BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak kepada oran lain dengan harapan orang yang diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal yang data menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai. Dunia kesehatan terutama disiplin ilmu keperawatan erat kaitannya dengan komunikasi dengan pasien. Kita sangat perlu untuk mempelajari bagaimana teknik berkomunikasi dengan pasien terlebih lagi dengan pasien anak. Dengan mempelajari teknik komunikasi terapeutik, kita mampu membuat asuhan keperawatan yang benar-benar berfokus pada pasien. Untuk itu, makalah ini kami susun untuk memberikan kita pengetahuan tambahan mengenai komunikasi terapeutik yang dilakukan kepada pasien anak-anak dan remaja. 1 | Page
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi
yang disampaikan oleh anak kepada oran lain dengan harapan orang yang
diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya.
Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang
membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus
anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal yang data menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan
komunikasi dapat tercapai.
Dunia kesehatan terutama disiplin ilmu keperawatan erat kaitannya dengan
komunikasi dengan pasien. Kita sangat perlu untuk mempelajari bagaimana
teknik berkomunikasi dengan pasien terlebih lagi dengan pasien anak. Dengan
mempelajari teknik komunikasi terapeutik, kita mampu membuat asuhan
keperawatan yang benar-benar berfokus pada pasien.
Untuk itu, makalah ini kami susun untuk memberikan kita pengetahuan
tambahan mengenai komunikasi terapeutik yang dilakukan kepada pasien
anak-anak dan remaja.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan komunikasi terapeutik pada
anak dan remaja.
Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu mengerti teknik komunikasi pada anak
- Mahasiswa mampu mengerti komponen dalam komunikasi
- Mahasiswa mampu mengerti sikap dalam komunikasi
- Mahasiswa mampu mengerti sikap komunikasi terapeutik
- Mahasiswa mampu mengerti komunikasi terapeutik pada anak dan remaja
1 | P a g e
- Mahasiswa mampu mengerti tahapan dalam komunikasi dengan anak - Mahasiswa mampu mengerti faktor – faktor yang mempengaruhi
komunikasi dengan anak- Mahasiswa mampu mengerti implikasi komunikasi dalam keperawatan
2 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEKNIK KOMUNIKASI PADA ANAK
Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun
kepercayaan diri kita pada anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa
percaya, kasih sayang, dan anak akan merasa memiliki suatu penghargaan atas
dirinya. Komunikasi adalah proses pertukaran informasi yang melibatkan
lebih dari satu orang dalam menyampaikan idea atau informasi yang ada.
Dalam praktik keperawatan istilah komunikasi sering digunakan pada
aspek pemberian terapi pada klien, sehingga istilah komunikasi banyak
dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengan komunikasi terapeutik
yang menurut Stuart dan Sundeen tahun 1987 merupakan suatu cara untuk
membina hubungan terapeutik yang diperlukan untuk pertukaran informasi
dan perasaan yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain, mengingat
keberhasilan tindakan proses keperawatan bergantung pada proses
komunikasi.
Secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi
yang disampaikan oleh anak kepada oran lain dengan harapan orang yang
diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya.
Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang
membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus
anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal yang data menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan
komunikasi dapat tercapai.
B. KOMPONEN DALAM KOMUNIKASI
Komunikasi dapat terjadi bila prosesnya dapat berjalan dengan baik.
Proses komunikasi yang dimakud adalah pengirim pesan (informasi), penerus
pesan, pesan itu sendiri, media, dan umpan balik. Proses tersebut merupakan
3 | P a g e
komponen komunikasi yang satu sama lainnya berhubungan, diantaran
komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengirim pesan
Pengirim pesan dalam hal ini adalah individu dalam hal ini anak, keluarga,
atau kelompok yang melaksanakan komunikasi baik dengan individu
(anak) ataupun kelompk lain. Pengirim pesan dapat pula bersal dari tempat
atau sumber pesan yang dikomunikasikan. Pengirim pesan disini adalah
seseorang atau sumber pesan yang memberikan informasi atau ide yang
disampaikan. Pada praktik keperawatan dapat terjadi antara anak perawat,
dokter, atau petugas kesehatan lainnya serta orang tua.
2. Penerima pesan
Penerima pesan merupakan orang yang menerima berita atau lambang
dapat berupa klien (anak), keluarga, atau masyarakat. Penerima pesan
dalam praktik keperwatan adalah anak itu sendiri dan juga bisa orang
tuanya, mengingat dalam keperawatan anak orang tua itu merupakan salah
satu komponen dalam pemberian asuhan keperawatan dan terlibat secara
langsung.
3. Pesan
Pesan merupakan berita yang disampaikan oleh pengirim pesan melalui
lambang pembicara, gerakan maupun sikap. Pesan ini dapat berupa
berbagai informasi tentang masalah kesehatan anak atau informasi-
informasi yang membantu kepercayaan diri anak.
