KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM PERNIKAHAN ANTAR SUKU JAWA DAN SUKU BETAWI DIDAERAH TRONDOL RT 03 RW 01 SERANG BANTEN Skripsi Diajukan pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh ENONG ZAHROH 1110051000168 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H. / 2017
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM PERNIKAHAN
ANTAR SUKU JAWA DAN SUKU BETAWI DIDAERAH
TRONDOL RT 03 RW 01 SERANG BANTEN
Skripsi
Diajukan pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi
persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
ENONG ZAHROH
1110051000168
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H. / 2017
i
ABSTRAK
Enong Zahroh
Komunikasi Antar Budaya dalam Pernikahan antar Suku Jawa dan Suku
Betawi di Daerah Trondol Serang Banten
Perenikahan beda budaya adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan
dengan latar belakang budaya yang berbeda. Pernikahan beda budaya telah
menjadi fenomena yang biasa yang terjadi di Indonesia. Menjalani hubungan
sakral dalam pernikahan beda budaya pasti memerlukan komunikasi yang efektif,
demikian juga harapan pasangan beda budaya. Namun terlepas dari keefektifitas
tersebut tentunya ada beberapa faktor yang dapat memepengaruhi pola
komunikasi bahkan menjadi sebuah hambatan dalam sebuah komunikasi, terlebih
lagi dalam komunikasi antarbudaya. Yang melibatkan orang-orang yang memiliki
karakteristik berbeda.
Berdasarkan Konteks diatas maka pertanyaan mayor pada penelitian ini
adalah: Bagaimana perbedaan bahasa mempengaruhi pola komunikasi dalam
pernikahan antara suku Jawa dan Betawi di Trondol Serang? Sedangkan
pertanyaan minornya adalah, Apakah perbedaan nilai dan norma mempengaruhi
pola komunikasi dalam pernikahan antara suku Jawa dan Betawi di Trondol
Serang?
Untuk menganalisis dan memahami bagaimana komunikasi antarbudaya yang
terjadi pada pasangan nikah beda budaya di Trondol Serang maka penelitian ini
menggunakan teori Andrea L. Rich dan Dennis M, Ogawa yang menyatakan
bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi antar orang-orang
yang mempunyai perbedaan budaya, misalnya antar suku bangsa, etnik, ras dan
kelas sosial.
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
prosedur yang menghasilkan data deskriptif yang didapat melalui data tertulis
maupun lisan dari para informan penelitian serta data dokumentasi, wawancara
dan obsevasi sesuai dengan fokus penelitian tentang komunikasi antar budaya
dalam pernikahan antar suku Jawa dan Betawi di Trondol Serang. Kemudian akan
dituangkan dalam kata-kata sebagai bentuk dari hasil penelitian ini
Komunikasi antarbudaya dalam pernikahan antar suku Jawa dan Betawi di
Trondol Serang secara keseluruhan berjalan dengan baik karena mereka dapat
saling memahami perbedaan yang mereka miliki. Komunikasi yang mereka
lakukan adalah komunikasi antarpersonal. Adapun faktor yang mempengaruhi
pola komunikasi mereka adalah perbedaan bahasa, perbedaan nilai dan perbedaan
norma. Namun demikian perbedaan pola komunikasi tidak membawa
permasalahan yang besar bagi komunikasi mereka, karena pada kenyataanya
komunikasi yang tercipta masih berjalan cukup baik dan membutuhkan proses
adaptasi yang terus menerus dari nilai-nilai yang berbeda yang akan dihadapi
setiap harinya. Hal tersebut menggambarkan pasangan nikah beda budaya
memiliki cinta, kasih sayang dan nilai sosial yang sangat tinggi yaitu dapat
menghargai perbedaan yang ada pada diri mereka masing-masing.
Kata kunci: Komunikasi, Budaya, Antarbudaya , Pernikahan Suku Jawa dan
Suku Betawi
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur yang tiada henti dipanjatkan
kepada sang Penguasa Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan petunjuk-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Komunikasi
Antarbudaya dalam Pernikahan Antara Suku Jawa dan Suku Betawi di
Daerah Trondol RT 03 RW 01 Serang Banten ini dengan baik. Shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para
sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa selalu mencintai beliau hingga
akhir zaman.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang penulis susun untuk memperoleh
gelar Starta (S1) Pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam di Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulisbanyak mengalami kesulitan untuk
mendapatkan data dan referensi. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak,
sehingga kesulitan itu dapat teratasi. Untuk itu dalam kesempatan itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Suparto,
M.Ed,Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik. Ibu Dr Hj.
Roudhonah, MA. Selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi umum, Dr.
Suhami, M. Si, selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
iii
2. Bapak Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam, dan Ibu Fita Fathurokhmah,M.Si selaku Sekertaris Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Rubiyanah, MA selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi
arahan, saran, waktu serta petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapatkan
balasan dari Allah SWT.
5. Seluruh Staf Tata Usaha, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanan yang baik
dikalah penulis mengumpulkan data dan materi skripsi.
6. Seluruh lembaga yang telah banyak membantu dan bersedia untuk
meluangkan waktu serta berperan dalam penyelesaian skripsi ini diantara
nya adalah: Bapak Saman selaku staf kelurahan Trondol Serang Banten,
KH. Syafro’i selaku sesepuh desa Trondol, serta kepada masyarakat
Trondol yang sudah menikah yang mau diikut sertakan dalam penelitian
penulisan ini adalah, Kiki, Tatul, Fitroh, Sudarman, Suharyadi, dan Atun.
7. Secara khusus penulis berterima kasih kepada otang tua tercinta yaitu ayah
handa Drs. Endang Abidarda dan Ibunda Muniroh dan tak lupa kepada
mertua yang aku sangat hormati dan sayangi seperti orang tua aku sendiri
yaitu ayah handa Syariffudin dan Ibunda Nasikh terimakasih banyak atas
iv
kasih sayang, dukungan yang tiada batasnya sehingga penulis dapat
menyeleasaikan skripsi ini dengan baik.
8. Secara khusus penulis berterima kasih kepada Sohihul Islam yang selalu
memberikan dukungan, cinta dan kasih sayang yang tak pernah henti-
hentinya diberikan kepada penulis dan tak lupa juga kepada belahan hati
penulis Rafa Ramadhan yang selalu membuat penulis merasa bahagia dan
semangat dalam membuat karya tulis.
9. Kakak dan adi-adikku serta keponakanku, Atu sholihah, Raden, Fatih,
Fakhri, Fifi, Ikhwan, Zikri dan Wajhiudin yang selalu memberikan
keceriaan kepada penulis sehingga penulis mendapatkan semangat belajar.
Serta keluarga besar Bani Yassin, keluarga Besar Ghozali dan keluarga
besar Trondol yang ikut serta dalam menyemangiti penulis.
10. Kepada Siti Mutzmainnah, wildan dan Baun baun teman di Kpi yang tidak
pernah bosen untuk selalu bisa meluangkan waktu demi menemani penulis
dalam menyelesaikan karya tulis.
11. Teman-teman seperjuangan mahasiswa KPI F angkatan 2010 terimakasih
ats kebersamaan kita selama ini dalam suka dan duka. Bagi penulis itu
adalah pengalaman berharga yang takkan pernah terlupakan.
12. Seluruh pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
yang telah diberikan dengan balasan yang berlipat ganda.
Penulis menyadari masih banayak kekurangan dalam skripsi ini, namun
penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat
v
khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah
senantiasa meridhoi setiap langkah kita. Amin
Penulis
Enong Zahroh
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULIAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan masalah ............................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
E. Metodelogi penelitian ............................................................................. 7
GAMBAR 1. Unsur-unsur Komunikasi ............................................................. 22
Gambar 2. Model Komunikasi Antarbudaya ...................................................... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terdiri dari beragam budaya, suku, dan agama.Konsekuensi
dari hal tersebut diperlukan kemampuan beradaptasi dan memahami
perbedaan suku, agama dan budaya. Khususnya dalam berkomunikasi antar
budaya yang berbeda agar hubungan dapat terjalin dengan baik.
Budaya disebut juga sebagai sistem yang sangat kompleks yang
memiliki pengaruh yang sangat kuat. Manusia sebagai aktor dalam kehidupan
secara timbal balik memiliki andil untuk membentuk dan di bentuk oleh
budayanya.
Keanekaragaman budaya yang menjadi suatu konsekuensi logis dalam
kehidupan di Indonesia, juga tidak terkecuali akan terjadi dalam sebuah
keluarga. Indonesia banyak sekali anggota keluarga dengan latar belakang
budaya dan agama yang berbeda. Budaya dimengerti sebagai perangkat,
aturan, nilai, kepercayaan, norma, sikap yang disepakati dan mengikat pada
sekelompok orang sebagai ciri khusus kelompok tersebut.
Keadaan seperti ini menggambarkan tentang kesesuaian dengan ajaran
islam yang mana menyebutkan bahwasannya Tuhan menjadikan manusia
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, laki-laki dan perempuan untuk saling
mengenal satu sama lainnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an
surat Al-Hujurat ayat 13 berikut.
2
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orng yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa dioantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal. (Al-Hujurat : 13).
Berdasarkan ayat diatas kita dapat mengetahui bahwa pada hakikatnya
kita diciptakan kedunia ini dengan membawa perbedaan baik budaya, agama,
ras, bahasa, ide, cara pandang, bahkan warna kulit sekalipun. Namun dengan
adanya perbedaan itu diharapkan akan membawa suatu rahmat yang harus kita
syukuri, walaupun tak dapat kita pungkiri, bahwa secara manusiawi kita akan
mengalami kesusahan dalam proses komunikasi tidak selamanya akan berjalan
lancar dan efektif, pasti akan ada permasalahan yang muncul.
Penafsiran ayat diatas yang mengatakan bahwa penggalan ayat tersebut
menjelaskan bahwa “sesungguhnya kami menciptakan kamu dari selorang
laki-laki dan seorang pere,mpuan adalah pengantar untuk menegaskan bahwa
semua manusia derajat kemanusiaannya sama disisi Allah, tidak ada
perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan karena
semua diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Pengantar
tersebut mengantarkan padakesimpulan yang mengarah kepada penggalan ayat
3
terakhir yang berbunyi “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di
sisi Allah ialah yang paling bertaqwa.” Karena itu berusahalah untuk
meningkatkan ketakwaan agar menjadi yang termulia di sisi Allah.
Apa pun sebab nuzulnya, yang jelas ayat diatas menegaskan kesatuan
asal usul manusia dengan menunjukan kesamaan derajat kemanusiaan
manusia. Tidak wajar seseorang berbangga dan merasa diri mereka lebih
tinggi dari yang lain, bukan saja antar satu bangsa, suku atau warna kulit
dengan selainnya, tetapi antara jenis kelamin mereka.
Dalam konteks ini sangat relevan jika manusia dalam esensinya
adalah “umat yang satu” (ummah wahidah). Ada kalam yang menyebutkan
jika Allah berkehendak, dia dapat dengan mudah membuat bangsa-bangsa
yang berbeda menjadi satu umat, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat
Hud ayat 118 berikut.
Artinya: Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan
manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat (Hud :
118)
Masyarakat pada tataran yang paling kecil adalah keluarga. Setiap
orang sebelum masuk kedalam ruang yang lebih luas dengan menjadi anggota
masyarakat, maka pasti akan menjadi anggota keluarga terlebih dahulu. Dalam
lingkup inilah nilai-nilai akan dapat ditransmisikan secara intens tentunya
melalui komunikasi. Fase ketika seseorang menjadi anggota keluarga
merupakan fase paling penting untuk membentuk karakter seseorang
4
dikemudian hari. Individu dalam setiap keluarga merupakan produk budaya
keluarga. Dalam ilmu komunikasi Merry Anne Fitzpatrick telah melakukan
penelitian mengenai bagaimana hubungan yang terjadi dalam keluarga melalui
teori sosiopsikologis.1 Bagaimana interaksi yang terjadi di dalam keluarga,
bagaimana sikap masing-masing anggota keluarga dan sebagainya.
Dalam buku Interculture Communication In Contexts dijelaskan
bahwa masalah yang muncul dalam komunikasi merupakan masalah yang
mendasar dan terjadi pada setiap keluarga yang menikah beda budaya. Pada
proses tersebut simbol dan makna yang berbeda tentunya akan menyulitkan
proses penyampaian pesan dalam berkomunikasi, sehingga komunikasi
menjadi kurang efektif.
Berdasarkan hal di atas, tentunya para keluarga yang menikah beda
budaya harus bisa menyesuaikan dengan berbagai cara, baik dengan meniru
sehingga dapat menyesuaikan persepsi ataupun mengadopsi sebagai nilai agar
bisa diterima, mungkin dengan cara saling belajar satu sama lain sehingga
dapat memahami perbedaan adat pasangan kita dan mau menerima adat
tersebut, karena perbedaan tersebut, tentunya pasangan beda budaya ini
memiliki sikap, nilai, serta bahasa yang berbeda pula. Walaupun sebenarnya
dapat memberi keuntungan juga bagi pasangan yang menikah beda budaya itu
sendiri, misalnya terhadap peningkatan pengetahuan dan cara pandang tentang
dunia melalui pasangan yang menikah beda budaya. Selain itu keuntungan
berikutnya adalah dapat belajar bagaimana cara untuk menjelaskan diri kepada
1 Stephen W. Littlejhon dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Theories of HumanCommunication, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), edisi 9, h.286.
5
pasangan satu sama lain. Sehingga dapat membentuk pola komunikasi dan
hubungan antar budaya itu sendri.
Data Penulis tertarik untuk melihat lebih dalam tentang komunikasi
yang terjadi dalam keluarga pasangan nikah beda budaya seperti
judul yang akan diangkat mengenai “KOMUNIKASI ANTAR
BUDAYA DALAM PERNIKAHAN ANTAR SUKU JAWA DAN SUKU
BETAWI DI DAERAH TRONDOL RT 03 RW 01 SERANG BANTEN”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada komunikasi antar budaya tepatnya apakah
bahasa mempengaruhi pola komunikasi dalam pernikahan beda budaya.
Peneliti juga membatasi bagaimana pasangan nikah beda suku ini
dalam memahami apakah nilai dan norma dapat mempengaruhi pola
komunikasi dalam pernikahan beda budaya.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Sejauhmana pola komunikasi dalam perbedaan bahasa dalam
pernikahan antara suku Jawa dan Betawi di lingkaran Trondol RT 003
RW 001 Serang Banten?
2. Bagaimana Nilai dan Norma mempengaruhi pola komunikasi dalam
pernikahan antara suku Jawa dan Betawi di lingkungan Trondol RT
003 RW 001 Serang Banten?
6
Tujun dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui sejauhmana perbedaan bahasa mempengaruhi
pola komunikasi dalam pernikahan antara suku Jawa dan Betawi
di lingkungan Trondol RT 003 RW 001 Serang Banten?
b. Untuk mengetahui bagaimana nilai dan norma mempengaruhi
pola komunikasi dalam pernikahan antara suku Jawa dan Betawi
di lingkungan Trondol RT 003 RW 001 Serang Banten?
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Secara akademis skripsi ini diharapkan dapat menambah
wawasan yang luas dan memperkaya kajian serta data mengenai
komunikasi antar budaya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat mengenai keberagaman budaya
yang nyata di Indonesia, sehingga masyarakat mampu
menyikapinya secara bijaksana dengan menghargai perbedaan
yang ada.
7
C. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metodologi adalah proses, prinsip dari prosedur yang digunakan
untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain
metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik
penelitian.2
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field Recearch) yaitu studi kasus, dimana metode ini
termasuk metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
memaparkan situasi atau peristiwa dimana metode deskriptif
mengumpulkan data-data yang sesuai. Studi kasus adalah suatu
pendekatan penelitian yang menggunakan explorasi suatu fenomena
dengan menggunakan data dari berbagai sumber.
Pada hakikatnya fokus utama pendekatan ini adalah untuk
menjawab permasalahan penelitian. Ide pentingnya adalah bahwa
penelitian berangkat kelapangan untuk mengadakan pengamatan
tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah.
a. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan oleh penelitian ini adalah
paradigma konstruktivisme. Realitas dianggap sebagai hasil
kontruksi berfikir dari kemampuan seseorang. Pengamatan
2Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi danIlmu Sosial Lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) cet, ke-5, hal. 145.
8
merupakan hasil pengamatan dari indra penelitian terhadap apa
yang diteliti.
b. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan mengguanakan pendekatan
deskriptif kualitatif dengan tipe atau strategi fenomenologi.
Fenomenologi adalah sebuah pendekatan untuk mempelajari
tentang pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada
pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi.
Dimana penelitian mencoba untuk memahami dan menelusuri
bagaimana komunikasi yang terjalin pada pasangan nikah budaya
berdasarkan pengalaman informasi yang mempunya budaya
berbeda.
Penelitian ini juga mencoba untuk menggali hambatan yang
mereka alami dalam melakukan interaksi sesama pasangan nikah
beda budaya. Berdasarkan hal tersebut maka searah dengan
pendekatan kualitatif. Yang mana pendekatan ini mempunyai
tujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian. Misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dan lain-lain secara holistik dengan cara deskripti
c. Subyek dan Objek
Subyek penelitian ini adalah pasangan nikah beda suku budaya
jawa dan suku betawi di daerah lingkar Terondol Serang Banten
9
mereka adalah Kiki Jakarta yang beretnis (suku) Betawi, Tatul
Serang yang beretnis Jawa, Sudarman, Jakarta yang beretnis
Betawi, Fitroh Serang yang beretnis Jawa, Suharyadi Cilacap yang
beretnis Jawa, Atun Jakarta yang beretnis Betawi.
Sedangkan objek penelitiannya adalah komunikasi yang terjadi
antara pasangan nikah beda suku jawa dan betawi dalam kajian
strategi komunikasi antar budaya.
d. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Trondol RT 003 RW
001 Serang Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-
Mei 2016.
e. Teknik Pengumpulan Data
1) Observasi
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik terhadap fenomena yang diselidiki.3 Observasi yang
dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipasi yaitu
peneliti melakukan pengamatan dengan melakukan pencatatan
terhadap objek-objek terkait sejauhmana bahasa, nilai, dan
norma dalam melakukan pola komunikasi antar budaya dalam
pernikahan Suku Jawa dan Suku Betawi yang dilakukan oleh
pasangan nikah beda budaya. Dalam hal ini penulis melakukan
Nilai pada umumnya terdiri dari berbagai pandangan tentang
sesuatu yang baik, benar, berharga, dan penting saat melakukan
sesuatu dalam kehidupan. Sebagai contoh adalah tentang budaya
menghargai keluarga, dari hubungan sebuah keluarga akan
menciptakan hukum dan kebijakan untuk saling mendukung
dikehidupan keluarga mereka.
Tentunya budaya yang berbeda pastinya akan memiliki nilai
yang berbeda pula dalam memaknai dunia sekitar. Nilai didukung oleh
budaya yang diekspresikan lewat komunikasi para anggotanya.24 Jauh
lebih sulit memahami dan menerima nilai-nilai budaya lain yang
berbeda. Nilai-nilai menentukan apa yang kita anggap benar, baik,
penting, indah; sulit menerima bahwa apa yang benar atau baik itu,
semuanya bergantung pada budaya.25
23 Julia T Wood, communication in our lives, h. 16524 Julia T Wood, communication in our lives, h. 16525 Stewart. L. Tubbs-Sylvia Moss, Communication Human konteks-konteks komunikasi
antarbudaya, h. 251.
43
c. Norma
Norma adalah aturan yang menentukan bagaimana anggota-
anggota budayanya mengambil tindakan, serta bagaimana mereka
berfikir dan merasa. Norma mendefinisikan apa yang dianggap normal
atau telah sesuai, dalam situasi tertentu.26 Meskipun sering
menggunakan aturan-aturan ini seolah-olah aturan-aturan tersebut
mutlak atau standar naluriah, aturan-aturan tersebut sebenarnya secara
kultural dikembangkan dan diwariskan.27 Misalnya di Amerika serikat,
salad “lalapan” biasanya dihidangkan sebelum hidangan utama, tetapi
di perancis dan negara Eropa lainnya, salad dihidangkan bersama
hidangan utama. Norma merefleksikan nilai budaya.
d. Bahasa
Bahasa membentuk bagaimana kita berfikir tentang dunia dan
diri kita sendiri. Akibatnya dalam perjalanan bahasa, kita belajar
tentang keyakina, budaya, nilai-nilai dan norma-norma. Bahasa selalu
mencerminkan budaya dari identitas pribadi. Bahasa, keyakinan, nilai-
nilai, dan norma adalah pembawa budaya yang membawa cara hidup
kedepan dari hari ke hari dan generasi ke generasi. Komponen non
material yang dikombinasikan dengan komponen material,
mencerminkan dan mengabadikan budaya dan komunitas sosial.28
Bahasa tidak dapat dipisahkan dari budaya, karya awal dari
26Julia T Wood, communication in our lives, h. 166.27 Stewart. L. Tubbs-Sylvia Moss, Communication Human konteks-konteks komunikasi
antarbudaya,h. 248.28 Julia T Wood, communication in our lives, h. 168.
44
Safir dan Whorf menunjukan kekuatan bahasa dalam mempengaruhi
pikiran.perbedaan kebudaan menurut relativitas bahasa ditentukan oleh
besarnya ukuran perbedaan bahasa. Bernstein menunjukan bagaima
bahasa mempengaruhi dan merefleksikan kelas sosial dan hubungan
keluarga, dan etnografi dari komunikasi memperluas analisis tersebut
untuk menunjukan bagaimana perbedaan budaya menyertakan
berbagai ekspresi sebagai rupa. Yang pada akhirnya mengatakan
bahwa bahasa dan budaya berjalan bersama-sama karena bahasa
adalah suatu bentuk ikatan sosial dan identifikasi yang terjadi setiap
waktu dalam kehidupan sehari-hari.29
6. Asumsi-asumsi Komunikasi Antar Budaya
Dalam rangka memahami kajian komunikasi antarbudaya maka
kita mengenal beberapa asumsi yaitu;
a. Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada
perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.
b. Dalam komunikasi antar budaya terkandung isi dan relasi
antarpribadi.
c. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi
d. Komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat
ketidakpastian
e. Komunikasi berpusat pada kebudayaan
f. Efektifitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi antarbudaya.
Enam asumsi atau pernyataan teoritis diatas merupakan bagian
29 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi ( Theories of HumanCommunication. Ed.9 (Jakarta: Salemba Humaika, 2008)h. 491.
45
dari teori-teori komunikasi yang tidak merupakan tujuan dari isi buku ini-
yang dapat diterapkan dalam lingkungan tertentu. terutama lingkungan
antarbudaya.30
7. Pentingnya Komunikasi Antarbudaya
Kesulitan berkomunikasi dengan orang lain, khususnya berbeda
budaya, bukan saja merupoakan kesulitan memahami bahasa mereka yang
tidak kita kuasai, melainkan juga sitem nilai mereka dan bahasa non
verbal mereka. Para pengamat menyebutkan bahwa komunikasi non-
verbal dimana pun lebih dominan dari pada komunikasi Verbal. Terlebih
lagi dinegara-negara Timur seperti Indonesia. Itu berarti bahwa umpan
balik dari mitra komunikasi pun pada dasarnya lebih banyak bersifat non-
verbal.
Dengan asumsi bahwa keberhasilan komunikasi bergantung pada
sejauh mana manusia itu memahami umpan balik dari seseorang,
bagaimana mungkin komunikasi akan berhasil jika manusia itu
mengabaikan umpan-balik nonverbal dari orang lain tersebut, sekarang ini
komunikasi antar budaya semakin penting dan semakin vital dari pada
dimasa-masa sebelum ini beberapa faktor menyebabkan pentingnya
komunikasi antar budaya dibawah ini.
a. Mobilitas
Mobilitas masyarakat diseluruh dunia sedang mencapai
puncaknya. Perjalanan dari negara kenegara lain dan satu benua ke
30 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, h. 15-16.
46
benua lain untuk mengenal daerah baru dan orang-orang yang berbeda
serta menggali peluang ekonomis.
b. Saling kebergantungan ekonomi
Masa kini, kebanyakan negara secara ekonomis bergantung pada
negara lain. Sehingga sangat diperlukan adanya komunikasi
antarbudaya.
c. Teknologi komunikasi
Meningkat pesatnya teknologi komunikasi telah membawa kultur
luar yanfg adakalanya asing masuk kerumah kita.
d. Pola Imigrasi
Dihampir setiap kota besar didunia kita dapat menjumpai orang-
orang dari bangsa lain. Bergaul, bekerja, atau bersekolah dengan
orang-orang yang sangat berbed. Pengalaman sehari-hari dapat
membuat manusia menjadi semakin mengerti dengan adanya
perbedaan budaya.
e. Kesejahteraan politik
Sekarang ini kesejahteraan politik sangat bergantung pada
kesejahteraan kultur atau negara lain yang sangat vital yaitu selaku
makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain, pasti hal
utama yang diinginkan adalah rasa kedamaian, rasa kenyamanan, rasa
kebersamaan, tanpa mempermasalahkan tentang perbedaan budaya
yang ada sehingga kominikasi antar budayalah yang menjebatani
kesejahteraan sosial masyarakat yang berbeda budaya tersebut.
47
Selain hal di atas ada juga kepentingan lainnya mengapa manusia
wajib mempelajari komunikasi antar budaya adalah karena rasa ingin tahu
yang besar terhadap orang lain. Manusia selalu ingin tahu tentang orang
lain yang berbeda dengan dirinya entah perbedaan wajah, suara, atau
kehidupan yang berbeda, misalnya bertanya-tanya mengapa wanita
muslim menggunakan kerudung sebagai penutup kepala, mengapa pria
menggunakan turban, dan mengapa ada beberapa yang tidak makan
daging.31 Serta juga komunikasi budaya juga dapat membangn hubungan
yangbaik dengan teman atau musuh.32
8. Fungsi komunikasi Antarbudaya
Secara umum ada empat kategori fungsi utama komunikasi, yakni:
(1)fungsi informasi, (2)fungsi intruksi, (3)persuasif dan (4)fungsi
menghibur. Apabila empat fungsi itu diperluas maka akan ditemukan dua
fungsi lainnya, yakni (1)fungsi pribadi, dan (2)fungsi sosial. Fungsi
pribadi komunikasi dirinci dalam fungsi, (1)menyatakan identitas
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukan
melalui prilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
31 Upik Anila “Komunikasi Antarbudaya di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami JakartaSelatan”karya Agustinus Wibowo, (Jakarta;skripsi SI, fakultas Ilmu Dakwah dan IlmuKomunikasi UIN Jakarta,2015), h.38-40.
32 July C. Person dkk, Human Communication, h.169.
48
a. Menyatakan identitas sosial
Identitas sosial diketahui dari asal usul suku bangsa, agama
maupun tingkat pendidikan seseorang. Pak jago adalah orang
Jawa, karena itu dia menyatakan identitasnya dengan bahasa
jawa, pedro dan silvi berasal dari timor-timur yang menyatakan
dirinya dengan bahasa tetun porto.beberapa prilaku non verbal
pun dapat menyatakan identitas sosial, pak kedro juga orang jawa,
mengatupkan kedua belahan tangan dan membungkan kepala
dihadapan atasannya sebagai wujud kehormatan.
b. Menyatakan integrasi sosial
Integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan
antarpribadi, antar kelompok, namun tetap mengakui perbedaan-
perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Contohnya “saya
memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda
memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya
kehendaki.dengan demikian komunikator dan komunikan dapat
meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka. Fungsi integrasi
dalam kebudayaan dapat ditandai oleh simbol-simbol prilaku
komunikasi, mempersilahkan anda untuk meroko atau makan
sirih pinang dalam kebudayaan orang di NTT, menerima gelar-
gelar kehormatan dari suku bangsa lain seperti yang dilakukan
orang Irian Jaya kepada para pejabat dari Jakarta, menggunakan
atribut-atribut yang berasal dari kebudayaan lain, atau mengisap
49
pipa roko untuk perdamaian ala orang indian suku Apache.
c. Menambah pengetahuan
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya
menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari
kebudayaan, contohnya orang Mexsico menggunakan cabe merah
(chili pappers) sebagai lingkaran kalung bunga untuk menyambut
wisatawan atau pejabat yang hendak berkunjung di Mexsico,
karena cabe merah (chili pappers) diyakini sebagai bumbu dasar
orang Mexsico itu sendri.
d. Melepaskan diri/ jalan keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk
melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang
sedang kita hadapi. Anda mungkin lebih suka memilih teman
kencan karena dalam banyak hal dia cocok dengan anda, dia
memiliki pikiran dan gagasan yang sama. Dia seorang perasa
sama seperti anda. Namun sebaliknya anda juga suka berteman
dengan orang yang dapat memenuhi kekurangan yang anda
miliki. Anda seorang humoris dan memilih dia karena dia adalah
seorang yuang serius, anda merasa anda berdua saling
melengkapi.33
33 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, h. 36-39.
50
2) Fungsi Sosial
a. Pengawasan sosial
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan.dalam setiap
komuniaksi antar budaya fungsi ini bermanfaat untuk
menginformasikan “perkembangan” tentang lingkungan.fungsi ini
lebih banyak dilakukan oleh media masa yang menyebarluaskan
secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi dalam sebuah
konteks kebudayaan yang berbeda. Akibatnya manusia turut
mengawasi perkembangan sebuah peristiwa dan berusaha mawas
diri seandainya peristiwa itu terjadi pula dalam lingkungan
sekitar.
b. Menjembatani
Antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara
dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas
perbedaan diantara mereka, fungsi menjembatani itu dapat
terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan,
keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan
sehingga menghasilkan makna yang sama, fungsi ini dijalankan
pula oleh berbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi
massa.
c. Sosialisasi nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan
memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada
51
masyarakat lain.kalau anda menonton suatu pegelaran seni
budaya maka mungkin sekali anda “tidak”terlalu suka pada
wayang golek orang jawa, mungkin suka pada tor-tor orang
batak, namun anda diminta untuk mempelajari nilai-nilai yang
terkandung dalam tampilan tarian-tarian tersebut.
d. Menghibur,
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses
komunikasi Antarbudaya. Karena komunikasi antarbudaya tidak
hanya terbatas pada interaksi langsung atau bercakap-cakap,
tetapi juga bisa ditunjukan juga melalui seni budaya. Yang
diharapkan dapat memberi hiburan dan pengetahuan tentang
sebuah kebudayaan.
9. Prinsip Komunikasi Antarbudaya
Menurut Devito, kita akan dapat lebih memahami komunikasi
antar budaya dengan menelaah prinsip-prinsip umumnya. Prinsip-prinsip
ini sebagian besar diturunkan dari teori-teori komunikasi yang sekarang
diterapkan untuk komuniasi antarbudaya.34
a. Relarifitas Bahasa
Gagasan umum mengenai bahasa itu mempengaruhi pikiran dan
prilaku manusia, datang dan disuarakan paling banyak oleh para
antropolog Linguistik
34 Joseph A. De Vito, Komunikasi Antar Manusia,h. 542-545.
52
b. Bahasa sebagai cermin budaya
Bahasa itu mencerminkan budaya, semakin besar perbedaan
budaya, semakin besar perbedaan komunikasi, baik dalam bahasa
maupun dalam isyarat-isyarat non verbal
c. Mengurangi ketidak pastian
Makin besar perbedaan anatarbudaya, semakin besarlah ketidak
pastian dan ambiguitas dalam komuniasi.
d. Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya
Semakin besar perbedaan antarbudaya, semakin besar pula
kesadaran diri (Mindfulness) para partisipan komunikasi.
e. Interaksi awal dan perbedaan anatarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interkasi awal
dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingan ketika hubungan
menjadi lebih akrab.
f. Memaksimalkan hasil interaksi
Sunnafrank sebagaimana dikutip oleh Devito mengatakan
bahwa dalam suatu komunikasi, demikian pula dalam komunikasi
antarbudaya, kita senantiasa berusaha memaksimalkan hasik interkasi
kita berusaha memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
biaya minimum.35
35 Marheini Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.306-310.
53
10. Hambatan komunikasi antar budaya
Devito menyebutkan bahwa, hukum murphy (jika sesuatu bisa
salah dia akan salah) terutama berlaku untuk komunikasi antarbudaya
mengenai beberapa penghambat yang lazim dapat membantu kita
menghindari atau setidaknya menanggulangi akibatnya, komuniakasi
anatarbudaya, tentu saja mengalami hambatan dan masalah yang sama
seperti yang dihadapi oleh-bentuk-bentu masalah komunikasi yang
lain.hambatan-hambatan komunikais antarbudaya yang menunjukan sifat
yang agak unik sebagaimana yang dikatakan oleh Barna.36
a. Mengabaikan Perbedaan Antara anda dan kelompok yang secara
kultural berbeda
Sesungguhnya ada banyak macam hambat tentang komunikasi
antarbudaya, akan tetapi hambatan yang paling lazim adalah bila mana
manusia menganggap bahwa yang ada hanyalah kesamaan dan bukan
perbedaan. Ini terjadi terutama dalam hal nilai, sikap, dan
kepercayaan. Manusia dapat dengan mudah mengakui dan menerima
perbedaan gaya rambut, cara berpakain dan makanan.
Tetapi dalam hal nilai-nilai dan kepercayaan dasar, manusia
menganggap bahwa pada dasarnya manusia itu sama, ini tidak benar.
Bila manusia mengasumsikan kesamaan dan mengabaikan perbedaan,
manusia secara inklisit mengkomunikasikan kepada lawan bicara,
36 Marheini Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 306-310.
54
bahwa manusia lah yang benar dan cara mereka tidak penting.37
b. Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda.
Dalam kelompok kultural terdapat perbedaan yang besar dan
penting, seperti
orang Amerika tidak sama satu dengan yang lainnya, demikian
pula orang Indonesia, Yunani, Meksiko dan seterusnya. Bila
mengabaikan perbedaan ini, kita terjebak dalam stereotipe. manusia
mengasumsikan bahwa semua orang yang menjadi anggota kelompok
yang sama (dalam hal ini kelompok bangsa atau ras) adalah sama.38
c. Melanggar adat kebiasaan kultural
Menurut Devito, setiap kultur itu mempunyai aturan
komunikasi sendiri-sendiri.aturan ini menetapkan mana yang patut
dan mana yang tidak patut misalnya saja, dalam kultur Amerika kita
harus membuat janji kencan dengan teman kencan kita tiga atau empat
hari sebelumnya. Padahal beberapa kultur, orang menunjukan rasa
hormat denga menghindari kontak mata langsung dengan lawan
bicaranya. Dalam kultur yang lain, penghindaran kontak mata seperti
ini dianggap mengisyaratkat tidak adanya minat.39
d. Menilai perbedaan secara negatif
Joseph Devito mengingatkan kepada setiap manusia, bahwa
meskipun manusia menyadari bahwa adanya perbedaan diantara
kultur-kultur, tetap tidak boleh menilai perbedaan itu sebagai hal yang
37 Marheini Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 306-307.38 Marheini Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 307-308.39 Marheini Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.308.
55
negatif. Ambillah suatu contoh, misalnya meludah. Dalam kebanyak
kultur barat, meludah sebagai tanda penghinaan dan tidak kesenangan
(begitu pula di Indonesi) yang tidak boleh melakukan di muka
umum.40
e. Kejutan budaya
Kejutan budaya mengacu pada reaksi psikologis yang dialami
seorang karena berada ditengah suatu kultur yang sangat berbeda
dengan kulturnya sendri. Kejutan budaya itu sebenarnya normal.
Kebanyak orang mengalaminya apabila memasuku kultur yang
baru dan berbeda. Namun demikian, keadaan ini tidak menyenangkan
dan menimbulkan frustasi. Sebagian dari kejutan ini timbul karena
perasaan terasing menonjol dan berbeda dari yang lain.
Bila kita kurang mengenal adat kebiasaan masyarakat yang
baru ini, kita tidak dapat berkomunikasi secara efektif. manusia
cenderug akan sering melakukan kesalahan yang serius. Orang yang
mengalami kejutan budaya mungkin tidak memahami beberapa hal
yang sangat mendasar;
1. Bagaimana minta tolong atau memberikan pujian kepada
seseorang?
2. Bagaimana menyampaikan atau menerima undangan makan
malam?
3. Seberapa dini atau terlambat datang memenuhi janji, atau berapa
lama harus berada disana?
4. Bagaimana membedakan kesungguhan dari senda gurau dan sopan
40 Marheini Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.309.
56
santun dari ketidak acuhan?
5. Bagaimna berpakaian untuk situasi informal, formal atau bisnis?
6. Bagaimana memesan makanan direstoran atau bagaimana
memanggil pelayan?
Kalervo Oberg adalah seorang antropolog yang pertama kali
menggunakan istilah kejutan budaya, mengamati bahwa ini
berlangsung dalambeberapa tahap. Tahap-tahap tersebut berguna
untuk menelaah pertemuan-pertemuan dengan orang-orang baru yang
berbeda. Masuk keperguruan tinggi, menikah, memasuki dinas militer,
misalnya dapat menimbulkan kejutan budaya.41
11. Pintu Masuk Komunikasi Antarbudaya(Faktor pendukung
komunikasi Antarbudaya)
a. Sadari antara anda dan orang yang kulturnya berbeda.bila ragu,
bertanyalah jangan mengasumsi kesamaan.tetapi pada waktu yang
sama, sadarilah pula manfaat mencari kesamaan dan menekankannya
pada saat berkomunikasi.42
b. Sadarilah bahwa perbedaan selalu ada dalam kelompok apapun.
Jangan bersikap sterotipe, terlalu menggenerelasasi, atau
mengasumsikan bahwa perbedaan dalam satu kelompok tidak penting.
c. Ingatlah bahwa makna ada pada orang dan bukan pada kata-kata atau
gerak-gerik.ceklah makna yang anda berikan dengan maksud lawan
bicara, pastikanlah bahwa setiap kesamaan atau perbedaan dalam
makna yang anda asumsikan memang benar-benar ada.
41Marheini Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.310-311.42Joseph A. De Vito, Komunikasi Antar Manusia,h. 555.
57
d. Ingatlah akan adat kebiasaan budaya yang berlaku dengan sembarang
konteks komunikasi antar budaya.
e. Hindari evaluasi negatif terhadap perbedaan kultur, baik secara verbal
maupun nonverbal. Pandanglah adat kebiasaan budaya (kultur
andamaupun kultur yang lain)sebagai bersifat arbirer dan
menyenangkan bukan sebagai sesuatu yang natural dan logis.
f. Hindari kejutan budaya dengan mempelajari sebanyak mungkin kultur
yang akan anda masuki.bicaralah dengan penduduk asli dengan
mereka yang mempunyai pengalaman.
12. Asimilasi (pembaharuan)
Asimilasi adalah tujuan penting akulturasi yang secara teoritis
mungkin terjadi. Bagi kebanyakan imigran, asimilasi adalah tujuan
sepanjang hidup. Mengutip pengertian asimilasi dari skripsi Ali Abdul
Rozik”...Asimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila ada golongan-
golongan manusi denga latar belkang kebudayaan berbeda-beda, saling
bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga
kebiudayaan-kebudayaan golongn tadi masing-masing berubah wujudnya
menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran...”43
13. Pengertian Etnik
Secara umum komunikasi antarbudaya adalah “proses saling
berbagi informasi, pengetahuan, perasaan dan pengalaman yang dilakukan
43 Ali Abdul Rodzik, “Akulturasi Budaya Betawi Dengan Tionghoa (Studi KomunikasiAntarbudaya pada Kesenian Gambang Kromongdi Perkampungan Budaya Betawi, KelurahanSrengseng Sawah),” (Jakarta: Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UniversitasIslam Negeri Jakarta, 2008), h. 18.
58
oleh manusia dari berbagai budaya. Setiap budaya memiliki nilai-nilai dan
sikap-sikap yang dikomunikasikan, seperti hal nya cara orang Jepang
yang membungkukan badan satu sama lain berbeda dengan gaya
penyambutan oleh bangsa lainnya sehingga setiap orang harus dapat
memahami secara lengkap semua tatanan struktur dan proses komuniasi,
misalnya dalam komunikais etnik dari beberapa kelompok budaya yang
berbeda sehingga dapat disampaikan dan diterima pesan komunikasi
secara benar.44
Etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang
anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya
biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku
ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut
seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, prilaku, dan ciri-ciri biologis.
Menurut Frederich Barth istilah etnik menunjukan pada suatu kelompok
tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun
kombinasi dari katagori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya.
Definisi etnik diatas menjelaskan pembatasan kelompok etnik
yang didasarkan pada populasi tersendiri, terpisah dari kelompojk lain,
dan menempati lingkungan geografis tersendiri yang berbeda dengan
kelompok lain. Seperti misalnya, etnik minang menempati wilayah
geografis pulau Sumatera bagian barat yang menjadi wilayah profinsi
44 Joseph A. De Vito, Komunikasi Antar Manusia,h. 542-545.
59
Sumatera barat.45
C. Landasan Teori pernikahan
1. Pengertian pernikahan
Pernikahan adalah sunatullah yang umum dan berlaku pada semua
mahkluk-Nya baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan.46 Ia adalah
suatu cara yang dipilih Allah SWT. Sebagai jalan bagi mahkluk-Nya untuk
berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.
Pernikahan akan berperan setelah masing-masing pasangan siap
melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan dan
pernikahan itu sendiri.
Allah SWT. Berfirman dalam Surat An-Nisa ; yang berbunyi:
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu
yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan darinyalah Allah
menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak..”(Q.S. An-Nisa : 1)47
45 Fredrik Bart ed.1969 Ethnic Group and Boundaries: The Social Organization of CulturalDifference: Eric Wolf 1982 Europe and The People Without History, h. 381.
46Sayyid Sabiq. Fiqih Sunnah 6. (Bandung,PT Alma’arif, 1980),Cet. Pertama h. 74747 Hasbi Asiddiqi. Al-Qur’an Terjemahan. (jakarta, Departemen Agama RI, 1989) Cet 1, h.
114.
60
Allah SWT tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya,
yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan
betina secara anargik atau tidak ada aturan.akan tetapi, untuk menjaga
kehormatan dan martabat manusia maka Allah SWT mengadakan hukum
sesuai martabat tersebut.
Dengan demikian, hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur
secara terhormat berdasarkan kerelaan dalam suatu ikatan berupa
perkawinan.
Pernikan menurut istilah ilmu fiqih dipakai perkataan “nikah” dan
perkataan “ziwaj”, Nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya
(haqiq) dan arti kiasan (majaz). Arti sebenarnya dari nikah adalah “dhom”
yang berarti menghimpit menindih atau berkumpul, sedangkan arti
kiasannya adalah “watho” yang berarti setubuh atau akad, yang berarti
mengadakan perjanjian pernikahan.48
Dalam pernikahan bahasa sehari-hari perkataan nikah lebih banyak
dipakai dalam arti kiasan dari pada arti yang sebenarnya, bahkan “nikah”
dalam arti yang sebenarnya jarang sekali dipakai pada saat ini.
48 Drs. KamalMukhtar. Asas-asas hukum islam tentang pernikahan , (Jakarta: PT BuloanBintang, 2003), cet. Ketiga, h. 1.
61
Dalam masalah pernikahan, para ahli fiqih mengartikan “nikah”
menurut arti kiasan atau secara detinitif, masing-masing ulama fiqih
berbeda dalam mengemukakan pendapatnya, antara lain sebagai berikut:
1. Ulama Hanafiyah, mendefinisikan pernikahan sebagai suatu akad
yang berguna untuk memiliki mut’ah dengan sengaja, artinya
seorang lelaki dapat menguasai perempuan dengan seluruh anggota
badannya untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan.
2. Ulama Syafi’iyah, menyebutkan bahwa petrnikahan adalah suatu
akad dengan menggunakan lafal nikahn atau zauj yang menyimpan
arti memilki wati, artinya dengan pernikahn seseorang dapat
memiliki atau mendapatkan kesenangan dari pasangannya.
3. Ulama Malikiyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu
akad yang mengandung arti mut’ah untuk mencapai kepuasan,
dsengan tidak mewajibkan adanya harta.
4. Ulama Hanabillah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah akad
dengan menggunakan lafal inikah atau tazwij untuk mendapatkan
kepuasan, artinya seorang lelaki dapat memperoleh kepuasan dari
seorang perempuan dan sebaliknya.
Pernikahan nikah tersebut diatas bahwa pernikahan adalah suatu akad
antara seorang pria dengan seorang wanita atas dasar kerelaan dan kesukaan
kedua belah pihak lain (wali) menurut sifat dan syarat yang telah ditetapkan
62
syara’ untuk menghalalkan pecampuran antara keduanya, sehingga satu sama
lain saling membutuhkan menjadi sekutu sebagai teman hidup dalam rumah
tangga.49
Firman Allah SWT:
Artinya :...”maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senaangi
dua, tiga, atau empat, kemuadian jika kamu takut tidak akan berlaku adil,
maka (nikahilah) seorang saja...”(An-Nisa : 3)
Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam
pergaulan masyarakat yang sempurna, pernikahan itu bukan saja merupakan
satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan
keturunan, tetapi juga dapat di pandang sebagai satu jalan menuju satu pintu
perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lain, dan perkenalan itu akan
menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan yang
lainnya.
