1 Universitas Indonesia Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia: Model Bisnis, Efisiensi, Kualitas Aset, Stabilitas Gregy Aditya Hartono, Imam Wahuydi Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16324 Email: [email protected]Abstrak Penelitian ini membandingkan bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dengan menggunakan regresi logistik. Data dalam penelitian ini terdiri dari 107 bank umum konvensional dan 11 bank umum syariah Indonesia selama periode 2011-2014. Rasio FBI dan LDR digunakan sebagai indikator model bisnis. Rasio CIR dan OC digunakan sebagai indikator efisiensi. Rasio LLP dan NPL digunakan sebagai indikator kualitas aset. Rasio ROA, ETA, dan nilai ZSCORE digunakan sebagai indikator stabilitas. Hasilnya adalah bank konvensional dan bank syariah di Indonesia berbeda dilihat dari indikator model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas. Bank konvensional lebih efisien dan memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah, namun bank syariah memiliki kualitas aset yang lebih baik dan juga lebih stabil. Segmentation Analysis of Young Hijabers Based on Shopping Orientation, Brand Preference, and Product Preference on Women Muslim Wear Abstract This study compares conventional and Islamic banks in Indonesia by using logistic regression. The data in this study consist of 107 conventional commercial banks and 11 islamic commercial banks in Indonesia during period of 2011-2014. FBI and LDR ratio are used as indicator of business model. CIR and OC ratio are used as indicator of efficiency. LLP and NPL ratio are used as indicator of asset quality. ROA, EAR, and ZSCORE score are used as indicator of stability. The results are conventional and Islamic can be distinguished by business model, efficiency, asset quality, and stability indicators. Conventional banks are more efficient and more profitable than Islamic banks, but Islamic banks have better asset quality and more stable. Keywords: Conventional bank, Islamic bank, business model, efficiency, asset quality, stability Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
18
Embed
Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Universitas Indonesia
Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia: Model Bisnis, Efisiensi, Kualitas Aset, Stabilitas
Gregy Aditya Hartono, Imam Wahuydi
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16324
Penelitian ini membandingkan bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dengan menggunakan regresi logistik. Data dalam penelitian ini terdiri dari 107 bank umum konvensional dan 11 bank umum syariah Indonesia selama periode 2011-2014. Rasio FBI dan LDR digunakan sebagai indikator model bisnis. Rasio CIR dan OC digunakan sebagai indikator efisiensi. Rasio LLP dan NPL digunakan sebagai indikator kualitas aset. Rasio ROA, ETA, dan nilai ZSCORE digunakan sebagai indikator stabilitas. Hasilnya adalah bank konvensional dan bank syariah di Indonesia berbeda dilihat dari indikator model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas. Bank konvensional lebih efisien dan memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah, namun bank syariah memiliki kualitas aset yang lebih baik dan juga lebih stabil.
Segmentation Analysis of Young Hijabers Based on Shopping Orientation, Brand Preference, and Product Preference on Women Muslim Wear
Abstract
This study compares conventional and Islamic banks in Indonesia by using logistic regression. The data in this study consist of 107 conventional commercial banks and 11 islamic commercial banks in Indonesia during period of 2011-2014. FBI and LDR ratio are used as indicator of business model. CIR and OC ratio are used as indicator of efficiency. LLP and NPL ratio are used as indicator of asset quality. ROA, EAR, and ZSCORE score are used as indicator of stability. The results are conventional and Islamic can be distinguished by business model, efficiency, asset quality, and stability indicators. Conventional banks are more efficient and more profitable than Islamic banks, but Islamic banks have better asset quality and more stable.
