media yang melaporkannya dan ada pernyataan-pernyataan dari pemerintah
Ukraina dan asing yang menyebut pasukan-pasukan ini sebagai tentara Rusia,
pihak berwenang Rusia membantahnya dan mengeklaim bahwa mereka adalah
"satuan-satuan bela diri", maka pemerintah Rusia tidak punya wewenang atas
mereka.
Bahkan sampai tanggal 17 April, Menteri Luar Negeri Rusia, Lavrov,
masih menyatakan bahwa tidak ada pasukan cadangan Angkatan Bersenjata Rusia
yang berada di wilayah Krimea. Namun pada akhirnya pihak berwenang Rusia
mengakui keberadaan pasukan mereka. Pada tanggal 17 April 2014, Putin
mengaku bahwa militer Rusia mendukung milisi separatis Krimea, dengan berkata
bahwa intervensi Rusia diperlukan "untuk memastikan suasana yang layak bagi
rakyat Krimea agar dapat mengutarakan keinginan mereka, Menteri Pertahanan
Rusia, Sergey Shoygu, menyatakan bahwa aksi-aksi militer Rusia di Krimea
dilaksanakan oleh pasukan-pasukan dari Armada Laut Hitam49, dan bisa
dibenarkan karena adanya "ancaman terhadap kehidupan warga Krimea" dan
"bahaya disitanya prasarana militer Rusia oleh kaum ekstrimis Ukraina50. Rusia
melanggar perjanjian mengenai penempatan markas besar Armada Laut Hitam-
nya di Sevastopol\ dan dengan demikian melanggar kedaulatan Ukraina.
Amerika Serikat dan Britania Raya juga menuduh Rusia melanggar pasal-
pasal Memorandum Budapes mengenai Jaminan Keamanan, di mana Rusia, AS,
dan Britania Raya telah menekankan kewajiban mereka untuk berpantang
menggunakan kekerasan atau melanggar kedaulatan wilayah atau mengancam
kemerdekaan Ukraina, ]Pemerintah Rusia menyatakan bahwa Memorandum
Budapes ini tidak menyangkut "proses internal yang rumit" di Krimea
49
Charles King, The Black Sea: A History, oxford. Oxford University Press, 2004. hlm 123. 50
http://www.dw.com/id/krimea-jadi-benteng-militer-rusia/a- . Diakses tanggal 25 Desember 2015.
Pada periode 2014, Rusia tidak hanya menggunakan gasnya sebagai alat
untuk menekan dan mengancam pemerintahan di Ukraina. Rusia juga
menggunakan Powernya di wilayah Ukraina. Dengan alasan melindungi etnis
Rusia yang sedang bentrok dengan pasukan pemerintahan Ukraina di wilayah
Ukraina Timur, Rusia menggerakan militernya di Ukraina Timur dan membantu
mempersenjatai para pemberontak yang melawan pasukan pemerintahan.
Rusia mengerahkan 150 ribu tentara, 880 tank, 210 pesawat dan 80 kapal
perang untuk ikut ambil bagian dalam sebuah latihan di wilayah semenanjung
Krimea51. Banyak pihak menduga, Rusia akan ikut campur dalam konflik di
Ukraina Namun, dugaan tersebut dibantah oleh Menteri Pertahanan Rusia. Rusia
menegaskan bahwa latihan tersebut tidak berkaitan dengan krisis yang tengah
terjadi di Ukraina. Rusia beralasan, latihan hanya bertujuan untuk menguji
kesiapan militer dalam menghadapi kemungkinan ancaman keamanan negara
yang berada diperbatasannya. Namun kenyataan dilapangan berbeda dengan
pernyataan yang di sampaikan oleh Menteri Pertahanan Rusia.
Pasukan militer Rusia membantu para pemberontak yang ada di Ukraina
Timur dengan memberi persenjataan dan alat berat militer kepada pemberontak
yang digunakan untuk melawan pasukan Ukraina. Pasukan Rusia dan
pemberontak berhasil menguasai tempat-tempat penting di Krimea seperti
bangunan parlemen, bandara, gedung televisi negara, pusat telekomunikasi, serta
51
http://www.suara.com/news/2014/02/27/175654/kerahkan-150-ribu-tentara-dan-880-tank-rusia-siap-serang-ukraina. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
bangunan pemerintahan dan pangkalan militer di Krimea52. Krimea hilang kontrol
dari kuasa Ukraina dan sepenuhnya dikuasai oleh para pemberontak. Pada tanggal
16 Maret 2014, krimea melaksanakan Referendum untuk memisahkan diri dari
Ukraina. Dari hasil pemungutan suara 95,5 persen pemilih di krimea memilih
untuk bergabung dengan Rusia. Dan pada tanggal 21 Maret 2014 krimea resmi
menjadi wilayah Rusia setelah dilakukannya ratifikasi penggabungan Krimea
dalam wilayah Rusia.
Krimea yang menjadi pangkalan militer armada laut hitam dan akses
penting bagi tentara Rusia sangat diprioritaskan untuk dilindungi53. Merdekanya
wilayah Krimea dari Ukraina dan menjadi bagian dari Rusia merupakan pukulan
telak bagi Ukraina karena menolak beraliansi dengannya dan memilih jalan untuk
menjadi anggota Uni Eropa. Kini Rusia tak perlu lagi menyewa pangkalan militer
di Krimea dengan Ukraina. Karena kini Krimea berada dalam federasi Rusia. Tak
hanya Krimea, pasukan militer Rusia juga membantu wilayah Ukraina Timur
lainnya seperti Donetsk, Lugansk, dan Kharkiv yang sedang mengalami kontak
senjata antara pemberontak pro Rusia dengan pasukan pemerintahan Ukraina.
Bersamaan dengan penggunaan militer Rusia.
Rusia juga kembali menggunakan tekanan gas yang memicu kembali
sengketa gas terhadap kedua negara tersebut. Mulai April 2014 Rusia
memutuskan untuk mengakhiri diskon gas untuk Ukraina dan memberikan harga
52
http://www.kiblat.net/2014/04/17/milis -bersenjata-pro-rusia-kuasai-kota-kota-di-ukraina. Diakses tanggal 25 Desember 2015. 53
http://indonesia.rbth.com/technology/2014/12/26/pangkalan_militer_rusia_di_krimea_telah_beroperasi . Diakses tanggal 25 Desember 2015.
US$ 485 per 1.000 meter kubik. Sebelumnya Rusia memberikan diskon gas pada
Ukraina sehingga harga gas tersebut menjadi US$ 280 per 1.000 meter kubik gas.
Potongan harga impor gas tersebut merupakan bagian dari mekanisme dukungan
Rusia untuk Ukraina menyusul keputusan pemerintahan presiden Viktor
Yanukovych pada November lalu yang membatalkan rencana kerja sama dengan
Uni Eropa dan lebih memilih Rusia.
Rusia juga menuntut pembayaran hutang kepada Ukraina yang mulai
menumpuk54. Ukraina berutang US$ 1,5 miliar terhadap pasokan gas dari Rusia
pada November dan Desember tahun 2013, serta US$ 3 miliar untuk pasokan
April dan Mei tahun 2014. Rusia menuntut Ukraina agar segera melunasi
hutangnya dan memberi batasan waktu dalam pembayarannya. Apabila Ukraina
tidak bisa membayar hutangnya maka Rusia hanya akan menyalurkan gas tersebut
dengan pembayaran dimuka. Rusia tidak akan melakukan perundingan harga gas
yang masih menjadi sengketa apabila Ukraina tidak dapat membayar hutangnya
dalam batasan waktu yang telah diberikan oleh Rusia. Tuntutan Rusia tersebut
tidak dapat dipenuhi Ukraina hingga lewat batas waktu. Rusia pun menghentikan
penyaluran gas nya untuk Ukraina mulai dari Juli 2014.
Rusia juga menyatakan bahwa hutang gas Ukraina mencapai US$ 4,5
miliar atau sekitar Rp53 triliun selama periode 2013 dan 2014. Sepanjang tahun
2014 Ukraina mengalami tekanan yang cukup berat yang diberikan dari Rusia.
Mulai dari penggunaan militer di timur Ukraina, harga gas yang naik secara
54
http://internasional.kompas.com/read/2014/05/28/2006573/Utang.Gas.Ukraina.Kian.Bertumpuk. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
sepihak, utang Ukraina yang semakin menumpuk, penghentian pengiriman gas,
hingga lepasnya Krimea dari kedaulatan Ukraina. Tekanan yang diberikan
ternyata cukup berpengaruh dalam upayanya menjadi anggota Uni Eropa. Ukraina
dan Uni Eropa yang sebelumnya telah menyepakati perdagangan bebas, terpaksa
harus ditunda terkait kondisi Ukraina yang sedang bergejolak. Sehingga dalam hal
ini perdagangan bebas Ukraina dan Uni Eropa harus ditunda hingga
berlangsungnya perdamaian di Ukraina Timur. Rusia masih memiliki peluang
untuk mencegah negara tersebut masuk menjadi anggota Uni Eropa.
Rusia kembali dapat mempengaruhi perpolitikan negara tersebut dalam
pemilu selanjutnya dengan menempatkan orang-orangnya didalam pemilu
Ukraina. Seperti yang dilakukan sebelumnya pada pemilu 2010 dimana Rusia
berhasil membawa Ukraina kembali dalam pangkuannya dengan menolak
kesepakatan Uni Eropa dan memilih Rusia dalam hubungan kemitraan yang
utama.
