KARDIOTOKOGRAFI (KTG) Judi Januadi Endjun*, Biran Affandi** *) Departemen Obstetri dan Ginekologi, RS Pendidikan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad/FKUI **) Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia 2013 Latar Belakang Kardiotokografi (KTG) adalah seperangkat alat elektronik yang dapat dipergunakan dalam memantau kesejahteraan janin melaluai penilaian denyut jantung janin (DJJ), kontraksi uterus, dan gerak janin dalam waktu bersamaan. Kesejahteraan janin menggambarkan kecukupan oksigenasi dan pertumbuhan janin yang baik, kesehatan ibu, dan volume cairan amnion yang cukup. Pemantauan kesejahteraan janin (PKJ) merupakan hal penting dalam pengawasan janin saat asuhan antenatal dan pada saat persalinan. Persiapan pra konsepsi yang baik akan memengaruhi kesejahteraan janin. Pada Gambar 1 dapat dilihat jadwal dan hal apa saja yang harus dilakukan pada saat asuhan antenatal dan pasca persalinan. Gambar 1. Persiapan pra konsepsi, asuhan antenatal hingga masa neonatus
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KARDIOTOKOGRAFI (KTG)
Judi Januadi Endjun*, Biran Affandi**
*) Departemen Obstetri dan Ginekologi, RS Pendidikan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad/FKUI **) Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia
2013
Latar Belakang Kardiotokografi (KTG) adalah seperangkat alat elektronik yang dapat
dipergunakan dalam memantau kesejahteraan janin melaluai penilaian denyut
jantung janin (DJJ), kontraksi uterus, dan gerak janin dalam waktu bersamaan.
Kesejahteraan janin menggambarkan kecukupan oksigenasi dan pertumbuhan
janin yang baik, kesehatan ibu, dan volume cairan amnion yang cukup.
Pemantauan kesejahteraan janin (PKJ) merupakan hal penting dalam
pengawasan janin saat asuhan antenatal dan pada saat persalinan. Persiapan
pra konsepsi yang baik akan memengaruhi kesejahteraan janin. Pada Gambar 1
dapat dilihat jadwal dan hal apa saja yang harus dilakukan pada saat asuhan
antenatal dan pasca persalinan.
Gambar 1. Persiapan pra konsepsi, asuhan antenatal hingga masa neonatus
2
Dukungan teknologi sangat berperan dalam kemajuan pemantauan janin, hal ini
tampak nyata setelah era tahun 1960an. Sayangnya, data epidemiologis
menunjukkan hanya sekitar 10% kasus serebral palsi yang disebabkan oleh
gangguan intrapartum dapat dideteksi dengan pemantauan elektronik tersebut,
hal ini disebabkan oleh penggunaan alat pemantau kesejahteraan janin yang
kurang tepat (salah dalam interpretasi hasil).
Angka morbiditas dan mortalitas perinatal merupakan indikator kualitas
pelayanan obstetri disuatu tempat atau negara. Angka mortalitas perinatal
Indonesia masih jauh diatas rata-rata negara maju, yaitu 60 – 170 berbanding
kurang dari 10 per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas
perinatal yang menonjol adalah masalah hipoksia intra uterin. Kardiotokografi
(KTG) merupakan peralatan elektronik yang dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi janin yang mempunyai risiko mengalami hipoksia dan kematian
intrauterin atau mengalami kerusakan neurologik, sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi segera untuk memperbaiki nasib neonatus tersebut.
Dalam proses interpretasi KTG diperlukan pemahaman yang baik tentang
peralatan KTG, patofisiologi yang berkaitan dengan sirkulasi uteroplasenta,
pembuatan laporan KTG dan aspek etika dan medikolegal yang berkaitan
dengan pemantauan kesejahteraan janin (PKJ). Diperlukan pelatihan yang
terstandarisasi dan berbasis kompetensi agar setiap PPDS OBGIN dan SpOG
kompeten dalam melakukan pemeriksaan KTG.
