KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM CERPEN ANAK MAJALAH BOBO 2017 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SLTP Conflicts of Main Families in Children's Characters Bobo Magazine 2017 and Its Implementation in Literature Learning in SLTP Fadhilatun Hayatunnufus Kantor Bahasa Provinsi Lampung Jalan Beringin II No. 40 Kompleks Gubernuran Telukbetung, Bandarlampung Telepon (0721) 486408, Faksimile (0721) 486407 [email protected]Diajukan: 19 Mei 2018,direvisi: 9 Juni 2018 Abstract This study aims to describe the conflict of the main character in the children's short story 2017 Bobo magazine and its implementation in literature learning in primary schools. This research includes literature research that uses data in the form of narration, description, and dialogue in the form of written data on children's short stories in Bobo magazine with the number ten short stories. Data collection by documenting, literature study, reading and recording. As for data processing, the content analysis method is used. Through this research, it was concluded that the conflict of the main character that occurred in the children's short story included internal and external conflicts. Internal conflict, namely the conflict between the main character and himself. External conflict, namely the conflict between the main character and other people and nature. conflicts in children's stories Bobo magazine is a simple conflict that is easily resolved by children. The results of this analysis can be implemented for literary teaching in the junior high school class XI odd semester. Grade XI junior high school students are expected to understand conflicts and solutions in children's short stories. Keywords: short stories, internal conflicts, external conflicts Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konflik tokoh utama dalam cerpen anak majalah Bobo 2017 dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di sekolah dasar. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan yang menggunakan data berupa narasi, deskripsi, dan dialog berupa data tertulis pada cerpen anak-anak dalam majalah Bobo dengan jumlah sepuluh judul cerpen. Pengumpulan data dengan cara mendokumentasi, studi pustaka, membaca, dan mencatat. Adapun untuk mengolah data digunakan metode analisis isi. Melalui penelitian ini, diperoleh simpulan bahwa konflik tokoh utama yang terjadi dalam cerpen anak tersebut, meliputi konflik internal dan eksternal. Konflik internal, yaitu konflik tokoh utama dengan dirinya sendiri. Konflik eksternal, yaitu konflik tokoh utama dengan orang lain dan alam. konflik-konflik dalam cerpen anak majalah Bobo merupakan konflik sederhana yang mudah diselesaikan oleh anak-anak. Hasil analisis ini dapat diimplementasikan untuk pengajaran sastra di SLTP kelas XI Semester ganjil. Siswa SLTP kelas XI diharapkan dapat memahami konflik beserta solusi dalam cerpen anak-anak. Kata Kunci: cerpen, konflik internal, konflik eksternal
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM CERPEN ANAK MAJALAH BOBO 2017 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SLTP
Conflicts of Main Families in Children's Characters Bobo Magazine 2017 and Its Implementation in Literature Learning in SLTP
Fadhilatun Hayatunnufus
Kantor Bahasa Provinsi Lampung Jalan Beringin II No. 40 Kompleks Gubernuran Telukbetung, Bandarlampung
Abstract This study aims to describe the conflict of the main character in the children's short story 2017 Bobo magazine and its implementation in literature learning in primary schools. This research includes literature research that uses data in the form of narration, description, and dialogue in the form of written data on children's short stories in Bobo magazine with the number ten short stories. Data collection by documenting, literature study, reading and recording. As for data processing, the content analysis method is used. Through this research, it was concluded that the conflict of the main character that occurred in the children's short story included internal and external conflicts. Internal conflict, namely the conflict between the main character and himself. External conflict, namely the conflict between the main character and other people and nature. conflicts in children's stories Bobo magazine is a simple conflict that is easily resolved by children. The results of this analysis can be implemented for literary teaching in the junior high school class XI odd semester. Grade XI junior high school students are expected to understand conflicts and solutions in children's short stories. Keywords: short stories, internal conflicts, external conflicts
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konflik tokoh utama dalam cerpen anak majalah Bobo 2017 dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di sekolah dasar. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan yang menggunakan data berupa narasi, deskripsi, dan dialog berupa data tertulis pada cerpen anak-anak dalam majalah Bobo dengan jumlah sepuluh judul cerpen. Pengumpulan data dengan cara mendokumentasi, studi pustaka, membaca, dan mencatat. Adapun untuk mengolah data digunakan metode analisis isi. Melalui penelitian ini, diperoleh simpulan bahwa konflik tokoh utama yang terjadi dalam cerpen anak tersebut, meliputi konflik internal dan eksternal. Konflik internal, yaitu konflik tokoh utama dengan dirinya sendiri. Konflik eksternal, yaitu konflik tokoh utama dengan orang lain dan alam. konflik-konflik dalam cerpen anak majalah Bobo merupakan konflik sederhana yang mudah diselesaikan oleh anak-anak. Hasil analisis ini dapat diimplementasikan untuk pengajaran sastra di SLTP kelas XI Semester ganjil. Siswa SLTP kelas XI diharapkan dapat memahami konflik beserta solusi dalam cerpen anak-anak.
