BAB II PEMBAHASAN 2.1 Struktur dan Komposisi Penduduk Provinsi Maluku. Provinsi Maluku adalah salah satu Provinsi di Indonesia bagian Timur yang terbagi atas 11 Kabupaten/Kota, 90 Kecamatan, dan 1022 Desa/Kelurahan. Jumlah penduduk 1.533.506 jiwa dari hasil Sensus Penduduk 2010. Jumlah ini mencakup mereka yang tinggal di daerah perkotaan sebanyak 569.395 jiwa (37,13 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 964.111 jiwa (62,87 persen). Hal ini menunjukkan penduduk di Provinsi Maluku tinggal di daerah pedesaan. Dengan mengetahui jumlah penduduk provinsi Maluku, berdasarkan luas wilayahnya, kepadatan penduduk di provinsi Maluku hanya 33 jiwa/km 2 . Gambar 2.1. Kepadatan Penduduk Provinsi Maluku (jiwa/km 2 ) Sumber: sp2010.bps.go.id
38
Embed
Komposisi Penduduk Maluku Berdasarkan Ciri Demografi dan Sosial-Ekonomi Berdasarkan SP2010
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur dan Komposisi Penduduk Provinsi Maluku.
Provinsi Maluku adalah salah satu Provinsi di Indonesia
bagian Timur yang terbagi atas 11 Kabupaten/Kota, 90 Kecamatan,
dan 1022 Desa/Kelurahan. Jumlah penduduk 1.533.506 jiwa dari
hasil Sensus Penduduk 2010. Jumlah ini mencakup mereka yang
tinggal di daerah perkotaan sebanyak 569.395 jiwa (37,13 persen)
dan di daerah perdesaan sebanyak 964.111 jiwa (62,87 persen). Hal
ini menunjukkan penduduk di Provinsi Maluku tinggal di daerah
pedesaan. Dengan mengetahui jumlah penduduk provinsi Maluku,
berdasarkan luas wilayahnya, kepadatan penduduk di provinsi
Maluku hanya 33 jiwa/km2.
Gambar 2.1. Kepadatan Penduduk Provinsi Maluku (jiwa/km2)
Sumber: sp2010.bps.go.id
Jumlah penduduk Provinsi Maluku dari tahun ke tahun meningkat.
Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan penduduk
provinsi Maluku adalah 2,80% per tahun. Kenaikan tingkat penduduk
di Provinsi Maluku ini dapat kita lihat dari struktur dan
komposisi penduduk dari tahun ke tahun. Komposisi penduduk
merupakan pengelompokan penduduk berdasarkan ciri tertentu. Dan
dapat diklasifikasikan sebagai; (1) Demografi (biologis), (2)
Sosial Budaya, (3) Geografis, dan (4) Ekonomi.
2.2 Klasifikasi Komposisi Penduduk Provinsi Maluku.
1.Komposisi Penduduk Berdasarkan Ciri-Ciri Biologis.A. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Provinsi Maluku berdasarkan hasil Sensus
tahun 2000 mencapai 1,205,539 jiwa. Jumlah ini meningkat dari
tahun ketahun. Sesuai hasil proyeksi penduduk tahun 2006-2009,
jumlah penduduk Maluku mencapai 1.384.585, naik menjadi
1.420.433 jiwa, tahun 2008 menjadi 1.440.014 jiwa dan tahun 2009
menjadi 1.457.070 jiwa. Dan bejumlah 1,533,506 jiwa pada tahun
2010.
Komposisi menurut umur dan jenis kelamin ini penting bagi
pemerintah sebuah negara untuk menentukan kebijakan kependudukan
mereka untuk beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu, menjadi
sangat penting untuk menganalisis komposisi penduduk berdasarkan
ciri biologis.
Penyajian data dalam bentuk piramida penduduk adalah gambaran
yang paling mudah untuk mengetahui komposisi penduduk berdasarkan
ciri-ciri biologis. Oleh karena itu kita akan menjelaskan
komposisi penduduk berdasarkan Gambar berikut.
Gambar 2.2.1. Piramida Penduduk Provinsi Maluku hasil Sensus
penduduk 2010.
Sumber : bps.go.id
Dari Piramida terebut tidak hanya dapat dilihat komposisi
penduduk Maluku berdasarkan umur dan jenis kelamin saja. Tetapi
lebih luas lagi dapat diketahui tingkat kelahiran, kematian dan
angka harapan hidup di provinsi maluku. Tapi, kita akan fokus
membahas tentang komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis
kelamin saja.