4. Media
Merupakan sarana tempat berlakunya lambang saluran yang dapat meliputi
suara atau lambang itu sendiri. Media dalam komunikasi pada anak ini
sangat beragam seperti suara, atau beberapa hal yang dapat memudahkan
dalam penerimaan pesan khususnya pada anak-anak seperti berupa gambar
atau permainan secara konkret yang menarik bagi anak.
5. Umpan balik
Merupakan bagian dari proses komunikasi yang dapat digunakan sebagai
alat pencapaian pesan/ informasi yang telah disampaikan komponen ini
4 | P a g e
merupakan evaluasi tercapainya informasi yang disampaikan pada anak,
mengingat dalam komunikasi dengan anak sering menemukan kesulitan
dalam proses umpan balik Karena anak merasa ketakutan atau adanya
dampak dari hospitalisasi.
C. SIKAP DALAM KOMUNIKASI
Sikap dalam komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam
membangun efektivitas proses komunikasi sehingga dapat berjalan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang ada. Menurut Egan tahun 1995 dikutip Kozier
dan Erb tahun 1983 meyampaikan sikap komunikaasi merupakan sesuatu apa
yang harus dilakukan dalam proses komunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal yang dapat meliputi:
1. Sikap berhadapan
Berhadapan adalah bentuk sikap bertatap muka langsung ata berhadapan
langsung dengan anak (orang yang diajak komunikasi), sikap ini
mempunyai arti bahwa komunikator siap untuk berkomunikasi
2. Sikap mempertahankan kontak
Mempertahankan kontak mata bertujuan untuk menghargai klien dan
menyatakan adanya keinginan untuk tetap berkomunikasi dengan cara
selalu memperhatikan apa yang diinformasikan dengan tidak melakukan
kegiatan yang dapat mengalihkan pembicaraan.
3. Sikap membungkuk kearah pasien
Sikap ini adalah bentuk sikap dengan memberikan posisi yang
menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu
dengan cara membunguk sedikit ke arah klien. Cara ini dilakukan untuk
menjaga agar komunikasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
4. Sikap terbuka
Sikap ini merupakan sikap dengan memberikan posisi kaki tidak melipat,
tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi yang dilakukan
selama dalam proses komunikasi, sehingga proses keterbukaan diri dalam
komunikasi dapat dilakukan .
5 | P a g e
5. Sikap tetap rileks
Merupakan sikap yang menunjukkan adanya keseimbangan antara
ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respon pada klien selama
komunikasi. Sikap ini sangat diperlukan sehingga saling memberikan
inormasi yang diharapkan tanpa adanya sebuah paksaan.
Selain beberapa sikap yang ada masih ada beberapa sikap nonverbal
selama komunikasi yang juga masuk dalam kategori sikap, seperti:
a. Gerakan mata, merupakan cara interaksi yan cepat mengingat proses
pendidikan anak dapat terwujud pada kontak mata.
b. Ekspresi muka, sikap ini merupakan bahasa nonverbal yang banyak
sipengaruhi budaya. Percaya atau tidak dapat dinilai keadaan ekspresi
muka secara tidak disadari.
c. Sentuhan, merupakan cara interaksi dasar karena dapat memperhatikan
perasaan menerima dan menghargai. Ikatan kasih sayang ditentukan
oleh pendengaran atau suara. Sentuhan merupakan elemen penting
dalam pembentukan ego, perasaan, dan kemandirian.
D. SIKAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Sikap komunikasi terapiutik merupakan cara berperilaku seseorang
selama dalam komunikasi yang dapat memberikan dampak terapi psikologis,
sehingga masalah– masalah psikologis anak dapat teratasi. Dalam praktik
keperawatan sikap komunikasi terapiutik itu terdiri dari:
1. Sikap kesejatian
Merupakan sikap dalam pengiriman pesan pada anak yang
menunjukkan tentang gambaran diri kita yang sebenarnya, sikap yang
dimaksud antara lain menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai
dengan klien (anak) menunjukkan kesiapaan untuk berespon positif
terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan yang digunakan untuk
menumbuhkan rasa percaya kita dengan anak dan harus lebih terbuka,
sikap menghindari membuka diri terlalu dini dalam rangka memanipulasi,
6 | P a g e
sikap dengan memberikan nasihat atau mempengaruhi klien (anak) untuk
mendapatkan apa yang menjadi tujuan kita dalam komunikasi.
2. Sikap empati
Merupakan bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada
posisi anak dan orang tua. Sikap empati ini dapat ditunjukkan dengan
mendengarkan apa yang disampaikan oleh komunikan dengan maksud
dimengerti, mengatakan pada diri komunikan bahwa kita ingin mendengar
apa darinya, menyampaikan respon empati seperti keakuratan kejelasan,
kehangatan, dan menunjukkan empati secara verbal.