Kata Kunci: cerpen, konflik internal, konflik eksternal
Cerita dalam sastra dikreasikan berdasarkan pengalaman hidup, pengamatan, pemahaman, dan peng-hayatan terhadap berbagai peristiwa kehidupan yang secara faktual di jumpai di masyarakat. Dengan itulah ia dapat dipandang sebagai salah satu interpretasi terhadap kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, berbagai peristiwa dan alur cerita yang dikisahkan dalam karya sastra secara logika memiliki potensi untuk dapat terjadi di kehidupan masyarakat walau secara faktual-konkret tidak pernah ada dan terjadi. Karakteristik tersebut juga berlaku dalam sastra anak. Sastra anak memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan. Melalui karya sastra penulis dapat mengungkapkan perasaan yang tersurat lewat pesan yang terkandung di dalamnya. Menurut Sarumpaet (2010:2), sastra anak adalah sastra terbaik yang mereka baca dengan karakteristik berbagai ragam, tema, dan format. Nurgiyantoro (2013:6) mengatakan bahwa sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak dan pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah dipahami oleh anak-anak. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan sastra anak tentu mengacu kepada kehidupan cerita yang berkolerasi dengan dunia anak-anak dan bahasa yang digunakan sesuai dengan perkembangan intelektual dan emosional anak. Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal. Misalnya, kisah binatang dan tumbuhan yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan berperaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat dapat menerima
cerita semacam itu dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak. Menurut Lukens dalam Nurgiantoro (2013: 8) perbedaan antara sastra anak dan dewasa adalah terdapat dalam hal tingkatan pengalaman yang dikisahkan dan atau diperlukan untuk memahami, bukan pada hakikat kemanusiaan yang dikisahkan. Sama halnya dengan sastra dewasa, sastra anak pun hadir untuk menawarkan kesenangan dan pemahaman, hanya saja sastra anak memiliki keterbatasan tentang pengalaman kehidupan yang dikisahkan, cara mengisahkan, maupun bahasa yang dipergunakan untuk mengekspresikan. Salah satu genre sastra anak adalah cerpen. Cerpen tersebut dapat ditulis oleh siapa saja, tetapi yang jelas memang ditujukan untuk anak dan dengan sudut pandang anak. Cerpen untuk anak biasanya bercerita tentang masalah-masalah sosial dengan menampilkan tokoh utama protagonis sebagai pelaku cerita. Masalah-masalah yang dihadapi tokoh itulah menjadi sumber pengembangan alur. Menurut Aminudin dalam Winarni (2014: 48) alur atau rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita dapat dikelompokkan menjadi empat tahapan, yaitu (1) ekposisi, pengenalan masalah dengan memperkenalkan konflik pada bagian awal cerita; (2) komplikasi, yakni pelaku menghadapi masalah tertentu yang berupaya untuk dipecahkan pada bagian tengah cerita; (3) klimaks, yakni konfliks memuncak yang diharapkan dapat terselesaikan pada menjelang bagian-bagian akhir cerita; (4) denoument, masalah yang terdapat pada bagian akhir cerita. Konflik yang dikisahkan dalam sebuah cerita dapat berkaitan
Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 43--54
44
dengan masalah diri sendiri, orang lain, atau sosial, dan bersifat realistik sebagaimana ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kaitan antara tokoh, alur, dan tema harus terjalin dengan baik dan saling berhubungan. Dalam cerita anak, cerita lebih banyak terselesaikan, tetapi harus tetap mempertahankan logika cerita. Pembaca yang mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh protagonis akan menemukan penyelesaian yang belum tentu sesuai dengan harapannya. Cerpen anak dapat membawa pembaca anak untuk lebih memahami diri sendiri dan orang lain lewat pengembangan cerita, tokoh, dan konflik yang dapat dipercaya.
Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis tentang konflik yang terdapat dalam cerpen anak pada majalah Bobo. Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan konflik dalam cerpen anak majalah Bobo. Konflik sangat penting untuk dianalisis karena sebuah cerita pendek dapat dikatakan sangat menarik apabila konflik yang membangunnya menarik perhatian pembaca sehingga pembaca menjadi penasaran untuk membacanya hingga selesai. Konflik merupakan unsur paling penting dalam sebuah cerita, tanpa adanya konflik, sebuah cerpen akan terasa hambar karena tidak menarik untuk dibaca. Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek & Warren, 2009: 285). Sudjiman (2006: 30) mengatakan bahwa konflik merupakan ketegangan dalam cerita rekaan atau pertentangan antara dua kekuatan. Konflik adalah pertikaian atau pertentangan antara dua karakter tokoh yang berbeda. Kita sudah mengetahui bahwa dalam suatu cerita ada yang dinamakan karakter protagonis dan
karakter antagonis yang masing-masing mempunyai ide tersendiri. Perbedaan karakter inilah yang biasanya memunculkan konflik. Tarigan (2011: 134) mengungkapkan dalam kenyataan terdapat beraneka ragam konflik, misalnya, konflik antara manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam sekitar, suatu ide dengan ide lain, dan seseorang dengan kata hatinya. Menurut lukens dalam Nurgiantoro (2013: 239) konflik dalam cerita fiksi anak dapat terjadi antara seseorang dengan diri sendiri, seseorang dengan orang lain, seseorang dengan masyarakat dan seseorang dengan alam.