Pada Pasal 7b KODEKI seorang dokter harus bersikap jujur dalam
berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien. Hal ini berarti, kita wajib untuk saling mengingatkan dan
meningkatkan kompetensi PPDS OBGIN dan SpOG melalui suatu Program
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) yang terstandarisasi dan teratur
pelaksanaannya. Interpretasi hasil pemeriksaan KTG harus dilakukan secara
3
sistematis dan memerhatikan segala faktor yang berkaitan dengan DJJ,
kontraksi uterus, dan gerak janin.
Peralatan elektronik canggih tetap saja merupakan alat bantu bagi seorang
dokter. Pada Pasal 10 KODEKI, setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien.
Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,
maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut. Artinya bila pada pemeriksaan
KTG ditemukan hasil interpretasinya berupa Katagori 3, dan sarana kesehatan
yang ada tidak mampu menanganinya, maka dokter wajib merujuk pasiennya ke
sarana pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Kolegium OBGIN Indonesia merencanakan Pelatihan Kardiotokografi bagi
PPDS OBGIN (Lihat Modul 8.2) sebagai tanggung jawab institusi dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter di Indonesia (PPDS OBGIN
dan SpOG). Pada Modul 8.2 Pelatihan Kompetensi bagi PPDS OBGIN dibatasi
pada USG Dasar dan Kardiotokografi. Tujuan dari standarisasi Pelatihan
Kardiotokografi adalah untuk membuat standar interpreatsi hasil kardiotokografi.
Bila standarisasi ini sudah dicapai, diharapkan dapat menurunkan kesalahan
interpretasi baik positif palsu (overdiagnosis) maupun negatif palsu
(underdiagnosis) serta evaluasi berkala sebagai bagian dari upaya
berkesinambungan peningkatan kualitas pelatihan KTG di Indonesia.
Pada Pasal 17 setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan, termasuk peralatan USG
dan KTG. Semoga pelatihan KTG ini bermanfaat bagi peningkatan kualitas
dokter Indonesia dalam melayani masyarakat, melakukan pendidikan, dan
peningkatan penelitian dalam bidang PKJ di Indonesia.
Tujuan Umum Setelah mempelajari dan memahami materi ajar tentang kardiotokografi (KTG)
peserta didik diharapkan mampu melakukan pemeriksaan KTG dengan baik dan
benar.
4
Tujuan Khusus
Setelah mempelajari dan memahami materi ajar tentang KTG, peserta didik
diharapkan :
1. Mampu memahami konsep dasar pemantauan kesejahteraan janin (PKJ).
2. Mampu mengetahui indikasi pemeriksaan KTG
3. Mampu mempersiapkan pemeriksaan KTG dengan baik
4. Mampu memahami dasar fisiologi kesejahteraan janin dan faktor yang
memengaruhinya
5. Mampu memahami batasan (definisi) yang dipergunakan dalam KTG.
6. Mampu melakukan pemeriksaan, interpretasi hasil dan membuat laporan
KTG dengan baik
7. Mampu melakukan tatalaksana pasien berdasarkan hasil pemeriksaan
KTG pada masa kehamilan dan persalinan
8. Mampu memahami masalah etika dan medikolegal yang berkaitan
dengan pemeriksaan KTG
Mampu Memahami Konsep Dasar Pemantauan Kesejahteraan Janin
Pemantauan kesejahteraan janin (PKJ) merupakan bagian penting dalam
penatalaksanaan kehamilan dan persalinan. Teknologi yang begitu cepat
berkembang memberikan banyak harapan akan semakin baiknya kualitas
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas. Kemajuan ini tidak
mudah untuk diikuti oleh negara yang sedang berkembang seperti Indonesia,
selain mahalnya harga peralatan, juga terbatasnya sumber daya manusia yang
handal dalam pengoperasionalan alat canggih tersebut.
Keadaan janin dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
adalah keadaan janin, plasenta, cairan ketuban, umbilikus, dan uterus. Faktor
eksternal adalah kesehatan ibu dan lingkungan di luar tubuh ibu, misalnya udara
berpolusi berat atau lingkungan yang infeksious. PKJ memerlukan kompetensi
yang baik dari tenaga kesehatan dan peralatan yang handal (terpelihara baik
5
sehingga siap pakai setiap saat). Setiap tenaga kesehatan harus menjaga
kompetensinya dengan mengikuti P2KB dan kepustakaan yang berkaitan
dengan PKJ. Konsep dasar PKJ dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Konsep dasar PKJ, keadaan janin dipengaruhi oleh faktor eksternal
dan internal.