Piramida diatas menggambarkan jumlah penduduk laki-laki dengan
warna biru dan penduduk perempuan dengan warna orange. Dilihat
dari piramida penduduk Maluku, secara umum jumlah penduduk laki-
laki lebih banyak dari pada perempuan meski tidak dengan selisih
yang mencolok. Tetapi, jika dikaji berdasarkan rentang umur, sex
rationya akan lebih bervariasi, tidak selalu laki-laki lebih
banyak dari perempuan
Tabel 2.2.1. Rasio Jenis Kelamin Provinsi Maluku dirinci menurut
Kabupaten/Kota
Sumber : malukubps.go.id
Dari tabel 2.2.1. terlihat bahwa sex ratio provinsi Maluku dari
tahun 2000 sampai 2010 selalu diatas 100, ini berarti bahwa
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari perempuan. Sementara,
Maluku Tenggara dari tahun 2000 sampai 2010 sex rationya dibawah
100 atau jumlah laki-laki lebih sedikit dari jumlah perempuan.
Dapat dilihat juga bahwa sex ratio provinsi maluku dari tahun ke
tahun mengalami perubahan yang selalu berbeda, namun dapat
dilihat bahwa sex ratio pada tahun 2008 adalah yang terendah dan
pada tahun 2010 adalah yang tertinggi.
B. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa mengetahui komposisi
penduduk sangat bermanfaat. Komposisi penduduk berdasarkan umur
dapat dijelaskan dengan melihat piramida penduduk provinsi maluku
pada gambar 2.2.1.
Piramida penduduk provinsi berciri expansive, bagian bawah yg
lebar semakin keatas semakin meruncing. Ini adalah model piramida
penduduk yang kurang baik. Namun kita tidak akan fokus pada
kualitas pertumbuhan penduduknya, tetapi kita akan membahas
komposisi penduduk bedasarkan kelompok umur.
Bagian bawah piramida menunjukan jumlah penduduk dengan usia 0-4
tahun, semakin keatas semakin bertambah umurnya. Alas piramida
tersebut terlihat lebar, hal ini menandakan bahwa penduduk usia
muda di provinsi maluku lebih banyak dari penduduk usia tua.
Frekuensi terbesar untuk penduduk laki-laki maupun perempuan
berada pada kelompok umur 5-9 tahun. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat kelahiran pada periode 5 dan 10 tahun yang lalu
cukup tinggi. Jumlah penduduk usia 15-49 tahun juga banyak.Hal
ini menandakan bahwa menurut piramida penduduk di provinsi
Maluku, median umur penduduk Provinsi Maluku tahun 2010 adalah
22,69 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Maluku
termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan
penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika
median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
Dengan melihat pola piramida penduduk provinsi maluku, dapat
disimpulkan bahwa maluku merupakan provinsi penduduk menengah.
2.Komposisi Penduduk Berdasarkan Ciri-Ciri Sosial.
Komposisi penduduk juga dapat dilihat berdasarkan
karakteristik sosialnya. Karakteristik sosial adalah ciri
penduduk yang dilihat dari status sosialnya, dalam hal ini
seperti status perkawinan, pendidikan, agama, kecacatan dan lain
sebagainya. Tentunya karakteristik sosial antar suatu daerah
dengan daerah lainnya berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh
faktor-faktor lain yang mempengaruhi, seperti adat dan budaya,
keadaan geograafis dan lain-lain.
Adat dan budaya yang berbeda akan menyebabkan kecenderungan
penduduknya berbeda-beda juga, misalnya sebuah lingkungan
memiliki adat menikah muda, maka kemungkinan besar angka
perkawinan di usia mudanya besar dan mungkin akan mempengaruhi
tingkat pendidikan yang akan ditamatkannya. Keadaan geografis
juga dapat mempengaruhi karakteristik sosial suatu daerah,
misalnya suatu daerah dekat dengan daerah yang maju dari segi
pendidikannya, maka daerah itu pun akan terdorong untuk
meningkatkan pendidikannya, meski keadaan geografis juga dapat
menghambat, seperti pada daerah-daerah terpencil, banyak yang
kekurangan tenaga pendidik dan fasilitas lainnya karena sulit
dijangkau.
Dalam hal ini, Maluku yang terletak relatif jauh dari
ibukota Jakarta dan kondisi geografisnya yang kepulauan tentunya
memiliki karakteristik sosial yang berbeda. Berikut karakteristik
sosial Maluku berdasarkan data-data hasil sensus penduduk :
Pendidikan
Berdasarkan pasal 6 UU no. 20 tahun 2003, setiap warga
negara Indonesia yang berusia tujuh sampai lima belas tahun
diwajibkan mengikuti pendidikan dasar. Undang-undang ini rupanya
telah dilaksanakan meskipun belum sepenuhnya, terlihat dari angka
partisipasi sekolah di Indonesia menurut sensus penduduk 2010
pada usia 7-12 tahun mencapai 94,59% sedangkan pada kelompok
usia 13-15 tahun adalah sebesar 89,58%. Sedangkan dalam rata-rata
persentase penduduk 7-15 tahun yang belum pernah/tidak sekolah
adalah sebesar 2,35% dan yang tidak melanjutkan sekolah lagi
adalah sebesar 4,18%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari
setengah penduduk berusia 7-15 tahun di Indonesiamengenyam
pendidikan meskipun belum 100%. Berikut data status sekolah di
Maluku berdasarkan kelompok umur dan wilayah:
Tabel 2.2.2. Status Sekolah Penduduk Maluku Berdasarkan Kelompok
Umur Pada 2010
Sumber: Publikasi Sensus Penduduk 2010
Tabel 2.2.3. Status Sekolah Penduduk Maluku Berdasarkan Wilayah
pada Tahun 2010
Sumber: Publikasi Sensus Penduduk 2010
Dari data status sekolah tersebut dapat didapat angka partisipasi
sekolah di Maluku. Berikut tabel angka partisipasi sekolah di
Maluku mulai tahun 2003 hingga 2011 :
Tabel 2.2.4. Angka Partisipasi Sekolah di Maluku Tahun 2003-2011
Selain angka partisipasi sekolah dan tingkat pendidikan yang
ditamatkan, kualitas dan karakteristik pendidikan suatu daerah
dapat juga kita lihat dari angka kemampuan baca tlis penduduknya.
Berikut tabel data kemampuan baca tulis di Maluku menurut
kelompok umur dan wilayah:
Tabel 2.2.9. Data Kemampuan Baca Tulis di Maluku Berdasarkan
Kelompok Umur Pada Tahun 2010
Sumber: Publikasi Sensus Penduduk 2010
Tabel 2.2.10. Data Kemampuan Baca Tulis di Maluku Berrdasarkan
Wilayah Pada 2010
Sumber: Publikasi Sensus Penduduk 2010
Sedangkan dari tahun ke tahun, angka jumlah penduduk dengan
kemampuan baca tulis ini terus berusaha ditingkatkan, dan
kemudian ditunjukkan dengan menurunnya angka penduduk buta huruf.
Berikut tabel penduduk dengan buta huruf di Maluku pada tahun
2003-2011:
Status Perkawinan
Informasi tentang struktur perkawinan penduduk pada waktu
tertentu berguna bagi para penentu kebijakan dan pelaksana
program kependudukan. Terutama dalam hal pembangunan keluarga,
kelahiran dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, status perkawinan ini banyak
dipengaruhi oleh fakto lain sepeti adat bahkan pendidikan. Karena
banyak wanita yang telah berpendidikan dan berkarier kemudian
menunda untuk menikah.
Sedangkan di Maluku, dengan tingkat pendidikan yang
demikian, maka dapat kita estimasikan bahwa penduduk usia sekolah
sebagian besar akan berstatus belum kawin. Hal itu dapat kita
lihat secara nyata pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2.11. Status Perkawinan Penduduk Maluku Berdasarkan
Kelompok Umur Pada Tahun 2010
Sumber: Publikasi Sensus Penduduk 2010
Selain perbedaan usia yang ditambah dengan pengaruh
pendidikan, keadaan geografis juga memengaruhi angka status
perkawinan, seperti di Maluku yang dapat kita lihat secara nyata
melalui tabel berikut:
Tabel 2.2.12. Status Perkawinan Penduduk Maluku Berdasarkan
Wilayah Pada 2010
Sumber: Publikasi Sensus Penduduk 2010
Agama dan Kewarganegaraan
Informasi tentang jumlah penduduk berdasarkan agama
diperlukan untukmerencanakan penyediaan sarana dan prasarana
peribadatan serta merencanakan suatu program kegiatan yang
berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama. Sarana dan
prasarana tersebut harus dipikirkan dengan baik agar menghindari
konflik-konflik antar umat beragama. Kemudian, informasi tentang
agama tersebut juga dapat menjadi acuan dalam membuat peraturan
agar sesuai dengan norma agama kebanyakan.