B. Klaim dua Negara Terhadap Krimea.
Setelah resolusi PBB di tetapkan dan menghasilkan keputusan melalui
voting dimana referendum Krimea tidak sah dan wilayah tersebut masih menjadi
bagian dari negara Ukraina55.
Menteri luar negeri Ukraina Andriy Deshchytsia mengaku lega karena
banyak negara mendukung resolusi tersebut56. Tujuan dokumen ini adalah untuk
55
"U.N. General Assembly Affirms Ukraine's Territorial Integrity, Calls The World Community Not
To Recognise Change Of Crimea's Status". Ukrainian News Agency. 2014. Diakses tanggal 25 Desember 2015
memperkuat prinsip PBB ketika sedang diguncang tantangan, Andriy
Deshchytsia mengatakan bahwa resolusi itu adalah tentang menghormati
integritas territorial dan tidak menggunakan serangan untuk menyelesaikan
sengketa. Ini mengandung pesan penting bahwa masyarakat internasional tidak
akan membiarkan apa yang telah terjadi di Crimea terjadi kembali di masa depan.
Aturan kita berbasis kerangka kerja internasional dan Ukraina masih menganggap
Republik Otonom Krimea dan Sevastopol sebagai bagian administratif Ukraina
yang berada di bawah teritori dan hukum Ukraina.
Lain halnya dengan Rusia, Duta Besar PBB untuk Rusia Vitaly Churkin
mendesak negara-negara untuk mendukung apa yang dia katakan sebagai hak
penentuan nasib sendiri. Churkin mengatakan masyarakat Internasional sedianya
menghormati pilihan Crimea untuk menempatkan dirinya di bawah otoritas
Moskow57, parlemen Krimea dan Dewan Kota Sevastopol mengeluarkan surat
pernyataan merdeka secara unilateral dari Ukraina. Dokumen tersebut secara
spesifik menyebut Kosovo yang bisa merdeka dari Serbia dan di restui PBB58.
Atas alasan itu deklarasi ini dilakukan untuk mengesahkan referendum
mengenai status Krimea59. Melalui referendum ini, warga Krimea berhak memilih
apakah Krimea perlu bergabung dengan Rusia sebagai subjek federal Federasi
56
United Nations Information Centre Jakarta: United Nations Security Council action on Crimea referendum blocked : jakarta 2014. Diakses tanggal 25 Desember 2015. 57
http://www.publicapos.com/dunia/6683-rusia-punya-alasan-kuat-klaim-crimea. Diakses
tanggal 25 Desember 2015 58
Kosovo receives Free and Equal status for Freedom of Thought 2013 . InterFaithKosovo. Diakses tanggal 25 Desember 2015. 59
Braden Goyette (2014- - . "Crimea Referendum Vote On Joining Russia Scheduled For March 16". Huffingtonpost.com. diakses tanggal 25 Desember 2015.
Rusia atau tetap menjadi bagian dari Ukraina dan hasilnya warga Krimea
mayoritas memilih keluar dari Ukraina sebagai negara induk.
Rusia tidak bisa menolak untuk mendukung hak mereka menentukan nasib
sendiri dalam memenuhi aspirasi lama mereka, Diakhir pemungutan suara,
Churkin mengatakan hasil voting sebagai kemenangan moral bagi diplomasi
Rusia. Setidaknya, hampir setengah dari anggota PBB menolak mendukung
resolusi. Beberapa diplomat mengatakan, banyak negara bersimpati pada Rusia
sehingga memilih abstain, sementara lainnya disebut takut Rusia akan marah.
Israel, Iran, Serbia dan beberapa negara bekas negara Soviet di Asia Tengah
seperti Tajikistan dan Kirgistan dilaporkan tak mengambil bagian dalam
pemungutan suara. Apapun keputusan dalam resolusi PBB Rusia tetap akan
melindungi Krimea dari negara lain karena Krimea ingin menentukan nasibnya
sendiri.
Duta Besar AS Samantha Power mengatakan semua negara mendukung
gagasan penentuan nasib sendiri, tetapi Rusia telah menggunakan militernya
untuk mencaplok secara paksa Crimea. Pemaksaan tidak bisa disebut menentukan
nasib diri,
C. Penyebab Konflik
Dalam konflik Ukraina dan Rusia ini Simon Fisher mengatakan setiap
manusia memiliki nilai-nilai yang memandu fikiran dan prilaku, nilai-nilai
tersebut memotivasi manusia untuk menolak dan mengambil tindakan tertentu60,
Penyebab konflik antara Rusia dan Ukraina berawal dari penolakan
penandatanganan perdagangan bebas antara Uni Eropa dan Ukraina secara
sepihak yang dilakukan oleh Presiden Viktor Yanukovych dan lebih memilih
bekerja sama dengan Rusia. Apalagi Rusia memberikan potongan harga gas
terhadap Ukraina dan pinjaman sebesar USD 15 Milyar. Akan tetapi hal ini di
protes oleh rakyat Ukraina yang sudah terlanjur berharap untuk bisa bergabung
dengan Uni Eropa agar perekonomian negara tersebut bisa lebih baik.
Unjuk rasa yang dilakukan rakyat Ukraina tersebut meluas sampai
keseluruh penjuru negara dan berubah menjadi anarkis yang membuat Presiden
Viktor Yanukovych terguling dan di gantikan oleh Presiden sementara yang
bernama Olexander Turchnyov dan berencana melanjutkan kerjasama kembali
antara Uni Eropa dan Ukraina.
Hal ini membuat geram Rusia dalam usahanya menghambat Ukraina
menjadi anggota Uni Eropa selama ini menjadi sia-sia, akhirnya Rusia
mengintervensi Krimea yang sebelumnya diminta oleh Presiden Yanucovych
untuk mengamankan daerah tersebut yang notabene 60% adalah etnis Rusia61
yang menjadi tempat kemenangan terbesar Presiden tersebut dalam pemilihan
umum pada tahun 2010 yang lalu, pada tanggal 4 Februari 2014, Presidium
Majelis Tertinggi Krimea mempertimbangkan untuk mengadakan sebuah
60
Simon Fisher, dkk. Mengelola keterampilan dan strategi untuk bertindak , Jakarta: The British Council. 2000. hlm 4. 61
Hashem Said (2014- - . "Map: Russian language dominant in Crimea". Al Jazeera America. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
referendum mengenai status semenanjung ini, dan meminta pemerintahan Rusia
untuk menjamin pemilihan yang akan berjalan.
Revolusi Ukraina di tahun 201462 ini melawan Presiden Yanukovich
memicu sebuah krisis politik di Krimea dan segera bereskalasi berkat dukungan
Rusia yang terang-terangan terhadap kaum separatis, sebuah keadaan yang tidak
ada dalam 20 tahun sebelumnya, kemudian pasukan yang tidak dikenal dan
diduga keras sebagai para komando Rusia merebut gedung Dewan Tertinggi
Krimea (DPRD) dan gedung-gedung kementerian lainnya di Simferopol. bendera-
bendera Rusia lalu dinaikkan ke atas gedung-gedung ini, lalu barikade-barikade
didirikan di luarnya. Sementara pasukan tidak dikenal ini masih menduduki
gedung-gedung pemerintahan di Simferopol, Dewan Tertinggi Krimea
membubarkan pemerintahan, lalu melalui rapat memilih Sergey Aksyonov, ketua
Partai Persatuan Rusia yang merupakan partai minoritas, sebagai Perdana Menteri
Krimea. Pengangkatan ini dianggap cacat hukum oleh pemerintah Ukraina. Baik
Aksyonov maupun ketua parlemen, Vladimir Konstantinov, menyatakan bahwa
mereka menganggap Viktor Yanukovych sebagai presiden Ukraina secara de jure,
dan mereka bisa meminta bantuan Rusia melaluinya.
D. Krimea Dalam Pandangan Dunia Internasional (Amerika, Uni Eropa,
Persatuan Bangsa-Bangsa)
Setelah referendum Krimea dilaksanakan dan kemudian melepaskan diri
dari Ukraina sebagai negara induk dan memilih untuk menjadi bagian dari negara
62
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/03/revolusi-penuh-pergolakan-ukraina. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
sosialis Rusia secara sepihak, membuat negara lain di dunia terkejut, tidak
terkecuali negara super power seperti Amerika, Uni Eropa dan organisasi dunia
seperti PBB.
Tentang status Krimea yang diperdebatkan sejumlah pihak maka PBB
mempunyai pandangan lain, hal itu Berdasarkan Piagam PBB pasal 2 ayat 4 yang
berbunyi Segenap anggota dalam hubungan internasional, menjauhkan diri dari
tindakan mengancam atau menggunakan kekerasan terhadap integritas wilayah
atau kemerdekaan politik sesuatu negara lain atau dengan cara apapun yang
bertentangan dengan tujuan-tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB ini, menjelaskan bahwa setiap negara
anggota PBB dalam melakukan hubungan internasional dengan negara lain, tidak
diperbolehkan melakukan bentuk tindakan apapun yang dapat mengancam
terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik negara lain63.
Persamaan kedudukan negara berkaitan erat dengan kedaulatan.
Persamaan kedudukan negara ini identik dengan kemerdekaan (independence).
Kedua-duanya sama, yang berbeda hanya namanya saja. Dasar atau fakta lain
yang mendukung, Prinsip bahwa suatu Negara tidak boleh melaksanakan
kedaulatan (Jurisdiksinya) di dalam wilayah Negara lain yaitu64.
