BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Walaupun kebijakan kependudukan dan program pembangunan sosial dan ekonomi yang dihasilkan Indonesia telah berhasil menurunkan angka kelahiran dan kematian sehingga menghambat laju pertumbuhan penduduk tetapi jumlah penduduk Indonesia masih akan terus bertambah. Di daerah yang yang pertumbuhan penduduknya telah menurun, terjadi perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan proporsi anak-anak usia 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat proporsi penduduk usia kerja dan peningkatan proporsi penduduk usia lanjut (lansia) secara perlahan. Sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-4 tahun masih besar sehingga memerlukan investasi social dan ekonomi yang besarr pula untuk penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan. Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar permasalahan kemiskinan. Jadi, aspek demografis mempunyai kaitan erat dengan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Walaupun kebijakan kependudukan dan program pembangunan sosial
dan ekonomi yang dihasilkan Indonesia telah berhasil menurunkan angka
kelahiran dan kematian sehingga menghambat laju pertumbuhan penduduk
tetapi jumlah penduduk Indonesia masih akan terus bertambah. Di daerah
yang yang pertumbuhan penduduknya telah menurun, terjadi perubahan
struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan proporsi anak-anak
usia 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat proporsi penduduk usia kerja
dan peningkatan proporsi penduduk usia lanjut (lansia) secara perlahan.
Sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya masih
tinggi, proporsi penduduk usia 0-4 tahun masih besar sehingga memerlukan
investasi social dan ekonomi yang besarr pula untuk penyediaan sarana
tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan.
Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar permasalahan
kemiskinan. Jadi, aspek demografis mempunyai kaitan erat dengan masalah
kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada saat ini. Kesimpulannya adalah
bahwa pertumbuhan penduduk berkaitan dengan kemiskinan dan
kesejahteraan masyarakat.
1.2. TUJUAN
Agar mahasiswa memahami tentang konsep-konsep demografi
Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan peran perawat dalam
penggunaan demografi
Dapat mendeskripsikan pertumbuhan penduduk dalam sustu daerah
Memahami ruang lingkup,tujuan dan kegunaan demografi
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONEP DASAR DEMOGRAFI
1. Pengertian
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau
penduduk dan grafein yang berarti menulis. Jadi, demografi adlah
tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai penduduk. Menuruit
A. Guillaerd (1985), demoigrafi adalah elements de statistique
humaine on demographic compares. Definisi demografi antara lain
sebagai berikut.
1. Demografi merupakan studi ilmiah yang menyangkut masalah
kependudukan, terutama dalamm kaitannya dengan jumlah,
struktur, dan perkembangan suatu penduduk.
2. Demografi merupakan studi stastistik dan matematis tentang
besar, komposisi, dan distribusi penduduk, serta perubahan-
perubahannya sepanjang masa melalui komponen demografi,
yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, dan mobilitas sosial.
3. Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran
territorial dan komposisi penduduk, serta perubahan-perubahan
dan sebab-sebabnya.
2. Ruang lingkup
Demografi mencakup batasan-batasan umum kematian, kelahiran,
migrasi, dan perwakinan dengan proses penduduk dan hukum
pertumbuhan penduduk. Sedangkan menurut A. Laundry (1937),
demografi formal bersifat analitnik matematik dan teknik-teknik
sosiologikal. Demografi atau studi populasi adalah penghubungan
antara penduduk dan sistem sosiel.
2
3. Tujuan dan kegunaan
1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam daerah
tertentu.
2. Menjelaskan pertumbuhan, masa lampau, penurunannya, dan
persebarannya.
3. Menggambarkan hubungan sebab akibat antara perkembangan
penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial.
4. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa akan datang
dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.
4. Kebijakan penduduk
Kebijakan kependuduk merupakan gejala yang relatife baru.
Kebijakan dapat meliputi penyediaan lapangan kerja untuk penduduk
yang menghendakinya, memberikan kesempatan pendidikan,
meingkatkan kesejahteraan, serta usaha-usaha untuk menambah
kesejahteraan penduduk lainnya. Berbagai kebijakan itu
mempengaruhi penduduk, naik mengenai besar komposisi, distribusi,
pertumbuhannya, maupun cirri-ciri penduduk yang lain. Kebijakan
kependudukan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
merupakan langkah-langkah dan program-program yang membantu
tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, sosial, demografi, dan tujuan-
tujuan umum yang lain dengan jalan mempengeruhi variabel-variabel
demografi utama, yaitu besar dan pertumbuhan penduduk, serta
perubahan dan cirri-ciri demografi. Perlu dibedakan antara kebijakan
yang mempengaruhi variabel-variabel kependudukan maupun yang
menggapai perubahan-perubahan penduduk. Kebijakan yang
mempengaruhi variabel kependudukan, misalnya mengadakan
vaksinasi anak-anak dengan tujuan menyelamatkan mereka dari
berbagai penyakit yang berbahaya.