Peneliti mengumpulkan data dengan mengikuti perkembangan terbaru dari Majalah Bobo. Majalah Bobo merupakan majalah anak tertua yang terbit di Indonesia sejak tahun 1973 dan sampai sekarang masih diminati oleh berbagai pihak salah satunya anak-anak. Keragaman rubrik yang khusus diterbitkan untuk anak-anak menjadi salah satu alasan anak-anak tertarik membaca majalah terebut. Salah satu rubriknya adalah cerpen anak yang memuat beragam cerita anak yang mengandung konflik. Cerpen anak-anak dalam majalah Bobo tersebut dapat digunakan sebagai bahan ajar pengajaran sastra bagi siswa SLTP kelas IX semester dua karena pada kurikulum 2013 terdapat kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran sastra. Kompetensi dasar tersebut adalah menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerpen yang dibaca atau dengar. Salah satu struktur cerpen yang dipelajari oleh siswa SLTP kelas IX semester dua adalah seputar konflik dalam sebuah cerita. Peserta didik dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran cerita bergerak seputar konflik atau masalah dan bagaimana solusinya. Penelitian ini menggunakan
Konfliks Tokoh Utama … ( Fadhilatun Hayatunnufus)
45
cerpen anak-anak majalah Bobo, dengan tujuan agar anak-anak dapat memahami berbagai konflik yang terjadi dalam dunia anak-anak. Anak-anak diharapkan dapat mencegah terjadinya konflik dan dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat tokoh dalam cerpen anak yang sudah dibacanya tanpa harus melakukan kesalahan yang sama.
Hal tersebut yang menjadi alasan peneliti dalam memilih cerpen anak pada Majalah Bobo sebagai sumber data penelitian. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini peneliti akan menganalisis “Konflik Tokoh Utama Cerpen Anak pada Majalah Bobo 2017 dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar”. Sebagai bahan rujukan, peneliti menggunakan buku-buku yang relevan sebagai panduan, yaitu buku-buku tentang sastra anak, pengkajian fiksi, dan sumber bacaan lainnya dari internet, jurnal, hasil penelitian, dan lain-lain yang relevan dengan penelitian. 2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2004: 53). Deskriptif analitik yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada objek yang diteliti secara obyektif. Sumber data dalam penelitian ini adalah majalah Bobo terbitan tahun 2017. Peneliti mengambil sepuluh cerpen anak-anak majalah Bobo sebagai data penelitian. Cerpen anak-anak tersebut, peneliti ambil secara random.
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam menganalisis data terbagi menjadi tujuh tahap. 1. Mengumpulkan dan membaca
dengan cermat setiap cerpen dan
langsung mengumpulkan data dengan mencari serta menandai penggalan-penggalan cerpen yang mengandung konflik.
2. Memberi kode pada penggalan-penggalan cerpen yang mengandung konflik.
3. Menganalisis dan menginterpretasi data yang sesuai dengan kata kunci yang dibuat sesuai landasan teori.
4. Mengelompokkan konflik dalam cerpen-cerpen tersebut.
5. Mendeskripsikan konflik yang terkandung dalam cerpen-cerpen tersebut.
6. Mengimplementasikan hasil analisis konflik ke dalam pembelajaran sastra di SLTP.
7. Menyimpulkan hasil analisis data penelitian.
3. Pembahasan
Konflik pada hakikatnya
merupakan sesuatu yang tidak
menyenangkan yang dialami atau
dirasakan tokoh. Konflik dapat muncul
karena adanya pertentangan di antara
beberapa kepentingan yang berbeda,
namun juga karena konflik pula
kemudian memunculkan pertentangan
sehingga konflik pun mengalami
perkembangan. Konflik yang akan
diteliti dalam cerpen majalah Bobo
adalah konflik internal (konflik yang
terjadi antara seseorang dengan diri
sendiri dan konflik eksternal (konflik
yang terjadi antara seseorang dengan
sesuatu diluar dirinya, mungkin dengan
lingkungan alam atau dengan orang lain.
Adapun judul-judul cerpen anak
majalah Bobo yang akan dianalisis, yaitu
“Terompet Meira”, “Bunga Kuncup
Satu”, “Rara Ingin Belajar Memanah”,
Siapa yang Lebih Tekun”, “Antara Aku
Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 43--54
46
dan Ical”, Rara Ingin Belajar Memanah”,
“Gara-gara Titunuan”, “Nasi Goreng
Permata”, dan “Gelang Persahabatan”.
Berikut ini adalah hasil analisis konflik
yang terjadi dalam cerpen-cerpen
tersebut.
3.1 Konflik Tokoh Utama dengan
Dirinya Sendiri.
Konflik antara tokoh utama
dengan dirinya sendiri dalam cerpen
anak-anak majalah Bobo tampak pada
kutipan cerpen anak majalah Bobo
berjudul “Terompet Meira” karya Ulfah
Hafidzah berikut.
“Ibu, hari ini Meira boleh beli
terompet, kan?” Tergantung Ayah,
sempat membelikan, tidak” Jawaban Ibu
membuat Meira kesal. Teman-temannya
sudah membeli terompet dari kemarin.
Ayah selalu beralasan kehabisan
terompet karena pekerjaannya sedang
banyak sehingga lembur di kantor. Pada
saat pulang, Ayah tidak ketemu penjual
terompet karena sudah malam.
Usai sarapan tadi, Meira dijemput
saudaranya main di rumahnya. Siang
hari Ibu menjemputnya. Meira cemberut
karena teman-teman dan saudaranya
sudah memiliki terompet untuk
menyambut tahun baru nanti.
“Wah, anak Ibu kenapa cemberut?
Jadi hilang deh cantiknya,” goda Ibu
sambil mencubit pipi Meira yang jadi
makin tembem saat cemberut.
‘Enggak apa-apa.” Meira
menjawab dan masuk ke dalam mobil.
Kutipan tersebut menunjukkan
konflik Meira dengan dirinya sendiri.