. Adanya phrase hukum: Par in parem non habet inperium, yang artinya
bahwa suatu negara yang berdaulat tidak dapat menjalankan Jurisdiksinya
terhadap negara berdaulat lainnya.
63
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
1996, hlm 64
Huala Adolf, ibid, hlm
. Adanya prinsip resiprositas (Reciprocity) dan komitas (Comity), yang
artinya bahwa jika suatu negara memberikan kekebalan kepada negara lain, maka
secara timbal balik (resiprositas dan komitas), negara tersebut akan memberi
kekebalan serupa kepada negara itu.
. Adanya fakta bahwa pada umumnya keputusan pengadilan suatu
negara memang tidak dapat dilaksanakan terhadap negara lainnya.
. Adanya fakta bahwa suatu negara yang mengizinkan negara lainnya
untuk memasuki wilayahnya, secara implisit telah memberikan kekebalan
terhadapnya.
. Adanya fakta bahwa pokok perkara yang menyangkut kebijakan suatu
pemerintah asing seharusnya tidak diselidiki oleh pengadilan-pengadilan negara
lain.
Prinsip bahwa suatu Negara tidak boleh melaksanakan kedaulatan
(Jurisdiksinya) di wilayah negara lain berkaitan erat dengan kewajiban dari suatu
negara. Menurut J.G. Starke, contoh-contoh dari tugas atau kewajiban yang
mengikat negara-negara adalah65.
. Kewajiban untuk tidak melakukan tindakan pelaksanaan kedaulatan
di wilayah negara lain;
. Kewajiban untuk menghindarkan dan mencegah agen-agen dan
warga-warga negara melakukan tindakan-tindakan yang merupakan suatu
pelanggaran terhadap kemerdekaan atau supremasi teritorial negara lain;
. Kewajiban untuk tidak mencampuri urusan-urusan negara-negara lain.
65
Starke, J.G., Pengantar Hukum Internasional: Edisi kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta, 1997, hlm
Komisi khusus PBB tentang Prinsip-Prinsip Hukum Internasional tentang
hubungan baik dan kerjasama antar negara (the United Nations Special Committee
on Principles of Internastional Law concerning Peaceful Relation and
cooperation among States), dalam tahun 1964 berhasil mencapai konsensus
tentang persamaan kedudukan negara-negara ini. Konsensus tersebut menetapkan
sebagai berikut66.
Semua negara menikmati persamaan kedaulatan. Sebagai subyek dari
Hukum Internasional mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
a. Negara secara yuridis mempunyai kedudukan yang sama
b. Setiap negara menikmati hak kedaulatan penuh yang melekat padanya;
c. Setiap negara mempunyai kewajiban untuk menghormati kepribadian
negara lain
d. Integritas teritorial dan kebebasan politik dari suatu negara tidak dapat
diganggu-gugat.
e. Setiap negara memiliki kebebasan untuk memilih dan mengembangkan
sistem politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaannya
f. Setiap negara mempunyai kewajiban untuk dengan sungguh-sungguh
tunduk dan dengan niat baik bersama kewajiban-kewajiban
internasionalnya, dan hidup dengan damai dengan negara lainya
Berdasarkan poin-poin dalam piagam PBB tersebut diatas maka jelas
status Krimea tetap menjadi bagian dari negara Ukraina dan referendum serta
66
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, ibid. hlm
pengakuan sepihak dari Rusia bahwa Krimea menjadi bagian negara beruang
merah tersebut dianggap ilegal.
Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa mengecam keras
referendum untuk menentukan nasib Krimea yang sudah dilakukan dalam resolusi
dewan keamanan PBB, Rusia melawan sikap tersebut dengan menggunakan hak
veto yang dimilikinya.
Rusia yang merupakan salah satu dari anggota tetap dewan keamanan PBB
menggunakan hak 'istimewa' yang dimilikinya yakni hak veto. Hak itu digunakan
untuk menentang sikap AS, negara-negara Eropa dan anggota dewan keamanan
PBB lainnya.
Sedangkan China, negara yang selama ini dianggap cukup dekat dengan
Rusia, memilih abstain. Namun abstainnya China ini tak berimbas banyak dari
keberhasilan Rusia untuk tetap dapat mengawal jalannya referendum di
semenanjung Krimea.
Kecaman negara-negara barat itu berupa draft resolusi yang menolak
digelarnya referendum. Draft ini didukung oleh 13 dari 15 dewan keamanan PBB.
Dengan penolakan Rusia, maka draft itu gugur dengan sendirinya. Pihak AS pun
marah dengan keputusan Rusia untuk menggunakan hak veto. "Rusia terisolasi,
sendirian, dan salah, memblokir jalan resolusi," kata Dubes AS untuk PBB,
Samantha Power di sidang DK PBB.
"Sudah bukan menjadi rahasia, bahwa federasi Rusia akan mengeluarkan
suara menentang resolusi ini," ujar Dubes Rusia untuk PBB Vitaly Churkin
menimpali. Krimea, adalah wilayah Ukraina dan selama beberapa waktu terakhir
diambil alih Rusia. Dalam referendum warga Krimea -yang mayoritas merupakan
etnis Rusia ini disodori pilihan bergabung dengan federasi Rusia atau tetap berada
di bawah Ukraina67.
Apapun pendapat dari Amerika dan Uni Eropa tentang Krimea, hal ini
tidak banyak membantu Krimea untuk kembali menjadi baguan dari negara Rusia,
bahkan Rusia sudah bersiap siapa dengan menyiagakan kapal selam nuklirnya di
laut hitam untuk mengantisipasi serangan Amerika dan NATO.
E. Agenda-Agenda Ekonomi Politik dan Militer Kedua Negara
Perdagangan Senjata
Dalam sebuah konflik antara pihak-pihak yang bertikai biasanya senjata
mutlak diperlukan untuk menjaga wilayah teritorial suatu negara dari serangan
negara lainya, begitu juga dalam konflik Ukraina dan Rusia, pengadaan senjata
dan alat penunjang lainya sangat di perlukan oleh negara-negara yang berkonflik,
bahkan untuk memperkuat militer suatu negara, negara yang berkonflik tidak
segan-segan mengadakan jual-beli senjata dari pihak lainya, senjata tersebut
didapati dari negara pihak ketiga melalui perdagangan senjata.
Hal ini juga disadari oleh Rusia, walau terkenal dengan negara penghasil
alutsista dan perlengkapan perang terkemuka di dunia, tetapi Rusia masih
melakukan kerjasama atau jual-beli senjata dengan negara lainya semisal Inggris
67
http://news.detik.com/internasional/2526941/as -dan-eropa-protes-referendum-crimea-rusia-melawan-dengan-hak-veto. Diakses tanggal 25 Desember 2015
dan Prancis68. Terungkapnya penjualan senjata tersebut karena Inggris memiliki
kebijakan luar negeri yang tetap mempertahankan izin ekspor yang juga
membolehkan pihaknya mengekspor senjata ke Rusia di tengah konflik yang
terjadi di Ukraina. Hal ini tentu saja menghambat upaya Uni Eropa untuk
memberikan sangsi ekonomi69 dan menekan Presiden Vladimir Putin untuk
menarik tentaranya dari Krimea.
Amerika Serikat dan Uni Eropa menghendaki Vladimir Putin untuk
merasakan kesusahan ekonomi, yang mampu membuat pemerintahannya
mempertimbangkan kembali dukungan atas kelompok pemberontak di timur
Ukraina. Namun sejauh ini, pembicaraan terkait hal itu masih merupakan wacana,
dan di tengah-tengah pembuktian dari Uni Eropa dan Amerika tersebut ternyata
Inggris masih memperbolehkan ekspor senjata ke Rusia. Lebih dari 200 jenis
senjata Inggris yang di ekspor ke Rusia tetap dilakukan, meski Perdana Menteri
Inggris, David Cameron, menyerukan adanya sangki.
Inggris telah memberi pembelaan atas posisinya, seraya menyebut tidak
adanya penjualan senjata ke Rusia sejak Maret meski lisensi masih berlaku
untuk urusan non-militer yang terlegitimasi. Guy Anderson dari konsultan industri
senjata „Jane‟s Defence‟ sepakat, jargon tersebut sangat multi-interpretasi.
Sesuatu seperti senapan, itu sudah sangat jelas. Itu adalah barang yang dapat di-
multifungsikan, bisa digunakan untuk polisi, bisa digunakan untuk keperluan
68
http://international.sindonews.com/read/862265/41/perancis-jual-kapal-perang-ke-rusia-as-kesal- . Diakses tanggal 25 Desember 2015 69
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2014-07-25/perdagangan-senjata-hambat-upaya-eu-beri-sanksi-ke-rusia/1347793. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
olahraga, urainya. Penghentian penjualan senjata bisa memberi hambatan bagi
kelangsungan ekonomi inggris.
Lebih lanjut dikatakan“ Jika Inggris menahan semua lisensi ekspor yang
berhubungan dengan peralatan pertahanan ke Rusia, hal itu akan mencederai basis
industri pertahanan Inggris,” ungkapnya. Juru kampanye anti-senjata, Andrew
Smith, mengatakan, menjual senjata lebih dari Ini seluruhnya bergantung pada
Inggris sebagai pihak yang menjual senjata tersebut, karena penjualan senjata tak
hanya menyediakan dukungan militer, tapi juga dukungan politik yang kuat,”
Andrew menjelaskan, ketika berbicara mengenai sanksi, kepentingan
nasional bisa seringkali memberatkan tujuan yang mulia. “Kebijakan luar negeri
Inggris didukung oleh kemunafikan yang tak terbantahkan, jika Inggris berbicara
tentang hak asasi manusia dan demokrasi di luar negaranya di saat Perdana
Menteri inggris mengaitkan hal tersebut dengan insiden di Ukraina, tetapi pada
saat yang sama perusahaan Inggris mengambil keuntungan dari konflik itu,"
tegasnya.