Kebijakan yang menggapai perubahan penduduk antara lain
pendirian sekolah-sekolah untuk menampung peningkatan jumlah
3
anak-anak yang disebabkan oleh penurunan angka kematian anak-
anak. Kebijakan kependudukan berhubungan dengan keputusan
pemerintah. Dengan merujuk pada kelahiran, kematian, dan
perbesaran penduduk pemerintah menyusun kebiakn yang
mempengaruhi penduduk.
5. Ruang lingkup kebijakan penduduk
Kebijakan kependudukan berhubungan dengan dinamika
kependudukan, yaitu perubahan-perubahan terhadap tingkat fertilitas,
mortalitas, dan migrasi. Kebijakan kependudukan dapat
mempengaruhi fersilitas. Fersilitas sering hanya hubungankan dengan
penurunan fersilitas melalui Keluarga Berencana (KB). Kebijakan
mengenai mortalitas biasanya langsung dihubungkan dengan
kesehatan, bahkan sering dihubungkan dengan klinik, rumah sakit,
dan dokter. Mortalitas mempunyai hubungan yang erat dengan
morbidilitas.
Migrasi merupakan mekanisme redistribusi penduduk. Urbanisasi
sebagai keadaan dan proses pemutusan penduduk di daerah urban
(perkotaan) banyak dipengaruhi oleh migrasi dari desa ke kota.
Masalah yang dapat mempengaruhi fersilitas ialah nuptialitas, yaitu
hal-hal yang berhubungan dengan perkawinan.
6. Program – program kependudukan
Kegiatan nyata untuk melakukan kebijakan dengan dasar tertentu,
batas waktu, dan dana tertentu. Kegiatan KB adalah program
kependudukan. Peningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
akan menurunkan angka kematian bayi juga merupakan program
kepnduduk. Dalam kenyataannya, program kependudukan di
Indonesia diartikan sebagai beyond family planning yaitu kegiatan-
kegiatan yang menjangkau lebih jauh dari KB.
4
Transmigrasi merupakan kebijakn kependudukan mengenai
migrasi. Kebijakannya adalah redistribusi penduduk melalui migrasi
yang diatur oleh pemerintah sejak tahun 1972 dengan Undang-Undang
No. 3 yang mengatur tentang Pokok-pokok Penyelenggaraan
Transmigrasi.
7. Kebijakan kependudukan diberbagai negara
Pengertian kebijakan kependudukan di banyak negera dihuungkan
dengan KB. Di negara-negara tersebut, usaha KB dilakukan oleh
organisasi-organisasi masyarakat dengan dana dari masyrakat pula.
Dengan demikian, pengetahuan dan sikap positif terhadap KB serta
praktik KB dimulai dari golongan atas menurun ke golongan
menengah terus ke golongan buruh akhirnya mencapai petani di desa-
desa.
8. Berbagai kebijakan kependudukan
Kebiajakan yang banyak dianut di berbagai negara adalah
kebijakan antinatalis. Negara-negara yang menjalankan kebijakan KB
bersifat antinatalis. Alasan umum yang digunakan adalah untuk
kesejahteraan ibu dan anak, baik ditinjau dari kesehatan ibu dan anak
maupun pertimbangan kesejahteraan sosial ekonomi keluarga.
Sedangkan kebijaksanaan pronatalis tidak banyak diikuti. Contoh
yang sering digunakan adalah Perancis yang sudah kalah perang
dengan Jerman pada tahun 1871, keluarga-keluarga dianjurkan untuk
memperbesar jumlah keluarga dengan meningkatkan kelahiran.
Sementara itu, pemerintahan Hongkong menggalakkan memperbesar
jumlah keluarga sebab tren ibu-ibu karier yang tidak ingin mempunyai
anak dulu. Macam kebijakan kependudukan dapat bersifat nasional
terpadu atau sektoral. Semua komponen yang mempunyai hubungan
dengan penduduk mempunyai orientasi yang sama.
5
Negara-negara Asia terbagi dua dalam kebijakan
kependudukannya. Negara-negara di Asia Selatan, Tenggara, dan
Timur hampir semua mengikuti kebijakan antinatalis. Dari Pakistan
sampai Jepang, dengan perkecualian Birma dan Vietnam, semuanya
menjalankan KB. Cina bahkan sejak akhir-akhir ini mengusahakan
keluarga dengan hanya satu anak setelah penduduk mendekati jumlah
satu miliar.
Program-program yang mempunyai akibat kependudukan lebih
bersifat sosial ekonomi atau sekadar menampung akbat-akibat
negative tindakan masyarakat. Di Amerika selatan kebijakan
kepndudukan dapat dibagi dua, yaitu kebijakan pronalitas di sebagaian
besar negara-negara yang penduduknya beragama Katolik dan
antinatalis. Negara-negara Amerika Latin mengikuti paham yang
mengatakan bahwa apabila keadaan sosial ekonomi diperbaiki, maka
angka kelahiran akan turun, seperti halnya dalam teori transisi
demografi.
9. Kebijakan kependudukan di indonesia
Kebijakan yang menyangkut distribusi penduduk sesudah diikuti
sejak permulaan abad ke-19 oleh pemerintah Hindia belanda. Jawa
diperkirakan hanya mampu menampung 30 juta penduduk dan
selebihnya harus ditransmigrasikan. Undang-undang No. 3 Tahun
1972 memberikan tujuan yang luas pada transmigrasi di mana
pertimbangan demografi hanya merupakan satu dari 7 sasaran yang
terdiri atas:
1. Peningkatan taraf hidup
2. Pembangunan daerah
3. Keseimbangan penyebaran penduduk.
4. Pembangunan yang merata di seluruh Indonesia
5. Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia
6. kesatuan dan persatuan bangsa
6
7. Memperkuat pertahanan dan keamanan nasional.
Kebijakan kependudukan telah dirumuskan dalam GBHN.
Kebijakan ini merupakan bagian dari kebijakan kependudukan yang
meliputi:
1. Bidang pengendalian kelahiran
2. Penurunan tingkat kematian terutama kematian anak-anak;
3. Perpanjangan harapan hidup
4. Penyebaran penduduk yang lebih serasi dan seimbang;
5. Pola urbanisasi yang lebih berimbang dan merata
6. Perkembangan dan penyebaran angkatan kerja.
Kebijakan kependudukan utama di Indonesia adalah Kebijakan
Keluarga Berencana. Kebijaksanaan ini sudah diketahui oleh semua
petugas KB maupun masyarakat.
1. Program KB sesuai dengan Deklarasi PBB mengenai
kependudukan di mana Presiden Soeharto ikut menandatangani
deklarasi ini. Kebijaksanaan pemerintah yang menjadi komitmen
pimpinan teringgi untuk melaksanakan program KB merupakan
salah satu produk “Orde Baru” yang paling penting dengan
jangkauan yang jauh.
2. Kenyataan bahwa dukungan masyarakat cukup besar dari golongan
maupun secara prinsipil tidak ada terhadap program KB.
3. Indnesia dapat membuktikan nbahwa KB dapat di laksanakan di
daerah pedesaan secara efektif. Kegagalan program KB di negara-
negara lain karena dimulai pada aspek teknis medis, yaitu
pengadaan klinik-klinik KB.
4. Menjadikan KB sebagai suatu lembaga atau pranata sosial, maka
KB diusahakan untuk menjadi bagian integral dari kehidupan
masyarakat dalam bentuk Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS).
7
5. Usahakan untuk melaksanakan kegiatan beyond family planning.
Konsep ini sebenarnya sebagai usaha untuk mempertemukan tiga
pandangan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pandangan yang menyatakan bahwa penurunan fertilitas hanya
dapat dicapai melalui pemangunan ekomomi. Apabila ekonomi
terbangun, fertilitas akan turun dengan sendirinya.
b. Pandanga bahwa perubahan nilai-nilai dalam masyarakat yang
mengurangi peranaan anak dalam kehidupan keluarga dan
sebagai jaminan hari tua maupun tenaga bantu untuk keluarga.
c. Pandangan bahwa dengan program KB yang dikelola dengan
baik, fertilitas akan dapat diturunkan.
Negara-negara yang berhasil menurunkan fertilitas dengan
cepat dalam masa dua dasawarsa terakhir adalah Korea Taiwan,
Hongkong, dan Singapura.
Dalam hal transmigrasi masih perlu untuk mencari pendekatan
yang lebih mantap. Cara berpikir yang inovatif dan lebih efisien perlu
dikembangkan sehingga sasaran kuantiatif (500 ribu kepala keluarga)
dalam Pelita III dapat dicapai. Sesuai dengan Undang-undang No. 31
Tahun 1972, transmigrasi swakarsa harus lebih didorong untuk
memulai proses migrasi berantai.