Meira menahan rasa marah pada
ayahnya yang tidak dapat membelikan
sebuah terompet. Ayah Meira selalu
pulang malam sehingga tidak
menemukan penjual terompet di jalan.
Hal tersebut menimbulkan rasa kesal
pada diri Meira dan memperlihatkan
wajah cemberut kepada orang tuanya.
Sebagai seorang anak tidak mungkin
Meira melawan atau marah kepada
Ayahnya, ia hanya dapat menahannya
dalam hati.
Hal itulah yang menyebabkan
konflik pada diri Meira. Sebagai seorang
Ibu, Ibu Meira pun menyadari jika
anaknya sedang kesal. Ibu Meira
mencari solusi untuk menghilangkan
rasa kesal pada Meira dengan cara
membuat terompet bersama Meira. Hal
tersebut terlihat pada kutipan berikut.
“Meira tak juga terseyum dan
melangkah terpaksa ke samping Ibu. Ibu
menunjukkan Youtube tentang cara
membuat terompet. Akhirnya, Meira
tersenyum, dia serius melihatnya sambil
sesekali melirik keranjang yang di bawa
Ibu. Meira akan punya terompet buatan
sendiri.
Konflik antara tokoh utama
dengan dirinya sendiri tampak juga
dalam cerpen “Bunga Kuncup Satu”
karya Eva Shalihah berikut ini.
Esoknya, di sekolah, teman-teman
di kelas lulu ramai membicarakan
perkembangan pohon mawar masing-
masing. Lulu sedih saat mendengar
pohon mawar milik teman-temannya
sudah mekar bunganya. Padahal, Lulu
sudah merawat pohon mawarnya
sepenuh hati, sesuai saran Ibu. Namun,
kenapa hanya bunga miliknya yang
masih kuncup?
Konfliks Tokoh Utama … ( Fadhilatun Hayatunnufus)
47
Sepulang sekolah, Lulu cemberut
terus sampai waktunya makan siang.
“Lulu kenapa? Kok cemberut?” Ibu
tersenyum, menyodorkan sepiring nasi
pada Lulu. “Lulu kesal, Bu. Mawarnya
Sari sudah berbunga. Banyak lagi,
katanya. Teman-teman yang lain juga.
Cuma Lulu yang bunganya kuncup satu,”
rengek Lulu. Ibu tersenyum,” Tidak apa-
apa, Lu, yang penting pohon itu kan,
kamu yang tanam dan rawat sendiri. Ibu
yakin, pohon Lulu tidak kalah bagus
dibandingkan pohon teman-teman lain.”
Lulu terdiam mendengar kata-kata Ibu.
Kata-kata Ibu ada benarnya juga.
Kutipan cerpen tersebut
menunjukkan adanya konflik dalam
tokoh utama, yaitu Lulu dengan dirinya
sendiri. Lulu merasa khawatir dan
tidak percaya diri karena usahanya
dalam mengerjakan tugas sekolah
belum terlihat hasilnya, padahal ia
sudah merusaha untuk merawat pohon
mawar miliknya dengan baik agar dapat
berbunga sesuai dengan harapannya.
Akan tetapi, ternyata kenyataannya
pohon mawar yang dirawatnya belum
juga berbunga seperti milik teman-
temannya yang lain. Pada cerpen ini,
Lulu mengutarakan permasalahannya
kepada orang lain dan tokoh Ibu pun
hadir dalam cerpen tersebut untuk
menenangkan rasa khawatir dalam diri
Lulu.
Kata-kata Ibu yang meng-
isyaratkan bahwa Lulu tidak perlu
khawatir dengan pohon mawarnya
membuat Lulu yakin bahwa pohon
mawar yang dirawatnya akan berbunga
seperti milik teman-teman sekelasnya.
Tokoh Ibu membantu Lulu untuk dapat
menyelesaikan konflik dalam diri Lulu
sehingga ia memiliki rasa percaya diri
kembali.
Konflik antara tokoh utama dan
dirinya sendiri tampak juga dalam
cerpen “Rara Ingin Belajar Memanah”
karya Tyas berikut ini.
Pak Yogi memanggil semua atlet
sekolahnya. Ia mengajak semua fokus
dan berdoa, Ah, Rara jadi ingat kalau ia
sedang belajar bersabar.
Ia ingat, Kak Titis selalu
mengatur napas saat latihan panahan.
Rara pun berusaha tenang. Pelan-pelan,
ia mulai fokus ke pertandingannya. Kak
Titis pernah bilang, kalau mau berhasil
diolahraga harus fokus dan lakukan
sepenuh hati. Hati harus senang.
Rara sudah fokus, tidak lagi
menoleh ke tempat penonton. Ia berlari
sekuat tenaga. Ia berlari dengan
gembira. Akhirnya, ia menempati urutan
kedua.
Konflik dalam cerpen tersebut
yakni tokoh utama (Rara) yang
berusaha melawan rasa gugupnya
dalam mengikuti pertandingan lari
antar sekolah. Rara yang mengikuti
lomba lari tidak fokus mengikuti
perlombaan karena Kak Titis tidak ikut
menonton perlombaan. Hal itulah yang
membuat Rara tidak fokus ke
perlombaan tersebut.
Namun, akhirnya konflik dalam
diri Rara dapat teratasi setelah ia
mengingat pesan Kak Titis. Tokoh Titis
masuk sebagai pemberi pesan jika Rara
ingin berhasil diolahraga harus fokus
dan dilakukan dengan hati senang.