Ketidak-kompakan Uni Eropa mulai mengkhawatirkan Amerika Serikat.
Saya pikir Eropa telah lemah dalam upaya pemberian sanksi dan Putin menyadari
itu,” kemuka John Herbst, mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Ukraina.
Bukan hanya inggris yang melakukan ekspor senjata ke Rusia, negara lainya yang
terlibat penjualan senjata adalah Prancis, bahkan Penjualan senjata terus berlanjut
di saat tekanan yang diberikan oleh Uni Eropa ke Perancis untuk menghentikan
pengiriman dua kapal perang Mistral ke Rusia70, hal ini sebuah pertanda bahwa
kekompakan Eropa atas pemberian sanksi ini masih belum jelas.
Para menteri luar negeri negara-negara Eropa dijadwalkan untuk bertemu
minggu depan di tengah tekanan pemberian sanksi yang akan menghalangi Rusia
dari pasar modal, dan menarget orang-orang serta institusi yang dekat dengan
Vladimir Putin. Akhirnya Prancis menunda pengiriman dua kapal perang tersebut,
setelah Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan situasi di Ukraina tidak
memungkinkan untuk pengiriman kapal pertama dari dua kapal perang yang
dibuat Prancis untuk Rusia.
Presiden Hollande mengatakan Prancis tidak akan mengirimkan satu dari
dua kapal kelas Mistral71 hingga akhir November ke Rusia. Sikap Hollande itu
mengisyaratkan bagaimana Barat dapat melanggar kontrak perdagangan dengan
berbagai dalih. Namun Moscow, Selasa, menyikapi dengan tenang pernyataan
Hollande. Rusia sebelumnya memperingatkan Paris atas konsekuensi dari
pelanggaran kontrak tersebut.
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Yury Borisov, mengatakan Rusia tidak
akan terburu-buru mengajukan tuntutan atas pelanggaran kontrak yang dilakukan
Prancis. "Kami akan menunggu dengan sabar. Sejauh ini kami tidak mengajukan
tuntutan," katanya.
70
http://www.jejaktapak.com/teknologimiliter,teknologitempur,pesawattempur,militerindonesia,/kapal-mistral. Diakses tanggal 25 Desember 201 71
http://internasional.kompas.com/read/2011/01/07/03571253/Mistral.yang.Memikat.Rusia diakses pada tanggal 25 Desember 2015. Jam 21.30 wib
Kapal kelas Mistral pesanan Rusia buatan Prancis dapat mengangkut 16
helikopter, empat pesawat, 13 tank, 450 tentara dan sebuah rumah sakit,
semestinya dikirim awal November berdasarkan kontrak pembelian yang
ditandatangani pada 2011.
Namun Amerika Serikat (AS) terus menekan para sekutunya dalam
hubunganya dengan Rusia yang terkait dengan konflik di Ukraina. Paris juga
mengalami dilema yang serius terkait pengiriman kapal Rusia. Prancis dapat
dikenakan denda yang besar, jika melanggar kontrak senilai US$1,5 miliar atau
sekitar Rp18,2 triliun itu. Sebaliknya Prancis akan menerima amarah dari AS dan
negara sekutu lainnya, jika tetap mengirimkan kapal pada Rusia. Kasus Mistral
juga membuat Prancis khawatir akan citranya sebagai mitra perdagangan senjata
yang terpercaya. Sebab Prancis juga tengah meyakinkan beberapa negara seperti
India, untuk membeli pesawat jet Rafale.
Kami tidak ragu bahwa Prancis memiliki keinginan lebih dari kami, untuk
mengirim kapal itu. Kami tidak bermasalah jika tak mendapatkan kapal itu, tapi
apa yang akan dilakukan Prancis (atas kapal pesanan Rusia)?" kata staf
kementerian pertahanan Rusia. Masalah ekonomi membuat Prancis membutuhkan
pembayaran, sementara menjual kapal ke klien lain juga tidak mungkin dilakukan,
karena teknologi Rusia telah dipasang di kapal itu, dan Rusia tidak ingin negara
lain memilikinya.
Pejabat kementerian pertahanan Rusia mengatakan, kontrak mengatur
dibolehkannya penundaan selama tiga bulan, sehingga batas waktu dapat diundur
hingga Februari. Borisov menegaskan jika Paris akhirnya menolak menyerahkan
kapal, maka Rusia akan mengajukan tuntutan ke pengadilan internasional.
Semuanya tertulis dalam kontrak. Kami akan bertindak berdasarkan apa
yang diatur pada kontrak, seperti layaknya orang yang beradab, ucap Borisov.
Namun, pada perkembangannya, gagasan itu berkembang sesuai dengan tuntutan
perang amfibi modern yang membutuhkan dukungan kekuatan udara serta
kemampuan untuk mengangkut kendaraan tempur dan pasukan yang lebih besar.
Menurut naval-technology.com, kapal kelas Mistral itu dilengkapi dengan
fasilitas komunikasi canggih buatan perusahaan elektronik Perancis, Thales. hal
Itu yang membuat kapal tersebut bisa menjadi kapal komando dan mampu
menjalankan operasi gabungan multinasional72. Saat ini, AL Perancis baru
mengoperasikan dua kapal kelas Mistral yang dibuat di galangan kapal Saint
Nazaire, Perancis barat, yakni Mistral (dioperasikan sejak Februari 2006) dan
Tonnerre (Februari 2007). Kapal ketiga, Dixmude, baru dipesan pada 2009 dan
mulai beroperasi 2012.
Berbobot 21.300 ton, panjang 199 meter dan lebar 32 meter, kapal kelas
Mistral mampu mengangkut 16 helikopter tempur kelas menengah-berat, seperti
SA330 Puma dan AS665 Tigre buatan Perancis atau Kamov Ka-50/52 buatan
Rusia. Helikopter-helikopter itu disimpan di hanggar seluas 1.800 meter persegi di
bawah geladak kapal.
72
Naval-Technology.com: Naval-History.Net, Naval History of the 20th Century, World Wars 1, 2,
post-war and Falklands War - navies, ships, ship losses, casualties. Diakses tanggal 25 Desember
Geladaknya dilengkapi landasan helikopter yang mampu mengakomodasi
pergerakan enam helikopter secara simultan di enam titik pendaratan. Dengan
kemampuan ini, kapal kelas Mistral lebih populer dengan sebutan kapal induk
helikopter. Di dalam perutnya, kapal yang dilengkapi dua sistem rudal anti-
serangan udara Simbad ini juga mampu membawa satu batalyon kavaleri berisi 40
tank tempur utama sekelas Leclerc buatan Perancis atau T-90 buatan Rusia. Atau
dalam konfigurasi lain, mengangkut 13 tank tempur utama dan 46 kendaraan
militer lainnya.
Kapal ini juga bisa membawa 450 tentara untuk pelayaran selama enam
bulan atau 700 tentara untuk misi yang lebih pendek durasinya. Pasukan tersebut
bisa langsung didaratkan di daerah sasaran dengan empat perahu pendarat yang
tersedia di dalam kapal itu.
kapal kelas Mistral juga dilengkapi dengan rumah sakit seluas 900 meter
persegi, yang memiliki 20 kamar, 69 ranjang perawatan, 2 kamar operasi, dan
fasilitas lain setara sebuah rumah sakit di kota kecil. Dengan segala
kemampuannya ini, sebuah kapal kelas Mistral juga bisa digunakan secara efektif
untuk operasi kemanusiaan di samping misi-misi tempur. Bahkan, misi perdana
Mistral pada 2006 adalah mengungsikan warga negara Perancis dari Lebanon
dalam konflik antara Israel dan milisi Hezbollah di Lebanon.
Pihak Angkatan Laut Rusia, seperti dikutip Global Security.org73,
menyebutkan, misi utama kapal-kapal kelas Mistral ini nantinya adalah untuk
mengangkut pasukan, misi pemeliharaan perdamaian, misi penyelamatan, dan
kemungkinan juga akan berpartisipasi dalam misi anti bajak laut di perairan
Somalia.
Sementara itu, Ukraina yang sedang dalam tekanan para separatis pro-
Rusia juga meminta bantuan kepada Amerika Serikat dan Uni Eropa. Melalui
Presiden Ukraina Petro Poroshenko, meminta bantuan kepada Amerika Serikat
untuk mengirimkan senjata 1.240 Javelin rudal dan FGM-148 Javelin rudal anti-
tank ke pasukan mereka yang ada di Kiev. Javelin rudal anti-tank merupakan
senjata rudal anti-tank buatan AS. Senjata itu memiliki harga USD250.000 di
pasaran. Senjata itu sudah beredar sejak 1996.
Pemerintah Barack Obama sebelumnya memang telah mengusulkan
anggaran dasar perang AS sebesar USD 534 miliar, ditambah USD 51 miliar atau
sekitar Rp 645,5 triliun. Usulan itu muncul karena AS waswas dengan situasi di
Timur Tengah dan Ukraina.
Bukan mencari solusi perdamaian terhadap krisis di Kiev, Pemerintah
Ukraina justru mendesak negara-negara Barat untuk mengirim bantuan kepada
Kiev untuk menekan pendukung kemerdekaan kota yang terletak di bagian timur
negara tersebut. Keputusan AS untuk memberikan bantuan kepada Ukraina
sendiri diperkuat dengan pernyataan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dalam
73
http://www.globalsecurity.org/military/world/russia/mistral.htm. Diakses tanggal 25 Desember 2015
lawatannya ke Kiev beberapa waktu yang lalu. Dalam kunjungannya, Kerry
menegaskan, Amerika Serikat akan memberikan dukungan, baik secara militer
ataupun non militer kepada Ukraina.
Dalam pertemuan NATO, Presiden Amerika Obama dan Perdana Menteri
Inggris David Cameron menegaskan bahwa para pemimpin Barat akan
berpedoman pada Pasal 5 NATO dalam menyikapi aksi Rusia. ‟‟Kita harus
mempertegas posisi kita di Eropa Timur dan membuat Rusia paham tentang Pasal
5 NATO.
Berdasar Pasal 5 NATO, negara-negara anggota berhak melakukan aksi
bela diri bersama dalam menghadapi ancaman keamanan. Sebab, ancaman
terhadap salah satu negara anggota NATO merupakan ancaman terhadap seluruh
negara anggota aliansi keamanan tersebut. Belakangan, invasi Rusia atas Ukraina
itu menjadi momok bagi Estonia yang merupakan anggota paling baru NATO.
Ancaman terhadap Estonia, menurut Obama dan Cameron, merupakan
ancaman terhadap seluruh negara anggota NATO. Karena itu, NATO tidak akan
segan mengambil tindakan tegas terhadap Rusia. ‟‟Kami semua sangat
mendukung solusi damai di Ukraina. Tapi, kami masih bertanya-tanya mengenai
jenis perdamaian seperti apa yang sedang mereka (Ukraina dan Rusia) upayakan
itu,‟‟ ungkap Rasmussen.
Rasmussen dan para pemimpin NATO tidak yakin Rusia akan berhenti
melancarkan aksi militernya di Ukraina. Apalagi, sampai kemarin, pasukan Rusia
masih berkeliaran di kantong-kantong separatis dan menebar teror terhadap
warga. Sekali lagi kami mengimbau Rusia untuk menarik seluruh pasukannya dari
perbatasan Ukraina dan menghentikan pasokan senjata atau militan kepada
separatis, dan kemudian pasukan NATO yang dikomandoi oleh Amerika sudah
menerjunkan sedikitnya 4.000 serdadu di wilayah Eropa Timur dan memberikan
bantuan senjata kepada militer Ukraina untuk menjamin keamanan negara
tersebut74.
Atas aksi Amerika Serikat melalui NATO yang memberikan bantuan
militer kepada Ukraina, mendapatkan tentangan keras dari Rusia. Bukan hanya
akan memperburuk keadaan, hal ini juga dinilai bisa menjadi ancaman tersendiri
bagi Rusia. Moskow melihat keputusan Amerika Serikat melalui NATO yang
akan memberikan bantuan senjata dan alat-alat militer bagi Ukraina sebagai
ancaman bagi keamanan Rusia," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia
Alexander Lukashevich. Sementara itu, Lukashevich juga menuduh Ukraina
menggunakan sebuah senjata berat dalam pertempuran melawan separatis pro
Rusia. Tanpa menyebutkan jenis senjata, Lukashevich menyebut apa yang dipakai
Ukraina memiliki efek seperti senjata pemusnah
Pergelaran Mandala Pertahanan Keamanan.
Realis melihat bahwa sistem internasional adalah anarki, untuk survive di
dunia yang sangat berbahaya dengan tidak adanya pemerintah yang baik, sehingga
harus ada pemimpin yang mampu membuat keamanan untuk negaranya untuk
bertahan di sistem internasional, negara membangun pertahanan guna
74
http://www2.jawapos.com/baca/artikel/6690/nato-siap-hadapi-rusia diakses tanggal 25 Desember 2015 jam 22.00 wib.
mengamankan negaranya agar tidak ada negara yang mungkin akan menginvasi.
Deterrence bertujuan untuk menunjukkan pada musuh untuk tidak melakukan
suatu aksi. Kita yang menentukan, berusaha menunjukkan pada musuh
konsekuensi jika mereka bertindak, dan menunggu (suksesnya deterrence dapat
dihitung dengan apakah sesuatu terjadi); jika musuh “melewati batas” yang telah
kita gambarkan, kita akan memberikan hukuman atas aksi yang mereka lakukan75.
Deterrence dianggap sukses bila tidak ada satupun musuh yang memasuki batas
suatu negara. Deterrence is conservative: it seeks to protect the status quo.
Deterrence sama seperti bertahan atau bisa dibilang menunggu, musuh harus
bergerak menjauh sebelum ada reaksi dari negara yang mempertahankan
negaranya76.
Ukraina meminta bantuan kepada NATO dan Amerika secara militer dan
non-militer untuk melakukan deterrence kepada lawan-lawannya, seperti Rusia
ataupun separatis yang di dukung Oleh Rusia. Sampai sekarang kedua negara
belum ada yang menyerang terlebih dahulu dalam perang terbuka.
Ukraina melalui militer dan di bantu oleh pasukan NATO, hanya
meyiagakan pasukanya di perbatasan kedua negara dan memberikan bantuan
senjata ringan kepada militer Ukraina untuk mempertahakan wilayahnya,
sedangkan militer dari Amerika banyak melakukan latihan militer dengan negara-
negara eropa yang bertetangga langsung dengan Ukraina, serta melatih militer
75
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr. 2010. Understanding Foreign Policy Decision Making, Cambridge: CambridgeUniversity Press, 2010. hlm - . 76
Branislav L. Slantchev. Introduction to International Relations Lecture 8: Deterrence and
Compellence. University of California. San Diego. . hlm
Ukraina dan memberikan senjata serta dana kepada pemerintah Ukraina dalam
mengantisipasi serangan dari separatis Pro-Ukraina.
Bagi Rusia pemberian bantuan dari Uni Eropa dan Amerika dianggap oleh
Presiden Putin sebagai ancaman, dan akan memperkeruh suasana konflik kedua
negara. Sebagai jawaban dari kegiatan Amerika dan NATO tersebut, Presiden
Putin mengancam akan menggunakan senjata nuklir jika militer NATO tidak
ditari dari perbatasan kedua negara.
Selain itu Rusia juga mengancam akan memutus jalur gas ke negara
Eropa serta meletakan Kapal selam Project 636 Varshavyanka di Laut Hitam,
Kapal selam Project 636 Varshavyanka adalah kapal selam versi perbaikan dari
kapal selam Kilo. Kapal selam ini diklaim memiliki kecepatan yang lebih tinggi
dengan teknologi maju. Kapal ini diklaim mampu berperang dalam jarak panjang
dari pendahulunya. Kapal jenis ini dijuluki NATO sebagai sebuah “lubang hitam”
sejak kapal selam Kilo-class dikembangkan dan hampir mustahil untuk bisa
dideteksi di bawah air. Kapal selam Varshavyanka dipersenjatai dengan torpedo,
ranjau dan rudal jelajah 3M54. Kapal tipe ini telah diperintahkan oleh
Kementerian Pertahanan Rusia mulai beroperasi pada 2014 dan ditugaskan untuk
Armada Laut Hitam Rusia untuk mengimbangi kekuata militer Amerika dan
NATO77.
77
https://id.wikipedia.org/wiki/Kapal_selam_kelas_Kilo. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
3. Kekuatan Milisi
Konflik Ukraina dan Rusia terkait status Krimea tidak saja karena
lepasnya Krimea ketangan Rusia melainkan adanya kekautan terselubung dari
pemberontak pro Rusia yang membuat daerah di timur perbatasan Ukraina
tersebut bergejolak. Kekuatan pemberontak ini sangat besar yang di dukung oleh
persenjataan dari Rusia, mereka pernah mencuri fasilitas persenjataan milik
Ukraina, termasuk tank, peluncur roket, dan sistem rudal anti pesawat.
sekelompok militan pro Rusia menyerang sebuah tempat di dekat kota Krazny
Liman, bagian timur Ukraina. Saat itu pemberontak menunjukkan sebuah truk
yang baru saja dikuasai dan dilengkapi rudal anti pesawat buatan Rusia.
Komandan kelompok pemberontak mengatakan senjata itu mereka rampas dari
sebuah pangkalan militer Ukraina.
Tak jauh dari sana, yaitu di Kramatorsk, pemberontak pro Rusia juga
menunjukkan dua tank tempur yang dirampas dari sebuah pabrik senjata. Sebagai
catatan, wilayah timur Ukraina sudah lama menjadi pusat produksi senjata Uni
Soviet. Dengan persenjataan berat, pemberontak mampu mengincar pesawat-
pesawat dan helikopter Ukraina. Beberapa di antaranya berhasil ditembak dan
dijatuhkan. Tak lama setelah aksi “pamer” senjata itu, sebuah pesawat kargo
Antonov AN-26 ditembak jatuh di dekat Slovyanskk. Selain itu, beberapa
helikopter jenis M1-8 dan Mi-24 juga jatuh. Ada pula sebuah pesawat kargo
Ilyushin IL-76 berukuran sebesar pesawat komersial yang ditembak jatuh.
Sebanyak 49 tentara yang menumpang pesawat tewas dalam kejadian itu78.