Baik KB maupun transmigrasi mempunyai implikasi sosial,
ekonomi, budaya, dan politik. Mengingat pentingnya masalah
kependudukan, sehingga perlu adanya undang-undang yang mengatur
pokok-pokok mengenai kependudukan sebagai suatu sistem yang
terpadu. Undang-undang yang mencakup aspek-aspek kependudukan
secara menyeluruh akan menjadi pegangan dalam menangani masalah
penduduk yang kompleks secara terpadu.
10. Masalah kependudukan di indonesia
Berikut ini adalah masalah kependudukan yang ada di Indonesia.
8
1. Jumlah penduduk relative besar; pada tahun 2000 diperkirakan 200
juta.
2. Laju pertummbuhan penduduk tinggi, pada tahun 1971-1980 =
2,32% tahun.
3. Kepadatan penduduk penyebarannya tak merata.
4. Susunan usia penduduk tak seimbang.
11. Transisi demografi
Angka kelahiran dan kematian
50
40
30
Trransisi demografi
Keterangan :
1. Stabil tinggi : kelahiran tinggi, kematian tinggi.
2. Stabil rendah : kelahiran rendah, kematian rendah.
3. Dari stabil tinggi ke stabil rendah melalui tahapan transisi (tahap I-
IV).
Tahap I : Pratansisi
Angka kelahiran tinggi, kematian tinggi. Mengapa? Manusia
masih sangat bergantung pada alam musim panen, disamping itu
banyak peperangan, penyakit, dan lain-lain. Jadi kelahiran tinggi
merupakan kompensasi kematian yang tinggi.
Tahap II
9
I II III IVTingkat kematian
tingkat kelahiran
Ada keterlibatan pemerintah, angka kematian manurun, tetapi
kelahiran meningkat karena masyarakat tidak tahu adanya penurunan
kematian. Shingga terjadilah peledakan penduduk dan krisis pangan.
Tahap III
Tahap ini pada garis dimulailah revolusi industri yang
memperkerjakan orang usia produktif laki-laki dan perempuan
sehingga ada tahap ini kelahiran menurun.
Tahap IV
Pada akhirnya industri membawa dampak penurunan
pertambahan kelahiran, karena orang sudah berubah pola pikinya.
Mereka memilih tidak punya anak/ tidak menikah karena dirasakan
lebih menguntungkan atau bisa dinikmati.
Transisi di Indonesia
Sebelum merdeka angka kelahiran tinggi, kematian tinggi
(karena budaya, seperti orang Jawa; adanya istilah anak ontang-
anting, pendawa lima, dan lain-lain). Transisi dimulai pada tahun 1966
dengan adanya angak kelahiran yang tinggi dan kematian rendah.
Program Keluarga Berencana dimulai pada tahun 70-an.
12. Struktur dan persebaran penduduk
Struktur dan persebaran penduduk akan membahas terbatas pada
komposisi penduduk dan persebaran penduduk. Dalam demografi ada
tiga fenomena yang merupakan bagian penting dari penduduk, yaitu:
1) dinamika kependudukan (change in population), 2) komposisi
penduduk (population composition), 3) besar dan persebaran
penduduk (size and poplation distribution) .
Sebagaimana kita ketahui, penduduk dapat dibagi dalam
berbagai cirri atau karakteristik tertentu, baik sosial ekonomi maupun
geografis. Pengelompokan penduduk sanat berguna untuk berbagai
maksud dan tujuan sebagai berikut.
10
1. Mengetahui sumber daya manusia yang ada, baik menurut usia
maupun jenis kelamin.
2. Mengambil suatu kebijaksanaan yang berhubungan dengan
kependudukan.
3. Membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk
lainnya.
4. Melalui penggambaran piramida penduduk dapat diketahui
“proses demografi” yang telah terjadi pada penduduk tersebut.
13. Komposisi penduduk
Pengelompokkan penduduk berdasarkan cirri-ciri tertentu dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : 1) bilogis, meliputi: usia dan jenis
kelamin; 2) sosial, meliputi: tingkat pendidikan, status perkawinan dan
sebagainya; 3) ekonomi, meliputi: penduduk yang aktif secara
ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan
sebaginya; 4) geografis berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan,
pedesaan, provinsi, dan kabupaten.
1. Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin
Usia dan jenis kelamin merupakan karakter penduduk yang pokok.
Struktur ini mempunyai pengaruh penting, baik terhadap tingakh
laku demografis maupun sosial ekonomi. Distribusi usia dalam
demografi penduduk dapat digolongkan menurut usia satu tahunan
juga lima tahunan.
Tabel Distribusi Usia dalam Demografi
Contoh Usia Satu
Tahunan
Usia Lima
Tahunan
0
1
2 ….. dst
0 – 4
5 – 9
10 – 14 … dst
11
2. Pengelompokan penduduk berdasarkan cirri-ciri sosial.
Pengelompokan penduduk berdasarkan cirri-ciri sosial antara lain
tingkat pendidikan pendudukk, status perkawinan, dan sebaginya.
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan tercermin pada
kepandaian membaca, menulis (literacy), dan tingkat pendidikan.
3. Penduduk berdasarkan cirri-ciri ekonomi
Penduduk berdasarkan ciri-ciri ekonomi meliputi: lapangan
pkerjaan, jenis pekerjaan, status pkerjaan, dan sebagainya.
4. Komposisi penduduk Indonesia berdasarkan tempat tinggalnya.
Berdasarkan data sensus tahun 1971 komposisi penduduk
Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 17,4%
b. Penduduk yang tinggal di daerah pedesaan sebesar 72,6%.
14. Konsep, definisi, dan Ukuran-ukuran dalam Demograsi
Dalam membahas komposisi penduduk, terutama yang berhubungan
dengan komposisi menurut usia dan jenis kelamin, terdapat beberapa
konsep, definisi, dan ukuran-ukuran yang perlu diketahui, antara lain
sebagai berikut.
1. Usia Tunggul (Single Age)
Usia tunggal adalah usia sesorang yang dihitung berdasarkan hari
ulang tahun terakhirnya. Misalnya, jika sekarang berusia 11 ½
tahun, maka dalam pengertian di atas dianggap berusia 11 tahun.
Pada kenyataannya, baik dalam survey maupun sensus menanyakan
usia seseorang tidaklah mudah. Masih banyak penduduk Indonesia
yang tidak tahu sama sekali mengenai tanggal kelahiran maupun
tahunnya. Ada kecendurungan orang menyenangi usia-usia 30
tahun, keadaan seperti itu disebut age heaping atau age preference.
12
Kesalahan pelaporan usia bisa terjadi, baik lapangan (sewaktu
survey ataupun sensus) maupun pada saat memproses data usia.
2. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya
penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu,
biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100
perempuan. Rumus :
Sex Ratio = Jumlah penduduk laki-laki x k Jumlah penduduk
Perempuan
Pada tahun 2008 rasio jenis kelamin penduduk Indonesia 97. Ini
berarti tiap 100 perempuan terdapat 97 laki-laki, yaitu jumlah
penduduk laki-laki 58.338.664 dan jumlah penduduk perempuan
60.029.206
Sehingga sex ratio = dibulatkan menjadi 97.
3. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
Angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang
yang tidak produktif (usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun )
dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (usia 15-64
tahun )
4. Usia Median (Median Age)
Usia median adalah usia yang membagi penduduk menjadi dua
bagian dengan jumlah yang sama, bagian yang pertama lebih muda
dan bagian yang kedua lebih tua daripada medium age. Usia
median ini ditentukan berdasarkan usia dari sebagian penduduk
yang lebih tua dan usia sebagian penduduk pada kelompok-
kelompok usia tertentu.
13
15. Persebaran penduduk
Secara garis besar, persebaran penduduk dapat digolongkan
menurut geografis serta adminiatrasi dan politik.
1. Geografis. Indonesia yang terdiri atas beberapa kepulauan besar
dan kecil, penduduknya tersebar secara tidak merata. Terdapat 922
pulau berpenghuni dan 12.675 pulau tanpa penghuni. Pulau yang
terdapat penduduknya adalah pulau Jawa, lebih dari sepuluh (64%)
penduduk Indonesia bertempat tinggal di pulau tersebut, padahal
luasnya hanya 6,6% dari luas wilayah Indonesia. Sedangkan daerah
Kalimantan yang luasnya 27,2 % hanya dihuni oleh 4,4% dari
seluruh penduduk Indonesia. Persebaran penduduk yang belum
merata ini tentu saja menimbulkan masalah sosial ekonomi yang
serius bagi pemerintah. Persebaran penduduk dunia secara
geografis sebagaimana kita ketahui penduduk tersebar di lima
benua, yaitu : Asia, Afrika, Amerika, Eropa, dan Oseania.
2. Administrasi dan politis. Secara administrasi dan politis penduduk
Indonesia tersebar di 27 provinsi; namun menjadi 26 provinsi
setelah Timor-Timor menjadi negara merdeka. Setela itu diadkan
pemekaran untuk wilayah administrasi provinsi, sihingga jumlah
provinsi Indonesia saat ini banyak 33 provinsi. Selanjutnya di tiap-
tiap provinsi secara administrasi dibagi dalam Kabupaten,
Kecamatan, dan Kelurahan. Dalam sistem administrasi
pemerintahan di Indonesia terdapat tiga daerah khusus atau
istimewa yang setingkat dengan provinsi, yaitu: Daerah Istimewa
Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam), Daerah Istimewa Yogyakrta,
dan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
16. Piramida penduduk
14
Komposisi usia dan jeni kelamin suatu penduduk secara grafik dapat
digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Berikut ini cara
penggambaran piramida penduduk.
1. Sumbu vertical untuk distribusi usia.
2. Sumbu horizontal untuk jumlah penduduk, dapat absolute maupun
presentase.
3. Dasar piramida di mulai untuk usia muda ( 0 – 4) tahun, semakin
ke atas untuk usia yang lebih tua.
4. Puncak piramida untuk usia tua sering dibuat dengan sistem open
end interval , artinya untuk usia 75, 76, 77, 78 dan seterusnya
cukup dituliskan 75 +
5. Bagian sbelah kiri untuk penduduk laki-laki dan bagian sebelah
kanan untuk penduduk perempuan.
6. Besarnya balok diagram untuk masing-masing kelompokm usia
harus sama.
17. Tiga ciri penduduk
Berdasarkan komposisi usia dan jenis kelamin,maka karakteristik
penduduk dari suatu negara dapat dibedakan atas tiga ciri(the three
general population) berikut ini.
1. Expansive, yaitu sebagian besar penduduk berada dalam kelompok
usia termuda, contoh negara indonesia.
2. Constrictive, yaitu sebagian kecil penduduk berada dalam
kelompok usia muda, contoh negara Amerika Serikat.
3. Stationary, yaitu banyaknya penduduk tiap kelompok usia hampir
sama banyaknya dan mengecil pada usia tua kecuali pada
kelompok usia tertentu, contoh negara Swedia.
15
18. Faktor – faktor yang mempengaruhi struktur usia penduduk
Adapun faktor – faktor yang memengaruhi struktur usia penduduk
adalah fertilitas, mortalitas (kematian bayi atau infant mortality) , dan
migrasi.
a. Fertilitas (Kelahiran)
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil
reproduksi yang nyta dari seorang wanita atau sekelompok wanita.
Dengan kata lain, fertilitas menyangkut banyaknya bayi yang lahir
hidup. Sebaliknya, fekunditas merupakan potensi fisik untuk
melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.
Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas, hanya berbeda
ruang ruang lingkupnya fertilitas mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk. Sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Konsep – konsep yang terkait dengan fertilitas, antara lain sebagai
berikut.
1. Lahir hidup (live birth). Menurut Perserikatan Bangsa – bangsa dan
WHO adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan
lamanya di dalam kandungan, di mana bayi menunjukkan tanda –
tanda kehiduan, misalnya bernafas, ada denyut jantung atau denyut
tali pusat dan gerakan – gerakan otot.
2. Lahir mati (still birth). Adalah kelahiran seorang bayi dari
kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa
menunjukkan tanda – tanda kehidupan.
3. Abortus. Adalah kematian bayi dalam kandungan dengan usia
kehamilan kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus, yaitu
disengaja (induced) dan tidak sengaja (spontaneous). Induced
abortion dapat dilakukan berdasarkan alasan medis, misalnya
karena mempunyai peyakit jantung yang berat, sehingga
membahayakan jiwa ibu dan tidak berdasarkan alasan medis.
16
4. Masa reproduksi (CHILDBEARING AGE), yaitu masa dimana
wanita mampu melahirkan, disebut juga usia subur (15-49 tahun)
Langkah – langkah yang harus dulakukan untuk mengetahui
tingkat fertilitas penduduk adalah sebagai berikut.
1. Registrasi data yang tersedia, seperti statistikkelairan (birth
statistics), kelemahannya:
a. Ketepatan definisi yang dignakan dan aplikasinya.
b. Kelengkapan (completeness) registrasi
c. Ketepatan lokasi tempat
d. Ketepatan pengelompokan kelahiran berdasar karakteristik
ekonomi atau demografi.
Untuk negara maju, kelemahan – kelemahan tersebut seagian besar
sudah teratasi. Sedangkan di negara yang sedang berkembang
kelemahan tersebut masih terasa, yang paling menonjol adalah
kelemahan dalam hal kelengkapan registrasi. Hal ini disebabkan
oleh penduduk, baik yang mempunyai anak maupun petugas
registrasi tidak menyadari pentingnya registrasi kelahiran dan tidak
mengerti bagaimana menjawab pertanyaan – pertanyaan seperti
tanggal kelahirannya anaknya, usia ibunya, dan sebagainya.