Konflik dalam diri tokoh Rara dalam
cerpen ini hanya menyangkut hal-hal
kecil yang sangat mudah untuk di atasi.
Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 43--54
48
Konflik antara tokoh utama dan
dirinya sendiri juga terdapat dalam
cerpen “Siapa yang Lebih Tekun?” karya
Dyah Eka Kurniawati. Dalam cerpen ini
diceritakan bahwa tokoh utama, yaitu
Vilia yang merasa dirinya paling hebat
dan rajin menulis dibandingkan dengan
Yuna. Akan tetapi, hasil tulisan Yuna
berhasil dimuat di sebuah majalah
terkenal. Konflik dalam diri tokoh
menggebu karena dia iri pada Yuna. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan
berikut.
“Ini Aneh, Bu. Kenapa cerpen
karya Yuna yang dimuat majalah itu,
bukan karyaku. Padahal aku lebih rajin
dan tekun lo, sehingga karyaku tentu
lebih bagus. Apalagi, aku juga lebih
berpengalaman daripada dia.”Sungut
Vilia.
Kalimat-kalimat kutipan tersebut
merupakan ungkapan rasa iri dan
kekecewaan dalam diri Vilia yang
diungkapkan kepada tokoh ibu. Tokoh
ibu dalam cerpen bertujuan untuk
membantu Vilia menyelesaikan konflik
dalam dirinya. Nasehat ibu kepada Vilia
membuat Vilia berfikir dan akhirnya
sadar bahwa sifat sombong dan rasa
ingin menang sendiri yang ada dalam
dirinya adalah sesuatu hal yang tidak
baik. Jika ia ingin tulisannya dimuat di
majalah yang terkenal ia harus lebih
tekun belajar menulis dan berkonsultasi
sebelum mengirimkan tulisan tersebut
ke majalah. Hal tersebut tampak pada
kutipan cerpen berikut.
“Ayo introspeksi diri lagi!
Mungkin sekarang karya Yuna memang
lebih bagus, karena dia lebih tekun
dalam belajar menulis,” kata ibu Vilia.
3.2 Konflik Tokoh Utama dengan
Orang Lain.
Konflik yang terjadi antara tokoh
utama dan orang lain dalam cerpen
anak majalah Bobo biasanya
menyangkut hal-hal kecil, seperti
berbeda pendapat tentang sesuatu.
Padahal perbedaan itu bukan
merupakan perbedaan yang prinsipiel.
Konflik tokoh utama dengan orang lain
dalam cerpen anak majalah Bobo
tampak pada kutipan cerpen anak yang
berjudul “Antara Aku dan Ical” karya
Liza erfiana berikut ini.
Sepertinya Ical kurang suka aku
berada di dalam tim sepak bola sekolah.
Dengan teman-teman yang lain, dia bisa
akrab, bercanda, dan tertawa riang.
Namun, denganku, bertegur sapa saja
dia enggaebutn. Bahkan pernah dia
mengempeskan roda sepedaku. Beberapa
temanku melihat dia melakukannya.
Namun, Ical tak mau mengakuinya.
“Anak-anak, seminggu lagi
pertandingan memperebutkan piala
bupati. Bapak harap kalian berlatih
dengan serius!” Arahan Pak Lukman
membuyarkan lamunanku. “Hore!”
teman-teman bersorak gembira. Cuma
aku yang kurang senang mendengar
berita itu. Semua itu karena sikap Ical.
“Ravan, kamu sakit?” Tiba-tiba Pak
Lukman menyebut namaku. “Ehh enggak
Pak. Jawabku gugup. “Bapak kira kamu
sakit. “Kucingnya yang sakit Pak?’ sindir
Ical.
Konflik yang terjadi dalam
cerpen tersebut adalah konflik antara
tokoh Ravan dengan Ical. Ical adalah
teman Ravan dalam tim sepakbola
sekolah. Ravan masuk sebagai anggota
tim sepakbola karena Pak Lukman yang
Konfliks Tokoh Utama … ( Fadhilatun Hayatunnufus)
49
memintanya. Akan tetapi, Ical tidak suka
Ravan masuk sebagai anggota tim
sepakbola karena tubuhnya yang kecil
dibandingkan dengan anggota tim
sepakbola yang lain. Ical sebagai kapten
tim sepakbola beranggapan bahwa
Ravan tidak pandai bermain sepokbola
karena memiliki tubuh yang kecil. Hal
inilah yang menyebabkan Ical tidak
menyukai Ravan masuk sebagai tim
sepakbola, padahal Ravan sangat pandai
bermain sepakbola.
Konflik di antara Ravan dan Ical
akhirnya selesai ketika Ravan
menunjukkan bahwa ia mampu bermain
sepakbola dan membawa kemenangan
bagi tim sepakbola sekolahnya. Hal
tersebut tampak pada kutipan berikut.
Teman-teman bersorak gembira,
tendangan terakhirku menjadi penentu
kemenangan tim kami. “Hidup, Ravan!”
teriak teman-teman spontan. Dengan
bangga kami bisa memberikan prestasi
untuk sekolah, Namun tidak kalah
penting adalah terjadinya persahabatan.
Akhirnya, aku dan Ical bisa menjadi
sahabat yang baik.
Konflik antara tokoh utama
dengan orang lain dalam cerpen anak
majalah Bobo juga dapat dilihat dalam
cerpen “Rara Ingin Belajar Memanah”
karya Tyas KW. Konflik tersebut dialami
tokoh utama, yaitu Rara dan Kak Titis.