Sebagian besar pesawat yang ditembak itu memang terbang rendah dan
masuk jangkauan roket SA-7 dan senapan anti pesawat. Roket SA_7 merupakan
senjata standar Soviet yang bisa menjangkau objek setinggi 2.500 m atau 8.000
kaki. Namun selain SA-7, pemberontak pro Rusia juga diyakini memiliki senjata
lain, yaitu SA-11 atau disebut dengan sistem Buk yang diperkirakan dipakai untuk
menembak jatuh MH17. Kemungkinan ini ada meskipun mereka membantah
memiliki teknologi senjata seperti ini.
Pada 29 Juni lalu, pemberontak pro Rusia merampas fasilitas rudal A-1402
di dekat Donetsk. Pada hari yang sama, situs Rusia, Vosti, menuliskan artikel
dengan judul Udara Donetsk akan Dilindungi Sistem Rudal Darat Buk.
F. Status Krimea Terkini.
Setelah melepaskan diri dari negara induk dan bergabung secara sepihak
dengan negara Rusia melalui Referendum yang membuat hubungan kedua negara
menjadi dilema. Maka dari itu publik dunia-pun mempertanyakan bagaimana
status Krimea saat ini, apakah masih menjadi bagian dari negara Ukraina atau
Rusia dilihat dari kaca mata dua negara yang berkonflik, PBB, Uni Eropa dan
juga Amerika Serikat.
78
http://www.solopos.com/2014/07/22/kekuatan-milisi-pro-rusia-yang-mampu-menembak-jet-komersial-di akses tanggal 21 Desember 2015.
Menurut Undang-undang Dasar Rusia, bergabungnya subyek-subyek
federal baru diatur oleh undang-undang konstitusi federal (pasal 65.2) Undang-
undang ini diterima pada tahun 2001, dan menjabarkan bahwa bergabungnya
sebuah negara baru atau bagian dari negara tersebut ke Rusia, akan berdasarkan
kesepakatan bersama antara Federasi Rusia dan negara yang bersangkutan serta
akan berlangsung sesuai dengan kesepakatan internasional antara dua negara.
Selain itu, hal ini harus diawali oleh negara yang bersangkutan, bukan oleh suatu
bagiannya atau oleh Rusia. Undang-undang ini nampaknya mewajibkan Ukraina
untuk memulai negosiasi bersangkutan dengan penggabungan Krimea ke Rusia.
Pada tanggal 28 Februari 2014, anggota parlemen Rusia, Sergey Mironov,
bersama beberapa anggota lainnya, memperkenalkan sebuah rancangan undang-
undang untuk mengubah prosedur penambahan subyek federal ke Rusia. Sesuai
rancangan undang-undang ini, penggabungan bisa dilakukan oleh sebuah bagian
dari sebuah negara, dengan syarat bahwa "tidak ada pemerintah berdaulat yang
memerintah secara efisien di negara asing, permintaan ini bisa diminta oleh
lembaga-lembaga daerah tingkat bawah dari negara yang bersangkutan atau
berdasarkan referendum yang telah diadakan di daerah tingkat bawah, sesuai
dengan hukum nasional yang bersangkutan. Komisi Venesia menyatakan bahwa
rancangan undang-undang ini melanggar "terutama asas-asas dasar keutuhan
wilayah, kedaulatan nasional, asas non-intervensi atau tidak turut mencampuri
urusan negara lain, dan pacta sunt servanda", dan dengan demikian tidak sesuai
dengan hukum internasional
Pada tanggal 11 Maret 2014, baik Dewan Tertinggi Krimea dan Dewan
Kota Sevastopol menyetujui proklamasi kemerdekaan, yang menyatakan
keinginan mereka untuk merdeka dan meminta bergabung dengan Rusia apabila
permintaan penggabungan yang akan ditanyakan di dalam referendum yang
direncanakan mendapatkan hasil mayoritas. Proklamasi ini secara langsung
menyinggung preseden Kemerdekaan Kosovo, di mana warga Albania di Provinsi
Otonom Kosovo dan Metohiya menyatakan kemerdekaan mereka dari Serbia
(sekutu Rusia) sebagai Republik Kosovo. Aksi unilateral ini ditentang oleh Rusia
secara sengit. Banyak analis memandang proklamasi kemerdekaan Krimea ini
sebagai suatu usaha terselubung untuk merintis jalan pencaplokan Krimea oleh
Rusia.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Ukraina memanggil Wakil Utama
Rusia di Ukraina dan memberinya note verbale untuk memprotes pengakuan
Republik Krimea oleh Rusia dan pencaplokannya setelah itu. Dua hari kemudian,
Verkhovna Rada mengecam perjanjian ini dan berseru bahwa tindakan-tindakan
Rusia merupakan "pelanggaran besar hukum internasional". Rada juga berseru
kepada Dunia Internasional untuk tidak mengakui "apa yang disebut Republik
Krimea" atau pencaplokan Krimea dan Sevastopol oleh Rusia sebagai subyek
federal baru. Krimea dan Ukraina adalah satu-kesatuan negara yang berdaulat
yang tidak bisa dipisahkan melalui referendum sepihak. Setelah itu kecaman
inipun di sampaikan ke PBB melalui Amerika Serikat.
sebuah resolusi yang diprakarsai oleh Amerika Serikat diajukan di dalam
rapat Dewan Keamanan PBB untuk menegaskan kembali komitmen dewan ini
menjaga "kedaulatan, kemerdekaan, kesatuan, dan keutuhan wilayah Ukraina,
Sejumlah 13 anggota dewan mendukung resolusi ini, sementara RRC abstain dan
Rusia memveto resolusi ini karena menyatakan bahwa Referedum Krimea 2014
mengenai masa depan Semenanjung Krimea adalah ilegal. Veto Rusia di Dewan
Keamanan PBB ini diikuti dengan sebuah referendum yang diadakan secara
berhasil pada tanggal 16 Maret 2014 oleh badan legislatif Krimea dan
pemerintahan lokal di Sevastopol. Setelah referendum, Republik Krimea
memproklamasikan kemerdekaannya dari Ukraina sehari sesudahnya, mencari
keanggotan PBB, dan meminta untuk bergabung dengan Federasi Rusia Pada hari
yang sama, Rusia mengakui Krimea sebagai negara berdaulat.
Pada tanggal 27 Maret 2014, Sidang Umum PBB menyetujui sebuah
resolusi (resolusi 68/282) yang menuliskan bahwa referendum yang berakhir
dengan pencaplokan Krimea oleh Rusia adalah ilegal. Rancangan resolusi yang
semula berjudul "Keutuhan wilayah Ukraina" diprakarsai secara bersama oleh
Amerika Serikat, Jerman, Kanada, Kosta Rika, Lituania, Polandia, dan Ukraina.
Resolusi ini menegaskan komitmen Sidang Umum untuk menjaga "kedaulatan,
kemerdekaan politik, kesatuan, dan keutuhan wilayah Ukraina dalam rangka
perbatasan yang diakui secara internasional". Resolusi ini mencoba menggaris
bawahi bahwa referendum yang dilakukan di Krimea dan Sevastopol pada tanggal
16 Maret 2014 tidak berlaku dan tidak bisa dijadikan dasar sebagai perubahan
status Republik Otonom Krimea dan Kota Sevastopol. Resolusi ini didukung oleh
100 suara, sementara 11 negara menentangnya dan 58 negara abstain. Resolusi ini
tidak mengikat dan pemungutan suara sejatinya hanya simbolis saja. Sebagian
besar negara di dunia tidak mengakui Krimea dan Sevastopol sebagai bagian dari
Federasi Rusia. Adapun Negara-negara yang berada di bawah ini telah mengakui
Referendum Krimea 2014, Seperti pada tabel berikut.
Tabel 279
Negara Anggota PBB Tanggal
Rusia Ya 17 Maret 2014
Venezuela Ya 17 Maret 2014
Ossetia Selatan Tidak 17 Maret 2014
Abkhazia Tidak 17 Maret 2014
Kazakhstan Ya 18 Maret 2014
Armenia Ya 19 Maret 2014
Nagorno-Karabakh Tidak 19 Maret 2014
Kyrgyzstan Ya 20 Maret 2014
Uganda Ya 21 Maret 2014
Afghanistan Ya 22 Maret 2014
Korea Utara Ya 22 Maret 2014
Suriah Ya 22 Maret 2014
Belarus Ya 23 Maret 2014
Kuba Ya 27 Maret 2014
Bolivia Ya 27 Maret 2014
Nikaragua Ya 27 Maret 2014
Sudan Ya 27 Maret 2014
Zimbabwe Ya 27 Maret 2014
Setelah Krimea merdeka dan bergabung menjadi bagian dari negara Rusia
maka banyak pembicaraan dari para pemimpin dunia tentang hal ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
79
https://id.wikipedia.org/wiki/Penggabungan_Krimea_ke_Federasi_Rusia diakses tanggal 25 Desember 2015
Garry Kasparov (pemimpin oposisi Rusia dan mantan juara dunia catur),
Zbigniew Brzezinski (mantan penasehat Keamanan Nasional AS), Hillary Clinton
(mantan Menteri Luar Negeri AS), Lesya Orobets (anggota parlemen Ukraina),
Karel Schwarzenberg (mantan Menteri Luar Negeri Ceska), dan John Baird
(Menteri Luar Negeri Kanada) menyamakan tindakan Rusia terhadap Krimea ini
dengan tindakan pemerintahan Nazi Jerman terhadap Austria setelah Olimpiade
1936 di Berlin dan sebelum Perang Dunia 2.