3. Sikap hormat
Merupakan suatu sikap yang menunjukkan adanya kepedulian/
perhatian, rasa suka dan menghargai klien. Sikap hormat dalam
komunikasi ini dapat ditunjukkan dengan melihat kearah klien saat
berkomunikasi, memberikan perhatian yang tidak terbagi dalam
komunikasi, memelihara kontak mata dalam komunikasi, senyum pada
saat yang tepat, bergerak ke arah klien saat berkomunkasi, menentukan
sapaan saat berkomunikasi, melakukan jabatan tangan atau sentuhan
lembut dengan izin dari komunikan.
4. Sikap konkret
Merupakan bentuk sikap dengan menggunakan terminologi yang
spesifik dan bukan abstrak pada saat komunikasi dengan klien. Sikap
kongkret dapat ditunjukkan dengan menggunakan sesuatu yang nyata
seperti menunjukkan pada hal yang nyata, melalui orang ketiga dalam hal
ini adalah orang tua dan dapat pula menggunakan alat bantu seperti
gambar, mainan, dan lain-lain.
E. KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK DAN REMAJA
Anak merupakan individu yang unik, bukan miniature orang dewasa.
Mereka juga bukan salinan dari orang tua mereka, tetapi merupakan pribadi
dengan haknya sendiri dengan kapasitas untuk menjadi orang dewasa yang
unik. Melalui komunikasi anak-anak membentuk hubungan, tidak hanya
7 | P a g e
dengan manusia lain tetapi juga dengan dunia social di sekitarnya.
Berkomunikasi pada anak membutuhkan pendekatan yang khusus dan
berbeda, sehingga kemampuan dalam berkomunikasi pada anak dipengaruhi
oleh keluarga dan tingkat perkembangan anak, yaitu perkembangan neurologi
dan intelektual.
1) Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak
Saat perawat melakukan komunikasi terapeutik pada pasien anak,
perawat harus memperhatikan karakteristik anak sesuai dengan tingkat
perkembangan (Yupi Supartini, 2004):
a. Infancy/ Usia Bayi (1-0 tahun)
Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih
banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar,
haus, basah, dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa
mengekspresikannya dengan cara menangis. Walaupun demikian,
sebenarnya bayi dapat berespons terhadap tingkah laku orang dewasa
yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya
memberikan sentuhan, mendekap, menggendong, dan berbicara
dengan lemah lembut.
Ada beberapa respons non verbal yang biasa ditunjukkan bayi,
misalnya menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama
terjadi pada bayi usia kurang dari enam bulan sebagai cara menarik
perhatian orang. Stranger anxiety atau cemas dengan orang asing yang
tidak dikenalnya adalah cirri pada dirinya dan ibunya. Oleh karena itu,
perhatikan saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung ingin
menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut.
Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya, dan atau mainan
yang dipegangnya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan
yang baik dengannya dan ibunya.
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah
dengan gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat
8 | P a g e
komunikasi yang efektif, disamping itu komunikasi pada bayi dapat
dilakukan secara nonverbal. Perkembangan komunikasi pada bayi
dapat dimulai dengan kemampuan bayi tersebut untuk melihat sesuatu
yang menarik, ketika bayi digerakkan mata bayi akan berespon untk
membuat suara-suara yang dikeluarkan oleh bayi. Perkembangan
komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke
delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya,
kemudian pada minggu ke dua belas dimana bayi sudah mampu
tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan
kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun
pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba,
da-da, dan lain-lain. Pada bula ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap
panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang
terdapat dalam buku, pada akhir tahun pertama sudah mampu
melakukan kata-kata yang sudah spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain itu bisa juga dilakukan komunikasi nonverbal seperti mengusap
menggendong, memangku, dan lain-lain.
b. Toddler (1-3 tahun) dan Early Childhood / Usia Prasekolah (3-5
tahun)
Karakteristik anak pada masa ini (terutama anak usia di bawah tiga
tahun atau toodler) adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga
mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu
diberi tahu tentang apa yang akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat
akan diukur suhu, anak akan merasa takut melihat alat yang akan
ditempelkan di tubuhnya. Oleh karena itu, jelaskan bagaimana anak
akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang
thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya
untuknya.
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini
disebabkan karena perbendaharaan kata anak kira-kira 900-1200 kata.
Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana,
9 | P a g e
singkat, dan gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan
anak melalui objek transisional seperti boneka, puppet atau boneka
binatang sebelum bertanya langsung pada anak. Berbicara dengan
orang tua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada anak yang lebih
besar untuk berbicara tanpa keberadaan orang tua.