2. Sensus data yang tersedia berupa hal – hal dibawah ini.
a. Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin.
b. Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup.
c. Jumlah anak yang dilahirkan dalam suatu periode yang lalu
(misalnya; 1 tahun yang lalu).
d. Data penduduk yang berhubungan dengan variabel fertilitas
(misalnya penduduk usia kawin).
Kelemahan – kelemahan sensus adalah sebagai berikut.
a. Keterangan jumlah anak yang pernah dilahirkan sangat tergantung
pada daya ingat dari si ibu semakin tua usia ibu semakin besar
kemungkinan melupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan. Hal
17
ini dapat disebabkan anaknya mungkin sudah menikah, meninggal,
atau tinggal bersama dengan salah satu keluarganya di tempat lain.
b. Keterangan mengenai banyaknya anak yang lahir setahun yang lalu
bergantung pada ketepatan dalam memperkirakan jangka waktu
satu tahun sebelum sensus. Perkiraan jangka waktu ini bisa terlalu
panjang atau sebaliknya terlalu pendek.
c. Keterangan – keterangan penduduk yang dikaitkan dengan variabel
fertilitas juga mengundang kesalahan pelaporan usia oleh
penduduk, dan biasanya sering terjadi di negara yang sedang
berkembang.
3. Survei data yang tersedia berupa:
a. Sama dengan data yang tersedia dari sensus.
b. Keterangan tambahan mengenai fertilitas yang lebih terperinci.
c. Riwayat kelahiran (birth history atau pregnancy history), mulai
dari anak pertama hingga anak terakhir.
d. Status kehamilan (pregnancy status).
e. Kelemahan yang ditemui disensus juga berlaku di dalam
survei, karena kedua jenis sumber data tersebut berdasarkan
informasi mengenai kejadian kelahiran (birth event) yang
sudah lampau.
Data fertilasi yang bersifat nasional adalah sebagai berikut.
1. Sensus penduduk 1961, BPS.
2. SUSENAS (survei sosial ekonomi nasional) tahap III, 1967, BPS.
3. Sensus penduduk 1971, BPS.
4. Survei fertilitas dan mortalitas indonesia 1973, LD FEUI.
5. SUPAS (survei penduduk antarsensus) tahap II dan III, 1967, BPS.
6. SUSENAS, 1979, BPS.
7. Sensus penduduk 1980, 1990, 2000, BPS.
18
Seperti halnya angka mortalitas, angka fertilitaspun diukur
berdasarkan pembagian jumlah kejadian (events) dengan penduduk
yang menanggung resik melahirkan (exposed risk). Walaupun
demikian, ada beberapa persoalan yang dihadapi dalam hal
pengukuran fertilitas yang tidak dijumpai dalam pengukuran
mortalitas, yaitu:
1. Suatu angka (rate) menunjukkan ukuran untuk jangka waktu.
Angka fertilitas menunjukkan dua pilihan jangka waktu, pertama
untuk jangka waktu pendek biasanya 1 tahun, sedangkan pilihan
kedua adalah jumlah kelahiran selama masa reproduksi.
2. Suatu kelahiran melibatkan kedua rangtuanya, sehingga
memungkinkan timbulnya keinginan untuk mengukur fertilitas
berdasarkan sifat – sifat ibu, ayah, atau kedua orangtuanya. Namun,
informasi yang dikumpulkan biasanya hanya berhubungan dengan
si ibu. Sehingga dengan sendirinya pengukuan fertilitas hanya
berdasarkan sifat – sifat ibu saja. Walaupun demikian, cara yang
digunakan untuk pengukuran fertilitas terhadap wanita seperti yang
telah disebutkan sebenarnya dapat juga digunakan untuk mengukur
fertilitas dari pria.
3. Penentuan penduduk yang exposed to risk di dalam pengukuran
fertilitas sangat sulit. Tidak setiap orang mempunyai resiko
melahirkan. Walaupun yang masih kanak – kanak dan yang tua bisa
dengan mudah dipisahkan, tetapi tidak semua wanita yang berumur
diantara kedua kelompok tersebut menanggung resiko melahirkan.
4. Sangat sulit membedakan live birth (lahir hidup) dan still birth
(lahir mati).
5. Melahirkan lebih dari satu kali adalah hal yang bisa terjadi pada
seorang istri. Oleh, karena itu ada unsur plihan antara melahirkan
lagi atau tidak. Pilihan ini bergantung pada bebarapa hal seperti
pendidikan, status sosial ekonomi, jumlah anak yang telah mereka
miliki, dan lain – lain.