Mampu Mengetahui Indikasi Pemeriksaan Kardiotokografi Beberapa keadaan dibawah ini memerlukan pemantauan dengan kardiotokografi
(KTG) karena berkaitan dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas
perinatal, misalnya pertumbuhan janin terhambat (PJT), gerakan janin
Aliran darah ke uterus dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, yaitu posisi ibu,
aktivitas fisik (olahraga atau exercise), kontraksi uterus, area permukaan
plasenta, anestesia, hipertensi, dan jarak difusi (Freeman RK dkk, 2012).
Gangguan pada faktor-faktor tersebut akan menurunkan aliran darah ke uterus.
Mekanisme Pengaturan DJJ Denyut jantung janin diatur oleh banyak faktor, yaitu sistem saraf simpatis,
sistem saraf para simpatis, baroreseptor, kemoreseptor, susunan saraf pusat
(SSP), sistem pengaturan hormonal, dan Sistem kompleks proprioseptor, serabut saraf nyeri, baroreseptor, stretchreceptors dan pusat pengaturan (Lauren Ferrara, Frank Manning, 2005).
1. Sistem Saraf Simpatis Distribusi saraf simpatis sebagian besar berada di dalam miokardium.
Stimulasi saraf simpatis, misalnya dengan obat beta-adrenergik, akan
meningkatkan frekuensi DJJ, menambah kekuatan kontraksi jantung, dan
10
meningkatkan volume curah jantung. Dalam keadaan stress, system saraf
Gambar 17. Pola DJJ tumpul, janin meninggal saat dalam pemantauan.
Plasenta menunjukkan gambaran khorioamnionitis akut dan funisitis yang menunjukkan kausa kematian adalah reaksi inflamasi. (Sumber :Freeman RK dkk. Fetal Heart Monitoring, 4th Ed, 2012)
Gambar 18. Pola frekuensi dasar DJJ tidak stabil (wandering).
Gambar 19. Pada gambar bagian atas tampak Pola DJJ overshoot setelah deselerasi variabel. Perhatikan kembalinya DJJ ke frekuensi dasar sangat
lambat dan adanya pola DJJ yang datar. Pada gambar bagian bawah diperoleh dari janin anensefalus. Tampak pola DJJ datar, deselerasi variabel tumpul, dan
overshoot. Janin meninggal saat persalinan. (Sumber :Freeman RK dkk. Fetal Heart Monitoring, 4th Ed, 2012)
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
25
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) dan tinggi fundus uteri
diketahui.
4. Peralatan dalam keadaan baik dan siap pakai.
5. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.
Sebelum melakukan interpretasi KTG harus mengetahui bagaimana kondisi ibu
dan janin, peralatan yang dipakai, dan sarana pendukung lainnya yang berkaitan
dengan PKJ. Hal terpenting adalah identifikasi semua faktor yang berkaitan
dengan risiko hipoksia pada janin. NICHD (2008) dan Freeman dkk (2012)
merekomendasikan penerapan Tiga Katagori dalam interpretasi DJJ sebagai
berikut :
Katagori I Katagori satu adalah kondisi normal dari pemantauan DJJ dan menggambarkan
status asam basa janin saat pemantauan dalam keadaan normal. Katagori I
dapat dipantau pada pemeriksaan rutin asuhan antenatal dan tidak memerlukan
tatalaksana khusus.
Katagori II Katagori II tidak memprediksi adanya abnormalitas status asam basa janin, saat
ini belum ditemukan bukti yang adekuat untuk mengkasifikasikan katagori ini
menjadi Katagori I atau Katagori III. Katagori II memerlukan evaluasi dan
pemantauan lanjut serta reevaluasi dan mencari factor-faktor yang berkaitan
dengan keadaan klinis. Pada beberapa keadaan diperlukan uji diagnostic untuk
memastikan status kesejahteraan janin atau melakukan resusitasi intrauterine
pada hasil Katagori II ini.