Keywords: Conventional bank, Islamic bank, business model, efficiency, asset quality, stability
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
2
Universitas Indonesia
Pendahuluan
Krisis global pada tahun 2008 memunculkan keraguan terhadap fungsi perbankan
konvensional. Tidak hanya itu, krisis tersebut juga meningkatkan perhatian terhadap bank
syariah karena tingkat stabilitas yang lebih baik dibandingkan bank konvensional selama masa
krisis (Hasan dan Dridi, 2010). Selain itu produk bank syariah juga lebih diminati oleh
beberapa negara yang menuntut layanan keuangan yang sejalan dengan kepercayaan mereka
(Beck et al, 2013). Secara global pertumbuhan industri perbankan syariah cukup tinggi
dengan tingkat rata-rata pertumbuhan dari tahun 2009 hingga 2014 sebesar 16,10% (Global
Islamic Finance Report, 2015).
Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsinya menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan lalu menyalurkan kembali dana tersebut dalam bentuk pinjaman
(Kasmir, 2008). Baik bank konvensional dan bank syariah keduanya memiliki fungsi yang
sama, namun yang membedakan keduanya adalah dari segi prinsipnya, di mana bank
konvensional menggunakan prinsip interest-based sedangkan bank syariah menggunakan
prinsip free interest-based (Chong dan Liu, 2009). Seluruh produk dan layanan bank
konvensional tidak lepas dari bunga, seperti giro, simpanan, deposito berjangka, dan pinjaman
yang diberikan. Hal ini berbeda dengan bank syariah yang mengharamkan adanya bunga atau
riba. Terdapat 3 prinsip produk dan layanan yang diberikan oleh bank syariah berdasarkan
Hussain et al (2015), yaitu principle of equity, principle of participation, dan principle of
ownership. Selain itu, bank syariah juga melarang spekulasi karena adanya ketidakpastiaan
(gharar) dan juga melakukan aktivitas pendanaan pada bisnis yang haram seperti rokok, babi,
alkohol, judi yang melibatkan uang dan selain uang (maysir), pornografi, dan senjata (Hussain
et al, 2015). Hal ini secara jelas membedakan bank konvensional dan bank syariah dari segi
pendanaan dan aktivitasnya.
Bank konvensional dan bank syariah mungkin saja berbeda bentuknya, namun secara
substansial sebenarnya serupa dan tidak memiliki keunggulan efisiensi dan stabilitas (Kuran,
2004). Sampai sejauh ini, belum ada teori yang dapat memprediksi apakah seharusnya bank
syariah lebih efektif dalam mengelola biaya atau lebih stabil daripada bank konvensional.
Prinsip equity-based bisa saja meningkatkan insentif deposan untuk memonitor dana mereka
di bank, namun di sisi lain justru membuat bank relatif kurang untuk memonitor dana deposan
karena mereka terhindar dari ancaman deposan yang menarik dana mereka secara tiba-tiba
atau yang disebut dengan rush. Oleh karena itu, monitoring dan screening cost bank syariah
menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan bank konvensional. Hal ini membuat
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
3
Universitas Indonesia
permasalahan agensi bank syariah lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Pembatasan
prinsip syariah cenderung meningkatkan konsentrasi aset dan membatasi penggunaan
instrumen hedging bagi bank. Hal ini memunculkan ambiguitas terkait efisiensi bank syariah.