2. Tujuan pernikahan
Pernikahan merupakan awal kemerdekaan dan kehidupan yang
sesungguhnya, dan itulah tujuan pernikahan. Tujuan ini lah yang merangsang
pemuda, untuk berusaha dan bekerja sesungguh-sungguhnya pernikan
bukanlah perbuatan tanpa tujuan. Pernikahan adalah peristiwa yang khusus
49 Drs. SlametAbbidin dan Drs H. Aminudin . Fiqih Munaqat 1, (Bandung, CV, PustakaCeria,1999), h. 12.
63
dan penting dalam kehidupan, dan menentukan masa depan manusia. Maka,
suatu keharusan bagi pemuda untuk mengetahui tujuan pernikahan, kemudian
memberanikan diri untuk melakukan secara cermat berdasarkan pengetahuan.
Pernikahan mempunyai banyak manfaat, dimana setiap manfaat dapat
menjadi tujuan dan penggerakan seseorang untuk menikah. Antara lain,
kenikmatan dan kepuasan seksual, ketenangan hidup dan kemandirian,
kelangsungan keturunan, dan mendapatkan pelipur; teman, penolong,
penyimpan rahasia, pengasih, dan pendamping dalam hidup. Setiap manfaat
ini dapat menjadi tujuan pernikahan, asalkan tidak mengabaikan manfaat yang
lain. Tetapi , faktor kepuasan seksual memegang peran yang lebih besar,
sehingga manfaat yang lain berada dibelakangnya.
Islam mengakui manfaat-manfaat tersebut, termasuk kenikmatan dan
kepuasan seksual. Islam adalah agama fitrah; hukum-hukum dan undang-
undangnya tumbuh dari fitrah manusia dan karakter yang khas. Sekalipun
demuikiann islam mendefinisikan manusia sebagai wujud yang mampu
memilih dan sebaik-baiknya mahkluk.
Nask Al-Quran dan Hadits rasul mendasari tujuan yang akan dicapai
dalam pernikahan, tujuan pertama dalam islam adalah mewujudkan suatu
keluarga yang bahagia dengan dasar kasih sayang. Firman Allah dalam Al-
Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 yang berbunyi:
64
Artinya : Dan diantaranya tanda-tanda kekuasaan, bahwasannya dia
telah menciptakan bagimu pasangan dari dirimu, agar kamu hidup tenang
bersamanya mewujudkan kasih sayang, sesungguhnya yang demikian itu
merupakan tanda kesukaan-Nya bagi orang-orang yang mau berfikir”.
Firman Allah dalam Surat An-Nahl ; 72 berbunyi :
Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenismu sendri
dan menjadikan bagimu dan istri-istri kamu itu anak cucu dan memberikan
rizki dari yang baik-baik, maka mengapakah mereka beriman kepada yang
bathil dan mengingkari nikmat Allah”
Dari dua ayat tersebut diatas jelaslah bahwa tujuan pernikahan itu
membentuk rumah tangga. Rumah tangga adalah masalah hidup manusia,
maka tujuan hidup berumah tangga sering sejalan dengan tujuan hidup itu
sendiri, yakni pengabdian kepada Allah.
Dari nash yang telah di uraikan diatas, bahwa tujuan pernikahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT nikah
juga dalam rangka taat kepada Allah SWT dan Rosulnya.
2. Untuk memperoleh keturunan yang sah dalam kelangsungan hidup
berumah tangga (memperbanyak ummat Muhammad saw)
65
3. Untuk kesejahteraan keluarga serta menjauhi perbuatan yang tidak
terpuji
4. Untuk menciptakan kehidupan yang teratur, penuh ketenangan dan
kasih sayang.
D. Landasan Teori suku Jawa dan Betawi
1. Betawi
Betawi berasal dari kata batavia, yaitu sebuah nama yang digunakan
para penjajah belanda untuk kota jakarta pada masa itu.50 Namun
pernyataan kata betawi berasal dari kata batavia dibantah oleh ridwan
saidi, menurutnya penggunaan kata Batavia menjadi betawi itu telah
terjadi lama sebelum kedatangan belanda ke Indonesia.51 Sebelumnya
jakarta masih bernama sunda kelapa dan setelah itu diganti menjadi
jayakarta. Jayakarta artinya “Membuat Kemenangan” karena telah berhasil
mengalahkan orang-orang portugis yang dipimpin oleh Fransisco De Sa
pada 22 Juni 1527.52
Kata “Betawi” digunakan sebagai identitas etnis tidak dikenal oleh
orang betawi sendiri dimasa lalu, sejak abad ke-18 ada ulama asal Betawi
yang belajar dan mengajar di Mekkah dan Madinah menggunakan nama
“Al-Batawi” di belakang namanya, seperti Syeikh Abdurahman Al-Batawi
50 Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi, (Jakarta: Logos, 2002), hal. 2.51 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadat,
(Jakarta: Gunara Kata, 2001), hal. 16.52 Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia), 2009), h. 141.
66
yang sejaman dengan ulama terkenal Muhammad Arsyad Al-Banjari
sekitar tahun 1710-1812.53
Terbentuknya etnis Betawi masih terbilang baru yaitu sekitar
permulaan abak ke-19 yang merupakan percampuran antar berbagai unsur
suku bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar wilayah
Nusantara.54 Bondon Kanumoyoso dalam pengantar buku profil etnik
jakarta mengatakan bahwa lance Cantles dalam suatu artikelnya
menyebutkan salah satu unsur yang membentuk etnis betawi adalah para
budak yang menetap dikota batavia.55
Pada masa Hindia Belanda, sebutan istilah Betawi semakin dikenal
dengan adanya kota Betawi, orang Betawi dan Bahasa Betawi. Seorang
politis pada masa Hindia Belanda yang bernama Muhammad Husni
Thamrin menyatakan dirinya sebagai rakyat Betawi, melalui pidatonya
dalam Gemeenteraad, 29 Oktober 1919, yang diucapkan kepada Van der
Zee.56
“Toean kepala, saja doedoek dalam kota boekan sebagai wakil dari
K.P.M tetapi sebagai wakil ra’jat Betawi, maka toean dijaga loepa bahwa
saja bagian dari ra’jat itu”.
Budaya betawi menjadi Budaya yang dominan artinya sebuah
kebudayaan yang menonjol dalam suatu masyarakat sehingga tampilan
53 Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi, h. 2.54 Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi, h. 2.55 Lance Casteles, Pengantar Profil Etnik Jakarta, (Jakarta: Masup Jakarta, 2007), hal. Xii-
xiii.56 Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, h. 141.
67
kebudayaan itu seolah-olah berada diatas atau menguasai kebudayaan
yang lain.kebudayaan yang mengatur aspek kehidupan dimasyarakat.57
Permasalahannya waktu demi waktu budaya betawi semakin
dilupakan, semakin berkembanngnya zaman budaya betawi sudah
terkontaminasi dengan budaya metropolitan dan modern. Dan pada
akhirnya sosok seperti Benyamin S, dan tokoh betawi yang kentel dengan
budayanya nyaris hilang.
Segi demografi, orang Betawi dibagi menjadi empat kategori yaitu
Betawi tengah atau Betawi kota, Betawi Pinggir, Betawi Pesisir dan
Betawi udik atau Betawi Ora. Dalam sejarah perkembangannya Betawi
Tengah Tau Betawi kota, pada awalnya menetap dibagian kota jakarta
yang dulu disebut Karisidenan Batavia (kini termasuk wilayah jakarta
Pusat). Dalam tahap perkembangan kota jakarta daerah inilah yang paling
tinggi menerima arus urbanisasi dan moderniasai. Salah satu akibatnya
tingkat perkawinana campur antara etnis juga tinggi.
Berdasarkan tingkat ekonomiya Betawi tengah dibagi lagi menjadi
orang gendong (kelas atas) dan orang kampung (kelas bawah). Betawi
tengah khususnya orang gedong umumnya berpendidikan tinggi dan
mengikuti pendidikan disekolah umum. Dalam kehidupan publik mereka
tidak berbicara dalam bahasa Betawi dan bidang-bidang yang ditekuninya
bukanlah kesenian yang selama ini dikenal dengan kesnian Betawi. Gaya
57 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, h.112.
68
hidupnya oleh orang luar tidak mencerminkan kebetawian atau mereka
sendiri memang menyembunyikan kebetawiannya.
Betawi pinggir memiliki ciri keislaman yang menonjol. Wilayah yang
termasuk Betawi pinggir adalah Cempaka putih, Grogol, Petamburan,
Matraman, Pulo gadung, Cakung, Jatinegara, Kramatjati, Pasar Rebo,
Pasar Minggu, Mampang Perapatan, Tebet, dan Kemayoran Baru.
Pendidikan yang ditempuh adalah pendidikan pesantren maka tidak heran
banyak tokoh-tokoh agama yang berasal dari daerah ini.
Betawi Pesisir pada awalnya menetap didaerah pinggiran kota jakarta.
Mereka umumnya bekerja sebagai nelayan. Sedangkan betawi udik
menetap dipinggir jakarta, yaitu Bogor, tanggerang dan Bekasi,
masyarakat kultural adalah orang betawi dabn dulunya memang termasuk
wilayah administratif batavia. Tapi kini karena adanya perubahan batas
administratif, maka wilayah tempat tinggal mereka termasuk propinsi jawa
barat. Betawi udik yang tinggal disebalah timur dan selatan jakarta, bekasi
dan bogor, dipengaruhi oleh kebudayaan sunda ( sedangkan orang Betawi
yang tinggal dibagian utara dan barat jakarta serta tanggerang dipengaruhi
oleh kebudayaan Cina). Orang-orang yang termasuk Betawi udik ini,
dahulu menyebut diri mereka sebagai orang Betawi. Mereka menamakan
dirinya menurut lokasi tempat tinggal mereka, misalnya, “orang pasar
Rebo”, “orang Tambun”,”orang Poris”.
Betawi udik relatif tertinggal dalam bidang pendidikan dan
keterlibatan kerja dalam sektor ekonomi modern. Mereka juga bukanlah
69
pemeluk agama islam yang fanatik, fasilitas agama islam seperti pesantren
jauh dari cukup dan hanya terdapat beberapa wilayah saja dimana agama
menjadi faktor penting dalam kehidupan mereka. Umumnya mereka
diketahui jarang sembahyang, jarang puasa, gemar berjudi, minum dan
kerap melakukan upacara yang bersifat animistis. Tapi dalam dua dekade
terakhir telah terjadi perubahan pada ciri-ciri kelompok betawi udik
tersebut.
2. Jawa
Orang Jawa tidak dapat memisahkan mitos dalam kehidupan mereka,
oleh sebab itu,kita telaah dan coba menguraikan tentang orang jawa . yang
dimaksud orang Jawa oleh Magnis –Susebno adalah orang yang bahasa
ibunya bahasa jawa dan merupakan penduduk asli bagian tengah dan timur
pulau jawa. Berdasarkan golongan soaial, orang jawa dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu :
a. Wong cilik (orang ecil) terdiri dari petani dan mereka yang
berpendapatan nya rendah
b. Kaum priyayi terdiri dari pegawai dan orang-orang intelektual
c. Kaum ningrat gaya hidupnya tidak jauh dari kaum priyayi.
Selain dibedakan golongan sosial, orang jawa juga dibedakan atas
dasar keagamaan dalam dua kelompok yaitu :
a. Jawa Kejawen yang sering disebut abangan yang dalam kesadaran dan
cara hidupnya ditentukan oleh tradisi jawa pra-islam. Kaum priyayi
70
tradisional hampir seluruhnya dianggap jawa kejawen, walaupun
mereka secara resmi mengaku islam.
b. Santri yang memahami dirinya sebagai Islam atau orientasinya yang
kuat terhadap agama islam dan berusaha untuk hidup menurut ajaran
islam.
Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan
pusat segala. Pusat yang dimaksud disini dalam pengertian ini adalah yang
dapat memberikan penghidupan,keseimbangan, dan kestabilan, yang dapat
pula memberikan kehidupan dan penghubung dengan dunia atas.
Pandangan orang jawa yang demikian biasa disebut Kawula lan Gusti,
yaitu pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia
adalah mencapai harmoni dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan
terakhir itulah manusia menyerahkan diri selaku kawula terhadap
Gustinya.
Sebagain besar orang jawa termasuk dalam golongan bukan muslim
santri yaitu yang telah mencampurkan beberapa konsep dan cara berfikir
islam dengan pandangan asli mengenai alam kodrati dan alam adikodrati.
Ciri pandangan hidup orang jawa adalah realitas yang mengarah kepada
pembentukan kesatuan numinus antara alam nyata,masyarakat, dan alam
adikodrati yang dianggap keramat.orang jawa bahwa kehidupan mereka
telah ada garisnya, mereka hanya menjalannya saja.
Dasar kepercayaan jawa atau javanisme adalah keyakinan bahwa
segala sesuatu yang ada didunia ini pada hakekatnya adalah satu atau
71
merupakan kesatuan hidup. Javanisme memandang kehidupan manusia
selalu terpaut erat dalam kosmos alam raya. Dengan demikian kehidupan
manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman-
pengalaman yang religius.
Keagamaanorang jawa Kejawen ditentukan oleh kepercayaan mereka
pada berbagai macam roh-roh yang tidak kelihatan yang dapat
menimbulkan bahaya seperti kecelakaan atau penyakit apabila mereka
dibuat marah atau penganutnya tidak hati-hati. Untuk melindungi
semuanya itu, orang jawa kejawen memberi sesajen atau caos dahar yang
dipercayai dapat mengelakan kejadian-kejadian yang tidak. Sesajen
diinginkan danmempertahankan batin dalam keadaan tenang. Sesajen yang
digunakan biasanya terdiri dari nasi dan aneka makanan lain, daun-daun
bunga serta kemenyan.
Contokh kegiatan religius dalam masyarakat jawa, khususnya orang
jawa kejawen adalah puasa tau siam. Orang jawa kejawen mempunyai
kebiasaan berpuasa pada hari-hari tertentu misalnya,senin-kamis atau pada
hari lahir, semuanya itu merupakan asal mula dari tirakat denga tirakat
orang dapat menjadi lebih tekun dan kelak akan mendapatkan pahala.
Orang jawa kejawen menganggap bertapa adalah suatu hal yang penting.
Dalam kesusastraan kuno orang jawa, orang yang berabad-abad betapa
dianggap sebgai orang keramat karena dengan betapa orang dapat
menjalankan kehidupan yang ketat ini dengan disiplin tinggi serta mampu
menahan hawa nafsu sehingga tujuan-tujuan yang penting dapat
72
tercapai.kegiatan orang jawa kejawen yang lainnya adalah meditasi atau
semedi. Menurut Koentjaraningrat, meditasi atau semedi, biasanya
dilakukan bersama-sama dengan tapabrata (bertapa) dan dilakukan pada
tempat-tempat yang dianggap keramat misalnya, digunung, kuburan, ruang
yang dikeramatkan dan sebagainya. Pada umumnya orang melakukan
meditasi adalah untuk mendekatkan atau menyatukan diri denga Tuhan.58
58http://www.karatonsurakarta.com/orangjawa.htm selasa 26 oktober 2015,22:50s
72
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG DESA TRONDOL SERANG BANTEN
A. Kota Serang
Kota Serang adalah sebuah kota di Provinsi Banten, Indonesia. Serang
merupakan ibukota Provinsi Banten dengan pusat pemerintahan berada di
Kecamatan Kota Serang. Serang berada tepat di sebelah Utara Provinsi
Banten, serta dikelilingi oleh Kabupaten Serang di sebelah selatan, barat, dan
timur, dan Laut Jawa di sebelah Utara. Serang dilintasi jalan tol lintas Jakarta
- Merak.
B. Geografis Trondol
Trondol adalah kecamatan Serang dari kelurahan Trodol. Trondol
memiliki luas wilayah 160 Ha dari batas Wilayah kelurahan Utara
((kelurahan kaligandu), Timur (desa Masjid Priyai), Selatan (Kelurahan
Sukawarna), Barat (Kelurahan Kaligandu). Trondol itu sendiri memiliki
jumlah RT sebanyak 23 orang dan RW 5 orang dan jumlah Kartu Keluarga
dalam kelurahan Trondol terdapat 2130 jiwa sedangkan jumlah penduduk
kelurahan Trondol mencapai 8315 jiwa dan jumlah laki-laki 4283 dan
perempuan mencapai 4087 jiwa. Karena minimnya pengetahuan pendidikan
dari keluarga sehingga banyak warga Trondol yang merasakan bangku
pendidikan sangat sedikit namun akan kepercayaan agama-lah yang sangat
kental terhadap warga Trondol itu sendri.karena pada umumnya masyarakat
disitu berfikir bahwa pendidikan tidak terlalu penting sehingga banyak anak
73
dari mereka mengalami pernikahan dini atau bekerja mencari uang demi
menghidupkan keluarganya.
Pada tahu 2016 tingkat pendidikan yang terjadi di wiliyah Kelurahan
Trondol yang buta huruf mencapai 1956, sedangkan tamat SD mencapai 396
orang, SD mencapai 2657 orang, SMP 679 orang, SMA 1261 orang dan S1
218 orang, dan S2 20 orang. rata-rata mata pencarian warga Trondol itu
sendri adalah sebagai seorng Karyawan Swasta dan Buruh. Di wilayah
Trondol itu sendri juga memiliki sarana prasarana pendidikan SD (sekolah
dasar) sebanyak 2 sekolah, SMP (Sekolah Menengah Pertama) sebanyak 1
sekolah, SLTA sebanyak 1 sekolah, madrasah Ibtidaiyah sebayak 1 sekolah,
madrasah tsanawiyah sebanyak 1 sekolah, dan pondok pesantren sebanyak 7
sekolah. Sedangkan sarana prasarana agamanya terdapat masjid sebanyak 7
masjid dan Musholla sebanyak 7.Trondol itu sendiri juga menggunkan bahasa
jawa bebasan. 1
C. Asal Muasal Jawa Bebasan
Menurut sejarahnya, bahasa Jawa Banten mulai dituturkan pada zaman
Kesultanan Banten pada abad ke-16. Maulana Hasanuddin putera Sunan
Gunung Jati Sultan Cirebon kedua menyerang Banten Girang dan
menaklukannya Di zaman itu, bahasa yang diucapkan di Banten tiada
bedanya dengan bahasa Cirebon yang belum dimasuki kosakata asing seperti
(pulang), kita (saya), serta kelawan (dan) merupakan kosakata dalam bahasa
1 Monografi Kelurahan dan Desa Trondol Serang,17 Oktober 2016
74
Cirebon yang masih bertahan dan dipergunakan di Banten, namun fondasi
bahasa Banten tidak hanya dari bahasa Cirebon saja, pola kalimatnya juga
diwarnai dengan percampuran bahasa Sunda setempat. Asal muasal kerajaan
Banten memang berasal laskar gabungan Demak dan Cirebon yang berhasil
merebut wilayah pesisir utara Kerajaan Pajajaran. Namun, bahasa Jawa
Banten mulai terlihat bedanya, apa lagi daerah penuturannya dikelilingi
daerah penuturan bahasa Sunda dan Betawi.
Bahasa ini menjadi bahasa utama Kesultanan Banten (tingkatan
bebasan) yang menempati Keraton Surosowan. Bahasa ini juga menjadi
bahasa sehari - harinya warga Banten Lor (Banten Utara).
Bahasa Jawa Banten atau bahasa Jawa dialek Banten ini dituturkan di
bagian utara Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon dan daerah barat
Kabupaten Tangerang. Dialek ini dianggap sebagai dialek kuno juga banyak
pengaruh bahasa sunda dan betawi. Bahasa ini mungkin tidak mempengaruhi
Banten bagian Selatan seperti kabupaten Pandeglang dan kabupaten Lebak
yang masih memakai bahasa kanekes dan bahasa sunda asli yang merupakan
bahasa bumi putera dari bahasa daerah Banten.
Bahasa Jawa di Banten terdapat dua tingkatan. Yaitu tingkatan bebasan
(krama) dan standar. Dalam bahasa Jawa dialek Banten (Jawa Serang),
pengucapan huruf 'e', ada dua versi. ada yang diucapkan 'e' saja, seperti pada
kata "teman". Dan juga ada yang diucapkan 'a', seperti pada kata "Apa".
Daerah yang melafalkan 'a' adalah kecamatan Keragilan, Kibin, Cikande,
Kopo, Pamarayan, dan daerah timurnya. Sedangkan daerah yang melafalkan 'e'
75
adalah kecamatan Serang, Cipocok Jaya, Kasemen, Bojonegara, Kramatwatu,
Ciruas, Anyer, dan seberang baratnya.
Contoh :
'kule', dibaca 'kula' atau 'kule'. (artinya, saya)
'ore', dibaca 'ora' atau 'ore'. (artinya, tidak)
'pire', dibaca 'pira' atau 'pire' (artinya, berapa)
Contoh : (B.Jawa Banten tingkat bebasan)
Pripun kabare? Kakang ayun ning pundi?
Sampun dahar dereng?
Permios, kule boten uning griyane kang Haban niku ning pundi?
Kasihe sinten?
Kasihe Haban Ghazali lamun boten salah.
Oh, wenten ning payun koh.
Matur nuhun nggih, kang.
Yewis, napik dolanan saos nggih!
Kang Haban! Ning pundi saos? boten ilok kepetuk!
Napik mengkoten, geh!
Kule linggar sareng teh Toyah ning pasar.
Ayun tumbas sate Bandeng sios.
(B.Jawa Banten tingkat standar)
Kepremen kabare? Sire arep ning endi?
Wis mangan durung?
76
Punten, kite ore weruh umahe kang Haban kuwen ning endi?
Arane sape?
Arane Haban Ghazali ari ore salah.
Oh, ning arep koh.
Nuhun ye, kang.
Yewis, aje memengan bae ye!
Kang Haban! Ning endi bae? ore ilok kependak!
Aje mengkonon, Geh!
Kite lunge kare teh Toyah ning pasar.
Arep tuku sate Bandeng siji.
(B.Indonesia)
Bagaimana kabarnya? Kamu mau kemana?
Sudah makan belum?
Maaf, saya tidak tahu rumahnya kang Haban itu dimana?
Namanya siapa?
Namanya Haban Ghazali kalau tidak salah.
Oh, di depan tuh.
Terima kasih ya, kang.
Ya sudah, jangan bermain saja ya!
Kang Haban! Kemana saja? tidak pernah bertemu!
Jangan begitu, geh!
Saya pergi dengan teh Toyah ke pasar.
77
Mau beli sate Bandeng satu.2
Tabel 1
Contoh Bahasa
B. Indonesia B. Jawa Banten Standar B. Jawa Banten
Halus / Bebasan
Bagaimanakepremen / premen kepripun / pripun
Baju Kelambi Kelambi
Barat Kulon Kulon
Beli Tuku Tumbas
Belum Durung Dereng
Bertemu Kependak Kepetuk
Bisa Bise Bangkit
Dan Lan Kalawan
Dari Sing Saking
Datang Teke Rawuh
Dengan Kare Sareng
Habis Entek Enteng Telas
Ikut Melu/Milu Milet
Ini Kiyen Puniki/Iki
Itu Kuwen Puniku/Iku
Iya Iye Nggih
Jangan Aje Napik
Jawa Jawe Jawi
Juga Uga Ugi
Katanya Jerehe Cepene
Kenapa Kelipen Kelipun
Kepala Endas Sirah
2 Wawancara pribadi dengan Bapak Saman selaku staf kelurahan Trondol Serang Banten,28 oktober 2016
78
Lagi Maning Malih
Maaf Hampur Hampura
Makan Mangan Dahar
Mata Mata Soca
Mau Gelem Ayun
Masuk Manjing Melebet
Minta/memohon Nyejaluk Ngende
Nama Aran Kasih
Nasi Sekul Sege
Percaya Percaye Percanten
Pergi Lunge Linggar
Permisi Punten Permios
Punya Duwe Darbe
Rumah Umah Griye
Sangat Temen Pisan
Saudara Dulur Dulur
Sekarang Siki Senikil
Selatan Kidul Kidul
Semuanya Kabeh Sedanten
Siapa Sape Sinten
Sudah Wis Sampun
Terimakasih Nuhun Matur hatur nuhun
Tidak Ore Boten
Tidur Turu Sare/Tilem
Timur Etan Wetan
Tunggu Tonggoni Tenggeni
Utara Lor Lor
Waktu Wayah Waktos
Yang Sing Ingkang
79
D. Kuliner khas Serang Trondol
a. Sate Bandeng
Ketahuilah bawah sate tidak hanya berupa daging ayam, kambing atau
sapi, namun ikan juga bisa disate. Inilah keunikan sate dari Serang Banten
yaitu Sate Bandeng yang namanya sudah tersohor hingga ke pelosok
nusantara. Kuliner yang satu ini gurih dan lezat karena dicampur dengan
bumbu rempah-rempah nusantara, dan enaknya sate bandeng ini tidak ada
durinya sehingga kita bisa nikmat memakannya.
b. Pecak Bandeng
Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Serang Banten terkenal
dengan makanan yang diolah dari ikan, selain Sate Bandeng ada juga
Pecak Bandeng. Pecak Bandeng merupakan ikan Bandeng yang dibakar
kemudian dicampur dengan bumbu rempah dan dipecak dengan sambal.
Kuliner ini begitu nikmat jika dimakan dengan nasi hangat dan lalapan
segar bersama dengan keluarga tercinta.
c. Rabeg Banten
Tidak hanya makanan yang berasal dari ikan-ikanan, Serang
Banten juga dikenal dengan kulinernya yang berasal dari daging-dagingan
seperti misalnya Rabeg. Rabeg merupakan salah satu kuliner Serang
Banten yang paling terkenal dan bisa juga disebut sebagai salah satu ikon
kulinernya. Rabeg merupakan olahan jeroan kambing yang ngurih dan
masih yang dicampur dengan bumbu rempah asli Banten.
80
d. Nasi Sumsum
Salah satu kuliner Serang Banten yang paling dikenal masyarakat
adalah nasi sumsum, sebenarnya nasi sumsum bisa dijumpai dibanyak
daerah namun nasi sumsum Serang banten memiliki keunikan tersendiri
karena nasinya yang dibakar dicampur dengan sumsum tulang kerbau
yang begitu gurih dan lezat. Jika kamu belum pernah mencoba nasi
sumsum khas Serang, kamu perlu segera mencobanya.
e. Bakso Ikan
Pada umumnya bakso terbuat dari olahan daging sapi, namun tidak
dengan bakso yang ada di Kota Serang Banten, disini terdapat juga
kuliner bakso yang terbuat dari ikan yaitu Bakso Ikan. Bakso ikan ini
rasanya gurih, lezat dan nikmat, teksturnya empuk dan harganya relatif
terjangkau. Memang tidak salah kalau Serang Banten dikenal dengan
kuliner olahan ikan yang mantap dan tersohor hingga kepenjuru negeri.
Oleh-oleh Khas Serang
Sate bandeng
Bakso Ikan (kering)
Emping
Ceplis
Kue Gipang
Kue Kacang Ijo
Keripik Getas
Kerupuk Singkong
81
Kerupuk Ikan
Rengginang
Kudapan Khas Banten Paling Populer
Bontot
Salah satu makanan atau cemilan paling populer didaerah
Banten adalah Bontot. Makanan yang terbuat dari aci dan campuran
ikan atau terasi ini senantiasa hadir menemani santap berbuka warga
Banten ketika ramadhan tiba. Kudapan yang pada umumnya berwarna
merah muda dan putih sangat nikmat jika dimakan bersama dengan
sambal kacang.
Bontot merupakan istilah atau panggilan untuk anak terakhir
atau anak bungsu didaerah Banten. Bisa jadi penamaan kudapan ini
dianalogikan dengan anak bungsu yang notabene kecil, mungil, dan
hal-hal yang semacam dengannya. Kudapan ini juga cocok dimakan
dipagi hari menjelas beraktifitas atau ketika kumpul bersama keluarga
misalnya ketika nonton tv.
Cecuer
Selain Bonton, Provinsi Banten juga memiliki kudapan yang
populer juga ditengah masyarakat Banten yaitu Cecuer. Kudapan yang
sering disebut cuer ini seringkali hadir ketika ramadhan tiba,
khususnya dikala masyarakat melakukan buka puasa.
Makanan yang identik dengan warna hijau ini terbuat dari
tepung beras yang dicampur dengan perasan daun suji, akan lebih
82
nikmat jika disajikannya dengan ampas dari parutan kelapa. Makanan
yang satu ini begitu kenyal dan gurih dan kamu harus mencobanya
(untuk yang belum pernah mencoba, kalau sudah ya coba lagi)
Ketan Bintul
Ketan Bintul merupakan salah satu dari sekian banyak kudapan
asal Banten yang paling dikenal dan disukai warga masyarakat Banten.
Konon katanya kudapan yang satu ini sangat digemari Sultan Banten
pada saat itu, termasuk Sultan Hasanuddin yang terkenal itu. Makanan
ini sangat baik disajikan ketika akan beraktifitas karena makanan ini
mengandung banyak karbohidrat sebagai asupan energi.
Cara pembuatan ketan bintul tidak ubahnya seperti membuat uli
atau gemblong yaitu dengan cara beras ketan kita kukus lalu ditumbuk
hingga halus dan kenyal. Setelah itu makanan disajikan dengan
mencampurkannya dengan serundeng (ampas kelapa yang disangrai
hingga warnanya kecoklatan) yang sebelumnya telah dicampurkan
dengan bumbu-bumbu.3
E. Mitos-Mitos orang Jawa
Menurut beberapa ahli pengertian mitos adalah:
a. Menurut kamus besar bahasa Indonesia mitos adalah suatu cerita
mengenai asal usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri
3Badan ketahanan pangan daerah provinsi Banten, Cita Rasa dan Keragaman TradisiKuliner Bnaten, (Serang), h. 118-122.
83
b. Menurut William A. Haviland mitos adalah cerita mengenai
peristiwa semi historis yang menerangkan masalah akhir
kehidupan manusia.
c. Menurut Levi- Strauss mitos adalah suatu cerita dari tradisi lisan
yang menceritakan dewa-dewi, manusia pertama, binatang, dan
sebagainya berdasarkan suatu skema logis yang terdapat didalam
mitos itu sendiri dan memungkinkan kita mengintegrasikan semua
masalah yang perlu diselesaikan dalam suatu kontruksi sistematis
d. Menurut Ahimsa-Putra mitos adalah cerita yang aneh dan sering
kali sulit dipahami maknanya atau diterima kebenarannyakarena
kisah didalamnya tidak masuk akal.
Mitos masih belum bisa dibuktikan dari kebenarannya secara ilmiah
dan cenderung mengarah kepada hal yang tidak masuk akal. Namun, ada
sebagian mitos yang memang pernah terjadi dalam kehidupan nyata, tetapi
dikemas dengan cerita menarik sedikit dilebih-lebihkan agar menjadi semakin
menarik, seperti contoh dibawah ini yang sudah menjadi adat budaya di
masyarakat kita khususnya dalam pernikahan suku Jawa dan Suku Betawi
yang sudah saya teliti:
1. Burung Gagak (sejenisnya), bunyi burung gagak merupakan pertanda yang
buruk. Misal di sebuah desa selama beberapa hari ada burung gagak yang
berbunyi terus menerus, hal tersebut menandakan akan adanya musibah di
desa tersebut misal saja kematian seseorang.
84
2. Celaka Bila Menabrak Kucing, Menabrak kucing di jalan merupakan
pertanda buruk bagi orang yang menabraknya. Misal saja seseorang ingin
pergi ke luar kota kemudian tidak sengaja menabrak kucing, maka
sebaiknya orang tersebut membatalkan perjalanannya. Untuk menghindari
musibah yang mungkin terjadi, kita harus merawat kucing tersebut jika
masih hidup atau menguburkannya jika mati.
3. Dilarang Bersiul Di Sore (Magrib) dan Malam Hari, Dalam mitos Jawa
kita di larang bersiul saat petang/malam hari. Bersiul di malam hari di
anggap sebagai panggilan terhadap makhluk halus.
4. Dilarang Bepergian Di Hari Sabtu, Orang Jawa menganggap hari sabtu
adalah hari yang kurang baik untuk bepergian. Sehingga tak jarang orang
tua yang melarang anaknya untuk bepergian jauh di hari sabtu dan
menyarankan untuk menunda di hari yang lain.
5. Ayam Berkokok di Malam Hari, Untuk mitos ayam berkokok di malam
hari ada 2 anggapan yang berbeda, yaitu:Adanya gangguan makhluk halus,
Akan adanya perawan hamil di luar nikah
6. Pamali Tidur di Sore Hari, maksudnya adalah di larang tidur di kala
magrib, waktu magrib di anggap waktu dimana kita harus sadar dan
terjaga.
7. Tangan Tidak Boleh Bersilang di Belakang (Gendong), Menyilangkan
tangan di belakang seperti sedang menggendong sesuatu di larang oleh
orang Jawa. Mereka menganggap menyilangkan tangan di belakang bisa
mendapat cibiran orang bahwa kita memelihara tuyul.
85
8. Tidak Boleh Menyisakan Makanan, Menyisakan makanan dalam mitos
Jawa merupakan hal yang di larang. Ketika kita sedang makan maka harus
habis sampai bersih (makan nasi di piring). Makanan yang paling terakhir
di anggap sebagai berkah dari makanan tersebut.
9. Ada Kupu – kupu Masuk Dalam Rumah, Jika anda kupu – kupu masuk ke
dalam rumah tandanya akan ada tamu yang datang ke rumah kita.
10. Dilarang menaruh tangan di atas kepala nanti orang tua akan cepat mati
11. Dilarang duduk di depan pintu karena akan jauh dari jodoh, kalau bagi
orang hamil dapat mempersulit keluarnya bayi.
12. Dilarang tidur bangun siang karena rizki akan di patok ayam
13. Buang air besar/kecil di larang menghadap barat atau timur
14. Dilarang duduk di atas bantal, karena saru atau pamali
15. Kuping terasa panas pertanda sedang orang lain sedang membisiki kita
16. Orang hamil diwajibkan untuk membawa barang-barang ajimat yang di
yakini untuk mengusir hal-hal yang tidak diinginkan, seperti gunting
kecing, bengle, dan penitih yang diikat bersama-sama dan diletakan di bra
wanita.
17. Membackan mace syekh ketika akan melakukan penempatan rumah baru
18. Dilarang melakukan hubungan suami istri ketika perayaan idul fitri atau
idul adha.
19. Tidak boleh menjual silet dimalam jumatdikarenakan mitosnya akan
membuat sipemilik warung bangkrut, dan masih banyak lagi mitos-mitos
yang ada di daerah Jawa.
86
F. Adat kebiasaan yang sudah menjadi tradisi orang Trondol adalah
1. Orang hamil diwajibkan untuk membawa barang-barang ajimat yang di
yakini untuk mengusir hal-hal yang tidak diinginkan, seperti gunting
kecing, bengle, dan penitih yang diikat bersama-sama dan diletakan di bra
wanita.
2. Panjang maulud digelar warga Serang untuk memperingati kelahiran Nabi
Muhammad ditandai dengan mebagi-bagikan aneka barang sedekah
kepada warga tidak mampu. Panjang Mulud identik dengan menghias,
mengemas, memberikan hadiah dan mengaraknya
3. Pembacaan mace syekh yang di lakukan ketika akan menempati rumah
baru, pernikahan atau membacakan untuk para wali-wali kita yang sudah
ada (tergantung niat kepada siapa kita berdoa) dan mace syekh ini
biasanya melakukan ritual seperti pembuatan nasi putih, ayam bekakak.
4. Adanya tradisi pengalungan uang (saweran terhadap penganten) ketika
pernikahan terjadi.
5. Kroncong/saweran uang yang dilakukan setelah melangkahi kaka nya
menikah terlebih dahulu, diwajibkan agar melakukan putaran uang yang
sudah dipegang oleh 2 orang dan diputar sebanyak 3 kali lalu uangnnya
dilempar begitu saja (uang ini sebagai simbol buang sial agar kakanya
yang sudah dilangkahi itu cepat dapet jodoh).
6. Pengiriman adalah mengirimkan sebuah makanan kepada mempelai pria
sekaligus menjemput pria untuk dibawa ke rumah sang mempelai
perempuan.
87
7. Disetiap salah satu warganya ada yang meningggal batita atau bayi
diwajibkan memakai apu/kapur agar terhindar dari sawan bangke atau hal-
hal yang tidak diinginkan lainnya.
8. Ngaji kubur adalah pengajian yang dilakukan ketika ada orang yang
meninggal selama 24 jam dan 7 hari berturut-turut.
9. Setiap bayi yang ingin bergegas keluar dari rumahnya diwajiblkan seorang
ibu melakukan ritual seperti mengusapkan tangan ibu nya dari kemaluan
ibunya lalu di usapkan pada bagian kepala dan muka sang bayi.
10. Buka tamu adalah mengundang seluruh warga masyarakat untuk
penyambutan seorang bayi yang baru lahir.4
G. Visi dan Misi Kelurahan Trondol
Visi
a. Menjadikan implementator pelaksanaan manajemen
e. Pelayanan pemerintahan umum
f. Pembangunan masyarakat melalui pelaksanaan yang profesional
Misi
a. Melaksanakan pembinaan ketua RT dan RW
b. Melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum
c. Melaksanakan pembinaan kesejahteraan sosial
H. Rekapitulasi nama warga yang sudah menikah
Berikut adalah daftar nama-nama warga yang menjadi informasi pada
penelitian ini, namun tidak semua warga Trondol menjadi informasi pada
4Wawancara pribadi dengan Bapak Kh. Syafro’i selaku staf Trondol Serang Banten, 17desember s 2016
88
penelitian. Dapat diketahui bahwa warga yang sudah menikah dan memiliki
perbedaan adat jawa dan betawi lah yang akan menjadi informasi pada
penelitian ini, sesuai dengan kebutuhan dalam menjawab rumusan masalah
pada penelitian ini.
Tabel 2 : Rekapitulasi warga yang sudah menikah.5
Nama
Mempelai
wanita
Tempat,tgl,lahir alamat Nama
Mempelai
laki-laki
Tempat,tanggal,
lahir
Alamat
Ida Nariah Cianjur,20-10-
1981
RT 004/RW
005,
TRONDOL
Andi
Novandi
Serangh, 13-11-
1971
Puri serang hijau,
blok G/29, RT
002/RW 015
Fitroh Serang,07-08-
1978
RT 003/RW
001,
TRONDOL
Mohhamd
Sudarman
Jakarta,11-07-
1978
RT 003/RW 001,
TRONDOL
Liannisa
Prihatini
Jakarta, 26-09-
1990
RT 003/RW
005,
TRONDOL
Yopi Budi
Bakti
Serang,09-01-
1986
Jalan, Yumaga GG
No.45, RT
001/RW09
Halelah Serang, 03-04-
1997
RT 003/RW
002,
TRONDOL
Ojat Ciamis,11-10-
1991
Dusun Cikanguncal,
RT03/RW07,,ciamis
Saripah Serang,21-08-
1995
RT 001/RW
003,
TRONDOL
Rosmana Serang,01-10-
1992
Kp.Babakan,
RT001/RW002,
pasir tunjung
Rangkas
Lailatul
Kodriah
Serang,18-12-
1998
RT 004/RW
002,
TRONDOL
Rudi
Hartono
Serang,10-02-
1986
Kp Sapiah,
RT01/RW03,
kelurahan
panancangan.
5Monografi Kelurahan dan Desa Trondol Serang,17 Oktober 2016
89
Rohilah Serang,18-06-
1994
RT 001/RW
003,
TRONDOL
Mahfud Serang,21-06-
1990
Ling, Kubang
Kemiri
RT01/RW05, Kel
Sukawarna Serang
Sukanah Serang, 17-08-
1995
RT 001/RW
003,
TRONDOL
Suheni Serang,10-10-
19981
Ling. Kroyo Baru
RT007/RW002, kel
Kasunyatan
Uswatun
Hasanah
Jakarta,09-08-
1980
RT 003/RW
001,
TRONDOL
Suharyadi Cilacap,02-06-
1971
RT 003/RW 001,
TRONDOL
Nurnazah Serang,16-06-
1997
RT 001/RW
003,
TRONDOL
Moh.
Baeyafi
Serang, 19-04-
1992
Desa Bedeng
Kasemen, RT
006/RW002
Isyanati Serang, 22-01-
1994
RT 007/RW
002,
TRONDOL
Rohan Serang, 27-04-
1983
Kp Terwana Kratah
RT004/RW001
Kasemen
Ulfah Serang, 06-07-
1993
RT 003/RW
001,
TRONDOL
Jajuli Serang,05-05-
1985
Desa palapa
Lampung
Safaatul
Mukatromah
Serang,11-02-
1992
RT 003/RW
001,
TRONDOL
Ihki Jakarta,19-11-
1991
RT 003/RW 001,
TRONDOL
Neneng
Maesaroh
Serang,21-05-
1997
RT 003/RW
002,
TRONDOL
Suryana Serang,17-08-
1980
Kp Panosogan,
RT04/RW02, Desa
Panosogan
Ipah Serang, 20-12-
1996
RT 006/RW
002,
TRONDOL
Adi
Suptiana
Serang, 01-01-
1994
Kp Suci Kelurahan
Terumbu
90
BAB IV
ANALISIS DATA
Bab ini akan menguraikan tentang analisis komunikasi pernikahan beda
budaya yang terjadi di daerah Trondol Serang Banten. Sebagaimana dijelaskan
oleh Joseph A Devito bahwa komunikasi antarbudaya mengacu kepada
komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda serta orang-orang yang
memiliki pekerjaan, nilai atau cara berprilaku yang berbeda.1
Andrea L Rich dan Dennis M. Mendefinisikan komunikasi antarbudaya
adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang mempunyai perbedaan
budaya, misalnya antara suku bangsa, etnik, ras, dan kelas sosial.2 Kedua teori ini
saling berkaitan, bahwasannya komunikasi antarbudaya terjadi karena adanya
perbedaan budaya baik itu dari segi nilai, perilaku, pekerjaan, bahasa, etnik/suku,
serta kelas sosial, yang demikian adalah bagian dari budaya tersebut.
Berikut adalah profil informan dalam pernikahan antara suku Jawa dan Suku
Betawi di daerah Trondol Serang Banten.
Tabel 3 :Profil Informan
Nama pasangan suami istri Tempat,tgl,lahir asal DaerahFitrohMohhamd Sudarman
Serang,07-08-1978Jakarta,11-07-1978
Jawa SerangBetawi
Safaatul MukatromahIhki
Serang,11-02-1992Jakarta,19-11-1991
Jawa SerangBetawi
Uswatun HasanahSuhardi
Jakarta,09-08-1980Cilacap, 02-06-1971
BetawiCilacap
1 Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, ( Tanggerang Selatan: KARISMAPublishing Group,2011), h. 535.
2 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya,(Yogyakarta: PT LkisPelangi Aksara,2003) h. 12-13.
91
Pernikahan beda budaya sangat mengandalkan komunikasi dalam rangka
memelihara hubungan antarpersonal bagi masing-masing pasangan. Mengingat
sebelum mengikat hubungan dalam sebuah ikatan beda budaya. Setiap orang
sudah membawa serta nilai-nilai dari keluarganya dengan latar belakang budaya
yang berbeda antara suami dan istri sehingga, kunci utama dalam menyikapinya
adalah dengan komunikasi yang efektif dalam hubungan antar budaya.
Mengurangi masalah-masalah yang timbul pada pasangan yang berbeda
budaya, tentu memerlukan upaya untuk memahami prilaku pasangan yang jelas
dipengaruhi oleh budaya asalnya. Kecemasan dalam berkomunikasi dapat
ditanggulangi ketika masing-masing pasangan mampu memahami dengan baik
sikap dan prilaku pasangannya, sehingga akan tercipta dari asus informasi yang
lancar antara kedua pasangan. Terjadi komunikasi yang saling memahami dan
menerima satu sama lain sebagai pedoman untuk hidup bersamna dalam satu
ikatan pernikahan.
1. Pengaruh Pola Komunikasi dalam Perbedaan Bahasa dalam Pernikah
antara Suku Jawa dan Suku Betawi di Desa Trondol Serang.
Pola komunikasi antar budaya yang terbentuk pada pasangan nikah beda
budaya ketika pertama kali menjalani hidup rumah tangga, memang
mengalami kendala, namun seiringnnya berjalannya waktu mereka bisa
menyesuaikan diri mereka dengan lingkungan baru mereka.
Sebagaimana yang terjadi pada beberapa pasangan pernikahan beda
budaya di Terondol Serang, diantaranya adalah Tatul dari suku Jawa dan Kiki
dari suku Betawi yang telah menikah selama 3 tahun. Diawal hubungan
92
pernikahan, mereka tidak pernah mempermasalahkan perbedaan bahasa
pasangan satu sama lain, karena Kiki dan Tatul berusaha untuk saling
memperkenalkan bahasa yang digunakan mereka sehari-hari.
“suatu ketika jam belajar dimulai aku disuruh oleh guru aku untukmengambilkan tinta spidol diruang TU, disitu terdapat seorang siswabaru yang bernama Kiki, awalnya aku terkesima dengan paras muka dansikap yang kalem, namun Kiki acuh terhadap aku, sampai akhirnya akupun berhenti untuk mengagumi Kiki dan memilih laki-laki lain untukmenjadi pacar aku, namun ketika hubungan aku berlangsung denganlaki-laki lain Kiki mulai memberikan perhatiannya terhadap aku dansampai akhirnya Kiki pun mengajak jalan aku kesebuah pantai bersamateman-temannya dan pulang nya aku diajak kesebuah taman dan disituKiki pun langsung berbicara pada aku dan mengajak aku agar aku dandia menjadi abang ade.