Katagori III Katagori III berkaitan dengan abnormalitas status asam basa pada saat
pemantauan janin tersebut dilakukan. Katagori III memerlukan evaluasi yang
26
baik (akurat). Pada kondisi ini, tindakan yang dilakukan tidak terbatas hanya
untuk memberikan oksigenasi bagi ibu, merubah posisi ibu, menghentikan
stimulasi persalinan, atasi hipotensi maternal, dan penatalaksanaan takhisistol,
tetapi juga dilihat situasi klinis yang terjadi pada waktu itu. Bila Katagori III tidak
dapat diatasi, pertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan (persalinan).
KATAGORI I : Pola DJJ Normal
1. Frekuensi dasar DJJ : 110 – 160 dpm 2. Variabilitas DJJ : moderat (5 – 25 dpm) 3. Tidak ada deselerasi lambat dan variabel 4. Tidak ada atau ada deselerasi dini 5. Ada atau tidak ada akselerasi
KATAGORI II : Pola DJJ Ekuivokal
Frekuensi Dasar dan Variabilitas
1. Frekuensi dasar DJJ : Bradikardia (<110 dpm) yang tidak disertai hilangnya variabilitas (absent variability)
2. Takhikardia ( DJJ >160 dpm) 3. Variabilitas minimal (1 – 5 dpm) 4. Tidak ada variabilitas, tanpa disertai deselerasi berulang 5. Variabilitas > 25 dpm (marked variability)
Perubahan Periodik
1. Tidak ada akselerasi DJJ setelah janin distimulasi 2. Deselerasi variabel berulang yang disertai variabilitas DJJ minimal atau
baseline variability) 5. Deselerasi variabel disertai gambaran lainnya, misal kembalinya DJJ ke
frekuensi dasar lambat atau ada gambaran overshoot
27
KATAGORI III : Pola DJJ abnormal
Tidak ada variabilitas DJJ (absent FHR variability) disertai oleh :
1. Deselerasi lambat berulang 2. Deselerasi variabel berulang 3. Bradikardia 4. Pola sinusoid (sinusoidal pattern)
Pada halaman berikut disampaikan contoh formulir Laporan Kardiotokografi
(KTG) yang dipergunakan di Departemen Obstetri Ginekologi Rumah Sakit
Pendidikan Kelas A, RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Telah dilakukan uji coba
selama dua bulan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan di sebuah RSIA
Hermina Jatinegara di Jakarta (pada Bulan November dan Desember 2012) dan
diperoleh hasil yang baik dalam penerimaan oleh petugas kesehatan serta
akurasi yang sama dibandingkan metoda yang lama (interpretasi Reassuring,
Nonreassuring, atau Meragukan pada evaluasi antenatal atau interpretasi Positif,
Negatif, dan ekuivokal pada evaluasi saat persalinan). Metoda baru ini lebih
mampu laksana karena lebih mudah dalam melakukan interpretasi hasil dan
memiliki panduan interpretasi yang jelas. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut,
misalnya berapa frekuensi normal DJJ Indonesia, agar kesalahan interpretasi
dapat diminimalis.
Formulir panduan pengisian formulir pemeriksaan KTG diperlukan sebagai
sarana standarisasi dalam melakukan pemeriksaan, sarana penelitian, dan
melatih tenaga kesehatan agar kompeten dalam melakukan pemeriksaan KTG
tersebut.