Namun, tingginya kompleksitas bank syariah dapat menyebabkan tingginya biaya yang
menyebabkan tingkat efisiensi yang lebih rendah. Lebih lanjut, bank syariah yang relatif baru
dibandingkan dengan bank konvensional memungkinkan struktur biaya yang lebih tinggi
(Beck et al, 2013)
Perbedaan kualitas aset dan stabilitas antara bank konvensional dan bank syariah masih belum
jelas, apakah sistem pendanaan secara ekuitas pada bank syariah cukup untuk menilai dan
memonitor risiko serta mendisiplinkan peminjam. Peran risk-sharing pada bank syariah juga
merupakan faktor yang dapat menurunkan risiko bank syariah. Namun di sisi lain, profit-loss
financing dapat meningkatkan risiko secara keseluruhan pada neraca bank syariah karena
menggunakan ekuitas daripada risiko hutang (debt). Menurut Diamond dan Rajan (2001),
pendanaan berdasarkan ekuitas juga menyebabkan goyahnya stabilitas bank. Risiko
operasional bank syariah bisa jadi juga lebih tinggi dikarenakan kompleksitas aturan syariah,
termasuk risiko hukum dan kepatuhan. Pembatasan penggunaan aset bank terhadap beberapa
instrumen seperti instrumen hedging dan kurangnya aset likuid berkualitas seperti obligasi
pemerintah juga dapat meningkatkan risiko bank syariah. Sehingga, tidak jelas apakah bank
syariah seharusnya lebih stabil atau tidak dibandingkan bank konvensional (Beck et al, 2013)
Prinsip yang berbeda antara bank konvensional dan syariah berimplikasi terhadap model
bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas yang berbeda pula. Berdasarkan teori yang telah
dijelaskan, belum ada yang dapat memberikan jawaban yang jelas terhadap apa yang
membedakan model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas antara bank konvensional dan
bank syariah. Oleh karena itu, dengan ambiguitas teori yang tidak memberikan jawaban
terhadap perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah serta perbedaan hasil dari
penelitian sebelumnya maka penelitian ini ingin melihat dan menganalisis apakah model
bisnis antara bank konvensional dan bank syariah berbeda, apakah dengan model bisnis yang
secara teori berbeda juga akan memperlihatkan tingkat efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas
yang berbeda juga.
Penelitian ini sebelumnya juga pernah di lakukan di Indonesia oleh Utami (2012) dengan
menggunakan metode uji-t. Pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode regresi
logistik, dengan metode tersebut dapat diketahui probabilitas bank syariah di Indonesia
beroperasi layaknya bank konvensional. Sehingga dengan adanya penelitian ini maka
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
4
Universitas Indonesia
diharapkan lebih memberikan manfaat kepada manajemen dan pengambil kebijakan untuk
menciptakan industri perbankan yang beragam dengan performa yang sama baiknya.
Tinjauan Pustaka
Definisi dan Fungsi Bank
Pada dasarnya bank merupakan lembaga intermediaris yang berfungsi untuk menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Pada
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 telah dijelaskan fungsi bank sebagai lembaga
penghimpun dan penyalur dana. Kasmir (2008) lebih lanjut menjelaskan bahwa bank sebagai
lembaga intermediaris keuangan berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat berupa
simpanan lalu menyalurkan kembali ke masyarakat berupa pinjaman atau kredit dan
memberikan jasa bank lainnya untuk memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat. Sesuai
dengan definisi perbankan, maka bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai
agent of trust di mana bank dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat untuk menitipkan dan
mengelola uang mereka, agent of development di mana bank menjalankan fungsinya untuk
mendorong kegiatan perekonomian, dan agent of services yang mana bank selain
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat juga memberikan layanan lainnya yang tidak
terlepas dari kegiatan perekonomian. (Budisantoso dan Sigit, 2006)
Prinsip Dasar Keuangan Syariah
Sistem keuangan syariah merupakan integrasi sosial, ekonomi, dan sistem keuangan
berdasarkan atas prinsip yang memberikan nilai positif terhadap aktivitas perekonomian yang
menyeimbangkan antara kebutuhan materi dan rohani (Wahyudi et al, 2015). Berdasarkan
pengertian tersebut, sistem keuangan islam memiliki tujuan untuk menyeimbangkan
kebutuhan materi dan rohani. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk menyeimbangkan
kebutuhan tersebut maka perlu dipahami kontrak pada sistem keuangan islam yang terbagi
atas akad atau kontrak li-tabarru’ dan kontrak li-tijari.