Rara merasa kesal pada Kak Titis karena
kakaknya tersebut tidak menonton
perlombaan lari yang ia ikuti. Biasanya
kak Titis selalu menontonnya. Hal itulah
yang membuat Rara kesal dan marah
pada Kak Titis dan akhirnya
menyebabkan konflik di antara mereka.
Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
berikut.
“Kak Titis mana, Bu?” Ibu
menggelengkan kepalanya. Ah, Rara
kecewa, kakaknya tidak datang lagi.
Rara kesal. Uh, Kak Titis sekarang sibuk
sendiri. Pasti ia latihan panahan lagi.
Rara menghentakkan kakinya.
Kutipan tersebut bermakna rasa
kecewa yang ada dalam diri Rara
terhadap kakaknya merupakan rasa
kecewa seorang adik yang ingin dapat
perhatian dari kakaknya. Kakak yang
selama ini selalu menemaninya berlatih
lari atau menonton perlombaan lari
adiknya tiba-tiba menjadi berubah sikap
karena sibuk berlatih memanah. Konflik
yang terjadi antara kakak dan adik ini
dapat terselesaikan dengan cepat
setelah Kak Titis meminta maaf kepada
Rara. Ungkapan permintaan maaf Kak
Titis terdapat dalam kutipan berikut.
Kak Titis minta maaf pada Rara
karena tidak bisa datang. Untuk
menghibur Rara, ia mengajak Rara ke
tempat ia berlatih memanah. Biasanya,
Kak Titis tak memperbolehkan Rara ikut.
Nanti Rara bosan, begitu selalu katanya.
Dalam kutipan tersebut terlihat
penyelesaian konflik yang terjadi antara
Rara dan Kak Titis. Kak Titis meminta
maaf pada Rara karena selama ini dia
tidak pernah menemani Rara latihan
lari. Kak Titis mengajak Rara melihatnya
berlatih panahan untuk menghibur Rara
sehingga Rara memaafkannya.
Konflik antara tokoh utama dan
orang lain dalam cerpen anak majalah
Bobo juga terdapat dalam cerpen yang
berjudul “Gara-gara Tinutuan” karya
Esti Asmalia berikut ini.
Terlalu asyik melamun, Rio tidak
bisa mengatur arah sepedanya. Ia jatuh
menimpa pagar bambu Pak Kus. “Kamu
Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 43--54
50
mau mencuri ayam, ya?”tuduh Pak Kus
sambil berkacak pinggang. Matanya
melotot mengamati pagar bambu yang
ambruk dan ayam-ayamnya yang lari
berhamburan. “Enggak, Pak. Saya hanya
nabrak pagar bambu ini. “Maaf Pak, saya
tidak sengaja. Tadi saya melamun. “Naik
sepeda, kok sambil melamun. Pokoknya
kamu harus ganti pagar saya yang
rusak.”
Berdasarkan kutipan tersebut
didapati adanya konflik antara tokoh
Rio dan Pak Kus. Pak Kus marah pada
Rio, ia menuduh Rio akan mencuri
ayam-ayam miliknya. Padahal Rio tidak
sengaja menabrak pagar bambunya
sehingga ayam-ayam Pak Kus berlarian
ke sana ke mari. Rio pun merasa
bersalah karena tidak sengaja menabrak
pagar bambu Pak Kus. Rio meminta
maaf pada Pak Kus, namun Pak Kus
meminta Rio untuk mempertanggung-
jawabkan perbuatannya. Selama ini Rio
berpikir Pak Kus adalah orang yang
galak, hal ini membuat Rio takut dan
akhirnya Rio pun memper-
tanggungjawabkan perbuatannya. Dia
datang kembali ke rumah Pak Kus untuk
memperbaiki pagar bambu yang
ditabraknya.
Konflik yang terjadi antara Pak
Kus dan Rio ini hanyalah konflik yang
ringan, yaitu konflik antartokoh
protagonis. Konflik di antara mereka
tidak prinsipiel, hanya sekadar
kesalahpahaman biasa saja yang dapat
diselesaikan dengan baik. Jika konflik
antar tokoh tersebut merupakan
sesuatu yang prinsipiel, maka salah satu
pihak akan berubah fungsi menjadi
tokoh antagonis. Kutipan dalam cerpen
yang menyatakan penyelesaian konflik
di antara tokoh adalah sebagai berikut.
Menjelang senja, pagar bamboo
Pak Kus kembali terlihat rapi dan cantik.
“Lebih keren dari sebelumnya ya, Pak?”
Tanya Rio.
“Sebagai pemula, kerjamu bagus
juga.” Pak Kus mengangguk-angguk
seraya menepuk pundak Rio.
Konflik tokoh utama dengan
orang lain juga terdapat dalam cerpen
majalah Bobo yang berjudul “Gelang
Persahabatan” karya Husna Ilyas.
Konflik yang terjadi karena perselisihan
antara tokoh Putri dan Tikah. Mereka
bertengkar karena Putri tidak mau
memberi contekan Matematika saat
ujian tengah semester. Putri dan Tikah
pura-pura tidak melihat jika berpapasan
di koridor sekolah. Di dalam kelas pun
mereka seperti tidak saling mengenal.
hal tersebut terlihat dalam kutipan
berikut.
“yang semangat, dong!” tepuk
Ratih di pundak Putri. Tadi Ratih sedang
mengobrol dengan Tikah yang langsung
membuang pandangannya ke pinggir
lapangan, setelah Putri mendekat.