Pesan yang coba disampaikan Kiki kepada Tatul pada tahap awal sebagai
kode dengan maksud bahwa Kiki memiliki ketertarikan pada Tatul. Hal
tersebut dilakukannya dengan memberi perhatian secara langsung. Hasil
paling minimal yang didapati oleh Kiki adalah Tatul mengetahui dan
memeberikan makna berbeda dibandingkan teman-teman lainnya.
“setelah 3 bulan dari hari dimana Kiki mengajak aku untukmenjadi ade angkatnya aku pun putus dari pacar aku lalu seling 2 bulanKiki pun memberanikan perasaan yang sebenernya kepada aku danmenjelaskan mengapa dia mengajak aku sebagai ade angkatnya agarKiki bisa lebih dekat dengan aku, dan dari situlah aku mempunyaihubungan lebih dari ade angkatnya.
“setelah lulus Sekolah Kiki dan aku pun menjalani hubungan jarakjauh selama 1 tahun kurang lebih yang dimana Kiki harus bekerjadidaerah ibu Kota Jakarta dimana orang tua nya tinggal, sampaiakhirnya Kiki memutuskan untuk kembalik ke serang danmemperkenalkan aku kepada keluarga besarnya yang di serang Trondol.Kepercayaan yang dalam terhadap satu sama lain membuat Tatul dan
Kiki berani memperjuangkan perasaan cinta yang mereka rasa benar. Hal
93
tersebut karena kepercayaan merupakan faktor penting dalam hubungan. 3
Untuk kemudian akan berujung pada sebuah komitmen yang lebih serius yakni
pernikahan.
“namun disitu aku merasa asing dengan bahasa yang digunakanoleh keluarga besar Kiki, karena aku tidak mengerti sama sekali bahasaJawa yang digunakan keluarganya, namun untung saja Kiki maumenjelaskannya kepada aku, namun yang membuat aku herannya logatKiki lebih kepada logat Betawi padahalkan dia tinggal di trondol sudahhampir 6 tahun lebih dan dia juga tidak bisa berbahasa trondol secarafasih maka sebab itu dia lebih sering menggunakan bahasa indonesiadibandingkan bahasa Jawa.Hubungan yang cukup lama tidak membuat Kiki dan Tatul menyadari
sikap sesungguhnya masing-masing pasangan bahkan bahasa yang digunakan
oleh pasangan masing-masing pun mereka baru mengetahui ketika pertemun
keluarga Kiki
“pada awal pernikahan memang aku dan kiki tidak pernahmempermasalahkan bahasa, karena memang kiki dalam sehari-harimenggunakan bahasa indonesia sama seperti aku, namun jika akusedang berada dalam keluarga besar kiki atau sebaliknya Kiki beradadalam keluarga aku, baru perbedaan bahasa itu terjadi. Seperti keluargabesar Kiki yang menggunakan bahasa jawa dan keluarga besar akumesnggunakan Bahasa Sunda.”4
“kalau istri saya lucu deh kalau dia lagi ngobrol ama keluarga besarsaya yang asli jawa dia terkadang senyum-senyum ajah, seolah-olah diamengerti apa yang sedang dibicarakan oleh keluarga besar saya, tapifakta nya dia malah kebingungan apa yang sedang dibicarakan olehkeluarga saya, sampe akhirnya dia mendekati saya dan menanyakan apayang sedang dibicarakan oleh keluarga besar saya, dan saya tertawakasian melihat istri saya yang kebiungungan.
Perbedaan bahasa, intonasi dan gaya bicara menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi komunikasi pasangan beda budaya tersebut menjadi sulit
untuk berkomunikasi secara langsung, namun dengan pengertian pasangan
3 Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication Prinsip-prinsip Dasar,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 202.
4Wawancara pribadi dengan Tatul asal dari daerah Jawa Serang, 27 Januari 2016.
94
beda budaya tersebut komunikasi terjalin secara baik meskipun lewat
perantara sang suami.
“suami aku juga sama kalau dia berada dalam keluarga besar akuyang berbahasa sunda, dia sulit untuk mengerti apa lagi untuk berbicarabahasa yang keluarga aku gunakan, namun suami aku tipe orang yangengga terlalu ribet kaya aku yang harus detail banget dijelaskannya,namun terkadang kalau kita sedang berbincang berdua dia suka tertarikingin tau bahasa sunda yang keluarga aku gunakan, karena dalam duniakerjanya, dia suka bertemu dengan orang sunda, maka sebab itu diaterkadang merasa kesulitan dan ingin belajar sunda”.5
Pemberian informasi mengenai masing-masing budaya akan sangat
membantu untuk bisa memahami, dan bisa memprediksi prilaku budaya lain,6
sehingga pasangan beda budaya tersebut mampu menjelaskan budaya yang
mereka punya pada masing-masing pasangan.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan pasangan menikah beda
budaya asal jawa serang yang berkaitan dengan bahasa yang digunakan
pasangan beda budaya
“yaa..lamun kite mah mengalir ape anane bae, ore ilok anekecekcokan atau lake permasalahan ning laki kare bahasa endi tah,paling gah lamun ngerungu laki kite ngomong betawi kite mah gemuyubae”.7
Sedangkan berikut adalah hasil wawancara dengan pasangan menikah
beda budaya asal Betawi yang berkaitan dengan bahasa yang digunakan
pasangan beda budaya
“lah kalau ane mah ama bini engga pernah nyalahin bahase yangdipake ama bini ane, karena emang bini ane ngomong ama ane makebahasa indonesia, makennye ane paham, tapi kalo ane ngomong ame
5Wawancara pribadi dengan Tatul asal dari daerah Serang, 27 Januari 2016.6 William B.Gudykunst dan Young Yun Kim, Reading Communicating With Stranger an
Approach to Intercultural Communication, (USA: McGraw-Hill,1992),hal 360.7Wawancara pribadi dengan Fitroh asal dari daerah jawa serang, 18 Januari 2016.
95
enya ama sodara dari bini ane emang ane ngerasa suseh benerpertamanye, tapi lama-lama pan ngerti sendri”.8
Berdasarkan hal diatas dapat diketahui bahwa perbedaan bahasa,
intonasi, dan gaya bicara dapat mempengaruhi komunikasi pasangan beda
budaya, sehingga akan mempengaruhi pola komunikasi mereka, namun tidak
berdampak negatif bahkan sebagian pasangan menerima perbedaan bahasa
sebagai hiburan9 pada kehidupan mereka yang seolah-oleh perbedaan bahasa
dapat menambah wawasan dan cara belajar mereka terhadap pasangannya
masing-masing.
“Kalau betawi itu dia lucu soalnya ada penekanan disetiap katanyadan bahasanya juga kalau di denger itu bikin ketawa “yah kali kga nape-nape mpo”, makannya aku suka tertawa kalau ngeliat suami aku sedangberbincang dengan rekan bisnisnya10
“aku juga sebenarnya mempunyai keluarga dari jawa serang, hanyasaja aku jarang bertemu dan berbincang, makannya pas aku bertemudengan istri aku yang orang jawa aku tidak merasa kaget karena akusudah mengetahui bahasa jawa yang dia gunakan, namun meskipundemikan aku tidak dapat memahami bahasa yang istri saya gunakanditambah lagi aku dan istri aku menjalani kehidupan sehari-hari secaraterpisah, dikarenakan aku yang harus bekerja di jakarta dan istri akumengurus ketiga putri aku di Trondol Serang Banten.11
Dengan adanya perbedaan bahasa tersebut membuat pasangan menikah
beda budaya menjadi lebih tau bahasa masing-masing pasangan, sehingga
dapat menerima bahkan seringkali menjadi hiburan karena perbedaan
tersebut.
“tetapi sekarang suami aku mau berusaha untuk belajar bahasajawa, dikarenakan anaknya sudah terkontaminasi dengan bahasa jawa,makannya mau engga mau suami aku harus paham dan bisa berbicara
8Wawancara pribadi dengan Sudarman asal dari daerah Betawi, 18 Januari 2016.9 Alo liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarpribadi, hal 41.10 Wawancara pribadi dengan fitroh asal dari daerah Betawi, 18 Januari 2016.11 Wawancara pribadi dengan Sudarman asal dari daerah Betawi, 18 Januari 2016.
96
bahasa jawa agar mampu berkomunikasi langsung terhadap anaknya,meskipun bahasa jawanya masih terdapat logat betawi juga sih.12
“pertama kali aku bisa berbicara bahasa jawa istri aku malahtertawa gembira katanya sih karena logat aku yang masih terbawabetawi makannya membuat dia geli mendengarnya, tapi sekarang akuudah fasih menggunakan bahasa jawa karena setiap harinya akuberinterkasi lewat telephone dengan putri aku menggunakan bahasajawa.13
Meningkatkan hubungan dengan orang dari budaya tuan rumah, Bagley
menyatakan pentingnya menjalani hubungan langsung adalah “ walaupun
wawasaan dan pengetahuan dapat diperoleh dengan belajar budaya, tambahan
kearifan praktis didapatkan dengan melakukan percakapan setiap hari dengan
orang-orang dari budaya lain.”14 Berdasarkan hal diatas Sudarman berusaha
keras untuk dapat mengerti dan berbicara bahasa yang istrinya gunakan agar
dapar berkomunikasi langsung dengan anaknya sehingga Sudarman
menggunakan cara berkomunikasi secara intens melalui telephone dengan
istri dan anaknya meskipun jarak mereka jauh.
2. Pengaruh Perbedaan Nilai dan Norma pada Pola Komunikasi pada
Pasangan Suku Jawa dan Suku Betawi di desa Terondol Serang.
Menjalani kehidupan dengan seseorang dari berbeda budaya, tentunya
memerlukan penyesuaian akan nilai-nilai yang berbeda, namun penyesuaian-
penyesuain terhadap budaya dan tradisi masing-masing terjadi lebih banyak
pada tahap setelah perkawinan. Dimulai dari awal pernikahan sampai
kehidupan paska pernikahan. Hal tersebut dikarenakan setelah menikah,
mereka harus lebih intens menjalani komunikasi dengan keluarga masing-
12 Wawancara pribadi dengan fitroh asal dari daerah Betawi, 18 Januari 2016.13 Wawancara pribadi dengan Sudarman asal dari daerah Betawi, 18 Januari 2016.14 Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Communication between Cultures, (USA:
Wadsworth,2001), hal 293-294.
97
masing, Meskipun fondasi yang kokoh telah terbangun antara keduanya,
namun tidak demikian dengan keluarga, sehingga tidak heran jika adaptasi
budaya lebih sering dilakukan untuk menyikapi keluarga dari pasangan
masing-masing.
Adaptasi budaya dikatakan berhasil jika telah mampu mengurangi tingkat
masalah dan kegelisahan terhadap budaya lain. Meskipun upaya untuk
beradaptasi adalah sebuah proses panjang yang terus menerus untuk
mempelajari budaya lain diluar budaya yang kita miliki, sehingga dua
indikator keberhasilan terhadap adaptasi budaya tersebut tidak mungkin
dicapai dalam jangka waktu yang singkat. Upaya-upaya adaptasi harus selalu
dilakukan sepanjang ingin tetap berjalan dalam hubungan beda budaya.
Pernikahan beda budaya mengurangi masalah berarti adalah bisa
menggambarkan dan memahami budaya pasangan dengan baik, sehingga
pasangan ini mampu saling menerima perbedaan budaya pada pasangan
masing-masing. Yakni dengan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
mengenai budaya dan prilaku pasangan dan pasti ikut bersamanya dan
keluarganya.15
a. Perbedaan Nilai terhadap Pola Komunikasi
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti bahwasannya nilai
membentuk sikap kita tentang sesuatu apakah itu bermoral dan tidak
bermoral, baik atau buruk, benar atau salah, dan indah atau
15 William B.Gudykunst dan Young Yun Kim, Reading Communicating With Stranger anApproach to Intercultural Communication, hal 358.
98
buruk,16misalnya Dilarang tidur bangun siang karena rizki akan di patok
ayam
Nilai dapat mempengaruhi pola komunikasi pasangan beda budaya,
dikarenakan suatu nilai dalam pasangan dapat membentuk sikap kita
tentang sesuatu apakah itu bermoral dan tidak bermoral, baik atau buruk,
benar atau salah, ini sangat berpengaruh besar terhadap sikap seseorang
dalam bersikap. Berikut adalah kutipan hasil kutipan wawancara peneliti
dengan pasangan menikah beda budaya yang berkaitan dengan nilai yang
digunakan pasangan beda budaya.
“Kalau menurut aku sih keluarga dari suami aku masih kentalbanget dengan adat istiadat dan mitos-mitos yang terjadi padajaman dulu, sehingga masyarakat nya masih banyak melakukanritual dari jaman ke jaman. Seperti waktu aku akan melakukanpenempatan rumah baru, suami aku memanggil seseorang yangsudah terbiasa membawakan mace syekh yang dimana mace sekh inidiwajibkan membuat makanan seperti nasi liwet yang harus dimasakoleh orang yang sudah monopus, dan ayam bekakak, bawang merahsebanyak 3 biji, cabe rawit sebanyak 3 biji dan garam. Ini dilakukanagar rumah terhindar dari makhluk yang tidak diinginkan danmeminta salam kepada pemilik pertama rumah.meskipun sampesekarang aku masih bingung dengan adat yang suami sayalakukan.”17
Berdasarkan jawaban diatas kita mengetahui bahwa nilai sangat
mempengaruhi seseorang yang awalnya tidak melakukan jadi ikut
melakukan sehingga terjadinya kebingungan antara pasangan beda
budaya tersebut, namun meskipun seperti itu pasangan ini tidak
mengalami konflik, dikarenakan pasangan beda budaya ini saling
menghargai budaya pasangan masing-masing.
16Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 51.17 Wawancara pribadi dengan Tatul asal dari daerah Jawa Serang, 27 Januari 2016
99
“Prosesnya sih cuman dibahasa, tradisi dan masakan yang istrisaya buat. Soalnya kan kalau betawi dia lebih kepedas sedangkansaya pencinta makanan manis, dan bahasa yang digunakan nya jgaberbeda, namun seiringnya waktu istri saya jadi terbiasa juga sukamasakan manis seperti saya.18
Ada pula pendapat lain dari istri Suharyadi adalah :
“Prosesnya sih cuman dibahasa, tradisi dan masakan yang sayabuat. Misalnya kalau dalam bahasa jawa yang digunakan olehsuami saya itu menggunakan bahasa Kromo inggil (bahasa jawahalus). Sedangkan kalau masalah tradisi yang suami saya lakukanseperti tidak merayakan hari-hari penting islam seperti maulid Nabi,1 Muharram, Isra’ Miraj dan lain sebagainya, dan kalau dalamperbedaan makanan suami saya lebih suka makanan manis dan sayasuka makanan pedas.19
Mengalami nilai secara langsung untuk memahi lebih dalam lagi
budaya dan tradisi lain merupakan cara yang efektif,20 dengan secara
langsung menjalani kehidupan bersama dalam sehari-hari membuat
pasangan tersebut lebih mengetahui adat dan kebiasaan pasangan nya
lakukan, meskipun seperti itu pasangan ini tidak mengalami konflik,
dikarenakan pasangan beda budaya ini mau mempelajari dan
menghindarkan kejutan budaya sehingga pasangan beda budaya ini bisa
saling menghargai apa yang menjadi pasangannya suka sehingga tidak
menimbulkan masalah dalam rumah tangganya.21
b. Perbedaan Norma Terhadap Pola Komunikasi
Norma adalah prinsip atau aturan konkrit yang seharusnya
diperhatikan dalam masyarakat, misalnya dalam melakukan adat istiadat
18Wawancara pribadi dengan Suharyadi asal dari daerah Jawa, 27 Januari 2016.19Wawancara pribadi dengan Atun asal dari daerah Betawi, 27 Januari 2016.20 William B.Gudykunst dan Young Yun Kim, Reading Communicating With Stranger
anApproach to Intercultural Communication, (USA: McGraw-Hill,1992),hal 365.21 Joseph A. De Vito, Komunikasi Antarmanusia,h. 555.