Kontrak li-tijari adalah kontrak yang memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Contoh
dari kontrak li-tijari adalah penjualan (bay’), rent dan lease (ijarah), partnership (syirkah),
dan pengolahan agrikultur (musaqat). Kontrak li-tabarru’ adalah kontrak yang bertujuan
untuk memberi bantuan kepada pihak yang membutuhkan. Contoh dari kontrak li-tabarru’
adalah pinjaman (qardh), penitipan (wadhiah), perwakilan (wakalah), pinjaman (dayn), dan
transfer hutang antar orang yang berhutang (hawalah). (Wahyudi et al, 2015). Berdasarkan
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
5
Universitas Indonesia
penjelasan tersebut, keuangan Islam benar-benar menyeimbangkan kebutuhan materi melalui
kontrak li-tijari dan juga kebutuhan rohani melalui kontrak li-tabarru’. Untuk itu pada
kontrak li-tibarru’ tidak diperkenankan untuk mengambil keuntungan.
Kedua jenis kontrak di atas pada dasarnya memiliki prinsip di mana dalam menjalankan
keuangan syariah, prinsip tersebut menjaga agar pelaksanaan keuangan syariah tidak
menyimpang dari yang telah ditetapkan. Prinsip tersebut terdiri principle of equity, principle
of participation, dan principle of ownership (Hussain et al, 2015). Yang dimaksud dengan
principle of equity adalah terkait dengan pelarangan bentuk riba yang bertujuan untuk
melindungi pihak yang lebih lemah dalam transaksi keuangan. Peningkatan kekayaan yang
tidak terkait dengan aktivitas yang menghasilkan sesuatu dalam aturan Islam adalah terlarang.
Prinsip ini juga merupakan dasar terhadap larangan ketidakpastian yang berlebihan (gharar)
yang dimanifestasikan oleh ambiguitas kontrak. Pihak yang melakukan transaksi
berkewajiban untuk mengungkap informasi sebelum melakukan kontrak, sehingga tidak
terjadi informasi asimetris. Prinsip ekuitas dan distribusi kekayaan juga mengatur tentang
zakat, di mana muslim yang memenuhi tingkat pendapatan tertentu wajib untuk membantu
orang lain yang membutuhkan bantuan. Principle of participation yaitu meskipun keuangan
syariah dikenal sebagai keuangan bebas bunga bukan berarti keuntungan dilarang dalam
Islam. Keuntungan datang dengan adanya pengambilan risiko, sehingga modal yang telah
dikeluarkan bisa kembali serta mengambil untung dengan adanya risiko yang diambil serta
upaya nyata. Peningkatan kekayaan harus diiringi oleh kegiatan yang produktif. Principle of
ownership yaitu larangan untuk menjual sesuatu yang tidak dimiliki. Keuangan syariah
dikenal sebagai pembiayaan berbasis aset, pihak yang melakukan kontrak harus menghormati
hak milik serta menjunjung tinggi kewajiban kontrak. (Hussain et al, 2015)
Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekuder yang berasal dari laporan
keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
Jumlah periode yang diambil yaitu 16 periode yang dimulai dari kuartal 1 tahun 2011 sampai
dengan kuartal 4 tahun 2014. Data berupa rasio-rasio bank yang akan digunakan untuk
melakukan perbandingan antara bank umum konvensional dan bank umum syariah. Sampel
yang digunakan untuk penelitian ini harus memenuhi beberapa kriteria yang terdiri dari:
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
6
Universitas Indonesia
1. Ketersediaan data yang lengkap dari tahun 2011 kuartal 1 sampai dengan tahun 2014
kuartal 4
2. Tidak melakukan merger dan akuisi selama periode yang digunakan
Metode yang digunakan untuk menganalisis perbedaan antara bank syariah dengan bank
konvensional di Indonesia yaitu model regresi logistik. Model regresi logistik digunakan
untuk mengetahui variabel apa saja yang signifikan yang berguna untuk membedakan antara
bank konvensional dan bank syariah dilihat dari model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan