Infeksi merupakan masalah yang umum terjadi pada usia lanjut dan merupakan penyebab yang signifikan terjadinya morbiditas dan mortalitas populasi kelompok usia tersebut. Infeksi juga merupakan alasan utama perawatan di rumah sakit pada usia lanjut yang tinggal di komunitas dan merupakan diagnosis yang paling sering menyebabkan seorang usia lanjut penghuni tempat perawatan jangka panjang (long-term care Facilities) dipindahkan keruang perawatan akut dirumah sakit. Seorang usia lanjut berada pada resiko tinggi terjadinya infeksi dengan komplikasi yang serius akibat infeksi. Disisi lain, menegakan diagnosis terjadinya infeksi pada usia lanjut tidak selalu mudah. Tampilan klinis yang tidak khas disertai berbagai kemunduran status fungsional dan kognitif serta adanya penyakit-penyakit komorbid kronik yang lain membuat munculnya infeksi pada usia lanjut sering tidak dapat dideteksi pada tahap awal. Sementara pada sebagian besar kasus pemberian antibiotik empirik yang cepat dan tepat, disertai terapi suportif yang adekuat, sangat mempengaruhi perjalanan penyakit dan prognosis pasien lanjut usia yang mengalami infeksi. Keterlambatan diagnosis akan mempengaruhi saat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Infeksi merupakan masalah yang umum terjadi pada usia lanjut dan merupakan penyebab
yang signifikan terjadinya morbiditas dan mortalitas populasi kelompok usia tersebut. Infeksi
juga merupakan alasan utama perawatan di rumah sakit pada usia lanjut yang tinggal di
komunitas dan merupakan diagnosis yang paling sering menyebabkan seorang usia lanjut
penghuni tempat perawatan jangka panjang (long-term care Facilities) dipindahkan keruang
perawatan akut dirumah sakit.
Seorang usia lanjut berada pada resiko tinggi terjadinya infeksi dengan komplikasi yang
serius akibat infeksi. Disisi lain, menegakan diagnosis terjadinya infeksi pada usia lanjut
tidak selalu mudah. Tampilan klinis yang tidak khas disertai berbagai kemunduran status
fungsional dan kognitif serta adanya penyakit-penyakit komorbid kronik yang lain membuat
munculnya infeksi pada usia lanjut sering tidak dapat dideteksi pada tahap awal. Sementara
pada sebagian besar kasus pemberian antibiotik empirik yang cepat dan tepat, disertai terapi
suportif yang adekuat, sangat mempengaruhi perjalanan penyakit dan prognosis pasien lanjut
usia yang mengalami infeksi. Keterlambatan diagnosis akan mempengaruhi saat memulai
terapi yang akhirnya meningkatkan morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan infeksi.
Masalah lain adalah soal pemilihan antimikroba yang harus memperhatikan berbagai
penurunan fungsi organ pada usia lanjut serta jenis mikroorganisme penyebab yang seringkali
berbeda dari kelompok usia dewasa muda. Hal ini membutuhkan pertimbangan yang cukup
dalam hal pemilihan jenis dan penyesuaian dosis antimikroba yang harus diberikan. Yang
tidak kalah penting adalah masalah tata laksana umum infeksi pada kelompok usia lanjut
yang harus bersifat paripurna, yaitu selain pemberian antimikroba juga harus memperhatikan
segi cairan, nutrisi, status fungsional dan mental, interaksi obat dan upaya pencegahan
infeksi.
Pada pasien geriatri tidak hanya kondisi fisik-medik saja yang terlibat dan perlu diberikan
perhatian, maka perlu diberikan suatu pendekatan khusus dalam menghadapi seorang usia
lanjut yang sakit, yang sdisebut sebagai pendekatan paripurna pada pasien geriatri (P3G) atau
comprehensive geriatric assesment (CGA). Pada P3G selain kondisi fisik-medik juga
dilakukan pengkajian terhadap fungsi kognitif dan mental, psikososial, nutrisi, serta status
fungsionalnya. Dalam pelaksanaannya P3G dilakukan oleh suatu tim interdisiplin yaitu terdiri
dari spesialis penyakit dalam konsultan geriatri, spesialis psikiatri geriatri, spesialis
rehabilitasi-medik geriatri, ahli gizi, farmasi dan perawat gerontik.