100
dalam pernikahan Jawa Trondol atau kebiasaan orang-orang terdahulu
sehingga menjadi suatu kebiasaan warga setempat. Perbedaan norma
yang dimiliki oleh pasangan beda suku budaya dapat menjadi faktor
mempengaruhi pola komunikasi mereka. Ditambah lagi dalam
komunikasi antarbudaya, kita akan menilai, dan melihat bahwa norma itu
sendiri akan menentukan bagaimana anggota-anggota budayanya
mengambil tindakan, serta bagaimana mereka berfikir dan merasa.
Meskipun kita sering menggunakan aturan-aturan ini seolah-olah aturan-
aturan tersebut mutlak atau standar naluriah, aturan-aturan tersebut
sebenarnya secara kultural dikembangkan dan diwariskan.22
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti bahwasannya dapat
mempengaruhi pola komunikasi pasangan beda budaya. Dikarena suatu
norma dalam pasangan ini sangat berbeda, misalnya dalam perbedaan
norma yang terjadi dalam pernikahan beda budaya adalah adat istiadat
yang biasa dilakukan oleh orang betawi tetapi memiliki adat jawa serang
sangat lah kental dibandingkan orang serang asli yang tidak sepenuhnya
melakukan adat istiadat tersebut. Berikut adalah kutipan hasil kutipan
wawancara peneliti dengan pasangan menikah beda budaya yang berasal
dari Serang Trondol yang berkaitan dengan norma yang digunakan
pasangan beda budaya
“Kalau masalah tradisi dalam keluarga saya sih memang tidakada. Walaupun saya orang serang asli tapi orang tua saya tidakmembiasakan dengan adat-adat pada zaman dahulu, waktu saya
22 Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication Prinsip-prinsip Dasar,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 248.
101
menikah juga saya menggunakan adat sunda yang orang serangpunya, namun ketika saya tinggal serumah dengan suami saya orangbetawi namun memiliki keluarga besar orang trondol semua adatdan kebiasaan yang dulu saya tidak ketahui menjadi tau. Contohnyaseperti ketika saya hamil saya disuruh memakai bengle, jarumpeniti, gunting kecil dan benang jait semua itu diletakan didalemanpakaian saya hingga anak saya lahir, katanya sih mencegah darihal-hal yang tidak diinginkan oleh mahkluk ghaib.tapi dalamkebiasaan ini saya menolak karena bau benglenya yang sangatmeneyengat sehingga saya tidak ingin memakai ajimat yang suamisaya percayai, alhasil suami saya yang selalu membawa ajimat ituketika saya akan berpergian keluar. (hehee, sambiltertawa malu),tapi mba kalau adat dan kebiasaan yang lain saya bisamenerimanya ko”.23
Berikut adalah kutipan hasil kutipan wawancara peneliti dengan
pasangan menikah beda budaya yang berasal dari Betawi yang berkaitan
dengan norma yang digunakan pasangan beda budaya
“meskipun saya lahir dan di besarkn di jakarta tapi keluargasaya asli orang serang trondol,maka sebab itu tradisi diwilayahsaya memang banyak sekali,karena memang kerluarga saya masihmengikuti kebiasaan-kebiasaan nenek moyang terdahulu makannya,awalnya istri saya merasa tidak nyaman dengan tradisi yangkeluarga saya lakukan, namun lambat laut istri saya menerimadengan baik. Dan kalau masalah tradisi yang biasa istri sayalakukan bahkan hampir engga ada, karena memang menurut istrisaya, dia dan keluarga tidak mempercayai adat atau mitos yangorang lain lakukan, namun semenjak sama saya dia jadi lebih bisamenerimanya.”(ungkap pasangan laki-laki dari betawi).24
Host communication competence yang dimiliki akan menentukan
keberhasilan seseorang untuk dapat bersikap sesuia harapan dari budaya
lain, sehingga bisa diterima dalam lingkungannya. 25 Karena bersikap
fleksibel yakni mampu melakukan decoding dan encoding pesan baik
23Wawancara pribadi dengan Tatul asal Daerah Jawa serang, 27 Januari 201624 Wawancara pribadi dengan Ihki asal dari daerah Betawi, 27 Januari 201625 Ruesch,1951/1968 dalam William B. Gudykunst dan Young Yun Kim, Reading
Communicating with stranger an approach to intercultural communication, (USA: McGraw-Hill,1992), hal. 347.
102
verbal maupun prilaku tepat merupakan salah satu kunci penting untuk
bisa beradaptasi dan diterima oleh budaya lain.26 Dengan kemampuan
yang dimimiliki Tatul untuk bisa berkomunikasi efektif dalam keluarga
Kiki, sehingga membuat dia bisa berkomunikasi efektif dalam keluarga
Kiki.
“Apa lagi pas kedua orang tua aku hendak menegok akudirumah, di meja sebelah Tivi aku menaro suatu kepercayaan oranghamil yang biasa aku gunakan ketika keluar rumah yaitu sebuahbengle, jarum peniti, gunting kecil dan benang jait, lalu orang tuaaku menanyakan kepada aku “ barang apa in? Dan aku menjawabdan menceritakan bahwa ini adalah kepercayaan dan tradisi yangsuami aku punya ibu, dan ibu aku langsung kaget mendengarnyadan menyuruh aku membuang barang tersebut, meskipun aku sudahberusaha untuk menjelaskannya, ibu ku tetap bersih keras harusdibuang barang tersebut, karena menurut orang tua aku barangtersebut termasuk musrik (mendua kan Allah)”.27
“dan sampai akhirnya mertua aku berbicara dihadapan aku danistri aku dengan bahasa yang benar-benar lembut yang padadasarnya sebenarnya mertua aku juga sempat terlihat tidak enakuntuk membicarakannya kepada aku, karena ini adalah soalkeyakinan seseorang hanya saja mertua aku berfikiran lain tentangkepercayaan tersebut, namun aku dan istri aku berusaha untuk bisamngerti kondisi mertua aku sendiri. Dan akhirnya kita memutuskanuntuk menyimpan erat-erat rahasia tradisi yang aku punya kepadamertua aku, sehingga seolah-olah kalau kita sudah tidakmenggunakan tradisi tersebut.28
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa perbedaan adat dapat
membuat seseorang berfikiran negatif terhadap sesuatu yang
diyakininya,29 sehingga dapat menimbulkan kebohongan sehingga tidak
adanya kejujuran terhadap perbedaan budaya tersebut, namun meskipun
26 Ruesch,1951/1968 dalam William B. Gudykunst dan Young Yun Kim, ReadingCommunicating with stranger an approach to intercultural communication,hal. 347.
27 Wawancara pribadi dengan Tatul asal Daerah Jawa serang, 27 Januari 201628 Wawancara pribadi dengan Ihki asal dari daerah Betawi, 27 Januari 201629 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
308.
103
demikian perbedaan tersebut tidak membuat seseorang benci akan
ketidak cocokannya namun membuat seseorang itu lebih mengetahui
sifat dan karakter dari masing-masing keluarga.
“awal aku bertemu dengan suami aku memang disalah satuorganisa keislaman di daerah ibu Kota Jakarta yang dimana akuadalah seorang perempuan janda dan suami aku adalah Duda, diamemang memiliki cara berfikir tentang agama yang berbeda denganapa yang aku gunakan, sehingga aku penasaran dan akhirnya kamiberdua di perkenalkan.30
“sampai akhirnya 3 bulan masa ta”aruf kami lakukan dansuami aku mengajak aku kejenjang yang lebih serius, dan aku punmenikah. Disitu aku mulai mengikuti kebiasaan suami yang tidakpernah mengikuti sunah Nabi seperti mengadakan haul (mendoakanorang yang sudah meninggal), Maulid Nabi, Syukuran Rumah danbanyak lagi, menurut dia itu tidak perlu diadakan karenamendoakan seseorang yang sudah meninggal cukup kita sehabissholat berdoa tanpa mengadakan pengajian”31
Dengan cara memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan yang dia
gunaka kepada istrinya sehingga dia diminta untuk dapat mempelajari
nilai-nilai yang Suharyadi gunakan.32 Meskipun awalnya Atun heran dan
enggan mengikutinya namun dia kembali lagi pada prinsipnya awal,
bahwa dia adalah seorang istri dan istri hanya bisa mengikuti apa yang
suaminya perintah tanpa melanggar agama yang kami miliki.
“kalau masalah adat budaya memang saya dari dulu tidakpernah mengikutinya, seperti maulid nabi, karena di agama sayamengadakan panjang maulid itu tidak diperkenankan karena akanmembuang-buang makanan, namun kalau istri memang melakukantradisi seperti itu, tetapi lambat laut istri bisa mengikuti kebiasaansaya dengan meninggalkan kebiasaan yang dia punya.33
30 Wawancara pribadi dengan Atun asal dari daerah Betawi, 27 Januari 201631 Wawancara pribadi dengan Atun asal dari daerah Betawi, 27 Januari 201632 Joseph A. De Vito, Komunikasi Antarmanusia,h. 542-545.33Wawancara pribadi dengan Suharyadi asal dari daerah Betawi, 27 Januari 2016.
104
Ada pula pendapat lain dari istri Suharyadi adalah :
“Awalnya sih ada mba dengan kebiasaan adat yang saya punyaberbeda dengan suami saya miliki, karena saya memiliki nenek dariserang makannya saya sedikit mengerti kebiasaan orang serangtrondol, tapi suami saya tidak suka dengan kebisaan orang trondol,contohnya ajah maulid nabi ini mba, saya dilarang untuk melakukanpanjang (menghiasa makanan). Tapi yah sebagai istri mah sayanurut ajah yah mba, tidak terlalu mempermasalahkan itu.34
Berdasarkan jawaban diatas kita mengetahui bahwa nilai sangat
mempengaruhi seseorang yang awalnya melakukan jadi tidak ikut
melakukan sehingga terjadinya kejutan budaya (culture shock) 35 pada
awal pertama mereka menikah, hal tersebut tidak terlalu lama dan tidak
menyebabkan konflik berkepanjangan, sehingga pasangan beda budaya
tersebut dapat saling menerima dan memahami perbedaan pada
pasangannya masing-masing.
34Wawancara pribadi dengan Atun asal dari daerah Betawi, 27 Januari 201635 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 309.
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasararkan hasil penelitian dan data-data yang penulis kumpulkan dan
amati tentang pernikahann komunikasi antarbudaya dalam pernikahan antar
suku Jawa dan suku Betawi di daerah Trondol Serang. Komunikasi antar
budaya dalam pernikahan antar suku Jawa dan Betawi di Trondol terjadi
setiap hari dengan jumlah yang cukup tinggi karena mereka tinggal didalam
satu lingkungan bahkan satu kamar dan satu rumah dan proses komunikasi
antar budaya dalam pernikahan antar suku Jawa dan Betawi di Trondol antara
lain komunikasi antarpersonal. Pasangan nikah beda budaya mempunyai
peran ganda yaitu pertama sebagai komunikator kedua sebagai komunikan.
Sehingga proses komunikasi antar pasangan beda suku budaya menjadi
dinamis tidak statis karena pesan disalurkan melalui proses yang aktif
kemudian ditanggapi secara baik sehingga memberikan umpan balik yang
membawa kepada komunikasi yang efektif, maka kesimpulan dari isi skripsi
ini ada dua, yaitu:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola komunikasi pada pasangan suku
Jawa dan Betawi di Trondol adalah perbedaan bahasa. Beragamnya
budaya yang dimiliki oleh Pasangan nikah beda budaya, misalnya ada
pasangan nikah beda budaya yang berbicara dengan menggunakan bahasa
halus seperti sunda, ada pula seperti jawa bebasan (jawa halus) dan
bahasa betawi, tentunya itu menjadi sebuah faktor yang mempengaruhi
106
pola komunikasi mereka, namun dengan adanya komunikasi dan
pengertian satu sama lain mereka dapat saling memahami dan saling
mengadopsi karakter budaya pasangannya masing-masing. Sehingga
mereka dapat menerima perbedaan bahasa pada masing-masing pasangan.
2. Perbedaan nilai dan norma dapat mempengaruhi pola komunikasi pada
pasangan nikah beda budaya, misalnya ketika pasangan nikah beda
budaya memiliki perbedaan dalam hal kebiasaan adat istiadat dan
makanan, maka hal itu akan mempengaruhi pola komunikasi mereka,
bahkan dapat terjadi kejutan budaya (culture shock) dalam hubungan
pernikahan mereka. Namun hal tersebut tidak berdampak buruk bagi
komunikasi mereka karena pasangan beda budaya tersebut dapat saling
menerima perbedaan nilai dan norma yang mereka milikai dan hal itu
terlihat dalam jiwa para pasanga nikah beda budaya tumbuh sikap saling
mencintai, menghargai dan menghormati satu sama lain.
B. Saran-Saran
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan saran yang berkaitan
dengan komunikasi anatarbudaya dalam pernikahan suku Jawa dan Suku
Betawi di Trondol Serang sebagai berikut:
1. Penulis berharap skripsi ini yang berjudul komunikasi antar budaya
dalam pernikahan antar suku jawa dan suku betawi di daerah terondol
RT 03 RW 01 serang banten dapat lebih terperinci lagi ke lembaga
seperti KUA, dan penulis menyadari bahwa penelitian ini masih
sangat sederhana dan jauh dari kata kesempurnaan, namun penulis
107
berharap tulisan ini bisa menjadi refrensi awal bagi siapapun yang
mempunyai keinginan untuk melakukan penelitian berkaitan dengan
proses Komuikasi Antarbudaya dalam Pernikahan Antara Suku Jawa
dan Suku Betawi.
108
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi, (Jakarta: Logos, 2002), hal. 2.
Ali Abdul Rodzik, “Akulturasi Budaya Betawi Dengan Tionghoa (Studi
Komunikasi Antarbudaya pada Kesenian Gambang Kromongdi
Perkampungan Budaya Betawi, Kelurahan Srengseng Sawah),”
(Jakarta: Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 18.
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 51.
Badan ketahanan pangan daerah provinsi Banten, Cita Rasa dan Keragaman
Tradisi Kuliner Bnaten, (Serang), h. 118-122. Larry A. Samovar dan
Richard E. Porter, Communication between Cultures, (USA:
Wadsworth,2001), hal 293-294.William B.Gudykunst dan Young Yun
Kim, Reading Communicating With Stranger anApproach to