28
LAPORAN KARDIOTOKOGRAFI (KTG) Data Pasien Nama Pasien : …………………………No CM : ………………… Tanggal : …………………………Jam : ………………… Posisi pasien : …………………………Usia gestasi : ………………… TD awal : …………………………TD menit ke 15 : ………………… Cara pantau : ……………………… Kecepatan kertas : 1 / 2 / 3 cm/menit Periksa dalam : tidak dilakukan/dilakukan, dengan hasil ………………………. ………………………………………………………………………………………………….. Diagnosis ibu : ………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………….. Diagnosis janin : ……………………………………………………………….……… Obat-obatan : ……………………………………………………………………… Denyut Jantung Janin Frekuensi dasar :………… dpm, variabilitas : tidak ada / minimal (1-5 dpm) / moderat (5-25 dpm) / meningkat (>25 dpm), akselerasi : ada / tidak ada, deselerasi : tidak ada / ada, yaitu jenisnya : dini / lambat / variabel / lama (prolonged), beratnya : ringan / sedang / berat. Pola disfungsi SSP : tidak ada / ada, yaitu : datar (flat) / tumpul (blunted) / frekuensi dasar tidak stabil (unstable baseline) / pola overshoot / pola sinusoidal / pola checkmark. Kontraksi Uterus / His Kontraksi tidak ada / ada / ada his ; Frekuensi : ……/ 10 menit ; kekuatan : …..……mmHg ; lamanya : ……… menit ; relaksasi : ……………… ; konfigurasi : ……………………………………… ; tonus dasar : ………….mmHg Gerak Janin : ……….. kali dalam : ………. menit Diagnosis KTG : Katagori I / II / III SARAN : ……………………………………………………………………………... PPDS OBGIN Bidan Jaga DPJP (…………………..…) (…………………….) (………………………) CATATAN : Laporan ini harus segera dibuat setelah pemeriksaan selesai dan disimpan dalam status pasien. PPDS dan Bidan jaga harus MENANDATANGANI dan mendiskusikan hasil pemeriksaan KTG tersebut dengan Dokter Penanggungh Jawab Pasien (DPJP).
A PERSETUJUAN TINDAK MEDIK (Konseling Pra Tindakan) 1 Sambut dan sapa klien (ucapkan salam), serta perkenalkan diri Anda. 2 Jelaskan apa yang akan dilakukan, apa yang akan dirasakan oleh klien, dan kemungkinan hasil yang akan
diperoleh, berkaitan dengan keadaan ibu dan janin.
B PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN 3 Persiapan alat dan Bahan : stetoskop Laennec / Doppler, peralatan KTG, kertas KTG, jeli, tissue / kain
lap, formulir jawaban dan penuntun pengisian KTG
4 Persiapan Pasien : berkemih, tidur setengah duduk/duduk/tidur miring ke kiri, perhatikan keamanan dan kenyamanan klien, bila haus atau lapar harus minum atau makan terlebih dahulu; dan bila masih kecapaian, istirahat beberapa waktu (sekitar 10 menit tirah baring).
5 Persiapan Petugas : mengetahui tatacara penyimpanan dan pemasangan peralatan KTG, mampu melakukan interpretasi KTG serta kemungkinan penyulit yang dapat terjadi dan kompeten berkomunikasi dalam bidang KTG
C PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN 6 Prosedur pencegahan infeksi universal : cuci tangan sebelum dan setelah memeriksa pasien, lakukan
pengelolaan limbah medis dengan benar.
D PEMERIKSAAN PASIEN 7 Anamnesis : riwayat penyakit dan kehamilan yang lalu (bila ada), usia gestasi, keadaan kehamilan saat
ini, dan faktor risiko, terutama risiko hipoksia, kompresi tali pusat, insufisiensi uteroplasenter dan anomaly kongenital (lihat USG klien)
8 Pemeriksaan Fisik : status generalis dan Obstetri. tentukan punktum maksimum DJJ dan tinggi fundus uteri. Deteksi kecurigaan PJT atau makrosomia.
9 Pasien tidur dengan posisi setengah duduk, atau miring ke kiri, atau duduk. 10 Pemasangan peralatan Kardiotokografi : tokometer di pasang di fundus (TIDAK BOLEH DIBERI JELI) dan
kardiometer (harus diberi jeli) dipasang di tempat punktum maksimum jantung janin.
11 Ukur tekanan darah pada awal pemeriksaan dan 15 menit kemudian 12 Perekaman KTG dimulai, petugas harus meyakini bahwa rekaman berjalan baik. 13 Pengawasan berkala kondisi ibu dan janin oleh petugas kesehatan, temani pasien selama pemeriksaan
KTG
14 Lama perekaman MINIMAL 20 MENIT. Bila variabilitas minimal (1-5 DPM) atau tidak ada (absent), lakukan perangsangan bayi dengan bel VIBROAKUSTIK (beri tahu ibu sebelum tindakan tersebut dilakukan). Bila tidak memiliki bel vibroakustik, lakukan perangsangan dengan cara menggerakkan tubuh atau kepala janin.