Sedangkan informasi mengenai kewarganegaraan perlu diketahui
agar pemerintah dapat secara pasti mengetahui penduduk yang
merupakan WNI dan penduduk yang merupakan WNA agar ketika membuat
kebijakan dan menyalurkan sarana dan prasarana dapat tepat
sasaran dan proporsional antara untuk WNI dengan WNA karena tentu
berbea hak dan kewajiban antara WNI dengan WNA.
Berikut data agama di Maluku :
Tabel 2.2.13. Penduduk Maluku Menurut Kelompok Umur dan Agama
yang Dianut Pada Tahun 2010
Sumber: Publikasi Sensus Penduduk 2010
Tabel 2.2.14. Penduduk Maluku Menurut Wilayah dan Agama yang
Dianut Pada 2010
Sumber: Publikasi Sensus Penduduk 2010
Sedangkan data kewarganegaraan di Maluku adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2.15. Penduduk Maluku Berdasarkan Wilayah dan
Kewarganegaraannya Pada Tahun 2010
Sumber: Publikasi Sensus Penduduk 2010
Tabel 2.2.16. Penduduk Maluku Menurut Kelompok Umur dan
Kewarganegaraannya Pada Tahun 2010
Sumber: Publikasi Sensus Penduduk 2010
3.Komposisi Penduduk Berdasarkan Ciri-Ciri Geografi.
Tabel 2.2.17. Sensus Penduduk Provinsi Maluku pada tahun
2000(dalam persentasi)
Provinsi DaerahPerkotaan Pedesaan
Maluku 25.33 74.6701. Maluku Tenggara Barat 8.85 91.1502. Maluku Tenggara 25.89 74.1103. Maluku Tengah 17.33 82.6704. Buru 10.45 89.5505. Kepulauan Aru 25.38 74.6206. Seram Bagian Barat 6.70 93.3007. Seram bagian Timur 3.75 96.2508. Kota Ambon 81.63 18.37Sumber : http://www.datastatistik-indonesia.com
Hasil Sensus Penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Propinsi
Maluku sebanyak 1.200.000 jiwa. Sebagian besar penduduk bermukim
di wilayah pedesaan.
Bisa kita lihat pada tabel diatas yang merupakan hasil
Sensus Penduduk pada tahun 2000, pada setiap kabupaten di
Provinsi Maluku ternyata kebanyakan penduduknya bermukim di
daerah pedesaan. Persentasi penduduk yang berada di pedesaan
lebih besar dibandingkan persentasi penduduk yang berada di
perkotaan baik dari kabupaten Maluku Tenggara Barat sampai Kota
Ambon. Tentunya hal ini berkaitan dengan beberapa faktor, yang
menyebabkan penduduk provinsi Maluku lebih memilih bermukim di
desa dibandingkan di kota.
Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah
penduduk Maluku sementara adalah 1.531.402 orang yang terdiri
dari 773.585 laki-laki dan 757.817 perempuan. Hasil SP2010
tersebut masih tampak bahwa penyebaran penduduk Maluku masih
bertumpu pada Maluku Tengah yakni sebesar 23,59 persen, kemudian
diikuti dengan kota Ambon sebesar 21,57 persen. Kabupaten Seram
Bagian Barat ditempat ke-tiga dengan 10,75 persen sedangkan
kabupaten/kota lainnya dibawah delapan persen.
Buru Selatan, Kota tual dan Maluku Tenggara Barat merupakan
wilayah dengan jumlah penduduk tiga terbawah yaitu masing-masing
berjumlah 53.593 orang, 58.073 orang, dan 35.392 orang.
Dengan luas wilayah propinsi Maluku sekitar 581.376 km2
sekitar 90 persennya merupakan perairan(lautan) yaitu seluas
527.191 km2 dan daratannya hanya sekitar 54.185 km2 tersebut maka
kepadatan penduduk Maluku sebesar 28,26. Yang artinya setiap km2
terdapat 28 orang penduduk.
Tabel 2.2.18. Sensus Penduduk Propinsi Maluku pada tahun 2010,
berdasarkan kabupaten dan jenis kelamin.