Pada pasien geriatri yang mengalami infeksi akut, P3G mempunyai peranan yang sangat
penting. Evaluasi menyeluruh mengenai kondisi fisik medik baik dari anamnesis (termasuk
riwayat penyakit dan konsumsi oat-obatan), pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan
penunjang, disertai evaluasi status fungsional, cairan dan nutrisi serta status kognituf dan
mental, akan mengarahkan dokter pada diagnosis yang tepat termasuk adanya hendaya yang
muncul, penatalaksaan yang paripurna, serta upaya pencegahan yang optimal. Dengan
demikian keluaran (outcome) yang akan dihasilkan juga dapat leih baik dibandingkan pada
pasien lanjut usia yang ditatalaksana secara konvensional.
Pasien yang dikelola dengan P3G mempunyai kualitas hidup terkait kesehatannya yang lebih
baik, jumlah hari hidup terkait kualitas yang lebih tinggi, angka rehopitalisasi yang secara
bermakna berkurang, serat biaya yang dikeluarkan pasien tidak lebih tinggi dibandingkan
pasien yang dirawat dengan cara konvensional.
Pada tabel 1 dapat disimak butir-butir yang dievaluasi pada P3G, termasuk pada pasien
geriatri yang mengalami infeksi akut.
Tabel 1
Butir-butir yang dievaluasi pada Pendekatan Paripurna Pasien Geriatri (P3G)
Anamnesis
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
3. Riwayat penyakit dahulu (RPD)
a. Riwayat perawatan sebelumnya
b. Riwayat operasi
4. Riwayat pemakaian obat- obatan
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat alergi
7. Riwayat nutrisi
8. Riwayat sosial
a. Kebiasaan
b. Finansial
c. Dukungan keluarga
9. Anamnesis sistem
Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital
2. Pemeriksaan sistem organ
3. Pemeriksaan neurologik ( N I – N XII, sensorik-motorik )
4. Pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi
Pemeriksaan status fungsional
1. Memeriksa indeks ADL (activities of daily living) atau ICF ( International
Classification Of Functioning )
2. Memeriksa IADL ( Instrumental ADL )
Memeriksa status mental
1. Memeriksa skor AMT ( Abbreviated mental test )
2. Melakukan penampilan depresi dengan Geriatric Depression Scale
Pemeriksaan penunjang
1. Sesuai hasil anamnesis dan pemeriksaan sebelumnya
2. Sesuai urutan prioritas
3. Sesuai asas cost-effectiveness
Pengkajian iatrogenesis
1. Mengidentifikasi adanya efek samping obat baik langsung maupun interaksi obat.
2. Mengidentifikasi adanya efek merugikan pada pasien akibat tindakan diagnostik
tenaga kesehatan
3. Mengidentifikasi adanya efek merugikan pada pasien akibat tindakan medik/bedah
4. Mengidentifikasi adanya efek merugikan pada pasien akibat tindakan keperawatan
Pendekatan interdisiplin
1. Kunjungan oleh semua disiplin terkait, dua kali seminggu
2. Pembahasan pasien seminggu sekali oleh tim terpadu geriatri
3. Prinsip merawat bersama
4. Komunikasi langsung
5. Rekam medik bersama
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi pada Usia Lanjut
Infeksi yang terjadi pada usia lanjut, selain dipengaruhi adanya mikroorganisme penyebab
infeksi (faktor agen) dan faktor lingkungan juga sangat dipengaruhi perubahan mekanisme
respon imun yang menyebabkan daya tahan tubuh (host defence). Menurunnya daya tahan
tubuh sendiri, selain disebabkan perubahan sisitem imun, juga dapat disebabkan oleh kondisi
malnutrisi dan banyaknya penyakit komorbid yang sering menyertai seorang berusia lanjut.