Wolfgang Schäuble (Menteri Keuangan Jerman), Angela Merkel (Kanselir
Jerman), dan Frank-Walter Steinmeier (Menteri Luar Negeri Jerman) menyatakan
bahwa penyamaan tersebut tidak bisa diterima. Walau demikian, Kanselir Merkel
juga mengatakan, "Apa yang disebut referendum, proklamasi kemerdekaan, dan
integrasi Krimea ke Federasi Rusia menurut pendapat kami adalah tindakan-
tindakan yang melanggar hukum internasional dan sungguh memalukan bahwa
Rusia menyamakan Kemerdekaan Kosovo dengan referendum kemerdekaan
Krimea.
Perdana Menteri Britania Raya, David Cameron, menyatakan "Tidak ada
penipuan atau proses demokratis yang busuk atau pun rujukan sejarah yang
miring bisa menjustifikasi fakta ini bahwa tindakan Rusia terhadap Krimea ini
adalah sebuah penyusupan ke dalam sebuah negara berdaulat dan mengambil
bagian tanah wilayahnya tanpa menghormati undang-undang negara tersebut
atauvpun hukum internasional.
Presiden AS, Barrack Obama, berkomentar, "Referendum Krimea, yang
melanggar UUD Ukraina dan terlaksana dalam keadaan paksa di bawah intervensi
militer Rusia, tidak akan diakui oleh Amerika Serikat dan komunitas dunia
internasional. Dewan Eropa dan Komisi Eropa membuat pernyataan bersama,
"Uni Eropa tidak mengakui referendum di Krimea yang melanggar hukum dan
tidak sah, serta hasilnya."
Mantan Kanselir Jerman Barat, Helmut Schmidt menyebut tindakan Rusia
"sungguh bisa dimengerti", dan menyatakan bahwa sanksi-sanksi yang ditimpakan
oleh AS dan Uni Eropa "bodoh". Senator AS, Lindsey Graham, menyatakan
bahwa AS harus berusaha untuk "memacu ekonomi Rusia ke kehancuran.
Presiden Ceska, Miloš Zeman, berkata, "Meski saya mengerti kepentingan
mayoritas rakyat Krimea yang berbahasa Rusia, juga bahwa Krimea dicaplokkan
ke Ukraina oleh Khrushchev, kami juga memiliki pengalaman dengan Invasi
Militer Rusia pada tahun 1968.
Mantan pemimpin Uni Sovyet, Mikhail Gorbachev, membela referendum
yang menuju ke integrasi dengan Rusia. "Sementara Krimea sebelumnya
digabungkan ke Ukraina pada tahun 1954 berdasarkan Undang-undang Uni
Sovyet, yang artinya Undang-undang Partai Komunis tanpa bertanya apa pun
kepada rakyat, sekarang rakyat sendiri memiliki kesempatan untuk membetulkan
kesalahan tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa status resmi Krimea secara
internasional adalah bagian dari wilayah kedaulatan negara Ukraina walaupun
sudah melakukan referendum akan tetapi referendum ini tidak sah secara hukum
internasional. Lain halnya dengan Rusia walaupun dunia Internasional mengecam
dan tidak mengesahkan Krimea berpisah dari Ukraina, hal ini tidak membuat
Rusia mundur dari wilayah tersebut dan menganggap Krimea sudah menjadi
bagian dari negara Rusia melalui referendum dan meminta dunia internasional
menghormati keputusan rakyat Ukraina.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penggabungan Krimea ke Rusia adalah proses integrasi hampir
keseluruhan semenanjung Krimea ke Rusia yang terlaksana pada tahun 2014.
Banyak negara di dunia menentang dan menyebutnya sebagai aneksasi atau agresi
wilayah Krimea yang diklaim oleh Rusia. Mulai tanggal 21 Maret 2014 Rusia
memerintah Krimea sebagai dua subjek federal yaitu Republik Krimea dan kota
Federal Sevastopol.
Tak cukup sampai disitu saja hubungan keduanya pun semakin panas
dimana Moskow mengirim 60 truk dengan beragam bantuan ke daerah konflik,
hal ini membuat Barat dan Ukraina semakin geram, apalagi bantuan ini dikirim
tanpa sepengetahuan Ukraina yang kesebelas kalinya untuk Donbass, bahkan
sebelumnya konvoi truk Rusia dari Noginsk telah berjalan menuju Rostov
berjumlah 120 truk konvoi dengan bantuan sekitar 1400 ton.
Barat berusaha untuk menghentikan Rusia dengan berbagai cara
diantaranya sanksi-sangsi, serta ancaman militer dari NATO dan Amerika, akan
tetapi Rusia membuktikan diri bahwa negaranya adalah negara yang kuat, segala
sangsi dan ancaman dari Uni Eropa tidak membuat Rusia gentar, dan sampai saat
ini Rusia masih tetap menguasai Krimea walaupun negara Barat mengecamnya.
B. Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan yaitu:
1. Ukraina hendaknya memprioritaskan kerjasama dengan Rusia
sebgai negara sekutu yang paling dekat dan menguntungkan dari
berbagai bidang ekonomi bersama Rusia, setelah itu membangun
persenjataan dan militer yang kuat dengan tidak menandatangani
memorandum of budapest, karena penting disadari bahwa
perlindungan keamanan suatu negara dilakukan oleh negara itu
sendiri, baru kemudian beraliansi.
2. PBB harus lebih berani mengambil sikap terhadap situasi yang
terjadi di Ukraina, upaya mediasi yang dilakukan semestinya
bersifat netral dan bebas dari intervensi barat, jika Kosovo bisa
merdeka dari Serbia, maka PBB juga semestinya menyetujui
kemerdekaan Krimea, hal ini supaya adil dan negara-negara Barat
tidak munafik tentang kasus yang terjadi di Kosovo. Semua ini
bertujuan untuk perdamaian dunia.
Daftar Pustaka
BUKU.
A Transneft JSC Shareholder intends to bring the company Management to
Criminal Liability. Trasneft Journal. Moscow. 2008. hlm 5.
Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta:Logos Wacana
Ilmu.1999. hlm 56.
Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr. Understanding Foreign Policy Decision
Making, Cambridge: CambridgeUniversity Press, 2010. hlm - .
Banyu Perwita, Anak Agung dan Mochammad Yani, Yanyan. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Pt. Remaja Rosdakarya. Bandung. hlm 35.
Bower, Gordon H. Thompson-Schill, Sharon. Tulving, Endel. Reducing
Retroactive Interference: An Interference analysis. Medford. Tufts
University, 1995. hlm 51.
Branislav L. Slantchev. Introduction to International Relations Lecture 8:
Deterrence and Compellence. University of California. San Diego. .
hlm
Budapest Memorandums on security assurances, council on foreign Relation.
1994. Paragraf ke 6.
Danilovic, Vesna. When The Stake Are High Deterrence and Conflict Among
Major Power, University of Michigan Press. 2002, hlm. 225- .
Eddy O.S. Hiariej, dkk, Bunga Rampai Hukum Pidana Khusus, Pena Pundi
Aksara, Jakarta, 2006. hlm .147.
Fahrurrodji, A “Rusia Baru Menuju Demokrasi” Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia. 2005. hal 128- .
Godson, Roy. Shultz. H Richard. Quester H, George. Security Studies for the 21
Century. Virgina. 1997. hlm 404.
Harris, Jonathan. Subverting the System: Gorbachev's Reform of the Party's
Apparat, 986-1991. Lanham: Rowman & Littlefield Publishers. 2005. hlm.
.
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, raja grafindo
persada, Jakarta, 1996, hlm.31.
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 1996, hlm.31.
Jhon Burton, Frank Dukes, Conflict: Reading in Management and Resolution.
Centre for Conflict Analysis and Resolution, George Mason University
Virginia, USA. Hampshire. The Mcmilan Press. hlm 15.
Lahart, Justin, Yield Seeker Prone to Russia‟s Disease” Wall Street Journal.edisi
ke 4. Desember 2014, hlm 20.
Mashall I. Goldman, “Putin, Power, and the New Russia: Petrostate” The Wall
Street J Simon Fisher, dkk. Mengelola keterampilan dan strategi untuk
bertindak , Jakarta: The British Council. 2000. hlm 4.
Matloff, Maurice. Makers of Modern Strategy. Ed. Peter Paret. Princeton, New
Jersey: Princeton UP, 1971. hal 702
McMurty, John. The Cancer Stage of Capitalism. London. pluto press. 2009. hlm
.
Morgenthau J, Hans, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace,
NewYork:Alfred A. Knopf, 1978, hlm 4.
Notosusanto, Nugroho. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, Jakarta: PT.
Idayu Press. 1978. hlm 19.
Obydenkova, Anastassia "Comparative regionalism: Eurasian cooperation and
European integration. The case for neofunctionalism?" (PDF). Journal of
Eurasian Studies. Vol 2 / No 2. 2014 hal 91.
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Statuta Mahkamah Internasional.
Jakarta: Kantor Penerangan PBB (UNIC). 2002. hlm 27.
Pirani, simon. Ukraine‟s Gas Sector. Oxford Institute For Energy Studies. ISBN
978-1-901795-63-9. 2008. hlm 21.
Prof. Dr .Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Raja Grafindo Persada, 2004. hlm 6.
Rourke T, John. Boyer A, Mark:International Politics on the World Stage Brief.