Gambar 2.2.2. Grafik Penduduk Menurut Wilayah, Daerah
Perkotaan/Pedesaan, dan Jenis Kelamin
0100,000200,000
Penduduk Menurut Wilayah,Daerah Perkotaan/Pedesaan, dan jenis
kelamin laki - laki perkotaanperempuan perkotaanlaki - laki pedesaanperempuan pedesaan
Sumber: http://sp2010.bps.go.id
Berdasarkan grafik, pada SP2010 banyak penduduk Maluku yang
bermukim di pedesaan dibandingkan di perkotaan, namun untuk
daerah Maluku Barat Daya di dominasi oleh penduduk perkotaan.
Tabel 2.2.19. Distribusi Penduduk Maluku.
Gambar 2.2.3. Grafik Persentase Distribusi Penduduk Tahun
2000
Gambar 2.2.4. Grafik Persentase Distribusi Penduduk Tahun
2010
Dari pesentasi di atas bisa dilihat bahwa penyebaran
penduduk propinsi Maluku pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun
2000 sudah mulai merata pada setiap daerahnya.
Ternyata yang menjadi salah satu faktor mengapa penduduk
Maluku lebih banyak bermukim di pedesaan daripada diperkotaan
salah satunya dikarenakan Angka pengangguran pada daerah
perkotaan lebih meningkat bila dibandingkan dengan angka peng-
angguran di desa.
Secara umum level pengangguran di desa cenderung lebih
rendah daripada level pengangguran di kota. Hal ini sejalan
dengan penyerapan tenaga kerja berdasarkan sektor ekonomi, di
mana Sektor Pertanian menjadi sektor dengan tenaga kerja
terbesar.
Menurut Bunyamin,Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Maluku. berdasarkan wilayah tempat tinggal, angkatan
kerja di desa jauh lebih banyak daripada angkatan kerja di kota.
Ini menandakan bahwa konsentrasi penduduk di Provinsi Maluku
terletak di pedesaan.
Penyumbang lapangan kerja yang masih bertumpu pada berbagai
sektor lapangan usaha sebagai indikator penekan angka peng-
gangguran jika dilihat dari lapangan usaha sektor pertanian
termasuk perkebunan, kehutanan, dan perikanan masih mendominasi
penyerapan tenaga kerja dengan proporsi sebesar 52,25 persen,
disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar 18,54 persen dan sektor PHR
sebesar 13,03 persen. Oleh sebab itulah penduduk Provinsi Maluku
lebih didominasi Penduduk pedesaan.
Laju Pertumbuhan Penduduk(LPP) mengukur seberapa cepat
penduduk bertambah setiap tahun. Dalam dekade 1990 sampai 2000,
LPP Maluku adalah -0,03% , hal ini diduga karena terjadinya
eksodus penduduk besar-besaran keluar Maluku pada tahun 2000
menyusul konflik sosial yang terjadi pada masa itu. Sementara itu
seiring dengan membaik dan kembali manggeliatnya perekonomian
paska Perjanjian Damai, LPP dekade 2000 sampai 2010 kembali
menunjukkan trend positif,secara rata-rata, penduduk Maluku
tumbuh sebesar 2,78% tiap tahunnya.
Kota Ambon sebagai ibu kota Provinsi Maluku tercatat sebagai
wilayah dengan LPP tertinggi dalam sepuluh tahun ini, yaitu 5,65%
dan yang paling lambat pertumbuhan penduduknya adalah kabupaten
Maluku Barat Daya (0,67%).
Gambar 2.2.5. Laju Pertumbuhan Penduduk propinsi Maluku
2000-2010.
4.Komposisi Penduduk Berdasarkan Ciri-Ciri Ekonomi.A. Kondisi Perekonomian Provinsi Maluku
Secara makro ekonomi, kondisi perekonomian Maluku cenderung
membaik setiap tahun. Salah satu indikatornya antara lain, adanya
peningkatan nilai PDRB. Pada tahun 2003 PDRB Provinsi Maluku
mencapai 3,7 triliun rupiah kemudian meningkat menjadi 4,05
triliun tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 mencapai
4,05 persen dan meningkat menjadi 5,06 persen pada 2005.