E MELAKUKAN INTERPRETASI HASIL 15 Kategori I : Pola DJJ Normal
1. Frekuensi dasar DJJ : 110 – 160 dpm 2. Variabilitas DJJ : moderat (5 – 25 dpm) 3. Tidak ada deselerasi lambat dan variabel 4. Tidak ada atau ada deselerasi dini 5. Ada atau tidak ada akselerasi
30
16 Kategori II : Pola DJJ Ekuivokal
Frekuensi Dasar dan Variabilitas 1. Frekuensi dasar DJJ : Bradikardia (<110 dpm) yang tidak disertai hilangnya variabilitas (absent
variability) 2. Takhikardia (DJJ >160 dpm) 3. Variabilitas minimal (1 – 5 dpm) 4. Tidak ada variabilitas, tanpa disertai deselerasi berulang 5. Variabilitas > 25 dpm (marked variability)
Perubahan Periodik
1. Tidak ada akselerasi DJJ setelah janin distimulasi 2. Deselerasi variabel berulang yang disertai variabilitas DJJ minimal atau moderat 3. Deselerasi lama (prolonged deceleration) > 2 menit tetapi < 10 menit 4. Deselerasi lambat berulang disertai variabilitas DJJ moderat (moderate baseline variability) 5. Deselerasi variabel disertai gambaran lainnya, misal kembalinya DJJ ke frekuensi dasar lambat
Tidak ada variabilitas DJJ (absent FHR variability) disertai oleh :
1. Deselerasi lambat berulang 2. Deselerasi variabel berulang 3. Bradikardia 4. Pola sinusoid (sinusoidal pattern)
18 Data pasien dan hasil KTG diisikan pada formulir laporan KTG (pelajari panduan pengisian formulir KTG, Departemen OBGIN RSPAD)
19 PPDS dan atau Bidan melaporkan hasil pemeriksaan KTG kepada DPJP. 20 Lembar laporan KTG dimasukkan kedalam rekam medik pasien dengan rapi. Pengarsipan dilakukan
selama 5 tahun (sebaiknya hasil KTG di fotokopi atau skanning)
F PEMANTAUAN PASCA TINDAKAN 21 Tanyakan apakah ada keluhan pada ibu (terutama yang berkaitan dengan gerak janin dan kontraksi
rahim), bila tidak ada keluhan, pemeriksaan sudah selesai.
22 Bila ada keluhan pada ibu, lapor pada DPJP dan lakukan penanganan yang sesuai dengan etiologi (misalnya resusitasi intra uterin, periksa USG, dll).
G PERAWATAN ALAT PASCA TINDAKAN 23 Bersihkan semua peralatan dengan seksama. Lakukan dekontaminasi, terutama limbah infeksious. Kabel-
kabel pada peralatan KTG jangan dilepas.
24 Simpan kembali semua peralatan pada tempatnya dengan rapih.
H KONSELING / NASEHAT PASCA TINDAKAN 25 Penjelasan PPDS dan atau DPJP kepada Klien dan Keluarganya tentang hasil KTG tersebut. 26 Penanganan klien selanjutnya dikembalikan kepada DPJP.
I SELESAI
31
Mampu Melakukan Tatalaksana Pasien Berdasarkan Hasil Pemeriksaan KTG pada Masa Kehamilan dan Persalinan
Penatalaksanaan kehamilan dan persalinan berbasis hasil KTG harus
disesuaikan dengan kondisi klinis pasien dan fasilitas yang ada. Algoritma
tatalaksana harus dibuat berdasarkan status antenatal dan status persalinan.
Penentuan usia gestasi, taksiran berat janin, indeks cairan amnion, derajat
maturasi plasenta, Doppler sirkulasi janin, patologi janin, dan patologi ibu harus
menjadi bahan penilaian dalam menegakkan diagnosis dan pengambilan
keputusan klinis.