McGraw Hill. New York. 2014. hlm 253.
Starke, J.G., Pengantar Hukum Internasional: Edisi kesepuluh, Sinar Grafika,
Jakarta, 1997, hlm.133
Sudarto, Metodologi penelitian filsafat , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
hlm 62.
Suprayogo, Imam. Tobroni. Metode Penelitian sosial agama Edisi 1. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001, hlm 1.
Svante E. Cornell. Russia‟ War in Georgia: Causes and implications for Georgia
and the World. Policy paper. August 2008. Central Asia-Caucasus institute.
Silk Road Studies Program. Singapore, hlm 4- .
Ukrainian Presidential Election set for runoff. Wall Street Journal. Januari. 2010.
hlm 8
WEBSITE
Braden Goyette (2014- - "Crimea Referendum Vote On Joining Russia
Scheduled For March 16". Huffingtonpost.com. diakses tanggal 25 Desember
.
Byrd, Peter "Cold War (seluruh bab)". Di McLean, Iain; McMillan, Alistair. The
Concise Oxford Dictionary of Politics. Oxford University Press. 2003. ISBN
Diakses tanggal 25 Desember 2015.
Gloystein, H. Ukraine's Black Sea gas ambitions seen at risk over Crimea. Di
akses tanggal 15 November2015
Hashem Said (2014- - "Map: Russian language dominant in Crimea" . Al
Jazeera America. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
http://edition.cnn.com/2014/03/18/world/europe/ukraine-crisis/. Diakses tanggal
25 Desember 2015
http://indonesia.rbth.com/technology/2014/12/26/pangkalan_militer_rusia_di_kri
mea_telah_beroperasi. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
http://internasional.kompas.com/read/2011/01/07/03571253/Mistral.yang.Memik
at.Rusia diakses pada tanggal 25 Desember 2015. Jam 21.30 wib
http://internasional.kompas.com/read/2014/05/28/2006573/Utang.Gas.Ukraina.Ki
an.Bertumpuk. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
http://international.sindonews.com/read/862265/41/perancis-jual-kapal-perang-ke-
rusia-as-kesal- . Diakses tanggal 25 Desember 2015
http://jakartagreater.com/rudal-patriot-akhirnya-terpilih-sebagai-pertahanan-
udara/. Diakses tanggal 25 Desember 2015
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/03/revolusi-penuh-pergolakan-ukraina.
Diakses tanggal 25 Desember 2015.
http://news.detik.com/internasional/2526941/as-dan-eropa-protes-referendum-
crimea-rusia-melawan-dengan-hak-veto. Diakses tanggal 25 Desember 2015
http://www.antaranews.com/berita/423774/perbandingan-kekuatan-militer-rusia-
dan-ukraina diakses tanggal 3 Desember
http://www.beritasatu.com/eropa/173029-uni-eropa-rangkul-ukraina.html.
Diakses tanggal 25 Desember 2015.
http://www.dw.com/id/krimea-jadi-benteng-militer-rusia/a- . Diakses
tanggal 25 Desember 2015.
http://www.dw.com/id/ukraina-kemitraan-dengan-rusia-sangat-penting/a-
. Diakses tanggal 25 Desember 2015
http://www.dw.com/id/ukraina-kemitraan-dengan-rusia-sangat-penting/a-
. Diakses tanggal 25 Desember 2015
http://www.dw.com/id/warga-ukraina-protes-kebijakan-pemerintah-jauhi-eropa/a.
Diakses tanggal 25 Desember 2015.
http://www.globalsecurity.org/military/world/russia/mistral.htm. Diakses tanggal
25 Desember 2015
http://www.jejaktapak.com/teknologimiliter,teknologitempur,pesawattempur,milit
erindonesia,/kapal-mistral. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
http://www.kiblat.net/2014/04/17/milis-bersenjata-pro-rusia-kuasai-kota-kota-di-
ukraina. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
http://www.publicapos.com/dunia/6683-rusia-punya-alasan-kuat-klaim-crimea.
Diakses tanggal 25 Desember 2015
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2014- - perdagangan-senjata-
hambat-upaya-eu-beri-sanksi-ke-rusia/1347793. Diakses tanggal 25 Desember
.
http://www.solopos.com/2014/07/22/kekuatan-milisi-pro-rusia-yang-mampu-
menembak-jet-komersial-diakses tanggal 21 Desember 2015.
http://www.suara.com/news/2014/02/27/175654/kerahkan-150-ribu-tentara-dan-
880-tank-rusia-siap-serang-ukraina. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
http://www.voaindonesia.com/content/gunakan-gas-alam-rusia-tekan-ukraina-
dan-barat/1891806.html. Diakses tanggal 25 Desember 2015
http://www.voaindonesia.com/content/parlemen-ukraina-hapus-status-non
blok/2571716.html. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
http://www.wartabuana.com/read/40464-ini-sejarah-hubungan-ukrainarusia.html.
Diakses tanggal 25 Desember 20015
http://www2.jawapos.com/baca/artikel/6690/nato-siap-hadapi-rusia diakses
tanggal 25 Desember 2015 jam 22.00 wib.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kapal_selam_kelas_Kilo. Diakses tanggal 25
Desember 2015.
https://id.wikipedia.org/wiki/Penggabungan_Krimea_ke_Federasi_Rusia diakses
tanggal 25 Desember 2015
indonesia.rbth.com/news/2014/06/27/ukraina_moldova_georgia_dan_uni_eropa_t
andatangani_kesepakatan_kerja_sama_24227. Diakses tanggal 25 Desember 2015
Kosovo receives Free and Equal status for Freedom of Thought 2013 .
InterFaithKosovo. Diakses tanggal 25 Desember 2015.
Natural gas dilemma in Ukraine, Energy Bulletin, 2005. Diakses tanggal 25
Desember 2015..
Naval-Technology.com: Naval-History.Net, Naval History of the 20th Century,
World Wars 1, 2, post-war and Falklands War - navies, ships, ship losses,
casualties. Diakses tanggal 25 Desember 2015
Nichol, Jim; Woehrel, Steven; Gelb, Bernhard A. "Russia‟s Cutoff of Natural Gas
to Ukraine: Context and Implications" (PDF). CRS Report. Diakses tanggal 25
December 201 .
Pro-Russian rally in Crimea decries Kiev „bandits‟, The Washington Post 2014).
Diakses tanggal 25 Desember 2015.
Pro-Russian Rally in crimea decries Kiev Bandits, The Washington post. Di akses
26 November 2015
Raimondo, Justin (2004- - "The Yushchenko 'Poison Plot' Fraud" .
Antiwar.com.diakses tanggal 25 Desember 2015
Rusia dan Ukraina Menandatangani 14 Pemufakatan Kerjasama.Tersedia di
http://vovworld.vn/id-id/Berita/Rusia-dan-Ukraina-menandatangani- -
permufakatan kerjasama/203096.vov.Diakses 25 Desember 2015.
Russia, Kazakhstan, Belarus Sign Treaty Creating Huge Economic Bloc" .
Time.com. Diakses tanggal 25 Desember 2015
Statement by the Rusian Ministry of Foreign Affairs Regarding the Adoption of
the Declaration of Independence of the Autonomous Republic of Crimea and
Sevastovol. Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia diakses tanggal 21
November 2015
The Official Emblem Of NATO, di arsipkan dari versi asli. Brussels. 2008. Diakses
tanggal 25 Desember 2015
Trenin, Dmitri Russia‟s Great Power Problem, Carnegie Moscow Centre.
Kremlin Website.
U.N. General Assembly Affirms Ukraine's Territorial Integrity, Calls The World
Community Not To Recognise Change Of Crimea's Status" . Ukrainian News
Agency. 2014. Diakses tanggal 25 Desember 2015
United Nations Information Centre Jakarta: United Nations Security Council
action on Crimea referendum blocked : jakarta 2014. Diakses tanggal 25
Desember 2015.
LAMPIRAN
Perbandingan Kekutan Militer Rusia dan Ukraina tabel 1
Rusia Ukraina
Penduduk . . . . Penduduk
Tentara . . Tentara
Tank tempur Tank tempur
Kapal perang Kapal perang
Pesawat tempur Pesawat tempur
Kemampuan
nuklir
1480 kepala nuklir
strategis, 1022
kepala nuklir
strategis cadangan
dan 2000 kepala
nuklir taktis.
Non nuklir Kemampuan
nuklir
Belanja militer 78 miliar dolar AS 1,6 miliar dolar
AS
Belanja militer
Gambar 1. Peta Krimea
Tabel 2: negara yang mendukung referendum Krimea
Negara Anggota PBB Tanggal
Rusia Ya 17 Maret 2014
Venezuela Ya 17 Maret 2014
Ossetia Selatan Tidak 17 Maret 2014
Abkhazia Tidak 17 Maret 2014
Kazakhstan Ya 18 Maret 2014
Armenia Ya 19 Maret 2014
Nagorno-Karabakh Tidak 19 Maret 2014
Kyrgyzstan Ya 20 Maret 2014
Uganda Ya 21 Maret 2014
Afghanistan Ya 22 Maret 2014
Korea Utara Ya 22 Maret 2014
Suriah Ya 22 Maret 2014
Belarus Ya 23 Maret 2014
Kuba Ya 27 Maret 2014
Bolivia Ya 27 Maret 2014
Nikaragua Ya 27 Maret 2014
Sudan Ya 27 Maret 2014
Zimbabwe Ya 27 Maret 2014