Posisi tubuh yang baik saat berbicara padanya adalah jongkok,
duduk di kursi kecil atau berlutut sehingga pandangan mata kita akan
sejajar dengannya.
Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan
kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian
atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap perawat
dan orang tuanya. Perawat juga harus konsisten dalam berkomunikasi
secara verbal maupun non verbal. Jadi, jangan tertawa atau tersenyum
saat dilakukan tindakan yang menimbulkan rasa nyeri pada anak,
misalnya diambil darah, dipasang infuse, dan lain-lain. Berbicara
dengan kalimat yang singkat, jelas, dan spesifik ,menggunakan kata-
kata sederhana dan konkret.
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dan kemampuan anak sudah mampu
memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun kedua sudah mampu
200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini, khususnya usia tiga tahun anak sudah mampu
menguasai Sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan
seperti mengapa, apa, kapan, dan sebagainya. Komunikasi pda usia in
sifatya sangat egosentris, rasa ingin tahu yang sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya,
takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini
anak belum fasih dalam berbicara. (Behrman 1996).
Pada usia ini cara komunikasi yang tepat untuk dilakukan adalah
dengan memberitahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi
kesempatan pada mereka untk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
10 | P a g e
digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidakk
dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang lebih
sederhana, hindarkan sikap mendesak jika tidak dijawab misalnya
“jawab dong”. Mengalihkan aktifitas saat komunikasi dengan maksud
anak mudah diajak berkomunikasi, memberika mainan saat
berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya
kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung,
duduk yang terlalu dekat berhadapan. Secara nonverbal kita selalu
memberikan dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan ,
jangan sentuh anak tanpa disetujui olah anak tersebut, salaman dengan
anak merupakan cara untuk mengatasi perasaan cemas, menggambar,
menulis, cerita, dalam menggali perasaan cemas, menggambar,
menulis atau bercerita, dalam menggali perasaan dan fikiran anak
disaat melakukan komnikasi.
c. School Age Years/ Usia Sekolah (6 tahun)
Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya
akan mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat
akan melakukan suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan,
untuk apa, dan bagaimana caranya dilakukan? Anak membutuhkan
penjelasan atas pertanyaannya. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti
anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan
kognitifnya.
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan
orang dewasa. Perbendaharaan katanya sudah lebih banyak, sekitar
3000 kata dikuasai dan anak sudah mampu berpikir secara konkret.
Apabila akan melakukan tindakan, perawat dapat menjelaskannya
dengan mendemonstrasikan pada mainan anak. Misalnya, bagaimana
perawat akan menyuntik diperagakan terlebih dahulu pada bonekanya.
Perkembangan komunikasi anak pada usia ini dapat dimulai
dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf
atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak akan
11 | P a g e
mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini
sudah dapat dimulai, pada usia ke delapan anak sudah mampu
membaca dan sudah mulai berpikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah
tetap memperhatikan tingkat kemapuan bahasa anak yaitu gunakan
kata sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia
ini keingintahuan pada aspek fungsional prosedural dari objek tertentu
sangat tinggi maka jelaskan arti prosedurnya, maksud dan tujuan dari
sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakti atau
mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
d. Adolescence/ Usia Remaja
Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan Dario akhir masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan
tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang
dewasa juga. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan
masalah secara positif. Apabila Anak merasa cemas atau stress,
jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebayanya dan atau
orang dewasa yang ia percaya, termasuk perawat yang selalu bersedia
menemani dan mendengarkan keluhannya. Menghargai keberadaan
identitas diri dan harga dirinya merupakan hal yang prinsip untuk
diperhatikan dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan
tunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat dengannya, jangan
memotong pembicaraan saat ia sedang mengekspresikan perasaan dan
pikirannya, menghargai pandangan remaja serta menerima perbedaan.
Hindari perkataan yang menyinggung harga dirinya, hindari
mengkritik atau menghakimi, hindari pertanyaan yang menyelidiki
atau interogasi. Kita harus menhormati privasinya dan beri dukungan
12 | P a g e
atas hal yang telah dicapainya secara positif dengan selalu memberikan
reinforcement positif.
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan
dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir
secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada
anak usia ini sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang
direfleksikan tentang komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai
menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi
mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi
atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari pertanyaan yang dapat
menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi
mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa
transisi dalam bersikap dewasa.
2) Teknik Komunikasi Kreatif pada Anak
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam
menjaga hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat
dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak
yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau
tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam
berkomunikasi dengan anak. Menurut Whaley dan Wong’s (1995), teknik
komunikasi kreatif pada anak, yaitu:
a. Teknik Verbal
1) Pesan “Saya”;
Nyatakan perasaan tentang perilaku dalam istilah “Saya”. Hindari
penggunaan “Anda” (kamu). Pesan “Anda” adalah perlawanan
yang menghakimi dan menghasut.