Putri menguatkan diri, perasaan
kesal dan sebal pada Tikah masih ada di
hatinya karena Tikah marah-marah
tidak diberi contekan.
Perselisihan yang terjadi di
antara tokoh Putri dan Tikah adalah
perselisihan antarkawan. Perselisihan
tersebut menyangkut hal-hal kecil
sekadar beda pendapat antarkawan.
Konflik tersebut dapat diselesaikan
dengan bantuan tokoh ibu yang
dihadirkan oleh penulis cerpen. Tokoh
ibu memberi nasehat pada Putri agar ia
mau memperbaiki persahabatannya
Konfliks Tokoh Utama … ( Fadhilatun Hayatunnufus)
51
dengan Tikah, sehingga mereka dapat
bersahabat kembali. Penyelesaian
konflik dalam cerpen “Gelang
Persahabatan” dapat terselesaikan
dengan baik, hal tersebut terlihat pada
kutipan berikut.
“…dia mau minta maaf, katanya.
Tikah datang membawa puding, lo. Nanti
bunda iris dan bawa ke kamar, ya. Biar
bisa kalian makan berdua.” Bunda
tersenyum.
Saat itu, Putri melihat gelang
persahabatan yang pernah dibuatnya.
Ah, meski tanpa gelang persahabatan itu,
mereka akan tetap menjadi sahabat.
3.3 Konflik Tokoh Utama dengan
Alam
Konflik seseorang dengan alam
haruslah dipahami dalam pengertian
yang lebih luas, meliputi berbagai
kondisi lingkungan kehidupan termasuk
di dalamnya flora dan fauna. Dalam
cerpen majalah Bobo yang berjudul
“Nasi Goreng Permata” karya Husna
Ilyas terdapat konflik antara tokoh
dengan tumbuhan. Tumbuhan dalam
cerpen tersebut adalah sayur-sayuran
yang tidak disukai oleh tokoh Febi.
Tokoh Febi tidak menyukai sayuran
karena menurutnya sayuran tidak enak
rasanya. Hal tersebut terdapat dalam
kutipan berikut.
“Kamu mau? Yuk, makan berdua!”
Ujar Aliya sambil menyodorkan kotak
bekalnya.
Febi menggeleng.
“Rasa sayuran tidak enak. Bikin
perutku mual!”
Cobain deh! Sayur buatan bunda,
tidak bikin mual.” Kata Aliya.
Seorang anak memang terkadang tidak
menyukai sayuran. Anak-anak lebih
suka dengan makanan instan seperti
mie atau nuget. Cerpen “Nasi Goreng
Permata” menceritakan tentang seorang
anak yang tidak suka makan sayur.
Untuk mengatasi konflik tersebut,
dihadirkanlah tokoh Aliya. Tokoh Aliya
adalah teman sekelas Febi, setiap hari ia
membawa bekal nasi dan sayuran,
sedangkan Febi selalu membawa bekal
mie goreng. Aliya berusaha untuk
membuat Febi suka makan sayur
dengan mengundangnya untuk makan
siang di rumah Aliya. Aliya mencoba
membuat Febi suka makan sayur. Hal
tersebut tampak dalam kutipan berikut.
“Feb, ayo dimakan. Nasi
gorengnya enak, lo!” ujar Aliya. Akhirnya,
Febi menyendok juga nasi goreng itu. Ia
menatap beberapa wortel dan sawi yang
ikut terangkat di sendoknya. Aliya
meyakinkan lagi dengan mengangguk.
Kamu mual tidak, Febi?” Tanya
Aliya penasaran. Febi mulai mengunyah
pelan-pelan. “Kalau sayurannya dimasak
seperti ini, aku suka,” ujar Febi sambil
tersenyum.
Kutipan di atas menunjukkan
bahwa usaha Aliya agar Febi mulai
menyukai sayuran tampaknya berhasil.
Sayuran yang dimakan oleh Febi tidak
membuat perutnya mual. Penyelesaian
konflik dalam cerpen tersebut sangat
mudah karena konflik yang muncul
tidak sulit untuk diselesaikan oleh
seorang anak.
Konflik antara tokoh dengan
alam juga terdapat dalam cerpen
berjudul “ Bakso Pak Kus” karya Tyas
KW. Cerpen tersebut menceritakan
tentang tokoh Eri yang ingin sekali
Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 43--54
52
membeli bakso di warung Pak Kus. Eri
harus menyisihkan uang sakunya untuk
membeli bakso. Namun, setelah ia
berhasil membelinya, bakso tersebut
dimakan Langton. Langton adalah
kucing peliharaan Kak Yogi. Konflik
antara Eri dan seekor kucing terlihat
dalam kutipan berikut.
Bluk! Ada suara tumbukan lembut
di meja. Eri menoleh ke meja. Tampak si
Langton sedang memasukkan kaki
depannya ke mangkok bakso. Langton
sedang mengambil satu butir bakso. Eri
melonggo.
“Langton! Hus..hus!” Kak Yogi
mengusir Langton dari meja. Kak Yogi
memandang Eri kasian.
“Ya, Langton,” Ucap Eri, kesal.
“Enggak jadi makan bakso deh, aku.”
Lanjutnya lesu.
Konflik kecil antara Eri dan
Langton, seekor kucing terjadi karena
kecerobohan Eri. Eri meletakkan
mangkuk bakso di atas meja. Ia lupa
menutupnya dengan tudung saji. Si
kucing pun akhirnya menggondol bakso
Eri. Eri merasa menyesal karena buru-
buru menemui teman-temannya
membuat ia lupa menutup mangkuk
baksonya dengan tudung saji.