19
Ukuran Dasar Dalam Pengukuran Fertilitas
Ada dua macam pendekatan, yaitu yearly performance (current
fertility) dan reproductive history ( comulative fertility).
1. Yearly performace (current fertility)
Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk untuk jangka
waktu satu tahun.
a. Crude birth rate (CBR) atau angka kelahiran kasar.
Rumus :
CBR = B x k
R
Di mana;
B = banyaknya kelahiran selama 1 tahun.
R = banyaknya penduduk pada pertengahan tahun.
k = bilangan konstanta, biasanya 1.000.
Contoh :
Banyaknya kelahiran di Gresik pada tahun 2008 adalah 182.880 orang
bayi. Banyaknya penduduk Gresik pada pertengan tahun 2008
sebesar 4.546.942 orang.
Maka CBR = 182.880 x 1.000 = 40 per seribu penduduk
4. 546.942
b. Angka kelahiran umum atau General Fertiliti Rate (GFR)
GFR adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15
– 49 atau 15 - 49 tahun.
Rumus :
20
GFR = Pᶠ 4-49 K atau GFR = Pᶠ 15 - 44
Di mana :
B = banyaknya kelahiran selama 1 tahun.
Pᶠ4-49 = banyaknya penduduk wanita yang berumur 14 – 49 tahun
pada pertengahan tahun.
Pᶠ15-44 = banyaknya penduduk wanita yang berumur 14 – 44 tahun
pada pertengahan tahun.
K = bilangan konstanta, biasanya 1000.
Kelebihannya adalah ukuran ini hanya memasukan wanita yang
berusia 15 – 49 tahun, sedangkan kelemahan ukuran ini tidak
membedakan resiko melahirkan dari berbagai kelompok usia.
c. Angka kelahiran menurut kelompok usia atau Age Specific Fertiliti
Rate (ASFR)
ASFR adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok
usia tertentu.
Rumus:
ASFR N = b N k ( i = 1-7 )
p N
Di mana :
b N = banyaknya kelahiran di dalam kelompok usia 1 selama 1 tahun.
K = bilangan konstanta, biasanya 1000.
Kelebihannya adalah ukuran lebih cermat dari GFR dan ASFR
dimungkinkan dilakukannya fertilitas menurut kohor, sedangkan
kelemahannya tidak menunjukan ukuran fertilitas untuk keseluruhan
wanita usia 15 – 49 tahun.
d. Total Fertility Rate (TFR)
21
Jumlah dari ASFR, bahwa usia dinyatakan dalam satu tahunan.
TFR = 5 i=17 ASFR i ( i = 1,2 …… )
Di mana ;
ASFR = angka kelahiran menurut kelompok usia
I = kelompok usia 5 tahunan di mulai dari 15 – 19
Kelebihan rumus ini adalah ukuran seluruh wanita usia 15 – 49 tahun
yang di hitug berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok usia.
2. Reproductive History ( Cumulative Vertility )
a. jumlah anak yang pernah di lahirkan
Mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok wanita selama
reproduksinya,
Kelebihannya adalah mudah di dapatkan informasinya dan tidak
ada referensi
Waktu, sedangkan kelemahannya adalah angka paritas kelompok
usia akan
Mengalamin kesalahan pelaporan usia penduduk dan angka
kecenderungan
Semakin tua semakin besar.
b. Child Woman Ratio (CWR)
Hubungan dalam bentuk rasio antara jumlah anak di bawah 5 tahun.
Rumus:
CWR = Pᵒ- 4 x k
P15-44
atau
22
CWR = Pᵒ- 4 x k
P15-49
Dimana:
P0-4 = banyaknya penduduk usia 0-4 tahun.
P15-44 = banyaknya wanita usia 15-44 tahun.
P15-49 = banyaknya wanita usia 14-49 tahun.
K = konstanta, biasanya 1000.
Kelebihan metode ini adalah data yang di perlukan tidak memerlukan
pernyataan khusus, sedangkan kelemahanny langsung di pengaruhi
oleh kekurangan pelaporan tentang anak serta di pengaruhi olehh
tingkat moralitas anak di bawah 1 tahun lebih besar dari orang tua.
c. Menghitung GFR berdsarkan CWR
Asumsi yang di gunakan tidak ada migrasi
Langkah - langkah
- Hitung jumlah anak di bawah 5 tahun ( P0-4 ) misal : 431.658
- Hitung jumlah wnita usia 15 – 44 tahun ( Pᶠ 15-44 )
- Hitung jumlah wanita usia ( Pᶠ 20-49 ) misal : 458.851