Contoh:
Pesan “Anda” : “Anda sangat tidak kooperatif dalam
menjalankan pengobatan Anda”.
13 | P a g e
Pesan “Saya” : “Saya sangat memperhatikan jalannya
pengobatan karena saya ingin melihat Anda menjadi lebih baik”.
2) Teknik Orang-Ketiga;
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam
menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari
secara langsung dapat berkomunikasi dengan melibatkan orang
tua secara langsung yang sedang berada di samping. Selain itu
dapat digunakan dengana mengomentari tentang mainan, baju
yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak
langsung pada pokok pembicaraan.
Teknik ini biasanya digunakan pada pasien infan dan toodler
yaitu dengan menggunakan orang terdekat pasien. Teknik ini
kurang mengancam dibandingkan dengan menanyakan pada anak
secara langsung bagaimana perasaannya, karena hal ini member
kesempatan pada mereka untuk setuju atau tidak setuju tanpa
merasa dibantah.
Contoh:
“Terkadang bila seseorang menderita sakit parah, ia merasa
marah dan sedih karena tidak dapat melakukan yang orang lain
lakukan”.
Tunggu dengan diam untuk mendapatkan respon atau mendorong
pengulangan dengan pernyataan seperti: “Apakah anda pernah
merasa demikian?”
Berikan anak tiga pilihan:
a. Untuk setuju dan, dengan berharap, mengekspresikan apa
yang mereka rasakan.
b. Untuk tidak setuju
c. Untuk tetap diam, dimana mungkin mereka mengalami
perasaan yang tidak dapat diekspresikannya pada saat itu.
3) Facilitative Responding (Respon Fasilitatif);
14 | P a g e
Menfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui
ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima.
Dalam menfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan
perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberi
respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan
dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan
negative yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
Libatkan teknik mendengar dengan perhatian dan cerminkan
kembali pada pasien perasaan dan isi pernyataan yang mereka
ungkapkan. Respon yang dilakukan oleh perawat tidak
menghakimi dan empati.
Contoh:
Bila anak berkata, “Saya benci datang ke rumah sakit dan
disuntik” respon fasilitatifnya adalah: “Kamu merasa tidak
senang ya dengan semua yang dilakukan padamu”.
4) Storytelling (bercerita)
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekalin dengan
cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan
pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui
tulisan maupun gambar.
Gunakan bahasa anak untuk masuk ke dalam area berpikir
mereka sementara menembus batasan kesadaran atau rasa takut
anak. Teknik paling sederhana adalah meminta anak untuk
menyebutkan cerita tentang kejadian yang berhubungan, seperti
“berasa di rumah sakit”. Pendekatan lainnya:
Tunjukkan pada anak sebuah gambar tentang kejadian
tertentu, seperti seorang anak di rumah sakit dengan orang lain di
suatu ruangan, dan minta mereka untuk menggambarkan
situasinya; “atau” potong cerita komik, buang kata-katanya, dan
minta anak menambahkan pernyataan untuk ilustrasi tersebut.
15 | P a g e
5) Saling Bercerita;
Tunjukkan pikiran anak dan upayakan untuk mengubah
persepsi anak atau rasa takutnya dengan menceritakan kembali
suatu cerita yang berbeda (pendekatan yang lebih terapeutik
dibandingkan bercerita). Mulailah dengan meminta anak
menceritakan sebuah cerita tentang sesuatu, ikuti dengan cerita
lain yang diceritakan perawat yang hamper sama dengan cerita
anak tetapi dengan perbedaan yang membantu anak dalam area
masalah.
Contoh:
Cerita si anak adalah tentang pergi ke rumah sakit dan tidak
pernah melihat orang tua mereka lagi. Cerita si perawat juga
tentang anak (dengan menggunakan nama yang berbeda tetapi
situasinya serupa) di rumah sakit yang orang tuanya berkunjung
setiap hari (pada sore hari setelah bekerja), sampai anak tersebut
merasa lebih baik dan akhirnya pulang ke rumah bersama
mereka.
6) Biblioterapi;
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunkan untuk
mengekspresikan perasaa, dengan menceritakan isi buku atau
majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan
kepada anak.
Digunakan dalam proses terapeutik dan suportif. Beri
kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi kejadian yang
serupa dengan mereka sendiri tetapi cukup berbeda, untuk
memungkinkan mereka member jarak diri darinya dan tetap
berada dalam kendali. Pedoman umum untuk menggunakan
biblioterapi adalah sebagai berikut:
a. Kaji perkembangan emosi dan kognitif anak untuk memahami
kesiapan memahami pesan dari buku.