B. Subyek Perekonomian Provinsi Maluku
Energi
Kepulauan Indonesia bagian timur umumnya mengalami dampak
benturan lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng
Eurasia relatif lebih intensif yang menyebabkan wilayah ini
menjadi salah satu yang sangat dinamis dengan berbagai jenis
bahan tambang. Pulau Halmahera pada lengan bagian barat laut
didominasi oleh batuan vulkanik kalsium-alkalin berumur kwarter
yang terdiri dari lava breksi dan tufa andesitik-basaltik dikenal
dengan formasi Kayasa dan Togawa. Sedangkan pada lengan bagian
selatan didominasi oleh batuan sedimen dan batuan vulkanik
menengah berumur tersier. Sebagian besar daerah yang sedang
berkembang setelah pasca konflik horizontal tahun 1999,
membuktikan bahwa sesungguhnya membawah dampak positif yang
global contonya Kota Ternate, kota yang kecil tapi menyimpan
segudang potensi yang belum digarap secara optimal baik bahan
yang bisa diperbaharui dan bahan barang tambang yang tidak dapat
diperbaharui.
Pariwisata
Sejak zaman purba kala, Maluku diakui telah memiliki daya
tarik alam selain daripada rempah-rempahnya. Terdiri dari ratusan
kepulauan membuat Maluku memiliki keunikan panorama disetiap
pulaunya dan mengundang banyak turis asing datang untuk
mengunjungi bahkan menetap di kepulauan ini. Selain objek wisata
alam, beberapa peninggalan zaman kolonial juga merupakan daya
tarik tersendiri karena masih dapat terpelihara dengan baik
hingga sekarang. Bahkan dibeberapa daerah,pariwisatanya sudah
terkenal sampai ke mancanegara.
Ekspor
Nilai ekspor Maluku pada tahun 2010
sebesar 168.533.499,00 US $ dengan volume
sebesar 314.794.964,00 kg yang dilakukan melalui laut yaitu
pelabuhan Yos Sudarso di Ambon, pelabuhan Perikanan Nusantara
Dumar di Tual dan melalui udara yaitu Bandara Pattimura di Laha
Kota Ambon. Dari keseluruhan ekspor Maluku yang terbanyak
dilakukan di Kota Ambon yaitu sebanyak 238.441.541,00 kg dengan
nilai 130.394.603,00 US $, kemudian dikuti oleh Kota Tual
sebanyak 76.353.423,00 kg dengan nilai sebesar 38.138.896,00 US
$.
Tabel 2.2.20. Tabel Ekspor provinsi Maluku tahun 2010.
Sumber : Maluku dalam angka
Impor
Realisasi nilai impor yang dilakukan selama tahun 2010
adalah sebesar 306.145.598,00 kg dengan nilai
sebesar 329.278.563,00 US $. Jumlah komoditi yang diimpor ke
Provinsi Maluku tahun 2010 tercatat sebanyak 41 komoditi. dari
ke-41 komoditi tersebut, komoditi yang diimpor dengan nilai
terbesar adalah Bahan Bakar dan Mineral yaitu sebesar
274.024.179,00 kg dengan nilai 225.585.426,00 US$ atau 68,51 %
dari total nilai impor.
Bila dilihat dari negara pemasok, maka Singapura merupakan
negara pemasok terbesar ke Maluku dengan nilai impor sebesar
259.883.501,00 US $, diikuti berturut-turut China sebesar
45.051.951,00 US$, Malaysia sebesar 8.259.816,00 US$, Vietnam
sebesar 6.457.668,00 US$, USA sebesar 4.940.266,00 US$, Thailand
sebesar 3.448.281,00 US$.
Tabel 2.2.21. Tabel Impor Provinsi Maluku tahun 2010 dirinci
menurut Negara Pemasok
Sumber : Maluku dalam angka
Keuangan
Tabel 2.2.22. Tabel Rencana Penerimaan dan Realisasi APBD
Provinsi Maluku tahun 2006-2010
Sumber : Maluku Dalam Angka
Harga-harga
Laju Inflasi Kota Ambon tahun 2010 mencapai 8,78 persen di
atas Laju Inflasi Nasional sebesar 6,96 persen. Ditelusuri lebih
lanjut menurut Inflasi bulanan, tingkat Inflasi tertinggi terjadi
pada bulan Januari yakni 3,23 persen dan tingkat Inflasi
terendah terjadi pada bulan Maret yakni 0,27 persen. Sedangkan
Deflasi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 0,65 persen,
April 0,51 persen, Mei 0,07 persen, bulan Oktober sebesar 0,29
persen, dan November 0,24 persen.