Dokumentasi Setiap rekaman KTG harus dibuat dokumentasi, bisa dalam bentuk hasil cetakan
printer atau direkam dalam hard-disc komputer. Sebaiknya kedua hal tersebut
dilakukan bagi setiap pasien. Data dalam penyimpan digital disimpan oleh rumah
sakit, sedangkan hasil cetakan diberikan kepada pasien. RCOG menganjurkan
penyimpanan data KTG hingga 25 tahun.
Tindak Lanjut Hasil Pemantauan Kesejahteraan Janin Tenaga kesehatan harus mampu dengan cepat dan benar melakukan
interpretasi dari alat bantu pemantauan kesejahteraan janin tersebut kemudian
memilih rencana tindakan yang terbaik bagi pasiennya. Penjelasan yang
memadai yang dibarengi dengan kompetensi yang baik akan meminimalkan
kesalahan penatalaksanaan. Misalnya pada gambaran KTG dijumpai Katagori II
disertai deselerasi variabel, maka tindak lanjutnya adalah mencari kausa dari
kelainan tersebut. Tanyakan apakah gerak janin berkurang ? apakah ada cairan
ketuban yang keluar per vaginam ? kemudian lakukan pemeriksaan USG untuk
mendeteksi adanya lilitan atau kompresi tali pusat. Bila penyebabnya sudah
diketahui, barulah penatalaksanaan yang benar dan rasional dapat dilakukan.
Bagaimana bila tidak ada alat USG ? bila menungkinkan pasien dirujuk
kepusat pelayanan rujukan yang lebih tinggi, bila tidak mungkin merujuk, maka
32
pergunakan segala fasilitas yang ada dan berikan penjelasan yang baik kepada
pasien dan keluarga (informed consent). Jangan sampai pasien berharap terlalu
tinggi akibat ketidaktahuannya dan juga akibat ketidaksiapan kita melayaninya.
Beberapa alternatif pilihan yang dapat dilakukan dalam menindaklanjuti hasil
pemantauan kesejahteraan janin adalah melakukan penanganan yang memadai
ditempat kerja, merujuk pasien ke pusat pelayanan yang lebih tinggi, menambah
fasilitas peralatan kesehatan, meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan
kompetensi, dan memberikan pendidikan kepada masyarakat awam agar
mereka dapat memahami dengan baik kondisi pelayanan kesehatan yang ada.
Mampu Memahami Masalah Etika dan Medikolegal yang Berkaitan dengan Pemeriksaan KTG
Dalam pemeriksaan kardiotokografi (KTG) jangan dilupakan segala hal yang
berkaitan dengan etika dan medikolegal. Hubungan dokter dengan pasien dan
pasien dengan rumah sakit harus tetap dijaga agar harmonis dengan
3. Oxford : User guide dan Operating handbook Sonicaid System 8002, 1994. 4. Parer JT. Handbook of fetal heart rate monitoring. Philadelphia:W.B
Saubders, 1993 5. Ferrara L, Manning F. Grand Rounds : Is the non-stress test still useful ?.
Contemporary Obgyn, February 2005. Di unduh dari http://www.contemporaryobgyn.net pada tanggal 30 Juni 2005.
6. National Institute for Clinical Excellence. The use of electronic fetal monitoring. UK, 2003. Di unduh dari http://www.nice.org.uk pada bulan Juni 2005.
7. Karsono B. Kardiotokografi. Pemantauan Elektronik Denyut Jantung Janin. Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
8. RCOG. The use of electronic fetal monitoring : The use and interpretation of cardiotocography in intrapartum fetal surveillance. Evidence-based Clinical Guideline Number 8. 2001. Di unduh dari http://www.rcog.org.uk pada bulan Juni 2005.
9. http://www.fetal.freeserve.co.uk/ctg.html 10. http://www.pulsetoday.co.uk/pictures/466xAny/x/k/c/ANTENATAL_CARE.jpg 11. Fetal movement count. Di unduh dari http://www.fpnotebook.com pada
tanggal 3 September 2006. 12. Fundal height measurement. Copyright 1999, 2004 Gerard M. DiLeo, M.D.,
F.A.C.O.G. Di down-load dari http://www.gyn(OB).com pada tanggal 3 September 2006.
13. Cardiotocography. Di unduh dari http://www.fetal.freeserve.co.od pada tanggal 3 September 2006.