16 | P a g e
b. Kenali isi buku (pesan yang disampaikan dan tujuannya) dan
usia yang sesuai untuk buku itu.
c. Bacakan buku tersebut bila si anak tidak dapat membaca.
d. Gali makna buku itu bersama si anak dengan memintanya
untuk melakukan hal-hal berikut:
Menceritakan kembali cerita buku itu
Membaca bagian khusus dengan perawat atau orangtua.
Melukiskan gambar yang berhubungan dengan cerita dan
mendiskusikan gambar tersebut.
Membicarakan tentang karakter.
Meringkat moral atau arti dari cerita.
7) Dreams (mimpi)
Tunjukkan dengan sering pikiran-pikiran dan perasaan yang tidak
disadari dan ditekan. Minta anak untuk menceritakan tentang
mimpi atau mimpi buruk. Gali bersamanya tentang kemungkinan
- Posisi anak dalam hubunganbta dengan anggota keluarga
mengekspresikan perasaan tentang status atau kelompok.
- Mengesampingkan seorang anggota dapat menunjukkan
perasaan tidak dimiliki atau keinginan untuk
menyingkirkan.
- Bagian-bagian yang menonjol biasanya mengekspresikan
perhatian pada area-area dengan kepentingan khusus
(missal: tangan yang besar menjadi tangan agresi).
- Tidak ada atau adanya lengan dan tangan yang belum
sempurna menunjukkan rasa takut, kepasifan, atau
imaturitas intelektual, gambar kaki yang kecil sekali, tidak
20 | P a g e
stabil dapat merupakan ekspresi rasa tidak aman, dan
tangan yang tersembunyi dapat berarti perasaan bersalah.
- Penempatan gambar pada halaman dan tipe coretan
berkelanjutan mengekspresikan rasa tidak aman, sedangkan
gambar yang terbatas pada area kecil dan gambar seperti
garis patah-patah atau garis bergelombang dapat menjadi
rasa tidak aman.
- Penghapusan, bayangan, atau garis silang mengekspresikan
keraguan, perhatian, atau kecemasan terhadap area tertentu.
3. Magis
Gunakan trik magis sederhana untuk membantu membuat
hubungan dengan anak, dorong kepatuhan dengan intervensi
kesehatan dan berikan distraksi efektif selama prosedur yang
menyakitkan. Meskipun “tukang sulap” berbicara, tidak adanya
respon verbal dari anak adalah yang diinginkan.
4. Play (Bermain)
Merupakan bahasa umum dan “pekerjaan” anak. Ceritakan banyak
hal tentang anak-anak, karena mereka menunjukkan jati diri
mereka sendiri melalui aktivitas. Bermain spontan mencakup
memberi anak berbagai materi permainan dan member kesempatan
untuk bermain.
Bermain dengan arahan mencakup arahan yang lebih spesifik,
seperti member peralatan medis atau boneka untuk memfokuskan
alas an, seperti menggali rasa takut anak terhadap injeksi atau
menggali hubungan keluarga.
3) Komunikasi Efektif dengan Keluarga.
Merupakan proses komunikasi tiga sudut yang terdiri dari orangtua,
anak, dan perawat karena perawat akan lebih mudah membina hubungan
dengan anak melalui orang tua terutama pada anak yang masih muda. Saat
perawat melakukan pengkajian pada anak, data selain didapatkan dari
masukan anak itu sendiri (baik verbal maupun non verbal), juga
21 | P a g e
didapatkan dari informasi orangtua, observasi perawat serta interpretasi
dari hubungan antara anak dan orangtua.
Hal yang dilakukan dalam komunikasi dengan orangtua:
a) Beri kesempatan orang tua untuk berbicara
Kita dalam melakukan komunikasi dengan orang tua, jangan hanya
peran kita sebagai pemberi informasi saja akan tetapi bagaimana kita
merespons atau mengajak agar orang tua yang kita ajak komunikasi
mampu untuk memberikan suatu pesan atau informasi yang dimiliki,
kemampuan inilah yang seharusnya kita kembangkan sehingga
komunikasi agar berjalan terus dan efektif serta tujuan yang kita
inginkan dalam komunikasi dapat tercapai.
b) Mendengarkan dengan aktif apa yang disampaikan orangtua.