Selanjutnya selama lima tahun terakhir Laju Inflasi Kota Ambon
tertinggi terjadi pada tahun 2008 yakni 9,34 persen dan Laju
Inflasi terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar 4,80 persen.
Tabel 2.2.23. Tabel Laju Inflasi Kota Ambon tahun 2006-2010
Sumber : Maluku Dalam Angka
Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga
Data konsumsi dan pengeluaran diperoleh dari Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) dengan modul konsumsi yang berlangsung
setiap 3 tahun.
Pada dasarnya konsumsi makanan kita sehari-hari hendaknya minimal
dapat memenuhi dua kriteria kecukupan, yaitu cukup kalori dan
cukup protein. Kebutuhan kalori biasanya diperoleh dari konsumsi
makanan pokok sementara kebutuhan protein sebagian besar
diperoleh dari konsumsi makanan hewani seperti: ikan, daging,
telur, dan susu. Konsumsi makanan dari tahun 2007 sampai dengan
2010 terus mengalami peningkatan, begitu pula dengan konsumsi non
makanan.
Tabel 2.2.24. Tabel Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Untuk
Sub Golongan Makanan di Provinsi Maluku (Rupiah), 2007-2010
Sumber : Maluku Dalam Angka
Tabel 2.2.25. Tabel Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Untuk
Sub Golongan bukan Makanan di Provinsi Maluku (Rupiah), 2007-2010
Sumber : Maluku Dalam Angka
Pendapatan Regional
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator ekonomi makro yang menggambarkan kondisi ekonomi satu
daerah pada kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Angka PDRB atas dasar harga berlaku, pada tahun 2010 sebesar
8.084.807 (juta rupiah), mengalami peningkatan sebesar 14,37
persen dari tahun 2009 yang hanya sebesar 7.069.093 (juta
rupiah). Kemudian bila PDRB ini dilihat atas dasar harga konstan
2000, maka PDRB pada tahun 2010 adalah sebesar 4.251.356 juta
rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 6,48 persen dari tahun
2009 yang sempat mencapai 3.992.788 (juta rupiah). Angka 6,48
persen tersebut merupakan laju pertumbuhan ekonomi daerah Maluku
pada tahun 2010 dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada tahun
2009.
Tabel 2.2.26. Tabel PDRB Provinsi Maluku Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2006-2010
Sumber : Maluku Dalam Angka
Tabel 2.2.26. Tabel PDRB Provinsi Maluku Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan tahun 2006-2010
Sumber : Maluku Dalam Angka
Pertumbuhan Ekonomi Maluku
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku mencapai 9,68%, lebih
tinggi dari rata-rata pertumbuhan nasional yang hanya 6,4%,
sehingga prestasi seperti ini perlu ditingkatkan ke depan lewat
berbagai program pembangunan di bidang ekonomi.
Kondisi ini bisa diketahui dari angka pertumbuhan ekonomi
Maluku selama triwulan pertama dan kedua tahun ini berada di
level 9,68%.
Sehingga Pemerintah Provinsi Maluku bertekad untuk lebih
memprioritaskan serta mendorong peningkatan berbagai program
pembangunan khususnya di bidang ekonomi guna menanggulangi
kemiskinan dan pengangguran di tahun mendatang.
Angka kemiskinan di Provinsi Maluku per Maret 2012 sebanyak
10.090 orang atau 1,22% dari jumlah penduduk 1,5 juta jiwa,
sehingga angka kemiskinan saat ini berada pada level 21,78%.
Kondisi ini turun sangat jauh dari angka kemiskinan Maluku
sebesar 34,78% pada tahun 2003 lalu dan seiring dengan masalah
tersebut, angka pengangguran dilaporkan pada tahun 2011 lalu
dapat ditekan hingga 7,72%, dari sebelumnya pada 17,99% di tahun
2004.
Peningkatan PDRB per kapita harga berlaku terus membaik dan kini
mencapai menjadi Rp2.836.751 kondisi per triwulan ke-2 tahun
2012. Sedangkan nilai Indeks Pembangunan Manusia juga telah
mengalami peningkatan hingga menjadi 71,42 pada tahun 2010.
Sekalipun tingkat kemiskinan juga telah mengalami penurunan
yang berarti, namun pemerintah daerah juga terus menerus
mendorong program-program pemberdayaan serta mengkaji secara
ilmiah asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengukuran kemiskinan,
terutama upaya konversi kalori antara beras dan pangan lokal yang