Beberapa faktor yang dapat menjadi faktor resiko, faktor predisposisi dan faktor kontributor
terjadinya infeksi pada usia lanjut antara lain :
1. Perubahan sistem imun dan respon imun
Seorang yang berusia lanjut akan mengalami penurunan kemampuan untuk melawan agen
penyebab infeksi(mikroorganisme), yang disebabkan oleh disfungsi sistem imunitas adaptif
maupun alami (non-adaptif). Produksi dan proliferasi limfosit-T akan menurun seiring
meningkatnya usia, menyebabkan berkurangnya kemampuan imunitas yang di mediasi-sel,
sementara pada sel B terjadinya produksi antibodi terhadap antigen baru. Menipisnya kulit,
membesarnya prostat, menurunnya refleks batuk, serta perubahan anatomik maupun
fisiologis yang terkait usia akan mengubah imunitas non adaptif yang menempatkan seorang
usia lanjut rentan tehadap infeksi.
2. Adanya penyakit komorbid tertentu
Penyakit penyakit kronik seperti keanasan, aterosklerosis, diabetes melitus, demensia,
merupakan predisposisi terhadap terjadinya infeksi tertentu. Penggunaan obat-obatan seperti
sedatif, narkotika, antikolinergik, dan obat penekan asam lambung akan menekan mekanisme
daya tahan tubuh jauh lagi. Komorbiditas pada usia lanjut akan menyebabkan menurunnya
imunitas alamiah yang non-spesifik seperti integritas kulit, refleks batuk, bersihan mukosilier,
maupun respon imun yang dipacu oleh pengenalan terhadap produk mikroba. Penyakit paru
obstruktif (PPOK) dan diabetes melitus (DM) merupakan contoh penyakit komorbid yang
merupakan faktor resiko terjadinya infeksi pada usia lanjut.
3. Malnutrisi
Malnutrisi, sering dijumpai pada populasi usia lanjut, baik di komunitas maupun yang tinggal
di panti werdha, berperan dalam menurunkan imunitas usia lanjut khususnya malnutrisi yang
dimediasi-sel. Seorang usia lanjut rentan terhadap terjadinya mal-nutrisi yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, baik fisiologis maupun psikologis, yang mempengaruhi
keinginan/nafsu untuk makan dan berbagai halangan fisik maupun ekonomi terhadap
kebiasaan makanan sehat. Malnutrisi sering dialami oleh mereka yang berusia sangat lanjut
(the oldest old), yang tinggal di tempat perawatan jangka panjang, beberapa etnik minoritas,
dan mereka dengan status sosial ekonomi rendah, seorang lanjut usia yang mengalami
malnutrisi lebih mudah mengalamai sakit dan mati dibandingkan berstatus nutrisi baik, atau
mudah mengalami luka tekan (ulkus dekubitus) serta penyembuhan luka yang lambat selama
perawatan akut dirumah sakit atau tempat perawatan lain.
4. Gangguan fungsional
Gangguan fungsional (seperti imobilisasi, inkontonensia, disfagia) yang sering terjadi pada
usia lanjut dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi karena selain menimbulkan
berbagai komplikasi juga meningkatkan kebutuhan akan pemakaian kateter, selang makanan
(feeding tubes), dan peralatan invasif lainnya.
5. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar berperan dalam meningkatnya insidens infeksi pada
kelompok usia lanjut. Populasi yang secara khusus rentan terhadap terjadinya infeksi adalah
penghuni panti wedha, yang di Indonesia umumnya mereka yang berasal dari kelompok
sosial ekonomi rendah yang tinggal di lingukan panti wedha dengan tingkat higiene yang
kurang memadai. Di Indonesia, faktor lingkungan ini masih berkutat pada masalah buruknya
higine, padatnya penduduk di suatu wilayah, dan sarana kesehatan belum merata. Kelomppok
usia lanjut dengan latar belakang ekonomi rendah sebagai kelompok yang rentan, masih
belum menjadi prioritas dari pemerintah maupun masyarakat, sehingga insidens infeksi dan
kondisi-kondisi yang berkaitan dengan infeksi tetap tinggi.
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu infeksi yang umum terjadi pada populasi
usia lanjut, umumnya berupa ISK asimtomatik. Walaupun mortalitas langsung akibat ISK
dikatakan cukup jarang, namun insidensnya yang tinggi (baik di komunitas maupun di tempat
perawatan jangka panjang) menimbulkan masalah baru berupa penggunaan antibiotika secara
berlebihan yang meningkatkan laju resistensi kuman terhadap berbagai jenis antibiotika.