Mendengarkan adalah kunci untuk mencapai komunikasi yang efektif, kemampuan mendengarkan dapat ditunjukkan dengan ekspresi yang sungguh – sungguh saat berkomunikasi dengan tujuan untuk mengerti klien. Selain itu dengan mendengarkan kita akan mendapat seluruh informasi yang didapatkan sehingga tidak ada yang hilang atau tertinggal informasi yang akan disampaikan.
c) Diam
Diam adalah cara yang digunakan dalam komunikasi dengan diam sebentar dapat memberikan kesempatan kepada seseorang yang kita ajak komunikasi untuk memberikan kebebasan dalam mengekpresikan persaannya dan memberikan kesemoatan berpikir terhadap sesuatu yang hendak disampaikan.
d) Empati
Cara ini dilakukan dengan mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh orang tua anak, dengan demikian orang tua anak akan merasa aman dan diperhatikan. Cara komunikasi ini juga sangat terkait dengan sikap saat komunikasi.
e) Meyakinkan KembaliMeyakinkan kembali merupakan cara yang dapat diberikan agar proses dan hasil komunikasi dapat diterima pada klien hal ini adalah orang tua. Pada dasarnya semua orang tua ingin menjadi orang tua terbaik, tetapi pada saat anak sakit dapat terjadi kecemasan tentang peran dan fungsinya, maka yakinkan kembali akan peran dan fungsinya sebagai orang tua.
22 | P a g e
f) Merumuskan KembaliDalam mencapai tujuan pemecahan masalah kita dan orang tua anak harus sepakat terhadap masalah yang muncul kadang – kadang pada orang tua, dengan merumuskan kembali beberapa permasalahan dan cara pemecahan bersama akan memberikan dampak dalam mengurangi kecemasan atau kekhawatiran.
g) Anticipary Guidance
Dimana perawat memperluas pemberian informasi, sehingga keluarga
dapat menggunakan informasi untuk pengembangan kemampuan yang
akan datang.Melalui komunikasi beberapa petunjuk tentang
kemungkinan masalah apa yang terjadi dapat diinformasikan terlebih
dahulu untuk mengantisipasi tentang kemungkinan hal yang terjadi
sehingga orang tua tahu siap bila masalah itu muncul.
h) Menghidari Hambatan dalam KomunikasiMenghindari hambatan dalam komunikasi seperti melakukan komunikasi secara asertif dengan orant tua merupakan salah satu cara efektif dalam komunikasi, karena hambatan selama komunikasi akan memberikan dampak tidak berjalannya suatu proses komunikasi seperti terlalu banyak memberi saran, cepat mengambil keputusan, mengubah pokok pembicaraan, membatasi pertanyaan atau terlalu banyak memberikan pertanyaan tertutup dan menyela pembicaraan sebelum pembicaraan selesai.
F. TAHAPAN DALAM KOMUNIKASI DENGAN ANAK Dalam melakukan komunikasi pada anak terdapat beberapa tahap yang
harus dilakukan sebelum mengadakan komunikasi secara langsung, tahapan ini dapat meliputi tahap awal (pra interaksi), tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terakhir yaitu tahap terminasi.1. Tahap Prainteraksi
Pada tahap pra interaksi ini yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya kepada orang tua tentang masalah atau latar belakang yang ada, mengeksplorasi perasaan, proses ini akan mengurangi kekurangan dalam saat komunikasi dengan cara mengeksplorasikan perasaan apa yang ada pada dirinya, membuat rencana pertemuan dengan klien, proses ini ditunjukkan dengan kapan komunikasi akan dilakukan, di mana dan rencana apa yang dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.
2. Tahap Perkenalan atau Orientasi
23 | P a g e
Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan senyum pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif), mencari kebenaran data yang ada dengan wawancara, mengobservasi atau pemerikasaan yang lain, memperkenalkan nama kita dengan tujuan agar selalu ada yang memperhatikan terhadap kebutuhannya, menanyakan nama panggilan kesukaan klien karena akan mempermudah dalam berkomunikasi lebih dekat, menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien, menjelaskan peran kita dan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan menjelaskan kerahasiaan.
3. Tahap KerjaPada tahap ini kegiatan yang dapat kita dilakukan adalah memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang hal – hal yang kurang dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik dan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.
4. Tahap TerminasiPada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil, memberikan reinforcement positif, merencankan tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topic) dan mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
G. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DENGAN ANAK
Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama komunikasi, karena selama proses komunikasi melibatkan beberapa komponen dalam komunikasi dan dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya:1. Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan makin bagus pengetahuan yang dimiliki sehingga pengguanaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat dilakukannya. Dalam komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu diperhatiak tingkat pendidikan khususnya orang tua karena berbagai informasi akan mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.
24 | P a g e
2. PengetahuanMerupakan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Menurut Bloom dan Kartwalk (1996) yang dikutip oleh Wimar Tinambunan (1998), membagi pengetahuan dalam 6 tingkatan diantaranya pertama, tahu dimana subjek hanya dapat mengingat, menyebutkan tentang materi yang dipelajarinya. Kedua memahami, di mana subjek dapat menjelaskan dan menginterpretasikan, menyimpulkan, memberi contoh, dan meramalkan terhadap objek yang sudah dipelajari. Ketiga aplikasi, subjek dapat menerapkan atau menggunakan materi yang sudah dipahami dalam kondisi sebenarnya. Keempat, analisis adalah subjek dapat menggambarkan, membedakan, menjabarkan materi ke dalam komponen yang masih dalam satuan yang terkait, misalnya dengan membuat suatu bagan tentang apa sudah diketahui secara benar. Kelima sintesis, adalah subjek dapat menunjukkan kemampuan untuk meletakkan hubungan atau meringkas materi dalam suatu bentuk baru. Keenam, evaluasi adalah kemampuan subjek menilai materi atau objek dengan memakai kriteria sendiri atau kriteria lain yang telah ada.