Kak Yogi dalam cerpen tersebut
dihadirkan untuk membantu Eri dalam
mengatasi konfliknya dengan Langton.
Kak Yogi merasa bertanggungjawab atas
ulah hewan peliharaannya itu. Hal
tersebut dapat dilihat dalam kutipan
berikut.
“Maafkan Langton ya, Ri!” Ucap
Kak Yogi. “Sudah, sekarang enggak usah
disesali. Yuk, kita ke warung bakso Pak
Karso! Kakak yang traktir”.
Seketika wajah Eri berseri
kembali.
4. Implementasi Hasil Analisis Konflik pada Pembelajaran Sastra di SLTP
Pada dasarnya cerpen dapat dijadikan sebagai sarana pendukung dalam memperkaya bacaan siswa dan dapat dijadikan sebagai bahan ajar pembelajaran sastra bagi guru bahasa Indonesia di sekolah. Pembelajaran sastra di SLTP dapat mengunakan sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak. Karya tersebut berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata dan tidak berdasarkan fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak.
Dengan adanya pembelajaran sastra di sekolah memungkinkan siswa untuk menambah pengalaman dan pengetahuan terhadap makna kehidupan yang beragam. Tujuan pembelajaran sastra tidak hanya menambah pengalaman dan pengetahuan, tetapi juga untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya. Menurut Oemarjati dalam Abidin, (2012:213) hakikat pembelajaran sastra ialah memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra dan mengajak siswa ikut menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan itu.
Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang
Konfliks Tokoh Utama … ( Fadhilatun Hayatunnufus)
53
dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
Pembelajaran sastra di SLTP diarahkan terutama pada proses pemberian pengalaman bersastra. Siswa diajak untuk mengenal bentuk dan isi sebuah karya sastra melalui kegiatan mengenal dan mendalami cipta sastra sehingga muncul pemahaman dan sikap menghargai cipta sasta sebagai suatu karya yang indah dan bermakna. Hasil analisis konflik tokoh utama dalam cerpen anak majalah Bobo dapat diterapkan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra di SLTP kelas IX. Siswa diharapkan dapat memahami konflik beserta penyelesaiannya dalam cerpen anak-anak majalah Bobo.
Dengan memahami berbagai konflik tersebut, diharapkan siswa dapat mencegah terjadinya konflik. Hasil analisis konflik tokoh utama dalam cerpen anak majalah Bobo ini adalah siswa dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat tokoh dalam cerpen anak majalah Bobo yang sudah dibacanya sehingga siswa tidak melakukan kesalahan yang sama. Jika siswa mengalami konflik yang sama dengan tokoh cerpen dalam majalah Bobo tersebut, siswa dapat menyelesaikannya dengan penyelesaian atau solusi yang sama seperti dalam cerpen tersebut.
5. Simpulan
Konflik merupakan sesuatu yang
tidak menyenangkan yang dialami atau
dirasakah tokoh dalam cerita. Konflik
dalam cerpen anak-anak majalah Bobo
dapat diklasifikasikan menjadi konflik
internal dan eksternal. Konflik antara
tokoh utama dengan dirinya sendiri
termasuk dalam konflik internal. Konflik
internal yang terjadi dalam cerpen
anak-anak majalah Bobo merupakan
konflik yang sederhana. Solusi konflik
tersebut dapat diselesaikan dengan
mudah tanpa melalui perenungan yang
mendalam.
Konflik eksternal yang terjadi
dalam cerpen anak-anak majalah Bobo
terdiri dari konflik antara tokoh
utama/seseorang dengan orang lain dan
konflik antara tokoh utama dengan
alam. Penyebab konflik antartokoh
utama dan orang lain dalam cerpen
anak-anak tersebut hanya karena hal-
hal kecil atau kesalahan-kesalahan kecil
yang biasa dilakukan oleh anak-anak.
Penyelesaian/solusi konflik dapat
diselesaikan dengan munculnya tokoh
lain yang membantu tokoh utama untuk
mencari penyelesaian terhadap konflik
tersebut. Konflik tokoh utama dengan
alam dalam cerpen anak-anak majalah
Bobo dapat ditemukan dalam cerpen
tentang seorang anak yang tidak suka
sayuran dan cerita seorang anak dan
hewan peliharaan. Cerpen-cerpen anak
dalam majalah Bobo hanya
menampilkan konflik-konflik yang
sangat dekat dengan dunia anak-anak
dan mudah untuk diselesaikan oleh
tokoh utama sendiri maupun tokoh lain
yang membantu penyelesaian konflik
dalam cerpen tersebut.
Daftar Acuan
Maghfirah Rizam, Masyithah. 2016. “Konflik dalam Cerpen Anak-anak Majalah Bobo dan Implementasinya dalam pem-belajaran Apresiasi Prosa Fiksi.” Dalam jurnal Bahasa dan Sastra, Volume II. Hlm 237-256.
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak:
Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018: 43--54
54
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori,
Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sarumpaet. Riris K. Toha. 2010. Pedoman
Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional.
Sudjiman, Panuti. 2006. Kamus Istilah Sastra.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-Prinsip
Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Wellek, Rene dan Austin Warren. 2009. Teori
Kesusastraan. Diterjemahkan oleh Melani Budianto dari Buku Theory of Literature. Jakarta: Gramedia.