Faktor pengetahuan tersebut dalam proses komunikasi dapat mempengaruhinya hal ini dapat diperlihatkan apabila seseorang pengetahuan cukup, maka informasi yang disampaikan akan jelas dan mudah diterima oleh penerima akan tetapi apabila pengetahuan kurang maka akan menghasilkan informasi yang kurang.
3. SikapSikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi
berjalan efektif atau tidak, hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kuramg percaya terharap komunikator, demikian sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukkan sikap yang baik maka dapat menunjukkan kpercayaan dari penerima pesan atau informasi. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti tebuka, percaya, empati, menghargai dan lain – lain, kesemuanya dapat mendukung behasilnya komunikasi terapeutik.
4. Usia Tumbuh Kembang Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat
ditunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat dari perkembangan bahasa anak.
5. Status Kesehatan Anak
25 | P a g e
Status kesehatan sakit dapat mempengaruhi dalam komunikasi, hal ini dapat diperlihatkan ketika anak sakit atau mengalami gangguan psikologis maka cenderung anak kurang komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian dalam komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mencapai komunikasi yang efektif.
6. Sistem Sosial Sistem social yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di
masyarakat, di mana setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal tersebut dapat juga mempengaruhi proses komunikasi seperti orang batak dengan orang Madura ketika berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan sama – sama tidak memahami bahas daerah maka akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dari komunikasi.
7. Saluran Saluran ini merupakan factor luar yang berpengaruh dalam proses
komunikasi seperti intonasi suara, sikap tubuh, dan sebagainya semuanya akan dapat memberikan pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara atau intonasi jelas maka sangat mudah kita menerima informasi atau pesan yang disampaikan. Demikian sebaliknya apabila kita bekomunikasi dengan orang yang memiliki suara yang tidak jelas kita akan kesulitan menerima pesan atau informasi yang disampaikan.
8. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan
dalam komunikasi yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yang ada. Lingkungan yang baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang. Hal ini dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan anak pada tempat yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka proses komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik, kemungkinana sulit kita bekomunikasi secara efektif karena suara tidak jelas, sehingga pesan yang akan disampaikan sulit untuk diterima oleh anak.
H. IMPLIKASI KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATANImplikasi komunikasi dalam keperawatan sangat penting bagi perawat
mengingat berbagai pengkajian atau pemerikasaan pada klien dapat dilakukan melalui komunikasi, diantaranya implikasi yang dapat dilakukan adalah :
26 | P a g e
1. Ajak bicara lebih dahulu dengan orang tua sebelum berkomunikasi dengan anak atau mengkaji anak dengan menjalani hubungan dalam tindakan keperawatan.
2. Lakukan kontak dengan anak dengan mengawali bercerita atau teknik lain agar anak mau berkomunikasi.
3. Berikan mainan sebelum masuk kedalam pembicaraan inti4. Berikan kesempatan pada anak untuk memilih tempat pemerikasaan yang
diinginkan sambil duduk, berdiri atau tidur.5. Lakukan pemerikasaan dari sederhana ke kompleks, pemeriksaan yang
berdampak trauma lakukan diakhir pemeriksaan.6. Hindari pemeriksaan yang menimbulkan ketakutan pada anak dan beri
kesempatan untuk memegang alat periksa.
27 | P a g e
BAB IIIPENUTUP
A. KESIMPULANTerapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan (As Hornby dalam Intan, 2005). Maka di sini diartikan bahwa
terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri adalah komunikasi yang
direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan/pemulihan
pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional bagi
perawat.
Sikap komunikasi terapeutik merupakan cara berprilaku seseorang selama
dalam komunikasi yang dapat memberikan dampak terapi psikologis,
sehingga masalah-masalah psikologis anak dapat teratasi.
B. SARANDalam pembuatan makalah, hendaknya mahasiswa mengembil rujukan
dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan.
28 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama.
Efendi, Vefi Agustin. 2009. Komunikasi Pada Pediatric. http://komter-anak-vefi.blogspot.com/Last Update 6 Maret 2012
Rahayu, Kanti. 2009. Teknik Komunikasi Kreatif Pada Anak Dengan Teknik Bermain.http://kantirahayukomter.blogspot.com/Last Update 6 Maret 2012